69
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fisika merupakan salah satu bidang ilmu dalam rumpun Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Fisika meliputi berbagai aspek yang dapat dipelajari diantaranya persamaan matematis, dan konsep-konsep fisika sehingga dianggap sebagai mata pelajaran yang penting untuk dikuasai oleh siswa Sekolah Menengah Atas (SMA). Siswa dianggap menguasai pelajaran fisika apabila hasil belajarnya dianggap tuntas. Hasil belajar siswa SMA Negeri di Kota Tangerang Selatan menunjukkan bahwa banyak siswa yang belum tuntas dan merasa kesulitan dalam mempelajari fisika. 1 Satu orang siswa rata-rata harus mengikuti 4 sampai 6 kali remedial pada mata pelajaran fisika. 2 Konsep fisika yang paling banyak diikuti remedial oleh siswa adalah hukum Newton (63,5% siswa dari 474 responden). 3 Banyaknya siswa yang mengikuti remedial disebabkan oleh: (1) metode pembelajaran yang digunakan guru tidak sesuai dengan karakteristik gaya belajar siswa; (2) siswa kurang memahami materi/konsep 4 ; (3) guru tidak memberikan layanan bimbingan dan penyuluhan; (4) guru tidak menggunakan media/sumber belajar. 5 Guru berperan penting dalam proses pembelajaran. Peran guru di dalam pembelajaran berpengaruh pada hasil belajar siswa. Salah satu peran yang harus dilakukan seorang guru dalam mengoptimalkan hasil belajar siswa yaitu peran guru sebagai fasilitator. Salah satu tahapan seorang guru dapat dikatakan menjadi fasilitator yang baik, yaitu dengan kemampuan mengakomodasikan gaya belajar pada setiap siswa. 6 Setiap siswa memiliki gaya belajar dominan yang 1 Angket Studi Pendahuluan dari 474 Siswa SMA Negeri Kota Tangerang Selatan 2 Angket Studi Pendahuluan dari 474 Siswa SMA Negeri Kota Tangerang Selatan 3 Angket Studi Pendahuluan dari 474 Siswa SMA Negeri Kota Tangerang Selatan 4 Wawancara Guru Fisika SMAN 5 Kota Tangerang Selatan 5 Angket Studi Pendahuluan dari 474 Siswa SMA Negeri Kota Tangerang Selatan 6 Putri Sulistiyani, Skripsi: Pelaksanaan Remedial Teaching pada Mata Pelajaran Matematika di SD Negeri Delegan 2 Prambanan Sleman, (Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta, 2014), h. 2

BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.id€¦ · 6 Putri Sulistiyani, Skripsi: Pelaksanaan Remedial Teaching pada Mata Pelajaran Matematika di SD Negeri Delegan 2 Prambanan Sleman,

  • Upload
    others

  • View
    13

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.id€¦ · 6 Putri Sulistiyani, Skripsi: Pelaksanaan Remedial Teaching pada Mata Pelajaran Matematika di SD Negeri Delegan 2 Prambanan Sleman,

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Fisika merupakan salah satu bidang ilmu dalam rumpun Ilmu Pengetahuan

Alam (IPA) yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Fisika meliputi

berbagai aspek yang dapat dipelajari diantaranya persamaan matematis, dan

konsep-konsep fisika sehingga dianggap sebagai mata pelajaran yang penting

untuk dikuasai oleh siswa Sekolah Menengah Atas (SMA). Siswa dianggap

menguasai pelajaran fisika apabila hasil belajarnya dianggap tuntas. Hasil belajar

siswa SMA Negeri di Kota Tangerang Selatan menunjukkan bahwa banyak siswa

yang belum tuntas dan merasa kesulitan dalam mempelajari fisika.1 Satu orang

siswa rata-rata harus mengikuti 4 sampai 6 kali remedial pada mata pelajaran

fisika.2 Konsep fisika yang paling banyak diikuti remedial oleh siswa adalah

hukum Newton (63,5% siswa dari 474 responden).3 Banyaknya siswa yang

mengikuti remedial disebabkan oleh: (1) metode pembelajaran yang digunakan

guru tidak sesuai dengan karakteristik gaya belajar siswa; (2) siswa kurang

memahami materi/konsep4; (3) guru tidak memberikan layanan bimbingan dan

penyuluhan; (4) guru tidak menggunakan media/sumber belajar. 5

Guru berperan penting dalam proses pembelajaran. Peran guru di dalam

pembelajaran berpengaruh pada hasil belajar siswa. Salah satu peran yang harus

dilakukan seorang guru dalam mengoptimalkan hasil belajar siswa yaitu peran

guru sebagai fasilitator. Salah satu tahapan seorang guru dapat dikatakan menjadi

fasilitator yang baik, yaitu dengan kemampuan mengakomodasikan gaya belajar

pada setiap siswa.6 Setiap siswa memiliki gaya belajar dominan yang

1 Angket Studi Pendahuluan dari 474 Siswa SMA Negeri Kota Tangerang Selatan 2 Angket Studi Pendahuluan dari 474 Siswa SMA Negeri Kota Tangerang Selatan 3 Angket Studi Pendahuluan dari 474 Siswa SMA Negeri Kota Tangerang Selatan 4 Wawancara Guru Fisika SMAN 5 Kota Tangerang Selatan 5 Angket Studi Pendahuluan dari 474 Siswa SMA Negeri Kota Tangerang Selatan 6 Putri Sulistiyani, Skripsi: Pelaksanaan Remedial Teaching pada Mata Pelajaran Matematika

di SD Negeri Delegan 2 Prambanan Sleman, (Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta, 2014),

h. 2

Page 2: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.id€¦ · 6 Putri Sulistiyani, Skripsi: Pelaksanaan Remedial Teaching pada Mata Pelajaran Matematika di SD Negeri Delegan 2 Prambanan Sleman,

2

membuatnya lebih mudah dalam memahami suatu informasi. Gaya belajar yang

dimiliki siswa salah satunya adalah gaya belajar read-write. Siswa read-write

memiliki karakteristik gaya belajar berupa: (1) menuliskan kata-kata secara

berulang-ulang; (2) membaca catatan secara berkali-kali; (3) menuliskan kembali

ide atau informasi dengan kalimat yang berbeda; dan (4) menerjemahkan semua

diagram, gambar dan sebagainya ke dalam kata-kata7 sehingga mereka lebih baik

dalam belajar ketika metode yang digunakan sesuai dengan karakteristik gaya

belajarnya. Namun dalam pembelajaran, guru kurang mengoptimalkan

karakteristik gaya belajarnya8 sehingga siswa read-write tidak terlibat aktif dalam

mengoptimalkan kemampuan membacanya saat memahami suatu materi.

Sementara siswa hanya belajar fisika di kelas ketika pembelajaran fisika

berlangsung, dan jika tidak ada pekerjaan rumah atau ulangan, mereka tidak

belajar fisika walaupun hanya sekedar membaca materi yang akan dipelajari.

Beberapa siswa mengatakan tidak sempat karena banyak tugas dari mata pelajaran

lain.9 Ketidakefektifan penggunaan metode dalam mengajar membuat sebanyak

38,5% siswa read-write mengalami remedial pada konsep hukum Newton. Jumlah

siswa read-write merupakan yang paling banyak mengikuti remedial pada konsep

hukum Newton (visual (11,6%), auditory (22,6%), kinesthetic (11%), campuran

(16,3%)).10 Kesulitan siswa pada konsep hukum Newton diantaranya pada konsep

hukum I Newton, hukum III Newton, dan jenis-jenis gaya.11

Kesulitan belajar siswa read-write harus segera ditangani. Penanganan

kesulitan siswa read-write yang lambat dapat berdampak pada kurangnya

7 Zulfiani Zulfiani, Iwan Permana Suwarna, dan Sujiyo Miranto, Science Education Adaptive

Learning System as a Computer-Based Science Learning with Learning Style Variations, Journal

of Baltic Science Education Vol. 17 No. 4, 2018, h, 715 8 Wawancara Guru Fisika SMAN 5 Kota Tangerang Selatan 9 Rismatul Azizah, Lia Yuliati, dan Eny Latifah, Kesulitan Pemecahan Masalah Fisika pada

Siswa SMA, (Malang: Universitas Negeri Malang), Jurnal Penulisan Fisika dan Aplikasinya

(JPFA), Vol. 5 No. 2, 2015, h. 47 10 Angket Studi Pendahuluan dari 474 Siswa SMA Negeri Kota Tangerang Selatan 11 Shofi Hikmatuz Zahroh, Parno, dan Nandang Mufti, Analisis Pemahaman Konsep Siswa

pada Hukum Newton, Pros. Seminar Pend. IPA Pascasarjana UM Vol. 2, 2017, h. 299

Page 3: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.id€¦ · 6 Putri Sulistiyani, Skripsi: Pelaksanaan Remedial Teaching pada Mata Pelajaran Matematika di SD Negeri Delegan 2 Prambanan Sleman,

3

pemahaman siswa pada konsep hukum Newton12 sehingga dapat menimbulkan

miskonsepsi dan ketidakpahaman siswa pada konsep-konsep selanjutnya yang

berhubungan dengan hukum Newton.13 Siswa akan semakin ketinggalan materi,

munculnya perasaan rendah diri karena prestasi belajar yang rendah. Selain itu,

siswa tidak dapat menjawab soal Ujian Nasional (UN) yang berkaitan dengan

konsep hukum Newton sehingga berdampak pada rendahnya hasil UN fisika.

Pengajaran perbaikan (remedial teaching) oleh guru diperlukan untuk

mencegah dan memperbaiki dampak negatif terhadap siswa read-write. Remedial

teaching seharusnya diberikan terlebih dahulu sebelum guru memberikan

remedial test kepada siswa.14 Remedial teaching telah diatur dalam Permendikbud

No. 104 Tahun 2014 Pasal 3 Ayat 3 Butir C yang berbunyi, ”penilaian hasil

belajar oleh pendidik memiliki tujuan untuk menetapkan program perbaikan atau

pengayaan berdasarkan tingkat penguasaan kompetensi.” Salah satu tujuan adanya

program remedial teaching adalah agar siswa read-write dapat memperbaiki atau

mengubah cara belajar ke arah yang lebih baik15 sehingga peluang untuk

mencapai hasil yang lebih baik semakin besar. Melalui remedial teaching, guru

akan memberi pengajaran kembali menggunakan metode yang sesuai dengan

karakteristik siswa read-write. Remedial teaching dengan metode SQ3R (Survey,

Question, Read, Recite, Review) bisa menjadi metode alternatif dalam belajar bagi

siswa read-write karena metode SQ3R merupakan metode pembelajaran yang

sangat baik untuk kepentingan membaca secara intensif, guna menemukan ide-ide

pokok dan pendukungnya serta membantu mengingat agar lebih tahan lama.16

Siswa dengan gaya belajar selain gaya belajar read-write tidak dapat

mengoptimalkan belajarnya karena langkah-langkah dalam metode SQ3R tidak

12 Nursefrian, Marungkil Pasaribu, dan Kamaluddin, Analisis Pemahaman Konsep Siswa SMA

Lab-School Palu pada Materi Hukum Newton, Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT), Vol. 4

No. 2, h. 40 13 Shofi Hikmatuz Zahroh, Parno, dan Nandang Mufti, Op.Cit., h. 299 14 Wawancara Guru Fisika SMAN 5 Kota Tangerang Selatan 15 Mukhtar dan Rusmini, Pengajaran Remedial Teori dan Penerapannya dalam Pembelajaran,

(Jakarta: PT Nimas Multima, 2008), h. 23 16 Lilis Siti Sulistyaningsih, Modul Metode SQ3R, (Universitas Terbuka:

http://repository.ut.ac.id/4816/1/PBIN4329-M1.pdf), (diakses pada Kamis, 23 Agustus 2018 pukul

12.54 WIB), h. 3-4

Page 4: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.id€¦ · 6 Putri Sulistiyani, Skripsi: Pelaksanaan Remedial Teaching pada Mata Pelajaran Matematika di SD Negeri Delegan 2 Prambanan Sleman,

4

mengakomodasi gaya belajar selain gaya belajar read-write. Langkah-langkah

metode SQ3R yang sistematis digunakan dalam memahami ide-ide pokok atau

konsep-konsep yang ada dalam teks.17 Penggunaan metode SQ3R dalam

pembelajaran fisika dapat digunakan untuk memahami materi ajar, memudahkan

siswa read-write dalam menemukan konsep-konsep dalam teks, dan diharapkan

dapat meningkatkan hasil belajar siswa read-write pada konsep hukum Newton.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “Pengaruh Metode Survey, Question, Read, Recite, Review

(SQ3R) dalam Remedial Teaching terhadap Hasil Belajar Siswa Read-Write

Style pada Konsep Hukum Newton.”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat diidentifikasi

masalah-masalah sebagai berikut:

1. Siswa read-write merasa kesulitan dalam mempelajari fisika, khususnya pada

konsep hukum Newton.

2. Siswa read-write tidak mudah memahami materi hukum Newton ketika guru

tidak mengoptimalkan gaya belajar siswa read-write.

3. Siswa read-write mengharapkan stimulus yang digunakan guru sesuai dengan

karakteristik gaya belajarnya melalui metode pembelajaran yang digunakan.

4. Hasil belajar siswa read-write pada konsep hukum Newton belum mencapai

KKM.

5. Siswa read-write tidak mengalami perubahan terhadap pemahamannya pada

konsep hukum Newton apabila guru tidak melakukan remedial teaching

dengan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik gaya

belajarnya.

17 Mimi Umayah, Skripsi: Penerapan Metode Pembelajaran SQ3R (Survey, Question, Read,

Recite, Review) untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Matematika Siswa, (Jakarta: UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2015), h. 5

Page 5: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.id€¦ · 6 Putri Sulistiyani, Skripsi: Pelaksanaan Remedial Teaching pada Mata Pelajaran Matematika di SD Negeri Delegan 2 Prambanan Sleman,

5

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, agar penelitian lebih terarah dan

masalah dapat terkaji secara mendalam untuk itu diperlukannya pembatasan

masalah sebagai berikut:

1. Konsep hukum Newton yang diajarkan kepada siswa read-write yaitu hukum

Newton tentang gerak sesuai dengan kurikulum 2013 revisi.

2. Sampel penelitian ini adalah siswa read-write yang tidak tuntas (tidak

mencapai nilai KKM, yaitu 75) pada konsep hukum Newton tentang gerak.

3. Hasil belajar siswa yang diamati hanya pada ranah kognitif, yaitu C1

(mengingat), C2 (memahami), C3 ( mengaplikasikan) dan C4 (menganalisis)

berdasarkan taksonomi Bloom yang telah direvisi.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan batasan masalah di atas, maka

permasalahan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah metode SQ3R dalam remedial teaching berpengaruh terhadap hasil

belajar siswa read-write?

2. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa read-write pada kelas eksperimen

dan kelas kontrol dalam remedial teaching?

3. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa read-write ranah kognitif C1

sampai C4 dalam remedial teaching?

4. Bagaimanakah respon siswa read-write terhadap penggunaan metode SQ3R

dalam remedial teaching?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, tujuan yang ingin dicapai

melalui penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh penggunaan metode SQ3R

dalam remedial teaching terhadap hasil belajar siswa read-write style.

2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar sisiwa read-write pada kelas

eksperimen dan kelas kontrol dalam remedial teaching.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.id€¦ · 6 Putri Sulistiyani, Skripsi: Pelaksanaan Remedial Teaching pada Mata Pelajaran Matematika di SD Negeri Delegan 2 Prambanan Sleman,

6

3. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa read-write ranah kognitif

C1 sampai C4 dalam remedial teaching.

4. Untuk mengetahui respon siswa read-write terhadap penggunaan metode

SQ3R dalam remedial teaching.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi segenap pihak yang

terlibat. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain:

1. Manfaat Teoritis

a. Menambah keilmuan tentang pelaksanaan remedial teaching di lapangan

khususnya.

b. Memberi masukan dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa read-

write melalui remedial teaching.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan informasi tentang program remedial teaching.

b. Memberikan informasi tentang gaya belajar read-write.

c. Memberikan informasi tentang metode SQ3R.

d. Memberikan pemahaman pentingnya mengoptimalkan mengajar sesuai

gaya belajar siswa.

e. Memberikan pemahaman pentingnya remedial teaching dalam bidang

pendidikan.

f. Memberikan gambaran penggunaan metode SQ3R dalam remedial

teaching untuk siswa read-write.

g. Dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya.

h. Memberikan referensi dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan proses

belajar mengajar yang dilakukan oleh guru.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.id€¦ · 6 Putri Sulistiyani, Skripsi: Pelaksanaan Remedial Teaching pada Mata Pelajaran Matematika di SD Negeri Delegan 2 Prambanan Sleman,

7

BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoritik

1. Remedial Teaching

a. Pengertian Remedial Teaching

Menurut Kamus Inggris-Indonesia, istilah remedial berasal dari kata remedy

(bahasa Inggris) yang berarti obat, memperbaiki atau menolong. Karena itu,

remedial berarti hal-hal yang berhubungan dengan perbaikan. Remedial teaching

merupakan suatu bentuk pengajaran yang bersifat mengobati, menyembuhkan

atau membetulkan pengajaran dan membuatnya menjadi lebih baik dalam rangka

mencapai tujuan pengajaran yang maksimal.

Remedial merupakan suatu sistem belajar yang dilakukan berdasar diagnosa

yang komprehensif (menyeluruh), yang dimaksudkan untuk menemukan

kekurangan-kekurangan yang dialami siswa dalam belajar sehingga dapat

mengoptimalisasikan prestasi belajar. Dengan kata lain, kegiatan perbaikan yang

dilakukan merupakan segala usaha yang dilaksanakan untuk mengidentifikasi

faktor-faktor penyebabnya dan kemudian mengupayakan alternatif-alternatif

pemecahan kesulitan belajar belajar ini, baik dengan cara pencegahan maupun

penyembuhan, berdasarkan data dan informasi yang lengkap dan objektif.

1

Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

remedial teaching merupakan pembelajaran yang bersifat mencegah, mengobati,

menyembuhkan atau membetulkan dengan melakukan diagnosis kesulitan belajar

siswa dan mengupayakan alternatif pemecahan kesulitan belajarnya sehingga

siswa dapat kembali mengikuti kegiatan belajar secara klasikal dan mencapai

prestasi secara optimal.

1 Mukhtar dan Rusmini, Op.Cit., h. 8

Page 8: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.id€¦ · 6 Putri Sulistiyani, Skripsi: Pelaksanaan Remedial Teaching pada Mata Pelajaran Matematika di SD Negeri Delegan 2 Prambanan Sleman,

8

Remedial teaching pada hakikatnya merupakan kewajiban bagi semua guru

setelah mereka melakukan evaluasi formatif dan menemukan adanya anak yang

belum mampu meraih tujuan belajar yang telah ditetapkan sebelumnya.2 Remedial

teaching telah diatur dalam Permendikbud No. 104 Tahun 2014 Pasal 3 Ayat 3

Butir C yang berbunyi, ”penilaian hasil belajar oleh pendidik memiliki tujuan

untuk menetapkan program perbaikan atau pengayaan berdasarkan tingkat

penguasaan kompetensi.”

b. Perbedaan Pengajaran Biasa dengan Remedial Teaching

Bila dibandingkan, maka perbedaan antara pengajaran biasa dengan

pengajaran perbaikan (remedial) dapat dilihat sebagai berikut:

1) Kegiatan pengajaran biasa sebagai program pembelajaran di kelas dan semua

siswa ikut berpartisipasi, sedangkan kegiatan pengajaran perbaikan dilakukan

setelah diketahui adanya kesulitan belajar, kemudian dilakukan pelayanan

khusus.

2) Tujuan pengajaran biasa adalah dalam rangka mencapai tujuan pengajaran

yang ditetapkan sesuai dengan kurikulum yang berlaku dan sama untuk

semua siswa, sedangkan pengajaran perbaikan tujuannya disesuaikan dengan

kesulitan belajar siswa, walaupun tujuan akhirnya sama.

3) Metode yang digunakan dalam pengajaran biasa sama untuk semua siswa,

sedangkan metode dalam pengajaran perbaikan disesuaikan dengan sifat,

jenis dan latar belakang kesulitan.

4) Pengajaran biasa dilakukan oleh guru, sedangkan pengajaran perbaikan oleh

tim (kerja sama).

5) Alat pengajaran perbaikan lebih bervariasi.

6) Pengajaran perbaikan lebih diferensial dengan pendekatan individual.

7) Evaluasi pengajaran perbaikan disesuaikan dengan kesulitan belajar yang

dialami oleh siswa.3

2 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: PT Rineka

Cipta, 2003), h. 20 3 Mukhtar dan Rusmini, Op.Cit., h. 21-22

Page 9: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.id€¦ · 6 Putri Sulistiyani, Skripsi: Pelaksanaan Remedial Teaching pada Mata Pelajaran Matematika di SD Negeri Delegan 2 Prambanan Sleman,

9

c. Prinsip-Prinsip Remedial Teaching

Kusnandar mengemukakan prinsip-prinsip remedial teaching yang diuraikan

seperti di bawah ini.

1) Penyiapan pembelajaran: proses identifikasi kebutuhan siswa dan

menyiapkan rencana pembelajaran agar efektif.

2) Merancang berbagai kegiatan pembelajaran remedial untuk siswa dengan

bervariasi.

3) Merancang belajar bermakna, misalnya kuis, games, dan sebagainya.

4) Pemilihan pendekatan pembelajaran.

5) Memberikan arahan yang jelas untuk menghindari kebingungan siswa.

6) Merumuskan gagasan utama sesuai dengan kesulitan yan dialami siswa.

7) Meningkatkan keinginan belajar dan motivasi kepada siswa.

8) Mendorong siswa berpartisipasi aktif dalam kelas.

9) Memfokuskan pada proses belajar.

10) Memperlihatkan kepedulian terhadap individu siswa.4

d. Tujuan dan Fungsi Remedial Teaching

Secara umum, tujuan pengajaran perbaikan (remedial teaching) tidak berbeda

dengan pengajaran biasa, yaitu dalam rangka mencapai tujuan belajar yang telah

ditetapkan. Secara khusus, pengajaran perbaikan ini bertujuan untuk memberikan

bantuan yang berupa perlakuan pengajaran kepada para siswa yang lambat,

mengalami kesulitan, ataupun gagal dalam belajar, sehingga mereka dapat secara

tuntas dalam menguasai bahan atau materi pelajaran yang diberikan dan dapat

mencapai prestasi belajar yang diharapkan melalui proses perbaikan. Secara lebih

rinci, tujuan pengajaran perbaikan adalah:

1) Agar siswa dapat memahami dirinya, khususnya prestasi belajarnya, dapat

mengenal kelemahannya dalam mempelajari suatu bidang studi dan juga

kekuatannya.

4 Mulyadi, Diagnosis Kesulitan Belajar dan Bimbingan terhadap Kesulitan Belajar Khusus,

(Yogyakarta: Nuha Litera, 2010), h. 51-52

Page 10: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.id€¦ · 6 Putri Sulistiyani, Skripsi: Pelaksanaan Remedial Teaching pada Mata Pelajaran Matematika di SD Negeri Delegan 2 Prambanan Sleman,

10

2) Agar siswa dapat memperbaiki atau mengubah cara belajar ke arah yang lebih

baik.

3) Agar siswa dapat memilih materi dan fasilitas belajar secara tepat.

4) Agar siswa dapat mengembangkan sikap dan kebiasaan yang dapat

mendorong tercapainya hasil yang lebih baik.

5) Agar siswa dapat melaksanakan tugas-tugas belajar yang diberikan

kepadanya, setelah ia mampu mengatasi hambatan-hambatan yang menjadi

penyebab kesulitan belajarnya dan dapat mengembangkan sikap serta

kebiasaan yang baru dalam belajar.5

Sedangkan dalam keseluruhan proses pembelajaran, pengajaran perbaikan

(remedial) berfungsi sebagai:

a) Fungsi Korektif

Fungsi korektif berarti bahwa melalui remedial teaching dapat dilakukan

pembetulan atau perbaikan terhadap hal-hal yang dipandang belum memenuhi apa

yang diharapkan dalam keseluruhan proses pembelajaran, antara lain mencakup

perumusan tujuan, penggunaan metode, cara-cara belajar, materi dan alat

pelajaran, evaluasi dan lain-lain.

b) Fungsi Pemahaman

Fungsi pemahaman berarti bahwa dengan pengajaran remdial memungkinkan

guru, siswa atau pihak-pihak lainnya akan dapat memperoleh pemahaman yang

lebih baik dan kompresif mengenai pribadi siswa.

c) Fungsi Penyesuaian

Fungsi penyesuaian berarti bahwa remedial teaching dapat membentuk siswa

untuk bisa beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan lingkungannya (proses

belajarnya). Artinya, siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuannya sehingga

peluang untuk mencapai hasil yang lebih baik semakin besar.

5 Mukhtar dan Rusmini, Op.Cit., h. 23-24

Page 11: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.id€¦ · 6 Putri Sulistiyani, Skripsi: Pelaksanaan Remedial Teaching pada Mata Pelajaran Matematika di SD Negeri Delegan 2 Prambanan Sleman,

11

d) Fungsi Pengayaan

Fungsi pengayaan berarti bahwa remedial teaching akan dapat memperkaya

proses pembelajaran, sehingga materi yang tidak disampaikan dengan pengajaran

regular, akan dapat diperoleh melalui remedial teaching.

e) Fungsi Akselerasi

Fungsi akselerasi berarti bahwa dengan remedial teaching akan dapat

diperoleh hasil belajar yang lebih baik dengan menggunakan waktu yang efektif

dan efisien. Dengan kata lain, dapat mempercepat proses pembelajaran, baik dari

segi waktu maupun materi.

6) Fungsi Terapeutik

Fungsi terapeutik berarti bahwa secara langsung atau tidak, remedial teaching

akan dapat membantu menyembuhkan atau memperbaiki kondisi-kondisi

kepribadian siswa yang diperkirakan menunjukkan adanya penyimpangan. Hal ini

tentunya akan dapat menunjang pencapaian prestasi belajar yang lebih baik dan

pencapaian prestasi yang baik akan dapat mempengaruhi pribadi (timbal balik).6

e. Unsur-unsur dalam Kegiatan Remedial Teaching

Unsur-unsur yang terdapat dalam kegiatan remedial teaching, yaitu:

1) Sifat kegiatan remedial

Sifat-sifat pokok dalam kegiatan remedial, diantaranya: menyederhanakan

konsep-konsep yang kompleks; menjelaskan konsep-konsep yang kabur; dan

memperbaiki konsep-konsep yang disalah-tafsirkan.

2) Jumlah siswa yang memerlukan kegiatan remedial

Hal yang harus diperhatikan dalam hal ini adalah bagaimana seorang guru

mengambil keputusan dalam menetapkan jumlah siswa yang memerlukan bantuan

kegiatan perbaikan pada saat yang sama sehingga kesulitan-kesulitan tiap siswa

masih sempat diperhatikan, disamping siswa yang lain juga tidak diabaikan.

6 Ibid., h. 24-25

Page 12: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.id€¦ · 6 Putri Sulistiyani, Skripsi: Pelaksanaan Remedial Teaching pada Mata Pelajaran Matematika di SD Negeri Delegan 2 Prambanan Sleman,

12

3) Tempat kegiatan remedial diberikan

Guru harus mempertimbangkan dimana tempat yang paling tepat untuk

menyelenggarakan kegiatan perbaikan. Agar dapat memusatkan perhatian pada

pekerjaannya, mendapat bantuan yang wajar tersedia, mendapatkan alat-alat yang

wajar tersedia, tanpa mengganggu teman-teman sekelasnya.

4) Waktu penyelenggaraan kegiatan remedial

a) Kapan dilaksanakan dengan tepat.

b) Berapa lama dilaksanakan, bergantung pada: tingkat kesulitan belajar

siswa; waktu yang tersedia pada guru; dan waktu yang dibutuhkan oleh

siswa.

5) Siapa yang memberikan kegiatan remedial

Pihak-pihak yang dapat memberikan bantuan diantaranya: guru bidang studi;

guru pembimbing (BP); wali kelas; tutor sebaya; tutor serumah; dan sebagainya.

Yang penting siswa dapat menerima proses dan jenis bantuan yang tepat yang

memungkinkan siswa dapat belajar lebih baik.7

6) Metode yang dipakai dalam memberikan remedial

Banyak jenis metode yang digunakan dalam proses belajar-mengajar antara

lain: metode ceramah; diskusi; pemberian tugas dan resitasi; kerja kelompok;

tanya jawab; demonstrasi dan eksperimen; penemuan; role playing;

brainstorming; sosio drama; dan sebagainya.8

f. Pendekatan dalam Remedial Teaching

Pendekatan yang digunakan dalam remedial teaching, yaitu:

1) Strategi dan Teknik Pendekatan Remedial Teaching yang Kuratif9

Strategi macam ini berkaitan dengan PBM (Proses Belajar Mengajar). Kalau

program PBM telah diselenggarakan, lazimnya secara kelompok atau klasikal ada

7 Ischak S.W dan Warji R., Program Remedial dalam Proses Belajar-Mengajar, (Yogyakarta:

Liberty, 1982), h. 38-40 8 Ibid., h. 44 9 Mulyadi, Op.Cit., h. 53

Page 13: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.id€¦ · 6 Putri Sulistiyani, Skripsi: Pelaksanaan Remedial Teaching pada Mata Pelajaran Matematika di SD Negeri Delegan 2 Prambanan Sleman,

13

beberapa siswa yang memperlihatkan ketidakmampuan menyelesaikan tugas-

tugasnya. Siswa-siswa itu adalah:

a) Siswa yang prestasinya ada di batas kriteria keberhasilan minimal

b) Siswa yang sedikit masih kurang atau sebaliknya lebih tinggi sekalipun

prestasinya dari ukuran kriteria keberhasilan minimal; dengan kata lain

prestasinya masih lemah.

Oleh para ahli untuk membantu siswa yang tergolong dalam a dan b diterapi

dengan pendekatan yang dikenal dengan pengulangan (repeatition), pengayaan

(enrichment), dan penguatan (reinforcement), serta percepatan (acceleration).

2) Strategi dan Teknik Pendekatan Remedial Teaching yang Preventif10

Strategi macam ini hanya ditujukan kepada siswa yang secara empirik, yang

berdasarkan data diprediksikan akan mengalami kesulitan dalam program studi

tertentu yang ditempuhnya. Oleh karena itu, pendekatan preventif selalu berupaya

agar siswa selalu mampu mencapai prestasi dan mampu menyelesaikan dengan

kriteria keberhasilan yang ditetapkan.

Jadi, kalau pendekatan kuratif yang dihadapkan pada siswa yang benar-benar

tidak tahu atau kurang memiliki kemampuan, tindakan remedial mendasarkan

pada post-teaching diagnostic (diagnostik pasca mengajar) dengan data-data dari

hasil tes sumatif, tes yang menyeluruh. Sedangkan pendekatan preventif, tindakan

remedial mendasarkan pada pretest (tes awal) atau evaluasi reflektif atau juga test

of entering behaviors (tes perilaku awal).

3) Strategi dan Teknik Pendekatan Remedial Teaching yang Bersifat

Pengembangan11

Pendekatan ketiga ini bersifat pengembangan, yaitu tindak lanjut diagnostik

selama mengajar. Dengan kata lain, diagnostik yang dilakukan guru pada waktu

PBM berlangsung.

10 Ibid., h. 57 11 Ibid., h. 61

Page 14: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.id€¦ · 6 Putri Sulistiyani, Skripsi: Pelaksanaan Remedial Teaching pada Mata Pelajaran Matematika di SD Negeri Delegan 2 Prambanan Sleman,

14

g. Langkah-langkah Melakukan Remedial Teaching

Bila membicarakan langkah-langkah yang akan dilaksanakan dalam

melakukan remedial teaching, berarti tidak terlepas dari pembicaraan mengenai

langkah-langkah yang ditempuh dalam mendiagnosis siswa yang mengalami

kesulitan dalam belajar, karena program remedial merupakan tindak lanjut (follow

up) dari usaha memecahkan kesulitan belajar yang dialami oleh siswa.

Secara umum langkah-langkah prosedur diagnosis kesulitan belajar yang

dialami oleh siswa meliputi langkah-langkah sebagai berikut:

1) Identifikasi kasus, yaitu menentukan siapa-siapa siswa yang mengalami

gangguan atau kesulitan dalam belajar.

Untuk dapat menentukan hal ini, dapat diketahui dari informasi atau data

prestasi dan proses pembelajaran.

2) Menentukan gejala kesulitan belajar yang dialami siswa dan mengetahui di

manakah kelemahan-kelemahan itu dapat dilokasikan.

Pada langkah kedua ini, data dapat diperoleh dari informasi tes diagnostik

yang dilaksanakan. Untuk melaksanakan program remedial ini, guru tidak perlu

mengulang seluruh materi pelajaran, tetapi cukup menandai bagian mana yang

tidak dipahami oleh siswa.

3) Menganalisis berbagai faktor yang berkaitan dengan timbulnya kesulitan

belajar dan mengetahui mengapa kelemahan-kelemahan iu dapat terjadi.

Kelemahan-kelemahan ini dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor

siswa (internal) dan faktor di luar siswa (eksternal).

4) Menyusun rekomendasi (saran-saran) penyembuhan yang akan dipergunakan

dalam remedial teaching.

5) Menentukan bagaimana upaya penyembuhan atau pencegahan terhadap

kelemahan atau kesulitan dalam belajar tersebut.

Langkah pertama sampai keempat di atas merupakan usaha perbaikan atau

penyembuhan, yaitu upaya mengatasi kesulitan belajar yang dialami oleh siswa.

Langkah kelima merupakan usaha pencegahan, yaitu suatu antisipasi agar

Page 15: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.id€¦ · 6 Putri Sulistiyani, Skripsi: Pelaksanaan Remedial Teaching pada Mata Pelajaran Matematika di SD Negeri Delegan 2 Prambanan Sleman,

15

kesulitan belajar yang sama tidak terulang kembali pada siswa yang mengikuti

kegiatan pembelajaran tersebut.12

Sebagai tindak lanjut dari langkah-langkah remedial teaching ini, maka ada

tiga kemungkinan yang akan menjadi alternatif tindakan, yaitu:

a) Apabila program remedial yang dilaksanakan berhasil, maka selanjutnya

dapat diteruskan ke program pembelajaran berikutnya.

b) Apabila program remedial tersebut belum berhasil secara sepenuhnya, maka

siswa dapat diserahkan kepada pembimbing untuk melakukan kegiatan

pengayaan.

c) Apabila program remedial tersebut belum berhasil, maka perlu diadakan

diagnosis kembali untuk mengetahui letak kelemahan program remedial yang

telah dilaksanakan, dan selanjutnya diadakan pengulangan kembali. 13

2. Gaya Belajar Read-Write

a. Pengertian Gaya Belajar

Gaya belajar menurut Ghufron, merupakan sebuah pendekatan yang

menjelaskan mengenai bagaimana individu untuk berkonsentrasi pada proses dan

menguasai informasi yang sulit dan baru melalui persepsi yang berbeda. Definisi

lain tentang gaya belajar berasal dari Hernacki dan DePorter menurutnya gaya

belajar merupakan kombinasi dari cara seseorang dalam menyerap informasi,

kemudian mengatur informasi dan mengolah informasi tersebut menjadi

bermakna.

Definisi lain tentang gaya belajar merupakan sebagai cara di mana individu

mulai berkonsentrasi pada proses, internalisasi dan pertahankan informasi

akademis yang baru dan sulit. Jadi, gaya belajar merupakan bagaimana cara

seseorang untuk dapat dengan mudah menyerap informasi yang diperolehnya,

kemudian mengolah informasi tersebut dan menguasainya sehingga informasi

menjadi bermakna. Setiap siswa memiliki gaya belajar dominannya, itulah yang

membuat gaya belajar yang dimiliki setiap siswa berbeda-beda.

12 Mukhtar dan Rusmini, Op.Cit., h. 80-83 13 Ibid., h. 86-87

Page 16: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.id€¦ · 6 Putri Sulistiyani, Skripsi: Pelaksanaan Remedial Teaching pada Mata Pelajaran Matematika di SD Negeri Delegan 2 Prambanan Sleman,

16

b. Macam-macam Gaya Belajar VARK

Gaya belajar VARK adalah gaya belajar yang telah dimodifikasi dari gaya

belajar VAK, menjadi gaya belajar VARK oleh Fleming pada 2006. Terdapat

empat macam gaya belajar VARK, yaitu gaya belajar Visual, Auditory, Read-

Write, dan Kinesthetic. Berikut ini penjelasan keempat gaya belajar VARK:

1) Gaya Belajar Visual

Gaya belajar visual adalah gaya belajar dimana siswa lebih tertarik

menggunakan gambar, dan alat simbolis seperti grafik, diagram alur, hierarki,

model, dan panah yang mewakili informasi cetak/berbentuk teks. Mereka juga

mampu menjelaskan konsep kepada orang lain dengan menggambar sebuah

gambar atau gambar.14

2) Gaya Belajar Auditory

Gaya belajar auditori adalah gaya belajar dimana siswa belajar sesuatu

melalui mendengarkan. Mereka akan memberikan perhatian lebih pada

kata-kata yang disampaikan oleh guru. Mereka lebih suka mendengarkan daripada

menulis catatan.15

3) Gaya Belajar Read-Write

Gaya belajar read-write adalah gaya belajar yang lebih banyak aspek

membaca dan menulis. Seseorang yang dengan gaya belajar read-write akan lebih

mudah memahami materi pembelajaran dengan membaca dan menulis. Adapun

sarana atau media yang cocok untuk gaya belajar read-write, antara lain: kamus,

handout, buku teks, catatan, daftar, essay, membaca buku manual dan berbagai

jenis kegiatan lain yang berhubungan dengan membaca dan menulis.16 Siswa

dengan gaya belajar read-write adalah tipe pencatat. Mereka belajar lebih baik

14 Norasmah Othman, dan Mohammad Hasril Amiruddin, Different Pesrpectives of Learning

Styles from VARK Model, Procedia Social and Behavorial Sciences 7(C), 2010, h. 656 15 Ibid. 16 Darmadi, Pengembangan Metodedan Metode Pembelajaran dalam Dinamika Belajar Siswa,

(Yogyakarta: Deepublish, 2017), h. 168

Page 17: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.id€¦ · 6 Putri Sulistiyani, Skripsi: Pelaksanaan Remedial Teaching pada Mata Pelajaran Matematika di SD Negeri Delegan 2 Prambanan Sleman,

17

melalui catatan yang diambil dari pembelajaran di kelas atau dari bahan bacaan

yang sulit.17

Adapun strategi belajar untuk gaya belajar read-write, antara lain: 18

a) Artikel (teks), banyak bacaan dan informasi bacaan

b) Menulis ulang, membuat resume

c) Membaca kesimpulan dari orang lain (sinopsis)

d) Membaca instruksi

e) Mencari informasi di luar

f) Menemukan ide dari bacaan

g) Membaca penjelasan yang lengkap tentang informasi

h) Ulasan tertulis (rangkuman hasil pekerjaannya)

i) Review hasil tulisannya

j) Penjelasan rinci

k) Menggunakan sistem modul

l) Menulis kembali dan membacanya berulang-ulang (dengan konten yang

sama)

4) Gaya Belajar Kinesthetic

Gaya belajar kinesthetic adalah gaya belajar dimana siswa harus melalui

pengalaman untuk mempelajari sesuatu. Mereka lebih suka menerapkan sentuhan,

gerakan, dan interaksi dengan lingkungan mereka. Selain itu, mereka tidak suka

belajar hanya dengan mendengarkan dan visual.19

5) Gaya Belajar Campuran

Siswa yang tidak memiliki satu gaya belajar dominan dilihat dari skor satu

gaya belajar lebih unggul dari skor lainnya, didefinisikan sebagai

17 Norasmah Othman, dan Mohammad Hasril Amiruddin, Loc.Cit. 18 Zulfiani, Iwan Permana Suwarna, Sujiyo Miranto, Laporan Hasil Penelitian Pengembangan

Hak Kekayaan Intelektual Tahun Anggaran 2017 “Pengembangan Scienced Education-Adaptive

Learning System sebagai Media Belajar IPA Berbasis Komputer dengan Variasi Gaya Belajar

Peserta Didik”, (Pusat Penelitian dan Penerbitan (PUSLITPEN) LP2M: UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, 2017), h. 2-4 19 Norasmah Othman, dan Mohammad Hasril Amiruddin, Op.Cit., h. 656-657

Page 18: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.id€¦ · 6 Putri Sulistiyani, Skripsi: Pelaksanaan Remedial Teaching pada Mata Pelajaran Matematika di SD Negeri Delegan 2 Prambanan Sleman,

18

multimodal/memiliki gaya belajar campuran. Mereka ada dua jenis. Ada siswa

yang fleksibel dalam penggunaan gaya belajar dan siswa yang beralih dari satu

gaya belajar ke gaya belajar lainnya tergantung pada apa yang mereka kerjakan.

Misal, jika mereka harus berurusan dengan legalitas, mereka akan menerapkan

gaya belajar read-write. Jika mereka menonton demonstrasi teknik, mereka akan

mengekspresikan gaya belajar kinestetiknya.

Siswa dengan gaya belajar campuran ini mungkin memiliki dua, tiga atau

empat gaya belajar yang hampir sama dalam skor VARK mereka. Mereka

membutuhkan waktu lebih lama untuk mengumpulkan informasi dari setiap gaya

belajar dan sebagai hasilnya, mereka sering memiliki pemahaman yang lebih

dalam dan lebih luas. Mereka mungkin dilihat sebagai penunda tetapi beberapa

dari mereka mungkin hanya mengumpulkan semua informasi sebelum bertindak -

dan pengambilan keputusan dan pembelajaran mereka mungkin lebih baik karena

luasnya pemahaman.20

c. Pentingnya Mengetahui Gaya Belajar

Pertama, siswa. Dari pihak siswa, dengan diketahuinya gaya belajar dominan

yang dimiliki, siswa lebih termotivasi untuk belajar di lingkungan pembelajaran

yang mengakomodasi karakteristik pembelajaran mereka dan membantu mereka

dalam merumuskan strategi pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan

pembelajaran mereka,21 sehingga membantu siswa untuk mendapatkan prestasi

dalam pembelajaran mereka.

Kedua, guru. Dengan mengetahui gaya belajar siswa, guru dapat membantu

siswa belajar sesuai dengan gaya belajar yang dimiliki siswa22 dengan lebih

memperhatikan desain pembelajaran yang akan dikelolanya menyesuaikan gaya

20 Anonim, VARK A Guide to Learning Preferences, www.vark-learn.com, (diakses pada

Kamis, 16 Mei 2019 pukul 09.23 WIB) (Anonim) 21 Halizah Awang, dkk., Relationship between the Learning Styles Preferences and Academic

Achievement, (Batu Pahat: Universiti Tun Hussein Onn Malaysia, 2017), h. 2 22 Febi Dwi Widayanti, Pentingnya Mengetahui Gaya Belajar Siswa dalam Pembelajaran di

Kelas, Erudio Vol. 2 No.1, 2013, h. 8

Page 19: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.id€¦ · 6 Putri Sulistiyani, Skripsi: Pelaksanaan Remedial Teaching pada Mata Pelajaran Matematika di SD Negeri Delegan 2 Prambanan Sleman,

19

belajar siswa 23 sehingga prestasi belajar siswa dapat tumbuh dengan baik. Dalam

hal ini, dituntut kreativitas dalam memvariasikan metode mengajar dalam hal

pemilihan media pendidikan.24

Ketiga, orang tua. Bagi orang tua dengan mengetahui gaya belajar anaknya,

memungkinkan mereka untuk menyediakan fasilitas belajar yang sesuai dengan

gaya belajar anak-anak mereka di rumah.25

3. Metode Pembelajaran SQ3R

a. Pengertian Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran adalah seluruh perencanaan dan prosedur maupun

langkah-langkah kegiatan pembelajaran termasuk pilihan cara penilaian yang akan

dilaksanakan. Metode pembelajaran dapat dianggap sebagai suatu prosedur atau

proses yang teratur, suatu jalan atau cara yang teratur untuk melakukan

pembelajaran. Selain itu, definisi lain dari metode merupakan a way in achieving

something, yang dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk

mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata

dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.26 Menurut Wina Sanjaya,

metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang

sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara

optimal.

Berdasarkan beberapa definisi metode pembelajaran menurut para ahli,

metode pembelajaran adalah suatu prosedur atau cara yang digunakan untuk

melaksanakan rencana kegiatan pembelajaran yang sudah disusun teratur dalam

kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.

23 Yen Chania, M. Haviz, dan Dewi Sasmita, Hubungan Gaya Belajar dengan Hasil Belajar

Siswa pada Pembelajaran Biologi Kelas X SMAN 2 Sungai Tarab Kabupaten Tanah Datar,

Journal of Sainstek 8 (1), 2016, h. 78 24 Darmadi, Op.Cit., h. 173 25 Ibid., h. 174 26 Taufik, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Inti Prima, 2010), h. 13

Page 20: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.id€¦ · 6 Putri Sulistiyani, Skripsi: Pelaksanaan Remedial Teaching pada Mata Pelajaran Matematika di SD Negeri Delegan 2 Prambanan Sleman,

20

b. Metode SQ3R

1) Pengertian Metode SQ3R

SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) merupakan metode

pembelajaran yang sangat baik untuk kepentingan membaca secara intensif dan

rasional, guna menemukan ide-ide pokok dan pendukungnya serta membantu

mengingat agar lebih tahan lama. Metode ini dianjurkan oleh seorang guru besar

psikologi dari Ohio State University, yaitu Francis P. Robinson.27 Metode SQ3R

dapat digunakan dalam proses pembelajaran kurikulum 2013 karena memiliki

tahapan atau sintaks yang sesuai dengan metode pembelajaran saintifik.28

2) Karakteristik Metode SQ3R

Membaca dengan menggunakan metode SQ3R memiliki beberapa

karakteristik, yaitu:29

a) Melakukan survey. Kegiatan survey ini untuk memperoleh gambaran umum

dari suatu bacaan.

b) Merumuskan beberapa pertanyaan tentang isi bacaan. Kegiatan ini diharapkan

dapat menumbuhkan rasa ingin tahu yang jawabannya terdapat dalam isi

bacaan tersebut.

c) Membaca. Kegiatan ini untuk mendapatkan informasi dari pertanyaan-

pertanyaan yang muncul pada kegiatan sebelumnya.

d) Menceritakan/mengutarakan kembali isi bacaan. Hal ini untuk memudahkan

ingatan.

e) Meninjau kembali/mengulang kembali apa yang dianggap penting. Aktivitas

ini bertujuan untuk memberikan gambaran keseluruhan dari isi bacaan.

27 Lilis Siti Sulistyaningsih, Op.Cit., h. 3-4 28 Boni Alep, Daud K. Walanda, dan Baharuddin Hamzah, Penerapan Metode Pembelajaran

SQ3R Berbantuan Internet terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X pada Materi Sistem Periodik

Unsur di SMA Labschool Palu, Jurnal Akademika Kimia Vol. 4 No. 1, 2015, h. 46 29 Rochanda Wiradinata, Jaja dan Apipuddin, Keefektifan Metode SQ3R Berbasis Teks Bernilai

Budaya dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman, Jurnal Tuturan Vol. 4 No.1, 2015, h. 727

Page 21: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.id€¦ · 6 Putri Sulistiyani, Skripsi: Pelaksanaan Remedial Teaching pada Mata Pelajaran Matematika di SD Negeri Delegan 2 Prambanan Sleman,

21

3) Langkah-langkah Metode SQ3R

a) Langkah 1: Survey

Melihat sekilas judul bacaan untuk menemukan beberapa poin yang akan

dikembangkan. Survei dilakukan tidak lebih dari satu menit dan memunculkan

tiga hingga enam poin yang akan dibahas dalam diskusi kelas.30 Selain itu,

melihat sekilas untuk mengenal keseluruhan anatomi buku, kemenarikan, dan

kemanfaatannya. Anatomi buku meliputi: (1) bagian pendahuluan, seperti

halaman judul (judul, nama pengarang, penerbit, tempat penerbit, tahun terbit,

dan sebagainya), daftar isi, halaman ucapan terima kasih, daftar, tabel, dan daftar

gambar (jika ada daftar tabel, grafik, dan gambar), barangkali juga halaman yang

berisi persetujuan yang berwenang menerbitkan buku tersebut, dan abstraksi; (2)

bagian isi buku, yang menggambarkan urutan dan tata penyajian isi buku; (3)

bagian akhir buku, yaitu berisi kesimpulan, saran atau rekomendasi, daftar

pustaka, dan indeks.31

b) Langkah 2: Question

Pembaca mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang berkaitan dengan

bacaan. Pertanyaan-pertanyaan yang dibuat dapat menuntunnya memahami

bacaan dan mengarahkan pikiran pada isi bacaan sehingga pembaca bersikap

aktif. Pembaca boleh mengkritik, tidak hanya mengikuti saja apa yang dikatakan

pengarang.32 Cara yang dapat digunakan ialah dengan mengubah judul dan

subjudul atau yang lebih kecil dari subjudul menjadi suatu pertanyaan, dengan

menggunakan kata-kata tanya apa, siapa, kapan, di mana, mengapa dan

bagaimana.33

30 Francis P. Robinson, Effective Study, (United States of America: Harper & Brothers, 1946),

h. 28 31 Lilis Siti Sulistyaningsih, Op.Cit., h. 5 32 Ibid. 33 Ibid., h. 16

Page 22: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.id€¦ · 6 Putri Sulistiyani, Skripsi: Pelaksanaan Remedial Teaching pada Mata Pelajaran Matematika di SD Negeri Delegan 2 Prambanan Sleman,

22

c) Langkah 3: Read

Membaca untuk menjawab pertanyaan, dari judul sampai akhir bacaan.

Pembaca harus jelas apa yang ingin dia pelajari saat dia membaca setiap bagian

dan bukan hanya secara pasif membacanya baris demi baris.34 Pembaca dapat

membaca dengan dituntun oleh pertanyaan-pertanyaan yang telah dirumuskan.

Perlambat cara membaca pada bagian-bagian yang penting atau yang dianggap

sulit dan percepat kembali pada bagian-bagian yang tidak penting atau yang telah

diketahui. Dengan demikian, kegiatan membaca relatif lebih cepat dan efektif,

tetapi pemahaman yang menyeluruh tentang bacaan didapatkan. Pada langkah ini

konsentrasi sangatlah penting.35

Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan membaca: (1) jangan

membuat catatan yang berlebihan, pilih bagian-bagian yang penting saja; (2)

jangan membuat tanda-tanda seperti garis bawah bila tidak sesuai dengan

keperluan. Catatan pada saat membaca berguna untuk: (1) membantu melihat

struktur apa yang dibaca; (2) mengambil pokok yang menarik, berguna atau

sesuatu yang diperlukan; (3) mengingat-ingat materi yang penting; (4) sebagai

bahan acuan bila suatu ketika diperlukan; (5) membantu konsentrasi dan

memudahkan mengingat apa yang dibaca.36

d) Langkah 4: Recite

Setelah membaca bagian pertama, berpalinglah dari buku dan coba tuliskan

jawaban untuk pertanyaan Anda. Gunakan kata-kata Anda sendiri dan beri contoh.

Jika Anda bisa melakukan ini, Anda tahu apa yang ada di dalam buku, jika tidak

bisa, bacalah lagi. Cara terbaik untuk mengingat bacaan ini adalah dengan

membuat ringkasan di selembar kertas. Buat catatan ini dengan sangat singkat.37

34 Francis P. Robinson, Op.Cit., h. 29 35 Lilis Siti Sulistyaningsih, Op.Cit., h. 6 36 Ibid., h. 17-18 37 Francis P. Robinson, Op.Cit., h, 28

Page 23: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.id€¦ · 6 Putri Sulistiyani, Skripsi: Pelaksanaan Remedial Teaching pada Mata Pelajaran Matematika di SD Negeri Delegan 2 Prambanan Sleman,

23

e) Langkah 5: Review

Setelah selesai membaca buku secara keseluruhan, tinjau kembali hal-hal

penting yang telah dibaca. Temukan bagian-bagian penting yang perlu untuk

diingat kembali, terutama hal-hal yang telah diberi tanda atau digaris bawahi.

Pengulangan kembali ini akan membantu daya ingat untuk memperjelas

pemahaman terhadap bacaan, juga menemukan hal penting yang mungkin

terlewat sebelumnya, serta pembaca mendapatkan isi buku secara keseluruhan.38

4) Tujuan Metode SQ3R

Pembelajaran dengan metode SQ3R bertujuan untuk:39

a) Membekali siswa dengan suatu pendekatan yang sistematis terhadap jenis-

jenis kenyataan membaca, dan meningkatkan cara belajar yang efektif dan

efisien.

b) Meningkatkan proses belajar mengajar secara lebih mantap dan efisien untuk

berbagai materi bacaan dan diarahkan kepada suatu metodepengajaran

membaca untuk kepentingan orang lain.

Berdasarkan uraian tersebut, diungkapkan bahwa metode SQ3R sangat efektif

dalam membaca. Usaha yang efektif untuk memahami dan mengingat lebih lama

dapat dilakukan dengan:

a) Mengorganisasikan bacaan dalam kaitan yang mudah dipahami

b) Mengaitkan fakta yang satu dengan yang lain atau dengan menghubungkan

pengalaman atau konteks yang dihadapi

4. Hasil Belajar

a. Pengertian Belajar

Witherington menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan dalam

kepribadian, yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respon yang baru yang

berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan. Menurut

Hilgard dan Marquis, belajar merupakan proses mencari ilmu yang terjadi dalam

38 Lilis Siti Sulistyaningsih, Op.Cit., h. 6 39 Rochanda Wiradinata, Jaja dan Apipuddin, Loc.Cit.

Page 24: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.id€¦ · 6 Putri Sulistiyani, Skripsi: Pelaksanaan Remedial Teaching pada Mata Pelajaran Matematika di SD Negeri Delegan 2 Prambanan Sleman,

24

diri seseorang melalui, latihan, pembelajaran, dan lain-lain sehingga terjadi

perubahan dalam diri. Selain itu, berkaitan dengan pengaruh pengalaman

terhadap belajar, Gagne menyatakan bahwa belajar adalah sebuah proses

perubahan tingkah laku yang meliputi perubahan kecenderungan manusia, seperti

sikap, minat, atau nilai dan perubahan kemampuannya, yaitu peningkatan

kemampuan untuk melakukan berbagai jenis kinerja.40

Menurut W.S. Winkel seorang kognitivis, menyatakan bahwa belajar adalah

suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan

lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,

pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Dalam konteks neuropsikologi, telah

mendefinisikan belajar sebagai aktivitas pemerolehan pengetahuan baru, perilaku,

keterampilan, nilai atau pemahaman, dengan cara melakukan sintesis terhadap

berbagai informasi yang berbeda.41

Dari kelima definisi belajar di atas dapat ditarik suatu benang merah bahwa

belajar merupakan proses mencari ilmu yang terjadi dalam diri seseorang yang

diperoleh dari pengalaman, hasil interaksi dengan lingkungan dan sumber-sumber

pembelajaran yang ada di sekitarnya sehingga terjadi perubahan perilaku, minat,

kebiasaan, keterampilan, nilai atau kognitif seseorang.

b. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Abdurrahman, hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak

setelah melalui kegiatan belajar. Anak-anak yang berhasil dalam belajar ialah

yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan-tujuan

instruksional. Menurut A. J. Romiszowski, hasil belajar merupakan keluaran

(outputs) dari suatu sistem pemrosesan masukan (inputs). Masukan dari sistem

tersebut berupa bermacam-macam informasi sedangkan keluarannya adalah

perbuatan atau kinerja. Menurutnya, perbuatan merupakan petunjuk bahwa proses

40 Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2012), h. 12 41Ibid., h. 14

Page 25: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.id€¦ · 6 Putri Sulistiyani, Skripsi: Pelaksanaan Remedial Teaching pada Mata Pelajaran Matematika di SD Negeri Delegan 2 Prambanan Sleman,

25

belajar telah terjadi dan hasil belajar dapat dikelaskan ke dalam dua macam saja,

yaitu pengetahuan dan keterampilan.42

Hasil belajar menurut Suprijono merupakan pola-pola perbuatan, nilai-nilai,

pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan.43 Selain itu,

menurut Lindergen, hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi,

pengertian, dan sikap.44 Hasil belajar menurut Ahmad Susanto (2016: 5)

merupakan perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang

menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan

belajar.

Hasil belajar berdasarkan lima definisi di atas merupakan perubahan

kemampuan (kognitif, afektif, dan psikomotorik) yang terjadi pada diri siswa

setelah mengikuti proses kegiatan belajar, perubahan kemampuan tersebut

menandakan bahwa tujuan pembelajaran telah tercapai.

c. Ranah Kognitif Taksonomi Bloom Revisi

Taksonomi berarti suatu himpunan dari prinsip-prinsip klasifikasi atau suatu

struktur klasifikasi.45 Taksonomi Bloom mengklasifikasikan tujuan, tujuan

tersebut mengandung kata kerja dan kata benda. Kata kerja umumnya

menggambarkan proses kognitif. Kata benda umumnya menjelaskan pengetahuan

yang diharapkan diperoleh siswa.46 Menurut Jarolimek dan Foster, tujuan ranah

kognitif taksonomi Bloom berhubungan dengan ingatan atau pengenalan terhadap

pengetahuan dan informasi, serta pengembangan keterampilan intelektual.47 Jadi,

taksonomi Bloom ranah kognitif ialah suatu pengelompokan berdasarkan prinsip-

prinsip klasifikasi yang berorientasi pada kemampuan berpikir, dengan adanya

42 Mulyono Abdurrahman,. Op.Cit.,h. 38 43 Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa, Belajar dan Pembelajaran: Pengembangan

Wacana dan Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan Nasional, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,

2011), h. 22 44 Ibid., h. 24 45 Suyono dan Hariyanto, Op.Cit., h. 167 46 Lorin W. Anderson dan David R. Krathwohl, 2001, A Taxonomy for Learning, Teaching,

and Assessing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives, (New York: Addison

Wesley Longman, Inc.), h. 4-5 47 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta:PT Rineka Cipta, 1999), h. 202

Page 26: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.id€¦ · 6 Putri Sulistiyani, Skripsi: Pelaksanaan Remedial Teaching pada Mata Pelajaran Matematika di SD Negeri Delegan 2 Prambanan Sleman,

26

pengelompokkan tersebut dapat membuat tujuan belajar yang ingin dicapai

menjadi lebih jelas.

Tabel 2. 1 Ranah Proses Kognitif Taksonomi Bloom48

Kategori dan Proses

Kognitif Nama Alternatif Definisi dan Contoh

1. Mengingat – Mengambil pengetahuan dari memori jangka panjang.

1.1 Mengenali Mengidentifikasi Menemukan pengetahuan dalam

memori jangka panjang yang sesuai

dengan materi yang disajikan

(contoh: mengenali tanggal

peristiwa penting dalam sejarah

AS).

1.2Mengingat

Kembali

Mendapatkan

kembali

Mendapatkan kembali dari memori

jangka panjang (contoh: mengingat

tanggal dari peristiwa penting dalam

sejarah AS).

2. Memahami – mengkonstruk makna dari materi pembelajaran, termasuk apa

yang diucapkan, ditulis, dan digambar oleh guru.

2.1 Menafsirkan Mengklarifikasi,

menunjukkan,

menerjemahkan

Mengubah dari satu bentuk (misal:

angka) ke bentuk lain (misal: verba),

(contoh: mengartikan pidato dan

dokumen penting).

2.2 Mencontohkan Mengilustrasikan Menemukan contoh atau ilustrasi

spesifik dari suatu konsep atau

prinsip (contoh: berikan contoh

berbagai gaya lukisan artistik).

2.3

Mengklasifikasikan

Mengkategorikan,

menggolongkan

Menentukan sesuatu yang termasuk

dalam kategori (misal: konsep atau

prinsip), (contoh: klasifikasikan

kasus gangguan mental yang

diamati atau dideskripsikan).

2.4 Merangkum Meringkaskan,

memberikan

pernyataan umum

Meringkas tema umum atau poin

utama (contoh: tuliskan ringkasan

singkat dari peristiwa-peristiwa

yang digambarkan pada video).

2.5 Menyimpulkan Meramalkan,

menambahkan,

memprediksi

Memberi kesimpulan dari informasi

yang disajikan (contoh: dalam

mempelajari bahasa asing,

simpulkan prinsip-prinsip

gramatikal dari contoh-contoh).

48 Lorin W. Anderson dan David R. Krathwohl, Op.Cit., h. 67-68

Page 27: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.id€¦ · 6 Putri Sulistiyani, Skripsi: Pelaksanaan Remedial Teaching pada Mata Pelajaran Matematika di SD Negeri Delegan 2 Prambanan Sleman,

27

Kategori dan Proses

Kognitif Nama Alternatif Definisi dan Contoh

2.6 Membandingkan Membedakan,

memetakan,

menyesuaikan

Mendeteksi kesesuaian antara dua

gagasan, objek, dan sejenisnya

(contoh: bandingkan peristiwa

bersejarah dengan situasi

kontemporer).

2.7 Menjelaskan Menyusun Menyusun sebab-akibat dari suatu

sistem (contoh: Jelaskan penyebab

peristiwa penting abad ke-18 di

Prancis).

3. Mengaplikasikan – menerapkan atau menggunakan suatu prosedur dalam

keadaan tertentu.

3.1 Mengeksekusi Melaksanakan Menerapkan prosedur untuk tugas

(contoh: bagilah satu bilangan bulat

dengan bilangan bulat lainnya,

keduanya dengan beberapa digit).

3.2

Mengimplementasikan

Menggunakan Menerapkan prosedur untuk tugas

yang tidak biasa (contoh: gunakan

hukum II Newton dengan tepat).

4. Menganalisis – memecah materi jadi bagian-bagian penyusunnya dan

menentukan hubungan-hubungan antar bagian itu dan hubungan antara

bagian-bagian tersebut dan keseluruhan struktur dan tujuan.

4.1 Membedakan Memfokuskan,

memilih

Membedakan yang relevan dan yang

tidak relevan dari materi yang

disajikan (contoh: bedakan antara

nomor yang relevan dan tidak

relevan dalam permasalahan

matematika).

4.2

Mengorganisasikan

Menemukan,

menghubungkan,

menggabungkan,

menguraikan,

menyusun

Menentukan bagaimana elemen

cocok atau berfungsi dalam suatu

struktur (contoh: menyusun bukti

dalam deskripsi sejarah menjadi

bukti untuk melawan penjelasan

historis tertentu).

4.3 Mengatribusikan Dekonstruksi Menentukan sudut pandang, bias,

nilai, atau maksud yang mendasari

materi yang disajikan (contoh:

tentukan sudut pandang penulis esai

dalam hal perspektif politiknya).

5. Mengevaluasi – mengambil keputusan berdasarkan kriteria dan standar.

5.1 Memeriksa Mencocokkan,

mendeteksi,

memantau,

mencoba

Mendeteksi ketidak sesuaian atau

kesalahan dalam proses atau produk;

menentukan apakah suatu proses

atau produk sesuai; mendeteksi

efektivitas prosedur seperti yang

Page 28: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.id€¦ · 6 Putri Sulistiyani, Skripsi: Pelaksanaan Remedial Teaching pada Mata Pelajaran Matematika di SD Negeri Delegan 2 Prambanan Sleman,

28

Kategori dan Proses

Kognitif Nama Alternatif Definisi dan Contoh

sedang dilaksanakan (contoh:

tentukan apakah kesimpulan seorang

ilmuwan berdasarkan data yang

diamati).

5.2 Mengkritik Menilai Mendeteksi ketidak sesuaian antara

produk dan kriteri, menentukan

apakah suatu produk sesuai;

mendeteksi kesesuaian prosedur

untuk masalah yang diberikan

(contoh: menilai mana dari dua

metode yang merupakan cara

terbaik untuk memecahkan masalah

yang diberikan).

6. Mencipta – memadukan bagian-bagian untuk membentuk sesuatu yang baru

dan koheren atau untuk membuat suatu produk yang orisinal.

6.1 Merumuskan Membuat

hipotesis

(menduga)

Munculnya alternatif berdasarkan

kriteria (contoh: buatlah hipotesis

untuk memperhitungkan fenomena

yang diamati).

6.2 Merencanakan Merancang Merancang prosedur untuk

menyelesaikan beberapa tugas

(contoh: rencanakan makalah

penelitian tentang topik sejarah

tertentu).

6.3 Memproduksi Membangun Menemukan suatu produk (contoh:

bangun habitat untuk tujuan

tertentu).

Page 29: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.id€¦ · 6 Putri Sulistiyani, Skripsi: Pelaksanaan Remedial Teaching pada Mata Pelajaran Matematika di SD Negeri Delegan 2 Prambanan Sleman,

29

5. Konsep Hukum Newon

a. Peta Konsep

Gambar 2. 1 Peta Konsep Hukum Newton

b. Gaya

Sebuah gaya memiliki arah dan besar, sehingga merupakan vektor yang

mengikuti aturan-aturan penjumlahan vektor. Gaya apapun digambarkan pada

sebuah diagram dengan sebuah tanda panah, seperti yang dilakukan dengan

kecepatan. Arah tanda panah tersebut merupakan arah dorongan atau tarikan, dan

panjangnya digambarkan sebanding dengan besar gaya. Gaya tidak selalu

menyebabkan gerak.49 Berikut macam-macam gaya yang akan dipelajari:

1) Gaya Berat

Gaya berat sering disebut berat. Massa dan berat merupakan dua buah

besaran fisika yang berbeda. Massa adalah ukuran banyaknya materi yang

dikandung oleh suatu benda atau massa merupakan ukuran kelembaman suatu

benda, sedangkan berat merupakan gaya gravitasi yang bekerja pada suatu benda.

Massa benda di tiap lokasi adalah tetap, sedangkan berat bendanya berubah-ubah

tergantung gaya gravitasi Bumi yang bekerja pada benda tersebut. Vektor berat

selalu berarah tegak lurus pada permukaan Bumi menuju ke pusat Bumi, baik

pada bidang horizontal, bidang miring ataupun pada bidang tegak.

49 Douglas C. Giancoli, Fisika Edisi Kelima Jilid 1, (Jakarta: Erlangga, 2001), h. 91

Page 30: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.id€¦ · 6 Putri Sulistiyani, Skripsi: Pelaksanaan Remedial Teaching pada Mata Pelajaran Matematika di SD Negeri Delegan 2 Prambanan Sleman,

30

Gambar 2. 2 Arah vektor gaya berat pada berbagai bidang

Rumus berat:

𝑤 = 𝑚𝑔 (2.1)

Keterangan:

𝑤 = gaya berat benda (N)

𝑚 = massa benda (kg)

𝑔 = percepatan gravitasi Bumi (9,8 m/s2) 50

2) Gaya Normal

Gaya normal merupakan gaya yang bekerja pada bidang sentuh antara dua

permukaan yang bersentuhan dengan arah selalu tegak lurus pada bidang sentuh.

Gaya normal dan gaya berat bukan merupakan pasangan aksi-reaksi. Vektor gaya

normal tegak lurus pada bidang sentuh, sedangkan vektor gaya berat tegak lurus

pada permukaan Bumi dan menuju ke pusat Bumi.51

Gambar 2. 3 Arah vektor gaya normal pada berbagai bidang

50 Marthen Kanginan, Fisika untuk SMA/MA Kelas X, (Jakarta: Erlangga, 2016), h. 254-255 51 Ibid., h. 256-257

Page 31: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.id€¦ · 6 Putri Sulistiyani, Skripsi: Pelaksanaan Remedial Teaching pada Mata Pelajaran Matematika di SD Negeri Delegan 2 Prambanan Sleman,

31

3) Gaya Gesek

Gaya gesek muncul jika permukaan dua benda bersentuhan langsung secara

fisik. Arah gaya gesekan searah dengan permukaan bidang sentuh dan

berlawanan dengan kecenderungan arah gerak. Gaya gesekan bekerja ketika

benda bergerak di udara, air, ataupun meluncur di atas benda padat lainnya. Nilai

gaya gesekan benda berbeda dalam tiap keadaan, baik ketika benda masih dalam

keadaan diam, tepat akan bergerak, ataupun sudah bergerak.

Gambar 2. 4 Grafik hubungan antara gaya gesekan dengan

gaya dorong yang diberikan

Rumus gaya gesekan:

a) Besar gaya gesekan statis antara dua permukaan yang bersentuhan

𝑓𝑠 ≤ 𝜇𝑠𝑁 (2.2)

Rumus gaya gesek statis dipakai saat benda belum bergerak dan tepat

akan bergerak. Ketika benda tepat akan bergerak:

𝑓𝑠 = 𝑓𝑠,𝑚𝑎𝑘𝑠 = 𝜇𝑠𝑁 (2.3)

b) Besar gaya gesekan kinetis yang bekerja pada suatu benda adalah tetap

𝑓𝑘 = 𝜇𝑘𝑁 (2.4)

Keterangan:

𝑓𝑠 = gaya gesek statis (N)

𝑓𝑘 = gaya gesek kinetis (N)

𝜇𝑠 = koefisien gesekan statis

Page 32: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.id€¦ · 6 Putri Sulistiyani, Skripsi: Pelaksanaan Remedial Teaching pada Mata Pelajaran Matematika di SD Negeri Delegan 2 Prambanan Sleman,

32

𝜇𝑘 = koefisien gesekan kinetis

N = gaya normal (N)

Nilai 𝜇𝑠 dan 𝜇𝑘 bergantung pada sifat antara dua permukaan benda yang

bersentuhan. Secara umum, 𝜇𝑘 lebih kecil daripada 𝜇𝑠.52

4) Gaya Tegang Tali

Tegangan tali adalah gaya tegang yang bekerja pada ujung-ujung tali karena

tali tersebut tegang. Jika tali dianggap ringan (beratnya dapat diabaikan), gaya

tegangan tali pada kedua ujung tali untuk tali yang sama dianggap sama besar.53

Gambar 2. 5 Contoh tiga benda A, B, dan C dihubungkan oleh dua utas tali.

Di ujung-ujung tali 1 muncul tegangan T1 dan di ujung-ujung tali 2 muncul tegangan T2

c. Hukum-hukum Newton

1) Hukum I Newton

Hukum I Newton berbunyi:

Jika resultan gaya pada suatu benda sama dengan nol, benda yang mula-

mula diam akan terus diam, sedangkan benda yang mula-mula bergerak akan

terus bergerak dengan kecepatan tetap.

Secara matematis, hukum I Newton dinyatakan sebagai berikut.

∑ 𝐹 = 0 untuk benda diam atau bergerak lurus beraturan (2.5)

Kecenderungan sebuah benda untuk mempertahankan keadaan diam atau

gerak tetapnya pada garis lurus disebut inersia atau kelembaman. Dengan

52 Ibid., h. 258-260 53 Ibid., h. 260

Page 33: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.id€¦ · 6 Putri Sulistiyani, Skripsi: Pelaksanaan Remedial Teaching pada Mata Pelajaran Matematika di SD Negeri Delegan 2 Prambanan Sleman,

33

demikian, hukum I Newton sering disebut hukum inersia atau hukum

kelembaman. Ukuran kuantitas kelembaman suatu benda adalah besaran massa.

Semakin besar massa benda, semakin besar kelembaman benda (semakin sukar

digerakkan atau dihentikan).54

2) Hukum II Newton

Hukum II Newton berbunyi:

Percepatan sebuah benda berbanding lurus dengan gaya total yang bekerja

padanya dan berbading terbalik dengan massanya. Arah percepatan sama

dengan arah gaya total yang bekerja padanya.

Secara matematis dituliskan sebagai berikut.

𝑎 =∑ 𝐹

𝑚 (2.6)

Keterangan:

𝑎 = percepatan benda (m/s2)

∑ 𝐹 = resultan gaya yang bekerja pada benda (N)

𝑚 = massa benda (kg)55

3) Hukum III Newton

Hukum III Newton berbunyi:

Ketika suatu benda memberikan gaya pada benda kedua, benda kedua

tersebut memberikan gaya yang sama besar tetapi berlawanan arah terhadap

benda yang pertama.

Hukum ini terkadang dinyatakan sebagai berikut.

Untuk setiap aksi, ada suatu reaksi yang sama besar, tetapi berlawanan arah.

Perlu diingat bahwa gaya aksi dan gaya reaksi bekerja pada benda yang

berbeda sehingga tidak dapat saling meniadakan.

Secara matematis, hukum III Newton dirumuskan sebagai berikut.56

54 Ibid., h. 242-243 55 Douglas C. Giancoli, Op.Cit., h. 95 56 Ibid., h. 97

Page 34: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.id€¦ · 6 Putri Sulistiyani, Skripsi: Pelaksanaan Remedial Teaching pada Mata Pelajaran Matematika di SD Negeri Delegan 2 Prambanan Sleman,

34

∑ 𝐹𝑎𝑘𝑠𝑖 = − ∑ 𝐹𝑟𝑒𝑎𝑘𝑠𝑖 (2.7)

d. Penerapan Hukum-hukum Newton

1) Gerak benda pada bidang datar

Gerak benda pada bidang datar dapat dilihat pada Gambar 2.6 berikut.

Gambar 2. 6 Gerak benda pada bidang datar57

dimana f adalah gaya gesek, N adalah gaya normal, F adalah gaya tarik, dan w

adalah gaya berat.

2) Gerak benda pada bidang miring

Gerak benda pada bidang miring dapat dilihat pada Gambar 2.7 berikut.

Gambar 2. 7 Gerak benda pada bidang miring58

3) Gerak benda yang dihubungkan dengan tali melalui sebuah katrol

Gerak benda yang dihubungkan dengan tali melalui sebuah katrol dapat

dilihat pada Tabel 2.2 berikut.

57 Raymond A. Serway dan Chris Vuille, College Physics, (Australia: Charles Hartford, 2012),

h. 108 58 Ibid., h. 107

Page 35: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.id€¦ · 6 Putri Sulistiyani, Skripsi: Pelaksanaan Remedial Teaching pada Mata Pelajaran Matematika di SD Negeri Delegan 2 Prambanan Sleman,

35

Tabel 2. 2 Gerak benda yang Dihubungkan dengan Tali melalui Sebuah Katrol59

Dua Buah Benda yang Dihubungkan

dengan Katrol

Sebuah Balok Terletak di Atas Meja

yang Dihubungkan dengan Balok

yang Tergantung Vertikal melalui

Sebuah Katrol

Percepatan:

𝑎 =(𝑚𝐴 − 𝑚𝐵)

(𝑚𝐴 + 𝑚𝐵)𝑔

Percepatan:

𝑎 =𝑚𝐴

(𝑚𝐴 + 𝑚𝐵). 𝑔

Tegangan Tali:

𝑇 = (2𝑚1𝑚2

𝑚1 + 𝑚2) 𝑔

Tegangan Tali:

𝑇 = 𝑚𝐴(𝑔 − 𝑎) atau

𝑇 = 𝑚𝐵. 𝑎

59 Ibid., h. 104-105

Page 36: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.id€¦ · 6 Putri Sulistiyani, Skripsi: Pelaksanaan Remedial Teaching pada Mata Pelajaran Matematika di SD Negeri Delegan 2 Prambanan Sleman,

36

4) Gerak benda dalam lift

Gerak benda dalam lift dapat dilihat pada Tabel 2.3 berikut.

Tabel 2. 3 Gerak Benda dalam Lift60

Lift Diam atau

Bergerak dengan

Kecepatan

Konstan

Lift Dipercepat ke Atas Lift Dipercepat ke

Bawah

N = w = m.g N = m(g+a) N = m(g-a)

B. Penelitian yang Relevan

Berikut ini adalah beberapa penelitian yang relevan terkait penelitian yang

akan dilaksanakan oleh penulis, diantaranya adalah:

1. Jurnal Boni Alep, Daud K. Walanda, dan Baharuddin Hamzah (2015) yang

berjudul “Penerapan Metode Pembelajaran SQ3R Berbantuan Internet

terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X pada Materi Sistem Periodik Unsur di

SMA Labschool Palu”. Penelitian dengan sampel 37 siswa SMA X IPA ini

menggunakan quasi experimental dengan non-randomized pre-test and post-

test control groups design dan menjelaskan bahwa penerapan metode

pembelajaran SQ3R berbantuan internet pada materi sistem periodik unsur

memberikan pengaruh positif (lebih baik) dibandingkan dengan hasil belajar

60 Raymond A. Serway dan John W Jewett, Fisika untuk Sains dan Teknik, Terj. dari PHYSICS

for Scientists and Engineers with Modern Physics oleh Chriswan Sungkono, (Jakarta: Salemba

Teknika, 2014)., h. 192-193

Page 37: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.id€¦ · 6 Putri Sulistiyani, Skripsi: Pelaksanaan Remedial Teaching pada Mata Pelajaran Matematika di SD Negeri Delegan 2 Prambanan Sleman,

37

siswa menggunakan cara konvensional (tidak menggunakan metode SQ3R

berbantuan internet).61

2. Penelitian skripsi Nurdiawati (2016) yang berjudul “Pengaruh

MetodePembelajaran Kooperatif Tipe SQ3R Berbantuan Media Praktikum

Sederhana terhadap Hasil Belajar Siswa Materi Pokok Oksidasi-Reduksi

Siswa Kelas X MS SMA Negeri 1 Narmada Tahun Ajaran 2015/2016”.

Penelitian dengan sampel 212 siswa MS ini menggunakan non-equivalent

control group design, hasilnya diperoleh Fhitung > Ftabel yang menunjukkan

bahwa penerapan metodepembelajaran kooperatif tipe SQ3R berbantuan

media praktikum sederhana berpengaruh positif dan signifikan terhadap hasil

belajar materi pokok oksidasi-reduksi pada kelas X MS SMAN 1 Narmada.62

3. Jurnal Anne Bosman dan Slome Schulze (2018) yang berjudul “Learning

Style Preferences and Mathematics Achievement of Secondary School”.

Penelitian ini dengan sampel 240 siswa SMP ini menggunakan quantitative

research design. Hasil penelitian ini diperoleh terdapat hubungan positif

antara gaya belajar dengan hasil belajar matematika. Hasil tertinggi terdapat

pada gaya belajar auditory, visual dan reading.63

4. Jurnal Zulfiani Zulfiani, Iwan Permana Suwarna, dan Sujiyo Miranto (2018)

yang berjudul “Science Education Adaptive Learning System as A Computer-

Based Science Learning with Learning Style Variations”. Sampel penelitian

ini adalah siswa di tiga SMPN dan MTs di Tangerang Selatan. Penelitian ini

menggunakan metodologi campuran, yaitu Akker, Gravemeijer, McKenney,

dan Nieveen dengan tahapan preliminary research, prototyping stage,

summative evaluation, systematic reflection dan documentation. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa mengidentifikasi gaya belajar siswa sebagai

61 Boni Alep, Daud K., Walanda, dan Baharuddin Hamzah, Op.Cit., h. 44 62 Nurdiawati, Skripsi: Pengaruh MetodePembelajaran Kooperatif Tipe SQ3R Berbantuan

Media Praktikum Sederhana terhadap Hasil Belajar Siswa Materi Pokok Oksidasi-Reduksi Siswa

Kelas X MS SMA Negeri 1 Narmada Tahun Ajaran 2015/2016, (Mataram: Universitas Mataram,

2016), h. 3 63 Anne Bosman dan Slome Schulze, Learning Style Preferences and Mathematics

Achievement of Secondary School, South African Journal of Education Vol. 38 No. 1, 2018, h. 4

Page 38: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.id€¦ · 6 Putri Sulistiyani, Skripsi: Pelaksanaan Remedial Teaching pada Mata Pelajaran Matematika di SD Negeri Delegan 2 Prambanan Sleman,

38

faktor yang signifikan dalam keefektifan belajar, terlebih menggunakan

media ScEd-Adaptive Learning System yang sudah disesuaikan dengan

karakteristik masing-masing gaya belajar.64

5. Jurnal Veena Khongpit, Krich Sintanakul, dan Thanyarat Nomphonkrang

(2018) yang berjudul “The VARK Learning Style of the University Student in

Computer Course”. Sampel penelitian ini adalah 145 mahasiswa yang

terdaftar mengikuti kursus komputer. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa desain bahan ajar harus dilakukan dengan menciptakan kegiatan yang

kreatif dan lingkungan yang sesuai dengan gaya belajar siswa dalam

meningkatkan motivasi dan pemahaman siswa.65

6. Jurnal Norasmah Othman, dan Mohd. HasrilAmiruddin (2010) yang berjudul

“Different Perspectives of Learning Styles from VARK Model”. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa siswa akan lebih mudah memahami atau

menerima informasi yang didapat apabila informasi tersebut disampaikan

sesuai dengan gaya belajarnya. Hal ini karena gaya belajar yang tepat dan

efektif dapat membantu siswa untuk mendapatkan prestasi dalam

pembelajaran mereka.66

7. Jurnal Kartono, Akhmad Nur Rizki, dan Suhito (2016) yang berjudul “The

Effectiveness of Remedial Teaching Based Diagnostic Assessment on the

Achievement Student Mathematics Learning Outcomes in Inquiry Learning

Model”. Sampel penelitian ini adalah siswa SMP kelas 8 SMPN 22 Semarang

dengan menggunakan posttest only control group design. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa penerapan remedial teaching lebih efektif terhadap hasil

belajar matematika, terlebih berdasarkan tes diagnostik dibandingkan tidak

64 Zulfiani Zulfiani, Iwan Permana Suwarna, dan Sujiyo Miranto, Op.Cit,. h. 711 65 Veena Khongpit, Krich Sintanakul, dan Thanyarat Nomphonkrang, The VARK Learning

Style of the University Student in Computer Course, International Journal of Learning and

Teaching Vol. 4 No. 2, 2018, h. 105 66 Norasmah Othman, dan Mohd. Hasril Amiruddin, Op.Cit., h. 658

Page 39: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.id€¦ · 6 Putri Sulistiyani, Skripsi: Pelaksanaan Remedial Teaching pada Mata Pelajaran Matematika di SD Negeri Delegan 2 Prambanan Sleman,

39

menerapkan remedial teaching dan tes diagnostik, metodepembelajaran

inkuiri juga mempengaruhi keefektifannya.67

8. Jurnal Ritaningsih (2017) yang berjudul ”Upaya Meningkatkan Motivasi dan

Hasil Belajar Siswa Melalui Kegiatan Tutor Sebaya dalam Remedial teaching

Materi Getaran dan Gelombang di Kelas VIII C Semester Genap Tahun

Pelajaran 2015/2016 SMP Negeri 1 Pangkah Kabupaten Tegal”. Sampel

penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Pangkah

tahun pelajaran 2015/2016 yang mendapat nilai kang dari 76 (remedial). Jenis

penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa melalui kegiatan tutor sebaya dalam remedial teaching materi getaran

dan gelombang di kelas VIII C tahun pelajaran 2015/2016 SMP Negeri 1

Pangkah Kabupaten Tegal dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar

siswa.68

C. Kerangka Berpikir

Penelitian ini dilakukan karena fisika dianggap sebagai mata pelajaran yang

penting untuk dikuasai oleh siswa Sekolah Menengah Atas (SMA). Namun, tidak

sedikit siswa yang merasa kesulitan dalam mempelajarinya khususnya pada

konsep Hukum Newton. Siswa memiliki gaya belajarnya masing-masing yang

membuat mereka lebih mudah dalam memahami informasi yang didapat. Siswa

read-write tidak mudah memahami materi hukum Newton ketika guru tidak

mengoptimalkan gaya belajarnya. Siswa read-write mengharapkan stimulus yang

digunakan guru sesuai dengan karakteristik gaya belajarnya melalui

metodepembelajaran yang digunakan. Dalam pembelajaran, guru tidak

mengoptimalkan kemampuan membaca siswa read-write, melainkan dengan

hanya meminta siswa read-write untuk membaca materi yang akan dibahas tanpa

67 Kartono, Akhmad Nur Rizki, dan Suhito, The Effectiveness of Remedial Teaching Based

Diagnostic Assessment on the Achievement Student Mathematics Learning Outcomes in Inquiry

Learning Model, IJARIIE Vol. 2 Issue 4, 2016, h. 478 68 Ritaningsih, Upaya Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Melalui Kegiatan Tutor

Sebaya dalam Pengajaran Remedial Materi Getaran dan Gelombang di Kelas VIII C Semester

Genap Tahun Pelajaran 2015/2016 SMP Negeri 1 Pangkah Kabupaten Tegal, Pancasakti Science

Education Journal, 2017, h. 68

Page 40: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.id€¦ · 6 Putri Sulistiyani, Skripsi: Pelaksanaan Remedial Teaching pada Mata Pelajaran Matematika di SD Negeri Delegan 2 Prambanan Sleman,

40

memberikan bentuk tanggungjawab lainnya (seperti merangkum hasil bacaan dan

mengumpulkannya atau menjawab pertanyaan guru terkait bacaan) kepada siswa

read-write. Sementara siswa hanya belajar fisika di kelas ketika pembelajaran

fisika berlangsung. Kesulitan siswa read-write terhadap konsep hukum Newton

terus bermunculan sehingga membuat hasil belajarnya rendah. Oleh sebab itu,

penulis mencoba menyelesaikan masalah tersebut dengan memberikan treatment

berupa metode SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) dalam remedial

teaching. Oleh karenanya, dengan remedial teaching menggunakan metode SQ3R

(Survey, Question, Read, Recite, Review) diharapkan hasil belajar siswa

meningkat.

Page 41: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.id€¦ · 6 Putri Sulistiyani, Skripsi: Pelaksanaan Remedial Teaching pada Mata Pelajaran Matematika di SD Negeri Delegan 2 Prambanan Sleman,

41

Gambar 2. 8 Bagan Kerangka Berpikir

Siswa read-write merasa kesulitan dalam mempelajari fisika khususnya pada

konsep hukum Newton.

Siswa read-write mengharapkan stimulus yang digunakan guru sesuai dengan

karakteristik gaya belajaranya melalui metode pembelajaran yang digunakan.

Guru tidak mengoptimalkan kemampuan membaca siswa read-write ketika

pembelajaran berlangsung.

Siswa read-write tidak mudah memahami konsep hukum Newton ketika guru tidak

mengoptimalkan gaya belajarnya.

Hasil belajar siswa read-write di bawah KKM atau tidak tuntas.

Penerapan metode SQ3R dalam remedial teaching.

Hasil belajar siswa read-write meningkat.

Page 42: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.id€¦ · 6 Putri Sulistiyani, Skripsi: Pelaksanaan Remedial Teaching pada Mata Pelajaran Matematika di SD Negeri Delegan 2 Prambanan Sleman,

42

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelian.

Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori

yang relevan, belum berdasarkan fakta empiris.69 Hipotesis pada penelitian ini

adalah terdapat pengaruh metode SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review)

dalam remedial teaching terhadap hasil belajar siswa read-write pada konsep

hukum Newton.

69 Sugiyono, Metode Penulisan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2017), h.

63

Page 43: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.id€¦ · 6 Putri Sulistiyani, Skripsi: Pelaksanaan Remedial Teaching pada Mata Pelajaran Matematika di SD Negeri Delegan 2 Prambanan Sleman,

43

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 5 Kota Tangerang Selatan yang

beralamat di Komplek Puri Bintaro Hijau blok F IV, Pondok Aren, Parung Serab,

Ciledug, Kota Tangerang Selatan, Banten. Penelitian berlangsung selama 9 bulan

dengan pengambilan data terhitung dari 15 Februari sampai dengan 5 Maret 2019

pada semester genap tahun ajaran 2018/2019.

B. Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi experiment (kuasi

eksperimen). Metode ini mempunyai kelas kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi

sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi

pelaksanaan eksperimen. Metode ini digunakan karena pada kenyataannya sulit

mendapatkan kelas kontrol yang digunakan untuk penelitian.

1 Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah nonequivalent

control group design. Desain penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut.

Tabel 3. 1 Desain Penelitian Nonequivalent Control Group Design2

Group Pretest Treatment Posttest

KE O X O

KK O X1 O

Keterangan :

KE = Kelas Eksperimen

KK = Kelas Kontrol

O = pretest (tes awal yang diberikan sebelum perlakuan kepada kedua

kelas), dan posttest (tes akhir yang diberikan setelah perlakuan kepada

kedua kelas)

X = perlakuan yang diberikan kepada kelas eksperimen, yaitu remedial

1 Ibid., h. 77 2 Friska Septiani Silitonga, The Using of Peer Tutoring Learning Method in Improving

Student’s Understanding, Conference Paper, 2017, h. 3

Page 44: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.id€¦ · 6 Putri Sulistiyani, Skripsi: Pelaksanaan Remedial Teaching pada Mata Pelajaran Matematika di SD Negeri Delegan 2 Prambanan Sleman,

44

teaching dengan menggunakan metode SQ3R

X1 = perlakuan yang diberikan kepada kelas kontrol, yaitu remedial teaching

tidak menggunakan metode SQ3R

Pemilihan kelas eksperimen maupun kelas kontrol dalam desain ini tidak

dipilih secara acak (random).3 Kelas eksperimen dan kontrol telah diberikan tes

gaya belajar VARK untuk mengetahui siswa yang memiliki gaya belajar read-

write. Kedua kelas tersebut juga telah mengikuti ulangan harian (pretest) untuk

mengetahui siswa mana yang tidak tuntas terkait konsep hukum Newton.

Kemudian kedua kelas diberikan perlakuan yang berbeda. Kelas eksperimen

diberikan perlakuan berupa remedial teaching dengan menggunakan metode

SQ3R, sedangkan kelas kontrol diberikan perlakuan remedial teaching dengan

tidak menggunakan metode SQ3R. Selanjutnya, kelas eksperimen dan kontrol

diberi posttest untuk mengetahui pengaruh metode SQ3R terhadap hasil belajar

siswa read-write yang tidak tuntas.

C. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu tahap awal, tahap

pelaksanaan, dan tahap akhir. Prosedur penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1

berikut.

3 Sugiyono, Op.Cit., h. 79

Page 45: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.id€¦ · 6 Putri Sulistiyani, Skripsi: Pelaksanaan Remedial Teaching pada Mata Pelajaran Matematika di SD Negeri Delegan 2 Prambanan Sleman,

45

Gambar 3. 1 Prosedur Penelitian

1. Tahap Awal

Tahap awal merupakan tahap persiapan dari penelitian. Tahap awal meliputi:

(1) studi pendahuluan berupa wawancara guru dan observasi siswa melalui

angket; (2) merumuskan masalah yang akan diteliti; (3) penyusunan instrumen

tes, instrumen nontes, dan RPP; (4) menyelesaikan perizinan untuk menguji

kelayakan instrumen yang telah dibuat kepada beberapa ahli dan perizinan untuk

melakukan penelitian; (5) instrumen yang telah dibuat diuji kelayakannya oleh

para ahli; dan (6) nstrumen yang telah diuji kelayakannya akan dianalisis untuk

dipergunakan pada pretest dan posttest sebagai tes pengukuran variabel terikat

pada penelitian ini.

2. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan merupakan tahap pengambilan data. Tahap pelaksanaan

ini diantaranya: (1) penulis memberikan tes gaya belajar VARK kepada siswa

kelas X IPA SMAN 5 Kota Tangerang Selatan; (2) memberikan ulangan harian

sebagai pretest pada seluruh siswa kelas X IPA untuk mengetahui kemampuan

awal siswa terhadap konsep hukum Newton. Hasil ulangan harian/pretest siswa

Page 46: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.id€¦ · 6 Putri Sulistiyani, Skripsi: Pelaksanaan Remedial Teaching pada Mata Pelajaran Matematika di SD Negeri Delegan 2 Prambanan Sleman,

46

read-write yang tidak mencapai KKM dijadikan sampel; (3) memberi perlakuan

remedial teaching menggunakan metode SQ3R pada kelas eksperimen, dan pada

kelas kontrol tidak menggunakan metode SQ3R; (4) memberikan posttest untuk

mengetahui adanya pengaruh terhadap hasil belajar siswa read-write pada konsep

hukum Newton; dan (5) memberikan angket untuk mengetahui respon siswa

tehadap metode SQ3R yang telah diterapkan di kelas eksperimen.

3. Tahap Akhir

Tahapan akhir dalam penelitian ini diantaranya: (1) penulis menganalisis data

hasil penelitian selama tahap pelaksanaan; (2) data yang telah dianalisis kemudian

diuji hipotesis; (3) data yang telah dianalisis kemudia ditarik kesimpulannya; dan

(4) pelaporan hasil penelitian.

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian yaitu suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek

atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh penulis untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulanya.4 Variabel bebas (independen),

yaitu variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau

timbulnya variabel terikat (dependen) sedangkan variabel terikat (dependen), yaitu

variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel

bebas.5 Pada penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel

terikat, yaitu sebagai berikut:

Variabel bebas (independen) : metode SQ3R (Survey, Question, Read, Recite,

Review).

Variabel terikat (dependen) : hasil belajar siswa read-write yang tidak

tuntas.

E. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penulis untuk

4 Sugiyono, Op.Cit., h, 39 5 Ibid.

Page 47: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.id€¦ · 6 Putri Sulistiyani, Skripsi: Pelaksanaan Remedial Teaching pada Mata Pelajaran Matematika di SD Negeri Delegan 2 Prambanan Sleman,

47

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.6 Populasi dalam penelitian ini

berjumlah 142 siswa kelas X IPA SMAN 5 Kota Tangerang Selatan semester

genap tahun ajaran 2018/2019 yang terbagi dalam empat kelas.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi dan harus betul-betul representatif (mewakili).7 Sampel diambil dengan

menggunakan teknik purposive sampling, yaitu pemilihan subjek yang didasarkan

atas ciri-ciri tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan

ciri-ciri populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Dengan kata lain, unit sampel

yang dihubungi disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu yang diterapkan

berdasarkan tujuan penelitian.8 Pertimbangan dalam penentuan sampel yaitu kelas

siswa yang memiliki gaya belajar read-write dan tidak tuntas pada konsep hukum

Newton. Sampel dibagi menjadi dua kelas dengan jumlah yang sama, yaitu 18

siswa kelas eksperimen dan 18 siswa kelas kontrol. Kedua kelas memiliki tingkat

kemampuan yang relatif sama. Penentuan kelas eksperimen dan kontrol

ditentukan berdasarkan hasil pretest (ulangan harian). Kelas eksperimen dipilih

dari kelas yang memiliki rata-rata hasil pretest lebih rendah dibanding kelas

kontrol.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara memperoleh data atau metode

pengumpulan data. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dibagi menjadi

tiga tahap, yaitu teknik pengumpulan data sebelum pembelajaran, ketika

pembelajaran, dan setelah pembelajaran berlangsung. Teknik pengumpulan data

pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut.

6 Ibid., h. 80 7 Ibid., h. 81 8 S. Margono, Metodologi Penulisan Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), h. 128

Page 48: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.id€¦ · 6 Putri Sulistiyani, Skripsi: Pelaksanaan Remedial Teaching pada Mata Pelajaran Matematika di SD Negeri Delegan 2 Prambanan Sleman,

48

Tabel 3. 2 Teknik Pengumpulan Data

Tahap Sumber Data Jenis Data

Teknik

Pengumpulan

Data

Sebelum

pembelajaran

menggunakan

perlakuan yang

ditetapkan

Beberapa guru

fisika kelas X di

SMAN Tangerang

Selatan

Informasi tentang

proses pembelajaran

yang biasa dilakukan,

gaya belajar, dan hasil

belajar siswa

Wawancara

Beberapa siswa

kelas X IPA di

SMAN Tangerang

Selatan

Angket

Siswa kelas X IPA

SMAN 5 Kota

Tangerang Selatan

Gaya belajar masing-

masing siswa

Tes

Saat

pembelajaran

berlangsung

Kelas eksperimen

dan kelas kontrol

1. Hasil pengetahuan

awal siswa read-

write sebelum

diterapkan

perlakuan untuk

mengetahui

kenormalan dan

kehomogenan

sampel

Tes

2. Hasil pengetahuan

siswa read-write

sesudah diterapkan

perlakuan untuk

mengetahui

pengaruh metode

SQ3R dalam

remedial teaching

pada hasil belajar

siswa

Setelah

pembelajaran

berlangsung

Kelas eksperimen Respon siswa read-

write terhadap

penggunaan metode

SQ3R dalam remedial

teaching

Angket

Page 49: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.id€¦ · 6 Putri Sulistiyani, Skripsi: Pelaksanaan Remedial Teaching pada Mata Pelajaran Matematika di SD Negeri Delegan 2 Prambanan Sleman,

49

G. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur

variabel penelitian.9 Pada penelitian ini menggunakan bentuk instrumen tes dan

instrumen non tes. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

dapat dilihat pada Tabel 3.3 berikut ini.

Tabel 3. 3 Instrumen Penelitian

Tahap Sumber Data Jenis Data Instrumen

Penelitian

Sebelum

pembelajaran

menggunakan

perlakuan yang

ditetapkan

Beberapa guru

fisika kelas X di

SMAN Tangerang

Selatan

Informasi tentang

proses pembelajaran

yang biasa dilakukan,

gaya belajar, dan hasil

belajar siswa

Non tes

Beberapa siswa

kelas X IPA di

SMAN Tangerang

Selatan

Non tes

Siswa kelas X IPA

SMAN 5 Kota

Tangerang Selatan

Gaya belajar masing-

masing siswa

Tes

Saat

pembelajaran

berlangsung

Kelas eksperimen

dan kelas kontrol

1. Hasil pengetahuan

awal siswa read-

write sebelum

diterapkan

perlakuan untuk

mengetahui

kenormalan dan

kehomogenan

sampel

Tes

2. Hasil pengetahuan

siswa read-write

sesudah diterapkan

perlakuan untuk

mengetahui

pengaruh metode

SQ3R dalam

remedial teaching

pada hasil belajar

siswa

Setelah Kelas eksperimen Respon siswa read- Non tes

9 Sugiyono, Op.Cit., h. 102

Page 50: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.id€¦ · 6 Putri Sulistiyani, Skripsi: Pelaksanaan Remedial Teaching pada Mata Pelajaran Matematika di SD Negeri Delegan 2 Prambanan Sleman,

50

Tahap Sumber Data Jenis Data Instrumen

Penelitian

pembelajaran

berlangsung

write terhadap

penggunaan metode

SQ3R dalam remedial

teaching

Lampiran B.4, B.5, B.6, B.11, dan B.12

1. Instrumen Tes

Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu

instrumen tes gaya belajar VARK, dan instrumen tes hasil belajar.

a. Instrumen Tes Gaya Belajar VARK

Instrumen tes gaya belajar VARK (Visual, Aural, Read-Write, Kinesthetic)

digunakan untuk mengetahui gaya belajar apa saja yang dimiliki siswa kelas X

IPA SMAN 5 Kota Tangerang Selatan sehingga dapat diketahui siswa mana saja

yang memiliki gaya belajar read-write. Instrumen tes gaya belajar VARK

diadaptasi dari Gunawan, A. Harjono, dan Imran (2016) yang terdiri dari 16 butir

soal pilihan ganda, setiap pilihan ganda menentukan masing-masing gaya belajar.

Instrumen tes gaya belajar VARK dapat dilihat pada Lampiran B.6.

b. Instrumen Tes Hasil Belajar

Instrumen tes hasil belajar pada penelitian ini berbentuk tes objektif guna

mengungkap atau menghafal kembali dan mengenal materi yang telah diberikan.10

Instrumen tes ini meliputi mengingat (C1), memahami (C2), menerapkan (C3),

dan menganalisis (C4). Instrumen tes diberikan kepada siswa kelas X IPA SMAN

5 Kota Tangerang Selatan yang dijadikan sampel pada kelas eksperimen dan

kontrol. Instrumen tes digunakan sebelum remedial teaching, yaitu saat ulangan

harian (pretest) dan sesudah remedial teaching (posttest). Instrumen tes yang

digunakan telah memenuhi kisi-kisi instrumen penelitian. Kisi-kisi instrumen tes

seperti pada Tabel 3.4 berikut.

10 Mochtar Kusuma, Evaluasi Pendidikan, (Yogyakarta: Parama Ilmu, 2016), h. 19

Page 51: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.id€¦ · 6 Putri Sulistiyani, Skripsi: Pelaksanaan Remedial Teaching pada Mata Pelajaran Matematika di SD Negeri Delegan 2 Prambanan Sleman,

51

Tabel 3. 4 Kisi-kisi Instrumen Tes

Indikator

Pembelajaran

Kata Kerja Operasional

(KKO)

Nomor Soal

Aspek Kognitif Jumlah

Soal C1 C2 C3 C4

Menyebutkan

jenis-jenis

gaya

Menyebutkan gaya-gaya

yang bekerja pada gambar

sistem benda di bidang

datar.

1 1

Menyebutkan gaya-gaya

yang bekerja pada gambar

sistem benda di bidang

miring.

2 1

Menjelaskan

jenis-jenis

gaya

Menjelaskan gaya gesek

yang bekerja pada benda.

3 1

Menentukan

gaya-gaya

yang bekerja

pada suatu

sistem

Menentukan gaya-gaya

yang bekerja pada dua

buah benda yang

dihubungkan dengan tali

melalui katrol.

4, 5 2

Mendiagram-

kan gaya-gaya

yang bekerja

pada suatu

sistem

Mendiagramkan gaya-gaya

yang bekerja sesuai dengan

persoalan gerak benda.

6, 7 2

Mengidentifi-

kasi fenomena

penerapan

hukum-hukum

Newton dalam

kehidupan

sehari-hari

Mengidentifikasi

pernyataan yang tidak

sesuai dengan hukum III

Newton.

8 1

Mengidentifikasi

pernyataan yang tidak

sesuai dengan hukum II

Newton.

9 1

Menjelaskan

fenomena

penerapan

hukum I

Newton dalam

kehidupan

sehari-hari

Menjelaskan fenomena

berdasarkan hukum I

Newton.

10 1

Menjelaskan

fenomena

penerapan

hukum II

Newton dalam

Menjelaskan fenomena

berdasarkan hukum II

Newton.

11 1

Page 52: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.id€¦ · 6 Putri Sulistiyani, Skripsi: Pelaksanaan Remedial Teaching pada Mata Pelajaran Matematika di SD Negeri Delegan 2 Prambanan Sleman,

52

Indikator

Pembelajaran

Kata Kerja Operasional

(KKO)

Nomor Soal

Aspek Kognitif Jumlah

Soal C1 C2 C3 C4

kehidupan

sehari-hari

Menjelaskan

fenomena

penerapan

hukum III

Newton dalam

kehidupan

sehari-hari

Menjelaskan fenomena

berdasarkan hukum III

Newton.

12 1

Menerapkan

formulasi

hukum

Newton untuk

menyelesaikan

permasalahan

dinamika

gerak

Menerapkan formulasi

hukum II Newton untuk

menyelesaikan

permasalahan dinamika

gerak.

13 1

Menerapkan formulasi

hukum I Newton untuk

menyelesaikan

permasalahan dinamika

gerak.

14 1

Menganalisis

hubungan

antara gaya,

massa, dan

percepatan

benda pada

gerak lurus

Menganalisis hubungan

antar variabel berdasarkan

hukum II Newton.

15,

16

2

Jumlah Total 4 4 4 4 16

Persentase Soal 25% 25% 25% 25% 100%

Lampiran B.1, dan B.2

Sebuah instrumen yang baik yaitu instrumen yang sudah diuji kelayakannya.

Dalam penelitian ini menggunakan software AnatesV4 untuk menguji validitas,

reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda. Berikut ini beberapa persyaratan

yang harus dipenuhi, diantaranya:

Page 53: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.id€¦ · 6 Putri Sulistiyani, Skripsi: Pelaksanaan Remedial Teaching pada Mata Pelajaran Matematika di SD Negeri Delegan 2 Prambanan Sleman,

53

1) Uji Validitas Instrumen

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila instrumen yang digunakan dapat

mengukur apa yang hendak diukur.11 Dalam penelitian ini, validitas instrumen

dilakukan melalui dua tahap, yaitu validitas konstruk dan validitas isi.

a) Uji Validitas Konstruk

Validitas konstruk merupakan uji kelayakan instrumen berdasarkan cocok

tidaknya dengan konstruksi teoritik.12 Sebuah tes dikatakan memiliki validitas

konstruk apabila butir-butir soalnya mengukur setiap aspek berpikir seperti yang

disebutkan dalam Tujuan Instruksional Khusus.13 Rumus untuk menguji validitas

butir soal adalah menggunakan teknik korelasi product moment. Rumus korelasi

product moment dengan angka kasar sebagai berikut.14

𝑟𝑋𝑌 =𝑁 ∑ 𝑋𝑌 − (∑ 𝑋)(∑ 𝑌)

√{𝑁 ∑ 𝑋2 − (∑ 𝑋)2}{𝑁 ∑ 𝑌2 − (∑ 𝑌)2} (3.1)

Keterangan:

rXY = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

Uji validitas konstruk dalam penelitian ini menggunakan bantuan software

AnatesV4 dengan membandingkan hasil output rxy dengan rtabel pada taraf

signifikansi 5% dengan menetapkan derajat kebebasan terlebih dahulu, yaitu 𝑑𝑓 =

𝑁 − 2. Tabel kategori validitas lapangan berdasarkan perbandingan output rxy

dengan rtabel dapat dilihat pada Tabel 3.5 berikut.

Tabel 3. 5 Kategori Validitas15

Ketentuan Nilai rtabel Kategori

𝑟𝑥𝑦 ≥ 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 Valid

𝑟𝑥𝑦 < 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 Tidak valid

11 Sugiyono, Op.Cit., h. 121 12 Ibid., h. 125 13 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi, (Jakarta: PT Bumi

Aksara, 2003), h. 67 14 Ibid., h, 72 15 Ibid., h. 75

Page 54: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.id€¦ · 6 Putri Sulistiyani, Skripsi: Pelaksanaan Remedial Teaching pada Mata Pelajaran Matematika di SD Negeri Delegan 2 Prambanan Sleman,

54

Hasil uji validitas diinterpretasikan pada Tabel 3.6 di bawah ini.

Tabel 3. 6 Interpretasi Validitas16

Koefisien Korelasi Kriteria Validitas

0,80 < rxy ≤ 1,00 Sangat Tinggi

0,60 < rxy ≤ 0,80 Tinggi

0,40 < rxy ≤ 0,60 Cukup

0,20 < rxy ≤ 0,40 Rendah

0,00 < rxy ≤ 0,20 Sangat Rendah

Hasil uji validitas instrumen tes dapat dilihat pada Tabel 3.7 di bawah ini.

Tabel 3. 7 Hasil Uji Validitas Konstruk Instrumen Tes

Statistik Butir Soal

Jumlah Soal 16

Jumlah Siswa 36

Nomor Soal yang Valid 1, 3, 6, 7, 8, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16

Persentase Soal yang Valid 75%

Lampiran B.3.d.

b) Uji Validitas Isi

Validitas isi (content validity) dalam penelitian ini ditentukan oleh penilaian

dari para judgement/ahli dalam menilai kesesuaian antara butir soal dengan

beberapa aspek yang diukur.17 Dalam penelitian ini, validitas isi dilihat dari tiga

aspek, yaitu aspek konten, aspek konstruksi, dan aspek bahasa. Aspek konten

mengukus kesesuaian isi materi fisika dalam soal dengan konten fisika yang

digunakan yaitu hukum Newton. Aspek konstruksi mengukur kesesuaian isi

instrumen soal yaitu diantaranya kesesuaian indikator soal dengan indikator ranah

kognitif, dan indikator pembelajaran yang telah diterapkan di RPP. Aspek bahasa

mengukur bahasa yang digunakan dalam soal berdasarkan kaidah penelitian

bahasa Indonesia. Ketiga aspek tersebut masing-masing memiliki indikator yang

diukur, sehingga soal di dalam instrumen harus menunjukkan indikator yang

representatif dengan aspek-aspek yang hendak dicapai.

16 Ibid. 17 Sugiyono, Loc.Cit.

Page 55: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.id€¦ · 6 Putri Sulistiyani, Skripsi: Pelaksanaan Remedial Teaching pada Mata Pelajaran Matematika di SD Negeri Delegan 2 Prambanan Sleman,

55

Untuk mengetahui validitas instrumen, hasil judgement ahli pada tiap butir

soal diolah dengan menggunakan content validity ratio (CVR). Untuk menghitung

nilai CVR menggunakan rumus:18

𝐶𝑉𝑅 =𝑛𝑒 −

𝑁

2𝑁

2

(3.2)

Keterangan:

CVR = rasio validitas konstruk

𝑛𝑒 = jumlah ahli/judgement pemberi nilai (penting/relevan/esensial)

N = jumlah ali atau judgement

Nilai CVR akan berkisar antara +1 sampai -1. Nilai positif (+) menunjukkan

bahwa setidaknya setengah dari judgement menilai sebagai penting/esensial.

Semakin besar nilai CVR dari 0, maka semakin penting dan semakin tinggi

validitasnya. Setelah ditentukan CVR tiap butir soal, kemudian mencari nilai CVI.

Secara sederhana CVI merupakan rata-rata dari nilai CVR.19

𝐶𝑉𝐼 =∑ 𝐶𝑉𝑅

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑜𝑎𝑙 (3.3)

Kategori hasil perhitungan CVI dapat dilihat pada Tabel 3.8 berikut.

Tabel 3. 8 Kategori Nilai Content Validity Index (CVI)20

Rentang Nilai Kategori

0,00 – 0,33 Tidak Sesuai

0,34 – 0,67 Sesuai

0,68 – 1,00 Sangat Sesuai

18 Iwan Permana Suwarna, Laporan Penulisan Pengembangan Tata Kelola Kelembagaan

“Pengembangan Instrumen Ujian Komprehensif Mahasiswa melalui Computer Based Test pada

Program Studi Pendidikan Fisika”, (Jakarta: Pusat Penulisan dan Pengembangan (PUSLITPEN)

LP2M UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), 2016, h. 50 19 Ibid., h. 51 20 Ibid.

Page 56: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.id€¦ · 6 Putri Sulistiyani, Skripsi: Pelaksanaan Remedial Teaching pada Mata Pelajaran Matematika di SD Negeri Delegan 2 Prambanan Sleman,

56

Hasil uji validitas isi dapat dilihat pada Tabel 3.9 di bawah ini.

Tabel 3. 9 Hasil Uji Validitas Isi

Aspek yang Dinilai Skor CVI Kategori

Konten Materi 0,99 Sangat Sesuai

Konstruksi 0,99 Sangat Sesuai

Bahasa 0,99 Sangat Sesuai

Lampiran B.3.a, B.3.b, B.3.c.

2) Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk menguji konsistensi instrumen. Instrumen

yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk

mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama.21 Reliabilitas

dapat dihitung dengan menggunakan rumus K-R. 20, yaitu:22

𝑟11 = (𝑛

𝑛 − 1) (

𝑆2 − ∑ 𝑝𝑞

𝑆2) (3.4)

Keterangan:

r11 = reliabilitas secara keseluruhan

p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar

q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q = 1 - p)

∑ 𝑝𝑞 = jumlah hasil perkalian antara p dan q

k = banyaknya item

s = standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians)

Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan bantuan software AnatesV4

kemudian output nilai koefisien reliabilitas diinterpretasikan dalam sebuah kriteria

reliabilitas. Hasil uji reliabilitas diinterpretasikan pada Tabel 3.10 berikut.

21 Sugiyono Op.Cit., h. 121 22 Suharsimi Arikunto, Op. Cit., h. 100

Page 57: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.id€¦ · 6 Putri Sulistiyani, Skripsi: Pelaksanaan Remedial Teaching pada Mata Pelajaran Matematika di SD Negeri Delegan 2 Prambanan Sleman,

57

Tabel 3. 10 Interpretasi Kriteria Reliabilitas Instrumen23

Koefisien Korelasi Koefisien Reliabilitas

0,80 < 𝑟11 ≤ 1,00 Sangat Tinggi

0,60 < 𝑟11 ≤ 0,80 Tinggi

0,40 < 𝑟11 ≤ 0,60 Cukup

0,20 < 𝑟11 ≤ 0,40 Rendah

0,00 < 𝑟11 ≤ 0,20 Sangat Rendah

Hasil uji reliabilitas instrumen tes dapat dilihat pada Tabel 3.11 di bawah ini.

Tabel 3. 11 Hasil Uji Reliabilitas

Statistik Reliabilitas Soal

r11 0,85

Kesimpulan Sangat Tinggi

Lampiran B.3.e.

3) Taraf Kesukaran

Uji taraf kesukaran digunakan untuk mengetahui kualitas soal. Soal yang baik

adalah soal tidak yang terlalu mudah atau tidak terlalu sukar untuk dipecahkan

oleh siswa. Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal disebut

indeks kesukaran (difficulty index). Besarnya indeks kesukaran berkisar antara

0,00 sampai dengan 1,00.24 Indeks kesukaran dapat dihitung dengan

menggunakan rumus:25

𝑃 =𝐵

𝐽𝑆 (3.5)

Keterangan:

P = indeks kesukaran

B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar

JS = jumlah siswa peserta tes

Dalam penelitian ini, uji taraf kesukaran menggunakan bantuan software

AnatesV4 kemudian output indeks kesukaran diinterpretasikan dalam sebuah

kategori. Kategori taraf kesukaran dapat dilihat pada Tabel 3.12.

23 Ibid., h. 75 24 Ibid., h 207 25 Ibid.

Page 58: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.id€¦ · 6 Putri Sulistiyani, Skripsi: Pelaksanaan Remedial Teaching pada Mata Pelajaran Matematika di SD Negeri Delegan 2 Prambanan Sleman,

58

Tabel 3. 12 Indeks Kesukaran26

Rentang P Kriteria Soal

0,00 – 0,30 Sukar

0,31 – 0,70 Sedang

0,71 – 1,00 Mudah

Hasil perhitungan taraf kesukaran instrumen tes dapat dilihat pada Tabel 3.13

berikut ini.

Tabel 3. 13 Hasil Uji Taraf Kesukaran

Kriteria Soal Butir Soal

Jumlah Soal Persentase

Mudah 4 25,00%

Sedang 9 56,25%

Sukar 3 18,75%

Jumlah 16 100,00%

Lampiran B.3.g.

4) Daya Pembeda

Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara

siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh

(berkemampuan rendah). Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda

disebut indeks diskriminasi (D).27 Rumus yang digunakan untuk menentukan daya

pembeda soal pilihan ganda adalah:28

𝐷 =𝐵𝐴

𝐽𝐴−

𝐵𝐵

𝐽𝐵= 𝑃𝐴 − 𝑃𝐵 (3.6)

Keterangan:

D = daya pembeda

J = jumlah peserta tes

JA = banyaknya peserta kelompok atas

JB = banyaknya peserta kelompok bawah

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar

BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar

26 Ibid., h. 210 27 Ibid., h. 211 28 Ibid., h. 213

Page 59: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.id€¦ · 6 Putri Sulistiyani, Skripsi: Pelaksanaan Remedial Teaching pada Mata Pelajaran Matematika di SD Negeri Delegan 2 Prambanan Sleman,

59

PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Dalam penelitian ini, uji daya pembeda menggunakan bantuan software

AnatesV4 kemudian output daya pembeda diinterpretasikan dalam sebuah

klasifikasi tertentu. Klasifikasi daya pembeda dapat dilihat pada Tabel 3.14

berikut.

Tabel 3. 14 Kriteria Daya Pembeda Soal29

Daya Pembeda Kriteria Soal

Negatif Drop

0,00 – 0,20 Jelek

0,21 – 0,40 Cukup

0,41 – 0,70 Baik

0,71 – 1,00 Sangat baik

Hasil uji daya pembeda instrumen tes dapat dilihat pada Tabel 3.15 berikut

ini:

Tabel 3. 15 Hasil Uji Daya Pembeda

Kriteria Soal Butir Soal

Jumlah Soal Persentase

Drop - -

Jelek 3 18,75%

Cukup 3 18,75%

Baik 4 25,00%

Sangat Baik 6 37,50%

Jumlah 16 100,00%

Lampiran B.3.f.

2. Instrumen Non Tes

a. Pedoman Wawancara

Wawancara dalam penelitian ini dilakukan pada tahapan sebelum

pembelajaran (studi pendahuluan) guna untuk mengetahui informasi tentang

proses pembelajaran yang biasa dilakukan, gaya belajar, dan hasil belajar siswa di

SMAN Kota Tangerang Selatan. Kisi-kisi pedoman wawancara dapat dilihat pada

Tabel 3.16 berikut.

29 Ibid., h. 218

Page 60: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.id€¦ · 6 Putri Sulistiyani, Skripsi: Pelaksanaan Remedial Teaching pada Mata Pelajaran Matematika di SD Negeri Delegan 2 Prambanan Sleman,

60

Tabel 3. 16 Kisi-kisi Pedoman Wawancara

No. Indikator Nomor Butir Soal

1. Materi Fisika 1, 2, 3, 4, 5, 6

2. Gaya Belajar dan MetodeBelajar 7, 8, 9, 10, 11

3. Remedial Teaching 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18

b. Angket Siswa pada Studi Pendahuluan

Angket siswa dalam penelitian ini dilakukan pada tahapan sebelum

pembelajaran (studi pendahuluan) guna untuk mengetahui informasi tentang

proses pembelajaran yang biasa dilakukan, gaya belajar, dan hasil belajar siswa di

SMAN Kota Tangerang Selatan. Angket siswa dapat dilihat pada Lampiran B.12

c. Angket Respon Siswa

Respon siswa terhadap penggunaan metode SQ3R dapat dilihat dari angket

respon siswa yang diberikan setelah pembelajaran. Angket adalah sebuah daftar

pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden). Dengan

kuesioner ini, orang dapat diketahui tentang keadaan/data diri, pengalaman,

pengetahuan sikap atau pendapatnya, dan lain-lain.30 Angket yang digunakan

dalam penelitian ini adalah angket berbentuk checklist dengan menggunakan skala

pengukuran berupa skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap,

pendapat dan persepsi seseorang atau sekelas tentang kejadian atau gejala sosial.31

Siswa dapat memberi respon terhadap pertanyaan-pertanyaan dengan pilihan

jawaban, yaitu: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Netral (N), Tidak Setuju (TS),

Sangat Tidak Setuju (STS). Adapun kisi-kisi instrumen non tes yang digunakan

dalam penelitian ini pada Tabel 3.17 sebagai berikut.

30 Ibid., h. 28 31 Riduwan, Dasar-dasar Statistika, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 38

Page 61: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.id€¦ · 6 Putri Sulistiyani, Skripsi: Pelaksanaan Remedial Teaching pada Mata Pelajaran Matematika di SD Negeri Delegan 2 Prambanan Sleman,

61

Tabel 3. 17 Kisi-kisi Instrumen Non Tes

No. Indikator Angket Nomor Soal

Positif Negatif

1. Ketertarikan siswa terhadap metodeSurvey,

Question, Read, Recite, Review (SQ3R) 1 -

2. Keunggulan metodeSurvey, Question, Read,

Recite, Review (SQ3R) dibandingkan dengan

pembelajaran yang biasa diterapkan di kelas

2, 3 5, 6, 8

3. Kemampuan siswa setelah diberikan

metodeSurvey, Question, Read, Recite, Review

(SQ3R)

4 7

Jumlah Soal 4 4

H. Teknik Analisis Data

1. Teknik Analisis Data Tes

Data yang diperoleh melalui instrumen penelitian diolah dan dianalisis agar

hasil dari data tersebut dapat menjawab pertanyaan penelitian dan menguji

hipotesis penelitian.

a. Instrumen Gaya Belajar VARK

1) Gaya Belajar Setiap Siswa

Setelah siswa mengisi instrumen tes gaya belajar VARK, jawaban siswa

dianalisis gaya belajarnya dengan langkah-langkah sebagai berikut:32

a) Hitung total skor VARK:

+ + +

b) Gunakan skor total untuk mencari stepping distance dari Tabel 3.18 berikut

ini.

Tabel 3. 18 Stepping Distance untuk Menganalisis Gaya Belajar

Total Skor VARK Stepping Distance (s)

14-21 1

22-27 2

28-32 3

32+ 4

32 Veena Khongpit, Krich Sintanakul, dan Thanyarat Nomphonkrang, Op.Cit., h. 103-104

V A

R K

Page 62: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.id€¦ · 6 Putri Sulistiyani, Skripsi: Pelaksanaan Remedial Teaching pada Mata Pelajaran Matematika di SD Negeri Delegan 2 Prambanan Sleman,

62

c) Urutkan point V, A, R, dan K dari yang terbanyak ke yang tersedikit.

Gunakan n1, n2, n3, n4 secara berurutan.

d) Jika n1-n2 > s, maka siswa memiliki satu gaya belajar. Jika hasilnya kurang

dari s, maka ikuti langkah (e)

e) Jika n2-n3 > s, maka siswa memiliki dua gaya belajar. Jika hasilnya kurang

dari s, maka ikuti langkah (f)

f) Jika n3-n4 > s, maka siswa memiliki tiga gaya belajar. Jika hasilnya kurang

dari s, maka siswa memiliki keempat gaya belajar VARK.

Misal: skor VARK Fulan = 16

+ + +

V A R K

b) Stepping distance (s) = 1

c) Hitung gaya belajar:

V (7) – A (5) = 2, dimana 2 > 1

d) Jadi, gaya belajar Fulan adalah visual.

2) Persentase Gaya Belajar

Gaya belajar siswa kelas X IPA SMAN 5 Kota Tangerang Selatan dianalisis

dengan bantuan software Microsoft Excel untuk mengidentifikasi persentase siswa

dengan gaya belajar Visual, Aural, Read-Write, atau Kinesthetic.

𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑔𝑎𝑦𝑎 𝑏𝑒𝑙𝑎𝑗𝑎𝑟 =𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑔𝑎𝑦𝑎 𝑏𝑒𝑙𝑎𝑗𝑎𝑟

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑙𝑎𝑘𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑠 𝑉𝐴𝑅𝐾𝑥100%33 (3.7)

b. Instrumen Tes Hasil Belajar

Analisis data instrumen tes hasil belajar pada penelitian ini menggunakan

bantuan software IBM SPSS Statistics 23 dalam menguji normalitas,

homogenitas, dan hipotesis.

33 Zulfiani Zulfiani, Iwan Permana Suwarna, dan Sujiyo Miranto, Op. Cit., h. 718

7

5 3 1

Page 63: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.id€¦ · 6 Putri Sulistiyani, Skripsi: Pelaksanaan Remedial Teaching pada Mata Pelajaran Matematika di SD Negeri Delegan 2 Prambanan Sleman,

63

1) Uji Normalitas

Uji normalitas adalah pengujian terhadap normal tidaknya distribusi data

pada sampel.34 Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji Shapiro-Wilk

pada software IBM SPSS Statistics 23 dengan langkah-langkah sebagai berikut:35

a) Tetapkan hipotesis statistik

H0 = sampel berasal dari populasi berdistribusi normal

H1 = sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal

b) Gunakan tingkat signifikansi 𝛼 = 5%

c) Perhatikan significance (sig.) pada output setelah pengolahan data.

d) Gunakan ketentuan penerimaan/penolakan H0 sebagai berikut:

Jika 𝑠𝑖𝑔. < 𝛼 (0,05), maka H0 ditolak, H1 diterima, dengan kesimpulan

sampel berasal dari populasi terdistribusi tidak normal

Jika 𝑠𝑖𝑔. > 𝛼 (0,05), maka H0 diterima, H1 ditolak, dengan kesimpulan

sampel berasal dari populasi terdistribusi normal

2) Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk menguji apakah sebaran data dari dua

varian atau lebih berasal dari populasi yang homogen atau tidak, yaitu dengan

membandingkan dua atau lebih variannya.36 Uji homogenitas pada penelitian ini

menggunakan uji Levene dengan bantuan software IBM SPSS Statistics 23

dengan langkah-langkah sebagai berikut:37

a) Tetapkan hipotesis statistik

H0 = tidak ada perbedaan varian nilai dari kedua kelas (homogen)

H1 = ada perbedaan varian nilai dari kedua kelas (tidak homogen)

b) Gunakan tingkat signifikansi 𝛼 = 5%

c) Perhatikan significance (sig.) pada output setelah pengolahan data

d) Gunakan ketentuan penerimaan/penolakan H0 sebagai berikut:

34 Edi Riadi, Statistika Penelitian (Analisis Manual dan IBM SPSS), Yogyakarta: Andi

Yogyakarta, 2016), h. 105 35 Ibid., h. 122-123 36 Ibid., h. 127 37 Ibid., h. 143-144

Page 64: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.id€¦ · 6 Putri Sulistiyani, Skripsi: Pelaksanaan Remedial Teaching pada Mata Pelajaran Matematika di SD Negeri Delegan 2 Prambanan Sleman,

64

Jika 𝑠𝑖𝑔. < 𝛼 (0,05), maka H0 ditolak, H1 diterima, dengan kesimpulan ada

perbedaan varian nilai dari kedua kelompok (tidak homogen)

Jika 𝑠𝑖𝑔. > 𝛼 (0,05), maka H0 diterima, H1 ditolak, dengan kesimpulan tidak

ada perbedaan varian nilai dari kedua kelompok (tidak homogen)

3) Uji Hipotesis

Uji hipotesis yang akan digunakan harus disesuaikan dengan hasil uji

normalitas dan uji homogenitas. Jika data yang digunakan memenuhi asumsi-

asumsi klasik seperti asumsi normalitas dan homogenitas, maka pengujian

hipotesis menggunakan uji statistik parametrik.38 Jika data yang digunakan tidak

memenuhi asumsi normalitas atau homogenitas, maka pengujian hipotesis

menggunakan uji statistik non parametrik.39

a) Uji Statistik Parametrik

Uji hipotesis statistik parametrik terdiri dari uji hipotesis pretest-posttest. Uji

hipotesis pada penelitian ini menggunakan uji t dengan bantuan software IBM

SPSS 23 dengan langkah-langkah sebagai berikut:40

1. Tetapkan hipotesis statistik

H0 = tidak terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar siswa read-write di

kelas eksperimen dan siswa read-write di kelas kontrol pada

remedial teaching

H1 = terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar siswa read-write di kelas

eksperimen dan siswa read-write di kelas kontrol pada remedial

teaching

2. Gunakan tingkat signifikansi 𝛼 = 5%

3. Perhatikan significance (2-tailed) pada output setelah pengolahan data

4. Gunakan ketentuan penerimaan/penolakan H0 sebagai berikut:

Jika 𝑠𝑖𝑔. (2 − 𝑡𝑎𝑖𝑙𝑒𝑑) < 𝛼 (0,05), maka H0 ditolak, H1 diterima, dengan

kesimpulan terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar siswa read-write di

38 Ibid., h. 105 39 Ibid., h. 285 40 Ibid., h. 252-253

Page 65: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.id€¦ · 6 Putri Sulistiyani, Skripsi: Pelaksanaan Remedial Teaching pada Mata Pelajaran Matematika di SD Negeri Delegan 2 Prambanan Sleman,

65

kelas eksperimen dan siswa read-write di kelas kontrol pada remedial

teaching

Jika 𝑠𝑖𝑔. (2 − 𝑡𝑎𝑖𝑙𝑒𝑑) > 𝛼 (0,05), maka H0 diterima, H1 ditolak, dengan

kesimpulan tidak terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar siswa read-write

di kelas eksperimen dan siswa read-write di kelas kontrol pada remedial

teaching

b) Uji Statistik Non Parametrik

Uji hipotesis statistik non parametrik pada penelitian ini menggunakan uji

Mann-Whitney U dengan bantuan software IBM SPSS Statistics 23 dengan

langkah-langkah sebagai berikut:41

1. Tetapkan hipotesis statistik

H0 = tidak terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar siswa read-write di

kelas eksperimen dan siswa read-write di kelas kontrol pada

remedial teaching

H1 = terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar siswa read-write di kelas

eksperimen dan siswa read-write di kelas kontrol pada remedial

teaching

2. Gunakan tingkat signifikansi 𝛼 = 5%

3. Perhatikan significance (2-tailed) pada output setelah pengolahan data

4. Gunakan ketentuan penerimaan/penolakan H0 sebagai berikut:

Jika 𝑠𝑖𝑔. (2 − 𝑡𝑎𝑖𝑙𝑒𝑑) < 𝛼 (0,05), maka H0 ditolak, H1 diterima, dengan

kesimpulan terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar siswa read-write di

kelas eksperimen dan siswa read-write di kelas kontrol pada remedial

teaching

Jika 𝑠𝑖𝑔. (2 − 𝑡𝑎𝑖𝑙𝑒𝑑) > 𝛼 (0,05), maka H0 diterima, H1 ditolak, dengan

kesimpulan tidak terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar siswa read-write

di kelas eksperimen dan siswa read-write di kelas kontrol pada remedial

teaching

41 Ibid., h. 354-355

Page 66: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.id€¦ · 6 Putri Sulistiyani, Skripsi: Pelaksanaan Remedial Teaching pada Mata Pelajaran Matematika di SD Negeri Delegan 2 Prambanan Sleman,

66

4) Uji N-Gain

Uji N-gain dilakukan untuk mengetahui peningkatan jenjang kognitif siswa

melalui metode SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) dalam remedial

teaching, uji N-gain memiliki persamaan:42

𝑁 − 𝑔𝑎𝑖𝑛 =𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑜𝑠𝑡𝑡𝑒𝑠𝑡 − 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡

𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 − 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡 (3.8)

Tabel 3. 19 Kategori Peningkatan Kognitif Siswa43

Nilai N-Gain Kategori

N-gain > 0,7 Tinggi

0,3 ≤ N-gain ≤ 𝟎, 𝟕 Sedang

N-gain < 0,3 Rendah

2. Teknik Analisis Data Nontes

Data non tes dalam penelitian ini berupa angket respon siswa yang diberikan

kepada kelas eksperimen setelah diberi perlakuan dengan metode SQ3R.

pengolahan data non tes dilakukan secara manual menggunakan software

Microsoft Excel. Hasil angket dihitung menggunakan metodeskala Likert seperti

pada Tabel 3.20 di bawah ini.

Tabel 3. 20 Skala Penilaian Angket44

Alternatif Jawaban Bobot Penilaian Pernyataan

Positif Negatif

Sangat Tidak Setuju (STS) 1 5

Tidak Setuju (TS) 2 4

Netral (N) 3 3

Setuju (S) 4 2

Sangat Setuju (SS) 5 1

42 David E. Meltzer, The Relationship between Mathematics Preparation and Conceptual

Learning Gains in Physics: A Possible “Hidden Variable” in Diagnostic Pretest Scores, American

Journal of Physics 70 (12), 2002, h. 1260 43 Rosdiana Meliana Situmorang, Muhibbuddin, Khairil, Penerapan MetodePembelajaran

Problem Based Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Sistem Ekskresi

Manusia, Jurnal EduBio Tropika Vol. 3 No. 2, 2015, h. 88 44 Riduwan, Op.Cit., h. 39

Page 67: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.id€¦ · 6 Putri Sulistiyani, Skripsi: Pelaksanaan Remedial Teaching pada Mata Pelajaran Matematika di SD Negeri Delegan 2 Prambanan Sleman,

67

Data dari hasil perolehan skor diubah dalam bentuk persentase dengan

menggunakan rumus:45

𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 =∑ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ

∑ 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑒𝑠𝑝𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛 𝑥 5 𝑥 100% (3.9)

Data dalam bentuk persentase diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria

interpretasi angket pada Tabel 3.21 berikut.

Tabel 3. 21 Kriteria Interpretasi Persentase Skor46

Besar Persentase Interpretasi

0% - 20% Sangat tidak baik

21% - 40% Tidak baik

41% - 60% Cukup

61% - 80% Baik

81% - 100% Sangat baik

I. Hipotesis Statistik

Hipotesis statistik pada penelitian ini untuk mengetahui ada tidaknya

perbedaan antara rata-rata hasil belajar remedial teaching siswa read-write pada

kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan rumusan sebagai berikut.47

H0 : µ = µ0

H1 : µ≠ µ0

Keterangan:

H0 = Hipotesis nol

H1 = Hipotesis alternatif

µ = rata-rata hasil belajar siswa read-write di kelas eksperimen dengan

menggunakan metode SQ3R pada remedial teaching.

µ0 = rata-rata hasil belajar siswa read-write di kelas kontrol tidak menggunakan

metode SQ3R pada remedial teaching.

45 Sugiyono, Op.Cit., h. 95 46 Riduwan dan Akdon, Rumus dan Data dalam Analisis Statistika, (Bandung: Alfabeta, 2013),

h. 18 47 Sugiyono, Op.Cit., h. 68

Page 68: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.id€¦ · 6 Putri Sulistiyani, Skripsi: Pelaksanaan Remedial Teaching pada Mata Pelajaran Matematika di SD Negeri Delegan 2 Prambanan Sleman,

68

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh beberapa kesimpulan

sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh penggunaan metode Survey, Question, Read, Recite,

Review (SQ3R) terhadap hasil belajar siswa read-write dalam remedial

teaching. Nilai rata-rata kelas eksperimen lebih unggul daripada kelas kontrol

yaitu dengan selisih 12,15. Nilai rata-rata kelas eksperimen sebesar 92,36,

dan sedangkan kelas kontrol sebesar 80,21.

2. Peningkatan hasil belajar siswa read-write di kelas eksperimen dengan

menggunakan metode Survey, Question, Read, Recite, Review (SQ3R)

sebesar 0,85 (kategori tinggi). Kelas eksperimen lebih unggul daripada kelas

kontrol yaitu dengan selisih 0,27.

3. Peningkatan hasil belajar siswa read-write di kelas eksperimen pada ranah

kognitif C1 sebesar 0,77 (kategori tinggi) dengan persentase kemampuan

menjawab soal C1 saat posttest yaitu 93%, pada ranah kognitif C2 sebesar

0,69 (kategori sedang) dengan persentase kemampuan menjawab soal C2 saat

posttest yaitu 93%, pada ranah kognitif C3 sebesar 0,94 (kategori tinggi)

dengan persentase kemampuan menjawab soal C3 saat posttest yaitu 95%,

pada ranah kognitif C4 sebesar 0,73 (kategori tinggi) dengan persentase

kemampuan menjawab soal C4 saat posttest yaitu 90%.

4. Respon siswa read-write baik (78%) terhadap penggunaan metode SQ3R.

79% siswa tertarik mempelajari konsep Hukum Newton dengan

menggunakan metode SQ3R.

Page 69: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.id€¦ · 6 Putri Sulistiyani, Skripsi: Pelaksanaan Remedial Teaching pada Mata Pelajaran Matematika di SD Negeri Delegan 2 Prambanan Sleman,

69

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penulis mengajukan beberapa

saran, sebagai berikut:

1. Guru yang hendak melakukan remedial teaching pada konsep Hukum

Newton sangat dianjurkan menggunakan metode Survey, Question, Read,

Recite, Review (SQ3R) karena sangat efektif untuk mengatasi siswa read-

write yang tidak tuntas.

2. Penggunaan metode Survey, Question, Read, Recite, Review (SQ3R) dalam

remedial teaching dapat dilakukan pada konsep lain untuk mengakomodasi

siswa dengan gaya belajar read-write.

3. Guru harus menggunakan waktu pembelajaran seefektif dan seefisien

mungkin ketika menerapkan metode SQ3R.

4. Pada tahap Question, sebaiknya guru sudah memberikan pertanyaan sesuai

dengan tujuan pembelajaran, sedangkan siswa hanya diminta menambah

membuat pertanyaan sesuai apa yang mereka ingin ketahui.

5. Guru bisa menggunakan media teknologi dalam penggunaan metode SQ3R.