Upload
dinhquynh
View
225
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
Pasar modal merupakan sarana dalam tiap perusahaan untuk mencari keperluan dan
kebutuhan modal, sebagaimana dibutuhkan pasar modal sebagai sarana dalam
pemenuhan kebutuhan modal perusahaan dan badan industri yang berada di Indonesia
tentunya memiliki peranan penting bagi terciptanya suatu kesuksesan pertumbuhan
ekonomi suatu negara. Sebagaimana sudah diatur dalam Undang-Undang RI Nomor 8
Tahun 1995 tentang Pasar Modal Bahwa Pasar Modal adalah kegiatan yang berkaitan
dengan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang
diterbitkan, serta lembaga profesi yang berkaitan dengan efek. Di Negara Indonesia,
saran Pasar Modal memliki badan Pasar Modal yaitu, Bursa Efek Indonesia, karena
perannya sebagai penyedia dan penyalur dana Bursa Efek Indonesia memiliki beberapa
klasifikasi sektor perusahaan, diantaranya sektor utama (ekstraktif), sektor sekunder
(manufaktur), sektor tersier (jasa) (www.sahamok.com). Perusahaan Manufaktur
merupakan perusahaan yang mengubah barang mentah menjadi produk jadi melalui
proses produksi kemudian dijual kepada pelanggan. Perusahaan Manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2016 meliputi sektor industri dasar dan kimia,
sektor aneka industri, dan sektor industri barang konsumsi. Sedangkan LKPM
mengelompokan sektor manufaktur kedalam 12 kategori. Seperti pada tabel yang di
tunjukan dalam tabel 1.1
2
Tabel 1.1
Perkembangan Investasi Dalam Negeri
No. Sektor 2011 2012 2013 2014 2015 2016
I I I I I I
1 Industri
Makanan
7,940.9 11,116.7 15,081 19,596.4 24,534 32,028.5
2 Industri
Tekstil
999.2 4,450.9 2,446 1,451.5 2,724.5 3,209.8
3 Ind. Barang
Dari Kulit &
Alas Kaki
13.5 76.7 80 103.1 5.4 69.1
4 Industri Kayu 514.9 57.0 391 585.1 1.185,3 3,151.0
5 Ind. Kertas
dan
Percetakan
9.296,3 7.561 6.849 4.093,7 6.529,5
5,257.9
6 Ind. Kimia
dan Farmasi
2.711,9 5.069,5 8.886 13.313,6 20.712,5 30,054.4
7 Ind. Karet dan
Plastik
2.295,7 2.855 2.905 2.117,5 3.695,9 3,576.9
8 Ind. Mineral
Non Logam
7.440,5 10.730,7 4.625 11.923,1 20.501,7 15,404.6
9 Ind. Logam,
Mesin
&Elektronik
6.787 7.225,7 7.568 5.292,6 7.938,4 11,568.5
10 Ind. Instru.
Kedokteran,
Persisi &
Optik
- - - - - 5.0
11 Ind.
Kendaraan
Bermotor &
Alat
Transportasi
Lain
529,1 664,4 2.069 490,1 1.070,8 1,713.9
12 Industri
Lainnya
4,8 31,5 62 68,1 147,4 744.2
Sumber : Badan Pusat Statistik Tahun 2015
Berdasarkan tabel 1.1 dapat diketahui bahwa investasi terbesar dari tahun 2011-
2016 ada di perusahaan food and beverage. Pada tahun 2011 industri makanan dan
3
minuman nilai investasi nya sebersar 7.940,9 miliar, di tahun 2012 sebesar 11.116,7
miliar, di tahun 2013 sebesar 15.081 miliar, di tahun 2014 sebesar 19.596,4 miliar dan
di tahun 2015 sebesar 24.534 miliar, di tahun 2016 sebesar 32.028,5 miliar. Hal ini
menunjukkan perusahaan food and beverage memang menjadi industri prioritas untuk
meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Sektor food and beverage dihuni oleh nilai perusahaan yang sifatnya defensif.
Mahal atau tidaknya harga produk akan tetap dibeli oleh masyarakat karena orang tetap
membutuhkan makan, minum dan alat-alat lainnya yang menjadi kebutuhan pokok
masyarakat. Investasi pada perusahaan food and beverages merupakan yang paling
tinggi dibandingkan dengan sektor lainnya. Penerimaan laba yang tinggi tentunya akan
menarik beberapa investor untuk menanamkan sahamnya, bahkan beberapa investor
asing yang berasal dari Jepang, Korea, Taiwan dan beberapa negara Asia lain tergiur
untuk berinvestasi pada perusahaan sektor ini (bisnis.liputan6.com). Pendapatan yang
tinggi ini mempengaruhi tingkat profitabilitas perusahaan, dan semakin tinggi tingkat
profitabilitas yang dimiliki membuat perusahaan cenderung untuk menerapkan laporan
yang konservatis agar laba terlihat rata dan tidak terlalu berfluktuasi. Data-data dalam
penelitian ini diambil dari data-data laporan keuangan yang terdapat dalam perusahaan
seperti laporan laba rugi, neraca, perubahan modal, dan yang lainnya yang diperlukan
dalam penelitian ini. Daftar perusahaan food and beverages yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia diantaranya adalah :
Tabel 1.2
Daftar Perusahaan Food and Beverages yang terdaftar di BEI 2011-2016
No Kode
Saham Nama Emiten
1. AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk, PT
2. ALTO Tri Banyan Tirta Tbk, PT
3. CEKA Wilmar Cahaya Indonesia Tbk, PT
4. DLTA Delta Djakarta Tbk, PT
5. ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, PT
6. INDF Indofood Sukses Makmur Tbk, PT
7. MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk, PT
4
8. MYOR Mayora Indah Tbk, PT
9. PSDN Prashida Aneka Niaga Tbk, PT
10 ROTI Nippon Indosari Corporindo Tbk, PT
11. SKBM Sekar Bumi Tbk, PT
12. SKLT Sekar Laut Tbk, PT
13. STTP Siantar Top Tbk, PT
14. ULTJ UltraJaya Milk Industry and Trading Company Tbk, PT Sumber: http://www.sahamok.com/emiten/sektor-industri-barang-konsumsi/sub-sektor-
makanan-minuman/
1.2 Latar Belakang
Laporan keuangan merupakan suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan
kinerja keuangan perusahaan. Menurut PSAK Nomor 1 (Revisi 2015), laporan
keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja suatu
entitas. Laporan keuangan yang disampaikan berupa laporan posisi keuangan
perusahaan, laba rugi, laporan perubahan modal, laporan arus kan dan catatan atas
laporan keuangan.
Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi seperti posisi keuangan,
kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang berguna bagi para
pengguna laporan keuangan untuk menjadi dasar pengambilan keputusan investasi.
Sebuah perusahaan pada umumnya memiliki tujuan untuk meningkatkan laba sebesar-
besarnya, dengan laba yang besar perusahaan diharapkan dapat meningkatkan nilai
perusahaan. Investor berkepentingan terhadap informasi yang terkait dengan nilai
perusahaan. Nilai perusahaan dapat memberikan kemakmuran pemegang saham secara
maksimum apabila harga saham meningkat. Semakin tinggi harga saham sebuah
perusahaan, maka makin tinggi kemakmuran pemegang saham (Siswoyo dan
Oetomo,2012)
Nilai perusahaan adalah kinerja perusahaan yang dicerminkan oleh harga saham
yang dibentuk oleh permintaan dan penawaran di pasar modal yang merefleksikan
penilaian masyarakat terhadap kinerja perusahaan (Santoso,2016). Nilai perusahaan
dijadikan fokus utama dalam pengambilan keputusan oleh investor untuk melakukan
5
invesatasi pada suatu perusahaan. Untuk dapat menarik minat investor, perusahaan
mengharapkan manajer keuangan akan melakukan tindakan terbaik bagi perusahaan
dengan memaksimalkan nilai perusahaan sehingga kemakmuran pemegang saham
dapat tercapai. Dengan baiknya nilai perusahaan maka perusahaan akan dipandang baik
oleh para calon investor (Analisa, 2011).
Pada penelitian ini terdapat berbagai macam indikator yang digunakan untuk
mengukur nilai perusahaan. Penggunana indikator sebagai alat ukur dari suatu variabel
sangat diperlukan, hal ini terkait dengan memberikan kemudahan dalam memahami
maknanya. Variabel yang digunakan untuk penelitian ini adalah Tobin’s Q.
Tobin’s Q adalah indikator untuk mengukur kinerja perusahaan, khususnya tentang
nilai perusahaan yang menunjukkan suatu performa manajemen dalam mengelola
aktiva perusahaan. Alasan menggunakan Tobin’s Q sebagai indikator karena Tobin’s
Q dapat mengetahui potensi perkembangan harga saham, dapat mengetahui
kemampuan manajemen dalam mengolah aset perusahaan dan dapat juga mengetahui
potensi pertumbuhan investasi (Sudiyanto dan puspitasari, 2010). Pengertian Tobin’s
Q sendiri adalah nilai pasar dari suatu perusahaan dari suatu perusahaan dengan
membandingkan nilai pasar perusahaan suatu perusahaan yang terdaftar di pasar
keuangan dengan nilai penggantian aset (assets replacement value) perusahaan
(Siswoyo dan Oetomo, 2012).
Nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli
(investor) apabila perusahaan tersebut dijual. Tujuan normatif perusahaan adalah
memaksimumkan kekayaan pemegang saham (Sudana dalam Prasetyorini, 2013:185).
Harga saham yang tinggi membuat nilai perusahaan juga tinggi, dan meningkatkan
kepercayaan pasar tidak hanya terhadap kinerja perusahaan saat ini namun juga pada
prospek perusahaan di masa mendatang. Nilai perusahaan dalam penelitian ini
memiliki unsur harga saham di dalam proksi Tobin’s Q. Bagi perusahaan yang
menerbitkan saham di pasar modal, harga saham yang diperjualbelikan di bursa
merupakan indikator nilai perusahaan.
6
Berikut merupakan fenomena perbandingan perkembangan investasi dalam
negeri dengan perkembangan indeks harga saham pada sektor food and beverage tahun
2011-2016. Dimana investasi dalam negeri pada sektor food and beverage pada tahun
2011-2016 selalu meningkat, tetapi tidak disertai dengan kenaikan indeks harga saham
yang cenderung menunjukkan angka yang fluktuatif. Pengertian investasi dalam negeri
dalam negeri berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal (UUPM) yaitu kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di
wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri
dengan menggunakan modal dalam negeri. Pengertian dari penanaman modal dalam
negeri adalah perseorang warga Negara Indonesia, badan usaha Indonesia, Negara
Indonesia, atau daerah yang melakukan penanaman modal di wilayah Negara Republik
Indonesia. Pada Pasal 2 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 contoh dari investasi
dalam negeri adalah obligasi, saham, deposito dan tabungan yang berjangka sekurang-
kurangnya satu tahun. Berikut kondisi perbandingan perkembangan investasi dalam
negeri dengan perkembangan indeks harga saham sektor food and beverage.
Tabel 1.3
Perbandingan Perkembangan Investasi Dalam Negeri dengan Perkembangan
Indeks Harga Saham Sektor Food and Beverage
Tahun Perkembangan Investasi
Dalam Negeri (Dalam
Milyar Rupiah)
Perkembangan Indeks
Harga Saham (Dalam
Rupiah)
2011 7,940.9 1,655.43
2012 11,116.7 1,565.88
2013 15,081 1,757.79
2014 19,596.4 2,134.81
2015 24,534 2,058.894
2016 32,028.5 2,324.281
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (data diolah)
7
Indeks harga saham dalam suatu sektor terbentuk dari rata-rata keseuluruhan
harga saham perusahaan di sektor tersebut. Investasi dalam negeri merupakan total
investasi modal saham yang ditanamkan oleh pihak dalam negeri disektor tersebut.
Selalu meningkatnya investasi di sektor tersebut menunjukkan banyaknya investasi
modal saham dari sisi dalam negeri sehingga menunjukkan bahwa permintaan atau
minat investasi dari pihak dalam negeri selalu meningkat dari sektor tersebut.
Tingginya permintaan modal saham di sektor ini bisa memacu meningkatnya indeks
harga saham di sektor tersebut.
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa perkembangan investasi
dalam negeri sektor food and beverage pada tahun 2011 sebesar 7,940.9 milyar dengan
indeks harga sahamnya sebesar 1,655.43. Pada tahun 2012 perkembangan investasi
dalam negeri sektor food and beverage sebesar 11,116.7 milyar dengan indeks harga
sahamnya sebesar 1,565.88. Dapat dilihat dari tahun 2011 ke 2012 perkembangan
investasi dalam negeri mengalami kenaikan namun tidak disertai dengan kenaikan pada
indeks harga saham yang mengalami penurunan. Pada tahun 2013 perkembangan
investasi dalam negeri sektor food and beverage sebesar 15,081 milyar dengan indeks
harga sahamnya sebesar 1,757.79. Dapat dilihat dari tahun 2012 ke 2013
perkembangan investasi dalam negeri mengalami kenaikan dan disertai pula dengan
kenaikan indeks harga sahamnya. Pada tahun 2014 perkembangan investasi dalam
negeri sektor food and beverage sebesar 19,596.4 milyar dengan indeks harga
sahamnya sebesar 2,134.81. Dapat dilihat dari tahun 2013 ke 2014 perkembangan
investasi dalam negeri mengalami kenaikan dan disertai pula dengan kenaikan indeks
harga sahamnya. Pada tahun 2015 perkembangan investasi dalam negeri sebesar
24,534 milyar dengan indeks harga sahamnya sebesar 2,058.894. Dapat dilihat dari
tahun 2014 ke 2015 investasi dalam negeri mengalami kenaikan namuun tidak disertai
dengan kenaikan indeks harga saham yang serupa pada tahun 2011 ke 2012 yang
mengalami penurunan. Pada tahun 2016 perkembangan investasi dalam negeri sebesar
32,028.5 milyar dengan indeks harga sahamnya sebesar 2,324.281. Dapat dilihat dari
tahun 2015 ke 2016 investasi dalam negeri mengalami kenaikan dengan disertai
8
kenaikan pada indeks harga sahamnya. Dalam tabel diatas dapat dilihat terjadi
perkembangan yang tidak searah antara perkembangan investasi dalam negeri dengan
indeks harga saham. Dimana komponen harga saham ini adalah salah satu komponen
dalam perhitungan nilai perusahaan. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan variabel
Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Total Assets Turnover dan Return On Equity yang
masih terdapat inkonsistensi pada penelitian sebelumnya.
Beberapa penelitian sebelumnya telah melakukan terhadap variabel-variabel
yang mempengaruhi nilai perusahaan yaitu Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Total
Assets Turnover dan Return On Equity.
Current Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang segera jatuh tempo
dengan menggunakan total aset yang tersedia (Hery, 2015:178). Dalam hal ini, rasio
lancar ini menggambarkan seberapa besar jumlah ketersediaan aset lancar yang
dimiliki perusahaan dibandingkan dengan total kewajiban lancar. Oleh karena itu, rasio
lancar dihitung sebagai hasil bagi antara total aset lancar dengan total kewajiban lancar.
Dari penjelasan mengenai Current Ratio dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi nilai
CR maka semakin bagus untuk perusahaan karena menunjukkan semakin besarnya
kemampuan perusahaan untuk membayar utang jangka pendeknya secara tepat waktu.
Namun sebaliknya, jika nilai CR rendah maka menunjukkan bahwa semakin kecil
kemampuan perusahaan untuk membayar utang jangka pendeknya secara tepat waktu.
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa semakin tingginya nilai CR akan
mempengaruhi tingginya nilai perusahaan.
Melihat berbagai penelitian sebelumnya terdapat beberapa hasil yang berbeda
mengenai pengaruh Current Ratio terhadap Nilai Perusahaan. Berdasarkan penelitian
Corry Winda Anzlina dan Rustam (2013) mengatakan bahwa Current Ratio
berpengaruh signifikan positif terhadap nilai perusahaan. Namun berbanding terbalik
dengan penelitian Santoso (2016) yang mengatakan bahwa Current Ratio tidak
berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
9
Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk besarnya proporsi
utang terhadap modal. Rasio ini berguna untuk mengetahui besarnya perbandingan
antara jumlah dana yang disediakan oleh kreditor dengan jumlah dana yang berasal dari
pemilik perusahaan (Hery, 2015:198). Dalam hal ini, rasio ini berfungsi untuk
mengetahui berapa bagian dari setiap rupiah modal yang dijadikan sebagai jaminan
utang. Rasio ini memberikan petunjuk umum tentang kelayakan kredit dan rasio
keuangan debitur. Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa semakin
tingginya DER maka semakin tinggi risiko perusahaan. Namun sebaliknya, semakin
rendah DER maka semakin rendah risiko perusahaan. Oleh karena itu, dapat
disimpulka bahwa semakin rendah DER dapat meningkatkan nilai perusahaan.
Melihat berbagai penelitian sebelumnya terdapat beberapa hasil yang berbeda
mengenai pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Nilai Perusahaan. Pada penelitian
Sukoco (2013) mengatakan bahwa DER berpengaruh negatif terhadap nilai
perusahaan. Berbeda dengan penelitian Putri (2014) yang mengatakan bahwa DER
tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Total Assets Turnover merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
keefektifan total aset yang dimiliki perusahaan dalam menghasilkan penjualan, atau
dengan kata lain untuk mengukur berapa jumlah penjualan yang akan dihasilkan dari
setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset (Hery, 2015:221). Rasio yang tinggi
menunjukkan semakin efektif pengelolaan aktiva tetap yang dilakukan oleh
manajemen perusahaan (Santoso, 2016). Berdasarkan penjelasan diatas dapat
disimpulkan bahwa semakin tinggi Total Assets Turnover maka semakin tinggi juga
nilai dari nilai perusahaan. Sebaliknya jika nilai Total Assets Turnover rendah maka
nilai dari nilai perusahaan pun rendah.
Melihat berbagai penelitian sebelumnya terdapat beberapa hasil yang berbeda
mengenai pengaruh Total Assets Turnover terhadap Nilai Perusahaan. Pada penelitian
Rinnaya, Andini dan Oemar (2016) mengatakan bahwa Total Assets Turnover
mempunyai pengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Berbanding terbalik dengan
penelitian dari Siswoyo dan Oetomo (2012) dan penelitian dari Stiyarini dan Santoso
10
(2016) yang mengatakan bahwa Total Assets Turnover tidak berpengaruh terhadap
nilai perusahaan.
Return On Equity merupakan rasio yang menunjukkan seberapa besar
kontribusi ekuitas dalam menciptakan laba bersih (Hery, 2015:230). Rasio ini dapat
digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang akan dihasilkan
dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam ekuitas. Berdasarkan penjelasan diatas
dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi ROE maka semakin tinggi pula jumlah laba
bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam ekuitas.
Sebaliknya, jika nilai ROE rendah maka semakin rendah pula jumlah laba bersih yang
dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam ekuitas.
Melihat berbagai penelitian sebelumnya terdapat beberapa hasil yang berbeda
mengenai pengaruh Return On Equity terhadap Nilai Perusahaan. Pada penelitian Dewi
dan Wirajaya (2013) dan penelitian Hasania, Murni dan Mandagie (2016) mengatakan
bahwa Return On Equity berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Sedangkan
dalam penelitian Anzlina dan Rustam (2013) mengatakan bahwa Return On Equity
tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dipaparkan, maka penelitian
tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan pengaruh
Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Total Assets Turnover, dan Return On Equity.
Oleh karena itu penelitian ini mengambil judul “PENGARUH CURRENT RATIO,
DEBT TO EQUITY RATIO, TOTAL ASSETS TURNOVER, DAN RETURN ON
EQUITY TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Kasus Pada Perusahaan
Manufaktur Sektor Food and Beverage Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun
2011-2016)”.
1.3 Perumusan Masalah
Nilai perusahaan merupakan kinerja perusahaan yang dicerminkan oleh harga
saham yang dibentuk oleh permintaan dan penawan di pasar modal yang merefleksikan
penilaian masyarakat terhadap kinerja perusahaan yang terdapat pada laporan
keuangan. Laporan keuagan dalam suatu perusahaan menunjukkan bagaimana kinerja
11
perusahaan tersebut dan juga menunjukkan bagaimana manajer dalam mengelola
perusahaan. Informasi yang dihasilkan akan digunakan untuk pengambilan keputusan
bagi para penggunanya.
Faktor-faktor yang diindikasi dapat mempengaruhi nilai perusahaan yang akan
digukana dalan penelitian ini diantaranya yaitu Current Ratio (CR), Debt to Equity
Ratio (DER), Total Assets Turnover (TATO), dan Return On Equity (ROE).
Permasalahn dalam penelitian ini dilihat dari pengaruh Current Ratio, Debt to Equity
Ratio, Total Assets Turnover, dan Return On Equity terhadap nilai perusahaan.
1.4 Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang penelitian dan rumusan masalah yang telah diuraikan
diatas, maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian, diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana Current Ratio (CR), Debt Equity Ratio (DER), Total Asset Turnover
(TATO), dan Return On Equity (ROE) dan nilai perusahaan (Tobin’s Q) pada
perusahaan manufaktur sub sektor food and beverage Tahun 2011-2016?
2. Apakah terdapat pengaruh secara simultan Current Ratio (CR), Debt Equity Ratio
(DER), Total Asset Turnover (TATO), dan Return On Equity (ROE) terhadap nilai
perusahaan (Tobin’s Q) pada perusahaan manufaktur sub sektor food and beverage
Tahun 2011-2016?
3. Apakah terdapat pengaruh secara parsial :
1. Current Ratio (CR) terhadap nilai perusahaan (Tobin’s Q) pada perusahaan
manufaktur sub sektor food and beverage tahun 2011-2016?
2. Debt to Equity Ratio (DER) terhadap nilai perusahaan (Tobin’s Q) pada
perusahaan manufaktur sub sektor food and beverage tahun 2011-2016?
3. Total Assets Turnover (TATO) terhadap nilai perusahaan (Tobin’s Q) pada
perusahaan manufaktur sub sektor food and beverage tahun 2011-2016?
12
4. Return On Equity (ROE) terhadap nilai perusahaan (Tobin’s Q) pada
perusahaan manufaktur sub sektor food and beverage tahun 2011-2016?
1.5 Tujuan penelitian
Mengacu pada perumusan masalah yang diuraikan, adapun tujuan dari penelitian ini
diantarnya:
1. Untuk mengetahui Current Ratio (CR), Debt Equity Ratio (DER), Total Asset
Turnover (TATO), Return on Equity (ROE), dan nilai perusahaan pada perusahaan
manufaktur sub sektor food and beverage Tahun 2011-2016.
2. Untuk mengetahui pengaruh secara simultan Current Ratio (CR), Debt Equity
Ratio (DER), Total Asset Turnover (TATO), Return on Equity (ROE) terhadap
nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur sub sektor food and beverage Tahun
2011-2016.
3. Untuk mengetahui secara parsial yaitu:
a. Untuk mengetahui pengaruh Current Ratio (CR) terhadap nilai perusahaan
pada perusahaan manufaktur sub sektor food and beverage Tahun 2011-2016.
b. Untuk mengetahui pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap nilai
perusahaan pada perusahaan manufaktur sub sektor food and beverage Tahun
2011-2016.
c. Untuk mengetahui pengaruh Total Assets Turnover (TATO) terhadap nilai
perusahaan pada perusahaan manufaktur sub sektor food and beverage Tahun
2011-2016.
d. Untuk mengetahui pengaruh Return On Equity (ROE) terhadap nilai
perusahaan pada perusahaan manufaktur sub sektor food and beverage Tahun
2011-2016.
1.6 Kegunaan Penelitian
1.6.1 Aspek Teoritis
Kegunaan teoritis berhubungan dengan pengembangan ilmu pengetahuan oleh
karena itu manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu:
a. Bagi peneliti, dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai
13
pengaruh Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Total Assets
Turnover (TATO), Return On Equity (ROE) terhadap nilai perusahaan.
b. Bagi pihak akademis, dapat menambah wawasan pembaca dan dapat
dijadikan sebagai bahan referensi untuk penelitan selanjutnya yang sejenis.
1.6.2 Aspek Praktis
Kegunaan praktis yang ingin dicapai dalam penerapan pengetahuan sebagai
hasi penelitian yang telah dilakukan adalah:
a. Bagi Regulator di Indonesia.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan input alternatif manajerial
perusahaan manufaktur sub sektor food and beverage terhadap berbagai
pertimbangan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan
secara signifikan dan untuk selanjutnya digunakan sebagai salah satu dasar
pertimbangan dalam pengawasan yang dilakukan perusahaan manufaktur
sub sektor food and beverage untuk pengambilan keputusan dalam
bidang keuangan terutama dalam rangka memaksimumkan nilai
perusahaan.
b. Bagi Investor
Penelitian ini berharap dapat memberikan informasi kepada investor dalam
berinvestasi dengan Current Ratio (CR), Debt Equity Ratio (DER), Total
Asset Turnover (TATO), dan Return On Equity (ROE) sebagai bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi di perusahaan
manufaktur sub sektor food and beverage.
1.7 Ruang Lingkup Penelitian
1.7.1 Variabel penelitian
Dalam penelitian ini digunakan satu variabel terikat (variabel dependen) dan
tiga variabel bebas (variabel independen). Variabel dependen dalam penelitian ini
adalah nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur sub sektor food and beverage.
Sedangkan Variabel independen dalam penelitian ini adalah Current Ratio (CR), Debt
Equity Ratio (DER), Total Asset Turnover (TATO), dan Return On Equity (ROE).
14
1.7.2 Lokasi dan Objek penelitian
Lokasi penelitian yang dipiliha adalah Bursa Efek Indonesia dan objek
penelitian yang digunakan perusahaan manufaktur sub sektor food and beverage. Data
ini diambil dari laporan tahunan perusahaan manufaktur sub sektor food and beverage.
1.7.3 Periode Penelitian
Periode penelitian ini menggunakan laporan tahunan tahun 2011-2016
1.8 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam tugas akhir ini adalah sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
Bab ini merupakan penjelasan secara umum yang menggambarkan dengan tepat isi
penelitian. Dalam bab ini penelitian mengemukakan mngenai gambaran umum objek
penelitian, latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, dan sistematika penulisan tugas akhir.
Bab II Tinjauan Pustaka dan Lingkup Penelitian
Dalam bab ini dijelaskan mengenai beberapa teori-teori yang relevan dengan penelitian
ini, diantaranya mengenai CR, DER, TATO, ROE, dan nilai perusahaan. Peneliti juga
akan membahas secara ringkas mengenai penelitian terdahulu, kerangka pemikiran,
hipotesis penelitian dan lingkup penelitian.
Bab III Metode Penelitian
Bab ini berisikan mengenai pendekatan, metode dan teknik yang digunakan untuk
mengumpulkan dan menganalisis data. Ketiga hal tersebut akan diuraikan melaui
pembahasan mengenai jenis penelitian, variabel operasional, tahapan penelitian,
populasi dan sampel, pengumpulan data, serta tekni analisis data.
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Dalam bab ini, peneliti akan menyajikan hasil penelitian dan pembahasan hasil
penelitian.
Bab V Kesimpulan dan Saran
Dalam bab ini, peneliti akan menyajikan beberapa kesimpulan dan saran penelitian.