Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah dan desa,
merupakan Nawacita ketiga pemerintah Jokowi-JK salah satu agendanya mengawal
implementasi Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa, secara sistematis,
konsisten dan berkelanjutan. Sebagai tindak lanjut agar Pengelolaan Dana Desa
berjalan dengan tujuan, maka dari itu Pemerintah melakukan Program Pendampingan
Dalam Pengelolaan Dana Desa yang berpedoman pada Undang-Undang Nomo 6
Tahun 2014 tentang desa yang menjelaskan bahwasannya dalam upaya Pembangunan
dan Pemberdayan masyarakat dilakukan dengan pendampingan yang berdasarkan
esensi masalah dan kebutuhan masyarakat desa setempat. Selain itu, Program
Pendampingan Desa merupakan sebagai bentuk nyata yang berupaya untuk
mensukseskan kebijakan Program Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat
Desa (P3MD) yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014.
Sebagai implementasi dari Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa,
peraturan penyelengaraan Pendampingan desa diatur dalam Peraturan Menteri Desa,
Pembangunan Daerah Tertingal dan Transmigrasi No.3 Tahun 2015. Adapun tujuan
pendampingan adalah untuk Meningkatkan kapasitas, evektifitas dan akuntabilitas
pemerintah desa dan pembangunan desa. Meningkatkan prakarsa, kesadaran dan
partisipasi masyarakat desa dalam pembangunan partisipatif. Meningkatkan sinergi
program pembangunan desa antar sektor, meningkatkan aset lokal desa secara
2
emansipatoris.1 Dalam pasal 12 ayat1 menjelaskan tugas pendamping desa adalah
mendampigi Desa dalam Perencanaan, Pelaksanaan dan Pengawasan terhadap proses
pembangunan desa dan pemberdayaan desa.
Sesuai dengan tujuan dari pendampingan desa yang telah dijelaskan di atas,
tugas daripendamping desa sangatlah besar dan kompleks. Sebagai ujung tombak
dilapangan, posisi pendamping sangat penting dalam membantu desa dalam
menjalankan proses pembangunansertamelakukanpemerataanpembangunan yang
menjadi tujuan pemerintah saat ini, karena pada hakekatnya persoalan pembangunan
itu sendiri berada diperdesaan, sehingga pendamping dituntut untuk bisa menjadi
pelopor serta motor pengerak pembangunan desa dengan cara memberdayakan
masyarakat dalam proses pembangunan. Dalam pasal 1 ayat 13
menjelaskanpemberdayaan merupakan upaya dalam mengembangkan kemandirian
dan kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan pengetahuan,
sikap,keterampilan, perilaku, kemampuan, kesadaran, seta memanfaatkan sumber
daya melalui penetapan kebijakan, program, kegiatan dan pendampingan yang sesuai
dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat desa.Sejatinya banyak
potensi alam yang ada di desa yang di kelola secara subsisten, sebagai dampak
ketidakmampuan masyarakat dalam penguasaan teknologi, pendidikan masyarakat
yang relatif rendah sehingga kencenderungan masyarakat desa menerima kondisi apa
adanya.Disinilah fungsi serta peran pendamping menjadi strategis dalam mendorong
prakarsa, kesadaran, dan partisipasi masyarakat desa. Dalam mewujudkan desa
mandiri yang mampu bertindak sebagai subjek pembangunan mulai dari tahap
1Peraturan Menteri Desa,Pembangunan Daerah Tertingal dan Transmigrasi No. 3 Tahun 2015. Pasal 2
3
perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan desa yang dilaksanakan
secara partisipatif, transparan, dan akuntabel.2
Adapun dalam pelaksanaan pendampingan terdiri dari tenaga pendamping
profesional, kader pemberdayaan masyarakat desa dan pihak ketiga. Tenaga
pendamping profesioanal sebagaimana yang dimaksud tertuang pada Peraturan
Pemerintah No. 47 Tahun 2015 tentang Perubahan Peraturan Pemerintah No. 43
Tahun 2014 tentang pelaksanaan Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang desa
terdiri dari tenaga pendamping lokal desa yang bertugas di desa untuk mendampigi
desa dalam penyelengaraan pemerintahan desa, kerjasama desa, pengembangan
Badan Usaha Milik Desa (BUMDES), dan pembangunan yang berskala lokal desa.
Tenaga pendamping desa yang bertugas di kecamatan untuk mendampigi desa dalam
penyelengaraan pemerinthan desa, kerjasama desa, pengembangan BUMDES dan
pembangunan yang berskala lokal desa. Tenaga pendamping teknis yang bertugas di
kecamatan untuk mendampigi desa dalam pelaksanaan program dan kegiatan
sektoral. Tenaga ahli pemberdayaan masyarakat yang bertugas Meningkatkan
kapasitas tenaga pendamping dalam rangka penyelengaraan pemerintahan desa,
pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa dan pemberdayaan
masyarakat desa.Dalam ruang lingkup pendampingan, dilaksanakan secara berjenjang
sesuai dengan kebutuhan yang berdasarkan kebutuhan masing-masing desa.
Sebelumnya padamasapemerintahan era Susilo BambangYudhoyono (SBY)
jugaterdapat program yang sama dalam pemberdayaan masyarakat desa, yang
2https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/integralistik/article/view/11809diakses pada tgl. 6 april 2018
pkl. 13 23
4
dikenaldengan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) mandiri
perdesaan. Dalam program PNPM juga terdapat pendamping desa atau yang
biasadisebutdenganfasilitatordesa.Pergantian program dari PNPM ke Pembangunan
dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD) tentu memberikan perbedaan tupoksi
bagi fasilitator, adapun perbedaanmendasarpendampingan yang di berikanpada
program PNPM dengan programPembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat
Desa(P3MD) ialah pada program PNPM, pendampingmemiliki kewenangan dalam
untuk memfasilitasi dan mengendalikan keuangan.Sedangkanpada program
pendampingankeunagan langsung dikontrololehkabupaten/Kota. Hal inisangatlahjelas
berbeda dengan program pendampingan yang dijalankan pada saat ini yang hanya
bertugas mendampigi dan mefasilitasi setiap program atau kegiatan yang ada di desa.
Sedangkan dalam menjalankan program kerja yang telah dirancang oleh desa
dijalankan langsung oleh desa itu sendiri dengan melibatkan masyarakat.
Dari penjelasan perbedaan pendampingan yang telah dijelaskan di atas
tentunya program pendampingan desa saat ini mempunyai peran yang sangat strategis
dalam melakukan pengawalan perubahan dalam proses pembangunan. Karena
pendampinagn desa saat ini, sebagai salah satu modal penting untuk membantu
mewujudkan desa yang mandiri dan inovatif, dengan melibatkan masyarakat dalam
proses pembangunan serta mengembangkan kapasitas dan pemberdayaan masyarakat
yang dilakukan dengan cara melakukan pendampingan secara utuh dan berlanjutan.
Tentunya hal tersebut selaras dengan tujuan pembangunan pemerintah saat ini yang
ingin melakukan pemerataan pembangunan melalui pinggiran dengan memperkuat
daerah-daerah dan desa dalam Rangka Negara Kesatuan.
5
Selain itu, dalam proses pelaksanaan pendampingan yang harus diperhatikan
adalah bagaimana peran aktif para pendamping dalam menjalankan tugasnya dalam
memberikan pendampingan secara konsisten, berkelanjutan serta mobilitas yang
tinggi untuk memberikan pendampingan kepada pemerintah maupun masyarakat
desa. Jika dilihat relitasaatini, dari peran serta kinerja pendamping desa ternyata
masih banyak kinerja pendamping desa yang di rasa masih kurang melakukan
pendampingan secara maksimal sesuai dengan tujun dari lahirnya program
pendamping desasaat ini. Permasalahan tersebut seperti yang terjadi di daerah Gresik,
dimana pendamping lokal desa kurangpaham mengenai administrasi pencairan dana
desa sehingga menjadi penghambat pembangunan di desa itu sendiri.3Permasalahan
serupa juga dialami didaerah Gunung Kidul, kinerja pendamping desa yang belum
maksimal dikeluhkan oleh perangkat desa, akibatnya pihak desa lebih banyak kerja
sendirian dalam upaya pengunaan dana desa yang digelontorkan Pemerinah Pusat.4
Sementara itu, kondisiserupa juga dialami di Desa Junrejo seperti yang di
utarakan oleh BapakTrisnohadi selaku sekretaris desa, beliau mengatakan:
“.....masih kurang merasakan pendampingan yang di berikan oleh Tim
pendamping desa, pendamping desa hadir ketika musyawarah desa. Setelah
itu, pihak desa kurang mendapatkan pendampingan dari pendamping desa.
Selain itu, pihak desa juga sulit mendapatkan pendamping yang benar-benar
menguasi di bidangnya. Dalam hal ini, pendamping teknik sipil, karena
3Htpp://jatim.me trotnews.com./kinerja pendamping desa-kadesmereka-malahtolah-tolehdiakses pada
14 Februari 2018 pkl.21.00 4http:/www.harianjogja.com./baca/2016/03/25/dana-desa-kades-keluhkan-kinerja-petugas-
pendamping-desa-704157diakses pada tgl 14 februari 2018 pkl. 21.24
6
konsentrasi pembangunan desa hari ini lebih fokus pembangunan
infrastruktur sehingga desa junrejo membutuhkan pendamping yang
mumpuni di bidang tersebut....”5
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, kondisi Pendampingan yang
dilaksanakandi Desa Junrejo belum berjalan secara maksimal. Artinya pendampingan
yang dilaksanakan oleh tim pendamping belum berjalan secara ideal sesuai dengan
tugas dan fungsi sebagai pendamping, karena mengacu pada tugas dan fungsi
pendamping desa, pendamping hanya menjalankan tugas hanya sebatas tahap
Perencanaan tahapan pembangunan. Sedangkan mengacu pada tujuan pendampingan
yang tertera pada Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi Nomor. 3 Tahun 2015 tentang pendamping pada pasal 12 ayat1
seharusnya pendampingan yang dilakukan bukan sebatas perencanaan. Artinya
pendampingan yang dilakukan dari mulai tahap Perencanaan, Pelaksanaan, dan
Pengawasan. Hal tersebut tentunya akan sangat berpengaruh pada hasil yang akan
dicapai dari pengelolaan dana desa itu sendiri,dalam mensukseskan Kebijakan
Program Pembangunan Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD) yang telah menjadi
tujuan awal lahirnya Dana Desa khususnya di Desa Junrejo.
Berdasarkan dengan penelitian ini, peneliti menemukan beberapa penelitian
terdahulu yangrelevan dengan penelitian yang akan diteliti pada penelitian ini.
Pertama, penelitian dilakukan oleh Nirwana Ahmad tentang Pengelolaan Keuangan
Desa Berdasarkan UU NO. 6 Tahun 2014 (Studi Kasus Pada Desa di Kecamatan
5Wawancara dilakukan pada tanggal 10 januari 2017
7
Baranti Kabupaten Sidenreng Rapang). Jadi pada penelitian lebih terfokus pada
tatakelola keuangan desa paska lahirya Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang
Desa. Kedua, penelitian dilakukan oleh Lutfhi Nur Fahri tentang Pengaruh
Pelaksanaan Kebijakan Dana Desa Terhadap Manajemen Keuangan Desa dalam
Meningkatkan Efektivitas Program Pembangunan. Jadi pada penelitian ini lebih
terfokus pelaksanaaan kebijakan dana desa di kabupaten garut terhadap efektifitas
program pembagunan yang dilaksanakan.
Ketiga, penelitian dilakukan oleh Rizky Winda Nurahmi yaitu tentang
Kebijakan Pemerintah Desa Dalam Pengelolaan Dana Desa Paska Undang-Undang
Desa Nomor. 6 Tahun 2014Tentang Desa Untuk Menciptakan Good Government.
Jadi pada penelitia ini terfokus pada pengelolaan dana desa dengan mengacu pada
regulasi pemerintah dengan di abstraksikan dengan Good Government. Keempat,
pada penelitian ini dilakukan oleh Nunuk Rianti yaitu Analisis Pengelolaan Dana
Desa. Jadi pada penelitian ini terfokus pada keterlibatanperangkat desa dalam
pembangunan pengelolaan dana desa.
Kelima, penelitian dilakukan oleh Miftahuddin yaitu tentang Akuntabilitas
dan Transparansi Pemerintah Desa Dalam Pengelolaan Dana Desa. Pada penelitian
ini terfokus untuk menilai akuntabilitas dan transparansi pemerintah desa terhadap
pengelolaan dana desa di desa Panggungharjo Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul.
Keenam, penelitian ini dilakukan oleh Endry Ardianto yaitu Analisis Pengelolaan
Dana Desa. Pada Penelitian ini lebih terfokus pada menitikberatkan pengelolaan dana
kampung dengan analisismenggunakan teori fungsi manajemen dan manajemen
keuangan daerah.
8
Ketujuh, penelitian dilakukan oleh M. Indra Maulana yaitu, Peran Dana Desa
Dalam Memberdayakan Masyarakat Ditinjau Dari Perspektif Ekonomi Islam. Pada
penelitian ini terfokus pada Peran Dana Desa Dalam Memberdayakan Masyarakat
Ditinjau Dari Perspektif Ekonomi Islam.Kedelapan, penelitian dilakukan oleh
Chandra Kusuma Prabawa yaitu Tinjauan Yuridis Pegelolaan Dana Desa di Desa
Triharjo Kecamatan Seleman Kabupaten Seleman. Pada penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui bagaimana pengelolaan Dana Desa di DesaTriharjo Kecamatan
Sleman Kabupaten Sleman berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60Tahun 2014
juncto Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2015 tentang Dana Desa
yangBersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara serta hambatan-
hambatan yang timbuldalam pengelolaan Dana Desa tersebut.
Dengan demikian dari delapan penelitian terdahulu yang dipaparkan diatas,
sangat berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada skripsi ini.
Karena yang dilakukan pada penelitian skripsi ini lebih terfokus pada Efektifitas
Program Pendampingan Dalam Pengelolaan Dana Desa Tahun Anggaran 2016-2018
di Desa Junrejo. Penelitian ini juga lebih terfokus pada melihat sejauhmana efektifitas
program pendampingan yang di terapkan dalam dalam pengelolaan dana desa sesuai
dengan Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
Nomor 5 Tahun 2015 tentang pendamping desa.
Berdasarkan permasalahan tersebut, menjadi menarik untuk diteliti lebih jauh
bagaimana kinerja para pendamping desa hari ini. Oleh karena itu, peneliti tertarik
untuk meneliti bagaimana Efektifitas Program Pendampingan Dana Desa. sehingga
9
peneliti mengambil judul “Efektifitas Program Pendampingan Dalam Pengelolaan
Dana Desa (Studi di Desa Junrejo Kecamatan Junrejo Kota Batu)”
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah Bagaimana efektifitas program
pendampingan dalam pengelolaan dana desa. Desa Junrejo Kec. Junrejo Kota Batu?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauhmana Efektifitas
Program Pendampingan Dalam Pengelolaan Dana Desa di Desa Junrejo Kec. Junrejo
Kota Batu.
1.4 Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapka dapat memberikan manfaat baik secra Teoritis
maupun Akademis, yaitu:
1.4.1 Secara Teori
Secara teori penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi bagi
pengembangan konsep otonomi desa dan teri implementasi
1.4.2 Secara Akademis
Secara teori penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi peneliti
berikutnya dengan tema serupa.
1.5 Definisi Konseptul dan Definisi Operasional
1.5.1 Definisi Konseptual
Definisi konseptual merupakan penarikan batasan yang menjelaskan
suatu konsep secara singkat, sehingga pembahasan dalam konseptual tetap
10
fokus pada tujuan yang diinginkan pada penelitian. Adapun konsep dari
penelitian ini adalah:
a. Efektifitas pendampingan dalam pengelolaan dana desa.
Efektifitas merupakan suatu ukuran yang paling pokok digunakan
untuk mengukur sebuah tingkat keberhasilan yang di jalankan oleh sebuah
organisasi, baik itu program atau kegiatan yang telah di rencanakan
sebelumnya. Sehingga kegiatan ataupun program yang di jalankan bisa
dikatakan efektif apabila bisa mencapai tujuan yang telah di tetapkan. Menuut
Bastian efektifitas dapat diartikan sebagai keberhasilan dalam mencapai
tujuan yang telah di tetapkan sebelumnya. Selain itu, efektifitas adalah
hubungan antara output dan tujuan dimana efektifitas di ukur berdasarkan
seberapa jauh tingkat output atau keluaran kebijakan untuk mencapai tujuan
yan telah di tetapkan.6
Berdasarkan penjelasan di atas, dalam upaya untuk melihat atau
menilai tingkat efektititas pendampingan pengelolaan dana desa dalam rangka
menjalankan amanat Undang-Undang Nomor 6 Tanun 2014 tentang Desa,
melalui Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan
Transmigrasi Nomor 3 Tahun 2015 tentang pendamping desa, dalam pasal 12
ayat 1 menjelaskan bahwa tugas pendamping desa adalah mendampingi dalam
pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa dari tahap perencanaan,
pelaksanaan dan pemantauan.
6Asnawi, 2013, Efektifitas Penyelengaraan Pelayanan Publik Samsat Corner Wilayah Malang Kota,
Fisisp-UMM. Hlm.6
11
Perencanaan, pada tahapan ini pendamping desa mempunyai peranan
yang sangat penting dalam memberikan kontribusi untuk mengarahkan setiap
usulan yang disampaikan agar sesuai dengan skala prioritas kebutuhan
pembanggunan. Pelaksanaan, pada tahapan ini pendamping desa dituntut
untuk bisa menfasilitasi kegiatan dari perencanaan yang telah disusun untuk
dilaksanakan yang bersumber dari dana desa yang meliputi pembangunan
infrastuktur atau sarana-prasarana desa serta memanfaatkan sumber daya alam
yang dimiliki dan lingkungan secara berkelanjutan. Sedangkan pada aspek
pembangunan yang di tekankan pada pemberdayaan masyarakat,
pendampingan yang diberikan lebih ditekankan pada aspek menfasilitasi
pembinaan masyarakat terutama untuk penanggulangan kemiskinan dan
peningkatkan atas akses sumber daya ekonomi, sosial, budaya, kesehatan, dan
pendidikan yang ada di desa. Pemantauan, pada tahapan inipendamping desa
diharuskan untuk mengontrol jalannya proses pelaksanaan sesuai dengan yang
direncanakan sebelumnya serta melihat kemungkinan kendala yang dihadapi
pada tahap pelaksaan.
Berdasarkan penjelasan pasal tersebut dapat disimpulakan untuk
menilai efektifitas program pendampingan desa yang dijalankan saat ini, dapat
diukur dari sejauhmana peran pendamping dalam menjalankan tugasnya untuk
memfasilitasi desa proses pengelolaan dana desa yang dijalankan dari tahap
perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan. Sehinga dana desa tersebut bisa
dimanfaatkan dengan sebaik mungkin dan sesuai dengan sasaran dan tepat
guna.
12
1.5.2 Definisi Operasional
Definisi oprasioanl merupakan serangkaian penjabaran lebih lanjut
tentang konsep dan keterkaitan konsep yang lebih diterangkan. Serta langkah-
langkah prosedural dan sistematis yang menggambarkan kegiatan yang
mendapatkan sisitensi impiris untuk menuju konsep yag berdasarkan judul
penelitian. Adapun definisi oprasional yang digunakan adalah:
a. Efektifitas pendampingan pengelolaan dana Desa.
Efektifitas pendampingan pengelolaan dana desa adalah merupakan
sebuah tingkat ukuran keberhasilan pendamping desa dalam melakukan
pendampingan pengelolaan dana desa baik dalam tahap perencanaan,
pelaksanaan dan pemantauan dana desa. Dari tiga indikator tersebut,
merupakan ukuran untuk melihat sejauhmana tingkat efektifitas
pendampingan yang dijalankan oleh pendamping sebagai tugas dan fungsi
selaku pendampin desa.
b. Kendala dalam proses pelaksanaan pendampingan.
Kendala dalam proses pelaksanaan pendampingan merupakan faktor-
faktor penghambat jalannya proses pendampingan sehingga pendampingan
yang di jalankan tidak bisa berjalan apa yang di harapkan oleh pendamping
desa sehingga menghambat jalannya poses pendampinan saat di lapangan.
13
1.6 Metode Penelitian
Metode penelitian adalah alat bagaimana penelitian dilaksanakan. Dalam
penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode kualitatif.7 Penelitian kualitatif
adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentng apa yang
dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motvasi, tindakan dan
lain-lain, seara holistic dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa,
pada suatu konteks khususnya yang alamiah dan dengan memanfaatkan metode
alamiah.8
1.6.1 Jenis Penelitian
Dalam penelitin ini, peneliti mengunakan penelitian deskriptif.
Penelitian deskriptif merupakan eksplorasi dan klasifikasi mengenai
fenomena atau kenyataan sosial dengan jalan mendiskripsikan dengan sejumlh
variabel berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti.9 Diskriptif
bertujuan untuk memberikan gambaran secara sistimatis, faktual, akurat,
mengenai fakta yang terjadi dan yang belum terjadi mengenai kehidupan
sekelompok sosial individu, suatu objek, populasi tertentu dan peristiwa yang
terjadi.10
7J. Moleong, Lexy,2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung PT. Refik Editama. Catatan ke-3
Hlm.284 8J. Moleong, Lexy,2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung PT.Remaja Rosdakarya. Catatan Ke-
34 Hln. 6 9Sanipah,Faisal.1999. Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta. Ghalia Inonesia. Hln.20 10Convelo G. Dkk. 1993. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta. Universitas Indonesia. Hln 73
14
1.6.2 Sumber Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yag diperoleh dari pihak pertama atau
narasumber asli. Data primer juga merupakan data yang diperoleh dengan
melakukan penelitin langsung dilapangan. Data primer ini nantinya diperoleh
peneliti dari hasil observasi mauun wawancara dengan subjek riset (orang)
baik individu maupun klompok suatu kejadian atau kegiatan.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupkan data yang di peroleh secara tidak langsung.
Data sekunder pada umumnya berupa bukti, atau laporan historis yang telah
tersusun dalam arsip, baik yang dipublikasikan maupun yang tidak di
publikasikan.11 Data sekunder inidapat diperoleh dari literatur, jurnal, karya
ilmiah, internet dan lain-lain yang berhubugan dengan penelitian ini
1.6.3 Teknik Pengumpulan Data
Dalam suatu penelitian, data menjadi yang sangat penting untuk
menjawab permasalahan penelitian. Data diperoleh dengan mengunakan
metode pengumpulan data yang akan diolah dan dianalisisdengan metode
tertentu. Dalam hal tersebut untuk mengumpulkan data peneliti mengunakan
observasi, wawancara, serta dokumentasi yang akan diuraikan sebagai
berikut:
11Nawawi,Hadiri,1987. Metode Penelitian Bandung Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada Univerity.Press
Hln. 63
15
a. Observasi
Salah satu metode pengumpulan data dengan mengamati atau
meninjau secara cermat dan langsung di lokasipenelitian atau lapangan untuk
mengetahui secara langsung kondisi yang terjadi atau untuk membuktikan
kebenaran dari sebuah disain penelitian.12Observasi merupakan teknik
pengumpulan data yang paling utama dalam penelitian kualitatif. Observasi
memberi peluang pada peneliti untuk menggali data perilaku subjek secara
luas, mampu menagkap berbagai macam intraksi, dan secara terbuka
mengekplorasi topik penelitinya. Dengan pengamatan langsung, peneliti bisa
mengembangkan suatu persepektif menyeluruh mengenai pemahaman suatu
konteks yang sedang diteliti. Menurut Margono (2005: 158) observasi
diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistimatik terhadap gejala
yang tampak pada penelitian.13
b. Wawancara
Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data untuk mendapatkan
informasi yang digali narasumber, data yang didapatkan langsung melalui
percakapan atau tanya jawab. Wawancara pada penelitian kualitatif sifatnya
mendalam karena ingin mengekplorasi informasi secara holistic dan jelas dari
informan. Menurut Sudjana (2000: 234) wawancara adalah proses
12Satori,Djaman dan Komariah,Aan. 2014. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung.Alfabeta. Catatan
Ke-6. Hln.105 13Op.Cit.Hlm.130
16
pengumpulan data atau informasi melalui tatap muka antara pihak penanya
(interviewer) dengan pihak yang ditanya (interviewee).14
c. Dekumentasi
Dekumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen
bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang.
Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya cacatann harian, kebijakan, sejarah
kehidupan (lif histories), cerita, biografi, peraturan, dan kebijakan. Dokumen
yang berbentuk gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa, dan lain-lain.
Studi dokumen merupakan pelengkap dari pengunaan metode observasi dan
wawancara dalam penelitian kualitatif.
1.6.4 Subjek Penelitian
Subjek penelitian merupakan pihak yang menjadi sasaran penelitian
guna memperoleh informasi terkait topik yang akan diteliti. Subjek penelitian
digunakan untuk mendapatkan sejumlah informasi tentang suatu
permasalahan dan pengumpulan data.15Subjek penelitian merupakan
seseorang atau sesuatu mengenai yang mengenainya ingin diperoleh
keterangan. Untuk mendapatkan informasi yang lengkap maka peneliti ini
yang menjadi subjek penelitian ini adalah:
1. Pemerintah DesaJunrejo
2. PendampingDesa Kecamatan Junrejo.
14Op.Cit. Hlm. 148 15Sugiono.2012. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung. Alfabeta.Hlm.96
17
1.6.5 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian merupakan tempat yang digunakan oleh peneliti
untuk mendapatkan data sesuai dengan keadaan sebenarnya dari objek yang
diteliti guna memperoleh data yang akurat. Pada penelitian ini, penulis
melakukan penelitian di Kantor Desa. Junrejo Kec. Junrejo Kota. Batu.
1.6.6 Teknik Analisa Data
Analisa data dalam penelitian ini mengunakan analisis data kualitatif.
Analisa data kualitatif (Bogdan dan Biklin, 1982) adalah yang dilakukan
dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-
milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintetiskannya, mencari dan
menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan
memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.16 Dengan
digunakan metode kualitatif ini maka data yang didapatkan akan lebih
lengkap, lebih mendalam, dan bermakna. Sehingga tujuan penelitian dicapai.17
Gambar 1.1: Analisi Data Kualitatif
16Op.Cit.Hlm.282 17Op.Cit.Hlm.39
Data
Reduction Conclusion
Drawing/Ve
rifying
Data
Dislpay Data
Collection
18
Sumber: Miles & Huberman (1992:20)
a. Pengumpulan Data
Tahap pengumpulan data yaitu proses memasuki lingkungan penelitian
dan melakukan pengumpulan data penelitian. Data dikumpulkan melalui
observasi, wawancara, dokumentasi, agar memperoleh data primer maupun
data sekunder. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini lebih terfokus
pada data yang menjadi tujuan peneliti.18
b. Reduksi Data
Tahap reduksi data yaitu proses pemilahan, pemusatan perhatian pada
penyerdehanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul
dari catatan-catatan tertulis dari lapangan.19 Dengan demikian data telah
direduksi akan mendapatkan gambaran yang lebih jelas, spesifik, dan
menemui data-data yang berkaitan. Selain itu dapat mempermudah proses
pengumpulan data selanjutnya.20
c. Penyajian Data
Tahap penyajian data yaitu penyajian informasi untuk memberikan
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.21Hal
18Op.Cit.Hlm.39 19Miles.Metthev dan Huberman, A. Michael, 1992. Analisis Data Kualitatif. Buku Sumber Tentang
Metode-Metode Barau. Jakarta: UI Press. Hlm. 16 20Op.Cit. Hlm. 39 21Prof.Dr. Sugiono. Op. Cit. Hlm.237
19
ini dimaksudkan untuk memperkuat reduksi data untuk di kelola lebih lanjut
sehingga pada ahirnya akan menghasilkan suatu kesimpulan.22
d. Penarikan Kesimpulan
Tahap penarakan kesimpulan/verivikasi yaitu penarikan kesimpulan
dari data yang telah dianalisis.23 Pada tahapan ini merupakan proses untuk
mencari sebuah inti dari keseluruhan penjelasan yang telah dipaparkan
dan ini menjadi tahapan terahir dari proses teknik analis data. Melalui
penarikan kesimpulan ini juga, temuan baru dalam penelitian yang berupa
diskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya tidak jelas menjadi
jelas setelah diteliti.
22Op.Cit.Hlm.39 23Ibid. Hlm. 17