Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Penduduk negara kawasan Asia Tenggara banyak di dominasi oleh
penduduk beragama Islam. Sejarah masuknya Islam ditandai dengan adanya
interaksi antara masyarakat kepulauan dengan para pedagang Arab, India, Bengal,
Cina, Gujarat, Yaman, serta Arabia Selatan pada abad ke-5 sebelum Masehi.
Kondisi tersebut dimanfaatkan para pedagang Muslim untuk menyebarkan agama
Islam. Menurut data pada tahun 2014 mayoritas penduduk muslim mendiami
negara Indonesia yakni sekitar 85%, dari Malaysia 61,3%, dan dari Brunei
Darussalam 67%, sedangkan peduduk muslim negara kawasan Asia Tenggara yang
lain berada dibawah itu.1
Ketiga negara diatas termasuk kedalam negara yang memiliki penduduk
mayoritas Islam namun bukan disebut negara Islam karena sistem negaranya tidak
berlandaskan ideologi Islam dan hanya Brunei Darusslam satu-satunya negara yang
berbasis Islam di kawasan Asia Tenggara. Negara ini memiliki penduduk yang
mayoritas bercorak Islam Melayu. Negara Brunei sendiri berbatasan langsung
dengan negara Malaysia, karena hampir seluruh wilayah Brunei, yaitu sisi timur,
selatan dan barat, dikelilingi oleh wilayah Malaysia, yaitu oleh negara bagian
1 Rahmawati, Islam Di Asia Tenggara, Jurnal Rihlah, Vol, 11, No, 1, 2014, Makassar: Fakultas
A dab Dan Humaniora Uin Alaudin, hal. 104.
2
Serawak. Namun ada sisi utara Brunei yang menghadap laut lepas dan wilayah ini
tidak berbatasan dengan Malaysia.2
Berdasarkan data statistik, penduduk Brunei hanya berjumlah 420.000
orang. Sebanyak 67% dari total penduduknya beragama Islam. Selebihnya
penganut Budha 13%, Kristen 10%, dan kepercayaan lainnya sekitar 10%. Ideologi
yang digunakan Brunei Darussalam adalah negara Melayu Islam Beraja (MIB).
Brunei Darussalam juga dikenal dengan negara yang sangat kaya serta memiliki
penghasilan perkapita yang tinggi yakni sebesar 26.938,50 USD pada tahun 2016,
hal tersebut dikarenakan Brunei Darussaalam memiliki sumber daya alam seperti
minyak bumi dan gas alam yang sangat melimpah. Pemerintah Brunei juga
mencoba melakukan diversifikasi sumber-sumber ekonomi melalui upaya
peningkatan di bidang perdagangan dan Industri. Pemerintahan Brunei juga gencar
melakukan pembangunan berbagai fasilitas publik demi memanjakan rakyatnya.3
Pada bidang peradilan Brunei Darussalam memiliki sistem hukum yang
terbagi dua yakni Sistem hukum Brunei yang berdasarkan pada hukum umum
Inggris, kemudian sistem hukum Syariah paralel untuk Muslim, yang menggantikan
sistem hukum umum di berbagai bidang seperti hukum keluarga dan properti.
Namun sejak 1 Mei 2014 Sultan Brunei Darussalam yaitu Hassanal Bolkiah
mengumumkan penerapan Syariah Islam yang ketat, yang diberlakukan untuk
2 Naimah S Talib, Brunei Darussalam: Kesultanan Absolut dan Negara Modern, Working Paper
No.13, Maret 2013, Universitas Canterbury 3 Tgk Muhammad Iqbal Jalil, Kokohnya ideologi Brunei Darussalam, diakses dalam http://aceh.tr
ibunnews.com/2015/01/30/kokohnya-ideologi-brunei-darussalam (22/11/2017, 08:22 WIB)
3
Muslim dan non-Muslim, dengan diberlakukannya Kitab Undang-undang KUHP
Syariah 2013 (Syariah Penal Code Order 2013).4
Syariah Islam Brunei Darussalam diterapkan secara bertahap. Fase pertama
yakni tahun 2014 mencakup hukuman penjara atau denda untuk pelanggaran seperti
tidak menjalankan Shalat Jumat dan hamil di luar nikah. Fase kedua dijalankan 12
bulan setelah fase pertama yang mencakup hukuman cambuk untuk pencuri dan
yang meminum minuman keras. Kemudian fase ketiga dijalankan 24 bulan setelah
fase kedua yang mencakup hukuman rajam dan potong tangan. Penerapan tersebut
dilakukan bertahap bertujuan agar lebih efektif dan agar masyarakat terbiasa
dengan peraturan baru tersebut. Sultan Hassanal Bolkiah menganggap penerapan
Syariah Islam ini merupakan prestasi besar yang telah di raih Brunei, karena Brunei
menjadi negara Asia Tenggara pertama yang menerapkan Syariat Islam secara
penuh.5
Sejak diumumkanya penerapan Syariah Islam di Brunei Darussalam oleh
Sultan Hassanal Bolkiah, kesultanan Brunei mendapat banyak kritik yang datang
dari dalam maupun luar negeri. Banyak pihak yang menilai bahwa tindakan
penerapan Syariah Islam yang dilakukan oleh Brunei banyak yang menyimpang
serta tidak sesuai dengan Hak Asasi Manusia (HAM). Syariah Islam yang telah
diterapkan diangap terlalu kejam dan tidak berperikemanusiaan. Namun meskipun
banyak kritik yang datang namun Sultan tetap kukuh melaksanakan Syariah Islam
4 Southeast Asian Legal Research Guide: Introduction To Brunei & Its Legal System, The University
Of Melbourne, diakses dalam http://Unimelb.Libguides.Com/C.Php?G=402982&P =4622754
(04/10/2018, 08:10 WIB) 5 Syariah di Brunei Darussalam, diakses dalam https://www.bbc.com/indonesia/forum/2014/05/1
40502_forum_shariah (29/09/2018, 09:10 WIB)
4
walau masih secara bertahap. Keputusan menerapkan Syariah Islam ini menurut
Sultan tidak untuk bersenang-senang, namun demi menaati perintah Allah.6 Seperti
pada pernyataan Sultan Hassanal Bolkiah dibawah ini dalam sebuah rekaman video
yang dirilis The Brunei Times :
“Alhamdulillah, dalam sejarahnya Brunei Darussalam selaku bumi
bertuah ini (bumi yang diberkahi) tidaklah pernah meminta
kebenaran dari sesiapa (siapapun) untuk memilih Islam sebagai
agama resmi negara. Demikian juga, kita tidak meminta dari mana-
mana pihak (dari pihak manapun) untuk melaksanakan undang-
undang jenayah Syari’ah (pidana Syari’ah), demi kerana ia adalah
semata-mata hidayat (petunjuk) khusus daripada Allah kepada kita.
Sesungguhnya hidayat (petunjuk) itu adalah bulat (mutlak) menjadi
hak Allah.”7
Penelitian ini menarik untuk diteliti karena dengan adanya penerapan
Syariah Islam ini akan membuat kesan Islam negara Brunei Darusslam semakin
kuat karena seluruh sistem Sosial, Politik, maupun Ekonomi dituntut untuk
berpedoman pada Syariah Islam, salah satunya yaitu pelarangan perayaan hari besar
agama selain Islam tidak diperbolehkan digelar secara terbuka. Hal tersebeut
membuat Brunei Darussalam menjadi salah satu Rezim Islam di Asia Tenggara.
6 Hukum syariah di Brunei diterapkan bertahap, 2014, diakses dalam https://www.bbc.com/indon
esia/dunia/2014/04/140430_brunei_syariah_bertahap (22/11/2017, 09:00 WIB) 7 Siraaj, Sultan Brunei: kami tidak meminta pendapat siapapun untuk menerapkan hukum syariah,
diakses dalam https://www.arrahmah.com/2013/10/23/sultan-brunei-tidak-pendapat-menerapkan-
hukum-syariah (29/09/2018, 11:20 WIB)
5
Selain itu pasca di terapkannya Syariah Islam di Brunei Darussalam muncul
dampak positif maupun negatif. Dampak positif diantaranya memungkinkan
menarik negara Islam untuk melakukan kerjasama dan Brunei dijadikan
percontohan negara kawasan Asia Tenggara lain yang mempunyai penduduk
mayoritas muslim seperti Indonesia dan malaysia. Dampak negatif diantaranya
terdapat kecaman salah satunya dari penggiat HAM karena mereka menilai
penerapan Syariah Islam terlalu kejam.
1.2. Rumusan Masalah
Mengapa Brunei Darussalam Menerapkan Syariah Islam?
1.3. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1.3.1. Tujuan Penelitian
Mengacu pada Rumusan Masalah diatas, Penulis memiliki tujuan yaitu:
Untuk mengetahui alasan Brunei Darussalam menerapkan Syariah Islam.
1.3.2. Manfaat Peneltian
a. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat membantu memahami alasan Brunei
menjadi negara rezim Islam di kawasan Asia Tenggara melalui penerapan Syariah
Islam tahun 2014 serta bermanfaat bagi mahasiswa Hubungan Internasional.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber terbaru dalam mengkaji
kawasan Asia Tenggara khususnya di negara Brunei Darussalam.
6
1.4. Penelitian Terdahulu
Dalam menyusun penelitian ini, peneliti memerlukan beberapa penelitian
terdauhulu yang relevan dan yang memiliki keterkaitan dengan judul yang di teliti
oleh penulis, yakni “Konstruksi Rezim Islam Brunei Darussalam Melalui
Penerapan Syariah Islam” Disini peneliti mengambil 5 penelitian terdahulu yakni,
3 Jurnal dan 2 Skripsi.
Penelitian pertama, yaitu Jurnal berjudul Penerapan Syariat Islam Di
Negara Asean (Kasus Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam), oleh H. Abu
bakar.8 Peneliti disini mengangkat tentang permasalahan mengenai penerapan
Syariat Islam yang ada di tiga negara yaitu Indonesia, Malaysia, serta Brunei
Darussalam. Peneliti berupaya menggambarkan bagaimana seharusnya syariat
Islam bisa dengan mudah dijadikan sebagai hukum nasional di tiga Negara tersebut.
Namun, kenyataannya justru sebaliknya hukum Islam justru tidak menjadi variabel
utama dalam penerapan hukum di dalam tiga negara tersebut.
Dari penelitian ini ditarik kesimpulan bahwa perkembangan Syariat Islam
di Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam, ternyata tidak lepas dari
perkembangan sejarah yang ada dari dahulu hingga saat ini. Keberagaman budaya
dan agama, ketersediaan sumber daya manusia dan dana, serta peran penjajah dalam
memberlakukan sistem hukum terhadap hukum negara jajahanya itu sangat
mempengaruhi perjalanan penerapan Syariat Islam di ketiga negara tersebut.
Kondisi masyarakat juga sangat mempengaruhi dalam proses penerapan syariat
8 H. Abu bakar, SH, MH, Penerapan Syariat Islam Di Negara Asean (Kasus Indonesia, Malaysia,
Brunei Darussalam), diakses dalam http://pascailmuhukum.uia.ac.id/wp-content/uploads/2016/
03/Penerapan-Syariat-Islam-Di-Negara-Asean.pdf, (23/11/2017 10:00 WIB)
7
Islam. Penelitian ini memiliki persamaan pada topik, namun dalam penelitian ini
membahas Syariat islam lebih dari satu negara sedangkan yang dalam skripsi
penulis hanya berfokus pada Brunei Darussalam.
Penelitian kedua, Jurnal yang berjudul Sharia Law and the Politics of
“Faith Control” in Brunei Darussalam Dynamics of Socio-Legal Change in a
Southeast Asian Sultanate, oleh Dominik M. Müller.9 Kebijakan Islamisasi
Brunei sejak tahun 1980-an telah ada dan tak terpisahkan dengan transformasi
sosial budaya dibawah negara MIB. Klasifikasi kekuasaan telah memicu perubahan
yang luas dalam normativitas kehidupan sehari-hari. Tetapi dinamika perubahan
sosioal tidak sepenuhnya tidak terbantahkan, dan ketentuan hegemoni negara tidak
hanya menentukan perilaku sosial. Meskipun banyak upaya yang mereka lakukan
untuk mengendalikan iman, hukum dan birokrasi, pemerintah selaku pihak
berwenang belum sepenuhnya berhasil memberantas perilaku yang menyimpang.
Karena terus berlanjutnya pemujaan kuil, praktik bomoh, komunitas-komunitas
yang terinspirasi dari Sufi menyebarkan taktik bertahan hidup yang kreatif, dan
penciptaan Darusysyifa sebagai cara re-legitimasi.
Mempertimbangkan prioritas politik yang diberikan untuk kebijakan
Islamisasi, dan mengesampingkan keyakinan tulus dalam mengumpulkan berkat
ilahi di dunia ini dan akhirat untuk mewujudkan kehendak legislatif Tuhan.
Mengetahui manfaat dari perluasan Syariah Syariah di Brunei Sultan dan sistem
politiknya adalah pemenang yang paling jelas, karena SPCO semakin
9 Dominik M. Müller, Sharia Law and the Politics of “Faith Control” in Brunei Darussalam
Dynamics of Socio-Legal Change in a Southeast Asian Sultanate, Internationales Asienforum, Vol.
46, No, 3–4 (2015), hal. 341.
8
mengkonsolidasikan kekuatan yang tidak dapat dipertanyakan dan adanya
legitimasi ilahi. SPCO mendapat dukungan dari Universitas Islam Brunei UNISSA
(Universiti Islam Sultan Sharif Ali) yang berarti bahwa menolak untuk menegakkan
hukum hudud, bahkan jika diimplementasikan hanya pada tingkat simbolis,
mungkin dapat menyebabkan ketidakpuasan ideologis yang mengakar kuat di
antara masyarakat. Baik disengaja atau tidak, Islamisasi hukum Islam dapat
mengambil alih calon oposisi Islamis masa depan, karena mereka cenderung untuk
memastikan bahwa tidak ada gerakan oposisi di masa depan akan muncul dari
ideasional politik Islam. Penelitian ini memiliki perbedaan topik namun dalam
pembahasan meiliki kesamaan yaitu terkait Hukum Syariah serta permasalahan
sosial yang terjadi setelah adanya Syariah Islam.
Penelitian ketiga, yaitu Jurnal berjudul Islam Dan Politik Di Brunei
Darussalam, oleh Abd. Ghofur. Hubungan antara Islam dan negara, terdapat tiga
teori yang menarik untuk dimunculkan sebagaimana dikemukakan Munawir
Syadzali. Dia mengelompokkan hubungan tersebut kedalam tiga aliran yang
memiliki pandangan berbeda. Pertama, Islam dianggap bukan semata-mata ajaran
dalam pandangan Barat, yaitu hanya terkait hubungan manusia dengan Tuhan.
Sebaliknya Islam adalah agama yang sempurna untuk segala aspek kehidupan
manusia, termasuk dalam urusan negara. Tokohtokoh aliran ini antara lain Hasan
alBanna, Sayyid Kuttub, dan Al-Maududi. Kedua, Islam dipandang sebagai agama
dalam pengertian Barat yang tidak ada hubungannya dengan urusan kenegaraan.
Nabi Muhammad dipandang sebagai seorang rasul biasa, seperti rasul lainnya, tidak
pernah dimaksudkan untuk mendirikan dan mengepalai satu negara.
9
Ideologi yang dimiliki oleh Brunei yaitu Melayu Islam Beraja (MIB),
terdiri dari 2 dasar, yakni pertama, islam sebagai guiding principle, dan kedua islam
sebagai form of fortification. Dua dasar ini kemudian melindungi penanaman nilai-
nilai keislaman dalam konteks kenegaraan tiga konsep, yaitu mengekalkan negara
melayu, mengekalkan negara islam dan mengekalkan negara beraja. Kedudukan
agama Islam begitu jelas dalam perlembagaan negara namun undang-undang islam
sebagai undang-undang dasar penjelasannya masih sangat terbatas dan belum
menggambarkan negara Islam yang seutuhnya. Kedudukan Sultan yang begitu
Absolut dalam ranah negara dan pemerintahan, termasuk sebagai ketua agama
mempunyai peran istimewa dalam perlembagaan negara. Penelitian ini memiliki
topik yang berbeda, namun dalam pembahasanya memiliki sedikit keterkaitan yaitu
mengenai Islam serta politik negara Islam.
Penelitian keempat, yaitu Skripsi yang berjudul Penerapan Hukum
Syariah Islam Di Brunei Darussalam, oleh Arini Firdausiyah.10 Peneliti disini
mengangkat tentang permasalahan mengenai penerapan Syariah Islam di Brunei
Darussalam. Penerapan syariah islam ini dilaksanakan pada 1 Mei 2014. Namun
penerapan tersebut dilakukan pada tiga tahap, dimulai dari tahap yag paling ringan,
sedang, hingga berat. Penerapan Syariah Islam ini juga mendapat kecaman yang
datang dari dalam maupun luar. Salah satu kecaman yang datang adalah dari HAM,
mereka menilai penerapan ini menyimpang dari HAM. Namun ditengah
permasalahan yang terjadi Sultan Hassanal Bolkiah tetap bertahan dengan
10 Arini Firdausiyah, 2017, Penerapan Hukum Syariah Islam Di Brunei Darussalam, skripsi,
jember : jurusan ilmu hubungan internasional, universitas jember, hal. 2
10
keputusannya ini, demi legitimasi sultan didalam negeri. Sultan berharap agar
masyarakat Brunei tidak perlu khawati atas penerapan ini karena hukum tersebut
berlaku jika mereka melakukan kesalahan. Penelitian ini menggunakan metode
berfikir deduktif dengan menggunkan teori/konsep dalam menjelaskan data-data
yang diperoleh. Dalam skripsi ini penulis disini menggunakan konsep legitimasi.
Dari penelitian ini ditarik kesimpulan bahwa penerapan Syariah Islam yang
dilakukan oleh Sultan Hassanal Bolkiah bertujuan untuk menjadikan negara Brunei
menuju negara islam seutuhnya. Brunei Darussalam juga merupakan negara
pertama di Asia Tenggara yang menerapkan Syariah Islam. Meskipun banyak
kecaman yang datang namun hukum peradilan yang berlandaskan syariah Islam
akan tetap dijalankan. Dengan adanya penerapan Syariah Islam ini akan membuat
citra Islam Brunei semakin kuat, karena Brunei dari dulu sudah terkenal sebagai
negara islam. Penelitian ini memiliki pembahasan yang sama yaitu tentang upaya
legitimasi Sultan di dalam negeri, penulis juga membahas bagaimana Syariah Islam
akan memperbaiki citra negara Brunei.
Penelitian kelima, yaitu Skripsi yang berjudul Alasan Implementasi Syariat
Islam Di Brunei Darussalam, oleh Nita Rosella.11 Peneliti disini mengangkat
tentang bagaimana Syariah Islam di terapkan serta banyaknya tantangan yang
ditimbukan dari penerapan Syariat Islam itu sendiri. Penerapan Syariat Islam
tersebut juga terdiri dari beberapa fase, fase pertama di mulai dari hukuman paling
ringan kemudian fase kedua dan ketiga dimulai dengan hukuman sedang hingga
11 Nita Rosella, 2014, Alasan Implementasi Syariat Islam Di Brunei Darussalam, Skripsi. Malang:
Ilmu Hubungan Ineternasional, Universitas Muhammadiyah Malang, hal 4
11
berat. Hal ini bertujuan agar penerapan Syariat Islam dapat di terima masyarakat
dengan baik dan terbiasa.
Dari penelitian ini ditarik kesimpulan bahwa sejak adanya implementasi
pada tahun pertama, Syariat Islam di Brunei Darussalam berjalan belum stagnan,
dikarenakan hukum pidana yang harus di implentasikan tahun 2015 belum di
impelentasikan seutuhnya. Keadaan stagnan ini, disebabkan oleh Syariah Courts
Criminal Procedure Code (SCPC) yang masih belum menyelesaikan peraturan dan
pasal-pasal terkait prosedur Syariat Islam terhadap Sultan. Pengertian SCPC sendiri
merupakan lembaga pengadilan Syariat yang telah di bangun pada awal
pembentukan Syariat Islam di Brunei Darussalam. Dengan mengangkat topik yang
sama, yaitu tentang fase implentasi Syariah Islam Brunei Darussalam, perbedaanya
terletak di bagian metode serta fokus yang diteliti.
Tabel 1.1 Identifikasi Penelitian Terdahulu
No Nama Dan Judul
Penelitian
Pendekatan Dan
Jenis Penelitian
Hasil
1 Jurnal :
Penerapan Syariat
Islam Di Negara
Asean (Kasus
Indonesia, Malaysia,
Brunei Darussalam),
Oleh : H. Abu bakar
Pendekatan
Historis-Filosofi,
Pendekatan
Yuridis-Sosiologis
Metode Deskriptif
- Tujuan penerapan syariat
islam di ketiga Negara yaitu
indonesia, malaysia dan
Brunei Darussalam masih
mengalami banyak kendala
yang harus dihadapi baik
dari faktor eksternal
maupun internal.
- Perkembangan Syariat
Islam di Indonesia,
Malaysia, dan Brunei
Darussalam, ternyata tidak
lepas dari perkembangan
sejarah yang ada dari
dahulu hingga saat ini.
12
2 Jurnal :
Sharia Law and the
Politics of “Faith
Control” in Brunei
Darussalam
Dynamics of Socio-
Legal Change in a
Southeast Asian
Sultanate,
Oleh : Dominik M.
Müller.
- Pemerintah Brunei saat ini
seddang mendapat kritik
tajam dari internasional
pengamat dan organisasi
hak asasi manusia atas
Reformasi hukum Syariah
yang merubah hukuman
secara drastis seperti rajam
sampai mati untuk
pelanggaran agama.
- Hal ini menggambarkan
secara etnografis
bagaimana kebijakan
agama terkait dengan
perubahan normatif dalam
kehidupan sehari-hari,
khususnya yang berkaitan
dengan praktik budaya
Melayu yang sudah lama
ada dilarang dan
terpinggirkan secara sosial
dalam beberapa tahun
terakhir.
3 Jurnal :
Islam Dan Politik Di
Brunei Darussalam,
Oleh : Abd. Ghofur
Teori
Makkah, Teori
Cina, Teori Persia
- Filosofi politik Brunei
adalah menerapkan secara
ketat ideologi Melayu
Islam Beraja (MIB) yang
terdiri dari 2 dasar yaitu:
pertama, islam sebagai
guiding principle, dan
kedua islam sebagai form
of fortification.
- Adanya penanaman nilai-
nilai keislaman dalam
konteks kenegaraan dengan
tiga konsep, yaitu
mengekalkan negara
melayu mengekalkan
negara islam (hukum islam
yang bermazhab syafi’i dari
sisi fiqhnya dan bermazhab
ahl sunnah wal jamaah dari
sisi akidahnya) dan
mengekalkan negara beraja
13
4 Skripsi :
Penerapan Hukum
Syariah Islam Di
Brunei Darussalam,
Oleh : Arini
Firdausiyah
Konsep Legitimasi
Metode Deduktif
- Penerapan Syariah Islam
Brunei tetap dilaksanakan
meskipun mendapat banyak
kecaman dari dunia
internasional karena demi
legitimasi Sultan dalam
negeri
- Legitimasi tersebut
berkaitan dengan upaya
penyelesaian berbagai
pelanggaran hukum serta
meningkatkan citra Brunei
sebagai negara islam yang
dapat menarik investor dari
negara Arab
5
Skripsi :
Alasan Implementasi
Syariat Islam Di
Brunei Darussalam,
Oleh : Nita Rosella
Konsep
Kepentingan
Nasional
Metode
Ekspalanatif
- Penerapan Syariat Islam di
bagi keedalam tiga fase,
tahun 2014 merupakan
tahun pertama syariah
islam di umumkan
- Sejak adanya implementasi
pada tahun pertama, Syariat
Islam di Brunei Darussalam
masih terbilang belum
bergerak, dikarenakan
hukum pidana yang harus
di implentasikan tahun
2015 belum di
impelentasikan seutuhnya.
Keadaan ini, disebabkan
oleh Syariah Courts
Criminal Procedure Code
(SCPC)
14
6 Skripsi :
Konstruksi Rezim
Islam Brunei
Darussalam Melalui
Penerapan Syariah
Islam,
Oleh : Ayu Tifani
Khairul Putri
Teori Rezim
Internasional,
Kontruktrivis Level
Unit
Metode :
Eksplanatif
- Penerapan Syariah Islam
pada 1 Mei 2014 bertujuan
mengkonstruksi Brunei
sebagai negara rezim Islam
semakin kuat dimata
internasional.
- Pandangan terhadap Islam
menguat sejak di
terapkannya hukum pidana
yang berdasarkan pada
Syariah Islam. Brunei
Darussalam juga menjadi
rezim Islam karena hampir
semua bidang di Brunei
Darussalam harus
berlandaskan pada Syariah
Islam terutama dalam
bidang peradilan.
1.5.Kerangka Teori
Dalam sebuah penelitian, Teori sangat penting dalam menyelesaikan tulisan
secara fokus dan sistematis. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan Teori
Rezim Internasional dengan pendekatan Kontruktivis Level Unit.
1.5.1. Teori Rezim Internasional
Definisi Rezim Internasional secara umum, merupakan seperangkat prinsip
norma-norma, aturan-aturan dan prosedur pengambilan keputusan seputar, dimana
ekspetasi aktor-aktor muncul dalam isu pada area tertentu.12 Rezim sendiri memiliki
tujuan memfasilitasi berbagai kesepakatan yang telah dibuat oleh pesertanya.
Rezim Internasional umumnya memiliki sifat transparan, informasi tersalurkan
secara merata kepada seluruh peserta. Oleh sebab itu setiap pihak dapat menebak
12 Drs.Yanuar Ikbar, 2014, Metodologi & Teori Hubungan Internasional, Bandung : Refika
Aditama, hal. 282.
15
berapa kira-kira keuntungan yang didapat oleh pihak lainnya. Kebutuhan tentang
Rezim Internasional dapat mucul ketika adanya kewajiban-kewajiban yang harus
dijalankan oleh aktor-aktor negara maupun non negara akibat adanya saling
ketergantungan serta masalah masalah yang timbul akibat sifat saling
ketergantungan tersebut.13
Teori Rezim selalu dikaitkan dengan Organisasi Internasional, dalam
perkembanganya Rezim dan Organisasi Internasional bersifat tidak tetap dan bisa
kapan saja berubah. Pemikiran tersebut sudah ada sejak zaman Yunani Kuno.14
Menurut Young dalam mempelajari Rezim terdapat pandangan yang berbeda.
Pandangan yang pertama melihat Rezim Internasioal sebagai Institusi
Internasional, dalam hal ini penggunaan Rezim dan Organisasi Internasional
menjadi tumpang tindih dan bisa digunakan secara bergantian. Sedangkan
pandangan kedua melihat bahwa Rezim dan Organisasi Internasional adalah hal
yang berbeda. Jadi keduanya memiliki perannya masing-masing meskipun tidak
jarang ada kasus rezim yang berada dalam pembahasan organisasi internasional.15
Rezim juga dapat berdiri sendiri tanpa diikuti oleh Organisasi Internasional.
Robert Keohane mengemukakan bahwa Rezim Internasional adalah institusi
dengan aturan-aturan yang terlihat secara eksplisit, yang disepakati bersama, yang
membahas seperangkat isu tertentu dalam hubungan internasional. Salah satu
contoh Rezim Internasional yang bukan bagian dari Organisasi Internasional yaitu
13 Ibid. 14 Hennida citra, M.A., 2015, Rezim Dan Organisasi Internasional, malang : intrans publishing,
hal 13. 15 Ibid., hal. 6
16
Protocol Kyoto.16 Protocol Kyoto merupakan Rezim, namun dia bukan merupakan
organisasi internasional karena tidak memiliki institusi serta struktur institusi
didalamnya.
Dalam Rezim Internasional juga terdapat 3 pendekatan yang disebutkan
oleh Hansclever, Mayer, Dan Rittberger, antara lain Pendekatan Berbasis Power,
Pendekatan Berbasis Kepentingan, dan yang terakhir Pendekatan Konstruktivis
(Pengetahuan).17
Pendekatan Konstruktivis (Pengetahuan) dalam Rezim Internasional
Penelitian ini mengarah ke Teori Rezim dengan menggunakan Pendekatan
Konstruktivis. Konstruktivis berdiri pada akhir 1980-an dan awal 1990-an oleh para
pemikir seperti Nicholas Onuf, Alexander Wendt, Emanuel Adler, Friedrich
Kratochwil, John Gerard Ruggie dan Peter Katzenstein. Kontruktivis sendiri
mempunyai hal yang mendasar yaitu pengetahuan. Dalam kontruktivis sosial
negara terbentuk dari kepentingan dan identitas. Rezim menyebut pendekatan
kontruktivis dengan pendekatan berbasis pengetahuan. Hansclever menjelaskan
bahwa kontruktivis menekankan pada aspek kausal dan pengetahuan sosial aktor
sebagai variabel dalam unit analisisnya.18 Pendekatan ini menyatakan bahwa
perilaku negara pada rezim internasional mendapat pengaruh dari aspek kognitif.
Konstruktivisme mungkin masih dilihat sebagai sebuah gerakan oposisi
dalam teori HI dan alternatif yang benar-benar radikal seperti teori-teori HI yang
tertanam secara konvensional sebagai neorealisme dan neoliberalisme, atau
16 Ibid., hal. 2-3 17 Ibid., hal 76 18 Ibid., hal. 112
17
pendekatan khusus hubungan internasional yang menekankan karakter sosial,
ideasional dan intersubjektif dunia politik. Struktur hubungan internasional
dibangun secara sosial dan bahwa struktur ini membentuk identitas dan kepentingan
aktor, bukan hanya perilaku mereka, konstruktivis juga memiliki bentuk dan fokus
yang berbeda, oleh karena itu adanya istilah oleh beberapa orang sebagai
pendekatan untuk mengaanalisis politik dunia.19
Dalam perspektif alternatif, konstruktivisme yang berkembang selama
tahun 1990-an dikategorikan ke dalam tiga bentuk yang berbeda yaitu20 :
a. Kontruktivis Level Sistemik
Kontruktivis sistemik menurut Alexander Wendt adalah interaksi yang
membentuk identitas diri. Konstruktivisme ini memiliki tingkat analisis citra ketiga
Waltzian neo-realis dengan demikian berkonsentrasi pada interaksi antara aktor
negara kesatuan di antara mereka dengan mengorbankan apa yang terjadi di
dalamnya. Jenis konstruktivisme ini diyakini telah ditekankan pada politik
domestik negara serta perannya dalam membangun atau mengubah identitas.
b. Konstruktivis Level Unit
Konstruktivis ini berpendapat bahwa politik domestik lebih penting
daripada sistem. Dalam konstruktivis level unit yang diwakili oleh Peter
Katzenstein, berfokus pada negara-negara domestik, dunia politik, atau dalam
pandangan Reus-Smit tentang hubungan antara sosial, domestik, norma hukum,
identitas, kepentingan negara, dan dengan strategi keamanan nasional mereka.
19 Maysam behravesh, Constructivism: An Introduction, diakses dalam https://www.e-ir.info/2011
/02/03/constructivism-an-introduction/ (13/10/2018, 08:30 WIB) 20 Dr. Dinmuhammed AMETBEK, Perception and Constructivism, ANKASAM, diakses dalam
https://ankasam.org/en/perception-and-constructivism/ (14/10/2018, 08:14 WIB) hal. 2
18
c. Konstruktivis Level Holistik
Konstruktivis holistik merupakan penghubung antara kontruktivis
sistemik dan konstruktivis level unit. Konstruktivis ini sebenarnya berusaha
menjembatani kesenjangan antara internasional dan domestik dalam menjelaskan
bagaimana identitas dan kepentingan negara dibentuk. G Ruggie dan Friedrich
Kratochwil, mengatakan bahwa konstruktivisme holistik menetapkan untuk
mengintegrasikan dalam negeri yang merupakan identitas negara dan identitas
sosial yang dikendalikan secara internasional menjadi perspektif analitis terpadu
yang memperlakukan sistem domestik dan internasional sebagai dua wajah tunggal
tatanan sosial dan politik.
Penulis lebih berfokus pada kategori Kontruktivis Level di unit dimana
pendekatan ini menekankan pada hubungan antara norma-norma sosial dan legal
ditingkat domestik bagi identitas dan kepentingan-kepentingan negara. Dalam
sebuah buku yang disunting oleh Peter Katzenstein, para konstruktivis lainnya
berfokus pada bidang keamanan nasional yang menunjukkan bahwa itu dibangun
terutama oleh faktor-faktor domestik, yaitu budaya dan identitas negara-negara.21
Meskipun tidak sepenuhnya mementingkan peran norma-norma internasional
dalam pengkondisian identitas dan kepentingan negara, Katzenstein memberikan
perhatian internal sebagai faktor penentu dalam kebijakan nasional. Katzenstein
menekankan pentingnya budaya dan identitas sebagai kausal yang membantu
mendefinisikan kepentingan dan membenarkan para aktor yang membentuk
21 Mag. Enes Bayraklı, Turkish Foreign Policy in Transition : The Emergence of Kantian Culture
in Turkish Foreign Policy (A holistic Constructivist Approach), Dissertation, Turki : Doktor der
Philosophie ( Dr. phil), Uniersitat Wien, hal. 59
19
kebijakan. Dalam hal ini, Peter Katzenstein menunjukkan perbedaan antar negara
yang mencerminkan institusionalisasi norma-norma sosial dan legal yang berbeda
di tingkat nasional.22 Jadi pada intinya konstruktivis menurut Peter Katzenstein
lebih mengarah ke kebijkan dalam negeri serta mendapat pengaruh dari budaya
yang kuat.
Agama Islam di Brunei sendiri merupakan sebuah norma sosial yang
tertanam sejak dulu di Brunei Darussalam. Setelah itu munculah UU penerapan
Syariah Islam atau Syariah Penal Code Order (SPCO) pada tahun 2013 yang
kemudian baru di terapkan pada tahun 2014, Syariah Islam menjadi dilegalkan dan
akhirnya terbentuklah negara Brunei Darussalam yang berbasis Islam. Oleh sebab
itu Syariah Islam yang dulu hanya menjadi norma sekarang sudah menjadi identitas
legal negara Brunei Darussalam yang di akui oleh dunia internasional.
Dalam penelitian ini pemerintah Brunei Darussalam menjadi aktor dalam
penerapan Syariah Islam melalui keputusan yang dikeluarkan oleh Sultan Hassanal
Bolkiah kemudian di sepakati bersama dan diumumkan oleh Sultan Hassanal
Bolkiah pada 1 Mei 2014. Keputusan penerapan Syariah Islam merupakan
kebijakan yang dikeluarkan Sultan yang tidak dapat bantah karena Sultan
merupakan pemegang kekuasaan penuh di brunei darussalam serta murni dari
faktor internal negara Brunei tanpa meminta persetujuan dari negara lain.
Penerapan ini diumumkan melalui surat kabar kenegaraan.
22 Andhytta Novie Kartikaningtyas, perspektif kontruktivis atas Pergeseran Official Development
Assistance Jepang Dari Asia Ke Afrika, diakses dalam http://repository.umy.ac.id/bitstream/handl
e/123456789/12144/5.%20BAB%20I.pdf?sequence=4&isAllowed=y, (12/10/2018, 09:00 WIB)
20
Dalam konteks ini Brunei Darussalam yang memang dikenal dengan negara
yang dari dulu dikenal dengan negara Islam khususnya di kawasan Asia Tenggara
yang mampu eksis hingga saat ini. Ditengah arus globalisasi yang semakin kuat
Brunei Darussalam mampu untuk tetap bertahan dalam negara Islam yang semakin
tergeser oleh pesatnya budaya baru yang datang dari luar. Dalam sistem
pemerintahanya Brunei Darussalam dipimpin oleh Sultan Hassanal Bolkiah dimana
kekuasaan dipegang penuh oleh Sultan dan semua kebijakan yang ada di Brunei
harus mendapat persetujuan olehnya.
Syariah Islam yang diterapkan pada 1 Mei 2014 membuat kesan Brunei
Darussalam sebagai negara Islam yang dikenal dunia internasional kini semakin
kuat dan terlihat nyata. Bukan hanya untuk memperkuat pandangan Islam,
penerapan ini juga untuk memperbaiki pandangan terhadap pemerintahan Brunei
dimata masyarakat internasional terutama kawasan Asia Tenggara serta untuk
mempertahankan legitimasi Sultan di dalam negeri. Upaya Sultan Hassanal Bolkiah
dengan melakukan perubahan dalam berbagai bidang kehidupan yang harus
berlandaskan pada Syariah Islam membuat Brunei kini menjadi negara dengan
Rezim Islam.23
1.6.Metodologi Penelitian
1.6.1. Jenis Penelitian
Dalam penulisan ini penulis menggunakan metodelogi eksplanatif, dimana
penulis mengumpulkan data untuk di olah serta di analisis dengan menggunakan
23Brunei Times, Implementation Of Shariah Law, Di Akses Dalam htt ps:// Btarchive.Org/N
ews/National/2014/12/15/Implementation-Syariah-Law (26/09/2018, 21:30 WIB)
21
teori dan berupaya menjelaskan Konstruksi Rezim Islam Brunei Darussalam
Melalui Penerapan Syariah Islam.
1.6.2. Metode Analisis
Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah deduksi dimana
penulis menggunakan teori yang ada untuk menjelaskan rumusan masalah yang
telah dirumuskan sebelumnya dengan cara mengumpulkan data yang kemudian
dielaborasi.
1.6.3. Tingkat Analisa dan Variabel Penelitian
Tingkat analisa berperan untuk memudahkan penulis dalam menganalisa
fenomena sosial yang terjadi. Dalam hubungan internasional terdapat beberapa
tingkat analisa antara lain individu, negara dan sistem internasional. Pada penelitian
ini penulis menggunakan tingkat analisa negara yaitu Brunei. Variabel dependen
atau unit analisa merupakan perilaku yang akan dideskripsikan dan dijelaskan,
dalam penulisan ini yaitu bagaiamana Brunei menjadikan Rezim Islam Melalui
Penerapan Syariah Islam. Sedangkan variabel independen atau unit eksplanasi yaitu
dampak terhadap unit analisa yang akan diamati, dalam penulisan ini adalah
Pelaksanaan Syariah Islam Oleh Sultan Hassanal Bolkiah. Oleh sebab itu penelitian
ini memiliki korelasi antara negara dengan negara karena berada pada level yang
sama.
1.6.4. Ruang Lingkup Penelitian
a. Batasan waktu
Ruang lingkup penelitian ini memiliki batasan waktu yaitu dari tahun 2013-
2016, dimana pada tahun 2013 dimana dikeluarkannya UU tentang pelaksanaan
22
Syariah Islam (Sharia Penal Code Order), dan tahun 2016 merupakan tahap akhir
dari fase-fase pelaksanaan Syariah Islam yang telah dijalankan ditahun sebelumnya.
b. Batasan Materi
Penelitian ini berfokus pada dinamika penerapan Syariah Islam di Asia
Tenggara khususunya Brunei Darussalam. Dimana Brunei merupakan negara
pertama di Asia Tenggara yang menerapkan Syariah Islam secara penuh, kemudian
Brunei akan mengkonstruksi dirinya sebagai negara Rezim Islam ketika Syariah
Islam diumumkan serta diterapkan pada tahun 2014. Hal ini kemudian akan
menggambarkan bahwa setiap rezim di kawasan Asia Tenggara terbentuk atas
kepentingan para pemimpin negara tersebut.
1.6.5. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam menyusun penelitian ini
adalah dengan menggunakan teknik studi pustaka (library reseach), dimana peneliti
mencari informasi dari berbagai sumber seperti buku, working paper, jurnal, artikel,
web resmi dan media lainnya.
1.7.Hipotesa
Adapun hasil sementara dari penulis terkait Konstruksi Rezim Islam Brunei
Darussalam Melalui Penerapan Syariah Islam berdasarkan Teori Rezim
Internasional dengan pendekatan Kontruktivis Level Unit. Penerapan Syariah Islam
yang di terapkan Brunei Darussalam pada 1 Mei 2014, dimana Brunei ingin
mengkonstruksi dirinya menjadi negara Rezim Islam dengan cara menerapkan
Syariah Islam di berbagai aspek kehidupan dalam cakupan domestik. Pandangan
terhadap Islam menguat sejak di terapkannya hukum pidana yang berdasarkan pada
23
Syariah Islam. Meskipun Brunei Darussalam bukan satu-satunya negara Islam di
kawasan Asia Tenggara namun masyarakat Asia Tenggara akan melihat Brunei
sebagai negara Islam karena Brunei menjadi negara pertama yang menerapkan
Syariah Islam, hal ini menggambarkan bahwa setiap negara dikawasan Asia
Tenggara memiliki karakteristik rezim tersendiri tergantung kepentingan negara
tersebut. Brunei juga akan menjadikan negaranya sebagai pusat keuangan islam
melalui BIBD (Bank Islam Brunei Darussalam) yang telah dinobatkan sebagai bank
ritel terbaik dari The Asian Banker (TAB). Meskipun mendapat banyak kecaman
atas Penerapan Syariah Islam tersebut, namun Sultan Hassanal Bolkiah tetap kukuh
menjalankan Hukum Syariah demi legitimasi Sultan di dalam negeri.
1.8 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4 Penelitian Terdahulu
1.5 Kerangka Teori
1.6 Metodologi Penelitian
1.6.1 Jenis Penelitian
1.6.2 Metode penelitian
1.6.3 Tingkat Analisa dan Variabel Penelitian
1.6.4 Ruang Lingkup Penelitian
1.6.5 Teknik Dan Alat Pengumpulan Data
1.7 Hipotesa
1.8 Sistematika Penulisan
BAB II
DINAMIKA PENERAPAN SYARIAH ISLAM
BRUNEI DARUSSALAM TAHUN 2014
2.1 Sejarah Penerapan Syariah Islam
2.2 Tahap Penerapan Syariah Islam
2.3Respon Terhadap Penerapan Syariah Islam Di Brunei
Darussalam
2.3.1 Reaksi Internal
2.3.2 Reaksi Eksternal
24
PERKEMBANGAN REZIM BRUNEI
DARUSSALAM DAN BEBERAPA NEGARA
KAWASAN ASIA TENGGARA
3.1Karakteristik Rezim Beberapa Negara di Asia Tenggara
BAB IV SYARIAH ISLAM SEBAGAI UPAYA
KONSTRUKSI REZIM ISLAM DI BRUNEI
DARUSSALAM
4.1 Karakteristik Rezim Brunei Darussalam
4.2 Kepentingan Brunei Darussalam Dalam Penerapan
Syariah Islam
4.2.1 Ekonomi
4.2.2 Politik
4.2.3 Pandangan Terhadap Pemerintah
4.3 Beberapa Aspek Kehidupan Brunei Berdasarkan
Syariah Islam
4.3.1 Bidang Pendidikan Islam
4.3.2 Bidang Perbankan Islam
4.3.3 Bidang Peradilan Islam
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
BAB III