17
Kondisi Masa Kini Arsitektur Rumah Betang dan Rumah Dalam Loka Samawa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Arsitektur di seluruh Indonesia memiliki keanekaragaman dan berbagai jenis dengan berbagai model bentuk serta ukuran yang beragam. Salah satu bentuk arsitektur Indonesia adalah rumah adat dan rumah tradisional. Rumah adat dan rumah tradisional merupakan jenis arsitektur warisan yang dimiliki setiap wilayah di Indonesia yang memiliki ciri khas dan model tersendiri sehingga menimbulkan karakter dari suatu daerah. Rumah adat atau rumah tradisional sangat mudah kirta jumpai di berbagai wilayah diseluruh Indonesia, rumah adat dan rumah tradisional seakan menjadi wadah atau sarana dan tempat berkumpul serta bersosialisasi antar keluarga dan suku adat. Selain difungsikan sebagai tempat berkumpul, rumah adat juga digunakan sebagai tempat ritual dan melakukan upacara keagamaan pada saat tertentu. Dalam satu rumah adat dengan rumah adat lainnya memiliki fungsi yang berbeda, mulai dari tempat tidur keluarga, tempat melakukan aktifitas keagaaan hingga rapat serta musyawarah antar warga. Namun seiring berkembangnya jaman serta kemajuan teknologi membuat pola piker masyarakat ikut berubah sehingga tidak sedikit rumah adat di Indonesia yang mulai ditinggalkan oleh warganya, alasannya adalah karena tuntutan pekerjaan dan kebutuhan hidup menuntut masyarakat harus meninggalkan rumah adatnya, tetapi masih banyak pula rumah adat di Indonesia yang mengalami perkembangan dan perubahan dari jaman dulu hingga pada masa sekarang (masa kini) hal ini tentu membuat kesan yang berbeda dan memiliki daya Tarik tersendiri bagi wisatawan yang ingin mempelajari kebudayaan suatu wilayah. Rumah adat yang akan saya bahas adalah rumah adat Kalimantan Tengah ( rumah betang dan rumah adat Nusa Tenggara Barat (Dalam Loka Samawa) kedua bangunan ini masih tetap ada hingga saat ini namun sangat banyak mengalami perubahan yang berasal dari fisik bangunan maupun dari non fisik yang dapat berupa fungsi. Rumah betang adalah rumah adat

BAB I PENDAHULUAN 1 · PDF filePENDAHULUAN 1.1 Latar belakang ... tempat berkumpul serta bersosialisasi antar keluarga dan suku ... Penyusunan laporan disusun secara sistematis dengan

Embed Size (px)

Citation preview

Kondisi Masa Kini Arsitektur Rumah Betang dan Rumah Dalam Loka Samawa 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Arsitektur di seluruh Indonesia memiliki keanekaragaman dan berbagai jenis dengan

berbagai model bentuk serta ukuran yang beragam. Salah satu bentuk arsitektur Indonesia adalah

rumah adat dan rumah tradisional. Rumah adat dan rumah tradisional merupakan jenis arsitektur

warisan yang dimiliki setiap wilayah di Indonesia yang memiliki ciri khas dan model tersendiri

sehingga menimbulkan karakter dari suatu daerah.

Rumah adat atau rumah tradisional sangat mudah kirta jumpai di berbagai wilayah

diseluruh Indonesia, rumah adat dan rumah tradisional seakan menjadi wadah atau sarana dan

tempat berkumpul serta bersosialisasi antar keluarga dan suku adat. Selain difungsikan sebagai

tempat berkumpul, rumah adat juga digunakan sebagai tempat ritual dan melakukan upacara

keagamaan pada saat tertentu. Dalam satu rumah adat dengan rumah adat lainnya memiliki

fungsi yang berbeda, mulai dari tempat tidur keluarga, tempat melakukan aktifitas keagaaan

hingga rapat serta musyawarah antar warga.

Namun seiring berkembangnya jaman serta kemajuan teknologi membuat pola piker

masyarakat ikut berubah sehingga tidak sedikit rumah adat di Indonesia yang mulai ditinggalkan

oleh warganya, alasannya adalah karena tuntutan pekerjaan dan kebutuhan hidup menuntut

masyarakat harus meninggalkan rumah adatnya, tetapi masih banyak pula rumah adat di

Indonesia yang mengalami perkembangan dan perubahan dari jaman dulu hingga pada masa

sekarang (masa kini) hal ini tentu membuat kesan yang berbeda dan memiliki daya Tarik

tersendiri bagi wisatawan yang ingin mempelajari kebudayaan suatu wilayah.

Rumah adat yang akan saya bahas adalah rumah adat Kalimantan Tengah ( rumah

betang dan rumah adat Nusa Tenggara Barat (Dalam Loka Samawa) kedua bangunan ini masih

tetap ada hingga saat ini namun sangat banyak mengalami perubahan yang berasal dari fisik

bangunan maupun dari non fisik yang dapat berupa fungsi. Rumah betang adalah rumah adat

Kondisi Masa Kini Arsitektur Rumah Betang dan Rumah Dalam Loka Samawa 2

khas Kalimantan yang terdapat di berbagai penjuru Kalimantan dan dihuni oleh masyarakat

Dayak terutama di daerah hulu sungai yang biasanya menjadi pusat pemukiman suku Dayak.

Rumah istana Sumbawa atau Dalam Loka merupakan peninggalan bersejarah dari

kerajaan yang berlokasi di kota Sumbawa Besar. Dalam Loka dibangun pada tahun 1885 oleh

Sultan Muhammad Jalalludin III (1883-1931) untuk menggantikan bangunan-bangunan istana

yang telah dibangun di tanah tersebut sebelumnya karena telah lapuk dimakan usia bahkan

hangus terbakar. Istana-istana itu diantaranya Istana Bala Balong, Istana Bala Sawo dan Istana

Gunung Setia. Dalam Loka sendiri berasal dari dua kata yakni dalam yang berarti istana atau

rumah-rumah di dalam istana dan loka yang berarti dunia atau tempat. Jadi, Dalam Loka

bermakna istana tempat tinggal raja.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari makalah ini adalah

1. Apa yang disebut dengan rumah betang?

2. Bagaimana perkembangan rumah betang hingga saat ini?

3. Apa yang disebut dengan rumah dalam loka samawa?

4. Bagaimana perkembangan rumah dalam loka samawa?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini selain untuk memenuhi tugas dari mata kuliah

metodelogi penelitian adalah

a. Agar dapat mengetahui lebih jelas mengenai rumah betang

b. Agar dapat mengetahui rumah adat betang masa kini

c. Agar dapat menjelaskan rumah dalam loka samawa

d. Agar dapat mengetahui rumah adat dalam loka samawa pada saat ini

Kondisi Masa Kini Arsitektur Rumah Betang dan Rumah Dalam Loka Samawa 3

1.4 Sistematika Penulisan

Penyusunan laporan disusun secara sistematis dengan menjadikannya beberapa bagian,

yaitu:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan, metode penulisan, dan

sistematika penulisan dari makalah ini

BAB II PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan tentang pembahasan mengenai penjelasan rumah adat betang dan

rumah dalam loka samawa serta mampu mengetahui kondisinya saat ini

BAB III PENUTUP

Bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil keseluruhan makalah dan saran untuk lampiran

dari makalah ini.

Kondisi Masa Kini Arsitektur Rumah Betang dan Rumah Dalam Loka Samawa 4

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Rumah Adat Kalimantan Tengah (Rumah Betang)

Rumah betang adalah rumah adat khas Kalimantan yang terdapat di berbagai penjuru

Kalimantan dan dihuni oleh masyarakat Dayak terutama di daerah hulu sungai yang biasanya

menjadi pusat pemukiman suku Dayak

2.1.1 Ciri-ciri rumah betang

Ciri-ciri Rumah Betang yaitu yaitu bentuk panggung dan memanjang.Panjangnya bisa

mencapai30-150 meter serta lebarnya dapat mencapai sekitar 10-30 meter, memiliki tiang

yang tingginya sekitar 3-5 meter.Biasanya Betang dihuni oleh 100-150 jiwa, Betang dapat

dikatakan sebagai rumah suku, karena selain di dalamnya terdapat satu keluarga besar yang

menjadi penghuninya dan dipimpin pula oleh seorang Pambakas Lewu.Bagian dalam betang

terbagi menjadi beberapa ruangan yang bisa dihuni oleh setiap keluarga.

Gambar 2.1 Rumah Adat Betang Jaman Dulu

Sumber : https://dayantiblogs.files.wordpress.com/2012/05/rumah-

betang-ojung-batu_articleimage.jpg

Kondisi Masa Kini Arsitektur Rumah Betang dan Rumah Dalam Loka Samawa 5

Pada suku Dayak tertentu, pembuatan rumah Betang atau rumah panjang haruslah

memenuhi beberapa persyaratan berikut diantaranya pada hulunya haruslah searah dengan

matahari terbit dan sebelah hilirnya ke arah matahari terbenam.Hal ini dianggap sebagai

simbol dari kerja keras untuk bertahan hidup mulai dari matahari terbit hingga

terbenam.Semua suku Dayak, terkecuali suku Dayak Punan yang hidup mengembara, pada

mulanya berdiam dalam kebersamaan hidup secara komunal di rumah betang/rumah

panjang, yang lazim disebut Lou, Lamin, Betang, dan Lewu Hante.Betang memiliki

keunikan tersendiri. Keunikan dari rumah betang bisa dijelaskan sebagai berikut

Rumah betang bentuknya memanjang serta terdapat sebuah tangga dan pintu masuk

ke dalam betang.Tangga sebagai alat penghubung pada betang dinamakan hejot.Betang

yang dibangun tinggi dari permukaan tanah dimaksudkan untuk menghindari hal-hal yang

meresahkan para penghuni betang, seperti menghindari musuh yang dapat datang tiba-tiba,

binatang buas, ataupun banjir yang terkadang datang melanda.Hampir semua betang dapat

ditemui di pinggiran sungai-sungai besar yang ada di Kalimantan.

Bangunan betang biasanya berukuran besar, panjangnya dapat mencapai Betang di

bangun menggunakan bahan kayu yang berkualitas tinggi, yaitu kayu ulin, selain memiliki

kekuatan yang bisa berdiri sampai dengan ratusan tahun, kayu ini juga anti rayap.

Pada halaman depan betang biasanya terdapat balai sebagai tempat menerima tamu

maupun sebagai tempat pertemuan adat. Pada halaman depan betang selain terdapat balai

juga dapat dijumpai sapundu. Sapundu merupakan sebuah patung atau totem yang pada

umumnya berbentuk manusia yang memiliki ukiran-ukiran yang khas. Sapundu memiliki

fungsi sebagai tempat untuk mengikatkan binatang-binatang yang akan dikurbankan untuk

prosesi upacara adat. Terkadang terdapat juga patahu di halaman betang yang berfungsi

sebagai rumah pemujaan.

Pada bagian belakang dari betang dapat ditemukan sebuah balai yang berukuran

kecil yang dinamakan tukau yang digunakan sebagai gudang untuk menyimpan alat-alat

pertanian, seperti lisung atau halu.Pada betang juga terdapat sebuah tempat yang dijadikan

Kondisi Masa Kini Arsitektur Rumah Betang dan Rumah Dalam Loka Samawa 6

sebagai tempat penyimpanan senjata, tempat itu biasa disebut bawong. Pada bagian depan

atau bagian belakang betang biasanya terdapat pula sandung.

2.1.2 Makna dan Nilai

Rumah Panjang/Rumah Betang bagi masyarakat Dayak tidak saja sekedar ungkapan

legendaris kehidupan nenek moyang, melainkan juga suatu pernyataan secara utuh dan

konkret tentang tata pamong desa, organisasi sosial serta sistem kemasyarakatan, sehingga

tak pelak menjadi titik sentral kehidupan warganya. Sistem nilai budaya yang dihasilkan

dari proses kehidupan rumah panjang, menyangkut soal makna dari hidup manusia; makna

dari pekerjaan; karya dan amal perbuatan; persepsi mengenai waktu; hubungan manusia

dengan alam sekitar; soal hubungan dengan sesama.Dapat dikatakan bahwa rumah betang

memberikan makna tersendiri bagi masyarakat Dayak. Rumah betang adalah pusat

kebudayaan mereka karena di sanalah seluruh kegiatan dan segala proses kehidupan berjalan

dari waktu ke waktu.

Rumah betang memang bukan sebuah hunian mewah dengan aneka perabotan

canggih seperti yang diidamkan oleh masyarakat modern saat ini.Rumah betang cukuplah

dilukiskan sebagai sebuah hunian yang sederhana dengan perabotan seadanya. Namun,

dibalik kesederhanaan itu, rumah betang menyimpan sekian banyak makna dan sarat akan

nilai-nilai kehidupan yang unggul. Tak dapat dipungkiri bahwa rumah telah menjadi simbol

yang kokoh dari kehidupan komunal masyarakat Dayak. Dengan mendiami rumah betang

dan menjalani segala proses kehidupan di tempat tersebut, masyarakat Dayak menunjukkan

bahwa mereka juga memiliki naluri untuk selalu hidup bersama dan berdampingan dengan

warga masyarakat lainnya. Mereka mencintai kedamaian dalam komunitas yang harmonis

sehingga mereka berusaha keras untuk mempertahankan tradisi rumah betang ini.Harapan

ini didukung oleh kesadaran setiap individu untuk menyelaraskan setiap kepentingannya

dengan kepentingan bersama. Kesadaran tersebut dilandasi oleh alam pikiran religio-magis,

yang menganggap bahwa setiap warga mempunyai nilai dan kedudukan serta hak hidup

yang sama dalam lingkungan masyarakatnya.

Kondisi Masa Kini Arsitektur Rumah Betang dan Rumah Dalam Loka Samawa 7

Rumah betang selain sebagai tempat kediaman juga merupakan pusat segala

kegiatan tradisional warga masyarakat. Apabila diamati secara lebih seksama, kegiatan di

rumah panjang menyerupai suatu proses pendidikan tradisional yang bersifat non-formal.

Rumah betang menjadi tempat dan sekaligus menjadi sarana yang efektif bagi masyarakat

Dayak untuk membina keakraban satu sama lain. Di tempat inilah mereka mulai

berbincang-bincang untuk saling bertukar pikiran mengenai berbagai pengalaman,

pengetahuan dan keterampilan satu sama lain. Hal seperti itu bukanlah sesuatu yang sukar

untuk dilakukan, meskipun pada malam hari atau bahkan pada saat cuaca buruk sekalipun,

sebab mereka berada di bawah satu atap.

Demikianlah pengalaman, pengetahuan dan keterampilan diwariskan secara lisan

kepada generasi penerus.Dalam suasana kehidupan rumah panjang, setiap warga selalu

dengan sukarela dan terbuka terhadap warga lainnya dalam memberikan petunjuk dan

bimbingan dalam mengerjakan sesuatu.Kesempatan seperti itu juga terbuka bagi kelompok

dari luar rumah panjang.

Rumah betang yang tersisa pada masyarakat Dayak merupakan contoh kehidupan

budaya tradisional yang mampu bertahan dan beradaptasi dengan lingkungan. Kiranya

perlu diungkapkan lebih jauh faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat Dayak dapat

mempertahankan rumah betang mereka.

Masyarakat Dayak memiliki naluri untuk selalu hidup bersama secara

berdampingan dengan alam dan warga masyarakat lainnya. Mereka gemar hidup damai

dalam komunitas yang harmonis sehingga berusaha terus bertahan dengan pola kehidupan

rumah betang. Harapan ini didukung oleh kesadaran setiap individu untuk menyelaraskan

kepentingannya dengan kepentingan bersama. Kesadaran tersebut dilandasi oleh alam

pikiran religio-magis, yang menganggap bahwa setiap warga mempunyai nilai dan

kedudukan serta hak hidup yang sama dalam lingkungan masyarakatnya.

Kondisi Masa Kini Arsitektur Rumah Betang dan Rumah Dalam Loka Samawa 8

Dengan mempertahankan rumah betang, masyarakat Dayak tidak menolak

perubahan, baik dari dalam maupun dari luar, terutama perubahan yang menguntungkan

dan sesuai dengan kebutuhan rohaniah dan jasmaniah mereka.

Pola pemukiman rumah betang erat hubungannya dengan sumber-sumber

makanan yang disediakan oleh alam sekitarnya, seperti lahan untuk berladang, sungai yang

banyak ikan, dan hutan-hutan yang dihuni binatang buruan. Namun dewasa ini,

ketergantungan pada alam secara bertahap sudah mulai berkurang. Masyarakat Dayak telah

mulai mengenal perkebunan dan peternakan. Rumah betang menggambarkan keakraban

hubungan dalam keluarga dan pada masyarakat.

Meski terbilang sangat sederhana dan jauh dari kesan mewah, rumah betang

tetaplah menjadi hunian yang bernilai tinggi bagi masyarakat Dayak. Oleh karena itu

sangat penting kiranya bagi kita untuk mencermati lebih jauh pandangan masyarakat Dayak

mengenai rumah betang yang tercermin dalam beberapa aspek berikut ini: Pertama, aspek

penghunian.Rumah betang merupakan struktur multi-keluarga permanen dan terutama

berfungsi sebagai tempat tinggal utama di samping rumah pondok di ladang.

Kedua, aspek hukum dan hak milik.Rumah panjang mempunyai aspek

kepemilikan yang jelas.Terutama adalah hak kepemilikan semua keluarga secara bersama

menguasai semua tanah diwilayah rumah panjang.Hak wilayah rumah panjang merupakan

hak sekunder, sedangkan hak primer dipegang oleh tiap-tiap keluarga atau kelompok

keluarga kecil yang memiliki ikatan kekerabatan.Rumah betang juga merupakan unit

peradilan yang sangat penting.Acap kali pertikaian antar anggota rumah betang dapat

diselesaikan oleh tetua adat secara internal. Satu hal yang menonjol adalah wewenang

seseorang atau satu keluarga tertentu relatif kecil, yang jauh lebih penting adalah

wewenang rumah panjang secara keseluruhan. Hal itu disebabkan adanya egalitarisme yang

kuat dalam masyarakat Dayak.

Kondisi Masa Kini Arsitektur Rumah Betang dan Rumah Dalam Loka Samawa 9

Ketiga, aspek ekonomi.Rumah panjang memegang peranan penting dalam

distribusi arus tenaga kerja dan hasil kerja antarkeluarga. Pemakaian tenaga kerja tambahan

dari keluarga lain, merupakan kunci dari sistem perladangan yang mereka jalankan.

2.1.3 Perkembangan Rumah Betang Masa Kini

Pada masa kini rumah betang sudah mengalami banyak sekali perubahan,

perubahan-perubahan yang banyak terjadi dapat dilihat dari segi fungsi rumah tersebut,

selain fungsi rumah betang juga berubah pada filosofi dan makna serta perubahan yang ada

pada bahan yang digunakan untuk membuat rumah ini.

Saat ini rumah betang sangat sulit ditemukan dukalimantan, hal ini disebabkan

oleh tidak pedulinya masyarakat Indonesia mengenai sejarah dan rumah tradisional yang

dimiliki oleh suku dayak tersebut. Banyak masyarakat yang lebih memilih untuk

menggunakan rumah minimalis atau bangunan tinggi untuk tempat tinggal mereka.

Bangunan rumah betang saat ini sudah mulai beralih fungsi, pada awalnya rumah

betang yang dulunya difungsikan sebagai tempat tinggal untuk keluarga besar maupun

untuk upacara keagamaan sekarang sudah memiliki banyak fungsi. Di Kalimantan terdapat

satu rumah betang yang dialih fungsikan sebagai monument bersejarah, monument ini

banyak dikunjungi oleh wisatawan dalam maupun luar negeri. Selain sebagai monument

bersejarah, rumah betang kini hanya difungsikan sebagai tempat upacara keagamaan tanpa

dihuni oleh keluarga maupun masyarakat. Namun banyak juga masyarakat yang masih

bertahan tinggal di rumah betang tersebut tanpa terpengaruh oleh dunia luar.

Dari segi bentuk bangunan,bangunan betang juga mengalami berubahan pada

masa kini, rumah betang yang dulu terlihat panjang dan sangat lebar yang ampu dihuni

ratusan orang, namun pada saat ini rumah betang cenderung terlihat lebih kecil dan sempit,

namun untuk ketinggian rumah betang yang sekarang cenderung terlihat lebih tinggi karena

pada jaman dulu di bawah panggung tersebut difungsikan sebagai tempat memelihara

Kondisi Masa Kini Arsitektur Rumah Betang dan Rumah Dalam Loka Samawa 10

ternak namun pada masa kini lahan dibawah panggung sudah dialihfungsikan sebagai

tempat untuk kendaraan bermotor.

Dari segi estetika juga mengalami perubahan, pada jaman dulu rumah betang

hanya dibuat seadanya oleh masyarakat dan pada saat ini rumah betang sudah mengalami

perubahan pada warna yang cenderung lebih cerah, selain itu bentuk atap rumah betang

saat ini sudah bangyak mengalami perubahan, untuk bahan utama rumah ini masih tetap

menggunakan kayu, namun kayu yang digunakan sudah cenderung berkualitas kurang baik

karena kayu sudah sangat suit untuk ditemukan.

Untuk melestarikan kebudayaan dan adat istiadat, masyarakat Kalimantan harus

tetap dapat menjaga dan melestarikan rumah betang. Walaupun banyak mengalami

perubahan secara fisik maupun non fisik namun setidaknya rumah betang harusu tetap ada

dan dilestarikan karena rumah tradisional merupakan ciri khas daerah tersebut dan tidak

ada di daerah lain. Untuk melakukan hal ini harus ada campur tangan dari pemerintah

untuk mengingatkan masyarakat betapa pentingnya tradisi dan kebudayaan untuk dijaga.

Gambar 2.2 Rumah Adat Betang Masa Kini

http://3.bp.blogspot.com/-

tI6sH63TuCA/Tcf2MIxFvmI/AAAAAAAAACg/2SuggQHSg6s/s1600/Betang-Ojung-Batu-House-

3.jpg

Kondisi Masa Kini Arsitektur Rumah Betang dan Rumah Dalam Loka Samawa 11

2.2 Rumah Adat Nusa Tenggara Barat ( Dalam Loka Samawa)

Rumah istana Sumbawa atau Dalam Loka merupakan peninggalan bersejarah dari

kerajaan yang berlokasi di kota Sumbawa Besar. Dalam Loka dibangun pada tahun 1885 oleh

Sultan Muhammad Jalalludin III (1883-1931) untuk menggantikan bangunan-bangunan istana

yang telah dibangun di tanah tersebut sebelumnya karena telah lapuk dimakan usia bahkan

hangus terbakar. Istana-istana itu diantaranya Istana Bala Balong, Istana Bala Sawo dan Istana

Gunung Setia. Dalam Loka sendiri berasal dari dua kata yakni dalam yang berarti istana atau

rumah-rumah di dalam istana dan loka yang berarti dunia atau tempat. Jadi, Dalam Loka

bermakna istana tempat tinggal raja.

2.2.1 Bentuk Bangunan

Dalam Loka memiliki luas 696,98 m2 dengan 2 bangunan kembar yang ditopang

oleh 98 tiang kayu jati dan 1 buah tiang pendek (tiang guru) yang terbuat dari pohon

cabe. Secara keseluruhan jumlah tiang penopang adalah 99 tiang yang melambangkan 99

sifat Allah (asmaul husna). Bangunan dalam loka menghadap ke selatan atu tepatnya ke

arah Bukit Sampar dan alun-alun kota. Pertama kali memsuki istana akan ditemukan

Gambar 2.3 Rumah Adat Dalam Loka Samawa

Sumber : http://lombok.panduanwisata.id/files/2013/06/Istana-Dalam-

Loka-Sumbawa.jpg

Kondisi Masa Kini Arsitektur Rumah Betang dan Rumah Dalam Loka Samawa 12

susunan tangga yang menjadi ssatu-satunya jalan masuk ke istana. Tangga ini

menyimbolkan bahwa siapapun harus menghormati raja. Hal ini tercermin dari keharusan

membungkuk bagi siapapun yang melewati tangga ini. Di dalam komplek Dalam Loka

terdapat dua bangunan kembar yang diberi nama Bala Rea atau graha besar. Bangunan

ini tersusun dari beberapa bagian yang memiki fungsi masing-masing.

Di bagian depan bangunan terdapat ruangan bernama Lunyuk Agung yang

berfungsi sebagai tempat musayawarah, resepsi atau acara pertemuan lainnya. Di sebelah

Lunyuk Agung terdapat ruangan yang bernama Lunyuk Mas, fungsinya adalah sebagai

ruangan khusus untuk permaisuri, istri-istri menteri dan staf penting kerajaan ketika

dilangsungkan upacara adat. Ada juga yang disebut Ruang Dalam sebelah barat, ruangan-

ruangan ini hanya disekat oleh kelambu fungsinya adalah sebagai tempat shalat, di

sebelah utaranya merupakan kamar tidur permaisuri dan dayang-dayang. Ruang Dalam

sebelah timur terdiri dari empat kamar dan diperuntukan bagi putra/putri raja yang sudah

berumah tangga di ujung utara ruangan ini adalah kamar pengasuh rumah tangga istana.

Di bagian belakang Bala Rea terdapat ruang sidang, pada malam hari ruangan ini

dijadikan tempat tidur para dayang. Kamar mandi terletak di luar ruangan induk yang

memanjang dari kamar peraduan raja hingga kamar permaisuri.

Dan yang terakhir adalah Bala Bulo berada di samping Lunyuk Mas, terdiri atas

dua lantai, lantai pertama berfungsi sebagai tempat bermain putra/putri raja dan lantai

kedua berfungsi sebagai tempat permaisuri dan istri para bangsawan saat menyaksikan

pertunjukan di lapangan istana. Di luar komplek ini terdapat kebun istana (kaban alas),

gapura atau tembok istana (bala buko), rumah jam (bala jam) dan tempat untuk lonceng

istana. Bangunan ini dibangun dari bahan kayu jati yang didatangkan dari hutan jati

imung dan atap terbuat dari seng yang didatangkan dari singapura. Arsitek dari bangunan

ini adalah Imam Haji Hasyim.

Dalam Loka disusun oleh bangunan kembar yang disokong atau ditahan oleh 98

pilar kayu jati dan 1 pilar pendek (pilar guru) yang dibuat dari pohon cabe. Jumlah dari

seluruh tiang penyokong adalah 99 tiang yang mewakili 99 sifat Allah dalam Al-Qur’an

Kondisi Masa Kini Arsitektur Rumah Betang dan Rumah Dalam Loka Samawa 13

(Asmaul Husna). Di Dalam Loka ini terdapat ukiran-ukiran yang merupakan ukiran khas

daerah Pulau Sumbawa atau disebut lutuengal yang digunakan untuk ornamen pada kayu

bangunannya. Ukiran khas Pulau Sumbawa ini biasanya motif bunga dan juga motif

daun-daunan.

Istana dalam loka dibangun mengarah ke selatan yaitu ke Bukit Sampar dan alun-

alun kota dan hanya memiliki satu pintu masuk utama melalui tangga depan dan pintu

samping melalui tangga kecil. Tangga depan yang dimiliki Dalam Loka tidak seperti

tangga pada umumnya, tangga ini berupa lantai kayu yang dimiringkan hingga

menyentuh tanah dan lantai kayu tersebut ditempeli oleh potongan kayu sebagai penahan

pijakan Bala Rea atau graha besar adalah dua bangunan identik yang terdapat di dalam

rumah adat Dalam Loka yang setiap bangunannya memiliki fungsi.

Gambar 2.4 lutuengal-ukiran khas pulau Sumbawa

Sumber : Google Search

Kondisi Masa Kini Arsitektur Rumah Betang dan Rumah Dalam Loka Samawa 14

Pada bagian dalam bangunan terdapat beberapa ruangan yaitu, Lunyuk Agung,

Lunyuk Mas, Ruang Dalam, dan Ruang Sidang. Lunyuk Agung berada pada bagian

depan bangunan yang difungsikan untuk ruang bermusyawarah, pernikahan, pertemuan

atau acara kerajaan. Lunyuk Mas adalah ruangan utama untuk permaisuri, istri para

menteri dan staf penting kerajaan saat upacara adat. Ruang Dalam sebelah barat disekat

oleh kelambu yang digunakan untuk tempat sholat, di sebelah utara adalah kamar tidur

permaisuri. Ruang Dalam sebelah timur memiliki empat kamar khusus untuk keturunan

raja yang sudah menikah dan di sebelah utara adalah kamar pengasuh rumah tangga

istana. Ruang sidang terletak di bagian belakang Bala Rea, namun pada malam harinya

digunakan oleh para dayang sebagai kamar tidur. Sedangkan kamar mandi terletak di luar

ruangan utama yang memanjang dari kamar raja hingga kamar permaisuri.

Gambar 2.5 Bagian Depan Bangunan

Sumber : Google search

Kondisi Masa Kini Arsitektur Rumah Betang dan Rumah Dalam Loka Samawa 15

Dan yang terakhir adalah Bala Bulo yang memiliki dua tingkat dan berada di

samping Lunyuk Mas. Tingkat pertama adalah tempat permainan keturunan raja dan

tingkat kedua adalah tempat permaisuri dan istri para bangsawan saat menyaksikan

pertunjukan di lapangan istana. Anak tangga menuju tingkat dua berjumlah 17 anak

tangga. Jumlah tersebut mewakili 17 rukun sholat. Di luar komplek ini terdapat kebun

istana (kaban alas), gapura atau tembok istana (bala buko), rumah jam (bala jam) dan

tempat untuk lonceng istana. Lonceng pada istana ini ukurannya sangat besar dan berasal

dari Belanda. Pada masa itu, lonceng ini dibunyikan oleh seorang petugas setiap waktu,

sehingga seluruh penduduk dapat mengetahui waktu saat itu.

Gambar 2.6 sisi samping bangunan

Sumber : google search

Kondisi Masa Kini Arsitektur Rumah Betang dan Rumah Dalam Loka Samawa 16

2.2.2 Bahan Bangunan

Bahan baku pembangunan istana pada masa itu sebagaian besar didatangkan dari

pelosok desa di sekitar istana. Kayu jati berukuran besar berasal dari hutan Jati Timung

sedangkan atapnya yang terbuat dari seng berasal dari Singapura. Bangunan istana yang

kini digunakan sebagai Museum Daerah Sumbawa ini sarat akan pesan filosofis yakni

‘adat barenti ko syara’, syara’ barenti ko kitabullah’. Artinya adalah semua aturan adat

istiadat maupun nilai-nilai dalam sendi kehidupan harus bersemangatkan pada syariat

Islam. Itu sebabnya, bangunan Istana Dalam Loka menyatu dengan Masjid Nurul Huda.

Gambar 2.7 bagian dalam bangunan

Sumber : google search

Kondisi Masa Kini Arsitektur Rumah Betang dan Rumah Dalam Loka Samawa 17

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Rumah betang adalah rumah adat khas Kalimantan yang terdapat di berbagai penjuru

Kalimantan dan dihuni oleh masyarakat Dayak

Ciri-ciri Rumah Betang yaitu yaitu bentuk panggung dan memanjang.Panjangnya bisa

mencapai30-150 meter serta lebarnya dapat mencapai sekitar 10-30 meter, memiliki tiang yang

tingginya sekitar 3-5 meter.

Rumah betang yang tersisa pada masyarakat Dayak merupakan contoh kehidupan budaya

tradisional yang mampu bertahan dan beradaptasi dengan lingkungan. Kiranya perlu

diungkapkan lebih jauh faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat Dayak dapat

mempertahankan rumah betang mereka.

Rumah istana Sumbawa atau Dalam Loka merupakan peninggalan bersejarah dari

kerajaan yang berlokasi di kota Sumbawa Besar. Rumah istana Sumbawa atau Dalam Loka

merupakan peninggalan bersejarah dari kerajaan yang berlokasi di kota Sumbawa Besar. Bahan

baku pembangunan istana pada masa itu sebagaian besar didatangkan dari pelosok desa di sekitar

istana. Kayu jati berukuran besar berasal dari hutan Jati Timung sedangkan atapnya yang terbuat

dari seng berasal dari Singapura.

3.2 Saran

Untuk melestarikan kebudayaan dan adat istiadat, masyarakat Kalimantan maupun pada

rumah Dalam Loka Samawa harus tetap dapat menjaga dan melestarikan rumah adat. Walaupun

banyak mengalami perubahan secara fisik maupun non fisik namun setidaknya rumah adat harus

tetap ada dan dilestarikan karena rumah tradisional merupakan ciri khas daerah tersebut dan

tidak ada di daerah lain. Untuk melakukan hal ini harus ada campur tangan dari pemerintah

untuk mengingatkan masyarakat betapa pentingnya tradisi dan kebudayaan untuk dijaga.