BAB I Pedahuluan

Embed Size (px)

Citation preview

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan jaman semakin modern terutama pada eraglobalisasi seperti saat ini, perubahan dalam sistem pelayanan kesehatan telah mempercepat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) kesehatan. Salah satu dampak dari perkembangan IPTEK kesehatan adalah menjadi tingginya biaya pelayanan dan pemeliharaan kesehatan. Dari perkembangan IPTEK kesehatan maka harus di imbangi juga oleh kualitas tenaga kesehatan sebagai unsur pokok yang memegang peranan penting dalam kesehatan. Tenaga kesehatan yang dibutuhkan dalam bidang kesehatan tersebut harus memperoleh pengetahuan, pandangan dan keterampilan yang profesional yang dapat ditempuh dengan berbagai cara, salah satunya melalui pendidikan kesehatan (Azwar, 1996 dalam Maulana, 2009). Kualitas tenaga kesehatan ditentukan oleh kualitas lulusan pendidikan kesehatan khususnya keperawatan, dimana keperawatan merupakan salah satu unsur tenaga kesehatan yang memiliki peranan penting. Perawat harus memiliki tiga kemampuan utama untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan masyarakat dalam memberikan pelayanan keperawatan yang berkualitas, yaitu: pengetahuan, sikap, dan keterampilan. semua kemampuan tersebut dapat diperoleh saat berada di bangku kuliah atau pendidikan keperawatan. Ada tiga komponen dalam suatu proses belajar untuk menghasilkan perawat yang prefisional yaitu input, proses, dan output. Input sebagai masukan biasanya terdiri atas subyek atau sasaran

2

belajar dari berbagai latar belakang seperti mahasiswa, materi perkuliahan, sarana fasilitas perkuliahan, dosen, kurikulum, dan manajemen yang berlaku di Perguruan Tinggi tersebut. Sedangkan proses berupa adanya pengaruh timbal balik diantara berbagai faktor termasuk strategi perkuliahan, media instruksional, cara mengajar dosen, dan cara belajar mahasiswa. Output merupakan kemampuan baru atau perubahan baruh dari proses belajar yaitu prestasi (Maulana, 2009). Menurut Tarmidi (2005, dalam Amalia, 2010) mengatakan bahwa prestasi belajar merupakan penilaian aktivitas belajar siswa yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai peserta didik dalam periode tertentu. Dalam hal ini prestasi belajar mahasiswa dalam jangka waktu tertentu dapat dilihat melalui Indeks Prestasi Kumulatif (IPK). Untuk mencapai prestasi belajar mahasiswa sebagaimana yang diharapkan maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain: faktor internal dan faktor eksternal. Prestasi belajar sangat dipengaruhi oleh motivasi mahasiswa memilih pendidikan sebagai perawat. Seseorang yang mempunyai motivasi yang tinggi akan bersemangat untuk menekuni dunia yang akan menjadi profesinya. Motivasi juga akan meningkatkan usaha seseorang untuk mencapai tujuannya

(Sardiman, 2000). Prestasi belajar dapat dipengaruhi oleh motivasi berprestasi dan gaya belajar dari individu. Motivasi berprestasi merupakan harapan, hasrat dan minat untuk melakukan kegiatan, dorongan, dan kebutuhan. Jika motivasi berprestasi dilakukan dengan kegiatan, harapan dan cita cita, serta penghargaan dan

3

penghormatan, maka menghasilkan prestasi yang baik. Yaitu prestasi yang dapat dibandingkan dengan prestasi orang lain (Uno, 2007 dalam Nursalam & Ferry efendi, 2008) Motivasi merupakan unsur yang membangkit, mengarah dan mengekalkan suatu usaha yang disadari seseorang agar ia tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu (Brophy, 1983 dalam Shahabuddin Hashim, 2003). Jika motivasi tinggi, maka usaha untuk mencapai hasil kerja akan tinggi sehingga prestasi kerja akan tinggi pula. Motivasi yang tinggi diharapkan akan menimbulkan semangat untuk belajar dan akan menghasilkan prestasi yang baik dan pada akhirnya akan menjadi lulusan perawat yang berkualitas dan profesional. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan Herman (2011) di D-III Program Studi Keperawatan Banda Aceh, dalam penentuan jumlah sampel 55 orang tingkat I, ditemukan tingkat motivasi mahasiswa tingkat I memilih prodi keperawatan didapatkan bahwa tingkat motivasi mahasiswa dalam katagori tinggi yaitu 58,2%, subvariable motivasi ekstrinsik mahasiswa memilih prodi keperawan dalam katagori rendah 61,8%, dan sub variable intrinsik dalam katagori tinggi 56,4%. Serta data mahasiswa yang diperoleh dari pengajaran di D-III program studi keperawatan Banda Aceh tahun 2010 2011 pada tingkat I terdapat mahasiswa yang memiliki Indeks Prestasi kurang dari 2,50 diantaranya 10 orang dari kelas I regular, 19 orang dari kelas I swadana A, dan 6 orang dari kelas I swadana B.

4

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik melakukan penelitian tentang Gambaran Motivasi Belajar Mahasiswa Terhadap Hasil Indeks Prestasi Akademik Mahasiswa Di D-III Program Studi Keperawatan Banda Aceh Tahun 2011 2012. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui Gambaran Motivasi Belajar Terhadap Hasil Indeks Prestasi Akademik Mahasiswa Di D-III Keperawatan Banda Aceh Tahun 2011 2012. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui Gambaran Motivasi Intrinsik Belajar Mahasiswa Di D-III Program Studi Keperawatan Banda Aceh Tahun 2011 2012. b. Untuk mengetahui Gambaran Motivasi Ekstrinsik Belajar Mahasiswa Di D-III Program Studi Keperawatan Banda Aceh Tahun 2011 2012. c. Untuk Mengetahui Gambaran Motivasi Belajar Mahasiswa Program Studi

Mempengaruhi

Hasil Indeks Prestasi Akademik Mahasiswa Di D-III

Program Studi Keperawatan Banda Aceh Tahun 2011 2012.

5

D. Manfaaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya psikologi pendidikan untuk keperawatan, juga sebagai bahan kajian bagi penelitian selanjutnya, sehingga hasilnya akan lebih luas dan mendalam. 2. Manfaat Praktis a. Bagi institusi pendidikan 1. Sebagai bahan masukan untuk penyusunan strategi pembelajaran sehingga memungkinkan mahasiswa tetap memiliki motivasi belajar dalam menempuh pendidikan di institusi keparawatan.. 2. Sebagai bahan masukan untuk mempertahankan bahkan

meningkatkan system pengajaran dan tenaga pengajar (dosen) sehingga motivasi belajar mahasiswa lebih baik. 3. Sebagai masukan bagi institusi dalam seleksi penerimaan

mahasiswa baru. b. Bagi Peneliti Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan baru dalam bidang penelitian dan untuk mendapatkan gambaran secara nyata tentang Gambaran Motivasi Belajar Mahasiswa Terhadap Hasil Indeks Prestasi Akademik Mahasiswa Di D-III Program Studi Keperawatan Banda Aceh Tahun 2011 2012.

6

E. Keaslian Penelitian 1. Endang (2005), dalam penelitian tentang hubungan motivasi menjadi perawat dengan prestasi belajar mahasiswa semester III Akademi Keperawatan Ngesti Waluyo Parakan Temanggung. Penelitian ini menggunakan metode analitik dengan menggunakan rancangan cross sectional. Perbedaan penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti adalah pada permasalahan dan tempat pelaksanaan yaitu permasalahan yang diteliti oleh peneliti adalah tentang gambaran motivasi belajar mahasiswa terhadap hasil indeks prestasi akademik mahasiswa di D-III program studi Banda Aceh. Persamaan dari penelitian yang dilakukan adalah sama-sama meneliti tentang prestasi akademik, tetapi dari penelitian sebelumnya tidak meneliti tentang motivasi belajar mahasiswa. 2. Purnomowati (2006), Skripsi dengan judul Pengaruh Disiplin dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas X SMK Teuku Umar Semarang Tahun Ajaran 2005/2006 Oleh Riris Purnomowati. Tujuan penelitian ini untuk Mengetahui kedisiplinan, motivasi, dan prestasi belajar siswa, ada tidaknya pengaruh disiplin dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar. Metode penelitian menggunakan analisis deskriptif persentase dan regresi linier berganda. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa disiplin dan motivasi belajar berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Faktor motivasi belajar memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap prestasi belajar siswa daripada faktor disiplin belajar.

7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Belajar 1. Pengertian Motivasi berasal dari kata motif yang berarti dorongan atau rangsangan atau daya penggerak yang ada dalam diri seseorang yang menyebabkan seseorang melakukan suatu tindakanatau aktivitas. Dalam suatu motif umumnya terdapat dua unsure pokok, yaitu unsure dorongan atau kebutuhan dan unsur tujuan yang saling berinteraksi didalam tubuh manusia (Sardiman, 2000). Berarti motivasi sering diartikan sebagai dorongan/daya penggerak. Motivasi merupakan kondisi yang mendorong individu untuk melakukan sesuatu (Astuti, 2002). Notoatmodjo (2007) juga menjelaskan kata motif atau motivasi yang berasal dari kata latin moreve yang berarti dorongan dari dalam diri manusia untuk bertindak atau berprilaku. Pengertian motivasi tidak terlepas dari kata kebutuhan atau needs atau want. Kebutuhan adalah suatu potensi dalam diri manusia yang perlu ditanggapi atau direspons. Menurut Weiner (1990) yang dikutip Elliot (2000), motivasi

didefinisikan sebagai kondisi internal yang membangkitkan kita untuk bertindak, mendorong kita mencapai tujuan tertentu dan membuat kita tetap tertarik dalam kegiatan tertentu.

8

Sedangkan

memotivasi

adalah

proses

manajemen

untuk

mempengaruhi tingkah laku manusia berdasarkan pengetahuan mengenai apa yang membuat orang bergerak. (Bahtiar, 2002) Menurut Uno (2007), motivasi dapat diartikan sebagai dorongan internal dan eksternal dalam diri seseorang yang di indikasikan dengan adanya : 1. hasrat dan minat untuk melakukan kegiatan 2. dorongan dan kebutuhan untuk melakukan kegiatan 3. harapan dan cita cita 4. penghargaan dan penghormatan atas diri 5. lingkungan yang baik, serta 6. kegiatan yang menarik motivasi adalah suatu upaya yang membuat seseorang bertindak (Sargent, dikutip oleh Howard, 1999). Menurut Siagian (2004) menyatakan bahwa motivasi merupakan dampak dari interaksi seseorang dengan situasi yang dihadapinya. Motivasi menjadi sesuatu kekuatan, tenaga atau daya, atau suatu keadaan yang kompleks dan kesiap sediaan dalam diri individu untuk bergerak kearah tujuan tertentu, baik disadari maupun tidak disadari (Makmun, 2003). Motivasi seseorang dapat timbul dan tumbuh berkembang melalui dirinya sendiri intrinsik dan dari lingkungan ekstrinsik (Howard, 1999 dalam Elliott, 2000). Motivasi intrinsik bermakna sebagai keinginan dari

9

diri sendiri untuk bertindak tanpa adanya rangsangan dari luar (Elliott, 2000). Dalam kegiatan belajar, motivasi merupakan daya penggerak yang menjamin terjadiya kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang diinginkan dapat terpenuhi. Dengan demikian motivasi sangat berpengaruh terhadap keberhasilan belajar seseorang. (Sardiman, 2000). 2. Tujuan Motivasi Secara umum dapat diartikan bahwa tujuan motivasi adalah mendorong atau menggerakkan seseorang agar timbul keinginan dan kemauan untuk melakukan suatu tindakan agar mencapai tujuan tertentu (Sardiman, 2000). Sudah jelas bahwa setiap tindakan motivasi memiliki tujuan tertentu. Dimana dapat kita artikan semakin jelas tujuan yang diharapkan maka semakin jelas pula bagaiman motivasi yang dilakukan. Seperti yang dicontohkan oleh Notoatmodjo (2007), keberhasilan suatu institusi atau organisasi di tentukan oleh dua faktor utama, yakni sumber daya manusia yaitu mahasiswa dan yang kedua prasarana pendukung atau fasilitas belajar. 3. Fungsi Motivasi Motivasi sangat penting artinya dalamproses belajar seseorang karena fungsinya mendorong, menggerakkan, mengarahkan kegiatan belajar. Pada hakikatnya, motivasi diyakini sebagai penguat

10

(reinforcement). Contohnya, keinginan yang kuat untuk dapat melanjutkan kuliah di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) mendorong semangat belajar dan tidak kenal lelah (Astuti, 2002). Menurut Nursalam & Ferry Efendi (2008), yang menjelaskan mengenai teori motivasi berprestasi (n-ach David McClelland), ada tiga fungsi motivasi yaitu: 1) Harapan untuk melakukan tugas dengan berhasil, jadi motivasi dalam hal ini berfungsi sebagai penggerak agar melakukan semua tugas atau kegiatan untuk mencapai suatu tujuan. 2) Persepsi tentang nilai dan tugas, dengan demikian motivasi dapat memberikan kita arah, pandangan, pikiran, persepsi, terhadap nilai dan tugas yang akan dikerjakan. 3) Kebutuhan untuk sukses, yakni menjelaskan perbuatan perbuatan apa yang harus dikerjakan dan menyisihkan perbuatan perbuatan yang tidak bermanfaat yang berguna untuk mencapai kesuksesan. 4. Teori teori Motivasi Swansburg (2001), yang mengklasifikasikan motivasi kedalam teori teori isi motivasi dan proses motivasi : a. Teori Isi Motivasi Teori isi motivasi berpokus pada faktor faktor atau kebutuhan dalam diri seseorang untuk menimbulkan semangat, mengarahkan, mepertahankan, dan menghentikan prilaku.

11

1. Teori kebutuhan ( Abraham A. Maslow) Maslow menyusun suatu teori tentang kebutuhan manusia secara hierarki, yang terdiri atas dua kelompok defisiensi dan kelompok perkembangan. Kelompok difesiensi secara hierarki adalah fisiologis, rasa aman, kasih saying dan penerimaan, serta kebutuhan akan harga diri. Kelompok pengembangan mencakup kebutuhan aktuaisasi diri (Ahmadi, 1991). Mankunegara sebagai berikut: Kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan akan unsure biologis. Kebutuhan ini berupa: kebutuhan makan, minum, berhadas, seksual, dan sebagainya. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang paling mendasar. Kebutuhan akan rasa aman, yaitu kebutuhan perlindungan dari ancaman dan bahaya lingkungan, berafiliasi, berinteraksi, mencintai dan dicintai. Kebutuhan akan kasih sayang dan cinta, yaitu kebutuhan untuk di terima dalam kelompok. Kebutuhan akan harga diri, yaitu kebutuhan untuk dihormati dan dihargai. Kebutuhan akan aktualisasi diri, yaitu kebutuhan untuk menggunakan kemampuan (skill) dan potensi, serta (2005), menjabarkan hierarki Maslow

12

berpendapat dengan menggunakan penilaian dan kritik terhadap sesuatu. 2. Teori ERG (Atderiers ERG Theory) Teori ERG (existence, relatedness, and growth)

dikembangkan oleh Clayton Aldefter. Menurut teori ini, komponen existence adalah mempertahankan kebutuhan dasar dan pokok manusia, mempertahankan eksistensi, merupakan kebutuhan setiap manusia untuk menjadi terhormat. Kebutuhan manusia selain fisiologis juga terdapat kebutuhan akan keamanan yang merupakan komponen existence. Relatedness tercermin dari sifat manusia sebagai insan sosial yang ingin berafiliasi, dihargai, dan diterima oleh lingkungan sosial. Growth lebih menekankan kepada keinginan seseorang untuk tumbuh dan berkembang, mengalami kemajuan dalam kehidupan, pekerjaan dan kemampuan, serta mengaktualisasikan diri (Siagian, 2004). 3. Teori Motivasi Dua Factor (Frederick Herzbegs Two Factors Theory) Herzbeg melakukan penelitian kepada sejumlah pekerja untuk menemukan jawaban dari: Apa yang sebenarnya yang diinginkan dari pekerjanya? timbulnya keninginan meneliti dari Herzberg karena adanya keyakinan bahwa terdapat hubungan yang mendasar antara seseorang dengan pekerjaannya. Oleh karena itu,

13

sikap seseorang terhadap pekerjaannya akan sangat menentukan tingkat keberhasilan dengan kegagalannya (Siagian, 2004). Dalam teori motivasi ini terdapat dua faktor yang mendasari motivasi pada kepuasan atau ketidak puasan kerja dan faktor yang melatar belakanginya. Pertama faktor pemeliharaan yang juga disebut dissatisffiers, hygiene factors, job context, dan extrinsic factors. Faktor ini meliputi kebijakan, kualitas, kondisi, dan status. Dan kedua adalah faktor pemotivasi yang disebut pula satisfier, motivators, job content, atau intrinsic factors yang meliputi dorongan berprestasi, pengenalan, kemajuan, work it self, kesempatan berkembang, dan tanggung jawab (Mankunegara, 2005). b. Teori Proses Motivasi Teori proses motivasi terdiri atas teori penguatan, teori pengharapan, teori keadilan, dan teori penetapan tujuan. 1. Teori Penguatan (Skinners Reinforcement Theory) Skinner mengembang kan suatu teori proses motivasi yang disebut operant conditioning. Pembelajaran timbul sebagai akibat dari prilaku, yang juga disebut modifikasi prilaku. Prilaku dapat dikendalikan dan diubah melalui penghargaan dan hukuman. 2. Teori Pengharapan (Victor H. Vrooms Expectancy Theory) Menurut Vroom yang diperluas oleh Porter dan Lowler, menyebutkan teori harapan terletak pada pendapat yang

14

mengemukakan bahwa kuatnya kecendrungan seseorang bertindak tergantung pada harapan bahwa tindakan tersebut akan diikuti oleh suatu hasil tertentu dan terdapat daya tarik pada hasil tersebut bagi orang yang bersangkutan (Siagian, 2004). 3. Teori Keadilan (Adam Equity Theory) Menurut Adam didasari asumsi puas atau tidaknya seseorang terhadap apa yang dikerjakannya. Merupakan hasil dari membandingkan antara input, usaha, pengalaman, skill,

pendidikan, dan jam kerjanya dengan output atau hasil yang didapatkan dari pekerjaan tersebut (Mankunegara, 2005). 4. Teori Penetapan Tujuan (Edwin Lockes Theory) Menurut Edwin Locke mengemukakan kesimpulan bahwa penetapan suatu tujuan tidak hanya berpengaruh terhadap pekerjaan saja, tetapi mempengaruhi orang tersebut untuk mencari cara efektif dalam mengerjakannya (Mankunegara, 2005).

Kejelasan tujuan yang hendak dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugasnya akan menumbuhkan motivasi yang tinngi. Tujuan yang sulit sekalipun apabila ditetapkan sendiri oleh orang yang bersangkutan atau organisasi yang membawahinya akan membuat prestasi yang meningkat, asalkan dapat diterima sebagai tujuan yang pantas dan layak dicapai (Siagian, 2004).

15

5. Pembagian Motivasi Motivasi merupakan sejumlah proses yang bersifat internal dan eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dalam melakukan kegiatan kegiatan tertentu (Astuti, 2002). Motivasi dapat digolongkan menjadi dua yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. a. Motivasi Intrinsik Apabila ada yang mempertahankan pendapat bahwa kita tidak dapat memotivasi orang lain dan bahwa kita hanya dapat memotivasi orang lain dan bahwa kita hanya dapat memotivasi diri sendiri, berarti mereka berbicara tentang memotivasi intrinsic (intrinsic motivation), yaitu motivasi yang dating dari dalam (Deprose, 2003). Motivasi intrinsik yaitu keinginan dari dalam untuk menjadi kompeten dan melakukan sesuatu demi usaha itu sendiri, dan motivasi ekstrinsik yaitu keinginan untuk mencapai sesuatu dengan tujuan untuk mendapatkan penghargaan eksternal atau untuk menghindari hukuman eksternal (Santrock, 2003). Astuti (2002) juga menjelaskan dua jenis motivasi, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. 1. Motivasi intrinsik, yaitu dorongan yang berasal dari dalam diri sendiri. 2. Motivasi ekstrinsik, yaitu dorongan yang berasal dari luar diri sendiri.

16

Motivasi intrinsik ialah suatu keinginan atau suatu harapan untuk melakukan sesuatu yang keluar dari dalam diri seorang individu. Motivasi intrinsik berguna bagi seorang pelajar yang ingin menguasai satu kemahiran yang baru dan lebih spesifik. Sebagai contoh biasanya motivasi intrinsik digunakan apabila seorang pengajar jururawat, menjelaskan dan mengajarkan kepada siswa yang dilatih karena mereka mesti mengamalkan penukaran ilmu yang telah diajarkan tersebut (William G. Perry, 1996). Deprose (2003), membagi motivasi intrinsik kedalam empat pencapaian, yaitu : 1. Memiliki arti (Meaningfulness), melaksanakan suatu tugas yang seimbang dengan waktu dan energi seorang siswa dan tujuannya penting bagi hasil akhir dalam keseluruhan. 2. Memiliki pilihan (Choice), mampu memilih kegiatan yang mempunyai arti bagi seorang siswa dan melaksanakannya dengan cara yang tepat. 3. Memiliki Kompetensi (Competence), siswa melaksanakan tugas secara terampil. 4. Untuk maju (Progress), mencapai tujuan tugas dan juga maju untuk mencapai suatu sasaran.

17

b. Motivasi Ekstrinsik Motivasi intrinsik lebih berkesan dari motivasi ekstrinsik, bukan berarti motivasi ekstrinsik tidak baik karena jenis motivasi apa pun akan menghasilkan prestasi yang lebih baik. Biasanya peralatan motivasi ekstrinsik ialah gred, laporan penilaian tertulis, uang, kutipan denda, atau sebuah hadiah. Motivasi ekstrinsik akan mudah hilang dari dalam diri kita karena bukan diri kita yang menentukan. Contohnya seseorang siswa rajin belajar karena sang pacar yang satu kelas dengan siswa tersebut. Coba bayangkan, apa yang terjadi kalau siswa tersebut putus cinta dengan pacarnya, masih rajinkan dia belajar, mungkin jangankan belajar, pergi ke sekolahpun dia malas (Astuti, 2002). Sebagai penjelasan lain mengenai motivasi ekstrinsik (extrinsic motivation), yaitu sesuatu yang kita harapkan akan kita peroleh dari luar diri kita. Tujuannya kita dipacu bukan berdasarkan dari keinginan dari dalam diri individu tapi untuk mengharapkan sesuatu yang memuaskan (Deprose, 2003). 6. Belajar Pendidikan adalah upaya sadar untuk menumbuhkan potensi sumber daya manusia (SDM) melalui kegiatan pengajaran. Terdapat dua konsep pendidikan yang berkaitan, yaitu belajar (learning) dan pembelajaran (instruction). Sehingga belajar dapat diartikan sebagai seseorang atau sekelompok orang sebagai pencari, penerima pelajaran yang dibuthkannya (Simamora, 2009).

18

Menurut Slameto (1995), belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sementara itu menurut (Azwar, 1996), secara umum belajar adalah suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, pandangan, dan keterampilan yang diperlukan untuk menghasilkan sikap prilaku tertentu, ketika menghadapi suatu keadaan. Belajar adalah proses yang memungkinkan terjadinya perubahan prilaku sebagai akibat latihan (training), praktik atau observasi (Heri D. J. Maulana, 2009). Perubahan dapat terjadi melalui pendekatan lain yang bertolak dari pendapat bahwa belajar adalah usaha untuk menguasai informasi (Gulo, 2001). Belajar dapat diartikan sebagai suatu proses evolusi, artinya penerimaan ilmu tidak dapat dipaksakan begitu saja, tetapi dilakukan secara bertahap melalui suatu urutan proses tertentu (Nursalam & Ferry, 2008). Proses penerimaan ilmu tersebut dapat berasal dari guru secara individual sebagai pihak yang menyampaikan ilmu dan siswa secara individual melakukan kegiatan belajar untuk membentuk selfconcept bagi dirinya sendiri (Gulo, 2001). Belajar adalah suatu proses perubahan prilaku atau kecakapan manusia berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya, sehingga mereka lebih mampu

berinteraksi dengan lingkungannya (Rogers, 2003).

19

7.

Motivasi Belajar Motivasi dan belajar memiliki kaitan yang erat. Dalam teori motivasi keberhasilan menyelaraskan tentang pencapaian tujuan motivasi dan belajar yang terdiri dari tiga faktor yaitu motif keberhasilan, kemungkinan keberhasilan, dan nilai keberhasilan. Dengan demikian, siswa memiliki dorongan untuk memenuhi keinginan yang mempengaruhi prilaku individu untuk melakukan aktivitas dengan cara yang lebih baik untuk mencapai tujuan (Simamora, 2009). Dari penjelasan mengenai pengertian motivasi dan pengertian belajar, maka motivasi belajar ialah dorongan belajar dalam diri siswa dalam menghadapi setiap tugas yang dapat berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan. Motivasi belajar memegang peranan penting sebagai alat evaluasi belajar dan mengukur seberapa dalam penguasaan terhadap materi pelajaran yang diberikan (daya serap). Sehingga siswa yang memiliki motivasi tinggi akan menghasilkan suatu nilai dan tujuan yang memuaskan pula. Maka siswa yang termotivasi akan hal hal seperti memiliki kecerdasan, bakat, dan keterampilan akan dapat menghasilkan nilai, tingkah laku, dan prestasi yang baik (Habsari, 2005). Bahtiar (2002) juga menjelaskan pengertia motivasi belajar sebagai suatu kondisi yang berpengaruh untuk membangkitkan, mengarahkan dan memelihara prilaku siswa yang berhubungan dengan kegiatan belajar. Dengan pejelasan mengenai motivasi belajar tersebut, maka terkandung tentang aspek aspek keberhasilan, yaitu:

20

1. Cenderung bertanggung jawab. 2. Menyukai pembahasan kasus yang menantang. 3. Menginginkan prestasi belajar yang lebih baik. 4. Menyukai memecahkan masalah. 5. Menyukai umpan balik atas hasil karyanya. 6. Menyukai kompetisi untuk mencapai hasil belajar terbaik. 7. Menyukai pembahasan kasus kasus sulit. 8. Melakukan segala sesuatu dengan cara yang lebih baik dibandingkan dengan temannya (Simamora, 2009). B. Prestasi Akademik 1. Pengertian Menurut Syah (2004), dalam Kamus Pelajaran Kata Sarapan Bahasa Indonesia, kata prestasi mempunyai arti hasil yang telah

dicapai (dilakukan, dikerjakan dan sebagainya). Dalam proses pendidikan prestasi dibatasi oleh prestasi belajar atau prestasi akademik. Sedangkan menurut Bernardin dan Russel (1993, dalam Ruky, 2001) performance is defined as the record of outcomes on a specified job function or activity during a specified time period (prestasi adalah catatan tentang hasil hasil yang diperoleh dari fungsi fungsi pekerjaan selama kurun waktu tertentu). Menurut Ruky (2001), prestasi (achievement) berasal dari kata to achieve yang berarti mencapai, pencapaian, apa yang dicapai melalui

21

keberhasilan belajar dalam bentuk nilai raport, indeks prestasi studi, angka kelulusan, predikat keberhasilan dan sebagainya. 2. Faktor faktor yang Mempengaruhi Prestasi Akademik Menurut Hakim (2001), menyebutkan faktor faktor yang mempengaruhi prestasi belajar atau prestasi akademik dibagi menjadi dua bagian besar yaitu faktor internal dan faktor eksternal. c. Faktor Internal Faktor ini merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri, faktor internal terdiri dari faktorbiologis dan faktor psikologis. 1. Faktor Biologis Faktor ini meliputi segala hal yang berhubungan dengan keadaan fisik atau jasmani individu yang bersangkutan. Pertama, faktor ini terjadi pada kondisi fisik yang normal atau tidak memiliki cacat sejak dalam kandungan sampai sesudah lahir terutama meliputi keadaan otak, panca indra, anggota tubuh seperti tangan dan kaki, dan organ organ tubuh bagian dalam yang akan menentukan kondisi kesehatan seseorang. Kondisi kesehatan fisik yang sehat dan segar sangat mempengaruhi keberhasilan belajar agar memperoleh hasil yang optimal. 2. Faktor psikologis Faktor ini berkaitan dengan kondisi mental seseorang. Kondisi mental yang mantap dan stabil tampak dalam bentuk sikap

22

mental yang positif menghadapi segala hal dalam belajar. Dalam faktor ini prestasi dapat terpengaruh oleh kerajina, ketekunan, tidak mudah putus asadalam menghadapi kesulitan atau kegagalan. Dalam faktor psikologis terdapat juga hal hal seperti: 1) Intelegensi atau tingkat kecerdasan dasar seseorang yang berpengaruh besar terhadap keberhasilah atau indeks prestasi. 2) Kemauan dapat dikatakan sebagai faktor utama penentu keberhasilan belajar. 3) Bakat sebagai faktor penunjang keberhasilan belajar atau indeks prestasi belajar dalam suatu bidang. 4) Daya ingat mempengaruhi indeks prestasi belajar. 5) Daya konsentrasi merupakan suatu kemampuan untuk

memfokuskan pikiran, perasaan, kemauan, dan segenapnpanca indra ke satu objek di dalam satu aktivitas tertentu, disertai usaha untuk tidak memedulikan objek lain yang tidak ada hubungannya dengan aktivitas itu. d. Faktor Eksternal Merupakan faktor yang berasal dari luar yang mempengaruhi prestasi akademik. Meliputi : 1. Faktor lingkungan keluarga Faktor ini dilandasi hubungan yang harmonis diantara sesame anggota keluarga,tersedianya praltan blajar, keadaan ekonomi yang cukup dan lingkungan rumah yang tenang akan

23

memberikan proses belajar dan pendidikan yang baik dan berkembang. 2. Faktor Lingkungan Sekolah Faktor ini berangsur dari kedisiplinan, diantaranya adanya guru yang baik dan cukup, peralatan yang cukup, gedung sekolah yang memenuhi persyaratan, adanya teman yang baik, sehingga terciptanya keharmonisan dan meningkatkan hasil prestasi akademik. 3. Faktor waktu Faktor ini membagi keberhasilan prestasi belajar akademik melalui pembagian waktu belajar dengan hiburan atau rekreasi. Tujuannya agar mendapatkan prestasi belajar yang maksimal, siswa tidak jenuh dan kelelahan dalam berpikir. Dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa faktor faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat timbul dari dalam maupun luar . Bersifat internal maksudnya adalah faktor tersebut berasal dari dalam diri siswa dengan keadaan fisik yang normal serta sehat, dimana pengaruh keadaan fisik normal serta sehat akan memberikan kecerdasan yang tinggi sehingga memberikan keberhasilan prestasi akademik yang tinggi pula. Bersifat eksternal maksudnya faktor tersebut bersumber dari luar diri siswa, keluarga, lingkungan, waktu akan mempengaruhi setiap tingkat belajar siswa, keadaan yang baik dari faktor eksternal akan memberikan

24

kedisiplinan dan perkembangan yang pula kepada siswa tersebut. Faktor-faktor tersebut secara langsung maupun tidak langsung saling berinteraksi mempengaruhi individu mahasiswa dalam mencapai prestasi akademik. Motivasi memegang peranan penting dalam pencapaian prestasi. Individu yang memiliki motivasi yang tinggi bila dihadapkan pada tugas-tugas yang kompleks cenderung

melakukannya dengan baik dan nampak berhasil, serta selalu penuh bersemangat dan tanggung jawab dalam usaha

menyelesaikan tugas dengan baik. Salah satu bentuk nyata peran motivasi terhadap pencapaian prestasi adalah tercermin pada diri seorang mahasiswa dalam menempuh pendidikan. Seorang mahasiswa dalam menempuh jenjang pendidikan tentunya memiliki dorongan untuk mencapai prestasi yang setinggitingginya dalam belajar. Bagi seorang mahasiswa Program Studi D-III Keperawatan Banda Aceh motivasi yang berperan agar lebih giat belajar adalah motivasi belajar agar menjadi perawat profesional serta

memperoleh hasil indeks prestasi akademik yang gemilang. Motivasi sangat mempengaruhi belajar dan prestasi seorang perawat nantinya. Jika semakin baik motivasi belajar seorang mahasiswa biasanya mahasiswa tersebut akan berprestasi dalam bidang akademik dan sebaliknya, rendahnya motivasi mahasiswa

25

untuk belajar dan menjadi Perawat professional maka akan diikuti pula oleh rendahnya prestasi akademik (Sardiman, 2000). Meski demikian, terdapat faktor-faktor yang dapat mengganggu motivasi belajar mahsiswa terhadap prestasi akademik, di antaranya faktor internal, faktor lingkungan, budaya dan lain sebagainya. Gambaran antara motivasi belajar mahasiswa terhadap prestasi akademik tersebut diperkuat oleh pendapat McClelland dalam (Nursalam & Ferry Efendi, 2008), yang menyatakan bahwa ada korelasi positif antara motivasi dengan meningkatnya prestasi belajar.

26

BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN A. Kerangka Konsep Kerangka konsep dalam penelitian ini dikembangkan berdasarkan teori motivasi menurut Santrock (2003) dan Astuti (2002), yang meliputi motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik dan konsep hasil indeks prestasi menurut Ruky (2001). Adapun secara skematis kerangka konsep penelitian ini adalah sebagai berikut :

Motivasi belajar Mahasiswa tingkat II prodi keperawatan mahasiswa keperawatan : Motivasi Intrinsik Motivasi Ekstrinsik Tinggi Sedang rendah

Gambar 3.1 Krangka Konsep Penelitian B. Pertanyaan Penelitian Adapun yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagimana motivasi belajar mahasiswa tingkat II terhadap hasil indeks prestasi akademik mahasiswa di D-III Program Studi Keperawatan Banda Aceh.

27

2. Bagimana motivasi intrinsik belajar mahasiswa tingkat II terhadap hasil indeks prestasi akademik mahasiswa di D-III Program Studi Keperawatan Banda Aceh. 3. Bagimana motivasi ekstrinsik belajar mahasiswa tingkat II terhadap hasil indeks prestasi akademik mahasiswa di D-III Program Studi Keperawatan Banda Aceh. C. Definisi Operasional Tabel 3.1 definisi operasional Subvariabel motivasi belajar mahasiswa Program Studi Keperawatan Banda Aceh Definisi Operasional Keinginan dari dalam yang bertujuan untuk merubah prulaku sehingga timbul rasa belajar agar menjadi perawat prefesional nantinya keinginan dalam diri mahasiswa sehingga mereka tertarik untuk belajar di prodi keperawatan, misalnya rasa ingin tahu, dan rasa pencapaian Alat Ukur Skala Ukur Kuesioner Ordinal pertanyaan dichotomy choice Cara Ukur Kuesioner Hasil Ukur Tinggi x x Sedang x x Rendah x x

motivasi intrinsik belajar mahasiswa Program Studi Keperawatan Banda Aceh.

Kuesioner Ordinal pertanyaan dichotomy choice

Kuesioner

Tinggi x x Sedang x x Rendah x x

28

motivasi ekstrinsik belajar mahasiswa Program Studi Keperawatan Banda Aceh.

Keinginan dari luar diri mahasiswa sehingga mereka tertarik untuk belajar di prodi keperawatan misalnya, karena ada pacar, karena ingin dapat hadiah.

Kuesioner pertanyaan dichotomy choice

Ordinal

Kuesioner

Tinggi x x Sedang x x Rendah x x

29

BAB IV METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini dalah penelitian metode diskriptif sederhana, yaitu menggambarkan suatu keadaan atau fenomena. Pada penelitian ini peneliti ingin mengetahi motivasi belajar mahasiswa terhadap indeks presatasi akademik mahasiswa di D-III Program Studi Keperawatan Banda Aceh Tahun 2011 2012. B. Populasi Dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa tingkat dan tingkat II Program Studi Keperawatan Banda yang berjumlah 235 orang, yang terdiri dari 120 tingkat II . 2. Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah adalah mahasiswa tingkat I dan tingkat II Program Studi Keperawatan Banda Aceh Tahun 2011 2012 yang diambil menurut kelas (local) yaitu 3 lokal. Pengambilan rumus ini diambil berdasarkan rumus Slovin (dikutip dari Nursalam, 2008). Aceh I

tahun 2011 2012

orang tingkat I dan 115 orang

30

Keterangan : N n d : Besar Populasi : Besar Sampel : Tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan diambi 0, 1 (Notoatmodjo, 2007). Selanjutnya penentuan sampel mahasiswa tingkat I dan tingkat II Prodi Keperawatan Banda Aceh dihitung menggunakan rumus proportional sampling sebagai berikut:

Keterangan : SPI N N JS : Jumlah sampel pada tiap tiap sub populasi : Jumlah responden dalam sub populasi : Jumlah responden dalam populasi : Jumlah sampel yang dibutuhkan Kemudian pengambilan sampel dipilih secara random sampling, yaitu tekhnik pengambilan sampel dengan cara acak yaitu dengan cara pengundian pada anggota populasi. Sehingga sampel tersebut dapat mewakili populasi yang ditentukan sebelumnya. C. Tempat dan Waktu penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Poltekkes Kemenkes Aceh Prodi Studi Keperawatan Banda Aceh, yang beralamat di Beureueh No 110 Banda Aceh. Jl. Tgk. Mohd daud

31

2.

Waktu Penelitian Waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan April 2012

D. Alat Pengumpulan Data Adapun yang menjadi sebagai alat pengumpulan data dalam penelitian ini ialah menggunakan kuesioner yang terdiri atas dua bagian yaitu : 1. Bagian A merupakan data demografi yang terdiri dari nomor responden, tanggal wawancara, nama inisial, umur, dan tingkat. 2. Bagian B merupakan kuesioner sebagai alat pengumpul data untuk menilai motivasi belajar mahasiswa keperawatan Banda Aceh dengan soal dichotomy choice. E. Tekhnik Pengumpulan Data Tekhnik pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari : 1. Tahap persiapan data a. Meminta surat izin kepada bagian pendidikan yang ditujukan kepada prodi keperawatan Banda Aceh untuk pengambilan data. b. Setelah mendapatkan izin dari keperawatan Banda Aceh peneliti langsung menuju ke bagian pendidikan untuk meminta data.

32

Daftar PustakaAhmadi, A. d. S., W. (1991). Psikologi belajar. Jakarta, PT Rineka Cipta. Amalia, R. (2010). " Hubungan Motivasi Berprestasi dan Gaya Belajar dengan prestasi Belajar Mahasiswa program Profesi Ners Fakultas Keperawatan Universitas sumatera Uatara." volume 1: Hlm : 2. Astuti, E. S. (2002). Bahan Dasar Untuk Pelayanan Konseling Pada Uatu Pendidikan Menengah " Konsep Diri dan Motivasi Berprestasi". Jakarta, GRASINDO PT. Gramedia WIdiansarana Indonesia. Azwar, A. (1996). Pengantar Pendidikan Kesehatan. Jakarta. Bahtiar, S. Y. (2002). Manajemen Keperawatan Jakarta, Erlangga Deprose, D. (2003). Smart Things To Know About Motivation (hal - hal cerdas yang perlu diketahui tentang motivasi). Jakarta, PT. Gramedia. Elliott, e. a. (2000). Educatiinal Pshicology: Efective Teaching, Efective learning (3rd ed). United States of America McGraw Hill Companies. Endang (2005). "Hubungan Motivasi Menjadi Perawat dengan Prestasi Belajar Mahasiswa Semester III Akademi Perawatan Ngesti Waluyo Parakan. Skripsi. Yogyakarta. FK UGM.". Gulo, W. (2001). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta, GRASINDO. Habsari, D. S. (2005). bimbingan dan Konseling SMA. jakarta, PT Grasindo. Hakim, D. T. (2001). Belajar Secara Efektif. Jakarta, Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara. Howard, S. (1999). The Practitioner As Teacher London : Royal College of Nursing, Bailliere Tindall. Mankunegara (2005). Evaluasi Kinerja SDM. Jakarta, Refika Aditama. Maulana, H. D. J. (2009). Promosi Kesehatan. Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan Dan Ilmu Prilaku. Jakarta, PT Rineka Cipta.

Makmun, A. S. (2003). Psikologi Kependidikan: Perangkat Sistem Pengajaran Modul. Bandung, Rosdakarya.

33

Nursalam & Ferry Efendi (2008). Pendidikan dalam keperawatan. Jakarta, Salemba Medika. Rogers, A. (2003). What is the Difference? a New Critique of Adult learning and Teaching. Liacester, NIACE. Ruky, D. A. S. (2001). Sistem Manajemen Kinerja : Panduan praktis untuk merancang dan meraih kerja prima. Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama. Santrock, J. W. (2003). ADOLESCENCE : Perkembangan Remaja. Jakarta, Erlangga. Sardiman (2000). Interkasi dan motivasi belajar mengajar. Jakarta, Raya Grafindo Persada. Shahabuddin Hashim, M. R. d. R. J. (2003). Psikologi pendidikan. Kuala Lumpur Malaysia, PTS PROFESIONAL. Siagian, s. (2004). Teori Motivasi dan Aplikasinya Jakarta, PT RinekaCipta Simamora, R. H. (2009). Buku Ajar Pendidikan Dalam Keperawatan Jakarta, penertbit Buku Kedokteran EGC. Slameto (1995). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta, PT Rineka Cipta. Swansburg, R. (2001). Pengembangan Pengembangan SdM. jakarta. Staf Keperawatan: Suatu Komponen

Syah, D. (2004). Kamus pelajar Kata Serapan Bahasa Indonesia. Jakarta, Rineka Cipta. Uno, H. B. (2007). Teori Motivasi Dan Pengukurannya : Analisis di Bidang Pendidikan. J akarta, Bumi Aksara. William G. Perry, J. (1996). Cara Membina Pendidikan Vokasional Berdasarkan Kecekapan. Malaysia, Universiti Tekhnologi Malaysia.