Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di Indonesia pemerintah telah memprioritaskan desa dalam meningkatkan
pembangunan nasional. Menurut Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014, desa adalah
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui
dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Peraturan perundang-undangan tersebut diharapkan dapat menjadikan desa yang
memiliki satu kesatuan yang utuh dalam memajukan desanya. Desa memiliki peran
penting khususnya pada peran perangkat desa setempat dalam pelaksanaan tugas di
bidang pelayanan publik.
Aparatur desa sebagai penyelenggara pemerintahan desa diberi kewenangan
untuk mengelola desa agar menjadi lebih maju yang semata-mata untuk kepentingan
masyarakat banyak. Dengan adanya undang-undang tentang desa, maka desa bukan
hanya menerima sisa-sisa anggaran seperti asas desentralisasi, tetapi diberi
kewenangan untuk mengatur dan menggunakan dana desa sesuai kebutuhan
masyarakat (Tarjo,2019).
Dana Desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara yang diperuntukkan bagi desa dan desa adat yang ditransfer melalui
2
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota dan digunakan untuk
membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, serta pemberdayaan
masyarakat dan kemasyarakatan. Dalam UU No. 6 tahun 2014 tentang Desa.
Pemerintah mengalokasikan Dana Desa melalui mekanisme transfer kepada
kabupaten/kota. Berdasarkan alokasi dana tersebut, maka setiap kabupaten/kota
mengalokasikannya kepada setiap desa berdasarkan jumlah desa dengan
memperhatikan jumlah penduduk (30%), luas wilayah (20%), dan angka kemiskinan
(50%). Alokasi APBN sebesar 10%, saat diterima oleh desa akan menyebabkan
penerimaan desa yang meningkat. Penerimaan desa yang meningkat ini tentunya
diperlukan adanya laporan pertanggungjawaban dari desa.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari (antaranews.com,2019) mengenai
masalah pengelolaan keuangan dana desa yang dinilai masih sangat buruk. Lembaga
Anti Corruption Commitee (ACC) Sulawesi Selatan melansir pada tahun 2018
terdapat 26 perkara pada sektor Alokasi Dana Desa dan pada tahun 2019 terdapat 27
perkara pada sektor Dana Desa. Kerugian keuangan Negara terkait korupsi dana desa
tahun 2019 sebanyak Rp 8,2 milliar lebih. Dari periode tahun 2018 sampai 2019
jumlah kepala desa yang menjadi terdakwa kasus korupsi dana desa sebanyak 37
orang dan 15 orang perangkat desa sebagai terdakwa penyalahgunaan alokasi dana
desa. Adapun penyebab terjadinya korupsi yaitu modus mark up anggaran, misalnya,
membuat laporan fiktif, proyek fiktif, kebutuhan kepentingan pribadi, kurangnya
akuntabilitas dalam pengelolaan dana desa dan tidak patuh terhadap aturan.
3
0
200
400
600
800
1000
2015 2016 2017 2018 2019 2020
Alokasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa Tahun
2015-2020
(Triliun)
Dana Desa Transfer ke Daerah Total Transfer ke Daerah dan Dana Desa
Keluhan masyarakat terkait alokasi anggaran banyak yang tidak memenuhi
kebutuhan dan tidak mencerminkan aspek ekonomi, efisiensi, dan efektivitas.
Kurangnya pemahaman aaparat desa tentang anggaran mengakibatkan anggaran desa
yang disalurkan dari pusat hanya disalahgunakan (Abdullah dan samad,2019).
Dana desa dalam jumlah besar sudah dianggarkan oleh pemerintah yang terbagi
dalam lima tahun (2016, 2017, 2018, 2019, dan 2020). Setiap tahun penganggaran
dana desa selalu ditingkatkan sesuai dengan pengelolaan yang dilakukan pemerintah
desa.
Sumber : Kementrian Keuangan, 2019
Gambar 1.1 Grafik Alokasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa
Berdasarkan tabel 1.1 diatas terlihat bahwa Pemerintah mengalokasikan dana
transfer ke daerah. Dana desa pada tahun 2020 sebesar 34% dari total belanja Negara
yang mencapai 2.528,8 triliun. Total transfer ke daerah dan dana desa dalam
Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) Tahun 2020 sebesar
4
858,8 triliun. Angka ini meningkat 5,45% dibandingkan APBN tahun 2019 yang
sebesar 814,4 triliun. Alokasi transfer ke daerah dalam RAPBN tahun 2020 sebesar
Rp 786,8 triliun, naik 3,97% dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp 756,8 triliun.
Kenaikan anggaran tersebut tidak sebesar tahun lalu yang mencapai 7,17%. Hal ini
terjadi pada alokasi dana desa yang peningkatannya tidak sebesar pada tahun
sebelumnya yaitu hanya 2,86% dibandingkan kenaikan tahun sebelumnya.
Peningkatan alokasi transfer ke daerah dan dana desa yang begitu besar diharapkan
pemerintah daerah dapat meningkatkan layanan dasar publik, mendorong
pertumbuhan ekonomi serta mengurangi kesenjangan dan kemiskinan (katadata.co.id,
2019). Selain itu adapun info yang di kutip melalui halaman (Republika.co.id)
menyatakan bahwa salah satu pemanfaatan teknologi informasi untuk percepatan
pelaporan dana desa dengan menggunakan aplikasi Sistem Keuangan Desa
(Siskeudes), dengan adanya sistem atau aplikasi yang menggunakan teknologi
tersebut, mempercepat dalam sisi pelaporan karena tidak menggunakan cara-cara
manual.
Berdasarkan isu diatas, ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap
pengelolaan keuangan dana desa diantaranya yaitu kompetensi aparat dan
pemanfaatan teknologi informasi. Akuntabilitas menjadi kontrol terhadap segala
aktivitas aparatur desa dalam mengelola dana desa, sehingga peran mereka sebagai
agen menjadi faktor penting dalam mempertanggungjawabkan pengelolaan dana
desa. Terwujudnya akuntabilitas pengelolaan dana desa tidak lepas dari kompetensi
yang dimilikinya. Kompetensi yang kompeten dapat mendorong aparatur desa dalam
5
memahami tata cara pengelolaan dana desa dengan baik. Apabila mereka gagal dalam
memahami hal tersebut, maka akan berdampak pada kekeliruan laporan keuangan
yang dibuatnya, dan ketidaksesuaian laporan dengan standar yang ditetapkan
pemerintah, sehingga informasi yang diterima masyarakat menjadi tidak tepat dan
dapat mempengaruhi keputusan yang akan diambil selanjutnya (Medianti, 2018).
Menurut (Anto dan Amir, 2017) pengelolaan dana desa dinilai masih memiliki
banyak kendala dalam pelaksanaanya, salah satunya adalah faktor sumber daya
manusia yaitu tingkat kompetensi yang dimiliki aparatur desa. Kompetensi aparatur
desa mutlak diperlukan agar pengelolaan dana desa untuk pengembangan berbagai
aspek dapat dicapai dengan menggunakan kecerdasan, pengetahuan dan keterampilan
serta perilaku untuk mendorong pembangunan desa yang optimal. Untuk itu
pelaksanaanya aparatur desa harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang
berkaitan dengan pekerjaannya, hal tersebut dilakukan sebagai bentuk tanggung
jawab yang harus dimiliki oleh masing-masing aparatur desa untuk dapat
melaksanakan kegiatan pemerintahan desa. Kurangnya kompetensi aparatur desa,
menyebabkan masalah pada bagian administrasi pengelolaan dana desa yang
mengakibatkan terlambatnya pencairan dana desa periode berikutnya
(Rismawati,2019).
Faktor kedua yaitu Pemanfaatan Teknologi Informasi, berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 bahwa pemerintah pusat dan pemerintah daerah
berkewajiban untuk mengembangkan dan memanfaatkan kemajuan teknologi
informasi dalam meningkatkan kemampuan mengelola keuangan dan menyalurkan
6
informasi keuangan daerah kepada pelayanan publik. Berkembangnya teknologi
informasi memudahkan seseorang dalam melakukan aktivitas dan pekerjaannya.
Pemanfaatan teknologi informasi ini akan meminimalis kesalahan, karena semua
aktivitas pengelolaan keuangan akan tercatat secara lebih sistematis dan pada
akhirnya akan mampu menyajikan laporan yang berkualitas. Dengan menggunakan
teknologi informasi termasuk teknologi komputer dalam pengelolaan keuangan akan
meningkatkan proses transaksi dan data lainnya, menghitung secara akurat dan
menyusun laporan keuangan tepat waktu. Hal ini akan membantu pemerintah
mengatasi volume transaksi yang meningkat setiap tahun.
Dari hasil penelitian terdahulu yang mengkaji mengenai pengaruh Kompetensi
Aparat dan Pemanfaatan Teknologi Informasi Terhadap Akuntabilitas Pengelolaan
Dana Desa menghasilkan temuan yang berbeda atau adanya GAP dari hasil
penelitiannya. Penelitian yang dilakukan (Widyatama et al.,2017) menunjukkan
bahwa kompetensi aparatur tidak berpengaruh signifikan terhadap akuntabilitas
pengelolaan alokasi dana desa, berbeda dengan penelitian yang di lakukan oleh
(Mada et al.,2017) yang menunjukkan bahwa kompetensi aparat pengelolaan dana
desa berpengaruh positif terhadap akuntabilitas pengelolaan dana desa. Kemudian
Penelitian yang dilakukan oleh (Masruhin dan Kaukab, 2019) menunjukkan bahwa
kompetensi aparatur berpengaruh positif terhadap pengelolaan dana desa. Penelitian
yang dilakukan oleh (Karyadi, 2019) menunjukkan hasil bahwa Kompetensi sumber
daya manusia berpengaruh positif terhadap akuntabilitas keuangan desa sedangkan
pemanfaatan teknologi informasi tidak berpengaruh terhadap akuntabilitas keuangan
7
desa. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh (Yudianto dan Sugiarti,2017)
menunjukkan hasil bahwa pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh signifikan
terhadap akuntabilitas pengelolaan dana desa.
Berdasarkan fenomena dan perbedaan penelitian (GAP) yang telah diuraikan
diatas maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh
Kompetensi Aparat dan Pemanfaatan Teknologi Informasi terhadap
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dirumuskan diatas, maka rumusan masalah
penelitian ini yaitu :
1. Apakah Kompetensi Aparat berpengaruh terhadap Akuntabilitas Pengelolaan
Dana Desa?
2. Apakah Pemanfaatan Teknologi Informasi berpengaruh terhadap Akuntabilitas
Pengelolaan Dana Desa?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dirumuskan diatas, maka tujuan penelitian
ini sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengaruh Kompetensi Aparat terhadap Akuntabilitas
Pengelolaan Dana Desa.
2. Untuk mengetahui pengaruh Pemanfaatan Teknologi Informasi terhadap
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa.
8
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji Pengaruh Kompetensi Aparat dan
Pemanfaatan Teknologi Informasi terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa
(Studi Kasus Desa di Kecamatan Bua Kabupaten Luwu), hasil ini diharapkan dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan. Adapun manfaat dari
penelitian ini sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Sebagai bahan masukan bagi pemangku kepentingan untuk mengatasi masalah
yang ada dalam meningkatkan akuntabilitas pengelolaan dana desa, agar program
yang dilaksanakan dapat memberikan manfaat secara maksimal kepada
masyarakat dan menjadi salah satu pilar pembangunan sarana-prasarana desa
yang memadai.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini agar dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk penelitian bagi
para akademisi untuk mau melakukan kajian selanjutnya mengenai kompetensi
aparat dan pemanfaatan teknologi informasi dalam akuntabilitas pengelolaan
dana desa.
1.5 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian
Dalam penelitian ini melakukan pembatasan masalah dan ruang lingkup:
1. Penelitian ini dilakukan pada Desa di Kecamatan Bua Kabupaten Luwu.
2. Data yang diperoleh berasal dari responden yaitu aparat desa yang bekerja
dikantor desa melalui kuesioner.
9
3. Fokus penelitian dan alat analisis yang digunakan adalah kompetensi aparat,
pemanfaatan teknologi informasi, dan akuntabilitas pengelolaan dana desa di
Kecamatan Bua Kabupaten Luwu.
1.6 Sistematika Penulisan
Untuk menjelaskan gambaran singkat isi penelitian secara keseluruhan, maka
sistematika penulisan penelitian ini sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan, Bab ini berisi tentang Latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, Ruang lingkup dan batasan penelitian
serta sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan Pustaka, Bab ini berisi tentang landasan teori, penelitian terdahulu,
kerangka konseptual , serta hipotesis penelitian.
BAB III : Metode Penelitian, Bab ini berisi tentang penjelasan mengenai jenis dan
desain penelitian, lokasi dan waktu penelitian, populasi dan sampel, teknik
pengumpulan data, instrument penelitian, defenisi operasional variabel, dan analisis
data.
BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan, Bab ini berisi mengenai gambaran
umum penelitian yang dilakukan dan pembahasan dari data yang diperoleh.
BAB V : Penutup, Bab ini berisi kesimpulan dan saran untuk penelitian selanjutnya.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Stewardship
Teori Stewardship adalah teori yang menggambarkan situasi para manajer yang tidak
termotivasi oleh tujuan-tujuan individu tetapi lebih ditujukan pada sasaran hasil
utama mereka untuk kepentingan organisasi (Donaldson dan Davis, 1991) dalam
(Rismawati, 2019). Teori ini mempunyai dasar psikologi dan sosiologi yang telah
dirancang para eksekutif dalam perusahaan atau organisasi sebagai pelayan dapat
termotivasi untuk bertindak dengan cara terbaik sesuai keinginan pemerintah pusat
dan masyarakat. Teori stewardship mengasumsikan bahwa adanya hubungan kuat
antara kepuasan dan kesuksesan organisasi yang menggambarkan maksimalisasi
tujuan organisasi. Teori stewardship lebih cocok digunakan pada instansi pemerintah
yang tidak berorientasi pada laba namun lebih condong kepada pelayanan yang baik
untuk masyarakat (Rismawati, 2019).
Implikasi teori stewardship terhadap penelitian ini, dapat menjelaskan
eksistensi pemerintah desa (steward) sebagai suatu lembaga yang dapat dipercaya dan
bertindak sesuai dengan kepentingan publik dalam melaksanakan tugas dan fungsinya
dengan tepat untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. Teori Stewardship dalam
penelitian ini dapat dipahami dimana aparat desa sebagai steward menyediakan
laporan informasi keuangan yang akuntabel dan transparan sehingga menghasilkan
informasi yang berkualitas. Untuk mewujudkan akuntabilitas tersebut, dibutuhkan
kompetensi aparat pengelola dana desa yang memadai. Selain itu, untuk
11
mempermudah aparat dalam mengolah dan mempertanggungjawabkan kegiatan yang
dilakukan kepada masyarakat maka digunakan pula teknologi informasi dalam bentuk
sistem keuangan desa sehingga aparat akan dengan mudah menjalankan
kewajibannya sebagai steward untuk memberikan pelayanan kepada publik yaitu
masyarakat yang berperan sebagai principal.
2.2 Kompetensi Aparat
2.2.1 Definisi Kompetensi Aparat
Kompetensi dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk menghadapi situasi
dan keadaan di dalam pekerjaannya. Kompetensi seseorang dapat dilihat dari tingkat
kreativitas dan kemampuan yang dimilikinya serta inovasi-inovasi dalam
menyelesaikan suatu masalah (Nurdin dan Wijaya, 2019). Perangkat desa adalah
aparatur desa dibawah pimpinan kepala desa. Sebagai salah satu faktor pelaku desa,
perangkat desa mempunyai peran penting tersendiri dalam membuat kemajuan
bangsa melalui desa.
Kompetensi Aparat Pengelola Dana Desa adalah hal yang mutlak diperlukan
agar pengelolaan dana desa untuk pengembangan berbagai aspek dapat dicapai
dengan menggunakan kecerdasan, pengetahuan dan keterampilan serta perilaku untuk
mendorong pembangunan desa yang optimal (Mada et al.,2017) Sebagai syarat yang
dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas di bidang pekerjaan
tertentu maka ia harus memiliki pengetahuan, keterampilan, dan keahlian yang
berkaitan dengan pekerjaannya (Dewi dan Gayatri,2019).
12
Kemampuan pengelola dana desa menjadi syarat utama, agar sistem
akuntabilitas desa dapat berjalan dengan optimal. Sejak pemerintah pusat
menyerahkan desentralisasi fiskal kepada pemerintah daerah dan pemerintah daerah
menyerahkan ke pemerintah desa perlu persiapan untuk melaksanakan pengelolaan
dana desa. Salah satu aspek yang perlu dipersiapkan adalah sumber daya manusia
(Widyatama et al., 2017). Kompetensi sumber daya manusia merupakan suatu
karakteristik dari seseorang yang memiliki kemampuan khusus, keterampilan,
pengetahuan, dan memiliki suatu tanggung jawab. Menurut para ahli yang
mengatakan bahwa kompetensi adalah karakteristik yang mendasari seseorang untuk
mencapai kineja yang tinggi dalam pekerjaannya. Pegawai yang tidak memiliki
pengetahuan dan perilaku yang baik maka dalam pekerjaannya akan terhambat dan
mengakibatkan adanya pemborosan baik dari segi waktu, uang, dan tenaga
(Ningrum,2018).
Menurut Hutapea (2008) menyatakan bahwa ada tiga buah komponen utama
pembentukan kompetensi yaitu :
1. Pengetahuan
Pengetahuan (knowledge) adalah informasi yang dimiliki seorang pegawai untuk
melaksanakan tugas dan tanggung jawab sesuai bidang tertentu. Informasi yang
dimiliki seorang pegawai dapat digunakan untuk melaksanakan pekerjaan dalam
kondisi nyata. Berhasil atau tidaknya sebuah tugas akan dipengaruhi oleh seberapa
banyak pengetahuan yang dimiliki seorang pegawai. Maka dari itu pegawai yang
13
memiliki pengetahuan cukup baik akan lebih meningkatkan efesien kerja dalam
melaksanakaan tugasnya.
2. Keterampilan
Keterampilan (Skill) merupakan suatu upaya untuk melaksanakan tugas dan
tanggung jawab yang diberikan perusahaan kepada seorang pegawai dengan baik dan
maksimal. Misalnya keterampilan sama dengan memahami dan memotivasi orang
lain baik secara individu maupun kelompok. Di dalam melaksanakan tugasnya, selain
memiliki pengetahuan cukup pegawai juga memiliki keterampilan khusus.
Keterampilan ini diperlukan untuk menduduki jabatan tertentu, karena keterampilan
ini diperlukan saat berkomunikasi, memotivasi orang lain, maupun dalam
menjalankan tugansya agar terlaksana dengan mudah dan mencapai hasil yang sesuai
dengan tujuan perusahaan atau sebuah instansi.
3. Perilaku/Sikap
Sikap (attitude) merupakan pola tingkah laku seorang pegawai di dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sesuai dengan peraturan perusahaan.
Pegawai diharapkan memiliki sikap yang mendukung tujuan sebuah organsisasi
dalam perusahaan. Apabila pegawai sudah memiliki sikap tersebut maka secara
otomatis segala tugas yang dibebankan kepadanyaa akan dilaksanakan dengan sebaik-
baiknya. Pegawai akan merasa memiliki tanggung jawab penuh atas tugas yang telahi
diberikan.
14
2.2.2 Jenis-jenis Kompetensi
Berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 pasal 69 ayat (1), terdapat 3 jenis
kompetensi yaitu:
1. Kompetensi teknis yang diukur dari tingkat dan spesialisasi pendidikan, pelatihan
teknis fungsional dan pengalaman bekerja secara teknis.
2. Kompetensi manajerial yang diukur dari tingkat pendidikan, pelatihan struktual
atau manajemen, dan pengalaman kepemimpinan.
3. Kompetensi sosial kultural yang diukur dari pengalaman kerja berkaitan dengan
masyarakat majemuk dalam hal agama, suku, dan budaya sehingga memiliki
wawasan kebangsaan.
2.3 Pemanfaatan Teknologi Informasi
2.3.1 Definisi Pemanfaatan Teknologi Informasi
Pemanfaatan merupakan suatu penghadapan yang semata-mata menunjukkan
kegiatan menerima. Penghadapan tersebut pada umumnya mengarah pada perolehan
atau pemakaian hal-hal yang berguna baik di pergunakan secara langsung maupun
tidak langsung (Kurniawati,2017). Teknologi Informasi merupakan kumpulan dari
beberapa unsur teknologi seperti komputer, perangkat (hardware dan software),
database, jaringan, dan jenis lainnya yang berhubungan dengan teknologi. (Yudianto
dan Sugiarti, 2017) Pemanfaatan teknologi informasi merupakan keadaan atau sikap
seorang akuntan untuk menggunakan teknologi untuk menyelesaikan tugas dan
meningkatkan kinerjanya. Pemanfaatan teknologi informasi mencakup (pengolahan
data, pengolahan informasi, sistem manajemen dan proses kerja secara elektronik
15
(Perdana, 2018). Pemanfaatan teknologi menjadi hal yang penting dalam
mempermudah pekerjaan untuk mengelola data menjadi sebuah informasi sebagai
keperluan para pemegang kepentingan untuk mengambil tindakan atau keputusan
dalam memeberikan pelayanan yang baik kepada publik (Aulia, 2018).
Perkembangan teknologi semakin lama semakin meningkat. Teknologi
Informasi (TI) ini berkembang sejalan dengan perkembangan peradaban manusia.
Pemanfaatan teknologi informasi merupakan suatu proses pengolahan dan
penyebaran data dengan memanfaatkan alat perangkat komputer dan telekomunikasi
untuk kegiatan yang dilakukan seseorang. Teknologi informasi di Indonesia ikut
berkembang sejalan dengan perkembangan peradaban manusia yang semakin
modern. Berkembangnya teknologi informasi yang semakin maju akan memudahkan
penyusunan laporan keuangan dan pelaksanaan informasi keuangan karena memiliki
kekuatan yang lebih akurat dan tepat serta memiliki kemampuan menyimpan data
yang lebih besar. Pekerjaan yang dilakukan akan lebih efektif dan efisien.
Sebagaimana perkembangan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah dengan adanya
SIMDA (Sistem Informasi Manajemen Daerah) yang berubah menjadi SISKEUDES
(Sistem Keuangan Desa).
Aplikasi Sistem Keuangan Desa (Siskeudes) merupakan aplikasi yang
dikembangkan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dalam
rangka meningkatkan kualitas tata kelola keuangan desa. Fungsi dalam aplikasi
siskeudes menjadi sederhana dan mudah digunakan, memungkinkan pengguna untuk
mengoperasikan aplikasi ini dengan lebih mudah. Selama proses input berdasarkan
16
transaksi yang ada makan output yang dihasilkan dalam bentuk dokumen administrasi
dan laporan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Fitur-fitur yang
ada dalam aplikasi siskeudes dibuat sederhana dan user friendly sehingga
memudahkan pengguna dalam mengoperasikan aplikasi ini. Menurut (Watulingas et
al., 2019) Tujuan diterapkannya siskeudes adalah untuk memudahkan dalam
pelaporan keuangan, selain itu juga untuk menata kelola keuangan desa secara
optimal serta sebagai alat kendali pengelolaan keuangan desa. Adanya siskeudes
diharapkan dapat membantu kerja dari aparat desa itu sendiri, sehingga dalam kinerja
aparat desa semakin membaik dan penggunaan sistem tersebut dapat lebih efektif.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat kita simpulkan bahwa pemanfaatan
teknologi informasi merupakan penggunaan teknologi untuk mengelola data menjadi
sebuah informasi. Adapun salah satu pemanfaatan teknologi yang digunakan dalam
pemerintahan yaitu siskeudes, dimana siskeudes merupakan aplikasi untuk menginput
transaksi yang ada sehingga menghasilkan output berupa laporan yang akurat dan
tepat.
2.4 Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa
2.4.1 Definisi Akuntabilitas
Salah satu asas pengelolaan keuangan desa dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 20 tahun 2018 adalah akuntabilitas. Menurut (Fajri, 2015) Akuntabilitas
adalah kewajiban untuk menyampaikan pertanggungjawaban atau jawaban dan
menjelaskan kinerja dan perilaku pemimpin kolektif individu atau badan hukum serta
17
organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau kewenangan untuk meminta
informasi atau pertanggungjawaban.
Fenomena yang terjadi dalam perkembangan sektor publik di Indonesia
sekarang ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik,
baik di pusat maupun daerah. Menurut Mardiasmo (2010:20) menjelaskan bahwa
akuntabilitas dapat diartikan sebagai kewajiban pihak pemegang amanah (agent)
untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, dan
mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya
kepada pihak pemberi amanah (principal) yang memiliki hak dan kewenangan untuk
meminta pertanggungjawaban tersebut. Menurut Bastian (2010:385) akuntabilitas
dapat dimaknai sebagai kewajiban untuk menyampaikan pertanggungjawaban atau
untuk menjawab, menerangkan kinerja, dan tindakan seseorang/ badan hukum/
pimpinan kolektif atau organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau
berkewenangan untuk meminta keterangan atau pertanggunjawaban.
Akuntabilitas merupakan salah satu asas pengelolaan keuangan desa yang
berarti perwujudan kewajiban untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan dan
pengendalian sumber daya dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan dalam
rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan (BPKP, 2015). Asas akuntabel
yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir kegiatan penyelenggaraan
pemerintahan desa harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat desa
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (BPKP, 2015).
18
2.4.2 Jenis-jenis Akuntabilitas Publik
Mardiasmo (2010:20) menyebutkan bahwa akuntabilitas terdiri dari dua, yaitu:
1. Akuntabilitas vertikal (vertical accountability) merupakan pertanggungjawaban
atas pengelolaan dana kepada otoritas yang lebih tinggi, misalnya
pertanggungjawaban unit-unit (dinas) kepada pemerintah daerah,
pertanggungjawaban pemerintah daerah kepada pemerintah pusat.
2. Akuntabilitas horisontal (horizontal accountabiliy) merupakan
pertanggungjawaban kepada masyarakat luas baik secara langsung maupun
melalui lembaga perwakilan rakyat.
2.4.3 Dimensi Akuntabilitas
Beberapa dimensi akuntabilitas publik yang harus dimiliki oleh organisasi sektor
publik (Mardiasmo, 2010:20):
1. Akuntabilitas Kejujuran dan Akuntabilitas Hukum
Akuntabilitas kejujuran terkait dengan penghindaran penyalahgunaan
jabatan, sedangkan akuntabilitas hukum terkait dengan jaminan adanya kepatuhan
terhadap hukum dan peraturan lain yang disyaratkan dalam penggunaan sumber
daya publik.
2. Akuntabilitas Proses
Akuntabilitas proses terkait dengan apakah prosedur yang digunakan dalam
melaksanakan tugas sudah cukup baik dalam hal cakupan sistem informasi
akuntansi, sistem informasi manajemen, dan prosedur administrasi. Akuntabilitas
19
proses termanifestasi melalui pemberian pelayanan publik yang cepat, responsif
dan murah biaya.
3. Akuntabilitas Program
Akuntabilitas program terkait dengan pertimbangan apakah tujuan yang ditetapkan
dapat dicapai atau tidak, dan apakah telah mempertimbangkan alternatif proram
yang mempertimbangkan hasil yang optimal dengan biaya yang minimal.
4. Akuntabilitas Kebijakan
Akuntabilitas kebijakan terkait dengan pertanggungjawaban pemerintah, baik
pusat maupun daerah, atas kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah terhadap
DPR/DPRD dan masyarakat luas.
2.4.4 Pengelolaan Keuangan Dana Desa
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2018 tentang
keuangan desa adalah semua hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai dengan uang
serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan
hak dan kewajiban desa. Pengelolaan keuangan desa merupakan keseluruhan kegiatan
yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan pertanggung
jawaban keuangan desa. Adapun asas Pengelolaan keuangan desa dilaksanakan
sebagai berikut:
1. Transparan yaitu prinsip keterbukaaan yang memungkinkan masyarakat untuk
mengetahui dan mendapatkan akses informasi seluas-luasnya tentang keuangan
desa
20
2. Akuntabel yaitu perwujudan kewajiban untuk mempertanggungjawabkan
pengelolaan dan pengendalian sumber daya dan pelaksanaan kebijakan yang
dipercayakan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan
3. Partisipatif, yaitu penyelenggaraan pemerintah desa yang mengikutsertakan
kelembagaan desa dan unsur masyarakat desa.
4. Tertib dan disiplin anggaran yaitu pengelolaan keuangan desa harus mengacu pada
aturan atau pedoman yang melandasinya.
Rangkaian dan asas pengelolaan keuangan desa harus dilaksanakan dan
dipenuhi oleh setiap desa agar penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan
pembangunan desa, pembinaan masyarakat desa, dan pemberdayaan masyarakat desa
dapat berjalan sesuai dengan rencana, sehingga visi desa dan masyarakat yang
sejahtera dapat terwujud.
Berdasarkan UU No. 60 Tahun 2014 Dana Desa adalah dana yang bersumber
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diperuntukkan bagi Desa yang
ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota dan
digunakan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan
pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat. Dana
Desa dikelola secara tertib, taat pada ketentuan peraturan perundang-undangan,
efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan
rasa keadilan dan kepatuhan serta mengutamakan kepentingan masyarakat setempat.
Dana Desa diprioritaskan untuk membiayai belanja pembangunan dan pemberdayaan
masyarakat Desa. Penggunaan Dana Desa tertuang dalam prioritas belanja Desa yang
21
disepakati dalam musyawarah Desa. Dana Desa dialokasikan oleh Pemerintah Pusat
untuk Desa. Besaran dana desa ditentukan sebesar 10% dari dan di luar dana transfer
ke daerah secara bertahap. Dana Desa setiap Kabupaten/Kota dihitung berdasakan
jumlah Desa. Jumlah Desa ditetapkan oleh Menteri Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi.
Adapun kesimpulan mengenai Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa adalah
pengelolaan keuangan desa, yang dimana proses pengelolaan keuangan mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, pelaporan, penatausahaan, serta pertanggungjawaban
kepada masyarakat terkait pengelolaan dana desa yang dimana dana desa adalah dana
yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
2.4.5 Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Desa
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2018 menjelaskan bahwa
kekuasaan pengelolaan keuangan desa berada di tangan kepala desa yang dibantu
oleh Pelaksana Teknis Pengelola Keuangan Desa (PTPKD). Kepala desa adalah
pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan desa dan mewakili pemerintah desa
dalam kepemilikan kekayaan milik desa yang dipisahkan. Oleh karena itu, kepala
desa mempunyai kewenangan sebagai berikut:
1. Menyelenggarakan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan yang ditetapkan
bersama BPD.
2. Mengajukan rancangan peraturan Desa.
22
3. Menetapkan peraturan-peraturan yang telah mendapatkan persetujuan bersama
BPD.
4. Menyusun dan mengajukan rancangan peraturan desa mengnenai APB Desa untuk
dibahas dan ditetapkan bersama BPD.
5. Membina kehidupan masyarakat Desa dan membina ekonomi desa.
6. Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Kepala desa dalam melaksanakan pengelolaan keuangan desa dibantu oleh
Pelaksana Pengelolaan Keuangan Desa (PPKD) yang berasal dari unsur perangkat
desa yang ditetapkan dengan keputusan kepala desa. Unsur perangkat desa yang
dimaksud terdiri dari:
1. Sekertasis Desa
Tugas Pokok sekertaris desa yaitu Membantu Kepala Desa dalam mempersiapkan
dan melaksanakan pengelolaan administrasi Desa, mempersiapkan bahan penyusunan
laporan penyelenggaraan Pemerintah Desa. Selain itu adapun fungsinya sebagai
Penyelenggara kegiatan administrasi dan mempersiapkan bahan untuk kelancaran
tugas Kepala Desa, Melaksanakan tugas kepala desa apabila kepala desa
diberhentikan sementara, Penyiapan bahan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan
Desa, Pengkoordinasian Penyelenggaraan tugas-tugas urusan.
2. Badan Pemerintah Desa (BPD)
BPD mempunyai fungsi menetapkan peraturan desa bersama kepala desa,
menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat. Selain itu memiliki fungsi yaitu:
Membahas rancangan peraturan desa bersama kepala desa, Melaksanakan
23
pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan desa dan peraturan kepala desa, serta
Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian kepala desa.
3. Kepala Urusan Pemerintahan
Kaur pemerintahan memiliki Tugas Pokok yaitu Membantu Kepala Desa dalam
melaksanakan pengelolaan administrasi kependudukan, administrasi pertanahan,
pembinaan, ketentraman dan ketertiban masyarakat Desa, mempersiapkan bahan
perumusan kebijakan penataan, Kebijakan dalam Penyusunan produk hukum Desa.
Adapun fungsi dari kaur pemerintahan yaitu Pelaksanaan kegiatan administrasi
kependudukan, Persiapan bahan-bahan penyusunan rancangan peraturan Desa dan
keputusan Kepala Desa serta Persiapan bantuan dan melaksanakan kegiatan
kemasyarakatan yang berhubungan dengan upaya menciptakan ketentraman dan
ketertiban masyarakat dan pertahanan sipil.
4. Kepala Urusan Keuangan
Kaur Keuangan memiliki tugas pokok yaitu Membantu Sekretaris Desa dalam
melaksanakan pengelolaan sumber pendapatan Desa, pengelolaan administrasi
keuangan Desa dan mempersiapkan bahan penyusunan APB Desa. Adapun fungsi
dari kaur keuangan yaitu sebagai Pelaksanaan pengelolaan administrasi keuangan
Desa, Persiapan bahan penyusunan APB Desa, dan Pelaksanaan tugas lain yang
diberikan oleh Sekretaris Desa
5. Kepala Urusan Umum
Kaur umum memiliki tugas pokok yaitu Membantu Sekretaris Desa dalam
melaksanakan administrasi umum tata usaha dan kearsipan, pengelolaan inventaris
24
kekayaan desa, serta mempersiapkan bahan rapat dan laporan. Adapun fungsi dari
kaur umum yaitu Pelaksanaan pencatatan inventarisasi kekayaan Desa dan
Pelaksanaan pengelolaan administrasi umum.
6. Kepala Urusan Pembangunan
Kaur Pembangunan memiliki tugas pokok yaitu Membantu Kepala Desa dalam
melaksanakan bahan penyusunan perumusan kebijakan teknis pengembangan
ekonomi masyarakat dan potensi desa, mengembangkan pengelolaan administrasi
pembangunan, pengelolaan pelayanan masyarakat serta menyusun bahan usulan
kegiatan dan pelaksanaan tugas pembantuan.
Adapun fungsi dari kaur pembangunan yaitu Penyiapan bantuan-bantuan
analisa dan kajian perkembangan ekonomi masyarakat, Pelaksanaan kegiaatan
administrasi pembangunan, dan Pengelolaan tugas pembantuan.
7. Kepala Urusan Kesejahteraan Rakyat
Kaur Kesra memiliki tugas pokok yaitu Membantu Kepala Desa dalam melaksanakan
penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis Penyusunan Program Keagamaan serta
melaksanakan Program pemberdayaan masyarakat dan sosial kemasyarakatan. Selain
itu kaur kesra memiliki fungsi yaitu: Penyiapan bahan untuk pelaksanaan program
kegiatan keagamaan dan Penyiapan dan pelaksanaan program perkembangan
kehidupan beragama.
8. Kepala Dusun
Kepala Dusun memiliki tugas pokok yaitu membantu pelaksanaan tugas kepala desa
dalam wilayah kerjanya, melakukan pembinaan dalam rangka meningkatkan swadaya
25
dan gotong royong masyarakat, melakukan kegiatan penerangan tentang program
pemerintah kepada masyarakat, membantu kepala desa dalam pembinaan dan
mengkoordinasikan kegiatan RW (Rukun Wilayah) dan RT (Rukun Tetangga)
diwilayah kerjanya.
2.5 Penelitian Terdahulu
Berdasarkan penelitian terdahulu yang relevansi dengan kompetensi aparat dan
pemanfaatan teknologi informasi terhadap akuntabilitas pengelolaan dana desa dapat
dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu
No Nama dan Judul
Penelitian
Variabel dan Metode
Penelitian
Hasil Penelitian
1. Nurkhasanah (2019)
Pengaruh kompetensi
aparatur, partisipasi
masyarakat dan
pemanfaatan
teknologi informasi
terhadap
akuntaabilitas
pengelolaan dana
desa.
Variabel Independen:
1. kompetensi aparatur
2. partisipasi masyarakat
3. pemanfaatan
teknologi informasi.
Variabel Dependen:
Akuntabilitas
pengelolaan dana desa
Metode Penelitian:
Penelitian ini dilakukan
secara kuantitatif
dengan menggunakan
kuesioner dan dianalisis
menggunakan
analisis regresi
berganda.
Kompetensi aparatur tidak
berpengaruh positif terhadap
akuntabilitas pengelolaan dana
desa sedangkan pemanfaatan
teknologi informasi berpengaruh
positif dan signifikan terhadap
akuntabilitas pengelolaan dana
desa.
26
2. Siska Wahyuni,
Novita Indrawati,
dan Al Azhar L
(2018).
Pengaruh sistem
pengendalian intern,
sistem informasi
akuntansi, dan
kompetensi aparat
terhadap
akuntabilitas
pengelolaan alokasi
dana desa
Variabel Independen:
1. sistem pengendalian
intern.
2. Sistem informasi
akuntansi.
3. Kompetensi aparat
Variabel Dependen:
Akuntabilitas
pengelolaan alokasi
dana desa.
Metode Penelitian:
penelitian kuantitatif
dengan menggunakan
data primer.
Kompetensi aparat berpengaruh
positif terhadap akuntabilitas
pengelolaan alokasi dana desa
3. M Rizky Saputra
(2019).
Pengaruh kompetensi
aparatur desa,
pemanfaatan
teknologi informasi
dan partisipasi
masyarkat terhadap
akuntabilitas
pengelolaan
keuangan dana desa
Variabel Independen:
1. Kompetensi aparatur
desa.
2. Pemanfaatan
teknologi informasi.
3. Partisipasi masyarakat
Variabel Dependen:
Akuntabilitas
pengelolaan keuangan
dana desa
Metode Penelitian:
Penelitian kuantitatif
dengan menggunakan
regresi linear berganda
dengan bantuan SPSS
versi 23.
Secara simultan kompetensi
aparatur desa, pemanfaatan
teknologi informasi dan
partisipasi masyarkat
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap akuntabilitas
pengelolaan keuangan dana desa
4. Arif Widyatama, Variabel Independen: Kompetensi aparatur tidak
27
Lola Novita dan
Diarespati (2017).
Pengaruh kompetensi
dan sistem
pengendalian internal
terhadap
akuntabilitas
pemerintah desa
dalam mengelola
alokasi dana desa
1. Kompetensi.
2. Sistem pengendalian
intern.
Variabel Dependen:
Akuntabilitas
pemerintah desa dalam
mengelola alokasi dana
desa.
Metode Penelitian:
Penelitian ini
menggunakan
explanatory research
dan regresi linear
berganda dengan
bantuan program SPSS
versi 16.
berpengaruh signifikan terhadap
akuntabilitas dalam pengelolaan
Alokasi dana desa, sedangkan
sistem pengendalian internal
memberikan pengaruh positif
terhadap akuntabilitas
pengelolaan alokasi dana desa
5. Yasmi Nurdin dan
Irwan Wijaya (2019).
Pengaruh kompetensi
akuntansi aparat
pengelola dana desa
dan komitmen
organisasi
pemerintah desa
terhadap
akuntabilitas
pengelolaan dana
desa
Variabel Independen:
1. Kompetensi akuntansi
aparat.
2. Komitmen organisasi
pemerintah desa
Variabel Dependen:
Akuntabilitas
pengelolaan dana desa.
Metode Penelitian:
Penelitian kuantitatif
dengan rancangan
penelitian explanatory
dengan menggunakan
kousioner, dokumentasi
dan studi pustaka.
Kompetensi akuntansi aparat
pengelola dana desa berpengaruh
positif terhadap akuntabilitas
pengelolaan dana desa.
28
6. Tarjo (2019)
Pengaruh kompetensi
aparat desa dan
komitmen organisasi
terhadap
akuntabilitas dana
desa
Variabel Independen:
1. Kompetensi aparat
desa.
2. Komitmen organsisasi
Variabel Dependen:
Akuntabilitas dana desa.
Metode Penelitian:
Penelitian ini dilakukan
secara deskriptif
kuantitatif dengan
menggunakan regresi
linear berganda dan
bantuan aplikasi IBM
Statistik versi 20.
Hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa kompetensi
aparat desa berpengaruh positif
terhadap akuntabilitas dana desa
dengan nilai signifikasi
0,00<0,05.
7. Ni Komang Ayu
Julia Praba Dewi dan
Gayatri (2019)
Faktor-Faktor Yang
Berpengaruh Pada
Akuntabilitas
Pengelolaan Dana
Desa
Metode Penelitian:
Teknik analisis data
menggunakan uji
regresi linear berganda
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kompetensi perangkat
desa berpengaruh positif
terhadap akuntabilitas
pengelolaan dana desa
8. Aulia (2018)
Pengaruh
Kompetensi
Aparat Pengelola
Dana
Desa, Komitmen
Organisasi
Pemerintah
Desa, Pemanfaatan
Variabel Independen:
1. Kompetensi aparat
pengelola dana desa
2. Komitmen organisasi
pemerintah desa
3. Pemanfaatan
teknologi informasi
4. Partisipasi masyarakat
Variabel Dependen:
Kompetensi aparat pengelola
desa, komitmen organisasi
pemerintah desa, pemanfaatan
teknologi informasi, dan
partisipasi masyarakat
berpengaruh positif terhadap
akuntabilitas pengelolaan
dana desa.
29
Teknologi Informasi,
Dan
Partisipasi
Masyarakat
Terhadap
Akuntabilitas
Pengelolaan Dana
Desa
Akuntabilitas
pengelolaan dana desa.
Metode Penelitian:
Penelitian kuantitatif
dengan menggunakan
regresi linear berganda
dan teknik pengumpulan
data menggunakan
kuesioner.
2.6 Kerangka Konseptual
Berdasarkan uraian diatas, peneliti mengidentifikasi dua variabel independen dan satu
variabel dependen, yaitu: Kompetensi Aparat (X1), Pemanfaatan Teknologi Informasi
(X2), dan Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa (Y). Kerangka konseptual yang
digunakan dalam penelitian ini, dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
Kompetensi Aparat
(X1)
Akuntabilitas
Pengelolaan Dana
Desa (Y)
Pemanfaatan
Teknologi
Informasi (X2)
30
2.7 Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian
(Sugiyono,2012). Berdasarkan tinjauan diatas maka hipotesis yang akan diuji dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
2.7.1 Pengaruh Kompetensi Aparat Terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Dana
Desa.
Kompetensi Aparat merupakan karakteristik yang harus dimiliki aparat desa dengan
menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku untuk melaksanakan fungsi
atau kewenangannya. Aparat desa dengan kompetensi yang memadai akan
mendukung keberhasilan pengelolaan dana desa. Pemerintah desa sebagai steward
harus mampu patuh terhadap aturan terkait pengelolaan dana desa, terlebih jumlah
dana desa yang diterima desa selalu meningkat setiap tahun dan diawasi secara ketat
oleh pemerintah pusat. Pengelolaan dana desa masih memiliki banyak kendala dalam
pelaksananya, salah satunya dari faktor sumber daya manusia (Dewi dan Gayatri,
2019). Aparat yang kompeten akan menghasilkan output yang baik sesuai dengan
prinsip akuntabilitas. Sejalan dengan teori stewardship, aparat yang bertugas sebagai
pelayan memiliki kewajiban untuk melayani kepada masyarakat sebagai wujud
akuntabilitas. Sehingga pada saat pengambilan keputusan dalam penggunaan dana
desa akan menghasilkan keputusan yang terbaik guna memberikan pelayanan yang
terbaik sesuai dengan tugas yang diharapkan (Rismawati,2019).
31
Penelitian sebelumnya dilakukan oleh (Mada et al.,2017), menyatakan bahwa
kompetensi aparat pengelola dana desa berpengaruh positif dan signifikan terhadap
akuntabilitas pengelolaan dana desa. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh
(Widyatama et al.,2017) menyatakan bahwa kompetensi aparatur tidak berpengaruh
signifikan terhadap akuntabilitas pengelolaan alokasi dana desa. Berdasarkan konsep
dan bukti empiris yang diperoleh dari penelitian sebelumnya, maka hipotesis yang
diajukan yaitu:
H1 : Kompetensi Aparat berpengaruh positif terhadap Akuntabilitas Pengelolaan
Dana Desa.
2.7.2 Pengaruh Pemanfaatan Teknologi Informasi Terhadap Akuntabilitas
Pengelolaan Dana Desa.
Pemanfaatan teknologi informasi merupakan penggunaan teknologi untuk mengelola
data menjadi sebuah informasi. Pengelolaan desa yang baik dapat dilakukan dengan
memanfaatkan teknologi informasi yang sangat pesat kemajuannya, dengan
memanfaatkan Sistem Keuangan Desa maka informasi yang dibutuhkan oleh
masyarakat dapat tersedia dengan cepat dan akurat, tidak hanya masyarakat dengan
mudah mendapatkan informasi, pemerintah pusat juga dapat
dengan mudah memperoleh informasi guna meningkatkan potensi yang ada di desa
(Perdana, 2018). Selain itu pemanfaatan teknologi informasi dalam pengelolaan dana
desa akan mempermudah aparatur dalam mengolah dan mempertanggungjawabkan
kegiatan yang dilakukan kepada masyarakat.
32
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Yudianto dan Sugiarti, 2017),
menyatakan bahwa pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh signifikan terhadap
akuntabilitas pengelolaan dana desa. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh
(Karyadi, 2019) menyatakan bahwa pemanfaatan teknologi informasi tidak
berpengaruh terhadap akuntabilitas keuangan desa. Berdasarkan konsep dan bukti
empiris yang diperoleh dari penelitian sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan
yaitu:
H2 : Pemanfaatan Teknologi Informasi berpengaruh positif Terhadap Akuntabilitas
Pengelolaan Dana Desa.
33
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, sumber data yang digunakan data
primer, yang diperoleh melalui alat pengumpul data berupa kuisioner yang diedarkan
secara langsung. Kuisioner ini berisi berbagai pertanyaan dan pernyataan yang
berkaitan dengan variabel - variabel yang akan diteliti.
3.2 Lokasi Tempat dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian merupakan tempat dimana peneliti melakukan penelitian untuk
memperoleh data-data yang diperlukan. Dalam Penelitian ini dilakukan di desa se-
Kecamatan Bua Kabupaten Luwu. Adapun waktu yang dibutuhkan dalam penelitian
ini mulai dari bulan Juli sampai bulan Agustus Tahun 2020.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai
kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2017). Populasi yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu desa di Kecamatan Bua Kabupaten Luwu yang berjumlah 14.
34
3.3.2 Sampel Penelitian
Sampel merupakan kumpulan subjek yang mewakili populasi. Pengambilan sampel
dalam penelitian ini dilakukan dengan metode penyampelan nonprobabilitas
(nonprobability sampling) yaitu metode penyampelan tidak acak atau tidak
mempertimbangkan peluang. Salah satu tekniknya dengan metode purposive
sampling yaitu metode penyampelan dengan berdasar pada kriteria tertentu
(Chandrain, 2017). Adapun Kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
1. Perangkat desa yang terdiri dari kepala desa, sekertaris desa, kepala urusan
keuangan, kepala urusan umum, kepala urusan pembangunan, kepala seksi
pemerintahan, kepala seksi kesejahteraan masyarakat, dan kepala dusun.
2. Memiliki masa kerja 3 tahun dan tingkat pendidikan minimal SMA/SLTA
Sederajat.
3.4 Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer
merupakan data yang diperoleh langsung dari sumbernya atau objek penelitian. Data
primer biasanya diperoleh dengan wawancara langsung kepada subjek atau dengan
mengisi kuesioner (daftar pertanyaan) yang dijawab oleh subjek penelitian
(Purwanto, 2017).
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperkuat data yang diperoleh maka perlu adanya proses pengumpulan data.
Adapun hal-hal yang peneliti lakukan, yaitu:
35
a. Angket (kuesioner) merupakan metode pengumpulan data dengan mebuat daftar
pertanyaan dalam bentuk angket yang diajukan kepada aparat desa. Kuesioner
dalam penelitian ini disebarkan kepada seluruh aparat desa yang bekerja di
kantor desa kecamatan bua kabupaten luwu untuk di isi dan dikembalikan lagi
kepada penulis
b. Studi pustaka dibuat untuk mengumpulan data dan informasi dengan bantuan
bermacam-macam buku yang memberikan landasan bagi perumusan hipotesis ,
penyusan kuesioner, dan pembahasan teoritis.
3.6 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
Sesuai dengan judul penelitian yang diajukan mengenai Pengaruh Kompetensi Aparat
dan Pemanfaatan Teknologi Informasi Terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Dana
Desa di Kecamatan Bua Kabupaten Luwu, ada tiga variabel dalam penelitian ini.
Defenisi operasional variabel untuk masing-masing variabel yaitu sebagai berikut:
3.6.1 Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel terikat (dependent variable) adalah variabel yang variasinya dipengaruhi
oleh variasi variabel independent (Suliyanto, 2011). Variabel dependent yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa (Y).
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa adalah proses pengelolaan keuangan mulai dari
tahap perencanaan, pelaksanaan, pelaporan, penatausahaan, serta
pertanggungjawaban kepada masyarakat terkait pengelolaan dana desa yang dimana
dana desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN). Akuntabilitas pengelolaan dana desa diukur melalui angket
36
(kuesioner) menggunakan skala likert 1-5 poin dengan indikator menurut (Aulia,
2018) sebagai berikut: kejujuran dan keterbukaan informasi, kepatuhan dalam
pelaporan, kesesuaian prosedur, kecukupan informasi, dan ketepatan penyampaian
laporan.
3.6.2 Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel bebas (independent variable) adalah variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi penyebab besar kecilnya nilai variabel yang lain (Suliyanto, 2011).
Penelitian ini menggunakan dua variabel independen yaitu:
a. Kompetensi Aparat (X1) adalah kemampuan yang dimiliki aparat desa dengan
menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku untuk melaksanakan fungsi
atau kewenangannya. Kompetensi aparat diukur melalui angket (kuesioner)
menggunakan skala likert 1-5 poin dengan indikator menurut (Nurkhasanah, 2019)
sebagai berikut: pemahaman, keahlian teknis, pelatihan, inisiatif dalam bekerja, dan
kode etik kepegawian.
b. Pemanfaatan Teknologi Informasi (X2) merupakan kumpulan dari beberapa
unsur teknologi seperti komputer dan perangkatnya yang digunakan seseorang dalam
mengelola data keuangan desa menjadi sebuah informasi. Adapun salah satu
pemanfaatan teknologi yang digunakan dalam pemerintahan desa yaitu aplikasi
siskeudes, dimana siskeudes merupakan aplikasi untuk menginput transaksi yang ada
sehingga menghasilkan output berupa laporan yang akurat dan tepat. Pemanfaatan
teknologi informasi diukur melalui skala likert 1-5 poin dengan indikator menurut
37
(Komarasari, 2017) sebagai berikut: adanya software pendukung, ketersediaan
jaringan internet, dimanfaatkan sesuai ketentuan, dan proses terkomputerisasi.
3.7 Instrumen Penelitian
Adapun data dikumpulkan menggunakan angket dengan skala pengukuran yang
digunakan dalam penelitian ini adalah skala likert. Skala likert merupakan jenis skala
yang digunakan untuk mengatur tanggapan atau respon seseorang tentang obyek
sosial (Suliyanto, 2011). Skala likert ini terdiri dari:
Tabel 3.1 Alternatif Jawaban Dengan Skala Likert
Simbol Alternatif Jawaban Nilai
SS Sangat Setuju 5
S Setuju 4
N Netral 3
TS Tidak Setuju 2
STS Sangat Tidak Setuju 1
3.8 Analisis Data
Analisis data merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengetahui pengaruh
suatu variabel terhadap variabel yang lainnya, sehingga data yang terkumpul dapat
bermanfaat dan terlebih lagi diolah atau dianalisis agar dapat dijadikan sebagai acuan
dalam pengambilan keputusan. Untuk mendukung hasil penelitian, digunakan
software SPSS Statistic Version 23,0 untuk menganalisis data penelitian yang
diperoleh.
38
3.8.1 Uji Validitas dan reliabilitas
a. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner.
Suatu kuesioner valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu mengukur apa yang
diiginkan serta dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara lengkap.
Ada beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk mengetahui apakah suatu
kuesioner yang digunakan sudah tepat untuk mengukur apa yang ingin diukur, yaitu:
1. Membandingkan nilai r hitung dengan r tabel
a) Jika nilai r hitung > r tabel maka kuesioner dinyatakan valid
b) Jika nilai r hitung < r tabel maka kuesioner dinyatakan tidak valid
2. Melihat dari nilai signifikansi
a) Jika nilai signifikan < 0,05 maka kuesioner dinyatakan valid
b) Jika nilai signifikan > 0,05 maka kuesioner dinyatakan tidak valid
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah pengujian untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan
indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal
jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu
ke waktu. Teknik yang digunakan untuk mengukur reliabilitas pada penelitian ini
adalah dengan teknik alpha cronbach. Suatu variabel dikatakan reliabel jika
memberikan nilai cronbach alpha:
1) cronbach alpha < 0,60, maka reliabilitas dikatakan buruk.
2) cronbach alpha 0,60 – 0,79, maka reliabilitas dikatakan cukup.
39
3) cronbach alpha > 0,80 maka reliabilitas dikatakan baik Uji Reliabilitas
Jika nilai cronbach’s alpha > 0,60 maka kuesioner atau angket dinyatakan
reliabel atau konsisten dan jika nilai cronbach’s alpha < 0,60 maka kuesioner atau
angket dinyatakan tidak reliabel atau tidak konsisten.
3.8.2 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik untuk menguji suatu model yang termasuk layak atau tidak layak
digunakan dalam penelitian. Uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini
adalah uji normalitas, uji multikolinearitas, dan uji heterokedastisitas.
a. Uji Normalitas
Normalitas dimaksudkan untuk menguji apakah nilai residual yang telah
distandarisasi pada model regresi berdistribusi normal atau tidak. Nilai residual
terstandarisasi yang berdistribusi normal jika digambarkan dengan bentuk kurva akan
membentuk gambar lonceng (bell-shaped curve) yang kedua sisinya melebar sampai
tidak terhingga atau dengan melihat hasil dari uji Kolmogorof Smirnov. Jika
probabilitas > 0,05 maka data penelitian berdistribusi normal (Suliyanto, 2011).
b. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi yang
terbentuk ada korelasi yang tinggi atau sempurna di antara variabel bebas atau tidak.
Salah satu cara untuk mendeteksi multikolinearitas adalah dengan melihat VIF
(Variance Inflation Factor) dan TOL (Tolerance).
1) Jika nilai tolerance > 0,10 dan VIF < 10, maka dapat diartikan bahwa tidak
terdapat multikolineritas pada peneltian tersebut.
40
2) Jika nilai tolerance < 0,10 dan VIF > 10, maka terjadi gangguan
multikolineritas pada peneltian tersebut (Suliyanto, 2011).
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas berarti ada varian variabel model regresi yang tidak sama
(konstan). Untuk mengetahui adanya heteroskedastisitas adalah dengan melihat ada
atau tidaknya pola tertentu pada grafik Scatter Plot dengan keuntungan:
1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu yang
teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan
telah terjadi heteroskedastisitas.
2) Jika ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0
pada sumbu y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Suliyanto, 2011).
3.8.3 Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis regresi linier berganda digunakan untuk menaksir bagaimana keadaan (naik
turunnya) variabel dependen, bila dua atau lebih variabel independen sebagai faktor
prediktor dimanipulasi (naik turunnya nilai) (Sugiyono, 2012). yaitu pengaruh
kompetensi aparat (X1) dan pemanfaatan teknologi informasi (X2) terhadap
akuntabilitas pengelolaan dana desa (Y). Adapun rumus regresi linier berganda
adalah sebagai berikut:
Y = a +b1X1+b2X2
Keterangan:
Y : Variabel dependent (akuntabilitas pengelolaan dana desa)
a : Koefisien regresi (konstanta)
41
b1 : Koefisien regresi Kompetensi aparat
b2 : Koefisien regresi Pemanfaatan teknologi informasi
X1 : Variabel independent (Kompetensi aparat)
X2 : Variabel independent (Pemanfaatan teknologi informasi)
a. Secara Parsial (Uji T)
Uji T adalah pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah koefisien regresi
signifikan atau tidak, nilai thitung digunakan untuk menguji pengaruh secara parsial
(per variabel) terhadap variabel terikatnya. Apakah variabel tersebut memiliki
pengaruh terhadap variabel terikatnya atau tidak (Suliyanto, 2011).
b. Secara Simultan(Uji F)
Uji F digunakan untuk menguji pengaruh secara simultan variabel bebas terhadap
variabel tergantungnya. Jika variabel bebas berpengaruh secara simultan terhadap
variabel tergantungnya maka model persamaan regresi masuk dalam kriteria cocok.
Sebaliknya, jika tidak terdapat pengaruh secara simultan maka masuk dalam kategori
tidak cocok (Suliyanto, 2011).
c. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi adalah nilai kontribusi variabel bebas terhadap variabel
terikatnya. Semakin besar koefisien determinasi, maka semakin besar kemampuan
variabel bebas dalam menjelaskan variasi perubahan pada variabel terikatnya.
Ada beberapa kelemahan pada Koefisien determinasi yakni bias terhadap total
variabel yang dimasukkan dalam model regresi, dimana setiap penambahan satu
variabel bebas dan pengamatan dalam model akan menaikkan nilai R2 meskipun
42
variabel yang dimasukkan itu tidak memilliki pengaruh yang signifikan terhadap
variabel terikatnya. Untuk mengurangi kelemahan ini maka harus digunakan
koefisien determinasi yang telah disesuaikan, Adjusted R Square (R2adj). Koefesien
Determinasi yang telah disesuaikan hal ini berarti telah dapat digunakan dengan
memasukkan unsur jumlah variabel dan ukuran sampel yang digunakan. Dengan
menggunakan koefisien determinasi yang telah disesuaikan, maka nilai koefisien
determinasi yang disesuaikan itu dapat naik atau turun akibat adanya penambahan
variabel baru dalam model (Suliyanto, 2011).
43
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kabupaten Luwu merupakan salah satu daerah yang berada di Sulawesi Selatan yang
mempunyai luas wilayah 3.000,25 km2 yang terdiri dari 21 kecamatan, 19 kelurahan,
dan 208 desa. Adapun objek dari penelitian ini yaitu di kecamatan Bua yang
merupakan bagian dari kabupaten luwu terdiri dari 14 Desa yaitu : Desa Lare-Lare
yang terdiri dari 4 Dusun, jumlah penduduk sebanyak 1.923 jiwa dengan luas
wilayah 23,26 km2. Desa Toddopuli yang terdiri dari 4 dusun, Jumlah penduduk
sebanyak 1.272 jiwa dengan luas wilayah 24,20 km2. Desa Karang-karangan yang
terdiri dari 4 dusun, Jumlah penduduk sebanyak 1.524 jiwa, dengan luas wilayah
20,55 km2. Desa Bukit Harapan terdiri dari 4 dusun, jumlah penduduk sebanyak
1.088 jiwa dengan luas wilayah 9,98 km2. Desa Lengkong terdiri dari 5 dusun,
jumlah penduduk sebanyak 1.982 jiwa dengan luas wilayah 10,61 km2. Desa puty
terdiri dari 5 dusun, jumlah penduduk sebanyak 5.110 jiwa dengan luas wilayah
17,23 km2. Desa raja yang terdiri dari 4 dusun, jumlah penduduk sebanyak 3.524 jiwa
dengan luas wilayah 2,63 km2. Desa pammesakkang yang terdiri dari 3 dusun, jumlah
penduduk sebanyak 1.096 jiwa dengan luas wilayah 2,64 km2. Desa Tanarigella yang
terdiri dari 4 dusun, jumlah penduduk sebanyak 1.805 jiwa dengan luas wilayah 6,69
km2. Desa Pabaressang yang terdiri dari 4 dusun, Jumlah penduduk sebanyak 1.785
jiwa dengan luas wilayah 5,06 km2. Desa Barowa yang terdiri dari 4 dusun, jumlah
44
penduduk sebanyak 2.139 jiwa dengan luas wilayah 5,61 km2. Desa padang kalua
yang terdiri 3 dusun, jumlah penduduk sebanyak 1.395 jiwa dengan luas wilayah 4,32
km2. Desa Tiromanda yang terdiri dari 6 dusun, Jumlah penduduk sebanyak 2.599
jiwa dengan luas wilayah 33,39 km2. Desa Posi yang terdiri dari 5 dusun, jumlah
penduduk sebanyak 1.325 jiwa dengan luas wilayah 26,01 km2.
VISI :
“Menciptakan Desa yang Maju, Teratur, Bersih, Aman dan Sehat,
Pelaksanaan Pemerintahan yang baik, Transparan, dan Peningkatan Pelayanan
Kepada masyarakat lebih baik”.
MISI :
1. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk hidup bersih, sehat, dan produktif
2. Penataan lingkungan permukiman miskin
3. Meningkatkan persatuan dan kesatuan masyarakat dan umat beragama untuk
menciptakan kedamaian, ketentraman, serta kebersihan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
4. Mewujudkan sistem kerjasama masyarakat dan gotong royong.
5. Menciptakan lapangan kerja sebagai wujud peningkatan kesejahteraan warga desa
berbudaya dan berakhlak mulia.
4.2 Struktur Organisasi
Struktur organisasi menggambarkan hubungan antara berbagai bagian sesuai dengan
struktur yang ada dan bagaimana secara formal membagi, mengelompokkan dan
45
mengkoordinasikan pekerjaan ketika menetapkan kegiatan untuk mencapai tujuan.
Berikut ini gambar struktur organisasi desa sebagai berikut:
Gambar 4.1 Struktur Organisasi
4.3 Gambaran Umum Responden
Responden dalam penelitian ini adalah aparat desa yang bekerja di kantor desa se-
Kecamatan Bua Kabupaten Luwu. Pengumpulan data pada penelitian ini dengan cara
menyebarkan kuesioner pada kantor desa yang berjumlah 14 dan diberikan pada
aparat desa yang menjadi sampel dalam penelitian ini.
Tabel 4.1 Analisis Tingkat Pengembalian Kuesioner
No Keterangan Jumlah Kousioner Presentase %
1. Kuesioner yang disebar 112 100%
2. Kuesioner yang tidak
kembali
29 26%
3. Kuesioner yang kembali dan
dapat diolah
83 74%
Sumber : Data Primer yang diolah (2020)
KAUR
UMUM
Dusun l
KAUR
PEM
BPD
KAUR
KEU
Sekretaris
Kepala Desa
KAUR
PEMBANGUN
AN
KAUR KESRA
& PLYNAN
Dusun lll Dusun ll
STRUKTUR ORGANISASI
46
Tabel 4.1 menunjukkan tingkat pengembalian kuesioner yang menjadi sampel
dalam penelitian ini sebesar 100% (112 kuesioner). Namun ada beberapa kuesioner
yang tidak kembali sebesar 26% (29 kuesioner). Jadi, kuesioner yang kembali dan
dapat diolah sebesar 74% (83 kuesioner) yang berarti bahwa tingkat pengembalian
kuesioner tinggi.
Tabel 4.2 Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis kelamin Frekuensi Persentase
Laki-Laki 56 67%
Perempuan 27 33%
Jumlah 83 100%
Sumber : Data Primer yang diolah (2020)
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa dari 83 responden, 67% atau 56 responden
berjenis kelamin laki-laki dan 33% atau 27 responden berjenis kelamin perempuan.
Jadi jumlah sampel terbanyak berdasarkan jenis kelamin dalam penelitian ini adalah
Laki-Laki.
Tabel 4.3 Komposisi Responden Berdasarkan Usia
Usia Frekuensi Persentase
≤ 40 41 50%
41-50 20 24%
≥ 51 22 26%
Jumlah 83 100%
Sumber : Data Primer yang diolah (2020)
Tabel 4.3 menunjukkan karakteristik responden yang dikelompokkan
berdasarkan usia. Berdasarkan tabel diatas, responden dalam penelitian ini sebanyak
47
41 orang di bawah usia 40 tahun, terhitung 50% dari total jumlah responden.
Kemudian ada 20 responden (24%) berusia 41-50 tahun. Sementara itu, terdapat 22
responden yang berusia diatas 50 tahun, terhitung 26% dari total jumlah responden.
Tabel 4.4 Komposisi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Pendidikan Terakhir Frekuensi Persentase
SMA/SMK 55 66%
Diploma 2 2%
S1 23 28%
S2 3 4%
Jumlah 83 100%
Sumber : Data Primer yang diolah (2020)
Tabel 4.4 menunjukkan karakteristik responden yang dikelompokkan
berdasarkan tingkat pendidikan. Responden yang menajdi sampel dalam penelitian ini
pada tingkat pendidikan SMA/SMK sebanyak 55 orang atau sebesar 66%. Pada
tingkat pendidikan Diploma sebanyak 2 orang atau sebesar 2%. Kemudian pada
tingkat pendidikan S1 sebanyak 23 orang atau sebesar 28% sedangkan pada tingkat
S2 sebanyak 3 orang atau sebesar 4% dari total 83 responden penelitian.
4.4 Hasil Uji Validitas
Uji validitas data digunakan untuk mengetahui tingkat valid atau sahnya suatu
kuesioner. Uji kualitas data digunakan pada variabel-variabel yang diteliti baik
variabel independen maupun dependen. Data dinyatakan valid apabila nilai r hitung >
dari r tabel pada signifikansi 0,05 (5%). Berikut ini adalah hasil uji validitas pada
masing-masing variabel.
48
Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas
Variabel Item r hitung r tabel Keterangan
Kompetensi
Aparat (X1)
X1.1 0,606 0,1796 Valid
X1.2 0,781 0,1796 Valid
X1.3 0,804 0,1796 Valid
X1.4 0,496 0,1796 Valid
X1.5 0,844 0,1796 Valid
X1.6 0,593 0,1796 Valid
X1.7 0,471 0,1796 Valid
Pemanfaatan
Teknologi
Informasi (X2)
X2.1 0,836 0,1796 Valid
X2.2 0,565 0,1796 Valid
X2.3 0,803 0,1796 Valid
X2.4 0,546 0,1796 Valid
X2.5 0,696 0,1796 Valid
X2.6 0,836 0,1796 Valid
X2.7 0,587 0,1796 Valid
Akuntabilitas
Pengelolaan Dana
Desa (Y)
Y.1 0,777 0,1796 Valid
Y.2 0,722 0,1796 Valid
Y.3 0,844 0,1796 Valid
Y.4 0,714 0,1796 Valid
Y.5 0,825 0,1796 Valid
Y.6 0,729 0,1796 Valid
Y.7 0,818 0,1796 Valid Sumber : Data Primer diolah SPSS Tahun 2020
Tabel 4.5 menunjukkan validitas data dari butir-butir pernyataan pada
kousioner. Berdasarkan hasil pengujian validitas diatas dapat dilihat bahwa semua
item pernyataan di dalam masing-masing variabel yang diuji dinyatakan valid karena
nilai r hitung > r tabel pada signifikansi 0,05 (5%).
4.5 Hasil Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur suatu kuesioner yang
merupakan indikator dari variabel. Suatu kuesioner dikatakan reliabel jika jawaban
dari responden itu stabil dari waktu ke waktu. Nilai untuk mengukur reliabilitas
49
dengan melihat Crobanch’s Alpha (α). Suatu konstruk dinyatakan reliabel jika
memiliki Crobanch’s Alpha > 0,60.
Tabel 4.6 Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Cronbach’s
Alpha
Batas
Reliabilitas Keterangan
Kompetensi Aparat (X1) 0,765 0,60 Reliabel
Pemanfaatan Teknologi Informasi
(X2)
0,774 0,60 Reliabel
Akuntabilitas Pengelolaan Dana
Desa (Y)
0,789 0,60 Reliabel
Sumber: Data primer diolah SPSS tahun 2020
Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa hasil pengujian realibilitas secara
keseluruhan variabel yang digunakan dalam penelitian ini memiliki Cronbach’s
Alpha > 0,60. Hal ini dapat disimpulkan bahwa semua variabel dalam penelitian ini
dinyatakan reliabel.
4.6 Hasil Uji Asumsi Klasik
Data yang akan dianalisis dengan menggunakan statistik uji tertentu harus di uji
asumsi klasik terlebih dahulu. Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah data
memenuhi syarat atau tidak untuk di analisis lebih lanjut. Ada beberapa uji asumsi
klasik sebagai berikut:
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas adalah salah satu bagian dari uji asumsi klasik yang bertujuan untuk
mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Normalitas dapat dilihat pada
grafik histogram dan normal probability plot. Data dikatakan normal apabila gambar
histogram berbentuk kurva yang menyerupai lonceng yang kedua sisinya seimbang
50
dan data dinyatakan normal apabila titik-titik data searah mengikuti garis diagonal
pada gambar p-plot.
Gambar 4.2 Histogram
Gambar 4.3 Normal P-Plot
51
Gambar 4.2 menunjukkan hasil uji normalitas dengan gambar histogram. Pada
gambar diatas dapat disimpulkan bahwa grafik histogram memberikan pola distribusi
normal karena bentuk kurvanya menyerupai lonceng sedangkan Gambar 4.3
menunjukkan hasil uji normalitas pada grafik normal p-plot. Pada gambar grafik
normal p-plot, dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar dan mengikuti garis
diagonalnya. Sehingga, kedua grafik ini menunjukkan bahwa model regresi
memenuhi asumsi normalitas.
Adapun uji statistik yang dapat dilihat dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov
untuk menguji apakah nilai residual berdistribusi normal atau tidak. Berikut ini hasil
uji Kolmogorov-Smirnov:
Tabel 4.7 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 83
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std.
Deviation 2,26681924
Most Extreme Differences Absolute ,059
Positive ,042
Negative -,059
Test Statistic ,059
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
Sumber: Data primer diolah SPSS tahun 2020
Berdasarkan tabel 4.7 hasil pengujian statistik One Sample Kolmogrov-Smirnov
menunjukkan bagian signifikan dengan nilai sebesar 0,200 artinya nilai tersebut lebih
besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai residual terstandarisasi
dinyatakan menyebar secara normal atau memenuhi syarat uji normalitas.
52
b. Uji Multikolonieritas
Uji Multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi antar variabel
independen berkolerasi tinggi atau sempurna. Model regresi yang baik seharusnya
tidak terjadi korelasi antar variabel independen. Dalam penelitian ini uji
multikolonieritas dapat dilihat dengan menggunakan nilai Tolerance dan VIF
(Variance Inflation Factor) dengan hasil sebagai berikut:
Tabel 4.8 Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 2.233 3.354 .666 .507
KompetensiAparat .634 .126 .525 5.030 .000 .600 1.667
TeknologiInformasi .253 .117 .226 2.161 .034 .600 1.667
a. Dependent Variable: Akuntabilitas
Tabel 4.8 menunjukkan hasil uji multikolinearitas. Jika nilai tolerance > 0,10
dan VIF < 10, maka dapat diartikan bahwa semua variabel dalam penelitian ini
memenuhi asumsi bebas multikolinearitas. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel
X1 dan X2 untuk nilai tolerance sebesar 0,600 > 0,10 dan nilai VIF pada variabel X1
dan X2 sebesar 1,667 < 10. Hal ini membuktikan bahwa dalam penelitian ini tidak
terjadi multikolinearitas.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi terjadi
variance dari residual satu pengamatan ke yang lainnya, hal tersebut dapat diketahui
53
dengan menggunakan Grafik Plot, apabila titik-titik menyebar di atas sumbu dan
dibawah angka 0 pada sumbu Y maka tidak terjadi Heteroskedastisitas.
Gambar 4.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Berdasarkan gambar 4.4 dapat disimpulkan bahwa terjadi perbedaan variance
residual karena plot-plot pada gambar tersebut tersebar, tidak berkumpul pada satu
titik saja dan juga tidak membentuk suatu pola, Hal ini dapat disimpulkan bahwa
tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi tersebut.
4.7 Hasil Uji Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
pengaruh dua atau lebih variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y).
Model persamaan regresi yang baik adalah yang dapat memenuhi semua persyaratan
asumsi klasik, yaitu semua data berdistribusi normal, model regresi harus bebas dari
gejala multikolinearitas dan data harus terbebas dari heteroskedastisitas. Hasil
pengolahan data analisis regresi linear berganda dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
54
Tabel 4.9 Hasil Uji Regresi Linear Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 2.233 3.354 .666 .507
KompetensiAparat .634 .126 .525 5.030 .000
TeknologiInformasi .253 .117 .226 2.161 .034
a. Dependent Variable: Akuntabilitas
Sumber: Data primer diolah SPSS tahun 2020
Berdasarkan tabel 4.9 diatas, terdapat nilai koefisien regresi dengan melihat
hasil pada tabel coefficients pada kolom unstandardized pada kolom B. Dalam kolom
tersebut terdapat nilai constant (konstanta) sebesar 2,233 sedangkan nilai koefisien
regresi untuk Kompetensi Aparat (X1) = 0,634, dan Pemanfaatan Teknologi
Informasi (X2) = 0,253. Berdasarkan hasil uji diatas maka dapat dirumuskan bahwa
model persamaan regresi berganda dalam penelitian ini akan diinterpretasikan makna
dari model persamaan tersebut. Adapun model persamaan regresi dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
Sehingga persamaan regresi menjadi :
a. Hasil Parsial (Uji T)
Y = a + b1X1 + b2X2 + e
Y = 2,233 + 0,634 X1 + 0,253 X2 + e
55
Uji T digunakan untuk menguji hipotesis secara parsial seberapa besar pengaruh
antara satu atau dua variabel independen (Kompetensi Aparat dan Pemanfaatan
Teknologi Informasi) dengan variabel dependennya (Akuntabilitas Pengelolaan Dana
Desa). Berikut hasil uji T sebagai berikut:
Tabel 4.10 Hasil Uji Parsial (T)
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 2.233 3.354 .666 .507
KompetensiAparat .634 .126 .525 5.030 .000
TeknologiInformasi .253 .117 .226 2.161 .034
a. Dependent Variable: Akuntabilitas
Sumber: Data primer diolah SPSS tahun 2020
Berdasarkan tabel 4.10, Pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t
diperoleh hasil sebagai berikut:
a. Variabel Kompetensi Aparat (X1) menunjukkan nilai t hitung > t tabel (5,030 >
1,66388) atau sig < α (0,000 < 0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa
Kompetensi aparat memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap akuntabilitas
pengelolaan dana desa.
b. Variabel Pemanfaatan Teknologi Informasi (X2) menunjukkan nilai t hitung > t tabel
(2,161 > 1,66388) atau sig < α (0,034 < 0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa
variabel Pemanfaatan teknologi informasi memiliki pengaruh positif dan
signifikan terhadap akuntabilitas pengelolaan dana desa.
56
b. Hasil Uji Simultan (Uji F)
Uji F menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan ke dalam
model memiliki pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Hasil
pengujian F dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.11 Hasil Uji Simultan (F)
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 383.802 2 191.901 36.435 .000b
Residual 421.354 80 5.267
Total 805.157 82
a. Dependent Variable: Akuntabilitas b. Predictors: (Constant), TeknologiInformasi, KompetensiAparat
Sumber: Data primer diolah SPSS tahun 2020
Berdasarkan tabel 4.11 untuk menentukan nilai F maka nilai Fhitung>ftabel. Nilai
Ftabel yaitu 3.11 sedangkan nilai Fhitung sebesar 36.435 dengan signifikansi sebesar
0,000 lebih kecil dari taraf signifikansi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
0,05 (0,000 < 0,05). Sehingga variabel bebas kompetensi aparat dan pemanfaatan
teknologi informasi berpengaruh signifikan secara simultan (bersama-sama)
terhadap variabel akuntabilitas pengelolaan dana desa.
c. Hasil Uji Koefesien Determinasi (R2)
Uji koefisien determinasi dalam regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui
seberapa besar kontribusi pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependennya. Berikut hasil olah data untuk kofisien determinasi.
57
Tabel 4.12 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate
1 .690a .477 .464 2.295
a. Predictors: (Constant), TeknologiInformasi, KompetensiAparat
Sumber: Data primer diolah SPSS tahun 2020
Berdasarkan tabel 4.12 menunjukkan nilai R Square sebesar 0,477 atau 47,7%.
Hal ini berarti kemampuan variabel independen yang terdiri dari kompetensi aparat
dan pemanfaatan teknologi informasi dalam menjelaskan variabel dependen yaitu
akuntabilitas pengelolaan dana desa sebesar 47,7% sedangkan sisanya di jelaskan
oleh variabel lain yang tidak diteliti.
4.8 Pembahasan Hasil Penelitian
Berikut ini adalah hasil pembahasan Kompetensi Aparat (X1) dan Pemanfaatan
Teknologi Informasi (X2) Terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa (Y) pada
desa Kecamatan Bua Kabupaten Luwu.
a. Pengaruh Kompetensi Aparat terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Dana
Desa
Berdasarkan hasil pengujian statistik menunjukkan bahwa secara parsial dan simultan
variabel Kompetensi Aparat (X1) berpengaruh positif terhadap akuntabilitas
pengelolaan dana desa (Y). Hal ini menunjukkan bahwa apabila kompetensi dari
aparat desa meningkat maka semakin bagus pula akuntabilitas pengelolaan dana desa
pada Pemerintah Desa di Kecamatan Bua Kabupaten Luwu. Kompetensi aparat
58
merupakan karakteristik yang harus dimiliki aparat desa dengan menggunkan
pengetahuan, keterampilan, dan perilaku untuk melaksanakan fungsi dan
tanggungjawabnya untuk mencapai tujuan organisasi.
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori stewardship dimana Pemerintah desa
berperan sebagai steward mampu mempertanggungjawabkan dana desa yang dikelola
kepada masyarakat yang berperan sebagai principal. Kompetensi aparat sangat
memiliki pengaruh besar terhadap akuntabilitas pengelolaan dana desa yang berarti
jika aparat desa memiliki keahlian dan pengetahuan dalam mengelola keuangan desa
maka proses pengelolaan keuangan akan semakin berkualitas. Hal ini dapat dilihat
dari Pemerintah Desa Kecamatan Bua yang memiliki integritas tinggi yang mampu
mempertanggungjawabkan tugas dan wewenangnya sebagai pihak pengelola dana
desa kepada masyarakat agar tidak terjadi penyelewengan anggaran dengan
membuktikan adanya laporan pertanggungjawaban yang bersih dan melaporkannya
secara tepat waktu.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Dewi dan
Gayatri, 2019) dan (Mada et al., 2017) menyatakan bahwa kompetensi aparat
pengelola dana desa berpengaruh positif dan signifikan terhadap akuntabilitas
pengelolaan dana desa. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh (Tarjo, 2019)
mengemukakan hasil bahwa kompetensi aparat desa berpengaruh signifikan terhadap
akuntabilitas pengelolaan dana desa. Hal ini membuktikan bahwa kompetensi atau
kemampuan dari aparat desa akan menunjang kelancaran dalam penggunaan dana
59
desa dan dapat dipertanggungjawabkan. Karena dengan memiliki kemampuan yang
memadai dalam mengelola dana desa, maka akan mengurangi tingkat kesalahan.
b. Pengaruh Pemanfaatan Teknologi Informasi Terhadap Akuntabilitas
Pengelolaan Dana Desa
Berdasarkan hasil pengujian statistik menunjukkan bahwa secara parsial dan simultan
variabel Pemanfaatan Teknologi Informasi (X2) berpengaruh terhadap akuntabilitas
pengelolaan dana desa (Y). Hasil temuan ini membuktikan bahwa Penerapan
teknologi informasi bagi suatu instansi pemerintahan menjadi kebutuhan yang
penting karena memberikan kemudahan kepada pengguna untuk mengakses data
yang dibutuhkan dalam organisasi pemerintahan. Teknologi informasi salah satunya
yaitu teknologi komputer yang dapat digunakan sebagai alat bantu kerja dalam proses
penyusunan laporan keuangan pemerintah desa.
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori stewardship bahwa masyarakat adalah
principal sedangkan pemerintah desa adalah steward. Dimana Pemerintah desa akan
selalu menerapkan prinsip akuntabilitas dalam pengelolaan dana desa dengan
transparansi kepada masyarakat sebagai wujud tanggungjawabnya. Prinsip
akuntabilitas dapat dilaksanakan dengan pemberian tugas yang terstruktur dan
tersistem dengan baik. Penggunaan komputer ini dapat memberikan pengaruh besar
terhadap keberlangsungan kegiatan yang dilakukan aparat desa, diantaranya dapat
melakukan pemrosesan data dan mengelola dokumen secara keseluruhan.
Pemanfaatan teknologi informasi pada Pemerintah Desa di Kecamatan Bua
Kabupaten Luwu sudah dikatakan baik. Hal ini dapat dilihat dari tersedianya
60
komputer dengan jumlah yang cukup di setiap desa. Komputer sebagai alat bantu
kerja dalam proses penyusunan laporan keuangan dana desa melalui sistem keuangan
desa yang dapat membantu aparat untuk menginput atau mengolah data secara
terkomputerisasi dan lebih cepat daripada menggunakan cara manual. Pemanfaatan
komputer ini mempunyai keunggulan dalam keakuratan dan ketepatan hasil output
data sehingga akan mengurangi kesalahan yang terjadi.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Aulia, 2018)
menyatakan bahwa pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh positif terhadap
akuntabilitas pengelolaan dana desa. Hal ini berarti bahwa semakin bagus
pemanfaatan teknologi informasi dalam proses keuangan desa maka akan semakin
akurat, tepat waktu, transparan dan akuntabel pelaporan keuangan desa tersebut dan
pertanggungjawaban keuangan desa akan semakin baik. Kemudian penelitian yang
dilakukan oleh (Yudianto dan Sugiarti, 2017) menyatakan bahwa pemanfaatan
teknologi informasi berpengaruh signifikan terhadap akuntabilitas pengelolaan dana
desa. (Rismawati, 2019) menyatakan bahwa pemanfaatan teknologi informasi
berpengaruh positif terhadap akuntabilitas pengelolaan dana desa.
61
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa data
berdistribusi secara normal. Hal ini dapat dilihat dari uji yang telah dilakukan yaitu
uji normalitas, uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas menunjukkan bahwa tidak
ada variabel yang menyimpang dari uji asumsi klasik, sehingga data yang diperoleh
memenuhi persyaratan menggunakan model persamaan analisis regresi linear
berganda.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kompetensi aparat dan
pemanfaatan teknologi informasi terhadap akuntabilitas pengelolaan dana desa di
Kecamatan Bua Kabupaten Luwu. Berdasarkan hasil analisis data yang telah
dilakukan, maka diambil kesimpulan sebagai berikut:
a. Kompetensi Aparat berpengaruh positif dan signifikan terhadap akuntabilitas
pengelolaan dana desa.
b. Pemanfaatan Teknologi Informasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap
akuntabilitas pengelolaan dana desa.
c. Kompetensi Aparat dan Pemanfaatan Teknologi Informasi berpengaruh secara
simultan (bersama-sama) terhadap akuntabilitas pengelolaan dana desa.
62
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah ditunjukkan, beberapa saran
yang diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya,
antara lain:
a. Penelitian selanjutnya dapat memilih kuesioner yang dapat dipahami oleh
responden dan pada saat pembagian kuesioner harap dijelaskan terlebih dahulu
agar mendapatkan respon dan hasil yang baik.
b. Disarankan untuk menambahkan metode survey dengan mendatangi langsung
atau melakukan wawancara terhadap responden yang menjadi sampel penelitian
c. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan penelitian dengan
menambahkan variabel yang mempengaruhi Akuntabilitas Pengelolaan Dana
Desa.
63
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M. H., & Samad, A. (2019). Pengaruh Sistem Informasi Keuangan Desa
(SISKEUDES) Terhadap Kinerja Kepala Desa (Studi Kasus Desa Tokaka,
Kecamatan Gane Barat Utara, Kabupaten Halmahera Selatan). IJIS-Indonesian
Journal On Information System, 4(1).
Anto, R. P., & Amir, M. (2017). Competence of Village Apparatus In Management of
Village Funds in North Konawe Regency-Indonesia. IOSR Journal of Business
and Management (IOSR-JBM), 19 (11), 66, 71.
Aulia, P. (2018). Pengaruh Kompetensi Aparat Pengelola Dana Desa, Komitmen
Organisasi Pemerintah Desa, Pemanfaatan Teknologi Informasi, Dan Partisipasi
Masyarakat Terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa. JOM FEB Riau
University, Pekanbaru, Indonesia, 1(3), 2339-0492.
Batian, I. (2010). Sistem Akuntansi Sektor Publik. Penerbit Salemba Empat. Jakarta
Chandrain, Grahita. 2017. Metode Riset Akuntansi Pendekatan Kuantitatif, Jakarta: Salemba Empat
Dewi, N. K. A. J. P., & Gayatri, G. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Pada
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa. E-Jurnal Akuntansi, 1269-1298.
Fajri, R. (2015). Akuntabilitas Pemerintah Desa pada Pengelolaan Alokasi Dana Desa
(Studi Pada Kantor Desa Ketindan, Kecamatan Lawang, Kabupaten
Malang). Jurnal Administrasi Publik, 3(7), 1099-1104.
Ghozali, I. (2011). Aplikasi analisis multivariate dengan program IBM SPSS (edisi
kelima). Semarang: Universitas Semarang.
https://www.antaranews.com/berita/1229132/penyalahgunaan-dana-desa-di-sulsel-
capai-53-perkara (Diakses pada tanggal 3 Maret 2020)
https://databoks.katadata.co.id/datapublishembed/113037/inilah-alokasi-transfer-ke-
daerah-dan-dana-desa-pada-2020 (Diakses pada tanggal 3 Maret 2020)
https://republika.co.id/berita/ekonomi/desa-bangkit/19/01/14/plb08p368-mendes-
paparkan-pemanfaatan-teknologi-internet-untuk-desa (diakses pada tanggal 27
Februari 2020)
64
Hutapea, Thoha. 2008. Kompetensi Plus. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum.
Indrianasari, N. T. (2017). Peran Perangkat Desa Dalam Akuntabilitas Pengelolaan
Keuangan Desa (Studi Pada Desa Karangsari Kecamatan Sukodono). Jurnal
Ilmiah Akuntansi Keuangan Dan Pajak, 1(2), 29–46.
Larastika Medianti,Pengaruh Kompetensi Aparatur, Komitmen Organisasi, dan
Partisipasi Masyarakat terhadap Pengelolaan Dana Desa. JOM FEB (Volume
1 Edisi 1, Januari-Juni 2018), h.2
Karyadi, M. (2019). Pengaruh Sistem Pengendalian Intern, Pemanfatan Teknologi
Informasi, dan Kompetensi Sumber Daya Manusia Terhadap Akuntabilitas
Keuangan Desa (studi di kecamtan aikmel dan kecamtan lenek tahun 2018).
Kurniawati, D. (2017). Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi Oleh
Perangkat Desa Gandulan Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung. Jurnal
Pendidikan Administrasi Perkantoran-S1, 6(4), 374-386.
Komarasari, W. (2017). Pengaruh Kapasitas Sumber Daya Manusia, Pemanfaatan Teknologi Informasi Dan Pengendalian Intern Akuntansi Terhadap
Keterandalan Pelaporan Keuangan Daerah (Pada SKPD Kabupaten Bantul Bagian Akuntansi dan Keuangan). Jurnal Akuntansi, Repository UPY.
Mada, S., Kalangi, L., & Gamaliel, H. (2017). Pengaruh Kompetensi Aparat
Pengelola Dana Desa, Komitmen Organisasi Pemerintah Desa, dan Partisipasi
Masyarakat Terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa Di Kabupaten
Gorontalo. JURNAL RISET AKUNTANSI DAN AUDITING"
GOODWILL", 8(2).
Masruhin, A., & Kaukab, M. E. (2019). Pengaruh Kompetensi Aparatur, Komitmen
Organisasi, Partisipasi Masyarakat, dan Kejelasan Sasaran Anggaran Terhadap
Pengelolaan Dana Desa (studi empiris pada perangkat desa di kecamatan
mojotengah kabupaten wonosobo). Journal of Economic, Business and
Engineering (JEBE), 1(1), 118-130.
Mardiasmo, (2010). Akuntansi Sektor Publik. Edisi Pertama. Penerbit Andi.
Yogyakarta.
Ningrum, K. K. (2018). Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia, Pemanfaatan
Teknologi Informasi, Dan Sistem Pengendalian Intern Terhadap Kualitas
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Kebumen.
Nurdin, Y., & Wijaya, I. (2019). Pengaruh Kompetensi Akuntansi Aparat Pengelola
Dana Desa Dan Komitmen Organisasi Pemerintah Desa Terhadap Akuntabilitas
Pengelolaan Dana Desa (Studi Pada Kecamatan Sinjai Selatan Kabupaten
65
Sinjai). Accounting, Accountability, and Organization System (AAOS) Journal,
1(1), 1–10.
Nurkhasanah, N. (2019). Pengaruh kompetensi aparatur, partisipasi masyarakat dan
pemanfaatan teknologi informasi terhadap akuntabilitas pengelolaan dana desa:
studi kasus Desa di Kecamatan Pancur Kab. Rembang (Doctoral dissertation,
UIN Walisongo).
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2018 Tentang Pengelolaan
Keuangan Desa.
Perdana, Khaeril. 2018. Pengaruh Kompetensi Aparat Pengelola Dana Desa.
Komitmen Organisasi Pemerintah Desa. Partisipasi Masyarakat. Dan
Pemanfaatan Teknologi Informasi Terhadap Akuntabilitas Pengelolaan
Dana Desa Di Kabupaten Bantul.).Jurnal Akuntansi, Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta
Purwanto, S. 2017. Statistika untuk Ekonomi dan Keuangan Modern. Salemba
Empat. Jakarta.
Rismawati, T. (2019). Pengaruh Kompetensi Aparat Pengelola Dana Desa,
Komitmen organisasi Pemerintah Desa, Partisipasi Masyarakat, Pemanfaatan
Teknologi Informasi, Dan Sistem Pengendalian Internal Terhadap Akuntabilitas
Pengelolaan Dana, (Doctoral dissertation, Skripsi, Universitas Muhammadiyah
Magelang).
Saputra, M. R. (2019). Pengaruh Kompetensi Aparatur Desa, Pemanfaatan Teknologi
Informasi dan Partisipasi Masyarakat Terhadap Akuntabilitas Pengelolaan
Keuangan Dana Desa di Kec. Rambutan Kab. Banyuasin Provinsi Sumatera
Selatan (doctoral dissertation, Politeknik Negeri Sriwijaya).
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
_______ (2017). Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta. Bandung
Suliyanto. 2011. Ekonometrika Terapan: Teori dan Aplikasi dengan SPSS. CV. Andi
Offset. Yogyakarta.
Sugiarti, E., & Yudianto, I. (2017, July). Analisis Faktor Kompetensi Sumber Daya
Manusia, Pemanfaatan Teknologi Informasi, dan Partisipasi Penganggaran
Terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa (Survei Pada Desa-desa di
Wilayah Kecamatan Klari, Kecamatan Karawang Timur, Kecamatan Majalaya
dan Kecamatan Rengasdengklok Kabupaten Karawang). Seminar Nasional
Akuntansi dan Bisnis (SNAB), Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama.
66
Susilatri, S., Azlina, N., & Fransiska, F. (2015). Pengaruh Sumber Daya Manusia,
Pengawasan Keuangan Daerah, Pemanfaatan Teknologi Informasi dan
Komitmen Organisasi terhadap Keandalan Pelaporan Keuangan Pemerintah
Daerah (Studi pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Labuhan
Batu) (Doctoral dissertation, Riau University).
Tarjo, T. (2019). Pengaruh Kompetensi Aparat Desa dan Komitmen Organisasi
Terhadap Akuntabilitas Dana Desa. Jurnal Ilmiah Tata Sejuta STIA
Mataram, 5(2), 25-41.
UU Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
UU Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara
UU Nomor 60 Tahun 2014 Tentang Dana Desa
Wahyuni, S., Indrawati, N., & Al Azhar, A. Pengaruh Sistem Pengendalian Intern,
Sistem Informasi Akuntansi, dan Kompetensi Aparat Terhadap Akuntabilitas
Pengelolaan Alokasi Dana Desa: Studi Empiris Desa-Desa di Kabupaten Rokan
Hulu. Jurnal ekonomi, 26(3).
Watulingas, P., Kalangi, L., & Suwetja, I. G. (2019). Peranan Sistem Keuangan Desa
terhadap Kinerja Pemerintah Desa (Studi kasus di Desa Kapataran Kecamatan
Lembean Timur Kabupaten Minahasa). Indonesia Accounting Journal, 1(2),
105-111.
Widyatama, A., Novita, L., & Diarespati, D. (2017). Pengaruh Kompetensi dan
Sistem Pengendalian Internal terhadap Akuntabilitas Pemerintah Desa dalam
Mengelola Alokasi Dana Desa (ADD). Berkala Akuntansi dan Keuangan
Indonesia, 2(2).