27
BAB I LANDASAN TEORI 1.1. Prosedur Merancang Produksi 1 Pada kenyataannya, proses merancang produksi mencakup sejumlah kegiatan dan dalam perusahaan besar, melibatkan sejumlah orang atau departemen. Beberapa gagasan tentang ruang lingkup seluruh prosedur, dari awal sampai akhir. Proses perancangan produksi menyeluruh merupakan tanggung jawab bersama dari beberapa fungsi organisasi, dan usaha usaha sungguh- sungguh harus dilakukan untuk menjamin suatu program kerjasama yang lancar antara beberapa fungsi lewat hubungan organisasional dan prosedur operasi. Bagian perancangan proses didalam prosedur perancangan produksi dapat dinyatakan sebagai berikut: 1. Analisa produk atau jasa 2. Penentuan operasi (produksi) apa yang diperlukan untuk memproduksi ataupun untuk melaksanakannya. 3. Bagaimana semua itu akan dilaksanakan 4. Mesin, peralatan, perkakas dan fasilitas apa yang diperlukan 1 Apple, James.1999. Tata Letak Fasilitas dan Pemindahan Bahan. Bandung: Penrerbit ITB. Hal 52-53

Bab I (Modul Perencanaan Proses)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

PERENCANAAN PROSES

Citation preview

Page 1: Bab I (Modul Perencanaan Proses)

BAB I

LANDASAN TEORI

1.1. Prosedur Merancang Produksi1

Pada kenyataannya, proses merancang produksi mencakup sejumlah

kegiatan dan dalam perusahaan besar, melibatkan sejumlah orang atau

departemen. Beberapa gagasan tentang ruang lingkup seluruh prosedur, dari awal

sampai akhir. Proses perancangan produksi menyeluruh merupakan tanggung

jawab bersama dari beberapa fungsi organisasi, dan usaha usaha sungguh-sungguh

harus dilakukan untuk menjamin suatu program kerjasama yang lancar antara

beberapa fungsi lewat hubungan organisasional dan prosedur operasi. Bagian

perancangan proses didalam prosedur perancangan produksi dapat dinyatakan

sebagai berikut:

1. Analisa produk atau jasa

2. Penentuan operasi (produksi) apa yang diperlukan untuk memproduksi

ataupun untuk melaksanakannya.

3. Bagaimana semua itu akan dilaksanakan

4. Mesin, peralatan, perkakas dan fasilitas apa yang diperlukan

5. Patokan baku apa yang akan mengatur kelaksanaan hasilan

Fungsi perancanaan proses biasanya menghasilkan:

1. Sketsa operasional

2. Pengurutan atau spesifikasi

3. Gambar tata letak perkakas

4. Lembaran operasi

5. Lembaran instruksi rincian operasi

6. Gambar awal tataletak tempat-kerja

7. Sketsa awal tataletak

1 Apple, James.1999. Tata Letak Fasilitas dan Pemindahan Bahan. Bandung: Penrerbit ITB. Hal 52-53

Page 2: Bab I (Modul Perencanaan Proses)

Fungsi perancangan proses mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

1. Perencanaan pra-produksi

2. Pengkajian kelayakan proses

3. Pengkajian kemampuan proses

4. Pengkajian kapasitas proses

5. Pengembangan peralatan dan proses

6. Rancangan proses

7. Pengembangan dan rancangan peralatan dan perkakas

8. Evaluasi operasi produksi

9. Perancangan operasi pengerjaan ulang atau operasi tambahan

10. Perkakas ongkos produksi

11. Analisa kapasitas pengilangan

12. Persiapan bagi perubahan produk, model, dan rancangan

13. Kemasan serta metode dan proses pengepakan

14. Perencanaan jangka panjang sehubungan dengan peralatan

15. Prosedur perencanaan

1.2. Jenis-jenis Sistem Produksi

1.2.1. Sistem Produksi Menurut Proses Menghasilkan Output2

Proses produksi merupakan cara, metode dan teknik untuk menciptakan

atau menambah kegunaan suatu produk dengan mengoptimalkan sumber daya

produksi (tenaga kerja, mesin, bahan baku, dana) yang ada. Sistem produksi

menurut proses menghasilkan output secara ekstrim dapat dibedakan menjadi dua

jenis, yaitu:

a. Proses produksi kontinu (Continious Process).

b. Proses produksi terputus (Intermitten Process/Discrete System).

Perbedaan pokok antara kedua proses ini adalah pada lamanya waktu set-

up peralatan produksi. Proses kontinu tidak memerlukan waktu set-up yang lama

karena proses ini memproduksi secara terus-menerus untuk jenis produksi yang

sama, misalnya pabrik susu instant Dancow. Sedangkan proses terputus

2 Ginting, Rosnani. 2007. Sistem Produksi. Medan : Graha Ilmu. Hal 10-20

Page 3: Bab I (Modul Perencanaan Proses)

memerlukan total waktu set-up yanng lebih lama karena proses ini memproduksi

berbagai jenis spesifikasi baranng sesuai pesanan, sehingga adanya barang

pergantian jenis barang yang diproduksi akan membutuhkan kegiatan set-up yang

berbeda. Contoh dari proses terputus antara lain adalah usaha perbengkelan.

Jenis perbengkelan ini akan mempengaruhi tata letak fasilitas dari

peralatan produksi. Ada dua macam tata letak dasar yang dapat kita

identifikasikan, yaitu tata letak berdasarkan produk (product layout). Tata letak

berdasarkan produk digunakan bila kita memproduksi satu jenis produk yang

standar yang dibuat secara massal. Masing-masing unit output membutuhkan

urutan operasi yang sama dari awal hingga akhir pengerjaan sehingga pusat-pusat

kerja (kumpulan mesin) dan fasilitas produksi lainnya akan diatur menurut urutan

operasi yang dibutuhkan dalam satu lintasan produksi . Pada tata letak model ini,

proses operasi pembuatan produk (urutan dan waktu yang dibutuhkan ) ditetapkan

terlebih dahulu. Setelah itu, kita baru menyusun urutan mesin-mesinnya.

Contoh lain dari tata letak berdasarkan produk adalah perakitan mobil.

Tata letak berdasarkan proses sangat tetap digunakan untuk proses produksi

terputus dimana aliran kerjanya tidak bersifat standar untuk semua output yang

dihasilkan. Ketikdakstandaran aliran kerja ini terjadi dikarenakan variasi produk

yang dihasilkan ataupun variasi produk dari satu tipe dasar yang digunakan.

Dalam tata letak berdasarkan proses ini, pusat-pusat pemrosesan (kumpulan

mesin) atau departemen-departemen dikelompokkan sesuai dengan fungsinya.

Tata letak berdasarkan proses biasanya terdapat pada pabrik yang bekerja dengan

sistem operasi berdasarkan pesanan (Make to Order/MTO) dan sistem aliran

operasi batch.

Dalam konteks manufaktur , proses produksi terputus disebut juga sistem

job shop. Selain dua jenis ekstrim tersebut, beberapa ahli sistem produksi

mengidentifiakasikan adanya proses produksi menurut cara menghasilkan output

yang cukup penting, yaitu proses produksi repetitif. Heizer (1988) mendefenisikan

proses produksi repetitif sebagai kombinasi antara proses kontinu dan proses

terputus. Proses repetitif menggunakan tahap-tahap yang telah ditetapkan. Tahap-

tahap ini merupakan bagian atau komponen yang telah dipersiapkan sebelumnya,

Page 4: Bab I (Modul Perencanaan Proses)

biasanya terjadi pada proses kontinu. Lintasan proses kontinu merupakan lintasan

perakitan yang klasik. Proses repetitif digunakan secara meluas, termasuk pada

perakitan untuk pembuatan mobil dan alat-alat rumah tangga, baik yang

menggunakan sistem MRP (Material Requirement Planning) maupun sistem

Kanban. Kantin makanan yang menjual burger cepat saji merupakan salah satu

contoh proses repetitif. Mereka biasa menawarkan kepada konsumen “Kami akan

buat sesuai selera Anda”.

Hal ini berarti bahwa mereka akan mempersiapkan apa yang konsumen

inginkan, dalam batas-batas yang bisa dilakukan. Cara ini merupakan proses

repetitif dengan menggunakan modul-modul, dimana karakteristik produk yang

dihasilkan adalah lebih khusus dibandingkan proses kontinu. Sebagai

gambaran:takaran keju,saos cabe, dan bawang pada kantin tersebut dibuat sesuai

permintaan konsumen. Dengan cara ini, maka proses repetitif memperoleh

keunggulan ekonomis dari model kontinu (banyaknya modul-modul yang

dipersiapkan) dan keunggulan umum dari model terputus (volume rendah, variasi

model tinggi).

Karakteristik dari proses produksi yang terus-menerus (continuous

process) adalah sebagai berikut :

1. Biasanya produk yang dihasilkan dalam jumlah yang besar (produksi

massal) dengan variasi yang sangat sedikit dan sudah distandarisasi.

2. Proses seperti ini biasanya menggunakan sistem atau cara penyusunan

peralatan berdasarkan urutan pengerjaan dari produk yang dihasilkan

(product layout) atau departementalisasi berdasarkan produk.

3. Mesin-mesin yang dipakai dalam proses produksi seperti ini adalah

mesin-mesin yang bersifat khusus untuk menghasilkan produk tersebut, yang

dikenal dengan nama Special Purpose Machine.

4. Oleh karena mesin-mesin bersifat khusus dan biasanya semi otomatis,

maka pengaruh individual operatornya terhadap produk yang dihasilkan kecil

sekali, sehingga operatornya tidak perlu mempunyai keahlian atau

keterampilan yang lebih tinggi untuk pengerjaan produk tersebut.

Page 5: Bab I (Modul Perencanaan Proses)

5. Apabila terjadi salah satu mesin/peralatan terhenti atau rusak, maka

seluruh proses produksi akan berhenti.

6. Oleh karena mesin-mesinnya bersifat khusus dan variasi dari

produknya kecil maka job structure-nya sedikit dan jumlah tenaga kerjanya

tidak perlu banyak.

7. Persediaan bahan baku dan bahan dalam proses adalah lebih rendah

dibandingkan dengan proses produksi terputus (Intermitten Process).

8. Oleh karena mesin-mesin yang dipakai bersifat khusus, maka proses

seperti ini membutuhkan ahli pemeliharaan yang mempunyai pengetahuan

dan pengalaman yang banyak.

9. Biasanya bahan-bahan dipindahkan dengan peralatan yang tetap (Fixed

Path Equipment) yang menggunakan tenaga mesin seperti ban berjalan

(conveyor).

Karakteristik dari proses produksi yang terputus (Intermitten Process)

adalah :

1. Biasanya produk yang dihasilkan dalam jumlah yang sangat kecil

dengan variasi yang sangat besar dan didasarkan atas pesanan (Make to

Order/MTO).

2. Proses seperti ini biasanya menggunakan sistem, atau cara

penyusunan peralatan yang berdasarkan atas fungsi dalam proses produksi,

dimana peralatan yang sama dikelompokkan pada tempat yang sama, yang

disebut dengan proses layout atau departementalisasi berdasarkan peralatan.

3. Mesin-mesin yang dipakai dalam proses produksi seperti ini adalah

mesen-mesin yang bersifat umum yang dapat digunakan kuntuk

menghasilkan bermacam-macam produk dengan variasi yang hampir sama,

mesin mana dikenal dengan nama General Purpose Machine.

4. Oleh karena mesin-mesinnya bersifat umum dan biasanya semi

otomatis, maka pengaruh individual operator terhadap produk yang dihasilkan

sangat besar, sehingga operatornya perlu mempunyai keahlian atau

keterampilan yang tinggi dalam pengerjaan produk tersebut.

Page 6: Bab I (Modul Perencanaan Proses)

5. Proses produksi tidak akan mudah terhenti walaupun terjadi

kerusakan atau terhentinya salah satu mesin atau peralatan.

6. Oleh karena mesin-mesinnya bersufat umum dan variasi dari

produknya besar, maka terdapat pekerjaan yang bermacam-macam, sehingga

pengawasannya lebih sulit.

7. Persediaan bahan baku biasanya tinggi, karena tidak dapat ditentukan

pesanan apa yang akan dipesan oleh pembeli dan juga persediaan bahan

dalam proses akan lebih tinggi dibandingkan proses kontinu, karena

prosesnya terputus-putus/terhenti-henti.

8. Biasanya bahan-bahan dipindahkan dengan peralatan handling yang

bersifat fleksibel (Varied Path Equipment ) dengan menggunakan tenaga

manusia seperti kereta sorong atau forklift.

9. Dalam proses seperti ini sering dilakukan pemindahan bahan yang

bolak balik sehingga perlu ruangan gerak (aisle) yang besar dan ruang tempat

bahan-bahan dalam proses (work in process) yang besar.

Karakteristik dari proses produksi repetitif (Repetitive Process) adalah :

1. Biasanya produk yang dihasilkan modul-modul, dimana modul-modul

tersebut akan menjadi modul bagi produk lainnya.

2. Memerlukan sedikit tempat penyimpanan dengan ukuran medium atau

lebar untuk lintasan perpindahan materialnya dibandingkan dengan proses

terputus, tetapi masih lebih banyak bila dibandingkan dengan proses kontinu.

3. Mesin dan peralatan yang dipakai dalam proses produksi seperti ini

adalah mesin dan peralatan tetap yang bersifat khusus untuk masing-masing

lintasan perakitan yang tertentu.

4. Oleh karena mesin-mesinnya bersifat tetap dan khusus, maka pengaruh

individual operator terhadap produk yang dihasilkan cukup besar, sehingga

operatornya perlu memiliki keahlian atau keterampilan yang menengah

dalam pengerjaan produk tersebut.

5. Proses produksi akan sedikit terganggu (terhenti) bila terjadi kerusakan

atau terhentinya salah satu mesin atau peralatan.

Page 7: Bab I (Modul Perencanaan Proses)

6. Operasi-operasi yang berulang akan mengurangi kebutuhan pelatihan

dan perubahan instruksi-instruksi kerja.

7. Sistem persediaan ataupun pembeliaannya bersifat tepat waktu (Just In

ime).

8. Biasanya bahan-bahan dipindahkan dengan peralatan handling yang

bersifat tetap dan otomatis, seperti konveyor, mesin-mesin transfer,dan lain-

lain.

Masing-masing jenis produksi yang telah disebutkan memiliki beberapa

kekurangan dan kelebihan. Untuk bagian berikut ini, kita akan membahas

kekurangan dan kelebihan dari dua jenis produksi yang ekstrim saja, yaitu proses

kontinu dan proses terputus. Karena proses repetitif merupakan bentuk

pertengahan dari kedua bentuk ekstrim tersebut, maka kekurangan dan

kelebihannya bisa kita simpulkan sendiri dari kedua bentuk ekstrim tersebut.

Adapun kekurangan dari proses produksi yang terus menerus adalah :

1. Adanya kesulitan dalam menghadapi perubahan produk yang diminta oleh

konsumen dan langganan. Jadi proses produksi seperti ini adalah khusus

untuk menghasilkan produk-produk yang bersifat sebagai berikut:

a. Permintaan tinggi dan stabil.

b. Disain produksi tidak mudah berubah.

2. Proses produksi mudah terhenti, karena apabila terjadi kemacetan pada

suatu tingkatan proses (di awal, di tengah atau di belakang), maka

kemungkinan proses produksi akan terhenti. Hal ini disebabkan adanya saling

hubungan dan urut-urutan antara masing-masing tingkatan proses.

3. Adanya kesulitan dalam menghadapi perubahan tingkat permintaan,

karena biasanya tingkat produksinya ( production rate ) telah terhenti,

sehingga sangat sulit untuk merubah kapasitas.

Sedangkan kelebihan dari proses produksi yang terus menerus adalah :

1. Dapat dicapainya biaya produksi per unit (unit production cost) yang

rendah apabila:

a. Dapat dihasilkan produk dalam volume yang cukup besar.

b. Produk yang dihasilkan terstandarisasi.

Page 8: Bab I (Modul Perencanaan Proses)

2. Dapat dikuranginya pemborosan-pemborosan dari pemakaian tenaga

manusia terutama karena sistem pemindahan bahan yang menggunakan

tenaga mesin atau listrik.

3. Biaya tenaga kerja (labour cost) rendah karena jumlah tenaga kerja yang

digunakan sedikit dan tidak memerlukan tenaga yang ahli (cukup yang

setengah ahli) dalam mengerjakan produk yang dihasilkan.

4. Biaya pemindahan bahan didalam pabrik juga lebih rendah, karena jarak

antara mesin yang satu dengan mesin yang lain lebih pendek dan pemindahan

tersebut digerakkan dengan mesin (mekanisasi).

Adapun kekurangan dari proses produksi yang terputus adalah:

1. Penjadwalan dan routing untuk pengerjaan produk yang dihasilkan sangat

sukar dilakukan karena adanya kombinasi urutan pengerjaan yang banyak

sekali didalam memproduksi satu macam produk. Disamping itu, dibutuhkan

penjadwalan dan routing yang banyak sekali karena produk yang dihasilkan

berbed-beda bergantung pemesanan.

2. Oleh karena pengerjaan penjadwalan dan routing banyak sekali dan sulit

dilakukan maka pengawasan produksi (production control) dalam proses

produksi seperti sangat sulit dilakukan.

3. Dibutuhkan investasi yang cukup besar dalam persediaan bahan baku dan

bahan-bahan dalam proses, karena prosesnya terputus-putus dan produk yang

dihasilkan tergantung dari pesanan.

4. Biaya operator dan biaya pemindahan bahan sangat tinggi, karena banyak

dipergunakan tenaga manusia dan operator yang dibutuhkan adalah operator

yang ahli dalam pengerjaan produk tersebut.

Sedangkan kelebihan dari proses produksi terputus adalah:

1. Mempunyai fleksibilitas yang tinggi dalam menghadapi perubahan produk

dengan variasi yang cukup besar. Fleksibilitas ini diperoleh terutama dari:

a. Sistem penyusunan fasilitas (layout) yang berbentuk process layout.

b. Jenis mesin yang digunakan dalam proses bersifat umum (General

Purpose Machine).

Page 9: Bab I (Modul Perencanaan Proses)

c. Sistem pemindahan bahan yang tidak mengandung tenaga mesin tetapi

tenaga manusia.

2. Oleh karena mesin-mesin yang digunakan dalam proses bersifat umum, maka

biasanya dapat diperoleh penghematan uang dalam investasi mesin-mesinnya,

sebab harga mesin-mesin ini lebih murah dari mesin-mesin khusus.

3. Proses produksi tidak mudah terhenti akibat terjadinya kerusakan atau

kemacetan di suatu tingkat proses.

1.2.2. Sistem Produksi Menurut Tujuan Operasi

Dilihat dari tujuan perusahaan melakukan operasinya dalam hubungannya

dengan pemenuhan kebutuhan konsumen, maka sistem produksi dibedakan

menjadi 4 jenis, yaitu:

1. Engineering-to-Order (ETO)

Yaitu bila pemesan meminta produsen untuk membuat produk yang dimulai

dari proses perancangannya (rekayasa).

2. Assembly-to-Order (ATO)

Yaitu bila produsen membuat disain standar, modul-modul operasional

standar yang sebelumnya dan merakit suatu kombinasi tertentu dari modul-

modul tersebut sesuai dengan pesanan konsumen. Modul-modul standar

tersebut bisa dirakit untuk berbagai tipe produk. Contohnya adalah pabrik

mobil dimana mereka menyediakan pilihan transmisi secara manual atau

otomatis, AC, audio. Opsi-opsi interior dan opsi-opsi mesin khusus

sebagaimana juga model bodi dan warna bodi yang khusus. Komponen-

komponen tersebut telah disiapkan terlebih dahulu dan akan mulai diproduksi

begitu pesanan dari agen datang.

3. Make-to-Order

Yaitu bila produsen menyelesaikan item jika dan hanya jika telah menerima

pesanan dari konsumen untuk item tersebut.

4. Make-to-Stock

Yaitu bila produsen membuat item-item yang diselesaikan dan ditempatkan

sebagai persediaan sebelum pesanan konsumen diterima. Item akhir tersebut

Page 10: Bab I (Modul Perencanaan Proses)

baru akan dikirim dari sistem persediaannya setelah pesanan konsumen

diterima.

1.2.3. Sistem Produksi Menurut Aliran Operasi dan Variasi Produk

Dalam kegiatan desain produk, titik berat perhatian kita adalah pada

masalah apa yang diproduksi, sedangkan untuk kegiatan desain proses

penekanannya adalah pada bagaimana kita memproduksi. Kriteria terpenting

dalam mengklasifikasikan proses produksi adalah jenis aliran operasi dari unit-

unit produk yang melalui tahapan konversi. Pada umumnya terdapat tida jenis

dasar aliran operasi, yaitu flow shop, job shop, dan project. Ketiga jenis dasar

aliran operasi ini berkembang menjadi aliran operasi modifikasi dari ketiganya,

yaitu batch, dan continuous.

Adapun pembagian sistem produksi menurut aliran operasi dan variasi

produk adalah sebagai berikut:

1. Flow shop, yaitu proses konversi di mana unit-unit output secara berturut-

turut melalui urutan proses operasi yang sama pada mesin-mesin khusus,

biasanya ditempatkan sepanjang suatu lintasan produksi. Proses jenis ini

biasanya digunakan untuk produk yang mempunyai desain dasar yang tetap

sepanjang waktu yang lama dan ditujukan untuk pasar yang luas, sehingga

diperlukan penyusunan bentuk proses produksi flow shop yang biasanya

bersifat MTS (Make to Stock). Bentuk umum proses flow shop dapat dibagi

menjadi jenis produksi flow shop kontinu dan flow shop terputus. Pada flow

shop kontinu proses bekerja untuk memproduksi jenis output yang sama,

misalnya pada industry rokok. Pada flow shop terputus, kerja proses secara

periodik diinterupsi untuk melakukan set-up bagi pembuatan produk dengan

spesifikasi yang berbeda (walaupun dari desain dasar yang sama). Pada setiap

siklus produksi, seluruh unit mengikuti urutan yang sama, contohnya pada

industry pengalengan, pembotolan, dan pabrik pakaian jadi. Proses flow shop

biasanya disebut juga sistem produksi missal (mass production).

2. Continuous, proses ini merupakan bentuk ekstrim dari flow shop di mana

terjadi aliran material yang konstan. Contoh dari proses kontinu adalah

Page 11: Bab I (Modul Perencanaan Proses)

industri penyulingan minyak, pemrosesan kimia, dan industry-industri lain di

mana kita tidak dapat mengidentifikasikan unit-unit output urutan prosesnya

secara tepat. Biasanya satu lintasan produksi pada proses kontinu hanya

dialokasikan untuk satu produk saja.

3. Job shop, yaitu merupakan bentuk proses konversi di mana unit-unit untuk

pesanan yang berbeda akan mengikuti urutan yang berbeda pula dengan

melalui pusat-pusat kerja yang dikelompokkan berdasarkan fungsinya.

Volume produksi setiap jenis produk sedikit, variasi produknya banyak, lama

proses produksi setiap jenis produk agak panjang, dan tidak ada lintasan

produksi khusus. Job shop ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan khusus

konsumen, jadi biasanya bersifat Make to Order (MTO). Kebutuhan job shop

akan fleksibilitas dalam menangani banyaknya variasi dari desain produk

yang membutuhkan adanya sumber daya manusia dan mesin yang terampil.

Hal ini berarti pekerja-pekerja dengan ketrampilan tinggi dan mesin-mesin

general purpose yang dikelompokkan berdasarkan fungsi harus dapat

menyesuaikan dengan kebutuhan khusus untuk pesanan yang berbeda.

4. Batch, yaitu merupakan bentuk satu langkah ke depan dibandingkan job shop

dalam hal standarisasi produk, tetapi tidak selalu terstandarisasi seperti

produk yang dihasilkan pada aliran lintasan perakitan flow shop. Sistem batch

memproduksi banyak variasai produk dan volume, lama proses produksi

untuk setiap produk agak pendek, dan satu lintasan produksi dapat dipakai

untuk beberapa tipe produk. Pada sistem ini, pembuatan produk dengan tipe

yang berbeda akan mengakibatkan pergantian peralatan produksi, sehingga

sistem tersebut harus general purpose dan fleksibel untuk produk dengan

volume yang rendah tapi variasinya tinggi. Tetapi volume batch yang lebih

banyak dapat diproses secara berbeda, misalnya memproduksi beberapa batch

lebih untuk tujuan Make to Stock (MTS).

5. Project, yaitu merupakan proses penciptaan suatu produk yang agak rumit

dengan suatu pendefinisian urutan tugas-tugas yang teratur akan kebutuhan

sumber daya dan dibatasi oleh waktu penyelesaian. Pada jenis proyek ini,

beberapa fungsi-fungsi yang mempengaruhi produksi seperti perencanaan,

Page 12: Bab I (Modul Perencanaan Proses)

disain, pembelian, pemasaran, penambahan mesin harus diintegrasikan sesuai

dengan urutan-urutan waktu penyelesaian, sehingga dicapai penyelesaian

yang ekonomis.

1.3. Peta Proses Operasi3

Diatas sudah diuraikan bahwa sebelumnya sudah dilakukan penelitian

secara terperinci disetiap stasiun kerja terlebih dahulu kita mengetahui proses

yang terjadi sekarang secara keseluruhan. Keadaan ini bisa diperoleh dengan

menggunakan Peta Proses Operasi. Peta proses operasi merupakan suatu diagram

yang mennggambarkan langkah-langkah proses yang akan dialami bahan baku

mengenai urutan-urutan operasi dan pemeriksaaan. Sejak dari awal sampai

menjadi produk jadi utuh maupun sebagai komponen, dan juga memuat

informasi-informasi yang diperlukan untuk menganalisa lebih lanjut, seperti

waktu yang dihabiskan, material yang digunakan, dan tempat atau alat mesin yang

dipakai.

Jadi dalam suatu peta proses operasi, dicatat hanyalah kegiatan-kegiatan

operasi dan pemeriksaan saja, kadang-kadang pada akhir proses dicatat tentang

penyimpanan.

Dengan adanya informasi-informasi yang bisa dicatat melalui Peta Proses

Operasi, kita bisa memperoleh banyak manfaat diantaranya:

a. Bisa mengetahui kebutuhan akan mesin dan penganggarannya.

b. Bisa memperkirakan kebutuhan akan bahan baku (dengan memperhitungkan

efisiensi disetiap operasi/pemeriksaaan).

c. Sebagai alat untuk menentukan tata letak pabrik.

d. Sebagai alat untuk melakukan perbaikan cara kerja yang sedang dipakai.

e. Sebagai alat untuk latihan kerja.

Untuk bisa manggambarkan peta proses operasi dengan baik, ada

beberapa prisip yang perlu diikuti sebagai berikut:

a. Pertama-tama pada baris paling atas dinyatakan kepalanya “Peta Proses

Operasi” yang diikuti oleh identifikasi lain seperti : nama objek, nama

3 Sutalaksana, Iftikar.Z.dkk 1979. Teknik Tata Cara Kerja.ITB:Bandung. Hal 21-28

Page 13: Bab I (Modul Perencanaan Proses)

pembuat peta, tanggal dipetakan cara lama atau cara sekarang, nomor peta

dan nomor gambar.

b. Material yang akan diproses diletakkan diatas garis horizontal, yang

menunjukkan bahwa material tersebut masuk kedalam proses.

c. Penomoran terhadap suatu kegiatan operasi diberikan secara beruruatn sesuai

dengan urutan operasi yang dibutuhkan untuk pembuatan produk tersebut

atau sesuai dengan proses yang terjadi.

d. Penomoran terhadap suatu kegiatan pemeriksaan diberikan secara tersendiri

dan prinsipnya sama dengan penomoran untuk kegiatan operasi yang terjadi.

e. Pernomoran terhadap suatu kegiatan pemeriksaan diberikan secara tersendiri

dan prinsipnya sama dengan penomoran untuk kegiatan operasi.

Agar diperoleh gambar proses operasi yang baik, produk yang biasanya

paling banyak memerlukan operasi, harus dipetakan terlebih dahulu, berarti

dipetakan dengan garis vertikal disebelah kanan halaman kertas.

Ada empat hal yang harus diperhatikan/dipertimbangkan agar diperoleh

suatu proses kerja yang baik melalui analisa peta proses operasi yaitu; analisa

terhadap bahan-bahan, operasi, pemeriksaan dan terhadap waktu penyelesaian

suatu proses. Keempat hal tersebut diatas, dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Bahan-bahan

Kita harus mempertimbangkan semua alternatif dari bahan yang digunakan,

proses penyelesaiaan dan toleransi sedemikian rupa sehingga sesuai dengan

fungsi, reabilitas, pelayanan dan waktunya.

b. Operasi

Dalam hal ini perlu diperhatikan mengenai semua alternatf yang mungkin

untuk proses pengolahan, pembuatan, pengerjaan dengan mesin atau metode

perakitannya, beserta alat-alat dan perlengkapan yang digunakan. Perbaikan

yang mungkin bisa dilakukan misalnya dapat menghilangkan,

menggabungkan, mengubah atau menyederhanakan operasi-operasi yang

terjadi.

c. Pemeriksaan

Page 14: Bab I (Modul Perencanaan Proses)

Dalam hal ini kita harus mempunyai standar kualitas jika dibandingkan

dengan dengan standar kualitas ternyata lebih baik atau cenderung sama.

Proses pemeriksaaan bisa dilakukan dengan baik pada teknik sampling atau

satu persatu dari semua objek yang yang dibuat dengan teknik sampling atau

satu persatu dari semua objek yang dibuat tentunya cara terakhir tersebut

dilaksanakan apabila jumlah produksinya sedikit.

d. Waktu

Untuk mempersingkat waktu penyelesaian, kita harus mempertimbangkan

semua alternatif mengenai metoda, peralatan dan tentunya penggunaan

perlengkapan-perlengkapan khusus.

Operation Process Chart (OPC) adalah salah satu teknik yang paling

berguna dalam perencanaan produksi. Kenyatannya peta ini adalah gambaran

tentang proses, dan telah digunakan dalam bebagai cara sebagai alat perencanaan

dan pengendalian. Dengan tambahan data lain, peta ini dapat digunakan sebagai

alat manajemen.

Beberapa keuntungan dan kegunaan dari Operation Process Chart (OPC)

ini adalah sebagai berikut :

1. Mengkombinasikan lintasan produksi dan peta rakitan sehingga memberikan

informasi yang lebih lengkap.

2. Menunjukkan operasi yang harus dilakukan untuk tiap komponen.

3. Menunjukkan urutan operasi pada tiap komponen.

4. Menunjukkan urutan fabrikasi dan rakitan dari tiap komponen.

5. Menunjukkan kerumitan nisbi dari fabrikasi tiap komponen.

6. Menunjukkan hubungan antar komponen.

7. Menunjukkan panjang dari lintas fabrikasi dan ruang yang dibutuhkannya.

8. Menunjukkan titik tempat komponen memasuki proses.

9. Menunjukkan tingkat kebutuhan sebuah rakitan-bagian.

10. Membedakan antara komponen yang dibuat dengan yang dibeli.

11. Membantu perencanaan tempat kerja mandiri.

12. Menunjukkan jumlah pekerja yang dibutuhkan.

Standar pengerjaan Peta Proses Operasi adalah:

Page 15: Bab I (Modul Perencanaan Proses)

a. Pilih komponen pertama yang akan digambarkan, jika peta akan digunakan

sebagai dasar bagi sebuah jalur rakitan bagian yang mempunyai komponen

paling banyak sebaiknya dipilih pertama kali, mulai dari sudut kanan kertas,

catat operasi rakitan. Komponen-komponen yang dibeli dalam keadaan jadi

digambarkan dengan garis pendek ke kiri.

b. Jika semua operasi rakitan dan pemeriksaan pada bagian utama sudah masuk,

lanjutkan ke operasi fabrikasi, dalam urutan terbalik, gambarkan garis

mendatar pada bagian kanan atas peta ke kanan, untuk menuliskan bahan

baku, uraian tentang bahan langsung dicatat pada garis tersebut yang dapat

dibuat selengkap-lengkapnya.

c. Ke sebelah kanan dari lambang operasi, buat uraian operasi, waktu

penyelesain pekerjaan, dan lain-lain.

d. Cirikan komponen terakhir pada operasi tersebut. Gambar garis mendatar jauh

ke kiri, tunjukkan dengan lingkaran 12 mm untuk operasi dan segi empat

untuk pemeriksaan dalam urutan terbalik kearah atas. Masukkan nomor

operasi dari lintasan produksi tersebut.

e. Lanjutkan sampai semua komponen terselesaikan dipetakan, baik komponen

yang dibuat dan yang dibeli harus tercantum di dalam peta.

f. Rakitan bagian digambarkan sedemikian rupa seperti cara pada peta rakitan.

1.4. Bill of Material (BOM)4

Secara umum, terdapat beberapa format data yang ditampilkan dalam Bill

of Material (BOM), antara lain adalah single-level bill, indented bill, dan

summarized bill. Adapun keterangan lebih rinci mengenai setiap format data yang

ditampilkan dalam Bill of Material adalah sebagai berikut:

1. Single-level bill of materials

4 Sinulingga, Sukaria. 2009. Perencanaan dan Pengendalian Produksi.Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal 149-151.

Page 16: Bab I (Modul Perencanaan Proses)

Single-level bill of materials adalah sebuah file yang menperlihatkan

hubungan antara produk akhir dan setiap part, komponen, dan sub-assembly

yang bersifat langsung.

2. Indented bill of materials

Berbeda dengan single-level bill of materials yang menempatkan setiap part,

indented bill of materials menunjukkan setiap item pada levelnya masing-

masing sesuai dengan tahapan proses pembuatan.

3. Summarized bill of materials

Summarized bill of materials mirip dengan indented bill of materials, hanya

saja dalam summarized bill of materials, item yang sama hanya terlihat satu

kali saja dengan cara menjumlahkan semua kebutuhan item yang sama

tersebut.

Contoh dari Bill of Material dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1. Bill of Material Produk Hair Dryer dari Toko X

No. Nama Komponen Spesifikasi Harga Jumlah KeteranganFP Ionic Hair Harmer Unit Rp. 48.000 1 DibuatA-1 Steker Unit Rp. 1.500 1 DibeliA-2 Bodi Ionic Hair Harmer Unit Rp. 8.500 1 DibuatB-1 Kabel steker Unit Rp. 1.000 1 DibeliB-2 Cok steker Unit Rp. 1.500 1 DibeliB-3 Penahan steker Unit Rp. 500 1 DibeliB-4 Bodi plastik atas Unit Rp. 10.000 1 DibuatB-5 Bodi plastik bawah Unit Rp. 10.000 1 Dibuat

1.5. Struktur Produk5

Strukur produk merupakan sesuatu yang mutlak harus ada untuk dapat

diterapkan sistem Materail Requirement Planning (MRP). Struktur poduk yang

rumit dan banyak levelnya akan membuat perhitungan semakin kompleks

terutama dalam proses explosion. Proses explosion merupakan suatu prosedur

untuk menghitung jumlah kebutuhan kotor dalam tingkah lebih bawah setelah

dilakukan proses offsetting pada item produknya.

5 http://adhionez.blogspot.com/2009_04_01_archive.html

Page 17: Bab I (Modul Perencanaan Proses)

Struktur produk dengan jumlah level yang besar akan membuat proses

Material Requirement Planning (proses netting, lotting, offsetting, dan explosion)

yang berulang-ulang dilakukan satu per satu dari atas ke bawah level demi level

dan periode demi periode. Pada proses lotting, penentuan ukuran lot pada level

yang lebih bawah membutuhkan teknik-teknik yang sangat sulit (multi level lot

size techniquie) sehingga dengan semakin kompleksnya struktur porduk akan

membuat perhitungan proses Material Requirement Planning (MRP) semakin

rumit.

Bila struktur produk tidak berubah-ubah, kesulitan ini hanya terjadi sekali

saja, yaitu di awal pembuatan sistem Material Requirement Planning (MRP). Jika

struktur produk berubah, maka sistem yang telah dibuat harus dimodifikasi.

Contoh struktur produk dapat dilihat pada Gambar 1.1.

Gambar 1.1. Contoh Struktur Produk