11
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-Qur’an sebagai pedoman hidup umat agama Islam di dunia wajib bagi kita untuk menguji tentang al-Qur’an secara mendalam agar kita bisa memahami dan bisa menerapkannya dikalangan keluarga maupun masyarakat. Yang mana Al-Qur’an yang diwahyukan dari Allah kepada malaikat, disampaikan kepada Nabi Muhammad dan disampaikan kepada masyarakat sebagai pedoman hidup B. Rumusan Masalah 1. Cara Pemeliharaan Al-Qur’an dalam masa Nabi saw. 2. Cara pemeliharaan al-Qur’an dalam masa Khalifah Abu Bakar siddiq 3. Cara pemeliharan al-Qur’an dalam masa kalifah Usman bin Affan. C. Tujuan Masalah Dapat memahami cara pemeliharaan Al-Qur’an pada masa Nabi saw, Abu Bakar Siddiq, dan Usman bin Affan. D. Batasan Masalah Dalam Batasan Masalah ini Penulis hanya membatasi pada cara pemeliharaan al-Qur’an pada masa nabi saw, Abu Bakar Siddiq dan Usman bin Affan. 1

Bab i Makalah Pai Al Quran

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Bab i Makalah Pai Al Quran

BAB IPENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Al-Qur’an sebagai pedoman hidup umat agama Islam di dunia wajib bagi kita untuk

menguji tentang al-Qur’an secara mendalam agar kita bisa memahami dan bisa

menerapkannya dikalangan keluarga maupun masyarakat.

Yang mana Al-Qur’an yang diwahyukan dari Allah kepada malaikat, disampaikan

kepada Nabi Muhammad dan disampaikan kepada masyarakat sebagai pedoman

hidup

B.     Rumusan Masalah

1.      Cara Pemeliharaan Al-Qur’an dalam masa Nabi saw.

2.      Cara pemeliharaan al-Qur’an dalam masa Khalifah Abu Bakar siddiq

3.      Cara pemeliharan al-Qur’an dalam masa kalifah Usman bin Affan.

C.    Tujuan Masalah

Dapat memahami cara pemeliharaan Al-Qur’an pada masa Nabi saw, Abu Bakar

Siddiq, dan Usman bin Affan.

D.    Batasan Masalah

Dalam Batasan Masalah ini Penulis hanya membatasi pada cara pemeliharaan al-

Qur’an pada masa nabi saw, Abu Bakar Siddiq dan Usman bin Affan.

1

Page 2: Bab i Makalah Pai Al Quran

BAB IIPEMBAHASAN

PEMELIHARAAN AL-QUR’AN

1.      Masa Nabi SAW

Allah enghrndaki wahyu yang telah diturunkan-Nya itu terpelihara keorisilannya

selama-lamanya. Ada dua cara yang dicatat oleh sejarah dalam pemeliharaan Al-Qur’an

yaitu dengan menghafal dan menuliskannya. Dalam berbagai riwayat yang sahih

disebutkan bahwa setiap turun wahyu, Nabi memanggil para penulis wahyu untuk

mencatat wahyu yang turun.

Orang pertama yang menjadi penulis wahyu bagi Nabi di periode Mekah ialah

'Abd Allah bin Abi Sarh. Selain dia, juga ikut menjadi penulis wahyu para khalifah yang

empat, al-Zubayr bin 'Awwam, Khalid dan Aban dua putera Sa'id bin al-'Ash bin

Umayyah, Hanzhalah bin al-Rabi' al-Asadi, Mu'ayqib bin Abi Fathimah, 'Abd Allah bin

al-Arqam al-Zuhri, Syurahbil bin Hasanah, dan 'Abd Allah bin Rawahah.

Setelah hijrah ke Madinah, maka yang mula-mula menjadi penulis wahyu ialah

Ubayy bin Ka'b. Kemudian diikuti oleh Zayd bin Tsabit dan sejumlah sahabat lainnya

sehingga jumlah mereka mencapai 43 orang. Di antara para penulis wahyu itu, ada

beberapa orang yang menaruh perhatian amat besar dalam pencatatan (tadwin) Al-

Qur’an. Mereka itu adalah Ali bin Abi Thalib, 'Abd Allah bin Mas'ud, Abu al-Darda,

Mu'adz bin Jabal, Zayd bin Tsabit, Ubayy bin Ka'b, dan lain-lain.

Bahan-bahan yang dijadikan untuk mencatat wahyu-wahyu yang turun ialah

benda-benda yang dapat ditulis dan mudah didapatkan waktu itu seperti al-riqa (batu,

pelepah kurma, tulang, dan sebagainya).

Para penulis wahyu itu mencatat setiap wahyu yang turun sesuai dengan lafal

yang disampaikan oleh Nabi. Pencatatan. Resmi di hadapan Nabi inilah kemudian yang

disajikan dasar oleh Abu Bakar dalam menghimpun Al-Qur’an. Ayat itu menggambarkan

kepada kita bahwa ayat-ayat madaniyyah yang diturunkan belakangan dimasukkan ke

dalam kelompok ayat-ayat makkiyah yang sudah lebih dulu diturunkan.

Bahwa al-Qur’an sudah ditulis pada waktu Nabi masih Hidup, semua ahli

mengkuinya, baik ulama, maupun kaum orientalis. Namun yang menjadi permasalahan

disini : apakah keseluruhan Al-Qur’an sudah tercatat di waktu itu, pendapat Guillaume

2

Page 3: Bab i Makalah Pai Al Quran

ini tidak didukung oleh fakta sejarah dan argument yang kuat. Bukti-bukti yang autentik

menunjukkan bahwa tak ada al-Qur’an yang luput dari catatan penulis wahyu meskipun

Nabi dan para sahabatnya berada dalam keadaan dan kondisi yang sangat sulit seperti

yang mereka alami pada periode Mekkah. periode ini sebagaimana dicatat oleh sejarah,

dapat disebut masa kesengsaraan dan penderitaan bagi Nabi dan para sahabatnya.

Walaupun keadaan teramat mencekam karena selalu dikejar-kejar oleh kafir

Mekah, namun para penulis wahyu tetap. setia mendampingi Nabi dan senantiasa siap

setiap saat untuk menuliskan wahyu yang turun. Buktinya Umar bin al-Khaththab

menemukan naskah surat Thaha di rumah adiknya, Fathimah binti al-Khaththab, setelah

membaca naskah itu ia (Umar) bergegas ke rumah Rasul Allah, dan langsung

menyatakan masuk Islam di hadapan Nabi saw. Ini terjadi antara tiga sampai

empat tahun sebelum hijrah ke Madinah.

Dalam keadaan yang sangat sempit dan mencekam sebagaimana digambarkan

itu, pencatatan Alqur'an terus berjalan; tentu sangat masuk akal bila pada periode

Madinah pencatatan wahyu yang turun lebih banyak karena situasi dan kondisis umat

Islam waktu ini relatif lebih baik, aman dan tenterarn.. Apalagi di periode Madinah ini

umat Islam telah merupakan satu komunitas muslim yang kuat dan disegani di tanah

Arab dengan Nabi sebagai pimpinannya.

Disamping mencatat setiap wahyu yang turun, cara kedua yang digunakan dalam

memelihara Al-Qur’an ialah melalui hafalan. Para sahabat umumnya menghafal Al-

Qur’an namun mereka yang menghafal keseluruhannya tidak banyak, antara lain Ubbayy

bin Ka’b, Mu’az bin Jabal, Zayd bin Tsabit, Abu Zayd, Abu al-Darda, Sa’ad bin Ubaid,

Usman bin Affan, dan lain-lain.

Fakta sejarah yang dikemukakan itu sekaligus member gambaran kepada kita

bahwa al-Qur’an yang diturunkan kepada nabi Muhammad benar-benar asli dan mutawir

dikalangan sahabat dan umat islam waktu itu.

3

Page 4: Bab i Makalah Pai Al Quran

2.      Masa Khalifah Abu Bakar al-Shiddiq

Setelah Nabi wafat tahun 11 H. (632 M) Abu bakar diangkat menjadi Khalifah

(Kepala Negara) Menggantikannya. Tak lama kemudian sebagian kaum muslim murtad.

Mereka tak mau membayar zakat. Selain itu muncul beberapa Nabi palsu yang

memberontak terhadap Abu bakar seperti Musaylimah al-Kadzdzab, al-aswad al-Ansi,

Sajah binti al-Harists dan lain-lain. Akibatnya ketentraman masyarakat, stabilitas

keamanan dan politik terancam. Semua itu memaksa Khalifah untuk mengambil tindakan

tegas dan keras.

Akhirnya pecahlah pertempuran yang sengit di Yaman melawan pasukan

Musaylimah. Bergugurlah korban di kedua belah pihak. Diantara para sahabat Nabi yang

gugur, terdapat 70 orang mereka yang hafal al-Qur’an.

Mengingat kondisi yang kritis semacam itu, maka umar mengusulkan kepada

Khalifah Abu Bakar supaya Al-Quran yang sudah ditulis di masa Nabi itu dihimpun

dalam satu kitab.

Pada mulanya Abu Bakar menolak usul Umar itu dengan alas an, Nabi tak pernah

melakukannya. Ia khawatir, kalau-kalau perbuatan tersebut menyeleweng dari garis yang

telah ditetapkan Nabi.

Akhirnya setelah melalui diskusi yang relative lama antara kedua tokoh itu, tuhan

membukakan hati Abu Bakar menerima dan melaksanakan gagasan Umar tersebut. Lalu

ia memanggil Zayd bin Tsabit, seseorang pemuda yang berpengetahuan luas, jujur, dan

salah seorang penulis wahyu, untuk meneliti kembali naskah-naskah al-Qur’an yang telah

ditulis ketika Nabi masih hidup. Pada mulanya seperti Abu Bakar Zayd juga menolak ide

tersebut. Alasannya persis sebagaimana yang dikemukakan Abu Bakar pula. Ketika inilah

Zayd berkata “memindahkan sebuah gunung jauh lebih mudah bagiku daripada meneliti

dan menghimpun Al-Qur’an”.

Dari sensor ayat-ayat yang dilakukan oleh Zayd itu, kita mendapat gamabaran

bahwa yang dijadikan patokan dalam membuktikan al-Qur’an di masa Abu bakar itu

ialah hafalan dan tulisan sekaligus. Artinya jika hanya salah satu yang ada : hafalan atau

tulisan, maka penulisan ditaguhkan sampai dijumpai kedua saksi itu seperti yang

dilakukan Zayd terhadap kasus akhir surat al-Tawbah dan ayat 23 dari surat al-Ahzab

sebagaimana telah diungkapkan.

4

Page 5: Bab i Makalah Pai Al Quran

Dengan menggunakan pedoman tersebut, akhirnya Zayd berhasil menghimpun

Al-Qur’an dalam bentuk buku yang kemudian diberi nama ‘MUSHHAF’. Kemudian

disimpan dirumah Abu Bakar. Setelah beliau wafat, disimpan di rumah Umar, dan

sepeninggal Umar disimpan di rumah Hafsah, putrid Umar, yang juga salah seorang

mantan istri Rasul Allah saw.

Fakta sejarah itu menimbuktikan dengan jelas bahwa Abu Bakar amat hati-hati

dalam menjaga kemurnian dan keutuhan Al-Qur’an yang merupakan dasar bagi

keseluruhan ajaran Islam.

Tidak berlebihan bila Ali bin Abi Thalib menyatakan : “Orang yang paling besar

jasanya dalam membukukan Al-Qur’an ialah Abu Bakar. Dialaha orang yang pertama

membukukan kitab Allah”.

3.      Masa Khalifah Usman bin Affan

Telah dimaklumi bahwa Nabi SAW memebrikan kelonggaran kepada sahabat-

sahabatnya untuk membaca al-Qur’an lebih dari satu huruf (dialek) sesuai dengan yang

diajarkan jibril demi memudahkan umat membaca dan menhafalnya. Tapi kerukunan itu

tidak bertahan lama, sekitar 6 tahun setelah Usman menjadi Khalifah (24-36 H). mulai

timbul persoalan yang berekor menjadi percekcokkan yang tajam di tengah masyarakat;

bahkan antara satu aliran qiraat dengan yang lain saling mengkafirkan karena masing-

masing pihak meyakini qiraatnyalah yang benar dan yang lain salah seperti yang terjadi

antara penduduk Syam dan Iraq. Terjadinya pertengkaran yang tajam, seperti itu erat

hubungannya dengan makin jauhnya mereka dari masa Nabi, sehingga mereka tidak

dapat memahami dan menghayati dengan baik apa yang membuat qiraat itu bervariasi.,

Kondisi yang demikian itu diperburuk lagi oleh makin heterogennya umat karena

berbagai suku bangsa berbondong-bondong masuk agama Islam, sedangkan mereka

mempunyai latar belakang agama dan kepercayaan yang berbeda-beda, Dalam kondisi

semacam ini, sangat masuk akal bila timbul pertikaian yang tajam di kalangan mereka

sebagai akibat logis dari perbedaan qiraat yang dapat membuat pengertian ayat menjadi

rancu.

Setelah menyaksikan keadaan umat yang telah berada di gerbang perpecahan

yang amat mengkhawatirkan itu, maka Hudzayfah bin al-Yaman mengusulkan kepada

5

Page 6: Bab i Makalah Pai Al Quran

Khalifah Usman agar beliau berkenan membentengi umat dari makin melebarnya

perpecahan di kalangan mereka dengan menyatukan mereka pada satu mushhaf induk

yang akan dijadikan satu-satunya pedoman di seluruh wilayah negara yang pada waktu

itu telah membentang luas mulai dari daerah-daerah Parsia (Iran) di timur sampai ke

Afrika utara di barat.

Dan kestabilan politik mulai terancam, dan sebagainya. Oleh karena itu, ia

(Usman) menerima dan menghargai ide Hudzayfah untuk membuat satu mushhaf yang

dapat dijadikan pedoman bagi umat dalam membaca dan memahami Alqur'an.

Untuk maksud itu, Khalifah segera meminjam mushhaff Abu Bakar yang

disimpan di rumah Hafshah dan berjanji akan mengem balikannya lagi setelah dipakai.

Kemudian ia membentuk tim yang diketuai oleh Zayd bin Tsibit dengan anggota-anggota

Abd Allah bin Zubayr, Said bin Ash, dan Abd al-HArits bin Hisyarn. Tugas tim ini ialah

meneliti kembali ayat-ayat Alqur'an dengan menjadikai Mushhaf Abu Bakar sebagai

standar.

Dengan menerapkan criteria yang digariskan Khalifah Usman itu, Maka tim

tersebut berhasil membuat beberapa mushaf. Menurut al-Sijistani semuanya berjumlah

tujuh buah. Kemudian dikirim ke Mekkah, Syam, Yaman, Bahrain, Basrah, dan Kufah,

serta satu disimpan di rumah Khalifah di Madinah.

6

Page 7: Bab i Makalah Pai Al Quran

BAB IIIPENUTUP

Kesimpulan

1.      Pemeliharaan Al-Qur’an dimasa Nabi SAW ada dua cara yaitu menghafal dan

menuliskannya.

2.      Pemeliharaa Al-Quran dimasa Abu Bakar siddiq akhirnya Zayd berhasil

menghimpun Al-Qur’an dalam bentuk buku.

3.      Pemeliharaa Al-Quran dimasa Usman bin Affan menerima dan menghargai ide

hudzayfah untuk membuat satu mushaf yang dapat dijadikan pedoman bagi umat

dalam membaca dan memahami Al-Quran.

7

Page 8: Bab i Makalah Pai Al Quran

DAFTAR PUSTAKA

1.      Nashruddin, Baidan, Wawasan baru Ilmu Tafsir, Yogyakarta : Pustaka Setia, 2005.

2.      Abdul Mustaqim, Madzahibut Tasfsir, Peta Metodologi penafsiran al-Qur’an periode

klasik hingga Kontemporer.

3.      Fazlur Rahman, Membuka Pintu Ijtihad. Terjemahan Anas Mahyudin, Jakarta :

Logos, 1997

8