26
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemanfaatan kacang tanah terutama bijinya sebagai sumber protein dan lemak nabati. Biji kacang tanah dapat dimakan mentah, direbus, digoreng, atau disangrai. Selain dipanen biji atau polongnya, kacang tanah juga dipanen hijauannya (daun dan batang) untuk makanan ternak atau merupakan pupuk hijau (Vyan, 2009). Permintaan akan kacang tanah terus meningkat, baik untuk konsumsi maupun industri pangan. Di sisi lain, produksi kacang tanah di tingkat petani masih relatif rendah. Penyebab rendahnya prodktivitas antara lain tidak tersedianya benih bermutu dan petani belum menguasai sepenuhnya teknologi budidaya. Salah satu komponen teknologi produksi kacang tanah adalah pemupukan yang tepat. Pupuk merupakan nutrisi atau unsur hara yang ditambahkan kepada tanaman, yang mengalami kekurangan unsur hara (Anonymous, 2008). Penggunaan pupuk kimia selama ini telah diandalkan oleh sebagian besar petani untuk mendukung pertumbuhan dan produksi tanaman yang dibudidayakannya. Memang benar, dalam jangka pendek penggunaan pupuk kimia mampu memberikan hasil yang signifikan, namun penggunaan yang terus menerus dalam jangka panjang mengakibatkan kerusakan lingkungan. Tanah menjadi keras dan rusak serta pada akhirnya tidak lagi mampu mendukung hasil tanaman seperti yang diharapkan. Keadaan tersebut telah mendorong pada pemikiran bagaimana memulihkan kesehatan tanah sehingga dapat meningkatkan hasil pertanian (Kementrian Lingkungan Hidup, 2006). 1

BAB I - III Penelitian Kacang Tanah

Embed Size (px)

DESCRIPTION

proposal penelitian mahasiswa pertanian tentang kacang tanah

Citation preview

Page 1: BAB I - III Penelitian Kacang Tanah

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pemanfaatan kacang tanah terutama bijinya sebagai sumber protein dan lemak

nabati. Biji kacang tanah dapat dimakan mentah, direbus, digoreng, atau disangrai.

Selain dipanen biji atau polongnya, kacang tanah juga dipanen hijauannya

(daun dan batang) untuk makanan ternak atau merupakan pupuk hijau (Vyan, 2009).

Permintaan akan kacang tanah terus meningkat, baik untuk konsumsi maupun

industri pangan. Di sisi lain, produksi kacang tanah di tingkat petani masih relatif

rendah. Penyebab rendahnya prodktivitas antara lain tidak tersedianya benih bermutu

dan petani belum menguasai sepenuhnya teknologi budidaya. Salah satu komponen

teknologi produksi kacang tanah adalah pemupukan yang tepat. Pupuk merupakan

nutrisi atau unsur hara yang ditambahkan kepada tanaman, yang mengalami

kekurangan unsur hara (Anonymous, 2008).

Penggunaan pupuk kimia selama ini telah diandalkan oleh sebagian besar petani

untuk mendukung pertumbuhan dan produksi tanaman yang dibudidayakannya.

Memang benar, dalam jangka pendek penggunaan pupuk kimia mampu memberikan

hasil yang signifikan, namun penggunaan yang terus menerus dalam jangka panjang

mengakibatkan kerusakan lingkungan. Tanah menjadi keras dan rusak serta pada

akhirnya tidak lagi mampu mendukung hasil tanaman seperti yang diharapkan.

Keadaan tersebut telah mendorong pada pemikiran bagaimana memulihkan kesehatan

tanah sehingga dapat meningkatkan hasil pertanian (Kementrian Lingkungan Hidup,

2006).

1

Page 2: BAB I - III Penelitian Kacang Tanah

2

Pupuk organik merupakan salah satu solusi untuk mengatasi lahan kritis akibat

penggunaan pupuk kimia secara terus menerus. Pupuk organik dapat berupa kompos,

pupuk hijau, kotoran hewan, limbah pertanian, bahkan limbah industri makanan.

Pupuk organik biasanya berupa zat padat juga cair. Pupuk organik cair adalah larutan

dari pembusukan bahan-bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan,

dan manusia yang kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur. Kelebihan pupuk

organik cair yaitu sifatnya yang dapat merombak bahan organik, memperbaiki struktur

tanah sehingga menjadi gembur, keadaan yang baik untuk pertumbuhan dan produksi

tanaman. Selain itu, pupuk organik dapat secara cepat mengatasi defesiensi hara, tidak

masalah dalam pencucian hara, dan mampu menyediakan hara secara cepat. Salah satu

pupuk organik cair adalah MOL (Mikro Organisme Lokal) (Fithriyah, 2012).

MOL mengandung mikrobia yang dapat mempercepat perombakan bahan

organik sehingga unsur hara dan bahan organik dapat segera tersedia. Selain MOL,

masih banyak bahan organik yang ketersediaannya mudah diperoleh. Salah satunya

yaitu ampas tahu. Ampas tahu merupakan limbah yang dihasilkan selama proses

pembuatan tahu. Selama ini ampas tahu hanya dijadikan sebagai pakan ternak. Ampas

tahu mengandung protein yang cukup tinggi dan sangat potensial dijadikan sebagai

pupuk organik (Fithriyah, 2012).

Dari uraian di atas, penulis akan mencoba melakukan sebuah kajian tentang

penggunaan pupuk organik berupa MOL dan ampas tahu pada budidaya tanaman

kacang tanah.

Page 3: BAB I - III Penelitian Kacang Tanah

3

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh dosis mol dan ampas tahu terhadap pertumbuhan dan hasil

tanaman kacang tanah ?

2. Bagaimana pengaruh interaksi antara mol dan ampas tahu terhadap pertumbuhan

dan hasil tanaman kacang tanah ?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui dosis mol dan ampas tahu yang tepat terhadap pertumbuhan dan

hasil tanaman kacang tanah.

2. Untuk mengetahui ada tidaknya interaksi antara mol dan ampas tahu terhadap

pertumbuhan dan hasil tanaman kacang tanah.

1.4. Hipotesis Penelitian

Diduga penggunaan mol dan ampas tahu serta interaksi keduanya dapat

meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman kacang tanah.

Page 4: BAB I - III Penelitian Kacang Tanah

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sistematika Tanaman Kacang Tanah

2.1.1. Taksonomi Tanaman Kacang Tanah

Taksonomi tanaman kacang tanah dalam dunia tumbuhan adalah (Thamrin dan

Nazariah, 2004):

Divisio : Spermatophyta

Sub division : Angiospermae

Class : Dicotyledoneae

Ordo : Rosales

Famili : Leguminosae

Genus : Arachis

Spesies : Hypogaea

Varietas : Lokal

Secara garis besar dapat dibedakan dua macam tipe pertumbuhan kacang tanah

antara lain:

a. Tipe Tegak (Buch Type)

Percabangan tipe ini kebanyakan lurus atau sedikit miring ke atas dan pada

umumnya petani lebih suka yang bertipe ini, karena selain umurnya lebih genjah juga

lebih mudah cara pemungutan hasilnya. Dengan umur yang genjah (100 - 120 hari)

maka akan lebih cepat diperoleh hasilnya. Selain itu, buahnya hanya pada ruas- ruas

dekat rumpun saja, sehingga masaknya biasa bersamaan.

4

Page 5: BAB I - III Penelitian Kacang Tanah

5

b. Tipe Menjalar (Umur Type)

Tipe ini memiliki cabang-cabang tanaman yang tumbuh ke samping, tetapi pada

ujung cabang mengarah ke atas. Panjang batang utamanya antara 33 - 66 cm, tanaman

kacang tanah tipe ini berumur 3-4 bulan atau kira-kira 120 hari. Tiap-tiap ruas yang

berdekatan dengan tanah yang akan menghasilkan buah (Suprapto, 2004).

2.1.2. Morfologi Tanaman Kacang Tanah

a. Akar

Kacang tanah berakar tunggang yang tumbuh lurus ke dalam tanah hingga

kedalaman 40 cm. Pada akar tunggang tersebut tumbuh akar cabang dan diikuti oleh

akar serabut. Akar kacang berfungsi sebagai penopang berdirinya tanaman serta alat

penyerap air dan zat-zat hara serta mineral dari dalam tanah. Cabang dan akar rambut

berperanuntuk memperluas permukaan akar guna meningkatkan daya serap akar

tanaman tersebut. Pada pangkal dan cabang akar tunggang kacang tanah biasanya

terdapat bintil-bintil bakteri Rhizobium yang berperan dalam penyerapan nitrogen dari

udara bebas. Pada varietas bertipe menjalar, terdapat perakaran tanaman yang muncul

dari buku-buku cabang dab menjalar menyentuh tanah. Dengan adanya akar ini, daerah

penyerapan unsur hara akan lebih luas karena akar adventif ini juga berfungsi sebagai

alat pengisap atau penyerap air dan hara dari dalam tanah (Thamrin dan Nazariah,

2004).

b. Batang

Batang tanaman kacang tanah tidak berkayu dan berbulu halus, ada yang tumbuh

menjalar dan ada yang tegak. Tinggi batang rata-rata sekitar 50 cm, namun ada yang

Page 6: BAB I - III Penelitian Kacang Tanah

6

mencapai 80 cm. Tanaman yang bertipe menjalar tumbuh ke segala arah dan dapat

mencapai garis tengah 150 cm. Bagian bawah batang merupakan tempat menempelnya

perakaran tanaman. Batang di atas permukaan tanah berfungsi sebagai tempat pijakan

cabang primer, yang masing-masing dapat membentuk cabang sekunder. Tanaman tipe

tegak membentuk percabangan antara 3-6, sedangkan tipe menjalar dapat membentuk

10 cabang primer. Pada cabang primer terbentuk cabang sekunder dan kemudian

tumbuh cabang tersier. Batang dan cabang kacang tanah berbentuk bulat, bagian atas

batang ada yang berbentuk agak persegi, sedikit berbulu dan berwarna hijau (Thamrin

dan Nazariah, 2004).

c. Daun

Daun pertama yang tumbuh merupakan kotiledon, daun pertama tersebut

terangkat ke atas permukaaan tanah selagi biji kacang berkecambah. Daun berikutnya

berupa daun tunggal dan berbentuk bundar, pada pertumbuhan selanjutnya tanaman

kacang tanah membentuk daun majemuk bersirip genap, terdiri atas empat anak daun

dengan tangkai daun agak panjang. Helaian anak daun ini beragam: ada yang

berbentuk bulat, elips dan agak lancip, tergantung varietasnya. Permukaan daun ada

yang tidak berbulu dan ada yang berbulu. Bulu daun ada yang hanya sedikit dan

pendek, sedikit dan panjang, banyak dan pendek, ataupun banyak dan panjang

(Suprapto, 2004).

d. Bunga

Bunga kacang tanah mulai muncul dari ketiak daun pada bagian bawah tanaman

yang berumur antara 4-5 minggu dan berlangsung hingga umur sekitar 80 hari setelah

Page 7: BAB I - III Penelitian Kacang Tanah

7

tanam. Bunga berbentuk kupu-kupu (papilionaceus), berukuran kecil, dan terdiri atas

lima daun tajuk. Dua diantara daun tajuk tersebut bersatu seperti perahu. Di sebelah

atas terdapat sehelai daun tajuk yang paling lebar yang dinamakan bendera (vexillum),

sementara di kanan dan kiri terdapat dua tajuk daun yang disebut sayap (ala). Setiap

bunga bertangkai berwarna putih. Tangkai bunga sebenarnya adalah tabung kelopak.

Mahkota bunga (corolla) berwarna kuning atau kuning kemerah-merahan. Bendera

dari makhota bunga bergaris-garis merah pada pangkalnya (Sumarno, 1993).

Bunga kacang tanah pada umumnya melakukan penyerbukan sendiri..

Penyerbukan terjadi menjelang pagi, sewaktu bunga masih kuncup (kleistogami).

Penyerbukan silang dapat terjadi, namun persentasenya sangat kecil, sekitar 0, 5 %.

Setelah terjadi penyerbukan, daun mahkota mekar penuh, dan pada hari berikutnya

akan layu dan gugur. Bunga yang berhasil menjadi polong biasanya hanya bunga yang

terbentuk pada sepuluh hari pertama. Bunga yang muncul selanjutnya sebagian besar

akan gugur sebelum menjadi ginofora (bakal buah) (Sumarno, 1993).

e. Buah

Setelah terjadi pembuahan, bakal buah tumbuh memanjang dan nantinya akan

menjadi tangkai polong. Mula-mula, ujung ginofora yang runcing mengarah ke atas,

kemudian tumbuh mengarah ke bawah dan selanjutnya masuk ke dalam tanah sedalam

1-5 cm, pada waktu menembus tanah, pertumbuhan memanjang ginofora akan terhenti.

Panjang ginofora ada yang mencapai 18 cm, tempat berhentinya ginofora masuk ke

dalam tanah tersebut menjadi tempat buah kacang tanah. Ginofora yang terbentuk di

cabang bagian atas dan tidak masuk ke dalam tanah akan gagal membentuk polong

(Thamrin dan Nazariah, 2004).

Page 8: BAB I - III Penelitian Kacang Tanah

8

Setiap polong kacang tanah berisi 1 - 4 biji, namun kebanyakan 2 - 3 biji. Setiap

pohon memiliki jumlah dan isi polong beragam, tergantung pada varietas dan tanaman

yang dibudidayakan.

f. Biji

Biji kacang tanah terdapat di dalam polong, kulit luar (testa) bertekstur keras,

berfungsi untuk melindungi biji yang berada di dalamnya. Biji terdiri atas lembaga dan

keeping biji, diliputi oleh kulit ari tipis(tegmen). Biji berbentuk bulat agak lonjong

atau bulat dengan ujung agak datar karena berhimpitan dengan butir biji yang lain

selagi di dalam polong. Warna kulit biji bervariasi: merah jambu, merah, cokelat,

merah tua, dan ungu. Biji kecil berukuran sekitar 20 g/100 biji, biji sedang sekitar 50

g/100 biji, dan biji besar lebih dari 50 g/100 biji. Varietas local pada umumnya

memiliki biji kecil yaitu 30 - 40 g/100 biji. Rendemen biji dari polong berkisar antara

50 % - 70 % (Thamrin dan Nazariah, 2004).

2.2. Syarat Tumbuh Tanaman Kacang Tanah

2.2.1. Iklim

Iklim merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi baik

pertumbuhan maupun produksi tanaman kacang tanah, seperti curah hujan, sinar

matahari, kelembaban dan suhu.

Curah hujan yang sesuai untuk tanaman kacang tanah antara 800 - 1.300 mm

per tahun. Di daerah yang memiliki musim kemarau yang nyata (curah hujan kurang),

kacang tanah memerlukan pengairan, terutama pada fase perkecambahan, pembuahan

dan pengisian polong. Pada daerah yang memiliki curah hujan yang tinggi,

Page 9: BAB I - III Penelitian Kacang Tanah

9

permasalahan terjadi pada penyerapan unsur hara, panen, pengelolaan hasil dan

serangan cendawan sehingga dapat menurunkan kualitas hasil (Suprapto, 2004).

Hujan yang terlalu berat akan mengakibatkan rontok dan bunga tidak diserbuki

oleh lebah. Selain itu, hujan yang terus menerus akan meningkatkan kelembaban di

sekitar pertanaman kacang tanah. Hujan diperlukan pada waktu mulai tumbuh hingga

saat sebelum berbunga. Pada masa pemasakan polong diperlukan iklim yang kering

dan tidak ada hujan, sebab jika curah hujan tinggi akan menyebabkan banyak polong

yang busuk atau berkecambah (Anonymous, 2008).

Suhu udara sekitar 28 – 32oC. Apabila suhu di bawah 10oC menyebabkan

terhambatnya pertumbuhan tanaman bahkan menjadi kerdil karena pertumbuhan

bunga kurang sempurna (Anonymous, 2008).

Kelembaban udara berkisar antara 65 – 75%. Tanaman ini menghendaki

penyinaran penuh terutama untuk pertumbuhan (kesuburan daun) dan perkembangan

(pembesaran kacang). Tanaman kacang tanah yang ditanam pada tempat terbuka

(banyak mendapat sinar matahari) cabangnya menyebar kesamping sehingga akan

menambah kesanggupan bakal buah (ginofor) dapat masuk ke dalam tanah. Sedangkan

pada tempat-tempat yang terlindung, cabang-cabangnya akan tumbuh naik keatas,

akibatnya bakal buah (ginofor) tidak seluruhnya dapat menembus tanah. Ketinggian

tempat yang baik dan ideal untuk tanaman kacang tanah adalah 500 m dpl

(Sastroprawiro, 1985).

2.2.2. Tanah

Kacang tanah tumbuh dengan baik pada tanah-tanah yang ringan, karena dapat

mempermudah penembusan akar-akar maupun calon polong ke dalam tanah, dan

Page 10: BAB I - III Penelitian Kacang Tanah

10

polong akan berkembang di dalam tanah secara normal (Suprapto, 2004). Polong

kacang tanah tumbuh dan berkembang di dalam tanah setelah terjadi pembuahan.

Oleh karena itu, tanah harus gembur dan bertekstur ringan agar ginofor masuk ke

dalam tanah dengan mudah (Anonymous, 2008).

Derajat keasaman tanah yang sesuai untuk budidaya kacang tanah adalah pH 6,0

– 6,5. Tanah harus memiliki drainase dan beraerasi baik atau lahan tidak terlalu becek

dan tidak terlalu kering agar pertumbuhan tanaman optimal (Suprapto, 2004).

2.3. Mikro Organisme Lokal (MOL)

Mikro Organisme Lokal (MOL) adalah cairan yang terbuat dari bahan-bahan

alami yang disukai sebagai media hidup dan berkembangnya mikro organisme yang

berguna untuk mempercepat penghancuran bahan-bahan organik atau sebagai

dekomposer dan sebagai aktivator atau tambahan nutrisi bagi tumbuhan yang

disengaja dikembangkan dari mikro organisme yang berada di tempat tersebut (Wang

Jou, 2013).

MOL adalah larutan dari hasil fermentasi yang berasal dari sisa-sisa pembusukan

yang mudah terurai. MOL mempunyai keuntungan karena biaya yang dibutuhkan

murah dan pembuatannya sangat mudah. Larutan MOL dapat digunakan sebagai

dekomposer karena larutan MOL mengandung bakteri yang berpotensi merombak

bahan organik. Selain itu, larutan MOL juga mengandung unsur hara mikro dan unsur

hara makro (Wang Jou, 2013).

Prinsip pembuatan MOL yaitu memanfaatkan bakteri bermanfaat yang ada di

sekitar dan berguna sebagai dekomposer. MOL dapat berasal dari hasil pembusukan

yang telah difermentasikan. Semakin busuk dan halus bahan yang difermentasikan

Page 11: BAB I - III Penelitian Kacang Tanah

11

maka akan semakin cepat menjadi MOL. Agar MOL dapat terbentuk lebih cepat maka

bakteri dalam larutan MOL membutuhkan glukosa, sumber bakteri, dan karbohidrat

(Wang Jou, 2013).

Glukosa berperan dalam sumber energi dalam mikroba yang bersifat spontan,

artinya lebih mudah untuk dimakan. Sumber glukosa dapat berupa gula jawa yang

telah diiris atau dihaluskan, air kelapa, dan lain-lain. Sumber bakteri dalam MOL

berasal dari bahan-bahan (buah, sayur) yang telah busuk. Bakteri yang tersedia dalam

MOL biasanya lebih dari satu jenis bakteri, seperti Pseudomona sp, Bacillus s, bakteri

pelarut pospat, Azospirillum sp, dan lain-lain. Karbohidrat dalam MOL sangat

dibutuhkan oleh bakteri pengurai sebagai sumber energi. Sumber karbohidrat dapat

berupa beras, gandum, ubi, kentang dan singkong (Purwasasmita, 2009).

Larutan MOL (Mikro Organisme Lokal) adalah hasil dari fermentasi yang

berbahan dasar dari sumberdaya yang tersedia setempat. MOL dapat dikatakan sebagai

salah satu jenis pupuk cair karena memiliki kandungan unsur hara dan unsur hara

mikro. Larutan MOL juga mengandung bakteri yang berpotensi sebagai perombak

bahan organik, perangsang pertumbuhan dan sebagai agens pengendali hama dan

penyakit tanaman. Sehingga MOL dapat digunakan baik sebagai dekomposer, pupuk

hayati, dan sebagai pestisida organik terutama sebagai fungisida (Purwasasmita,

2009).

MOL dapat langsung dimanfaatkan tanaman karena sudah berupa larutan. MOL

dapat digunakan langsung dengan cara disemprotkan ke tanah dan atau tanaman untuk

meningkatkan kesuburan tanah dan juga meningkatkan kesuburan tanaman. MOL

dapat digunakan dalam proses penguraian pengomposan. Misalnya, pengomposan

Page 12: BAB I - III Penelitian Kacang Tanah

12

pupuk kandang karena MOL mengandung bakteri pengurai di dalam larutannya

(Santosa, 2013).

Manfaat dari MOL adalah sebagai berikut: (1) Menyediakan ketersediaan unsur

hara yang sangat cepat karena sudah berupa larutan; (2) Dapat disemprotkan langsung

oleh tanaman, sehingga diserap melalui dedaunan tanaman; (3) Dapat digunakan

sebagi dekomposer dalam pengomposan; (4) Mengendalikan hama dan penyakit dan

tanaman; (5) Mengurangi penggunaan pestisida yang dapat menurunkan kualitas

tanaman; dan (6) Dengan adanya MOL maka buah-buahan yang busuk ataupun yang

lain dapat dimanfaatkan (Santosa, 2013).

Dosis MOL yaitu 400 cc cairan MOL diencerkan dengan 14 liter air atau dosis

4,8 liter per ha. Khisore et al. (2005) dalam Yulia dan Widiantini (2007) menyatakan

bahwa PGPR (Plant of Growth Promoting Rhizobacteria) yang diaplikasikan sebagai

seed treatment mampu memicu pertumbuhan dan meningkatkan produksi kacang

tanah. Hasil analisa unsur hara dalam beberapa larutan MOL terdapat unsur makro (N,

P, K) maupun mikro (Fe, S, Zn), dari 8 larutan MOL yang dianalisa unsur hara, pH

dan perbandingan C/N didapat MOL daun cebreng mengandung unsur N, P, K, Fe dan

Zn yang lebih tinggi dibanding larutan MOL lainya.

2.4. Ampas Tahu

Ampas tahu adalah limbah yang dihasilkan selama proses pembuatan tahu. Rata-

rata teknologi industri tahu yang dilakukan masih sederhana, sehingga tingkat

efisiensi penggunaan air dan bahan baku masih rendah dan tingkat produksi limbahnya

juga relatif tinggi. Kalaupun sudah ada yang mempunyai unit pengolahan limbah

hasilnya juga ada yang belum sepenuhnya sesuai yang diharapkan (Fitriyah, 2012).

Page 13: BAB I - III Penelitian Kacang Tanah

13

Selama ini limbah ampas tahu belum dimanfaatkan secara maksimal. Ampas

tahu lebih banyak digunakan sebagai pakan ternak (sapi dan babi) atau bahkan dibuang

begitu saja. Padahal ampas tahu memiliki kandungan protein yang cukup tinggi dan

sangat baik dijadikan pupuk organik. Ampas tahu diketahui memiliki unsur senyawa

nitrogen (N), fosfat (P), dan kalium (K), yakni unsur hara yang dapat menyuburkan

tanaman. Dibandingkan bahan makanan lain, unsur hara ampas tahu juga lebih tinggi.

Adapun komposisi kimia ampas tahu: Kalori 414 kal, Protein 26,6 g, Lemak 18,3 g,

Karbohidrat 41,3 g, Kalsium 19 mg, Fosfor 29 mg, Besi 4,0 mg, Vit. B 0,20 mg,

Air 9,0 g. Dari data tersebut diketahui bahwa kandungan terbanyak yang terdapat

dalam ampas tahu adalah karbohidrat, protein, dan serat kasar. Dengan demikian

dapat dikemukakan bahwa kelebihan pupuk organik dari ampas tahu, selain kandungan

senyawa organiknya lebih banyak daripada unsur haranya, meningkatkan kesuburan

kimia dan fisik tanah, dan lebih aman dikonsumsi (Kementrian Lingkungan Hidup,

2006).

Hasil penelitian Danial et al (2008) menunjukkan bahwa penggunaan bokashi

ampas tahu efektif untuk menurunkan kadar nikel dalam tanah dari 87,33 ppm menjadi

52,00 ppm, menurunkan Al-dd tanah, menurunkan kadar Fe dalam tanah, dan

meningkatkan tinggi tanaman dari 81,00 cm menjadi 91,92 cm. Penggunaan bokashi

ampas tahu juga mampu memperbaiki beberapa sifat kimia tanah Ultisol yang berasal

dari areal bekas tambang nikel yaitu meningkatkan pH tanah, C-organik dan bahan

organik tanah, N-total tanah, K-dd tanah, dan KTK tanah, tetapi menurunkan P-

tersedia tanah. Berdasarkan uraian tersebut, maka perlakuan bokashi ampas tahu 6

ton/ha merupakan perlakuan terbaik.

Page 14: BAB I - III Penelitian Kacang Tanah

14

2.5. Peranan Bahan Organik terhadap Tanah dan Tanaman Bahan organik (organic matter) memiliki peranan yang sangat besar terhadap

sifat-sifat fisika, kimia, dan biologi tanah, walaupun memiliki porsi yang relatif kecil

terutama pada tanah-tanah mineral (Wiskandar dan Sunarti, 2003).

Peranan bahan organik terhadap sifat fisika tanah adalah menyediakan serat

sehingga terjadi pembentukan agregat atau granulasi tanah. Perbaikan agregasi tanah

akan memperbaiki permeabilitas dan peredaran udara tanah liat. Granulasi butir-butir

tanah memperbaiki daya ikat hara dan air tanah pasir. Bahan organik juga menjadikan

fluktuasi temperatur tanah lebih kecil (Karama at al, 1991).

Dengan demikian bahan organik berperan terutama dalam upaya rehabilitasi

lahan dengan memperbaiki struktur tanah sehingga berpengaruh positif terhadap tata

udara dan air juga aktivitas jasad renik dan proses penyediaan unsur hara bagi tanaman

(Suwarjo, 1993).

Peranan bahan organik terhadap sifat kimia tanah adalah dalam menyediakan

sebagian Kapasitas Tukar Kation (KTK) tanah. KTK yang tinggi penting untuk

menyerap pupuk anorganik yang diberikan dan meningkatkan daya ikat tanah sehingga

tanaman terhindar dari beberapa tekanan, seperti keasaman tanah dan keracunan hara.

Bahan organik juga meningkatkan ketersediaan beberapa unsur hara dan efisiensi

penyerapan fosfat. Perombakan bahan organik akan melepas unsur-unsur hara seperti

nitrogen (N), fosfat (P), kalium (K), belerang (S), dan beberapa unsur lain dan

pembentukan khelat akan meningkatkan penyerapan unsur hara mikro (Karama et al,

1991).

Page 15: BAB I - III Penelitian Kacang Tanah

15

Peranan bahan organik terhadap sifat biologi tanah merupakan sumber energi

utama bagi aktivitas jasad renik tanah. Penambahan bahan organik dengan nisbah C/N

tinggi mendorong pembiakan jasad renik dan meningkatkan beberapa unsur hara ke

tanah (Karama et al, 1991). Bahan organik tanah dapat pula menekan pertumbuhan

jasad renik parasitik dalam tanah baik melalui kompetisi antar jasad renik maupun

produk toksin yang muncul selama dekomposisi (Shiddieq dan Partoyo, 2000).

Berdasarkan uraian tentang peranan bahan organik terhadap perbaikan sifat-sifat

tanah maka dapat disimpulkan bahwa pemberian bahan organik ke dalam tanah akan

memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Perbaikan sifat-sifat tanah

menyebabkan unsur hara menjadi tersedia untuk diserap tanaman yang dibudidayakan

di atas tanah tersebut. Hal ini terjadi melalui mekanisme perombakan senyawa-

senyawa khelat oleh aktivitas mikroorganisme, yang semula terikat dan tidak dapat

diserap tanaman menjadi terurai dalam bentuk senyawa atau unsur yang dapat diserap

oleh tanaman. Selanjutnya, jika unsur hara tersedia dan dapat diserap akar tanaman

dalam jumlah yang mencukupi maka pertumbuhan tanaman akan optimal.

Pertumbuhan tanaman optimal akan menghasilkan produksi yang optimal juga.

Page 16: BAB I - III Penelitian Kacang Tanah

16

III. METODE PENELITIAN

3.1. Tempat Dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

Jabal Ghafur Glee Gapui Sigli, dari bulan Mei 2014 sampai selesai.

3.2. Bahan dan Alat

3.2.1. Bahan

Bahan–bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah benih kacang tanah,

larutan mol dari air kelapa, papaya, pisang, gula merah, air, ampas tahu, dan pestisida

bila diperlukan.

3.2.2. Alat-alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, parang, timba,

gembor (alat penyiram), sprayer, gunting, meteran, tali rafia, timbangan, papan nama

penelitian dan papan nama plot, alat tulis menulis dan alat-alat lain yang diperlukan

untuk menunjang penelitian ini.

3.3. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial

terdiri dari dua faktor yang diteliti yaitu mol (M) dan ampas tahu (T).

1. Mol (M), terdiri dari 4 taraf yaitu :

− 0 cc/l air (M0)

− 15 cc/l air (M1)

16

Page 17: BAB I - III Penelitian Kacang Tanah

17

− 30 cc/l air (M2)

− 45 cc/l air (M3)

2. Ampas Tahu (T), terdiri dari 3 taraf, yaitu :

− 0 ton per ha (T0)

− 2 ton per ha atau 540 gram per plot (T1)

− 4 ton per ha atau 1.080 gram per plot (T2)

Dengan demikian terdapat 12 perlakuan dan 3 kali ulangan sehingga diperoleh

36 satuan percobaan. Adapun susunan kombinasi perlakuan dapat dilihat pada Tabel

1.

Tabel 1. Susunan Kombinasi Perlakuan MOL dan Ampas Tahu No Kombinasi

Perlakuan MOL Ampas Tahu

cc/l ton/ha gr/plot 1 M0T0 0 0 0 2 M0T1 0 2 540 3 M0T2 0 4 1080 4 M1T0 15 0 0 5 M1T1 15 2 540 6 M1T2 15 4 1080 7 M2T0 30 0 0 8 M2T1 30 2 540 9 M2T2 30 4 1080 10 M3T0 45 0 0 11 M3T1 45 2 540 12 M3T2 45 4 1080

Model matematis Rancangan Acak Kelompok (RAK) Pola Faktorial (Hanafiah,

2000) dapat ditulis sebagai berikut :

Yijk = μ + Kk + Mi + Tj + (MT)ij + εijk

Page 18: BAB I - III Penelitian Kacang Tanah

18

Dimana :

Yijk = Nilai pengamatan pada kelompok percobaan ke-k yang memperoleh

kombinasi perlakuan ij (taraf ke-i dari faktor MOL dan taraf ke-j dari

ampas tahu).

μ = Nilai rata-rata tengah.

Kk = Nilai pengamatan pengaruh kelompok ke-k.

Mi = Nilai pengamatan pengaruh MOL pada taraf ke-i.

Tj = Nilai pengamatan pengaruh ampas tahu pada taraf-j

(MT)ij = Nilai pengamatan interaksi MOL pada taraf ke-i dan ampas tahu pada taraf

ke-j.

εij = Pengaruh acak percobaan pada kelompok percobaan ke-k yang memperoleh

kombinasi perlakuan pemberian MOL pada taraf ke-i dan ampas tahu pada

taraf ke-j.

Jika hasil analisis statistik menunjukkan adanya pengaruh dari faktor-faktor yang

diuji, kemudian dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5 %

(Hanafiah, 2000).

3.4. Pelaksanaan Penelitian

3.4.1. Pengolahan tanah

Tanah dicangkul sedalam 30 cm. Pencangkulan tanah dilakukan sebanyak dua

kali agar diperoleh tanah yang gembur, kemudian digaru sebanyak satu kali.

Selanjutnya, dibuat plot-plot percobaan sebanyak 36 plot dengan ukuran masing-

masing plot panjang 150 cm dan lebar 150 cm. Jarak antar plot 30 cm dan jarak antar

ulangan 50 cm.

Page 19: BAB I - III Penelitian Kacang Tanah

19

3.4.2. Pembuatan Mol

Bahan yang diperlukan terdiri dari buah papaya dan buah pisang yang sudah

lewat matang, air kelapa, air cucian beras, gula merah.

Alat yang diperlukan terdiri dari : ember plastik, selang plastik sepanjang 0.5

m, tali dari karet, lakban, botol bekas air mineral, plastik.

Cara membuat : Buah-buahan dikupas kulitnya, ditumbuk sampai halus

(volume lebih kecil dari sepertiga ember plastik), dan dimasukan ke dalam ember yang

telah berisi air kemudian masukan air kelapa, air cucian beras masing-masing dengan

volume setinggi buah yang sudah dihancurkan. Tambahkan gula kelapa yang sudah

dihaluskan sebanyak 2% dari berat buah-buahan, aduk sampai rata. Tutup dengan

plastik, kemudian masukan ujung selang yang keluar ke dalam botol bekas minuman

mineral sampai ke dasar botol. Botol bekas minuman mineral sudah diberi air

setengahnya dan terbuka. Umur tujuh hari buka dan diaduk sambil diamati

perkembangan miselium. Tutup kembali dan biarkan sampai tujuh hari kemudian.

Tanda atau ciri MOL yang terjadi: permukaan dipenuhi miselium, berbau

seperti spiritus atau alkohol, warna coklat tua atau kehitaman. Mol yang hendak

digunakan disaring terlebih dahulu untuk memisahkan ampas dari larutan.

3.4.3. Penanaman

Sebelum dilakukan penanaman, benih kacang tanah terlebih dahulu dibasahi

dengan air kemudian ditaburi dengan tanah yang diambil dari bekas penanaman

kacang tanah, kemudian diangin-anginkan. Penanaman dilakukan secara tugal dengan

jarak tanam 30 x 20 cm, sedangkan jarak tanaman dari pinggir bedengan yaitu 15 cm.

Jumlah benih per lubang tanam sebanyak 3 biji, setelah itu lubang tanah ditutupi

Page 20: BAB I - III Penelitian Kacang Tanah

20

dengan tanah halus. Setelah berumur 2 minggu dilakukan perjarangan tanaman,

sehingga tiap lubang terdapat 2 tanaman yang memiliki pertumbuhan seragam.

3.4.4. Pemupukan

Pupuk yang digunakan sekaligus diteliti pengaruhnya adalah ampas tahu dengan

dosis sesuai perlakuan, diberikan tiga hari sebelum tanam dengan cara meletakkan di

atas masing-masing plot kemudian diaduk sehingga tercampur merata dengan tanah.

Pemupukan susulan menggunakan MOL dengan dosis sesuai perlakuan. MOL

diberikan sebanyak empat kali, yaitu bersamaan dengan pemberian ampas tahu (tiga

hari sebelum tanam), umur 15, 30, dan 45 hari setelah tanam (HST). Pada pemberian

pertama, MOL diberikan dengan cara disiram pada tanah. Kemudian, pada umur 15,

30, dan 45 hst, diberikan dengan cara disemprot pada seluruh bagian tanaman.

3.4.5. Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman, penyulaman, penyiangan gulma,

dan pengendalian hama penyakit.

− Penyiraman dilakukan 1 kali sehari yaitu pada sore hari dengan menggunakan

gembor, tetapi bila hari hujan tidak dilakukan penyiraman.

− Penyulaman dimaksudkan untuk mengganti tanaman yang rusak atau tidak tumbuh,

dilakukan paling lambat satu minggu setelah tanam.

− Penyiangan yaitu membersihkan lahan tanam dari rumput, dilakukan sebanyak 2

kali yaitu pada umur 15 hari dan 45 hari setelah tanam.

− Pembumbunan dilakukan sekaligus dengan penyiangan yaitu pada umur 15 dan 45

hst, bertujuan untuk menggemburkan tanah di sekitar akar tanaman.

Page 21: BAB I - III Penelitian Kacang Tanah

21

− Pengendalian hama dan penyakit digunakan pestisida nabati sesuai hasil

pengamatan.

3.4.6. Panen

Panen dilakukan sesuai dengan kriteria panen yaitu bila kulit polong

telah mengeras, biji telah terisi penuh dan sebagian besar daunnya sudah

mongering, atau tanaman kacang tanah telah berumur 90-100 hari setelah tanam.

Pemanenan dilakukan dengan mencabut seluruh bagian tanaman. Tanaman kacang

tanah yang telah dipanen kemudian dikeringkan sekaligus dengan polongnya.

3.5. Pengamatan

Parameter yang diamati meliputi:

a. Tinggi tanaman (cm). Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dari permukaan tanah

sampai titik tumbuh tertinggi, yaitu pada saat tanaman berumur 20, 35, dan 50 hari

setelah tanam.

b. Berat brangkasan basah per plot (kg/plot), dilakukan pada saat panen yaitu

brangkasan dicuci untuk membersihkan sisa-sisa tanah yang menempel kemudian

dilakukan penimbangan dan dinyatakan dalam satuan kilogram.

c. Berat brangkasan kering per plot (kg/plot), setelah brangkasan dicuci bersih

kemudian dikeringkan selama 3 hari dengan menggunakan sinar matahari.

Selanjutnya dilakukan penimbangan dan dinyatakan dalam satuan kilogram.

d. Jumlah polong per plot dihitung pada saat panen, yaitu dengan cara menghitung

jumlah polong kacang tanah yang terdapat dalam satu plot.

Page 22: BAB I - III Penelitian Kacang Tanah

22

e. Berat polong kering per plot. Polong dicuci bersih untuk menghilangkan sisa-sisa

tanah, kemudian dijemur selama 3 hari baru dilakukan penimbangan, dinyatakan

dalam satuan gram.

f. Jumlah polong hampa.

Page 23: BAB I - III Penelitian Kacang Tanah

23

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2008. Kacang Tanah. Id.wikipedia.org. Diakses tanggal 25 Januari

2014. Danial, Muhammad, Nur Anny S. Taufieq, Wahidah Sanusi. 2008. Pemanfaatan

Zeolit dan Bokashi Ampas Tahu untuk Menekan Konsentrasi Nikel dan Meningkatkan Pertumbuhan Baby Corn pada Tanah Tambang di Soroako. Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Makassar (UNM). http://ojs.unm.ac.id/index.php/chemica/article/view/413.

Fithriyah, Nur Rahmah. 2012. Studi Pemanfaatan Limbah Cair Tahu untuk Pupuk

Cair Tanaman (studi kasus Pabrik Tahu Kenjeran). Skripsi pada Fakultas Teknik Lingkungan. Institut Teknologi Surabaya. http://digilib.its.ac.id/

Hanafiah. 2000. Rancangan Percobaan. Teori dan Aplikasi. Fakultas Pertanian,

Universitas Sriwijaya. Palembang. Karama, A.S., A.R. Marzuki dan I. Manwan. 1991. Penggunaan Pupuk Organik pada

Tanaman Pangan. hal. 395 - 425. Prosiding Lokakarya Nasional Efisiensi Penggunaan Pupuk V tanggal 12 - 13 Nopember 1990. Puslitannak. Bogor.

Kementrian Lingkungan Hidup. 2006. Pencemaran Limbah Domestik dan Usaha

Skala Kecil. Peraturan Menteri Negara. Sumber: Limbah Tahu Disulap Jadi Pupuk Organik - Yafi Blog http://yafi20.blogspot.com/2012/04/limbah-tahu-disulap-jadi-pupuk-organik.html#.

Purwasasmita, M. 2009. Mikroorganisme Lokal Sebagai Pemicu Siklus Kehidupan

Dalam Bioreaktor Tanaman. Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia, 19-20 Oktober 2009. http://www.slideshare.net/nudiisidun/aplikasi-mol. Diakses tanggal 25 Januari 2014.

Santosa. 2013. Mengenal Macam dan Peran Mikro Organisme Lokal (MOL) dalam

Budidaya Pertanian. http://epetani.deptan.go.id. Diakses tanggal 25 Januari 2014.

Sastroprawiro. 1985. Bertanam Kacang Tanah. PT. Penebar Swadaya. Jakarta. Scribd. 2008. Kacang Tanah. Id.wikipedia.org. Diakses tanggal 25 Januari 2014. Shiddieq dan Partoyo, 2000. Suatu Pemikiran Mencari Paradigma Baru Dalam

Pengelolaan Tanah Yang Ramah Lingkungan. Hal. 139 - 156. Prosiding Kongres Nasional VII HITI tanggal 2 - 4 Nopember 1999. Bandung.

31

Page 24: BAB I - III Penelitian Kacang Tanah

24

Sumarno. 1993. Status Kacang Tanah di Indonesia dalam Kacang Tanah. Monograph Balittan Malang.

Suprapto, S. H. 2004. Bertanam Kacang Tanah. PT. Penebar Swadaya. Jakarta. Suwarjo, H. 1993. Rakit Teknologi Menunjang Usahatani Untuk Mikro DAS dan

TDM. Pemaparan Hasil Penelitian Terapan Sistem DAS. Kawasan Perbukitan Kritis. Yogyakarta.

Syaifudin, A., L. Mulyani., dan E. Sulastri. 2010. Pemberdayaan Mikro Organisme

Lokal Sebagai Upaya Peningkatan Kemandirian Petani. Karya Tulis. Thamrin dan Nazariah. 2004. Teknologi Budidaya Kacang Tanah. Balai Pengkajian

Teknologi Pertanian. Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Vyan, R.H. 2009. Kacang Tanah, Manfaat dan Dampaknya. id.wikipedia.org.

Diakses tanggal 25 Januari 2014. Wang Jou. 2013. Mikro Organisme Lokal (MOL). http://wang-jou.blogspot.com

/2013/01/mikro-organisme-lokal-mol-mikro.html.

Wiskandar dan Sunarti. 2003. Pemanfaatan Kompos Sluge Pabrik Bubur Kertas Dalam Memperbaiki Erodibilitas Ultisol. hal. 1 - 9. Prosiding Kongres Nasional VIII HITI tanggal 21 - 23 Juli 2003. Padang.

Yulia, Endah dan Fitri Widiantini. 2007. Potensi Bakteri Filoplane Asal Tanaman

Padi Dalam Menekan Perkembangan Penyakit Busuk Batang (Helminthosporium Sigmoideum Cav.) pada Tanaman Padi. Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran Bandung. http://pustaka2.ristek.go.id/katalog/index.php/searchkatalog/byId/53167

32

Page 25: BAB I - III Penelitian Kacang Tanah

25

DAFTAR ISI Halaman

LEMBARAN PENGESAHAN ……………………………………………….. i

KATA PENGANTAR ………………………………………………….......... ii

DAFTAR ISI …………………………………………………....................... iii

I PENDAHULUAN ………………….……………………………….…... 1

1.1. Latar Belakang ………………………………………………………... 1

1.2. Rumusan Masalah …………………………………………………….. 3

1.3. Tujuan Penelitian ….………………………………………………….. 3

1.4. Hipotesis Penelitian ….………………………………………………... 3

II TINJAUAN PUSTAKA ….…………………………………………….. 4

2.1 Sistematika Tanaman Kacang Tanah …………………………………. 4

2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Kacang Tanah ………………..................... 8

2.3. Mikro Organisme Lokal (MOL) ………………………..…..…………. 10

2.4. Ampas Tahu ………………………………………………………….. 12

2.5. Peranan Bahan Organik terhadap Tanah dan Tanaman ……………… 13

III METODE PENELITIAN ……………..………………………………… 16

3.1. Tempat dan Waktu …………………………………………………… 16

3.2. Bahan dan Alat ………………………………………………............. 16

3.3. Rancangan Penelitian ……………………….……………….............. 16

3.4. Pelaksanaan Penelitian …………………..….……………….............. 18

3.5. Pengamatan ………………………………….……………….............. 20

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….. 22

Page 26: BAB I - III Penelitian Kacang Tanah

26