30
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada manusia selain peredaran darah, terdapat juga peredaran limfe atau peredaran getah bening. Peredaran getah bening merupakan peredaran terbuka, yaitu dimulai dari dalam jaringan dan berakhir pada pembuluh balik bawah selangka (vena sub klavia). Limfa merupakan limfoid terbesar pada tubuh manusia yang letaknya berada di antara diagframa dan lambung yang berwarna ungu tua . limfa merupakan kelenjar tanpa saluran (ductless) yang menghasilkan cairan tubuh dan berhubungan erat dengan sistem transportasi serta berfungsi manghancurkan sel-sel darah merah yang sudah tua atau mati. Cairan ini berasal dari darah yang keluar melalui dinding kapiler lalu masuk ke ruang antarsel, dan kemudian masuk ke pembuluh halus yang disebut pembuluh getah bening (limfe). Dari pembuluh limfe kecil, kemudian berkumpul pada pembuluh getah bening yang besar, dan yang terakhir masuk ke vena sub klavia. Sistem limfatik adalah suatu sistem sirkulasi sekunder yang berfungsi mengalirkan limfa atau getah bening di dalam tubuh. Limfa (bukan limpa) berasal dari plasma darah.. yang keluar dari sistem kardiovaskular ke dalam jaringan sekitarnya. Cairan ini kemudian dikumpulkan oleh sistem limfa 1

BAB I Getah Bening

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I Getah Bening

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada manusia selain peredaran darah, terdapat juga peredaran limfe atau peredaran

getah bening. Peredaran getah bening merupakan peredaran terbuka, yaitu dimulai dari dalam

jaringan dan berakhir pada pembuluh balik bawah selangka (vena sub klavia).

Limfa merupakan limfoid terbesar pada tubuh manusia yang letaknya berada di antara

diagframa dan lambung yang berwarna ungu tua . limfa merupakan kelenjar tanpa saluran

(ductless) yang menghasilkan cairan tubuh dan berhubungan erat dengan sistem transportasi

serta berfungsi manghancurkan sel-sel darah merah yang sudah tua atau mati.

Cairan ini berasal dari darah yang keluar melalui dinding kapiler lalu masuk ke ruang

antarsel, dan kemudian masuk ke pembuluh halus yang disebut pembuluh getah bening

(limfe). Dari pembuluh limfe kecil, kemudian berkumpul pada pembuluh getah bening yang

besar, dan yang terakhir masuk ke vena sub klavia.

Sistem limfatik adalah suatu sistem sirkulasi sekunder yang berfungsi mengalirkan

limfa atau getah bening di dalam tubuh. Limfa (bukan limpa) berasal dari plasma darah..

yang keluar dari sistem kardiovaskular ke dalam jaringan sekitarnya. Cairan ini kemudian

dikumpulkan oleh sistem limfa melalui proses difusi ke dalam kelenjar limfa dan

dikembalikan ke dalam sistem sirkulasi Susunan limfe : Mirip plasma, kadar protein lebih

kecil, penambahan oleh kelenjar limfe menjadikan kadar limfosit tinggi Komponen sistem

yang lain : saluran limfe dan kelenjar limfe (nodus limfe) Bersama organ limpa, hati dan

sumsum tulang membentuk Retikulo-Endotelial Sistem (RES).

Seperti aliran darah pada vena, aliran getah bening disebabkan oleh tekanan otot

rangka yang terdapat di sekitar pembuluh getah bening. Dan untuk menjaga agar aliran getah

bening dapat lancar, disepanjang pembuluh terdapat katup.

1

Page 2: BAB I Getah Bening

1.2 Rumusan Masalah

Adapun Rumusan masalah dalam makalah ini antara lain sebagai berikut :

1. Apakah Pengertian dari Getah Bening ?

2. Bagaimana Cara Pemeriksaan pada Getah Bening ?

3. Bagaimana jenis Kelainannya dan Terapinya ?

4. Bagaimana Anatomi dan Fisiologi dari Kelenjar Getah Bening ?

5. Bagaimana Etiologi pada Kelenjar Getah Bening ?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu sebagai berikut:

1. Untuk memahami pengertian dari Getah Bening

2. Untuk Memahami Anatomi dan Fisiologi dari Kelenjar Getah Bening

3. Untuk mengetahui dan memahami cara pengobatan Kelenjar Getah Bening

2

Page 3: BAB I Getah Bening

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Limfa merupakan limfoid terbesar pada tubuh manusia yang letaknya berada di antara

diagframa dan lambung yang berwarna ungu tua . limfa merupakan kelenjar tanpa saluran

(ductless) yang menghasilkan cairan tubuh dan berhubungan erat dengan sistem transportasi

serta berfungsi manghancurkan sel-sel darah merah yang sudah tua atau mati. Sistem limfa

berkaitan erat dengan sistem peredaran darah. Sistem limfa terdiri dari cairan limfa,

pembuluh limfa, dan kelenjar limfa.

Cairan limfa mengandung sel-sel darah putih yang berfungsi mematikan kuman

penyakit yang masuk ke dalam tubuh. Cairan ini keluar dari pembuluh darah dan mengisi

ruang antarsel sehingga membasahi seluruh jaringan tubuh. Pembuluh limfa mempunyai

banyak katup dan terdapat pada semua jaringan tubuh, kecuali pada sistem saraf pusat.

Pembuluh limfa dibedakan menjadi dua macam yaitu pembuluh limfa kanan dan

pembuluh limfa kiri. Pembuluh limfa kanan berfungsi menampung cairan limfa yang berasal

dari daerah kepala, leher bagian kanan, dada kanan, dan lengan kanan. Pembuluh ini

bermuara pada vena yang berada di bawah selangka kanan. Pembuluh limfa kiri berfungsi

menampung getah bening yang berasal dari daerah kepala, leher kiri, dada kiri, dan lengan

kiri serta tubuh bagian bawah. Pembuluh ini bermuara pada vena di bawah selangka kiri.

Kelenjar limfa berfungsi untuk menghasilkan sel darah putih dan menjaga agar tidak

terjadi infeksi lebih lanjut. Kelenjar limfa terdapat di sepanjang pembuluh limfa, terutama

terdapat pada pangkal paha, ketiak, dan leher. Alat tubuh yang mempunyai fungsi yang sama

dengan kelenjar limfa yaitu limpa dan tonsil. Limpa merupakan sebuah kelenjar yang terletak

di belakang lambung dan berwarna ungu.

2.2 Jenis Kelainan

Pembesaran kelenjar getah bening dapat dibedakan menjadi lokal atau umum

(generalized). Pembesaran kelenjar getah bening umum didefinisikan sebagai pembesaran

kelenjar getah bening pada dua atau lebih daerah. Daerah-daerah terdapatnya kelenjar getah

3

Page 4: BAB I Getah Bening

bening adalah : Penyebab yang paling sering adalah Infeksi. Hasil dari proses infeksi dan

infeksi yang biasanya terjadi adalah infeksi oleh virus pada saluran pernapasan bagian atas

(rinovirus, virus parainfluenza, influenza, respiratory syncytial virus (RSV), coronavirus,

adenovirus atau reovirus). Virus lainnya virus ebstein barr, cytomegalovirus, rubela, rubeola,

virus varicella-zooster, herpes simpleks virus, coxsackievirus, human immunodeficiency

virus. Bakteri pada peradangan KGB (limfadenitis) dapat disebabkan Streptokokus beta

hemolitikus Grup A atau stafilokokus aureus. Bakteri anaerob bila berhubungan dengan

caries dentis (gigi berlubang) dan penyakit gusi. Difteri, Hemofilus influenza tipe b jarang

menyebabkan hal ini. Bartonella henselae, mikrobakterium atipik dan tuberkulosis dan

toksoplasma.

Keganasan seperti leukimia, neuroblastoma, rhabdomyosarkoma dan limfoma juga

dapat menyebabkan limfadenopati. Penyakit lainnya yang salah satu gejalanya adalah

limfadenopati adalah kawasaki, penyakit kolagen, lupus. Obat-obatan juga menyebabkan

limfadenopati umum. Limfadenopati daerah leher perah dilaporkan setelah imunisasi

(DPT,polio atau tifoid).

Masing-masing penyebab tidak dapat ditentukan hanya dari pembesaran kelenjar

getah bening saja, melainkan dari gejala-gejala lainnya yang menyertai pembesaran kelenjar

getah bening.

Kanker Getah Bening

Klasifikasi dan Gejala-Gejala Kanker Getah Bening

1. Hodgkin's — Merupakan jenis limfoma yang ditandai dengan pembesaran kelenjar

getah bening dan limpa tanpa disertai rasa sakit. Kanker ini sangat progresif pada

beberapa jaringan limfoid dan pertumbuhan abnormal sel terjadi secara cepat. Faktor

resiko terkena kanker getah bening jenis Hodgkin's:

Pria atau wanita usia 15-38 tahun dan usia di atas 50 tahun.

Mempunyai kelainan dalam fungsi sistem kekebalan seluler tubuh (sel-T)

meskipun produksi antibodi normal.

Dan berikut adalah gejala-gejala terkena kanker getah bening jenis Hodgkin's:

Pembengkakan menyeluruh kelenjar getah bening di sekujur tubuh: Leher, ketiak,

dan lipat paha (tidak terasa nyeri).

Demam, berkeringat pada malam hari, kurang nafsu makan, dan berat badan turun.

4

Page 5: BAB I Getah Bening

Pada beberapa orang, kadang-kadang menyerang dada yang menyebabkan

gangguan pernafasan.

Semakin berkembang, sel-sel abnormal akan menyebar ke kelenjar getah

bening di sekitarnya dan mulai menyerang struktur lain termasuk paru-paru, hati, dan

organ-organ abdominal.

1. Non-Hodgkin — Merupakan kanker ganas yang berasal dari limfonodus dan jaringan

limfa lainnya. Gejala-gejala kanker getah bening jenis Non-Hodgkin:

Pembesaran kelenjar getah bening.

Pembesaran tonsil dan kelenjar adenoid, limfonodus di leher dan sekitarnya

menjadi kemerahan.

Limfoma yang berkembang menunjukkan gejala demam, berkeringat pada malam

hari, lelah, dan berat badan menurun.

Limfoma jenis ini lebih sering terjadi pada pria terutama pada usia di atas 50 tahun.

Semakin tua usia seseorang semakin tinggi resiko terkena limfoma

2.3 Ciri-ciri Limfa (Getah Bening)

Ada beberapa perbedaan yang cukup spesifik antara limfa dengan darah, antara lain

sebagai berikut :

1. sistem limfa berasal darah yang keluar dari pembuluh darah.

2. cairan limfa berwarna kuning keputih-putihan menyerupai susu.

Cairan ini disebabkan karena adanya kandungan lemak yang berasal dari usus. Hal

ini sangat berbeda dengan darah yang pada dasarnya berwarna merah karena

adanya hemoglobin pemberi pigmen merah pada darah.

3. Limfa hanya tersusun oleh satu sel yang disebut limfosit. Hal ini membedakan

limfa dengan darah, sebab darah tersusun atas sel darah merah (eritrosit), sel darah

putih (leukosit), dan keping darah (trombosit).

Limfosit dibagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu :

a. Limfosit B

yaitu limfosit yang berasal dari sel stem di dalam sumsum tulang dan tumbuh

menjadi sel plasma dan menghasilkan antibodi.

b. Limfosit T

5

Page 6: BAB I Getah Bening

yaitu limfosit yang terbentuk jika sel stem dari sumsum tulang pindah ke

dalam kelenjar thymus dan mengalami pembelahan serta pematangan. Di

dalam kelenjar thymus inilah limfosit T berusaha membedakan benda asing

dan bukan benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Limfosit T yang sudah

matang atau dewasa akan meninggalkan kelenjar thymus dan masuk ke dalam

pembuluh getah bening serta berfungsi menjadi bagian dari sistem

pengawasan kekebalan tubuh.

c. Sel-sel pemusnah Alami

Sel-sel limfosit ini mempunyai ukuran yang agak lebih besar di bandingkan

dengan limfosit B dan Limfosit T. Sel-sel ini dapat memusnakan mikroba dan

sel-sel kanker tertentu secara alami. Sel-sel ini akan selalu siap mematikan

sejumlah mikroba berbahaya secara langsung setelah sel-sel ini terbentuk

tanpa menalami proses pematangan seperti limfosit B dan Limfosit T.

4. Antibodi yang membentuk sistem kekebalan tubuh (imunitas) tubuh pada limfa di

bentuk oleh limfosit, sedangkan antibodi pada darah di bentuk oleh serum.

5. Kandungan protein yang terdapat pada cairan limfa jumlahnya lebih sedikit dari

pada kandungan protein yang terdapat pada plasma darah.

6. Cairan limfa mengandung lemak yang dihasilkan oleh usus sedangkan pada darah

yang sehat tidak terdapat lemak.

7. Limfa memiliki jumlah katup atau klep yang lebih banyak daripada pembuluh

darah kecuali pada bagian sistem saraf pusat.

8. Bagian ujung pembuluh limfa terbuka sedangkan bagian ujung pembuluh darah

tertutup.

9. Disepanjang pembuluh limfa terdapat kelenjar-kelnjar limfa (nodus) yang

berfungsi untuk menyaring atau mematikan kuman-kuman bibit penyakit yang

membahayakan kesehatan tubuh.

2.4 Fungsi Sistem Peredaran Getah Bening

Fungsi Sistem Peredaran Getah Bening, yaitu :

1. mengangkut cairan tubuh, cairan plasma, sel darah putih yang berada di luar

pembuluh darah dan protein dari jaringan tubuh ke dalam darah.

2. menghancurkan kuman dan bibit penyakit.

3. Menghasilkan antibodi sehingga berguna untuk sistem-sistem pertahanan tubuh.

6

Page 7: BAB I Getah Bening

4. Mengangkut emulsi lemak yang berasal dari usus ke dalam darah.

2.5 Anatomi dan Fisiologi Kelenjar Getah Bening

Pembesaran KGB dapat dibedakan menjadi pembesaran KGB lokal (limfadenopati

lokalisata) dan pembesaran KGB umum (limfadenopati generalisata). Limfadenopati

lokalisata didefinisikan sebagai pembesaran KGB hanya pada satu daerah saja, sedangkan

limfadenopati generalisata apabila pembesaran KGB pada dua atau lebih daerah yang

berjauhan dan simetris. Ada sekitar 300 KGB di daerah kepala dan leher, gambaran lokasi

terdapatnya KGB pada daerah kepala dan leher adalah sebagai berikut:

Lokasi kelenjar getah bening (KGB) di daerah kepala dan leher.

Secara anatomi aliran getah bening aferen masuk ke dalam KGB melalui simpai

(kapsul) dan membawa cairan getah bening dari jaringan sekitarnya dan aliran getah bening

eferen keluar dari KGB melalui hilus. Cairan getah bening masuk kedalam kelenjar melalui

lobang-lobang di simpai. Di dalam kelenjar, cairan getah bening mengalir dibawah simpai di

dalam ruangan yang disebut sinus perifer yang dilapisi oleh sel endotel.

Jaringan ikat trabekula terentang melalui sinus-sinus yang menghubungkan simpai

dengan kerangka retikuler dari bagian dalam kelenjar dan merupakan alur untuk pembuluh

darah dan syaraf.

Dari bagian pinggir cairan getah bening menyusup kedalam sinus penetrating yang

juga dilapisi sel endotel. Pada waktu cairan getah bening di dalam sinus penetrating melalui

hilus, sinus ini menempati ruangan yang lebih luas dan disebut sinus meduleri. Dari hilus

cairan ini selanjutnya menuju aliran getah bening eferen.

7

Page 8: BAB I Getah Bening

Skema kelenjar getah bening (KGB).

Pada dasarnya limfosit mempunyai dua bentuk, yang berasal dari sel T (thymus) dan

sel B (bursa) atau sumsum tulang. Fungsi dari limfosit B dan sel-sel turunanya seperti sel

plasma, imunoglobulin, yang berhubungan dengan humoral immunity, sedangkan T limfosit

berperan terutama pada cell-mediated immunity.

Terdapat tiga daerah pada KGB yang berbeda: korteks, medula, parakorteks,

ketiganya berlokasinya antara kapsul dan hilus. Korteks dan medula merupakan daerah yang

mengandung sel B, sedangkan daerah parakorteks mengandung sel T.

Dalam korteks banyak mengandung nodul limfatik (folikel), pada masa postnatal,

biasanya berisi germinal center. Akibatnya terjadi stimulasi antigen, sel B didalam germinal

centers berubah menjadi sel yang besar, inti bulat dan anak inti menonjol. Yang sebelumnya

dikenal sebagai sel retikulum, sel-selnya besar yang ditunjukan oleh Lukes dan Collins

(1974) sebagai sel noncleaved besar, dan sel noncleaved kecil. Sel noncleaved yang besar

berperan pada limphopoiesis atau berubah menjadi immunoblas, diluar germinal center, dan

berkembang didalam sel plasma.

2.6 Cara- Cara Pemeriksaan

Pemeriksaan limfadenopati memerlukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan

pemeriksaan penunjang apabila diperlukan.

a. Anamnesis

Dari anamnesis dapat diperoleh keterangan lokasi, gejala-gejala penyerta, riwayat

penyakit, riwayat pemakaian obat dan riwayat pekerjaan.

Lokasi

8

Page 9: BAB I Getah Bening

Lokasi pembesaran KGB pada dua sisi leher secara mendadak biasanya

disebabkan oleh infeksi virus saluran pernapasan bagian atas. Pada infeksi oleh

penyakit kawasaki umumnya pembesaran KGB hanya satu sisi saja. Apabila

berlangsung lama (kronik) dapat disebabkan infeksi oleh Mikobakterium,

Toksoplasma, Ebstein Barr Virus atau Citomegalovirus.

Gejala penyerta

Demam, nyeri tenggorok dan batuk mengarahkan kepada penyebab infeksi

saluran pernapasan bagian atas. Demam, keringat malam dan penurunan berat badan

mengarahkan kepada infeksi tuberkulosis atau keganasan. Demam yang tidak jelas

penyebabnya, rasa lelah dan nyeri sendi meningkatkan kemungkinan oleh penyakit

kolagen atau penyakit serum (serum sickness), ditambah adanya riwayat pemakaian

obat-obatan atau produk darah.

Riwayat penyakit

Riwayat penyakit sekarang dan dahulu seperti adanya peradangan tonsil

sebelumnya, mengarahkan kepada infeksi oleh Streptococcus; luka lecet pada wajah

atau leher atau tanda-tanda infeksi mengarahkan penyebab infeksi Staphilococcus;

dan adanya infeksi gigi dan gusi juga dapat mengarahkan kepada infeksi bakteri

anaerob. Transfusi darah sebelumnya dapat mengarahkan kepada Citomegalovirus,

Epstein Barr Virus atau HIV.

Riwayat pemakaian obat

Penggunaan obat-obatan Limfadenopati dapat timbul setelah pemakaian obat-

obatan seperti fenitoin dan isoniazid. Obat-obatan lainnya seperti allupurinol,

atenolol, captopril, carbamazepine, cefalosporin, emas, hidralazine, penicilin,

pirimetamine, quinidine, sulfonamida, sulindac. Pembesaran karena obat umumnya

seluruh tubuh (limfadenopati generalisata).

Riwayat pekerjaan

Paparan terhadap infeksi paparan/kontak sebelumnya kepada orang dengan

infeksi saluran napas atas, faringitis oleh Streptococcus, atau tuberkulosis turut

membantu mengarahkan penyebab limfadenopati. Riwayat perjalanan atau pekerjaan,

misalnya perjalanan ke daerah-daerah di Afrika dapat mengakibatkan penyakit

Tripanosomiasis, orang yang bekerja dalam hutan dapat terkena Tularemia.

9

Page 10: BAB I Getah Bening

b. Pemeriksaan Fisik

KGB dan daerah sekitarnya harus diperhatikan. Kelenjar getah bening harus

diukur untuk perbandingan berikutnya. Harus dicatat ada tidaknya nyeri tekan,

kemerahan, hangat pada perabaan, dapat bebas digerakkan atau tidak dapat

digerakkan, apakah ada fluktuasi, konsistensi apakah keras atau kenyal.

Ukuran : normal bila diameter <1cm (pada epitroclear >0,5cm dan lipat paha

>1,5cm dikatakan abnormal)

Nyeri tekan : umumnya diakibatkan peradangan atau proses perdarahan

Konsistensi : keras seperti batu mengarahkan kepada keganasan, padat seperti

karet mengarahkan kepada limfoma; lunak mengarahkan kepada proses infeksi;

fluktuatif mengarahkan telah terjadinya abses/pernanahan

Penempelan/bergerombol : beberapa KGB yang menempel dan bergerak

bersamaan bila digerakkan. Dapat akibat tuberkulosis, sarkoidosis, keganasan.

Pembesaran KGB leher bagian posterior (belakang) terdapat pada infeksi rubela dan

mononukleosis. Supraklavikula atau KGB leher bagian belakang memiliki risiko

keganasan lebih besar daripada pembesaran KGB bagian anterior. Pembesaran KGB

leher yang disertai daerah lainnya juga sering disebabkan oleh infeksi virus.

Keganasan, obat-obatan, penyakit kolagen umumnya dikaitkan degnan pembesaran

KGB generalisata.

c. Pemeriksaan Penunjang

Ultrasonografi (USG)

USG merupakan salah satu teknik yang dapat dipakai untuk mendiagnosis

limfadenopati servikalis. Penggunaan USG untuk mengetahui ukuran, bentuk,

echogenicity, gambaran mikronodular, nekrosis intranodal dan ada tidaknya

kalsifikasi. USG dapat dikombinasi dengan biopsi aspirasi jarum halus untuk

mendiagnosis limfadenopati dengan hasil yang lebih memuaskan, dengan nilai

sensitivitas 98% dan spesivisitas 95%.

CT Scan

CT scan dapat mendeteksi pembesaran KGB servikalis dengan diameter 5 mm

atau lebih. Satu studi yang dilakukan untuk mendeteksi limfadenopati supraklavikula

pada penderita nonsmall cell lung cancer menunjukkan tidak ada perbedaan

sensitivitas yang signifikan dengan pemeriksaan menggunakan USG atau CT scan.

10

Page 11: BAB I Getah Bening

d. Evaluasi laboratorium: pemeriksaan darah lengkap, uji fungsi hati, uji fungsi ginjal,

urinalisis.

Pemeriksaan darah rutin meliputi 6 (enam) jenis pemeriksaan; yaitu

1) Hemoglobin / Haemoglobin (Hb)

Nilai normal dewasa pria 13.5-18.0 gram/dL, wanita 12-16 gram/dL,

wanita hamil 10-15 gram/dL

Nilai normal anak 11-16 gram/dL, batita 9-15 gram/dL, bayi 10-17

gram/dL, neonatus 14-27 gram/dL

Hb rendah (<10 gram/dL) biasanya dikaitkan dengan anemia defisiensi

besi. Sebab lainnya dari rendahnya Hb antara lain pendarahan berat,

hemolisis, leukemia leukemik, lupus eritematosus sistemik, dan diet

vegetarian ketat (vegan). Dari obat-obatan: obat antikanker, asam

asetilsalisilat, rifampisin, primakuin, dan sulfonamid. Ambang bahaya

adalah Hb < 5 gram/dL.

Hb tinggi (>18 gram/dL) berkaitan dengan luka bakar, gagal jantung,

COPD (bronkitis kronik dengan cor pulmonale), dehidrasi / diare,

eritrositosis, polisitemia vera, dan pada penduduk pegunungan tinggi

yang normal. Dari obat-obatan: metildopa dan gentamisin.

2) Hematokrit (Ht)

Nilai normal dewasa pria 40-54%, wanita 37-47%, wanita hamil 30-46%.

Nilai normal anak 31-45%, batita 35-44%, bayi 29-54%, neonatus 40-68%

Hematokrit merupakan persentase konsentrasi eritrosit dalam plasma

darah. Secara kasar, hematokrit biasanya sama dengan tiga kali

hemoglobin.

Ht tinggi (> 55 %) dapat ditemukan pada berbagai kasus yang

menyebabkan kenaikan Hb; antara lain penyakit Addison, luka bakar,

11

Page 12: BAB I Getah Bening

dehidrasi / diare, diabetes melitus, dan polisitemia. Ambang bahaya

adalah Ht >60%.

Ht rendah (< 30 %) dapat ditemukan pada anemia, sirosis hati, gagal

jantung, perlemakan hati, hemolisis, pneumonia, dan overhidrasi.

Ambang bahaya adalah Ht <15%.

3) Leukosit { hitung leukosit (leukocyte count) dan hitung jenis (differential

count) }

Leukosit (Hitung Total)

Nilai normal 4500-10000 sel/mm3.

Neonatus 9000-30000 sel/mm3, Bayi sampai balita rata-rata 5700-

18000 sel/mm3, Anak 10 tahun 4500-13500/mm3, ibu hamil rata-rata

6000-17000 sel/mm3, postpartum 9700-25700 sel/mm3.

Segala macam infeksi menyebabkan leukosit naik; baik infeksi bakteri,

virus, parasit, dan sebagainya. Kondisi lain yang dapat menyebabkan

leukositosis, yaitu:

1) Anemia hemolitik

2) Sirosis hati dengan nekrosis

3) Stres emosional dan fisik (termasuk trauma dan habis berolahraga)

4) Keracunan berbagai macam zat

5) Obat: allopurinol, atropin sulfat, barbiturat, eritromisin,

streptomisin, dan sulfonamid.

Leukosit rendah (disebut juga leukopenia) dapat disebabkan oleh

agranulositosis, anemia aplastik, AIDS, infeksi atau sepsis hebat,

infeksi virus (misalnya dengue), keracunan kimiawi, dan

postkemoterapi. Penyebab dari segi obat antara lain antiepilepsi,

12

Page 13: BAB I Getah Bening

sulfonamid, kina, kloramfenikol, diuretik, arsenik (terapi

leishmaniasis), dan beberapa antibiotik lainnya.

Leukosit (Hitung Jenis)

Nilai normal hitung jenis, yaitu :

1) Basofil 0-1% (absolut 20-100 sel/mm3)

2) Eosinofil 1-3% (absolut 50-300 sel/mm3)

3) Netrofil batang 3-5% (absolut 150-500 sel/mm3)

4) Netrofil segmen 50-70% (absolut 2500-7000 sel/mm3)

5) Limfosit 25-35% (absolut 1750-3500 sel/mm3)

6) Monosit 4-6% (absolut 200-600 sel/mm3)

Penilaian hitung jenis tunggal jarang memberi nilai diagnostik, kecuali

untuk penyakit alergi di mana eosinofil sering ditemukan meningkat.

Peningkatan jumlah netrofil (baik batang maupun segmen) relatif

dibanding limfosit dan monosit dikenal juga dengan sebutan shift

to the left. Infeksi yang disertai shift to the left biasanya merupakan

infeksi bakteri dan malaria. Kondisi noninfeksi yang dapat

menyebabkan shift to the left antara lain asma dan penyakit-

penyakit alergi lainnya, luka bakar, anemia perniciosa, keracunan

merkuri (raksa), dan polisitemia vera.

Sedangkan peningkatan jumlah limfosit dan monosit relatif

dibanding netrofil disebut shift to the right. Infeksi yang disertai

shift to the right biasanya merupakan infeksi virus. Kondisi

noninfeksi yang dapat menyebabkan shift to the right antara lain

keracunan timbal, fenitoin, dan aspirin.

13

Page 14: BAB I Getah Bening

4) Hitung trombosit / platelet count

Nilai normal dewasa 150.000-400.000 sel/mm3, anak 150.000-450.000

sel/mm3.

Penurunan trombosit (trombositopenia) dapat ditemukan pada demam

berdarah dengue, anemia, luka bakar, malaria, dan sepsis. Nilai

ambang bahaya pada <30.000 sel/mm3.

Peningkatan trombosit (trombositosis) dapat ditemukan pada penyakit

keganasan, sirosis, polisitemia, ibu hamil, habis berolahraga, penyakit

imunologis, pemakaian kontrasepsi oral, dan penyakit jantung.

Biasanya trombositosis tidak berbahaya, kecuali jika >1.000.000

sel/mm3.

5) Laju endap darah (LED) / erythrocyte sedimentation rate (ESR)

Nilai normal dewasa pria <15 mm/jam pertama, wanita <20 mm/jam

pertama.

Nilai normal lansia pria <20 mm/jam pertama, wanita <30-40 mm/jam

pertama.

Nilai normal wanita hamil 18-70 mm/jam pertama.

Nilai normal anak <10 mm/jam pertama.

LED yang meningkat menandakan adanya infeksi atau inflamasi,

penyakit imunologis, gangguan nyeri, anemia hemolitik, dan penyakit

keganasan.

LED yang sangat rendah menandakan gagal jantung dan poikilositosis.

6) Hitung eritrosit (di beberapa instansi)

Nilai normal dewasa wanita 4.0-5.5 juta sel/mm3, pria 4.5-6.2 juta

sel/mm3.

14

Page 15: BAB I Getah Bening

Nilai normal bayi 3.8-6.1 juta sel/mm3, anak 3.6-4.8 juta sel/mm3.

Peningkatan jumlah eritrosit ditemukan pada dehidrasi berat, diare,

luka bakar, perdarahan berat, setelah beraktivitas berat, polisitemia,

anemiasickle cell.

Penurunan jumlah eritrosit ditemukan pada berbagai jenis anemia,

kehamilan, penurunan fungsi sumsum tulang, malaria, mieloma

multipel, lupus, konsumsi obat (kloramfenikol, parasetamol,

metildopa, tetrasiklin, INH, asam mefenamat)

e. Rontgen foto toraks, CTscan toraks, abdomen, dan pelvis.

f. Biopsi sumsum tulang

g. Laparotomi dengan splenektomi untuk menentukan stadium

2.7 Etiologi

Penyebab yang paling sering limfadenopati adalah : Infeksi

Infeksi virus

Infeksi yang disebabkan oleh virus pada saluran pernapasan bagian atas seperti

Rinovirus, Parainfluenza Virus, influenza Virus, Respiratory Syncytial Virus (RSV),

Coronavirus, Adenovirus ataupun Retrovirus.

Virus lainnya Ebstein Barr Virus (EBV), Cytomegalo Virus (CMV), Rubela, Rubeola,

Varicella-Zooster Virus, Herpes Simpleks Virus, Coxsackievirus, dan Human

Immunodeficiency Virus (HIV).

Segera setelah seseorang terinfeksi HIV, kebanyakan virus keluar dari darah.

Sebagian melarikan diri ke sistem limfatik untuk bersembunyi dan menggandakan diri dalam

sel di KGB, diperkirakan hanya sekitar 2% virus HIV ada dalam darah. Sisanya ada pada

sistem limfatik, termasuk limpa, lapisan usus dan otak.

Infeksi bakteri

Peradangan KGB (limfadenitis) dapat disebabkan Streptokokus beta hemolitikus Grup

A atau stafilokokus aureus. Bakteri anaerob bila berhubungan dengan caries dentis dan

penyakit gusi, radang apendiks atau abses tubo-ovarian.

2.8 Pengobatan

15

Page 16: BAB I Getah Bening

Pengobatan limfadenopati KGB leher didasarkan kepada penyebabnya. Banyak kasus

dari pembesaran KGB leher sembuh dengan sendirinya dan tidak membutuhkan pengobatan

apapun selain observasi.

Kegagalan untuk mengecil setelah 4-6 minggu dapat menjadi indikasi untuk

dilaksanakan biopsi KGB. Biopsi dilakukan terutama bila terdapat tanda dan gejala yang

mengarahkan kepada keganasan. KGB yang menetap atau bertambah besar walau dengan

pengobatan yang adekuat mengindikasikan diagnosis yang belum tepat.

Antibiotik perlu diberikan apabila terjadi limfadenitis supuratif yang biasa disebabkan

oleh Staphyilococcus. aureus dan Streptococcus pyogenes (group A). Pemberian antibiotik

dalam 10-14 hari dan organisme ini akan memberikan respon positif dalam 72 jam.

Kegagalan terapi menuntut untuk dipertimbangkan kembali diagnosis dan penanganannya.

Pembedahan mungkin diperlukan bila dijumpai adanya abses dan evaluasi dengan

menggunakan USG diperlukan untuk menangani pasien ini.

Terapi

Pengobatan inti Limfoma Non Hodgkin (LNH) saat ini meliputi kemoterapi, terapi

antibodi monoklonal, radiasi, terapi biologik dan cangkok sum-sum tulang. Penentuan jenis

terapi yang diambil amat bergantung kondisi individual pasien dan bergantung pada 3 faktor

utama :

1. Stadium

2. Ukuran

3. Derajat keganasan

Pada limfoma hodgkin maupun limfoma non-hodgkin diterapi dengan obat yang

disebut kemoterapi. Kemoterapi biasanya menggunakan lebih dari 1 jenis obat (obat

kombinasi), dan kadang diperlukan terapi dengan penyinaran (radioterapi).

16

Page 17: BAB I Getah Bening

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Getah Bening

Sistem getah bening berkaitan erat dengan sistem peredaran darah. Sistem getah

bening terdiri dari cairan getah bening, pembuluh getah bening, dan kelenjar getah

bening. Getah bening merupakan cairan yang terdapat dalam pembuluh getah bening

dari sistem limfatik yang terdiri dari air, protein plasma dan sel darah. Kelenjar getah

bening adalah organ kecil, seukuran kacang, yang terletak di seluruh tubuh, dengan

konsentrasi di leher, pangkal paha, dan ketiak. Kelenjar getah bening berfungsi untuk

menghasilkan sel darah putih dan menjaga agar tidak terjadi infeksi lebih lanjut.

Kelainan pada getah bening salah satunya adalah limfoma yaitu kanker yang

tumbuh akibat mutasi sel limfosit (sejenis sel darah putih) yang sebelumnya normal.

Seperti halnya limfosit normal, limfosit ganas dapat tumbuh pada berbagai organ dalam

tubuh, termasuk kelenjar getah bening, limpa, sumsum tulang, darah ataupun organ lain.

Kanker sistem limfotik dibagi menjadi 2 jenis, yaitu limfoma hodgkin dan

limfoma non-hodgkin (NHL). Keduanya meupakan kanker kelenjar getah bening atau

limfoma yaitu sekelompok penyakit keganasan yang berkaitan dan mengenai sistem

limfatik yakni bagian penting dari sistem kekebalan tubuh yang membentuk pertahanan

alamiah tubuh melawan infeksi dan kanker.

Cara pemeriksaan kelainan getah bening yaitu dengan mencatat ada tidaknya nyeri

tekan, kemerahan, hangat pada perabaan, dapat bebas digerakkan atau tidak dapat

digerakkan, ada tidaknya fluktuasi, konsistensi keras atau kenyal. Kemudian pasien

akan diminta menjalankan tes darah dan prosedur diagnostik sebagai berikut :

17

Page 18: BAB I Getah Bening

Pemeriksaan Fisik, yaitu dengan memeriksa pembengkakan kelenjar getah bening

di leher, ketiak dan selangkangan serta memeriksa limpa dan hati untuk memastikan

ada tidaknya pembengkakan.

Tes darah, yaitu dengan melakukan pemeriksaan darah lengkap di laboratorium

untuk memeriksa jumlah sel-sel darah dan zat-zat lain, seperti Lactate

dehydrogenase (LDH). Limfoma menyebabkan tingkat LDH yang tinggi.

Sinar X untuk dada, yaitu dengan radiasi sinar X untuk memeriksa kelenjar getah

bening yang bengkak atau tanda-tanda penyakit lain di dada.

Biopsi: yaitu dengan pengambil jaringan untuk mencari sel-sel limfoma. Biopsi

adalah satu-satunya cara terbaik untuk mendiagnosis limfoma. Dokter bisa

mengangkat seluruh kelenjar getah bening (biopsi eksisi) atau hanya sebagian

kelenjar getah bening (biopsi insisional).

Pilihan terapi Limfoma Hodgkin diantaranya adalah :

Radiasi, diberikan hanya pada daerah tubuh tertentu saja bersamaan dengan

kemoterapi. Jika setelah diradiasi kanker kembali kambuh maka diperlukan

kemoterapi untuk mengatasinya;

Kemoterapi, dilakukan jika kanker sudah menyebar dan melibatkan kelenjar getah

bening yang lain atau organ lain;

Transplantasi Sumsum Tulang, dilakukan jika penyakit kembali kambuh setelah

remisi dicapai dengan kemoterapi inisial, maka kemoterapi dosis tinggi dan

transplantasi sumsum tulang atau sel induk perifer autologus (dari diri sendiri)

dapat membantu memperpanjang masa remisi penyakit.

Sedangkan pilhan terapi Limfoma non Hodgkin yaitu:

Kemoterapi, diberikan untuk limfoma jenis derajat keganasan sedang-tinggi dan

pada stadium lanjut;

Radiasi, diberikan untuk membunuh sel kanker dan mengecilkan ukuran tumor.

Terapi radiasi umumnya diberikan untuk limfoma derajat rendah dengan stadium

awal;

Transplantasi sel induk, umumnya digunakan untuk limfoma derajat sedang-tinggi

yang kambuh setelah terapi awal pernah berhasil;

Observasi; jika limfoma bersifat lambat dalam pertumbuhan, maka dokter mungkin

akan memutuskan untuk observasi saja;

Terapi biologi; serta Radioimunoterapi.

18

Page 19: BAB I Getah Bening

Sehingga baik limfoma hodgkin maupun limfoma non-hodgkin diterapi dengan

kemoterapi. Kemoterapi biasanya menggunakan lebih dari 1 jenis obat (obat

kombinasi), dan kadang diperlukan terapi dengan penyinaran (radioterapi). Infeksi virus

seperti HIV, EBV, dan hepatitis merupakan faktor risiko yang dapat dihindari dengan

sering mencuci tangan, mempraktekkan seks yang aman , dan dengan tidak berbagi

jarum, pisau cukur, sikat gigi, dan barang-barang pribadi yang serupa yang mungkin

terkontaminasi dengan darah yang terinfeksi atau cairan.

19

Page 20: BAB I Getah Bening

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Selain peredaran darah, pada manusia terdapat juga peredaran limfe atau peredaran

getah bening. Peredaran getah bening merupakan peredaran terbuka, yaitu dimulai dari dalam

jaringan dan berakhir pada pembuluh balik bawah selangka (vena sub klavia). Limfa

merupakan limfoid terbesar pada tubuh manusia yang letaknya berada di antara diagframa

dan lambung yang berwarna ungu tua . limfa merupakan kelenjar tanpa saluran (ductless)

yang menghasilkan cairan tubuh dan berhubungan erat dengan sistem transportasi serta

berfungsi manghancurkan sel-sel darah merah yang sudah tua atau mati. Sistem limfa

berkaitan erat dengan sistem peredaran darah. Sistem limfa terdiri dari cairan limfa,

pembuluh limfa, dan kelenjar limfa.

Pemeriksaan limfadenopati memerlukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan

pemeriksaan penunjang apabila diperlukan.

Pada limfoma hodgkin maupun limfoma non-hodgkin diterapi dengan obat yang

disebut kemoterapi. Kemoterapi biasanya menggunakan lebih dari 1 jenis obat (obat

kombinasi), dan kadang diperlukan terapi dengan penyinaran (radioterapi).

20