47
~ 195 ~ BAB 6 HASIL RANCANGAN 6.1 Konsep Desain Kawasan Konsep desain pada kawasan Malang Distro Park ini menggunakan tema arsitektur bioklimatik yang mengedepankan prinsip ramah lingkungan, mengurangi kerusakan bumi, hemat energi. Adapun integrasi keislaman dari ketiga prinsip di atas adalah, pertama sebagai arsitek islami yang taat terhadap perintah agama, seharusnya selalu membudayakan prinsip hemat energi, seperti yang terjabarkan pada al-Isra’ ayat 27. Kedua, sebagai arsitek islami, seharusnya menerapkan material yang ramah lingkungan, seperti yang terjabarkan pada al- Baqoroh ayat 195. Ketiga, larangan membuang sampah sembarangan dan buanglah sampah pada tempatnya, seperti yang terjabarkan pada riwayat Abu Hurairoh. Keempat, larangan memberantas hutan secara liar, seperti yang terjabarkan pada al-A’rof ayat 56. Para pakar lingkungan menyatakan bahwa tujuan pengelolaan lingkungan hidup adalah tercapainya keselarasan hubungan antara manusia dan lingkungan hidup. Sedangkan dalam ajaran Islam keselarasan mencakup empat aspek, yaitu: (1). Keselarasan dengan Tuhan, (2). Keselarasan dengan orang lain, (3). Keselarasan dengan diri sendiri, (4). Dan keselarasan dengan lingkungan hidup (Shihab, 2002). Hal inilah yang merupakan landasan penerapan tema bioklimatik pada rancangan kawasan Malang Distro Park.

BAB 6 HASIL RANCANGAN - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/2416/10/07660021_Bab_6.pdf · Umum Retail Tipe A, Ukuran Luas 3 x 5 m² Retail Tipe A, Ukuran Luas 3 x 5 m²

Embed Size (px)

Citation preview

~ 195 ~

BAB 6

HASIL RANCANGAN

6.1 Konsep Desain Kawasan

Konsep desain pada kawasan Malang Distro Park ini menggunakan tema

arsitektur bioklimatik yang mengedepankan prinsip ramah lingkungan,

mengurangi kerusakan bumi, hemat energi. Adapun integrasi keislaman dari

ketiga prinsip di atas adalah, pertama sebagai arsitek islami yang taat terhadap

perintah agama, seharusnya selalu membudayakan prinsip hemat energi, seperti

yang terjabarkan pada al-Isra’ ayat 27. Kedua, sebagai arsitek islami, seharusnya

menerapkan material yang ramah lingkungan, seperti yang terjabarkan pada al-

Baqoroh ayat 195. Ketiga, larangan membuang sampah sembarangan dan

buanglah sampah pada tempatnya, seperti yang terjabarkan pada riwayat Abu

Hurairoh. Keempat, larangan memberantas hutan secara liar, seperti yang

terjabarkan pada al-A’rof ayat 56.

Para pakar lingkungan menyatakan bahwa tujuan pengelolaan lingkungan

hidup adalah tercapainya keselarasan hubungan antara manusia dan lingkungan

hidup. Sedangkan dalam ajaran Islam keselarasan mencakup empat aspek, yaitu:

(1). Keselarasan dengan Tuhan, (2). Keselarasan dengan orang lain, (3).

Keselarasan dengan diri sendiri, (4). Dan keselarasan dengan lingkungan hidup

(Shihab, 2002). Hal inilah yang merupakan landasan penerapan tema bioklimatik

pada rancangan kawasan Malang Distro Park.

~ 196 ~

6.2 Desain Kawasan

Konsep rancangan kawasan Malang Distro Park ini telah mengalami

perubahan dari bentukan awalnya. Perubahan rancangan tidak hanya terjadi pada

sebagian rancangan tetapi secara menyeluruh, hal ini disebabkan karena bentukan

awal pada rancangan Malang Distro Park ini kurang menerapkan konsep

Bioklimatik yang difokuskan pada iklim, suhu, matahari, hujan, dan angin.

Bentukan lay out kawasan pun sangat monoton dan tidak menyatu antara satu

bentukan bangunan dengan bentukan bangunan lainnya. Fasilitas yang tersedia

pada rancangan kawasan Malang Distro Park awal ini juga masih kurang

memadai, dan aksesbilitas baik pengguna kendaraaan dan pejalan kaki juga tidak

beraturan. Dari alasan tersebut dan tuntutan pengembangan ide rancangan yang

lebik baik itulah maka muncullah sebuah desain rancangan yang dapat seutuhnya

menerapkan konsep Bioklimatik dan integarsi keislaman.

Rancangan Kawasan Malang Distro Park saat ini didesain semaksimal

mungkin pada seluruh tapak, baik dari jalan masuk utama, area drop area,

lansekap kawasan, parkir, dll. Desain tidak terpaku pada masa bangunan saja,

aspek lingkungan pun juga diterapkan pada lansekap kawasan dengan

memberikan aspek park seperti penggunaan material alami, penempatan street

furniture, penggunaan jenis-jenis warna, penggunaan tekstur, pengolaan sirkulasi

kawasan, fasilitas parkir, faktor pencahayaan, vegetasi, hidrologi.

~ 197 ~

6.3 Perancangan Tapak

Dari tinjauan tapak yang terkait antara tapak dan kondisi lingkungan

sekitar maka dapat diperoleh unsur-unsur yang harus diterapkan pada perancangan

bangunan.

6.3.1 Obyek Dalam Tapak

Obyek dalam tapak ini terdiri dari 4 masa bangunan utama dan beberapa

fasilitas penunjang kegiatan di kawasan Malang Distro Park ini.

Gambar 6.1 Obyek dalam tapak

Sumber : Hasil Rancangan, 2012

Masa 2

Masa 3

Masa 4

Masa 2

Mushollla

a

Masa 4

Masa 3

Masa 1

ATM

Fashion on the street

Pameran

~ 198 ~

1. Masa Pertama

Gambar 6.2 Masa Pertama

Sumber : Hasil Rancangan, 2012

Masa pertama pada kawasan Malang Distro Park ini berada di sebelah selatan

kawasan. Bentuk fisik bangunan didesain lengkung sehingga pola masa bangunan

bersifat aerodinamis dengan tujuan mengalirkan pergerakan angin dari barat ke

timur

Pintu Masuk

Toilet

Kawasan Park

R. Informasi, R. Keamanan, ATM

& Telp. Umum

Retail Tipe A, Ukuran Luas

3 x 5 m²

Retail Tipe A, Ukuran Luas

3 x 5 m²

Retail Tipe A, Ukuran Luas

3 x 5 m²

Cafe Dapat Menampung

User Hingga 40 Orang

Selasar, Ukuran

Lebar 2,5 m

~ 199 ~

2. Masa Kedua

Gambar 6.3 Masa Kedua

Sumber : Hasil Rancangan, 2012

Masa kedua pada kawasan Malang Distro Park ini berada di sebelah utara

kawasan. Bentukan desain R. Office setengah lingkaran ditujukan untuk memecah

laju angin dari barat ke timur.

Toilet

R. Office, Berjumlah 5

Ruangan

Kawasan Park

Kawasan Park

Musholla

Retail Tipe B, Ukuran Luas

3 x 3 m²

Tipe A, Ukuran Luas 3 x 5

Retail Tipe A, Ukuran Luas

2 x 8 m²

~ 200 ~

3. Masa Ketiga, Lantai 1

Gambar 6.4 Masa Ketiga, Lantai 1

Sumber : Hasil Rancangan, 2012

Masa ketiga pada kawasan Malang Distro Park ini berada di sebelah tengah antara

masa pertama dan masa kedua. Bentukan didesain melengkung yang berfungsi

sebagai shading device untuk area pameran dan mengalirkan angin dari barat ke

utara

Toilet

Selasar

Kawasan Park

Travelator

Pintu Masuk

Retail Tipe B, Ukuran

Luas 2 x 5 m²

~ 201 ~

4. Masa Ketiga, Lantai 2

Gambar 6.5 Masa Ketiga, Lantai 2

Sumber : Hasil Rancangan, 2012

Toilet

Travelator

Food Court

~ 202 ~

5. Masa Keempat, Lantai 1 ( Fasilitas Penunjang)

Gambar 6.6 Masa Keempat, Lantai 1

Sumber : Hasil Rancangan, 2012

Masa keempat pada kawasan Malang Distro Park ini berada di sebelah. Bentukan

didesain lubang pada lantai satu dengan tujuan mengalirkan angin kedalam

kawasan Malang Distro Park.

R. Ganti

Gudang

Utilitas

Toilet

R. Konveksi

~ 203 ~

6. Masa Keempat, Lantai 2

Gambar 6.7 Masa Keempat, Lantai 2

Sumber : Hasil Rancangan, 2012

Café dan Food Court

Retail

Retail Tipe A, Ukuran

Luas 2 x 7 m²

Toilet

Dapur

~ 204 ~

6.3.2 View

View main entrance di arahkan pada jalan Soekarno-Hatta dengan

menggunakan sclupture, hal ini bertujuan sebagai alat pengundang.

Sclupture n Board sebagai alat pengundang Area Drop Out

Area Taman dengan fasilitas tempat duduk

~ 205 ~

Gambar 6.8 View kawasan

Sumber : Hasil Rancangan, 2012

6.3.3 Pencapaian ke Tapak

Pencapaian ke tapak dibuat dengan jalur satu arah. Untuk posisi main

entrance di letakkan dan di arahkan pada area sirkulasi lalu lintas jalan Soekarno-

Hatta, sehingga memudahkan masuknya kendaraan dan pejalan kaki yang akan

memasuki area tapak distro park. Sedangkan untuk jalur keluar berada di jalan

Griyashanta. Pembeda jalur ini bertujuan untuk mengurangi tingkat kemacetan

lalu lintas yang terdapat di jalan Soekarno Hatta. Dimana jalan tersebut

merupakan jalan utama kota Malang. Untuk posisi main entrance ini terbagi

menjadi empat jalur, yaitu:

1. Jalur kendaraan pengunjung pribadi

Jalur ini diperuntukkan hanya untuk kendaraan pribadi yang langsung

ditujukan kepada area parkir di dalam tapak dan jalur keluar di jalan

Griyashanta

2. Jalur kendaraan pengunjung umum (ct. taxi)

Jalur ini diperuntukkan untuk kendaraan umum yang hanya

menurunkan penumpang dan langsung menuju ke jalur keluar yang

berada di jalan Soerkarno-Hatta

3. Jalur kendaraan pengelola

Jalur ini diperuntukkan untuk kendaraan pengelola dan karyawan yang

langsung ditujukan kepada area parkir khusus pengelola dan karyawan

di dalam tapak dan jalur keluar di jalan Griyashanta

~ 206 ~

4. Jalur pengunjung pejalan kaki

Jalur ini berada disisi jalan yang berupa pedestrian

Gambar 6.3 Jalur Pencapaian ke Tapak

Sumber : Hasil Konsep, 2010

Gambar 6.9 Jalur Pengunjung Pejalan Kaki

Sumber : Hasil Rancangan, 2012

Jalur pengunjung kendaraan pribadi

Jalur pengunjung kendaraan umum

Jalur pengelola

Area parkir pengunjung

Area parkir pengelola

~ 207 ~

Jalur pengunjung kendaraan pribadi

Jalur pengunjung kendaraan umum

~ 208 ~

Jalur pengelola

Area parkir pengunjung

Area parkir bus

~ 209 ~

Area parkir pengelola

Area parkir mobil

Area parkir mobil dan motor

~ 210 ~

Gambar 6.10 Macam-Macam Jalur Pencapaian ke Tapak dilihat dari faktor pengguna

Sumber : Hasil Rancangan, 2012

6.3.4 Sirkulasi Dalam Tapak

Pola sirkulasi yang diterapkan pada rancangan distro park ini memadukan

pola liniear, jaringan, dan spiral. Hal ini agar setiap sisi kawasan dapat dijangkau

oleh pengunjung dan memberikan kemudahan dalam pengelolaan kawasan. Serta

penggunaan ramp yang mengelilingi seluruh masa. Hal ini bertujuan untuk

mengiring pengunjung mendatangi setiap retail-retail di dalamnya. Di samping itu

ramp juga berfungsi untuk mengakomodir pengunjung yang menggunakan kursi

roda atau yang membawa kereta bayi.

Area parkir motor

~ 211 ~

7

8

Gambar 6.11 Jalur sirkulasi dalam tapak

Sumber : Hasil Rancangan, 2012

Sirkulasi pengunjung

Sirkulasi pengelola

Adanya jalur ramp pada seluruh tapak

~ 212 ~

Gambar 6.12 Macam-macam Jalur sirkulasi dalam tapak

Sumber : Hasil Rancangan, 2012

~ 213 ~

6.4 Iklim

1. Angin

Kecepatan angin pada bulan terdingin 1,0 m/s dan pada bulan terpanas 3,0

m/s sehingga dapat diambil rata-rata kecepatan angin di kota Malang adalah 2,0

m/s. Kecepatan angin dikota Malang ini dapat dimanfaatkan sebagai penghawaan

alami. Sedangkan orientasi pergerakan angin dari barat ke timur sehingga

bentukan bangunan harus aerodinamis.

Bentukan bangunan yang dapat meneruskan laju angin

Bentukan bangunan harus aerodinamis karena orientasi

pergerakan angin dari barat ke timur

~ 214 ~

2. Matahari

Kawasan tapak berada pada wilayah yang memiliki area terbuka yang

cukup luas dengan orientasi pergerakan matahari dari timur ke barat sehingga

Arah angin dari barat ke timur

Bangunan bagian barat di didesain dengan memberi bukaan

pada lantai 1 guna mengalirkan angin

~ 215 ~

intensitas matahari sangat besar, sehingga diperlukan bentukan bangunan yang

dapat mengurangi dampak tersebut.

06.30 AM

10.00 AM

12.00 AM

~ 216 ~

02.30 PM

04.00 PM

06.00 PM

~ 217 ~

Pemanfaatan shading device pada bangunan berupa sorsoran

dan penambah kesan estetetis

Penggunaan vegetasi di dalam tapak sebagai control terhadap

sinar matahari yang berlebih

Ruang terbuka untuk penyinaran matahari langsung

~ 218 ~

3. Suhu

Iklim kawasan tapak adalah tropis dengan kondisi suhu rata-rata sekitar

17º C - 28º C. Iklim tropis kaya akan sinar matahari dan angin sangat perlu

diperhatikan. Hal ini dapat diterapkan dengan pemberian jarak antar masa

bangunan guna memperlancar penghawaan alami dan pencahayaan alami dan

penggunaan material alami.

Gambar 6.13 Pemberian Jarak Antar Masa Bangunan Guna Memperlancar Penghawaan Alami

dan Pencahayaan Alami

Sumber : Hasil Rancangan, 2012

~ 219 ~

6.5 Kebisingan

Kebisingan yang sangat tinggi terjadi pada pagi hari, hal itu disebabkan

karena jalan Soekarno-Hatta merupakan salah satu jalan utama di kota Malang

yang memiliki aktivitas cukup ramai. Sedangkan sumber kebisingan relatif sedang

berada di sekitar tapak yang berupa kawasan publik (pertokoan) dan jalan

Griyashanta. Untuk mencegah kebisingan ini dapat dengan memanfaatkan

vegetasi dan partisi, serta pemberian jarak antar bangunan pada sumber bising

sehingga dapat mengurangi tingkat kebisingan.

Pemberian Jarak Terhadap Sumber Bising

Pemanfaatan vegetasi dan partisi untuk mencegah kebisingan

~ 220 ~

6.6 Vegetasi

Fungsi vegetasi adalah sebagai tempat peneduh, pembatas tapak, sinar

matahari, pelindung angin, filter polusi, kebisingan, dijadikan sebagai pemisah

kegiatan, alat pengundang pengunjung, pertegas sirkulasi pergerakan dari

kendaraan dan pejalan kaki. Perletakan vegetasi pada tapak bedasarkan orientasi

matahari dari barat ke timur tapak dan bedasarkan orientasi angin dari utara ke

selatan.

Gambar 6.14 Macam-Macam Vegetasi

Sumber : Hasil Rancangan, 2012

Pohon angsana sebagai salah satu vegetasi yang dipertahankan

Pohon Palem sebagai salah satu vegetasi yang dipertahankan

~ 221 ~

6.7 Air

Fungsi air adalah sebagai alat pengundang atau vocal point dengan

menerapkan sistem air mancur, sebagai permukaan pemantul, sehingga dapat

menambah nilai estetika. Kolam air bertujuan untuk melengkapi komposisi dan

pemersatu masa bangunan.

Vegetasi sebagai batas tapak

Vegetasi sebagai tempat istirahat dan view bangunan

~ 222 ~

Gambar 6.15 Air sebagai alat pengundang

Sumber : Hasil Rancangan, 2012

6.8 Bentuk dan Tampilan Bangunan

Bentuk masa bangunan didesain untuk dapat memaksimalkan potensi

iklim tapak seperti matahari dan angin sehingga dapat meminimalkan energi

buatan. Hal ini sangat sesuai dengan prinsip tema arsitektur bioklimatik, yaitu

bangunan hemat energi. Bentuk fisik bangunan diolah sekedemikian rupa

sehingga pola masa bangunan bersifat aerodinamis dengan tujuan mengalirkan

pergerakan angin dari barat ke timur. Sedangkan penataan masa bangunan yang

mengelilingi sisi utara, barat, dan timur tapak telah sesuai dengan analisa yang

telah diterapkan pada software ECOTECT 5.50, sehingga pergerakan matahari

dan bayangan yang ditimbulkan telah sesuai dengan tema arsitektur bioklimatik.

Penataan masa bangunan dengan tema arsitektur bioklimatik ini juga telah

ditunjang dengan sistem taman terbuka (park) yang berada disekitar bangunan.

Hal ini bertujuan untuk memaksimalkan penyinaran sinar matahari secara

maksimum dan pergerakan angin.

~ 223 ~

Bentuk masa bangunan yang memaksimalkan potensi iklim tapak

seperti matahari dan angin yang sesuai dengan tema arsitektur

bioklimatik

Pengaplikasian Tema Arsitektur Bioklimatik dengan Penerapan

Sistem Photovoltaic Pada Atap

Pengaplikasian Tema Arsitektur Bioklimatik dengan Penerapan Sistem

Stack Effect

~ 224 ~

1. Tampilan Bangunan Kawasan

Tampak Depan Kawasan

Tampak Depan Kawasan (Autocad)

Tampak Samping Kanan Kawasan

Tampak Samping Kanan Kawasan (Autocad)

Tampak Samping Kiri Kawasan

Tampak Belakang Kawasan

~ 225 ~

2. Tampilan Bangunan Masa 1

Tampak Samping Masa 1

Tampak Depan Masa 1 (Autocad)

Tampak Depan Masa 1

Tampak Samping Masa 1 (Autocad)

~ 226 ~

3. Tampilan Bangunan Masa 2

Tampak Depan Masa 2

Tampak Depan Masa 2 (Autocad)

Tampak Samping Masa 2

Tampak Samping Masa 2 (Autocad)

~ 227 ~

4. Tampilan Bangunan Masa 3

Tampak Depan Masa 3

Tampak Depan Masa 3 (Autocad)

Tampak Samping Masa 3

Tampak Samping Masa 3 (Autocad)

~ 228 ~

5. Tampilan Bangunan Masa 4

Tampak Depan Masa 4

Tampak Depan Masa 4 (Autocad)

Tampak Samping Masa 4

Tampak Samping Masa 4 (Autocad)

~ 229 ~

6.9 Utilitas

Pada rancangan Malang Distro Park ini yang tidak boleh diabaikan adalah

perencanaan dan perancangan sistem utilitas. Sistem utilitas ini sangat penting

untuk dipertimbangkan agar menjadikan bangunan memiliki kenyamanan dan

keamanan.

1. Sistem Pencahayaan

a. Pencahayaan Alami

Dengan pemanfaatan sinar matahari sebagai pencahayaan alami pada

ruang - ruang yang memungkinkan diberi bukaan seperti retail, musholla,

ruang pameran, workshop, café, food court dan fasilitas penunjang

lainnya.

b. Pencahayaan Buatan

Gambar 6.16 Pencahayaan Buatan pada jalur sirkulasi tapak

Sumber : Hasil Rancangan, 2012

~ 230 ~

Gambar 6.17 Lay Out Pencahayaan Buatan pada seluruh tapak

Sumber : Hasil Rancangan, 2012

Untuk sumber daya listrik yang diprioritaskan tidak berasal dari PLN

melainkan dari Photofoltaic. PLN hanya merupakan sumber listrik kedua setelah

Photofoltaic. Photovoltaic tenaga matahari adalah sistem pembangkit listrik yang

bersumber dari cahaya. Rahasia dari proses ini adalah penggunaan bahan semi

konduktor yang dapat disesuaikan untuk melepas elektron, pertikel bermuatan

negatif yang membentuk dasar listrik.

Bahan semi konduktor yang paling umum dipakai dalam sel photovoltaic

adalah silikon, sebuah elemen yang umum ditemukan di pasir. Semua sel

photovoltaic mempunyai paling tidak dua lapisan semi konduktor seperti itu, satu

~ 231 ~

bermuatan positif dan satu bermuatan negatif. Ketika cahaya bersinar pada semi

konduktor, lading listrik menyeberang sambungan diantara dua lapisan

menyebabkan listrik mengalir, membangkitkan arus DC. Makin kuat cahaya,

makin kuat aliran listrik.

Sistem photovoltaic tidak membutuhkan cahaya matahari yang terang

untuk beroperasi. Sistem ini juga membangkitkan listrik di saat hari mendung,

dengan energi keluar yang sebanding ke berat jenis awan. Berdasarkan pantulan

sinar matahari dari awan, hari-hari mendung dapat menghasilkan angka energi

yang lebih tinggi dibandingkan saat langit biru sedang yang benar-benar cerah.

Saat ini, sudah menjadi hal umum piranti kecil, seperti kalkulator,

menggunakan solar sel yang sangat kecil. Photovoltaic juga digunakan untuk

menyediakan listrik di wilayah yang tidak terdapat jaringan pembangkit tenaga

listrik.

Gambar 6.18 Sel Photofoltaic 1

Sumber : Hasil Rancangan, 2012

~ 232 ~

Gambar 6.19 Sel Photofoltaic 2

Sumber : Hasil Rancangan, 2012

Photovoltaic sendiri berukuran sekitar 5 x 5 atau 10 x 10 cm persegi. Sel

sebesar ini hanya dapat mengkonversi cahaya matahari menjadi listrik berdaya

sekitar 1 - 2 Watt saja. Untuk dapat digunakan secara praktis, seitar 30 hingga 50

buah sel surya ini dirangkaikan satu sama lain agar menghasilkan daya keluaran

sekitar 50 hingga 75 Watt.Dengan menata seberapa besar kebutuhan listrik, maka

tinggal dihitung saja berapa banyak modul surya yang perlu dibeli, kemudian

digabung dan dirangkaikan kembali agar menghasilkan daya keluaran sesuai

dengan kebutuhan listrik rumah tangga misalnya. Rangkaian modul surya ini

disebut dengan panel surya.

Komponen-komponen Photovoltaic yaitu modul surya, baterai, regulator

dan konstruksi penyangga modul. Salah satu komponen inti dari PLTS adalah

berupa sel surya, terbuat dari bahan kristal silicon (Si) yang secara langsung dapat

merubah energi cahaya menjadi energi listrik. Dalam aplikasinya, sel surya

tersebut disusun secara seri dan paralel untuk mendapatkan level tegangan dan

arus yang diinginkan. Standard modul surya, biasanya terdiri dari 36 buah sel

~ 233 ~

surya, dikemas dengan bahan yang tahan terhadap cuaca serta gelas yang

menutupi seluruh permukaan atas sel.

Gambar 6.20 Sistem aliran listrik pada photofoltaic

Sumber : Hasil Rancangan, 2012

~ 234 ~

Perhitungan atap photofoltaic pada bangunan:

Masa bangunan 1

Atap 1, Ukuran Atap 14,5 x 10 m = 145 m2

= 10 x 10 cm

2 = 1 watt

= 100 x 100 cm2 = 100 watt

= 100 x 100 cm2 = 1 m

2

= 145 x 100 watt = 14.500 watt

Atap 2, Ukuran Atap 10 x 10 m = 100 m2

= 10 x 10 cm

2 = 1 watt

= 100 x 100 cm2 = 100 watt

= 100 x 100 cm2 = 1 m

2

= 100 x 100 watt = 10.000 watt

Atap 3, Ukuran Atap 17,5 x 9 m = 157,5 m2

= 10 x 10 cm

2 = 1 watt

= 100 x 100 cm2 = 100 watt

= 100 x 100 cm2 = 1 m

2

= 157,5 x 100 watt = 15.750 watt

~ 235 ~

Atap 4, Ukuran Atap 20,6 x 9 m = 185,4 m2

= 10 x 10 cm

2 = 1 watt

= 100 x 100 cm2 = 100 watt

= 100 x 100 cm2 = 1 m

2

= 185,4 x 100 watt = 18.540 watt

Atap 5 (Lingkaran), Ukuran Atap 43,5 x 1,2 x 2 m = 130,5 m2

= 10 x 10 cm2 = 1 watt

= 100 x 100 cm2 = 100 watt

= 100 x 100 cm2 = 1 m

2

= 130,5 x 100 watt = 13.050 watt

Total 71.840 watt

Masa bangunan 2

Atap 1, Ukuran Atap 25,7 x 7 m = 179,9 m2

= 10 x 10 cm

2 = 1 watt

= 100 x 100 cm2 = 100 watt

= 100 x 100 cm2 = 1 m

2

~ 236 ~

= 179,9 x 100 watt = 17.990 watt

Atap 2, Ukuran Atap 17,9 x 7 m = 125,3 m2

= 10 x 10 cm

2 = 1 watt

= 100 x 100 cm2 = 100 watt

= 100 x 100 cm2 = 1 m

2

= 125,3 x 100 watt = 12.530 watt

Atap 3 (Lingkaran), Ukuran Atap (27,7 + 2,5 + 15,5) x 1 x 2 m = 91,4 m2

= 10 x 10 cm2 = 1 watt

= 100 x 100 cm2 = 100 watt

= 100 x 100 cm2 = 1 m

2

= 91,4 x 100 watt = 9.140 watt

Total 39.660 watt

Masa bangunan 3

Atap 1, Ukuran Atap 41,7 x 9 m = 375,3 m2

= 10 x 10 cm

2 = 1 watt

= 100 x 100 cm2 = 100 watt

= 100 x 100 cm2 = 1 m

2

= 375,3 x 100 watt = 37.530 watt

~ 237 ~

Total 37.530 watt

Masa bangunan 4

Atap 1, Ukuran Atap 31,1 x 7,3 m = 227,03 m2

= 10 x 10 cm

2 = 1 watt

= 100 x 100 cm2 = 100 watt

= 100 x 100 cm2 = 1 m

2

= 227,03 x 100 watt = 22.703 watt

Total 22.703 watt

Total Keseluruhan 171.733 watt

Sumber listrik yang berasal dari photofoltaic ini ditujukan untuk:

Lampu Pertokoan & Officer : 150 Lum/watt x 371 buah = 55.650 watt

Lampu Taman : 50 Lum/watt x 229 buah = 11.450 watt

Lampu Jalan : 100 Lum/watt x 112 buah = 11.200 watt

Lampu Basemant : 150 Lum/watt x 70 buah = 10.500 watt

Lampu Spotlight : 200 Lum/ watt x 27 buah = 5.400 watt

Unit Komputer : 350 watt x 10 unit = 3.500 watt

Travelator : 500 watt x 10 buah = 5000 watt

~ 238 ~

Seat Outdoor : rata-rata = 5000 watt

Total daya yang dibutuhkan 107.700 watt

2. Sistem Plumbing

Plumbing merupakan sarana yang dipasang di dalam maupun di luar

gedung dan berfungsi untuk mengeluarkan air buangan. Pemenuhan akan air

berasal dari tandon bangunan yang berada di tendon atap bangunan dan tendon

bawah. Sedangkan untuk PDAM difungsikan untuk pemenuhan air bersih yang

dibutuhkan manusia (saluran air bersih PDAM langsung terhubung pada kamar

mandi masa bangunan).

Gambar 6.21 Lay Out Utilitas Plumbing

Sumber : Hasil Rancangan, 2012

~ 239 ~

Gambar 6.22 Detail Plumbing

Sumber : Hasil Rancangan, 2012

6.10 Struktur

Pada masa bangunan utama kawasan Malang Distro Park ini pada bagian atap

menggunakan struktur plat bidang. Macam-macam struktur plat bidang, yaitu:

1.

a. Dengan pelebaran stuktur di sudut

bidang, ketebalan plat 15 cm

b. Sengkang / Tulangan dengan

kerapatan 7cm

2. Brasing / Rangka Batang / Frame

Photofoltaic

Jalusi

Tandon Atap

~ 240 ~

3. Trust Firendel / Kantilever

Kesimpulan :

Struktur sebelumnya yaitu struktur parsial ( tidak kuat dengan bentangan beban

atap dengan jarak antar kolom lebih dari 3 meter). Oleh karena itu harus diganti

dengan struktur integral dengan metoda di atas.

Gambar 6.23 Detail Struktur Atap

Sumber : Hasil Rancangan, 2012

~ 241 ~

Sedangkan pada kolom, menggunakan tipe kolom WF dan pada pondasi,

menggunakan pondasi straus pile.

Gambar 6.24 Detail Struktur Kolom dan Pondasi

Sumber : Hasil Rancangan, 2012