12
57 BAB 6 PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak etanolik kulit buah manggis terhadap penurunan ketebalan Perivascular Adipose Tissue (PVAT) pada tikus model aterosklerosis dengan pemberian high fat diet (HFD). Aterosklerosis merupakan suatu inflamasi kronis yang ditandai dengan disfungsi endotel, inflamasi pembuluh darah, akumulasi lipid, dan sel-sel inflamasi pada dinding pembuluh darah. Perjalanan aterosklerosis melibatkan mediator-mediator proinflamasi dan senyawa-senyawa bioaktif yang berperan dalam pembentukan plak aterosklerotik. Salah satu bioaktif dalam proses aterosklerosis ini adalah reactive oxygen species (ROS) dan nitric oxide (NO). Dislipidemia merupakan suatu kondisi metabolik yang menyebabkan terjadinya peningkatan lipoprotein densitas rendah (LDL) dan penurunan lipoprotein densitas tinggi (HDL). Pada keadaan dislipidemia, terjadi pembentukan vaskular superoksidase melalui aktivasi NADPH dan atau xanthin oksidase. Superoksidase tersebut akan berikatan dengan peroksinitrit (ONOO - ). Peroksinitrit berperan dalam merusak jaringan dan mengoksidasi LDL menjadi oxLDL. PVAT merupakan jaringan adiposa yang mengelilingi permbuluh darah. Pada keadaan normal, PVAT berperan dalam homeostasis pembuluh darah. Tetapi pada keadaan patologis, PVAT dapat merangsang sitokin proinflamasi dan migrasi vascular smooth muscle cells (VSMCs). Salah satu patogenesis dari aterosklerosis terjadi karena inflamasi kronis yang menyebabkan

BAB 6 PEMBAHASANrepository.ub.ac.id/8035/7/9. BAB 6.pdf · 2020. 8. 3. · BAB 6 PEMBAHASAN Penelitian ini ... 4 gram lemak kambing 10%, 0.4 gram minyak kelapa 1%, 3.22 gram lemak

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 57

    BAB 6

    PEMBAHASAN

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak etanolik kulit

    buah manggis terhadap penurunan ketebalan Perivascular Adipose Tissue

    (PVAT) pada tikus model aterosklerosis dengan pemberian high fat diet (HFD).

    Aterosklerosis merupakan suatu inflamasi kronis yang ditandai dengan

    disfungsi endotel, inflamasi pembuluh darah, akumulasi lipid, dan sel-sel

    inflamasi pada dinding pembuluh darah. Perjalanan aterosklerosis melibatkan

    mediator-mediator proinflamasi dan senyawa-senyawa bioaktif yang berperan

    dalam pembentukan plak aterosklerotik. Salah satu bioaktif dalam proses

    aterosklerosis ini adalah reactive oxygen species (ROS) dan nitric oxide (NO).

    Dislipidemia merupakan suatu kondisi metabolik yang menyebabkan terjadinya

    peningkatan lipoprotein densitas rendah (LDL) dan penurunan lipoprotein

    densitas tinggi (HDL). Pada keadaan dislipidemia, terjadi pembentukan vaskular

    superoksidase melalui aktivasi NADPH dan atau xanthin oksidase.

    Superoksidase tersebut akan berikatan dengan peroksinitrit (ONOO-).

    Peroksinitrit berperan dalam merusak jaringan dan mengoksidasi LDL menjadi

    oxLDL.

    PVAT merupakan jaringan adiposa yang mengelilingi permbuluh darah.

    Pada keadaan normal, PVAT berperan dalam homeostasis pembuluh darah.

    Tetapi pada keadaan patologis, PVAT dapat merangsang sitokin proinflamasi

    dan migrasi vascular smooth muscle cells (VSMCs). Salah satu patogenesis dari

    aterosklerosis terjadi karena inflamasi kronis yang menyebabkan

  • 58

    ketidakseibangan antara pro-oksidan dan anti-oksidan atau disebut dengan

    kondisi stress oksidatif. Penggunaan ekstrak etanolik kulit manggis berperan

    sebagai agen antioksidan melalui penurunan ROS dan peningkatan NO.

    6.1 High Fat Diet (HFD) Sebagai Pemicu Dislipidemia

    Secara umum, penelitian ini membagi perlakuan pemberian pakan tikus

    menjadi dua kelompok besar, yaitu tikus dengan pemberian diet normal dan tikus

    dengan pemberian high fat diet (HFD). Diet normal terdiri dari PARS serta terigu,

    dan high fat diet (HFD) terdiri dari diet aterogenik dengan komposisi 2 gram

    kuning telur 3%, 4 gram lemak kambing 10%, 0.4 gram minyak kelapa 1%, 3.22

    gram lemak babi, 0.06 gram asam kolat, dan 30 gram terigu PAR-s. (Substitusi et

    al. 2014) Disebutkan juga bahwa diet aterogenik dapat membuat kondisi

    dislipidemia. (Murwani et al. 2006) Dalam penelitian ini, pengukuran profil lipid

    dilakukan setelah pemberian diet aterogenik selama 4 minggu. Pengukuran profil

    lipid yang dilakukan diantaranya, kadar low density lipoprotein (LDL), high density

    lipoprotein (HDL), trigliseride (TG) dan total cholesterol (TC). Istilah dislipidemia

    digunakan untuk menggambarkan setiap abnormalitas kadar lipid, baik kelainan

    satu kadar lipid maupun kombinasi kelainan beberapa kadar lipid. (Chandra et al.

    2014)

    Peningkatan berat badan tikus pada penelitian ini merupakan

    pertambahan berat badan tikus selama 3 bulan perlakuan. Meninjau peningkatan

    berat badan tikus pada penelitian ini (gambar 5.1 dan 5.2), semua kelompok tikus

    mengalami peningkatan berat badan dibandingkan dengan berat badan awal.

    Peningkatan berat badan tikus pada kelompok kontrol negatif sinergis dengan

    perburukan profil lipid pada kelompok tikus ini. Peningkatan berat badan

    berkaitan dengan kondisi obesitas. Obesitas meningkatkan risiko kardiovaskular

  • 59

    melalui peningkatan trigliserida, kolesterol LDL tinggi, serta kolesterol HDL yang

    rendah. (Klop et al. 2013)

    Berdasarkan hasil penelitian ini, didapatkan kadar LDL pada kelompok

    tikus dengan diet normal adalah sebesar 60.25 mg/dL dan pada kelompok tikus

    dengan HFD adalah sebesar 126.25 mg/dL. Hal ini menunjukan bahwa diet

    aterogenik yang diberikan selama 8 minggu pada kelompok tikus dengan HFD

    dapat menaikan kadar LDL tikus dan peningkatan level dari LDL merupakan

    tanda yang berhubungan dengan peningkatan risiko terhadap penyakit

    kardiovaskular, salah satunya adalah aterosklerosis.(Zhao et al. 2017)

    Peningkatan konsentrasi profil lipid dapat menyebabkan peningkatan ROS

    sehingga LDL dapat dengan mudah teroksidasi menjadi ox-LDL. (Murphy &

    Johnson 2008) Lipoprotein yang telah teroksidasi ini akan difagositosis oleh

    makrofag membentuk sel busa. Fagositosis oleh sel netrofil, monosit dan limfosit

    juga akan menghasilkan radikal bebas sehingga akan meningkatkan kondisi

    stres oksidatif. (Ismawati et al. 2017) Low Density Lipoprotein teroksidasi

    merupakan marker aterosklerosis yang terdeteksi sepanjang tahap aterosklerosis

    dan berkaitan dengan kerusakan sel endotel, inflamasi dan stres oksidatif.

    (Parthasarathy, 2012)

    Kadar TG pada kelompok tikus yang diberikan HFD meningkat menjadi

    146.25 mg/dL dibandingkan dengan kelompok tikus dengan diet normal yaitu

    sebesar 101.75 mg/dL. Menurut beberapa penelitian, peningkatan TG atau

    hipertrigliseridemia merupakan salah satu faktor risiko timbulnya aterosklerosis.

    (Tsalissavrina et al. 2006) Sedangkan, profil lipid pada penelitian ini juga

    menunjukan penurunan kadar HDL dari 30 mg/dL pada kelompok tikus dengan

    diet normal, menjadi 22.25 mg/dL pada kelompok tikus dengan HFD. Penelitian

  • 60

    ini menambahkan asam kolat pada diet aterogenik. Penggunaan asam kolat

    pada diet aterogenik dapat merubah gambaran profil lipid menjadi lebih

    aterogenik, yaitu menurunnya kadar HDL dan meningkatnya kadar LDL. Diet

    aterogenik tanpa penambahan asam kolat dapat meningkatkan baik LDL maupun

    HDL, sehingga penggunaan asam kolat disini diduga berfungsi untuk

    menurunkan HDL. (Murwani et al. 2006) Hiperkolesterolemia, peningkatan LDL,

    penurunan HDL, oksidasi lipoprotein, disfungsi NO, dan inflamasi merupakan

    faktor-faktor utama yang menyebabkan terjadinya aterosklerosis. (Rafieian-

    kopaei et al. 2017) Sehingga dapat dikatakan bahwa pemberian HFD pada

    hewan coba penelitian ini sudah menggambarkan suatu kondisi aterosklerosis.

    6.2 Ketebalan Perivascular Adipose Tissue (PVAT) pada Tikus dengan Diet

    Normal

    Perivascular Adipose Tissue (PVAT) didefinisikan sebagai jaringan

    adiposa yang berada di luar pembuluh darah. Secara struktural, PVAT berbatas

    jelas dengan tunika adventitia, walaupun tanpa ada jaringan fibrosa yang

    membatasi PVAT dan tunika adventitia. (Aldiss et al. 2017) Pada keadaan

    fisiologis, sekresi dari PVAT berperan dalam mempertahankan dan meregulasi

    tonus vaskular serta ikut mengatur fungsi dari endotel. (Ozen et al. 2015)

    Disebutkan juga bahwa PVAT memiliki fungsi sebagai protektor dan vasodilator

    mekanik pembuluh darah. Efek vasodilator terjadi dengan mensekresikan

    Adipose Derived Relaxing Factor (ADRF). (Brown et al. 2014)

    Pengukuran rata-rata ketebalan PVAT pada kelompok tikus dengan

    diet normal adalah sebesar 547.48 μm, dengan ketebalan minimal

    sebesar 224.88 μm dan ketebalan maksimal sebesar 1005.63 μm.

  • 61

    Kelompok tikus dengan diet normal ini memiliki ketebalan terkecil

    dibandingkan dengan empat kelompok tikus lain. Berdasarkan hasil post

    hoc Duncan, ketebalan PVAT kelompok ini berada dalam kolom yang

    berbeda dengan ketebalan PVAT pada kelompok tikus yang diberikan diet

    aterogenik.

    Jika ketebalan PVAT pada kelompok diet normal dikaitkan dengan

    data pendukung profil lipid pada penelitian ini, maka hewan coba pada

    kelompok ini tidak mengalami dislipidemia. Dimana kadar HDL adalah

    sebesar 30 mg/dL, kadar LDL sebesar 60.25 mg/dL dan kadar kolesterol

    total sebesar 107.75 mg/dL. Tikus yang diberi diet normal diharapkan mampu

    mewakili kondisi fisiologis dari sistem kardiovaskuler, atau dimana kompensasi

    tubuh masih mampu menjaga homeostasis dan mencegah efek patologis dari

    rangsang tertentu.

    Penelitian lain yang mengamati perubahan PVAT pada kelompok hewan

    coba yang diturunkan berat badannya menyatakan bahwa PVAT dari hewan

    coba kelompok kontrol yang tidak diberi HFD memberikan efek antikontraktil

    terhadap rangsangan norepinefrin dan hal tersebut menghilang pada kelompok

    hewan coba yang diberi HFD. Kelompok hewan coba yang diberi HFD

    memberikan gambaran berupa penigkatan TNF-α dan penurunan bioavailibilitas

    NO pada PVAT. Peneliti membuktikan bahwa dengan menurunkan profil lipid,

    kerusakan PVAT karena dislipidemia dapat dicegah melalui mekanisme

    penurunan respon inflamasi dan peningkatan aktivitas sintesis NO dalam PVAT.

    (Bussey et al. 2016)

  • 62

    6.3 Ketebalan Perivascular Adipose Tissue (PVAT) pada Tikus dengan High

    Fat Diet (HFD)

    Obesitas merupakan salah satu faktor risiko terhadap penyakit

    kardiovaskular. Obesitas ditandai dengan penumpukan jaringan adiposa yang

    berlebih, termasuk jaringan adiposa yang mengelilingi pembuluh darah yang

    disebut dengan Perivascular Adipose Tissue (PVAT). PVAT berfungsi secara

    endokrin maupun parakrin dengan memproduksi vasoaktif metabolik, diantaranya

    adipokin. Pada penyakit jantung koroner, terjadi peningkatan ekspresi dari

    adipokin proinflamasi dan proliferatif, seperti IL-6, IL-1, TNF-α, MCP-1, resistin,

    chemerin, visfatin, dan leptin, serta penurunan dari adipokin anti-inflamasi, anti-

    proliferatif dan adipokin vasodilator, seperti adiponektin. Ketidakseimbangan ini

    sangat berperan dalam patogenesis atherosklerosis dengan cara peningkatan

    sitokin proinflamasi dan migrasi serta proliferasi dari VSCMs. (Ozen et al. 2015)

    Berdasarkan hasil pengukuran terhadap ketebalan PVAT pada kelompok

    hewan coba yang diberi HFD, terjadi penambahan ketebalan PVAT yang

    bermakna dibandingkan dengan kelompok hewan coba yang diberi diet normal.,

    hal ini terbukti melalui uji post hoc Duncan. Rata-rata ketebalan PVAT pada

    kelompok tikus ini adalah sebesar 744.24 μm, dimana ketebalan minimal PVAT

    ialah sebesar 205.2 μm, dan ketebalan maksimal adalah sebesar 1606.94 μm.

    Apabila dibandingkan dengan profil lipid pada kelompok tikus dengan pemberian

    HFD, terjadi peningkatan kadar LDL serta kolesterol total yang bermakna dan

    penurunan HDL yang juga bermakna. Hal ini membuktikan bahwa tikus pada

    kelompok ini telah mengalami dislipidemia dengan peningkatan ketebalan PVAT

    yang bermakna, yang pada akhirnya berpengaruh terhadap patogenesis

    aterosklerosis.

  • 63

    Berdasarkan penelitian lain yang pernah dilakukan sebelumnya,

    pemberian HFD pada mencit telah terbukti dapat menyebabkan PVAT lebih

    proinflamasi yang ditandai dengan penurunan ekspresi dari adiponektin (adipokin

    anti inflamasi) dan peningkatan ekspresi dari IL-6, IL-8, dan MCP-1. (Brown et

    al. 2014) Adiponektin berperan dalam menghambat transformasi dari makrofage

    menjadi foam cell melalui penurunan lipopolisakarida yang menstimulasi

    produksi dari TNF-α. Selain itu, adiponektin juga berperan dalam peningkatan IL-

    10 yang merupakan sitokin anti-inflamasi. Tetapi penurunan ekspresi adiponektin

    akan mendukung terjadinya patogenesis dari aterosklerosis. (Shibata et al. 2009)

    Lalu, sitokin proinflamasi dari PVAT ini dapat menyebabkan disfungsi dari

    VSCMs dan endotel. Peningkatan dari MCP-1 dapat menyebabkan peningkatan

    kemotaksis dan adhesi monosit pada endotel yang berkontribusi pada terjadinya

    aterosklerosis. Penelitian lain menyebutkan bahwa pemberian HFD pada hewan

    coba dapat menurunkan bioavailibilitas NO sehingga menyebabkan hilangnya

    efek antikontraktil dari PVAT. (Zaborska et al. 2017) Diketahui bahwa PVAT

    memberikan efek antikontraktil pada pembuluh darah sehat melalui pelepasan

    PVAT- derived releasing factor. (Szasz et al. 2012)

    6.4 Ketebalan Perivascular Adipose Tissue (PVAT) pada Tikus HFD dengan

    Pemberian Ekstrak Etanolik Kulit Buah Manggis

    Stres oksidatif terjadi ketika adanya ketidakseimbangan antara pro

    oksidan dan anti oksidan. Hal ini ditandai dengan peningkatan kadar reactive

    oxygen species (ROS) dan penurunan kadar nitric oxide (NO). Peningkatan

    kadar ROS merupakan inti dari kondisi stres oksidatif. Pada keadaan

    homeostasis, ROS dalam kadar normal berperan dalam mengontrol fungsi rutin

  • 64

    sel, tetapi dalam keadaan patologis, ROS dapat memediasi stres oksidatif dan

    kerusakan sel yang berujung pada kondisi inflamasi kronis. (Sack et al. 2017)

    Pada beberapa penelitian, disebutkan bahwa α- mangosteen pada ekstrak kulit

    manggis dapat menurunkan kadar ROS (Hafeez et al., 2014). Selain itu

    penelitian lain menyebutkan juga bahwa, pemberian ekstrak etanolik kulit

    manggis ( dosis 50 mg/kgBB, 100 mg/kgBB, dan 200 mg/kgBB) pada tikus model

    DMT2 tidak hanya hanya berpengaruh terhadap kadar glukosa darah tetapi juga

    kadar TG, LDL, VLDL dan HDL. Dimana terjadi penurunan kadar TG, LDL dan

    VLDL serta peningkatan kadar HDL (Taher et al., 2016)

    Pengukuran kadar lipid pada kelompok dengan pemberian EKM

    dilakukan untuk mengetahui pengaruh ekstrak kulit manggis terhadap profil HDL,

    LDL, TG dan total kolesterol. Pada kelompok dengan pemberian EKM dosis 800

    mg/kg BB, terjadi penurunan kadar LDL menjadi 65.75 mg/dL dibandingkan

    dengan kelompok kontrol positif yang memiliki kadar LDL 126.25 mg/dL.

    Sedangkan untuk kadar HDL, kelompok kontrol positif memiliki kadar HDL

    sebesar 22.25 mg/dL dan terjadi peningkatan kadar HDL yang signifikan pada

    kelompok EKM dosis 800 mg/kgBB dengan nilai sebesar 41.50 mg/dL.

    Pada penelitian ini, ketebalan PVAT kelompok perlakuan yang diberikan

    ekstrak etanolik kulit manggis memiliki penurunan rata-rata ketebalan. Kelompok

    perlakuan EKM 1 (dosis EKM 200 mg/kgBB) memiliki rata-rata ketebalan PVAT

    sebesar 737 μm, dengan ketebalan minimal sebesar 243.29 μm dan ketebalan

    maksimal sebesar 1428.80 μm. Kelompok perlakuan EKM 2 (dosis EKM 400

    mg/kgBB) memiliki rata-rata ketebalan PVAT sebesar 711.64 μm, dengan

    ketebalan minimal sebesar 198.22 μm dan ketebalan maksimal sebesar 1379.38

    μm. Kelompok perlakuan EKM 3 (dosis EKM 800 mg/kgBB) memiliki rata-rata

  • 65

    ketebalan PVAT sebesar 554.77 μm, dengan ketebalan minimal sebesar 151.96

    μm dan ketebalan maksimal sebesar 1060.42 μm.

    Ketebalan PVAT hewan coba pada kelompok HFD (terlihat pada Tabel

    5.2) mengalami peningkatan ketebalan yang berbeda secara signifikan yang

    terbukti dengan uji post hoc Duncan. Pemberian HFD dapat menginduksi fenotip

    pro-inflamasi pada PVAT dengan ekspresi adiponektin yang rendah dan ekspresi

    IL-6, IL-8, dan MCP-1 yang tinggi. (Brown et al. 2014) Penebalan dari PVAT ini

    menggambarkan suatu kondisi inflamasi dan disfungsi endotel sebagai akibat

    dari peningkatan ROS. (Heriansyah et al. 2015) Lalu pada penelitian ini,

    pemberian Ekstrak Kulit Manggis yang memiliki kandungan xanthon sebagai

    agen anti-oksidan, dapat menurunkan ketebalan PVAT secara bermakna melalui

    uji parametrik ANOVA. Dosis yang signifikan dalam menurunkan ketebalan PVAT

    adalah Ekstrak Kulit Manggis dosis 800 mg/kgBB. EKM dosis ini dapat

    menurunkan ketebalan PVAT hampir mendekati kelompok tikus normal.

    Ketebalan PVAT pada kelompok EKM dosis 800 mg/kgBB ini memiliki ketebalan

    yang berbeda secara bermakna dibandingkan dengan kelompok tikus dengan

    HFD.

    Penelitian lain mengenai efek EKM sebagai agen anti oksidan pada tikus

    Rattus novergicus membuktikan bahwa ekstrak kulit manggis dapat menurunkan

    kadar H2O2 secara signifikan (p

  • 66

    penurunan ketebalan PVAT pada penelitian ini dapat menggambarkan terjadinya

    penghambatan dari proses aterosklerosis.

    Peningkatan kuantitas dari PVAT pada dislipidemia menyebabkan

    ketidakseimbangan dari sekresi antara fisiologis dan patologis adipokin. Ketidak

    seimbangan ini digambarkan dengan peningkatan leptin dan penurunan

    adiponektin. (Ozen et al. 2015) Dengan penurunan ketebalan PVAT melalui

    pemberian anti-oksidan maka akan memberikan efek kebalikan dari kondisi

    patologis yang ditimbulkan karena peningkatan kuantitas PVAT. Diketahui bahwa

    pada keadaan fisiologis, sekresi dari PVAT berperan dalam mempertahankan

    dan meregulasi tonus vaskular serta ikut mengatur fungsi dari endotel sehingga

    berpengaruh terhadap mekanisme terjadinya aterosklerosis . (Ozen et al. 2015)

    6.5 Perbedaan Ketebalan Perivascular Adipose Tissue (PVAT) Menurut

    Kelompok Perlakuan

    Pengolahan data ketebalan PVAT pada penelitian ini menggunakan uji

    parametrik dengan software SPSS versi 16 . Uji parametrik yang digunakan

    adalah one way ANOVA. Sebelum melakukan one way ANOVA, dilakukan uji

    normalitas dan uji homogenitas terhadap data ketebalan PVAT. Berdasarkan uji

    normalitas menggunakan metode Shapiro Wilk, terlihat bahwa nilai p>0.05

    dengan tingkat kepercayaan 95%. Hal ini membuktikan bahwa data ketebalan

    PVAT berdistribusi normal. Selanjutnya dilakukan uji homogenitas Levene

    Statistik. Dari uji homogenitas ini, didapatkan bahwa data ketebalan PVAT

    memiliki varian yang homogen, dengan nilai signifikansi p >0.05 dengan tingkat

    kepercayaan 95%.

  • 67

    Hasil one way ANOVA dengan tingkat kepercayaan 95% menunjukan

    nilai p=0.008 (p

  • 68

    kelompok yang diberi high fat diet. Menurut beberapa penelitian, disebutkan

    bahwa perubahan dari struktur jaringan baru dapat terjadi dengan penggunaan

    perlakuan yang diberikan dosis yang lebih.

    Uji korelasi yang dilakukan pada penelitian ini menunjukan nilai koefisien

    korelasi sebesar -0.661. Nilai negatif berarti semakin tinggi variabel dosis EKM

    yang diberikan maka semakin rendah ketebalan PVAT. Rentang nilai koefisien

    korelasi diantara 0.6 dan 0.8 menunjukan bahwa kekuatan korelasi kuat secara

    statistik. Korelasi antara dosis dan ketebalan ini bermakna yang dibuktikan

    dengan nilai p