Upload
others
View
21
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
28
28 Universitas Muhammadiyah Riau
BAB 4
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian
4.1.1 Letak Geografis
Kabupaten Kampar dengan luas lebih kurang 1.128.928 Ha merupakan
daerah yang terletak antara 01°00’40” Lintang Utara sampai 00°28’30” Lintang
Selatan dan 100°28’30” - 101°14’30” Bujur Timur. Daerah ini terdiri dari 20
kecamatan dan 250 desa/kelurahan. Batas-batas daerah Kabupaten Kampar adalah
sebagai berikut:
a. Sebelah utara berbatasan dengan Kota Pekanbaru dan Kabupaten Siak;
b. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Kuantan Singingi;
c. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Rokan Hulu dan Provinsi
Sumatera Barat,
d. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Pelalawan dan Kabupaten
Siak.
Di daerah Kabupaten Kampar terdapat dua buah sungai besar, yaitu sungai
Kampar dan sungai Siak bagian hulu, serta beberapa sungai kecil.Sungai-sungai
besar yang terdapat di Kabupaten Kampar ini sebagian masih berfungsi baik
sebagai prasarana perhubungan, sumber air bersih budidaya ikan maupun sebagai
sumber energi listrik (PLTA Koto Panjang).
Kabupaten Kampar terbentuk sejak tahun 1956 berdasarkan UU N0 12
tahun 1956 dengan ibu kota Bangkinang. Pada awalnya Kabupaten Kampar terdiri
dari 19 kecamatan dengan dua Pembantu Bupati sesuai dengan Surat Keputusan
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Riau Nomor: KPTS. 318VII1987 tanggal 17
Juli 1987. Dengan diberlakukannya Undang Undang Nomor 53 Tahun 1993
Juncto Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 75 Tahun 1999 tanggal 24
Desember 1999, maka Kabupaten Kampar resmi dimekarkan menjadi 3
Kabupaten, yaitu Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Rokan Hulu dan Kabupaten
Kampar.
Kabupaten Kampar pada umumnya beriklim tropis.Temperatur minimum
terjadi pada bulan September yaitu 23,10C.Temperatur maksimum juga terjadi
29
29 Universitas Muhammadiyah Riau
pada September dengan temperatur 32,40C.Jumlah hari hujan dalam tahun 2010,
yang terbanyak adalah disekitar Bangkinang dan Kampar Kiri dan yang paling
sedikit terjadinya hujan adalah sekitar Tapung Hulu.
4.1.2 Gambaran Kondisi Penduduk
Jumlah penduduk Kabupaten Kampar tahun 2010 tercatat 688,204 orang,
yang terdiri dari penduduk laki-laki 354,836 jiwa dan wanita 333,368 jiwa. Ratio
jenis kelamin (perbandingan penduduk laki-laki dengan penduduk perempuan)
adalah 109. Penduduk Kampar adalah orang Minangkabau yang kerap menyebut
diri mereka sebagai Ughang Ocu, tersebar di sebagian besar wilayah Kampar
dengan Persukuan Domo, Malayu, Piliong/Piliang, Mandailiong, Putopang,
Caniago, Kampai, Bendang, dll. Secara sejarah, etnis, adat istiadat, dan budaya
mereka sangat dekat dengan masyarakat Minangkabau.khususnya dengan
kawasan Luhak Limopuluah. Hal ini terjadi karena wilayah Kampar baru terpisah
dari Ranah Minang sejak masa penjajahan Jepang pada tahun 1942. Menurut
H.Takahashi dalam bukunya Japan and Eastern Asia, 1953, Pemerintahan Militer
Kaigun di Sumatera memasukkan Kampar ke dalam wilayah Riau Shio sebagai
bagian dari strategi pertahanan teritorial militer di pantai Timur Sumatera.
Selanjutnya terdapat juga sedikit etnis Melayu yang pada umumnya
bermukim di sekitar perbatasan Timur yang berbatasan dengan Siak dan
Pelalawan. Diikuti oleh etnis Jawa yang sebagian telah menetap di Kampar sejak
masa penjajahan dan masa kemerdekaan melalui program transmigrasi yang
tersebar di sentra-sentra permukiman transmigrasi. Didapati pula penduduk
beretnis Batak dalam jumlah yang cukup besar bekerja sebagai buruh di sektor-
sektor perkebunan dan jasa lainnya.Selain itu dalam jumlah yang signifikan para
pendatang bersuku Minangkabau lainnya asal Sumatera Barat yang umumnya
berprofesi sebagai pedagang dan pengusaha.Kecamatan yang paling padat
penduduknya adalah Kecamatan Kampar yaitu 333 jiwa/km², diikuti oleh
Kecamatan Kampar Utara 226 jiwa/km². Selain itu lima kecamatan yang agak
padat penduduknya berada di Kecamatan Rumbio Jaya, Bangkinang, Bangkinang
Barat, Perhentian Raja, dan Kampar Timur, masing–masing 216 jiwa/km², 191
jiwa/km², 158 jiwa/km², 154 dan 131 jiwa/km². Sedangkan dua kecamatan yang
30
30 Universitas Muhammadiyah Riau
relatif jarang penduduknya yaitu Kecamatan Kampar Kiri Hulu dengan kepadatan
9 jiwa/km² dan Kampar Kiri Hilir dengan 13 jiwa/km².
4.1.3 Gambaran Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator yang sangat penting
dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu
Negara. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan sajauh mana aktifitas perekonomian
akan menghasilkan tambahan pendapat masyarakat pada suatu periode tertentu.
Tabel 4.1 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Kampar
No
Tahun
Pertumbuhan
Ekonomi
1 2013 0.84
2 2014 0.5
3 2015 0.19
4 2016 0.31
5 2017 0.47
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kampar dari tahun ke tahun selalu
fluktuatif, dari tahun 2013 sebesar 0,84 persen, kemudian menurun pada tahun
2014 sebesar 0,5. Pada tahun 2015 meningkat sebesar 0,19 persen dan selanjutnya
pada tahun 2016 kembali meningkat sebesar 0,31 persen dan pada tahun 2017
terus meningkat sebesar 0,47 persen.
4.1.4 Gambaran Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan usaha sistematis dan berkelanjutan secara terus
menerus dala jangka waktu tertentu untk menyampaikan, menumbuhkan, dan
mendapatkan pengetahuan,sikap, nilai dan kecakapan (skill) kepada manusia
sebagai tenaga kerja ( man power ).
Tabel 4.2 Tingkat Pendidikan Kabupaten Kampar
No Tahun Tingka pendidikan
1 2013 33,69
2 2014 32,92
3 2015 27,85
4 2016 24,25
5 2017 27,17
31
31 Universitas Muhammadiyah Riau
Tingkat pendidikan di Kabupaten Kampar selalu berfluktuatif dimana
tahun 2013 sebesar 33,69 Persen kemudia menurun hingga 2014 sebesar 32,92
persen dan tahun 2015 sebesar 27,85 persen, kemudian mengalami penurunan
hingga tahun 2016 sebesar 24,25 persen, dan pada tahun 2017 mengalami
kenaikan sebesar 27,17 persen.
4.1.5 Gambaran Upah Minimum
Upah minimum sebagaimana yang telah diatur dalam PP No.8/1981
merupakan upah yang ditetapkan secara minimum regional, sektoral regional
maupun sub sektoral.
Tabel 4.3 Upah Minimum Kabupaten Kampar
No tahun Upah minimum
1 2013 1.492.000
2 2014 1.740.000
3 2015 1.918.000
4 2016 2.140.000
5 2017 2.315.000
Upah minimum di Kabupaten Kampar mengalami Peningkatan setiap
tahunnya. Dimana pada tahun 2013 sebesar 1.492.000 rupiah dan pada tahun 2014
sebesar 1.740.000 rupiah dan tahun 2015 sebesar 1.918.000 rupiah, selanjutnya
tahun 2016 sebesar 2.140.000 rupiah dan meningkat hingga tahun 2017 sebesar
2.315.000 rupiah. Peningkatan UMR ini belum mampu mengurangi tingkat
pengangguran di Kabupaten Kampar. Hal ini dapat dilihat dari berfluktuatifnya
angka pengangguran di Kabupaten Kampar.
4.1.6 Gambaran Tingkat Pengangguran
Pengangguran adalah suatu keadaan dimana seseorang yang tergolong
dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat
memperolehnya. Seseorang yang tidak bekerja, tetapi tidak secara aktif mencari
pekerjaan tidak tergolong sebagai penganggur.
Tabel 4.4 Tingkat Pengangguran Terbuka Kabupaten Kampar
No Tahun Tingkat Pengangguran (Persen)
1 2013 6.2
2 2014 6.1
3 2015 8.07
4 2016 7.98
5 2017 5.93
32
32 Universitas Muhammadiyah Riau
Tingkat pengangguran terbuka di Kabupaten Kampar mengalami fluktuasi
dimana pada tahun 2013 sebesar 6,2 persen kemudian tahun 2014 menurun
hingga 6,1 persen. Dan pada tahun 2015 mengalami kenaikan yang cukup besar
dari tahun sebelumnya yaitu 8,07 persen selajutnya tahun 2016 kembali terjadi
penurunan sebesar 7,98 persen da kembali menurun pada tahun 2017 sebesar 5,93
persen.
4.2 Uji Asumsi Klasik
4.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas dimaksud untuk menguji apakah nilai residual yang telah di
standarisasi pada model regresi berdistribusi normal atau tidak. Nilai residual
dikatakan berdistribusi normal jika nilai residual terstandarisasi tersebut sebagian
besar mendekati rata-ratanya.
Tabel 4.5 Uji Normalitas
Error dikatakan berdistribusi normal apabila nilai probability sebesar
0,860020 lebih besar dari nilai α=0,05 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa error
data berdistribusi normal sehingga asumsi normalitas terpenuhi.
4.2.2 Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
penyimpangan asumsi klasik heterokedastisitas yaitu adanya ketidaksamaan
varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regersi. Prasyarat yang
harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adannya gejala
heterokedastisitas. Uji heterokedastisitas dapat dilakukan dengan metode White’s
General Heteroskedasticity dengan hasil uji tersebut dibawah ini:
0
1
2
3
4
5
6
-0.50 -0.25 0.00 0.25 0.50
Series: Residuals
Sample 1 14
Observations 11
Mean 1.21e-15
Median 0.065493
Maximum 0.413905
Minimum -0.463849
Std. Dev. 0.243195
Skewness -0.383640
Kurtosis 2.736718
Jarque-Bera 0.301600
Probability 0.860020
33
33 Universitas Muhammadiyah Riau
Tabel 4.6 Uji Heterokedastisitas
Heteroskedasticity Test: Glejser F-statistic 1.382847 Prob. F(3,7) 0.3248
Obs*R-squared 4.093267 Prob. Chi-Square(3) 0.2516
Scaled explained SS 2.604540 Prob. Chi-Square(3) 0.4567
Test Equation:
Dependent Variable: ARESID
Method: Least Squares
Date: 02/09/20 Time: 10:14
Sample: 1 14
Included observations: 11 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.791456 2.075908 0.381258 0.7143
LOGX1 -0.199734 0.172258 -1.159504 0.2843
LOGX2 -0.071955 0.160492 -0.448343 0.6675
LOGX3 0.098841 0.381651 0.258982 0.8031 R-squared 0.372115 Mean dependent var 0.185016
Adjusted R-squared 0.103022 S.D. dependent var 0.146593
S.E. of regression 0.138836 Akaike info criterion -0.835753
Sum squared resid 0.134929 Schwarz criterion -0.691064
Log likelihood 8.596642 Hannan-Quinn criter. -0.926959
F-statistic 1.382847 Durbin-Watson stat 0.984893
Prob(F-statistic) 0.324848
Sumber : Data Olahan
Kriteria:
Jika sig ≥ 0,05 berarti tidak terjadi heterokedastisitas
Jika sig ≤ 0,05 berarti terjadi heterokedastisitas
Jika p value-obs > 0,05 maka kesimpulannya H0 diterima dan sebaliknya.
Jadi berdasarkan tabel diatas hasil estimasi didapat bahwa Prob Chi-squared
0.2516 > 0,05 maka keputusan untuk menerima H0 dan menolak H1.
Kesimpulannya adalah tidak terjadinya gejala heterokedastisitas.
4.2.3 Uji Multikolineritas
Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
penyimpangan asumsi klasik multikolinearitas yaitu adanya hubungan linear antar
variabel independen dalam model regresi.Prasyarat yang harus terpenuhi dalam
model regresi adalah tidak adanya multikolinearitas. Pada pembahasan ini akan
dilakukan uji multikolinearitas dengan melihat nilai inflation factor (VIF) pada
model regresi dan membandingkan nilai koefisien determinasi individual ( )
34
34 Universitas Muhammadiyah Riau
dengan nilai determinasi secara serentak ( ). Pada penelitian ini, untuk
mendeteksi ada tidaknya gejala multikolinearitas adalah dengan melihat besaran
korelasi antar variabel independen dan besarnya tingkat kolonieritas yang masih
dapat ditoleransi, yaitu tolerance >0.10 dan VIF < 10. Berikut disajikan tabel
4.3 hasil pengujian.
Tabel 4.7 Uji Multikolinearitas
LOGX1 LOGX2 LOGX3
LOGX1 1 -0.6972270664703709
-0.7475723404559494
LOGX2 -0.6972270664703709
1 0.4996101352548832
LOGX3 -0.7475723404559494
0.4996101352548832
1
Kriteria:
Jika nilai koefisien korelasi > 0,8 terjadi multikolinearitas
Jika nilai koefisien korelasi < 0,8 tidak terjadi multikolinearitas.
4.2.4 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi di gunakan untuk mengatahui ada atau tidaknya
penyimpangan asumsi klasik autokorelasi yaitu korelasi yang terjadi antara
residual pada suatu pengematan lain pada model regresi. Dari hasil pengolahan
data dapat diperoleh nilai DW seperti tabel 4.4 dibawah ini:
Tabel 4.8 Uji Autokorelasi
Durbin Watson Keterangan
2.498990 Tidak ada kesimpulan
Dengan hasil diatas:
1. Nilai dW (2.498990)
2. Selanjutnya kita bandingkan dengan nilai tabel DW dengan signifikansi
5%, jumlah = 16, dan jumlah variable independen = 3
3. Nilai dW 2.498990 lebih kecil dari dU (1,7277)
4. dW > dU, (2.498990> 1,7277) (tidak ada kesimpulan)
5. Sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi autokorelasi
35
35 Universitas Muhammadiyah Riau
4.3 Hasil Regresi Linear Berganda
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan persamaan regresi
linear berganda dengan program eviews maka diperoleh hasil regresi berganda
sebagai berikut:
Tabel 4.9 Hasil Regresi Linear Berganda
Dependent Variable: LOGY
Method: Least Squares
Date: 02/08/20 Time: 11:17
Sample (adjusted): 1 14
Included observations: 11 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -4.909454 4.346199 -1.129597 0.2959
LOGX1 0.682698 0.360646 1.892989 0.1002
LOGX2 -0.259142 0.336012 -0.771229 0.4658
LOGX3 2.216689 0.799039 2.774194 0.0275 R-squared 0.579673 Mean dependent var 2.385747
Adjusted R-squared 0.399533 S.D. dependent var 0.375112
S.E. of regression 0.290673 Akaike info criterion 0.642053
Sum squared resid 0.591436 Schwarz criterion 0.786743
Log likelihood 0.468707 Hannan-Quinn criter. 0.550847
F-statistic 3.217904 Durbin-Watson stat 2.498990
Prob(F-statistic) 0.091827
Dari persamaan regresi diatas diperoleh nilai konstanta sebesar
Nilai ini dapat diartikan jika Pertumbuhan Ekonomi, upah minimum
dan tingkat pendidikan nol atau tidak ada, maka pengangguran terbuka bertambah
sebesar dengan asumsi Ceteris Paribus.
Jika diperoleh nilai koefisien pertumbuhan ekonomi sebesar .
Artinya adalah setiap pertambahan 1 persen pertumbuhan ekonomi maka
pengangguran terbuka menurun sebesar dengan asumsi Ceteris
paribus.
Jika diperoleh nilai koefisien tingkat pendidikan sebesar .
Artinya adalah setiap pertambahan 1 satuan tingkat pendidikan maka
pengangguran terbuka meningkat sebesar , dengan asumsi Ceteris
Paribus.
36
36 Universitas Muhammadiyah Riau
Jika diperoleh nilai koefisien upah minimum sebesar . Artinya
adalah setiap pertambah 1 satuan upah minimum maka pengangguran terbuka
akan menurun sebesar ,dengan asumsi Ceteris Paribus.
4.4 Pengujian Hipotesis
4.4.1 Uji t
Uji t digunakan untuk menguji pengaruh variabel-variabel bebas terhadap
variabel tak bebas secara parsial dengan signifikan 5% (α=0,05) caranya dalah
membandingkan ttabeldan thitung.
H0: pertumbuhan ekonomi, tingkat pendidikan dan upah secara persial tidak
berpengaruh signifikan terhadap pengangguran terbuka di Kabupaten
Kampar
H1: pertumbuhan ekonomi, tingkat pendidikan dan upah secara persial
berpengaruh signifikan terhadap pengangguran terbuka di Kabupaten
Kampar
1. Jika thitung> ttabel = H1 diterima
2. Jika thitung< ttabel = H0 diterima
Tabel 4.10 uji t statistik
t-Statistic
-1.129597
1.892989
-0.771229
2.774194
Secara parsial, pada persamaan tingkat pertumbuhan ekonomi pada nilai
thitung yaitu 1892989 < 1,7458 dengan artian H0 diterima yaitu pertumbuhan
ekonomi tidak berpengaruh signifikan terhadap pengangguran terbuka. Sedangkan
berdasarkan dengan nilai prob.0,1002 > 0,05 memberikan arti bahwa tingkat
pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh signifikan terhadap ketimpangan
pembangunan di Provinsi Riau.
Secara parsial, pada persamaan tingkat tingkat pendidikan pada nilai thitung
yaitu -0,771229 > 1,7458 dengan artian H1 diterima yaitu tingkat pendidikan
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengangguran terbuka di Kabupaten
Kampar. Dengan nilai prob. 0,4658 > 0,05 memberikan arti bahwa tingkat
37
37 Universitas Muhammadiyah Riau
pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh signifikan terhadap pengangguran
terbuka di Kabupaten Kampar.
Secara parsial, pada persamaan dana alokasi umum pada nilai thitung yaitu -
2,774194 > -1,8426 dengan artian H1 diterima yaitu upah minimum berpengaruh
signifikan terhadap pengangguran, dengan nilai prob.0,0275 > 0,05 memberikan
arti bahwa upah minimum berpengaruh signifikan terhadap pengangguran terbuka
di Kabupaten Kampar.
4.4.2 Uji f
Pembuktian hipotesis ini digunakan untuk melihat pengaruh variable bebas
secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Variabel bebas terdiri dari variabel
pertumbuhan ekonomi (X1), tingkat pendidikan(X2) dan upah (X3), serta variabel
terikatnya yaitu dalam pengujian ini penulis merumuskan sebagai berikut:
H0: tidak ada pengaruh yang signifikan dari pertumbuhan ekonomi,
tingkat pendidikan, dan upah secara bersama-sama terhadap penganguran
H1: ada pengaruh yang signifikan dari pertumbuhan ekonomi,
pertumbuhan ekonomi, tingkat pendidikan, dan upah secara bersama-sama
terhadap penganguran.
Nilai prob.fhitung lebih kecil dari tingkat kesalahan/error α=0,05 maka
dikatakan model regresi berpengaruh signifikan secara simultan , sedangkan
apabila nilai probfhitung lebih besar dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa model
estimasi tidak berpengaruh signifikan secara simultan. Dengan demikian nilai
fhitung 3.217904 > 0,05 dengan demikian H0 diterima dan H1 ditolak.
4.4.3 Pengujian Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi menjalankan variasi pengaruh variabel-variabel
bebas terhadap variabel terikat. Berdasarkan tabel 4.5 hasil R-Squared sebesar
0.579673 artinya 57 persen variabel bebas pertumbuhan ekonomi, tingkat
pendidikan dan upah minimum berpengaruh terhadap variabel terikat yaitu
pengangguran terbuka dan sebesar 43 persen faktor lain yang mempengaruhi
pengangguran terbuka.
38
38 Universitas Muhammadiyah Riau
4.5 Pembahasan
4.5.1 Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Pengangguran
Terbuka
Nilai coefficient variabel pertumbuhan ekonomi sebesar 0.682698 dan
bertanda positif, menyatakan bahwa setiap peningkatan 1% variabel bebas
pertumbuhan ekonomi akan menurunkan pengangguran terbuka sebesar 0.682698
atau sebesar 0,6826 % dengan asumsi variabel X2 dan X3 konstan. Berhubungan
positif dengan tingkat pengangguran jadi setiap kenaikan 1% pertumbuhan
ekonomi akan menaikan tingkat pengangguran, dengan nilai prob 0.1002 > 0,05
memberikan arti bahwa variabel pertumbuhan ekonomi tidak signifikan
pengaruhnya terhadap tingkat pengangguran terbuka di Kabupaten Kampar.
Berhubungan Positif dengan tingkat pengangguran jadi setiap kenaikan 1
satuan pertumbuhan ekonomi akan menaikan tingkat pengangguran terbuka, ini
dibuktikan dengan penelitian Aditya Barry Kurniawan bahwa variabel
pertumbuhan ekonomi secara parsial signifikan memengaruhi jumlah
pengangguran di Kabupaten Gresik dengan nilai koefisien sebesar 0.682698 yang
artinya bahwa terdapat hubungan antara pertumbuhan ekonomi terhadap jumlah
pengangguran yang bersifat Positif, yaitu ketika pertumbuhan ekonomi
mengalami kenaikan 1 % (persen) maka akan menyebabkan berkurangnya jumah
pengangguran sebanyak 0.682698 orang/jiwa. Dengan asumsi nilai konstanta
sama dengan nol dan variabel bebas lainnya dianggap tetap (caterisparibus). Hal
ini sesuai dengan teori dari hukum okun yang menyatakan bahwa terdapat
hubungan negative antara pertumbuhan ekonomi dengan jumlah pengangguran
dan juga sesuai dengan yang dinyatakan oleh Arsyad dalam Nainggolan (2009)
bahwa pertumbuhan ekonomi secara langsung dan tidak langsung dapat
menciptakan lapangan pekerjaan. Kontribusi pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Gresik hampir sebagian besar berasal dari sektor industry, hal ini karena
Kabupaten Gresik merupakan salah satu daerah industry yang ada di Jawa Timur.
Sehingga sektor industry ini mempunyai kontribusi penyerapan tenaga kerja yang
tinggi yang pada akhirnya akan mengurangi jumlah pengangguran yang ada di
Kabupaten Gresik.
39
39 Universitas Muhammadiyah Riau
Pertumbuhan ekonomi yang meningkat akan memberikan peluang kerja
baru ataupun memberikan kesempatan kerja dan berorientasi pada padat karya,
sehingga pertumbuhan ekonomi mengurangi jumlah pengangguran.
4.5.2 Analisis Pengaruh Tingkat Pendidikan terhadap pengangguran
terbuka
Nilai coefficient variabel tingkat pendidikan sebesar -0,129142 dan
bertanda Negatif, menyatakan bahwa setiap peningkatan 1% variabel bebas
tingkat pendidikan akan menurunkan tingkat pengangguran terbuka sebesar -
0,129142 atau sebesar -0,129142 % dengan asumsi variabel X1dan X3 konstan.
Berhubungan Negatif dengan tingkat pengangguran jadi setiap kenaikan 1%
tingkat pendidikan akan menurunkan pengangguran terbuka, dengan nilai prob
0,4658 > 0,05 memberikan arti bahwa variabel tingkat pendidikan tidak signifikan
terhadap tingkat pengangguran.
Berhubungan positif dengan tingkat pengangguran terbuka jadi setiap
kenaikan 1% tingkat pendidikan akan meningkatkan pengangguran terbuka , ini
sejalan dengan penelitian Isnayanti dengan hasil penelitian, variabel pendidikan
(X5) secara parsial signifikan mempengaruhi tingkat pengangguran di provinsi
sumatera utara tahun 1978-2014 dengan nilai koefisien sebesar -0,129142 yang
artinya bahwa terdapat hubungan negatif antara pendidikan terhadap tingkat
pengangguran yaitu dalam hal ini ketika tingkat pendidikan tamatan menengah
atas mengalami kenaikan 1% maka akan menyebabkan Penurunan tingkat
pengangguran sebesar -0,129142 %.
Tetapi hal ini sesuai dengan teori yang ada bahwa semakin tinggi tingkat
pendidikan yang diperoleh oleh tenaga kerja maka semakin besar pula tingkat
output yang dihasilkan sehingga akan mengurangi pengangguran. Adanya modal
manusia berupa tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memberikan efisiensi
dan efektifitas dalam berproduksi dan memberikan kesempatan kerja bagi tenaga
kerja yang berkualitas dalam mengisi kesempatan kerja di lapangan kerja yang
sesuai lulusan atau tamatannya.
Pengaruh yang Negatif dari tingkat pendidikan terhadap tingkat
pengangguran ini lebih disebabkan oleh peningkatan jumlah lulusan dengan
tingkat pendidikan yang tinggi di Kabupaten Kampar tidak diimbangi dengan
40
40 Universitas Muhammadiyah Riau
peningkatan ketersediaan lapangan kerja. Hal tersebut menyebabkan semakin
banyak lulusan dengan tingkat pendidikan tinggi yang siap memasuki dunia kerja
tidak dapat memperoleh pekerjaan sehingga pada akhirnya menyebabkan semakin
banyak jumlah pengangguran.
Langkah nyata yang dapat dilakukan oleh pemerintah dan pihak swasta
untuk dapat meningkatkan pengoptimalan para lulusan dengan tingkat pendidikan
yang tinggi dalam mengurangi tingkat pengangguran adalah dengan
meningkatkan penyediaan jumlah lapangan kerja baru serta melakukan
pemerataan jenis lapangan kerja baru yang disediakan. Hal ini bertujuan agar
tingkat pendidikan yang tinggi yang telah dilalui oleh masyarakat tidak sia-sia
sehingga mereka dapat segera memperoleh pekerjaan yang pada akhirnya hal
tersebut dapat mengurangi tingkat pengangguran di Kabupaten Kampar.
4.5.3 Analisis Pengaruh Tingkat Upah terhadap pengangguran terbuka
Nilai coefficient variabel dana alokasi umum sebesar 2.21669 dan bertanda
Positif, menyatakan bahwa setiap peningkatan 1 satuan variabel bebas tingkat
upah akan menaikan tingkat pengangguran sebesar 2.21669 atau sebesar 2.21669
% dengan asumsi variabel X1 dan X2 konstan.
Berhubungan negatif dengan tingkat pengangguran jadi setiap kenaikan 1
satuan tingkat upah akan menurunkan tingkat pengangguran terbuka, ini
dibuktikan dengan teori Weni Dinianti dengan hasil penelitian menunjukkan
bahwa upah minimum kota (UMK) berpengaruh negatif signifikan terhadap
tingkat pengangguran terbuka. Artinya, semakin turun tingkat upah maka
cenderung semakin meningkat tingkat pengangguran terbuka. Sebaliknya,
semakin tinggi upah minimum yang ditawarkan, maka semakin turun tingkat
pengangguran terbuka.
Penelitian lain yang menyatakan hubungan negatif antara upah minimum
terhadap tingkat pengangguran yaitupenelitian Isnayanti ketika upah minimum
mengalami kenaikan 1% maka akan mengakibatkan menurunnya tingkat
pengangguran sebesar 2.21669 %.
Hal ini tidak sesuai dengan teori kekakuan upah, dimana Upah tidak selalu
bisa fleksibel atau tidak bisa melakukan penyesuaian sampai penawaran tenaga
kerja sama dengan permintaannya. Hal ini berarti nilai dari upah minimum ini
41
41 Universitas Muhammadiyah Riau
selalu berada diatas keseimbangan pasar tenaga kerja. Pada dasarnya tuntutan
kenaikan upah Minimum Kota/Kabupaten pada tiap Kabupaten setiap tahunnya
yang dilihat dari PDRB nya yang dimaksudkan untuk meningkatkan taraf
kesejahteraan kaum buruh, tetapi hal itu berdampak pada berpengaruh negatif
terhadap penyerapan tenaga kerja. Itu disebabkan karena apabila upah minimum
meningkat, maka biaya produksi yang dikeluarkan oleh perusahaan akan semakin
meningkat, sehingga perusahaan merespon hal tersebut dengan melakukan
inefisiensi pada perusahaan. Kebijakan yang diambil adalah pengurangan tenaga
kerja guna mengurangi biaya biaya produksi, sehingga ini berarti terjadi PHK dan
pengangguran menjadi bertambah.