32
50 BAB 3 PEMBAHASAN Nyeri kepala adalah kondisi umum yang selalu mengganggu. Gangguan yang diakibatkan oleh nyeri kepala mulai dari yang ringan seperti gangguan fungsional sampai yang berat (mengancam nyawa). Dan menurut beberapa ahli dan atau sumber, nyeri kepala adalah suatu gejala penyerta dari beberapa penyakit (Hidayati, 2016). Menurut World Health Organization (WHO) nyeri kepala biasanya dirasakan berulang kali oleh penderita sepanjang hidupnya. Kurang lebih dalam satu tahun 90% dari populasi dunia mengalami paling sedikit satu kali nyeri kepala (Sjahrir, 2008). Salah satu penyebab terjadinya nyeri kepala adalah akibat penggunaan media elektronik. Penggunaan media elektronik juga merupakan salah satu penyebab timbulnya nyeri kepala. Penelitian yang dilakukan Busch, Kries, Thomas et al (2010) terhadap 1.025 remaja dengan usia 13-17 tahun, ditemukan bahwa sebagian besar dari remaja menggunakan teknologi informasi dan komunikasi berupa penggunaan komputer (85%), menonton televisi (TV) (90%) atau mendengarkan musik (90%), menggunakan telepon genggam (23%) dan hanya 25% bermain game setiap harinya, dari penelitian ini didapatkan hasil berupa adanya hubungan statistik yang signifikan antara mendengarkan musik dengan nyeri kepala dan untuk tipe nyeri kepala sendiri tidak didapatkan hubungan yang signifikan. Soderqvist, Carlberg, Hardell (2008) mengemukakan bahwa penggunaan telepon genggam pada remaja di Swedia dengan rentang usia 15-19 tahun lebih sering mengeluhkan nyeri kepala, kelelahan, stres, cemas, susah berkonsentrasi dan

BAB 3 PEMBAHASAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/39736/4/BAB III.pdf · adalah nyeri kepala dan ada peningkatan yang signifikan antara prevalensi nyeri kepala dengan peningkatan

  • Upload
    others

  • View
    10

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB 3 PEMBAHASAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/39736/4/BAB III.pdf · adalah nyeri kepala dan ada peningkatan yang signifikan antara prevalensi nyeri kepala dengan peningkatan

50

BAB 3

PEMBAHASAN

Nyeri kepala adalah kondisi umum yang selalu mengganggu. Gangguan yang

diakibatkan oleh nyeri kepala mulai dari yang ringan seperti gangguan fungsional

sampai yang berat (mengancam nyawa). Dan menurut beberapa ahli dan atau sumber,

nyeri kepala adalah suatu gejala penyerta dari beberapa penyakit (Hidayati, 2016).

Menurut World Health Organization (WHO) nyeri kepala biasanya dirasakan

berulang kali oleh penderita sepanjang hidupnya. Kurang lebih dalam satu tahun 90%

dari populasi dunia mengalami paling sedikit satu kali nyeri kepala (Sjahrir, 2008).

Salah satu penyebab terjadinya nyeri kepala adalah akibat penggunaan media

elektronik. Penggunaan media elektronik juga merupakan salah satu penyebab

timbulnya nyeri kepala. Penelitian yang dilakukan Busch, Kries, Thomas et al (2010)

terhadap 1.025 remaja dengan usia 13-17 tahun, ditemukan bahwa sebagian besar dari

remaja menggunakan teknologi informasi dan komunikasi berupa penggunaan

komputer (85%), menonton televisi (TV) (90%) atau mendengarkan musik (90%),

menggunakan telepon genggam (23%) dan hanya 25% bermain game setiap harinya,

dari penelitian ini didapatkan hasil berupa adanya hubungan statistik yang signifikan

antara mendengarkan musik dengan nyeri kepala dan untuk tipe nyeri kepala sendiri

tidak didapatkan hubungan yang signifikan.

Soderqvist, Carlberg, Hardell (2008) mengemukakan bahwa penggunaan

telepon genggam pada remaja di Swedia dengan rentang usia 15-19 tahun lebih sering

mengeluhkan nyeri kepala, kelelahan, stres, cemas, susah berkonsentrasi dan

Page 2: BAB 3 PEMBAHASAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/39736/4/BAB III.pdf · adalah nyeri kepala dan ada peningkatan yang signifikan antara prevalensi nyeri kepala dengan peningkatan

51

gangguan tidur. Hal ini didukung juga dengan penelitian dari Chia, Chia, Tan (2000)

tentang prevalensi penggunaan telepon genggam di Singapura dari hasil penelitian

didapatkan bahwa 808 laki-laki dan perempuan antara berusia 12-70 tahun yang

tinggal dalam satu komunitas sekitar 44,8% diantaranya menggunakan telepon

genggam dan gejala yang umumnya dialami oleh para pengguna telepon genggam

adalah nyeri kepala dan ada peningkatan yang signifikan antara prevalensi nyeri

kepala dengan peningkatan durasi penggunaannya (dalam menit per hari).

Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah menjadi bagian sentral dari

keseharian kehidupan anak-anak dan remaja. Penggunaan komputer untuk belajar,

bermain game, mencari informasi di internet dan berkomunikasi melewati telepon

genggam dapat dilakukan dimanapun dan kapanpun mereka inginkan. Penelitian di

Finlandia yang dilakukan pada 7292 remaja menunjukkan bahwa anak laki-laki

sering bermain game digital dan menggunakan internet dibandingkan anak

perempuan yang lebih sering menggunakan telepon genggam (Herwinto, Akbar,

2008).

Di negara yang maju seperti sekarang ini anak-anak lebih senang

menghabiskan waktu untuk menonton televisi. Survei menunjukkan bahwa anakanak

dan remaja menghabiskan waktu untuk menonton televisi melebihi waktu yang

dihabiskan disekolah. Peningkatan menonton televisi oleh anak-anak dan remaja ini

menimbulkan kekhawatiran akan efek buruk pada kesehatan (Hancox, Milne, Richie,

Vember et al, 2004).

Studi in-vitro menunjukkan bahwa EMF dapat menyebabkan perubahan

dalam permeabilitas BBB dan gangguan dalam transpor aktif ion , dan

Page 3: BAB 3 PEMBAHASAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/39736/4/BAB III.pdf · adalah nyeri kepala dan ada peningkatan yang signifikan antara prevalensi nyeri kepala dengan peningkatan

52

pelepasan ion oleh membran selular (Hamada, Singh, Agarwal, 2011). Aktivasi

atau phosporilasi dari hsp27 oleh radiasi telepon selular (molecular system)

menyebabkan regulasi polimerasi dan stabilisasi stress fibers yang meningkat

sehingga berefek terhadap permeabilitas BBB yang juga meningkat. (Leszcynski,

Joenvaara, Reininen et al, 2002).

Perubahan pada Blood brain barrier (BBB) akibat meningkatnya

permeabilitas menyebabkan unsur albumin, ion, metal, zat kimia, virus mudah

melewati susunan serabut saraf sehingga dalam waktu singkat akan berakibat

terbentuknya mikrooedema, inflamasi yang kemudian menimbulkan gejala berupa

nyeri kepala. Jika hal ini berkelanjutan secara terus menerus dapat menyebabkan

oedema serebri, peningkatan tekanan intrakranial dan kerusakan otak yang

irreversibel. Zat toksik dari sirkulasi darah dapat melewati neuron sehingga

peningkatan permeabilitas BBB secara transient bisa menyebabkan kerusakan

permanent pada jaringan saraf (Nibby, 2009).

Paparan EMF secara terus menerus dapat membangkitkan membran shock

dan beberapa efek lainnya yang bila voltase gelombang elektromagnetik membran

melebihi ambang rangsang dapat menyebabkan melebarnya pori-pori dari membran

sel. Fenomena ini disebut dengan elektroforasi. Sebagai hasilnya plasma membran

menjadi bocor yang kemufdian menyebabkan hilangnya molekul intraselular, ion dan

makromolekul juga termasuk kalsium didalamnya (Hamada, Singh, Agarwal, 2011).

Posisi duduk yang tidak benar khususnya fleksi leher dan sikap tubuh yang

statis juga berhubungan dengan nyeri leher dan nyeri kepala dimana otot-otot leher

Page 4: BAB 3 PEMBAHASAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/39736/4/BAB III.pdf · adalah nyeri kepala dan ada peningkatan yang signifikan antara prevalensi nyeri kepala dengan peningkatan

53

juga berperan penting pada patogenesis migren juga memfasilitasi dari sensitisasi

sentral (Shevel, Spiering, 2004).

Faktor pencetus yang dimungkinkan dapat menjadi pencetus terjadinya nyeri

kepala primer adalah stress psikososial, hormonal pada wanita, gangguan tidur, bau

menyengat, stres otot, cahaya terang, alkohol, pekerjaan yang melelahkan, aktifitas

seksual, dan lain-lain (Sjahrir, 2008).

Dalam beberapa teori sudah banyak yang mulai menghubungkan antara

lamanya penggunaan media elektronik dengan nyeri kepala, Leszcynski, Joenvaara,

Reininen et al (2002) mulai mengobservasi tentang stress respon dan meningkatnya

permeabilitas BBB segera setelah paparan gelombang elektromagnetik. Jika hal ini

berulang secara terus menerus (hari) pada akhirnya dalam jangka waktu yang panjang

(tahun) akan terjadi akumulasi kerusakan jaringan otak. Penelitian Nibby (2009),

menunjukkan bahwa penggunaan telepon genggam dapat menyebabkan permeabilitas

BBB meningkat dengan segera setelah paparan radiasi, jika keadaan ini terjadi secara

terus menerus (2 jam paparan radiasi) maka pada akhirnya akan terjadi kerusakan

neuron.

Dalam studi in-vitro yang dilakukan oleh Bortkiewicz (2001) dan Hamada,

Singh, Agarwal (2011) menunjukkan bahwa EMF dapat menyebabkan perubahan

pada permeabilitas dari BBB dan gangguan dalam transport aktif , dan

pelepasan ion oleh membran selular. Paparan EMF dapat membangkitkan

membran shock dan beberapa efek lainnya. Apalagi bila gelombang elektromagnetik

membran melebihi ambang rangsang, maka pori-pori pada membran akan melebar

Page 5: BAB 3 PEMBAHASAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/39736/4/BAB III.pdf · adalah nyeri kepala dan ada peningkatan yang signifikan antara prevalensi nyeri kepala dengan peningkatan

54

sehingga pada akhirnya plasma membran menjadi bocor dan molekul intraselular

hilang, ion dan makromolekul juga termasuk kalsium akan ikut hilang bersamanya

(Hamada, Singh, Agarwal, 2011).

Menurut America Cancer Assosiation, efek radiasi pada anak dan remaja

dengan usia < 17 tahun jauh lebih besar karena saat usia tersebut otak masih dalam

keadaan berkembang sehingga rentan untuk terjadinya kanker otak akibat radiassi.

Environment for working group di Amerika juga mengemukaan bahwa anak dan

remaja dengan usia < 17 tahun mempunyai tulang tengkorak yang belum tebal

sehingga radiasi yang diserap 2 kali lipat (Ruediger, 2009).

Selain itu faktor otot juga ikut berperan penting dalam patogenesis dari nyeri

kepala. Para pengguna komputer dengan durasi > 56 jam/minggu akan meningkatkan

terjadinya beban terhadap otot-otot yang kemudian dapat menyebabkan terjadinya

nyeri leher atau nyeri bahu dan bahkan keduanya selain itu juga akan tampak

kelelahan pada mata (Palm, Risberg, Mortimer et al, 2007).

Dari penelitian Punamaki (2006), yang dimana penelitiannya dilakukan pada

7292 remaja pengguna telepon genggam dan komputer didapatkan peningkatan resiko

nyeri kepala (p< 0.05). Soderqvist, Carlberg, Hardell (2008) yang juga meneliti pada

2000 remaja di Swedia didapati hasil bahwa 99,6% orang yang menggunakan telepon

genggam dan menonton televisi tejadi peningkatan odd rasio dengan meningkatnya

frekuensi penggunaannya.

Otot-otot pada leher juga berperan penting pada patogenesis migren yang

dimana memfalisitasi dari sensitisasi sentral (Shevel, Spiering, 2004). Menurut

Hardell, Carlberg, Mild (2009), penelitiannya yang dilakukan pada 131 pelajar 40%

Page 6: BAB 3 PEMBAHASAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/39736/4/BAB III.pdf · adalah nyeri kepala dan ada peningkatan yang signifikan antara prevalensi nyeri kepala dengan peningkatan

55

posisi duduk yang tidak benar khususnya fleksi leher dan sikap tubuh yang statis

mempunyai hubungan yang bermakna dengan nyeri leher dan nyeri kepala. Hal ini di

dukung oleh penelitian dari Torsheim, Eriksson, Schnohr et al (2009), penelitian yang

dilakukan pada 31022 anak-anak usia sekolah menunjukan hasil bahwa terdapatnya

hubungan yang bermakna antara menggunakan komputer dan menonton televisi

dengan nyeri bahu dan nyeri kepala (p = 0.01).

Dari beberapa sumber dan penelitian yang sudah terbahas di BAB

sebelumnya, terdapat bermacam-macam informasi tentang faktor resiko yang bisa

mengakibatkan terjadinya nyeri kepala terhadap pelajar tingkat SMA, diantaranya

bisa disebabkan dari pola hidup yang salah, bisa dari sekolah itu sendiri (mulai dari

teman-teman sekolah maupun dari guru-guru di sekolah) dan bisa dari kejiwaan si

anak tersebut.

Berikut adalah pembagian faktor-faktor resiko terjadinya nyeri kepala

menurut penelitian dari Straube, Heinen, Ebinger et al (2013) yang membagi dalam 3

(tiga) kategori, sebagai berikut ulasan faktor-faktor resiko yang bisa menyebabkan

terjadinya nyeri kepala pada kalangan pelajar atau remaja pada umumnya diantaranya

tersebut adalah sebagai berikut:

Kategori Terhadap

Terjadinya Nyeri

Kepala

Faktor-faktor Resiko Terjadinya Nyeri Kepala

Pola hidup

a. Mengkonsumsi kandungan kafein terlalu banyak atau

mengkonsumsi kopi secara teratur

b. Mengkonsumsi alkohol (koktail) secara teratur

c. Merokok atau penggunaan bahan bahan nikotin secara

teratur

d. Tidak ada waktu luang dan atau kurangnya aktivitas fisik

atau aktivitas yang terlalu sedikit

Page 7: BAB 3 PEMBAHASAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/39736/4/BAB III.pdf · adalah nyeri kepala dan ada peningkatan yang signifikan antara prevalensi nyeri kepala dengan peningkatan

56

e. Mendengarkan musik

f. Obesitas atau kegemukan

Bersekolah

a. Stres di sekolah

b. Caci maki antar sesama pelajar dan atau dari guru ke pelajar

c. Perilaku intimidasi

d. Diperlakukan tidak adil oleh guru

e. Harapan dan tuntutan dari ke-dua orang tua yang terlalu

tinggi

Kejiwaan

a. Ke-dua orang tua (ekspektasi keluarga yang sangat besar)

b. konflik di dalam keluarga, terutama pada anak laki-laki

(kekerasan fisik terhadap ke-dua orang tua, perceraian

terhadap ke-dua orang tua)

c. Pengalaman pribadi yanng buruk

Kemudian di sisi lain menurut sebuah penelitian yang sudah dilakukan oleh

Tandaju, Runtuwene, Kembuan (2016), terdapat stres adalah salah satu pencetus

serangan nyeri kepala terbanyak, dan ada juga faktor pencetus terjadinya nyeri kepala

yang paling sedikit ditemukan ialah perubahan cuaca yang mempengaruhi 34 orang di

dalam penelitiannya tersebut. Berikut adalah penjabaran dari distribusi faktor resiko

pencetus terjadinya nyeri kepala pada remaja diantaranya:

Pencetus Frekuensi %

Stress

Perubahan pola tidur

Melewatkan waktu malam

Menstruasi

Asap rokok

Perubahan cuaca

Menonton / bermain laptop

149

110

74

66

68

34

56

84,6

62,5

42

37,5

38,6

19,3

31,8

Nyeri kepala adalah rasa nyeri atau rasa tidak mengenakkan pada daerah

kepala dengan batas bawah dari dagu sampai kedaerah belakang kepala (area

oksipital dan sebagian daerah tengkuk) (Sjahrir, 2008). International Headache

Society (IHS) pada tahun 1988 telah membagi nyeri kepala menjadi dua yaitu, nyeri

kepala primer dan nyeri kepala sekunder. Nyeri kepala primer adalah nyeri kepala

Page 8: BAB 3 PEMBAHASAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/39736/4/BAB III.pdf · adalah nyeri kepala dan ada peningkatan yang signifikan antara prevalensi nyeri kepala dengan peningkatan

57

tanpa disertai adanya penyebab struktural organik sedangkan nyeri kepala sekunder

adalah nyeri kepala yang disertai penyebab struktural organik (Price, Silvia, 2006).

Segi-segi klinis sakit kepala ditinjau dari pendekatan-pendekatan yang praktis

dan efektif terhadap kasus “sakit kepala” dapat ditempuh dengan sikap yang positif,

yang dilandaskan atas:

a. Pengetahuan tentang mekanisme “sakit kepala”

b. Pengetahuan tentang kepribadian penderita “sakit kepala”, dan

c. Pengetahuan integral dari ilmu kedokteran umum (Sidharta, 2012).

Menurut Sidharta (2012), pengetahuan integral ilmu kedokteran umum itu

mencakup kemampuan untuk memikirkan dan menentukan adanya keadaan-keadaan

patologik yang tersebut di bawah ini:

1. Kaku kuduk yang timbul pada meningitis, meningoensefalitis,

perdarahan subarakhnoidal dan herniasi tonsilar. Keadaan ini harus

ditentukan dengan test dari Kernig dan Brudzinski (Gambar 3.1).

Page 9: BAB 3 PEMBAHASAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/39736/4/BAB III.pdf · adalah nyeri kepala dan ada peningkatan yang signifikan antara prevalensi nyeri kepala dengan peningkatan

58

(Sidharta, 2012)

Gambar 3.1 A. Brudzinzki I, B. Brudzinzki II, C. Kernig

Page 10: BAB 3 PEMBAHASAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/39736/4/BAB III.pdf · adalah nyeri kepala dan ada peningkatan yang signifikan antara prevalensi nyeri kepala dengan peningkatan

59

Kaku kuduk dapat disebabkan oleh berbagai macam proses patologik. Untuk

membedakan kaku kuduk karena perangsangan terhadap selaput otak (meningitis,

meningo-ensefalitis) dan kaku kuduk akibat spondilosis servikal, harus dilakukan

tindakan dari Brudzinski dan Kernig. Tanda Brudzinski dan Kernig adalah positif bila

terdapat fleksi tungkai pada sendi lutut dan panggul hasil pemeriksaan pada saraf

otak-saraf otak. Penarikan itu dapat dilakukan dengan tindakan Brudzinski I, II dan

Kernig. Adapun tindakan Brudzinski II (A) adalah sebagai berikut. Pada posisi

telentang salah satu tungkai dalam posisi lurus diangkat setinggi-tingginya. Bila ada

perangsangan terhadap meningen, maka tungkai sisi kontralateral berfleksi di sendi

lutut dan panggul. Reaksi yang sama dapat juga dibangkitkan dengan menekuk leher,

sehingga dagu penderita sampai di atas dadanya. Inilah yang dikenal sebagai tindakan

Brudzinski I (B). Reaksi yang positif berupa fleksi ke-dua tungkai di sendi lutut dan

panggul. Pada tindakan Kernig, salah satu tungkai ditekuk pada sendi panggul,

sehingga tungkai atas tegak lurus terhadap badan yang berbaring telentang. Kemudian

tungkai bawah diluruskan pada sendi lutut (C). Tanda Kernig adalah positif, jika

tungkai sisi kontralateral berfleksi pada sendi lutut dan panggul, sama seperti reaksi

tungkai sisi kontralateral yang terlihat pada gambar 3.1 (Sidharta, 2012).

2. Tahapan intra-okular yang meninggi pada glaukoma dan koma

hipoglikemik.

3. Disfungsi saraf otak-saraf otak, yang dapat dijumpai pada proses

patologik intra-kranial dan di sekitar baseos kranii.

Page 11: BAB 3 PEMBAHASAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/39736/4/BAB III.pdf · adalah nyeri kepala dan ada peningkatan yang signifikan antara prevalensi nyeri kepala dengan peningkatan

60

4. Papiledema / papilitis / papilatrofi yang hanya dapat ditetapkan

dengan jalan funduskopi dan yang timbul akibat proses desak ruang

atau infeksil intoksikasi intrakranial.

5. Sinusitis paranasal / frontal / etmoidal.

6. Otitis media / mastoiditis yang dapat terungkap dengan otoskopi.

7. Sindroma dari Horner yang banyak memberikan informasi tentang

disfungsi saraf ortosimpatetik di leher baseos kranii.

8. Tanda dari Lhermitte, yang mengungkapkan adanya saraf servikal

yang terjepit (Gambar 3.2).

(Sidharta, 2012)

Gambar 3.2 Pemeriksaan Tanda Lhermitte

Page 12: BAB 3 PEMBAHASAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/39736/4/BAB III.pdf · adalah nyeri kepala dan ada peningkatan yang signifikan antara prevalensi nyeri kepala dengan peningkatan

61

Tanda Lhermitte adalah positif bila nyeri / perasa “kontak listrik” radikular

terasa pada saat penekanan sejenak dilakukan pada kepala dalam posisi tertentu.

Tindakan pemeriksaan tanda Lhermitte adalah sebagai berikut. Terlebih dahulu

kepala ditempatkan pada posisi terputar ke kanan / kiri (A), atau miring ke kanan /

kiri (B), atau pun menunduk / menengadah (C). Pada setiap posisi tersebut, dicoba

menimbulkan nyeri / perasa “kontak listrik” radikular dengan jalan menekan sejenak

pada kepala menurut poros tubuh (Sidharta, 2012).

9. Kelainan di paru dan mediastinum yang dapat menyumbat aliran darah

balik dari otak ke jantung.

10. Kelainan kardiovaskuler yang menentukan “cerebral blood flow”.

11. Kepribadian dan perangai psikoneurotik.

Adapun kepribadian dan perangai psikoneurotik tersebut di atas ialah sifat

yang dimiliki kebanyakan penderita “sakit kepala”. Orang-orang yang cenderung

“sakit kepala” memperlihatkan sifat kepribadian yang tidak banyak berbeda. Dan oleh

karena sifat-sifat itulah, maka mereka justru mudah dan sering menderita “sakit

kepala”. Mereka rata-rata tergolong dalam kelompok yang mempunyai perasaan yang

kurang mantap, selalu sangsi akan kemampuan diri sendiri dan mudah menjadi gentar

dan tegang. Karena watak itu, maka mereka memperlihatkan pola sikap hidup yang

serta kaku, sangat berhati-hati, cermat sekali serta menginginkan segala-galanya serba

sempurna (perfeksionistik) dan juga cenderung untuk mendendam. Pola itu

berkembang sejak masa kanak-kanak. Perasaan kurang (insufisiensi) pada diri sendiri

merupakan sumber kekuatan ceria. Dengan bekerja keras dan lebih sempurna dari

pada kawan-kawan mereka sering berhasil menduduki tempat baik dalam waktu yang

Page 13: BAB 3 PEMBAHASAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/39736/4/BAB III.pdf · adalah nyeri kepala dan ada peningkatan yang signifikan antara prevalensi nyeri kepala dengan peningkatan

62

singkat. Mereka mengejar keadaan sempurna untuk menciptakan lingkungan yang

aman dan sentosa bagi diri sendiri. Tetapi sifat kurang mantap dan selalu sangsi

menggoyahkan ketenteraman jiwa mereka, walaupun sebenarnya sudah berada pada

keadaan aman sentosa. Sebagai reaksi terhadap perasaan kurang aman, maka usaha

untuk menyentosakan diri diperbesar dan diperluas. Dalam usaha mengejar sukses

dan menciptakan kesentosaan, mereka memperluas tanggung jawab. Mereka pun

lebih dikagumi, tapi sekaligus tidak disenangi orang banyak. Kesadaran dan

pengetahuanakan akan hal-hal itu menimbulkan kegelisahan yang akan bertambah

seiring dengan meningkatnya sukses. Pada umumnya, tenaga dan semangat masih

dapat melayani kebutuhan ambisi. Tetapi dengan meningkatnya tekanan jiwa dan

menurunnya tenaga, adalah sukar untuk melaksanakan sesuatu dengan ambisi. Pada

saat itulah mereka terganggu dan ketidakpuasan membangkitkan reaksi afektif pada

otot-otot kepala-leher-bahu serta vaskularisme kepala, sehingga timbul “sakit

kepala”. Jenis “sakit kepala” ini dinamakan “tension headache” atau “muscular

headache” yang bersifat berdenyut / vaskular (Sidharta, 2012).

Suatu fenomena psikoneurotik lain adalah hal yang akan diuraikan di bawah

ini. Bagi kebanyakn orang “kepala” menduduki posisi yang maha penting. Akal-budi,

niat, minat dan semangat dianggap bersumber di otak yang berada di dalam kepala.

Sebagai kelanjutan dari pandangan itu, maka kegagalan dan kekecewaan dalam usaha

dan pekerjaan mudah dinilai sebagai hasil dari fungsi otak yang terganggu. Anggapan

ini pada gilirannya, sedikit demi sedikit menyususn ketegangan mental, karena

berbagai macam hal diterka dan diduga sebagai penyebab dari disfungsi otak.

Keadaan demikian yang berlarut-larut mudah menimbulkan ketegangan pada otot

Page 14: BAB 3 PEMBAHASAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/39736/4/BAB III.pdf · adalah nyeri kepala dan ada peningkatan yang signifikan antara prevalensi nyeri kepala dengan peningkatan

63

kepala-leher-bahu. Dan keadaan itulah yang mendasari “sakit kepala” yang bersifat

“tension headache” (Sidharta, 2012).

Memiliki pengetahuan tentang kaitan antara pola mental tersebut di atas dan

mekanisma psiko-organik “tension headache” berarti bahwa secara praktis sebagian

besar dari orang-orang yang mengeluh “sakit kepala” sudah dapat dikenal. Dengan

demikian para pengeluh “sakit kepala” dapat dibagi dalam dua kelompok dengan pola

banding yang jelas:

I. Kelompok pertama mencakup para penderita “sakit kepala” yang

menyajikan “sakit kepala” sebagai keluhan utama dan tunggal dengan

sedikit tanda-tanda keorganikan dan banyak manifestasi psikoneurotik.

II. Kelompok ke-dua terdiri dari para penderita yang mempunyai “sakit

kepala” sebagai gejala-bagian suatu dengan banyak tanda-tanda

keorganikan dan sedikit manifestasi psikogenik (Sidharta, 2012).

Menurut Sidharta (2012), adapun ke-dua kelompok tersebut di atas ialah:

Kelompok I

1. “Sakit kepala” psikoneurotik atau

“tension headache”.

2. “Sakit kepala” pada spondiloartrosis

deformans servikalis.

3. “Sakit kepala” pasca trauma kapitis.

4. “Sakit kepala” pasca pungsi lumbal,

pneumoensefalografi.

5. Sindroma migraine.

Kelompok II

6. Migraine klasik.

7. Migraine komplikata.

8. “Cluster headache”.

9. Arterrtis temporalis.

10. “Sakit kepala” pada meningitis

/ ensefalitis.

11. “Sakit kepala” pada tumor

serebri dan proses desak ruang

Page 15: BAB 3 PEMBAHASAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/39736/4/BAB III.pdf · adalah nyeri kepala dan ada peningkatan yang signifikan antara prevalensi nyeri kepala dengan peningkatan

64

intrakranial lain.

12. “Sakit kepala” pada CVD.

13. “Sakit kepala” pada penyakit

umum.

Sakit kepala sangat beragam dan banyak jenisnya. Oleh karena itu organisasi

Sakit Kepala Internasional atau International Headache Society (IHS)

mengelompokkan sakit kepala menjadi beberapa kategori baku. Klasifikasi dari sakit

kepala ini adalah patokan dasar bagi dokter dan para tenaga kesehatan untuk

menganalisa dan membuat diagnosis dari sakit kepala kepala yang diderita oleh

pasiennya. Oleh IHS, sakit kepala dikelompokkan menjadi 3 kategori umum, yaitu

sakit kepala primer (Primary Headache), sakit kepala sekunder (Secondary

Headache), dan sakit kepala neuralgis kranial tengah beserta nyeri wajah primer

lainnya (Cranial Neuralgias Central and Primary Facial Pain and Other

Headaches).

Pada kriteria diagnostik untuk sakit kepala sekunder, sakit kepala terjadi

dalam hubungan temporal yang dekat dengan gangguan lain dan / atau ada bukti lain

dari hubungan kausal. Sakit kepala biasanya akan mereda atau sembuh dalam 3 bulan

setelah pengobatan atau remisi spontan terhadap penyebab gangguan berhasil.

Dengan mengetahui detail sakit kepala, maka kita dapat memperoleh

informasi diagnosis yang lebih rinci. Berikut ini adalah klasifikasi sakit kepala

menurut International Headache Society (IHS):

Page 16: BAB 3 PEMBAHASAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/39736/4/BAB III.pdf · adalah nyeri kepala dan ada peningkatan yang signifikan antara prevalensi nyeri kepala dengan peningkatan

65

Tabel 3.1 Klasifikasi Sakit Kepala Menurut International Headache Society (IHS)

Klasifikasi (tingkat 1) Klasifikasi (tingkat 2) Klasifikasi (tingkat 3)

I. Primer

1. Migrain

a. Migrain tanpa aura

b. Migrain dengan aura

c. Sindroma migraine

d. Childhood perodik

e. Migrain retina

f. Komplikasi migrain

2. Sakit kepala karena

ketegangan

a. Sakit kepala karena

tegang

b. Sakit kepala tipe

tegang episodik

c. Nyeri kronis

3. Sakit kepala cluster dan

cephalagias otonom

trigeminal lainnya

a. Sakit kepala Cluster

b. Hemicrania

paroksimal

c. Serangan unilateral

neuralgi dengan injeksi

dan merobek

konjungtiva (SUNCT).

4. Sakit kepala primer

lainnya

a. Sakit kepala tertusuk

b. Sakit kepala akibat

batuk

c. Sakit kepala exertional

primer

d. Sakit kepala primer

berhubungan dengan

aktivitas seksual

e. Sakit kepala hypnic

f. Continua hemicranias

g. Sakit kepala harian-

persistent (NDPH)

Page 17: BAB 3 PEMBAHASAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/39736/4/BAB III.pdf · adalah nyeri kepala dan ada peningkatan yang signifikan antara prevalensi nyeri kepala dengan peningkatan

66

II. Sekunder

1. Sakit kepala yang

disebabkan trauma kepala

dan / atau leher

a. Sakit kepala akut

pasca-trauma

b. Sakit kepala kronis

pasca-trauma

c. Sakit kepala akut

disebabkan cedera

whiplash

d. Sakit kepala kronis

dikaitkan dengan

cedera whiplash

e. Sakit kepala

disebabkan hematoma

intrakranial traumatik

f. Sakit kepala

disebabkan trauma

lainnya

g. Sakit kepala Post-

kraniotomi

2. Sakit kepala disebabkan

gangguan pembuluh

darah kranial atau serviks

a. Sakit kepala

disebabkan stroke

iskemik atau transient

ischemic attck

b. Sakit kepala

disebabkan perdarahan

intrakranial non

c. Sakit kepala

disebabkan malformasi

vaskular unruptured

d. Sakit kepala

disebabkan arteritis

e. Nyeri karotis atau

arteri vertebralis

Page 18: BAB 3 PEMBAHASAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/39736/4/BAB III.pdf · adalah nyeri kepala dan ada peningkatan yang signifikan antara prevalensi nyeri kepala dengan peningkatan

67

f. Sakit kepala

disebabkan trombosis

vena serebral

g. Sakit kepala

disebabkan gangguan

pembuluh darah

intrakranial lainnya

3. Sakit kepala disebabkan

gangguan intrakranial

non-vaskular

a. Sakit kepala

disebabkan tekanan

cairan serebrospinal

tinggi

b. Sakit kepala

disebabkan tekanan

cairan serebrospinal

yang rendah

c. Sakit kepala

disebabkan penyakit

radang non infeksi

d. Sakit kepala

disebabkan neoplasma

intracranial

e. Sakit kepala

disebabkan injeksi

intrakranial

f. Sakit kepala

disebabkan kejang

epilepsy

g. Sakit kepala

disebabkan Chiari

malformasi tipe I

h. Sindrom sakit kepala

sementara dan Defisit

Page 19: BAB 3 PEMBAHASAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/39736/4/BAB III.pdf · adalah nyeri kepala dan ada peningkatan yang signifikan antara prevalensi nyeri kepala dengan peningkatan

68

neurologis dengan

Limfositosis cairan

serebrospinal (Handl)

i. Sakit kepala

disebabkan gangguan

intrakranial non-

vaskular lainnya

4. Sakit kepala disebabkan

oleh beban atau tarikan

a. Sakit kepala akut yang

disebabkan oleh

penggunaan atau

paparan narkoba

b. Sakit kepala akibat

obat berlebihan

c. Sakit kepala sebagai

efek samping dikaitkan

dengan obat kronis

d. Sakit kepala

disebabkan oleh zat

lain

5. Sakit kepala disebabkan

infeksi

a. Sakit kepala

disebabkan infeksi

intracranial

b. Sakit kepala

disebabkan infeksi

sistemik

c. Sakit kepala

disebabkan HIV /

AIDS

d. Sakit kepala pasca-

infeksi

6. Sakit kepala disebabkan

gangguan homoeostasis

a. Sakit kepala

disebabkan hipoksia

Page 20: BAB 3 PEMBAHASAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/39736/4/BAB III.pdf · adalah nyeri kepala dan ada peningkatan yang signifikan antara prevalensi nyeri kepala dengan peningkatan

69

dan / atau hiperkapnia

b. Sakit kepala akibat

dialysis

c. Sakit kepala

disebabkan arteri

hipertensi

d. Sakit kepala

disebabkan

hipotiroidisme

e. Sakit kepala

disebabkan puasa

f. Sakit kepala

disebabkan puasa

g. Cephalalgia jantung

h. Sakit kepala

disebabkan gangguan

homoeostasis lain

7. Sakit kepala atau nyeri

wajah dikaitkan dengan

gangguan tempurung

kepala, leher, mata,

telinga, hidung, sinus,

gigi, mulut atau struktur

wajah atau kranial

lainnya

a. Sakit kepala

disebabkan gangguan

tulang tengkorak

b. Sakit kepala

disebabkan gangguan

leher

c. Sakit kepala

disebabkan gangguan

mata

d. Sakit kepala

disebabkan gangguan

telinga

e. Sakit kepala

disebabkan

rinosinusitis

Page 21: BAB 3 PEMBAHASAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/39736/4/BAB III.pdf · adalah nyeri kepala dan ada peningkatan yang signifikan antara prevalensi nyeri kepala dengan peningkatan

70

f. Sakit kepala

disebabkan gangguan

gigi, rahang atau

terkait struktur

g. Sakit kepala atau nyeri

wajah dikaitkan

dengan gangguan

sendi

temporomandibular

(TMJ)

8. Sakit kepala disebabkan

gangguan kejiwaan

a. Sakit kepala

disebabkan gangguan

somatisasi

b. Sakit kepala

disebabkan gangguan

psikotik

III. Sakit kepala neuralgis

kranial tengah beserta

nyeri wajah primer

lainnya

1. Neuralgia kranial dan

penyebab utama nyeri

wajah

a. Neuralgia trigeminal

b. Neuralgia

glossopharyngeal

c. Intermedius nervus

neuralgia

d. Neuralgia nasociliary

e. Neuralgia supraorbital

f. Neuralgia cabang

terminal lain

g. Oksipital neuralgia

h. Sakit kepala kompresi

eksternal

i. Nyeri konsta akibat

kompresi

j. Iritasi atau distorsi dari

saraf kranial atau akar

Page 22: BAB 3 PEMBAHASAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/39736/4/BAB III.pdf · adalah nyeri kepala dan ada peningkatan yang signifikan antara prevalensi nyeri kepala dengan peningkatan

71

serviks dengan lesi

struktural

k. Neuritis optic

l. Neuropati diabetes

ocular

m. Nyeri wajah dikaitkan

dengan herpes zoster

n. Sindrom Tolosa-Hunt

o. Oftalmoplegia

migraine

p. Neuralgia kranial lain

2. Sakit kepala lainnya,

neuralgia tengkorak,

pusat atau nyeri wajah

utama

a. Sakit kepala tidak

terklasifikasi

b. Sakit kepala yang

tidak ditentukan

Menurut Bahrudin (2013), di dalam bukunya menyatakan bahwa secara garis

besar, nyeri kepala dibagi menjadi dua macam: primer dan sekunder. Berdasarkan

klasifikasi Internasional Nyeri Kepala Edisi 2 dari IHS (International Headache

Society) yang terbaru tahun 2004, Nyeri Kepala Primer terdiri atas Migraine, Tension

Type Headache; Cluster Headache dan trigeminal-otonomic cephalalgias dari Other

Primary Headaches.

Pembagian nyeri kepala primer dan sekunder secara terinci menurut Bahrudin

(2013), yang dikutip dari bukunya diantaranya ialah:

I. Nyeri Kepala Primer

Nyeri kepala primer terdiri dari:

A. Migrain

Page 23: BAB 3 PEMBAHASAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/39736/4/BAB III.pdf · adalah nyeri kepala dan ada peningkatan yang signifikan antara prevalensi nyeri kepala dengan peningkatan

72

Berdasarkan klasifikasi dari International Headache Society, migrain

dibagi menjadi:

1. Migrain tanpa aura (migrain umum / common migraine)

2. Migrain dengan aura (migrain klasik)

a. Migrain dengan aura yang tipikal

b. Migrain dengan aura yang diperpanjang

c. Migrain hemiplegia familial

d. Nigrain basilaris

e. Migrain aura tanpa nyeri kepala

f. Migrain dengan awitan aura akut

3. Migrain oftalmoplegik

4. Migraine retinal

5. Migraine yang berhubungan dengan gangguan intrakranial

6. Migraine dengan komplikasi

a. Status migrain

Tanpa kelebihan penggunaan obat

Kelebihan penggunaan obat

b. Infark migrain

7. Migrain yang tidak terklasifikasikan

B. Tension Type Headache

C. Neuralgia horton (Cluster Headache)

D. Trigeminal Neuralgia

Page 24: BAB 3 PEMBAHASAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/39736/4/BAB III.pdf · adalah nyeri kepala dan ada peningkatan yang signifikan antara prevalensi nyeri kepala dengan peningkatan

73

E. Arteritis Temporalis

F. Benign Intra Cranial Hypertension (BIH) / pseudo tumor cerebri

II. Nyeri Kepala Sekunder

Nyeri kepala sekunder terdiri dari:

A. Nyeri kepala pada meningitis

B. Nyeri kepala pada Sub Arachnoid Haemorhage (SAH)

C. Nyeri kepala pada tumor otak

D. Nyeri kepala pada Arthritis servical

Kemudian menurut buku dari Bahrudin (2013), secara umum nyeri kepala

(Headache) merupakan keluhan utama yang paling sering dijumpai oleh dokter. Dan

menurut penelitian dari Hidayati (2016), nyeri kepala adalah salah satu keluhan yang

paling umum dikeluhkan oleh pasien saat datang ke dokter perawatan primer dan

neurolog.

Oleh karena itu, menurut penelitian dari Hidayati (2016), Meskipun sebagian

besar nyeri kepala adalah jinak (tidak membahayakan), namun dokter dihadapkan

pada tugas penting untuk membedakan gangguan nyeri kepala yang jinak dan yang

berpotensi mengancam nyawa. Sehingga, mengingat banyak penyakit sering disertai

dengan keluhan nyeri kepala, dan perlu pendekatan yang terfokus dan sistematis

untuk memfasilitasi diagnosis dan pengobatan yang tepat pada berbagai jenis nyeri

kepala.

Kemudian menurut Hidayati (2016), hubungan yang baik antara dokter dan

pasien diperlukan pada pengelolaan nyeri kepala. Komunikasi efektif yang disertai

dengan keterampilan interpersonal merupakan bagian integral dalam manajemen

Page 25: BAB 3 PEMBAHASAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/39736/4/BAB III.pdf · adalah nyeri kepala dan ada peningkatan yang signifikan antara prevalensi nyeri kepala dengan peningkatan

74

pasien dengan nyeri kepala. Dan menurut Bahrudin (2013); Hidayati (2016), ada

beberapa langkah dalam manajemen pasien dengan nyeri kepala, seperti bidang ilmu

kedokteran lainnya, pertama, tentu saja, secara umum adalah anamnesis dan

pemeriksaani-pemeriksaan. Secara umum pemeriksaan pasien nyeri kepala terdiri

dari:

A. Anamnesis

B. Pemeriksaan obyektif

C. Pemeriksaan dengan alat

D. Pemeriksaan laboratorium

A. Anamnesis

Menurut Bahrudin (2013), anamnesis sangat penting karena pada pasien nyeri

kepala gejala obyektif sering hanya sedikit. Menurut Hidayati (2016), anamnesis

merupakan langkah pertama dalam manajemen nyeri kepala. Peran anamnesis

memegang posisi paling penting dalam manajemen nyeri kepala, mengingat pada

pemeriksaan fisik dan neurologis pada pasien dengan nyeri kepala sering ditemukan

normal. Ada beberapa langkah dalam anamnesis pasien dengan nyeri kepala.

Beberapa langkah anamnesis pasien dengan nyeri kepala ini secara sistematis

tersusun dalam tabel 2.3 sesuai yang sudah dijelaskan di BAB sebelumnya, yang

disingkat dengan “H. SOCRATESS”. Tanpa anamnesis riwayat nyeri kepala yang

cukup, intervensi diagnostik dan pengobatan yang kita berikan pada pasien dengan

nyeri kepala bisa keliru.

Dalam anamnesis akan dinyatakan: kualitas nyeri, intensitas, lokasi, durasi,

frekuensi, gejala yang menyertai, serta perjalanan penyakitnya. Nyeri kepala yang

Page 26: BAB 3 PEMBAHASAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/39736/4/BAB III.pdf · adalah nyeri kepala dan ada peningkatan yang signifikan antara prevalensi nyeri kepala dengan peningkatan

75

berlangsung kronik dan sering kambuh tentu berbeda dengan nyeri yang akut. Nyeri

kronik dan sering kambuh cenderung ke penyebab vaskuler dan psikogenik,

sedangkan yang akut dan berat mungkin mempunyai latar belakang yang lebih serius

(meningitis, perdarahan subarakhnoid) (Bahrudin, 2013).

Dan ada kalanya pemeriksaan penunjang yang seharusnya tidak perlu

dilakukan dapat dilakukan, atau sebaliknya uji diagnostik atau laboratorik yang

penting malah tidak dilakukan. Sebelum melakukan anamnesis pada pasien dengan

nyeri kepala, data dasar perlu diambil terlebih dahulu.

B. Pemeriksaan obyektif

Menurut Bahrudin (2013), pemeriksaan obyektif mencakup pemeriksaan

kesadaran (GCS), pemeriksaan nervus kranialis, dan pemeriksaan neurologis lainnya.

Pemeriksaan ini terutama ditujukan ke arah dugaan tentang tipe nyeri kepala sesuai

dengan anamnesis. Adanya defisit neurologi merujuk kepada nyeri kepala sekunder.

Menurut Hidayati (2016), sebagian besar pasien dengan nyeri kepala pada

pemeriksaan fisiknya ditemukan normal. Hanya sebagian kecil saja yang tidak

normal. Apabila ditemukan ketidaknormalan pada pemeriksaan fisik pasien dengan

nyeri kepala, maka hal ini merupakan tanda bahaya (red flags), seperti yang sudah

dijelaskan pada BAB sebelumnya (tabel 2.5). Adanya tanda bahaya (red flags)

mewajibkan dokter melakukan tindakan lebih lanjut.

Apabila dokter umum menemukan tanda bahaya (red flags), maka tindakan

selanjutnya adalah segera merujuk pasien ke neurolog. Apabila dokter neurolog yang

menemukan tanda bahaya (red flags), maka tindakan selanjutnya adalah segera

Page 27: BAB 3 PEMBAHASAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/39736/4/BAB III.pdf · adalah nyeri kepala dan ada peningkatan yang signifikan antara prevalensi nyeri kepala dengan peningkatan

76

melakukan pemeriksaan penunjang dan memberi terapi sesuai dengan diagnosis yang

telah ditetapkan (Hidayati, 2016).

Menurut Hidayati (2016), perubahan kulit dapat dikaitkan dengan berbagai

etiologi nyeri kepala. Bintik café-au-lait merupakan tanda neurofibromatosis.

Neurofibromatosis ini terkait dengan meningioma intrakranial dan schwannoma.

Kulit kering, alopesia (kebotakan), dan pembengkakan terlihat pada hipotiroidisme.

Lesi melanotik ganas mungkin berhubungan dengan penyakit metastasis ke otak.

Menurut Hidayati (2016), auskultasi bising di daerah karotis dan arteri

vertebral dan orbit dapat memperingatkan klinisi akan potensi stenosis arteri atau

diseksi, atau malformasi arteriovenous.

Pemeriksaan saraf kranial dapat menjadi petunjuk etiologi nyeri kepala.

Gangguan penciuman tersering disebabkan oleh trauma kepala. Gangguan penciuman

menunjukkan adanya gangguan pada alur penciuman (olfactory groove), misalnya

tumor frontotemporal. Pada pemeriksaan funduskopi, adanya perdarahan atau

papilledema mengharuskan dilakukannya imejing yang cepat untuk menyingkirkan

kemungkinan lesi desak ruang. Pemeriksaan lapang pandang yang menunjukkan

defek lapang pandang bitemporal ditemukan pada tumor hipofisis (Hidayati, 2016).

Selama serangan nyeri kepala klaster, dokter dapat menemukan adanya

lakrimasi ipsilateral, rhinorrhea, ptosis, miosis, dan wajah berkeringat pada pasien.

Kelainan gerakan mata bisa disebabkan oleh gangguan saraf okulomotor akibat

peningkatan tekanan intrakranial. Saraf kranial lainnya dapat dipengaruhi oleh

berbagai penyebab. Jika keterlibatan bersifat tidak menyeluruh, asimetris, dan

Page 28: BAB 3 PEMBAHASAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/39736/4/BAB III.pdf · adalah nyeri kepala dan ada peningkatan yang signifikan antara prevalensi nyeri kepala dengan peningkatan

77

progresif, maka penyebab infiltratif seperti neoplasma, meningitis TB, dan

sarkoidosis harus dipertimbangkan (Hidayati, 2016).

C. Pemeriksaan dengan alat

Pemeriksaan dengan alat sangat tergantung pada hasil pemeriksaan klinis dan

ada atau tidaknya defisit neurologis. Pemeriksaan tambahan tidak selalu diperlukan.

Pada kebanyakan kasus diagnosis cukup ditegakkan dengan pemeriksaan klinis saja.

Beberapa alat yang bisa digunakan antara lain:

1. Elektroensefalografi (EEG)

Menurut Bahrudin (2013), pemeriksaan ini berguna untuk mengetahui lokasi

dari proses, bukan untuk mengetahui etiologisnya. Pemeriksaan dapat dilakukan

dengan serial, dan biaya masih dapat dijangkau oleh sebagaian besar masyarakat.

2. CT scan

Menurut Bahrudin (2013), dengan pemeriksaan ini dapat diketahui tidak

hanya letak dari proses tapi sering juga etiologi dari proses tersebut. Sayangnya,

biaya pemeriksaan masih mahal.

D. Pemeriksaan Laboratorium

Menurut Bahrudin (2013), pemeriksaan ini dikerjakan hanya bila ada indikasi:

a. Darah, bila diduga adanya infeksi atau gangguan penyakit dalam

(anemia, gangguan metabolik).

b. Cairan serebro spinal (CSS) bila pada pemeriksaan klinis dicurigai

adanya meningitis.

Page 29: BAB 3 PEMBAHASAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/39736/4/BAB III.pdf · adalah nyeri kepala dan ada peningkatan yang signifikan antara prevalensi nyeri kepala dengan peningkatan

78

Secara ringkas yang sudah dibahas pada BAB sebelumnya, dapat disimpulkan

bila pasien mengeluh nyeri kepala pastikan ada tanda meningeal atau tidak bila ada

tanda meningeal lakukan pemeriksaan CT scan (Bahrudin, 2013).

Kemudian untuk pengobatan dari nyeri kepala itu sendiri yang dikutip

menurut buku dari Bahrudin (2013), sebelum memberikan terapi pada pasien nyeri

kepala, diagnosis harus ditegakkan lebih dahulu. Pemberian obat-obat simtomatis

kadang-kadang diperlukan untuk meringankan keluhan pasien. Jika nyeri kepala

tersebut merupakan gejala yang berhubungan dengan penyakit yang mendasarinya,

maka pengobatan harus diberikan sesuai dengan etiologinya (CEMENTED COAT).

Kemudian menindaklanjuti persoalan faktor-faktor yang beresiko

menyebabkan nyeri kepala, perlu pendekatan-pendekatan khusus oleh dokter keluarga

yang berada di sekolah-sekolah tingkat SMA, yaitu termasuk pemeliharaan dan

peningkatan kesehatan (promotive), pencegahan penyakit dan proteksi khusus

(preventive & spesific protection), pemulihan kesehatan (curative), pencegahan

kecacatan (disability limitation) dan rehabilitasi setelah sakit (rehabilitation) dengan

memperhatikan kemampuan sosial serta sesuai dengan medicolegal etika kedokteran.

Pelayanan ini meliputi: (1) pelayanan medis strata pertama untuk semua orang, (2)

pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, (3) pencegahan penyakit dan proteksi

khusus, (4) deteksi dini, (5) kuratif medik, (6) rehabilitasi medik dan sosial, (7)

kemampuan sosial keluarga, dan (8) etik medikolegal.

Menurut dari peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 39

tahun 2016 tentang pedoman penyelenggaraan program Indonesia sehat dengan

pendekatan keluarga, memutuskan dan menetapkan peraturan Menteri Kesehatan

Page 30: BAB 3 PEMBAHASAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/39736/4/BAB III.pdf · adalah nyeri kepala dan ada peningkatan yang signifikan antara prevalensi nyeri kepala dengan peningkatan

79

tentang penyelengaraan program Indonesia sehat dengan pendekatan keluarga, pada

pasal 1 penyelenggaraan program Indonesia sehat dengan Pendekatan Keluarga

bertujuan untuk pada poin pertama dinyatakan sebagai berikut, yakni tujuan

meningkatkan akses keluarga beserta anggotanya terhadap pelayanan kesehatan yang

komprehensif, meliputi pelayanan promotif dan preventif serta pelayanan kuratif dan

rehabilitatif dasar.

Tindakan-tindakan dan atau upaya-upaya awal oleh dokter keluarga melalui

pendekatan secara komprehensif dan holistik perlu ditegakkan dan dilakukan untuk

meningkatkan taraf pengetahuan tentang upaya kesehatan terhadap faktor-faktor

resiko yang bisa menimbulkan gejala nyeri kepala pada pelajar tingkat SMA melalui

pelayanan-pelayanan yang tersebut diatas dan tertuju mulai dari para pelajar, guru,

maupun ke-dua orang tua wali dari pelajar tersebut juga perlu dilkukan upaya

pelayanan pendekatan. Adapun penjabaran adalah sebagai berikut:

1. Pelayanan kesehatan promotif

Untuk para pelajar perlu adanya penyuluhan-penyuluhan khusus terkait

faktor-faktor resiko terhadap terjadinya gejala nyeri kepala seperti penyuluhan dan

pengenalan terhadap efek dari mengkonsumsi kandungan kafein terlalu banyak atau

mengkonsumsi kopi secara teratur, mengkonsumsi alkohol (koktail) secara teratur,

merokok atau penggunaan bahan bahan nikotin secara teratur, tidak ada waktu luang

dan atau kurangnya aktivitas fisik atau aktivitas yang terlalu sedikit, mendengarkan

musik, obesitas atau kegemukan, tingkat stres di sekolah, caci maki antar sesama

pelajar, perilaku intimidasi sesama pelajar, pengalaman pribadi yanng buruk. Serta

penjelasan terkait stress, perubahan pola tidur, sering melewatkan waktu malam,

Page 31: BAB 3 PEMBAHASAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/39736/4/BAB III.pdf · adalah nyeri kepala dan ada peningkatan yang signifikan antara prevalensi nyeri kepala dengan peningkatan

80

dampak dari menstruasi, paparan asap rokok, perubahan cuaca, menonton atau

bermain laptop yang terlalu lama juga termasuk pencetus terjadinya serangan gejala

nyeri kepala.

Untuk para guru juga perlu penyuluhan dan pendekatan secara seksama terkait

gejala nyeri kepala yang bisa timbul kapan saja terhadap pelajar mereka. Upaya

penyuluhan dan pengenalan tersebut bisa meliputi perilaku tidak adil oleh guru,

perilaku intimidasi oleh guru, serta turut serta memantau aktifitas para pelajar selama

mengikuti proses pembelajaran di sekolah. Serta memberikan informasi terkait

bagaimana cara mendidik dan atau mengasuh anak dengan benar, serta perlu

pemantauan khusus ketika anak-anak berada di dalam rumah maupun di luar rumah.

Kemudian untuk para ke-dua orang tua pelajar di rumah juga penting

dilakukan penyuluhan dan pendekatan terkait anak-anak mereka, seperti dampak

yang ditimbulkan, dari ke-dua orang tua para pelajar sendiri (seperti meliputi

ekspektasi keluarga yang sangat besar), konflik di dalam keluarga, terutama pada

anak laki-laki (seperti meliputi, kekerasan fisik terhadap ke-dua orang tua maupun

perceraian terhadap ke-dua orang tua).

2. Pelayanan kesehatan preventif

Seperti halnya pelayanan kesehatan promotif, pelayanan kesehatan preventif

juga perlu ditegakkan dan dilakukan. Sasaran utama yakni, para pelajar tingkat SMA,

para guru di sekolah, maupun para ke-dua orang tua para pelajar tingkat SMA.

Di sekolah tindakan pendekatan oleh dokter keluarga perlu ditekankan pada

para pelajar dan para guru sekolah tingkat SMA terkait hal-hal yang perlu dihindari

terkait yang bisa berdampak pada terjadinya gejala nyeri kepala tersebut. Tidak lupa

Page 32: BAB 3 PEMBAHASAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/39736/4/BAB III.pdf · adalah nyeri kepala dan ada peningkatan yang signifikan antara prevalensi nyeri kepala dengan peningkatan

81

pula ketika para pelajar berada di rumah dan atau di luar sekolah para ke-dua orang

tua pelajar juga perlu dilakukan pendekatan serupa agar para pelajar terhindar dari

gejala tersebut.

3. Pelayanan kesehatan kuratif

Perlu dilakukan pengobatan secara berkala terhadap pelajar yang terkena

gejala nyeri kepala akibat faktor-faktor resiko yang ditimbulkan. Dan butuh

pemantauan secara kontinyu oleh dokter keluarga terkait gejala tersebut, karena pada

umumnya sering timbul di kalangan pelajar tingkat SMA.

4. Pelayanan kesehatan rehabilitatif

Untuk pelayanan kesehatan rehabilitatif perlu juga ditekankan dan dilakukan

agar para pelajar terhindar dari gangguan maupun gejala yang timbul akibat faktor-

faktor resiko yang sering muncul di kalangan para pelajar terkait dari gejala nyeri

kepala tersebut. Agar tidak muncul untuk keluhan yang sama, sehingga proses belajar

dan mengajar di sekolah tingkat SMA bisa berjalan dengan lancar dan tertib.