Upload
joe-chandra-dloif
View
67
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
interface komputerisasi komputer interface
Citation preview
3.1. Pendahuluan
Port paralel pada komputer digunakan untuk melakukan komunikasi dengan
perangkat luar (hardware), pernahkah anda perhatikan bagaimana komputer
melakukan pencetakan ke kertas (ngeprint)? Bagaimanakah data dikirim untuk
kemudian direspon oleh peralatan? Salah satu jenis komunikasi yang digunakan
adalah dengan menggunakan port paralel. Walaupun tidak dapat dipungkiri bahwa
umumnya peralatan sekarang telah menggunakan komunikasi serial, seperti yang
telah dibahas pada pertemuan sebelumnya....!, tetapi penggunaan port paralel
masih sering kita jumpai utamanya pada beberapa jenis pengontrolan seperti
kontrol lampu LED dan motor stepper. Satu hal yang perlu diperhatikan dalam
suatu perancangan pengontrolan yaitu harus dilakukan analisa dari alat yang akan
dikontrol dengan jenis komunikasi yang tepat digunakan, jika anda tidak
mempersyaratkan jarak kabel dan kecepatan maka komunikasi dengan paralel port
dapat anda pilih sebagai solusi. Misalkan kita memiliki televisi, Kipas Angin,
DVD Player dll. Nah kita dapat membuat alat kontrol sehingga alat-alat tersebut
dapat dikontrol menggunakan komputer. Untuk alat semacam Kipas Angin maka
kontrolnya hanyalah On-Off saja. Bila kita menginginkan kipas menyala, maka
kita tinggal meng-klik pada mouse saja. Sangat simple bukan?
3.2. Penyajian
3.2.1. Hardware
Sebuah Personal Computer (PC) secara umum dilengkapi dengan port
paralel (Kecuali pada Notebook). Port paralel ini umumnya digunakan untuk
menghubungkan komputer dengan alat pencetak (printer). Namun apabila kita
mengetahui sinya-sinyal apa saja yang terkandung pada port paralel tersebut,
34
KOMUNIKASI DATA PARALEL
maka kita dapat memanfaatkan port paralel untuk kepentingan yang lain. Gambar
3.1 dibawah ini menunjukkan sebuah port paralel.
Gambar 3.1 Port paralel
Port paralel terdiri dari 25 pin dan untuk menggunakannya dibutuhkan konektor,
konektor ini biasa disebut dengan konektor DB25. Gambar 3.2 memperlihatkan
sebuah konektor DB25.
Gambar 3.2 (a). Konektor DB25 jantan dan betina, (b). Konektor DB25
3.2.2. Sinyal Port Paralel
Fungsi dari setiap pin port paralel/konektor DB25 diperlihatkan dalam Tabel 3.1
dibawah ini:
Tabel 3.1 fungsi/sinyal port paralel
35
(a). Konektor DB25 jantan dan betina (b). Konektor DB25
pin dari konekter DB25 berjumlah 25 dan pin Centronics dengan jumlah konektor
34. DB25 ialah konektor yang umum digunakan di computer sebagai port paralel,
sedangkan konektor Centronics umum ditemukan di printer. IEEE 1284 ialah
standar yang menentukan 3 konektor berbeda yang dapat digunakan dengan port
paralel, yaitu 1284 tipe A ialah konektor DB25 yang dapat ditemukan di hampir
semua komputer, 1284 tipe B ialah konektor Centronics 36 pin yang umum
ditemukan di printer, IEEE 1284 type C ialah konektor 36 pin seperti Centronics,
tetapi ukurannya lebih kecil .
Port paralel ialah port data di komputer untuk mentransmisi 8 bit data
dalam sekali detak. Standar port paralel yang baru ialah IEEE 1284 yang
dikeluarkan pada tahun 1994. Standar ini mendefinisikan 5 mode operasi sebagai
berikut :
1. Mode kompatibilitas
2. Mode nibble
3. Mode byte
4. Mode EPP (Enhanced Parallel Port)
5. Mode ECP (Extended Capability Port)
Tujuan dari standar yang baru tersebut ialah untuk mendesain driver dan
peralatan yang baru yang kompatibel dengan peralatan lainnya serta standar
paralel port sebelumnya (SPP) yangn diluncurkan tahun 1981. Mode
Compatibilitas, nibble dan byte digunakan sebagai standar perangkat keras yang
tersedia di port paralel orisinal dengan EPP dan ECP membutuhkan tambahan
hardware sehingga dapat berjalan dengan kecepatan yang lebih tinggi. Mode
kompatibilitas atau (“Mode Centronics” ) hanya dapat mengirimkan data pada
arah maju pada kecepatan 50 KBytes per detik hingga 150 KBytes per detik.
Untuk menerima data, anda harus mengubah mode menjadi mode nibble atau
byte. Mode nibble dapat menerima 4 bit (nibble) pada arah yang mundur,
misalnya dari alat ke computer. Mode byte menggunakan fitur bi-directional
parallel untuk menerima 1 byte (8 bit) data pada arah mundur. IRQ (Interrupt
Request ) pada port paralel biasanya pada IRQ5 atau IRQ7.
36
3.2.3. Bi-Directional Port
Ketika IBM memperkenalkan IBM PS/2, IBM menambhakna fasilitas baru
pada paralel portnya, yaitu dengan kemampuan untuk berkomunikasi dua arah.
Modifikasinya tidak banyak, hanya menambahkan satu chip 74244 dan
emfungsikan bit 5 dari register kontrol. Awalnya paralel port menggunakan IC
TTL (tipe 74LS). Skematik diagram pada gambar 3.3 adalah port data dari paralel
port bi-derectional.
Paralel port yang tidak dua arah, tidak terdapat chip 74244 di dalamnya.
Jadi hanya menggunakan 74LS374 yang output enable-nya secara permanen di-set
rendah sehingga data hanya bisa ditransfer satu arah, outputnya saja. Jika kita
membaca data dari register data paralel port, maka data tersebut berasal dari `374
yang juga dihubungkan ke pin data. Dengan mengoveride `374 seperti pada
gambar 3.3, maka kita bisa dapatkan paralel port dua arah (atau justru hanya input
saja, jika kita mengisinya dengan output latch).
Gambar 3.3. Standar paralel port dua arah
Paralel port dua arah menggunakan bit ke-5 dari register kontrol untuk
dihubungkan dengan Output-Enable (nOE) dari `374, sehingga jika bit 5 ini kita
37
set tinggi (=1) maka `374 tidak bekerja, dan data yang ada adalah berasal dari
`274 yakni data dari luar komputer. Pada saat paralel port kita set seperti ini, maka
data yang kita tuliskan ke register data paralel port tidak akan sampai ke pin DB25
karena `374 tidak menghantarkannya.
3.2.4. Enhanced Parallel Port (EPP)
EPP sudah mengikuti standar IEEE 1284. Hal yang utama dalam EPP
adalah bahwa EP mampu mentansfer sata sebesar 500 kBps hingga mendekati
2MBps dan juga bahwa jalur data dapat berfungsi dua arah, input maupun output.
Protokol EPP mempunyai 4 macam siklus transfer data yang berbeda yaitu :
1. Siklus baca data (Data read)
2. Siklus baca alamat (Address Read)
3. Siklus tulis data (data write)
4. siklus tulis alamat (address write)
Siklus data digunakan untuk mentrasfer data antara host dan peripheral.
Siklus alamat digunakan untuk mendefinisikan alamat, saluran (channel) atau
informasi perintah dan kontrol antara 2 (dua) alat.
Tabel 3.2 Sinyal EPP
Sinyal EPP Pin Aktif I/O DiskripsiWriteData StrAdd StrInitInitWaitUser definedUser definedUser definedAdx
114171610111213152-9
LOWLOWLOWLOWLOWH/LH/LH/LH/LHIGH
OOOOIIIIII/O
Proses wait sedang berjalanData read atau data writeAddr read atau addr writeReset peralatanInterupsi dari alat ke PCCadanganCadanganCadanganCadanganJalur data dan alamat 2 arah
3.2.5. Extended Capability Port (ECP)
Perkembangan paralel port berikutnya adalah dengan diperkenalkannya
ECP, sebuah protokol yang diajukan oleh Microsoft dan Hawlet Packard sebagai
mode lanjut untuk komunikasi dengan peripheral jenis scanner dan printer.
Terdapat 2 tipe transfer data (sebagai transfer 2 data), yaitu:
38
1. Siklus data, dan
2. Siklus ‘Command’
Tabel 3.3 Sinyal ECP
Sinyal ECP Pin Aktif I/O DiskripsiHostClk
HostAck1284 ActiveReverse RegPerphAck
PerphClk
Ack reversePerphRequest
Data
1
14171611
10
1215
2-9
LOW
HIGHHIGHLOWHIGH
LOW
LOWLOW
HIGH
O
OOII
I
II
I/O
Dipakai oleh peripheral untuk transfer data atau alamat secara forward LOW bila data validData siap ditransfer secara reverse dipakai peripheral Clk untuk transfer data secara reverseHIGH bila PC dalam mode transfer 1284LOW agar kanal dalam kondisi reverseDipakai HostClk untuk transfer data atau alamat secara forwardDipakai HostAck untuk transfer data atau alamat secara reverseLOW untuk mengetahui request mode reverseDiset LOW oleh alat luar untuk menunjukkan bahwa saluran reverse bisa dipakai Pertukaran data peripheral dan PC
3.2.6. Aplikasi Port Paralel
Dalam kehidupan sehari-hari dan sebagai bahan uji coba port paralel, kita
dapat menggunakan LED maupun menggunakan relay untuk mengontrol motor
maupun sebuah lampu, kipas angin, pompa air dan lain sebagainya.
3.2.6.1. Lampu LED
Untuk keperluan uji-coba sesaat, kita bisa menghubungkan LED (Light
Emitting Diode) lewat resistor, langsung ke pin output dari parallel printer port.
Bisa juga hanya dengan mengukur tegangan 5 volt yang timbul, saat data port
dalam keadaan high (biner 1). Gambar 3.4 dibawah ini memperlihatkan rangkaian
sederhana menggunakan paralel port untuk mengontrol lampu LED.
39
Gambar 3.4 Rangkaian uji coba untuk mengakses paralel port
Nilai tahanan resistor dapat dipilih dari 220 ohm sampai 470 ohm.
Sedangkan pin yang digunakan port paralel adalah pin 2-9 (lihat tabel 3.1). untuk
menyalakan lampu LED maka anda harus memberikan output 1 (satu) dan
sebaliknya untuk memadamkannya diberikan output 0 (nol).anda harus ingat
bagaimana konversi dari data biner ke desimal maupun dari biner ke heksagonal.
Dalam pemrograman Delphi, sebelum anda dapat mengakses paralel port
maka anda harus mendefinisikan terlebih dahulu alamat port paralel ($378)
dengan cara menuliskan listring program assembly atau dengan cara
menggunakan modul yang banyak tersedia di internet untuk kemudian di install
pada delphi. Salah satu modul yang tsering dipakai yaitu menggunakan smport.
Sebagai catatan bahwa pada microsoft windows XP maka port paralel secara
default diblock oleh sistem operasi karena itu anda harus membukanya terlebih
dahulu menggunakan user port jika anda menggunakan bahasa assembly untuk
mengakses por paralel.
Berikut listing program untuk mengakses port paralel menggunakan bahassa
assembly.
40
AsmMOV DX, alamatMOV AL, dataOUT DX, AL
End;
Contoh program pengontrolan lampu LED
Gambar 3.5 Tampilan program pengontrolan lampu LED
Listing program:
unit lat1;interfaceuses Windows, Messages, SysUtils, Variants, Classes, Graphics, Controls, Forms, Dialogs, StdCtrls, ExtCtrls;
type TForm1 = class(TForm) btnOn: TButton; btnOff: TButton; btn8: TButton; btn7: TButton; btn6: TButton; btn5: TButton; btn4: TButton; btn3: TButton; btn2: TButton; btn1: TButton; Button11: TButton; btn1off: TButton; btn2off: TButton; btn3off: TButton; btn4off: TButton; btn5off: TButton;
41
btn6off: TButton; btn7off: TButton; btn8off: TButton; Timer1: TTimer; LH4: TShape; LH5: TShape; LH6: TShape; LH8: TShape; Label1: TLabel; Label2: TLabel; LH7: TShape; LH3: TShape; LH2: TShape; LH1: TShape; Button1: TButton; procedure btnOnClick(Sender: TObject); procedure btnOffClick(Sender: TObject); procedure btn1Click(Sender: TObject); procedure Button11Click(Sender: TObject); procedure btn2Click(Sender: TObject); procedure btn1offClick(Sender: TObject); procedure btn2offClick(Sender: TObject); procedure Timer1Timer(Sender: TObject); procedure btn3Click(Sender: TObject); procedure btn3offClick(Sender: TObject); procedure btn4Click(Sender: TObject); procedure btn4offClick(Sender: TObject); procedure btn5Click(Sender: TObject); procedure btn5offClick(Sender: TObject); procedure btn6Click(Sender: TObject); procedure btn6offClick(Sender: TObject); procedure btn7Click(Sender: TObject); procedure btn7offClick(Sender: TObject); procedure btn8Click(Sender: TObject); procedure btn8offClick(Sender: TObject); procedure FormCreate(Sender: TObject); procedure Button1Click(Sender: TObject); private { Private declarations } public { Public declarations } end;
var Form1: TForm1; x,a,b,c,d,e,f,g,h,i:integer;
constlpt_data=$378;
implementation{$R *.dfm}
procedure outport(alamat:word; data: byte);begin asm
42
mov dx, alamat mov al,data out dx,al end;end;procedure TForm1.btnOnClick(Sender: TObject);begin Timer1.Enabled:=False; outport(lpt_data,$FF); LH1.Brush.Color:=clRed; LH2.Brush.Color:=clRed; LH3.Brush.Color:=clRed; LH4.Brush.Color:=clRed; LH5.Brush.Color:=clRed; LH6.Brush.Color:=clRed; LH7.Brush.Color:=clRed; LH8.Brush.Color:=clRed;end;procedure TForm1.btnOffClick(Sender: TObject);begin Timer1.Enabled:=false; outport(lpt_data,$00); LH1.Brush.Color:=clMenu; LH2.Brush.Color:=clMenu; LH3.Brush.Color:=clMenu; LH4.Brush.Color:=clMenu; LH5.Brush.Color:=clMenu; LH6.Brush.Color:=clMenu; LH7.Brush.Color:=clMenu; LH8.Brush.Color:=clMenu;end;procedure TForm1.btn1Click(Sender: TObject);begin Timer1.Enabled:=true; a:=1; LH1.Visible:=true; LH1.Brush.Color:=clRed;end;procedure TForm1.Button11Click(Sender: TObject);beginclose;end;procedure TForm1.btn2Click(Sender: TObject);begin Timer1.Enabled:=true; b:=2; LH2.Brush.Color :=clYellow;end;procedure TForm1.btn1offClick(Sender: TObject);begin a:=0; LH1.Brush.Color :=clMenu;end;procedure TForm1.btn2offClick(Sender: TObject);begin b:=0;
43
LH2.Brush.Color :=clMenu;end;procedure TForm1.Timer1Timer(Sender: TObject);begin x:=a+b+c+d+e+f+g+h+i; outport(lpt_data,x);end;procedure TForm1.btn3Click(Sender: TObject);begin Timer1.Enabled:=true; c:=4; LH3.Brush.Color :=clGreen;end;procedure TForm1.btn3offClick(Sender: TObject);begin c:=0; LH3.Brush.Color :=clMenu;end;procedure TForm1.btn4Click(Sender: TObject);begin Timer1.Enabled:=true; d:=8; LH4.Brush.Color :=clBlue;end;procedure TForm1.btn4offClick(Sender: TObject);begin d:=0; LH4.Brush.Color :=clMenu;end;procedure TForm1.btn5Click(Sender: TObject);begin Timer1.Enabled:=true; e:=16; LH5.Brush.Color :=clRed;end;procedure TForm1.btn5offClick(Sender: TObject);begin e:=0; LH5.Brush.Color :=clmenu;end;procedure TForm1.btn6Click(Sender: TObject);begin Timer1.Enabled:=true; f:=32; LH6.Brush.Color :=clGreen;end;procedure TForm1.btn6offClick(Sender: TObject);begin f:=0; LH6.Brush.Color :=clMenu;end;procedure TForm1.btn7Click(Sender: TObject);begin Timer1.Enabled:=true; g:=64; LH7.Brush.Color :=clNavy;
44
end;procedure TForm1.btn7offClick(Sender: TObject);begin g:=0; LH7.Brush.Color :=clMenu;end;procedure TForm1.btn8Click(Sender: TObject);begin Timer1.Enabled:=true; h:=128; LH8.Brush.Color :=clTeal;end;procedure TForm1.btn8offClick(Sender: TObject);begin h:=0; LH8.Brush.Color :=clMenu;end;procedure TForm1.FormCreate(Sender: TObject);beginTimer1.Enabled:=true;LH1.Brush.Color:=clMenu;LH2.Brush.Color:=clMenu;LH3.Brush.Color:=clMenu;LH4.Brush.Color:=clMenu;LH5.Brush.Color:=clMenu;LH6.Brush.Color:=clMenu;LH7.Brush.Color:=clMenu;LH8.Brush.Color:=clMenu;end;procedure TForm1.Button1Click(Sender: TObject);begin Timer1.Enabled:=true; h:=66; LH7.Brush.Color :=clTeal; LH2.Brush.Color :=clTeal;end;end.
3.2.6.2. Pengontrolan dengan Relai
Untuk mengakses peralatan dengan beban yang besar dan untuk mencegah
terjadinya pembebanan berlebihan pada port paralel, maka digunakan rangkaian
penyangga/buffer. Gambar 3.6 dibawah ini memperlihatkan rangkaian penyangga
dengan penggerak relai.
45
Gambar 3.6 Rangkaian penyangga dengan penggerak relai
Dari skema pada Gambar 3.6, terlihat pin 3,5,7,9,12,16 dan 18
dari 74LS224 terhubung ke masing-masing relai. Selanjutnya
sakelar pada setiap relai tersebut, bisa kita gunakan untuk
mengontrol peralatan yang memiliki beban besar seperti Lampu TL maupun untuk
mengontrol Motor, Kipas Angin, dll.
Untuk listing programnya, prinsipnya sama dengan pengontrolan lampu LED.
3.2.6.3. Pengontrolan Motor Stepper
Motor stepper merupakan motro DC yang diatur posisinya dengan akurat
pada posisi tertentu dan dapat berputar ke arah yang diinginkan dengan memberi
pulsa-pulsa listrik dengan pola tertentu. Biasanya, motor stepper digunakan untuk
aplikasi-aplikasi yang membutuhkan torsi kecil dengan akurasi yang tinggi.
sebagian besar disk drive atau CDROM menggunakan stepper motor untuk
memutar disk.
Motor stepper merupakan motor DC yang tidak memiliki komutator. Pada
umumnya motor stepper hanya mempunyai kumparan pada statornya sedangkan
pada bagian rotornya merupakan permanen magnet. Konstruksi motor stepper
46
ditunjukkan pada gambar 3.7. Bagian tengah merupakan bagian yang berputar
disebut sebagai rotor, dan bagian yang diam disebut sebagai stator. Stator terdiri
dari beberapa kutub, makin banyak kutub makin sulit kontruksinya. Gambar 3.6.
merupakan gambar struktur dari motor dengan variabel reluktansi dimana tiap
stepnya adalah 30. Mempunyai 4 buah kutub pada rotor dan 6 buah kutub pada
statornya yang terletak saling berseberangan. Setiap kutub memiliki lilitan yang
menghasilkan medan magnet yang akan menggerakkan rotor. Pemberian arus
yang berurutan pada kutub-kutubnya menyebabkan medan magnet berputar yang
akan menarik rotor ikut berputar.
Kecepatan motor stepper pada dasarnya ditentukan oleh kecepatan
pemberian data pada kutubnya. Semakin cepat data yang diberikan maka motor
stepper akan semakin cepat pula berputarnya. Pada kebanyakan motor stepper
kecepatannya dapat diatur dalam daerah frekuensi audio dan akan menghasilkan
putaran yang cukup cepat
Gambar 3.7 Kontruksi motor stepper
Jika lilitan 1 dilewati oleh arus, lilitan 2 mati dan lilitan 3 juga mati maka
kumparan 1 akan menghasilkan gaya tolakan kepada rotor dan rotor akan berputar
sejauh 30 searah jarum jam sehingga kutub rotor dengan label Y sejajar dengan
kutub dengan label 2. Jika kemudian lilitan 2 dilewati arus, selanjutnya lilitan 3,
dan akhirnya kembali ke lilitan 1 lagi berulang terus menerus secara berurutan,
maka motor akan berputar secar terus menerus.
Tipe Motor Stepper
Motor stepper dibedakan menjadi dua macam berdasarkan magnet yang
digunakan, yaitu tipe permanen magnet dan variabel reluktansi. Pada umumnya
47
motor stepper saat ini yang digunakan adalah motor stepper yang mempunyai
variabel relukatansi. Cara yang paling mudah untuk membedakan antara tipe
motor stepper di atas adalah dengan cara memutar rotor dengan tangan ketika
tidak dihubungkan ke suplai.
Pada motor stepper yang mempunyai permanen magnet maka ketika diputar
dengan tangan akan terasa lebih tersendat karena adanya gaya yang ditimbulkan
oleh permanen magnet. Tetapi ketika menggunakan motor dengan variabel
reluktansi maka ketika diputar akan lebih halus karena sisa reluktansinya cukup
kecil.
Unipolar Motor Stepper
Motor stepper dengan tipe unipolar adalah motor stepper yang mempunyai 2
buah lilitan yang masing-masing lilitan ditengah-tengahnya diberikan sebuah tap
seperti tampak pada gambar 3.8 dibawah ini:
Gambar 3.8 Unipolar motor stepper
Motor ini mempunyai step tiap 30 dan mempunyai dua buah liliatan yang
didistribusikan berseberangan 180 di antara kutub pada stator. Sedangkan pada
rotonya menggunakan magnet permanen yang berbentuk silinder dengan
mempunyai 6 buah kutub, 3 kutub selatan dan 3 buah kutub utara. Sehingga
dengan konstrusi seperti ini maka jika dibutuhkan ke presisian dari motor stepper
yang lebih tinggi dibutuhkan pula kutub-kutub pada stator dan rotor yang semakin
banyak pula. Pada gambar 3, motor tersebut akan bergerak setiap step sebesar 30
dengan 4 bit urutan data (terdapat dua buah lilitan dengan tap, total lilitan menjadi
4 lilitan).
48
Ketelitian dari magnet permanen di rotor dapat sampai 1.8 untuk tiap
stepnya. Ketika arus mengalir melalui tap tengah pada lilitan pertama akan
menyebabkan kutub pada stator bagian atas menjadi kutub utara sedangkan kutub
stator pada bagian bawah menjadi kutub selatan. Kondisi akan menyebabkan rotor
mendapat gaya tarik menuju kutub-kutub ini. Dan ketika arus yang melalui lilitan
1 dihentikan dan lilitan 2 diberi arus maka rotor akan mengerak lagi menuju
kutub-kutub ini. Sampai di sini rotor sudah berputar sampai 30 atau 1 step.
Gambar 3.9 Urutan pemberian data motor stepper tipe unipolar untuk torsi normal
Gambar 3.10 Urutan pemberian data motor stepper tipe unipolar untuk torsi besar
Untuk meningkatkan torsi yang tidak terlalu besar maka dapat digunakan urutan
pemberian data seperti pada gambar 5. Dimana terdapat dua buah lilitan yang di
beri arus pada suatu waktu. Dengan pemberian urutan data seperti ini akan
menghasilkan torsi yang lebih besar dan tentunya membutuhkan daya yang lebih
besar. Dengan urutan data baik pada gambar 4 atau gambar 5 akan menyebabkan
motor berputar sebanyak 24 step atau 4 putaran.
Bipolar Motor Stepper
Motor dengan tipe bipolar ini mempunyai konstruksi yang hampir sama
dengan motor stepper tipe unipolar namun tidak terdapat tap pada lilitannya,
seperti tampak pada gambar 3.11 dibawah ini:
49
Gambar 3.11 Bipolar Motor Stepper
Penggunaan motor dengan tipe bipolar ini membutuhkan rangkaian yang sedikit
lebih rumit untuk mengatur agar motor ini dapat berputar dalam dua arah.
Biasanya untuk menggerakkan motor stepper jenis ini membutuhkan sebuah
driver motor yang sering dikenal sebagai H Bridge. Rangkaian ini akan menontrol
tiap-tiap lilitan secara independen termasuk dengan polaritasnya untuk tiap-tiap
lilitan.
Untuk mengontrol agar motor ini dapat berputar satu step maka perlu diberikan
arus untuk tiap-tiap lilitan dengan polaritas tertentu pula. Urutan datanya dapat
dilihat pada gambar 3.12 dibawah ini:
Gambar 3.12 Urutan pemberian data pada bipolar motor stepper
Rangkaian Driver Motor Stepper
Untuk menjalankan motor stepper maka tidak bisa langsung dilakukan
pengaksesan dari output port paralel ke motor stepper tetapi diperlukan rangkaian
driver sebagai penggeraknya. Gambar dibawah ini merupakan salah satu contoh
rangkaian driver motor stepper.
Berikut ini akan diberikan satu contoh kasus pengendalian motor stepper
menggunakan program Delphi. Ikuti langkah-langkah berikut ini:
1. Buatlah form pengendalian motor stepper seperti rangkaian dibawah ini:
50
Gambar 3.12 Rangkaian driver motor stepper
3.3. Penutup
Penggunaan port paralel dalam kehidupan sehari-hari sangat banyak
aplikasinya diantaranya pengendalian perlengkapan rumah tangga seperti kipas
angin, lampu ruangan, televisi tetapi tetap menggunakan prinsip yang sama yaitu
dalam hal teknik pengiriman data, dan jika membutuhkan daya yang besar maka
harus menggunakan relay dan rangkaian driver dari setiap peralatan.
51