Upload
chandramkz3069
View
223
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
RPJMD PROVINSI MALUKU UTARA 2009-2013
2 - 1
TINJAUAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN
2.1. RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG NASIONAL 2005-2025
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJP Nasional) tahun
2005-2025 merupakan penjabaran dari tujuan dibentuknya pemerintahan Negara
Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 dalam bentuk visi, misi dan arah pembangunan
nasional. Undang-Undang tentang RPJP Nasional 2005–2025 terdiri dari 5 bab
dan 9 pasal yang mengatur mengenai pengertian-pengertian, muatan RPJP
Nasional, pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan RPJP Nasional dan
RPJP Daerah, dan ruang untuk melakukan penyesuaian terhadap RPJM Nasional
dan RPJP Daerah yang telah ada dengan berlakunya Undang-Undang tentang
RPJP Nasional 2005 – 2025 serta Lampiran yang merupakan satu-kesatuan yang
tak terpisahkan dari Undang-Undang tentang RPJP Nasional 2005–2025 yang
berisi Visi, Misi, dan Arah Pembangunan Jangka Panjang 2005–2025.
2.1.1. Visi dan Misi Pembangunan Nasional
Visi pembangunan nasional tahun 2005-2025 yakni “Indonesia yang
Mandiri, Maju, Adil dan Makmur.” Visi pembangunan tersebut diwujudkan dalam
delapan misi yakni: (1) Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral,
beretika, berbudaya dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila, (2)
Mewujudkan bangsa yang berdaya saing, (3) Mewujudkan masyarakat
demokratis berlandaskan hukum, (4) Mewujudkan Indonesia aman, damai, dan
bersatu, (5) Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan, (6)
b a b
2
RPJMD PROVINSI MALUKU UTARA 2009-2013
2 - 2
Mewujudkan Indonesia asri dan lestari, (7) Mewujudkan Indonesia menjadi
negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan
nasional, (8) Mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan dunia
internasional.
2.1.2. Tujuan dan Arah Pembangunan Jangka Panjang
Tujuan pembangunan jangka panjang tahun 2005–2025 adalah
mewujudkan bangsa yang maju, mandiri, dan adil sebagai landasan bagi tahap
pembangunan berikutnya menuju masyarakat adil dan makmur dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun1945. Sebagai ukuran tercapainya Indonesia
yang maju, mandiri, dan adil, pembangunan nasional dalam 20 tahun mendatang
diarahkan pada pencapaian sasaran-sasaran pokok sebagai berikut:
1. Terwujudnya masyarakat Indonesia yang berakhlak mulia, bermoral,
beretika, berbudaya, dan beradab;
2. Terwujudnya bangsa yang berdaya saing untuk mencapai masyarakat yang
lebih makmur dan sejahtera
3. Terwujudnya Indonesia yang demokratis, berlandaskan hukum dan
berkeadilan
4. Terwujudnya rasa aman dan damai bagi seluruh rakyat serta terjaganya
keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan kedaulatan
negara dari ancaman baik dari dalam negeri maupun luar negeri
5. Terwujudnya pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan
6. Terwujudnya Indonesia yang asri dan lestari
7. Terwujudnya Indonesia sebagai negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat,
dan berbasiskan kepentingan nasional
8. Terwujudnya peranan Indonesia yang meningkat dalam pergaulan dunia
internasional.
RPJMD PROVINSI MALUKU UTARA 2009-2013
2 - 3
Arah Pembangunan Jangka Panjang Tahun 2005–2025 adalah sebagai
berikut:
1. Mewujudkan masyarakat yang berakhlak mulia, bermoral, beretika,
berbudaya, dan beradab
2. Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing
3. Mewujudkan Indonesia yang demokratis berlandaskan hukum
4. Mewujudkan Indonesia yang aman, damai dan bersatu
5. Mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan
6. Mewujudkan Indonesia yang asri dan lestari
7. Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat
dan berbasiskan kepentingan nasional
8. Mewujudkan Indonesia yang berperan aktif dalam pergaulan internasional.
Pencapaian visi RPJP Nasional dalam 20 tahun mendatang terbagi atas 4
(empat) Tahapan dan Skala Prioritas, yaitu:
1. RPJM ke-1 (2005 – 2009)
Berlandaskan pelaksanaan dan pencapaian pembangunan tahap sebelumnya,
RPJM I diarahkan untuk menata kembali dan membangun Indonesia di segala
bidang yang ditujukan untuk menciptakan Indonesia yang aman dan damai,
yang adil dan demokratis, dan yang tingkat kesejahteraan rakyatnya
meningkat.
2. RPJM ke-2 (2010 – 2014)
Berlandaskan pelaksanaan, pencapaian, dan sebagai keberlanjutan RPJM ke-
1, RPJM ke-2 ditujukan untuk lebih memantapkan penataan kembali
Indonesia di segala bidang dengan menekankan upaya peningkatan kualitas
sumber daya manusia termasuk pengembangan kemampuan ilmu dan
teknologi serta penguatan daya saing perekonomian.
3. RPJM ke-3 (2015 – 2019)
Berlandaskan pelaksanaan, pencapaian, dan sebagai keberlanjutan RPJM ke-
2, RPJM ke-3 ditujukan untuk lebih memantapkan pembangunan secara
menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pencapaian daya saing
kompetitif perekonomian berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan
sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan ilmu dan teknologi yang
terus meningkat.
RPJMD PROVINSI MALUKU UTARA 2009-2013
2 - 4
4. RPJM ke-4 (2020 – 2024)
Berlandaskan pelaksanaan, pencapaian, dan sebagai keberlanjutan RPJM ke-
3, RPJM ke-4 ditujukan untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang
mandiri, maju, adil, dan makmur melalui percepatan pembangunan di
berbagai bidang dengan menekankan terbangunnya struktur perekonomian
yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif di berbagai wilayah yang
didukung oleh SDM berkualitas dan berdaya saing.
2.2. RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL 2010-2014
2.2.1. Visi, Misi, dan Strategi Pembangunan
RPJM atau Rencana Pembangunan Jangka Menengah merupakan satu
dokumen rencana resmi yang mengarahkan pembangunan dalam jangka waktu 5
(lima) tahun ke depan. Berdasarkan permasalahan, tantangan, serta
keterbatasan yang dihadapi bangsa dan negara Indonesia ditetapkan Visi
Indonesia 2014, yaitu: “Terwujudnya Indonesia Yang Sejahtera, Demokratis, dan
Berkeadilan”. Penjelasan dari visi tersebut adalah sebagai berikut:
(1) Kesejahteraan Rakyat. Terwujudnya peningkatan kesejahteraan rakyat,
melalui pembangunan ekonomi yang berlandaskan pada keunggulan daya
saing, kekayaan sumber daya alam, sumber daya manusia dan budaya
bangsa. Tujuan penting ini dikelola melalui kemajuan penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
(2) Demokrasi. Terwujudnya masyarakat, bangsa dan negara yang demokratis,
berbudaya, bermartabat dan menjunjung tinggi kebebasan yang
bertanggung jawab serta hak asasi manusia.
(3) Keadilan. Terwujudnya pembangunan yang adil dan merata, yang dilakukan
oleh seluruh masyarakat secara aktif, yang hasilnya dapat dinikmati oleh
seluruh bangsa Indonesia.
Selanjutnya berdasarkan visi pembangunan nasional tersebut ditetapkan
3 (tiga) misi pemerintah tahun 2010-2014, yaitu:
1. Melanjutkan Pembangunan Menuju Indonesia yang Sejahtera
2. Memperkuat Pilar-pilar Demokrasi
3. Memperkuat Dimensi Keadilan di Semua Bidang.
RPJMD PROVINSI MALUKU UTARA 2009-2013
2 - 5
2.2.2. Agenda Pembangunan
Dalam mewujudkan visi dan misi pembangunan nasional 2010-2014,
ditetapkan lima agenda utama pembangunan nasional tahun 2010-2014, yaitu:
Agenda I : Pembangunan Ekonomi dan Peningkatan Kesejahteraan Rakyat
Agenda II : Perbaikan Tata Kelola Pemerintahan
Agenda III : Penegakan Pilar Demokrasi
Agenda IV : Penegakkan Hukum Dan Pemberantasan Korupsi
Agenda V : Pembangunan Yang Inklusif Dan Berkeadilan
Agenda I. Pembangunan Ekonomi dan Peningkatan Kesejahteraan Rakyat
Wujud akhir dari perbaikan kesejahteraan akan tercermin pada peningkatan
pendapatan, penurunan tingkat pengangguran dan perbaikan kualitas hidup
rakyat. Perbaikan kesejahteraan rakyat dapat diwujudkan melalui sejumlah
program pembangunan untuk penanggulangan kemiskinan dan penciptaan
kesempatan kerja, termasuk peningkatan program di bidang pendidikan,
kesehatan, dan percepatan pembangunan infrastruktur dasar. Program
peningkatan kesejahteraan dilakukan melalui mendorong sektor riil dan
pemihakan kepada usaha kecil menengah dan koperasi serta terus menjaga
stabilitas ekonomi makro.
Agenda II. Perbaikan Tata Kelola Pemerintahan
Pembangunan birokrasi yang kuat merupakan elemen penting untuk menjaga
agar kelangsungan pembangunan tetap berkelanjutan. Untuk itu, reformasi
birokrasi akan dilaksanakan di seluruh kementerian/lembaga untuk selanjutnya
diteruskan di pemerintah daerah. Selanjutnya dalam penyusunan perencanaan
dan anggaran, akan diterapkan sistem anggaran berbasis kinerja secara
menyeluruh. Cakupan perbaikan dalam tata kelola pemerintahan tidak hanya
terbatas pada sektor pemerintahan, tetapi juga meliputi sektor swasta termasuk
pengelolaan BUMN.
Agenda III. Penegakan Pilar Demokrasi
Wujud dari Indonesia yang demokratis adalah penghargaan terhadap hak asasi
manusia, terjaminnya kebebasan berpendapat, adanya checks and balances,
jaminan akan keberagaman yang tercermin dengan adanya perlindungan
RPJMD PROVINSI MALUKU UTARA 2009-2013
2 - 6
terhadap segenap warga negara tanpa membedakan paham, asal-usul,
golongan, dan gender.
Agenda IV. Penegakan Hukum
Wujud dari penegakan hukum adalah munculnya kepastian hukum bagi seluruh
rakyat Indonesia. Kepastian hukum akan memberikan rasa aman, rasa adil dan
kepastian berusaha bagi masyarakat. Agenda dalam bidang hukum juga
mencakup proses pembuatan undang–undang, proses penjabarannya, proses
pengawasan, dan juga penegakan aturan hukum. Selain itu, wujud dari agenda
hukum adalah menjamin proses peradilan yang bebas.
Agenda V. Pembangunan yang Inklusif dan Berkeadilan
Perwujudan keadilan keikutsertaan dapat diwujudkan dalam berbagai dimensi.
Dalam bidang ekonomi, keadilan dapat diwujudkan dalam bentuk perbaikan, atau
terjadinya proses afirmasi terhadap kelompok yang tertinggal, orang cacat, dan
terpinggirkan. Dalam bidang sosial-politik, perwujudan keadilan keikutsertaan
(inklusif) dapat berupa perbaikan akses semua kelompok terhadap kebebasan
berpolitik, kesetaraan gender dalam politik dan penghapusan segala macam
bentuk diskriminasi.
2.2.3. Pengembangan Wilayah Maluku Tahun 2010-2014
A. Isu Strategis
Beberapa isu strategis di wilayah Maluku sebagai berikut:
1. Optimalisasi pengembangan sektor dan komoditas unggulan
Hal ini ditunjukkan oleh belum optimalnya pengembangan industri
pengolahan hasil laut di Provinsi Maluku, dan belum optimalnya penanganan
industri pengolahan kelapa di Maluku Utara. Hal ini ditunjukkan pula oleh
rendahnya akses terhadap infrastruktur pendukung ekonomi, khususnya
akses terhadap jalan, akses terhadap pelabuhan, akses terhadap prasarana
listrik, dan akses masyarakat terhadap prasarana dan sarana pos dan
telematika.
2. Pembangunan wilayah perbatasan, tertinggal dan pulau terpencil, dan
kawasan bencana.
RPJMD PROVINSI MALUKU UTARA 2009-2013
2 - 7
Hal ini ditunjukkan oleh meningkatnya kebutuhan pembangunan di wilayah
perbatasan, rendahnya jumlah dan menurunnya persentase kredit usaha kecil
di Provinsi Maluku dan Maluku Utara, kurangnya akses penduduk terhadap
sarana dan prasarana di Provinsi Maluku dan Maluku Utara, dan luasnya
kawasan bencana.
3. Rendahnya kinerja birokrasi dan tata kelola.
Hal ini berkaitan dengan rendahnya kapasitas Pemda dalam menjalankan tata
pemerintahan yang baik, dan secara khusus terkait dengan rendahnya akses
masyarakat terhadap informasi tata ruang di Provinsi Maluku.
4. Kualitas sumberdaya manusia
Isu strategis ini berkaitan dengan rendahnya akses terhadap pendidikan
dasar dan menengah, rendahnya status kesehatan dan gizi masyarakat, serta
rendahnya pendapatan per kapita di Provinsi Maluku dan Maluku Utara.
5. Tingginya dampak konflik Maluku terhadap keamanan lingkungan, kehidupan
sosial dan ekonomi, serta lingkungan.
Lebih jauh lagi muncul persentase yang tinggi pada pengangguran,
kemiskinan, dan modal sosial sebagai konsekuensi dari konflik sosial di
Provinsi Maluku.
6. Ketergantungan pasokan pangan dari luar wilayah sebagai konsekuensi
menurunnya luas areal dan produksi tanaman pangan.
Hal ini berkaitan dengan rendahnya luas panen dan produksi tanaman
pangan di Provinsi Maluku Utara.
7. Konservasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup serta Mitigasi Bencana.
Hal ini berkaitan dengan meningkatnya kebutuhan energi, dan tingginya
perambahan hutan dan gangguan lingkungan.
B. Tujuan dan Sasaran Pengembangan Wilayah
Tujuan pembangunan wilayah Maluku untuk kurun waktu 2010—2014
adalah untuk:
1. meningkatkan standar hidup masyarakat Maluku dan Maluku Utara.
2. meningkatkan produktivitas dan pemanfaatan sumber daya laut dan
perkebunan di wilayah Maluku.
3. meningkatkan ketersediaan, kualitas, dan jangkauan pelayanan prasarana
dan sarana transportasi, baik darat, laut maupun udara.
RPJMD PROVINSI MALUKU UTARA 2009-2013
2 - 8
4. mewujudkan keseimbangan pembangunan wilayah Maluku bagian Utara dan
bagian Selatan, wilayah darat, pesisir, dan pulau-pulau kecil.
Sasaran pengembangan wilayah Maluku untuk kurun waktu 2010—2014
adalah sebagai berikut:
1. meningkatnya standar hidup masyarakat wilayah Maluku, yang ditunjukkan
dengan membaiknya berbagai indikator pembangunan, yaitu pertumbuhan
ekonomi, kemiskinan, pengangguran, angka kematian bayi, angka harapan
hidup, pengangguran serta pendapatan perkapita.
2. meningkatnya produksi dan produktivitas sektor perikanan di wilayah Maluku.
3. berkembangnya jaringan dan meningkatnya transportasi.
4. mewujudkan keseimbangan pembangunan wilayah Maluku bagian Utara dan
bagian Selatan.
5. mewujudkan keseimbangan pembangunan wilayah darat, pesisir dan pulau-
pulau kecil.
C. Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan
Berdasarkan arahan, tujuan, dan sasaran serta dengan
mempertimbangkan isu strategis wilayah Maluku, maka arah kebijakan dan
strategi wilayah Maluku kurun waktu 2010—2014 adalah sebagai berikut:
1. Pengembangan sentra produksi komoditas unggulan, dengan strategi
pengembangan:
a. meningkatkan produktivitas usaha perikanan tangkap dan budidaya.
b. diversifikasi produk ke arah ikan siap saji untuk pasar dalam dan luar
negeri.
c. mengembangkan klaster industri perikanan dengan Ambon sebagai pusat
industri pengolahan.
d. penganekaragaman produk olahan kelapa.
e. mengembangkan kluster industri kelapa dengan Sofifi sebagai pusat
industri pengolahan.
2. Penguatan kedaulatan wilayah nasional melalui pendekatan kesejahteraan
dan keamanan, dengan strategi pengembangan:
a. meningkatkan stabilitas keamanan kawasan perbatasan.
RPJMD PROVINSI MALUKU UTARA 2009-2013
2 - 9
b. mengembangkan kegiatan ekonomi diwilayah perbatasan, tertinggal dan
pulau terpencil.
3. Peningkatan reformasi birokrasi dan tata kelola, dengan strategi
pengembangan:
a. meningkatkan kualitas regulasi dan peraturan daerah.
b. meningkatkan penegakan hukum dan HAM termasuk penanganan kasus
korupsi.
c. meningkatkan kualitas pelayanan publik.
4. Peningkatan kualitas sumber daya manusia untuk mendukung ketersediaan
angkatan kerja berketerampilan dan berpendidikan tinggi, dengan strategi
pengembangan:
a. meningkatkan akses pelayanan pendidikan dan keterampilan kerja.
b. meningkatkan akses pelayanan kesehatan.
c. meningkatkan produktivitas angkatan kerja dan mengembangkan
ekonomi lokal.
5. Peningkatan harmoni kehidupan masyarakat dengan kemajemukan agama
dan golongan, dengan strategi pengembangan:
a. meningkatkan kapasitas lembaga keswadayaan masyarakat (Maluku).
b. memulihkan modal sosial dan rasa saling percaya ditengah masyarakat
(Maluku).
6. Percepatan pemulihan kondisi sosial ekonomi masyarakat, dengan strategi
pengembangan
a. meningkatkan sektor-sektor yang menyerap banyak tenaga kerja.
7. Peningkatan ketahanan pangan di tingkat wilayah, dengan strategi
pengembangan:
a. meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman pangan.
b. memperkuat interaksi perdagangan antar wilayah.
c. diversifikasi pangan.
8. Pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan hidup secara berkelanjutan,
dengan strategi pengembangan:
a. meningkatkan konservasi sumber daya alam dan lingkungan hidup.
9. Peningkatan kewaspadaan dini terhadap potensi bencana alam, dengan
strategi pengembangan:
a. mitigasi bencana alam.
RPJMD PROVINSI MALUKU UTARA 2009-2013
2 - 10
2.3. RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL
Struktur ruang wilayah nasional disusun berdasarkan:
(1) Arahan pengembangan sistem pusat permukiman nasional;
(2) Arahan pengembangan sistem jaringan transportasi nasional;
(3) Arahan pengembangan jaringan prasarana tenaga kelistrikan nasional;
(4) Arahan pengembangan jaringan telekomunikasi nasional;
(5) Arahan pengembangan sistem prasarana sumberdaya air nasional.
2.3.1. Arahan Pengembangan Sistem Pusat Permukiman Nasional
Arahan pengembangan sistem pusat permukiman nasional meliputi
arahan pengembangan pusat permukiman perkotaan dan pusat permukiman
perdesaan. Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dan
Pusat Kegiatan Lokal (PKL) dalam RTRWN untuk Provinsi Maluku Utara dapat
dilihat pada tabel berikut
Tabel 2.1. Pusat-Pusat Kegiatan di Provinsi Maluku Utara
No Kawasan Darat Kawasan Laut yang Terkait Pusat-Pusat Kegiatan Fungsi Kota 1 Kawasan Halmahera
Utara dan sekitarnya Sektor Unggulan: 1. Perkebunan 2. Perikanan 3. Industri Pariwisata
Kawasan Laut Batutoli dan sekitarnya Sektor Unggulan: 1. Perikanan 2. Pariwisata 3. Pertambangan Kota Orientasi: Ternate
Ternate Soasio Jailolo Buli Tobelo
PKW PKL PKL PKL PKL
2 Kawasan Kep. Sula dan sekitarnya Sektor unggulan: 1. lndustri 2. Perikanan 3. Perkebunan 4. Kehutanan 5. Pertambangan
Kawasan Laut Batutoli dan sekitamya Sektor Unggulan: 1. Perikanan 2. Pariwisata Kota orientasi: Dofa Dofa PKL
Sumber: RTRW Provinsi Maluku Utara 2007-2027 (Buku Data dan Analisa)
2.3.2. Arahan Pengembangan Sistem Jaringan Transportasi Nasional
Arahan pengembangan sistem jaringan transportasi nasional mencakup
sistem jaringan transportasi darat, sistem jaringan transportasi laut, dan sistem
jaringan transportasi udara. Jaringan transportasi nasional merupakan sistem
RPJMD PROVINSI MALUKU UTARA 2009-2013
2 - 11
yang memperlihatkan keterkaitan kebutuhan dan pelayanan transportasi antar-
wilayah dan antar-kota dalam ruang wilayah nasional, serta keterkaitannya
dengan jaringan transportasi internasional. Pengembangan sistem jaringan
transportasi nasional dilakukan secara terintegrasi antara transportasi darat, laut,
dan udara yang menghubungkan antar pulau, pusat permukiman dan kawasan
produksi, sehingga terbentuk kesatuan untuk menunjang kegiatan sosial-
ekonomi dan pertahanan keamanan negara dalam rangka memantapkan
kesatuan wilayah nasional.
Usaha pengembangan Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI IV) yang
melintasi dari Samudera Pasifik ke Provinsi Maluku Utara, Maluku, Papua dan
Australia merupakan konsekuensi logis dari eskalasi perkembangan kawasan
negara-negara Asia Pasifik, Asia Tenggara, Australia dan pemekaran wilayah di
Provinsi Maluku Utara, Maluku dan Provinsi Papua. Pengembangan jalur Alur Laut
Kepulauan Indonesia Cabang IV ini berdasarkan pada pertimbangan:
(1) Perkembangan kawasan Asia Pasifik, Asia Tenggara dan Autralia diberbagai
bidang perdagangan dan investasi;
(2) Membuka keterisoliran dikawasan Provinsi Maluku Utara khususnya
kawasan Pulau Halmahera bagian Utara dan Halmahera Timur, Provinsi
Maluku dan dampak dari Pemekaran wilayah Provinsi Papua;
(3) Membuka aksesibilitas pada kawasan-kawasan potensial di Provinsi Maluku
Utara, Provinsi Maluku dan Provinsi Papua;
(4) Meningkatkan produktifitas sektor/komoditi unggulan baik dipasaran lokal,
regional bahkan mancanegara terutama kawasan Asia Pasifik, Asia
Tenggara dan Australia;
(5) Besarnya intensitas lalu-lintas barang dan jasa dikawasan ini terutama pada
pelabuhan-pelabuhan penting di Provinsi Maluku Utara, Maluku dan Papua;
(6) Berkembangnya pemekaran wilayah-wilayah baru sebagai pusat kegiatan
nasional dan wilayah dikawasan ini, sehingga memerlukan dukungan
prasarana dan sarana pelayaran laut.
Saat ini sedang diusulkan penetapan ALKI baru (ALKI IV):
(1) Perairan dekat Morotai: strategis dan menguntungkan penetapan ALKI;
RPJMD PROVINSI MALUKU UTARA 2009-2013
2 - 12
(2) ALKI baru: Pasifik melintasi Laut Halmahera, Laut Seram, Laut Arafura, dan
ke Australia atau sebaliknya, dari Australia, Laut Arafura, Laut Seram, Laut
Halmahera, dan langsung ke Pasifik.
2.3.3. Arahan Pengembangan Jaringan Prasarana Tenaga Kelistrikan Nasional
Arahan pengembangan jaringan prasarana tenaga kelistrikan nasional
terdiri dari pengembangan jaringan transmisi nasional dan jaringan
terinterkoneksi, serta jaringan terisolasi. Arahan pengembangan jaringan
prasarana tenaga kelistrikan nasional merupakan kebijakan pengembangan
jaringan prasarana tenaga kelistrikan yang ditujukan untuk menunjang kegiatan
sosial, ekonomi, dan pertahanan keamanan negara, di kawasan budidaya dan
pusat-pusat permukiman, serta memantapkan kesatuan wilayah nasional.
Pengembangan jaringan prasarana tenaga kelistrikan nasional
diselaraskan dengan pengembangan pusat-pusat permukiman, pusat-pusat
produksi, dan pusat-pusat distribusi sesuai dengan kebutuhan dan tingkat
perkembangannya. Daerah atau pulau yang tingkat perkembangannya tinggi dan
merata didukung oleh jaringan interkoneksi tegangan tinggi untuk kedayagunaan
pengadaan energi listrik.
2.3.4. Arahan Pengembangan Jaringan Telekomunikasi Nasional
Arahan pengembangan sistem jaringan telekomunikasi nasional meliputi
pengembangan stasiun bumi dan pengembangan jaringan transmisi. Arahan
pengembangan jaringan telekomunikasi nasional merupakan kebijakan
pengembangan jaringan telekomunikasi yang terpadu dalam mendukung
perwujudan kesejahteraan masyarakat yang majemuk dan tersebar di wilayah
nasional yang ditujukan untuk menyediakan arus informasi untuk menunjang
kegiatan sosial, ekonomi, dan memantapkan kesatuan wilayah nasional dengan
mendukung peruntukan ruang di kawasan budidaya dan penyebaran pusat-pusat
permukiman.
Pengembangan infrastruktur telekomunikasi secara nasional terbagi
dalam 6 (enam) “Ring” pelayanan: Jawa, Bali-Nusa Tenggara, Sumatera,
Kalimantan, Sulawesi, dan Kepulauan Maluku Utara-Papua. Masing-masing “ring”
RPJMD PROVINSI MALUKU UTARA 2009-2013
2 - 13
memiliki beberapa “gateway” yang berada di ibukota provinsi dan satu gateway
stasiun bumi. Untuk ring Maluku Utara-Papua di Jayapura dan Ambon.
2.3.5. Arahan Pengembangan Sistem Prasarana Sumberdaya Air Nasional
Arahan pengembangan sistem prasarana sumberdaya air nasional berupa
penetapan Daerah Pengaliran Sungai (DPS) yang berperan mendukung
pengembangan dan perlindungan kawasan-kawasan layanannya dan SWS/DAS
kritis.
Arahan pengembangan sistem prasarana sumberdaya air nasional
merupakan kebijakan untuk mendukung pengembangan wilayah nasional yang
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan air baku bagi penyediaan air bersih dan
berbagai usaha dan/atau kegiatan secara berkelanjutan. Pengembangan jaringan
prasarana dan sarana air baku nasional diselaraskan dengan pengembangan
sistem permukiman yang didasarkan pada keseimbangan antara kebutuhan air
baku untuk permukiman dan kegiatan budi daya dengan ketersediaan sumber
daya air, dengan memperhatikan teknologi, investasi nasional, lingkungan hidup
alam, lingkungan hidup sosial, budaya, dan hidrologi wilayah.
2.4. RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG PROVINSI MALUKU UTARA 2005-2025
2.4.1. Visi dan Misi Pembangunan
A. Visi Pembangunan
Visi pembangunan Provinsi Maluku Utara Tahun 2005 – 2025 adalah:
”Mewujudkan Masyarakat Maluku Utara yang Damai, Maju, Mandiri, Adil, dan
Sejahtera yang Berorientasi Sumberdaya Laut dan Kepulauan”. Pada hakekatnya
Visi Pembangunan Daerah Tahun 2005 – 2025 mengandung substansi :
1. Secara sosial budaya, menata kembali, memantapkan, dan memelihara
tatanan masyarakat Maluku Utara yang aman, rukun dan damai dalam
bingkai semangat nilai-nilai Moloku Kie Raha yang didukung oleh masyarakat
dengan penghayatan dan pengamalan nilai-nilai ajaran agama yang
menghargai keberagaman, tegaknya supremasi hukum dan hak-hak azasi
RPJMD PROVINSI MALUKU UTARA 2009-2013
2 - 14
manusia, sebagai dasar penyelenggaraan tata kehidupan sosial budaya,
ekonomi dan politik di wilayah Maluku utara .
2. Secara ekonomis, berusaha memajukan dan mensejahterakan kehidupan
seluruh lapisan masyarakat yang memungkinkan terpenuhinya berbagai
kebutuhan dasar (basic needs), ketersediaan sarana prasarana dalam
kerangka peningkatan taraf kehidupan setiap individu dan masyarakat.
3. Secara lokal, nasional dan internasional, ingin meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dan mengurangi kesenjangan wilayah melalui pengembangan
wilayah kepulauan yang difokuskan pada konsep gugus pulau dan laut pulau
berbasis pengelolaan sumberdaya alam secara berkelanjutan.
4. Meningkatkan ketersediaan sumberdaya manusia yang berkualitas dan
mampu memenuhi tuntutan kebutuhan dan kemajuan pembangunan yang
mendukung pembangunan sumberdaya alam kelautan.
5. Masyarakat yang adil dan sejahtera yaitu rakyat mempunyai hak baik dalam
melaksanakan maupun dalam menikmati hasil pembangunan. Pembangunan
haruslah dilaksanakan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Keadilan ini
harus tercermin pada semua aspek kehidupan. Semua rakyat mempunyai
kesempatan yang sama dalam meningkatkan taraf hidupnya dan memperoleh
lapangan pekerjaan, mendapatkan pelayanan sosial, pendidikan dan
kesehatan, mengemukakan pendapat dan melaksanakan hak politiknya,
mengamankan dan mempertahankan negara, perlindungan dan kesamaan di
depan hukum, transparansi, akutanbilitas dan pelayanan publik yang efektif
dan efisien serta tidak ada diskriminasi dalam bentuk apapun baik
antarindividu, gender maupun wilayah.
6. Secara politis, meneguhkan komitmen seluruh komponen bahwa dalam
penyelenggaraan pembangunan, pemerintahan, dan pelayanan masyarakat,
Provinsi Maluku Utara senantiasa menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam
wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia bersama-sama provinsi lainnya
yang berkarakteristik kepulauan.
RPJMD PROVINSI MALUKU UTARA 2009-2013
2 - 15
B. Misi Pembangunan
Dalam mewujudkan visi pembangunan daerah tersebut ditempuh melalui
5 (lima) misi pembangunan daerah sebagai berikut :
1. Meningkatkan Rasa Aman, Damai, Demokratis Berlandaskan Hukum,
Artinya perlu menjaga kemantapan kelembagaan demokrasi yang lebih
kokoh; memperkuat peran masyarakat sipil; memperkuat kualitas
desentralisasi dan otonomi daerah; menjamin pengembangan media dan
kebebasan media dalam mengkomunikasikan kepentingan masyarakat;
melakukan pembenahan struktur hukum dan meningkatkan budaya hukum
dan menegakkan hukum secara adil dan tidak diskriminatif.
2. Meningkatkan Tata Pemerintahan Yang Baik, Bersih dan Berwibawa
Artinya peningkatan kualitas dan kinerja sumber daya manusia aparatur
pemerintahan dilaksanakan dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan
publik; peningkatan kesejahteraan PNS dilakukan guna meminimalisir
munculnya penyalahgunaan kewenangan serta peningkatan sistem
pengawasan dan tindak lanjut hasil pengawasan dan pemeriksaan;
peningkatan kapasitas PNS khususnya pejabat struktural harus sesuai dengan
kualitas dan kompetensinya, peningkatan pemahaman dan keterampilan para
aparatur pemerintahan harus tetap berlandaskan pada nilai-nilai dan prinsip-
prinsip good governance; perlunya meningkatkan kesadaran dan wawasan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang handal dalam menghadapi tuntutan
akuntabilitas publik dan demokratisasi pemerintahan.
3. Mewujudkan Pemerataan Pembangunan Daerah yang Berkeadilan dan
Berkelanjutan
Artinya penyediaan infrastruktur perhubungan harus mempertimbangkan
karakteristik kepulauan, guna mengurangi kesenjangan sosial antarpulau,
keberpihakan kepada masyarakat yang nelayan dan pesisir, menyediakan
sarana prasarana ekonomi masyarakat pesisir dan kelautan, serta serta
pembangunan yang berbasis pengembangan potensi sumberdaya alam
kebaharian.
4. Meningkatkan Kualitas Sumberdaya Manusia Yang Unggul dan Berdaya Saing
Artinya pengembangan pendidikan, pengembangan kesehatan serta
peningkatan gizi masyarakat, peningkatan kualitas SDM dilaksanakan guna
RPJMD PROVINSI MALUKU UTARA 2009-2013
2 - 16
mendukung pengembangan sumberdaya berbasis kelautan dan
kepariwisataan, meningkatkan penguasaan, pemanfaatan dan penciptaan
iptek guna mendukung pengembangan sumberdaya berbasis kelautan dan
kepariwisataan;
5. Meningkatkan Perekonomian Maluku Utara Yang Berbasis Pengelolaan
Potensi SDA Kelautan Secara Lestari
Artinya pengelolaan dan pelaksanaan pembangunan yang dapat menjaga
keseimbangan antara pemanfaatan dan keberlanjutan SDA kelautan,
pemanfaatan ruang yang serasi antara penggunaan untuk permukiman,
kegiatan sosial dan ekonomi disertai upaya konservasi. Disamping itu,
pemanfaatan ekonomi SDA kelautan dan lingkungan, pemeliharaan dan
pengelolaan kepariwisataan baik wisata alam maupun wisata sejarah,
pengelolaan SDA kelautan serta pemeliharaan dan pemanfaatan
keanekaragaman hayati kelautan sebagai modal dasar pembangunan
dilakukan secara berkelanjutan.
2.4.2. Arah Kebijakan dan Tahapan Pembangunan
A. Arah Kebijakan Pembangunan
Arah kebijakan pembangunan untuk mewujudkan misi-misi Provinsi
Maluku Utara adalah sebagai berikut:
I. Misi Meningkatkan Rasa Aman, Damai, Demokratis Berlandaskan Hukum
dengan arah kebijakan:
1. Memelihara situasi aman dan tertib dengan menekan tingkat kriminalitas
dan konflik baik horizontal maupun vertikal dengan meningkatkan kualitas
pemahaman, penghayatan, dan pengamalan ajaran agama dalam
kehidupan bermasyarakat maupun dalam lingkup berbangsa dan
bernegara terutama nilai-nilai agama yang berdimensi pluralisme;
2. Penciptaan harmonisasi sosial dalam kehidupan intern dan antar umat
beragama yang toleran dan saling menghormati dalam rangka
menciptakan suasana yang aman dan damai serta mendorong peran aktif
lembaga-lembaga keagamaan dalam rangka peningkatan hubungan antar
umat beragama;
RPJMD PROVINSI MALUKU UTARA 2009-2013
2 - 17
3. Memperkuat kapasitas aparat pemerintah daerah untuk mendukung
desentralisasi dan otonomi daerah dengan prinsip-prinsip demokrasi;
serta penciptaan kesadaran budaya dan penanaman nilai-nilai politik
demokratis terutama penghormatan nilai-nilai HAM;
4. Menjamin pengembangan kebebasan media dalam mengkomunikasikan
dan mengartikulasikan kepentingan masyarakat di era transparansi;
5. Penerapan dan penegakan hukum dan HAM yang dilaksanakan secara
tegas, lugas dan profesional dengan tetap berdasarkan pada
penghormatan terhadap HAM, keadilan dan kebenaran, terutama dalam
proses penyelidikan, penyidikan, dan persidangan yang transparan
khususnya bagi penanganan kegiatan-kegiatan ilegal (illegal logging,
illegal fishing, illegal minning, illegal trading) di wilayah perairan dan
perbatasan negara;
II. Misi Meningkatkan Tata Pemerintahan Yang Baik, Bersih dan Berwibawa
dengan arah kebijakan:
1. Meningkatkan profesionalisme aparatur pemerintah untuk mewujudkan
tata pemerintahan yang baik, bersih, bebas KKN, berwibawa, dan
bertanggung jawab serta profesional, mempunyai kompetensi tinggi
sehingga mampu memberikan pelayanan umum yang berkualitas dan
mampu dalam mendukung pembangunan daerah;
2. Mewujudkan transparansi dalam manajemen pemerintahan dan
pembangunan daerah dalam menghasilkan berbagai kebijakan publik
yang bersifat penting dan strategis (transparency and openness);
3. Mengakomodasi beragam aspirasi melalui partisipasi aktif masyarakat
dalam proses pembuatan kebijakan-kebijakan publik;
4. Mewujudkan akuntabilitas publik penyelenggaraan pemerintahan serta
meningkatkan secara terus menerus kualitas proses dan mekanisme
seleksi publik yang lebih terbuka bagi para pejabat politik dan pejabat
karir;
5. Menyediakan peraturan daerah yang sesuai dengan dinamika dan
kebutuhan masyarakat serta tidak memberatkan dunia usaha dalam
upaya mendorong aliran investasi masuk.
RPJMD PROVINSI MALUKU UTARA 2009-2013
2 - 18
III. Misi Mewujudkan Pemerataan Pembangunan Daerah yang Berkeadilan dan
Berkelanjutan dengan arah kebijakan:
1. Menyiapkan jaringan infrastruktur transportasi handal yang berorientasi
kelautan serta terintegrasinya transportasi laut yang didukung oleh
transportasi darat dan udara;
2. Terpenuhinya pasokan tenaga listrik yang handal dan efisien di daerah-
daerah terpencil dan kepulauan dengan mengembangkan sumber-sumber
energi alternatif dan atau bahan energi substitusi yang terbarukan seperti
biofuel (jarak pagar), energi arus laut dan tenaga angin yang banyak
tersedia dan lebih ramah lingkungan;
3. Memperkuat kegiatan ekonomi di wilayah-wilayah cepat tumbuh dan
strategis dalam satu sistem wilayah pengembangan ekonomi seperti di
wilayah Ternate, Tidore, Sofifi, Tobelo, Bacan dan Morotai melalui
penyediaan infrastruktur (pasar, lembaga keuangan, informasi dan
distribusi) yang mendukung pengembangan komoditas unggulan di
masing-masing kawasan tersebut;
4. Menerapkan sistim pengelolaan tata ruang yang berorientasi kelautan dan
pengembangan wilayah pesisir serta berbasis mitigasi bencana;
5. Mengembangkan kerja sama antardaerah melalui sistem jejaring
antardaerah untuk saling berbagi dalam memikul tanggung jawab
pembiayaan secara proporsional, baik dalam pembangunan dan
pemeliharaan sarana dan prasarana perhubungan laut (pelabuhan)
maupun sarana prasarana strategis lainnya (PPI).
IV. Misi Meningkatkan Kualitas Sumberdaya Manusia Yang Unggul dan Berdaya
Saing dengan arah kebijakan:
1. Meningkatkan kualitas pendidikan formal yang mendukung
pengembangan komoditas unggulan kelautan, perikanan, pariwisata dan
pertambangan;
2. Meningkatkan kualitas keterampilan masyarakat yang berorientasi pada
penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK);
3. Meningkatkan derajat kesehatan dan gizi masyarakat, meningkatkan usia
harapan hidup, menurunkan angka kematian bayi/ibu melahirkan serta
menurunkan prevalensi gizi kurang pada balita;
RPJMD PROVINSI MALUKU UTARA 2009-2013
2 - 19
4. Mengendalikan jumlah dan laju pertumbuhan penduduk secara seimbang;
5. Pengembangan pemberdayaan perempuan, anak dan pemuda untuk
mampu berperan aktif dalam pembangunan;
6. Meningkatkan kualitas tenaga kerja khususnya di bidang kelautan,
pariwisata dan pertambangan melalui penyempurnaan penyelenggaraan
pelatihan tenaga kerja agar kualifikasi dan kompetensi tenaga kerja yang
dihasilkan sesuai dengan kebutuhan pemberi kerja (demand driven);
7. Penciptaan kesempatan kerja bagi mereka yang berada di wilayah yang
memang kegiatan ekonominya masih sangat tertinggal berupa pemberian
kredit lunak bagi pengembangan komoditas kelautan dan perikanan.
V. Misi Meningkatkan Perekonomian Maluku Utara Yang Berbasis Pengelolaan
Potensi Kelautan Secara Lestari dengan arah kebijakan:
1. Mempertahankan ketahanan pangan daerah yang didukung oleh
lembaga ketahanan pangan yang tangguh dan mampu menjamin
pemenuhan kebutuhan pangan di tingkat rumah tangga yang cukup baik
dalam jumlah maupun mutu dan gizinya, serta terjangkau melalui
revitalisasi perikanan dan memperkuat kelembagaan nelayan;
2. Mengoptimalkan pengelolaan potensi sumberdaya kelautan dan
pariwisata melalui diversifikasi produk dan inovasi pengolahan hasil
kelautan agar mampu menghasilkan barang dan jasa yang memiliki nilai
tambah yang lebih tinggi melalui membangun pabrik pengalengan ikan di
Bacan, pendirian pabrik pengolahan rumput laut menjadi agar-agar di
Tobelo, pengembangan pusat wisata sejarah di Morotai, Ternate, Tidore
dan Bacan wisata alam di Halmahera Selatan, Halmahera Timur dan
Halmahera Barat;
3. Mengembangkan dan menyediakan teknologi tepat guna sesuai dengan
karakteristik masyarakat dalam pengelolaan potensi sumberdaya kelautan
melalui modernisasi peralatan perikanan budidaya;
4. Mengoptimalkan pengelolaan dan pendayagunaan sumberdaya kelautan
dan pariwisata dengan tetap menjaga fungsi dan daya dukung lingkungan
secara serasi, seimbang dan lestari;
5. Memelihara kekayaan keragaman jenis dan kekhasan SDA kelautan dan
pariwisata bagi generasi penerus;
RPJMD PROVINSI MALUKU UTARA 2009-2013
2 - 20
6. Kebijakan pembangunan yang berwawasan lingkungan dengan
memberikan ruang untuk mengembangkan kemampuan dan penerapan
sistem deteksi dini, sosialisasi dan diseminasi informasi secara dini
terhadap ancaman kerawanan bencana alam kepada masyarakat.
B. Tahapan Pembangunan
Berdasarkan Visi yang telah dijabarkan ke dalam Misi seperti yang
dikemukakan di atas, maka periodesasi Tugas Pokok Pemerintah Daerah Tahun
2005 – 2025, dapat dibagi atas 4 (empat) tahap, yaitu :
1) Tahap Pertama disebut sebagai Tahap Penciptaan Iklim Yang Kondusif
(2005– 2009)
2) Tahap Kedua disebut sebagai Tahap Pemantapan (2010-2014)
3) Tahap Ketiga disebut Tahap Pengembangan (2015-2019)
4) Tahap Keempat disebut Tahap Penciptaan Daya Saing Yang
Berkelanjutan (2020-2024).
Tahap Pertama (2005–2009) Tahap Penciptaan Iklim Yang Kondusif:
• Stabilitas sosial, politik dan keamanan
• Peningkatan pertumbuhan ekonomi wilayah
• Penyiapan ketersediaan berbagai infrastruktur
• Penyiapan database/riset pengembangan produk-produk unggulan daerah
• Penyiapan dan peningkatan sumberdaya manusia
• Penyiapan kapasitas kelembagaan dan peningkatan kualitas aparatur
• Penyiapan sistem transparansi
• Penyiapan dan pemberdayaan masyarakat.
Tahap Kedua (2010-2014) Tahap Pemantapan :
• Pemantapan pertumbuhan ekonomi dan kerjasama antar daerah/negara
• Pemantapan stabilitas sosial, agama, politik, hukum dan keamanan
• Pemantapan berbagai infrastruktur dan sarana prasarana
• Pemantapan pengembangan investasi skala besar
• Pemantapan kerjasama antar daerah
• Pemantapan sumberdaya manusia berbasis Iptek
• Pemantapan pemberdayaan masyarakat, UMKM dan koperasi
• Pemantapan partisipasi masyarakat dan pemberdayaan perempuan.
RPJMD PROVINSI MALUKU UTARA 2009-2013
2 - 21
Tahap Ketiga (2015-2019) Tahap Pengembangan:
• Pengembangan investasi dan pemasaran komoditas unggulan
• Pengembangan infrastruktur dan sarana prasarana
• Pengembangan tata kehidupan sosial budaya masyarakat yang
mendukung pelaksanaan pembangunan
• Pengembangan sumberdaya manusia yang semakin berkualitas
• Peningkatan penguasaan dan pemanfaatan Iptek.
Tahap Keempat (2020-2024) Penciptaan Daya Saing Yang Berkelanjutan:
• Pemerataan pengembangan investasi sesuai keunggulan kompetitif
masing-masing wilayah
• Pemerataan pembangunan infrastruktur dan sarana prasarana wilayah
• Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya di tiap wilayah
Kabupaten/Kota.
Keempat tahapan di atas merupakan suatu kesatuan yang saling terkait,
dimana pencapaian hasil-hasil pembangunan pada tahap pertama, akan
menentukan dan menjadi dasar pijakan bagi pembangunan pada tahap yang
berikutnya. Titik berat sebagaimana tertera di atas, pada hakekatnya
mencerminkan respons terhadap kondisi dan kebutuhan objektif, sehingga
memungkinkan seluruh aset daerah dapat dikonsolidasikan, digalang dan
dimanfaatkan secara optimal dan terfokus pada setiap isu dalam masing-masing
tahap pembangunan.
2.5. RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI MALUKU UTARA 2007-2027
2.5.1. Visi dan Misi Penataan Ruang Wilayah Provinsi Maluku Utara
Visi penataan ruang yang merupakan penjabaran visi Provinsi Maluku
Utara adalah ”Terwujudnya Tata Ruang Provinsi Maluku Utara yang berbasis
pada sumber daya dan pengembangan berdasarkan gugus pulau menuju
masyarakat Maluku Utara yang sejahtera”.
Kemudian, dalam mewujudkan visi tersebut ditempuh melalui misi
penataan ruang Provinsi Maluku Utara sebagai berikut:
RPJMD PROVINSI MALUKU UTARA 2009-2013
2 - 22
(1) Menciptakan keserasian pelestarian kawasan lindung dan pemanfaatan
kawasan budidaya, dengan berbasis pada mitigasi bencana;
(2) Mengembangkan potensi sumberdaya alam secara optimal dengan
memperhatikan kelestarian lingkungan hidup;
(3) Meningkatkan dan mengembangkan prasarana wilayah secara
berkelanjutan, membuka daerah-daerah terisolir dan membuka kantong-
kantong produksi baru;
(4) Menata pusat-pusat pengembangan sesuai dengan daya dukung dan
kapasitas wilayah dan kondisinya sebagai provinsi gugus pulau dengan
dukungan sistem jaringan transportasi yang memadai.
2.5.2. Rencana Struktur Ruang Wilayah
A. Sistem Kota-kota/Sistem Pusat-pusat Permukiman
Sistem perkotaan utama di wilayah Provinsi Maluku Utara memiliki fungsi
yang berbeda-beda dan adanya interaksi dan hubungan antar kota-kota tersebut.
Kota-kota tersebut saling terkait satu sama lain dan tidak dapat berdiri sendiri,
karena berfungsi sebagai penyangga bagi 3 kota utama, yaitu Kota Sofifi, Kota
Ternate dan Kota Soasio.
Hierarki kota atau kawasan perkotaan dibagi atas 4 (empat) kelompok
berdasarkan fungsi dan pelayanannya dalam menunjang pertumbuhan ekonomi
provinsi, yaitu:
(a) Kota atau kawasan perkotaan yang berfungsi sebagai Pusat Kegiatan
Nasional (PKN). Kota atau daerah yang dimaksud adalah perkotaan yang
mempunyai wilayah pelayanan skala nasional.
(b) Kota atau kawasan perkotaan yang berfungsi sebagai Pusat Kegiatan
Wilayah (PKW). Daerah perkotaan atau kota yang mempunyai wilayah
pelayanan yang mencakup beberapa kawasan atau kabupaten.
(c) Kota atau kawasan perkotaan yang berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Lokal
yang merupakan Pusat Wilayah Pengembangan (Gugus Pulau), dan
diusulkan menjadi Pusat Kegiatan Wilayah. Kota tersebut disebut PKL*
yang merupakan embrio untuk menjadi PKW.
(b) Kota atau kawasan perkotaan yang berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Lokal
(PKL). Kota atau perkotaan yang termasuk klasifikasi ini adalah yang
RPJMD PROVINSI MALUKU UTARA 2009-2013
2 - 23
mempunyai wilayah pelayanan beberapa kawasan dalam lingkup
kabupaten dan umumnya merupakan kota kecil/ibukota kecamatan.
(c) Kota atau daerah perkotaan yang berfungsi sebagai Pusat Kegiatan
Strategis Nasional (PKSN). Adalah kawasan perkotaan yang ditetapkan
untuk mendorong pengembangan kawasan perbatasan negara. Kota
atau kawasan perkotaan ini berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas
batas negara dengan negara lain, disamping merupakan pintu gerbang
internasional yang menghubungkan dengan negara tetangga.
Kota-kota PKL yang diusulkan menjadi PKL* adalah Kota Jailolo, Weda,
Bobong yang masing-masing merupakan pusat pengembangan wilayah di Gugus
Pulau 2, 5 dan 8. Kota Sofifi diusulkan menjadi PKL* untuk menggantikan fungsi
pusat pemerintahan Provinsi Maluku Utara yang selama ini berada di Kota
Ternate. Dengan demikian Kota Ternate yang semula merupakan kota dengan
fungsi pusat pemerintahan, difokuskan hanya untuk kegiatan pusat
perdagangan dan jasa, karena di kota ini sudah berkembang sarana dan
prasarana infrastruktur yang lebih lengkap dibandingkan kota-kota/kawasan-
kawasan lain di Provinsi Maluku Utara. Secara diagramatis hierarki pusat-pusat
permukiman di Provinsi Maluku Utara dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.2. Rencana Struktur Pusat-Pusat Permukiman di Provinsi Maluku Utara
No. Hierarki Gugus Pulau (Wilayah Pengembangan)
Kota/Ibukota Kecamatan
1. Pusat Kegiatan Nasional (PKN) 1 Ternate 1 Tidore 3 Tobelo 6 Labuha
2. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)
7 Sanana 3. Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) 4 Daruba
1 Sofifi 2 Sidangoli 2 Jailolo 5 Weda 8 Bobong
4. Pusat Kegiatan Lokal (PKL*)
5 Maba
RPJMD PROVINSI MALUKU UTARA 2009-2013
2 - 24
lanjutan tabel 2.2. No. Hierarki Gugus Pulau (Wilayah
Pengembangan) Kota/Ibukota
Kecamatan 3 Galela 4 Bere-Bere 4 Wayabula 3 Kao 3 Malifut 2 Kedi 2 Tongutesungi 2 Susupu 5 Buli 5 Payahe 5 Patani 5 Subaim 6 Guruapin 5 Lelief 6 Mafa 6 Saketa 6 Babang 8 Falabisahaya 7 Dofa
5. Pusat Kegiatan Lokal (PKL )
5 Pulau Gebe Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Maluku Utara 2007-2027 Catatan : PKL* adalah PKL yang dalam kurun waktu perencanaan diusulkan menjadi PKW.
Ditinjau dari fungsinya, dalam lingkup wilayah, secara umum
pengembangan kota akan diarahkan sebagai pusat-pusat pelayanan regional
yaitu (1) Pusat administrasi wilayah/provinsi; (2) Pusat perdagangan, jasa dan
pemasaran; (3) Pusat perhubungan dan komunikasi; (4) Pusat produksi
pengolahan; (5) Pusat pelayanan sosial (kesehatan, pendidikan dan lain-lain); (6)
Pusat pendidikan tinggi.
Untuk memantapkan sistem kota-kota di Provinsi Maluku Utara sesuai
dengan masing-masing orde/hirarki yang direncanakan dalam kurun waktu 20
tahun yang akan datang, maka perlu arahan fungsi masing-masing kota yang
ada di Provinsi Maluku Utara sampai dengan akhir tahun perencanaan. Rencana
pusat-pusat permukiman dan skala pelayanan di Provinsi Maluku Utara Tahun
2027 dapat dilihat pada tabel berikut.
RPJMD PROVINSI MALUKU UTARA 2009-2013
2 - 25
Tabel 2.3. Rencana Pusat-Pusat Permukiman dan Skala Pelayanan
di Provinsi Maluku Utara Tahun 2027
Skala Pelayanan No Hierarki
Gugus Pulau (Wilayah
Pembangunan)
Kota/ Ibukota
Kabupaten/ Kecamatan Fungsi Kewenangan
A B C D E F
1. Pusat Kegiatan Nasional (PKN)
1 Ternate Nasional Provinsi * * * * *
1 Tidore (Soasio)
Provinsi Provinsi * * * *
3 Tobelo, Provinsi Provinsi * * * 6 Labuha Provinsi Provinsi * * *
2. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) 7 Sanana Provinsi Provinsi * * *
3. Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN)
4 Daruba Nasional Nasional * * * *
1 Sofifi Regional Provinsi * * * * 2 Sidangoli, Regional Kabupaten * * * 2 Jailolo Regional Kabupaten * * * 5 Weda Regional Kabupaten * * * 8 Bobong Regional Kabupaten * * *
4. Pusat Kegiatan
Lokal (PKL) yang
diusulkan menjadi
PKW sampai akhir tahun perencanaa
n
5 Maba Regional Kabupaten * * *
3 Galela Regional Kabupaten * * * 4 Bere-Bere Regional Kabupaten * * * 4 Wayabula Regional Kabupaten * * * 3 Kao Regional Kabupaten * * * 3 Malifut Regional Kabupaten * * * 2 Kedi Regional Kabupaten * * * 2 Tongutesungi Regional Kabupaten * * * 2 Susupu Regional Kabupaten * * * 5 Buli Regional Kabupaten * * * 5 Payahe Regional Kabupaten * * * 5 Patani Regional Kabupaten * * * 5 Subaim Regional Kabupaten * * * 6 Guruapin Regional Kabupaten * * * 5 Lelief Regional Kabupaten * * * 6 Mafa Regional Kabupaten * * * 6 Saketa Regional Kabupaten * * * 6 Babang Regional Kabupaten * * * Falabisahaya Regional Kabupaten * * * 7 Dofa Regional Kabupaten * * *
5. Pusat Kegiatan
Lokal (PKL)
5 dan Pulau Gebe
Regional Kabupaten * * *
Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Maluku Utara 2007-2027 Keterangan: A : Pusat administrasi Provinsi/Kabupaten B : Pusat perdagangan, jasa dan pemasaran C : Pusat perhubungan dan Komunikasi D : Pusat produksi pengolahan E : Pusat pelayanan sosial (kesehatan, pendidikan dan lainnya) F : Pusat pendidikan tinggi
RPJMD PROVINSI MALUKU UTARA 2009-2013
2 - 26
B. Sistem Jaringan Prasarana Wilayah
Konsep pengembangan sistem transportasi di Provinsi Maluku Utara
adalah:
(a) Membentuk pola pengembangan sistem transportasi terpadu antar
transportasi laut, darat dan udara yang terintegrasi dengan Tata Ruang
Wilayah Provinsi Maluku Utara;
(b) Meminimasi jarak dan waktu tempuh antar wilayah di Provinsi Maluku
Utara melalui peningkatan peran jaringan transportasi yang ada, dan
pengembangan jaringan transportasi yang belum tersedia, baik di darat,
laut maupun udara;
(c) Mengembangkan jaringan transportasi darat Trans Maluku Utara yang
merupakan perluasan dari Trans Halmahera jalur yang memadukan
jaringan transportasi darat, penyeberangan, laut dan udara dalam rangka
mendukung keterhubungan antar gugus pulau di Provinsi Maluku Utara;
(d) Mengembangkan “Multi Gate System”. Untuk membuka akses di kawasan
perbatasan dan pulau-pulau terpencil, selain gerbang utama yang telah ada
(Ternate), dikembangkan gerbang sekunder di bagian utara (Daruba) dan
selatan (Sanana);
(e) Mengembangkan sistem transportasi terpadu untuk mengantisipasi
bencana alam.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka pengembangan sistem jaringan
transportasi di Propinsi Maluku Utara adalah sebagai berikut:
(a) Sistem transportasi yang dikembangkan antar PKN (Pusat Kegiatan
Nasional) dan PKW (Pusat Kegiatan Wilayah), yaitu Kota Ternate, Kota
Soasio, Kota Sofifi dengan kota-kota lain utamanya PKN di luar Provinsi
Maluku Utara seperti Kota Ambon, Kota Manado, dan Kota Sorong adalah
transportasi udara dan laut, karena dari ketiga kota ini dipisahkan oleh laut
dalam dan luas;
(b) Antara PKW (Kota-kota Ternate, Soasio, Sofifi) dengan PKL* (Pusat
Kegiatan Lokal), seperti Jailolo, Tobelo, Weda, Labuha, Sanana, Maba,
dikembangkan kombinasi antar sistem transportasi darat, penyeberangan,
laut dan udara, tergantung kondisi geografisnya.
RPJMD PROVINSI MALUKU UTARA 2009-2013
2 - 27
(i) PKW (Kota-kota Ternate, Soasio, Sofifi) – PKL* (Kota Jailolo) sistem
transportasi laut;
(ii) PKW – PKL* (Kota Tobelo) kombinasi antara laut, darat dan udara;
(iii) PKW – PKL* (Maba) kombinasi antara laut, darat dan udara;
(iv) PKW – PKL* (Weda) kombinasi antara laut dan darat;
(v) PKW – PKL* (Labuha) laut dan udara;
(vi) PKW – PKL* (Sanana) laut dan udara.
(c) Antar PKL* (Kota-kota Jailolo, Tobelo, Weda, Labuha, Sanana, Maba)
sistem transportasi yang dikembangkan adalah kombinasi antara, darat,
laut dan udara. Untuk kota - kota PKL* yang terletak dalam satu pulau,
seperti Kota-kota Weda, Maba, Jailolo, Tobelo, sistem transportasi yang
dikembangkan adalah transportasi darat, sedangkan antar PKL* yang
terpisah oleh laut namun jaraknya relatif dekat seperti Kota-kota Tobelo-
Daruba, Ngofakiaha-Weda dikembangkan sistem transportasi laut dan
penyeberangan. Sedang antar PKL* yang terpisah oleh laut dengan jarak
yang cukup jauh dikembangkan sistem transportasi laut dan udara.
Antar PKL* dengan PKL
(i) PKL* (Kota Sanana) dengan PKL (Kota Dofa dan Bobong)
dikembangkan sistem transportasi laut, udara dan darat;
(ii) PKL* (Kota Labuha) dengan PKL ( Kota Laiwui) dikembangkan sistem
transportasi laut;
(iii) PKL* (Kota Weda) dengan PKL (Kota Mafa), (Kota Payahe)
dikembangkan sistem transportasi darat;
(iv) PKL* (Kota Maba)- dengan PKL (Kota Patani) dikembangkan sistem
transpotasi darat dan laut;
(v) PKL* (Kota Maba ) dengan PKL (Kota Subaim) dikembangkan sistem
transportasi darat;
(vi) PKL* (Kota Tobelo) dengan PKL (Kota Kao, Kota Galela)
dikembangkan sistim transportasi darat;
(vii) PKL* (Kota Daruba) dengan PKL (Kota Bere-bere) dikembangkan
sistem transportasi darat.
RPJMD PROVINSI MALUKU UTARA 2009-2013
2 - 28
(d) Antar PKL
Kebijakan pengembangan antar PKL atau kota setingkat kecamatan dalam
satu pulau dikembangkan sistem transportasi darat, sedangkan antar pulau
dikembangkan sistem transportasi laut dan penyeberangan.
Transportasi Darat
Rencana jaringan jalan darat adalah jaringan jalan darat yang menghubungkan
antar kota-kota PKW dengan PKL dan antara kota-kota PKL dengan PKL, yang
tidak terhubungkan oleh jaringan Trans Maluku Utara. Jaringan jalan darat
tersebut setingkat jalan kolektor dan jalan lokal sesuai kebutuhannya dengan
kewenangan provinsi dan kabupaten.
Tabel 2.4. Rencana Jaringan Jalan Trans Maluku Utara
No.
Ruas Nama Ruas Gugus Pulau Status Panjang (Km)
Kabupaten Halmahera Utara 039.1 Daruba – Daeo 4 N 25,59 039.2 Daeo – Berebere 4 N 68,00 .034 Podiwang – Tobelo 3 N 47,86 .035 Tobelo – Galela 3 N 27,02 .036 Kao – Podiwang 3 N 32,90 .037 Galela - Lapangan Terbang 3 N 10,87 038.2 Basso – Kao 3 N 71,49
Kabupaten Halmahera Barat 038.1 Sidangoli (Dermaga Ferry) - Basso 2, 5 N 23,23 043.1 Simpang Dodinga-Akelamo (KM60) 2, 5 N 63,01 054.1 Basso - Simpang Dodinga 2, 5 N 2,67 033.1 Jailolo – Goal 2 P 21,19 054.1 Simpang Dodinga-Dodinga (Dermaga Ferry) 2 P 3,30 030.1 Simpang Dodinga- Bobaneigo 2, 5 P 3,32 033.2 Simpang Dodinga-Jailolo 2 P 32,40
Kota Tidore Kepulauan .029 Payahe – Weda 1 N 24,5 043.2 Akelamo (KM60) – Payahe 1 N 52,47 .021 Keliling Pulau Tidore 1 P 29,19
Kabupaten Halmahera Timur 059.1 Subaim – Buli 5 P 60,00 059.2 Buli – Gotowase 5 P 45,00 030.1 Bobaneigo - Ekor 5 P 41,81 030.2 Ekor - Subaim 5 P 52,47
Kabupaten Halmahera Tengah 058.1 Weda - Sagae 5 P 50,00 058.2 Sagae - Gotowase 5 P 60,00
Kabupaten Halmahera Selatan .028 Labuha - Babang 6 P 18,32
Saketa - Mautiting 6 K 21,00 Mautiting - Mafa 6 K 43,00
RPJMD PROVINSI MALUKU UTARA 2009-2013
2 - 29
lanjutan tabel 2.4. No.
Ruas Nama Ruas Gugus Pulau Status Panjang (Km)
Mafa - Weda 5, 6 K 50,00 Kota Ternate
.032 Keliling Pulau Ternate 1 N 8,60 Kabupaten Kepulauan Sula
.026 Sanana - Manaf 7 P 31,86
.027 Sanana - Pohea 7 P 12,05 Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Maluku Utara 2007-2027 Keterangan : N : Jalan Nasional; P : Jalan Provinsi; K : Jalan Kabupaten.
Transportasi Laut
Rencana alur pelayaran di Provinsi Maluku Utara meliputi :
(i) Rencana Pengembangan Alur Pelayaran Internasional yang merupakan
jaringan trayek transportasi laut utama yang mempunyai pelayanan tetap
dan teratur, yaitu: Australia – Ternate; Jepang – Ternate; Filipina – Ternate;
Amerika Serikat – Ternate; Korea – Ternate dan Jepang – Daruba (Morotai);
(ii) Rencana Pengembangan Alur Pelayaran Nasional, yang merupakan jaringan
trayek transportasi laut utama yang mempunyai pelayanan tetap dan
teratur, yang melalui Provinsi Maluku Utara menuju provinsi-provinsi di
sekitarnya seperti terlihat pada tabel berikut
Tabel 2.5. Rencana Alur Pelayaran Nasional
dari Provinsi Maluku Utara menuju Provinsi-provinsi Tujuan
Provinsi Tujuan Lokasi Pelabuhan
Maluku Namlea, Ambon, Saumlaki Sulut Bitung, Manado, Satal
Irjabar Sorong, Kabare (Raja Ampat), Saonek (Raja Ampat), Fak-fak, Manokwari, Waisai (Raja Ampat) Sulteng Banggai, Toli-toli Sultra Bau-bau Sulsel Makasar Papua Biak, Jayapura Jatim Surabaya Kaltim Balikpapan, Samarinda, Tarakan Kalsel Banjarmasin
Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Maluku Utara 2007-2027
(iii) Rencana Pengembangan Alur Pelayaran Regional dengan kota-kota di
wilayah Indonesia bagian Timur yang merupakan jaringan trayek
transportasi laut pengumpan yang mempunyai pelayanan tetap dan teratur,
RPJMD PROVINSI MALUKU UTARA 2009-2013
2 - 30
yaitu (1) Ternate – Tobelo – Gebe – Ambon – Sorong; (2) Ternate – Labuha
– Ambon – Sorong; dan (3) Ternate – Sanana – Ambon – Sorong.
Sampai tahun 2027 direncanakan alur pelayaran regional ditingkatkan
jadwalnya, perbaikan dalam sistem pelayanan, penambahan jumlah kapal
serta mendorong pelayaran swasta untuk ikut beroperasi.
(iv) Rencana Pengembangan Alur Pelayaran lokal atau Pelayaran Kapal Rakyat
di di Provinsi Maluku Utara yang merupakan jaringan trayek transportasi laut
pengumpan yang mempunyai pelayanan tetap dan teratur. Jaringan
pelayaran rakyat ini umumnya dilaksanakan untuk mengangkut hasil bumi
dari satu pulau ke pulau lain atau menyisir pantai khususnya untuk daerah
atau pulau-pulau yang akses daratnya belum berkembang.
Transportasi Udara
Rencana tatanan bandar udara adalah peningkatan dan pemeliharaan bandar
udara yang telah ada dan pengembangan bandar udara sesuai yang diperlukan,
antara lain :
(a) Bandar Udara Pusat Penyebaran Tersier
Yaitu Bandara di Ternate dan diusulkan untuk ditingkatkan dalam hal
pelayanan terhadap konsumennya, terutama dalam hal kenyamanan,
kecepatan pelayanan dan fasiitas pendukungnya. Pelayanan penerbangan
dan sistem penyelamatan penerbangan perlu ditingkatkan, kemampuan
atau klasifikasi landasan ditingkatkan (menjadi kelas II) sehingga mampu
didarati oleh pesawat yang lebih besar.
(b) Bandara Bukan Pusat Penyebaran
Pada kota-kota PKW diusulkan tersedia bandara Bukan Pusat Penyebaran
dengan jadwal penerbangan rata-rata 3 x seminggu, dengan berpusat di
Ternate. Bandara tersebut antara lain: Sanana, Buli, Labuha, Kao dan
Daruba.
(c) Bandara Perintis
Bandara yang terletak pada PKL perlu ditingkatkan utamanya landas pacu
baik dari segi ukuran maupun konstruksi, sehingga dapat didarati oleh
pesawat yang lebih besar, serta frekuensi penerbangan yang lebih sering
dan mempunyai kepastian penerbangan. Bandara perintis yang ada di
RPJMD PROVINSI MALUKU UTARA 2009-2013
2 - 31
Provinsi Maluku Utara sampai tahun 2027 tetap merupakan bandara perintis,
yaitu bandara Weda, Gebe, Mangole dan Galela.
Rencana pengembangan jalur penerbangan di Provinsi Maluku Utara meliputi:
(a) Rencana Pengembangan Jalur Nasional Antar Provinsi, yaitu: Ternate –
Jakarta; Ternate – Manado; Ternate – Ambon; Ternate – Makassar; Ternate
- Sorong; Ternate – Fak - Fak; Ternate – Manokwari; Ternate – Luwuk dan
Sanana – Ambon.
(b) Rencana Pengembangan Jalur Reguler Antar Kabupaten, yaitu: Ternate –
Sanana dan Ternate – Buli.
2.5.3. Rencana Pola Ruang Wilayah
A. Rencana Pengembangan Kawasan Lindung
Pola ruang dan arah pengembangan ruang Provinsi Maluku Utara
merupakan arahan bagi penggunaan ruang di wilayah Provinsi Maluku Utara
yang didasari pada prinsip pemanfaatan sumberdaya alam berasaskan
kelestarian lingkungan menuju pembangunan yang berkelanjutan. Arahan ini
diharapkan dapat menciptakan pertumbuhan dan perkembangan antar bagian
wilayah Provinsi Maluku Utara yang lebih berimbang secara proporsional, tanpa
mengganggu kelestarian lingkungannya.
Berdasarkan hasil Analisa dapat diketahui bahwa luas total Kawasan
Lindung di Provinsi Maluku Utara hanya sekitar 20 persen. Angka ini masih
kurang dibandingkan dengan luas minimum Kawasan Lindung yang hendaknya
dimiliki suatu wilayah pengembangan. Perbandingan menurut Kota dan
Kabupaten menunjukkan bahwa Kota Tidore Kepulauan dan Kabupaten
Halmahera Timur memiliki potensi Kawasan Lindung yang sesuai dengan luas
minimum yang disyaratkan. Sementara itu, Kawasan Lindung di Kabupaten
Halmahera Tengah dan Halmahera Barat relatif paling sempit (8-11 persen dari
luas wilayah kabupaten tersebut).
Berdasarkan hasil analisa diketahui Kawasan Lindung yang terdapat di
Provinsi Maluku Utara adalah sebagai berikut:
(1) Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya (yang
dalam hal ini terdiri dari hutan lindung), tersebar di hampir seluruh pulau
dengan luas 799.629,6 Ha atau sekitar 21,9 % dari total luas daratan.
RPJMD PROVINSI MALUKU UTARA 2009-2013
2 - 32
Sebaran hutan lindung ini mayoritas tersebar di Pulau Halmahera Utara,
Pulau Bacan, Pulau Mangole dan Pulau Taliabu (tersebar di seluruh
kabupaten);
(2) Kawasan perlindungan setempat berlokasi di sepanjang pantai seluruh
pulau, sekitar danau dan sungai;
(3) Kawasan suaka alam yang terdiri atas beberapa jenis, baik di daratan
maupun di wilayah perairan laut. Lokasinya adalah sebagai berikut:
(a) Taman Nasional Aketajawe, Kota Tidore Kepulauan, GP-1 (RTRWN);
(b) Cagar Alam Lolobata, Halmahera Timur, (GP-5);
(c) Cagar Alam Wayabula di Pulau Morotai (GP-4);
(d) Suaka Margasatwa Gamkonora yang terdapat di Kecamatan Sahu/Ibu
(GP-2);
(e) Cagar Alam Saketa di Pulau Halmahera bagian selatan, (GP-6);
(f) Cagar Alam Gunung Sibela di Pulau Bacan, (GP-6);
(g) Cagar Alam Pulau Obi, (GP-6);
(h) Cagar Alam Lifamatola, (GP-7);
(i) Cagar Alam Tobalai;
(j) Cagar Alam Taliabu di Pulau Taliabu, (GP-8);
(k) Cagar Alam Pulau Seho di Pulau Seho, Taliabu Barat, (GP-8);
(l) Cagar Alam Taman Laut di Tobelo (GP-3);
(m) Cagar Alam Taman Laut di Gane Timur (GP-6).
B. Rencana Pengembangan Kawasan Budidaya
Arahan pola pemanfaatan ruang untuk kegiatan budidaya mencakup
arahan pemanfaatan kawasan pertanian, serta kawasan non pertanian.
Penentuan bagi arahan pemanfaatan ruang untuk kegiatan budidaya didasarkan
pada pertimbangan berikut:
(1) Kesesuaian lahan, yang merupakan hasil penilaian terhadap kemampuan
atau daya dukung terhadap kegiatan penggunaan lahan tertentu;
(2) Potensi pengembangan dan kegiatan budidaya, yang merupakan hasil
penilaian ekonomi dan keruangan terhadap potensi pengembangan
budidaya tertentu.
RPJMD PROVINSI MALUKU UTARA 2009-2013
2 - 33
Berdasarkan Pedoman Penyusunan RTRW, kawasan budidaya telah
diklasifikasikan secara khusus. Di Provinsi Maluku Utara, kawasan budidaya yang
akan ditetapkan mencakup wilayah daratan dan lautan yang terdiri dari:
(1) Kawasan hutan produksi tetap;
(2) Hutan produksi terbatas;
(3) Hutan produksi;
(4) Arahan penggunaan lain :
a. Budidaya non hutan dan perkebunan yang dapat dikonversikan;
b. Pertanian, yaitu pertanian lahan basah dan perkebunan;
c. Kawasan pertambangan;
d. Kawasan perindustrian;
e. Kawasan pariwisata;
f. Perikanan;
g. Kawasan permukiman.
Berdasarkan hasil penjelasan rencana kawasan lindung dan kawasan budidaya di
Provinsi Maluku Utara, maka rencana pola ruang dan luasan wilayah untuk pola
ruang di Provinsi Maluku Utara dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.6. Rencana Pola Ruang Provinsi Maluku Utara
No Pola Ruang Luas (Ha) 1 Hutan Lindung 823.798,84 2 Hutan Suaka Alam dan Hutan Wisata 45.841,10 3 Hutan Produksi Terbatas 710137,00 4 Hutan Produksi 353.317,13 5 Hutan Produksi Konversi 962.248,17 6 Perkebunan 345.948,64 7 Pertanian Lahan Kering 279.228,53 8 Pertanian Lahan Basah 111.256,72 9 Permukiman 14.422,22
Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Maluku Utara 2007-2027
2.5.4. Rencana Pengembangan Perikanan
A. Perikanan Tangkap
Pengembangan perikanan tangkap yang optimal harus berdasarkan pada
kemampuan daya dukung yang tersedia, utamanya adalah potensi sumber daya
ikan. Berdasarkan karakteristik perairan laut dan jenis sumber daya ikannya,
perairan Maluku Utara secara garis besar dapat dibagi menjadi 3 (tiga) daerah
RPJMD PROVINSI MALUKU UTARA 2009-2013
2 - 34
penangkapan utama yang potensial dikembangkan untuk usaha perikanan
tangkap, yaitu:
(1) Daerah penangkapan ikan 1, yaitu daerah-daerah dengan potensi
pengembangan untuk ikan karang (utamanya: ikan kerapu, beronang, biji
nangka, dan kakaktua), daerah-daerah tersebut antara lain perairan pantai
sebelah barat daya Pulau Morotai, perairan pantai sebelah timur Kepulauan
Sula, perairan pantai Tobelo, peraiaran pantai Bacan dan Obi;
(2) Daerah penangkapan ikan 2, yang memiliki potensi untuk pengembangan
perikanan pelagis kecil dan demersal (utamanya: ikan layang, kembung,
julung-julung, kuwe, dan kakap merah); berada di perairan pantai sebelah
selatan, tenggara, timur, timur laut, utara, barat laut dan barat Pulau
Morotai, perairan pantai Tidore dan Ternate dan wilayah periaran pantai
Sanana;
(3) Daerah penangkapan ikan 3, untuk pengembangan perikanan pelagis besar
(utamanya: cakalang, tongkol dan tuna) wilayah ini terletak di perairan
lepas pantai Maluku Utara.
Sebagai mata rantai terakhir dalam sistem produksi perikanan, maka
sistem pemasaran ikan juga harus dikembangkan untuk melayani kegiatan
produk yang akan berada dalam volume besar karena adanya pelabuhan
perikanan. Dengan mempertimbangkan bahwa produksi ikan di Maluku Utara
akan terdiri dari berbagai jenis (spesies) dan kualitas maka sistem pemasaran
yang dapat dikembangkan harus mampu mengantisipasi produksi ikan yang
nantinya didaratkan. Sistem pemasaran yang tampaknya tepat adalah yang
berbasis komoditas sebagai berikut:
(1) Komoditas pelagis besar untuk pasar ekspor. Jenis atau bentuk komoditas
adalah olahan segar untuk tuna dan beku untuk cakalang. Sistem
pemasaran ini bertumpu pada adanya perusahaan ekspor yang berusaha di
daerah. baik dalam bentuk pengumpulan (penampungan) maupun dalam
bentuk kantor cabang atau kantor utama;
(2) Komoditas pelagis besar untuk tujuan pasar domestik, yaitu cakalang dan
tongkol. Jenis produknya adalah segar dan beku. Komoditas lainnya adalah
dalam bentuk ikan olahan asap;
RPJMD PROVINSI MALUKU UTARA 2009-2013
2 - 35
(3) Komoditas pelagis kecil untuk pasar ekspor, yaitu: ikan layang. Produk yang
tepat adalah dalam bentuk olahan beku;
(4) Komoditas pelagis kecil untuk pasaran domestik, yaitu: layang, kembung
dan julung-julung. Untuk antar pulau produk yang tepat adalah olahan
beku dan khusus untuk julung-julung dalam bentuk olahan asap,
sedangkan untuk pasaran setempat. produk yang tepat adalah olahan
segar;
(5) Ikan demersal untuk pasaran ekspor, yaitu: kakap merah. Produk yang
tepat adalah dalam bentuk olahan fillet;
(6) Ikan demersal untuk pasaran domestik dan lokal, yaitu ikan kuwe. Untuk
antar pulau produk yang tepat adalah olahan beku, sedangkan untuk
pasaran setempat. produk yang tepat adalah olahan segar;
(7) Produk perikanan karang, seperti: kerapu, beronang, kakatua, dan biji
nangka lebih diutamakan untuk pasar ekspor. Produk yang tepat adalah
dalam bentuk ikan hidup, sedangkan untuk pasar domestik dalam bentuk
olahan segar.
B. Perikanan Budidaya
Pengembangan perikanan budidaya (akuakultur) di Provinsi Maluku Utara
diarahkan untuk memproduksi komoditas yang berorientasi ekspor dan berbasis
kepada sumberdaya alam. Pengembangan akuakultur dilakukan pada lokasi yang
memiliki tingkat kesesuaian yang tinggi dengan berprinsip pemanfaatan
sumberdaya perairan seoptimal mungkin secara ramah lingkungan sehingga
dicapai keberlanjutan usaha sepanjang masa. Komoditas akuakultur yang akan
dikembangkan di Maluku Utara mencakup spesies air tawar, air payau dan air
laut. Mengingat sumberdaya alam pulau ini yang sebagian besar didominasi oleh
perairan laut, maka penekanan pengembangan diberikan pada komoditas
budidaya laut (marikultur).
Untuk pengembangan marikultur di Maluku Utara diperlukan diversifikasi
sistem dan teknologi budidaya, tidak hanya sistem karamba jaring tancap dan
sistem dasar dengan longline. Terdapat beberapa sistem budidaya yang bisa
dikembangkan antara lain; sistem karamba jaring apung, longline terapung,
rakit, kandang (penculture) dan sistem sekat (enclosure).
RPJMD PROVINSI MALUKU UTARA 2009-2013
2 - 36
2.5.5. Rencana Pengembangan Kawasan Andalan
Penetapan Kawasan Andalan Nasional di Provinsi Maluku mengacu pada
RTRWN, terdiri atas 4 kawasan yang diandalkan berdasarkan sektor-sektor
unggulannya, yaitu:
(1) Kawasan Ternate-Tidore-Sidangoli-Sofifi-Weda dan sekitarnya;
(2) Kawasan Bacan-Halmahera Selatan;
(3) Kawasan Kepulauan Sula;
(4) Kawasan Laut Halmahera dan sekitarnya.
Tabel 2.7. Kawasan Andalan 1 di Provinsi Maluku Utara
No Kawasan Andalan Gugus Pulau (Wilayah Pengembangan) Sektor Unggulan Sub Sektor
Unggulan 1 Kawasan Ternate,
Tidore, Sidangoli, Sofifi, Weda dan Sekitarnya a. (III/B/2) b. (I/G/2) c. (II/D/2) d. (III/C/2) e. (II/E/2)
Sebagian besar WP I, Sebagian WP II dan Sebagian WP V
a. Perkebunan b. Perikanan laut c. Industri d. Pertambangan e. Pariwisata
1. Kopra, cengkeh, pala, jambu mente, kakao;
2. Cakalang, tuna; 3. Industri perikanan
laut; 4. Nikel dan emas; 5. Wisata alam, wisata
bahari dan wisata sejarah;
2 Kawasan Bacan -Halmahera Selatan a. (III/B/2) b. (III/A/2)
Sebagian WP VI a. Perkebunan b. Pertanian
1. Kopra, kakao, cengkeh, pala, kenari dan vanili;
2. Tuna dan cakalang; 3 Kawasan Kep. Sula
a. (III/B/2) b. (III/H/2) c. (III/D/2) d. (III/C/2) e. (II/F/2)
WP VIII a. Perkebunan b. Kehutanan c. Industri d. Pertambangan e. Perikanan
1. Kopra, kakao, jambu mente, cengkeh, kopi, sukun, sagu, kenari, kunyit dan pala;
2. Damar, madu, rotan dan bambu;
3. Gerabah, industri makanan dari tepung, industri pati ubi kayu dan industri anyam-anyaman;
4. Pasir, kuarsa, dan koral;
5. Budidaya rumput laut.
RPJMD PROVINSI MALUKU UTARA 2009-2013
2 - 37
lanjutan tabel 2.7. No Kawasan Andalan Gugus Pulau
(Wilayah Pengembangan) Sektor Unggulan Sub Sektor Unggulan
4 Kawasan Andalan Laut Halmahera dan sekitarnya a. (II/F/2) b. (II/C/2) c. (III/E/2)
Sebagian WP III, WP IV dan WP V
a. Perikanan laut b. Pertambangan c. Pariwisata
1. Cakalang; 2. Emas dan nikel; 3. Wisata bahari dan
wisata sejarah.
Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Maluku Utara 2007-2027 Keterangan: I – IV : Tahapan Pengembangan A : Pengembangan dan Pengendalian Kawasan Andalan untuk Sektor Pertanian A/1 : Pengendalian Kawasan Andalan untuk Pertanian Pangan Abadi A/2 : Pengembangan Kawasan Andalan untuk Pertanian B : Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Andalan untuk Perkebunan B/1 : Rehabilitasi Kawasan Andalan untuk Perkebunan B/2 : Pengembangan Kawasan Andalan untuk Perkebunan C : Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Andalan untuk sektor Pertambangan C/1 : Rehabilitasi Kawasan Andalan untuk Pertambangan C/2 : Pengembangan Kawasan Andalan untuk Pertambangan D : Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Andalan untuk industri pengolahan D/1 : Rehabilitasi Kawasan Andalan untuk Industri Pengolahan D/2 : Pengembangan Kawasan Andalan untuk Industri Pengolahan E : Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Andalan untuk sektor Pariwisata E/1 : Rehabilitasi Kawasan Andalan untuk Pariwisata E/2 : Pengembangan Kawasan Andalan untuk Pariwisata F : Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Andalan untuk sektor Perikanan F/1 : Rehabilitasi Kawasan Andalan untuk Perikanan F/2 : Pengembangan Kawasan Andalan untuk Perikanan G : Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Andalan untuk sektor Kelautan G/1 : Rehabilitasi Kawasan Andalan untuk Kelautan G/2 : Pengembangan Kawasan Andalan untuk Kelautan H : Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Andalan untuk Kehutanan H/1 : Rehabilitasi Kawasan Andalan untuk Kehutanan H/2 : Pengembangan Kawasan Andalan untuk Kehutanan.
Tabel 2.8. Kawasan Andalan 2 di Provinsi Maluku Utara
No Kabupaten/Kota Kawasan Andalan Sektor Unggulan Sub Sektor Unggulan 1 Ternate Pulau Ternate,
Ternate Selatan, Ternate Utara dan Moti
1. Perikanan 2. Perkebunan 3. Pariwisata 4. Industri 5. Perikanan laut 6. Pemerintahan 7. Perdagangan,
hotel & restoran
8. Angkutan laut
1. Perikanan budidaya
2. Kopra, cengkeh, pala, kakao
3. Wisata bahari, wisata budaya
4. industri gerabah, industri perikanan laut
2 Tidore Tidore, Tidore Selatan, Tidore Utara, Obi Utara dan Obi
1. Pertanian 2. Perkebunan 3. Pariwisata 4. Perikanan laut 5. Pemerintahan 6. air bersih 7. angkutan laut
1. tanaman pangan 2. Jambu mete,
cengkeh, pala 3. Wisata bahari,
wisata sejarah, wisata alam
4. Cakalang
RPJMD PROVINSI MALUKU UTARA 2009-2013
2 - 38
lanjutan tabel 2.8. No Kabupaten/Kota Kawasan Andalan Sektor Unggulan Sub Sektor Unggulan 3 Halmahera
Tengah Weda, Patani dan Pulau Gebe
1. Perkebunan 2. Pariwisata 3. Industri 4. Pertambangan 5. Pemerintahan 6. air bersih
1. Industri kayu 2. wisata alam,
wisata bahari 3. Industri
perikanan laut 4. pertambangan
nikel 4 Halmahera Timur Wasile, Maba, Maba
Selatan dan Wasile Selatan
1. Perkebunan 2. Pertanian 3. Perikanan laut 4. Pertambangan 5. Air bersih
1. Kopra, kakao, cengkeh, pala
2. tanaman pangan 3. cakalang 4. pertambangan
emas
5 Halmahera Selatan Makian, Kayoa, Gane Timur, Gane Barat, Obi, Obi Selatan, Bacan, Bacan Timur dan Bacan Barat
1. Perkebunan 2. Perikanan laut 3. Industri 4. pertambangan
1. kopra, kakao, vanili, cengkeh, pala, kenari
2. tuna dan cakalang
3. Industri kelautan, dan industri kayu/gerabah
6 Halmahera Barat Jailolo, Jailolo
Selatan, Sahu, Ibu dan Loloda
1. Pertanian 2. Perkebunan 3. Pariwisata 4. air bersih
1. tanaman pangan 2. Kopra, cengkeh 3. wisata bahari
7 Kepulauan Sula Sanana, Mangole Timur, Sulabesi Barat, Taliabu Barat, Taliabu Timur dan Mangole Barat
1. Perikanan laut 2. Pertambangan 3. Perkebunan 4. Kehutanan 5. Industri
1. cakalang, tuna 2. pasir, kuarsa,
koral 3. Kopra, jambu
mete, cengkeh, pala
4. damar, rotan dan bambu
industri kelautan gerabah, industri anyam-anyaman, dll
8 Halmahera Utara Tobelo, Tobelo Selatan, Galela, Morotai Utara, Morotai Selatan, Morotai Selatan Barat, Loloda Utara, Kao dan Malifut
1. Pertanian 2. Perkebunan 3. Pariwisata 4. Pertahanan
1. tanaman pangan 2. kopra 3. wisata alam,
wisata bahari
Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Maluku Utara 2007-2027
2.5.6. Rencana Pengembangan Kawasan Strategis
Kawasan strategis provinsi adalah wilayah yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup
provinsi terhadap ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan. Secara
keseluruhan kawasan strategis Provinsi Maluku Utara adalah sebagai berikut:
RPJMD PROVINSI MALUKU UTARA 2009-2013
2 - 39
(1) Kawasan Ternate, Tidore, Sidangoli dan Sofifi
Kawasan ini berpotensi untuk kegiatan pelayanan tingkat regional,
pemerintahan, pendidikan dan pengembangan industri. Kawasan industri
yang potensial dikembangkan adalah (a) Industri perkayuan yang spesifik
berlokasi di Sidangoli dengan orientasi ekspor ke Jepang dan Asia Pasifik;
(b) Industri minyak goreng yang terletak di Ternate.
Untuk itu pengembangannya diarahkan pada:
(a) Peningkatan pelabuhan Ternate sebagai pelabuhan ekspor, dengan
penyediaan prasarana dan sarana penunjangnya seperti prasarana
jalan dan penyeberangan dari kawasan Sidangoli ke Pelabuhan
Ternate;
(b) Pengembangan kegiatan pemerintahan tingkat provinsi di kota Sofifi;
(c) Pengembangan kegiatan pemerintahan tingkat kabupaten di Tidore
(Kota Soasio);
(d) Pengembangan Pelabuhan Sofifi yang representatif sebagai ibu kota
provinsi;
(e) Peningkatan bandar udara di Ternate;
(f) Peningkatan pelayanan transportasi antar moda dan sarana
penyeberangan;
(g) Peningkatan pelayanan fasilitas regional seperti pelabuhan laut,
bandar udara, rumah sakit dan lain-lain;
(h) Pengembangan dermaga peti kemas di Tidore untuk mengantisipasi
luapan penumpukan peti kemas di Ternate;
(i) Pengembangan kawasan Sidangoli dan Sofifi sebagai "pintu keluar-
masuk" yang menghubungkan dari/ke daratan pulau Halmahera;
(j) Peningkatan peningkatan prasarana perkotaan yang menunjang di
Kota Ternate, dan Kota Tidore, terutama peningkatan aksesibilitas
dari wilayah produksi ke pusat pengumpul atau pasar;
(k) Pengembangan sarana pendidikan tinggi dan ketrampilan khusus
penunjang industri di Kota Ternate dan Kota Tidore;
(l) Pengembangan permukiman baru untuk mengantisipasi permasalahan
lahan dan pertumbuhan penduduk di Pulau Ternate, serta
pengembangan sumber-sumber air bersih;
(m) Pengembangan pariwisata di Kota Ternate dan Kota Tidore sebagai
RPJMD PROVINSI MALUKU UTARA 2009-2013
2 - 40
strategi penunjang kehidupan industri rakyat; terutama wisata sejarah
dengan adanya situs sejarah Kerajaan Ternate, Kerajaan Jailolo dan
Kerajaan Tidore;
(n) Pengembangan industri perkapalan di Kota Tidore dan Sidangoli.
(2) Kawasan Kepulauan Sula
Kawasan ini meliputi Kecamatan-kecamatan Sanana, Taliabu Timur dan
Taliabu Barat. Kawasan ini potensial untuk pengembangan perkebunan,
kehutanan, industri (untuk pengolahan hasil-hasil perkebunan dan
kehutanan).
(3) Kawasan Pulau Bacan
Kawasan ini potensial untuk pengembangan industri (industri perikanan dan
industri pengolahan kayu), kehutanan, serta pariwisata.
(4) Kawasan Halmahera Selatan
Kawasan ini meliputi Kecamatan Gane Barat dan Kecamatan Gane Timur
merupakan wilayah yang perkembangannya relatif tertinggal dengan
daerah lainnya di Provinsi Maluku Utara, oleh karena itu perlu diprioritaskan
pula penanganan pembangunannya agar terjadi pemerataan
pembangunan. Potensi yang dimiliki Kabupaten Halmahera Selatan ini
adalah perkebunan. Permasalahan yang dimiliki kawasan ini adalah
kurangnya aksesibilitas.
(5) Kawasan Weda
Kawasan ini meliputi Weda dan sekitarnya. Kawasan ini perlu diprioritaskan
karena adanya rencana pengembangan kegiatan (eksploitasi)
pertambangan nikel oleh PT. Weda Bay Nikel seluas 90.000 Ha.
(6) Kawasan Strategis bidang Pertahanan Keamanan - Pulau Morotai
Sebagai kawasan yang berbatasan dengan negara tetangga (Filipina), maka
pengembangan kawasan ini diarahkan untuk tujuan pertahanan keamanan.
Selain itu, pulau ini juga mempunyai potensi pariwisata (dengan objek
wisata taman laut dan atraksi sejarah/budaya). Pengembangan Pulau
Morotai ini diarahkan pada, antara lain (a) Pengembangan Pulau Morotai
sehingga mendukung fungsinya sebagai kawasan pertahanan dan
keamanan, yang merupakan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN); (b)
Pengembangan Pulau Morotai untuk kegiatan pertanian lahan
kering/perkebunan dan pertanian lahan basah sebagai basis ekonomi lokal.
RPJMD PROVINSI MALUKU UTARA 2009-2013
2 - 41
(7) Kawasan Perbatasan dan Pulau Kecil yaitu Pulau Jiuw
Berdasarkan Keppres Nomor 78 Tahun 2004, Pulau Jiuw merupakan salah
satu pulau kecil terluar yang harus diperhatikan mengingat posisi pulau ini
yang berada pada gerbang depan di Samudera Pasifik (sisi sebelah timur
Pulau Halmahera). Dengan demikian, menjadi sangat penting untuk
mengoptimalkan potensi yang ada mengingat posisi strategis Pulau Jiuw.
Sebagai pulau terluar, pembangunan pulau ini akan mencerminkan
kemampuan pemerintah pusat dan daerah dalam membangun wilayahnya
sampai wilayah-wilayah paling luar sekalipun.
(8) Kawasan Pengembangan Ekonomi – Pertanian : Halut - Halbar – Haltim
Provinsi Maluku Utara perlu meningkatkan ketahanan pangan agar supaya
menjadi provinsi swasembada pangan. Selain tanaman pangan lain,
tanaman padi/pertanian lahan basah yang utamanya tersebar di
Kabupaten-kabupaten Halmahera Utara, Halmahera Barat dan Halmahera
Timur layak mendapat perhatian, karena dapat mendukung program
ketahanan pangan tersebut.
(9) Kawasan Pulau Gebe
Kawasan pulau Gebe merupakan pulau yang mengalami kerusakan akibat
terjadinya penambangan nikel pada masa PT. Aneka Tambang, atau sering
disebut sebagai ”downward transitional area”. Berkaitan dengan hal
tersebut diperlukan perhatian khusus karena menurunnya kualitas
lingkungan di wilayah tersebut.
(10) Kawasan Pulau Obi
Pulau Obi adalah pulau yang diketahui memiliki potensi tambang (nikel)
yang cukup besar. Pemerintah daerah setempat akan memulai eksploitasi
tambang tersebut. Berdasarkan pengalaman beberapa wilayah
pertambangan yang menjadi rusak setelah dilakukan penambangan, maka
kawasan Pulau Obi ini perlu mendapat perhatian khusus sebagai kawasan
strategis provinsi, agar kerusakan lingkungan tidak terjadi di pulau ini.
RPJMD PROVINSI MALUKU UTARA 2009-2013
2 - 42
2.5.7. Rencana Pengembangan Ekonomi
A. Arahan Pengembangan Daya Saing Wilayah (competitiveness)
Strategi yang dapat dilakukan untuk mengembangkan daya saing wilayah
adalah sebagai berikut:
(1) Peningkatan produksi yang berorientasi kepada produktivitas dan daya
saing terutama di Kabupaten-kabupaten Halmahera Utara, Halmahera
Barat, Halmahera Selatan, Halmahera Timur, Kota Ternate dan Kota
Tidore;
(2) Melakukan studi secara luas mengenai daya saing wilayah serta
menyiapkan tahapan pendekatan-pendekatan baru yang bersifat
fundamental untuk kebijakan pembangunan ekonomi yang berbasis
keluaran dan pasar di seluruh kabupaten/kota di Provinsi Maluku Utara.
B. Rencana Pemerataan Pembangunan (equity)
Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk menciptakan pemerataan
pembangunan di Provinsi Maluku Utara adalah sebagai berikut:
(1) Memanfaatkan sumber-sumber daya sektor pemerintah dan swasta untuk
membantu dan menyediakan bantuan keuangan dan teknis bagi
pengembangan dunia usaha, perumahan, dan jasa-jasa sosial lainnya
Kabupaten Halmahera Barat, Halmahera Tengah, Kota Tidore, Kota
Ternate;
(2) Menciptakan peluang-peluang sosial dan ekonomi bagi individu dan
keluarga yang berisiko mengalami kemiskinan di seluruh kabupaten/kota di
Maluku Utara;
(3) Melakukan penelitian dan kebijakan pembangunan di seluruh
kabupaten/kota di Maluku Utara.
C. Rencana Pembangunan secara Menyeluruh
Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk melaksanakan pembangunan
secara menyeluruh di Provinsi Maluku Utara adalah sebagai berikut:
(1) Peningkatan angkatan kerja yang kapabel dan bermotivasi, yang terdidik
dengan baik serta didukung dengan sistem sumberdaya manusia yang baik
pula, terfasilitasi dan terbantu dalam bursa tenaga kerja;
RPJMD PROVINSI MALUKU UTARA 2009-2013
2 - 43
(2) Pengadaan infrastruktur fisik yang baik, terdiri dari transportasi,
komunikasi, energi, dan pengelolaan air bersih dan air buangan di
Kabupaten Halmahera Tengah, Kabupaten Halmahera Barat, Halmahera
Timur, Kota Tidore, Kota Ternate;
(3) Sumber daya alam dan lingkungan yang terkelola dengan baik, untuk
pembangunan masa kini dan masa mendatang terutama di seluruh
kabupaten/kota;
(4) Sistem peraturan, kapital, dan bantuan teknis yang mendorong
pengembangan unit/badan usaha;
(5) Fiskal yang stabil, dikarakteristikkan dengan tingkat pajak yang reasonable
dan kebijakan belanja yang hati-hati.
D. Rencana Pembangunan Kolaborasi Regional
Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk menciptakan sinergitas dalam
pembangunan regional di Provinsi Maluku Utara adalah sebagai berikut:
(1) Menciptakan dan melanjutkan dukungan inisiatif-inisiatif pendanaan
regional di Provinsi Maluku Utara.
(2) Membangun kerjasama regional dengan fokus kegiatan masalah teknologi
dan layanan lingkungan, pembangunan pasar global, mendapatkan nilai
tambah dari sumberdaya hutan, pelatihan tenaga kerja untuk kebutuhan
dunia, serta penggunaan teknologi telekomunikasi untuk pembelajaran
yang lebih tinggi di Provinsi Maluku Utara.
E. Rencana Pembangunan Klaster Industri
Untuk mendukung penciptaan klaster industri di Provinsi Maluku Utara
maka dapat dilakukan upaya-upaya sebagai berikut:
(1) Merancang pendanaan dan program pembangunan ekonomi yang
difokuskan pada industri-industri kunci /unggulan terutama:
(i) Industri perikanan di Kabupaten-kabupaten Halmahera Selatan,
Kepulauan Sula, Kota Ternate;
(ii) Perkebunan dan tanaman pangan di Kota Tidore, Kabupaten
Kepualaun Sula, Ternate, Kabupaten Hamahera Selatan, Kabupaten
Halmahera Barat, Kabupaten Halmahera Tengah.
RPJMD PROVINSI MALUKU UTARA 2009-2013
2 - 44
(2) Menyusun komitmen untuk membantu kelompok-kelompok industri dan
bekerjasama agar menjadi kompetitif terutama di Kabupaten-kabupaten
Halmahera Barat, Halmahera Tengah, Halmahera Selatan, Kota Tidore, dan
Kota Ternate;
(3) Mempromosi jaringan usaha (broker) yang fleksibel untuk mengembangkan
pasar, produksi komoditas baru, dan meningkatkan keuntungan di seluruh
kab/kota di Provinsi Maluku Utara.
2.5.8. Rencana Pengembangan Kependudukan
Rencana pengembangan kependudukan dilakukan melalui penyusunan
berbagai kebijakan seperti pengaturan pertumbuhan penduduk, pengaturan
penyebaran dan kepadatan penduduk, serta ketenagakerjaan dan
pengembangan sumber daya manusia. Kebijakan pengembangan kependudukan
ini perlu sejalan dengan kebijakan pembangunan lainnya seperti kebijakan
pengembangan kawasan, pengembangan ekonomi, dan mitigasi bencana.
Rencana pengaturan pertumbuhan penduduk sangat berperan dalam
menunjang pertumbuhan wilayah Provinsi Maluku Utara. Secara umum hal-hal
yang dapat dilakukan untuk mengatur pertumbuhan adalah sebagai berikut (1)
Sosialisasi pentingnya KB kepada masyarakat; (2) Sistem insentif dan disinsentif
untuk keluarga kecil; (3) Peningkatan taraf ekonomi dan pendidikan masyarakat.
Pengaturan dan penyebaran penduduk di Provinsi Maluku Utara
selanjutnya akan disesuaikan dengan fungsi-fungsi setiap kecamatan dalam
lingkup kabupaten dan provinsi. Untuk menciptakan penyebaran penduduk
Provinsi Maluku Utara yang dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut (1)
Membangun fasilitas sosial ekonomi yang merata di seluruh wilayah terutama
pusat-pusat kegiatan masyarakat; (2) Melaksanakan program transmigrasi lokal.
Rencana penduduk yang menyangkut ketenagakerjaan dan
pengembangan sumberdaya manusia juga mempertimbangkan peran dan fungsi
Provinsi Maluku Utara dalam lingkup yang lebih luas. Upaya yang dapat dilakukan
untuk meningkatkan kualitas ketenagakerjaan dan sumberdaya manusia adalah
sebagai berikut (1) Peningkatan akses, pemerataan, relevansi dan mutu
pelayanan pendidikan dan kesehatan; (2) Peningkatan kualitas pendidikan dan
pelatihan ketenagakerjaan, untuk mewujudkan manusia Maluku Utara yang
RPJMD PROVINSI MALUKU UTARA 2009-2013
2 - 45
sehat, cerdas, kreatif, produktif, berbudaya, berakhlak mulia dan percaya diri
yang memiliki kompetensi baik kompetitif maupun kooperatif.
Secara sistematis upaya mitigasi bencana harus melibatkan masyarakat
dalam upaya pengurangan risiko bencana termasuk dalam pengambilan
keputusan di dalam proses pemetaan masalah, perencanaan, implementasi,
pemantauan dan evaluasi, melalui pembentukan jejaring termasuk jejaring
relawan, pengelolaan sumber daya yang strategis, penyusunan peraturan hukum
dan pendelegasian otoritas. Memperkuat kesiapan menghadapi bencana pada
semua tingkatan masyarakat agar respons yang dilakukan lebih efektif, meliputi
kegiatan-kegiatan: (1) Memperkuat kebijakan, kemampuan teknis dan
kelembagaan dalam penanggulangan bencana regional, nasional dan lokal,
termasuk yang berhubungan dengan teknologi, pelatihan, sumber daya manusia
dan lain-lain; (2) Memperkuat koordinasi dan pertukaran informasi dan
koordinasi antar lembaga-lembaga yang menangani peringatan dini,
pengurangan risiko bencana, tanggap darurat, pembangunan, dan sebagainya
pada semua tingkatan; (3) Memperkuat dan membangun koordinasi kewilayahan
dan membuat atau meningkatkan kebijakan regional, mekanisme operasional
dan sistem komunikasi perencanaan untuk menyiapkan respons yang efektif
dalam kasus bencana antar negara; (4) Menyiapkan atau mengkaji ulang dan
secara periodik memperbarui rencana kesiapan bencana serta kebijakan dan
rencana tanggap darurat pada semua tingkatan; (5) Mengupayakan diadakannya
dana darurat, logistik dan peralatan untuk mendukung tanggap darurat bencana,
pemulihan dan langkah-langkah kesiapsiagaan bencana; dan (6) Membangun
mekanisme khusus untuk menggalang partisipasi aktif dan rasa memiliki dari
para pemangku kepentingan terkait termasuk masyarakat.
RPJMD PROVINSI MALUKU UTARA 2009-2013
2 - 46
2.6. RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA DAERAH PROVINSI MALUKU UTARA
2.6.1. Visi dan Misi Pengembangan Pariwisata
Visi pengembangan pariwisata nasional meliputi 3 (tiga) hal penting, yaitu
pembangunan, pemerataan, dan stabilitas. Ketiga hal tersebut menjadi dasar
pariwisata provinsi Maluku Utara secara terpadu sehingga visi pengembangan
pariwisata provinsi Maluku Utara adalah sebagai berikut:
”Menjadikan Provinsi Maluku Utara sebagai Gerbang Virtual Realitas Daerah
Tujuan Wisata Alam dan Wisata Budaya yang berkelanjutan dan berorientasi
pada peningkatan kesejahteraan masyarakat”.
Rumusan misi yang dapat mengembangkan pariwisata di Provinsi Maluku
Utara, yaitu:
(1) Meningkatkan daya saing pariwisata Provinsi Maluku Utara baik pada tingkat
nasional maupun global sehingga mampu meningkatkan jumlah kunjungan
wisata mencapai tiga kali lipat pada tahun 2017, melalui :
(a) Mengembangkan produk-produk wisata andalan yang sudah ada dan
yang potensial dikembangkan (wisata alam, wisata sejarah, dan wisata
budaya) untuk memenuhi standar melalui perencanaan dan
pembangunan yang terstruktur, berwawasan lingkungan, dan
berkelanjutan.
(b) Mengembangkan sistem pemasaran dan promosi yang efisien, efektif dan
mengglobal berbasis teknologi informasi.
(2) Mengembangkan pariwisata Provinsi Maluku Utara yang berkelanjutan
melalui pembangunan sistem pengelolaan pariwisata secara collaborative dan
berwawasan lingkungan, melalui:
(a) Membangun sistem pengelolaan pariwisata berkelanjutan berbasis
teknologi informasi melalui konsolidasi, koordinasi, dan kolaborasi
pemerintah dengan berbagai stakeholders pariwisata.
(b) Membangun dan mengembangkan produk-produk wisata berkelanjutan
melalui penyusunan rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan.
(c) Meningkatkan pelayanan dan kepuasan pengalaman pengunjung melalui
penyediaan pusat informasi wisata (tourism information center) Provinsi
Maluku Utara berbasis teknologi informasi.
RPJMD PROVINSI MALUKU UTARA 2009-2013
2 - 47
(3) Meningkatkan kualitas dan kuantitas SDM pariwisata melalui pendidikan,
pelatihan, dan magang dengan:
(a) Meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat akan pentingnya
pariwisata dan keterlibatannya dalam pariwisata melalui sosialisasi
kepariwisataan kepada masyarakat dan stakeholders yang terlibat dalam
kepariwisataan Provinsi Maluku Utara.
(b) Meningkatkan kualitas SDM pariwisata di Provinsi Maluku Utara melalui
pendidikan, pelatihan, dan magang kepariwisataan.
(4) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat Provinsi Maluku Utara melalui
pemberdayaan masyarakat untuk berpartisipasi dalam usaha-usaha
pendukung pariwisata dengan :
(a) Mengembangkan sistem kepariwisataan adat yang mendukung
kepariwisataan Provinsi Maluku Utara.
(b) Meningkatan kesejahteraan masyarakat melalui penyediaan lapangan
pekerjaan di sektor pariwisata.
(c) Meningkatkan minat investasi bagi masyarakat setempat dan masyarakat
di luar Provinsi Maluku Utara melalui perperbaikan iklim investasi yang
kondusif.
2.6.2. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Pariwisata
Kebijakan pengembangan pariwisata meliputi empat kebijakan utama,
yang di dalamnya terkandung delapan aspek, yaitu jumlah kunjungan
wisatawan, obyek wisata, sarana dan prasarana, institusi, promosi dan
pemasaran, sumberdaya manusia, perekonomian, dan lingkungan. Empat
kebijakan utama tersebut adalah:
(1) Meningkatkan kualitas obyek-obyek wisata andalan beserta sarana dan
prasarana pendukungnya untuk mencapai daya saing wisata yang tinggi
secara nasional dan regional serta berkelanjutan.
(2) Mengembangkan jejaring institusi (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata) dalam
rangka meningkatkan promosi dan pemasaran kepariwisataan Provinsi
Maluku Utara untuk mencapai tingkat kunjungan wisatawan dan tingkat
investasi yang ditargetkan.
RPJMD PROVINSI MALUKU UTARA 2009-2013
2 - 48
(3) Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia di sektor pariwisata agar mampu
mengakomodasi kebutuhan tenaga kerja pariwisata yang standar sesuai
keahlian dan keterampilannya.
(4) Meningkatkan pemberdayaan masyarakat sekitar obyek wisata melalui
keterlibatannya dalam usaha dan jasa pariwisata yang berwawasan
lingkungan.
Untuk mewujudkan Provinsi Maluku Utara menjadi Daerah Tujuan Wisata
dengan sistem kepariwisataan yang berkelanjutan maka diperlukan strategi-
strategi pengembangan pariwisata sebagai berikut:
(1) Strategi pengembangan obyek wisata agar berdaya saing nasional, regional,
dan global, serta berkelanjutan
(2) Strategi pengembangan sarana dan prasarana pendukung pariwisata untuk
mencapai sistem kepariwisataan yang berwawasan lingkungan dan
berkelanjutan serta berpihak pada masyarakat.
(3) Strategi peningkatan kualitas profesionalisme sumberdaya manusia
pariwisata melalui pendidikan, pelatihan, dan magang.
(4) Strategi promosi dan pemasaran melalui pengembangan institusi pariwisata
dengan sistem pengelolaan yang melibatkan pihak-pihak terkait.
(5) Strategi pengembangan ekonomi dan investasi berbasis kesejahteraan
masyarakat setempat.
(6) Strategi pengembangan sistem pengelolaan dan pemantauan lingkungan
menuju sistem kepariwisataan berkelanjutan.
Strategi pengembangan keruangan untuk pariwisata Provinsi Maluku
Utara adalah pembentukan sub kawasan pariwisata yang terpadu untuk
memudahkan sistem kepariwisataan dengan membagi kawasan Maluku Utara ke
dalam delapan sub wilayah pengembangan (SWP) seperti yang tertuang dalam
Kebijakan Tata Ruang Provinsi Maluku Utara. Sub Wilayah Pengembangan itulah
yang kemudian dimodifikasi dan dikembangkan menjadi Zona Wisata, yaitu:
(1) Zona Wisata I (SWP I) meliputi pulau-pulau di wilayah barat Provinsi
Maluku Utara, yaitu Pulau Ternate, Pulau Moti, Pulau Tidore, Pulau Maitara,
Pulau Mare, dan Kepulauan Guraici.
(2) Zona Wisata II (SWP II) meliputi wilayah Tidore daratan.
RPJMD PROVINSI MALUKU UTARA 2009-2013
2 - 49
(3) Zona Wisata III (SWP III) meliputi wilayah Kabupaten Halmahera Barat,
yang terdiri dari Jailolo, Sahu, Ibu dan Loloda Selatan
(4) Zona Wisata IV (SWP IV) meliputi wilayah Kabupaten Halmahera Utara
yang terdiri dari Tobelo, Galela, Morotai, Kao dan Malifud
(5) Zona Wisata V (SWP V) meliputi wilayah Kabupaten Halmahera Timur yang
terdiri dari Maba dan Wasiley
(6) Zona Wisata VI (SWP VI) meliputi wilayah Kabupaten Halmahera Selatan
yang terdiri dari Bacan Gane Barat dan Obi
(7) Zona Wisata VII (SWP VII) meliputi wilayah Kabupaten Halmahera Tengah
yang terdiri dari Weda
(8) Zona Wisata VIII (SWP VIII) meliputi wilayah Kabupaten Kepulauan Sula
yang terdiri dari Pulau Selabesi, Pulau Taliabu dan Pulau Mangoli.