24
6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Bekicot (Achatina fulica) Divisi :Mollusca Kelas :Gastropoda Ordo :Pulmonata Famili :Achatinidae Genus :Achatina Species :Achatina fulica 2.2 Morfologi Bekicot (Achantina fulica) Bekicot merupakan hewan invertebrata dengan tubuh lunak dari kelas Gastropoda. Bekicot mempunyai cangkang yang besar runcing berwarna coklat dan mempunyai pola garis, padat berbentuk pyramid (seperti kerucut) dengan (Jia, 2010) Gambar 2.1 Achatina fulica

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Divisi :Molluscaeprints.umm.ac.id/41125/3/jiptummpp-gdl-mahatvidar-47060-3-bab2.pdf · 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Bekicot (Achatina fulica) Divisi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Divisi :Molluscaeprints.umm.ac.id/41125/3/jiptummpp-gdl-mahatvidar-47060-3-bab2.pdf · 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Bekicot (Achatina fulica) Divisi

6

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Bekicot (Achatina fulica)

Divisi :Mollusca

Kelas :Gastropoda

Ordo :Pulmonata

Famili :Achatinidae

Genus :Achatina

Species :Achatina fulica

2.2 Morfologi Bekicot (Achantina fulica)

Bekicot merupakan hewan invertebrata dengan tubuh lunak dari kelas

Gastropoda. Bekicot mempunyai cangkang yang besar runcing berwarna coklat

dan mempunyai pola garis, padat berbentuk pyramid (seperti kerucut) dengan

(Jia, 2010)

Gambar 2.1

Achatina fulica

Page 2: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Divisi :Molluscaeprints.umm.ac.id/41125/3/jiptummpp-gdl-mahatvidar-47060-3-bab2.pdf · 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Bekicot (Achatina fulica) Divisi

7

pola spiral (lilitan seperti sekrup) dan dasar cangkang yang membulat, (seperti

pada gambar 2.1) (Thiengo, 2010). Cangkang bekicot dewasa mempunyai

panjang sekitar 10 cm sampai 12 cm, lebar 4-5 cm dan berat 100-120 gr. Fungsi

cangkang selain sebagai rumah juga untuk mempertahankan diri dari musuh dan

untuk memperkecil penguapan tubuhnya (Hironymus, 2011).

Bekicot menggunakan bagian bawah tubuhnya (perut) untuk berjalan,

menggunakan paru-paru untuk bernafas (seperti tampak pada gambar 2.2),

sehingga dimasukkan ke dalam ordo Pulmonata. Bekicot dapat hidup di air laut,

air tawar dan di darat, umur bekicot dapat mencapai 10 tahun, dengan rata-rata

usia hidup 5-7 tahun (Venette, 2013).

Seperti tampak pada gambar 2.2 bagian tubuh bekicot terdiri dari mulut,

lidah, lambung, hati, anus, kaki, penutup cangkang, alat peraba dan paru-paru.

Kepala bekicot terdapat di bagian depan tubuh, pada bagian kepala ada sebuah

mulut yang dilengkapi dengan gigi parur (radula). Bekicot mempunyai sepasang

(Kimball, 2011)

Gambar 2.2

Anatomi Bekicot

Page 3: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Divisi :Molluscaeprints.umm.ac.id/41125/3/jiptummpp-gdl-mahatvidar-47060-3-bab2.pdf · 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Bekicot (Achatina fulica) Divisi

8

tentakel sebagai indera peraba dan perasa yang bergerak dengan perut, tentakel

berguna untuk merasakan perubahan suhu tubuhnya, sebagai petunjuk jalan dan

sebagai petunjuk adanya makanan. dua tanduk yang lain mempunyai dua bintik

hitam yang berfungsi sebagai mata untuk membedakan keadaan gelap terang

(Hironymus, 2011).

Bekicot bergerak menggunakan bagian bawah perut yang berfungsi

sebagai kaki yang melebar yang terdapat dibawah badan berupa gerak kontraksi

berurutan. Pada tubuh bekicot memiliki kelenjar mucus yang berfungsi

mengeluarkan lendir saat berjalan bekicot yang disekresikan oleh granula-

granula yang terdapat dalam tubuh bekicot dan terletak di permukaan luar

(Venette, 2013).

2.3 Kandungan Kimiawi dan Manfaat Lendir Bekicot (Achantina fulica)

Kandungan kimiawi pada lendir bekicot antara lain proteoglikan berupa

Achasin, glikosaminoglikan berupa Acharan sulfat, enzim glikoprotein, asam

hyaluronic, peptida tembaga , peptida antibikroba dan ion logam (Thomas,

2013). Kandungan lendir bekicot yang dapat digunakan untuk membantu

penyembuhan luka adalah karena adanya kandungan Achasin dan Acharan

sulfat (Mandala, 2015). Komponen lendir bekicot sebagian besar adalah air, air

merupakan kunci dari kelembapan yang dapat meningkatkan epitelisasi

sehingga menyebabkan luka sembuh lebih cepat (Thiengo, 2010).

Page 4: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Divisi :Molluscaeprints.umm.ac.id/41125/3/jiptummpp-gdl-mahatvidar-47060-3-bab2.pdf · 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Bekicot (Achatina fulica) Divisi

9

2.3.1 Achasin

Pada lendir bekicot , terdapat suatu glikoprotein yang disebut Achasin,

ikatan peptide achasin stabil disimpan pada suhu 40-80˚C atau tidak rusak pada

suhu kamar dan tidak rusa k pada pH 8-9,5. Achasin mempunyai berat molekul

56 kDa bekerja secara bakteriostatik dengan spektrum anti mikroba sangat luas

baik bakteri Gram positif maupun bakteri Gram negatif bahkan efektif pada

parasit, virus serta organisme patogen lain (Fuchino, 2011).

Achasin pada lendir bekicot juga merupakan protein yang mempunyai

fungsi biologik penting untuk menyembuhkan kulit dari luka, protein achasin

juga berfungsi sebagai faktor antibakteri yang berkerja dengan cara

menyerang atau menghambat pembentukan bagian-bagian yang umum dari

strain bakteri yaitu lapisan peptidoglikan dan membran sitoplasma (Fuchino,

2011).

2.3.2 Acharan sulfat

Acharan sufat adalah glycosaminoglycan (GAG) yang mempunyai

struktur molekul 4)-2-acetyl-2-deoxy-£-D-glucopyranose(14-2-sulfo-£-L-

idopyranosyluronic acid (1 dan mempunyai molekul 29 kDa (seperti pada

gambar 2.3) (Jia et al, 2010).

Glikosaminoglycan (GAG) ditemukan dalam matriks ekstraselular yang

terdapat pada lendir bekicot (Jia et al, 2010). GAG merupakan suatu

polisakarida, yang berpartisisipasi dalam proses fisiologis yang berinteraksi

dengan proteoglikan dan bermacam protein untuk membentuk jaringan kulit

baru. Kulit yang kehilangan glikosaminoglikan akan memperlemah

Page 5: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Divisi :Molluscaeprints.umm.ac.id/41125/3/jiptummpp-gdl-mahatvidar-47060-3-bab2.pdf · 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Bekicot (Achatina fulica) Divisi

10

pembentukan jaringan baru dari sel-sel kulit bagian bawah (Santana et al,

2012).

Acharan sufat mempunyai kapasistas dalam jumlah besar untuk mengikat

air sehingga dapat menjaga kelembapan, lendir bekicot yang memiliki

kandungan air disinyalir dapat menjaga kelembapan kulit bila dioleskan pada

luka (Santana et al,2012). Pergerakan lapisan epitel merupakan hal yang paling

penting dalam penyembuhan luka. Secara klinis proses ini ditingkatkan dengan

menjaga luka tetap lembab. Menjaga luka tetap lembab merupakan hal yang

paling penting, serta dapat meningkatkan epiteliasi secara signifikan dalam

proses penyembuhan luka (Susanti, 2010).

Kandungan Acharan sulfat pada lendir bekicot memiliki efek angiogenik

yaitu mampu meningkatkan pembentukan jaringan kapiler baru melalui sintesis

RNA. Proses ini melibatkan Acharan sulfat yang menstimulasi pembentukan

VEGFA (Vascular Endothelial cell Growth Factor Activator) yang dikenal

(Jia Jeong, 2010)

Gambar 2.3

Struktur Acharan Sulfat

Page 6: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Divisi :Molluscaeprints.umm.ac.id/41125/3/jiptummpp-gdl-mahatvidar-47060-3-bab2.pdf · 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Bekicot (Achatina fulica) Divisi

11

sebagai mitogen terkuat dalam proses proliferasi sel endotel pada pembuluh

darah. Semakin tinggi sintesis VEGFA maka semakin tinggi pula jumlah kapiler

baru yang terbentuk selama fase inflamasi hingga proliferasi (Jia, 2010).

2.4 Anatomi Kulit

Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari

lingkungan hidup manusia, berat kulit adalah 16 % pada orang dewasa sekitar

2,7 – 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 – 1,9 meter persegi. Tebalnya kulit

mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin

(Paul et al , 2011).

Pada kulit sangat bervariasi pada lembut, tipis dan tebalnya, kulit yang

elastis dan longgar terdapat pada palpebra, bibir dan preputium, kulit yang tebal

dan tegang terdapat di telapak kaki dan tangan dewasa. Kulit yang tipis terdapat

pada muka, yang berambut kasar terdapat pada kepala (Paul et al, 2011).

Kulit merupakan bagian terluar tubuh manusia berfungsi sebagai

pelindung terjadinya trauma. Berfungsi sebagai pelindung yang mencegah

jaringan dari paparan trauma, ultraviolet (UV), radiasi, suhu ekstrem, racun, dan

bakteri. Fungsi penting lainnya termasuk persepsi sensorik, pengawasan

imunologi, termoregulasi, dan mencegah kehilangan air (Broughton, 2011).

Kulit adalah organ dinamis yang akan mengalami perubahan terus

menerus, lapisan luar kulit bagian luar yaitu epidermis akan di gantikan oleh

kulit bagian dalam yaitu sel basal setiap 4 minggu. Kulit sangat bervariasi dalam

ketebalan antara lokasi anatomi, jenis kelamin, dan usia individu. Ketebalan

epidermis akan sama dan tidak berubah selama individu hidup, perbedaan

Page 7: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Divisi :Molluscaeprints.umm.ac.id/41125/3/jiptummpp-gdl-mahatvidar-47060-3-bab2.pdf · 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Bekicot (Achatina fulica) Divisi

12

ketebalan kulit dapat dilihat pada ketebalan telapak tangan dan telapak kaki yaitu

tebalnya (1,5mm), sedangkan kulit tipis ditemukan pada kelopak mata dan

diwilayah belakang telinga (0,05 mm). Kulit pria bersifat lebih tebal dari kulit

wanita di semua lokasi anatomi (Amilark, 2015).

Dalam Konsep Dasar Manajemen Perawatan Luka (Arisanty, 2013), kulit

atau terdiri atas dua lapisan utama, yaitu epidermis dan dermis. Beberapa

referensi lainnya seperti pada gambar 2.4 menyebutkan bahwa hipodermis

menjadi bagian dari kulit sehingga kulit teridiri atas tiga lapisan, yaitu epidermis,

dermis, dan hipodermis (subkutis).

2.4.1 Epidermis

Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Epidermis

terdiri dari epitel berlapis gepeng bertanduk, tersusun oleh banyak lapis sel

yang disebut keratinosit. Keratinosit adalah sel-sel utama epidermis, yang

(Rossetti, 2013)

Gambar 2.4

Anatomi kulit lapisan epidermis, dermis, dan hipodermis

Page 8: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Divisi :Molluscaeprints.umm.ac.id/41125/3/jiptummpp-gdl-mahatvidar-47060-3-bab2.pdf · 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Bekicot (Achatina fulica) Divisi

13

mensintesis protein keratin. Setiap 4-6 minggu epidermis melakukan

regenerasi dan secara tetap diperbarui melalui mitosis sel dalam lapisan basal,

secara berangsur-angsur digeser ke permukaan epitel (Bloom, 2012). Selama

perjalanan, mereka berdiferensiasi memperbesar dan mengumpulkan filament

keratin makin banyak dalam sitoplasmanya. Saat mendekati permukaan ,

mereka mati dan badan sel yang mirip seperti sisik itu secara perlahan

dilepaskan (Murphy, 2010).

Tebal epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh, pada

kelopak mata tebalnya 0,05 mm, pada telapak kaki dan telapak tangan

tebalnaya 1,5 mm. Ketebalan epidermis hanya sekitar 5 % dari seluruh

ketebalan kulit (Paul et al, 2011).

McGraw, 2010

Gambar 2.5

Struktur Epidermis

Page 9: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Divisi :Molluscaeprints.umm.ac.id/41125/3/jiptummpp-gdl-mahatvidar-47060-3-bab2.pdf · 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Bekicot (Achatina fulica) Divisi

14

Epidermis terdiri dari lima lapisan yang melapisi seperti tampak pada

gambar 2.3. Lapisan epidermis terdiri dari stratum korneum, stratum lusidium.

Statum granulosum, stratum spinosum dan stratum basal (Bloom,2012).

Lapisan-lapisan epidermis adalah stratum korneum, atau sel tanduk

lapisan yang paling luar dan terdiri dari beberapa lapisan sel-sel gepeng yang

mati, tidak berinti dan protoplasmanya berubah menjadi keratin (Paul, 2011).

Stratum lusidum terdapat langsung dibawah lapisan korneum, merupakan

lapisan sel-sel gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang berubah menjadi

protein yang disebut eleidin, stratum lusidum berupa garis translusen,

biasanya terdapat pada kulit tebal telapak kaki dan telapak tangan dan

tidak tampak pada kulit tipis (Paul, 2011).

Stratum granulosum diitandai oleh 3-5 lapis sel polygonal gepeng

yang intinya ditengah dan sitoplasma terisi oleh granula basofilik kasar

yang dinamakan granula (Amilark, 2015).

Stratum spinosum terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk

polygonal yang besarnya berbeda-beda karena adanya proses mitosis. Sel-sel

ini makin dekat dengan permukaan makin gepeng bentuknya. Pada stratum

spinosum terdapat berkas-berkas filament yang dinamakan tonofibril berperan

untuk mempertahankan kohesi sel dan mempertahankan kohesi sel dan

melindungi terhadap efek abrasi (Amilark, 2015).

Stratum basale (stratum germinativum) terdapat aktifitas mitosis dan

pembaharuan sel epidermis secara konstan dengan cara keratinosit akan

bergerak dari lapisan sel basal ke atas melalui semua lapisan-lapisan

Page 10: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Divisi :Molluscaeprints.umm.ac.id/41125/3/jiptummpp-gdl-mahatvidar-47060-3-bab2.pdf · 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Bekicot (Achatina fulica) Divisi

15

epidermis yang lain, sambil bergerak melalui lapisan-lapisan strukturnya

berubah, sel-sel akan memimpih dan kehilangan inti dan akhirnya sel tersebut

menjadi kering lalu sel-sel akan mencapai lapisan yang paling luar yang

dikenal sebagai sel tanduk . Sel-sel tanduk akan mati kemudian luruh yang

akan diperbarui lagi kurang lebih satu bulan (Amilark, 2015).

2.4.2 Dermis

Dermis adalah lapisan kedua kulit yang tebal, berserat dan elastis

sebagian besar terbuat dari kolagen, elastin dan fibrillin dan memberikan

kulit fleksibilitas. Dermis mempunyai banyak jaringan pembuluh darah.

Dermis juga mengandung beberapa derivat epidermis yaitu folikel rambut,

kelenjar sebasea dan kelenjar keringat (James, 2011).

Dermis sangat bervariasi dalam ketebalannya pada kelopak mata tebal

dermis adalah 0,6 mm pada bagian telapak tangan dan kaki tebal dermis

adalah 3 mm (Murphy, 2011) . Dermis terdiri atas lapisan elastik dan

fibrosa padat dengan elemen-elemen seluler dan folikel rambut. Secara garis

besar dermis dibagai menjadi dua bagian pars papilare bagian yang

menonjol ke epidermis , berisi serabut saraf dan pembuluh darah, pars

retikulare yaitu bagian di bawahnya yang menonjol ke arah subkutan, bagian

ini terdiri atas serabut-serabut kolagen, elastin dan retikulin (Paul, 2011).

Pada dermis terdapat sel-sel mast dan fibroblast. Sel mast mengandung

sejumlah senyawa penting, seperti zat yang bereaksi lambat pada proses

anafilaksis, prostaglandin E2, dan histamin. Fibroblast mensintesis

Page 11: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Divisi :Molluscaeprints.umm.ac.id/41125/3/jiptummpp-gdl-mahatvidar-47060-3-bab2.pdf · 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Bekicot (Achatina fulica) Divisi

16

komponen penunjang struktural dari kulit seperti serat-serat elastik,

kolagen, dan serat reticulum, fibroblast mensintesis komponen penunjang

struktural dari kulit seperti serat-serat elastik, kolagen dan serat reticulum

(Rassner, 2010).

Serat elastik atau jaringan elastik mempunyai sifat yang elastisitas

pada kulit. Komponen utama dari serat ini adalah elastin, suatu protein

amorf. Kolagen, pada suatu protein fibrosa berupa serat , merupakan

komponen utama kulit, mencakup lebih dari 70% total beratnya Kolagen

dikenal sebagai jaringan penguhubung mempunyai fungsi untuk

memberikan kekuatan yang diperlukan ligamen dan tendon untuk menahan

otot dan tulang ke tempat perlekatannya. Kolagen juga berfungsi untuk

memberi ketahanan pada kulit terhadap cedera akibat kekuatan eksternal

(Rassner, 2010).

2.4.3 Lapisan Subkutis

Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri

dari lapisan lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang

menghubungkan kulit secara longgar dengan jaringan di bawahnya. Jumlah

dan ukurannya berbeda-beda menurut daerah di tubuh dan keadaan nutrisi

individu. Berfungsi menunjang suplai darah ke dermis untuk regenerasi

(Bloom, 2012).

Page 12: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Divisi :Molluscaeprints.umm.ac.id/41125/3/jiptummpp-gdl-mahatvidar-47060-3-bab2.pdf · 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Bekicot (Achatina fulica) Divisi

17

2.5 Luka Laserasi

Luka laserasi termasuk luka terbuka yang bentuknya tidak beraturan

dengan kedalaman luka yang bervariasi (Barbul, 2010).

2.6 Penyembuhan Luka

Penyembuhan luka adalah suatu bentuk proses usaha untuk

memperbaiki kerusakan yang terjadi. Komponen utama dalam proses

penyembuhan luka adalah kolagen disamping sel epitel. Fibroblas

adalah sel yang berperan untuk sintesis kolagen (David, 2014).

Respon organisme terhadap kerusakan jaringan atau organ serta usaha

pengembalian kondisi homeostasis sehingga dicapai kestabilan fisiologis

jaringan atau organ yang pada kulit terjadi penyusunan kembali jaringan

kulit ditandai dengan terbentuknya epitel fungsional yang menutupi luka.

Jacob,2015

Gambar 2.6

Luka laserasi

Page 13: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Divisi :Molluscaeprints.umm.ac.id/41125/3/jiptummpp-gdl-mahatvidar-47060-3-bab2.pdf · 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Bekicot (Achatina fulica) Divisi

18

Penyembuhan luka merupakan suatu proses yang kompleks karena

berbagai kegiatan bio-seluler, bio-kimia terjadi berkesinambungan.

Penggabungan respons vaskuler, aktivitas seluler dan terbentuknya bahan

kimia sebagai substansi mediator di daerah luka merupakan komponen yang

saling terkait pada proses penyembuhan luka (Adrian et al, 2010).

Setiap kejadian luka, mekanisme tubuh akan mengupayakan

mengembalikan komponen-komponen jaringan yang rusak tersebut dengan

membentuk struktur baru dan fungsional sama dengan keadaan sebelumnya.

Proses penyembuhan tidak hanya terbatas pada proses regenerasi yang

bersifat lokal, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh faktor endogen (seperti:

umur, nutrisi, imunologi, pemakaian obat-obatan, kondisi metabolik). Setiap

proses penyembuhan luka akan terjadi melalui tahapan-tahapan yang

dinamis, saling terkait dan berkesinambungan serta tergantung pada tipe/jenis

dan derajat luka (Adrian, 2010) .

(Schwartz, 2010)

Gambar 2.7

Fase Penyembuhan Luka secara Seluler, Biokimia, dan Mekanik

Page 14: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Divisi :Molluscaeprints.umm.ac.id/41125/3/jiptummpp-gdl-mahatvidar-47060-3-bab2.pdf · 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Bekicot (Achatina fulica) Divisi

19

2.6.1 Fase Hemostasis dan Inflamasi

Fase inflamasi merupakan fase pertama pada proses penyembuhan luka.

Fase ini terjadi segera setelah cedera dan dapat berlangsung 4-6 hari. Reaksi

awal fase inflamasi adalah terjadi vasodilatasi lokal, keluarnya darah

menuju ruangan ekstravaskuler, dan terhambatnya aliran limfatik. Pada fase

ini mengakibatkan timbulnya tanda-tanda utama terjadinya inflamasi , yaitu

bengkak, kemerahan dan panas. Respon inflamasi akut biasanya terjadi

dalam waktu 24-48 jam. Fase ini merupakan tahap awal yang alami untuk

mengangkat jaringan debris dan mencegah infeksi yang invansif (Courtney,

2012).

Fase ini dibagi menjadi dua yaitu respon vaskular dan respon seluler.

Pada respon vaskuler, perdarahan terjadi segera sesudah jaringan cedera

sebagai akibat dari tergantungnya atau rusaknya pembuluh darah. Langkah

pertama dari proses penyembuhan luka adalah hemostasis. Hemostasis

terdiri dari dua proses utama: pembentukan fibrin clot dan koagulasi.

Platelet adalah sel pertama yang muncul sesudah terjadinya cedera dan

mengatur hemostasis normal. Perubahan thrombin menjadi fibrinogen dan

kemudian menjadi fibrin selama agregasi platelet, menyebabkan fibrin

(Adrian, 2010).

Proses hemostasis dan inflamasi terjadi dengan mulai dilepaskannya

chemotactic factor dari lokasi luka. Luka didefinisikan jika terjadi rusaknya

integritas jaringan, yang mengarah ke pembagian pembuluh darah dan

kontak langsung antara matriks ekstraseluler dengan platelet.

Page 15: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Divisi :Molluscaeprints.umm.ac.id/41125/3/jiptummpp-gdl-mahatvidar-47060-3-bab2.pdf · 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Bekicot (Achatina fulica) Divisi

20

Paparan antara kolagen subendotelial dengan platelet menyebabkan

agregasi platelet , degranulasi, dan aktivasi dari kaskade koagulasi

(Adrian , 2010).

Platelet-α mengeluarkan sejumlah bahan wound-active, seperti PDGF

(Platelet-Derived Growth Factor), TGF (Transforming Growth Factor),

TGF-β (Transforming Growth Factor Beta), PAF (Platelet Activating

Factor) , fibronektin, dan serotonin. Selain mencapai hemostasis, bekuan

fibrin berfungsi sebagai perancah sel inflamasi seperti leukosit PMNs

(Polymorphonuclear leukocytes), neutrofil, dan monosit untuk bermigrasi

ke luka (Adrian , 2010).

Infiltrasi selular setelah cedera mengalami proses dengan urutan yang

telah ditentukan. PMNs adalah sel pertama yang menginfiltrasi lokasi luka,

yang memuncak pada 24 hingga 48 jam sejak timbul luka. Peningkatan

permeabilitas pembuluh darah , pelepasan prostaglandin lokal, dan adanya

zat chemotactic seperti factor komplemen , IL-1 (Interleukin-1), TNF-α

( Tumor Necrosis Factor Alpha), TGF- β (Tumor Necrosis Factor Beta),

platelet atau semua zat dari bakteri merangsang neutrofil bermigrasi

(Adrian , 2010).

Peran utama dari neutrofil adalah fagositosis bakteri dan debris

jaringan. PMNs juga merupakan sumber utama sitokin inflamasi selama

fase awal khususnya TNF- α, yang mungkin memiliki pengaruh signifikan

terhadap angiogenesis selanjutnya dan sintesis kolagen. PMNs juga

melepaskan protease seperti collagenase yang berpartisipasi dalam matriks

Page 16: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Divisi :Molluscaeprints.umm.ac.id/41125/3/jiptummpp-gdl-mahatvidar-47060-3-bab2.pdf · 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Bekicot (Achatina fulica) Divisi

21

dan degradasi substansi dasar dalam fase awal penyembuhan luka. Selain

peran mereka dalam membatasi infeksi , sel-sel ini tidak muncul untuk

memainkan peran dalam deposisi kolagen atau akuisi kekuatan ikatan

mekanik. Sebaliknya faktor neutrofil telah terlibat dalam menunda

penutupan luka epitel (Adrian, 2010).

Populasi kedua dari sel-sel inflamasi yang menyisai luka terdiri dari

makrofag, yang sangat penting dalam keberhasilan penyembuhan luka.

Berasal dari monosit sirkulasi, makrofag mencapai angka yang signifikan

dalam luka pada 48-96 jam postinjury dan tetap ada sampai penyembuhan

luka sempurna (Adrian, 2010).

Makrofag, seperti neutrofil, berpartisipasi dalam debridement luka

melalui fagositosis dan berkontribusi untuk stasis mikroba melalui oksigen

radikal dan sintesis oksida nitrat. Fungsi makrofag yang paling penting

adalah aktivasi dan perekrutan sel lain melalui mediator seperti sitokin dan

growth factor, serta interaksi langsung dengan sel-sel dan ICAM, dengan

melepaskan mediator seperti growth factor TGF-ß, VEGF, IGF, EGF, dan

laktat. Makrofag mengatur poliferasi sel , sintesis matriks dan

angiogenesis. Makrofag juga memainkan peran penting dalam mengatur

angiogenesis, deposisi matriks dan remodeling (Adrian, 2010).

Pada fase inflamasi kandungan Achasin pada lendir fungsi sebagai

faktor antibakteri yang berkerja dengan cara menyerang atau menghambat

pertumbuhan bakteri (Wagno, 2012).

Page 17: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Divisi :Molluscaeprints.umm.ac.id/41125/3/jiptummpp-gdl-mahatvidar-47060-3-bab2.pdf · 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Bekicot (Achatina fulica) Divisi

22

2.6.2 Fase Proliferasi

Pada fase proliferasi aktifitas seluler lebih utama. Tahap tahap utama

meliputi pembentukan barier permeabilitas (epitelisasi), kecukupan suplai

darah (angiogenesis) dan pembentukan kembali jaringan dermis pada

jaringan yang luka (fibroplasia) (Li et al, 2007).

Fase proliferasi adalah fase kedua dari penyembuhan luka yang

terjadi meliputi hari ke-4 sampai ke12. Selama fase ini, kontinuitas jaringan

dibentuk kembali. Fibroblast dan sel endotel adalah kumpulan sel terakhir

menginvasi daerah luka, dan chematactic factor terkuat untuk fibroblast

adalah PDFG. Saat memasuki lingkungan luka , fibroblast yang masuk harus

terlebih dahulu berpoliferasi, dan kemudian menjadi aktif untuk

melaksanakan fungsi utama mereka yaitu renovasi sintesis matriks. Aktivasi

ini terutama dimediasi oleh sitokin dan growth factor yang dilepaskan oleh

makrofag (Adrian ,2010). Fibroblast yang terisolasi pada luka mensintesis

kolagen lebih banyak daripada fibroblast biasa, mereka berkembang biak

lebih sedikit , dan mereka secara aktif melakukan kontraksi matriks.

Meskipun jelas bahwa lingkungan luka kaya sitokin memainkan peran

penting dalam perubahan fenotipik dan aktivasi mediator , meskipun hanya

beberapa yang diktehui (Adrian, 2010).

Sel endotel juga berpoliferasi secara ekstensif selama fase

penyembuhan. sel-sel ini berpartisipasi dalam pembentukan kapiler baru

(angiogenesis) , suatu proses yang penting untuk keberhasiln penyembuhan

luka. Sel endotel juga berproliferasi secara ekstensif selama fase

penyembuhan. Sel-sel ini berpartisipasi dalam pembentukan kapiler baru

Page 18: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Divisi :Molluscaeprints.umm.ac.id/41125/3/jiptummpp-gdl-mahatvidar-47060-3-bab2.pdf · 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Bekicot (Achatina fulica) Divisi

23

(angiogenesis), suatu proses yang penting untuk keberhasilan penyembuhan

luka (Adrian, 2010).

Sel endotel bermigrasi dari venula utuh dekat dengan luka. Migrasi

mereka, replikasi, dan pembentukan tubulus baru kapiler berada dibawah

pengaruh sitokin dan growth factor seperti TNF- α ,TGF-β dan VEGF.

Meskipun banyak sel lain yang menghasilkan VEGF, tetapi makrofag

merupakan sumber utama dalam penyembuhan luka, dan VEGF reseptor

utamanya terletak pada sel endotel (Charles, 2010).

Pada fase ini, luka dipenuhi sel radang, fibroblas, dan kolagen,

membentuk jaringan berwarna kemerahan dengan permukaan yang berbenjol

halus yang disebut jaringan granulasi. Epitel tepi luka yang terdiri dari sel

basal terlepas dari dasarnya dan berpindah mengisi permukaan luka.

Tempatnya kemudian diisi oleh sel baru yang terbentuk dari proses mitosis.

Proses migrasi hanya bisa terjadi kearah yang lebih rendah yang lebih

rendah atau data, sebab epitel tak dapat bermigrasi ke arah yang lebih tinggi.

Proses ini baru berhenti setelah epitel saling menyentuh dan menutup

seluruh permukaan luka. Dengan tertutupnya permukaan luka, proses

fibroblast dengan pembentukan jaringan granulasi juga akan berhenti dan

mulailah proses pematangan dalam fase penyudahan (Sjamsuhidayat, 2011).

Pada lendir bekicot (Achatina fulica) terdapat kandungan Acharan

sulfat yang membantu dalam fase proliferasi dimana mempercepat

pengeluaran protein dari sel sehingga mempercepat terbentuknya agregasi

platelet, pada fase angiogenesis membantu menstimuli pembentukan

Page 19: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Divisi :Molluscaeprints.umm.ac.id/41125/3/jiptummpp-gdl-mahatvidar-47060-3-bab2.pdf · 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Bekicot (Achatina fulica) Divisi

24

VEGFA (Vascular Endothelial cell Growth Factor Activator) sehingga

mempercepat pembentukan pembuluh darah baru (Fuchio et al, 2011).

2.6.3 Epitelialisasi

Proses ini mengembalikan epidermis utuh seperti semula. Faktor yang

terlibat adalah migrasi keratinosit pada jaringan luka, proliferasi

keratinosit, diferensiasi neoepitelium menjadi epidermis yang berlapis-

lapis, dan mengembalikan basement membrane zone (BMZ) menjadi utuh

yang menghubungkan epidermis dan dermis (Sjamsuhidayat, 2011).

Epidermal growth factor (EGF), keratinocyte growth factor (KGF),

dan TGF-α merupakan faktor penting untuk merangsang migrasi

keratinosit, proliferasi, dan epitelisasi. Hari ke 7-9 sesudah epitelisasi,

BMZ terbentuk. Struktur kulit pada BMZ terdiri dari banyak protein

matriks ekstraseluler seperti kolagen dan laminins (Li et al, 2010).

Pembentukan kembali dermis dimulai kira-kira hari ke 3-4 setelah

perlukaan, dengan ciri klinik pembentukan jaringan granulasi, meliputi

pembentukan pembuluh darah baru atau angiogenesis, dan penumpukan

fibroblas atau fibroplasia (Li et al, 2010).

Saat fase epitelialisasi kandungan lendir bekicot (Achatina fulica )

berupa Acharan sulfat mempunyai kapasistas dalam jumlah besar untuk

mengikat air sehingga dapat menjaga kelembapan luka itu sendiri, lendir

bekicot yang memiliki kandungan air disinyalir dapat menjaga

kelembaban kulit bila dioleskan pada daerah luka.

Page 20: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Divisi :Molluscaeprints.umm.ac.id/41125/3/jiptummpp-gdl-mahatvidar-47060-3-bab2.pdf · 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Bekicot (Achatina fulica) Divisi

25

Acharan sulfat mempunyai kapasistas dalam jumlah besar untuk

mengikat air sehingga dapat menjaga kelembapan luka, kandungan air

pada Acharan sulfat disinyalir dapat menjaga kelembaban kulit bila

dioleskan pada luka sehingga dapat membantu penyembuhan luka pada

fase epitelialisasi (Susanti, 2010).

2.6.4 Fibroplasia

Fibroplasia adalah suatu proses proliferasi fibroblas, migrasi fibrin

clot ke daerah luka, dan produksi dari kolagen baru dan matriks protein

lainnya, yang terlibat dalam pembentukan jaringan granulas (James,

2011).

Respon awal saat terjadinya luka, fibroblas di pinggir luka memulai

proliferasi dan kira-kira hari ke 4 dimulai migrasi menuju matriks dari

bekuan luka yang kaya kolagen, proteoglikan, dan elastin. PDGF, TGF-β,

EGF dan FGF merangsang dan mengatur migrasi fibroblas dan mengatur

ekspresi dari reseptor integrin (Sjamsuhidajat, 2011).

Proliferasi fibroblas diatur dan dirangsang oleh EGF, FGF, kondisi

asam rendah oksigen yang ditemukan pada pusat luka. Sekali fibroblas

bermigrasi ke daerah luka, selanjutnya akan berubah fenotipnya secara

bertahap menjadi profibrotic phenotype yang fungsi utamanya juga

berubah yaitu untuk sintesa protein. Selain itu fibroblas juga berubah

fenotipnya menjadi myofibroblast yang berperan pada kontraksi luka (Li

et al, 2010).

Page 21: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Divisi :Molluscaeprints.umm.ac.id/41125/3/jiptummpp-gdl-mahatvidar-47060-3-bab2.pdf · 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Bekicot (Achatina fulica) Divisi

26

Fibroblas tampak berbentuk fusiformis diantara serabut serabut

jaringan, memiliki tonjolan-tonjolan sitoplasma yang tidak teratur, inti

bulat telur, besar, kromatin halus, dan memiliki nukleus yang jelas. Pada

jaringan ikat longgar dijumpai berbentuk bintang atau stelata sebagai

akibat serabut-serabut jaringan ikat yang tidak teratur.

Fibroblas memiliki banyak mikrofilamen proaktin serta

mikrotubul. Fibroblas berfungsi untuk mensintesis matriks ekstraseluler

seperti serabut kolagen, serbut elastin, dan zat-zat amorf (Gurtner,2007).

2.6.5 Angiogenesis (Neovaskularisasi)

Angiogenesis ditandai dengan migrasi sel endotel dan

pembentukan kapiler. Terjadi pertumbuhan kapiler baru pada daerah

yang berdekatan dengan luka berupa tunas-tunas yang terbentuk dari

pembuluh darah dan akan berkembang menjadi percabangan baru pada

jaringan luka (Broughton et al, 2011).

Selama angiogenesis, sel endothelial juga memproduksi

danmengeluarkan substansi biologikal aktif atau sitokin. Beberapa

growth factor terlibat dalam angiogenesis adalah VEGF, angiopoietins,

FGF, dan TGF-β. Berbagai tipe sel termasuk keratinosit, fibroblas, dan

sel endothelial menghasilkan endothelial growth factor. VEGF ini

terdapat dalam kadar rendah pada kulit normal, sebaliknya kadarnya

tinggi pada waktu penyembuhan luka. Keadaan mempengaruhi timbulnya

growth factor (Li et al, 2007). Angiogenesis berlangsung proporsional

untuk perfusi darah dan tekanan parsial oksigen arteri (Broughton, 2011).

Page 22: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Divisi :Molluscaeprints.umm.ac.id/41125/3/jiptummpp-gdl-mahatvidar-47060-3-bab2.pdf · 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Bekicot (Achatina fulica) Divisi

27

2.6.6 Kontraksi luka

Kontraksi luka adalah suatu proses tempat terjadi penyempitan

ukuran luka dengan kehilangan jaringan. Kontraksi timbul cukup awal

sesaat setelah terjadi luka. Pada kontraksi luka, ada pergerakan

sentripetal seluruh kulit, yang hanya dapat terjadi bila kulit dapat

bergerak, karena itu, kontraksi jauh lebih efektif pada daerah-daerah

kulit yang bergerak bebas (Sabiston, 2007).

Mekanisme kontraksi disebabkan oleh kontraksi fibroblast

(miofibroblast). Sel-sel ini terdapat di seluruh tubuh, terutama terpusat di

sekitar luka terbuka. Ada dua teori tentang bagaimana miofibroblast ini

mendorong tepi-tepi luka untuk mengurangi ukuran luka 80% dalam

waktu 10 hari, salah satu teori mengatakan bahwa miofibril bekerja di

balik tepi luka dan mendorong tepi luka ke depan, ke arah bagian

tengah. Teori lain mengatakan bahwa miofibril pada bagian tengah luka

mendorong tepi-tepi luka ke arahnya (Velnar, 2015).

Semua luka mengalami beberapa derajat kontraksi. Luka yang

tidak memiliki tepi operasi diperkirakan daerah luka akan berkurang

oleh tindakan ini (penyembuhan sekunder), pemendekan jaringan parut

itu sendiri menghasilkan kontraktur. Miofibroblas berperan sebagai sel

utama yang bertanggung jawab untuk kontraksi dan hal ini berbeda dari

fibroblast normal dimana ia memiliki struktur sitoskeletal (Charles,

2010).

Page 23: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Divisi :Molluscaeprints.umm.ac.id/41125/3/jiptummpp-gdl-mahatvidar-47060-3-bab2.pdf · 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Bekicot (Achatina fulica) Divisi

28

Biasanya sel ini mengandung aktin otot polos-α dalam serabut

tebal yang disebut stress-fibers, yang memberikan kemampua kontraktil

pada miofibroblas. Aktin otot polos-α ini tidak terdeteksi,sampai hari ke-

6 dan kemudian meningkat nyata sampai hari ke-15 proses

penyembuhan luka. Setelah 4 minggu proses ini memudar dan sel-sel

kemudian mengalami proses apoptosis (Charles, 2010).

2.7 Efek Lendir Bekicot pada Luka

Lendir bekicot (Achatina fulica) adalah salah satu bahan tradisional

yang digunakan untuk pengobatan luka. Lendir bekicot mempunyai nilai

biologis yang tinggi dalam penyembuhan luka. Senyawa utama pada

lendir bekicot yaitu glikosaminoglikan berupa Acharan sulfat yang

disekresi oleh granula-granula didalam tubuh bekicot dan terdapat

glikoprotein yang disebut Achasin (Fuchino, 2011).

Achasin pada lendir bekicot juga merupakan protein yang mempunyai

fungsi biologik penting untung melindungi tubuh dari luka, protein achasin

juga berfungsi sebagai faktor antibakteri yang berkerja dengan cara

menyerang atau menghambat pembentukan bagian-bagian yang umum

dari strain bakteri yaitu lapisan peptidoglikan dan membran sitoplasma.

Lapisan peptidoglikan adalah komponen pembentuk dinding sel, dimana

pada bakteri dinding sel ini diperlukan cukup kuat untuk menahan tekanan

osmose dari luar (Fuchino, 2011).

Acharan sulfat mempunyai kapasistas dalam jumlah besar untuk

mengikat air sehingga dapat menjaga kelembaban luka, lendir bekicot

Page 24: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Divisi :Molluscaeprints.umm.ac.id/41125/3/jiptummpp-gdl-mahatvidar-47060-3-bab2.pdf · 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Bekicot (Achatina fulica) Divisi

29

yang memiliki kandungan air disinyalir dapat menjaga kelembaban kulit

bila dioleskan pada luka sehingga dapat membantu penyembuhan luka pada

fase epitelialisasi. Acharan sulfat juga memiliki efek angiogenik yaitu

mampu meningkatkan pembentukan jaringan kapiler baru melalui sintesis

RNA. Proses ini melibatkan senyawa Acharan sulfat yang menstimulasi

pembentukan VEGFA (Vascular Endothelial cell Growth Factor Activator)

yang dikenal sebagai mitogen terkuat dalam proses proliferasi sel endotel

pada pembuluh darah. Semakin tinggi sintesis VEGFA maka semakin

tinggi pula jumlah kapiler baru yang terbentuk selama fase inflamasi

hingga proliferasi (Jia, 2010).