22
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Kelapa Sawit Kelapa sawit bukanlah tanaman asli di Indonesia dan baru ditanam secara komersil pada tahun 1991. Istilah kelapa mungkin dimaksudkan sebagai istilah umum untuk jenis palm. Meskipun demikian perkataan sawit sudah ada sejak lama. Beberapa tempat (desa di Pulau Jawa) sudah ada yang menggunakan nama “sawit” sebelum kelapa sawit masuk ke Indonesia pada tahun 1848 yang ditanam di kebun Raya Bogor (Lubis, U. A. 2008). Kelapa sawit merupakan tanaman monoecious (berumah satu). Artinya, bunga jantan dan bungan betina terdapat pada satu pohon, tetapi tidak pada tandan yang sama. Walaupun demikian, kadang-kadang dijumpai juga bunga dan betina pada satu tandan (hermafrodit). Bunga muncul dari ketiak daun. Setiap ketiak daun hanya dapat menghasilkan satu infloseren (bungan majemuk). Biasanya, beberapa bakal bunga majemuk gugur pada fase-fase awal perkembangannya sehingga individu tanaman terlihat beberapa ketiak daun tidak menghasilkan bunga majemuk (infloseren) (Pahan,I. 2006). Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Kelapa Sawitrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20135/3/Chapter II.pdf · Kelapa sawit jenis dura dengan tebal cangkang 2-8 mm, ... perlakuan

  • Upload
    vulien

  • View
    222

  • Download
    5

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Kelapa Sawitrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20135/3/Chapter II.pdf · Kelapa sawit jenis dura dengan tebal cangkang 2-8 mm, ... perlakuan

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sejarah Kelapa Sawit

Kelapa sawit bukanlah tanaman asli di Indonesia dan baru ditanam secara

komersil pada tahun 1991. Istilah kelapa mungkin dimaksudkan sebagai istilah umum

untuk jenis palm. Meskipun demikian perkataan sawit sudah ada sejak lama. Beberapa

tempat (desa di Pulau Jawa) sudah ada yang menggunakan nama “sawit” sebelum kelapa

sawit masuk ke Indonesia pada tahun 1848 yang ditanam di kebun Raya Bogor (Lubis,

U. A. 2008).

Kelapa sawit merupakan tanaman monoecious (berumah satu). Artinya,

bunga jantan dan bungan betina terdapat pada satu pohon, tetapi tidak pada tandan yang

sama. Walaupun demikian, kadang-kadang dijumpai juga bunga dan betina pada satu

tandan (hermafrodit).

Bunga muncul dari ketiak daun. Setiap ketiak daun hanya dapat menghasilkan

satu infloseren (bungan majemuk). Biasanya, beberapa bakal bunga majemuk gugur pada

fase-fase awal perkembangannya sehingga individu tanaman terlihat beberapa ketiak

daun tidak menghasilkan bunga majemuk (infloseren) (Pahan,I. 2006).

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

Page 2: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Kelapa Sawitrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20135/3/Chapter II.pdf · Kelapa sawit jenis dura dengan tebal cangkang 2-8 mm, ... perlakuan

2.2. Morfologi Kelapa sawit

2.2.1. Daun

Daun kelapa sawit mirip kelapa yaitu membentuk susunan daun majemuk, bersirip

genap, dan bertulang sejajar. Daun-daun membentuk pelepah yang panjangnya mencapai

lebih dari 7,5-9m (Fauzi,Y. 2002).

Semakin pendek pelepah daun semakin banyak populasi kelapa sawir yang dapat

ditanam persatuan luas sehingga semakin tinggi prokdutivitas hasilnya per satuan luas

(Pahan,I. 2008).

2.2.2. Batang

Batang kelapa sawit berbentuk silinder dengan diameter sekitar 75cm. Tinggi

batang bertambah sekitar 25-60cm per tahun (tergantung varietas). Umur ekonomis

tanaman sangat dipengaruhi oleh pertambahan tinggi batang per tahun. Semakin rendah

pertambahan tinggi batang, semakin panjang umur ekonomis tanaman (Pahan,I. 2008).

2.2.3. Akar

Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam tanah

dan respirasi tanaman. Selain itu, sebagai penyangga berdirinya tanaman sehingga

mampu menyokong tegaknya tanaman pada ketinggian yang mencapai puluhan meter

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

Page 3: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Kelapa Sawitrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20135/3/Chapter II.pdf · Kelapa sawit jenis dura dengan tebal cangkang 2-8 mm, ... perlakuan

hingga tanaman berumur 25 tahun. Akar tanaman kelapa sawit tidak berbuku, ujungnya

runcing, dan berwarna putih atau kekuningan (Fauzi,Y. 2002).

2.2.4. Bunga

Bunga muncul dari ketiak daun. Setiap ketiak daun hanya menghasilkan satu

infloresen (bungan majemuk). Biasanya, beberapa bakal infloresen gugurnpada fase-fase

awal perkembangannya sehingag pada individu tanaman terlihat beberapa ketiak daun

tidak menghasilkan infloresen (Pahan,I. 2008).

2.2.5. Buah

Secara botani, buah kelapa sawit digolongkan sebagai buah drupe, terdiri dari

pericrap yang terbungkus oleh exocrap (atau kulit), mesocrap (yang secara salah kaprah

biasanya disebut pericrap), dan endocrap (cangkang) yang membungkus 1-4 inti kernel

(umumnya hanya satu). Inti memiliki testa (kulit), endosperm yang padat dan sebuah

embrio.

Berdasarkan ketebalan cangkang, kelapa sawit dibedakan menjadi 3 tipe sebagai

berikut :

1. Tipe pisifera

Umumnya, tanaman pisifera tidak membentuk membentuk cangkang dan umumnya

mengalami aborsi. Pisifera yang fertil dapat mengandung 40% minyak.

2. Tipe dura

Kelapa sawit jenis dura dengan tebal cangkang 2-8 mm, ekstraksi minyak 16-18%,

umumnya digunakan sebagai pohon induk untuk menghasilkan varietas komersial.

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

Page 4: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Kelapa Sawitrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20135/3/Chapter II.pdf · Kelapa sawit jenis dura dengan tebal cangkang 2-8 mm, ... perlakuan

Dan kandungan minyak dalam buah rendah.

3. Tipe tenera

Kelapa sawit jenis teneri ini merupakan hibrida dari dura x pisifera dengan cangkang

tipis 0,5-4,0mm, ekstraksi minyak 22-32% atau lebih (tergantung varietas) (Pahan,I.

2008).

Berdasarkan warnanya ada 3 varitas, yakni: Nigrescens, Virescens, dan Albescens.

Varitas yang dipakai untuk tanamankomersial adalah varitas Nirescens yang berasal dari

Afrika. Varitas lainnya hanya dipakai untuk program pemuliaan (Risza, S. 1994).

Komposisi fraksi tandanyang biasanya ditentukan di pabrik sangat dipengaruhi

perlakuan sejak awal panen lapangan. Faktor penting yang cukup berpengaruh adalah

kematangan buah yang dipanen dan cepat tidaknya pengangkutan buah ke pabrik.

Berdasarkan hal tersebut di atas, dikenal ada beberapa tingkatan fraksi dari TBS yang

dipanen. Fraksi-fraksi TBS (Tandan Buah Segar) tersebut sangat mempengaruhi mutu

panen, termasuk juga kualitas minyak sawit yang dihasilkan. Dikenal ada lima fraksi TBS

pada 3 jenis kematangan yang ditunjukkan pada table 1.

Tabel 1. Beberapa Tingkatan Fraksi TBS Pada Tiga Jenis Kematangan

No Kematangan Fraksi Jumlah Brondolan Keterangan

1. Mentah 00 Tidak ada, buah

berwarna hitam Sangat mentah

0 1-2,5% buah luar

membrondol Mentah

2. Matang 1 12,5-25% buah

luar membrondol Kurang matang

2 25-50% buah luar

membrondol Matang I

3 50-75% buah luar

membrondol Matang II

3. Lewat Matang 4 75-100% buah luar

membrondol Lewat matang I

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

Page 5: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Kelapa Sawitrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20135/3/Chapter II.pdf · Kelapa sawit jenis dura dengan tebal cangkang 2-8 mm, ... perlakuan

5

Buah dalam juga

membrondol, ada

buah yang busuk

Lewat matang II

Sumber : Pusat Penelitian Marihat, 1982

Derajat kematangan yang baik yaitu jika tandan-tandan yang dipanen berada pada

fraksi 1, 2, dan 3. (Tim Penulis, 1997)

2.3. Kelapa Sawit dan Produknya

Kelapa sawit merupakan tanaman tropis penghasil minyak nabati yang hingga saat

ini diakui paling produktif dan ekonomis dibandingkan tanaman penghasil minyak nabati

lainnya, misalnya kedelai, kacang tanah, kelapa, bunga matahari, dan lain-lain. Jenis-jenis

tanaman penghasil minyak beserta jumlah produksi dipaparkan pada table 2.

Tabel 2. Jenis Tanaman Penghasil Minyak dan Jumlah Produksi

Jenis tanaman Produksi

(ton/ha/tahun)

Rata-rata

(ton/ha/tahun)

Pasokan Dunia

(%)

Kedelai 0,2 - 0,8 0,4 28

Kacang tanah 0,3 – 1,0 0,6 5

Biji rape 0,3 – 1,8 0,7 14

Bunga Matahari 0,4 – 2,1 1,2 13

Kelapa 0,4 – 2,3 0,7 5

Kelapa Sawit 2,5 – 12,5 4,2 23

Lain-lain 0,2 – 0,6 0,3 12

Sumber: The Oil Palm (Helmut)

Jika dibandingkan dengan minyak nabati lain, minyak kelapa sawit mamiliki

keistimewaan tersendiri, yakni rendahnya kandungan kolesterol dan dapat diolah lebih

lanjut menjadi suatu produk yang tidak hanya dikonsumsi untuk kebutuhan pangan

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

Page 6: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Kelapa Sawitrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20135/3/Chapter II.pdf · Kelapa sawit jenis dura dengan tebal cangkang 2-8 mm, ... perlakuan

(minyak goring, margarine, vanaspati, lemak, dan lain-lain), tetapi juga untuk memenuhi

kebutuhan non pangan (gliserin, sabun, deterjen, BBM, dan lain-lain) (Hadi, M. M.

2004).

2.4. Minyak Kelapa Sawit

Warna daging buah ialah putih kuning di waktu muda dan berwarna jingga

setelah buah menjadi matang.

Minyak kelapa sawit dapat dihasilkan dari inti kelapa sawit yang dinamakan

minyak inti kelapa sawit (palm kernel oil) dan sebagai hasil samping ialah bungkil inti

kelapa sawit (palm kernel meal atau pellet).

Bungkil inti kelapa sawit adalah inti kelapa sawit yang telah mengalami proses

ekstraksi dan pengeringan. Sedangkan pellet adalah bubuk yang telah dicetak kecil-kecil

berbentuk bulat panjang dengan diameter kurang lebih 8 mm. Selain itu bungkil kelapa

sawit dapat digunakan sebagai makanan ternak.

Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu adalah air dan kotoran, asam lemak

bebas, bilangan peroksida dan daya pemucatan. Faktor-faktor lain adalah titik cair,

kandungan gliserida padat, refining loss, plasticity dan spreadability, sifat transparan,

kandungan logam berat dan bilangan penyabunan. Semua faktor-faktor ini perlu dianalisis

untuk mengetahui mutu minyak inti kelapa sawit.

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

Page 7: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Kelapa Sawitrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20135/3/Chapter II.pdf · Kelapa sawit jenis dura dengan tebal cangkang 2-8 mm, ... perlakuan

2.4.1. Komposisi Kimia Minyak Kelapa sawit

Adapun komposisi kimia asam lemak minyak kelapa sawit dan minyak inti kelapa

sawit dipaparkan pada table 3.

Tabel 3. Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit dan Minyak Inti Kelapa

sawit

Kelapa sawit mengandung buah kurang lebih 80 persen perikrap dan 20 persen

yang dilapisi kulit yang tipis; kadar minyak dalam perikrap sekitar 34-40 persen. Minyak

kelapa sawit adalah minyak semi padat yang mempunyai komposisi yang tetap.

Kandungan karotena dapat mencapai 1000 ppm atau lebih, tetapi dalam minyak

dari janis tenera kurang lebih 500 – 700 ppm; kandungan tokoferol bervariasi dan

dipengaruhi oleh pananganan selama produksi.

2.4.2. Sifat Fisiko – Kimia

Sifat fisisoko-kimia minyak kelapa sawit meliputi warna, bau dan flavor,

kelarutan, slipping point, shot melting point, shot melting point; bobot jenis, indeks bias,

titik kekeruhan (turbidity point), titik asap, titik nyala dan titik api.

Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit (%) Minyak Inti Sawit (%)

Asam kaprilat - 3 – 4

Asam kaproat - 3 – 7

Asam laurat - 46 – 52

Asam miristat 1,1 – 2,5 14 – 17

Asam palmitat 40 - 46 6,5 – 9

Asam stearat 3,6 – 4,7 1 – 2,5

Asam Oleat 39 - 45 13 – 19

Asam Linoleat 7 - 11 0,5 - 2

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

Page 8: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Kelapa Sawitrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20135/3/Chapter II.pdf · Kelapa sawit jenis dura dengan tebal cangkang 2-8 mm, ... perlakuan

Warna minyak ditentukan oleh adanya pigmen yang masih tersisa setelah proses

pemucatan, karena asam-asam lemak dan gliserida tidak berwarna. Warna orange atau

kuning disebabkan adanya pigmen karotene yang larut dalam minyak.

Bau dan flavor dalam minyak terdapat secra alami, juga terjadi akibat adanya

asam-asam lemak berantai pendek akibat kerusakan minyak. Sedangkan bau khas minyak

kelpa sawit ditimbulkan oleh persenyawaan beta iodine.

Titik cair minyak sawit berada dalam nilai kisaran suhu, karena minyak kelapa

sawit mengandung beberapa macam asam lemak yang mempunyai titik cair yang

berbeda-beda (Ketaren,A. 1986).

2.4.3. Standar Mutu Minyak Kelapa sawit

Standar mutu adalah merupakan hal yang penting untuk menentukan minyak yang

bermutu baik. Ada beberapa faktor yang menentukan standarmutu yaitu: kandungan air

dan kotoran dalam minyak, kandungan asam lemak bebas, warna, dan bilangan peroksida.

Faktor lain yang mempengaruhi standar mutu adalah titik cair dan kandungan

gliserida, refining loss, plastisitas dan spreadability, kejernihan kandungan logam berat

dan bilangan penyabunan.

Mutu minyak kelapa sawit yang baik mempunyai kadar air kurang dari kurang

dari 0,1 persen dan kadar kotoran lebih kecil dari 0,01 persen, kandungan asam lemak

bebas serendah mungkin (kurang lebih 2 persen atau kurang), bilangan peroksida di

bawah 2, bebas dari warna merah dan kuning (harus berwarna pucat) tidak berwarna

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

Page 9: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Kelapa Sawitrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20135/3/Chapter II.pdf · Kelapa sawit jenis dura dengan tebal cangkang 2-8 mm, ... perlakuan

hijau, jernih, dan kandungan logam berat serendah mungkin atau bebas dari ion logam

(Ketaren,S. 1986).

Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu minyak kelapa sawitdapat langsung dari

sifat pohon induknya penanganan pascapanen, atau kesalahan selama pemrosesan dan

penganakutannya. Adapun faktor-faktornya yaitu :

1. Asam lemak bebas

Asam lemak bebas dengan konsentrasi tinggi yang terikut dalam minyak sangat

merugikan. Tingginya asam lemak bebas ini mengakibatkan rendemen minyak

turun. Untuk itulah perlu dilakukan usaha pencegahan terbentuknya asam lemak

bebas dalam minyak sawit.

2. Kadar zat menguap dan kotoran

Pada umumnya, penyaringan hasil minyak sawit dilakukan dalam rangkaian

proses pengendapan, yaitu minyak sawit jernih dimurnikan dengan sentrifugasi.

3. Kadar logam

Beberapa jenis bahan logam yang dapat terikut dalam mimyak sawit antara lain

besi, tembaga, dan kuningan. Logam-logam tersebut berasal biasanya berasal dari

alat-alat pengolahan yang digunakan. Mutu dan kualitas minyak yang

mengandung logam tersebut akan turun. Sebab dalam kondisi tertentu, logam-

logam itu dapat menjadi katalisator yang menstimulir reaksi oksidasi minyak

sawit.

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

Page 10: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Kelapa Sawitrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20135/3/Chapter II.pdf · Kelapa sawit jenis dura dengan tebal cangkang 2-8 mm, ... perlakuan

4. Angka oksidasi

Proses oksidasiyang distimulir oleh logam jika berlangsung dengan intensif akan

mengakibatkan ketengikan dan perubahan warna (menjadi semakin gelap).

Keadaan ini jelas sangat merugikan sebab mutu minyak sawit manjadi menurun.

5. Pemucatan

Pemucatan ini dimaksudkan untuk mendapatkan warna minyak sawit yang lebih

memikat dan sesuai dengan kebutuhannya. Keintesifan pemucatan minyak sawit

sangat ditentukan oleh kualitas minyak sawit yang bersangkutan. Semakinjelak

mutunya, maka biaya pemucatan juga semakin besar. (Tim Penulis. 1997)

2.5. Pengolahan Minyak dan Inti sawit

Stasiun proses pengolahan tandan buah segar (TBS) menjadi minyak kelapa sawit

(MKS) dan inti kelapa sawit (IKS) umumnya terdiri dari:

2.5.1. Stasiun Utama

Stasiun utama berfungsi sebagai berikut :

a. Stasiun Penerimaan Buah

Sebelum diolah dalam pabrik kelapa sawit (PKS), tandan buah segar (TBS) yang

berasal dari kebeun pertama kali diterima di stasiun penerimaan buah untuk ditimbang di

jembatan timbang (weight bridge) dan di tampung sementara di penampingan buah

(loading ramp).

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

Page 11: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Kelapa Sawitrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20135/3/Chapter II.pdf · Kelapa sawit jenis dura dengan tebal cangkang 2-8 mm, ... perlakuan

b. Stasiun Rebusan (sterilizer)

Lori-lori yang telah berisi TBS dikirim ke stasiun rebusan dengan cara ditarik

menggunakan capstand yang digerakkan oleh motor listrik hingga memasuki sterilizer.

Sterilizer yang banyak digunakan pada umumnya yaitu bejana tekan horisontal yang bisa

menampung lori per unit (25 – 27 ton TBS). Dalam proses perebusan, TBS dipanaskan

dengan uap pada temperatur sekitar 135oC dan tekanan 2,0 – 2,8 kg/cm

2 selama 80 – 90

menit. Proses perebusan dilakukan secara bertahap dalam tiga puncak tekanan agar

diperoleh hasil yang optimal (Pahan, I. 2006).

Tujuan perebusan adalah :

- merusak enzim lipase yang menstimulir pembentukan ALB (Asam Lemak Bebas),

- mempermudah pelepasan buah dari tandan dan inti cangkang,

- memperlunak daging buah sehingga memudahkan proses pemerasan, serta

- untuk mengkoagulasikan (mengendapkan) protein sehingga memudahkan pemisahan

Minyak (Tim Penulis. 1997) .

c. Stasiun Pemipilan (Stripper)

TBS berikut lori yang telah direbus dikirim ke bagian pemipilan dan dituangkan

ke alat pemipil (theresher) dengan bantuan hoisting crane atau transfer carriage. Proses

pemipilan terjadi akibat tromol berputar pada sumbu mendatar yang membawa TBS ikut

berputar sehingga membanting-banting TBS tersebut dan menyebabkan brondolan lepas

dari tandannya.

d. Stasiun Pencacah (Digester) dan Pengempaan (Presser)

Brondolan yang telah terpipil dari stasiun pemipilan diangkut ke bagian

pengadukan/pencacah (digester). Alat yang digunakan untuk pengadukan/ pencacahan

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

Page 12: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Kelapa Sawitrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20135/3/Chapter II.pdf · Kelapa sawit jenis dura dengan tebal cangkang 2-8 mm, ... perlakuan

berupa sebuah tangki vertikal yang dilengkapi dengan lengan-lengan pencacah di bagian

dalamnya.

Brondolan yang telah mengalami pencacahan dan keluar melalui bagian bawah

digester suda berupa „bubur‟. Hasil cacahan tersebut langsung masuk ke alat pengempaan

yang berada persis di bagian bawah digester. Pada pabrik kelapa sawit, umumnya

digunakan screw press sebagai alat pengempaan untuk memisahkan minyak dari daging

buah.

e. Stasiun Pemurnian (Clarifier)

Stasiun pemurnian yaitu stasiun pengolahan di PKS yang bertujuan untuk

melakukan pemurnian minyak kelapa sawit dari kotoran-kotoran, seperti padatan, lumpur

dan air. Tujuan dari pembersihan/ pemurnian minyak kasar yaitu agar diperoleh minyak

dengan kualitas sebaik mungkin dan dipasarkan dengan harga yang layak.

Minyak kasar yang diperoleh dari hasil pengempaan di alirkan menuju saringan

getar (vibrating screen) untuk disaring agar kotoranberupa serabut kasar tesebut dialirkan

ke tangki penempungan minyak kasar (crude oil tank).

Di clalifier tank, minyak kasar terpisah menjadi minyak dan sluge karena proses

pengendapan. Minyak dari clarifier tank selanjutnya dikirim ke oil tank, sedangkan sluge

dikirim ke sluge tank. Sluge merupakan fasa campuran yang masih mengandung minyak.

Di PKS, sluge diolah untuk dikutip kembali pada minyak yang masih terkandung di

dalamnya.

f. Stasiun Pemisahan Biji dan Kernel

Proses pemisahan biji-serabut dari ampas pengempaan bertujuan bertujuan

terutama terutana untuk memperoleh biji sebersih mungkin. Kemungkinan, dari biji

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

Page 13: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Kelapa Sawitrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20135/3/Chapter II.pdf · Kelapa sawit jenis dura dengan tebal cangkang 2-8 mm, ... perlakuan

tersebut harus menghasilkan inti sawit secara rasional, yaitu kerugian sekecil-kecilnya

dengan hasil inti sawit yang setinggi-tingginya. Pemisahan biji dari gumpalan ampas

pengempaan sangat dipengaruhi oleh segi-segi teknis dari proses yang mendahuluinya

(Pahan,I.2006).

Untuk menghindari kerusakan akibat mikroorganisme, maka inti sawit harus

segera dikeringkan dengan suhu 80oC. Setelah kering, inti sawit dapat dipak atau diolah

lebih lanjut, yaitu diekstraksi sehingga dihasilkan minyak inti sawit (Palm Kernel Oil,

PKO). Hasil samping pengolahan minyakinti sawit adalah bungkil inti sawit (Kernel Oil

Cake, KOC) yang dimanfaatkan untuk pakan ternak (Tim Penulis, 1997).

2.5.2. Stasiun Pendukung

Selain stasiun utama sebagai inti proses pengolahan, sebuah PKS memerlukan

dukungan stasiun penunjung demi kelancaran operasional. Stasiun pendukung terdiri dari:

1. Stasiun Pembangkit Tenaga

Kebutuhan energi di PKS dipasok dari dua sumber, yaitu ketel uap (boiler) yang

menghasilkan tenaga uap dan diesel genset.

2. Laboratorium

Laboratorium berfungsi sebagai pusat pengendalian terhadap proses dan kualitas

yang dihasilkan selama dan setelah proses produksi berlangsung. Hasil-hasil analisis

laboratorium digunakan sebagai umpan balik bagi peningkatan proses produksi.

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

Page 14: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Kelapa Sawitrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20135/3/Chapter II.pdf · Kelapa sawit jenis dura dengan tebal cangkang 2-8 mm, ... perlakuan

3. Stasiun Pengolahan Air

Pengolahan air untuk kebutuhan PKS dimulai dari penampungan air hingga

berbagai sumber pada sebuah waduk. Kemudian air dariu waduk di pompa ke tangki

pengendapan ( clarifier tank).

4. Stasiun Limbah

Air buangan pabrik merupakan faktor penyebab pencemaran pada media

penerima. Untuk mengatasi pencemaran, air limbah pabrik harus di proses dan dinetralisir

sebelum dibuang ke lingkungan.

5. Stasiun Panimbunan Produk

Pertanda akhir dari perusahan sifat-sifat minyak nabati yaitu pada saat setelah

menjalani proses penghilangan bau (doedorization). Jika cara pengolahan sebelumnya

dan bahan hasil olahan yang diperoleh cukup baik dan sempurna maka produk akan

memberikan sifat-sifat, yaitu tanpa rasa dan bau, warna yang pucat, bebas dari peroksida

serta penuluran.

6. Bengkel PKS

Proses pengolahan kelapa sawit di PKS sangan tergantung dari jumlah dan

kualitas TBS yang dihasilakn oleh kebun. Produk TBS tinggi mengharuskan PKS

beroperasi dengan jam olah yang tinggi karena TBS yang dibiarkan terlalu lama restan

akan mengakibatkan peningkatan asam lemak bebas (Pahan,I.2006).

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

Page 15: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Kelapa Sawitrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20135/3/Chapter II.pdf · Kelapa sawit jenis dura dengan tebal cangkang 2-8 mm, ... perlakuan

2.6. Metode Pengolahan Minyak

Pada pengolahan minyak dan lemak, pengerjaan yang dilakukan tergantung pada

sifat alami minyak atau lemak tersebut tergantung dari hasil akhir yang dikehendaki.

Pengolahan minyak dan minyak ini dibagi dalam beberapa metode, yaitu:

2.6.1. Ekstraksi

Ekstraksi adalah suatu cara untuk mendapatkan minyak atau lemak dari bahan

yang diduga mengandung minyak atau lemak. Adapun cara ekstraksi ini bermacam-

macam, yaitu:

a. Rendering

Rendering merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak dari bahan yang

diduga mengandung minyak atau lemak dengan kadar air yang tinggi. Pada semua cara

rendering, penggunaan panas adalah suatu hal yang spesifik, yang bertujuan untuk

mengumpulkan protein pada dinding sel bahan untuk memecah dinding sel tersebut

sehingga mudah ditembus oleh minyak atau lemak yang terkandung didalamnya.

Menurut pengerjaanya rendering dibagi dalam dua cara yaitu :

1). Wet Rendering

Wet rendering adalah proses rendering dengan penambahan sejumlah air selama

berlangsungnya proses tersebut. Cara ini dikerjakan pada ketel yang terbuka atau tertutup

dengan menggunakan temperatur yang tinggi serta tekanan 40 sampai 60 pound tekanan

uap. Proses wet rendering dengan menggunakan temperatur rendah kurang begitu

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

Page 16: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Kelapa Sawitrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20135/3/Chapter II.pdf · Kelapa sawit jenis dura dengan tebal cangkang 2-8 mm, ... perlakuan

populer, sedangkan proses wet rendering dengan menguunakan temperatur yang tinggi

disertai tekanan uap air, dipergunakan untuk menghasilkan minyak atau lemak dalam

jumlah yang besar. Peralatn yang digunakan adalah autoclave atau digester.

2). Dry rendering

Dry rendering adalah cara rendering tanpa penambahan air selama proses

berlangsung. Dry rendering dilakukan dalam ketel yang terbuka dan diperlengkapi

dengan steam jacket serta alat pengaduk (agitator). Bahan yang diperkirakan

mengandung minyak atau lemak dimasukkan ke dalam ketel tanpa penambahan air.

Bahan tadi dipanasi sambil diaduk. Pemanasan dilakukan pada suhu 220oF sampai 230

oF

(105oC – 110

oC).

b. Pengepresan Mekanis (Mechanical Expression)

Pengepresan mekanis merupakan suatu cara ekstraksi mimyak atau lemak,

terutama untuk bahan yang berasal dari biji-bijian. Cara ini dilakukan untuk memisahkan

minyak dari bahan yang berkadar minyak tinggi (30 – 70 persen). Pada pengepresan

mekanis ini diperlukan perlakuan pendahuluan sebelum minyak atau lemak dipisah dari

bijinya. Perlakuan pendahuluan tersebut mencakup pembuangan serpih, perajangan dan

penggilingan serta tempering atau pemasakan.

Dua cara yang umum dalam pengepresan mekanis, yaitu :

1. Pengepresan Hidraulik (Hyraulic Pressing)

Pada cara hydraulic pressing, bahan dipres dengan tekanan sekitar 2000

pound/inch2 ( 140,6 kg/cm = 136 atm). Banyaknya minyak atau lemak yang dapat

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

Page 17: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Kelapa Sawitrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20135/3/Chapter II.pdf · Kelapa sawit jenis dura dengan tebal cangkang 2-8 mm, ... perlakuan

diekstraksi tergantung dari lamanya pengepresan., tekanan yang dipergunakan, serta

kandungan minyak dalam bahan asal.

2. Pengepresan Berulir (Expeller Pressing)

Cara expeller pressing memerlukan perlakuan pendahuluan yang terdiri dari

proses pemasakan atau tempering. Proses pemasakan berlangsung pada temperatur 240oF

(115,5oC) dengan tekanan sekitar 15 – 20 ton/inch

2. Kadar minyak atau lemakyang

dihasilkan berkisar sekitar 2,5-3,5 persen, sedangkan bungkil yang dihasilkan masih

mengadung minyak sekitar 4-5 persen.

Cara lain untuk mengekstraksi minyak atau lemak dari bahan yang diduga

mengandung minyak atau lemak adalah gabungan dari proses wet rendering dengan

pengepresan secara mekanik atau dengan sentrifusi.

c. Ekstraksi Dengan Pelarut (Solvent Extraction)

Prinsip dari proses ini adalah ekstraksi dengan melarutkan minyak dalam pelarut

minyak dan lemak. Pada cara ini dihasilkan bungkil dengan kadar minyak rendah yaitu

sekitar 1 persen atau lebih rendah, dan mutu minyak kasar yang dihasilkan cenderung

menyerupai hasil dengan cara expeller pressing, karena sebagian fraksi bukan minyak

akan ikut terekstraksi. Perlu diperhatikan bahwa jumlah pelarut menguap atau hilang

tidak boleh lebih dari 5 persen. Bila lebih, seluruh sistem solvent extraction perlu diteliti

lagi (Ketaren,A. 1986).

d. Ekstraksi dengan sentrifugasi

Alat yang dipakai berupa tabung baja silindris yang berlubang pada bagian

dindingnya. Buah yang telah lumat, dimasukkan ke dalam tabung, lalu diputar. Dengan

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

Page 18: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Kelapa Sawitrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20135/3/Chapter II.pdf · Kelapa sawit jenis dura dengan tebal cangkang 2-8 mm, ... perlakuan

adanya sentrifusi, makaminyak akan keluar melalui lubang-lubang pada dinding tabung

(Tim penulis. 1997).

2.7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prokdutivitas Potensi Minyak

Pengembangan bahan tanaman kelapa sawit pada dekade 1990-an bukan hanya

difokuskan pada peningkatan produktivitas minyak, melainkan juga pada perbaikan

kualitas minyak sehubungan dengan meningkatnya perhatian konsumen minyak nabati

terhadap nilai nutrisi minyak makan, dan juga alasan kesehatan. Komponen kualitas

mimyak yang menjadi prioritas utama untuk diperbaiki adalah kandungan asam lemak tak

jenuh (ALTJ), khusunya kandungan asam oleat dan komponen minor minyak sawit,

seperti betakaroten, tocopherol, tocotrienol (http: //www.oipri.org).

Potensi yang dimiliki seperti sumber daya alam (iklim, tanah), sumber daya

manusia (tenaga kerja) dan sumber daya keuangan (modal) belum dimanfaatkan secara

maksimal. Perkebunan kelapa sawit membutuhkan penanganan dan pengelolaan yang

baik, dan memerlukan teknologi tinggi dalam upaya meningkatkan produktivitas. Adapun

faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitas dibagi menjadi :

2.7.1. Faktor Lingkungan

Yang termasuk faktor lingkungan antara lain adalah iklim, tanah dan topografi.

Pengaruh faktor lingkungan sumber daya alam memang sulit untuk dilawan, namun

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

Page 19: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Kelapa Sawitrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20135/3/Chapter II.pdf · Kelapa sawit jenis dura dengan tebal cangkang 2-8 mm, ... perlakuan

setidak-tidaknya dapat dieliminasidengan melakukan beberapa pendekatan agar faktor-

faktor yang menghambat dapat dicegah atau ditekan sedemikian rupa sehingga berubah

menjadi faktor pendukung.

1. Iklim

Keadaan iklim yang yang paling banyak diamati adalah curah hujan. Curah hujan

yang dikehendaki kelapa sawit 2.000-2.500mm per tahun dan merata sepanjang

tahuntanpa bulan kemarau panjang. Musim kemarau panjang dapat mengancam

terjadinya penurunan produksi, karena water defisit 400 mm mulai berpengaruh terhadap

iklim.

Oleh karena itu pengetahuan tentang iklim hendaknya benar-benar dipahami. Hal

ini sangat diperlukan untuk mendukung berbagai kegiatan lapanganseperti pembukaan

lahan baru, jadwal penanaman, pemupukan, upaya pengawetan tanah dan sebagainya.

2. Tanah dan Topografi

Sifat fisik tanah dan kimia setiap jenis tanah memang berbeda-beda. Oleh karena

itu tingkat produksi setiap jenis tanah juga berbeda. Bagi tanaman kelapa sawit sifat fisik

tanah lebih penting daripada kesuburan kimiawinya, karena kekurangan suatu unsur dapat

diatasi dengan pemupukan.

3. Kelas kemampuan Lahan

Pengolahan kelas kemampuan lahan dilakukan berdasarkan potensi produksi dan

pertimbangan kondisi fisik lahan. Disamping itu sifat fisik tanah dan sifat kimia tanahnya

juga perlu ditinjau.

a. Pertimbangan penggolongan kelas kemampuan lahan berdasarkan kondisi fisik lahan.

1). Lahan Kelas I

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

Page 20: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Kelapa Sawitrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20135/3/Chapter II.pdf · Kelapa sawit jenis dura dengan tebal cangkang 2-8 mm, ... perlakuan

Beriklim baik, tingkat kesuburan tanah baik (andosol, latosol)dan memiliki topografi

yang baik pula (datar dan berombak).

2). Lahan Kelas II

- Beriklim sedang, tingkat kesuburan tanah sedang dan topografi sedang (bergelombang).

- Beriklim baik dan jarang dijumpai defisit air, tetapi tingkat kesuburantanah dan

topografi kurang baik (berbukit).

- Beriklim kurang baik dan selalu dijumpai defisit air dalam batas yang diperkenankan,

tetapi tingkat kesuburantanah dan topografibaik ( datar dan bergelombang).

3). Lahan Kelas III

- Beriklim kurang baik, tingkat kesuburan tanah dan topografi juga kuarang baik

(berbukit).

- Beriklim sedang, tetapi tingkat kesuburan tanah dan topografitidak baik (curam).

- Beriklim tidak baik, tetapi tingkat kesuburan tanah dan topografi sedang

(bergelombang).

4). Lahan Kelas IV

- Beriklim tidak baik dan tingkat kesuburan tanah serta topografi juga tidak baik

(curam).

Adapun pembagian kelas lahan potensi produksi kelapa sawit berdasarkan umur

tanaman dipaparkan pada tabel 4.

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

Page 21: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Kelapa Sawitrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20135/3/Chapter II.pdf · Kelapa sawit jenis dura dengan tebal cangkang 2-8 mm, ... perlakuan

Tabel 4. Kelas Lahan Potensi Produksi Berdasarkan Umur Tanaman

Umur

Tanaman

Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV

(ton/ha) (ton/ha) (ton/ha) (ton/ha)

3 9 7 6 5

4 17 15 13 10

5 21 19 16 14

6 25 22 19 16

7 28 25 23 19

8 30 27 25 22

9 30 27 25 22

10 30 27 25 22

11 30 27 25 22

12 30 27 25 22

13 30 27 25 22

14 27 25 23 21

15 27 25 22 20

17 25 24 22 20

18 24 22 20 19

19 24 22 20 19

20 22 21 19 18

21 22 21 19 18

22 20 19 17 16

23 20 19 17 16

24 18 17 16 15

25 18 17 16 15

Rata – rata 24 22 20 18

Sumber : Adlin U. Lubis (1990)

b. Penggolongan kelas kemampuan lahan berdasarkan potensi produksi

Untuk membantu penentuan kelas kemampuan lahan perlu dilakukan pemetaan

tanah. Manfaat pemetaan tanah adalah untuk menyederhanakan berbagai proses

penelitian, meningkatkan efisiensi pemupukan, merencanakan tindakan kultur teknis yang

disesuaikan dengan setiap tanah yang berbeda.

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

Page 22: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Kelapa Sawitrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20135/3/Chapter II.pdf · Kelapa sawit jenis dura dengan tebal cangkang 2-8 mm, ... perlakuan

2.7.2. Faktor Bahan Tanaman

Keberhasilam suatu usaha perkebunan kelapa sawit antara lain ditentukan oleh

faktor bahan tanamanatau bibit yang memiliki sifat-sifat unggul. Bibit yang unggul akan

menjamin suatu pertumbuhan yang baik dan tingkat produksi yang tinggi apabila

perlakuan dilakukan secara optimal.

2.7.3. Faktor Tindakan Kultur Teknis

Faktor tindakan kultur teknis adalang yang paling banyak mempengaruhi

pertumbuhan dan produktifitas. Beberapa faktor yang erat pengaruhnya antara lain :

pembibitan, pemupukan lahan, peremajaan, pembangunan penutupan tanah kacangan,

penanaman dan penyisipan kelapa sawit, pemeliharaan tanaman belum menghasilkan

(TBM), pemeliharaan tanaman menghasilkan (TM), penegendalian hama penyakit,

pemupukan, panen, pengangkutan dan pengolahan.

Pola menajemen lapangan dan cara kerja di perkebunan kelapa sawit mempunyai

ciri khas tersendiri yang berbeda dengan komoditas lain. Kegiatan manajemen lapangan

meliputi seluruh aspek pengusahaan kelapa sawit yakni mencakup faktor-faktor man,

money, method, material, machine dan market (Risza,S. 1994)

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara