14
5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertolongan Pertama Pengertian pertolongan pertama adalah upaya pertolongan dan perawatan sementara terhadap korban kecelakaan sebelum mendapatkan pertolongan yang lebih sempurna dari dokter (Abu Al Fatih, 2014). Ini berarti pertolongan tersebut bukan sebagai pengobatan atau penanganan yang sempurna, tetapi hanyalah pertolongan sementara yang di lakukan petugas. Pemberian pertolongan pertama harus secara cepat dan tepat menggunkan sarana dan pasarana yang ada di tempat kejadian bila tindakan pertolongan pertama ini di lakukan dengan benar dan baik akan mengurangin cacat atau penderitaan bagi korban dan bahkan dapat menyelamatkan korban dari kematian, tetapi bila tindakan pertolongan pertama ini tidak berjalan baik makan kemungkinan besar memperburuk keadaan dan bahkan dapat mengakibatkan cacat dan kematian. Tujuan dari pertolongan pertama adalah menyelamatkan nyawa atau mencegah kematian, mencegah cacat yang` lebih berat (mencegah kondisi memburuk), dan menunjang penyembuhaan dengan mengurangin rasa sakit, takut dan mencegah infeksi. 2.2. Pelatihan Pertolongan Pertama Pada Korban Pelatihaan pertolongan pertama pada korban dinamakan Medical First Respondent (MFR) ini adalah pelatihaan dasar untuk seorang penolong yang pertama kali tiba di lokasi kejadian. Seorang penolong harus memilikin kemapuan dalam penanganan kasus gawat darurat dan terlatih dalam tingkatan paling dasar untuk menolong. Sebelum korban di bawa ke rumah sakit penolong mempunyai kewajiban yaitu: 1. Menjaga keselamatan diri, anggota tim, korban dan orang-orang di sekitar 2. Menjangkau korban

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertolongan Pertama

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertolongan Pertama

5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pertolongan Pertama

Pengertian pertolongan pertama adalah upaya pertolongan dan

perawatan sementara terhadap korban kecelakaan sebelum mendapatkan

pertolongan yang lebih sempurna dari dokter (Abu Al Fatih, 2014). Ini berarti

pertolongan tersebut bukan sebagai pengobatan atau penanganan yang

sempurna, tetapi hanyalah pertolongan sementara yang di lakukan petugas.

Pemberian pertolongan pertama harus secara cepat dan tepat menggunkan

sarana dan pasarana yang ada di tempat kejadian bila tindakan pertolongan

pertama ini di lakukan dengan benar dan baik akan mengurangin cacat atau

penderitaan bagi korban dan bahkan dapat menyelamatkan korban dari

kematian, tetapi bila tindakan pertolongan pertama ini tidak berjalan baik

makan kemungkinan besar memperburuk keadaan dan bahkan dapat

mengakibatkan cacat dan kematian.

Tujuan dari pertolongan pertama adalah menyelamatkan nyawa

atau mencegah kematian, mencegah cacat yang` lebih berat (mencegah

kondisi memburuk), dan menunjang penyembuhaan dengan mengurangin

rasa sakit, takut dan mencegah infeksi.

2.2. Pelatihan Pertolongan Pertama Pada Korban

Pelatihaan pertolongan pertama pada korban dinamakan Medical

First Respondent (MFR) ini adalah pelatihaan dasar untuk seorang

penolong yang pertama kali tiba di lokasi kejadian. Seorang penolong

harus memilikin kemapuan dalam penanganan kasus gawat darurat dan

terlatih dalam tingkatan paling dasar untuk menolong. Sebelum korban di

bawa ke rumah sakit penolong mempunyai kewajiban yaitu:

1. Menjaga keselamatan diri, anggota tim, korban dan orang-orang di sekitar

2. Menjangkau korban

Page 2: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertolongan Pertama

6

3. Dapat mengenalin dan mengatasin masalah yang mengancam jiwa

4. Meminta bantuan

5. Memberikan pertolongan pertama berdasarkan keadaan korban

6. Membantu pelaku pertolongan lainnya

7. Ikut menjaga kerahasian medis korban

8. Berkomonikasi dengan pertugas lainnya

9. Mempersiapkan korban untuk di bawa ke tempat medis

Seorang penolong harus mempunyain kualitas yang bertanggung

jawab, kemapuan bersosialisasi, jujur, dan percaya diri, kematangan emosi,

berpilaku profesional. Peralatan dasar MFR yang harus di gunakaan saat

menolong korban yaitu berupa sarung tangan, kacamata, pelindung, baju

pelindung, masker penolong, masker resusitasi jantung paru (RJP).

Perlindungan diri seorang penolong di lakukan dengan dasar pemikiran

bahwa semua darah dan cairan yang keluar dari tubuh korban bersifat

menular sehingga perlu perlindungam terhadap tubuh seorang penolong

sebagai upaya pencegahan. Beberapa tindakaan umum untuk perlindungan

diri yaitu mencuci tangan, membersihkan dengan desinfektan memakai bahan

pembunuh kuman sehingga membuat sterilisasi. Seorang penolong

melakukan penilaian dini pada korban (bila sadar) dengan memperkenalkan

diri supaya korban tidak panik lagi, mengenalin dan mengatasin cidera,

gangguan yang mengancam jiwa, stabilkan dan teruskan pemantauan

penderita. Dalam melakukan pertolongan pertama seorang penolong jangan

panik, memperhatikan pernapasaan dan denyut jantung, menghentikan

pendarahan secepat mungkin, perhatikan tanda-tanda syok dan segera di

tanganin, jangan memindahkan korban dengan buru-buru bila tidak ada

keadaan bahaya lain. Melakuakan pemeriksaan fisik kepada korban sehingga

kita dapat mengetahuin apa yang harus kita lakukan pertolongan ke pada

korban, pemeriksaan fisik ini di lakukan secara menyeluruh dapat di lakukan

dari ujung kepal sampai ujung kaki namun bisa juga berubah sesuai dengan

kondisi korban hal ini di lakukan supaya mudah dalam menangani korban.

Page 3: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertolongan Pertama

7

Anatomi tubuh adalah ilmu yang mempelajarin susuna tubuh dan

bentuk tubuh. Fisiologi adalah ilmu yang mempelajarin fungsi bagian dari

alat atau jaringan tubuh. Posisi anatomis, yaitu berdiri tegak, kedua lengan di

samping tubuh telapak tangan menghadap ke depan. Kanan dan kiri

mengacu pada kanan dan kiri penderita.

2.3. Anatomi

1. Anatomi adalah ilmu yang mempelajari susunan tubuh dan bentuk tubuh.

Posisi anatomis tubuh manusia di proyeksikan menjadi suatu posisi yang

dikenal sebagai posisi anatomis, yaitu berdiri tegak, ke dua lengan di

samping tubuh, telapak tangan menghadap ke depan. Kanan dan kiri

mengacu pada kanan dan kiri penderita. Bidang Anatomis dalam posisi

seperti ini tubuh manusia dibagi menjadi beberapa bagian oleh 3 buah

bidang khayal (Al Rosyid, 2013) yaitu :

a. Bidang Medial yang membagi tubuh menjadi kiri dan kanan.

b. Bidang Frontal yang membagi tubuh menjadi depan (anterior) dan

bawah (posterior)

c. Bidang Transversal yang membagi tubuh menjadi atas (superior) dan

bawah (inferior).

d. Istilah lain yang juga dipergunakan adalah untuk menentukan suatu titik

lebih dekat ke titik referensi (proximal) dan lebih jauh ke titik referensi

(distal).

2. Pembagian ( Regio ) Tubuh Manusia

Tubuh manusia dikelilingi oleh kulit dan diperkuat oleh rangka. Secara

garis besar, tubuh manusia dibagi menjadi :

a. Kepala

Tengkorak ( Cranium ) , Wajah, dan Rahang Bawah ( Mandi bula )

b. Leher

c. Batang Tubuh

Dada ( Thorax ), Perut ( Abdomen ), Punggung, dan Panggul ( Pelvis )

d. Anggota Gerak Atas

Page 4: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertolongan Pertama

8

Sendi bahu, lengan atas, lengan bawah, siku, pergelangan

tangan,tangan.

e. Anggota Gerak Bawah

Sendi panggul, tungkai atas, lutut, tungkai bawah, pergelangan kaki.

3. Rongga Dalam Tubuh Manusia

Selain pembagian tubuh maka juga perlu dikenali 5 buah rongga yang

terdapat di dalam tubuh yaitu :

a. Rongga tengkorak

Berisi otak dan bagian-bagiannya.

b. Rongga tulang belakang

Berisi bumbung saraf atau “spinal cord”

c. Rongga dada

Berisi jantung dan paru

d. Rongga perut (abdomen)

Berisi berbagai berbagai organ pencernaan

Untuk mempermudah, perut manusia dibagi menjadi 4 bagian yang

dikenal sebagai kwadran sebagai berikut:

1) Kwadran kanan atas (hati, kandung empedu, pankreas dan usus).

2) Kwadran kiri atas (organ lambung, limpa dan usus).

3) Kwadran kanan bawah ( usus buntu ).

4) Kwadran kiri bawah (terutama usus).

4. Sistem Dalam Tubuh Manusia

Agar dapat hidup tubuh manusia memiliki beberapa sistem:

a. Sistem Rangka (kerangka/skeleton)

Menopang bagian tubuh, Melindungi organ tubuh, Tempat melekat otot

dan pergerakan tubuh, Memberi bentuk bangunan tubuh

b. Sistem Otot (muskularis)

Memungkinkan tubuh dapat bergerak

c. Sistem pernapasan (respirasi)

Page 5: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertolongan Pertama

9

Pernapasan bertanggung jawab untuk memasukkan oksigen dari udara

bebas ke dalam darah dan mengeluarkan karbondioksida dari tubuh.

d. Sistem peredaran darah (sirkulasi)

Sistem ini berfungsi untuk mengalirkan darah ke seluruh tubuh.

e. Sistem saraf (nervus)

Mengatur hampir semua fungsi tubuh manusia. Mulai dari yang disadari

sampai yang tidak disadari

f. Sistem pencernaan (digestif)

Berfungsi untuk mencernakan makanan yang masuk dalam tubuh

sehingga siap masuk ke dalam darah dan siap untuk dipakai oleh tubuh

5. Incident Command System ( Ics )

Di sini tidak akan dijelaskan secara rinci mengenai hal ini karena

bahasan ini merupakan suatu topik pelatihan sendiri. Perlu diketahui oleh

penolong bahwa sistem ini sebenarnya sudah ada dan baku,

pelaksanaannya tergantung dari masing-masing daerah.

Di Indonesia ICS ini sering dikenal sebagai POSKO, yang tugas

dasarnya adalah mengatur penanggulangan korban banyak atau bencana.

Bagaimana melakukan pemilahan korban, bagaimana dan kemana korban

di evakuasi, menggunakan apa, siapa yang bertugas di mana, kemana dan

semua hal lain yang berhubungan dengan pengaturan di lokasi.

Secara umum pada penanggulangan korban banyak perlu di atur tempat

sedemikian rupa sehingga ada :

a. Daerah Triage

Pada dasarnya daerah ini merupakan areal kejadian.

b. Daerah Pertolongan

Setelah pasien ditentukan triagenya maka dipindahkan ke daerah

penampungan di mana pertolongan diberikan.

c. Daerah Transportasi

Pada daerah ini berkumpul semua kendaraan yang akan digunakan

untuk mengevakuasi para korban, termasuk pencatatan data

pengiriman korban.

Page 6: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertolongan Pertama

10

d. Daerah Penampungan Penolong dan Peralatan

Pada daerah ini para penolong yang baru datang atau sudah bekerja

berkumpul, di data dan di atur pembagian kerjanya. Bila kejadiannya

besar maka daerah penampungan juga diperlukan untuk peralatan,

barang-barang lainnya.

2.4. Peralatan Pertolongan Pertama

1. Macam-macam alat pelindung diri (APD)

a. Sarung tangan

b. Lateks

c. Baju pelindung

d. Masker penolong

e. Masker resusitasi

f. Helm

2. Peralatan pertolongan pertama

a. Kasa steril

b. Bantalan kasa

c. Pembalut

d. Pembalut gulung/pita

e. Pembalut segitiga/mitela

f. Pembalut tabung

g. Pembalut rekat/plister

h. Cairan anti septik

i. Alkohol 70%

j. Iodine

k. Cairan pencuci mata

l. Peralatan stabilisasi, papan spinal panjang, papan spinal pendek

m. Pinset

n. Senter

Page 7: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertolongan Pertama

11

o. Selimut

p. Kartu penderita

q. Alat tulis

r. Oksigen

s. Tensimeter dan stetoskop

t. Tandu

Gambar 1 Peralatan pertolongan pertama

Sumber: Dokumen BASARNAS Semarang

2.5. Dasar Hukum Pertolongan Pertama

Menjadi seorang pelaku pertolongan pertama bukanlah hal yang

mudah karena salin harus memiliki pengetahuan dan keterampilan dan

pengetahuan dalam memberikan pertolongan pertama terhadap korban

penolong pertama juga harus mengetahuin dasar hukum dalam melakukan

pertolongan pertama. Landasan atau dasar hukum dalam melakukan

pertolongan pertama ialah:

1. Dalam pasal 531 KUH Pidana dinyatakan:

Barang siapa menyaksikan sendiri ada orang di dalam keadaan bahaya

maut, lalai memberikan atau mengadakan pertolongan kepadanya sedang

pertolongan itu dapat diberikannya atau diadakan dengan tidak akan

Page 8: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertolongan Pertama

12

mengkhawatirkan, bahwa ia sendiri atau orang lain akan kena bahaya

dihukum kurungan selama-lamanya tiga bulan atau denda sebanyak-

banyaknya Rp 4.500,- jika orang yang perlu ditolong itu mati, diancam

dengan: KUHP 45, 165, 187, 304S, 478, 525, 566. Pasal 531 KUHP ini

berlaku bila pelaku pertolongan pertama dapat melakukan pertolongan

tanpa membahayakan keselamatan dirinya dan orang lain.

2. Pasal 322 KUH Pidana:

a. Barang siapa dengan sengaja membuka sesuatu rahasia yang yang wajib

disipannya oleh karena jabatannya atau pekerjaannya baik yang

sekarang maupun yang dahulu dipidana dengan pidana penjara selama-

lamanya sembilan bulan atau denda sebanyak-banyaknya sembilan ribu

rupiah.

b. Jika kejahatan itu dilakukan yang tertentu, maka perbuatan itu hanya

dapat dituntut atas pengaduan orang itu.

Pasal 322 KUHP ini mengatur tentang kerahasiaan medis korban yang di

tolong. Dengan adanya kedua landasan hukum di atas, baik yang mengatur

tentang kewajiban melakukan pertolongan dan juga hak korban yang di

tolong maka setiap pelaku hendaknya selalu bertindak sesuai dengan prosedur

penatalaksanaan pertolongan pertama agar si pelaku tidak terjerat hukum.

2.6. Persetujuan Pertolongan

Saat memberikan pertolongan sangat penting untuk meminta izin kepada

korban terlebih dahulu atau kepada keluarga korban dan orang disekitar

korban bila korban tidak sadar kan diri. Ada 2 macam izin yang dikenal

dalam proses pertolongan pertama yaitu:

1. Persetujuan yang dianggap diberikan atau tersirat (Implied Consent)

persetujuan yang diberikan penderita sadar dengan cara memberikan

isyarat.

2. Persetujuan yang dinyatakan (Expressed Consent) persetujuan yang

dinyatakan secara lisan maupun tulis oleh penderita.

2.7. Penilaian Korban

Page 9: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertolongan Pertama

13

Ditahap ini penolong harus mengenali dan mengatasi keadaan yang

mengancam nyawa penderita dengan cara yang tepat, cepat dan sederhana.

Bila dalam pemeriksaan ditemukan adanya masalah, khususnya pada sistem

pernafasan dan sistem sirkulasi maka penolong langsung melakukan tindakan

Bantuan Hidup Dasar dan Resusitasi. Adapun langkah-langkah yang

dilakukan dalam Penilaian Dini adalah:

1. Kesan umum harus di lakukan untuk menentukan korban mengalamin

kasus trauma atau kasus medis.

a. Kasus trauma adalah kasus yang di sebabkan oleh luka yang terlihat jelas

atau teraba contohnya seperti luka terbuka, luka memar, patah tulang.

b. Kasus medis adalah kasus yang di sebabkan oleh riwayat kesehatan seperti

sesak nafas atau pun alergi terhadap suatu obat, dalam kasus ini para

penolong harus berupaya mencari tau dulu riwayar gangguan korban.

2. Memeriksa respon hal ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran berat

ringan gangguan yang terjadi di dalam otak. Respon dinilai berdasarkan

reaksi yang diberikan korban terhadap rangsangan yang diberikan oleh

penolong. Respon korban di bagi menjadi 4 bagian:

a. Awas: korban ini sadar dan mengetahuin keberadaannya, biasanya korban

tanggap terhadap orang, waktu dan tempat, sedikit gangguan dapat

bermakna beberapa korban mungkin terkena sadar penuh tetapi tidak

menyadarin keadaan lingkungan atau dimana mereka berada.

b. Suara: korban hanya bisa menjawab atau bereaksi bila di panggil atau

mendengar saura. Penderita ini dikatakan respon terhadap rangsang suara.

Seorang korban yang tidak bisa menjawa tempat dan waktu mungkin

termasuk golongan ini.

c. Nyeri : Korban hanya bereaksi bila diberikan respon (rangsang) nyeri,

misal dengan cubitan yang kuat, penekanan ditengah tulang dada (bila

tidak ada cedera dada) oleh penolong. Bila korban respon terhadap suara,

maka rangsang nyeri tidak perlu diberikan. Reaksi yang mungkin bisa

dilihat ketika diberi ransang nyeri adalah membuka mata, erangan, melipat

Page 10: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertolongan Pertama

14

atau menjatuhkan alat gerak, dan gerakan ringan lainnya. Laporannya

adalah korban respon terhadap nyeri.

d. Tidak Respon : Korban tidak berekasi dengan rangsang apapun yang

dilakukan penolong. Jika dijumpai kasus ini, maka penolong harus segera

melakukan penatalaksanaan penanganan jalan nafas dan lainnya.

Pemeriksaan fisik harus dilakukan dengan rinci dan sistematis mulai

dari ujung kepala sampai ujung kaki. Dapat kita gunakan tiga metode yaitu

penglihatan (inspection), perabaan (palpation), dan pendengaran

(auscultation). Dalam melakukan pemeriksaan ada beberapa hal yang harus

di perhatiakan yaitu adalah perubahaan bentuk bandingkan sisi sehat dan sisi

sakit, luka terbuka biasanya terlihat dengan jelas karena mengkeluarkan

darah, nyeri daerah cidera lunak bila di tekan, dan bengkak berada di daerah

yang mengalamin cidera.

2.8. Cara Mengangkat dan Memindahkan Korban

Pada saat keadaan berbahaya kita harus memindahkan korban

dengan cara yang baik dan benar sehingga tidak mengakibatkan cidera

tambahan parah atau mengakibatkan luka tambah serius. Mekanika tubuh

penggunaan tubuh dengan baik untuk memfasilitasi pengangkatan dan

pemindahaan korban untuk mencegah cedera pada pertolongan pertama,

cara yang salah dapat mengakibatkan cedera pada penolong, saat

mengangkat ada beberapa hal yang di perhatikan:

1. Rencana pemindahaan sebelum mengangkat

2. Gunakan tungkai jangan gunakan punggung

3. Upayakan untuk memindahkan beban serapat mungkin dengan tubuh

4. Lakukan gerakan seara menyeluruh dan upayakan agar bagian tubuh

saling menopang

5. Bila dapat kurangin jarak atau ketinggian yang harus di laluin korban

6. Pastikan posisi dan angkat korban secara bertahap

Page 11: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertolongan Pertama

15

7. Hal-hal tersebut di atas harus selalu dilakukan bila akan memindahkan

atau mengangkat korban, kunci yang paling utama adalah menjaga

kelurusna tulang belakang upayakan kerja berkelompok terus

berkomonikasi dan lakukan koordinasi. Mekanika tubuh yang baik akan

akan sangat membantu saat mengangkat korban.

Dalam memindahkan korban ada beberapa hal yang di perhatikan:

a. Pada saat memindahkan jangan sampai cedera pada korban bertambah

atau semakin parah.

b. Ragu-ragu hubungin medis untuk mengangkat korban.

c. Syarat utama dalam mengangkat korban yaitu keadaan fisik yang baik,

terlatih dan dijaga dengan baik.

d. Nyeri pinggang (low back pain) merupakan hal yang paling sering

dikeluhkan oleh tenaga medis di lapangan.

e. Saat mengangkat dengan tangan, telapak tangan menghadap ke arah

depan.

f. Jaga titik berat beban sedekat mungkin ke tubuh anda.

g. Gunakan alat bantu.

h. Jarak antara kedua lengan dan tungkai adalah selebar bahu. jarak terlalu

rapat dapat mengurangin stabilitas dan jarak terlalu lebar dapat

mengurangin tenaga.

Page 12: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertolongan Pertama

16

Gambar 2 Teknik Pemindahaan Darurat

Sumber: Dokumen BASARNAS Semarang

Gambar 3 teknik sampir pundak

Sumber: Basarnas Semarang

Gambar 4 Teknik Pemindahaan Darurat Oleh Satu Orang

Sumber: : Basarnas Semarang

Page 13: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertolongan Pertama

17

Gambar 5 Teknik Pemindahaan Tidak Darurat Oleh Dua Orang Penolong

Sumber: Basarnas Semarang

Gambar 6 Teknik Angkat Langsung

Page 14: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertolongan Pertama

18

Sumber: Basarnas Semarang

Gambar 7 Alat-

alat Memindahkan Korban

Sumber: Basarnas Semarang