Upload
others
View
19
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Minyak Zaitun
Minyak zaitun adalah salah satu minyak tumbuhan yang pertama dibuat
manusia, yang diperas dari buah pohon zaitun (Olea europae L.) yang aslinya
dikembangbiakkan di Cekungan Laut Tengah. Minyak zaitun dapat dibuat dari
varietas zaitun yang biasa dipakai berkebun, seperti zaitun hijau dan hitam (Orey,
2008).
(International Olive Council, 2015)
Gambar 2.1
Minyak Zaitun
Minyak zatun digunakan secara luas untuk keperluan masakan (minyak salad,
minyak goreng, saus pasta), kosmetik, dan industri farmasi. Pada beberapa
penelitian kesehatan masyarakat disebutkan bahwa diet tradisional orang di daerah
mediterania menggunakan minyak zaitun sebagai salah satu bahan makanan yang
paling penting (Ghanbari et al., 2012). Penelitian oleh Gracia, et al, menyebutkan
bahwa diet mediterania memiliki efek signifikan dalam menurunkan faktor resiko
penyakit metabolik (Gracia, et al, 2016).
7
2.1.1 Taksonomi Tanaman Zaitun (Olea Europaea)
Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Sub-divisi : Spermatophyina
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Lamiales
Famili : Oleaceae
Genus : Olea L.
Spesies : Olea europaea (Bartollini dan Petruccelli, 2002)
2.1.2 Tingkat Kualitas Minyak Zaitun
Terdapat lima tingkat kualitas minyak zaitun yang dibedakan
berdasar proses pembuatannya. Pertama, tingkat extra virgin dihasilkan dari
zaitun berkualitas utama dan hanya boleh memiliki keasaman alami kurang
dari 1%. Kedua, tingkat virgin diproses secara mekanik (dengan perasan)
tanpa panas, yang mengubah tingkat keasaman menjadi antara 1-5%.
Ketiga, tingkat pure merupakan campuran dari minyak zaitun sulingan
(diolah dengan uap dan bahan kimia), tingkat keasamannya berkisar 3-4%,
dan paling sering digunakan untuk memasak. Keempat, tingkat extracted
and refined dibuat dari sisa perasaan pertama, dengan menggunakan pelarut
kimia. Kelima, tingkat pomace dibuat dengan ekstraksi kimia dari residu
yang tersisa setelah perasan dan pemrosesan kedua dan mengandung
keasaman 5-10% (Orey, 2008).
8
2.1.3 Komposisi Minyak Zaitun
Minyak zaitun mengandung polifenol yang berfungsi sebagai antioksidan
(Orey, 2008). Kandungan fenol terbesar adalah oleuropein, β-(3,4-
dihidroksifeniletanol) (hydroxytyrosol) dan p-hidroxifeniletanol (tyrosol)
(Ghanbari et al., 2012). Deskripsi senyawa fenolik adalah sebagai berikut
Tabel 2.1 Polifenol pada Buah Zaitun
(Ghanbari et al., 2012)
Pada minyak zaitun extra virgin konsentrasi senyawa fenolik ini sekitar 253
mg/kg (Vito L., et al, 2015). 90% senyawa fenolik terdiri dari hydroxytyrosol,
tyrosol, dan turunan secoroid (Torre, et al, 2005). Sebagai antioksidan, Oleuropein,
tyrosol, hydroxytyrosol, dan caffeic acid telah dibuktikan dapat menginhibisi
pembentukan reactive nitrogen species (De La Purta, et al, 2001) selain itu
pemberian hidroksitirosol dan ekstrak polifenol dari minyak zaitun ekstra virgin
mampu menurunkan peningkatan ROS (Carolina E., et al, 2014). Telah dibuktikan
bahwa senyawa fenolik pada minyak zaitun memiliki bioavaibilitas tinggi pada
Polifenol
Flavonol
Quercetin-3-rutinoside, Lueolin-7-glucoside, Luteolin-5-glucoside, Apigenin-7-
glucoseside
Asam Fenolik
Chlorogenic acid, caffeic acid, p-Hydroxybenzoic acid, Protocatechuic acid,
Vanilic acid, Syringic acid, p-Coumaric acid, o-Coumaric acid, Ferulic acid,
Sinapie acid, Benzoic acid, Cinnamic acid, Gallic acid
Alkohol Fenolik
(3-4-Dihydroxyphenyl) ethanol (3-,4-DHPEA), (p-Hydroxyphenyl ethanol (p-
HPEA)
Secoiridoid
Oleuropein, Demethyloteuropein, Ligstroside, Nuzhenide
Turunan asam hidroksisinamat
Verbascoside
9
manusia. Tingginya bioavaibilitas ini menguatkan bukti senyawa fenolik
menguntungkan untuk kesehatan (Sara, et al, 2010).
Hampir 98% bahan kimia minyak zaitun terdiri dari triasilgliserol (TAG),
gliserida parsial, ester asam lemak atau asam lemak bebas dan fosfatida, sedangkan
1-2% terdiri dari komponen ringan seperti tokoferol, pitosterol,
pewarna pigmen dan polifenol. Berikut kandungan polifenol pada minyak zaitun
extra virgin
Tabel 2.2 Profil Polifenol pada Minyak Zaitun Extra Virgin
Determined by HPLC 1
Profil polifenol
(mg/kg)
Standard
Error Mean
Hydroxytyrosol
Tyrosol
3,4-DHPEA-EDA
p-HPEA-EDA
(+)-1-Acetoxypinoresinol
(+)-Pinoresinol
Luteolin
3,4-DHPEA-EA
Apigenin
p-HPEA-EA
Total fenol
42.98
66.25
39.44
38.42
24.16
13.34
5.25
14.64
4.51
4.59
253.58
0.052
0.045
0.021
0.016
0.014
0.009
0.005
0.019
0.003
0.002
0.52
Manfaat kesehatan dari minyak zaitun terutama berasal dari
kandungan tinggi MUFA seperti asam oleat, sterol (terutama -sitosterol),
hidrokarbon (squalene), tokoferol (terutama α-tokoferol), klorofil, karotenoid (β-
karoten dan lutein) dan antioksidan (polifenol) (Ghanbari, 2012). Komposisi
MUFA yang terbesar dalam minyak zaitun adalah asam oleat (asam oleat). Asam
oleat telah banyak dibuktikan dapat meningkatkan high density lipoprotein (HDL)
dan apoprotein A1 serta menurunkan low density lipoprotein (LDL) dan apoprotein
(Vito L, et al, 2015)
10
B, karena itulah minyk zaitun dapat mencegah penyakit kardiovaskular yang
menjadi salah satu penyebab kematian tebesar di negara maju (Klonoff, 2009).
Tabel 2.3 Kandungan Berbagai Jenis Asam Lemak pada Minyak Zaitun
Asam Lemak Kandungan (%)
Myristic acid
Palmitic acid
< 0,05
7,5-20,0
Palmitoleic acid 0.3-3,5
Heptadecanoic acid < 0,3
Stearic acid 0,5-5,0
Oleic acid 55,0-83,0
Linoleic acid 3,5-21,0
Lignoceric acid < 1,0
Linolenic acid 3,5-21,0
Arachidic acid < 0,6
Gadoleic acid < 0,4
Behenic acid < 0,2 (Ghanbari et al., 2012)
2.2 Diabetes Melitus
2.2.1 Definsi DM
DM merupakan penyakit metabolik, karakteristiknya adalah adanya
hiperglikemia karena gangguan sekresi insulin, kerja insulin, maupun keduanya.
DM disebabkan oleh gangguan metabolisme yang menghambat aktivitas insulin
atau produksi insulin yang kurang. Kekurangan mutlak insulin dapat disebabkan
oleh perubahan degeneratif dari sel-sel beta, penurunan efektifitas hormon, dan
tumor endokrin yang menyebabkan penurunan sekresi hormone (PERKENI, 2011).
Faktor penyebab DM antara lain pola makan, pola hidup, dan faktor herediter.
Faktor herediter sering juga menyebabkan timbulnya DM melalui peningkatan
kerentanan sel-sel beta terhadap penghancuran oleh virus atau mempermudah
perkembangan antibodi autoimun melalui sel-sel beta sehingga mengarah pada
penghancuran sel-sel beta. Obesitas juga merupakan salah satu penyebab terjadinya
11
DM karena obesitas dapat menurunkan jumlah reseptor insulin di dalam sel target
insulin di seluruh tubuh, sehingga membuat jumlah insulin yang tersedia kurang
efektif dalam meningkatkan efek metabolik insulin yang biasa (Guyton dan Hall,
2012). Seiring bertambahnya umur, maka intoleransi terhadap glukosa juga
meningkat. Hal ini dikarenakan pada usia lanjut sering terjadi obesitas, aktivitas
fisik yang kurang, berkurangnya massa otot, penyakit penyerta dan penggunaan
obat-obatan sehingga terjadi penurunan sekresi insulin dan resistensi insulin
(Misnadiarty, 2006). Selain itu penyebab diabetes lainnya adalah: kadar
kortikosteroid yang tinggi, kehamilan (diabetes gestasional) yang akan hilang
setelah melahirkan, obat-obatan yang dapat merusak pankreas dan racun yang
mempengaruhi pembentukan atau efek dari insulin.
2.2.2 Tipe Diabetes Melitus
2.2.2.1 Diabetes Melitus Tipe 1
Pada tipe ini terdapat destruksi sel beta yang diperantai oleh system imun
(autoimun) maupun idiopatik, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut.
Proporsi DM Tipe 1 kurang lebih 5-10% dari seluruh penderita diabetes. Disebut
juga Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM). (ADA, 2010; PERKENI 2011).
2.2.2.2 Diabetes Melitus Tipe 2
Pada diabetes mellitus tipe 2 terdapat insensitivitas sel terhadap insulin yang
menyebabkan hiperglikemi. Kadar insulin yang dihasilkan oleh sel beta pankereas
sedikit menurun atau berada dalam rentang normal. Karena insulin masih tetap
diproduksi, maka diabetes mellitus tipe II disebut Non Insulin Dependent Diabetes
Mellitus (NIDDM) (Fatimah, 2015).
12
2.2.3 Patogenesis Diabetes Melitus
2.2.3.1 Diabetes Melitus Tipe 1
Diabetes tipe 1 terjadi akibat destruksi autoimun sel beta pankreas.
Terdapat tiga mekanisme yang berperan dalam destruksi sel beta pankreas:
kerentanan genetik, disregulasi imun dan gangguan lingkungan. Kerentanan
genetik berkaitan dengan alel spesifik kompleks histokompatibilitas mayor (MHC)
kelas II dan lokus genetik lain yang menyebabkan seseorang rentan terhadap
timbulnya disregulasi imun berupa produksi antibodi terhadap sel beta: GAD-
65,ICA512AA-2, IA.A. Pajanan lingkungan berupa irus, toxin, strees menambah
faktor predisposisi untuk menimbulkan disregulasi imun terhadap sel beta pankreas.
(Robbins et al., 2007; Pittas, 2004).
(Pittas, A.G, 2004)
Gambar 2.2
Patogenesis DM Tipe 1
Meskipun onset klinis diabetes mellitus tipe 1 bersifat mendadak,
kenyataannya peyakit ini terjadi akibat serangan autoimun kronis terhadap sel beta
yang berlangung lama sebelum timbul gejala klinis. Berbagai auto-antibodi
Genetic
Predisposition
Interaction
between
Susceptibility
and Protection
geneses
MC-HLA, DP3,
DR4,DQ
Environment
Modifiers of
genetic
predisposition
Viruses, Diet,
Toxins, Vaccnes,
Stress, Climatic
factors
Immune
Dysregulation
Islet
Antibodies
GAD-65,
ICA512AA-2,
IAA
Beta islet
cell
destruction
& Insulin
Deficiency
Normal Glucose Intolerance Diabetes
13
terhadap antigen sel Langerhans muncul usia 9 bulan dan terdapat pada 80% pasien
dengan diabetes onset baru. Pada 10% hingga 20% penderita diabetes tipe 1 juga
menderita penyakit autoimun spesifik seperti tiroiditis Hashimoto, Graves,
Addison, atau anemia pernisiosa (Robbins et al., 2007).
Serangan lingkungan dapat memicu autoimunitas dengan merusak sel beta.
Pengamatan epidemiologis mengisyaratkan bahwa virus dapat menjadi pemicu.
Beberapa virus dilaporkan berkaitan dengan diabetes tipe 1A, yaitu coxsackievirus
B, parotitis, campak, rubella, dan mononucleosis infeksiosa. Dalam pandangan lain
virus tidak memacu autoimunitas, tetapi memperkuat kumpulan sel T autoreaktif
yang sudah ada (Robbins et al., 2007).
2.2.3.2 Diabetes Melitus Tipe 2
Pada DM tipe 2 tidak ada bukti bahwa mekanisme autoimun berperan,
tetapi faktor genetiklah yang berperan lebih penting. Pada penelitian terakhir
mengenai dasar molekular, gangguan dalam pengenalan glukosa oleh sel beta
menunjukkan adanya suatu protein mitokondria yang memisahkan respirasi
biokimia dari fosforilasi oksidatif sehingga menghasilkan panas dan bukan
menghasilkan ATP. Protein ini disebut uncoupling protein 2 (UCP2) yang
diekspresikan pada sel beta. Kadar UCP 2 intrasel yang tinggi menurunkan respons
insulin, sedangkan kadar yang rendah memperkuatnya. Oleh karena itu,
dihipotesiskan bahwa peningkatan kadar UCP2 intrasel yang tinggi menumpulkan
respon insulin (Robbins et al., 2007).
14
(Gable, D.R, et al, 2006)
Gambar 2.3
Patogenesis DM tipe 2.
Uncoupling Protein 2 yang diekspresikan sel beta menurunkan pembentukan ATP
sehingga menurunkan sekresi insulin
2.2.4 Kriteria Diagnosis
Kriteria diagnosis laboraturium menurut Robbins et al, 2007, yaitu
Konsentrasi gukosa plasma vena puasa (semalam) 126 mg/dL atau lebih pada
satu kali pemeriksaan, gejala klinis DM dan kadar glukosa sewaktu 200 mg/dL
atau lebih, setelah ingesti 75 g glukosa, KGD vena 2 jam 200 mg/dL atau lebih.
Sedangkan keluhan klasik yang diderita oleh penderita DM adalah poliuria,
polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan
sebabnya, lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi ereksi pada
pria, serta pruritus vulvae pada wanita.
Untuk evaluasi dan pemeriksaan komplikasi, dilakukan pemeriksaan
berupa uji hemoglobin glikosilat (HbA1c) untuk memantau keefektifan terapi
jangka panjang pada pasien yang sebelumnya didiagnosis diabetes. Uji ini
menunjukkan kadar hemoglobin yang menggambarkan kadar glukosa darah
rata-rata selama 2-3 bulan sebelumnya, selain itu berupa pemeriksaan
H+
UCP2
ADP
UCP2-866A Reduces Insulin Secretion from Beta Cell
4) Insulin Secretion
3) Activvation of KATP Channel
1) Glucose Entry via GLUT 2
2) Glycolysis
ATP Heat
H+
15
oftalmologi dapat menunjukkan diabetik retinopati dan urinalisis untuk
menentukan adanya aseton dalam urin. (PERKENI, 2011)
2.3 Pankreas
Pankreas terletak sejajar dan di belakang lambung, struktur dalamnya hampir
sama seperti kelenjar saliva. Pankreas merupakan kelenjar endokrin sekaligus
eksokrin. Organ eksokrin menghasilka n enzim-enzim pankreas (amilase,
peptidase, lipase) yang disekresikan asini pankreas ke duodenum. Kelenjar
endokrin menghasilkan hormon insulin, glukagon, somatostatin. Yang berfungsi
sebagai organ endokrin adalah pulau Langerhans (Widjadja, 2009).
2.3.1 Anatomi Pankreas
Gambar 2.4
Gambaran Anatomi Pankreas
Pankreas terletak pada regio epigastrika dan hipokondria kiri, di bagian
belakang abdomen, di belakang peritoneum parietal dan membentuk stomatch bad
pada lambung. Panjangnya antara 12-15 cm dan beratnya kurang lebih 90 g.
Bagian Pankreas adalah kaput, korpus, kolum, dan kauda pankreas. Pankreas
(Sobotta, 2006)
16
memiliki dua saluran keluar utama, yaitu ductus pankreaticus Wirsungi dan ductus
pancreatikus accessories Santorini. Pembuluh darah yang memvaskularisasi
pankreas adalah cabang-cabang arteri lienalis, memvaskularisasi bagian korpus
dan kaput, dan arteriae pancreaticus duodenalis superior dan inferior,
memvaskularisasi bagian kaput. Vena dari pankreas dialirkan ke vena porta, vena
dialirkan ke nodi lymphaticilienalis, dan vena mesenterica superior. Saluran limfe
pankreas mengikuti aluran darahnya. Sebagian besar limfe dialirkan ke nodi
lymphatici mesenterici superiors. Pankreas diinervasi oleh nervi vagi dan
splanchnici (Widjadja, 2009).
(Longnecker, 2014)
Gambar 2.5
Anatomi Pancreas Tikus Dewasa
Pankreas dari tikus dewasa ditampilkan dikelilingi oleh lambung (atas),
duodenum dan jejunum proksimal (gambar kiri dan bawah), dan limpa (gambar
kanan). duodenum membungkus di sekitar kepala pankreas (seperti dibatasi oleh
garis). Rodent pankreas lebih lembut dan menyebar dibandingkan dengan pankreas
manusia (Longlecker, Daniel, 2014). Berbeda dari pankreas manusia yang memiliki
17
bentuk yang jelas dan padat, pankreas tikus secara longgar tersebar dalam
mesenterika (Dintzis, S.M dan Liggitt, Daniel, 2011).
2.3.2 Histologi Pulau Langerhans
(Eroschenko,2008)
Gambar 2.6
Gambaran Histologi Pulau Langerhans Manusia
Pankreas manusia mempunyai 1 sampai 2 juta pulau Langerhans, Setiap
pulau terdiri dari sel-sel bulat atau poligonal pucat disusun dalam tumpukan yang
dipisahkan oleh jalinan kapiler darah bertingkap. Ada kecenderungan pulau yang
di bagian ekor pankreas jumlahnya lebih banyak (Junqueira & Carneiro, 2005;
Baradero, et al., 2009).
Pulau langerhans mengandung empat jenis sel, yaitu sel alfa, sel beta, sel
delta dan sel PP (Polipeptida Pankreas). Pada manusia, sel alfa mempunyai granula
yang teratur dengan sebuah inti padat yang dikelilingi daerah jernih yang dibatasi
oleh sebuah membran. Sel beta mempunyai granul yang tidak teratur dengan inti
yang terbentuk oleh kristal-kristal kompleks insulin. Sel beta mencakup 70% dari
semua sel pulau dan menyekresi hormon insulin dan amilin. Sel alfa kira-kira
mencakup 5% hingga 20% dari semua sel pulau dan menyekresi glucagon. Sel delta
kira-kira mencakup 5% hingga 10% dari semua sel pulau dan menyekresi
somatostatin, yang menekan pengeluaran insulin dan glucagon. Sedangkan sel PP
18
membentuk 1% hingga 2% dari semua sel (Junqueira dan Carneiro, 2005 ; Robbins
et al., 2007).
Pada tikus, pulau Langerhans dikelilingi oleh sel-sel eksokrin. Pulau
langerhans pada tikus tersebar merata pada organ pankreas. Sel beta tampak
berwarna biru dan jumlah lebih mendominasi (±75%) dibandingkan sel alfa (±18%)
(Dintzis, S.M dan Liggitt, Daniel, 2011).
(Walvekar, et al, 2016)
Gambar 2.7
Gambaran Histologi Pulau Langerhans Tikus.
Pada pulau Langerhans tikus perbesaran 400x tampak gambaran histologi normal.
I menunjukkan pulau Langerhans, AC menunjukkan sel asinar
2.4 Patofisiologi Defek Sel Beta Pankreas
Kerusakan sel beta pankreas disebabkan oleh beberapa hal, antara lain karena
penumpukan amiloid, glukotoksisitas, lipotoksisitas (Stumvoll et al., 2005).
2.4.1 Penumpukan amiloid pada sel beta pankreas
Kegagalan sel beta pada diabetes tipe 2 dilaporkan berkaitan dengan
pengendapan amiloid di pulau Langerhans. Pada 90% pasien diabetes tipe 2
ditemukan endapan amiloid pada autopsy. Amilin, komponen utama amiloid yang
19
mengendap, secara normal dihasilkan oleh sel beta pankreas dan disekresikan
bersama dengan insulin sebagai respons terhadap pemberian glukosa.
Hiperinsulinemia yang disebabkan oleh resistensi insulin pada fase awal diabetes
tipe 2 menyebabkan produksi amilin meningkat yang kemudian mengendap sebagai
amiloid di islet. Amilin yang mengelilingi sel beta mungkin menyebabkan sel beta
refrakter dalam menerima sinyal glukosa. Amiloid juga bersifat toksik bagi sel beta
sehingga berperan menyebabkan kerusakan sel beta yang ditemukan pada kasus
diabetes tipe 2 tahap lanjut (Robbins et al., 2007).
2.4.2 Glukotoksisitas
Pada penyakit fase awal, sekresi insulin akan meningkat sebagai respon dari
resistensi insulin. Namun selanjutnya terjadi gangguan sekresi sehingga jumlah
insulin berkurang. Apabila sekresi insulin berkurang dan resisten, maka akan
menyebabkan hiperglikemia. Hiperglikemia kronik dapat mengganggu fungsi sel
beta pankreas dengan cara memicu apoptosis sel beta melalui mekanisme
glukotoksisitas. Metabolisme glukosa yang meningkat dan bersifat oksidatif di sel
beta pankreas serta peningkatan kalsium intraseluler sampai konsentrasi yang
sitotoksik akan menyebabkan pembentukan reactive oxygen species (ROS).
Glukotoksisitas juga mengakibatkan peningkatan sintesis granul protein pada sel
beta termasuk proinsulin dan pro-islet amyloid associated peptide (proIAPP) yang
memicu stress retikulum endoplasma. (Stumvoll et al., 2005).
Sel beta pankreas hanya mempunyai sedikit enzim katalase dan superoksida
dismutase, yang berfungsi untuk merubah ROS. ROS akan mengaktifkan NF-κB
yang berpotensial menginduksi apoptosis sel beta. Penurunan progresif sel beta
20
adalah sebagai akibat meningkatnya apoptosis yang melebihi proses replikasi dan
neogenesis (Purnamasari dan Poerwantoro, 2011).
2.4.3 Lipotoksisitas
Lipotoksisitas adalah efek berbahaya dari akumulasi lemak pada jaringan
perifer saat pasokan asam lemak memenuhi kapasitas jaringan adiposa
menyebabkan kematian sel dan kegagalan sel beta. (Biden, 2010). Walaupun asam
lemak bebas dapat merangsang peningkatan sekresi insulin, namun setelah 24 jam
akan menghambat sekresi insulin. Dengan adanya glukosa, oksidasi asam lemak di
sel beta dihambat dan terjadilah akumulasi rantai panjang asetil co-A. dimana rantai
panjang asetil co-A sendiri dapat mengurangi proses sekresi insulin dengan
membuka kanal kalium dan berujung menghambat pembentukan ATP (Stumvoll,
et al., 2005).
2.5 Perubahan Histopatologis Pankreas Tikus pada Diabetes Melitus
Pada penelitian oleh Sursana, et al. (2010), ultrastruktur jaringan pankreas tikus
positif DM terlihat ukuran, jumlah, maupun bentuk pulau Langerhans mengalami
penurunan. Sekretori granula insulin berkurang, pertautan antara sel asinar dengan
pulau Langerhans lepas, membran mitokondria bocor (rupture), mitokondria
kehilangan struktur kristae dan inti sel beta mengalami kariopiknotis (Sursana, et
al, 2010).
Pada pancreas tikus model DM terjadi degenerasi sel endokrin hingga nekrosa
sel. Nekrosis adalah kerusakan sel fatal, ciri-cirinya adalah struktur dan fungsi sel
rusak secara menyeluruh kemudian diikuti lisisnya sel dan peradangan jaringan
sehingga berakibat kematian sel. Penurunan jumlah sel beta pankreas menunjukkan
21
terdapat gangguan metabolisme insulin pada pankreas. Inti sel yang berubah bentuk
menjadi polimorf menunjukkan degenerasi sel endokrin (Zubaidah, et al., 2015).
(Walvekar, et al, 2016)
Gambar 2.8
Gambaran Histolopatologi Pulau Langerhans Tikus Model DM.
Luas pualu Langerhans pada perbesaran 400x mengalami penyusutan
akibat dari keadaan diabetes mellitus. I menunjukkan pulau Langerhans,
AC menunjukkan sel asinar
2.6 Tikus Model Diabetes Melitus
Keadaan DM pada tikus didapatkan dengan cara menginduksi tikus dengan
aloksan. Aloksan merupakan bahan kimia sitotoksik analog glukosa yang dapat
terakumulasi pada sel beta pancreas melalui reseptor GLUT 2 (Szkudelski, T.,
2001). Aloksan mengandung glutation yang menyebabkan terjadinya reaksi redoks
pada Aloksan. Reaksi redoks tersebut menghasilkan ROS dan produk sisa berupa
asam diularik. Autoksidasi pada asam diularik menghasilkan radikal superoksida,
hydrogen peroksida, dan radikal hidroksil yang menyebabkan kerusakan pada sel
beta pancreas (Lenzen, S, 2008). Aloksan mampu menimbulkan keadaan
22
hiperglikemi setelah 48 jam pasca penginduksian, sedangkan secara morfologi,
terjadi pula degranulasi sel beta pancreas secara komplit (Lenzen, S, 2008).
Pengecekan efek aloksan dilakukan dengan melihat kadar gula darah pada
tikus. Tikus dipuasakan selama 14-18 jam pada malam hari sebelum dilihat kadar
gula darahnya. Selama 14-18 jam puasa, cadangan glikogen pada hepar tikus mulai
habis, sehingga kadar gula darah yang terdeteksi merupakan glukosa yang murni
teregulasi pada pembuluh darah dan bukan merupakan glukosa cadangan tubuh
(Ayala, J.E., Samuel V.T., Morton G.J., et al, 2010).
2.7 Peran Minyak Zaitun pada Diabetes Melitus
Pada keadaan DM terjadi peningkatan produksi ROS. Jika produksi ROS
berlebihan maka menjadikannya sebagai radikal bebas. Kadar radikal bebas yang
lebih tinggi dari antioksidan dalam tubuh menyebabkan kerusakan sel beta pankreas
hingga mengakibatkan produksi dan sekresi insulin menurun. Pada keadaan sekresi
dan produksi insulin menurun, kadar glukosa darah akan naik sehingga
memperparah kerusakan beta pankreas (Setiawan dan Suhartono, 2005). Sel beta
pankreas mencakup 70% dari semua sel di pulau langerhans pankreas (Robbins, et
al., 2007), sehingga dengan kerusakan sel beta pankreas akan menurunkan luas
pulau Langerhans.
Minyak zaitun kaya akan kandungan senyawa fenolik. Senyawa fenolik
terkenal berfungsi sebagai antioksidan (Orey, 2008). 90% senyawa fenolik pada
minyak zaitun terdiri dari hidroksitirosol, tirosol, dan turunan secoroid (Torre, et
al, 2005). Bioavaibilitas senyawa fenolik yang tinggi pada manusia menjadikannya
efektif dalam menurunkan radikal bebas (Sara, et al, 2010). Selain itu, penelitian
23
oleh Carolina E., et al membuktikan bahwa pemberian hidroksitirosol dan ekstrak
polifenol dari minyak zaitun ekstra virgin mampu menurunkan kadar ROS
(Carolina E., et al, 2014). Menurunnya kadar ROS ini juga berhubungan dengan
Kandungan hidroksitirosol juga mampu menurunkan tingkat F2-isoprostan yang
merupakan marker stress oksidatif yang jumlahnya mengalami peningkatan pada
penderita diabetes mellitus (Visioli, F., Galli, C., Plasmati, E., et al, 2000).
Pada pankreas DM ditemukan agregasi human islet amyloid polypeptide
(hIAPP) yang bersifat toksik pada sel itu sendiri. hIAPP merupakan suatu residu
peptida yang dikeluarkan bersama insulin oleh sel beta pankreas oleh karena respon
peningkatan glukosa plasma. Kandungan utama phenol pada minyak zaitun yang
dapat menghambat agregasi hIAPP ini adalah oleuropein, sehingga oleuropein
dalam minyak zaitun extra virgin dapat menghambat kerusakan sel beta pankreas
(Rigacci, 2010).
Produksi insulin yang kurang ataupun aktivitas insulin yang terhambat
merupakan manifestasi gangguan metabolisme pada DM. Perubahan degeneratif
sel beta sebagai produsen insulin menyebabkan kekurangan insulin secara mutlak
(PERKENI, 2011). Minyak zaitun mengandung MUFA sebesar 65-80% (Viola,
2009). MUFA sebagai komponen utama dari minyak zaitun (Ghanbari, et al, 2012)
sangat baik untuk pemenuhan kebutuhan lemak penderita DM (PERKENI, 2011).
MUFA menyekresikan protein kinase C, dimana adanya protein kinase C
dapat mencetuskan pengeluaran hormone antidiabetik GLP-1 (Iakoubov, et al,
2011). Hormon antidiabetik GLP-1 meningkatkan produksi cAMP, dimana hasil
dari peningkatan produksi cAMP adalah pencegahan apoptosis sel beta, dan
memelihara sensitisasi glukosa terhadap sel beta (Doyle dan Egan, 2007).