66
BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 E-Learning (Electronic Learning) 2.1.1 Pengertian E-Learning Menurut Effendi (2005,p6), terminologi e-learning dapat mengacu pada semua kegiatan pelatihan yang menggunakan media elektronik atau teknologi informasi. Sistem pembelajaran elektronik atau e-pembelajaran (Inggris: Electronic learning disingkat E-learning) adalah cara baru dalam proses belajar mengajar. E-learning merupakan dasar dan konsekuensi logis dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Dengan e-learning, peserta ajar (learner atau murid) tidak perlu duduk di ruang kelas untuk menyimak setiap ucapan dari seorang guru secara langsung. (www.wikipedia.com/e-learning.htm) 2.1.2 Tipe-tipe E-Learning Berdasarkan Effendi (2005,p7), pada dasarnya e-learning mempunyai dua tipe, yaitu: 1. Synchronous Training Synchronous berarti “pada waktu yang sama”. Synchronous training adalah tipe pelatihan, dimana proses pembelajaran terjadi pada saat yang sama ketika pengajar sedang mengajar dan murid sedang belajar. Hal tersebut memungkinkannya interaksi langsung antara guru dan murid, baik melalui intranet maupun internet. Synchronous training mengharuskan guru dan murid mengakses internet bersamaan.

BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00418-MN Bab 2.pdfkegiatan pelatihan yang menggunakan media elektronik atau teknologi informasi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00418-MN Bab 2.pdfkegiatan pelatihan yang menggunakan media elektronik atau teknologi informasi

BAB 2

LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 E-Learning (Electronic Learning)

2.1.1 Pengertian E-Learning

Menurut Effendi (2005,p6), terminologi e-learning dapat mengacu pada semua

kegiatan pelatihan yang menggunakan media elektronik atau teknologi informasi.

Sistem pembelajaran elektronik atau e-pembelajaran (Inggris: Electronic learning

disingkat E-learning) adalah cara baru dalam proses belajar mengajar. E-learning

merupakan dasar dan konsekuensi logis dari perkembangan teknologi informasi dan

komunikasi. Dengan e-learning, peserta ajar (learner atau murid) tidak perlu duduk di

ruang kelas untuk menyimak setiap ucapan dari seorang guru secara langsung.

(www.wikipedia.com/e-learning.htm)

2.1.2 Tipe-tipe E-Learning

Berdasarkan Effendi (2005,p7), pada dasarnya e-learning mempunyai dua tipe,

yaitu:

1. Synchronous Training

Synchronous berarti “pada waktu yang sama”. Synchronous training adalah tipe

pelatihan, dimana proses pembelajaran terjadi pada saat yang sama ketika pengajar

sedang mengajar dan murid sedang belajar. Hal tersebut memungkinkannya

interaksi langsung antara guru dan murid, baik melalui intranet maupun internet.

Synchronous training mengharuskan guru dan murid mengakses internet bersamaan.

Page 2: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00418-MN Bab 2.pdfkegiatan pelatihan yang menggunakan media elektronik atau teknologi informasi

11

2. Asynchronous Training

Asynchronous berarti “tidak pada waktu yang bersamaan”. Jadi, seseorang dapat

mengambil pelatihan pada waktu yang berbeda dengan pengajar memberikan

pelatihan. Pelatihan ini lebih populer di dunia e-learning karena memberikan

keuntungan lebih bagi peserta pelatihan karena dapat mengakses pelatihan

kapanpun dan dimanapun.

2.1.3 Keuntungan E-Learning

E-learning telah mempersingkat waktu pembelajaran dan membuat biaya studi lebih

ekonomis. E-learning mempermudah interaksi antara peserta didik dengan bahan/materi,

peserta didik dengan dosen/guru/instruktur maupun sesama peserta didik. Peserta didik

dapat saling berbagi informasi dan dapat mengakses bahan-bahan belajar setiap saat

dan berulang-ulang, dengan kondisi yang demikian itu peserta didik dapat lebih

memantapkan penguasaannya terhadap materi pembelajaran.

Menurut Effendi (2005,p9), keuntungan dan kelebihan yang ditawarkan e-learning

adalah:

1. Biaya

E-learning mampu mengurangi biaya pelatihan. Akan tetapi, pengelola pelatihan pun

harus berhati-hati, karena manajemen e-learning yang tidak tepat akan membuat

biaya pelatihan semakin membengkak.

2. Fleksibilitas Waktu

E-learning membuat pelajar dapat menyesuaikan waktu belajar. Pelajar dapat

dengan mudah mengakses e-learning.

Page 3: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00418-MN Bab 2.pdfkegiatan pelatihan yang menggunakan media elektronik atau teknologi informasi

12

3. Fleksibilitas Tempat

Di sekolah-sekolah, para pelajar tidak perlu pergi jauh ke ruang kelas lain (misalnya

tempat bimbingan belajar). Mereka hanya perlu ke laboratorium komputer sekolah,

dimana e-learning tersebut di-instal, untuk mengikuti tambahan pelajaran.

4. Fleksibilitas Kecepatan Pembelajaran

Pelajar memiliki gaya belajar berbeda-beda. Oleh karena itu, wajar bila dalam suatu

kelas ada siswa yang mengerti dengan cepat dan ada yang harus mengulang

pelajaran untuk memahaminya. Akan tetapi, karena pelatih dan guru di kelas

mengajar dengan kecepatan sama untuk semua siswa, maka siswa yang lebih

lambat akan sulit memahami. Terlebih lagi guru sering tidak memiliki waktu

menjawab pertanyaan siswa atau berdiskusi setelah waktu pelajaran di kelas habis.

Siswa yang lebih cepat menginginkan lebih banyak materi, sedangkan siswa yang

lebih lambat menginginkan pengulangan pelajaran.

5. Standarisasi Pengajaran

Terdapat perbedaan kemampuan dan metode pengajaran yang diterapkan guru.

Perbedaan tersebut menyebabkan kualitas pengajaran sulit dijaga karena guru yang

difavoritkan tidak mungkin diminta mengajarkan semua pelajaran. E-learning dapat

menghapuskan perbedaan tersebut. Pelajaran e-learning selalu memiliki kualitas

sama setiap kali diakses dan tidak tergantung suasana hati pengajar.

6. Efektivitas Pengajaran

Karena e-learning merupakan teknologi baru, pelajar dapat tertarik dan mencobanya

sehingga jumlah pelatihan meningkat. E-learning yang didesain dengan instructional

design mutakhir membuat pelajar lebih mengerti isi pelajaran. Penyampaian

pelajaran e-learning dapat berupa simulasi dan kasus-kasus, menggunakan bentuk

permainan dan menerapkan teknologi animasi canggih.

Page 4: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00418-MN Bab 2.pdfkegiatan pelatihan yang menggunakan media elektronik atau teknologi informasi

13

7. Kecepatan Distribusi

Kemajuan teknologi yang pesat menuntut suatu pelatihan teknologi baru

dilaksanakan secepatnya dan menjangkau area luas secara singkat.

8. Ketersediaan On-Demand

Karena e-learning dapat sewaktu-waktu diakses, pelajar dapat menganggapnya

sebagai “buku saku”.

9. Otomatisasi Proses Administrasi

E-learning menggunakan suatu Learning Management System (LMS) yang berfungsi

sebagai platform pelajaran-pelajaran e-learning. LMS berfungsi pula menyimpan

data-data pelajar, pelajaran, dan proses pembelajaran yang berlangsung. LMS yang

baik dapat menyimpan dan membuat laporan tentang kegiatan belajar seorang

siswa, mulai dari pelajaran yang telah diambil, tanggal akses, berapa persen

pelajaran diselesaikan, berapa lama pelajaran diikuti, sampai berapa hasil tes akhir

yang diambil.

2.1.4 Keterbatasan E-Learning

Berdasarkan pendapat Effendi (2005,p15), walaupun e-learning menawarkan banyak

keuntungan bagi organisasi, praktik ini juga memiliki beberapa keterbatasan yang harus

diwaspadai oleh pengelola pelatihan sebelum menggunakan e-learning, yaitu:

1. Budaya

Penggunaan e-learning menuntut budaya self-learning, dimana seseorang

memotivasi diri sendiri agar mau belajar. Sebaliknya, pada sebagian besar budaya

pelatihan di Indonesia, motivasi belajar lebih banyak tergantung pada pengajar.

Dalam pelatihan di ruang kelas, 60% energi dari pengajar, sedangkan pelajar hanya

mendengar dan mencatat.

Page 5: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00418-MN Bab 2.pdfkegiatan pelatihan yang menggunakan media elektronik atau teknologi informasi

14

2. Investasi

Walaupun e-learning menghemat banyak biaya, tetapi suatu organisasi harus

mengeluarkan investasi awal cukup besar untuk mulai mengimplementasikan e-

learning. Investasi dapat berupa biaya desain dan pembuatan program Learning

Management System (LMS), paket pelajaran dan biaya-biaya lain, seperti promosi

dan change management system. Apabila infrastruktur yang dimiliki belum memadai,

organisasi harus mengeluarkan sejumlah dana untuk membeli komputer, jaringan,

server, dan lain sebagainya.

3. Teknologi

Karena teknologi yang digunakan beragam, ada kemungkinan teknologi tersebut

tidak sejalan dengan yang sudah ada dan terjadi konflik teknologi sehingga e-

learning tidak berjalan baik. Oleh karena itu, kompatibilitas teknologi yang digunakan

harus diteliti sebelum memutuskan menggunakan suatu paket e-learning.

4. Infrastruktur

Internet belum menjangkau semua kota di Indonesia. Layanan broadband baru ada

di kota-kota besar. Akibatnya, belum semua orang atau wilayah belum dapat

merasakan e-learning dengan internet.

5. Materi

Walaupun e-learning menawarkan berbagai fungsi, ada beberapa materi yang tidak

dapat diajarkan melalui e-learning. Pelatihan yang memerlukan banyak kegiatan

fisik, seperti olahraga dan instrumen musik, sulit disampaikan melalui e-learning

secara sempurna.

Page 6: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00418-MN Bab 2.pdfkegiatan pelatihan yang menggunakan media elektronik atau teknologi informasi

15

2.1.5 Analisa E-Learning

Menurut Effendi (2005,p26) analisa yang dilakukan kurang lebih sama dengan

analisa SWOT (Strengths-Weakness-Opportunities-Threats). Jika analisa SWOT

membagi analisa berdasarkan efeknya terhadap strategi, maka strategi e-learning akan

membagi analisa berdasarkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi strategi.

Namun pada pelaksanaannya, setelah analisa berdasarkan faktor-faktor dilakukan,

hasilnya dapat disusun berdasarkan efek. Bila hasil analisa suatu faktor menunjukkan

hasil positif bagi penerapan e-learning, maka hasil tersebut dapat dimasukkan dalam

strength atau opportunity.

Dengan demikian, analisa untuk strategi e-learning sebenarnya selaras dan searah

dengan analisa SWOT yang banyak dilakukan oleh organisasi. Faktor-faktor yang

dianalisa adalah:

1. Kebutuhan Organisasi

Analisa kebutuhan organisasi akan melihat keadaan organisasi sekarang dan

apakah keberadaan e-learning dapat memberikan dampak positif. Akan terlihat

pula ekspektasi manajemen terhadap peran pelatihan di organisasi dan bagaimana

e-learning membantu pencapaiannya. Sangat dibutuhkan jalinan komunikasi yang

kuat dengan pihak manajemen untuk mendeskripsikan tujuan yang ingin dicapai

organisasi. Dalam melakukan analisa kebutuhan organisasi untuk pelatihan dan e-

learning, ada beberapa hal yang perlu dicermati, yaitu:

Tujuan Organisasi

Perubahan Teknologi

Struktur Organisasi

Lingkungan Organisasi

Page 7: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00418-MN Bab 2.pdfkegiatan pelatihan yang menggunakan media elektronik atau teknologi informasi

16

2. Kebutuhan Pelatihan (E-Learning)

Analisa kebutuhan pelatihan akan melihat kebutuhan organisasi dari segi pelatihan

secara lebih spesifik dan hubungannya dengan e-learning. Analisa mengulas dasar-

dasar praktik analisa kebutuhan pelatihan (Training Need Analysis), dimana dapat

terlihat perbedaan (gap) antara kinerja yang dibutuhkan organisasi dengan kinerja

yang sebenarnya. Analisa perbedaan sering disebut gap analysis. Dalam analisa,

akan berhubungan dengan pihak pelajar dan guru agar mengetahui kondisi dan

masalah pembelajaran. Langkah-langkah yang diambil:

a. Menentukan kinerja yang diinginkan.

b. Menentukan kinerja yang sebenarnya dan melihat perbedaan.

c. Mencari penyebab perbedaan.

d. Pemecahan masalah non-pelatihan.

e. Pemecahan masalah pelatihan.

Analisa kebutuhan pelatihan dapat diringkas dalam diagram berikut ini:

Gambar 2.1 Langkah-langkah dalam Analisa Kebutuhan (Effendi,p49)

Tujuan Organisasi

Kinerja yang Diinginkan

Perbedaan

Kinerja yang Sebenarnya

Penyebab Perbedaan

Masalah Non-Pelatihan

Masalah Pelatihan

Page 8: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00418-MN Bab 2.pdfkegiatan pelatihan yang menggunakan media elektronik atau teknologi informasi

17

3. Budaya Organisasi

Melakukan analisa terhadap kultur organisasi dan apakah kultur tersebut sesuai

dan kondusif untuk menerapkan e-learning. Berikut ini adalah hal yang perlu

diperhatikan dalam menganalisa budaya organisasi, yaitu:

Motivasi Pendidikan

Persepsi

Dukungan Manajemen

Demografi Peserta

Budaya Belajar

4. Infrastruktur

Menganalisa keadaan teknologi dan infrastruktur organisasi dari segi pelaksanaan

e-learning. Organisasi harus menganalisa teknologi dan infrastruktur yang tersedia

untuk proses pembelajaran. Pertanyaan sederhana adalah apakah pelajar memiliki

fasilitas untuk mengakses e-learning.

2.1.6 Perencanaan E-Learning

Masih menurut Effendi (2005,p28), perencanaan merupakan sesuatu yang harus

dilakukan dalam strategi apapun. Hasil analisa tahap sebelumnya menjadi dasar proses

menyusun rencana penerapan e-learning. Perencanaan yang dibuat meliputi banyak

aspek strategi. Aspek perencanaan utama yang harus ditinjau adalah:

1. Network

Di bagian ini, direncanakan apa yang harus disiapkan dari segi infrastruktur dan

teknologi agar dapat menerapkan e-learning sesuai dengan kebutuhan organisasi.

Page 9: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00418-MN Bab 2.pdfkegiatan pelatihan yang menggunakan media elektronik atau teknologi informasi

18

2. Learning Management System

E-learning memerlukan suatu sistem sebagai platform untuk menjalankannya. Sistem

tersebut sering dinamakan Learning Management System (LMS). Oleh karena itu,

perlu direncanakan pula fungsi-fungsi yang harus dimiliki LMS dan bagaimana

mengembangkannya agar sesuai dengan kebutuhan organisasi. Beberapa fungsi dari

LMS adalah:

a. Katalog

b. Registrasi dan Persetujuan

c. Menjalankan dan memonitor e-learning

d. Evaluasi

e. Komunikasi

f. Laporan

g. Rencana Pelatihan

h. Integrasi

3. Materi

Hasil analisa kebutuhan pelatihan yang dilakukan tahap sebelumnya berhubungan

erat dengan merencanakan materi pelajaran e-learning. Materi yang ditawarkan

harus sesuai hasil analisa kebutuhan pelatihan. Direncanakan apakah materi

pelajaran ingin dibuat sendiri atau dibeli dari perusahaan penyedia jasa e-learning.

Yang harus diperhatikan dalam desain materi pelajaran e-learning adalah:

a. Tampilan

a. Latar belakang

b. Grafik

c. Foto

d. Animasi

Page 10: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00418-MN Bab 2.pdfkegiatan pelatihan yang menggunakan media elektronik atau teknologi informasi

19

b. Interaksi

Roll-over

Hot text

Drag and drop

Pertanyaan

c. Kontrol

Menu

Panel

Help

d. Bentuk

Text-based

Text with graphic and animation.

e. Susunan

4. Marketing

Agar mencapai hasil maksimal, pelajar harus dibuat tertarik dan berminat mencoba

e-learning. Oleh karena itu, harus direncanakan cara pemasaran dan sosialisasi yang

sesuai. Harus direncanakan pula cara menyiapkan anggota organisasi, agar mereka

dapat menerima e-learning.

2.2 Internet

2.2.1 Pengertian Internet

When two or more networks are connected, they become an internetwork, or

internet. Individual networks are joined into internetworks by the use of internetworking

devices. These devices which include routers and gateways. (Forouzan, 2003, p4)

Page 11: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00418-MN Bab 2.pdfkegiatan pelatihan yang menggunakan media elektronik atau teknologi informasi

20

Menurut Fiati (2005, pp9-13), Internet berasal dari kata Interconnection Networking

yang mempunyai arti hubungan berbagai komputer dengan bermacam tipe yang

membentuk sistem jaringan yang mencakup seluruh dunia (jaringan komputer global)

melalui jalur komunikasi seperti telepon.

2.2.2 Internet dan Pengajaran

Menurut pendapat Prakoso (2005, pp5-8), terdapat 2 jenis pemanfaatan internet

dalam pengajaran, yaitu:

1. Web Enhanced Course

Model ini menggunakan internet sebagai penunjang peningkatan kegiatan belajar

mengajar di kelas. Jadi, peningkatan kualitas pengajaran masih sangat

mengutamakan tatap muka di kelas. Model Web Enhanced Course menjadikan

internet sebagai penyedia sumber belajar yang bisa diakses secara online. Internet

juga menjadi sarana bagi peserta didik untuk meningkatkan komunikasi, baik sesama

peserta didik, peserta didik dengan pengajar, atau peserta didik dengan kelompok

lain di luar institusi sekolah.

2. Distance Learning

Pada model ini, pengajar dan peserta didik terpisah oleh ruang dan waktu. Walau

demikian, diskusi masih bisa dilaksanakan, baik secara sinkron maupun asinkron.

Seluruh kegiatan pengajaran dilakukan melalui internet sehingga kegiatan tatap

muka secara fisik tidak diperlukan. Dalam Distance Learning, internet bukan hanya

berperan sebagai pendukung kegiatan pengajaran, melainkan juga faktor utama

yang menentukan jalannya pengajaran.

Page 12: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00418-MN Bab 2.pdfkegiatan pelatihan yang menggunakan media elektronik atau teknologi informasi

21

2.2.3 Aplikasi Internet untuk Pengajaran

Menurut pendapat Prakoso (2005, pp8-9), ketika memutuskan untuk menerapkan e-

learning, yang harus dilakukan pertama kali adalah memahami model CAL+CAT

(Computer Assisted Learning+Computer Assisted Teaching) yang akan diterapkan.

Beberapa model CAL+CAT, diantaranya adalah:

1. Learning Management System (LMS). LMS merupakan kendaraan utama dalam

proses pengajaran dan pembelajaran. Kumpulan perangkat lunak yang ada didesain

untuk pengaturan pada tingkat individu, ruang kuliah, dan istitusi. Karakter utama

LMS adalah pengguna yang merupakan pengajar dan peserta didik, dan keduanya

harus terkoneksi dengan internet untuk menggunakan aplikasi ini.

2. Computer Based Training (CBT) / Course Authoring Package (CAP). CBT adalah

perangkat lunak online untuk proses pembelajaran secara lokal pada masing-masing

komputer peserta didik. Perangkat lunak ini juga bisa diterapkan secara online.

3. Java Develoment Tools (JDT). JDT adalah lingkungan dimana peserta didik dapat

memperoleh pengalaman praktis dalam menggunakan bahasa pemrograman Java

(hands on experience). JDT umumnya dipasang secara offline pada masing-masing

komputer peserta didik.

Setelah mengetahui model CAL+CAT yang akan diterapkan, institusi pengajaran

harus menentukan perangkat lunak yang akan digunakan. Institusi yang memiliki

dana/modal bisa memilih perangkat lunak yang disediakan oleh vendor komersial.

Namun, bagi institusi dengan dana terbatas, perangkat lunak open source menjadi solusi

terbaik.

Page 13: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00418-MN Bab 2.pdfkegiatan pelatihan yang menggunakan media elektronik atau teknologi informasi

22

2.3 Moodle (Modular Object-Oriented Dynamic Learning Environment)

2.3.1 Pengertian Moodle

Berdasarkan pendapat Prakoso (2005, p13), Moodle adalah sebuah perangkat

lunak yang berguna untuk membuat dan mengadakan kursus/pelatihan/pendidikan

berbasis internet. Moodle termasuk dalam model CAL+CAT (Computer Assisted

Learning+Computer Assisted Teaching) yang disebut LMS (Learning Management

System).

Moodle diberikan secara gratis sebagai perangkat lunak open source (di bawah

lisensi GNU Public License). Artinya, meskipun memiliki hak cipta, Moodle tetap

memberikan kebebasan bagi siapapun untuk mengopi, menggunakan, dan

memodifikasinya.

2.3.2 Filosofi Moodle

Menurut Prakoso (2005, pp16-18), desain dan pembangunan Moodle didorong oleh

sebuah filosofi tentang pembelajaran. Sebuah cara berfikir bahwa seseorang berada

pada pedagogi pembangunan sosial (social constructionist pedagogy). Terdapat empat

konsep utama di balik Moodle, yaitu:

1. Paham Konstruktif (Constructivism)

Pandangan ini menjaga agar masyarakat secara aktif membangun pengetahuan baru

sebagai interaksi mereka dengan lingkungan. Seseorang tidak dapat mempelajari

sesuatu dengan membaca halaman web, mengikuti kuliah atau membaca di

perpustakaan. Terdapat interpretasi yang lebih luas, bukan sekedar transfer

informasi dari otak satu ke otak yang lain.

Page 14: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00418-MN Bab 2.pdfkegiatan pelatihan yang menggunakan media elektronik atau teknologi informasi

23

2. Paham Konstruksi (Constructionism)

Paham konstruksi menegaskan bahwa pembelajaran akan efektif ketika membangun

sesuatu untuk orang lain. Hal ini dapat berupa apa pun, dari sekedar sebuah kalimat

atau mengirimkan file ke internet, hingga hasil karya yang kompleks seperti lukisan,

rumah, atau paket perangkat lunak.

3. Paham Konstruktif Sosial (Social Constructivism)

Paham ini merupakan perluasan dari ide sebelumnya ke dalam pembangunan

kelompok (grup) sosial. Sebuah kolaborasi menciptakan budaya untuk saling

membagi hasil karya dengan cara berbagi pengetahuan.

4. Terkoneksi dan Terpisah

Sebuah kebiasaan terpisah adalah ketika seseorang mencoba menemukan tujuan

dan kenyataan untuk mempertahankan ide yang dimilikinya dengan menggunakan

logika untuk menemukan kelemahan dari ide yang berlawanan. Kebiasaan terkoneksi

merupakan pendekatan yang lebih empatik untuk menerima subyektivitas, berusaha

mendengar dan menjawab pertanyaan dengan tujuan memahami sudut pandang

yang berbeda. Kebiasaan membangun adalah ketika seseorang sensitif terhadap

kedua pendekatan yang ada, sekaligus mampu memilih pendekatan yang tepat

untuknya sesuai situasi yang ada.

2.3.3 Desain Moodle

Sesuai filosofi yang menjadi landasannya, masih menurut Prakoso (2005, pp47-48)

Moodle disesain untuk mencapai tujuannya. Desain Moodle yaitu sebagai berikut:

1. Mendukung pedagogi konstruksi sosial (kolaborasi, aktivitas, kritik refleksi, dan

sebagainya).

Page 15: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00418-MN Bab 2.pdfkegiatan pelatihan yang menggunakan media elektronik atau teknologi informasi

24

2. Sangat sesuai untuk kelas online dan dapat pula digunakan sebagai tambahan kelas

tatap muka.

3. Simpel, ringan, efisien, dan antarmuka browser sederhana.

4. Mudah di-instal pada berbagai macam platform yang mendukung PHP. Moodle hanya

membutuhkan satu buah database, selain itu dapat di-sharing.

5. Abstraksi database Moodle mendukung hampir semua merek database (kecuali

definisi tabel).

6. Kategorisasi kursus/pelatihan. Satu situs Moodle mampu mendukung ribuan

kursus/pelatihan.

7. Penekanan yang tinggi pada sisi keamanan. Pemeriksaan ulang terhadap formulir,

validasi data, enkripsi cookie, dan sebagainya.

8. Sebagian besar area entry, seperti resource (sumber/bahan pelatihan), forum, jurnal

dan sebagainya; dapat diedit menggunakan editor HTML WYSIWYG (What You See

Is What You Get) yang terintegrasi dalam Moodle.

2.3.4 Manajemen Moodle

Berdasarkan pendapat Prakoso (2005, pp48-51), untuk menyesuaikan desain yang

ditentukan, diciptakan beberapa manajemen yang mendukung. Berikut adalah tiga tipe

manajemen yang sangat signifikan dalam Moodle, yaitu:

1. Manajemen Situs

Situs dikelola oleh seorang administrator (admin). Admin ditetapkan ketika setup.

Plug-in theme memungkinkan admin untuk memilih warna situs, layout (tampilan),

font (ukuran huruf) sesuai dengan kebutuhan. Plugin modul aktivitas dapat

ditambahkan pada instalasi Moodle yang ada. Paket bahasa memungkinkan

Page 16: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00418-MN Bab 2.pdfkegiatan pelatihan yang menggunakan media elektronik atau teknologi informasi

25

penyesuaian ke dalam banyak bahasa. Paket ini dapat di-edit menggunakan editor

web yang disertakan dalam Moodle.

2. Manajemen Pengguna

Moodle dirancang untuk mengurangi keterlibatan admin hingga seminimum mungkin

dengan tetap mempertahankan tingkat keamanan yang ada. Selain itu, Moodle turut

mendukung mekanisme otentifikasi melalui modul otentifikasi yang akhirnya akan

memberikan kemudahan dalam integrasi dengan sistem yang telah ada.

3. Manajemen Materi Pelajaran

Pengajar berstatus penuh dapat mengontrol setting sebuah kursus secara

penuh, termasuk bagian kursus yang tidak dapat diakses oleh pengajar lain.

Pilihan format kursus dapat diatur sesuai periode, topik, atau diskusi yang

berfokus pada format sosial.

Susunan aktivitas pelatihan yang fleksibel – forum, jurnal, kuis, resource, pilihan,

survei, chat, dan workshop.

Perubahan terkahir dalam kursus/pelatihan dapat langsung dilihat pada

homepage pelatihan. Hal ini akan sangat membantu pemahaman komunitas

dalam institusi pendidikan tersebut.

Semua penilaian dalam forum, jurnal, kuis, dan penugasan dapat ditampilkan

dalam satu halaman serta dapat di-download dalam file spreadsheet.

Pencatatan log dan pelacakan penuh terhadap pengguna. Laporan aktivitas

setiap murid tersedia dalam grafik serta detail dari masing-masing modul (akses

terakhir, total waktu akses) dengan menyertakan keterlibatan setiap peserta

didik secara detail ke dalam satu halaman.

Pengaturan skala. Para pengajar dapat mendefinisikan skala yang akan

digunakan dalam penilaian forum, penugasan dan jurnal.

Page 17: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00418-MN Bab 2.pdfkegiatan pelatihan yang menggunakan media elektronik atau teknologi informasi

26

2.3.5 Modul

Masih menurut Prakoso (2005, pp51-56), sebagai penunjang kegiatan distance

learning, pengguna Moodle perlu mencermati tipe-tipe modul berikut ini:

1. Modul Penugasan (Assignment)

Modul ini dapat dikelompokkan berdasarkan tanggal pengumpulan dan urutan

penilaian tugas. Para peserta didik dapat meng-upload penugasan yang telah

dikerjakan (dalam berbagai format) ke dalam server. Tanggal pengumpulan tugas

oleh peserta didik akan tercatat secara otomatis.

2. Modul Chat

Modul ini memungkinkan interaksi sinkron (dalam waktu yang bersamaan) berbentuk

teks. Modul ini menyertakan foto/gambar dan profil dalam jendela chat. Serta

mendukung URL, smilies, HTML, image dan sebagainya. Semua sesi dapat direkam

dalam log agar dapat dilihat di lain waktu. Fasilitas ini juga diberikan bagi peserta

didik.

3. Modul Forum

Modul forum menyediakan berbagai macam tipe forum, diantaranya forum khusus

pengajar, berita khusus, forum terbuka, dalam sebuah urutan sesuai kiriman

pengguna. Diskusi dapat dikelompokkan sesuai tema, flat atau urutan, terlama dan

terbaru. Forum individu dapat didaftarkan ke setiap orang. Kopiannya dapat dikirim

melalui e-mail.

4. Modul Pilihan (Choice)

Seperti sebuah polling, modul ini digunakan untuk voting (mengambil pendapat atas

suatu masalah) atau untuk mendapatkan umpan balik dari para peserta didik.

Pengajar dapat melihat hasil polling yang ada dalam sebuah tabel yang

memperlihatkan pilihan seseorang.

Page 18: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00418-MN Bab 2.pdfkegiatan pelatihan yang menggunakan media elektronik atau teknologi informasi

27

5. Modul Kuis (Quiz)

Pengajar dapat membuat database pertanyaan agar dapat digunakan pada kuis yang

berbeda.Kuis secara otomatis akan dinilai. Selain itu, kuis dapat diatur ulang jika

pertanyaan yang ada dimodifikasi. Dalam opsi pengajar, kuis dapat dicoba beberapa

kali. Selain itu, kuis dapat menampilkan umpan balik/jawaban yang tepat.

6. Modul Jurnal (Journal)

Privasi jurnal dapat diatur agar hanya diakses pengajar dan peserta didik. Setiap

masukan jurnal dapat dimulai dengan pertanyaan terbuka. Untuk jurnal tertentu,

seluruh kelas dapat memberikan penilaian dalam formulir yang terlampir pada

halaman tersebut. Umpan balik pengajar dijadikan satu dengan halaman masukan

jurnal, disertai pemberitahuan melalui e-mail.

7. Modul Bahan Pelatihan (Resource)

Modul Resource mendukung berbagai macam format (Word, Power Point, Flash,

Video, Audio, dan sebagainya). File dapat di-upload dan dikelola di dalam server,

atau dibuat secara on the fly menggunakan format web (teks atau HTML). Bahan

pelatihan eksternal di web dapat di-link atau disertakan dalam antarmuka

kursus/pelatihan.

8. Modul Survei

Alat survei disertakan dalam Moodle sebagai alat untuk menganalisis kelas online.

Laporan survei online selalu tersedia dengan grafik. Data ini dapat di-download

dalam bentuk spreadsheet Excel atau file tect CSV.

9. Modul Workshop

Modul ini memungkinkan adanya penilaian mendalam terhadap dokumen. Pengajar

dapat mengelola serta mengelompokkan penilaian yang ada ke dalam tingkatan.

Page 19: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00418-MN Bab 2.pdfkegiatan pelatihan yang menggunakan media elektronik atau teknologi informasi

28

2.3.6 Arsitektur Moodle

Menurut Prakoso (2005, p121), berdasarkan perspektif admnistrator, Moodle telah

didesain menggunakan beberapa kriteria sebagai berikut:

1. Dapat berjalan pada berbagai macam platform.

Aplikasi web yang dapat bekerja pada berbagai macam platform adalah PHP yang

dikombinasikan dengan MySQL, dan pada lingkungan tempat Moodle dibangun

(Linux, Windows, dan Mac OS X).

2. Sangat mudah di-install, dipelajari dan dimodifikasi.

Prototip Moodle sebelumnya dibangun menggunakan Zope – sebuah aplikasi web

server berorientasi objek. Namun, setelah berjalan beberapa waktu ditemukan

bahwa tahapan yang diperlukan sangat rumit dan tidak fleksibel (dalam pengertian

administrasi sistem) walaupun teknologi Zope itu sendiri sesungguhnya sangat

menarik. Di sisi lain, bahasa script PHP sangat mudah didapat. Akhirnya, Moodle

dikembangkan dengan menggunakan desain berorientasi kelas agar mudah

dimengerti.

3. Mudah di-upgrade ke versi terbaru.

Moodle dikenal dalam berbagai versi (demikian pula dengan semua plugin yang ada)

dan mekanisme pembangunan Moodle telah membuatnya dapat di-upgrade ke versi

terbaru.

4. Pengembangan secara modular sehingga mempercepat pertumbuhan.

Moodle memiliki sejumlah fitur, berupa modul, diantaranya theme, aktivitas,

antarmuka bahasa, skema database, dan format pelatihan. Hal ini memungkinkan

semua orang menambahkan fitur dalam kode dasar utama ataupun

mendistribusikannya secara terpisah.

Page 20: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00418-MN Bab 2.pdfkegiatan pelatihan yang menggunakan media elektronik atau teknologi informasi

29

5. Moodle dapat dipadukan dengan berbagai macam sistem.

Moodle menyimpan semua file kursus dalam direktori tunggal di server. Hal ini akan

memudahkan administrator dalam membuat tingkatan akses antarpengajar.

2.3.7 Database Server Moodle

Berdasarkan Prakoso (2005, p21), dalam mengelola pelatihan kursus/pelatihan

online, Moodle membutuhkan database. Database yang mendukung Moodle adalah

database server. Penetapan tersebut disebabkan pembangunan Moodle yang

menggunakan script bersifat server side, yaitu PHP (Hypertext Preprocessor).

MySQL masih menurut Prakoso (2005, p23) adalah database yang dikembangkan

dari bahasa SQL. SQL merupakan bahasa terstruktur yang digunakan untuk metode

komunikasi antara script program dengan database server dalam memasukkan atau

mengambil data. Beberapa alasan yang mendukung MySQL sebagai database terbaik

bagi Moodle adalah sebagai berikut:

1. Lisensi MySQL bersifat gratis. Hal ini merupakan penghematan biaya bagi institusi

pendidikan yang akan menerapkan Moodle karena tak perlu lagi mengeluarkan biaya

untuk membayar lisensi terhadap database yang digunakan.

2. Spesifikasi perangkat keras yang dibutuhkan tidak terlalu tinggi. Selain itu, MySQL

memiliki kinerja yang tinggi untuk setiap operasi yang dijalankannya.

3. Jumlah pengguna MySQL menduduki peringkat tertinggi dibandingkan database

lainnya. Hal ini mempermudah kita dalam memecahkan persoalan yang terkait

dengan MySQL karena adanya informasi gratis dari sesama pengguna.

4. Karena Moodle berbasis pada bahasa PHP maka perpaduan antara PHP dan MySQL

akan membuat sistem yang ada semakin handal, ringan dan stabil.

Page 21: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00418-MN Bab 2.pdfkegiatan pelatihan yang menggunakan media elektronik atau teknologi informasi

30

2.4 Jaringan Komputer

2.4.1 Pengertian Jaringan Komputer

Menurut Wahyono (2007, p1), jaringan komputer merupakan sekumpulan komputer

otonom yang saling terhubung satu dengan yang lainnya menggunakan protokol

komunikasi melalui media transmisi pada suatu jaringan komunikasi data.

2.4.2 Klasifikasi Jaringan Komputer

Berdasarkan Wahyono (2007, p2). dari sisi luas area cakupan yang dimilikinya,

jaringan komputer dapat diklasifikasikan menjadi :

1. Local Area Network (LAN)

Merupakan jaringan komputer lokal yang mencakup wilayah dengan garis tengah 20

kilometer, yaitu kira-kira seluas daerah kotamadya.

2. Metropolitan Area Network (MAN)

Merupakan jaringan komputer kelas menengah yang mencakup seperti pada satu

kota besar.

3. Wide Area Network (WAN)

Merupakan jaringan komputer wilayah luas yang mencakup antar negara atau antar

benua. Biasa disebut juga dengan Global Area Network (GAN) yaitu jaringan

komputer yang wilayah jangkauannya mencakup seluruh dunia.

2.4.3 Klasifikasi Server Jaringan Komputer

Menurut Wahyono (2007, p10), klasifikasi server jaringan komputer berdasarkan

fungsinya terdiri dari dua jenis, yaitu:

Page 22: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00418-MN Bab 2.pdfkegiatan pelatihan yang menggunakan media elektronik atau teknologi informasi

31

1. Non-Dedicated Server Network

Non-dedicated server adalah server yang terdapat di dalam jaingan komputer yang

memiliki model peer to peer network. Peer to peer network merupakan salah satu

model jaringan komputer lokal dimana setiap stasiun atau terminal yang terdapat di

dalam jaringan tersebut bisa saling berbagi.

Gambar 2.2 Peer to Peer network (Wahyono, p11)

2. Dedicated Server Network

Dedicated server adalah server yang terdapat pada jaringan model client server

network. Server pada client server network ini dapat diberlakukan hak akses yang

bertingkat pada setiap stasiunnya. Sistem ini menggunakan satu atau lebih komputer

yang khusus digunakan sebagai server.

Gambar 2.3 Client Server Network (Wahyono. P12)

Workstation

ServerPrinter

Server/Workstation Server/Workstation

Server/Workstation

Printer Sharing

Page 23: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00418-MN Bab 2.pdfkegiatan pelatihan yang menggunakan media elektronik atau teknologi informasi

32

2.4.4 Topologi Jaringan Komputer

Masih menurut Wahyono (2007, pp3-5), topologi merupakan cara menghubungkan

komputer atau terminal-terminal dalam suatu jaringan. Dari sisi bentuk dan model

hubungan antar komputer, jaringan komputer dapat berbentuk sebagai berikut:

1. Topologi Star Network

Pada topologi ini, LAN terdiri dari sebuah central node yang berfungsi sebagai

pengatur arus informasi dan penanggung jawab komunikasi dalam suatu jaringan.

Gambar 2.4 Topologi Star Network (Wahyono, p3)

2. Topologi Bus Network

Pada topologi ini, node yang satu dengan node yang lain dihubungkan dengan suatu

jalur data atau bus.

Gambar 2.5 Topologi Bus Network (Wahyono, p4)

Page 24: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00418-MN Bab 2.pdfkegiatan pelatihan yang menggunakan media elektronik atau teknologi informasi

33

3. Topologi Loop Network

Topologi ini menghubungkan antar-node secara serial dalam bentuk suatu lingkaran

tertutup.

Gambar 2.6 Topologi Loop Network (Wahyono, p4)

4. Topologi Ring Network

Topologi ini merupakan topologi hasil gabungan antara topologi loop network

dengan topologi bus network.

Gambar 2.7 Topologi Ring Network (Wahyono, p5)

Page 25: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00418-MN Bab 2.pdfkegiatan pelatihan yang menggunakan media elektronik atau teknologi informasi

34

5. Topologi Hierarki Network

Topologi ini berbentuk seperti pola struktur organisasi pada sebuah perusahaan.

Gambar 2.8 Hierarki Network (Wahyono, p6)

2.4.5 Komponen Jaringan Komputer

Sebuah jaringan komputer terdiri dari berbagai komponen di dalamnya. Menurut

Tutang (2007, p12) jaringan LAN sederhana memiliki beberapa komponen penting, yaitu:

A. Perangkat Keras

1) Prosesor

Menurut Wahyono (2007, p15) prosesor atau dikenal dengan Central Processing

Unit (CPU) merupakan pusat pengeksekusi setiap tugas atau perintah baik yang

berupa data maupun informasi di dalam sistem komputer. Sebelum menentukan

pilihan prosesor, terdapat faktor-faktor karakteristik prosesor yaitu:

a. Alokasi anggaran yang tersedia.

b. Sistem operasi yang digunakan.

c. Tipe soket atau slot prosesor di motherboard.

d. Kecepatan yang diperlukan.

Page 26: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00418-MN Bab 2.pdfkegiatan pelatihan yang menggunakan media elektronik atau teknologi informasi

35

Tabel 2.1 Spesifikasi Jenis-jenis Prosesor Intel (Oneto, 2007)

Tabel Prosesor Prosesor

Jenis Soket Bus (FSB) L2 Cache Clock Prosesor

Intel

Celeron

Celeron

Celeron D

478

LGA 775

400

533

256 KB

256-512 KB

1.8-2.4 GHz

2.13-3.6 GHz

Intel

Pentium

Pentium III

Pentium IV

Pentium IV HT

Pentium IV EE

Pentium D

(Dual Core)

Pentium D

(Dual Core)

Pentium Dual

Core

Pentium EE

378

423-478

478

LGA 775

LGA 775

LGA 775

LGA 775

LGA 775

100-133 Mhz

133-533 Mhz

800-1066 Mhz

800-1066 Mhz

800 Mhz

533-800 Mhz

533-800 Mhz

800-1066 Mhz

-

256KB-1 MB

512KB-2 MB

512KB-2 MB

(2X) 1-2 MB

(2X) 1 MB

1 MB

(2X) 1-2 MB

450-1 GHz

1.3-3.6 GHz

2.4-3.8 GHz

3.2-3.7 GHz

2.8-3.6 GHz

2.66-3.2 Ghz

1.6-1.8 GHz

3.2-3.7 Ghz

Intel Core Core 2 Duo

Core 2 Quad

Core 2 Extrem

LGA 775

LGA 775

LGA 775

2 MB-4 MB

8 MB

4-8 MB

2 MB-4 MB

8 MB

4-8 MB

1.6-3.0 Ghz

2.4-2.66 Ghz

2.6-3.0 GHz

2) Memori

RAM (Random Access Memory) merupakan kelompok memori utama dalam

komputer, dimana RAM merupakan tempat penyimpanan semua data yang

dimasukkan oleh komponen input.

Page 27: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00418-MN Bab 2.pdfkegiatan pelatihan yang menggunakan media elektronik atau teknologi informasi

36

Tabel 2.2 Berbagai Jenis RAM dan Karakteristiknya (Wahyono, 2007)

Fitur Desktop Notebook Server Mobile/

Wireless

High Density v v

High Reliability

High Performance v v

High

Bandwidth/chip

High Bandwidth/pin

Low Power

Consumption

v

Low Latency v

Multichip Packaging v v

Small Form Factor v v

DRAM Products DDR2

SDRAM

DDR SDRAM

RD RAM

Mobile DDR

Mobile SDR

SDR SDRAM

DDR2 SDRAM

DDR SDRAM

SDR SDRAM

Mobile DDR

Mobile SDR

Berikut ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan RAM:

a. Kenali karakterisitk RAM.

b. Kesesuaian Bus speed RAM dengan prosesor.

c. Memilih merek yang telah terbukti berkualitas bagus.

d. RAM yang sesuai dengan kebutuhan.

e. Kapasitas yang dibutuhkan.

Page 28: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00418-MN Bab 2.pdfkegiatan pelatihan yang menggunakan media elektronik atau teknologi informasi

37

Tabel 2.3 Jenis-jenis Memori RAM dan Karakteristik (Oneto, 2007)

Tabel Memory Jenis RAM

Besar RAM PC (Bandwidth) Jumlah Chip

SD-RAM

(Synchronous

Dynamic RAM)

16 Mb

32 Mb

64 Mb

128 Mb

256 Mb

512 Mb

66 Mhz

100 Mhz

133 Mhz

8 Chip

4 Chip

DDR 1 128 Mb

256 Mb

512 Mb

1 Gb

1600

2100

2700

3200

4 Chip

DDR 2 128 Mb

256 Mb

512 Mb

1 Gb

3700

4200

5300

4 Chip

3) Harddisk

Harddisk merupakan media penyimpanan utama dari sebuah komputer yang

digunakan untuk menyimpan data secara permanen (non volatile). Karakteristik

digunakan untuk mengenal lebih dalam sebuah harddisk:

Page 29: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00418-MN Bab 2.pdfkegiatan pelatihan yang menggunakan media elektronik atau teknologi informasi

38

a. Kapasitas

Tabel 2.4 Kapasitas Harddisk Server (Wahyono, 2007)

Jenis Harddisk Kapasitas

Cheetah 10 K 6

Cheetah 10 K 7

Cheetah 15 K 3

Cheetah 15 K 4

Savvio

Baracuda ES

37, 73, 147 GB

146, 300 GB

18, 37, 73 GB

37, 73, 146 GB

37, 73 GB

250, 500, 750 GB

b. Kecepatan Putar

Kecepatan putar atau spindle speed adalah kecepatan berputar piringan

harddisk per menit dengan satuan Rpm (Rotation per Minute).

Tabel 2.5 Kecepatan Putar Harddisk (Oneto, 2007)

Tabel Harddisk Tipe Harddisk

Speed (Rpm) Jenis Kabel Performa

ATA 3600 Rpm

5400 Rpm

7200 Rpm

Kabel IDE ***

****

*****

SATA

(Serial ATA)

7200 Rpm

9600 Rpm

Kabel SATA ******

Page 30: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00418-MN Bab 2.pdfkegiatan pelatihan yang menggunakan media elektronik atau teknologi informasi

39

c. Ukuran Fisik

Ukuran fisik harddisk atau yang dikenal dengan istilah form factor,

dipengaruhi oleh ukuran diameter dari platter harddisk.

Tabel 2.6 Form Factor Harddisk Server (Wahyono, 2007)

Diameter

Piringan

Form Factor Keterangan

5,12” 5,25 Digunakan PC lama.

3,74” 3,5 Standar ukuran saat ini.

3,0” 3,5 Harddisk kelas high-end 10.000 RPM

2,5” 2,5

3,5

Untuk Drive Laptop

Sampai 15.000 RPM

1,8” PC Card PC Card (PCMCIA) untuk Laptop.

1,0” Compact Flash Untuk digital camera.

d. Transfer Rate

Atau kecepatan transfer menyatakan seberapa cepat data dapat dipindahkan

dari dan ke piringan (platter) untuk melakukan proses menulis atau

membaca data.

e. Rotational Latency

Waktu tunggu rotasi sektor, atau waktu yang dibutuhkan untuk melakukan

separuh revolusi pada harddisk. Satuannya adalah miliseconds (ms).

f. Waktu Pencarian (Seek Time)

Dikenal dengan seek time adalah jumlah waktu yang diperlukan untuk

menggerakkan head dari satu silinder ke silinder lain dalam jarak yang acak.

Page 31: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00418-MN Bab 2.pdfkegiatan pelatihan yang menggunakan media elektronik atau teknologi informasi

40

4) CD Drive

Tabel 2.7 Jenis-jenis CD Drive dan Karakteristiknya (Oneto, 2007)

CD - ROM Jenis

Spesifikasi Kecepatan

CD-ROM Hanya dapat membaca piringan CD. 8x-52x

CD-RW Seperti CD-ROM dan mampu menulis di

atas piringan CD.

52x32x52x

52x48x36x

DVD-ROM Dapat memutar/membaca piringan DVD

dan CD.

4x-16x

DVD-Combo Dapat membaca DVD dan CD, serta

menulis di atas CD.

16x

DVD RW Dapat membaca DVD dan CD, dapat

menulis di atas DVD dan CD.

16x16

5) Monitor

Tabel 2.8 Jenis-jenis Monitor dan Karakteristiknya (Oneto,2007)

Tabel Monitor (CRT vs LCD) Jenis

Monitor Kelebihan Kekurangan

CRT • Harga lebih murah.

• Refresh Rate yang tinggi.

• Warna lebih jelas dan

tajam.

• Efek radiasi besar.

• Mata cepat lelah.

• Butuh tempat yang luas.

• Bobot monitor cukup

berat, menyulitkan

pemindahan.

Page 32: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00418-MN Bab 2.pdfkegiatan pelatihan yang menggunakan media elektronik atau teknologi informasi

41

LCD • Lebih hemat listrik.

• Efek radiasi rendah.

• Mata tidak cepat lelah.

• Tidak membutuhkan tempat

yang besar.

• Mudah dipindahkan.

• Harga lebih mahal.

• Lebih rentan terhadap

kerusakan.

• Gambar agak kabur pada

saat gambar bergerak.

• Gambar kurang tajam.

6) NIC (Network Interface Card)

Adalah kartu jaringan atau LAN card berupa papan elektronik yang nantinya

dipasang pada setiap komputer di dalam suatu jaringan.

7) Modem

Menurut Tutang (2007,p33) terdapat dua jenis modem yang dapat digunakan

untuk keperluan jaringan, yaitu:

• Modem Internal

Modem yang dipasang pada soket yang tersedia di main board komputer.

• Modem Eksternal

Modem yang dihubungkan dengan komputer melalui port komunikasi,

seperti port serial atau USB.

8) Hub atau Concentrator

Merupakan suatu perangkat yang memiliki banyak port yang akan

menghubungkan beberapa node sehingga membentuk suatu jaringan dengan

topologi star. Masih menurut Tutang (2007, p16) dari segi pengelolaan, HUB

yang beredar di pasaran saat ini terdiri dari:

Page 33: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00418-MN Bab 2.pdfkegiatan pelatihan yang menggunakan media elektronik atau teknologi informasi

42

• Manageable HUB

HUB yang bisa dikelola atau di manage dengan software yang dibawanya.

• Unmanageable HUB

HUB yang cara pengelolaannya dilakukan secara manual.

9) Bridge

Digunakan untuk menghubungkan dua buah LAN yang bertipe sama.

10) Router

Digunakan untuk menghubungkan dua buah LAN yang bertipe sama atau

berbeda.

11) Media Transmisi

Media transmisi untuk komunikasi data dalam sebuah jaringan komputer dapat

dikelompokkkan menjadi dua, yaitu:

a. Media Transmisi Guided

Merupakan media kasat mata yang mentransmisikan sekaligus memadu

gelombang untuk menuju pada penerima. Salah satu jenisnya adalah kabel.

Terdapat tiga jenis kabel yang digunakan sebagai media transmisi data :

i. Twisted Pair (Kabel Dua Kawat)

Merupakan media transmisi yang paling murah dan paling banyak

dijumpai. Sebuah kabel dua kawat dapat berupa dua kawat terbuka

seperti misalnya kabel distribusi dari rumah ke tiang telepon.

ii. Coaxcial Cable

Adalah kabel yang memiliki satu konduktor copper di tengahnya. Sebuah

lapisan plastik menutupi di antara konduktor dan lapisan pengaman

Page 34: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00418-MN Bab 2.pdfkegiatan pelatihan yang menggunakan media elektronik atau teknologi informasi

43

serat besi. Lapisan serat besi berfungsi membantu menutupi gangguan

dari lampu listrik, kendaraan, dan komputer.

iii. Optic Fiber (Kabel Serat Optik)

Yaitu kabel yang mempunyai kemampuan mentransmisi sinyal melewati

jarak yang lebih jauh daripada kabel jenis lainnya, dan memiliki

kecepatan transfer data yang sangat baik.

Tabel 2.9 Tipe-tipe Kabel dan Spesifikasinya (Tutang, 2007)

TIPE KECEPATAN JARAK KONEKTOR

UTP Kategori 5 10 Mbps 300 kaki RJ 45

Coaxial atau

BNC RG 58

10 Mbps 2500 kaki - BN Connector

- Terminator

Serat Optik 100 Mbps 3 mil - Spring Loaded Twist

b. Media Transmisi Unguided

Berfungsi untuk mentransmisikan data tetapi tidak bertugas sekaligus

sebagai pemandu yang mengarahkan tujuan transmisi.

12) UPS (Uninteruptible Power Supply)

UPS merupakan sistem penyedia listrik yang sangat penting dan diperlukan

sekaligus dijadikan sebagai benteng dari kegagalan daya serta kerusakan sistem

dan hardware. Fungsi utama dari UPS adalah:

a. Dapat memberikan energi listrik sementara ketika terjadi kegagalan daya

listrik utama dari PLN.

b. Dapat melakukan stabilisasi tegangan ketika terjadi perubahan tegangan.

Page 35: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00418-MN Bab 2.pdfkegiatan pelatihan yang menggunakan media elektronik atau teknologi informasi

44

B. Perangkat Lunak

1. Sistem Operasi

Merupakan program yang berisi mekanisme kerja yang mengatur hubungan

antar berbagai komponen yang ada dalam komputer, sehingga dapat saling

terintegrasi dalam menjalankan fungsinya untuk membangun kinerja sebuah

sistem komputer.

2. Program Aplikasi

Program komputer yang memiliki beberapa fungsi seperti mengolah kata,

mengolah angka, mengolah data, dan grafik.

3. Program Internet Sharing

Program yang berfungsi agar seluruh komputer di dalam jaringan dapat

menggunakan internet.

4. Program Internet

Program untuk menjalankan fasilitas yang berhubungan dengan internet.

C. Koneksi Internet

Menurut Tutang (2007, p33) terdapat dua tipe koneksi internet, yaitu koneksi melalui

telepon dan broadband. Masing-masing tipe koneksi memiliki kelebihan dan

kekurangan. Berikut ini adalah tipe-tipe koneksi internet yang digunakan secara

umum, yaitu:

1. Koneksi Melalui Telepon

a. Line Telepon

• Pengaplikasian yang mudah, hanya memerlukan modem dan line

telepon.

Page 36: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00418-MN Bab 2.pdfkegiatan pelatihan yang menggunakan media elektronik atau teknologi informasi

45

• Kecepatan koneksi tergolong lambat.

• Tidak dapat menggunakan telepon jika sedang terkoneksi dengan

internet.

b. ISDN (Integrated Services Digital Network)

• Kecepatan koneksi lebih tinggi dibandingkan koneksi telepon reguler,

namun lebih lambat dibandingkan dengan kecepatan koneksi broadband.

• Cenderung lebih mahal dibandingkan koneksi broadband.

• Memerlukan instalasi yang profesional.

2. Koneksi Broadband

a. DSL (Digital subscriber Line)

• Kecepatan koneksi lebih tinggi dibandingkan koneksi IDSN.

• Harga yang lebih terjangkau dibandingkan IDSN.

• Koneksi internet selama 24 jam.

• Tidak mengganggu penggunaan telepon.

b. Cable (Television Cable)

• Kecepatan koneksi lebih tinggi dibandingkan koneksi IDSN.

• Harga yang lebih terjangkau dibandingkan IDSN.

• Koneksi internet selama 24 jam.

• Tidak mengganggu penggunaan telepon.

Page 37: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00418-MN Bab 2.pdfkegiatan pelatihan yang menggunakan media elektronik atau teknologi informasi

46

2.5 Manajemen

2.5.1 Pengertian Manajemen

Menurut Hasibuan (2007, p2) Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses

pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan

efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

2.5.2 Unsur-Unsur Manajemen

Masih menurut Hasibuan (2007, p20) unsur-unsur manajemen (tools of

management) terdiri dari:

1. Men

Tenaga kerja manusia, baik tenaga kerja pimpinan maupun tenaga kerja

operasional/pelaksana.

2. Money

Uang yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

3. Methods

Cara-cara yang dipergunakan dalam usaha mencapai tujuan.

4. Materials

Bahan-bahan yang diperlukan untuk mencapai tujuan.

5. Machines

Mesin-mesin/alat-alat yang diperlukan atau dipergunakan untuk mencapai tujuan.

6. Market

Pasar untuk menjual barang dan jasa-jasa yang dihasilkan.

Page 38: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00418-MN Bab 2.pdfkegiatan pelatihan yang menggunakan media elektronik atau teknologi informasi

47

2.5.3 Bidang-bidang Manajemen

Menurut Hasibuan (2007, p21) setiap unsur manajemen berkembang menjadi

bidang manajemen yang mempelajari lebih mendalam peranannya dalam mencapai

tujuan organisasi. Bidang-bidang manajemen yang dikenal terdiri atas:

1. Manajemen Sumber Daya Manusia (Unsur Men)

Ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja, agar efektif dan efisien

membantu terwujudnya tujuan.

2. Manajemen Permodalan/Pembelanjaan (Unsur Money)

Bagaimana cara mengelola/mengatur dana/uang, agar mendapatkan keuntungan

yang wajar.

3. Manajemen Akuntansi Biaya (Unsur Materials)

Membahas masalah penggunaan material, agar efisien dan efektif sehingga

pemborosan dapat dihindari seminimal mungkin.

4. Manajemen Produksi (Unsur Machines)

Membahas masalah penentuan/penggunaan mesin-mesin, alat-alat, lay out

peralatan, dan cara-cara untuk memproduksi barang/jasa suapaya kualitasnya relatif

baik.

5. Manajemen Pemasaran (Unsur Market)

Membahas tentang cara penjualan barang, jasa, pendistribusian, promosi produksi

sehingga konsumen merasa tertarik untuk mengkonsumsinya.

6. Methods

Cara/sistem-sistem yang dipergunakan dalam setiap bidang manajemen untuk

meningkatkan daya guna dan hasil guna setiap unsur manajemen.

Page 39: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00418-MN Bab 2.pdfkegiatan pelatihan yang menggunakan media elektronik atau teknologi informasi

48

2.5.4 Fungsi-fungsi Manajemen

Berdasarkan Hasibuan (2007, p40) fungsi-fungsi manajemen terdiri dari perencanaan

(planning), pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian.

1. Perencanaan

Proses penentuan tujuan dan pedoman pelaksanaan, dengan memilih yang terbaik

dari alternatif-alternatif yang ada.

2. Pengorganisasian

Proses penentuan, pengelompokkan, dan pengaturan bermacam-macam aktivitas

yang diperlukan untuk mencapai tujuan, menempatkan orang-orang pada setiap

aktivitas, menyediakan alat-alat yang diperlukan, menetapkan wewenang yang

secara relatif didelegasikan kepada setiap individu yang akan melakukan aktivitas-

aktivitas tersebut.

3. Pengarahan

Mengarahkan semua bawahan, agar mau bekerja sama dan bekerja efektif untuk

mencapai tujuan.

4. Pengendalian

Pengukuran dan perbaikan terhadap pelaksanaan kerja bawahan, agar rencana-

rencana yang telah dibuat untuk mencapai tujuan-tujuan dapat terselenggara.

2.5.5 Perencanaan

2.5.5.1 Perencanaan dan Rencana

Menurut Hasibuan (2007, p92) Perencanaan adalah pekerjaan mental untuk

memilih sasaran, kebijakan, prosedur, dan program yang diperlukan untuk mencapai

apa yang diinginkan pada masa yang akan dating.

Page 40: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00418-MN Bab 2.pdfkegiatan pelatihan yang menggunakan media elektronik atau teknologi informasi

49

Sedangkan rencana adalah sejumlah keputusan mengenai keinginan dan berisi

pedoman pelaksanaan untuk mencapai tujuan yang diinginkan tersebut. Setiap

rencana mengandung dua unsur, yaitu tujuan dan pedoman.

2.5.5.2 Tujuan Perencanaan

Berdasarkan Hasibuan (2007, p95) terdapat beberapa tujuan dari perencanaan,

diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Bertujuan untuk menentukan tujuan, kebijakan-kebijakan, prosedur, dan program

serta memberikan pedoman cara pelaksanaan yang efektif dalam mencapai tujuan.

b. Bertujuan untuk menjadikan tindakan ekonomis, karena semua potensi yang

dimiliki terarah dengan baik kepada tujuan.

c. Merupakan salah satu usaha untuk memperkecil resiko yang dihadapi di masa

yang akan datang.

d. Merupakan usaha untuk menghindari mismanagement dalam penempatan

karyawan.

e. Perencanaan menyebabkan kegiatan-kegiatan dilakukan secara teratur dan

bertujuan.

2.5.5.3 Keuntungan Perencanaan

Menurut Hasibuan (2007,p110) perencanaan memberi beberapa keuntungan bagi

organisasi, yaitu:

1. Tujuan organisasi menjadi jelas, objektif dan rasional.

2. Menyebabkan seluruh aktivitas teratur, terarah, dan ekonomis.

3. Memberikan landasan untuk pengendalian.

4. Memberikan gambaran mengenai seluruh pekerjaan dengan jelas dan lengkap.

5. Meningkatkan daya guna dan hasil guna seluruh potensi yang dimiliki.

Page 41: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00418-MN Bab 2.pdfkegiatan pelatihan yang menggunakan media elektronik atau teknologi informasi

50

2.5.5.4 Jenis-jenis Rencana

Terdapat 8 (delapan) jenis rencana menurut Hasibuan (2007, p95), berikut adalah

penjelasan dari masing-masing jenis rencana:

1. Tujuan (Objective)

Suatu sasaran manajerial, yaitu tujuan yang diinginkan.

2. Kebijakan (Policy)

Suatu jenis rencana yang memberikan bimbingan berpikir dan arah dalam

pengambilan keputusan.

3. Prosedur

Menunjukkan pemilihan cara bertindak dan berhubungan dengan aktivitas-aktivitas

di masa depan.

4. Rule

Rencana tentang peraturan-peraturan yang telah ditetapkan dan harus ditaati.

5. Program

Suatu rencana yang pada dasarnya telah menggambarkan rencana yang konkret,

karena telah tercantum sasaran, kebijakan, prosedur, waktu dan anggaran.

6. Budget

Suatu rencana yang menggambarkan penerimaan dan pengeluaran yang akan

dilakukan pada setiap bidang.

7. Metode

Cara pelaksanaan suatu tugas dengan suatu pertimbangan yang memadai

menyangkut tujuan, fasilitas dan jumlah penggunaan waktu, uang dan usaha.

8. Strategi

Suatu interpretative planning yang dibuat dengan memperhitungkan rencana

pesaing.

Page 42: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00418-MN Bab 2.pdfkegiatan pelatihan yang menggunakan media elektronik atau teknologi informasi

51

2.5.5.5 Kegiatan-kegiatan dalam Perencanaan

Menurut Louis A. Allen seperti yang dikutip oleh Hasibuan (2007, p113), kegiatan-

kegiatan yang dilakukan dalam fungsi perencanaan adalah:

1. Forecasting (Peramalan)

Perencanaan harus dapat meramalkan, memperkirakan waktu yang akan datang

tentang keadaan pasar, perkembangan situasi kosumen, kemajuan teknik,

kebijakan pemerintah dan lain sebagainya. Ramalan disusun secara sistematis dan

berkesinambungan serta berusaha mendahului kondisi-kondisi pada waktu yang

akan datang.

2. Establishing Objectives (Penetapan Tujuan)

Tujuan harus dikembangkan untuk menentukan seluruh kegiatan yang akan

dilakukan.

3. Programming (Pemrograman)

Perencanaan harus menetapkan prosedur kegiatan-kegiatan dan biaya-biaya yang

diperlukan untuk setiap kegiatan demi tercapainya tujuan yang diinginkan.

4. Schedulling (Penjadwalan)

Menyusun jadwal kapan suatu kegiatan harus dimulai dan berapa lama setiap

kegiatan dikerjakan.

5. Budgeting (Penganggaran)

Penyusunan anggaran belanja harus dilakukan untuk mengalokasikan sumber-

sumber dana serta penetapan besarnya anggaran untuk setiap kegiatan yang

dilakukan.

6. Developing Procedure (Pengembangan Prosedur)

Untuk penghematan, efektivitas, dan keseragaman dalam pekerjaan tertentu.

Page 43: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00418-MN Bab 2.pdfkegiatan pelatihan yang menggunakan media elektronik atau teknologi informasi

52

7. Establishing and Interpreting Policies (Penetapan dan Penafsiran Kebijakan)

Kebijakan merupakan suatu keputusan yang senantiasa berlaku untuk masalah-

masalah yang terjadi berulang-ulang dalam organisasi.

2.5.6 Manajemen Sumber Daya Manusia

2.5.6.1 Pengertian Sumber Daya Manusia

Berdasarkan Nawawi (2005, p37) untuk memahami pengertian SDM perlu

dibedakan antara pengertiannya secara makro dan mikro. Pengertian SDM secara

makro adalah semua manusia sebagai penduduk atau warga Negara suatu Negara

atau dalam batas wilayah tertentu yang sudah memasuki usia angkatan kerja, baik

yang sudah maupun yang belum memperoleh pekerjaan. Sedangkan SDM dalam arti

mikro adalah manusia atau orang yang bekerja atau menjadi anggota suatu organisasi

yang disebut personil, pegawai, karyawan, pekerja, tenaga kerja dan lain sebagainya.

2.5.6.2 Perencanaan Sumber Daya Manusia

Menurut Nawawi (2005, p30) perencanaan adalah proses memilih sejumlah

kegiatan untuk ditetapkan sebagai keputusan tentang suatu pekerjaan yang harus

dilakukan, kapan, bagaimana dan siapa yang melakukannya.

Perencanaan SDM menurut Nawawi (2005, p44), adalah proses menetapkan

strategi untuk memperoleh, memanfaatkan, mengembangkan, dan mempertahankan

SDM sesuai dengan kebutuhan organisasi sekarang dan pengembangannya di masa

depan.

Page 44: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00418-MN Bab 2.pdfkegiatan pelatihan yang menggunakan media elektronik atau teknologi informasi

53

2.5.6.3 Penetapan Kualifikasi Sumber Daya Manusia (SDM)

Penetapan kualifikasi SDM yang dibutuhkan sangat bervariasi antara

organisasi/perusahaan yang berbeda. Variasi tersebut disebabkan oleh perbedaan jenis

keterampilan/keahlian SDM yang dibutuhkan karena perbedaan produk yang

dihasilkan.

Menurut Nawawi (2005, p137) dalam perencanaan SDM diperlukan prediksi

kualifikasi SDM yang dibutuhkan organisasi di masa depan. Dan diperlukan tolok ukur

pembanding tentang kualifikasi/persyaratan yang dibutuhkan dalam bekerja untuk 5

jenjang jabatan/pekerjaan.

Tabel 2.10 Persyaratan Standar SDM Organisasi (Nawawi, 2005)

Jenjang

Jabatan

Persyaratan Standar Implementasi

V Pekerjaan sederhana, banyak

pengulangan, dilakukan dengan

supervisi yang ketat, persyaratan

pelatihan minimal, dan tanggung

jawab kecil, kurang memerlukan

inisiatif, krativitas dan lainnya.

Pekerja tingkat bawah (penjaga,

petugas tata usaha, sopir dll). SD,

SMP, maksimal SMU pengalaman nol

tahun.

IV Pekerjaan sederhana, banyak

pengulangan, dilakukan dengan

supervisi ketat, mempersyaratkan

sedikit pelatihan atau keterampilan

tingkat rendah/menengah ke bawah.

Kadang memikul tanggung jawab dan

memerlukan inisiatif sederhana.

Pekerja tingkat bawah atas (kepala

urusan/seksi, mador/pengawas dll).

SMU dan SLTA kejuruan ditambah

pelatihan.

III Pekerjaan sederhana, sedikit variasi

supervisi umum, pelatihan intensif,

keterampilan tertentu. Tanggung

jawab teknis dan memerlukan

inisiatif, kreativitas memadai.

Pekerja tingkat menengah bawah

(Kepala seksi Sub Bagian, Bagian).

Berijazah SMU/S1 dan penagalaman

minimal di bidang relevan.

Page 45: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00418-MN Bab 2.pdfkegiatan pelatihan yang menggunakan media elektronik atau teknologi informasi

54

II Pekerjaan rata-rata komplek

bervariasi, supervisi umum,

keterampilan tinggi, bertanggung

jawab pada operasional pekerjaan,

peralatan, keselamatan kerja, inisiatif

dan kreativitas/manajerial bidang

bisnis perusahaan.

Pekerjaan tingkat menengah dan

menengah atas (manajer

departemen, divisi, direktur)

penagalaman memadai atau S2/S3

yang relevan.

I Pekerjaan komplek, bervariasi,

keterampilan tinggi (keahlian) dan

manajerial tinggi/professional,

bertanggung jawab pada operasional

pekerjaan, peralatan dan

keselamatan kerja secara moral, dan

memerlukan inisiatif, kreativitas

tingkat tinggi.

Pekerja tingkat atas/tinggi (general

manajer, direktur, direktur utama,

presiden) tanpa syarat pendidikan

dan pengalaman (tergantung pemilik

perusahaan).

Teknik lain yang dapat dipergunakan untuk menetapkan kualifikasi SDM yang akan

dipekerjakan adalah dengan melakukan Evaluasi Pekerjaan (Job Evaluation). Teknik ini

disebut juga Analisis Beban Kerja (Work Load Analysis). Menurut Nawawi (2005, p140)

Penilaian Pekerjaan adalah prosedur yang sistematis untuk menetapkan nilai relative

suatu pekerjaan atau jabatan, berdasarkan volume dan beban kerja, tanggung jawab,

keterampilan/keahlian, jenis kegiatan dalam bekerja, dan kondisi kerja yang

dibutuhkan untuk dapat melaksanakannya secara efektif dan efisien.

Salah satu teknik Evaluasi Pekerjaan adalah Teknik Sistem Point, yang digunakan

dengan menetapkan factor-faktor sebagai kualifikasi yang dibutuhka SDM agar dapat

melaksanakan suatu jabatan/pekerjaan secara efektif dan efisien. Dengan table faktor-

faktor atau kualifikasi yang perlu dipenuhi oleh seorang pekerja atau calon pekerja,

dalam dua model berskala empat dan berskala lima.

Page 46: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00418-MN Bab 2.pdfkegiatan pelatihan yang menggunakan media elektronik atau teknologi informasi

55

Tabel 2.11 Matrik Sistem Point Berskala Empat (Nawawi, 2005)

Tingkatan No. Faktor

Minimum Rendah Rata-rata Tinggi

1. Tanggung Jawab

a. Keselamatan orang lain. 25 50 75 100

b. Peralatan dan bahan. 20 40 60 80

c. Pelakasanaan pelatihan. 5 20 35 50

d. Kualitas produk dan pelayanan. 20 40 60 80

2. Pendidikan/Pengalaman

a. Penagalaman Kerja 45 90 135 180

b. Pendidikan dan Pelatihan 25 50 75 100

3. Kegiatan Usaha

a. Fisik 25 50 75 100

b. Mental 35 70 105 150

4. Kondisi Pekerjaan

a. Kondisi tidak menyenangkan. 20 40 60 80

b. Pekerjaan Berbahaya 20 40 60 80

TOTAL 1.000

Dengan menggunakan poin di dalam table di atas, setiap jabatan atau pekerjaan

dapat dinilai faktor-faktor atau kualifikasi yang harus dipenuhi seorang pekerja/calon

pekerja. Faktor yang mendapat poin tinggi dapat ditetapkan sebagai kualifikasi utama,

factor dengan poin rata-rata harus dijadikan kualifikasi pendukung, dan faktor dengan

poin rendah dapat diabaikan atau tidak dimasukkan dalam kualifikasi SDM yang akan

ditetapkan dalam Perencanaan SDM.

2.5.6.4 Manfaat Perencanaan Sumber Daya Manusia

Manfaat perencanaan SDM menurut Nawawi (2005, p44), sebagai berikut:

1. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pendayagunaan SDM.

2. Menyelaraskan aktivitas SDM berdasarkan potensinya masing-masing.

Page 47: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00418-MN Bab 2.pdfkegiatan pelatihan yang menggunakan media elektronik atau teknologi informasi

56

3. Meningkatkan kecermatan dan penghematan biaya (cost) dan tenaga dalam

melaksanakan rekruitmen dan seleksi.

4. Perencanaan SDM yang profesional mendorong usaha menciptakan dan

menyempurnakan Sistem Informasi SDM agar selalu akurat siap pakai untuk

berbagai kegiatan Manajemen SDM lainnya.

5. Perencanaan SDM dapat meningkatkan koordinasi antar manajer unit

kerja/departemen.

2.6 Manajemen Pendidikan

2.6.1 Pengertian Manajemen Pendidikan

Berdasarkan pendapat DR. Made Pidarta yang dikutip oleh Atmodiwirio (2000, p22)

Manajemen Pendidikan adalah aktivitas memadukan sumber-sumber pendidikan agar

terpusat dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan sebelumnya.

2.6.2 Sistem Pendidikan

Wayne, K. Hoy cs, seperti yang dikutip Atmodiwirio (2000, p42) mendefinisikan

sistem sosial sebagai kumpulan elemen (sub sistem) yang terbatas, kegiatan yang

berinteraksi, dan membentuk suatu kesatuan tunggal.

Definisi ini menekankan bahwa suatu sistem sosial itu kreatif, sebab perdefinisi

sistem itu memiliki peringkat dan tujuan di atas komponen-komponen bagiannya, dan

keterkaitannya. Sistem sosial artinya bisa berdiri sendiri terlepas dari semua komponen,

bagiannya, dan mampu mengembangkan diri sebagai satu kesatuan yang utuh.

Komponen dasar setiap sistem sosial adalah: input (masukan), proses, output,

lingkungan dan loops (balikan):

Page 48: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00418-MN Bab 2.pdfkegiatan pelatihan yang menggunakan media elektronik atau teknologi informasi

57

Gambar 2.9 Komponen Dasar Sistem Sosial (Atmodiwirio, 2000)

Komponen-komponen sekolah terdiri atas masukan, proses, keluaran langsung,

keluaran tidak langsung, dan balikan:

1. Masukan

Masukan adalah segala sesuatu yang diperlukan oleh sistem sekolah untuk

menghasilkan keluaran yang diharapkan. Masukan mencakup:

a. Masukan Baku

Yang dapat dikategorikan sebagai masukan baku sekolah adalah siswa, termasuk

segala karakteristiknya (misalnya jenis kelamin, kemampuan dasar, kondisi sosial

ekonomi orang tua siswa).

b. Masukan Instrumental

Yang dikategorikan sebagai masukan instrumental adalah guru, sarana dan

prasarana, kurikulum, dana dan pengelolaan.

• Guru dengan segala karakteristiknya (latar belakang pendidikan,

pengalaman, jenis kelamin).

• Sarana dan prasarana mencakup gedung, perabot, alat peraga, alat praktek,

dan media pendidikan.

• Kurikulum mencakup mata pelajaran/bidang studi yang diajarkan termasuk

metodenya dan jumlah jam yang dialokasikan.

Organisasi Struktur dan ProsesInput Output

Loop (Balikan)

Page 49: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00418-MN Bab 2.pdfkegiatan pelatihan yang menggunakan media elektronik atau teknologi informasi

58

• Dana mencakup jumlah dana yang disediakan dan kebijaksanaan

penggunaannya.

• Pengelolaan mencakup sistem pemanfaatan sumber daya pendidikan yang

dikelola oleh sekolah.

c. Masukan Lingkungan

• Kondisi sosial ekonomi orang tua dan masyarakat sekitar.

• Kondisi sosial budaya masyarakat sekitar.

• Kondisi lingkungan hidup.

2. Proses

Kegiatan yang dilakukan oleh sekolah, termasuk segala proses yang terjadi di

sekolah dalam rangka mengubah masukan untuk menghasilkan keluaran. Proses

mencakup kegiatan:

a. Kegiatan Belajar-Mengajar

Kegiatan ini menggambarkan kegiatan belajar-mengajar teori dan praktek oleh

guru dan tenaga lainnya, termasuk metode penyampaian yang diterapkan, sikap

guru dan siswa dalam proses belajar-mengajar (PBM) serta suasana kelas/ruang

belajar.

b. Kegiatan Pengelolan Sekolah

Kegiatan ini menggambarkan kegiatan kepala sekolah dalam mengelola sumber

daya pendidikan di sekolah.

c. Kegiatan Administrasi Sekolah

Kegiatan ini menggambarkan kegiatan administrasi sekolah dalam arti khusus

atau bisa disebut kegiatan ketatausahaan.

Page 50: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00418-MN Bab 2.pdfkegiatan pelatihan yang menggunakan media elektronik atau teknologi informasi

59

3. Keluaran Langsung

Keluaran langsung adalah segala sesuatu yang secara langsung dihasilkan oleh

sistem pendidikan, mencakup antara lain jumlah siswa yang tamat sekolah, dan hasil

belajar siswa dalam ranah penalaran (kognitif), perasaan (afektif), dan keterampilan

(psikomotor).

4. Keluaran tidak Langsung

Keluaran tidak langsung adalah segala hasil yang diperoleh oleh para lulusan di

masyarakat sebagai hasil pendidikan mencakup daya serap lulusan yang memasuki

dunia kerja dan/atau ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, kesesuaian antara

pendidikan dengan pekerjaan dan/atau tingkat penghasilan, dan sebagainya.

2.7 Manajemen Jaringan

2.7.1 Aspek-aspek Manajemen Jaringan

Menurut Wahyono (2007, p165) secara umum manajemen jaringan terbagi atas

aspek-aspek teknis dan non teknis. Aspek teknis menyangkut pengetahuan tentang

model jaringan komputer yang baik beserta dengan infrastruktur teknologinya,

sedangkan aspek non teknis mencakup manajemen pengelolaannya.

1. Aspek Teknis

Dalam mengelola jaringan komputer memerlukan pengetahuan tentang model

jaringan, sistem operasi, software aplikasi server, pengaturan routing, alokasi

alamat IP, filtering aliran data dari dan ke dalam jaringan komputer, serta

beberapa pengetahuan teknik lainnya. Berikut ini beberapa hal teknis yang perlu

diperhatikan dalam melakukan manajemen jaringan, yang sebaiknya dimiliki

pengelola atau administrator jaringan yaitu:

Page 51: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00418-MN Bab 2.pdfkegiatan pelatihan yang menggunakan media elektronik atau teknologi informasi

60

a. Pengetahuan tentang periode penggantian server.

b. Pengetahuan tentang filter atau pengaman jaringan.

c. Pengetahuan dalam melakukan backup.

d. Pengetahuan jarak antar titik (node) dalam jaringan.

e. Pengetahuan tentang media transmisi dalam jaringan.

f. Pengetahuan tentang pembagian network.

g. Pengetahuan tentang bandwidth.

2. Aspek Non Teknis

Aspek non teknis dalam pemeliharaan jaringan antara lain mencakup hal-hal

yang berbau manajemen umum, seperti misalnya perlunya struktur organisasi

pengelolaan yang teratur, penjadwalan yang baik, perencanaan jaringan

berbasis masa depan, dan lain sebagainya.

a. Dukungan unit lain dalam lembaga atau organisasi.

b. Penjadwalan kegiatan admin.

c. Perencanaan ke depan yang matang.

d. Pentingnya pencatatan.

e. Pemetaan jaringan.

2.7.2 Pemeliharaan Rutin Jaringan

Masih menurut Wahyono (2007, p169) pemeliharaan rutin jaringan terdiri dari

pemeliharaan fisik, pemeliharaan sistem operasi server dan software aplikasinya,

pemeliharaan dan perlindungan data, serta perlindungan pengguna dari virus dan

spam serta hacker dan cracker.

Page 52: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00418-MN Bab 2.pdfkegiatan pelatihan yang menggunakan media elektronik atau teknologi informasi

61

1. Kebersihan Lokasi

Lokasi tempat penyimpanan server harus bersih, bebas dari debu, tidak lembab,

dan suhunya terjaga. Debu dapat menyebabkan terjadinya listrik statis yang

akan berakibat pada tidak berfungsinya perangkat elektronik komputer.

2. Backup dan Replikasi

Secara rutin perlu dilakukan duplikasi (backup) terhadap file-file penting untuk

menjaga kemungkinan kerusakan yang terjadi pada file asli. Rutinitas backup

yang dapat dilakukan adalah Direct Backup, yaitu backup yang dilakukan secara

langsung di server atau pusat data menggunakan berbagai media seperti tape,

CD, DVD dan sebagainya.

3. Scanning Virus dan Gangguan lainnya.

Untuk mengatasi gangguan virus dapat dilakukan langkah-langkah pencegahan

dengan antivirus dan firewall. Langkah-langkah pencegahan adanya serangan

virus adalah:

a. Menggunakan antivirus dengan dengan update terbaru. Dan selalu

mengaktifkan mode autoprotect.

b. Selalu scanning seluruh media penyimpanan eksternal yang akan digunakan.

c. Jika terhubung ke internet dapat mengkombinasikan firewall dengan

antivirus, antispamming dan sebagainya.

d. Mewaspadai file-file yang mencurigakan.

e. Mengambil software freeware dan shareware dari sutus resmi.

f. Menghindari pembelian produk bajakan.

Page 53: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00418-MN Bab 2.pdfkegiatan pelatihan yang menggunakan media elektronik atau teknologi informasi

62

Jika telah terinfeksi, langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah:

a. Mencari sumber virus, mengisolasi area yang terjangkit virus.

b. Mengidentifikasi jenis virus dari gejala yang ditimbulkan.

c. Scan dengan antivirus menggunakan update virus definition terbaru.

d. Membersihkan dengan mencari cara-cara removal.

e. Alternatif terakhir adalah mem-format disk dan instal kembali sistem operasi.

4. Defragmentasi

Defragmenter adalah utiliti Windows yang digunakan khusus untuk penataan

ulang file yang ada di dalam harddisk. Proses defrag akan menyusun file-file dan

ruang kosong pada harddisk dengan tepat dengan tujuan agar aplikasi dan

sistem dapat dijalankan dengan lebih cepat.

5. Testing Drive dan Media

Perlu dilakukan pengecekan secara rutin terhadap kapasitas harddisk untuk

mengetahui kapasitas yang terpakai. Hindari kapasitas sisa ruang harddisk

kurang dari seperdelapan kapasitas total.

Page 54: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00418-MN Bab 2.pdfkegiatan pelatihan yang menggunakan media elektronik atau teknologi informasi

63

2.8 Kerangka Pemikiran

Untuk menerapkan e-learning berbasis internet di SMA Negeri 87 Jakarta diperlukan

langkah-langkah yang sebaiknya dilakukan sebelumnya agar penerapan e-learning akan

berjalan lancar dengan efisien dan efektif. Tahapan-tahapannya adalah:

Gambar 2.10 Kerangka Pikiran Penelitian

Analisa: 1. Kebutuhan E-Learning 2. Infrastruktur Siswa

Perancangan: 1. Network (Jaringan) 2. Learning Management System (LMS)

ANALISIS DAN PERANCANGAN E-LEARNING BERBASIS INTERNET PADA SMA NEGERI 87 JAKARTA

E-Learning Berbasis Internet SMA Negeri 87 Jakarta

Perencanaan SDM: 1. Jaringan 2. Learning Management System (LMS) 3. Materi 4. Marketing (Sosialisasi)

Page 55: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00418-MN Bab 2.pdfkegiatan pelatihan yang menggunakan media elektronik atau teknologi informasi

64

1. Analisis

a. Kebutuhan e-learning

Bertujuan untuk menganilisis tingkat kebutuhan para siswa terhadap penerapan

e-learning berbasis internet dalam proses belajar mengajar. Analisis ini dilakukan

menggunakan metode kuesioner kepada sampel siswa yang dipilih sebelumnya.

b. Infrastruktur yang tersedia

Untuk melakukan perencanaan infrastruktur pendukung e-learning berbasis

internet, harus dianalisis terlebih dahulu infrastruktur dan fasilitas yang telah

tersedia di sekolah. Selain itu perlu juga diketahui jumlah siswa yang memiliki

komputer yang terhubung dengan internet. Sehingga keterbatasan fasilitas dan

infrastruktur tidak akan menjadi hambatan dalam penerapan e-learning berbasis

internet di SMA Negeri 87 Jakarta.

2. Perancangan

a. Local Area Network (LAN)

Selain melakukan perencanaan mengenai koneksi internet, harus dilakukan pula

perancangan dan perencanaan jaringan intranet yang akan diaplikasikan di

gedung sekolah. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan efisiensi, efektifitas dan

kelancaran pertukaran data antar komputer. Perencanaannya berupa letak web

server, komputer administrator, komputer khusus siswa dan komputer khusus

guru. Dan bagaimana komputer-komputer tersebut saling berhubungan satu

sama lain serta pembagian (sharing) database atau penggunaan hardware

(misalnya printer) secara bersama-sama.

b. Learning Management System (LMS)

E-learning memerlukan suatu sistem sebagai platform untuk menjalankannya.

Sistem tersebut sering dinamakan Learning Management System (LMS). Oleh

Page 56: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00418-MN Bab 2.pdfkegiatan pelatihan yang menggunakan media elektronik atau teknologi informasi

65

karena itu, perlu direncanakan pula fungsi-fungsi yang harus dimiliki LMS dan

bagaimana mengembangkannya agar sesuai dengan kebutuhan sekolah. Pada

tahap inilah perancangan e-learning dilakukan dengan menggunakan Moodle

(Modular Object-Oriented Dynamic Learning Environment) yang merupakan

piranti lunak (software) gratis (open source).

3. Perencanaan Sumber Daya Manusia (SDM)

Untuk mendukung penerapan e-learning berbasis internet di SMA Negeri 87 Jakarta

perlu dilakukan terlebih dahulu pembentukan divisi baru pada Departemen TIK

(Teknologi Informasi Komputer). Kemudian pengelolaan atau manajemen dari setiap

divisi serta perencanaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang akan bertugas untuk

melaksanakan pengelolaan tersebut.

a. Manajemen Jaringan

Berfungsi untuk menjaga kinerja jaringan agar sesuai dengan standar yang telah

ditetapkan sebelumnya. Meliputi pemeliharaan, pencegahan serta antisipasi jika

telah terjadi kerusakan atau gangguan pada jaringan LAN.

b. Manajemen Learning Management System (LMS)

Setelah situs web Moodle beroperasi diperlukan 3 jenis manajemen untuk

menjalankan Learning Management System (LMS), yaitu:

• Manajemen Situs

• Manajemen Pengguna

• Manajemen Pelajaran

c. Manajemen Materi Pelajaran

Moodle memungkinkan materi yang disampaikan di kelas maya (virtual class)

dimodifikasi menggunakan multimedia. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan

ketertarikan siswa untuk mengakses e-learning.

Page 57: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00418-MN Bab 2.pdfkegiatan pelatihan yang menggunakan media elektronik atau teknologi informasi

66

d. Manajemen Sosialisasi

Sebelum e-learning diterapkan perlu dilakukan sosialisasi atau pengenalan

tentang e-learning berbasis internet. Proses sosialisasi ini dapat dilakukan dalam

berbagai cara yaitu penyuluhan dan praktik langsung di depan komputer.

Sehingga diharapkan ketika e-learning mulai diterapkan pada proses belajar

mengajar, para siswa dan guru telah mengerti langkah-langkah penggunaan dan

fungsinya.

2.9 Metodologi Penelitian

2.9.1 Jenis dan Metode Penelitian

Berdasarkan pendapat Zikmund seperti yang dikutip oleh Suliyanto (2006, p2) riset

merupakan proses pengumpulan, pencatatan dan analisis data yang sistematik dan

obyektif untuk membantu pembuatan keputusan.

Berdasarkan pendapat Sugiyono (2004, p7) penelitian deskriptif adalah penelitian

yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik 1 variabel atau lebih

(independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel lain.

2.9.2 Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel

2.9.2.1 Populasi

Populasi menurut Sugiyono (2004, p72) adalah wilayah generalisasi yang terdiri

atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditentukan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

2.9.2.2 Teknik Pengambilan Sampel

Berdasarkan pendapat Sugiyono (2004, p73) sampel adalah bagian dari jumlah

dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Bila populasi besar, dan peneliti tidak

mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan

Page 58: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00418-MN Bab 2.pdfkegiatan pelatihan yang menggunakan media elektronik atau teknologi informasi

67

dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil

dari populasi tersebut. Apa yang dipelajari dari sampel tersebut, kesimpulannya akan

diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang dari populasi harus betul-betul

representatif.

Menurut Suliyanto (2006, p113) probability sampling adalah teknik pengambilan

sampel dimana setiap anggota populasi mempunyai kesempatan (probabilitas) untuk

dijadikan sampel. Menentukan ukuran sampel adalah menentukan besarnya sampel

yang harus diambil agar dapat menggambarkan populasi yang sebenarnya.

Pengambilan sampel yang terlalu kecil dikhawatirkan tidak mampu menggambarkan

populasi yang sesungguhnya. Sebaliknya, pengambilan sampel yang terlalu besar

akan membuang waktu, biaya dan tenaga secara percuma. Dalam penelitian ini

ukuran sampel ditentukan menggunakan pendapat Slovin seperti yang dikutip oleh

Suliyanto (2006, p100), yaitu:

n = ___N___

1 + Ne2

Dimana:

n = jumlah sampel minimal

N = jumlah populasi

e = persentase kelonggaran ketelitian karena kesalahan pengambilan sampel.

Proportionate stratified random sampling digunakan jika populasi memiliki strata

dan anggota setiap strata memiliki jumlah yang relatif proporsional. Oleh karena

anggota strata memiliki jumlah yang proporsional maka setiap strata akan terwakili

dalam sampel secara proporsional juga. Demikian juga sebaliknya, pada strata yang

memiliki jumlah populasi yang sedikit, sampel yang akan diambil kecil.

Page 59: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00418-MN Bab 2.pdfkegiatan pelatihan yang menggunakan media elektronik atau teknologi informasi

68

2.9.3 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara yang dapat digunakan oleh

peneliti untuk mengumpulkan data.

2.9.3.1 Angket (Kuesioner)

Menurut Sugiyono (2004, p135) kuesioner merupakan teknik pengumpulan data

yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis

kepada responden untuk dijawabnya.

Pada penelitian ini digunakan metode kuesioner tertutup. Menurut Suliyanto (2006,

p141) dalam kuesioner tertutup, jawaban sudah disediakan oleh peneliti sehingga

responden tinggal memilih. Oleh karena jawaban telah disediakan oleh peneliti

sehingga jawabannya akan sesuai dengan kebutuhan dalam riset.

2.9.3.2 Wawancara (Interview)

Berdasarkan pendapat Suliyanto (2006, p137), wawancara merupakan teknik

pengambilan data dimana peneliti langsung berdialog dengan responden untuk

menggali informasi dari responden. Dalam wawancara, peneliti tidak harus bertatap

muka secara langsung, tetapi dapat melalui media tertentu misalnya melalui telepon,

teleconference atau chatting melalui internet.

2.9.4 Desain Pengukuran dan Instrumen Penelitian

2.9.4.1 Desain Pengukuran

Menurut Sugiyono (2004, p84) skala pengukuran merupakan kesepakatan yang

digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada di

dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan

menghasilkan data kuantitatif.

Page 60: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00418-MN Bab 2.pdfkegiatan pelatihan yang menggunakan media elektronik atau teknologi informasi

69

Skala interval adalah salah satu jenis skala pengukuran yang menunjukkan jarak

antara satu data dengan data yang lain dan mempunyai bobot yang sama. Analisis

statistik yang sesuai adalah: Uji t (t-test), Uji t (t-test) dua sampel; Anova satu Jalur

(One Way-Anova); Anova Dua jalur (Test-Ways Anova); Uji Pearson product moment;

uji Korelasi Parsial (partial Correlation); Uji Korelasi Ganda (multiple Correlation); Uji

Regresi (Regresion Test); dan Uji Regresi Ganda (Multiple Regression test). Uji statistik

yang digunakan ialah uji statistik parametrik.

Berdasarkan pendapat Sugiyono (2004, p86) skala likert digunakan untuk

mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang

fenomena sosial. Dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan

menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak

untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan.

Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi

dari sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata:

1. Sangat Setuju

2. Setuju

3. Ragu-ragu

4. Tidak Setuju

5. Sangat Tidak Setuju

Masih menurut Sugiyono (2004, p90) dengan skala Guttman akan didapat jawaban

yang tegas yaitu “ya-tidak”, “benar-salah”, “pernah-tidak pernah”, “positif-negatif” dan

lain-lain. Data yang diperoleh dapat berupa data interval atau rasio dikhotomi (dua

alternatif). Penelitian menggunakan skala Guttman dilakukan bila ingin mendapatkan

jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang dtanyakan.

Page 61: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00418-MN Bab 2.pdfkegiatan pelatihan yang menggunakan media elektronik atau teknologi informasi

70

2.9.4.2 Instrumen Penelitian

Berdasarkan pendapat Sugiyono (2004, p84) instrumen penelitian digunakan untuk

mengukur variabel yang diteliti. Dengan demikian jumlah instrumen yang akan

digunakan untuk penelitian akan tergantung pada jumlah variabel yang diteliti.

Tabel 2.12 Kisi-kisi Instrumen yang Diperlukan untuk Mengukur

Kebutuhan E-Learning dan Kesiapan Infrastruktur

VARIABEL DIMENSI INDIKATOR ITEM

Pemahaman Materi

Tingkat pemahaman siswa terhadap

materi pelajaran yang disampaikan

di ruang kelas.

1

Variasi Contoh/Kasus

Tingkat keragaman contoh dan

kasus yang diperoleh siswa di ruang

kelas.

2

Kelas Tambahan

Tingkat partisipasi siswa pada kelas

bimbingan belajar di luar sekolah.

3

Waktu Diskusi

Kapasitas waktu yang diperoleh

siswa untuk berdiskusi di ruang

kelas.

4

Penyampaian Materi

Tingkat ketertarikan siswa pada

cara penyampaian materi pelajaran

di ruang kelas.

5

Kebutuhan

E-learning

Kelengkapan Materi

Tingkat kelengkapan materi

pelajaran yang disampaikan di

ruang kelas.

6

Skala

Pengukuran

Skala Likert

Page 62: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00418-MN Bab 2.pdfkegiatan pelatihan yang menggunakan media elektronik atau teknologi informasi

71

VARIABEL DIMENSI INDIKATOR ITEM

Infrastruktur Akses Internet Akses internet di rumah. 1

Akses internet di sekitar rumah dan

sekolah.

2

Skala

Pengukuran

Skala Guttman

2.9.5 Teknik Analisis Data

2.9.5.1 Uji Validitas

Menurut Suliyanto (2006, p146) validitas sebuah alat ukur ditunjukkan dari

kemampuannya mengukur apa yang seharusnya diukur. Kuesioner riset dikatakan

valid apabila instrumen tersebut benar-benar mampu mengukur besarnya nilai

variabel yang diteliti.

Keputusan pada sebuah butir pertanyaan dapat dianggap valid, yang bisa

dilakukan dengan beberapa cara:

• Jika koefisien korelasi product moment melebihi 0,3.

• Jika koefisien korelasi product moment > r-tabel (α;n-2) n = jumlah sampel.

• Nilai Sig. ≤ α

Rumus Pearson Product Moment (Koefisien Korelasi):

rhitung = n(ΣXiYi)-( ΣXi).( ΣYi)

{n. ΣXi2-(ΣXi) 2}.{n. ΣYi2-(ΣYi) 2}

Dimana:

rhitung = Koefisien Korelasi

ΣXi = Jumlah skor item

ΣYi = Jumlah skor total

n = Jumlah Responden

Page 63: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00418-MN Bab 2.pdfkegiatan pelatihan yang menggunakan media elektronik atau teknologi informasi

72

Jika rhitung > rtabel berarti Valid

Jika rhitung < rtabel berarti Tidak Valid

2.9.5.2 Uji Reliabilitas

Masih menurut Suliyanto (2006, p149) pengertian reliabilitas pada dasarnya

adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Jika hasil pengukuran

yang dilakukan secara berulang relatif sama maka pengukuran tersebut dianggap

memiliki tingkat reliabilitas yang baik. Langkah-langkah mencari nilai reliabilitas

dengan metode Alpha adalah sebagai berikut:

1. Menghitung Varians tiap skor pada setiap item dengan rumus:

ΣXi2 - (ΣXi) 2 Si = N N Dimana:

Si = Varians skor tiap-tiap item

ΣXi2 = Jumlah kuadrat item Xi

(ΣXi) 2 = Jumlah item Xi dikuadratkan

N = Jumlah responden

2. Menjumlahkan Varians seluruh item dengan rumus:

ΣSi = S1 + S2 + ............Sn

Dimana:

ΣSi = Jumlah varians semua item

S1, S2 .......Sn = Varians item ke-1, 2,..... n

3. Menghitung Varians total dengan rumus:

ΣXt2 - (ΣXt)

2 St = N N

Page 64: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00418-MN Bab 2.pdfkegiatan pelatihan yang menggunakan media elektronik atau teknologi informasi

73

Dimana:

St = Varians Total

ΣXt2 = Jumlah kuadrat X total

(ΣXt) 2 = Jumlah X total dikuadratkan

N = Jumlah reponden

4. Memasukkan nilai Alpha dengan rumus:

r11 = k . 1 - ΣSi k – 1 St

5. Keputusan dengan membandingkan r11 dengan rtabel (Tabel r Product Moment

dengan dk = N – 1):

Jika r11 > rtabel berarti Reliabel

Jika r11 < rtabel berarti Tidak Reliabel

2.9.5.3 Skala Guttman

Menurut Sugiyono (2004, p90) dengan skala Guttman akan didapat jawaban

yang tegas yaitu “ya-tidak”, “benar-salah”, “pernah-tidak pernah”, “positif-negatif”

dan lain-lain. Data yang diperoleh dapat berupa data interval atau rasio dikhotomi

(dua alternatif). Penelitian menggunakan skala Guttman dilakukan bila ingin

mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang dtanyakan.

Berdasarkan skor yang telah ditetapkan maka:

Jumlah skor untuk Y orang yang menjawab Tidak = Y x 0

Jumlah skor untuk Y orang yang menjawab Ya = Y x 1

Jumlah = X

Presentase jawaban yang di inginkan = (X : total jawaban yang di inginkan) x 100%

Page 65: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00418-MN Bab 2.pdfkegiatan pelatihan yang menggunakan media elektronik atau teknologi informasi

74

2.9.5.4 Skala Likert

Berdasarkan pendapat Sugiyono (2004, p86) skala likert digunakan untuk

mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang

fenomena sosial. Dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan

menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak

untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau

pernyataan. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala likert

mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif

Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat diberi skor, misal:

1. Sangat Setuju = 5

2. Setuju = 4

3. Ragu-ragu = 3

4. Tidak Setuju = 2

5. Sangat Tidak Setuju = 1

Berdasarkan skor yang telah ditetapkan maka:

Jumlah skor untuk Y orang yang menjawab SS = Y x 5

Jumlah skor untuk Y orang yang menjawab ST = Y x 4

Jumlah skor untuk Y orang yang menjawab RG = Y x 3

Jumlah skor untuk Y orang yang menjawab TS = Y x 2

Jumlah skor untuk Y orang yang menjawab STS = Y x 1

Jumlah = X

Presentase jawaban yang di inginkan = (X : total jawaban yang di inginkan) x 100%

Page 66: BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRANthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00418-MN Bab 2.pdfkegiatan pelatihan yang menggunakan media elektronik atau teknologi informasi

75

Skala kontinum sebagai berikut:

STS TS RG ST SS

Keterangan Kriteria Interpretasi Skor

Angka 0% - 20% = Sangat Lemah

Angka 21% - 40% = Lemah

Angka 41% - 60% = Cukup

Angka 61% - 80% = Kuat

Angka 81% - 100% = Sangat Kuat