Upload
lamnguyet
View
215
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
15
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Metode Pengambilan Keputusan
2.1.1 Metode Analytic Hierarchy Process (AHP)
2.1.1.1 Sejarah AHP
Analytical Hierarchy Process (AHP) adalah suatu metode analisa pengambilan
keputusan berhirarki yang dibangun oleh Prof. Thomas L. Saaty di University of
Pittsburg pada tahun 1970.
Beberapa sifat dan karakter dari model AHP ini adalah
o Pembobotan dilakukan dengan cara perbandingan berpasangan
(pairwise). Hal ini dilakukan untuk mendapatkan hubungan yang jelas
antara dua buah kriteria yang diperbandingkan. Empat macam skala
pengukuran yang biasa digunakan adalah skala nominal, ordinal, interval
dan rasio. Perbandingan berpasangan tersebut dapat diperoleh melalui
pengukuran aktual maupun pengukuran relatif dari derajat kesukaan,
kepentingan atau perasaaan. Dengan demikian metode ini sangat berguna
untuk membantu mendapatkan skala rasio dari hal-hal yang semula sulit
diukur, seperti pendapat, perasaan, perilaku dan kepercayaan.
o Hubungan antara kriteria yang diperbandingkan akan diberi nilai bobot
antara dua sampai sembilan menunjukan nilai kriteria yang satu lebih
baik daripada nilai kriteria yang lain. Sedangkan nilai pecahan antara ½
16
sampai 1/9 menunjukan nilai kriteria yang satu lebih rendah dari nilai
kriteria yang lain.
Metode AHP merupakan salah satu metode pengambilan keputusan yang sering
digunakan. Pendapat satu orang yang benar-benar menguasai permasalahan akan lebih
baik daripada pendapat 1.000 orang yang tidak memahami permasalahan. Maka itu
penggunaan pakar sebagai nara sumber dan responden lebih dianjurkan.
Metode ini memecahkan suatu masalah yang kompleks dan tidak terstruktur ke
dalam kelompok-kelompoknya, mengatur kelompok-kelompok tersebut dalam suatu
hirarki, memasukkan nilai numerik sehingga mengganti persepsi manusia dalam
melakukan perbandingan relatif dan akhirnya dengan suatu sintesa ditentukan elemen
mana yang mempunyai prioritas tertinggi.
2.1.1.2 Langkah Perhitungan AHP
Langkah-langkah penggunaan AHP adalah sebagai berikut :
o Langkah pertama dalam menggunakan AHP adalah merumuskan tujuan
(level 1) dari kegiatan penyusunan prioritas.
o Langkah kedua adalah menentukan kriteria-kriteria (level dua) dalam
mencapai tujuan tersebut. Kriteria-kriteria ini juga bisa terdiri dari
beberapa sub kriteria.
o Kriteria-kriteria ini akan diuraikan menjadi beberapa alternatif (level
tiga) yang akan disusun menjadi struktur hierarki seperti gambar dibawah
ini.
17
GOAL (LEVEL 1)
Criteria (LEVEL 2)
Alternative (LEVEL 3)
SubCriteria
Gambar 2.1 Struktur Hierarki
Setelah masalah telah didekomposisikan maka yang akan dilakukan adalah
membandingkan antar elemen, baik perbandingan antar kriteria dan perbandingan antar
alternatif dalam suatu kriteria.
Menurut Saaty (1988) untuk berbagai persoalan, skala satu sampai skala sembilan
adalah skala terbaik dalam mengekspresikan pendapat. Berikut ini adalah derajat
kepentingan dalam metode AHP bagi setiap kriteria-kriteria maupun pemasok yang akan
dibandingkan.
Tabel 2.1 Derajat Kepentingan AHP
Intensitas Kepentingan Keterangan Penjelasan
1 Equally preferred Dua aktivitas memberikan kontribusi sama terhadap tujuan.
2 Equally to moderately preferred Antara equally dan moderately.
3 Moderately preferred Pengalaman dan penilaian memberikan nilai
tidak jauh berbeda antara satu aktivitas terhadap aktivitas lainnya.
4 Moderately to strongly preferred Antara moderately dan strongly.
18
Tabel 2.1 Derajat Kepentingan AHP (lanjutan)
5 Strongly preferred Penilaian memberikan nilai kuat berbeda antara satu aktivitas terhadap aktivitas lainnya.
6 Strongly to very strongly preferred Antara strongly dan very strongly.
7 Very strongly preferred
Satu aktivitas sangat lebih disukai dibandingkan aktivitas lainnya.
8 Very strongly to extremely preferred Antara very strongly dan extremely.
9 Extremely preferred Satu aktivitas menempati urutan tertinggi dari aktivitas lainnya.
Proses yang paling menentukan dalam menilai setiap bobot elemen adalah
menentukan besarnya prioritas antar elemen. Maka dari itu seringkali terjadi perbedaan
pendapat dalam menentukan besarnya prioritas tersebut. Apabila terjadi hal seperti ini
maka dapat digunakan rataan geometrik untuk menggabungkan pendapat mereka untuk
memasukan nilai kepentingan kedalam matrik.
Rumus rataan geometrik adalah sebagai berikut.
Rataan Geometrik = jjRR ××...1
Keterangan :
R = Jawaban responden dari kuisioner
J = Jumlah responden
AHP juga memberikan pertimbangan terhadap pertanyaan mengenai logika
konsistensi dari evaluator. Indeks konsistensi (CI) adalah perhitungan matematis untuk
setiap perbandingan berpasangan matrik perbandingan. CI ini menyatakan deviasi
konsistensi. Kemudian Indeks acak sebagai hasil dari respon acak yang mutlak akan
dibagi dengan CI yang akan menghasilkan rasio konsistensi (CR). Semakin tinggi CR
maka semakin rendah konsistensinya.
19
Langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan perhitungan konsistensi :
o penentuan weighted sum vector dengan mengalikan row averages dengan
matriks awal.
o Tentukan consistency vector dengan membagi weighted sum vector dengan
row averages.
o Hitung Lambda dan Consistency Index:
1nn
CI−−
=λ
, di mana n adalah jumlah item dari sistem yang dibandingkan.
dan λ adalah rata-rata dari Consistency Vector.
o Hitung Consistency Ratio:
RICICR = , di mana RI adalah Random Index yang didapatkan dari tabel.
Hasil yang konsisten adalah CR ≤ 0,10. Jika hasil CR > 0,10, maka matriks
keputusan yang diambil harus dievaluasi ulang.
Tabel 2.2. Random Index
N Random Index 2 0,00 3 0,58 4 0,90 5 1,12 6 1,24 7 1,32 8 1,41 9 1,45 10 1,49
20
2.1.2 Supplier Performance Rating Tool
Menurut Kathryn et al (2006, p355), supplier performance rating tool adalah alat
untuk mengukur kinerja pemasok ini didesain secara khusus untuk melakukan
pembelian, memastikan kualitas, menerapkan fungsi rantai pasokan yang digunakan
untuk mendukung pemasok untuk mengukur dan mengatur peforma dari pemasok yang
dimiliki.
Tujuan yang ingin dicapai dengan menggunakan Supplier performance rating
tool ini adalah
o Meningkatkan efektifitas dan efisiensi pada rantai pasokan bahan baku
o Mengurangi jumlah pemasok dan meningkatkan kualitas para pemasok
o Meningkatkan hubungan yang lebih dekat dengan pemasok-pemasok inti
Alat ini didesain dan disediakan untuk perusahaan dengan kemampuan untuk
mengukur pemasok dengan 3 kriteria utama :
1. OTD (on time delivery)
2. Quality
3. Total cost (berdasarkan biaya kualitas)
2.1.2.1 OTD (on time delivery)
Menurut Kathryn et al (2006, p355), OTD pemasok adalah perbandingan antara
waktu yang dibutuhkan atau dijanjikan oleh pemasok dan waktu sebenarnya dimana
material atau bahan baku diterima.
Toleransi bahwa material akan dianggap tepat waktu adalah keterlambatan
selama lima hari. Keterlambatan selama lima hari ini diijinkan untuk menggantikan hari
21
libur dan hari minggu. Lima hari ini juga guna memberikan waktu bagi perusahaan
untuk memasukan penerimaan material dan bahan baku ke dalam sistem.
Rumus dari OTD adalah
TPEROTOTD= X 100 %
OTD = on time delivery
ROT = received on time (bahan baku yang diterima tepat pada waktunya)
TPE = total part expected (bahan baku yang diharapkan diterima tepat waktu)
Contoh dari perhitungan OTD :
Pada PO no.001 bahan baku yang dipesan dari pemasok adalah 1000 ton pada
tanggal 2 mei, sehingga penerimaan yang dianggap tepat waktu ada pada tanggal 2 mei
sampai 7 mei.
Tabel 2.3 Contoh Penerimaan Bahan Baku
No part received date received Status 100 2 mei on time 650 4 mei on time 100 7 mei on time 50 8 mei late 100 10 mei late
Dengan tabel diatas maka diketahui
ROT (bahan baku yang diterima tepat waktu) = 100+650+100=850
TPE (bahan baku yang diharapkan diterima tepat waktu) = 1000
1000850
=OTD X 100 % = 85 persen untuk PO no. 001
22
Apabila PO yang dilakukan dengan pemasok lebih dari satu maka penilaian akan
dilakukan dengan merata-ratakan nilai OTD pada setiap PO. Seperti contoh dibawah :
o PO no.001 = 85 persen
o PO no.002 = 82 persen
o PO no.003 = 67 persen
Maka total OTD pemasok adalah 3
678285 ++ = 78 persen
2.1.2.2 Quality
Menurut Kathryn et al (2006, p358), indikator dari perhitungan kualitas pemasok
adalah persentase jumlah bahan baku yang diretur dibandingkan dengan jumlah bahan
baku yang diterima dari pemasok tersebut. Hasil ini akan dilaporkan dalam bentuk PPM
(part per milion) dan hasil terakhir akan didapatkan dengan menggunakan PPM
conversion table.
Tabel 2.4 PPM conversion table
PPM Yield (percentage) σ Points >66.810 <93.3190 <3.00 0.0 66.810 93.3190 3.00 2.0 38.950 96.1050 3.25 4.0 22.750 97.7250 3.50 6.0 11.870 98.8130 3.75 8.0 6.210 99.3790 4.00 10.0 2.890 99.7110 4.25 12.5 1.350 99.8650 4.50 15.0 560 99.9440 4.75 17.5 233 99.9767 5.00 20.0 86 99.9914 5.25 25.0 32 99.9968 5.50 30.0 10 99.9990 5.75 35.0 <3 >99.9997 6.00 40.0
23
Rumus dari quality adalah :
TPRRTSPPM= X 1.000.000
PPM = part per million
RTS = Return to Supplier (bahan baku yang diretur)
TPR = Total Part Received (total bahan baku yang diterima)
Contoh dari perhitungan quality adalah :
Apabila pada suatu periode bahan baku yang diterima dari pemasok adalah 4937
dan bahan baku yang diretur selama periode tersebut adalah 50 maka perhitungannya
adalah : 493750
=PPM X 1.000.000 = 10.127.61 PPM ≈ 10.128 PPM
Hasil dari ini akan dibulatkan ke nilai PPM yang lebih tinggi dan akan
dikonversikan ke dalam point berdasarkan pada tabel PPM conversion table. Jadi
10.128 PPM akan menjadi 11.870 PPM dan akan menghasilkan 8 point.
2.1.2.3 Total Cost
Menurut Kathryn et al (2006, p358), penilaian untuk biaya total diperoleh dari
seluruh total biaya kualitas dibandingkan dengan seluruh total biaya pembelian bahan
baku pada satu supplier pada periode tertentu.
Rumus untuk mendapatkan Score Total Cost adalah :
Score Total Cost = ))(1(TRACOQ
− X 100 persen
24
TRA = Total Receipts Amount (total biaya bahan baku yang diterima)
COQ = Cost of Quality (total biaya kualitas)
Contoh perhitungan Total Cost
Jika nilai biaya bahan baku yang diterima pada periode tertentu adalah $652000
dan biaya kualitas adalah $65000 maka Total cost adalah
Score Total Cost = ))65200065000(1( − X 100 persen = 90.03 %
2.1.2.4 Total supplier score
Menurut Kathryn et al (2006, 360), nilai yang diberikan pada kriteria OTD
dengan bobot 40%, pada kualitas atau PPM dengan bobot 40% dan terakhir pada nilai
score total cost atau nilai untuk seluruh pengeluaran dengan bobot 20% ideal untuk
digunakan untuk memberikan ranking pada pemasok.
Dengan contoh yang ada diatas maka nilai yang didapatkan pemasok adalah
= (OTD persen X 40 persen) + quality + (total cost X 20 persen)
= (78 x 0.40) +8 + (90.03 x 0.2) = 57.3
Pemasok yang terpilih adalah pemasok inti sedangkan pemasok lain akan
dikeluarkan dari list pemasok. Jumlah dari pemasok inti merupakan kebijakan dari
perusahaan itu sendiri.
2.1.2.5 Keuntungan menggunakan Supplier Performance Rating Tool
Keuntungan yang diperoleh perusahaan dengan menggunakan Supplier
performance rating tool ini adalah
o Kualitas dari material meningkat
25
o Mengurangi leadtime
o Mengurangi jumlah kesalahan dan kerusakan material
o Pemasok inti dapat lebih berperan dalam pengembangan produk baru
o Membantu mengurangi biaya simpan pada persediaan
Keuntungan yang diperoleh oleh pemasok apabila telah menjadi pemasok inti
adalah
o Pemasok yang terintegrasi dapat lebih jelas dalam pemenuhan bahan
baku untuk perusahaan
o Pemasok dapat melakukan perencanaan yang lebih baik dalam
melakukan produksi sendiri.
o Pemasok terbantu dalam mengkoordinasi pengiriman material dengan
pemasok yang lain pada jaringan rantai pasokan
2.1.3 Biaya Kualitas
Menurut Kathryn et al (2006,p358), biaya kualitas dapat didefinisikan sebagai
suatu metode yang mencerminkan biaya yang dikeluarkan apabila bahan baku yang
diterima mempunyai kualitas yang buruk.
Biaya kualitas pada umumnya dibagi menjadi dua yaitu Price of conformance
(POC) dan Price of non conformance (PONC). POC adalah pengeluaran yang
diakibatkan untuk menjamin bahwa produk yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi
POC umumnya berkisar antara 3-4% dari penjualan sedangkan PONC adalah
pengeluaran yang ditimbulkan akibat melakukan kesalahan yang pada umumnya
berkisar antara 20% atau lebih dari penjualan pada perusahaan manufaktur dan 35% dari
penjualan pada perusahaan jasa.
26
Menurut Gaspersz (2006,p92) biaya kualitas dapat dikategorikan menjadi empat
jenis yaitu dalam bentuk prevention costs, appraisal cost, internal failure costs dan
eksternal failure costs.
Prevention cost atau biaya pencegahan merupakan biaya yang berhubungan
dengan upaya pencegahan terjadinya kegagalan internal maupun eksternal. Contoh dari
biaya pencegahan adalah
1. Perencanaan kualitas = biaya yang berkaitan dengan aktivitas
perencanaan kualitas secara keseluruhan, termasuk penyiapan prosedur
yang diperlukan untuk mengkomunikasikan rencana kualitas ke seluruh
pihak berkepentingan.
2. Pengendalian proses = biaya inspeksi dan pengujian proses untuk
menentukan status proses, bukan status produk.
3. Audit kualitas = biaya yang terkait dengan evaluasi pelaksanaan aktivitas
dalam rencana kualitas secara keseluruhan.
4. Evaluasi kualitas pemasok = biaya yang berkaitan dengan evaluasi
pemasok sebelum pemilihan pemasok, audit terhadap aktivitas selama
kontrak dan usaha lain yang berkaitan dengan pemasok.
5. Pelatihan = biaya yang berkaitan dengan penyiapan dan pelaksanaan
program pelatihan yang berkaitan dengan program reduksi biaya terus
menerus melalui perbaikan kualitas.
Appraisal cost atau biaya penilaian adalah biaya yang berhubungan dengan
penentuan derajat konformansi terhadap persyaratan kualitas (spesifikasi yang
ditetapkan). Contoh dari biaya penilaian adalah
27
1. Inspeksi dan pengujian kedatangan material = biaya yang berkaitan
dengan penentuan kualitas material yang dibeli apakah melalui inspeksi
pada saat penerimaan, melalui inspeksi pada pemasok atau inspeksi yang
dilakukan pihak ke-3.
2. Inspeksi dan pengujian produk dalam proses = biaya yang berkaitan
dengan evaluasi konformansi produk dalam proses terhadap persyaratan
kualitas yang ditetapkan.
3. Inspeksi pengujian produk akhir = biaya yang berkaitan dengan evaluasi
konformansi produk akhir terhadap persyaratan kualitas yang ditetapkan.
4. Evaluasi stok = biaya yang berkaitan dengan pengujian produk dalam
penyimpanan untuk menilai degradasi kualitas.
Internal failure cost atau biaya kegagalan internal merupakan biaya yang
berhubungan dengan kesalahan yang ditemukan sebelum menyerahkan produk ke
pelanggan. Contoh dari biaya kegagalan internal adalah
1. Scrap = biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja, material, dan
biasanya overhead pada produk cacat yang secara ekonomis tidak dapat
diperbaiki lagi. Terdapat banyak ragam nama jenis ini yaitu : scrap, cacat,
dan usang.
2. pekerjaan ulang (rework) = biaya yang dikeluarkan untuk memperbaiki
kesalahan produk agar memenuhi spesifikasi yang ditentukan
3. analisis kegagalan = biaya yang dikeluarkan untuk memperbaiki
kesalahan agar produk dapat memenuhi spesifikasi yang di tentukan
28
4. Inspeksi ulang dan pengujian ulang = biaya yang dikeluarkan untuk
inspeksi ulang dan pengujian ulang produk yang telah mengalami
pengerjaan ulang atau perbaikan kembali.
5. Avoidable process losses = biaya kehilangan, meskipun produk tidak
cacat misalnya kelebihan bobot produk yang diserahkan kepada
pelanggan karena variabilitas peralatan pengukuran
External failure cost atau biaya kegagalan eksternal merupakan biaya yang
berhubungan dengan kesalahan yang ditemukan setelah produk itu diserahkan ke
pelanggan. Contoh dari biaya kegagalan eksternal adalah
1. Jaminan = biaya yang dikeluarkan untuk pergantian atau perbaikan
kembali produk yang masih berada dalam masa jaminan.
2. Penyelesaian keluhan = biaya yang dikeluarkan untuk penyelidikan dan
penyelesaian keluhan yang berkaitan dengan produk cacat.
3. Produk dikembalikan = biaya yang berkaitan dengan penerimaan dan
penempatan produk cacat yang dikembalikan oleh pelanggan.
4. Allowances = biaya yang berkaitan dengan konsesi pada pelanggan
karena produk yang berada dibawah standar kualitas yang sedang
diterima oleh pelanggan atau tidak memenuhi spesifikasi penggunaan.
Menurut Gaspersz (2006,p92), sebuah perusahaan yang ingin mengkaji dan
menggunakannya sebagai indikator kemajuan program mereduksi biaya melalui
perbaikan kualitas dapat menggunakan bentuk umum laporan biaya kualitas seperti
berikut :
29
Gambar 2.2 Contoh Laporan Biaya Kualitas
2.1.4 Manajemen Pengadaan atau procurement
Tugas dari manajemen pengadaan adalah menyediakan input berupa barang dan
jasa yang dibutuhkan untuk kegiatan produksi maupun kegiatan lain di perusahaan.
Menurut Pujawan (2005, pp139-141) tugas-tugas yang dilakukan bagian pengadaan
adalah sebagai berikut :
30
o Merancang hubungan yang tepat dengan supplier. Hubungan dengan
supplier bisa bersifat jangka panjang maupun hubungan transaksional
jangka pendek. Model hubungan ini tergantung dari beberapa hal
termasuk kritis tidaknya barang yang dibeli dari supplier yang
bersangkutan dan besar tidaknya pembelian,sehingga bagian pengadaan
mempunyai tugas unntuk merancang portfolio untuk semua supplier.
o Memilih supplier. Kegiatan memilih supplier bisa memakan waktu dan
sumber daya yang tidak sedikit bila supplier yang dimaksud adalah
supplier kunci.
o Memilih dan mengimplementasi teknologi yang cocok. Teknologi yang
tradisional adalah penggunaan telepon dan fax, dengan munculnya
internet maka dewasa ini banyak menggunakan e-procurement yakni
aplikasi internet untuk kegiatan pengadaan.
o Memelihara data item yang dibutuhkan dan data supplier.
o Melakukan proses pembelian adalah pekerjaan yang rutin dilakukan oleh
bagian pengadaan. Proses pembelian bisa dilakukan dengan berbagai cara
misalnya dengan pembelian rutin atau pembelian lelang
o Mengevaluasi kinerja dari supplier, merupakan tugas yang penting dari
bagian pengadaan untuk menciptakan daya saing yang berkelanjutan.
Menurut Shin et al (2000, pp 317-313), manajemen yang baik pada keterlibatan
pemasok dapat menghasilkan performa pemasok yang lebih baik, meningkatkan
perputaran persediaan, meningkatkan improvisasi pada produksi dan peningkatan pada
31
produk dan proses yang akan dapat memenuhi kepuasan konsumen serta peningkatan
performa dari perusahaan itu sendiri.
Menurut Kathryn et al (2006, p353), banyak keuntungan yang diperoleh
perusahaan dengan mengembangkan hubungan yang dekat dengan sejumlah kecil
supplier yang kritis seperti dapat menjadwalkan ulang aktivitas dengan kesepakatan,
kesepakatan pada jumlah bahan baku, kesepakatan pada harga dan supplier yang telah
dipilih dapat menentukan kapasitas, mereduksi leadtime dan dapat meminimalkan biaya
logistik.
Jadi dengan merancang hubungan dengan pemasok, memilih pemasok yang
tepat, melakukan manajemen yang baik dengan pemasok maka akan menghasilkan
peningkatan peforma pada pemasok bagi perusahaan. Dengan meningkatnya peforma
pemasok baik maka akan memberikan keuntungan juga bagi perusahaan.
32
2.2 E-Commerce
2.2.1 Definisi E-Commerce
Menurut Turban et al. (2006, p4) electronic commerce adalah proses membeli,
menjual, mentransfer atau menukar barang, jasa dan informasi via jaringan komputer,
termasuk internet.
2.2.2 Jenis-jenis E-Commerce
Menurut Turban et al. (2006, p8-10) klasifikasi umum dari EC adalah dengan
sifat dari transaksi atau hubungan dengan partisipan.Berikut merupakan jenis-jenis EC :
o Business-to-Business (B2B), model EC dimana semua pesertanya adalah
bisnis atau organisasi lain
o Bussiness-to-Costumer (B2C), model EC dimana bisnis menjual kepada
pembeli-pembeli individu
o Business-to-Business-to-Costumer (B2B2C), model EC dimana bisnis
menyediakan beberapa barang atau jasa kepada klien bisnis yang
memelihara pelanggan mereka sendiri.
o Costumer-to-Business (C2B), model EC dimana individu-individunya
menggunakan internet untuk menjual barang atau jasa kepada organisasi
atau individual-individual yang mencari penjual untuk menawar barang
atau jasa yang mereka perlukan.
o Costumer-to-Costumer (C2C), model EC dimana konsumen menjual secara
langsung kepada konsumen lainnya.
33
o Intrabusiness EC, kategori EC yang melibatkan semua aktivitas internal
organisasi yang melibatkan pertukaran barang, jasa atau informasi diantara
unit dan individu yang berbeda dalam sebuah organisasi.
o Business-to-Employees (B2E), model EC dimana organisasi memberikan
layanan, informasi atau produk kepada karyawannya.
2.2.3 Keuntungan E-Commerce
Menurut Turban et al. (2006, p25) berikut merupakan keuntungan-keuntungan
menggunakan teknologi E-Commerce bagi beberapa pihak :
o Untuk organisasi
1. Pencapaian global: EC memperluas pangsa pasar ke pasar nasional
dan internasional. Dengan pembayaran modal minimal, sebuah
perusahaan dapat dengan mudah dan cepat memperoleh pemasok-
pemasok terbaik, pelanggan yang lebih banyak dan rekan bisnis yang
paling cocok di seluruh pelosok dunia. Dengan memperluas jumlah
pelanggan dan pemasok memungkinkan organisasi untuk membeli
dengan lebih murah dan menjual lebih banyak.
2. Pengurangan biaya: EC mengurangi biaya membuat, memproses,
mendistribusi, menyimpan dan mendapat kembali informasi dari
kertas. Biaya mencetak dan surat-menyurat dikurangi atau ditiadakan.
3. Peningkatan rantai pasokan : ketidakefisiennya rantai pasokan,
misalnya seperti persediaan yang berlebih dan keterlambatan
pengiriman.
34
4. Waktu yang lebih banyak 24/7/365. Bisnis selalu buka setiap saat
dalam web tanpa waktu dan biaya yang ekstra.
5. Customization. Sistem build to order memungkinkan untuk
melakukan costumization produk dan jasa tanpa mengeluarkan biaya
lebih menyediakan suatu keuntungan kompetitif bagi perusahaan
yang mengimplementasikan strategi ini.
6. Model bisnis baru: EC memungkinkan munculnya banyak model
bisnis yang inovatif yang menyediakan keuntungan strategis dan atau
meningkatkan profit. Menyatukan pembelian berkelompok dengan
reverse auctions adalah salah satu contoh bisnis model yang inovatif.
7. Spesialisasi Vendor. EC memungkinkan spesialisasi tingkat tinggi
yang tidak layak secara ekonomis di dunia fisik.Sebagai contoh,
sebuah toko yang hanya menjual mainan anjing (www.Dogtoys.com)
dapat beroperasi di dunia maya, tetapi di dunia fisik toko tersebut
tidak akan memiliki jumlah pelanggan yang cukup.
8. Time-to-market yang lebih cepat. EC mengurangi waktu yang
dibutuhkan antara penghasilan ide dan proses komersialisasinya untuk
meningkatkan komunikasi dan kolaborasi.
9. Biaya komunikasi yang rendah. EC memungkinkan e-procurement
yang efisien yang dapat mengurangi biaya administratif hingga 80%
atau lebih, mengurangi nilai pembelian dari 5 hingga 15 dan
mengurangi cycle time hingga lebih dari 50%.
10. Meningkatkan relasi dengan pelanggan. EC memungkinkan
perusahaan untuk dapat berinteraksi lebih dekat dengan
35
pelanggannya, bahkan jika melalui perantara. Ini memungkinkan
adanya personalisasi terhadap komunikasi, produk dan jasa yang
mewakili CRM yang lebih baik dan meningkatkan loyalitas
pelanggan.
11. Material perusahaan yang up-to-date. Material apapun dalam web,
seperti harga di katalog, dapat dikoreksi dalam hitungan menit serta
informasi perusahaan selalu aktual.
12. Keuntungan lainnnya. Benefit lainnya termasuk meningkatkan image
perusahaan, meningkatkan servis pelanggan, kemudahan dalam
menemukan rekan bisnis yang baru, proses-proses yang lebih
sederhana, meningkatkan produktivitas, mengurangi kerja yang
berhubungan dengan kertas, meningkatkan akses ke informasi,
mengurangi biaya transportasi dan meningkatkan fleksibilitas operasi
dan perdagangan.
o Untuk pelanggan
1. Ada dimana-mana. EC memungkinkan pelanggan untuk berbelanja
atau melakukan jenis transaksi lainnya selama setahun penuh, 24
tahun sehari dan dari lokasi manapun.
2. Produk dan jasa yang lebih banyak. EC menyediakan pilihan yang
banyak bagi pelanggannya, mereka dapat memilih dari banyak vendor
dan banyak produk.
3. Produk dan jasa yang telah disesuaikan. Dell menyesuaikan
komputernya sesuai dengan kebutuhan dan menjualnya dengan harga
36
kompetitif. Pelanggan dapat memperoleh lebih banyak produk dan
jasa sesuai dengan keinginan mereka.
4. Produk dan servis yang lebih murah: EC secara berkala menyediakan
produk dan jasa yang tidak mahal kepada para pelanggannya dengan
membolehkan mereka untuk berbelanja darimana pun dan melakukan
perbandingan harga yang lebih cepat.
5. Pengiriman instan. Untuk produk-produk digital, EC memungkinkan
untuk pengiriman cepat.
6. Ketersediaan informasi. Pelanggan dapat memperoleh informasi
produk yang relevan dan rinci dalam hitungan detik. Dan juga,
dukungan mulimedia lebih murah dan lebih baik.
7. Ikut serta dalam lelang. EC memungkinkan pelanggan untuk
berpartisipasi dalam lelang maya. Ini memungkinkan penjual untuk
menjual barang-barangnya lebih cepat dan pembeli dapat memperoleh
barang-barang dan penawaran yang menarik.
8. Komunitas elektronik. EC memungkinkan pelanggannya untuk
berinteraksi dengan pelanggan lainnya dalam komunitas elektronik
dan saling bertukar pendapat serta saling berbagi pengalaman.
9. Tidak ada pajak penjualan. Di banyak negara, bisnis online bebas dari
pajak penjualan.
o Untuk masyarakat
1. Telecommuting. Lebih banyak individu dapat bekerja dari rumah dan
melakukan sedikit perjalanan untuk bekerja, belanja dan melakukan
37
sedikit perjalanan untuk bekerja, belanja sehingga mengurangi
kemacetan lalu lintas dan polusi udara yang berkurang.
2. Standar kehidupan yang lebih tinggi. Beberapa barang dagang dapat
dijual dengan harga yang lebih murah, memungkinkan orang yang
kurang mampu untuk membeli lebih banyak dan meningkatkan
standar kehidupan mereka.
3. Ketersediaan layanan publik. Layanan publik, seperti pusat perawatan
kesehatan, pendidikan dan distribusi layanan sosial pemerintah, dapat
dilakukan dengan biaya rendah dan atau peningkatan kualitas.
Sebagai contoh, EC menyediakan dokter dan perawat yang berada di
pedalaman akses ke informasi dan teknologi dengan begitu mereka
dapat merawat pasiennya dengan lebih baik.
2.3 E-Procurement
2.3.1 Pengertian E-Procurement
Menurut Russell et al. (2003, p.280-282), e-procurement adalah perdagangan
bisnis ke bisnis (B2B) yaitu pembelian langsung ke supplier melalui internet
menggunakan website.
Menurut Neef et al. (2001), e-procurement adalah aplikasi sistem informasi
untuk mengkoordinasikan proses pembelian, pengiriman, pengelolaan inventory,
pemilihan supplier dan proses persetujuan dari bisnis penting dengan organisasi yang
berkaitan menggunakan internet atau intranet.
Menurut Pujawan (2005, p163) kata electronic procurement secara umum
didefinisikan sebagai aplikasi internet untuk keperluan proses pengadaan. Aplikasi
38
internet untuk proses pengadaan bisa dalam berbagai wujud. Dalam beberapa tahun
terakhir, banyak perusahaan yang mendapatkan berbagai manfaat dengan
mengaplikasikan electronic procurement ini. Menurut hasil studi di Amerika tahun 2003
menunjukkan bahwa lebih dari 50% dari 160 perusahaan yang menjadi responden
menyatakan telah mengaplikasikan e-procurement dalam berbagai bentuk yang berbeda.
Dengan internet perusahaan bisa mengirim RFO dan PO ke supplier, melakukan lelang
secara elektronik (online), membagi informasi-informasi yang kritis, dan sebagainya.
2.3.2 Metode-metode E-Procurement
Turban(2006,p231) mengemukakan perusahaan-perusahaan menggunakan
metode-metode yang berbeda untuk memperoleh barang-barang dan jasa tergantung apa
yang mereka beli, jumlah yang dibutuhkan, berapa uang yang dipakai. Metode-metode
utama procurement mencakup :
o Membeli dari manufaktur, penjual grosir maupun pengecer dari katalog-
katalog mereka dan memungkinkan negosiasi.
o Membeli dari katalog yang terhubung dengan para penjual atau membeli di
mal-mal industri.
o Membeli dari katalog pembeli internal dimana perusahaan menyetujui
katalog-katalog vendor mencakup kesepakatan harga. Pendekatan ini
menggunakan pengimplementasian desktop purchasing, dimana
mengizinkan requisition untuk memesan secara langsung dari vendor
dengan melewati departemen procurement.
o Mengadakan penawaran tender dari sistem dimana supplier bersaing
dengan yang lainnya. Metode ini digunakan untuk pembelian jumlah besar.
39
o Membeli dari situs pelelangan umum dimana organisasi berpartisipasi
sebagai salah satu pembeli.
o Bergabung dengan suatu group sistem pembelian dimana permintaan
partisipan dikumpulkan, menciptakan jumlah besar. Kemudian group
menegosiasikan harga atau menginisiasikan sebuah proses tender.
o Berkolaborasi dengan para supplier untuk berbagi informasi tentang
penjualan dan persediaan untuk mengurangi persediaan dan stock-out dan
mempertinggi ketepatan waktu pengiriman.
2.3.3 Jenis Aplikasi E-Procurement
Menurut Pujawan (2005, p165) dalam kenyataannya, aplikasi e-procurement bisa
bermacam-macam dan masing-masing punya fitur yang berbeda. Jenis aktivitas yang
didukung oleh internet juga berbeda-beda. Secara umum ada beberapa jenis aplikasi e-
procurement yaitu :
o e-catalogue
Secara tradisional katalog biasanya tercetak dalam bentuk buku atau brosur.
Dengan adanya internet, perusahaan bisa memiliki katalog elektronik. Di
sini perusahaan mengumpulkan informasi supplier atau calon supplier
dengan segala produk atau jasa yang mereka bisa pasok. E-catalogue
biasanya dilengkapi dengan fasilitas pencarian (search) sehingga
perusahaan akan dengan mudah mendapatkan informasi tentang produk
atau jasa yang diinginkan.
40
o e-auction
Ini adalah aplikasi untuk membantu proses lelang. Pada proses pembelian,
lelang dilakukan oleh pembeli dengan mengumpulkan calon-calon supplier.
Mereka sebelumnya sudah diberi tahu oleh pembeli tentang jumlah,
spesifikasi, dan waktu kebutuhan suatu barang atau jasa. Mereka akan
mengajukan penawaran secara elektronik dan selama proses lelang mereka
bisa merevisi atau menurunkan harga penawarannya. Supplier yang
memberikan penawaran terendah pada akhir periode lelang akan keluar
sebagai pemenang.
o B2B market exchange
Aplikasi ini memungkinkan banyak pembeli dan banyak penjual bertemu
secara virtual. Pada kebanyakan kasus, aplikasi ini dimiliki dan dikelola
oleh pihak ketiga. Item-item yang ditransaksikan disini bisa spesifik untuk
industri tertentu seperti baja (www.steel.com, www.chemical.com),
maupun yang lebih umum seperti MRO (www.mro.com). B2B market
exchange tidak hanya ada di negara-negara maju, tetapi juga di negara-
negara industri baru seperti China (misalnya Chemchine.com,
echinachem.com), Korea (cyberdisy.com), India (seperti Chemvalue.com,
Indiamarkets.com, Indiachemicalportal.com), Middle East (MEsteel.com),
dan Amerika Latin (ActiMart.com).
o B2B private exchange
Aplikasi ini bisa digunakan untuk membantu proses transaksi rutin dengan
supplier. Perusahaan bisa mengirimkan PO secara elektronik, mengecek
status pengiriman, melakukan transaksi pembayaran, dan sebagainya.
41
Disamping itu perusahaan mungkin bisa menggunakan aplikasi ini untuk
berbagai informasi tentang rencana produksi dan informasi lainnya dengan
supplier. Supplier juga bisa membagi informasi ketersediaan stok dan
kapasitas produksi mereka.
2.3.4 Keuntungan dan Manfaat E-Procurement
Menurut Kalakota et al. (2001, p.315) manfaat e-procurement dibagi menjadi
dua kategori yaitu: efisien dan efektif. Efisiensi e-procurement mencakup biaya yang
rendah, mempercepat waktu dalam proses procurement, mengontrol proses pembelian
dengan lebih baik, menyajikan laporan informasi, dan pengintegrasian fungsi-fungsi
procurement sebagai kunci pada sistem back-office. Sedangkan efektivitas e-
procurement yaitu meningkatkan control pada supplychain, pengelolaan data penting
yang baik dan meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dalam proses pembelian
pada organisasi. Keuntungannya antara lain :
o Menyederhanakan proses procurement.
o Meningkatkan komunikasi
o Mempererat hubungan dengan pihak supplier.
o Mengurangi biaya transaksi karena mengurangi penggunaan telepon fax /
dokumen-dokumen yang menggunakan kertas.
o Mengurangi waktu pemesanan barang.
o Menyediakan laporan untuk evaluasi.
o Meningkatkan kepuasan user.
Banyak manfaat yang bisa direalisasikan dengan mengaplikasikan e-procurement
dalam proses pengadaan. Beberapa keuntungan bagi pembeli tersebut antara lain:
42
o Proses-proses administratif bisa dilangsungkan lebih cepat, akurat, dan
murah. Mengundang supplier untuk memasukkan proposal atau penawaran
tidak lagi dilakukan lewat surat atau fax, tetapi bisa dilakukan dengan
fasilitas web. Calon-calon supplier bisa mendapatkan pesan tersebut
dengan cepat dan akurat dimanapun mereka berada asalkan tersambung
dengan jaringan internet.
o Perusahaan yang menggunakan sistem lelang bisa mendapatkan
keuntungan berupa harga yang jauh lebih murah karena supplier akan
sedapat mungkin menurunkan harga penawaran agar bisa menjadi
pemenang.
o Perusahaan bisa mendapatkan calon-calon supplier yang lebih banyak dari
berbagai tempat sehingga berpeluang untuk melakukan transaksi dengan
supplier yang lebih berkompeten.
o Perusahaan maupun supplier bisa melacak transaksi maupun proses-proses
fisik seperti pengiriman dan lain-lain sehingga kedua belah pihak cepat
mengetahui kalau ada masalah yang membutuhkan penanganan lebih
lanjut.
o Pihak perusahaan maupun supplier bisa melakukan proses-proses tersebut
dari mana saja asalkan terhubung dengan jaringan internet.
Tidak hanya ada keuntungan bagi pembeli dalam melakukan e-procurement
namun ada juga keuntungan bagi penjual atau supplier :
o Meningkatkan volume penjualan
o Meningkatkan daya jelajah pasar, sehingga dapat menemukan buyer baru
43
o Meminimumkan ongkos administrasi untuk penjualan dan kegiatan
marketing
o Mempercepat waktu proses
o Meningkatkan produktifitas staff penjualan
o Mempercepat proses penawaran harga
2.3.5 Kunci Kesuksesan Menggunakan E-Procurement
o Partisipasi aktif dan dukungan dari internal user, pihak supplier, dan pihak
eksekutif.
o Pemberian training kepada user untuk membiasakan para karyawan dan
internal user, supplier, serta pihak terkait lainnya dengan sistem e-
procurement.
o Membeli barang dan jasa hanya dari supplier yang terpercaya.
2.3.6 Infrastruktur E-Procurement
Menurut Kataloka et al.(2001, p326) infrastruktur pada e-procurement ada tiga
yaitu:
o Pengintergrasian proses order (Integrating Ordering). Pengintegrasian
proses order dimaksudkan untuk mempermudah siklus procurement agar
para user dapat melakukan proses order sendiri.
o Pemenuhan kebutuhan (Fulfillment). Membuat proses pemenuhan
kebutuhan yang baik dengan mengelola proses order dengan baik serta
memperkuat hubungan dengan supplier.
44
o Pembayaran (Payment). Mengatur pembayaran ke pihak supplier dengan
cara mengelola dokumen-dokumen yang berhubungan proses pembelian.
2.4 Sistem Informasi
2.4.1 Pengertian sistem
Menurut McLeod (2004, p9) sistem adalah sekelompok elemen-elemen yang
terintegrasi dengan maksud untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Definisi ini cocok
untuk suatu organisasi seperti perusahaan. Organisasi terdiri dari sejumlah sumber daya
seperti manusia, material, uang, mesin dan informasi yang akan bekerja sama untuk
mencapai tujuan yang ditentukan manajemen perusahaan.
Menurut O’Brien (2003, p8) sistem adalah sebuah kelompok yang terintegrasi
dan bekerja sama untuk mencapai tujuan yang sama dengan menerima masukan (inputs)
dan menghasilkan keluaran (outputs) dalam sebuah proses transformasi yang terorganisir
dengan baik. Sistem adalah suatu jaringan prosedur yang dibuat menurut pola yang
terpadu untuk mencapai tujuan tertentu dari perusahaan.
Model dasar dari sistem ialah sebagai berikut:
o Input
Merupakan sekumpulan data baik dari dalam organisasi maupun dari luar
organisasi yang akan digunakan dalam proses sistem informasi.
o Process
Merupakan kegiatan konversi, manipulasi, dan analisis dari data input
menjadi lebih berarti bagi manusia.
45
o Output
Merupakan proses mendistribusikan informasi kepada orang atau kegiatan
yang memerlukannya.
o Feedback
Merupakan output yang dikembalikan kepada orang-orang dalam
organisasi untuk membantu mengevaluasi input.
o Subsistem
Merupakan sebagian dari sistem yang mempunyai fungsi khusus. Masing-
masing subsistem itu sendiri mempunyai komponen input, process, output,
dan feedback.
Sistem terdiri dari elemen-elemen yang menunjang terbentuknya sistem itu
sendiri yaitu input, proses transformasi, output. Dimana elemen umpan balik (feedback)
terkadang digunakan untuk menampung informasi dari output system dan memberikan
kepada sistem sebagai input baru.
2.4.2 Pengertian informasi
Menurut O’Brien (2003, p13), informasi adalah data yang telah dikonversikan
menjadi bentuk yang bermakna dan berguna bagi pengguna akhir. Menurut McLeod
(2004, p13) informasi merupakan data yang telah diproses atau data yang memiliki arti.
Jadi informasi adalah data yang telah diubah atau dikonversi menjadi sesuatu yang
memiliki arti.
46
2.4.3 Pengertian sistem informasi
Menurut O’Brien (2003, p7), sebuah sistem informasi dapat berupa kombinasi
teratur dari orang, hardware, software, jaringan komunikasi dan sumber data yang
mengumpulkan, mengubah dan menyebarkan informasi di dalam suatu organisasi.
Menurut McLeod (2004, p260) sistem informasi adalah sistem berbasis
komputerisasi yang menyediakan informasi kepada pengguna dengan kebutuhan yang
sama.
Dari definisi-definisi yang ada di atas, dapat disimpulkan bahwa sistem informasi
adalah sekumpulan data yang telah diproses menjadi informasi yang didistribusikan
kepada para pemakai dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi.
2.5 Analisa dan Perancangan Berorientasi Objek
2.5.1 Konsep dasar Object Oriented
Object oriented adalah metode permodelan sistem yang bersudut pandang dari
objek beserta sifat-sifatnya. Didalam object oriented, sebuah sistem dimodelkan dari
objek-objek yang ada didalam sistem, dan didalam sistem tersebut objek- objek yang ada
saling berinteraksi. Model yang dirancang dengan pendekatan berorientasi objek akan
memiliki karakteristik yang mudah dimengerti, dan mempunyai hubungan langsung
dengan kenyataan. Whitten et al. (2004, p31) mengatakan bahwa analisa dan
perancangan berorientasi objek merupakan suatu kumpulan alat dan teknik untuk
membangun suatu sistem yang akan menggunakan teknologi objek untuk membangun
sebuah sistem dan perangkat lunaknya. Menurut Nugroho (2002, p11) faktor utama
47
ditemukannya pendekatan berorientasi objek adalah adanya kekurangan – kekurangan
pada pendekatan terstruktur yaitu:
o Biaya pengembangan perangkat lunak yang berkembang sesuai dengan
berkembangnya keinginan atau kebutuhan pengguna sistem.
o Pemeliharaan yang sukar.
o Lamanya penyelesaian suatu proyek.
o Jangka waktu penyelesaian suatu proyek yang selalu terlambat.
o Biaya pengembangan perangkat lunak yang sangat tinggi.
2.5.2 Pengertian Object dan Classes
Menurut Mathiassen et al (2000, p4), objek adalah sebuah entitas yang memiliki
identitas, status, dan perilaku, misalnya adalah pelanggan yang memiliki identitas,
status, dan perilaku yang berbeda antara pelanggan yang satu dengan pelanggan yang
lainnya. Sedangkan class adalah deskripsi dari sekumpulan objek yang berbagi struktur,
behavioral pattern dan attributes yang sama.
2.5.3 Aktivitas Utama Object Oriented Analysis and Design
Mathiassen et al. (2000, pp14-15) menjelaskan empat buah aktivitas utama
dalam analisa dan perancangan berorientasi objek yang ada dibawah gambar berikut ini.
48
Gambar 2.3 Aktivitas utama dalam OOAD
Dibawah ini akan dijelaskan lebih lanjut keempat aktivitas utama pada OOAD
2.5.3.1 Analisis Problem Domain
Tujuan melakukan analisis problem domain adalah mengidentifikasi dan
memodelkan problem domain.
Sumber: Mathiassen et al (2000, p46)
Gambar 2.4 Aktivitas Analisis Problem Domain
49
Jadi pada analisis problem domain akan dilakukan tiga langkah yaitu
menentukan classes, structure dan behaviour.
2.5.3.1.1 Classes
Pada langkah awal classes, kita akan menentukan objek-objek yang ada
kemudian akan dilanjutkan dengan menentukan setiap event yang mungkin terjadi di
objek-objek yang ada. Setelah itu kita akan membuat event table yang merupakan table
yang merangkum keterlibatan objek-objek yang ada didalamnya dan juga event-event
yang mempengaruhi objek-objek tersebut.
2.5.3.1.2 Structure
Pada langkah kedua structure, kita akan menghubungkan class-class yang telah
dipilih akan dihubungkan berdasarkan tiga jenis hubungan yaitu generalisasi, agregasi,
atau asosiasi sehingga menjadi sebuah skema yang disebut class diagram. Menurut
Mathiassen (2000, p72-77) struktur terbagi atas dua yaitu struktur antar objek dan
struktur antar kelas :
o Struktur antar class yaitu generalisasi. Generalisasi adalah hubungan
struktural antara dua atau lebih kelas yang khusus dengan kelas yang
lebih umum. Relasi generalisasi dapat didefinisikan sebagai hubungan
yang dimana ada subclass (kelas yang khusus) dan juga superclass (kelas
yang umum). Contohnya adalah antara kendaraan dengan mobil dimana
kendaraan adalah superclass dan mobil adalah subclass. Disini dapat
dinyatakan bahwa mobil adalah kendaraan.
50
o Struktur antar objek dapat dibagi menjadi dua, agregasi dan asosiasi.
Agregasi adalah hubungan antara dua atau lebih objek yang menunjukkan
bahwa salah satu dari objek merupakan bagian dari suatu objek
keseluruhan. Hubungan agregasi dinyatakan sebagai hubungan ‘bagian
dari’. Contohnya adalah mobil dan roda dimana roda dapat dinyatakan
sebagai bagian dari mobil. Sedangkan asosiasi adalah hubungan antara
dua atau beberapa objek yang tidak mengimplikasikan adanya peringkat
antar objek yang dihubungkannya tersebut.
2.5.3.1.3 Behaviuor
Pada langkah ketiga yaitu aktivitas behaviour, kita akan melakukan
pendefinisian atribut dan behavioral pattern (pola behavior) dari setiap kelas. Pola
behavior adalah deskripsi dari semua kemungkinan event traces untuk semua objek
dalam sebuah kelas. Event traces adalah urutan event yang melibatkan suatu objek.
Menurut Mathiassen (2000, p93) behavioral pattern memiliki tiga bentuk yaitu
sequence, selection dan iteration.
o Sequence adalah pola dimana event akan terjadi setelah event tertentu
diselesaikan atau berurutan satu per satu.
o Selection adalah pola dimana hanya satu event yang terjadi dari beberapa
kemungkinan event yang dapat terjadi. Jadi event yang terjadi hanya satu
dan merupakan hasil pilihan.
o Iteration adalah pola event yang dapat terjadi berulang-ulang.
51
Hasil dari aktivitas behavioral ini adalah statechart yang menggambarkan semua
kemungkinan aktivitas dalam kelas mulai dari pembentukan kelas hingga ketika kelas
tersebut berhenti atau dari initial state sampai final state.
2.5.3.2 Analisis Application Domain
Menurut Mathiassen et al (2000, p115) application domain analysis bertujuan
untuk menentukan kebutuhan dari pemakaian sistem.
Sumber: Mathiassen et al (2000, p117)
Gambar 2.5 Aktivitas Application Domain
Jadi ada tiga langkah yang akan dilakukan pada tahap application domain yaitu
menentukan use cases, actor, function dan interface dari system.
2.5.3.2.1 Use Cases
Pada langkah awal usage, akan didefinisikan bagaimana pengguna (user)
berinteraksi dengan sistem. Menurut Mathiassen et al (2000, p119) usecase diagram
52
adalah pola interaksi antara sistem dengan actor dalam application domain. Actor adalah
abstraksi dari user ataupun sistem lain yang berinteraksi dengan target sistem. Jadi hasil
dari langkah awal ini adalah diagram yang menggambarkan interaksi antara pengguna
dan sistem.
2.5.3.2.2 Function
Pada langkah kedua function, akan didefinisikan kemampuan sistem memproses
informasi. Menurut Mathiassen (2000, p138) function adalah fasilitas untuk membuat
suatu model berguna bagi aktor. Terdapat empat tipe function yaitu :
o Update, merupakan fungsi yang ditimbulkan oleh event pada problem
domain dan menghasilkan suatu perubahan pada bagian model.
o Signal, merupakan fungsi yang ditimbulkan oleh perubahan pada bagian
model dan menghasilkan suatu reaksi dalam konteks, dimana reaksi ini
ditampilkan kepada actor atau intervensi langsung dalam problem
domain.
o Read, merupakan fungsi yang ditimbulkan oleh kebutuhkan akan
informasi dalam pekerjaan yang dilakukan oleh aktor dan menghasilkan
tampilan sistem yang berhubungan dengan bagian–bagian tertentu dari
model.
o Compute, merupakan fungsi yang ditimbulkan oleh kebutuhan informasi
dalam pekerjaan yang dilakukan oleh aktor dan terdiri dari perhitungan
yang berhubungan dengan informasi yang disediakan oleh aktor maupun
model, dimana hasilnya ditampilkan dalam bentuk hasil perhitungan.
53
2.5.3.2.3 Interface
Langkah terakhir adalah interface. Menurut Mathiassen et al (2000, p151)
Interface adalah fasilitas yang membuat model dari sistem dan fungsi–fungsinya tersedia
bagi pemakai sistem. Pada tahap interface ini akan menghasilkan navigation diagram
yang menggambarkan setiap windows yang akan ditampilkan dan bagaimana cara atau
langkah mengakses setiap windows tersebut. Kemudian akan dihasilkan sequence
diagram yang akan menjelaskan interaksi antar objek.
Menurut Mathiassen et al (2000, p344) navigation diagram adalah statechart
diagram yang berfokus pada user interface. Diagram ini menunjukan hubungan antara
interface yang ada satu sama lain. Transisi antar state dipicu oleh ditekannya sebuah
tombol yang menghubungkan dua interface.
Menurut Mathiassen et al (2000, p340) sequence diagram adalah diagram yang
menggambarkan iterasi dari sejumlah objek setiap waktu. Menurut Bennet et al. (2006,
p253) sequence diagram adalah interaksi antar objek yang diatur berdasarkan urutan
waktu. Aplikasi sequence diagram yang paling umum adalah untuk menggambarkan
interaksi antar objek yang terjadi pada sebuah use case atau sebuah operation.
Menurut Bennet et al. (2006, pp253-254) sequence diagram harus diberikan
frame yang memiliki heading dengan menggunakan notasi sd yang merupakan
kependekan dari sequence diagram. Menurut Bennet et al. (2006, p270) beberapa notasi
penulisan heading pada setiap frame yang terdapat dalam sequence diagram, antara lain:
o Alt merupakan kependekan dari alternatives yang menyatakan bahwa
terdapat beberapa buah alternatif jalur eksekusi untuk dijalankan.
54
o Opt merupakan kependekan dari optional dimana yang memiliki heading
ini memiliki status pilihan yang akan dijalankan jika syarat tertentu
dipenuhi.
o Loop menyatakan bahwa operation yang terdapat dalam frame tersebut
dijalankan secara berulang selama kondisi tertentu.
o Break menyatakan bahwa semua operation yang berada setelah frame
tersebut tidak dijalankan.
o Par merupakan kependekan dari parallel yang menyatakan bahwa
operation dalam frame tersebut dijalankan secara bersamaan.
o Seq merupakan kependekan dari weak sequencing menyatakan bahwa
operation yang berasal dari lifeline yang berbeda dapat terjadi pada
urutan manapun.
o Strict merupakan kependekan dari strict sequencing yang menyatakan
bahwa operation harus dilakukan secara berurutan.
o Neg merupakan kependekan dari negative yang menyatakan bahwa
operasi yang tidak valid.
o Critical menyatakan bahwa operasi-operasi yang terdapat di dalamnya
tidak memiliki sela yang kosong.
o Ignore menyatakan bahwa tipe pesan atau parameter yang dikirimkan
dapat diabaikan dalam interaksi.
o Consider menyatakan bahwa pesan mana yang harus dipertimbangkan
dalam interaksi.
o Assert merupakan kependekan dari assertion yang menyatakan bahwa
urutan pesan yang valid.
55
o Ref kependekan dari refer yang menyatakan bahwa frame mereferensikan
operation yang terdapat di dalamnya pada sebuah sequence diagram
tertentu.
2.5.3.3 Analisis Architectural Design
Menurut Mathiassen et al (2000, p173), tujuan dari pembuatan architecture
design adalah untuk menyusun sistem yang terkomputerisasi.
Sumber: Mathiassen et al (2000, p176)
Gambar 2.6 Aktivitas Architectural Design
Jadi tiga langkah yang dilakukan pada tahap architectural design adalah criteria,
component architecture dan proses architecture.
Menurut Mathiassen et al (2000, p175), terdapat prinsip utama dalam pembuatan
architecture design yaitu:
o Mendefinisikan dan memprioritaskan kriteria
o Menjembatani antara kriteria yang dibuat dan technical platform
o Mengevaluasi design awal
56
2.5.3.3.1 Criteria
Jadi pada langkah awal criteria, akan ditentukan kriteria yang menjadi prioritas
di dalam sistem yang akan dirancang. Menurut Mathiassen et al (2000, pp177) kriteria
bertujuan untuk mengumpulkan property dari disain. Sedangkan pengkriteriaan adalah
pemilihan property dari arsitektur. Terdapat tiga kriteria dasar yang harus dimiliki dalam
rancangan yaitu:
o Usable: kemampuan adaptasi sistem terhadap organisasional, pekerjaan
yang dilakukan dan konteks teknikal.
o Flexible: harga yang dikeluarkan untuk memodifikasi sistem yang telah
ada
o Comprehensible: usaha yang dibutuhkan untuk mendapatkan pengertian
logis dari sistem.
Tabel 2.5 Criteria untuk Menentukan Kualitas Software
Sumber: Mathiassen (2000, p178)
Criterion Ukuran
Usable Kemampuan sistem beradaptasi dengan context organisasional dan teknikal
Secure Pencegahan akses ilegal terhadap data dan fasilitas
Efficient Eksploitasi ekonomis dari fasilitas technical platform
Correct Kesesuaian dengan kebutuhan
Reliable Fungsi yang dijalankan secara tepat
Maintainable Biaya untuk mencari dan memperbaiki kerusakan sistem
Testable Biaya untuk menjamin bahwa sistem melakukan fungsinya
Flexible Biaya memodifikasi sistem
Comprehensible Usaha yang diperlukan untuk memahami sistem
Reusable Penggunaan bagian dari sistem ke dalam sistem lain yang berkaitan
Portable Biaya memindahkan sistem ke technical platform lain
Interoperable Biaya pemasangan sistem dengan sistem lain
57
2.5.3.3.2 Component Architecture
Pada langkah kedua component architecture, akan ditentukan struktur sistem dari
komponen-komponen yang berhubungan. Menurut Mathiassen et al (2000, p189–198)
Component bertujuan untuk menghasilkan struktur sistem yang comprehensible dan
flexible. Sedangkan component architecture adalah struktur sistem yang tersusun dari
komponen–komponen yang saling berhubungan. Component adalah kumpulan dari
bagian program yang telah didefinisikan dengan baik tanggung jawabnya. Terdapat tiga
pola architecture yaitu :
o Layered Architecture Pattern, arsitektur yang memiliki beberapa
komponen yang dirancang dalam bentuk lapisan-lapisan. Layered
Architecture Pattern terdapat interface atas dan bawah. interface atas
mendeskripsikan operasi yang disediakan oleh komponen di lapisan atas
sementara interface bawah mendeskripsikan operasi yang dapat diakses
oleh komponen dari lapisan dibawahnya. Berikut adalah contoh gambar
Layered Architecture Pattern.
<<Component>>Layeri
<<Component>>Parti,1
<<Component>>Parti,2
<<Component>>Parti,n
<<Component>>Layeri-1
<<Component>>Parti-1,1
<<Component>>Parti-2,2
<<Component>>Parti-n,n
<<Component>>Layeri+1
Sumber: Mathiassen et al (2000, p194)
Gambar 2.7 Layered Architecture Pattern
58
o Generic Architecture Pattern, arsitektur yang terdiri model sistem yang
terletak di lapisan paling bawah, diikuti dengan dengan function
diatasnya dan kemudian interface di lapisan teratas. Perangkat teknis bisa
diletakkan di bawah model dimana perangkat teknis ini terhubung dengan
model dan interface. Berikut adalah contoh gambar Generic Architecture
Patter.
Sumber: Mathiassen et al (2000, p196)
Gambar 2.8 Generic Architecture Pattern
o Client-Server Architecture Pattern, architecture ini dikembangkan untuk
sistem yang terdistribusi di beberapa area geografis yang berbeda.
59
Komponen dari arsitektur ini mencakup sebuah server dan beberapa klien
dimana klien-klien ini menggunakan server secara independent. Berikut
adalah contoh gambar Client-Server Architecture Pattern
<<Component>>Client1
<<Component>>Client2
<<Component>>Clientn
<<Component>>Server
Sumber: Mathiassen et al (2000, p197)
Gambar 2.9 Client–Server Architecture Pattern
2.5.3.3.3 Proses Architecture
Langkah ketiga proses architecture, Tujuan dari aktivitas ini adalah untuk
mendefinisikan struktur fisik dari sistem. Menurut Mathiassen et al (2000, pp215)
terdapat tiga pola distribusi dari sistem yang menggambarkan struktural fisik sistem,
yaitu:
o Centralized Pattern. Pola ini bekerja dengan cara menyimpan semua data
di server pusat dan hanya mengijinkan client untuk mengendalikannya
melalui user interface. Semua kebutuhan dan update diimplementasikan
sebagai pemanggilan dari client kepada server. Berikut adalah contoh
Deployment Diagram untuk Centralized Pattern.
60
Sumber: Mathiassen et al (2000, p216)
Gambar 2.10 Deployment Diagram untuk Centralized Pattern
o Distributed Pattern. Pola ini memberikan gambaran yang berlawanan
dengan disain ideal dari Centralized Pattern. Dimana pada pola ini,
server hanya berfungsi sebagai model penghubung diantara client dan
segala data didistribusikan pada client. Berikut ini adalah contoh gambar
Deployment Diagram untuk Distributed Pattern.
61
Sumber: Mathiassen et al (2000, p217)
Gambar 2.11 Deployment Diagram untuk Distributed Pattern
o Decentralized Pattern. Pada pola ini, data umum diletakkan oleh client
pada server dan client memiliki data khusus tersendiri. Berikut adalah
gambar Deployment Diagram untuk Decentralized Pattern.
Sumber: Mathiassen et al (2000, p219)
Gambar 2.12 Deployment Diagram untuk Decentralized Pattern
62
2.6 Database
Menurut Conolly dan Begg (2005, p14) database adalah kumpulan logikal data
yang terhubung satu sama lain dan deskripsi dari data tersebut yang dirancang sebagai
informasi yang dibutuhkan.
Sistem basis data menurut Conolly dan Begg (2005, p16) Sistem basis data
adalah sistem piranti lunak untuk mendefinisikan, membuat, memelihara, mengontrol
dan mengakses database.
Database yang baik dan handal, pengorganisasian datanya harus melibatkan
lebih dari satu tabel. Seluruh tabel itu harus saling dihubungkan. Cara menghubungkan
satu tabel dengan yang lain dengan menggunakan :
o Primary Key, Data yang terdapat dalam suatu tabel tersusun dalam
bentuk baris dan kolom. Dari kolom-kolom tersebut terdapat satu kolom
yang secara unik mengidentifikasikan baris.
o Foreign Key adalah kolom yang nilainya bergantung pada primary key
dari tabel lain. Nilai kolom pada foreign key tidak perlu unik, sehingga
suatu nilai dapat muncul di beberapa baris.