37
8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 Pengertian Sistem Menurut Hall (2001, p5) sistem adalah sekelompok dua atau lebih komponen- komponen yang saling berkaitan (inter related) atau subsistem-subsistem yang bersatu untuk mencapai tujuan yang sama (common porpose). Menurut McLeod (2001, p11) sistem adalah sekelompok elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan organisasi atau perusahaan yang terdiri dari sejumlah sumber data (manusia, material, mesin, uang, informasi) yang ditentukan oleh pemilik atau manajemen. Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa sistem adalah sekelompok elemen yang saling terhubung, terintegrasi, dan berinteraksi untuk mencapai tujuan tertentu. 2.1.2 Pengertian Informasi Menurut Bodnar yang diterjemahkan oleh Amir Abadi Jusuf dan Rudi Tambunan (2001, p1) informasi adalah data yang berguna dan diolah sehingga dapat dijadikan dasar untuk mengambil keputusan yang tepat. Menurut Hall (2001, p14) informasi bukan sekedar fakta yang diproses dalam suatu laporan formal. Informasi memungkinkan para pemakainya melakukan

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasithesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00279-KA-Bab_2_1.pdf2.2.2 Tujuan Sistem Informasi Akuntansi ... Informasi berhubungan dengan biaya anggaran

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasithesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00279-KA-Bab_2_1.pdf2.2.2 Tujuan Sistem Informasi Akuntansi ... Informasi berhubungan dengan biaya anggaran

8

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Sistem Informasi

2.1.1 Pengertian Sistem

Menurut Hall (2001, p5) sistem adalah sekelompok dua atau lebih komponen-

komponen yang saling berkaitan (inter related) atau subsistem-subsistem yang

bersatu untuk mencapai tujuan yang sama (common porpose).

Menurut McLeod (2001, p11) sistem adalah sekelompok elemen yang

terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan organisasi atau

perusahaan yang terdiri dari sejumlah sumber data (manusia, material, mesin, uang,

informasi) yang ditentukan oleh pemilik atau manajemen.

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa sistem adalah sekelompok

elemen yang saling terhubung, terintegrasi, dan berinteraksi untuk mencapai tujuan

tertentu.

2.1.2 Pengertian Informasi

Menurut Bodnar yang diterjemahkan oleh Amir Abadi Jusuf dan Rudi

Tambunan (2001, p1) informasi adalah data yang berguna dan diolah sehingga dapat

dijadikan dasar untuk mengambil keputusan yang tepat.

Menurut Hall (2001, p14) informasi bukan sekedar fakta yang diproses dalam

suatu laporan formal. Informasi memungkinkan para pemakainya melakukan

Page 2: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasithesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00279-KA-Bab_2_1.pdf2.2.2 Tujuan Sistem Informasi Akuntansi ... Informasi berhubungan dengan biaya anggaran

9

tindakan yang menyelesaikan konflik, mengurangi ketidakpastian, dan melakukan

keputusan.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa informasi

merupakan semua fakta berupa data yang diproses sehingga memiliki arti dan nilai

guna sehingga dapat dipakai oleh pengguna atau user sebagai dasar untuk

mengambil keputusan.

Menurut Hall (2001, p17), informasi yang berguna memiliki karakteristik

sebagai berikut :

1. Relevan

Isi sebuah laporan atau dokumen harus melayani suatu tujuan sehingga dapat

mendukung keputusan manajer atau tugas petugas administrasi.

2. Tepat waktu

Umur informasi merupakan faktor yang kritikal dalam menentukan

kegunaannya. Informasi harus tidak lebih tua dari periode tindakan yang

didukungnya.

3. Akurat

Informasi harus bebas dari kesalahan yang sifatnya material. Kesalahan-

kesalahan material ada ketika jumlah informasi yang tidak akurat

menyebabkan pemakai melakukan keputusan yang buruk atau gagal

melakukan keputusan yang diperlukan.

4. Lengkap

Tidak boleh ada bagian informasi yang esensial bagi pengambilan keputusan

atau pelaksanaan tugas yang hilang.

5. Rangkuman

Page 3: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasithesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00279-KA-Bab_2_1.pdf2.2.2 Tujuan Sistem Informasi Akuntansi ... Informasi berhubungan dengan biaya anggaran

10

Informasi harus diagregasi agar sesuai dengan kebutuhan pemakai.

2.1.3 Pengertian Sistem Informasi

Menurut Hall (2001, p7) sistem informasi adalah sebuah rangkaian

prosedur formal dimana data dikumpulkan, diproses menjadi informasi yang

didistribusikan kepada para pemakai.

Jadi dapat disimpulkan bahwa sistem informasi adalah kumpulan komponen-

kompenen (orang-orang, hardware, software, jaringan komunikasi, dan sumber daya

data) yang memproses data menjadi informasi yang diperlukan oleh pengguna dalam

sebuah organisasi.

2.2 Sistem Informasi Akuntansi

2.2.1 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi

Menurut Jones dan Rama (2003, p4), sistem informasi akuntansi adalah suatu

subsistem dalam sistem informasi manajemen yang menyediakan informasi

akuntansi dan keuangan dan informasi lainnya yang dihasilkan dari rutinitas

pengolahan transaksi-transaksi akuntansi.

Menurut Bodnar dan Hopwood (2001, p1) yang dialihbahasakan oleh Jusuf

dan Tambunan, “Sistem informasi akuntansi adalah kumpulan sumber daya, seperti

manusia dan peralatan yang diatur untuk mengubah data menjadi informasi.

Informasi ini dikomunikasikan kepada beragam pengambil keputusan.”

Jadi, pengertian sistem informasi akuntansi dapat disimpulkan sebagai suatu

subsistem dalam sistem informasi manajemen yang terdiri dari kumpulan sumber

daya yang diatur untuk mengubah data menjadi informasi akuntansi dan keuangan,

Page 4: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasithesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00279-KA-Bab_2_1.pdf2.2.2 Tujuan Sistem Informasi Akuntansi ... Informasi berhubungan dengan biaya anggaran

11

yang digunakan oleh semua tingkat manajemen dalam perencanaan dan

pengendalian aktivitas organisasi untuk pengambilan keputusan yang dihasilkan dari

pengumpulan dan rutinitas pengolahan transaksi-transaksi akuntansi.

2.2.2 Tujuan Sistem Informasi Akuntansi

Menurut Jones dan Rama (2003, p6), tujuan dari sistem informasi akuntansi

adalah sebagai berikut:

a. Menghasilkan laporan-laporan eksternal

Bisnis-bisnis menggunakan sistem informasi akuntansi untuk memproduksi

laporan khusus untuk memberikan informasi yang dibutuhkan oleh investor,

kreditor, penagih pajak, agen peraturan, dan lainnya.

b. Mendukung pelaksanaan aktivitas rutin

Manager membutuhkan sistem informasi akuntansi untuk menangani aktivitas

operasi rutin selama siklus operasi perusahaan. Misalnya, termasuk menerima

pesanan pelanggan, pengiriman barang dan jasa, menagih pembayaran, dan

mengumpulkan kas.

c. Mendukung pengambilan keputusan

Informasi juga dibutuhkan untuk pengambilan keputusan non rutin di setiap

tingkatan organisasi. Misalnya, mencakup pemberian informasi mengenai

produk-produk mana yang terjual dengan baik dan mana yang paling banyak

dibeli.

d. Perencanaan dan pengendalian

Sebuah sistem informasi akuntansi diperlukan dalam aktivitas perencanaan dan

pengendalian yang baik. Informasi berhubungan dengan biaya anggaran dan

Page 5: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasithesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00279-KA-Bab_2_1.pdf2.2.2 Tujuan Sistem Informasi Akuntansi ... Informasi berhubungan dengan biaya anggaran

12

standar yang disimpan oleh sistem informasi, dan laporan yang didesain untuk

membandingkan jumlah anggaran dengan jumlah yang sebenarnya.

e. Mengimplementasikan pengendalian intern

Pengendalian intern termasuk kebijaksanaan, prosedur, dan sistem informasi

digunakan untuk melindungi harta perusahaan dari kerugian atau pencurian dan

untuk menjaga data keuangan tetap akurat.

2.3 Analisis dan Perancangan Sistem

2.3.1 Pengertian Analisis Sistem

Menurut Bodnar (2001, p21) analisis sistem meliputi formulasi dan evaluasi

solusi-solusi masalah sistem. Penekanan dalam analisis sistem adalah pada tujuan

keseluruhan sistem. Dasar dari semua ini adalah analisis untung-rugi di antara

tujuan-tujuan sistem.

Menurut McLeod (2001, p128) analisis sistem adalah penelitian atas sistem

yang telah ada dengan tujuan untuk merancang sistem baru atau diperbaharui.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian analisis

sistem yaitu formulasi dan evaluasi solusi masalah sistem, yaitu penelitian atas

sistem yang telah ada dengan tujuan analisis untung-rugi dan perancangan sistem

baru di atas sistem yang telah ada.

2.3.2 Pengertian Perancangan Sistem

Menurut McLeod (2001, p192), rancangan sistem adalah penentuan proses

dan data yang diperlukan oleh sistem baru.

Page 6: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasithesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00279-KA-Bab_2_1.pdf2.2.2 Tujuan Sistem Informasi Akuntansi ... Informasi berhubungan dengan biaya anggaran

13

Menurut Mulyadi (2001, p51), perancangan sistem adalah proses

penerjemahan kebutuhan pemakai informasi di dalam alternatif rancangan sistem

informasi yang diajukan kepada pemakai informasi untuk dipertimbangkan.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa perancangan sistem

adalah penerjemahan kebutuhan pemakai informasi yang didapat dari proses analisis

sistem kedalam alternatif rancangan sistem informasi yang baru.

2.4 Metode Analisis dan Perancangan Sistem Berorientasi Objek

Menurut Mathiassen et. al. (2000,p3) metode analisis dan desain berorientasi

object adalah metode yang menggunakan object dan class sebagai konsep utama dan

membangun prinsip umum utama untuk analisis dan desain. Metode ini memiliki

beberapa tujuan, yaitu:

1. Untuk menetapkan syarat sistem.

2. Untuk menghasilkan sebuah desain sistem tanpa ketidakpastian yang berarti.

3. Untuk memahami sebuah sistem, konteksnya, dan kondisi untuk

implementasinya.

Ada beberapa metode yang digunakan dalam analisis dan desain sistem yang

berorientasi object, diantaranya adalah:

1. Rich Picture.

2. UML Class Diagram.

3. UML Use Case Diagram.

4. Navigation diagram.

1. Rich Picture

Page 7: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasithesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00279-KA-Bab_2_1.pdf2.2.2 Tujuan Sistem Informasi Akuntansi ... Informasi berhubungan dengan biaya anggaran

14

Rich picture adalah suatu gambar yang informal yang melukiskan

pemahaman penggambar akan suatu situasi. Digunakan semasa pemilihan sistem

untuk menggambarkan gambaran menyeluruh dari tugas yang menghadapi

proyek pengembangan sistem. Rich picture secara umum menggambarkan

permasalahan sistem dan application domain. Rich picture tidak memiliki notasi

khusus. Namun seharusnya melalui beberapa persetujuan di antara proyek

sebagaimana aspek tertentu digambarkan.

2. UML Class Diagram

UML class diagram adalah gambaran mengenai sekumpulan class dan

hubungan antar class yang terstruktur. UML class diagram adalah pusat

penggambaran dari analisis dan desain berorientasi object. Selama masa analisis,

biasanya cukup untuk menggambarkan class dengan namanya.

3. UML Use Case Diagram

UML use case diagram adalah gambaran mengenai hubungan antara actor

dan use-case. Actor dan use-case adalah dua elemen utama dalam

penggambaran. Mereka dapat dihubungkan satu sama lain, dengan demikian

mengindikasikan actor yang ditentukan berpartisipasi dalam use-case yang

ditentukan. Actor dan use-case juga dapat saling berhubungan melalui

penggunaan struktur class diagram.

4. Navigation Diagram

Navigation diagram adalah jenis khusus dari statechart diagram yang

berfokus pada dinamika keseluruhan dari tampilan layar. Diagram ini

menunjukkan window-window yang bersangkutan dan perpindahan di antara

mereka. Sebuah window ditunjukkan sebagai sebuah state. State memiliki sebuah

Page 8: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasithesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00279-KA-Bab_2_1.pdf2.2.2 Tujuan Sistem Informasi Akuntansi ... Informasi berhubungan dengan biaya anggaran

15

nama dan sebuah icon. Pergantian state sesuai dengan pergantian di antara dua

window.

2.5 Siklus Hidup Pengembangan Sistem

Menurut Jones dan Rama (2003, p671), Sistem Development Life Cycles (SDLC)

terdiri dari empat tahap, yaitu:

1. Investigasi Sistem

Investigasi sistem merupakan tahap pertama dalam siklus hidup sistem. Dalam

tahap ini aktivitas yang dilakukan adalah mempelajari sistem yang berjalan,

identifikasi perubahan yang diperlukan dan pertimbangan atas solusi yang

memungkinkan. Sasaran yang ingin dicapai adalah untuk memilih proposal yang

layak dan sesuai dengan kebutuhan organisasi. Model atau teknik yang digunakan

dalam tahap ini adalah :

a. The workflow table

b. Overview activity diagram

2. Analisis Sistem

Analisis system merupakan tahap kedua dalam siklus hidup sistem. Tujuan dari

tahap ini untuk mempelajari sistem berjalan dan mengusulkan pemecahan secara

lebih rinci dibandingkan dengan tahap investigasi. Sasaran dari tahap ini adalah

mengembangkan persyaratan – persyaratan sistem baru.

3. Desain Sistem

Desain sistem merupakan tahap ketiga dalam dalam siklus hidup sistem. Tahap

ini bertujuan untuk merinci bentuk fisik sistem (seperti dokumen, laporan, file,

proses – proses, dan lainnya) dan pemilihan pemasok.

Page 9: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasithesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00279-KA-Bab_2_1.pdf2.2.2 Tujuan Sistem Informasi Akuntansi ... Informasi berhubungan dengan biaya anggaran

16

Pada tahap ini model yang digunakan adalah:

– UML class diagram

– UML Activity Diagram

– Risk Analysis templates

– UML Use Case Diagram

– Use Case Description

– Form layout and description

– Masukan kontrol

– Report layout

4. Implementasi Sistem

Implementasi sistem merupakan tahap keempat dalam dalam siklus hidup

sistem. Tahap ini bertujuan untuk membangun sistem informasi yang baru dan

mengkonversikan dari sistem yang lama. Aktivitasnya antara lain pengembangan

aplikasi, pengujian sistem, pelatihan user, membuat perubahan atas proses bisnis,

instalasi sistem dan konversi sistem baru dari sistem yang lama.

Pada tahap ini model yang digunakan adalah:

– Training manual

– User manual

2.6 Sistem Pengendalian Intern

2.6.1 Pengertian Sistem Pengendalian Intern

Menurut Mulyadi (2001, p163), sistem pengendalian intern meliputi struktur

organisasi, metode, dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga

Page 10: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasithesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00279-KA-Bab_2_1.pdf2.2.2 Tujuan Sistem Informasi Akuntansi ... Informasi berhubungan dengan biaya anggaran

17

kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong

efisiensi dan dipatuhinya kebijakan manajemen.

Menurut Weber (1999, p35), “A control is a system that prevents, detects, or

correct unlawful events”. Jadi menurut Weber, pengendalian adalah suatu sistem

untuk mencegah, mendeteksi, dan mengoreksi kejadian yang timbul saat transaksi

dari serangkaian pemrosesan tidak terotorisasi secara sah, tidak akurat, tidak

lengkap, mengandung redundansi, tidak efektif dan tidak efisien. Dengan demikian,

tujuan dari pengendalian adalah untuk mengurangi resiko atau mengurangi pengaruh

yang sifatnya merugikan.

Berdasarkan pengertian di atas, maka pengendalian dikelompokkan menjadi

tiga bagian:

a. Preventive Control

Pengendalian ini digunakan untuk mencegah masalah sebelum masalah

tersebut muncul.

b. Detective Control

Pengendalian ini digunakan untuk menemukan masalah yang

berhubungan dengan pengendalian segera setelah masalah tersebut

timbul.

c. Corrective Control

Pengendalian ini digunakan untuk memperbaiki masalah yang

ditemukan pada pengendalian detective. Pengendalian ini mencakup

prosedur untuk menentukan penyebab masalah yang timbul,

memperbaiki kesalahan atau kesulitan yang timbul, memodifikasi

Page 11: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasithesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00279-KA-Bab_2_1.pdf2.2.2 Tujuan Sistem Informasi Akuntansi ... Informasi berhubungan dengan biaya anggaran

18

sistem proses. Dengan demikian bisa mencegah kejadian yang sama di

masa mendatang.

Dari pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sistem pengendalian

intern merupakan sistem untuk mengendalikan ketelitian dan keandalan data, dan

juga meliputi perencanaan untuk mengkoordinasikan metode atau cara pengendalian

untuk menentukan apakah suatu sistem dapat dipercaya atau tidak untuk menentukan

luasnya pengujian yang dapat dilakukan, serta mendorong efektivitas dan efisiensi di

dalam perusahaan tersebut.

2.6.2 Tujuan Sistem Pengendalian Intern

Menurut Arens dan Loebbecke (1996, p218) di dalam buku Audit Sistem

Informasi Pendekatan Konsep yang ditulis oleh Gondodiyoto (2003, p85), tujuan

sistem pengendalian intern adalah:

1. Menyajikan data yang dapat dipercaya

Pimpinan hendaklah memiliki informasi yang tepat dalam rangka

melaksanakan kegiatannya. Mengingat bahwa berbagai jenis informasi

dipergunakan untuk bahan mengambil keputusan sangat penting

artinya, karena itu suatu mekanisme atau sistem yang dapat mendukung

penyajian informasi yang akurat sangat diperlukan oleh pimpinan

organisasi atau perusahaan.

2. Mengamankan aktiva dan pembukuan

Pengamanan atas berbagai harta benda dan catatan pembukuan

menjadi semakin penting dengan adanya komputer. Data atau informasi

Page 12: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasithesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00279-KA-Bab_2_1.pdf2.2.2 Tujuan Sistem Informasi Akuntansi ... Informasi berhubungan dengan biaya anggaran

19

yang begitu banyaknya yang disimpan di dalam media komputer seperti

magnetic tape dapat dirusak apabila tidak diperhatikan pengamanannya.

3. Meningkatkan efisiensi operasional

Pengawasan dalam suatu organisasi merupakan alat untuk mencegah

penghamburan usaha, menghindarkan pemborosan dalam setiap segi

dunia usaha dan mengurangi setiap jenis penggunaan sumber-sumber

yang ada secara tidak efisien.

4. Mendorong pelaksanaan kebijaksanaan yang ada

Pimpinan menyusun tata cara dan ketentuan yang dapat dipergunakan

untuk mencapai tujuan perusahaan. Sistem pengendalian intern berarti

memberikan jaminan yang layak bahwa kesemuanya itu telah

dilaksanakan oleh karyawan perusahaan.

Sedangkan menurut Mulyadi (2001) di dalam buku Audit Sistem Informasi

Pendekatan Konsep yang ditulis oleh Gondodiyoto (2003, p86), tujuan sistem

pengendalian intern adalah untuk:

1. Melindungi harta milik perusahaan

2. Memeriksa kecermatan dan kehandalan data akuntansi

3. Meningkatkan efisiensi usaha

4. Mendorong ditaatinya kebijakan manajemen yang telah digariskan

2.6.3 Unsur Sistem Pengendalian Intern

Menurut Mulyadi (2001, p164), unsur pokok sistem pengendalian intern

adalah:

Page 13: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasithesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00279-KA-Bab_2_1.pdf2.2.2 Tujuan Sistem Informasi Akuntansi ... Informasi berhubungan dengan biaya anggaran

20

1. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional

secara tegas.

2. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan

perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan dan

biaya.

3. Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit

organisasi.

4. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya.

2.6.4 Komponen Sistem Pengendalian Intern

Menurut Weber (1999, p49), pengendalian intern terdiri dari lima komponen

yang saling terintegrasi, antara lain:

a. Lingkungan Pengendalian

Komponen ini diwujudkan dalam cara pengopersian, cara pembagian

wewenang dan tanggung jawab yang harus dilakukan, cara komite audit

berfungsi, dan metode-metode yang digunakan untuk merencanakan

dan memonitor kinerja.

b. Penaksiran Resiko

Komponen untuk mengidentifikasi dan menganalisa resiko yang

dihadapi oleh perusahaan dan cara-cara untuk menghadapi resiko

tersebut.

c. Aktivitas Pengendalian

Komponen yang beroperasi untuk memastikan transakasi telah

terotorisasi, adanya pembagian tugas, pemeliharaan terhadap dokumen

Page 14: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasithesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00279-KA-Bab_2_1.pdf2.2.2 Tujuan Sistem Informasi Akuntansi ... Informasi berhubungan dengan biaya anggaran

21

dan record, perlindungan aset dan record, pengecekan kinerja, dan

penilaian dari jumlah record yang terjadi.

d. Informasi dan Komunikasi

Komponen di mana informasi digunakan untuk mengidentifikasi,

mendapatkan dan menukarkan data yang dibutuhkan untuk

mengendalikan dan mengatur operasi perusahaan.

e. Pemantauan

Komponen yang memastikan pengendalian intern beroperasi secara

dinamis.

2.6.5 Keterbatasan Sistem Pengendalian Intern

Pengendalian Intern mempunyai keterbatasan-keterbatasan yang antara lain

dikemukakan oleh Tuanakotta (1982, p98), di dalam buku Audit Sistem Informasi

Pendekatan Konsep yang ditulis oleh Gondodiyoto (2003, p89), sebagai berikut:

1. Persekongkolan

Pengendalian intern mengusahakan agar persekongkolan dapat

dihindari sejauh mungkin, misalnya dengan mengharuskan giliran

bertugas, larangan menjalankan tugas-tugas yang bertentangan oleh

mereka yang mempunyai hubungan kekeluargaan, keharusan

mengambil cuti dan seterusnya. Akan tetapi pengendalian intern tidak

dapat menjamin bahwa persekongkolan tidak terjadi.

2. Biaya

Page 15: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasithesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00279-KA-Bab_2_1.pdf2.2.2 Tujuan Sistem Informasi Akuntansi ... Informasi berhubungan dengan biaya anggaran

22

Pengendalian juga harus mempertimbangkan biaya dan kegunaannya.

Biaya untuk mengendalikan hal-hal tertentu mungkin melebihi

kegunaannya.

3. Kelemahan manusia

Banyak kebobolan terjadi pada sistem pengendalian intern yang secara

teoritis sudah baik. Hal tersebut dapat terjadi karena lemahnya

pelaksanaan yang dilakukan oleh personil yang bersangkutan.

2.7 Pengendalian Aplikasi

Pengendalian aplikasi dilakukan dengan tujuan untuk menentukan apakah

pengendalian intern dalam sistem yang terkomputerisasi pada aplikasi komputer tertentu

sudah memadai untuk memberikan jaminan bahwa data dicatat, diolah dan dilaporkan

secara akurat, tepat waktu dan sesuai dengan kebutuhan manajemen. Penanggung jawab

atau yang menentukan tipe pengendalian aplikasi ialah penanggung jawab teknis tim

aplikasi, yaitu sistem perancangan atau sistem analisisnya. Menurut Weber (1999, p39-

40) membagi pengendalian aplikasi menjadi 6 jenis yaitu:

1. Boundary Control

Menurut Weber (1999, p368), pengendalian dalam subsistem

boundary mempunyai tiga tujuan, yaitu:

a. Mengatur identitas dan otentifikasi dari calon user.

b. Mengatur identitas dan otentifikasi dari sumber daya komputer

yang diminta oleh user.

c. Membatasi akses oleh user berdasarkan hak yang diberikan

kepadanya.

Page 16: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasithesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00279-KA-Bab_2_1.pdf2.2.2 Tujuan Sistem Informasi Akuntansi ... Informasi berhubungan dengan biaya anggaran

23

Menurut Weber (1999, p381), terdapat beberapa permasalahan

dengan password, seperti:

a. Untuk mengingat password, user sering menuliskannya di dekat

terminal yang digunakan oleh user sendiri.

b. User memilih password yang mudah ditebak oleh orang lain,

misalnya nama anggota keluarga, bulan lahir dan lainnya.

c. User tidak mengubah password setelah waktu yang ditentukan

untuk pengubahan password terlewati.

d. User tidak memahami dan menghargai pentingnya password.

e. User menjelaskan password-nya kepada teman atau

keluarganya.

f. Beberapa mekanisme pengendalian akses mengharuskan user

untuk mengingat beberapa password.

g. Mekanisme pengendalian akses menyimpan data-data password

dalam bentuk yang tidak enkripsi.

h. Password tidak dihapus ketika user keluar dari organisasi.

i. Password tidak ditransmisikan melalui jalur komunikasi dalam

bentuk clear text.

Menurut U.S National Bureau of Standard (1985) dan U.S

Department of Defense (1985), sebagaimana dikutip Weber (1999,

p382), prinsip-prinsip manajemen yang baik, yaitu:

a. Jumlah password yang ada seharusnya dapat diterima oleh

mekanisme pengendalian akses.

Page 17: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasithesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00279-KA-Bab_2_1.pdf2.2.2 Tujuan Sistem Informasi Akuntansi ... Informasi berhubungan dengan biaya anggaran

24

b. Mekanisme pengendalian akses seharusnya tidak menerima

password yang panjangnya lebih pendek dari jumlah yang

diisyaratkan.

c. Mekanisme pengendalian akses seharusnya tidak

memungkinkan user untuk memilih password yang buruk,

seperti kata-kata yang ditemukan dalam kamus atau kata-kata

yang memiliki variasi sebaran huruf minimal.

d. User seharusnya diarahkan untuk mengubah password secara

periodik.

e. User seharusnya tidak memungkinkan untuk menggunakan

kembali password yang sama dalam jangka waktu tertentu,

misalnya satu tahun.

f. Password seharusnya dienkripsi dengan sekali jalan saat akan

disimpan atau ditransmisikan.

g. User seharusnya diperkenalkan dan mempelajari tentang arti

pentingnya keamanan password dan prosedur yang dapat

digunakan untuk memilih password yang aman dan prosedur

yang harus diikuti untuk menjaga agar password tetap aman.

h. Password harus segera diubah bila terdapat indikasi bahwa

password telah dikompromikan.

i. Mekanisme pengendalian akses seharusnya membatasi berapa

kali user boleh memasukkan password yang salah, dan adanya

sanksi bila memasukkan password melebihi batasan

pengisian.

Page 18: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasithesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00279-KA-Bab_2_1.pdf2.2.2 Tujuan Sistem Informasi Akuntansi ... Informasi berhubungan dengan biaya anggaran

25

2. Input Control

Mengendalikan berbagai jenis metode input data, perancangan

dokumen sumber, rancangan layar masukan data, pengkodean data,

check digit, batch controls, validasi dari input data, dan instruksi

input.

a. Metode input data

Menurut Weber (1999, p421), metode input data meliputi:

1. Keyboarding, contoh: personal computer (PC).

2. Direct Reading, contoh: Optical Character Recognition

(OCR), Automatic Teller Machine (ATM).

3. Direct Entry, contoh: touch screen, joystick, mouse.

b. Perancangan dokumen sumber

Menurut Weber (1999, p423-424), tujuan dari pengendalian

terhadap perancangan dokumen sumber antara lain:

1. Mengurangi kemungkinan kesalahan data

2. Meningkatkan kecepatan pencatatan data

3. Mengendalikan alur kerja

4. Menghubungkan pemasukkan data ke sistem komputer

5. Meningkatkan kecepatan dan ketepatan pembacaan data

6. Sebagai alat referensi untuk mengecek urutan-urutan pengisian.

Menurut Weber (1999, p424), dasar-dasar yang perlu diperhatikan

untuk penilaian dari perancangan dokumen sumber yang baik

adalah:

Page 19: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasithesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00279-KA-Bab_2_1.pdf2.2.2 Tujuan Sistem Informasi Akuntansi ... Informasi berhubungan dengan biaya anggaran

26

1. Karakteristik dari medium kertas yang akan digunakan untuk

dokumen sumber, meliputi pemilihan panjang dan lebar kertas,

kualitas kertas, banyaknya rangkap yang dibuatkan untuk setiap

transaksi.

2. Layout dan style dari dokumen sumber.

c. Perancangan layar masukan data

Menurut Weber (1999, p427), dasar-dasar yang perlu diperhatikan

untuk penilaian dari perancangan layar masukan data adalah:

a. Apakah layar digunakan untuk pemasukan data secara langsung

atau digunakan untuk memasukkan data dari dokumen sumber.

b. Layar masukan harus mencerminkan bagaimana cara

pemasukkan field data.

c. Layar masukan harus mencerminkan dokumen sumber.

d. Pengkodean data

Types of coding systems menurut Weber (1999, p434-435)

adalah:

1. Serial codes

Memberikan urutan nomor atau alphabet sebagai suatu

obyek, terlepas dari kelompok obyek tersebut. Maka, dapat

dikatakan bahwa serial codes secara unik mengidentifikasikan

suatu obyek. Keuntungan utama dari pengkodean ini adalah

kemudahan untuk menambahkan item baru dan juga

pengkodean ini ringkas dan padat.

Page 20: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasithesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00279-KA-Bab_2_1.pdf2.2.2 Tujuan Sistem Informasi Akuntansi ... Informasi berhubungan dengan biaya anggaran

27

2. Block sequence codes

Pengkodean dengan block sequence memberikan satu blok

dari nomor-nomor sebagai suatu kategori khusus dari sebuah

obyek. Kelompok utama dari obyek dalam suatu kategori

harus ditentukan dan disertai dengan satu blok dari nomor-

nomor untuk masing-masing nilai dari kelompok tersebut.

Keuntungan dari pengkodean ini adalah dalam memberikan

nilai mnemonic (mudah diingat). Kesulitan yang dihadapi

adalah dalam menentukan ukuran atau panjang dari kode.

3. Hierarchical codes

Hierarchical codes membutuhkan pemeliharaan

serangkaian nilai kelompok dari suatu obyek yang akan

dikodekan dan diurutkan berdasarkan tingkat kepentingannya.

Hierarchical codes lebih berarti dibanding serial atau block

sequence karena pengkodean ini mendeskripsikan lebih

banyak kelompok dari obyek.

4. Association codes

Dengan association codes, kelompok dari obyek yang

akan diberi kode dipilih, dan kode yang unik diberikan untuk

masing-masing nilai dari kelompok tersebut. Kode tersebut

dapat berupa numerik, alphabet atau alfanumerik. Association

codes mempunyai nilai mnemonic yang tinggi. Pengkodean ini

lebih cenderung salah jika tidak ringkas atau terdiri dari

banyak campuran alphabet atau karakter numerik.

Page 21: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasithesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00279-KA-Bab_2_1.pdf2.2.2 Tujuan Sistem Informasi Akuntansi ... Informasi berhubungan dengan biaya anggaran

28

Menurut Weber (1999, p433), dasar-dasar yang perlu

diperhatikan untuk penilaian dari pengkodean data yaitu :

1. Panjang dari kode

Kode yang lebih panjang lebih mudah salah, maka

pengkodean tersebut dikelompokkan dalam bagian-bagian kecil

dengan memberikan hypen (-), slash (/), atau spasi untuk

mengurangi kesalahan.

2. Penggabungan alphabet dan numerik

Pengkodean dengan menggunakan penggabungan alphabet

dan numerik dilakukan dengan mengelompokkan kedalam

bagiannya masing-masing untuk mengurangi tingkat kesalahan.

Selain itu juga membantu dalam pemasukkan kode.

3. Pilihan dari karakter

Pilihan dalam penggunaan karakter juga harus diperhatikan

terutama karakter yang memiliki kemiripan dengan huruf atau

angka.

4. Penggunaan huruf besar dan huruf kecil

Pemakaian huruf besar dan kecil secara bersamaan akan

memperlambat pemasukan dan meningkatkan kemungkinan

terjadinya kesalahan. Demikian juga dengan penggunaan

karakter spesial serta bantuan tombol shift sebaiknya

dihindarkan.

5. Urutan karakter yang dapat diperkirakan

Page 22: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasithesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00279-KA-Bab_2_1.pdf2.2.2 Tujuan Sistem Informasi Akuntansi ... Informasi berhubungan dengan biaya anggaran

29

Penggunaan urutan karakter yang sudah umum lebih baik

dibandingkan dengan penggunaan urutan yang tidak umum.

e. Pengecekan digit (check digit)

Menurut Weber (1999, p436), check digit adalah suatu digit

redundan yang ditambahkan untuk memungkinkan ketepatan dari

karakter lainnya dalam kode yang dicek. Check digit dapat berada

pada awalan, akhiran atau ditengah-tengah kode. Ketika kode

dimasukkan, sebuah program mengkalkulasi ulang check digit

untuk menentukan mereka adalah sama, maka kemungkinan besar

kode itu benar. Jika mereka berbeda, kode tersebut kemungkinan

salah.

f. Pengendalian batch

Menurut Weber (1999, p439), batching adalah proses

pengelompokkan transaksi yang memiliki hubungan satu dengan

lainnya. Menurut Weber (1999, p439), ada dua tipe batch yang

digunakan yaitu physical batch dan logical batch. Physical batch

adalah kelompok transaksi yang terdiri dari unit physical. Logical

batch adalah kelompok transaksi yang disatukan atas dasar

persamaan logical.

Penilaian terhadap pengendalian batch dapat dilakukan

dengan mengacu pada :

a. Batch cover sheet

Menurut Weber (1999, p439), batch cover sheet terdiri dari:

Page 23: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasithesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00279-KA-Bab_2_1.pdf2.2.2 Tujuan Sistem Informasi Akuntansi ... Informasi berhubungan dengan biaya anggaran

30

1. Nomor batch yang unik

2. Total pengendalian untuk batch

3. Data yang umum dari berbagai transaski dalam batch

4. Tanggal ketika batch dipersiapkan

5. Informasi dari kesalahan yang terdeteksi dalam batch

6. Tanda tangan dari personil yang bertanggung jawab dalam

penanganan batch.

b. Batch control register

Menurut Weber (1999, p439), a batch control register records

the transit of physical batches between various location within

an organization. Artinya batch control register merekam

perpindahan physical batch antara berbagai lokasi dalam suatu

organisasi.

g. Validasi dari data input

Menurut Weber (1999, p443-445), ada empat tipe untuk

validasi data input:

a. Field checks

Validasi yang dilakukan tidak tergantung pada nilai dari

field yang lain pada record input.

b. Record checks

Validasi yang dilakukan bergantung pada field lain dari

record input.

c. Batch checks

Page 24: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasithesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00279-KA-Bab_2_1.pdf2.2.2 Tujuan Sistem Informasi Akuntansi ... Informasi berhubungan dengan biaya anggaran

31

Validasi yang dilakukan dengan memeriksa kesamaan

karakteristik batch dari record yang akan dimasukkan

dengan record batch yang sudah tercatat.

d. File checks

Validasi yang digunakan dengan memeriksa kesamaan

karakteristik dari file yang digunakan dengan karakteristik

file yang sudah terekam.

h. Instruksi Input

Dalam memasukkan instruksi ke dalam sistem aplikasi sering

terjadi kesalahan karena adanya instruksi yang bervariasi dan

kompleks, sehingga perlu menampilkan pesan kesalahan. Pesan

kesalahan yang ditampilkan harus dikomunikasikan pada user

dengan lengkap dan jelas.

Menurut Weber (1999, p446), ada enam cara untuk

memasukan instruksi ke dalam sistem informasi :

a. Menu driven languages

Sistem menyajikan serangkaian pilihan kepada user dan user

dapat memilih dengan beberapa cara, yaitu dengan mengetikan

angka atau huruf yang mengidentifikasi pilihan mereka,

meletakan kursor pada pilihan kemudian menekan tombol enter

atau dengan mengklik mouse, menggunakan light pen atau

touch screen.

b. Question-answer dialog

Page 25: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasithesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00279-KA-Bab_2_1.pdf2.2.2 Tujuan Sistem Informasi Akuntansi ... Informasi berhubungan dengan biaya anggaran

32

Sistem aplikasi menyajikan pertanyaan tentang nilai dari

beberapa item data dan user menanggapinya.

c. Command languages

Membutuhkan user untuk memberikan perintah tertentu dalam

meminta beberapa proses dan sekumpulan argumen yang secara

spesifik memberitahukan bagaimana proses tersebut seharusnya

dijalankan.

d. Form based languages

Membutuhkan user untuk memberikan perintah dan data

tertentu yang terdapat dalam form input dan output.

e. Natural languages

User memberikan instruksi pada sistem aplikasi melalui

recognition device.

f. Direct manipulation interface

User memasukan instruksi dalam sistem aplikasi melalui

manipulasi langsung obyek pada layar.

Menurut Weber (1999, p420-421), pengendalian terhadap

input sangat penting dilakukan karena:

1. Pada banyak sistem informasi subsistem input mempunyai

jumlah pengendalian yang paling banyak.

2. Aktivitas subsistem input melibatkan rutinitas dan intervensi

manusia secara terus menerus sehingga cenderung menimbulkan

kesalahan.

Page 26: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasithesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00279-KA-Bab_2_1.pdf2.2.2 Tujuan Sistem Informasi Akuntansi ... Informasi berhubungan dengan biaya anggaran

33

3. Subsistem input merupakan sasaran dari tindak kejahatan yang

meliputi penambahan, penghapusan, dan pengubahan transaksi

input.

3. Output Control

Menurut Gondodiyoto (2003, p145), Pengendalian output

merupakan pengendalian intern untuk mendeteksi jangan sampai

informasi yang disajikan tidak akurat, tidak lengkap, tidak up-to-date

(mutakhir) datanya, atau didistribusikan kepada orang-orang yang

tidak berwenang. Berdasarkan sifatnya metode output control terdiri

dari tiga jenis, yaitu:

1. Preventive Objective. Misalnya dengan menggunakan tabel

laporan yang terdiri dari jenis laporan, periode laporan, tanda

terima konfirmasi, siapa penggunanya, prosedur permintaan

laporan.

2. Detection Objective. Misalnya perlunya dibuat nilai-nilai

subtotal dan total yang dapat diperbandingkan untuk

mengevaluasi keakurasian laporan.

3. Corrective Objective. Misalnya tersedianya help desk dan

contact person.

2.8 Penjualan Konsinyasi

2.8.1 Pengertian Penjualan Konsinyasi

Page 27: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasithesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00279-KA-Bab_2_1.pdf2.2.2 Tujuan Sistem Informasi Akuntansi ... Informasi berhubungan dengan biaya anggaran

34

Menurut Hadori Yunus dan Harnanto (1999, p141) penjualan konsinyasi

adalah perpindahan hak milik atas suatu barang dari pengamanat kepada pihak ketiga

apabila komisioner telah berhasil menjual barang kepada pihak ketiga.

Menurut Utoyo Widayat dan Sugito Wibowo (1991, p107) penjualan

konsinyasi adalah perpindahan hak milik barang dari pihak pengamanat apabila

komisioner telah menjual barang kepada pihak lainnya.

Dengan deminkian dapat disimpulkan bahwa penjualan konsinyasi adalah

proses perpindahan hak milik barang dari pengamanat kepada pelanggan dengan

ketika komisioner telah melakukan penjualan barang tersebut kepada pelanggan.

2.8.2 Karakteristik Penjualan Konsinyasi

Menurut Hadori Yunus dan Harnanto (1999, p141) terdapat 4 hal yang pada

umumnya merupakan karakteristik dari transaksi konsinyasi itu, yang sekaligus

merupakan perbedaan perlakuan akuntansinyanya dengan transaksi penjualan, yaitu:

1. Karena hak milik atas barang-barang masih berada pada pengamanat,

maka barang-barang konsinyasi harus dilaporkan sebagai persediaan oleh

pengamanat. Barang-barang konsinyasi tidak boleh diperhitungkan

sebagai persediaan oleh komisioner.

2. Pengiriman barang-barang konsinyasi tidak mengakibatkan timbulnya

pendapatan dan tidak boleh dipakai sebagai kriteria untuk mengakui

timbulnya pendapatan, baik bagi pengamanat maupun bagi komisioner

sampai saat barang dapt dijual kepada pihak ketiga.

3. Pihak pengamanat sebagi pemilik tetap bertanggung jawab sepenuhnya

terhadap semua biaya yang berhubungan dengan barang-barang

Page 28: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasithesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00279-KA-Bab_2_1.pdf2.2.2 Tujuan Sistem Informasi Akuntansi ... Informasi berhubungan dengan biaya anggaran

35

konsinyasi sejak saat pengiriman sampai dengan saat komisioner berhasil

menjualnya kepada pihak ketiga. Kecuali ditentukan lain dalam

perjanjian di antara kedua belah pihak yang bersangkutan.

4. Komisioner dalam batas kemampuan mempunyai kewajiban untuk

menjaga keamanan dan keselamatan barang-barang komisi yang

diterimanya itu. Oleh sebab itu administrasi yang tertib harus

diselenggarakan sampai dengan saat ia berhasil menjual barang tersebut

kepada pihak ketiga.

2.9 Pengertian Retur Penjualan Konsinyasi

Menurut Utoyo Widayat dan Sugito Wibowo (1999, p118), retur penjualan

konsinyasi adalah pengembalian barang dari komisioner yang diakibatkan barang

tersebut rusak, catat dan lain-lain (misal:barang tidak laku terjual).

Dapat disimpulkan, bahwa retur penjualan konsinyasi adalah proses

pengembalian barang dari komosioner yang dapat disebabkan oleh berbagai sebab,

antara lain rusak dan cacat.

2.10 Alasan-alasan Mengadakan Perjanjian Konsinyasi

Menurut Hadori Yunus dan Harnanto (1999, p142) terdapat beberapa alasan bagi

pengamanat untuk mengadakan perjanjian konsinyasi, yaitu :

1. Konsinyasi merupakan suatu cara untuk lebih memperluas pasaran yang

dapat dijamin oelh seorang produsen, pabrikan, atau distributor, terutama

apabila :

Page 29: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasithesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00279-KA-Bab_2_1.pdf2.2.2 Tujuan Sistem Informasi Akuntansi ... Informasi berhubungan dengan biaya anggaran

36

a. Barang-barang yang bersangkutan baru diperkenalkan, permintaaan

produk tertentu dan belum terkenal

b. Penjualan pada masa-masa yang lalu dengan melalui dealer tidak

menguntungkan.

c. Harga barang menjadi mahal dan membutuhkan investasi yang

cukup besar bagi dealer apabila ia harus membeli barang-barang

yang bersangkutan.

2. Resiko-resiko tertentu dapat dihindarkan oleh pengamanat. Barang-

barang konsinyasi tidak ikut disita apabila terjadi kebangkrutan pada diri

komisioner. Jadi lain sifatnya dengan perjanjian keagenan atau dealer.

3. Mungkin pengamanat ingin mendapatkan penjual khusus (specialist)

dalam perdagangan barang-barangnya, terutama untuk ternak, hasil

pertanian, dan lain-lain.

4. Harga eceran barang-barang yang bersangkutan tetap dapat dikontrol oleh

pengamanat; demikian pula terhadap jumlah barang-barang yang siap

dipasarkan dan stock barang-barang tersebut.

Sedangkan bagi komisoner menerima perjanjian konsinyasi, karena:

1. Komisoner dilindungi dari kemungkinan resiko gagal untuk

memasarkan barang-barang tersebut atau keharusan menjual dengan

rugi.

2. Resiko rusaknya barang dan adanya fluktuasi harga dapat

dihindarkan.

3. Kebutuhan akan modal kerja dapat dikurangi, sebab adanya barang-

barang konsinyasi yang diterima atatu dititipkan oleh pengamanat.

Page 30: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasithesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00279-KA-Bab_2_1.pdf2.2.2 Tujuan Sistem Informasi Akuntansi ... Informasi berhubungan dengan biaya anggaran

37

2.11 Sifat Konsinyasi

Menurut Drebin (1995, p158) adapun sifat konsinyasi yaitu ditilik dari sudut

hukum, penyerahan barang ini disebut sebagai penitipan, dimana pihak konsinyi

memegang barang ini untuk dijual seperti yang dirinci dalam persetujuan yang dibuat

antara konsinyor dan konsinyi. Konsinyor menetapkan konsinyi sebagai yang

bertanggung jawab atas barang-barang yang diserahkan kepada sampai barang-barang

itu terjual kepada pihak ketiga. Atas penjualan barang-barang ini, pihak konsinyasi

menetapkan penyerahan hak atas barang-barang ini dan juga hasil penjualannya.

Sebaliknya, pihak konsinyi tidak dapat menganggap barang-barang itu sebagai miliknya;

ia pun tidak mempunyai kewajiban kepada pihak konsinyor selain daripada

pertanggungjawabannya atas barang-barang yang diserahkan kepadanya. Hubungan

antara pihak konsinyor dan agen penjual, dan undang-undang keagenan mengatur

penetapan hak dan kewajiban kedua belah pihak.

2.12 Keuntungan Penjualan Konsinyasi oleh Pengamanat dan Komisioner

Menurut Utoyo Widayat dan Sugito Wibowo(1999, p126) pengamanat lebih

suka untuk menjual barangnya kepada agen atas dasar sistem konsinyasi dengan alas an-

alasan sebagai berikut:

1. Memperluas daerah pemasaran suatu produk oleh pengamanat

(consignor) yang disebabkan oleh beberapa hal antara lain:

2. Produk-produk yang beraneka ragam dari pengamanat, dapat diserahkan

kepada suatu agen yang mempunyai kekhususan dalam pengalaman

penjualan produk tertentu.

Page 31: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasithesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00279-KA-Bab_2_1.pdf2.2.2 Tujuan Sistem Informasi Akuntansi ... Informasi berhubungan dengan biaya anggaran

38

3. Pengamanat dapat mengendalikan (mengontrol) harga jual dari agen

(penerima barang konsinyasi). Hal ini dimungkinkan karena agen hanya

menjual dengan harga yang telah ditetapkan oleh pengamanat dan agen

hanya menerima komisi atas penjualan tersebut, tanpa mengambil

keuntungan dari harga jual barang konsinyasi.

Komisioner bersedia untuk menerima barang dari pengamanat atas dasar system

konsinyasi dengan alasan-alasan sebagai berikut:

1. Tidak memerlukan modal untuk membeli barang dan memelihara barang

tersebut, karena beban ini umumnya ditanggung oleh pengamanat.

2. Menghindari kerugian, jika terdapat fluktuasi harga dan barang-barang

yang cepat rusak (perishable goods).

3. Menghilangkan resiko atas tidak terjualnya barang, misalnya barang

tersebut adalah barang yang baru diperkenalkan pada masyarakat umum

atau barang yang baru diperkenalkan pada suatu daerah pemasaran

tertentu.

2.13 Kontrak Perjanjian dari Penjualan Konsinyasi

Menurut Utoyo Widayat dan Sugito Wibowo (1999,p126), isi dari kontrak

perjanjian antara pengamanat dan komisioner antara lain:

1. Beban-beban pengeluaran komisioner yang akan ditanggung oleh

pengamanat, misalkan seperti beban pengangkutan , beban reparasi,

beban kuli, beban sewa gudang dan lain sebagainya.

2. Kebijaksanaan harga jual dan syarat kredit yang harus dijalankan oleh

komisioner atas instruksi dari pengamanat.

Page 32: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasithesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00279-KA-Bab_2_1.pdf2.2.2 Tujuan Sistem Informasi Akuntansi ... Informasi berhubungan dengan biaya anggaran

39

3. Komisi atau keuntungan yang akan diberikan oleh pengamanat kepada

komisioner.

4. Laporan pertanggungjawaban oleh komisioner kepada pengamanat

(account sales) yang dilakukan secara berkala atas barang-barang yang

sudah terjual dan pengiriman uang hasil penjualan tersebut.

5. After sales service (garansi) yang harus ditanggung oleh pengamanat atas

barang-barang yang telah dijual oleh komisioner.

6. Hal-hal lain yang dianggap perlu oleh kedua belah pihak.

2.14 Ayat-ayat Jurnal untuk Penjualan Konsinyasi

Hak milik dari barang-barang yang dijual dengan system konsinyasi tetap masih

berada pada pihak pengmanat sampai barang-barang tersebut terjual oleh komisioner.

Dengan demikian pada saat pengiriman barang-barang konsinyasi, pihak pengamanat

tidak mencatatnya sebagai penjualan, begitu pun bagi pihak komisioner tidak

mencatatnya sebagai penjualan barang dagangan.

Menurut Utoyo Widayat dan Sugito Wibowo (1999, p128), pada dasarnya

akuntansi penjualan dengan sistem konsinyasi dapat dibedakan menjadi 2 metode,

tergantung dari apakah :

1. Transaksi penjualan konsinyasi dan laba/rugi atas penjualan konsinyasi

dicatat secara terpisah dengan penjualan biasa.

2. Transaksi penjualan konsinyasi dan laba/rugi atas penjualan konsinyasi

digabungkan dengan penjualan biasa.

Ayat jurnal penjualan konsinyasi bagi pihak pengamanat adalah sebagai berikut :

Page 33: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasithesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00279-KA-Bab_2_1.pdf2.2.2 Tujuan Sistem Informasi Akuntansi ... Informasi berhubungan dengan biaya anggaran

40

1. Laba/rugi penjualan konsinyasi dicatat secara terpisah dengan penjualan

biasa dengan metode pencatatan persediaan perpetual

Pengiriman barang dagang konsinyasi :

Konsinyasi Keluar xxx

Persediaan barang dagangan xxx

Pembayaran biaya angkut oleh pengamanat :

Konsinyasi Keluar xxx

Kas xxx

Pembayaran biaya untuk penjualan barang konsinaysi :

Tidak ada jurnak sampai ada pemberitahuan dari komisioner

Penjualan barang dagangan konsinyasi :

Tidak ada jurnal

Pemberitahuan penjualan dan beban serta pengiriman uang penyelesaian

perhitungan :

Kas xxx

Konsinyasi Keluar xxx

Konsinyasi Keluar xxx

(Mencatat laporan penjualan barang konsinyasi dan penerimaan uang)

Konsinyasi Keluar xxx

Laba/Rugi penjualan konsinyasi xxx

2. Laba/rugi penjualan konsinyasi dicatat secara terpisah dengan penjualan

biasa dengan metode pencatatan persediaan periodik (fisik)

Pengiriman barang dagang konsinyasi :

Page 34: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasithesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00279-KA-Bab_2_1.pdf2.2.2 Tujuan Sistem Informasi Akuntansi ... Informasi berhubungan dengan biaya anggaran

41

Konsinyasi Keluar xxx

Persediaan barang konsinyasi xxx

Pembayaran biaya angkut oleh pengamanat :

Konsinyasi Keluar xxx

Kas xxx

Pembayaran biaya untuk penjualan barang konsinaysi :

Tidak ada jurnal sampai ada pemberitahuan dari komisioner

Penjualan barang dagangan konsinyasi :

Tidak ada jurnal

Pemberitahuan penjualan dan beban serta pengiriman uang penyelesaian

perhitungan :

Kas xxx

Konsinyasi Keluar xxx

Konsinyasi Keluar xxx

(Mencatat laporan penjualan barang konsinyasi dan penerimaan uang)

Konsinyasi Keluar xxx

Laba/Rugi penjualan konsinyasi xxx

(Mencatat laba penjualan konsinyasi)

3. Laba/rugi penjualan konsinyasi dicatat secara tidak terpisah dengan

penjualan biasa dengan metode pencatatan persediaan perpetual

Pengiriman barang dagang konsinyasi :

Persediaan barang konsinyasi xxx

Persediaan barang dagang xxx

Pembayaran biaya angkut oleh pengamanat :

Page 35: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasithesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00279-KA-Bab_2_1.pdf2.2.2 Tujuan Sistem Informasi Akuntansi ... Informasi berhubungan dengan biaya anggaran

42

Beban pengakutan masuk xxx

Kas xxx

Pembayaran biaya untuk penjualan barang konsinaysi :

Tidak ada jurnal sampai ada pemberitahuan dari komisioner

Penjualan barang dagangan konsinyasi :

Tidak ada jurnal

Pemberitahuan penjualan dan beban serta pengiriman uang penyelesaian

perhitungan :

Kas xxx

Beban lain-lain konsinyasi xxx

Beban komisi xxx

Penjualan xxx

(Mencatat laporan penjualan barang konsinyasi)

Harga pokok penjualan xxx

Persediaan barang konsinyasi xxx

(Mencatat harga pokok penjualan barang konsinyasi)

Harga pokok penjualan xxx

Beban pengangkutan masuk xxx

(Mencatat beban pengangkutan masuk yang menambah harga pokok

penjualan)

4. Laba/rugi penjualan konsinyasi dicatat secara tidak terpisah dengan

penjualan biasa dengan metode pencatatan persediaan periodik (fisik)

Pengiriman barang dagang konsinyasi :

Memorandum

Page 36: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasithesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00279-KA-Bab_2_1.pdf2.2.2 Tujuan Sistem Informasi Akuntansi ... Informasi berhubungan dengan biaya anggaran

43

Pembayaran biaya angkut oleh pengamanat :

Beban pengakutan masuk xxx

Kas xxx

Pembayaran biaya untuk penjualan barang konsinaysi :

Tidak ada jurnal sampai ada pemberitahuan dari komisioner

Penjualan barang dagangan konsinyasi :

Tidak ada jurnal

Pemberitahuan penjualan dan beban serta pengiriman uang penyelesaian

perhitungan :

Kas xxx

Beban kuli xxx

Beban komisi xxx

Penjualan xxx

(Mencatat laporan penjualan barang konsinyasi)

2.15 Persediaan

Menurut Mulyadi (2001, p553) persediaan dalam perusahaan dagang hanya terdiri

dari satu golongan, yaitu persediaan barang dagangan, yang merupakan barang yang

dibeli untuk tujuan dijual kembali.

Dengan demikian persediaan dalam perusahaan dagang adalah barang yang dibeli

oleh perusahaan untuk tujuan dijualkan kembali kepada pihak lain, dengan

mencatatkannya pada dokumen pencatatan persediaan dimana dokumen itu akan

digunakan sebagai bukti pencatatan apabila barang persediaan perlu dibeli kembali

Menurut Warren dan Fess (2002, edisi 21) persediaan adalah :

Page 37: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasithesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00279-KA-Bab_2_1.pdf2.2.2 Tujuan Sistem Informasi Akuntansi ... Informasi berhubungan dengan biaya anggaran

44

1. barang dagang yang disimpan untuk kemudian dijual dalam operasi bisnis

perusahaan

2. bahan yang digunakan dalam proses produksi atau yang disimpan untuk

tujuan itu.

Menurut Standar Akuntansi Keuangan persediaan :

1. aktiva yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal

2. aktiva dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan

3. aktiva dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan

dalam proses produksi atau pemberian jasa.

Persediaan meliputi barang yang dibeli dan disimpan untuk dijual kembali,

misalnya, barang dagang dibeli oleh pengecer untuk dijual kembali, atau pengadaan

tanah dan property lainnya untuk dijual kembali. Persediaan juga mencakupi barang jadi

yang telah diproduksi, atau barang dalam penyelesaian yang sedang diproduksi

perusahaan dan termasuk bahan serta perlengkapan yang akan digunakan dalam proses

produksi.