57
7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Audit Sistem Informasi 2.1.1 Pengertian Sistem Definisi sistem menurut Mulyadi (2001,p1) merupakan sekelompok unsur yang erat berhubungan satu dengan yang lainnya, yang berfungsi bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu. 2.1.2 Pengertian Informasi Secara umum informasi adalah data yang sudah diolah menjadi suatu bentuk lain yang lebih berguna yaitu pengetahuan atau keterangan yang ditujukan bagi penerima dalam pengambilan keputusan, baik masa sekarang atau yang akan datang. 2.1.3 Pengertian Sistem Informasi Definisi sistem informasi menurut James O’Brien yang diterjemahkan oleh Dewi Fitriasari dan Deny Arnos Kwary (2005,p5), Sistem informasi dapat merupakan kombinasi teratur apa pun dari orang-orang, harware, software, jaringan, komunikasi, dan sumber daya data yang mengumpulkan, mengubah, dan menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi.

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Audit Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00827-ka bab 2.pdf8 2.1.4 Jenis jenis audit Jenis-jenis audit menurut Arens, Elder, dan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Audit Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00827-ka bab 2.pdf8 2.1.4 Jenis jenis audit Jenis-jenis audit menurut Arens, Elder, dan

7

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Audit Sistem Informasi

2.1.1 Pengertian Sistem

Definisi sistem menurut Mulyadi (2001,p1) merupakan sekelompok

unsur yang erat berhubungan satu dengan yang lainnya, yang berfungsi

bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu.

2.1.2 Pengertian Informasi

Secara umum informasi adalah data yang sudah diolah menjadi suatu

bentuk lain yang lebih berguna yaitu pengetahuan atau keterangan yang

ditujukan bagi penerima dalam pengambilan keputusan, baik masa sekarang

atau yang akan datang.

2.1.3 Pengertian Sistem Informasi

Definisi sistem informasi menurut James O’Brien yang diterjemahkan

oleh Dewi Fitriasari dan Deny Arnos Kwary (2005,p5), Sistem informasi dapat

merupakan kombinasi teratur apa pun dari orang-orang, harware, software,

jaringan, komunikasi, dan sumber daya data yang mengumpulkan, mengubah,

dan menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi.

Page 2: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Audit Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00827-ka bab 2.pdf8 2.1.4 Jenis jenis audit Jenis-jenis audit menurut Arens, Elder, dan

8

2.1.4 Jenis jenis audit

Jenis-jenis audit menurut Arens, Elder, dan Beasly (2006,p15) :

1. Operational audit evaluates the efficiency and efectiveness of any

part of an organization’s operating procedures and methods. At

the completion of any operation of an operational audit,

management normally expects reccomendations for improving

operations. In operational audit the reviews are not limited to

accounting. They can include the evaluation of organizational

structure, computer operations, production methods, marketting,

and any other area in which the auditor is qualified.

2. Compliance audit is conducted to determine whether the auditee

is following specific procedures, rules, or regulations set by some

higher authority. A compliance audit for a private business could

include :

a. Determining wheteher accounting personnel are following

the procedures prescribed by the company controller.

b. Reviewing wage rates for compliance with minimum wage,

laws or,

c. Examining contractual aggrements with bankers and other

lenders to be sure the company is complying with legal

requirements.

3. Financial statement audit is conducted to determine whether the

overall financial statements are stated in accordance with

specified criteria. Normally the criteria are GAAP,, athough it is

Page 3: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Audit Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00827-ka bab 2.pdf8 2.1.4 Jenis jenis audit Jenis-jenis audit menurut Arens, Elder, dan

9

common to conduct audits of financial statements prepared using

the cash basis or some other basis of accounting appropiate for

the organization.

Pernyataan di atas diterjemahkan sebagai berikut :

1. Audit operasional mengevaluasi efektivitas dan effisiensi dari setiap

bagian prosedur dan metode operasional perusahaan. Dalam setiap

pelaksanaan audit operasional, management biasanya mengharapkan

rekomendasi untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Dalam audit

operasional reviews tidak dibatasi dalam lingkup accounting. Dapat

termasuk didalamnya evaluasi dari struktur organisasi, operasi

komputer, metode produksi, marketting, dan wilayah lain dimana

auditor memenuhi syarat untuk melakukan audit.

2. Audit Ketaatan dibuat untuk mememukan apakah pihak yang akan

diaudit mengikuti beberapa prosedur, aturan, atau relgulasi yang telah

ditetapkan oleh otoritas yang lebih tinggi kedudukannya. Compliance

audit untuk bisnis privat mencakup:

a. menemukan apakah personel accounting mengikuti aturan

yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

b. mereview tingkat penghasilan sesuai dengan upah

minimum yang ditetapkan undang.undang.

c. memeriksa kontrak perusahaan dengan bank atau kreditur

lainnya untuk memastikan perusahaan tersebut memenuhi

persyaratan hukum yang berlaku.

Page 4: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Audit Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00827-ka bab 2.pdf8 2.1.4 Jenis jenis audit Jenis-jenis audit menurut Arens, Elder, dan

10

3. Financial statement audit dilakukan untuk menemukan apakah

seluruh laporan keuangan dilaporkan sesuai dengan kriteria-kriteria

yang telah ditetapkan sebelumnya. Biasanya kriteria yang dipakai

adalah GAAP. Meskipun dalam mengaudit laporan keuangan

biasanya menggunakan basis kas atau basis lain yang merupakan

aplikasi accounting dalam suatu organisasi.

2.1.5 Pengertian Audit Sistem Informasi

Menurut Weber (1999,p10), Information Sys tem Auditing is the process

of collecting and evaluating evidence to determine whether a computer systems

safeguards assets, maintains data integrity , allows organizational goals to be

achieves effectively and uses resources efficiently.

Dengan kata lain, Audit Sistem Informasi adalah proses pengumpulan

dan pengevaluasian bukti-bukti untuk menentukan apakah sistem komputer

telah memenuhi tujuan untuk mengamankan asset perusahaan, menjaga

integritas data dan meningkatkan efektivitas serta mendorong efisiensi dalam

penggunaan sumber daya.

2.1.6 Tujuan Audit Sistem Informasi

Menurut Weber (1999, p11) tujuan dari audit sistem informasi lebih

ditekankan pada beberapa aspek penting, yaitu pemeriksaan dilakukan untuk

dapat menilai keempat tujuan dibawah ini, yaitu:

Page 5: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Audit Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00827-ka bab 2.pdf8 2.1.4 Jenis jenis audit Jenis-jenis audit menurut Arens, Elder, dan

11

1. Assets safeguarding objectives

The information system asstes of an organization include hardware,

software, facilities, people (knowledge), data files, system

documentation, and supplies. Like all asstes, they must be protected

by a system of internal control.

2. Data integrity objectives

Data integrity is a fundamental concept in information systsem

auditting. It is a state implying data has certain attributes ;

completeness, soundness, purity, and veracity. If data integrity is not

maintained, an organization no longer has a true representation of

itsefl or of events.

3. System effectiveness objectives

An effective information system accomplishes its objectives.

Evaluating effectivenesss implies knowledge of user needs/ to

evaluate whether a system reports information in a way that

facilitates decision making by its users, auditors ports information in

a way that facilitates decision making by its users, auditors must

know the characteristic of users and the decision making

environment.

4. System efficiency objectives

An efficient information system uses minimum resources to achieve its

required objectives. Information system consume various resources:

machine time, peripherals, system software, and labor. These

Page 6: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Audit Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00827-ka bab 2.pdf8 2.1.4 Jenis jenis audit Jenis-jenis audit menurut Arens, Elder, dan

12

resources are sarce, and different application systems usuually

complete for their use.

Pernyataan di atas diterjemahkan sebagai berikut :

1. Pengamanan Aset

Asset sistem informasi suatu organisasi termasuk hardware, software,

fasilitas, sumber daya manusia (skill), informasi, dokumentasi dan

persediaan. Semua asset tersebut harus dilindungi dengan sistem

pengendalia internal.

2. Menjaga integritas Data

Integritas data dalah konsep fundamental di dalam audit sistem

informasi. Ini mengemukakan bahwa data mempunyai atribut-atribut

tertentu : kelengkapan, keaslian, kejujuran. Jika integritas data tidak di

pertahankan maka sebuah organisasi tidak mempunyai gambarang atas

keadaan perusahaan yang sebenarnya.

3. Efektifitas Sistem

Sistem informasi yang effektif mebantu mencapai tujuan perusahaan.

Mengevaluasi efektivitas atas kebutuhan user/ untuk mengevaluasi

apakah laporan yang diberikan dapat mempermudah dalam proses

pengambilan keputusan oleh orang yang menggunakannya. Auditor

sisstem informasi harus menemukan cara untuk memudahkan user

sistem tersebut dalam mengambil keputusan. Auditor harus

mengetahui karakteristik user dan lingkungan pengambilan keputusan

tersebut.

Page 7: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Audit Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00827-ka bab 2.pdf8 2.1.4 Jenis jenis audit Jenis-jenis audit menurut Arens, Elder, dan

13

4. Efisiensi Sistem

Sistem informasi yang effisien menggunakan sumber daya yang

terbatas untuk mencapai tujuannya. Sistem informasi mempergunakan

beberapa sumber daya yaitu : mesin, waktu, perlengkapan, software,

dan user. Sumber daya tersebut penting, dan aplikasi berbeda biasanya

melengkapi untuk kebutuhan user.

2.1.7 Tahapan Audit Sistem Informasi

Menurut Weber (1999, p47) ada 5 (lima) tahap dalam Audit Sistem

Informasi yaitu:

1. Planning the audit

Planning is the first phase of an audit. For an external auditor, this

means investigating new and continuing clients to determine whether

the audit engagement should be accepted, assigning appropiate staff

to the audit, obtaining an engagement letter, obtaining background

information on the client, understanding the client’s legal obligation

and undertaking analytical review procedures to understand the

client’s business better and identify areas of risk in the audit.

2. Test of controls

Auditors test controls when they asess the control risk for an

assertion at less the maximum level. They rely on controls as a basis

for reducing more costly testing. At this stage in the audit, however,

auditors do not know whether the control identified operate

Page 8: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Audit Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00827-ka bab 2.pdf8 2.1.4 Jenis jenis audit Jenis-jenis audit menurut Arens, Elder, dan

14

effectively. Test of control, therefore, evaluate whether specific,

material controls are, in fact, reliable.

3. Test of transaction

From an attest perspective, recall auditors use tests of transaction to

evaluate whether errorneous or irregular processing of a transaction

has led to a material misstatement of financial information. Typical

attest test of transaction include tracing journal entries to their

source documents, examining price files for propriety, and testing

computational accuracy.

4. Test of balances or overall results

Auditor conduct test of balances or overall results to obtain sufficient

evidence for making a final judgement on the extent of looses or

account misstatement that occur when the information system

function fails to safeguard assets, maintain data integrity, and

archieve system effectiveness and efficiency.

5. Completion of the audit

In the final pashe of the audit, etxernal auditors undertake severals

additional tests to bring the collection of evidence to a close.they

must than formulate an opinion about whether material looses or

account misstatement have occured and issue a report. The

proffesionals standards in many countries require one of four types of

opinion be issued;

a. Disclaimer of oppinion: on the basis of the audit work

conducted, the auditor is unable to reach an opinion.

Page 9: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Audit Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00827-ka bab 2.pdf8 2.1.4 Jenis jenis audit Jenis-jenis audit menurut Arens, Elder, dan

15

b. Adverse opinion: the auditor concludes the material losses

have occured or that the financial statements are materiality

mistated.

c. Qualified opinion : the auditor concludess that material losses

have occured or that the financial statements are misstated

but that the amoubnts are not material.

d. Unqualified opinion. : the auditor belives that no material

losses or account mistatement have occured.

Pernyataan di atas diterjemahkan sebagai berikut :

1. Perencanaan Audit (Planning the audit)

Perencanaan merupakan fase pertama dari kegiatan audit, bagi auditor

eksternal hal ini berarti melakukan investigasi terhadap klien untuk

mengetahui apakah penugasan audit (audit engagement) dapat

diterima, menempatkan staf audit, mendapatkan surat penugasan,

mendapatkan informasi mengenai latar belakang klien, memahami

informasi mengenai kewajiban hukum klien dan melakukan analisa

terhadap prosedur yang ada untuk memahami bisnis klien dan

mengidentifikasi area-area yang berisiko. Pada tahap ini auditor juga

harus memahami pengendalian intern organisasi lalu menentukan

tingkat risiko pengendalian yang berhubungan dengan setiap segmen

audit.

Page 10: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Audit Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00827-ka bab 2.pdf8 2.1.4 Jenis jenis audit Jenis-jenis audit menurut Arens, Elder, dan

16

2. Pengujian Pengendalian (Tests of controls)

Auditor melakukan test of controls ketika mereka menilai bahwa

tingkat risiko pengendalian berada pada level kurang dari maksimum

(pengendalian masih dapat dipercaya). Test of controls diarahkan

kepada efektifitas pengendalian perusahaan, baik dalam rancangan

maupun operasinya (pelaksanaannya). Tahap ini diawali dengan fokus

pada pengendalian manajemen (management controls), jika

pengendalian manajemen dinilai beroperasi secara tidak handal, maka

auditor hanya akan melakukan sedikit pengujian pada pengendalian

aplikasi (application controls). Namun jika auditor menemukan

kelemahan yang serius pada pengendalian manajemen maka auditor

akan memberikan opini tidak wajar (adverse opinion) terhadap

pengendalian yang ada di dalam perusahaan atau melakukan pengujian

substantif (substantive test) atas transaksi dan pengujian keseimbangan

dan hasil keseluruhan (balances or overall result). Jika auditor

menyatakan pengendalian manajemen telah beroperasi secara

memadai, maka auditor akan melakukan evaluasi terhadap kehandalan

pengendalian aplikasi dengan menelusuri jenis-jenis materialitas dari

transaksi melalui masing-masing pengendalian yang dijalankan pada

subsistem pengendalian aplikasi.

3. Pengujian Transaksi (Tests of transaction)

Auditor menggunakan pengujian ini untuk mengevaluasi apakah

kesalahan atau pemrosesan yang keliru terhadap transaksi telah

mengarah pada kesalahan yang material pada pernyataan laporan

Page 11: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Audit Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00827-ka bab 2.pdf8 2.1.4 Jenis jenis audit Jenis-jenis audit menurut Arens, Elder, dan

17

keuangan. Pengujian pembuktian ini mencakup penelusuran terhadap

jurnal hingga ke dokumen sumbernya, menguji kebenaran data, dan

menguji akurasi perhitungan. Jika hasil pengujian transaksi

mengindikasikan terjadi kehilangan atau kesalahan pencatatan yang

material maka auditor dapat mengembangkan tingkat pengujiannya

dengan melakukan test of balances or overall result untuk

mendapatkan estimasi yang lebih baik terhadap kehilangan / kesalahan

pencatatan.

4. Tests of balances or overall results

Auditor melakukan pengujian ini untuk memperoleh bukti yang cukup

dalam membuat penilaian akhir (final judgement) mengenai tingkat

kehilangan atau kesalahan pencatatan yang terjadi ketika fungsi sistem

informasi gagal melindungi aset, memelihara integritas data, mencapai

efektifitas dan efisiensi sistem informasi.

5. Completion of the audit

Tahap ini merupakan tahap akhir dari tahapan audit sistem informasi.

Pada tahap ini auditor merumuskan opininya terhadap kehilangan

material dan kesalahan pencatatan yang terjadi sekaligus membuat

rekomendasi untuk manajemen yang nantinya disajikan pada laporan

audit.

Page 12: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Audit Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00827-ka bab 2.pdf8 2.1.4 Jenis jenis audit Jenis-jenis audit menurut Arens, Elder, dan

18

2.1.8 Standar Audit

Menurut Information System Audit and Control Association (ISACA),

Standar Audit adalah sebagai berikut :

S1 Audit Charter

The purpose, responsibility, authority and accountability of the

information systems audit function or information systems audit

assignments should be appropriately documented in an audit charter

or engagement letter.

S2 Independence

03 Profesional Independence

In all matters related to the audit, the IS auditor should be

independent of the auditee in both attitude and appearance.

04 Organiational Independence

The IS audit function should be independent of the area or activity

being reviewed to permit objective completion of the audit

assignment.

S3 Proffesional Ethics and Standards

03 Code of professional Ethics

The IS auditor should adhere to the ISACA Code of Professional

Ethics.

04 Due Profesional Care

The IS auditor should exercise due professional care, including

observance of applicable professional auditing standards.

Page 13: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Audit Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00827-ka bab 2.pdf8 2.1.4 Jenis jenis audit Jenis-jenis audit menurut Arens, Elder, dan

19

S4 Competence

03 The IS auditor should be professionally competent, having the skills

and knowledge to conduct the audit assignment.

04 The IS auditor should maintain professional competence through

appropriate continuing professional education and training.

S5 Planning

03 The IS auditor should plan the information systems audit coverage

to address the audit objectives and comply with applicable laws and

professional auditing standards.

04 The IS auditor should develop and document a risk-based audit

approach.

05 The IS auditor should develop and document an audit plan

detailing the nature and objectives, timing and extent, and

resources required.

06 The IS auditor should develop an audit program and procedures.

S6 Performance of Audit Work

03 Supervision-IS audit staff should be supervised to provide

reasonable assurance that audit objectives are accomplished and

applicable professional auditing standards are met.

04 Evidence-During the course of the audit, the IS auditor should

obtain sufficient, reliable and relevant evidence to achieve the audit

objectives. The audit findings and conclusions are to be supported

by appropriate analysis and interpretation of this evidence.

05 Documentation-The audit process should be documented,

Page 14: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Audit Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00827-ka bab 2.pdf8 2.1.4 Jenis jenis audit Jenis-jenis audit menurut Arens, Elder, dan

20

describing the audit work and the audit evidence that supports the

IS auditor's findings and conclusions.

S7 Reporting

03 The IS auditor should provide a report, in an appropriate form,

upon completion of the audit. The report should identify the

organisation, the intended recipients and any restrictions on

circulation.

04 The audit report should state the scope, objectives, period of

coverage and the nature, timing and extent of the audit work

performed.

05 The report should state the findings, conclusions and

recommendations and any reservations, qualifications or

limitations in scope that the IS auditor has with respect to the audit.

06 The IS auditor should have sufficient and appropriate audit

evidence to support the results reported.

07 When issued, the IS auditor's report should be signed, dated and

distributed according to the terms of the audit charter or

engagement letter.

S8 Follow Up Activities

03 After the reporting of findings and recommendations, the IS auditor

should request and evaluate relevant information to conclude

whether appropriate action has been taken by management in a

timely manner.

Page 15: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Audit Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00827-ka bab 2.pdf8 2.1.4 Jenis jenis audit Jenis-jenis audit menurut Arens, Elder, dan

21

S9 Irregularities and Illegal Acts

03 In planning and performing the audit to reduce audit risk to a low

level, the IS auditor should consider the risk of irregularities and

illegal acts.

04 The IS auditor should maintain an attitude of professional

skepticism during the audit, recognising the possibility that material

misstatements due to irregularities and illegal acts could exist,

irrespective of his/her evaluation of the risk of irregularities and

illegal acts.

05 The IS auditor should obtain an understanding of the organisation

and its environment, including internal controls.

06 The IS auditor should obtain sufficient and appropriate audit

evidence to determine whether management or others within the

organisation have knowledge of any actual, suspected or alleged

irregularities and illegal acts.

07 When performing audit procedures to obtain an understanding of

the organisation and its environment, the IS auditor should

consider unusual or unexpected relationships that may indicate a

risk of material misstatements due to irregularities and illegal acts.

08 The IS auditor should design and perform procedures to test the

appropriateness of internal control and the risk of management

override of controls.

Page 16: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Audit Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00827-ka bab 2.pdf8 2.1.4 Jenis jenis audit Jenis-jenis audit menurut Arens, Elder, dan

22

09 When the IS auditor identifies a misstatement, the IS auditor should

assess whether such a misstatement may be indicative of an

irregularity or illegal act. If there is such an indication, the IS

auditor should consider the implications in relation to other aspects

of the audit and in particular the representations of management.

10 The IS auditor should obtain written representations from

management at least annually or more often depending on the audit

engagement

11 If the IS auditor has identified a material irregularity or illegal act,

or obtains information that a material irregularity or illegal act

may exist, the IS auditor should communicate these matters to the

appropriate level of management in a timely manner.

12 If the IS auditor has identified a material irregularity or illegal act

involving management or employees who have significant roles in

internal control, the IS auditor should communicate these matters

in a timely manner to those charged with governance.

13 The IS auditor should advise the appropriate level of management

and those charged with governance of material weaknesses in the

design and implementation of internal control to prevent and detect

irregularities and illegal acts that may have come to the IS

auditor’s attention during the audit.

14 If the IS auditor encounters exceptional circumstances that affect

the IS auditor’s ability to continue performing the audit because of

a material misstatement or illegal act, the IS auditor should

Page 17: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Audit Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00827-ka bab 2.pdf8 2.1.4 Jenis jenis audit Jenis-jenis audit menurut Arens, Elder, dan

23

consider the legal and professional responsibilities applicable in

the circumstances, including whether there is a requirement for the

IS auditor to report to those who entered into the engagement or in

some cases those charged with governance or regulatory

authoritiesor consider withdrawing from the engagement.

15 The IS auditor should document all communications, planning,

results, evaluations and conclusions relating to material

irregularities and illegal acts that have been reported to

management, those charged with governance, regulators and

others.

S10 IT Governance

03 The IS auditor should review and assess whether the IS function

aligns with the organisation’s mission, vision, values, objectives

and strategies.

04 The IS auditor should review whether the IS function has a clear

statement about the performance expected by the business

(effectiveness and efficiency) and assess its achievement.

05 The IS auditor should review and assess the effectiveness of IS

resource and performance management processes.

06 The IS auditor should review and assess compliance with legal,

environmental and information quality, and fiduciary and security

requirements.

07 A risk-based approach should be used by the IS auditor to evaluate

the IS function.

Page 18: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Audit Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00827-ka bab 2.pdf8 2.1.4 Jenis jenis audit Jenis-jenis audit menurut Arens, Elder, dan

24

08 The IS auditor should review and assess the control environment of

the organisation.

09 The IS auditor should review and assess the risks that may

adversely effect the IS environment.

S11 Use of Risk Assessment in Audit Planning

03 The IS auditor should use an appropriate risk assessment technique

or approach in developing the overall IS audit plan and in

determining priorities for the effective allocation of IS audit

resources.

04 When planning individual reviews, the IS auditor should identify

and assess risks relevant to the area under review.

S12 Audit Materiality

03 The IS auditor should consider audit materiality and its

relationship to audit risk while determining the nature, timing and

extent of audit procedures.

04 While planning for audit, the IS auditor should consider potential

weakness or absence of controls and whether such weakness or

absence of control could result into significant deficiency or a

material weakness in the information system.

05 The IS auditor should consider the cumulative effect of minor

control deficiencies or weaknesses and absence of controls to

translate into significant deficiency or material weakness in the

information system.

Page 19: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Audit Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00827-ka bab 2.pdf8 2.1.4 Jenis jenis audit Jenis-jenis audit menurut Arens, Elder, dan

25

06 The report of the IS auditor should disclose ineffective controls or

absence of controls and the significance of the control deficiencies

and possibility of these weaknesses resulting in a significant

deficiency or material weakness.

S13 Using the Work of Other Experts

03 The IS auditor should, where appropriate, consider using the work

of other experts for the audit.

04 The IS auditor should assess and be satisfied with the professional

qualifications, competencies, relevant experience, resources,

independence and quality control processes of other experts, prior

to engagement.

05 The IS auditor should assess, review and evaluate the work of other

experts as part of the audit and conclude the extent of use and

reliance on expert’s work.

06 The IS auditor should determine and conclude whether the work of

other experts is adequate and complete to enable the IS auditor to

conclude on the current audit objectives. Such conclusion should be

clearly documented.

07 The IS auditor should apply additional test procedures to gain

sufficient and appropriate audit evidence in circumstances where

the work of other experts does not provide sufficient and

appropriate audit evidence.

Page 20: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Audit Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00827-ka bab 2.pdf8 2.1.4 Jenis jenis audit Jenis-jenis audit menurut Arens, Elder, dan

26

08 The IS auditor should provide appropriate audit opinion and

include scope limitation where required evidence is not obtained

through additional test procedures.

S14 Audit Evidence

03 The IS auditor should obtain sufficient and appropriate audit

evidence to draw reasonable conclusions on which to base the audit

results.

04 The IS auditor should evaluate the sufficiency of audit evidence

obtained during the audit.

S15 IT Controls

03 The IS auditor should evaluate and monitor IT controls that are an

integral part of the internal control environment of the

organisation.

04 The IS auditor should assist management by providing advice

regarding the design, implementation, operation and improvement

of IT controls.

S16 E-commerce

03 The IS auditor should evaluate applicable controls and assess risk

when reviewing e-commerce environments to ensure that e-

commerce transactions are properly controlled.

Page 21: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Audit Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00827-ka bab 2.pdf8 2.1.4 Jenis jenis audit Jenis-jenis audit menurut Arens, Elder, dan

27

Standar-standar di atas diterjemahkan sebagai berikut :

S1 Audit Charter

Tujuan, tanggung jawab, kewenangan dan akuntabilitas dari fungsi

audit system informasi atau penilaian audit system harus

didokumentasikan dalam audit charter atau engagement letter.

S2 Independence

03 Professional independen :

Dalam setiap hal yang berkaitan dengan audit, auditor SI harus

independent terhadap pihak yang akan diaudit.

04 Organizational independen:

Fungsi audit SI harus independent dalam wilayah atau aktivitas

yang sedang direview untuk menyelesaikan audit.

S3 Proffesional Ethics and Standards

03 Auditor SI harus menjaga kempetensi professional melalui

pelatihan dan pembelajaran professional secara berkelanjutan.

04 Auditor si harus secara professional mampu, mempunyai keahlian

dan kemampuan untuk melakukan tugas audit.

S4 Competence

03 Auditor Si harus menjaga profesionalitas, mencakup ketaatan yang

berlaku dalam standar audit professional.

04 Auditor Si harus mematuhi ISACA Code of Professional Ethics.

S5 Planning

03 Auditor SI harus merencanakan perencanaan audit sistem informasi

Page 22: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Audit Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00827-ka bab 2.pdf8 2.1.4 Jenis jenis audit Jenis-jenis audit menurut Arens, Elder, dan

28

untuk menempatkan tujuan audit dan untuk melengkapi hukum dan

standar auditing profesional yang berlaku.

04 Auditor SI harus mengembangkan dan mendokumentasikan sebuah

pendekatan audit berbasis risiko.

05 Auditor SI harus mengembangkan dan mendokumentasikan

rencana audit dengan rincian sifat dan tujuan, waktu dan luas, dan

sumber daya yang diperlukan.

06 Auditor SI harus mengembangkan program audit dan prosedur.

S6 Performance of Audit Work

03 Pengawasan - Staff audit SI harus diawasi untuk dapat menjaminan

bahwa tujuan audit yang dijalankan dan standar profesional auditing

dapat terpenuhi.

04 Bukti - Selama audit, auditor SI harus mendapatkan bukti yang

tepat, dapat dipercaya, relevan dan berguna untuk mencapai tujuan

dari suatu audit. Temuan audit dan kesimpulan harus didukung oleh

analisis dan interpretasi yang tepat melalui bukti ini.

05 Dokumentasi - proses audit harus didokumentasikan,

menggambarkan pekerjaan dan bukti audit yang mendukung

temuan dan kesimpulan auditor sistem informasi.

S7 Reporting

03 Auditor SI harus memberikan laporan dalam bentuk yang tepat,

setelah selesainya audit. Laporan harus mengidentifikasikan sebuah

organisasi, yang dimaksudkan penerima dan semua larangan pada

sirkulasi.

Page 23: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Audit Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00827-ka bab 2.pdf8 2.1.4 Jenis jenis audit Jenis-jenis audit menurut Arens, Elder, dan

29

04 Laporan Audit harus berupa lingkup, tujuan, periode audit, jangka

waktu dan luasnya pekerjaan audit yang dilakukan.

05 Laporan harus menyatakan temuan, kesimpulan dan rekomendasi

dan setiap layanan atau kualifikasi yang diberikan auditor terhadap

tugas audit yang dijalankan.

06 Auditor SI harus mempunyai bukti-bukti audit yang cukup dan

tepat untuk mendukung hasil yang dilaporkan.

07 Ketika diterbitkan, laporan auditor SI harus ditandatangani,

tertanggal dan didistribusikan sesuai dengan ketentuan audit charter

atau surat engagement.

S8 Follow Up Activities

03 Setelah melaporkan temuan dan rekomendasi, auditor SI harus

meminta dan mengevaluasi informasi yang relevan untuk

menyimpulkan apakah tindakan yang telah diambil oleh manajemen

telah sesuai rencana dan pada jangka waktu yang tepat.

S9 Irregularities and Illegal Acts

03 Dalam merencanakan dan melakukan audit untuk memperkecil

resiko audit ke tingkat yang rendah, Auditor IS harus

mempertimbangkan resiko penyimpangan dan tindakan illegal.

04 Auditor SI harus menjaga sikap skeptis professional dalam

melakukan audit, mempertimangkan kemungkinan kesalahan akibat

penyimpangan dan tindakan illegal yang muncul,

05 Auditor si harus memiliki pemahaman mengenai organisasi dan

lingkungannya, meliputi control internal.

Page 24: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Audit Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00827-ka bab 2.pdf8 2.1.4 Jenis jenis audit Jenis-jenis audit menurut Arens, Elder, dan

30

06 Auditor Si harus memiliki bukti audit yang cukup dan sesuai untuk

menentukan apakah management atau pihak lain dalam organisasi

mempunyai pengetahuan mengenai adanya dugaan penyimpangan

dan tindakan illegal

07 Ketika melakukan prosedur audit untuk memperoleh pengertian

mengenai organisasi dan lingkungannya. Auditor Si harus

mempertimbangkan hubungan yang tidak wajar, yang

mengindikasikan resiko terjadinya penyimpangan dan tindakan

illegal.

08 Auditor SI harus mendesign dan melakukan prosedur untuk

menguji kelayakan internal control dan resiko management

mengesampingkan control.

09 Ketika auditor SI menemukan kesalahan, auditor SI harus

menilai apakah kesalahan tersebut merupaka indikasi dari

penyimpangan dan tindakan illegal. Jika ada indikasi terjadinya

penyimpangan, auditor si harus mempertimbangkan implikasi

dalam kaitannya dengan aspek audit lainnya dan terutama

representasi management.

10 Auditor SI harus memperoleh representasi tertulis dari management

setidaknya secara berkala atau lebih sering tergantung perjanjian

audit.

Page 25: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Audit Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00827-ka bab 2.pdf8 2.1.4 Jenis jenis audit Jenis-jenis audit menurut Arens, Elder, dan

31

11 Jika auditor SI telah menemukan penyimpangan atau tindakan

ilegal atau menemukan informasi yang membuktkan terjadinya

penyimpangan dan tindakan illegal. Auditor SI harus

menyampaikan masalah ini kepada level management yang sesuai

secepatnya.

12 Jika auditor SI telah menemukan penyimpangan atau tindakan

ilegal yang mencakup management atau karyawan yang mempunyai

peran yang besar dalam internal control, auditor SI harus

menyampaikan masalah ini secepatnya kepada pihak yang

berwenang dengan pemerintahan.

13 Auditor SI harus menyarankan management dan pihak berwenang

mengenai kelemahan dalam design dan implementasi control

internal untuk mencegah dan mendeteksi penyimpangan dan

tindakan illegal yang akan menyita perhatian auditor.

14 Jika auditor si menemukan keadaan luar biasa yang memperngaruhi

kemampuan auditor dalam melanjutkan audit karena kesalahan atau

tindakan illegal, auditor harus mempertimbangkan tanggung jawab

legal dan professional dalam keadaan tersebut. Mencakup apakah

ada keharusan bagi auditor si untuk melaporkan seseorang yang

muncul dalam perjanjian tersebut atau dalam beberapa kasus

mereka yang berwenang dengan pemerintahan atau menarik diri

dari keterlibatannya.

Page 26: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Audit Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00827-ka bab 2.pdf8 2.1.4 Jenis jenis audit Jenis-jenis audit menurut Arens, Elder, dan

32

15 Auditor SI harus mendokumentasikan setiap komunikasi,

perencanaan, hasil, evaluasi, dan kesimplan terkait penyimpangan

dan tindakan illegal yang telah dilaporkan kepada pihak

management, mereka yang berwenang, regulator, dan yang lainnya.

S10 IT Governance

03 Auditor SI harus mereview dan menilai apakah fungsi si sejalan

dengan visi, misi, nilai, tujuan, dan strategi organisasi.

04 Auditor SI harus mereview apakah fungsi SI mempunyai

pernyataan yang jelas mengenai kinerja yang diharapkan

(efektivitas dan efisiensi) dan menilai pencapaiannya.

05 Auditor SI harus mereview dan menilai evektivitas sumber daya SI

dan proses kinerja management.

06 Auditor SI harus mereview dan menilai kepatuhan terhadap hukum,

lingkungan dan kualitas informasi , dan persyarata keamanan.

07 Pendekatan berbasis resiko harus digunakan oleh auditor SI untuk

mengevaluasi fungsi SI.

08 Auditor SI harus mereview dan menilai kontrol lingkungan dari

organisasi.

09 Auditor si harus mereview dan menilai resiko yang mungkin

mempengaruhi lingkungan SI.

S11 Use of Risk Assessment in Audit Planning

03 Auditor Si harus menggunakan teknik penilaian resiko yang sesuai

Page 27: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Audit Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00827-ka bab 2.pdf8 2.1.4 Jenis jenis audit Jenis-jenis audit menurut Arens, Elder, dan

33

atau pendekatan dalam mengembangkan perencanaan audit secara

keseluruhan dan dalam menentukan prioritas dari efektivitas

pengalokasian sumber daya audit SI.

04 Ketika merencanakan review individual, auditor Si harus

mengidentifikasi dan menilai resiko yang relevant yang mencakup

area yang sedang direview.

S12 Audit Materiality

03 Auditor SI harus mempertimbangkan materiality audit dan

hubungannya dengan resiko audit ketika menentukan sifat, waktu,

dan cakupan prosedur audit.

04 Ketika merencanakan audit, auditor SI harus mempertimbangkan

kelemahan potensial atau tidakadanya control dan apakah

kelemahan atau tidak adanya control dapat membuat kerugian

signifikan atau kelemahan material dalam system informasi.

05 Auditor SI harus mempertimbangkan efek kumulatif dari

kelemahan atau tidak adanya control untuk memperkirakan

kerugian signifikan atau kelemahan materian dalam system

informasi.

06 Laporan audit Si harus mengungkapkan ketidakefektifan control

atau tidak adanya control dan kekurangan control signifikan dan

kemungkinan dari kelemahan ini menghasilkan kerugian signifikan

dan kelemahan material.

S13 Using the Work of Other Experts

03 Auditor SI harus, dimana tepat, mempertimbangkan untuk

Page 28: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Audit Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00827-ka bab 2.pdf8 2.1.4 Jenis jenis audit Jenis-jenis audit menurut Arens, Elder, dan

34

menggunakan karya para ahli lainnya untuk audit.

04 Auditor SI harus menilai dan merasa puas dengan kualifikasi

profesional, kompetensi, pengalaman yang relevan, sumber daya,

kemandirian dan pengendalian mutu proses ahli lain, sebelum

pertunangan.

05 Auditor SI harus menilai, meninjau dan mengevaluasi kerja ahli

lain sebagai bagian dari audit dan menyimpulkan tingkat

penggunaan dan ketergantungan pada pekerjaan para ahli.

06 Auditor SI harus menentukan dan menyimpulkan apakah karya para

ahli lain telah memadai dan lengkap untuk memberikan hak kepada

auditor SI untuk menyimpulkan tujuan audit saat ini. Kesimpulan

seperti itu harus secara jelas didokumentasikan.

07 Auditor SI harus menerapkan prosedur pengujian tambahan yang

memadai untuk memperoleh bukti audit yang tepat di mana

pekerjaan ahli lain tidak cukup untuk memberi bukti-bukti audit

yang tepat.

08 Auditor SI harus memberikan opini audit yang sesuai dan

mencakup ruang lingkup di mana bukti yang diperlukan tidak

diperoleh melalui prosedur tes tambahan.

S14 Audit Evidence

03 Auditor SI harus mendapatkan bukti-bukti audit yang cukup dan

tepat untuk menarik kesimpulan yang masuk akal yang berdasarkan

pada hasil audit.

Page 29: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Audit Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00827-ka bab 2.pdf8 2.1.4 Jenis jenis audit Jenis-jenis audit menurut Arens, Elder, dan

35

04 Auditor SI harus mengevaluasi kecukupan bukti audit yang

diperoleh selama proses audit.

S15 IT Controls

03 Auditor SI harus mengevaluasi dan memonitor pengendalian IT

yang merupakan bagian integral dari lingkungan pengendalian

internal organisasi.

04 Auditor SI harus membantu manajemen dengan memberikan saran \

mengenai rancangan, pelaksanaan, operasi dan peningkatan

pengendalian IT.

S16 E-commerce

03 Auditor SI harus mengevaluasi pengedalian yang berlaku dan

menilai risiko ketika meninjau lingkungan e-commerce untuk

memastikan bahwa transaksi e-commerce berjalan dengan baik.

2.1.9 Prosedur Audit S istem Informasi

Menurut Weber (1999, p45) ada 5 (lima) prosedur dalam Audit Sistem

Informasi yaitu:

1. Procedures to obtain an understanding of control, inquiries :

inquiries, inspection, and observation can be used to gain an

understanding of what controls supposedly exixt, how well they have

been designed, and whether they have been placed in operation.

2. Tests of control : inquiries, inspection, observation, and

reperformance of control procedures can be ussed to evaluate

wheteher control are operating effectively.

Page 30: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Audit Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00827-ka bab 2.pdf8 2.1.4 Jenis jenis audit Jenis-jenis audit menurut Arens, Elder, dan

36

3. Substantive test of detail of transaction : these test are designed to

detect dollar errors or irregularities in transaction that would affect

the financeial statements.

4. Substantive test of detail of account balance : these test focus on the

ending general ledger balances in the balance sheet and income

statement.

5. Analytical review procedures these test focus on relationship among

data items with the objective of identifying areas that require further

audit work.

Pernyataan di atas diterjemahkan sebagai berikut :

1. Prosedur untuk mendapatkan pemahaman tentang kontrol, pertanyaan

: pertanyaan, inspeksi, dan observasi dapat digunakan untuk

mendapatkan pemahaman mengenai bagaimana kontrol seharusnya

bekerja, seberapa baik kontrol tersebut didesain, dan dimana kontrol

tersebut digunakan dalam perusahaan.

2. Pengujian terhadap kontrol : pertanyaan, inspeksi, observasi, dan

prosedur kontrol dapat digunakan untuk mengevaluasi apakah kontrol

berjalan secara efektif.

3. Pengujian substantif terhadap detail transaksi : pengujian ini didesain

untuk mendeteksi kesalahan atau hal-hal yang tidak wajar dalam

transaksi yang dapat mempengaruhi laporan keuangan.

4. Pengujian substantif dari detail neraca : pengujian ini difokuskan

keseimbangan jurnal umum di dalam neraca dan laporan keuangan.

Page 31: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Audit Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00827-ka bab 2.pdf8 2.1.4 Jenis jenis audit Jenis-jenis audit menurut Arens, Elder, dan

37

5. Prosedur review analisis : pengujian ini difokuskan pada hubungan

antara data dengan tujuan mengidentifikasi area yang membutuhkan

proses audit lebih lanjut.

2.1.10 Teknik dan Praktek Audit S istem Informasi

Menurut Gondodiyoto dan Hendarti (2006, p447) terdapat berbagai

teknik pemeriksaan yang bisa diterapkan dalam melaksanakan audit. Teknik-

teknik pemeriksaan tersebut sering disebut dengan istilah instrumen audit.

Berikut ini adalah contoh-contoh instrumen audit yang dapat digunakan pada

saat pelaksanaan audit :

1. Observasi (Observation)

Observasi adalah cara memeriksa dengan menggunakan panca indera

terutama mata, yang dilakukan secara berkelanjutan selama kurun

waktu tertentu untuk membuktikan suatu keadaan atau masalah.

2. Wawancara (Interview)

Wawancara merupakan teknik pemeriksaan berupa tanya-jawab

secara lisan antara auditor dengan auditee untuk memperoleh bahan

bukti audit. Tanya-jawab dapat dilakukan secara lisan (wawancara)

atau tertulis.

3. Kuesioner (Questionaire)

Teknik ini merupakan teknik pemeriksaan yang mudah dan praktis

karena tertulis. Dengan metode ini, responden ditentukan, kemudian

dikirim surat pengantar beserta daftar pertanyaan (Questionaire)

Page 32: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Audit Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00827-ka bab 2.pdf8 2.1.4 Jenis jenis audit Jenis-jenis audit menurut Arens, Elder, dan

38

tentang hal-hal yang ditanyakan dengan pedoman pengisian dan

tanggal jawab yang ditentukan.

4. Inspeksi fisik (physical inspection)

Inspeksi merupakan cara memeriksa dengan memakai panca indera

terutama mata, untuk memperoleh bukti atas suatu keadaan atau

suatu masalah pada saat tertentu. Inspeksi merupakan usaha

pemeriksa untuk memperoleh bukti-bukti secara langsung di tempat

dimana keadaan atau masalah ingin dibuktikan.

5. Prosedur analisis

Analisis artinya memecah atau menguraikan suatu keadaan atau

masalah ke dalam beberapa bagian atau elemen dan memisahkan

bagian tersebut untuk digabungkan dengan keseluruhan atau

dibandingkan dengan yang lain. Dengan analisis pemeriksa dapat

melihat hubungan penting antara satu unsur dengan unsur lainnya.

6. Penelaahan dokumen

Pada teknik ini dilakukan penelaahan pada dokumen yang tersedia

pada suatu organisasi, seperti bagan arus, bagan organisasi, manual

program, manual operasi, manual referensi, notulen rapat, surat

perjanjian, dan catatan-catatan historis lainnya. Jika mungkin,

dokumen-dokumen penting harus ditelaah sebelum wawancara.

Dokumentasi yang bermanfaat adalah diagram (flowchart / Bagan

Alir) dan DFD (data flow diagram / diagram arus data). DFD

menekankan pada hubungan arus data dan pemrosesan. DFD sangat

sederhana dan mudah digunakan.

Page 33: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Audit Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00827-ka bab 2.pdf8 2.1.4 Jenis jenis audit Jenis-jenis audit menurut Arens, Elder, dan

39 2.2. Sistem Pengendalian Intern

2.2.1 Pengertian Sistem Pengendalian Intern

Menurut Weber (1999,p35), “A control is a system that prevents, detects,

or correct unlawful events”. Pengendalian adalah suatu sistem untuk mencegah,

mendeteksi, dan mengkoreksi kejadian yang timbul saat transaksi dari

serangkaian pemrosesan yang tidak terotorisasi secara sah.

Menurut Mulyadi (2001,p165), Sistem Pengendalian Intern meliputi

struktur organisasi, prosedur pencatatan, tugas dan fungsi organisasi dan

ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi,

mengecek ketelitian dan kehandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan

dipatuhinya kebijakan manajemen.

2.2.2 Alasan Perlunya Sistem Pengendalian Intern

Menurut Gondiyoto, Sanyoto (2009,p136), pada sistem informasi

berbasis TI, system controls menjadi semakin penting alasannya ialah antara

lain :

1. Besarnya biaya dan kerugian kalau sampai data komputer hilang.

2. “Biaya yang harus dibayar” bila sampai mutu keputusan buruk akibat

pengolahan data yang salah (informasi untuk bahan pengambilan

keputusan salah).

3. Potensi kerugian kalau terjadi kesalahan/ penyalahgunaan komputer.

4. Nilai (investasi ) yang tinggi dalam pengadaan maupun perawatan

mesin (hardware & software).

Page 34: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Audit Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00827-ka bab 2.pdf8 2.1.4 Jenis jenis audit Jenis-jenis audit menurut Arens, Elder, dan

40

5. Nilai atau biaya yang tinggi yang dikeluarkan untuk pendidikan

personil.

6. Biaya yang tinggi bila terjadi computer errors.

7. Perlunya dijaga privacy, mengingat di komputer tersimpan data

rahasia.

8. Agar perkembangan dan pertumbukan komputerisasi dapat terkendali

(controlled evaluation of computer used).

2.2.3 Tujuan dan Keuntungan Sistem Pengendalian Intern

Menurut Gondiyoto (2009,p146), strong internal control tidak hanya

berkaitan dengan akuntansi (financial audits dan reliabel financial reports).

Sound internal control system juga terkait dengan corporate strategis, dan

memberi peluang auditor intern untuk memberi sumbangan dalam pencapaian

tujuan perusahaan. Tersedianya informasi yang relevan, reliable, dan tepat

waktu memberikan knowledge dalam rangka effective decision-making. Selain

untuk corporate objectives, pengendalian intern juga untuk melindungi assets

dan untuk komunikasi. Oleh karena itu dilihat dari manajemen tujuan

dedesainnya sistem pengendalian intern khusus (atau tambahan) bagi sistem

berbasis komputer adalah untuk membantu manajemen dalam mencapai tujuan

kontrol internal menyeluruh, termasuk kegiatan manual, mekanis, maupun yang

terkait dengan Teknologi Informasi.

Tujuan dirancangnya sistem pengendalian intern yang sudah mencakup

ruang lingkup yang lebih luas pada hakekatnya adalah :

Page 35: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Audit Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00827-ka bab 2.pdf8 2.1.4 Jenis jenis audit Jenis-jenis audit menurut Arens, Elder, dan

41

1. Pencatatan, pengolahan data dan penyajian informasi yang dapat

dipercaya.

2. Mengamankan aktiva perusahaan.

3. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi operasional.

4. Mendorong pelaksanaan ken=bijaksanaan dan peraturan (hukum)

yang ada.

Secara lebih khusus lagi terkait dengan teknologi informasi, tujuan

disusunnya sistem kontrol atau pengendalian intern komputerisasi adalah untuk:

1. Meningkatkan pengamanan (improve safeguards) assets sistem

informasi (data / catatan akuntansi (accountung records) yang bersifat

logical assets, maupun physical assets seperti hardware,

infrastructure, dan sebagainya).

2. Meningkatkan integritas data (improve data integrity) sehingga

dengan data yang benar dan konsisten akan dapat dibuat laporan yang

benar.

3. Meningkatkan efektifitas sitem (improve system effectiveness).

4. Meningkatkan effisiensi sistem (improve efisiensi sistem).

Ada 5 (lima) keuntungan dari sebuah pengendalian intern, yaitu :

1. Dapat memperkecil kesalahan-kesalahan dalam penyajian data

akuntansi, sehingga akan menghasilkan laporan yang benar.

2. Melindungi atau membantasi kemungkinan terjadinya kecurangan

dan penggelapan-penggelapan.

3. Kegiatan organisasi akan dapat dilaksanakan dengan effisien.

Page 36: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Audit Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00827-ka bab 2.pdf8 2.1.4 Jenis jenis audit Jenis-jenis audit menurut Arens, Elder, dan

42

4. Mendorong dipatuhinya kebijakan pimpinan.

5. Tidak memerlukan detail audit dalam bentuk pengujian substantif atas

bahan bukti / data perusahaan yang cukup besar oleh akuntan publik.

2.2.4 Control Objectives for Information and related Technology (COBIT)

COBIT menurut Gondiyoto (2009,p181) merupakan a set of best practice

(framework) bagi pengelolaan teknologi informasi (IT management). COBIT

disusun oleh the IT Governance Institute (ITGI) dan Information System Audit

and Control Asosiation (ISACA), tepatnya Information System Audit an

Control Foundation’s (ISACF).

COBIT adalah sekumpulan dokumentasi best practice untuk IT

governance yang dapat membantu auditor, pengguna (user), dan manajemen,

untuk menjembatani gap antara resiko bisnis, kebutuhan kontrol dan masalah-

masalah teknis IT. COBIT bermanfaat bagi auditor karena merupakan tekhnik

yang dapat membantu dalam identifikasi IT controls Issues. COBIT berguna

bagi para IT user karenan memperoleh keyakinan atas kehandalan sistem

aplikasi yang dipergunakan.

Sedangkan para manager memperoleh manfaat dalam keputusan investasi

di bidang TI serta infrastrukturnya, menyusun strategic IT plan, menentukan

Information Architecture, dan keputusan atas procurement mesin. Disamping itu

dengan keterandalan sistem informasi yang ada pada perusahaannnya

diharapkan berbagai keputusan bisnis dapat didasarkan atas informasi yang ada.

Page 37: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Audit Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00827-ka bab 2.pdf8 2.1.4 Jenis jenis audit Jenis-jenis audit menurut Arens, Elder, dan

43

2.2.5 Kriteria Kinerja COBIT

Menurut Gondiyoto (2009,p164), COBIT dapat dikategorikan menjadi 7

(tujuh) criteria, yakni :

Efektifitas Untuk memperoleh informasi yang relevan dan berhubungan

dengan proses bisnis seperti penyampaian informasi dengan

benar, konsisten, dapat dipercaya dan tepat waktu.

Effisiensi Memfokuskan pada ketentuan informasi melalui penggunaan

sumber daya yang optimal

Kerahasiaan Memfokuskan proteksi terhadap informasi yang penting dari

orang yang mempunyai hak otorisasi.

Integritas Berhubungan dengan keakuratan dan kelengkapan informasi

sebagai kebenaran yang sesuai dengan harapan dan nilai bisnis.

Ketersediaan Berhubungan dengan informasi yang tersedia ketika diperlukan

dalam proses bisnis sekarang dan yang akan datang.

Kepatuhan Sesuai menurut hukum, peraturan dan rencana perjanjian untuk

proses bisnis.

Keakuratan

Informasi

Berhubungan dengan ketentuan kecocokan informasi untuk

manajemen mengoperasikan entitasndan mengatur pelatihan

keuangan dan kelengkapan laporan pertanggung jawaban.

Tabel 2.1 Kriteria Kinerja COBIT

Page 38: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Audit Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00827-ka bab 2.pdf8 2.1.4 Jenis jenis audit Jenis-jenis audit menurut Arens, Elder, dan

44

2.2.6 COBIT Framework

Menurut Gondiyoto (2009,p166), COBIT mendefinisikan control

objectives sebagai “statement of the desired result, or purpose to be archieved

by implementing control procedures in a particular control objectives”. COBIT

framework terdiri dari 34 high level control objectives, dan selanjutnya dirinci

ke dalam 215 detail control objectives yang dikelompokan dalam 4 domains :

plan and organize, aquire and implement, deliver and support, and monitor and

evaluate.

1. Perencanaan dan organisasi

Yaitu mencakup pembahasan tentang identifikasi dan strategi

investasi IT yang dapat memberikan yang terbaik untuk mendukung

pencapaian tujuan bisnis. Selanjutnya identifikasi dan visi strategis

perlu direncanakan, dikomunikasikan, dan diatur pelaksanaannya.

2. Perolehan dan implementasi

Yaitu untuk merealisasi strategi TI, pelu diatur kebutuhan TI,

diidentifikasikan, dikembangkan, atau diimplementasikan secara

terpadu dalam proses binsis perusahaan.

3. Penyerahan dan pendukung

Domain ini lebih dipusatkan pada ukuran tentang aspek dukungan TI

terhadap kegiatan operasional bisnis (Tingkat jasa layanan TI aktual

atau service level) dan aspek urutan (prioritas implementasi dan untuk

pelatihannya).

4. Monitoring

Page 39: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Audit Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00827-ka bab 2.pdf8 2.1.4 Jenis jenis audit Jenis-jenis audit menurut Arens, Elder, dan

45

Yaitu semua Proses TI yang pelu dinilai secara berkala agar kualitas

dan tujuan dukungan TI tercapai, dan kelengkapannya berdasarkan

pada syarat kontrol internal yang baik.  

Empat domain pada COBIT framework tersebut selanjutnya dirinci

menjadi 34 high-level control objectives :

COBIT domain High Level Objectives

1. Plan and

organize

PO1 Define a Strategic IT Plan and direction

PO2 Define the Information Architecture

PO3 Determine Technological Direction

PO4 Define the IT Processes, Organization and

Relationships

PO5 Manage the IT Investment

PO6 Communicate Management Aims and

Direction

PO7 Manage IT Human Resources

PO8 Manage Quality

PO9 Assess and Manage IT Risks

PO10 Manage Projects

2. Aquire and

implement

AI1 Identify Automated Solutions

AI2 Acquire and Maintain Application Software

AI3 Acquire and Maintain Technology

Infrastructure

AI4 Enable Operation and Use

Page 40: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Audit Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00827-ka bab 2.pdf8 2.1.4 Jenis jenis audit Jenis-jenis audit menurut Arens, Elder, dan

46

AI5 Procure IT Resources

AI6 Manage Changes

AI7 Install and Accredit Solutions and Changes

3. Deliver and

support

DS1 Define and Manage Service Levels

DS2 Manage Third-party Services

DS3 Manage Performance and Capacity

DS4 Ensure Continuous Service

DS5 Ensure Systems Security

DS6 Identify and Allocate Costs

DS7 Educate and Train Users

DS8 Manage Service Desk and Incidents

DS9 Manage the Configuration

DS10 Manage Problems

DS11 Manage Data

DS12 Manage the Physical Environment

DS13 Manage Operations

4. Monitor and

evaluate

ME1 Monitor and Evaluate IT Processes

ME2 Monitor and Evaluate Internal Control

ME3 Ensure Regulatory Compliance

ME4 Provide IT Governance

Tabel 2.2 Control Objectives pada COBIT

Page 41: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Audit Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00827-ka bab 2.pdf8 2.1.4 Jenis jenis audit Jenis-jenis audit menurut Arens, Elder, dan

47

2.2.7 Pengendalian Manajemen

Menurut Weber (1999,p67), management controls are important

components of this overall internal control structure.

1. Top Management Controls

Discusses top management’s role in planning, organizing, leading,

and controlling the information system function.

2. System development management controls

Provide a contingency perspective on models of the information

system development process that auditors can use as a basis for

evidence collection and evaluation.

3. Programming management controls

Discuss the major phases in the program lifecycle and the important

controls that should be excersised in each phase.

4. Data resource management control

Discusses the roles of the data administrator and the database

administrator and the control that should be excersised over the

functions they perform.

5. Security management controls

Discuss the major function performed by security administrators to

identify major threats to the information systems function and to

design, implement, operate, and maintain controls that reduce

expected losses from these threats to an acceptable level.

6. Operations management controls

Page 42: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Audit Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00827-ka bab 2.pdf8 2.1.4 Jenis jenis audit Jenis-jenis audit menurut Arens, Elder, dan

48

Discuss the major function performed by operations management to

ensure the day to day operations of the information systems function

are well controlled.

7. Quality assurance management control.

Discuss the major functions that quality assurance management

should perform to ensure that the development, implementation ,

operation, and maintenance of informations system confirm to quality

standards.”

Diterjemahkan sebagai berikut :

Pengendalian manajemen (management controls) ialah sistem

pengendalian intern komputer yang berlaku umum meliputi seluruh kegiatan

komputerisasi sebuah organisasi secara menyeluruh.

1. Pengendalian Top Manajemen (Top Management Controls)

Mengendalikan peranan manajemen dalam perencanaan

kepemimpinan dan pengawasan fungsi sistem.

2. Pengendalian Manajemen Pengembangan Sistem (System

Development Management Controls)

Mengendalikan alternatif dari model proses pengembangan sistem

informasi sehingga dapat digunakan sebagai dasar pengumpulan dan

pengevaluasian bukti.

Page 43: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Audit Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00827-ka bab 2.pdf8 2.1.4 Jenis jenis audit Jenis-jenis audit menurut Arens, Elder, dan

49

3. Pengendalian Manajemen Pemrograman (Programming Management

Controls)

Mengendalikan tahapan utama dari daur hidup program dan

pelaksanaan dari tiap tahap.

4. Pengendalian Manajemen Sumber Data (Data Resources

Management Controls)

Mengendalikan peranan dan fungsi dari data administrator atau

database administrator.

5. Pengendalian Manajemen Keamanan (Security Administration

Management Controls)

Mengendalikan fungsi utama dari security administrator dalam

mengidentifikasi ancaman utama terhadap fungsi sistem informasi

dan perancangan, pelaksanaan, pengoperasian dan pemeliharaan

terhadap pengawasan yang dapat mengurangi kemungkinan

kehilangan dari ancaman ini sampai pada tingkat yang dapat diterima.

6. Pengendalian Manajemen Operasi (Operation Management Controls)

Mengendalikan fungsi utama dari manajemen operasional untuk

meyakinkan bahwa pengoperasian sehari-hari dari fungsi sistem

informasi diawasi dengan baik.

7. Pengendalian Manajemen Jaminan Kualitas (Quality Assurance

Management Controls)

Mengendalikan fungsi utama yang harus dilakukan oleh Quality

Assurance Management meyakinkan bahwa pengembangan,

Page 44: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Audit Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00827-ka bab 2.pdf8 2.1.4 Jenis jenis audit Jenis-jenis audit menurut Arens, Elder, dan

50

pelaksanaan, pengoperasian dan pemeliharaan dari sistem informasi

sesuai standar kualitas.

2.2.8 Pengendalian Aplikasi

Menurut Gondodiyoto (2009,p260), kontrol aplikasi terbagi atas 3 (tiga),

yaitu :

1. Input Controls

Input controls harus fokus pada menjaga integrity data entry dan

kelengkapan (completeness and existence/occurrence, artinya tidak

ada data missing, sebaiknya jangan ada data fiktif). Kontrol ini

didesain untuk menjaga agar data yang diinput ke sistem

komputerisasi valid, akurat, dan lengkap, dengan sistem batch

maupun direct. Proses yang melibatkan manusia mengandung potensi

error. Berikut ini hal-hal yang perlu mendapat perhatian:

a. Source document controls

b. Data coding controls

c. Batch controls

d. Validation controls

e. Input error correction controls

2. Processing Controls

Processing controls adalah tahap yang sangat penting dan

menyangkut the computer processing steps inside the system, dan

karena itu auditornya harus seseorang yang paham (sebaiknya CIA /

CISA).

Page 45: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Audit Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00827-ka bab 2.pdf8 2.1.4 Jenis jenis audit Jenis-jenis audit menurut Arens, Elder, dan

51

Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain:

a. Run-to-run controls (during posting)

b. Audit trail Controls

c. Logic testing (formula, dan sebagainya)

d. Authenticity tests, untuk memverivikasi bahwa akses ke sistem

authentic

e. Accuracy tests, untuk menjaga agar akurasi mekanis cermat

f. Completeness tests, bahwa data yang diolah lengkap

g. Redudancy tests, bahwa tidak terdapat duplikasi data

h. Access tests, untuk menjaga agar akses hanya oleh authorized users

i. Audit trail tests, sistem aplikasi menyediakan an adequate audit trail

j. Rounding error tests, untuk menjaga perhitungan/pembulatannya tidak

salah.

3. Output Controls

Output controls didesain untuk menjaga agar keluaran yang

dihasilkan oleh sistem komputerisasi tidak hilang/dibaca oleh orang

yang tidak berhak atau tidak tepat sasaran, tidak akurat, tidak tepat

waktu, tidak terjaga privasinya. Berikut ini hal-hal yang perlu

diperhatikan:

a. Batch sistem output controls

b. Output spooling controls

c. Print program controls

d. Bursting controls

e. Waste controls

f. Data control group controls

Page 46: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Audit Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00827-ka bab 2.pdf8 2.1.4 Jenis jenis audit Jenis-jenis audit menurut Arens, Elder, dan

52

g. Report distribution controls

h. End user controls

i. Real-time systems output controls

2.2.9 Penetapan Penilaian Resiko

Menurut McLeod dan Schell (2004,p214), langkah langkah dalam

menentukan resiko dapat dibagi ke dalam 4 kategori:

1. Identify business assets to be protected from risks

2. Recognize the risks

3. Determine the level of impact on the firm should the risks materialize

4. Analyze the vulnerability of the firm.

At the completion of risk analysis, the findings should be documented in

risk analysiiis report. Content of this report should include information such as

the following for each risk:

1. A description of the risk

2. Source of the risk

3. Severity of the risk

4. Control that are being applied to the risk

5. The owners of the risk

6. Recomended action to adress the risk

7. Recomended time frame for adressing the risk.

Dengan kata lain, artinya :

1. mengidentifikasi aset perusahaan agar terlindungi dari resiko.

Page 47: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Audit Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00827-ka bab 2.pdf8 2.1.4 Jenis jenis audit Jenis-jenis audit menurut Arens, Elder, dan

53

2. mengenali resiko.

3. menentukan dampak dari resiko tersebut terhadap perusahaan.

4. menganalisa kerentanan perusahaan.

Setelah selesai dalam menganalisis resiko, hasil temuan harus

didokumentasikan dalam laporan analisis resiko. Isi dari laporan tersebut harus

mencakup informasi untuk setiap resiko yang dapat muncul:

1. gambaran resiko

2. sumber resiko

3. tingkat resiko

4. kontrol yang sedang diterapkan dalam pengendalian resiko

5. owner resiko

6. rekomendasi langkah untuk mengatasi resiko

7. rekomendasi jenjang waktu untuk mengatasi resiko.

2.3 Evaluasi Sistem Informasi Persediaan

2.3.1 Pengertian Persediaan

Menurut Standar Akuntansi Keuangan (PSAK No. 14, hal 14.1 – IAI,

2004) : “Persediaan adalah aktiva :

(a) Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal;

(b) Dalam proses produksi dan atau dalm perjalanan; atau

(c) Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk

digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.”

Definisi persediaan menurut Mulyadi (2001,p1) adalah barang yang

dibeli untuk tujuan dijual kembali.

Page 48: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Audit Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00827-ka bab 2.pdf8 2.1.4 Jenis jenis audit Jenis-jenis audit menurut Arens, Elder, dan

54

Menurut Stice, Stice, dan Skousen (2004,p653), kata persediaan

ditujukan untuk barang-barang yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan bisnis

normal, dan dalam kasus perusahaan manufaktur, maka kata ini ditujukan untuk

barang dalam proses produksi atau yang ditempatkan dalam kegiatan produksi.

2.3.2 Jenis Persediaan

Menurut Stice, Stice, dan Skousen (2004,p654), jenis-jenis persediaan

terbagi atas : Bahan baku (raw materials), barang dalam proses (work in

process), dan barang jadi (finished goods) untuk dijual ditujukan untuk

persediaan di perusahaan manufaktur.

Menurut Mulyadi (2001,p553), persediaan dapat terdiri dari 5 bentuk :

1. Persediaan Produk Jadi

2. Persediaan Produk dalam Proses

3. Persediaan Bahan Baku

4. Persediaan Bahan Penolong

5. Persediaan Suku Cadang

2.3.3 Evaluasi Persediaan pada Sistem Berbasis Komputer

Volume data yang banyak dalam pengelolaan persediaan dan banyaknya

variasi penyajian informasi untuk keperluan manajemen menyebabkan sangat

baik untuk mengaplikasikan komputer dalam sistem persediaan. Penggunaan

komputer yaitu data entry terminal atau database system secara intensif akan

memberikan pengendalian tepat waktu terhadap persediaan.

Pengelolaan dan pengendalian persediaan merupakan bagian dari sistem

Page 49: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Audit Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00827-ka bab 2.pdf8 2.1.4 Jenis jenis audit Jenis-jenis audit menurut Arens, Elder, dan

55

pengelolaan perusahaan. Kemajuan yang tercapai dalam pengelolaan data

melalui komputer memungkinkan penggunaan teknik yang lebih rumit. Banyak

program komputer yang tersedia yang dengan mudah dapat dipergunakan

untuk memenuhi kebutuhan khusus dari perusahaan tertentu juga telah

dikembangkan berbagai paket program untuk sistem persediaan perusahaan

tertentu.

Dalam pengembangan sebagian besar sistem persediaan yang

dipergunakan adalah sistem database. Database tersebut akan mencakup

banyak informasi sebagai berikut :

1. Data pelanggan

Meliputi alamat, posisi kredit, banyaknya order, produk-produk yang

lazim dan informasi lain.

2. Persediaan

Meliputi uraian kode barang, kuantitas yang tersedia, dan pada jadwal

yang mana, lama penyimpanan, lokasi penyimpanan dalam gudang,

dan lain-lain.

3. Perencanaan produksi

Meliputi daftar uraian barang untuk setiap jenis produk yang

dihasilkan, standar waktu dan jadwal serta urutan operasi.

4. Pengendalian kualitas

Yaitu pengujian yang diperlukan, hasil menurut pengalaman dan

dasar pengujiannya.

5. Catatan dan data historis

Yaitu memelihara sejarah tentang produksi penjualan, tingkat

Page 50: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Audit Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00827-ka bab 2.pdf8 2.1.4 Jenis jenis audit Jenis-jenis audit menurut Arens, Elder, dan

56

persediaan dan data mengenai semua transaksi persediaan.

6. Laporan

Yaitu catatan mengenai semua laporan yang diterbitkan dan tindakan

yang telah diambil.

2.3.4 Prosedur Sistem Informasi Persediaan

Menurut Mulyadi (2001,p559), ada 9 prosedur yang bersangkutan dengan

sistem persediaan, yaitu :

1. Prosedur pencatatan produk jadi.

Dalam prosedur ini dicatat harga pokok produk, jadi yang didebitkan

ke dalam rekening Persediaan Produk Jadi dan dikreditkan ke dalam

rekening Barang Dalam Proses.

2. Prosedur pencatatan harga pokok produk jadi yang dijual.

Prosedur ini merupakan salah satu prosedur dalam sistem penjualan

disamping prosedur lainnya, seperti : prosedur order penjualan,

prosedur persetujuan kredit, prosedur pengiriman barang, prosedur

penagihan, prosedur pencatatan piutang.

3. Prosedur pencatatan harga pokok produk jadi yang diterima kembali

dari pembeli.

Jika produk jadi yang telah dijual dikembalikan oleh pembeli, maka

transaksi retur penjualan ini akan mempengaruhi persediaan produk

jadi, yaitu menambah kualitas produk jadi dalam kartu gudang yang

diselenggarakan oleh bagian gudang dan menambah kuantitas dan

Page 51: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Audit Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00827-ka bab 2.pdf8 2.1.4 Jenis jenis audit Jenis-jenis audit menurut Arens, Elder, dan

57

harga pokok produk jadi yang dicatat oleh bagian kartu persediaan

dalam kartu persediaan produk jadi.

4. Prosedur pencatatan tambahan dan penyesuaian kembali harga pokok

persediaan produk dalam proses.

Pencatatan produk dalam proses umumnya dilakukan oleh perusahaan

pada akhir periode, pada saat dibuat laporan keuangan bulanan dan

laporan keuangan tahunan.

5. Prosedur pencatatan harga pokok persediaan yang dibeli.

Prosedur ini merupakan salah satu prosedur yang membentuk sistem

pembelian. Dalam prosedur ini dicatat harga pokok persediaan yang

dibeli.

6. Prosedur pencatatan harga pokok persediaan yang dikembalikan

kepada pemasok.

Jika persediaan yang telah dibeli dikembalikan kepada pemasok,

maka transaksi retur pembelian ini akan mempengaruhi persediaan

yang bersangkutan, yaitu mengurangi kuantitas persediaan dalam

kartu gudang yang diselenggarakan oleh bagian gudang dan

mempengaruhi kuantitas dan harga pokok persediaan yang dicatat

oleh bagian kartu persediaan dalam kartu persediaan yang

bersangkutan.

7. Prosedur permintaan dan pengeluaran barang gudang.

Prosedur ini merupakan salah satu prosedur yang membentuk sistem

akuntansi biaya produksi. Dalam prosedur ini dicatat harga pokok

persediaan bahan baku, bahan penolong, bahan habis pakai pabrik,

Page 52: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Audit Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00827-ka bab 2.pdf8 2.1.4 Jenis jenis audit Jenis-jenis audit menurut Arens, Elder, dan

58

dan suku cadang yang dipakai dalam kegiatan produksi dan kegiatan

non-produksi.

8. Prosedur pencatatan tambahan harga pokok persediaan karena

pengembalian barang gudang.

Transaksi pengembalian barang gudang mempengaruhi biaya dan

menambah persediaan barang di gudang.

9. Sistem perhitungan fisik persediaan.

Dalam sistem akuntansi persediaan dengan metode mutasi persediaan,

dibagian kartu persediaan diselenggarakan catatan akuntansi berupa

kartu persediaan yang digunakan untuk mencatat mutasi tiap jenis

persediaan yang disimpan di bagian gudang.

2.3.5 Hal yang Perlu Diperiksa Dalam Melakukan Audit Pada Sistem Informasi

Persediaan

Menurut Gondodiyoto (2009,p280), ada 7 (tujuh) hal yang perlu diperiksa

dalam melakukan audit sistem informasi persediaan, yakni :

1. Pemeriksaan fisik secara periodik.

2. Jumlah barang on hand, in transit, in storage, or on consignment

dicatat dengan benar.

3. Penerimaan,mutasi, dan sebagainya dicatat dengan benar dan tepat

waktu.

4. Aktivitas produksi dan harga pokok secara cermat dan cepat dicatat

dan dilaporkan.

5. Penilaian persediaan sesuai standar akuntansi keuangan.

Page 53: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Audit Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00827-ka bab 2.pdf8 2.1.4 Jenis jenis audit Jenis-jenis audit menurut Arens, Elder, dan

59

6. Kelebihan fisik persediaan (di atas catatan), barang rusak. Produk

gagal dicatat sesuai aturan.

7. Nilai akhir persediaan dicatat dengan benar dan sesuai standar

akuntansi keuangan.

2.3.6 Fungsi yang terkait

a. Panitia penghitungan fisik persediaan.

Panitia ini terdiri dari:

• Pemegang kartu penghitungan fisik yang bertugas untuk menyimpan

dan mendistribusikan kartu penghitungan fisik kepada para

penghitung, melaksanakan perbandingan hasil penghitungan fisik

persediaan yang telah dilaksanakan oleh penghitung dan pengecek,

mencatat hasil penghitungan fisik persediaan dalam daftar hasil

penghitungan fisik.

• Penghitung yang bertugas melaksanakan penghitungan pertama

terhadap persediaan dan mencatat hasil penghitungan tersebut kedalam

bagian ketiga kartu penghitungan fisik dan menyobeknya untuk

diserahkan kepada pemegang kartu penghitungan fisik.

• Pengecek bertugas untuk melaksanakan penghitungan kedua

terhadap persediaan yang telah dihitung oleh penghitung dan

mencatatnya dalam bagian kedua kartu persediaan fisik serta

menyobeknya untuk diserahkan pada pemegang kartu penghitungan

fisik.

Page 54: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Audit Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00827-ka bab 2.pdf8 2.1.4 Jenis jenis audit Jenis-jenis audit menurut Arens, Elder, dan

60

b. Fungsi akuntansi

Fungsi ini bertanggung jawab mencantumkan harga pokok satuan

persediaan yang dihitung kedalam daftar hasil penghitungan fisik,

mengkalikan kuantitas dan harga pokok per satuan yang tercantum

dalam daftar hasil penghitungan fisik, mencantumkan harga pokok

total dalam daftar hasil penghitungan fisik, melaksanakan penyesuaian

terhadap kartu persediaan berdasar data hasil penghitungan fisik

persediaan, membuat bukti memorial untuk mencatat penyesuaian data

persediaan dalam jurnal umum berdasar hasil penghitungan fisik

persediaan.

c. Fungsi gudang

Bertanggung jawab untuk melaksanakan penyesuaian data jumlah

persediaan yang dicatat dalam kartu gudang berdasar hasil

penghitungan fisik persediaan.

2.3.7 Dokumen yang digunakan

a. Bukti kas keluar

Bukti kas keluar yang dilampiri dengan laporan penerimaan barang,

surat order pembelian, dan faktur dari pemasok dipakai sebagai

dokumen sumber dalam pencatatan harga pokok persediaan yang

dibeli dalam register bukti kas keluar, bukti kas keluar juga dipakai

sebagai dasar pencatatan tambahan kuantitas dan harga pokok

persediaan kedalam kartu persedian.

Page 55: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Audit Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00827-ka bab 2.pdf8 2.1.4 Jenis jenis audit Jenis-jenis audit menurut Arens, Elder, dan

61

b. Memo debit yang diterima dari bagian pembelian

Digunakan oleh bagian kartu persediaan untuk mencatat jumlah dan

harga pokok persediaan yang dikembalikan kepada pemasok kedalam

kartu gudang.

c. Bukti permintaan dan pengeluaran barang gudang

Bukti ini digunakan oleh bagian gudang untuk mencatat pengurangan

persediaan karena pemakaian intern, digunakan juga oleh bagian kartu

persediaan untuk mencatat berkurangnya jumlah dan harga pokok

persediaan, digunakan juga sebagai dokumen sumber dalam pencatatan

pemakaian persediaan kedalam jurnal pemakaian bahan baku atau

jurnal umum.

d. Bukti pengembalian barang gudang

Bukti ini digunakan oleh bagian gudang untuk mencatat tambahan

jumlah persediaan kedalam kartu gudang, digunakan juga oleh bagian

kartu persediaan untuk mencatat tambahan jumlah dan harga pokok

persediaan kedalam kartu persediaan, untuk mencatat berkurangnya

biaya kedalam kartu biaya dan untuk mencatat pengembalian barang

gudang tersebut kedalam jurnal umum.

2.3.8 Informasi yang Diperlukan

a. Laporan penerimaan barang

Laporan penerimaan barang digunakan oleh bagian gudang sebagai

dasar pencatatan tambahan kuantitas barang dari pembelian kedalam

kartu gudang.

Page 56: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Audit Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00827-ka bab 2.pdf8 2.1.4 Jenis jenis audit Jenis-jenis audit menurut Arens, Elder, dan

62

b. Laporan pengiriman barang

Digunakan oleh bagian gudang untuk mencatat jumlah persediaan

yang dikirimkam kembali kepada pemasok kedalam kartu gudang.

c. Laporan Stock Opname

Laporan perhitungan barang pada awal dan akhir periode yang

dihitung, cara ini merupakan ketentuan yang harus dilakukan oleh

manajemen untuk menentukan jumlah persediaan akhir.

2.3.9 Metode Pencatatan Persediaan

Menurut Mulyadi (2001,p556), ada dua macam metode pencatatan

persediaan :

1. Metode Mutasi Persediaan (Perpetual Inventory Method)

Dalam metode mutasi persediaan, setiap mutasi persediaan dicatata

dalam kartu persediaan. Metode ini cocok digunakan dalam

penentuan biaya bahan baku dalam perusahaan yang harga pokok

produknya dikumpulkan dengan metode harga pokok pesanan.

2. Metode Persediaan Fisik (Physical Inventory Method)

Dalam metode persediaan fisik, hanya tambahan persediaan dari

pembelian saja yang dicatat, sedangkan mutasi berkurangnya

persediaan karena pemakaian tidak dicatat dalam kartu persediaan.

Metode ini cocok digunakan dalam penentuan biaya bahan baku

dalam perusahaan yang harga pokok produknya dikumpulkan dengan

metode harga pokok proses.

Page 57: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Audit Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00827-ka bab 2.pdf8 2.1.4 Jenis jenis audit Jenis-jenis audit menurut Arens, Elder, dan

63

2.3.10 Metode Penilaian Persediaan

Menurut Stice, Stice, dan Skousen (2004,p666), metode penilaian

persediaan terdiri dari tiga, yaitu :

1. Metode FIFO (First In First Out)

Metode First In First Out didasarkan pada asumsi bahwa unit yang

terjual adalah unit yang lebih dulu masuk. FIFO dapat dianggap

sebagai sebuah pendekatan yang logis dan realistis terhadap arus

biaya ketika penggunaan metode identifikasi khusus adalah tidak

memungkinkan atau tidak praktis. FIFO mengasumsikan bahwa arus

biaya yang mendekati pararel dengan arus fisik dari barang yang

terjual.

2. Metode LIFO (Last In First Out)

Metode Last In First Out didasarkan pada asumsi bahwa barang yang

paling barulah yang terjual. LIFO sering kali dikritik dari sudut

pandang teoritis. Metode ini tidak cocok dengan arus barang yang

terjadi dalam sebuah perusahaan.

3. Metode Rata-rata (Average)

Metode biaya rata-rata membebankan biaya rata-rata membebankan

biaya rata-rata yang sama ke tiap unit. Metode ini didasarkan pada

asumsi bahwa barang yang terjual seharusnya dibebankan dengan

biaya rata-rata, yaitu rata- rata tertimbang dari jumlah unit yang dibeli

pada tiap harga.