65
9 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teknik Industri Menurut Wignjosoebroto (2003:1), industri atau pabrik adalah setiap tempat dimana faktor-faktor seperti manusia, mesin, material, energi, uang, informasi, dan sumber daya alam dikelola secara bersama-sama dalam suatu sistem produksi untuk menghasilkan suatu produk atau jasa secara efektif, efisien, dan aman. Menurut Gaspersz (2001:1), proses industri harus dipandang sebagai suatu perbaikan terus menerus, yang dimulai dari sederet siklus sejak adanya ide- ide untuk menghasilkan suatu produk, pengembangan produk, proses produksi, sampai distribusi kepada pelanggan. Dari kedua pengertian industri tersebut, disimpulkan bahwa definisi teknik industri adalah, suatu ilmu yang mempelajari cara merancang,

BAB 2 - BINA NUSANTARA | Library & Knowledge …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewDispatch list adalah dokumen kerja yang biasanya direvisi setiap

  • Upload
    buicong

  • View
    226

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB 2 - BINA NUSANTARA | Library & Knowledge …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewDispatch list adalah dokumen kerja yang biasanya direvisi setiap

9

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Teknik Industri

Menurut Wignjosoebroto (2003:1), industri atau pabrik adalah setiap

tempat dimana faktor-faktor seperti manusia, mesin, material, energi, uang,

informasi, dan sumber daya alam dikelola secara bersama-sama dalam suatu

sistem produksi untuk menghasilkan suatu produk atau jasa secara efektif,

efisien, dan aman.

Menurut Gaspersz (2001:1), proses industri harus dipandang sebagai

suatu perbaikan terus menerus, yang dimulai dari sederet siklus sejak adanya

ide-ide untuk menghasilkan suatu produk, pengembangan produk, proses

produksi, sampai distribusi kepada pelanggan.

Dari kedua pengertian industri tersebut, disimpulkan bahwa definisi

teknik industri adalah, suatu ilmu yang mempelajari cara merancang,

memperbaiki dan menginstalasi sistem produksi dengan mengintegrasikan

manusia, material, informasi, mesin, uang, dan energi.

2.1.1 Waktu Baku

Menurut Cudney (2009:57), waktu baku adalah waktu yang dibutuhkan

oleh seseorang untuk menyelesaikan sebuah tugas atau operasi. Perhitungan

dilakukan berdasarkan waktu dari pekerjaan yang distandarisasi, dan

memperhitungkan kelonggaran yang sesuai untuk kelelahan, dan faktor-

faktor lain yang tidak dapat diperhatikan saat pencatatan waktu siklus.

Page 2: BAB 2 - BINA NUSANTARA | Library & Knowledge …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewDispatch list adalah dokumen kerja yang biasanya direvisi setiap

10

Menurut Sutalaksana, Anggawisastra, & Tjakraatmadja (1979:122)

definisi dari waktu siklus adalah waktu penyelesaian satu satuan produk sejak

bahan baku mulai diproses ditempat kerja yang bersangkutan.

Menurut Heizer & Render (2006:536-537), perhitungan waktu siklus

biasanya dirumuskan dengan:

Menurut Heizer & Render (2006:536), perhitungan waktu normal yang

didefinisikan sebagai waktu pengamatan, yang telah disesuaikan lajunya,

biasanya dirumuskan dengan:

Waktu normal = (waktu siklus pengamatan rata-rata) x (faktor penyesuaian)

Menurut Cudney (2009:57), perhitungan waktu baku biasanya

dirumuskan dengan formula:

2.1.1.1 Penyesuaian

Menurut Sutalaksana, Anggawisastra, & Tjakraatmadja (1979:138),

setelah pengukuran berlangsung, pengukur harus mengamati kewajaran kerja

yang ditunjukan operator. Ketidakwajaran dapat saja terjadi misalnya bekerja

tanpa kesungguhan, sangat cepat seolah-olah diburu waktu, atau karena

menjumpai kesulitan-kesulitan seperti karena kondisi ruangan yang buruk.

Page 3: BAB 2 - BINA NUSANTARA | Library & Knowledge …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewDispatch list adalah dokumen kerja yang biasanya direvisi setiap

11

Menurut Sutalaksana, Anggawisastra, & Tjakraatmadja (1979:138),

Sebab-sebab seperti ini mempengaruhi kecepatan kerja yang berakibat terlalu

singkat atau terlalu panjangnya waktu penyelesaian. Hal ini jelas tidak

diinginkan. Karena waktu baku yang dicari adalah waktu yang diperoleh dari

kondisi dan cara kerja yang baku, yang diselesaikan secara wajar.

Menurut Sutalaksana, Anggawisastra, & Tjakraatmadja (1979:139),

salah satu cara menentukan penyesuaian, adalah dengan metode

westinghouse. Berikut ini, adalah tabel penyesuaian menurut Westinghouse.

Tabel 2.1 Penyesuaian menurut Westinghouse

Faktor Kelas Lambang Penyesuaian

Keterampilan

SuperskillA1 0.15A2 0.13

ExcelentB1 0.11B2 0.08

GoodC1 0.06C2 0.03

Average D 0

FairE1 -0.05E2 -0.1

PoorF1 -0.16F2 -0.22

Konsistensi

Perfect A 0.04Excellent B 0.03

Good C 0.01Average D 0

Fair E -0.02Poor F -0.04

Kondisi Kerja

Ideal A 0.06Excellent B 0.04

Good C 0.02Average D 0

Fair E -0.03Poor F -0.07

Tabel 2.2 Penyesuaian menurut Westinghouse (lanjutan)

Page 4: BAB 2 - BINA NUSANTARA | Library & Knowledge …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewDispatch list adalah dokumen kerja yang biasanya direvisi setiap

12

Faktor Kelas Lambang Penyesuaian

Usaha

ExcessiveA1 0.13A2 0.12

ExcellentB1 0.1B2 0.08

GoodC1 0.05C2 0.02

Average D 0

FairE1 -0.04E2 -0.08

PoorF1 -0.12F2 -0.17

Sebagai contoh perhitungan, berdasarkan Sutalaksana, Anggawisastra,

& Tjakraatmadja (1979:146), jika waktu siklus rata-rata adalah 124,6 detik

dan waktu itu dicapai dengan keterampilan pekerja yang dinilai fair (E1),

usaha good (C2), kondisi excellent (B), dan konsistensi poor (F), maka

tambahan terhadap p = 1 adalah :

Keterampilan : Fair (E1) = - 0,05

Usaha : Good (C2) = + 0,02

Kondisi : Excellent (B) = + 0,04

Konsistensi : Poor (F) = - 0,04

----------------------------------

Jumlah : - 0,03

Jadi p = (1 – 0.03) atau p = 0,97, sehingga waktu normalnya:

Wn = 124,6 x 0,97 = 120,9 detik

2.1.1.2 Kelonggaran

Page 5: BAB 2 - BINA NUSANTARA | Library & Knowledge …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewDispatch list adalah dokumen kerja yang biasanya direvisi setiap

13

Menurut Cudney (2009:57), faktor kelonggaran memperhitungkan

kondisi kerja. Sebagai contoh, jika seseorang harus berdiri sepanjang hari

untuk melakukan pekerjaannya, maka hal ini akan mempengaruhi tingkat

kelelahan pekerja tersebut, sehingga pekerja akan melakukan istirahat sejenak

untuk menghilangkan kelelahan tersebut.

Menurut Sutalaksana, Anggawisastra, & Tjakraatmadja (1979:149),

kelonggaran diberikan untuk tiga hal, yaitu kebutuhan pribadi,

menghilangkan kelelahan, dan kelonggaran yang tidak dapat dihindarkan.

Tabel 2.3 Besarnya kelonggaran berdasarkan faktor tenaga yang dikeluarkan

FaktorKelonggaran (%)

Ekivalen beban Pria Wanita

A. Tenaga yang dikeluarkan

1. Dapat diabaikan tanpa beban 0.0 - 6.0 0.0 - 6.02. Sangat ringan 0.00 - 2.25 kg 6.0 - 7.5 6.0 - 7.53. Ringan 2.25 - 9.00 7.5 - 12.0 7.5 - 16.04. Sedang 9.00 - 18.00 12.0 - 19.0 16.0 - 30.05. Berat 19.00 - 27.00 19.0 - 30.0  6. Sangat berat 27.00 - 50.00 30.0 - 50.0  7. Luar biasa berat diatas 50 kg    

Tabel 2.4 Besarnya kelonggaran berdasarkan faktor sikap kerja

Faktor Kelonggaran (%)

B. Sikap kerja

1. Duduk 0.00 - 1.02. Berdiri diatas dua kaki 1.0 - 2.53. Berdiri diatas satu kaki 2.5 - 4.04. Berbaring 2.5 - 4.05. Membungkuk 4.0 – 10

Tabel 2.5 Besarnya kelonggaran berdasarkan faktor gerakan kerja

Page 6: BAB 2 - BINA NUSANTARA | Library & Knowledge …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewDispatch list adalah dokumen kerja yang biasanya direvisi setiap

14

Faktor Kelonggaran (%)

C. Gerakan kerja

1. Normal 02. Agak terbatas 0 – 53. Sulit 0 – 54. Pada anggota-anggota badan terbatas 5 – 10

5. Seluruh anggota badan terbatas 10 – 15

Tabel 2.6 Besarnya kelonggaran berdasarkan faktor kelelahan mata

Faktor Kelonggaran (%)

D. Kelelahan mata Pencahayaan baik Buruk

1. Pandangan yang terputus- putus 0.0 - 6.0 0.0 - 6.0

2. Pandangan yang hampir terus menerus 6.0 - 7.5 6.0 - 7.5

3. Pandangan terus menerus dengan fokus yang berubah-ubah

7.5 - 12.0 7.5 - 16.0

12.0 - 19.0 16.0 - 30.0

4. Pandangan terus menerus dengan fokus tetap

19.0 - 30.030.0 - 50.0

Tabel 2.7 Besarnya kelonggaran berdasarkan faktor keadaan temperatur kerja

Faktor Kelonggaran (%)

E. Keadaan temperatur tempat kerja Temperatur Kelemahan

normal Berlebihan

1. Beku Dibawah 0 diatas 10 diatas 122. Rendah 0 - 13 10 – 0 12 – 53. Sedang 13 - 22 5 – 0 8 – 04. Normal 22 - 28 0 – 5 0 – 85. Tinggi 28 - 38 5 - 40 8 – 1006. Sangat tinggi diatas - 38 diatas 40 diatas 100

Tabel 2.8 Besarnya kelonggaran berdasarkan faktor keadaan atmosfer

Page 7: BAB 2 - BINA NUSANTARA | Library & Knowledge …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewDispatch list adalah dokumen kerja yang biasanya direvisi setiap

15

Faktor Kelonggaran (%)

F. Keadaan atmosfer  

1. Baik 02. Cukup 0 – 53. Kurang baik 5 – 104. Buruk 10 – 20

Tabel 2.9 Besarnya kelonggaran berdasarkan faktor keadaan lingkungan

Faktor Kelonggaran (%)

G. Keadaan lingkungan yang baik  

1. Bersih, sehat, cerah dengan kebisingan rendah 0 

2. Siklus kerja berulang ulang antara 5 - 10 detik  0 – 1

3. Siklus kerja berulang- ulang antara 0 - 5 detik  1 – 3

4. Sangat bising  0 – 55. Jika faktor-faktor yang berpengaruh dapat menurunkan kualitas

 0 – 5

6. Terasa adanya getaran lantai  5 – 10

7. Keadaan-keadaan yang luar biasa (bunyi, kebersihan, dll)

 5 – 15

Menurut Sutalaksana, Anggawisastra, & Tjakraatmadja (1979:153),

besarnya kelonggaran untuk kebutuhan pribadi bagi pria antara 0 - 2,5 %, dan

bagi wanita 2 – 5 %.

Menurut Sutalaksana, Anggawisastra, & Tjakraatmadja (1979:154),

untuk menentukan kelonggaran yang tidak dapat dihindarkan, harus

menggunakan pengukuran khusus seperti work sampling.

Sebagai contoh perhitungan, berdasarkan Sutalaksana, Anggawisastra,

& Tjakraatmadja (1979:154), misalkan suatu pekerjaan yang sangat ringan

Page 8: BAB 2 - BINA NUSANTARA | Library & Knowledge …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewDispatch list adalah dokumen kerja yang biasanya direvisi setiap

16

yang dilakukan sambil duduk dengan gerakan-gerakan yang terbatas,

membutuhkan pengawasan mata terus-menerus dengan pencahayaan yang

kurang memadai, temperatur dan kelembapan ruangan normal, siklus udara

baik, dan tidak bising. Dari tabel kelonggaran yang telah diberikan,

didapatkan persentase kelonggaran sebagai berikut:

(7 + 0 + 3 + 5 + 2,5 + 0 + 2) % = 19,5 %

Berdasarkan Sutalaksana, Anggawisastra, & Tjakraatmadja (1979:154),

jika dari work sampling didapatkan besar kelonggaran yang tidak dapat

dihindarkan sebesar 5 %, maka kelonggaran total yang harus diberikan untuk

pekerjaan itu adalah 19,5 % + 5 % = 24,5 % .

Jika waktu normal telah dihitung sama dengan 5,5 menit, maka waktu

bakunya adalah:

Wbaku = 5,5 + (5, 5 x 24,5 %)

= 5,5 + 1,35

= 6,85 menit

2.1.1.3 Applikasi Penggunaan Perhitungan Waktu Baku

Penggunaan perhitungan waktu baku dengan perhitungan waktu normal

dan waktu siklus, masih digunakan hingga saat ini. Contoh jurnal edukasi

yang memiliki perhitungan waktu baku sebagai isi bahasannya adalah jurnal

“Ask The Expert” karya Cudney, E., Armendariz, L., & Mehta, M.

2.1.2 Rute Produksi

Page 9: BAB 2 - BINA NUSANTARA | Library & Knowledge …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewDispatch list adalah dokumen kerja yang biasanya direvisi setiap

17

Menurut Wignjosoebroto (2003:95), rute produksi atau production

routing adalah urutan langkah-langkah operasi secara spesifik, yang harus

dilakukan dalam suatu operasi manufakturing sebuah produk.

Berikut ini, diberikan suatu contoh mengenai production routing dari

pembuatan mechanical jack stand berdasarkan Wignjosoebroto (2003:96).

Tabel 2.10 Contoh production routing mechanical jack stand

Production RoutingNama Benda Kerja Jack Stand   No. Gambar 562Janis Material Besi Tuang Kelabu      

No.Operasi Kerja Operasi Kerja

Mesin Yang

DipakaiTools

Waktu Standar

(jam/unit)

1

Membuat permukaan atau membuat lubang senter dengan centre drill

Turret Lathe

Chuck, form tools

0,019

2Membubut / menghaluskan bagian atas, bawah dan sisi

820 Logan Lathe

Chuck, Form Tools

0,064

3Melebarkan lubang, membuat ulir dalam, dan counter bore.

2 L. Gisholt Lathe

Square Thread Boring

0,042

Menurut Wignjosoebroto (2003:95), beberapa informasi yang harus ikut

menyertai didalam langkah ini, yaitu sebagai berikut:

1. Nama dan nomor komponen yang akan dibuat.

2. Nomor gambar kerja dari komponen tersebut.

3. Macam operasi kerja dan nomor operasinya.

4. Mesin dan / atau peralatan produksi yang dipakai.

5. Waktu baku yang ditetapkan untuk masing-masing operasi kerja.

Page 10: BAB 2 - BINA NUSANTARA | Library & Knowledge …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewDispatch list adalah dokumen kerja yang biasanya direvisi setiap

18

Menurut Wignjosoebroto (2003:95), proses routing akan menyimpulkan

langkah-langkah operasi yang diperlukan untuk merubah bahan baku menjadi

produk yang dikehendaki.

2.1.3 Perencanaaan Kapasitas

Menurut Gaspersz (2001:125), perencanaan kapasitas (capacity

planning) digunakan untuk menentukan sumber-sumber daya atau tingkat

yang dibutuhkan oleh operasi manufakturing untuk memenuhi jadwal

produksi yang diinginkan, membandingkan kebutuhan produksi dengan

kapasitas yang tersedia, dan menyesuaikan tingkat kapasitas atau jadwal

produksi. Salah satu sumber daya yang dicakup dalam perencanaan kualitas

adalah kapasitas jam mesin.

Menurut Gaspersz (2001:127), sistem manufakturing tidak dapat

memproduksi sesuai jadwal yang diinginkan tanpa memiliki kapasitas yang

cukup.

2.1.3.1 Metode Pengukuran Kapasitas

Menurut Gaspersz (2001:208), pada dasarnya terdapat tiga metode

pengukuran kapasitas, yaitu:

1. Theoritical capacity, dimana kapasitas maksimum yang mungkin dari

sistem manufakturing didasarkan pada asumsi mengenai adanya kondisi

ideal seperti tiga shift per hari, tujuh hari perminggu, tidak ada downtime

mesin, dll.

Page 11: BAB 2 - BINA NUSANTARA | Library & Knowledge …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewDispatch list adalah dokumen kerja yang biasanya direvisi setiap

19

2. Demonstrated capacity, dimana kapasitas maksimum yang diharapkan

berdasarkan pada pengalaman, yang mengukur produksi secara aktual

dari pusat kerja di waktu lalu.

3. Rated capacity, dimana kapasitas maksimum yang diharapkan

berdasarkan pada penyesuaian kembali kapasitas aktual. Kapasitas aktual

tersebut didapatkan dari perhitungan pada demonstrated capacity.

Penyesuaian dilakukan dengan menggandakan waktu kerja yang tersedia

dengan faktor utilisasi dan efisiensi.

2.1.3.2 Teknik Perencanaan Kapasitas

Menurut Gaspersz (2001:127), salah satu tingkat perencanaan kapasitas

adalah rough cut capacity planning (RCCP).

Menurut Gaspersz (2001:128), RCCP menentukan apakah sumber daya

yang direncanakan adalah cukup untuk melaksanakan master production

schedule (MPS).

2.1.3.3 Rough Cut Capacity Planning

Menurut Gaspersz (2001:173), pada dasarnya terdapat empat langkah

yang diperlukan untuk melaksanakan RCCP, yaitu:

1. Memperoleh informasi tentang rencana produksi dari MPS

2. Memperoleh informasi tentang struktur produk dan waktu tunggu (lead

times).

3. Menentukan bill of resources.

4. Menghitung kebutuhan sumber daya spesifik dan membuat laporan

RCCP.

Page 12: BAB 2 - BINA NUSANTARA | Library & Knowledge …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewDispatch list adalah dokumen kerja yang biasanya direvisi setiap

20

Berikut ini, diberikan contoh laporan kebutuhan kapasitas mesin

berdasarkan analisis RCCP berdasarkan Gaspersz (2001:175).

Tabel 2.11 Contoh laporan RCCP tentang kebutuhan kapasitas mesin

Deskripsi Minggu 32

Minggu 33

Minggu 34

Minggu 35 Total

(1) Jam Standar Mesin 61,56 61,56 52,92 40,82 216,86

(2) Tingkat Efisiensi (Kondisi Aktual) 0,95 0,95 0,95 0,95 -

(3) Kebutuhan Aktual = (1) / (2) 64,80 64,80 55,71 42,97 228,28

(4) Kapasitas Tersedia (Demonstrated)

58,25 58,25 58,25 58,25 233,00

(5) Kekurangan / Kelebihan Kapasitas = (4) - (3)

- 6,55 - 6,55 + 2,54  + 15,28 + 4,72

2.1.4 Penjadwalan Produksi

Menurut Pinedo (2008:1), penjadwalan adalah proses pembuatan

keputusan yang dilakukan secara rutin pada banyak industri manufakturing

dan jasa. Penjadwalan berhubungan dengan alokasi sumber daya yang harus

dikerjakan dalam periode waktu tertentu dan bertujuan mengoptimalkan satu

obyektif atau lebih.

Menurut Pinedo (2008:6), salah satu kendala penjadwalan pada industri

bersifat jasa adalah masalah sumber daya yang tersedia. Model penjadwalan

yang digunakan akan berbeda dari yang biasa digunakan pada perusahaan

produksi umumnya.

Menurut Masahiro, Masahiko, & Ichiro (2003:81), pada industri make-

to-order, prioritas utama dalam melakukan penjadwalan produksi adalah

memenuhi batas pengiriman yang dijanjikan pada setiap pelanggan.

Page 13: BAB 2 - BINA NUSANTARA | Library & Knowledge …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewDispatch list adalah dokumen kerja yang biasanya direvisi setiap

21

Menurut Masahiro, Masahiko, & Ichiro (2003:81), pada perusahaan

make-to-order, yang biasanya terjadi pada lingkungan produksi job shop.

Tidaklah mudah untuk memenuhi seluruh janji pengiriman tersebut. Hal itu

dikarenakan seluruh pekerjaan, yang semestinya memiliki batas pengiriman

berbeda-beda dari satu dengan yang lainnya, memiliki proses dan waktu

produksi yang berbeda juga. Sehingga kebutuhan kapasitas pada setiap pusat

kerja akan berbeda.

2.1.4.1 Teknik Penjadwalan

Menurut Gaspersz (2001:245) dan Stevenson (2009:741) pada dasarnya

terdapat dua metode atau teknik penjadwalan, yaitu forward scheduling dan

backward scheduling.

Menurut Gaspersz (2001:247), teknik-teknik penjadwalan seharusnya

dipilih agar sesuai dengan lingkungan manufakturing. Untuk manufaktur

make-to-order dan assemble-to-order, gunakan forward scheduling untuk

membuat janji penyelesaian pesanan kepada pelanggan (due date).

2.1.4.2 Forward Scheduling

Menurut Gaspersz (2001:245), forward scheduling (forward

alghorithm) dimulai dari start date pada operasi pertama, kemudian

menghitung operation date ke depan (forward) untuk setiap operasi (sampai

operasi terakhir) guna menentukan finish date. Berdasarkan perhitungan ini

akan diketahui start date untuk setiap langkah.

Page 14: BAB 2 - BINA NUSANTARA | Library & Knowledge …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewDispatch list adalah dokumen kerja yang biasanya direvisi setiap

22

Menurut Gaspersz (2001:246), pada dasarnya forward scheduling

menjawab pertanyaan, berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk

menyelesaikan suatu pesanan.

2.1.4.3 Backward Scheduling

Menurut Gaspersz (2001:245), backward scheduling (backward

alghorihtm) dimulai dengan tanggal atau waktu dimana suatu pesanan yang

dibutuhkan itu harus diselesaikan (due date), kemudian menghitung mundur

(backward) guna menentukan waktu yang tepat untuk mengeluarkan pesanan

itu (start date).

Menurut Gaspersz (2001:246), backward scheduling menjawab

pertanyaan, kapan harus memulai mengerjakan suatu pesanan agar dapat

diselesaikan sesuai dengan waktu yang diinginkan itu.

2.1.4.4 Bidirectional Scheduling

Menurut Yoosefzadeh, Tareghian, & Farahi (2010:361), forward dan

backward scheduling digabungkan pada bidirectional scheduling untuk

membuat jadwal dari dua arah secara simultan.

2.1.4.5 Applikasi Penggunaan Metode Forward dan Backward Scheduling

Penjadwalan dengan metode forward dan backward scheduling masih

digunakan pada penjadwalan di masa sekarang. Hal ini ditunjukan oleh masih

banyaknya jurnal-jurnal pendidikan yang menggunakan metode forward dan

backward scheduling.

Page 15: BAB 2 - BINA NUSANTARA | Library & Knowledge …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewDispatch list adalah dokumen kerja yang biasanya direvisi setiap

23

Beberapa contoh jurnal yang membahas forward scheduling antara lain

jurnal “Tri-directional Scheduling Scheme” karya Yoosefzadeh, H. R.,

Tareghian, H. R. dan Farahi, M. H., jurnal “Parallel Batch Scheduling of

Equal-Length Jobs With Release and Due Dates” karya Condotta, A., Knust,

S., & Shaklevich, N. V., jurnal “A Study of A Heuristic Capacity Planning

Alghorithm For Weapon Production System” karya Chen, J. C. et al, dan

jurnal “Understanding and using the capabilities of finite scheduling” karya

Dumond, E. J.

2.1.4.6 Perhitungan Total Waktu Istirahat

Pada perhitungan waktu produksi dengan menggunakan forward

scheduling, waktu produksi hanya menggunakan input berupa kuantitas

produk dan waktu baku dalam perhitungannya. Sedangkan pada produk-

produk yang memiliki waktu proses lama (baik diakibatkan oleh jumlah

kuantitas pesanan atau tidak), waktu istirahat tentu saja harus diperhitungkan.

Waktu istirahat tiap perusahaan tentu saja berbeda, baik dari interval istirahat,

dan juga lama istirahat.

Lain halnya dengan perusahaan umum yang tidak bergerak pada bidang

manufaktur, perhitungan waktu istirahat akan sangat berpengaruh terhadap

kapasitas produksi perusahaan manufaktur. Untuk itu diperlukan suatu

perhitungan waktu istirahat yang dapat digunakan dalam perhitungan waktu

produksi suatu pesanan.

Perhitungan total waktu istirahat akan dirumuskan sebagai berikut:

Page 16: BAB 2 - BINA NUSANTARA | Library & Knowledge …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewDispatch list adalah dokumen kerja yang biasanya direvisi setiap

24

Dimana Wb adalah waktu istirahat, Wi adalah waktu interval antara

istirahat, atau dapat diartikan waktu kerja produktif, dan Wp adalah waktu

produksi yang diperlukan berdasarkan perhitungan waktu baku.

Sebagai contoh perhitungan, misalkan sebuah perusahaan memiliki

waktu istirahat 5 menit setiap 55 menit bekerja. Pada perusahaan tersebut, ada

pesanan produk dengan waktu produksi 128 menit berdasarkan waktu baku.

Maka perhitungan waktu istirahat akan seperti berikut:

= 10 menit

Jadi, adalah 10 menit, sehingga waktu produksi dengan

mempertimbangkan waktu istirahat (Wpb) adalah:

Wpb = +

= 128 + 10

= 138 menit

2.1.4.7 Dispatching System

Menurut Gaspersz (2001:248), dispatch list dapat diciptakan untuk job

shop manufacturing, guna menunjukan sekuens dari kerja yang akan

dilakukan oleh setiap pusat kerja. Dispatch list adalah dokumen kerja yang

biasanya direvisi setiap hari atau untuk setiap shift.

Berikut ini, diberikan tabel contoh jadwal beban kerja satu pusat kerja

berdasarkan Dumond (2005:519).

Page 17: BAB 2 - BINA NUSANTARA | Library & Knowledge …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewDispatch list adalah dokumen kerja yang biasanya direvisi setiap

25

Tabel 2.12 Contoh jadwal beban kerja satu pusat kerja

Work Center

Start Date

Start Time

Finish Date

Finish Time

Job Number Quantity

Lathe

6-Jan-03 630 6-Jan-03 825 24250.30 5506-Jan-03 930 6-Jan-03 1020 24253.10 2306-Jan-03 1020 7-Jan-03 920 24244.12 2007-Jan-03 920 7-Jan-03 1256 24247.10 127-Jan-03 1256 8-Jan-03 947 24251.10 578-Jan-03 947 9-Jan-03 1247 24244.12 2009-Jan-03 1023 9-Jan-03 1241 24247.10 12

2.1.4.8 Operation Sequencing

Menurut Gaspersz (2001:248), operation sequencing adalah proses

menspesifikasikan dalam susunan atau urutan bagaimana tugas-tugas atau

operasi itu dikerjakan pada setiap pusat kerja.

Menurut Gaspersz (2001:248), sequencing mengacu kepada aturan-

aturan prioritas untuk penugasan (priority rules for dispatching jobs). Aturan

priotitas itu antara lain critical ratio (CR), shortest processing time (SPT),

first come first serve (FCFS), earliest due date (EDD), dan longest processing

time (LPT).

2.2 Sistem Informasi

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005:7), sistem informasi adalah

kumpulan dari komponen-komponen yang tidak berhubungan yang

mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan menyediakan output informasi

yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu tugas bisnis.

Menurut Regan, & O’Connor (2002:17), sistem informasi memiliki

peranan dan fungsi sebagai pendukung dalam sebuah perusahaan

Page 18: BAB 2 - BINA NUSANTARA | Library & Knowledge …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewDispatch list adalah dokumen kerja yang biasanya direvisi setiap

26

2.2.1 Pemodelan Proses Bisnis

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005:144), cara

mendokumentasikan proses bisnis yang paling efektif adalah dengan

menggunakan diagram dan model. Salah satu keuntungan utama

menggunakan diagram dan model adalah mereka dapat menjadi alat

komunikasi yang bagus diantara anggota tim dan para pengguna sistem.

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005:144), banyak analis

menggunakan suatu tipe diagram workflow dalam mendokumentasikan

workflow, yaitu activity diagram.

2.2.1.1 Activity Diagram

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005:144-145), activity diagram

adalah diagram workflow sederhana yang menggambarkan berbagai aktivitas

pengguna, orang yang melakukan tiap aktivitas tersebut, dan urutan alur dari

tiap aktivitas.

Gambar 2.1 Simbol activity diagram

Page 19: BAB 2 - BINA NUSANTARA | Library & Knowledge …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewDispatch list adalah dokumen kerja yang biasanya direvisi setiap

27

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005:145), bentuk oval mewakili

tiap aktivitas pada sebuah workflow. Panah penghubung mewakili urutan

antara aktivitas. Lingkaran hitam digunakan untuk menunjukan awal dan

akhir dari workflow. Bentuk wajik mewakili lokasi keputusan, dimana hasil

keputusan akan menentukan arah jalur proses workflow akan bergerak.

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005:145), garis tebal adalah

synchronization bar, yang mungkin membagi workflow menjadi beberapa

jalur, atau menggabungkan jalur-jalur yang terpisah. Swimlane mewakili

pelaku (manusia) yang melakukan aktivitas.

2.2.2 Identifikasi Kebutuhan - Use Case

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005:166), kebutuhan fungsional

suatu sistem yang akan dikembangkan perlu dijadikan model. Secara umum,

seluruh pemodelan kebutuhan fungsional dalam pengembangan sistem,

dimulai dari konsep use case.

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005:166), beberapa metode

direkomendasikan untuk mengidentifikasikan use cases. Metode-metode

tersebut antara lain, actor list, dan event table.

2.2.2.1 Actor List

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005:166), salah satu pendekatan

untuk mengidentifikasi use case adalah dengan membuat tabel seluruh

pengguna (actor list), dan menuliskan apa yang mereka butuhkan dari sebuah

sistem, untuk membantu pekerjaan mereka.

Page 20: BAB 2 - BINA NUSANTARA | Library & Knowledge …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewDispatch list adalah dokumen kerja yang biasanya direvisi setiap

28

Berikut ini, diberikan contoh actor list berdasarkan Satzinger, Jackson,

& Burd (2005:166).

Tabel 2.13 Contoh actor list

User / Actor User Goal

Bagian penerimaan permintaanMelihat ketersediaan barangMembuat permintaan baruMeng-update permintaan

Bagian pengirimanMencatat pemenuhan permintaanMencatat back-order

Manajer penjualanMembuat promosi specialMembuat laporan aktivitas katalog

2.2.2.2 Event Table

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005:174), ketika melakukan

pencatatan event, analis harus mencatat informasi tambahan tiap event untuk

digunakan nantinya. Informasi yang paling penting untuk diketahui adalah,

use case yang dibutuhkan oleh sistem untuk merespon terhadap event yang

terjadi. Informasi tersebut dapat didokumentasikan dalam event table.

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005:174), event table adalah

sebuah katalog yang mendaftar event pada baris, dan informasi tentang event

tersebut pada kolom. Salah satu informasi pada tiap event yang terdapat pada

event table adalah use case.

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005:174), event table merupakan

sebuah cara yang praktis, untuk mencatat informasi utama, tentang

kebutuhan-kebutuhan (use cases) bagi sistem.

Berikut ini, diberikan contoh event table berdasarkan Satzinger,

Jackson, & Burd (2005:175).

Page 21: BAB 2 - BINA NUSANTARA | Library & Knowledge …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewDispatch list adalah dokumen kerja yang biasanya direvisi setiap

29

Tabel 2.14 Contoh event table

Event Trigger Source Use Case Response DestinationPelanggan

ingin mengecek

ketersediaan barang

Pemerik-saan

barang

Pelang-gan

Mencari keterse-diaan

barang

Rincian keterse-diaan

barang

Pelanggan

2.2.3 Identifikasi Kebutuhan - Domain Classes

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005:178), salah satu konsep lain

yang digunakan untuk mendefiniskan kebutuhan sistem adalah dengan

memahami dan memodelkan hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan

penguna di dalam problem domain.

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005:183), pada pendekatan

object-oriented, hal-hal (informasi) yang berhubungan dengan pekerjaan

pengguna di dalam problem domain, disebut dengan problem domain classes.

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005:184), pemodelan problem

domain classes dapat dilakukan dengan menggunakan domain model class

diagram.

2.2.3.1 Domain Model Class Diagram

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005:184), domain model class

diagram adalah sebuah UML class diagram yang menunjukan problem

domain classes, hubungan antara class, dan attribut class.

Berikut ini, diberikan gambar simbol class pada domain model class

diagram dengan tiga bagian, berdasarkan Satzinger, Jackson, & Burd

(2005:185).

Page 22: BAB 2 - BINA NUSANTARA | Library & Knowledge …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewDispatch list adalah dokumen kerja yang biasanya direvisi setiap

30

Gambar 2.2 Simbol class pada domain model class diagram

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005:185), pada domain model

class diagram, method tidak ditunjukan. Bahkan pada kenyataannya, simbol

class biasanya ditunjukan hanya dengan dua bagian untuk menunjukan

bahwa class diagram tersebut adalah domain model class diagram.

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005:182), mengerti dasar dari

tiap hubungan asosiasi, dalam pengertian jumlah asosiasi, juga merupakan hal

yang penting.

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005:182), jumlah asosiasi yang

terjadi disebut dengan multiplicity. Multiplicity dapat berupa hubungan one-

to-one atau one-to-many.

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005:186), analis tidak

menentukan multiplicity yang terdapat pada domain model class diagram,

pengguna sistem dan manajemen yang menentukan

Berikut ini, diberikan tabel notasi multiplicity berdasarkan Satzinger,

Jackson, & Burd (2005:186).

Page 23: BAB 2 - BINA NUSANTARA | Library & Knowledge …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewDispatch list adalah dokumen kerja yang biasanya direvisi setiap

31

Tabel 2.15 Notasi multiplicity

Notasi Multiplicity Keterangan0..1 zero or one1 one and only one

1..1 one and only one alternate0..* zero or more* zero or more alternate

1..* one or more

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005:189), ada dua cara tambahan

agar seseorang dapat menyampaikan pengertian mereka terhadap, problem

domain classes di dunia nyata. Cara tambahan tersebut adalah hirarki

spesialisasi/generalisasi dan hirarki whole-part.

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005:67), hirarki

generalisasi/spesialisasi adalah sistem klasifikasi yang mengurutkan classes

dari superclass yang lebih umum kepada subclass yang lebih khusus.

Sebagai contoh, berikut ini diberikan gambar penggunaan hirarki

generalisasi/spesialisasi berdasarkan Satzinger, Jackson, & Burd (2005:190).

Gambar 2.3 Contoh hirarki generalisasi/spesialisasi

Page 24: BAB 2 - BINA NUSANTARA | Library & Knowledge …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewDispatch list adalah dokumen kerja yang biasanya direvisi setiap

32

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005:190), hirarki whole-part

adalah hirarki yang membangun class berdasarkan komponen asosiasi class

tersebut.

Berikut ini, diberikan contoh penggunaan hirarki whole-part

berdasarkan Satzinger, Jackson, & Burd (2005:191).

Gambar 2.4 Contoh hirarki whole-part

2.2.4 Identifikasi Hubungan Use Cases dan Domain Classes

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005:197), mengetahui distribusi

sistem merupakan hal yang penting. Salah satu cara mengetahuinya adalah

dengan mengidentifikasikan hubungan antara use cases dan domain classes.

2.2.4.1 CRUD Matrix

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005:199), CRUD matrix atau

use-case domain class matrix, adalah sebuah tabel yang menunjukan use case

mana yang membutuhkan akses pada setiap domain class.

Page 25: BAB 2 - BINA NUSANTARA | Library & Knowledge …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewDispatch list adalah dokumen kerja yang biasanya direvisi setiap

33

Berikut ini diberikan contoh tabel CRUD matrix berdasarkan Satzinger,

Jackson, & Burd (2005:200).

Tabel 2.16 Contoh CRUD matrix

Use CasesDomain Classes

Pelanggan Inventory Item Order

Mencari ketersediaan barang - R -

Membuat permintaan baru CRU RU C

Meng-update permintaan RU RU RUD

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005:199), huruf C memiliki arti

bahwa use case membuat data baru, R memiliki arti bahawa use case

membaca data, U memiliki arti bahwa use case meng-update data, dan D

memiliki arti bahwa use case mungkin menghapus data.

2.2.5 Identifikasi Kebutuhan Sistem dan Pemodelan Use Case

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005:211), dengan hanya

mengetahui use cases dan domain models baru merupakan pengenalan dari

pemodelan kebutuhan.

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005:211), dasar utama dari

pemodelan kebutuhan adalah pengertian. Pengertian terhadap kebutuhan

pengguna, pengertian terhadap bagaimana proses bisnis dijalankan, dan

pengertian bagaimana suatu sistem akan digunakan untuk mendukung proses

bisnis tersebut (kebutuhan sistem).

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005:212), untuk memodelkan

kebutuhan sistem, analis menggunakan sekumpulan model berdasarkan use

cases dengan pendekatan OO.

Page 26: BAB 2 - BINA NUSANTARA | Library & Knowledge …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewDispatch list adalah dokumen kerja yang biasanya direvisi setiap

34

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005:212), model tersebut antara

lain, use case diagram, use case descriptions, activity diagram, dan system

sequence diagram.

2.2.5.1 Use Case Diagram

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005:213), use case diagram

adalah diagram yang menunjukan berbagai peran dari pengguna, dan cara

pengguna tersebut berinteraksi dengan sistem.

Berikut ini, diberikan notasi pemodelan use case diagram berdasarkan

Satzinger, Jackson, & Burd (2005:215).

Gambar 2.5 Notasi use case

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005:216), seringkali ketika

dalam melakukan pemodelan use case diagram, dijumpai lebih dari satu use

case untuk menggunakan use case pendukung yang sama. Untuk kasus

seperti ini, digunakan hubungan <<include>>.

Page 27: BAB 2 - BINA NUSANTARA | Library & Knowledge …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewDispatch list adalah dokumen kerja yang biasanya direvisi setiap

35

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005:216), hubungan ini dapat

disebut dengan hubungan <<include>>, atau dapat juga disebut dengan

hubungan <<uses>>.

Berikut ini, diberikan contoh hubungan <<include>> berdasarkan

Satzinger, Jackson, & Burd (2005:219).

Gambar 2.6 Contoh hubungan <<include>>

2.2.5.2 Use Case Description

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005:220), membuat use case

diagram hanya merupakan satu bagian dari analisa use case. Penggunaan use

case diagram memang membantu mengidentifikasikan berbagai proses yang

dilakukan oleh pengguna, dan proses tersebut harus didukung oleh sistem

baru.

Page 28: BAB 2 - BINA NUSANTARA | Library & Knowledge …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewDispatch list adalah dokumen kerja yang biasanya direvisi setiap

36

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005:220), meskipun demikian,

pengembangan sistem yang baik, memerlukan identifikasi kebutuhan dengan

tingkatan yang lebih rinci. Berikut ini, diberikan contoh use case description

berdasarkan Satzinger, Jackson, & Burd (2005:223).

Tabel 2.17 Contoh use case description

Use Case Name Membuat pemesanan baru

Scenario Membuat pemesanan baru melalui webTriggering Event

Pelanggan log on dengan website RMO dan meminta pembelian barang

Brief Description

Pelanggan log in dan meminta surat pemesanan baru. Pelanggan mencari katalog online dan membeli barang melalui katalog.Sistem menambahkan barang yang dibeli kedalam pemesanan.Diakhir, pelanggan memasukan informasi credit card.

Actors PelangganRelated Use Case

Includes: Mendaftar pelanggan baru, Mengecek ketersediaan barang

Stakeholders

Bagian penjualan : menyediakan informasi utamaBagian pengiriman: verifikasi bahwa informasi cukup untuk pengirimanBagian pemasaran: mengumpulkan statistik pelanggan guna pembelajaran pola beli

Preconditions Katalog, produk, dan barang di gudang ada untuk barang yang diminta

Postconditions

Pemesanan dan daftar barang yang dipesan harus dibuatTransaksi pemesanan harus dibuat untuk pembayaran pemesananJumlah barang digudang harus diupdatePemesanan harus dihubungkan dengan pelanggan

Flow of Events

Actor System1. Pelanggan membuka halaman pemesanan  

2. Jika pelanggan baru, pelanggan membuat akun pelanggan

2.1 Membuat data pelanggan baru

dst dst

Exception Conditions

4.1 Jika barang tidak ada pada stok, maka pelanggan dapat …. Dst

2.2.5.3 System Sequence Diagram (SSD)

Page 29: BAB 2 - BINA NUSANTARA | Library & Knowledge …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewDispatch list adalah dokumen kerja yang biasanya direvisi setiap

37

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005:226), system sequence

diagram adalah suatu tipe interaction diagram. System sequence diagram

digunakan untuk menggambarkan alur dari informasi yang masuk dan keluar

dari sistem.

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005:226), system sequence

diagram mendokumentasikan input, output, dan mengidentifikasikan

interaksi antara aktor dan sistem.

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005:226), pada system sequence

diagram atau interaction diagram lainnya, bukannya menggunakan notasi

class, analis menggunakan notasi objek. Notasi objek mengindikasikan

bahwa kotak akan mewakili sebuah objek individu, dan bukan sebuah class

seluruh objek yang serupa.

Berikut ini, diberikan notasi SSD berdasarkan Satzinger, Jackson, &

Burd (2005:229).

Gambar 2.7 Notasi system sequence diagram

Page 30: BAB 2 - BINA NUSANTARA | Library & Knowledge …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewDispatch list adalah dokumen kerja yang biasanya direvisi setiap

38

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005:230), seringkali, pesan yang

sama dikirimkan berulang-kali. Sebagai contoh, ketika seorang aktor

memasukan barang kedalam pemesanan, pesan untuk menambahkan barang

kepada pemesanan mungkin dilakukan berulang-kali. Untuk kejadi seperti

ini, digunakan notasi pengulangan.

Berikut ini, diberikan contoh penggunaan dua notasi pengulangan

berdasarkan Satzinger, Jackson, & Burd (2005:230).

Gambar 2.8 Notasi pengulangan pada SSD

Page 31: BAB 2 - BINA NUSANTARA | Library & Knowledge …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewDispatch list adalah dokumen kerja yang biasanya direvisi setiap

39

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005:230), kedua notasi tersebut

digunakan untuk menggambarkan kejadian pengulangan. Pada notasi pertama

(detailed notation), kotak bertuliskan loop for all items menunjukan bahwa

pesan didalam kotak akan terulang beberapa kali atau, diasosiasikan dengan

beberapa instansi. Pada notasi kedua (alternate notation), simbol bintang (*)

juga menunjukan pengulangan pesan, dan braket [ ] menunjukan true/false

condition. Jika kondisi dinyatakan benar (terpenuhi), maka pesan akan

dijalankan.

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005:231), penjelasan dari

alternate notation pada gambar diatas adalah:

* [true/false condition] return-value := message-name (parameter-list)

2.2.5.4 Statechart Diagram

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005:214), statechart diagram

adalah diagram yang menunjukan siklus hidup dari sebuah objek dalam

notasi state dan transition.

Berikut ini, diberikan notasi statechart diagram berdasarkan Satzinger,

Jackson, & Burd (2005:237).

Gambar 2.9 Notasi statechart diagram

Page 32: BAB 2 - BINA NUSANTARA | Library & Knowledge …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewDispatch list adalah dokumen kerja yang biasanya direvisi setiap

40

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005:244), selain simbol yang

digambarkan pada notasi diatas, ada satu lagi simbol yang digunakan dalam

notasi statechart diagram yaitu simbol final pseudostate. Simbol final

pseudostate digambarkan dengan bentuk titik hitam yang dilingkari. Simbol

ini mewakili keadaan penghapusan objek dari sistem.

2.2.6 Mendesain Sistem

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005:262), setelah

mengidentifikasi seluruh kebutuhan, langkah selanjutnya adalah mendesain

sistem. Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005:264), Salah satu tahap

dalam mendesain sistem tersebut adalah, dengan merealisasikan use case.

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005:293), dalam merealisasikan

use case perlu dibuat model object oriented design yang rinci (design

models). Model tersebut yang akan digunakan oleh programmers untuk

membuat sistem.

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005:293), pada pemodelan

design model, model akan dibuat berdasarkan three-layer design. Three layer

design tersebut antara lain domain layer, view layer, dan data access layer.

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005:293), dua model yang paling

penting dan harus dibuat adalah design class diagrams dan sequence

diagram.

2.2.6.1 Design Class Diagram

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005:302), design class diagram

merupakan pengembangan dari domain model class diagram.

Page 33: BAB 2 - BINA NUSANTARA | Library & Knowledge …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewDispatch list adalah dokumen kerja yang biasanya direvisi setiap

41

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005:302), pengembangan

tersebut antara lain penambahan method, menambahkan rincian attribute, dan

menambahkan class yang berada diluar problem domain.

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005:303), empat tipe design

classes yang umum digunakan adalah, entity class, boundary class, control

class, dan data access class.

Berikut ini, diberikan tipe-tipe design classes beserta notasi stereotype

masing-masing class, berdasarkan Satzinger, Jackson, & Burd (2005:303).

Gambar 2.10 Tipe-tipe design classes

Berikut ini, diberikan gambar simbol class yang digunakan pada design

class diagram berdasarkan Satzinger, Jackson, & Burd (2005:304).

Gambar 2.11 Simbol class pada design class diagram

Page 34: BAB 2 - BINA NUSANTARA | Library & Knowledge …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewDispatch list adalah dokumen kerja yang biasanya direvisi setiap

42

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005:306), untuk satu objek

melakukan interaksi dengan objek lain, objek tersebut harus mengirimkan

pesan. Agar pesan tersebut sampai, objek pertama harus terlihat oleh objek

kedua. Pada konteks tersebut, navigation visibility merupakan notasi yang

digunakan untuk mewakili kemampuan sebuah objek untuk melihat dan

berinteraksi dengan objek lain.

Berikut ini, contoh penggunaan navigation visibility berdasarkan

Satzinger, Jackson, & Burd (2005:340).

Gambar 2.12 Contoh navigation visibility

2.2.6.2 Sequence Diagram

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005:316), sequence diagram

menggunakan semua elemen yang sama seperti SSD. Perbedaannya adalah

pada sequence diagram objek sistem digantikan dengan seluruh pesan dan

objek internal yang ada didalam sistem.

Berikut ini, diberikan contoh notasi sequence diagram berdasarkan

Satzinger, Jackson, & Burd (2005:318).

Page 35: BAB 2 - BINA NUSANTARA | Library & Knowledge …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewDispatch list adalah dokumen kerja yang biasanya direvisi setiap

43

Gambar 2.13 Notasi sequence diagram

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005:319), pada perancangan

design model sequence diagram berdasarkan three layer design, perlu

dirancang user interface classes dan data access classes.

Berikut ini, diberikan contoh notasi class yang digunakan pada design

model sequence diagram berdasarkan Satzinger, Jackson, & Burd (2005:323).

Gambar 2.14 Notasi class pada sequence diagram

Page 36: BAB 2 - BINA NUSANTARA | Library & Knowledge …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewDispatch list adalah dokumen kerja yang biasanya direvisi setiap

44

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005:323), pada sequence

diagram, kotak mewakili objek, bukan class. Nama pada kotak digaris

bawahi untuk mengindikasikan objek.

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005:323), umumnya tidaklah

penting untuk memberikan identitas pada sebuah objek, sehingga notasi yang

diberikan hanya berupa : Person . Tetapi, suatu saat, pemberian identitas

kepada sebuah objek tertentu merupakan hal yang penting. Pada saat tersebut,

notasi akan menjadi Mary:Person. Titik dua berfungsi sebagai pembagi

antara nama objek dengan identitas objek (class).

2.2.6.3 Use Case Controller

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005:314), biasanya, setiap use

case dapat memiliki berbagai pesan masuk yang datang dari aktor. Untuk

memudahkan pengumpulan, dan pemrosesan seluruh pesan untuk sebuah use

case, perancang sistem seringkali membuat sebuah class baru, yang

digunakan sebagai titik pengumpulan pesan yang masuk. Class tersebut

disebut dengan use case controller.

2.2.6.4 Package Diagram

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005:339), package diagram

adalah diagram tingkat tinggi yang memungkinkan perancang sistem untuk

mengasosiasikan class-class dari kelompok yang berhubungan.

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005:340), pada package

diagram, classes akan diletakan kedalam package, berdasarkan layer yang

sesuai.

Page 37: BAB 2 - BINA NUSANTARA | Library & Knowledge …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewDispatch list adalah dokumen kerja yang biasanya direvisi setiap

45

Berikut ini, diberikan contoh notasi package diagram berdasarkan

Satzinger, Jackson, & Burd (2005:341).

Gambar 2.15 Notasi package diagram

2.2.6.5 Deployment Diagram

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005:379), deployment diagram

adalah sebuah tipe diagram implementasi yang berfungsi menunjukan

penyebaran dari berbagai komponen-komponen fisik di lokasi-lokasi yang

berbeda.

Berikut ini, diberikan notasi deployment diagram berdasarkan

Satzinger, Jackson, & Burd (2005:380).

Page 38: BAB 2 - BINA NUSANTARA | Library & Knowledge …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewDispatch list adalah dokumen kerja yang biasanya direvisi setiap

46

Gambar 2.16 Notasi deployment diagram

2.2.6.6 Relational Databases

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005:407), relational databases

adalah sistem pengaturan database, yang mengorganisasikan data menjadi

suatu tabel atau hubungan (relations).

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005:407), tabel pada relational

databases mirip dengan tabel pada database umumnya, namun penamaan

yang digunakan berbeda. Pada tabel relational databases, sebuah baris

disebut dengan record, dan kolom disebut dengan field.

Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005:408), setiap tabel pada

relational database harus memiliki key yang unik.

Berikut ini, diberikan contoh tabel relational database berdasarkan

Satzinger, Jackson, & Burd (2005:408).

Tabel 2.18 Contoh tabel relational database

ID Produk Vendor Gender Deskripsi1244   Laki Trouser Kasual1245   Laki Jaket1246   Laki Jaket V-Tech1247   Laki Baju

Page 39: BAB 2 - BINA NUSANTARA | Library & Knowledge …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewDispatch list adalah dokumen kerja yang biasanya direvisi setiap

47

2.3 Manajemen Bisnis

Menurut Madura (2001:2), bisnis atau perusahaan adalah suatu badan

hukum yang menghasilkan barang atau jasa yang diperlukan pelanggan.

Menurut Madura (2001:213), arti manajemen pada bisnis adalah

pendayagunaan sumberdaya manusia dan sumber daya lain dengan cara yang

paling baik, agar dapat mencapai rencana-rencana dan sasaran-sasaran

perusahaan.

Menurut Madura (2001:214), manajemen yang efektif dapat

meningkatkan kinerja perusahaan, dan oleh karena itu dapat meningkatkan

nilai perusahaan, bagi para pemegang saham.

2.3.1 Tanggung Jawab Kepada Pelanggan

Menurut Madura (2001:71), tanggung jawab perusahaan kepada

pelanggan jauh lebih luas daripada menyediakan barang atau jasa. Perusahaan

mempunyai tanggung jawab ketika memproduksi dan menjual produknya.

Salah satu tanggung jawab tersebut adalah tanggung jawab dalam proses

penjualan.

Menurut Madura (2001:71), perusahaan perlu petunjuk yang membuat

karyawan tidak berani menggunakan strategi penjualan yang terlalu agresif,

atau pemasaran yang menyesatkan. Mereka juga menggunakan survei

kepuasan pelanggan, untuk meyakinkan bahwa pelanggan diperlakukan

dengan semestinya, oleh karyawan bagian penjualan.

Menurut Madura (2001:70), praktik bisnis yang tidak etis dapat sangat

berpengaruh tidak baik pada nilai perusahaan. Hal tersebut berdampak

terhadap penurunan nilai perusahaan, yang diukur dengan harga saham.

Page 40: BAB 2 - BINA NUSANTARA | Library & Knowledge …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewDispatch list adalah dokumen kerja yang biasanya direvisi setiap

48

2.3.2 Strategi Respons Terhadap Permintaan Pelanggan

Menurut Gaspersz (2001:8), strategi respons terhadap permintaan

pelanggan, memiliki definisi bagaimana suatu perusahaan industri

manufaktur, akan memberikan tanggapan atau respons terhadap pemesanan

pelanggan. Strategi respons terhadap permintaan pelanggan tersebut antara

lain design-to-order dan make-to-order.

2.3.2.1 Design-to-Order

Menurut Gaspersz (2001:8), design-to-order atau kadang-kadang

disebut sebagai engineer-to-order, adalah strategi dimana perusahaan tidak

membuat produk itu sebelumnya. Dengan demikian, perusahaan yang

memilih strategi ini tidak akan mempunyai sistem inventory, karena produk

baru akan didesain dan diproduksi setelah ada permintaan pelanggan.

Menurut Gasperz (2001:8), biasanya pihak pelanggan akan meminta

proposal yang berkaitan dengan biaya, dan waktu pembuatan produk, dari

perusahaan. Apabila ada pesanan dari pelanggan, perusahaan akan

mengembangkan desain untuk produk yang diminta, kemudian menerima

persetujuan tentang desain itu dari pihak pelanggan, selanjutnya akan

memesan material-material yang dibutuhkan untuk pembuatan produk, dan

mengirimkan produk itu ke pelanggan.

2.3.2.2 Make-to-Order

Menurut Gaspersz (2001:8), make-to-order adalah strategi, dimana

perusahaan hanya memiliki desain produk dan beberapa material standar

dalam sistem inventory, dari produk-produk yang telah dibuat sebelumnya.

Page 41: BAB 2 - BINA NUSANTARA | Library & Knowledge …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewDispatch list adalah dokumen kerja yang biasanya direvisi setiap

49

Menurut Gaspersz (2001:8), aktivitas proses pembuatan produk bersifat

khusus, yang disesuaikan dengan setiap pesanan dari pelanggan. Siklus

pesanan dimulai ketika pelanggan menspesifikasikan produk yang dipesan,

dalam hal ini perusahaan dapat membantu pelanggan, untuk menyiapkan

spesifikasi kebutuhan pelanggan itu. Proses pengajuan proposal dalam

strategi make-to-order, tentu saja lebih sederhana dan akan lebih murah,

apabila dibandingkan dengan pengajuan proposal pada strategi design-to-

order.

2.3.3 Pengelolaan Pemesanan

Menurut Baroto (2002:15), perencanaan dan pengendalian produksi

memiliki fungsi yang sama. Salah satu fungsinya adalah mengelola pesanan

(order) dari pelanggan. Para pelanggan memasukkan pesanan-pesanan untuk

berbagai produk. Pesanan-pesanan ini kemudian dimasukkan dalam MPS.

Pengelolaan ini biasanya dilakukan bila jenis produksinya make-to-order.

Menurut Heizer & Render (2006:376), dalam pengelolaan permintaan,

walaupun terdapat peramalan yang baik dan fasilitas yang dibangun sesuai

dengan peramalan tersebut, dapat terjadi ketidakcocokan antara permintaan

aktual dan kapasitas yang tersedia. Ketidakcocokan ini dapat berarti

permintaan melebihi kapasitas atau kapasitas melebihi permintaan.

Menurut Heizer & Render (2006:376), jika permintaan melebihi

kapasitas, perusahaan dapat mengatasi permintaan dengan menaikkan harga,

membuat penjadwalan dengan lead time yang panjang (yang mungkin tak

dapat diabaikan), dan mengurangi bisnis dengan keuntungan marginal.

Page 42: BAB 2 - BINA NUSANTARA | Library & Knowledge …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewDispatch list adalah dokumen kerja yang biasanya direvisi setiap

50

Menurut Heizer & Render (2006:376), walaupun demikian, karena

fasilitas yang tidak mencukupi ini mengurangi keuntungan di bawah yang

mungkin dicapai, solusi jangka panjang biasanya dilakukan dengan cara

meningkatkan kapasitas.

2.3.4 Job Shop

Menurut Gaspersz (2001:11), strategi desain proses manufakturing

mendefinisikan bagaimana suatu produk industri dibuat atau diproses. Salah

satu strategi desain proses manufakturing tersebut adalah job shop.

Menurut Gaspersz (2001:12), dalam suatu job shop atau jumbled flow

process, produk dibuat dalam batch pada interval intermittent. Job shop

mengorganisasikan peralatan dan tenaga kerja dalam pusat-pusat kerja

berdasarkan jenis pekerjaan.

Menurut Gaspersz (2001:12), dalam job shop process, aliran produk

dan pekerjaan hanya terdapat dalam pusat-pusat kerja dimana mereka

dibutuhkan, sehingga membentuk pola aliran tercampur (jumbled flow

pattern). Karena job shop process menggunakan peralatan bersama dan

tenaga kerja berketerampilan tinggi, operasi job shop sangat fleksibel

terhadap perubahan dalam desain atau volume produk.

2.3.5 Mass Customization

Menurut Mitchell & Jiao (2001:685), mass customization memiliki arti

memproduksi barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan individual

pelanggan dengan efisiensi mendekati produksi massal (mass production).

Page 43: BAB 2 - BINA NUSANTARA | Library & Knowledge …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewDispatch list adalah dokumen kerja yang biasanya direvisi setiap

51

Menurut Mitchell & Jiao (2001:697), tantangan dari pengalokasian

sumber daya manufakturing pada mass customization mencakup:

1. Jumlah jenis produk pada sistem manufaktur yang sangat banyak.

2. Prediksi produksi untuk tiap lini produk biasanya tidak tersedia.

3. Sistem harus mampu melakukan respon yang cepat terhadap perubahan

pasar.

4. Sistem harus mudah dikonfigurasikan.

5. Penambahan dan pengurangan sumber daya atau pekerjaan dapat

dilakukan dengan sedikit perubahan sistem penjadwalan.

2.3.6 Non-Value-Added Activities

Menurut Guan, Hansen, & Mowen (2009:432), non value added

activities (aktivitas tidak menambah nilai) merupakan aktivitas yang tidak

diperlukan dan tidak dinilai oleh bagian dalam perusahaan maupun dari pihak

luar (pelanggan).

Menurut Guan, Hansen, & Mowen (2009:433), penjadwalan adalah

salah satu dari aktivitas utama yang tidak menambahkan nilai. Untuk itu

diperlukan analisa aktivitas, untuk mencari cara memproduksi produk tanpa

harus melakukan aktivitas penjadwalan.

Menurut Guan, Hansen, & Mowen (2009:433), salah satu manajemen

aktivitas yang dapat dilakukan untuk mengurangi biaya adalah dengan

melakukan activity reduction (pengurangan aktivitas).

Menurut Guan, Hansen, & Mowen (2009:434), activity reduction

adalah penurunan waktu dan sumber daya yang dibutuhkan dari sebuah

aktivitas.

Page 44: BAB 2 - BINA NUSANTARA | Library & Knowledge …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewDispatch list adalah dokumen kerja yang biasanya direvisi setiap

52

Menurut Guan, Hansen, & Mowen (2009:434), Pendekatan

pengurangan aktivitas ini, lebih ditujukan pada peningkatan efisiensi dari

aktivitas yang dibutuhkan, atau sebagai langkah untuk memindahkan non

value added activity ke arah activity elimination (penghapusan aktivitas).

2.3.7 Finite Scheduling

Menurut Dumond (2005:506), finite scheduling atau dapat juga disebut

finite capacity scheduling, merupakan sebuah metode penjadwalan produksi

yang menggunakan metode finite loading.

Menurut Dumond (2005:523), finite scheduling harus dipertimbangkan

lebih dari sekedar alat penjadwalan. Selain penjadwalan tersebut memang

memungkinkan untuk sebuah perusahaan membuat jadwal produksi, sesuai

dengan keinginan pelanggan. Finite scheduling akan lebih bermanfaat

sebagai alat menajemen.