40
PENGARUH ORIENTASI ETIKA PADA KOMITMEN DAN SENSITIVITAS ETIKA AUDITOR (Studi Empiris pada Auditor di Bengkulu dan Sumatera Selatan) Oleh: Nurna Aziza, SE, MSi, Ak H. Andi Agus Salim, SE, MSi, Ak ABSTRACT Failure or deviation in audit that conducted by auditors have need an ability of the auditors to considering ethics and behavior in auditing implementantion, by recognize the ethics problems that emerge in auditing implementation. AICPA have requirement the auditors to accustomed their professional sensitivities and moral consideration in their whole activities (Anderson and Ellyson, 1986). Therefore, an auditor who has sensitivity towards ethics problems will be more professional. The study was referred to study of Shaub et al. (1993), used path analysis to examine the effects of ethics sensitivity of auditors (described as ability to confess ethics characteristic under professional situation of an auditor) at: (1) personal ethics orientation that formed by culture and personal experiences, (2) commitment of organization, and (3) professional commitement. It was also examining the effect of ethics orientation and professional commitment toward organizational commitment. Sample amount is 32 auditors who active in CPA of Bengkulu and South Sumatera. Result has indicated that ethic orientation of auditors has affected their professional commitment level. High idealism of auditor has also high professional commitmeb than relativism. The Auditors who have such type will have more acceptable and believe in subjects and values of accountant profession, loyal to

BAB 1 - Smart Accounting | Universitas Negeri Malang – … · Web viewEtika Pengertian etika dalam kamus Echol dan Shadaly (1995) adalah bertindak etis, layak, beradab dan bertata

  • Upload
    vanbao

  • View
    226

  • Download
    2

Embed Size (px)

Citation preview

PENGARUH ORIENTASI ETIKA PADA KOMITMEN DAN SENSITIVITAS ETIKA AUDITOR

(Studi Empiris pada Auditor di Bengkulu dan Sumatera Selatan)

Oleh:Nurna Aziza, SE, MSi, Ak

H. Andi Agus Salim, SE, MSi, Ak

ABSTRACTFailure or deviation in audit that conducted by auditors have need an ability

of the auditors to considering ethics and behavior in auditing implementantion, by recognize the ethics problems that emerge in auditing implementation. AICPA have requirement the auditors to accustomed their professional sensitivities and moral consideration in their whole activities (Anderson and Ellyson, 1986). Therefore, an auditor who has sensitivity towards ethics problems will be more professional.

The study was referred to study of Shaub et al. (1993), used path analysis to examine the effects of ethics sensitivity of auditors (described as ability to confess ethics characteristic under professional situation of an auditor) at: (1) personal ethics orientation that formed by culture and personal experiences, (2) commitment of organization, and (3) professional commitement. It was also examining the effect of ethics orientation and professional commitment toward organizational commitment. Sample amount is 32 auditors who active in CPA of Bengkulu and South Sumatera.

Result has indicated that ethic orientation of auditors has affected their professional commitment level. High idealism of auditor has also high professional commitmeb than relativism. The Auditors who have such type will have more acceptable and believe in subjects and values of accountant profession, loyal to accountant profession. It is also indicated that there is high significant effect between auditors who have commitment to their profession and organizational commitment. Professional commitment and organizational commitment have not significant effect to ethics sensitivity, it is proofed that CPA and profession organization have less support the auditors in understanding and recognizing the ethics problems (such as: less frequently in tranining the auditor related to the ethics). But, result of correlation matrix of both variables have significant context to ethics sensitivities.

Keywords: Idealism, relativism, professional commitment, organizational commitment and ethics sensitivity.

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Berbicara mengenai banyaknya kegagalan atau penyimpangan audit yang

dilakukan oleh auditor membuat diperlukannya suatu kemampuan auditor untuk

mempertimbangkan etika dan perilaku dalam pelaksanaan audit, dengan cara

mengakui masalah etika yang timbul pada saat audit. AICPA (American Institute of

Certified Public Accountant) mengsyaratkan auditor untuk melatih sensitivitas

profesional dan pertimbangan moral dalam semua aktivitasnya (Anderson dan

Ellyson, 1986). Persyaratan ini konsisten dengan prinsip yang dikemukakan oleh

Mautz dan Sharaf (1961) auditor (CPA) tidak benar memutuskan apakah harus

sensitif atau tidak untuk situasi yang mengandung masalah etika. Oleh karena itu,

auditor yang sensitiv terhadap masalah etika akan lebih profesional.

Agar dapat melatih sensitivitasnya dalam hal pertimbangan etika, auditor

harus dapat mengakui ada masalah etika dalam pekerjaannya, dan sensitivitas

tersebut merupakan tahap awal dalam dalam proses pengambilan keputusan etika.

Terkait dengan penelitian ini, Volker (1984) dan Bebeau et al., (1985) menemukan

bahwa para profesional cenderung mengabaikan masalah etika ketika mereka

terfokus pada masalah etika. Oleh karena itu, penelitian ini menguji kembali

fenomena yang sama dari penelitian tersebut dalam profesi akuntan, dan model

dikembangkan untuk menjelaskan faktor personal dan lingkungan, yang mana

mempengaruhi sensitivitas auditor pada situsasi etika.

Penelitian ini mengaju pada penelitian Shaub et.al.,(1993), dengan

menggunakan path analysis untuk menguji hubungan struktural sensitivitas auditor

pada situasui etika. Hal tersebut dapat dihipotesiskan dari lingkungan auditor,

2

pengalaman personal, lingkungan organisasi dan lingkungan profesional (Hunt dan

Vitell, 1986). Secara khusus, menguji pengaruh sensitivitas etika auditor

(didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengakui sifat dasar etika pada situasi

profesional auditor) dari: (1) orientasi etika personal dibentuk oleh lingkungan

budaya dan pengalaman personal , (2) komitmen organisasi, dan (3) komitmen

profesional. Juga menguji pengaruh orientasi etika dan komitmen profesional pada

komitmen organisasional.

2 .TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Etika

Pengertian etika dalam kamus Echol dan Shadaly (1995) adalah bertindak

etis, layak, beradab dan bertata susila. Menurut Boynton dan Kell (1996) etika terdiri

dari prinsip-prinsip moral dan standar. Moralitas berfokus pada perilaku manusiawi

“benar” dan “salah”. Selanjutnya Arens – Loebbecke (1996) menyatakan bahwa

etika secara umum didefinisikan sebagai perangkat moral dan nilai. Dari definisi

tersebut dapat dikatakan bahwa etika berkaitan erat dengan moral dan nilai-nilai yang

berlaku. Termasuk para akuntan diharapkan oleh masyarakat untuk berlaku jujur,

adil dan tidak memihak serta mengungkapkan laporan keuangan sesuai dengan

kondisi sebenarnya.

2.2 Sensitivitas Etika (Ethical Sensitivity)

Penelitian dalam akuntansi difokuskan pada etika akuntan dalam hal

kemampuan pengambilan keputusan dan perilaku etis. Jika auditor tidak mengakui

sifat dasar etika dalam keputusan, skema moralnya tidak akan mengarah pada

masalah etika tersebut (Jones,1991). Jadi kemampuan untuk mengakui sifat dasar

etika dari sebuah keputusan merupakan sensitivitas etika (ethical sensitivity).

3

2.3 Komitmen Organisasi dan Profesional (Organizational and Professional

Commitment)

Komitmen organisasi dan profesional menggambarkan intensitas dari

identifikasi individual, tingkat keterlibatan dalam organisasi atau profesi (Mowday et

al., 1982). Identifikasi ini mengsyaratkan beberapa tingkat persetujuan dengan tujuan

dan nilai organisasi atau profesi, termasuk moral atau nilai etika.

Komitmen organisasi atau profesional dapat didefinisikan sebagai: (1) sebuah

kepercayaan dan dukungan terhadap tujuan dan nilai organisasi dan/atau profesi, (2)

sebuah keinginan untuk menggunakan usaha yang sungguh-sungguh guna

kepentingan organisasi dan/atau profesi; (3) keinginan untuk memelihara

keanggotaan dalam organisasi dan/atau profesi (Aranya et al., 1981; Aranya dan

Feris, 1984). Kalbers dan Fogarty (1995) menggunakan dua pandangan tentang

komitmen organisasi yaitu affective dan continuance. Hasil penelitiannya

mengungkapkan bahwa komitmen organisasi affective berhubungan dengan satu

pandangan profesionalisme yaitu pengabdian pada profesi, sedangkan komitmen

organisasi continuance berhubungan secara positif dengan pengalaman dan secara

negatif dengan pandangan profesionalisme kewajiban sosial.

Komitmen profesional adalah tingkat loyalitas individu pada profesinya

seperti yang dipersepsikan oleh individu tersebut (Larkin, 1990), Wibowo (1996),

mengungkapkan bahwa tidak ada hubungan antara pengalaman internal auditor

dengan komitmen profesionalisme, lama bekerja hanya mempengaruhi pandangan

profesionalisme, hubungan dengan sesama profesi, keyakinan terhadap peraturan

profesi dan pengabdian pada profesi. Hal ini disebabkan bahwa semenjak awal

tenaga profesional telah dididik untuk menjalankan tugas-tugas yang kompleks

4

secara independen dan memecahkan permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan

tugas-tugas dengan menggunakan keahlian dan dedikasi mereka secara profesional

(Scwartz, 1996).

2.4 Orientasi Etika (Ethical Orientation)

Forsyth (1980) berpendapat bahwa orientasi etika digerakkan oleh dua

karakteristik yaitu idealisme dan relativisme. Idealisme berhubungan dengan tingkat

dimana individual percaya bahwa konsekuensi yang diinginkan (konsekuensi positif)

tanpa melanggar kaidah moral. Sikap idealis juga diartikan sebagai sikap tidak

memihak dan terhindar dari berbagai kepentingan. Seorang akuntan yang tidak

bersikap idealis hanya mementingkan dirinya sendiri agar mendapat fee yang tinggi

dengan meninggalkan sikap independensi. Di sisi lain, sikap relativisme secara

implisit menolak moral absolut pada perilakunya.

Konsep idealisme dan relativisme tidak berlawanan, namun menunjukkan dua

skala yang terpisah oleh Forsyth (1981) memberikan kategori orientasi etika ke

dalam empat klasifikasi menggunakan matrik 2 x 2 pada gambar 1(lampiran).

2.5 Model Sensitivitas Etika (Ethical Sensitivity Model)

Hunt dan Vitell (1986) mengembangkan sebuah model untuk menjelaskan

proses pengambilan keputusan etika, dimana langkah awal individual menerima

masalah etika, sampai pada pertimbangan etika (ethical judgment), berkembang pada

niat, dan akhirnya terbawa pada perilaku. Faktor-faktor dimana Hunt dan Vitell

memprediksi pengaruh kemampuan seseorang untuk mempersiapkan masalah etika

meliputi lingkungan budaya, lingkungan industri, lingkungan organisasi, dan

pengalaman personal.

5

Teori dalam penelitian ini untuk menjelaskan faktor-faktor yang

mempengaruhi sensitivitas etika akuntan berdasarkan teori Hunt dan Vitell (gambar

2 pada lampiran). Secara khusus, lingkungan budaya akuntan (CPA), pengalaman

personal, lingkungan industri, dan lingkungan organisasional dihipotesiskan untuk

mempengaruhi kemampuan mereka dalam mengenal situasi yang memuat etika.

Lingkungan budaya dan pengalaman personal adalah diasumsikan bentuk orientasi

etika akuntan dimana dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan skala Forsyth

(1980) yaitu idealisme (idealism) dan relativisme (relativism). Lingkungan industri

atau pengaruh dari profesi akuntan (industri) seorang akuntan diukur dengan

menggunakakan skala Aranya et al., (1981) yaitu komitmen profesional. Terakhir,

lingkungan organisasi atau pengaruh perusahaan pada akuntan dievaluasi dengan

menggunakan skala komitmen organisasi oleh Aranya dan Feris (1984).

2.6 Perumusan Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini diuji berdasarkan model sensitivitas etika

akuntan dalam gambar 2 (lampiran). Pertama, dua hipotesis didesain untuk menguji

pengaruh antara idealisme dari orientasi etika auditor dengan komitmen profesional,

dan pengaruh antara relativisme dari orientasi etika dengan komitmen profesional.

Pengujian tersebut di atas diharapkan auditor mau untuk mempertahankan

standar idealistis profesi yangmana akan memcerminkan level yang tinggi dari

komitmen profesional.Tujuan utama dari profesi auditing adalah untuk menghindari

kesalahan bagi penguna laporan keuangan atas opini auditor, sekalipun memperoleh

keuntungan dalam jangka pendek. Oleh karena itu, idealisme ditemukan di profesi

auditing mudah dilakukan untuk tujuan dan pedoman profesi.

6

Seorang auditor yang relativistis cenderung untuk menolak prinsip moral

secara universal termasuk peran organisasi profesional sebagai pedoman untuk

bertindak. Skala komitmen profesional (Aranya dan Feris, 1984) memfokuskan pada

kemauan auditor untuk mengambil tindakan keuntungan profesi dan pada kesamaan

nilai auditor. Sebagai contoh, seorang auditor yang nonrelativistis akan terlihat pada

opini yang diberikannya yaitu unqualified atas laporan keuangan salah saji secara

material. Auditor mempunyai konsekuensi yang baik dan sesuai dengan kaidah moral

atas tindakannya (yaitu investor tidak hilang kepercayaan pada perusahaan).

Auditor yang absolutis (nonrelativistis, idealistis) dihipotesiskan secara kuat

untuk pengaruh positif dengan tingkat komitmen profesional. Karena sesuai dengan

Forsyth (1980) yang menggambarkan orientasi etika dengan menggunakan

pengukuran terpisah dari tingkat idealisme dan relativisme, maka dua hipotesis

dalam penelitian ini diperlukan untuk mengevaluasi pengaruh dari masing-masing

(Idealisme dan relativisme) dengan komitmen profesional.

H1 : Idealisme dari orientasi etika auditor berpengaruh pada tingkat

komitmen profesional

H2 : Relativisme dari orientasi etika auditor berpengaruh pada tingkat

komitmen profesional

Jika hipotesis di atas didukung, pengaruh dari etika personal seorang

individual akan memperlihatkan hubungan perspektif personal dan komitmen profesi

akuntansi.

Walaupun sebelumnya orientasi etika auditor ditentukan oleh lingkungan

budaya dan pengalaman personal, dapat dimodifikasi secra luas oleh organisasi.

Kemampuan dari organisasi untuk mengubah orientasi etika seorang auditor sesuai

7

dengan organisasinya sendiri, atau memberikan lingkungan sesuai dengan norma,

kemampuan tersebut akan berpengaruh untuk mendapatkan tingkat komitmen

organisasional yang tinggi dari karyawan. Bila KAP (Kantor Akuntan Publik)

mempunyai tujuan yang sama bagi profesinya, valensi dari pengaruh yang

dihipotesiskan disini adalah sama dengan hipotesisi H1 dan H2 yaitu mengenai

pengaruh antara masing-masing variabel orientasi etika (idealisme dan relativisme)

dengan komitmen profesional.

Sebagai akibatnya, seorang auditor yang reletivisme diharapkan kurang

mempunyai komitmen terhadap organisasi. Namun, seorang auditor yang idealistis

mencoba untuk menghindari kesalahan kepada pengguna laporan keuangan dan setia

pada standar profesi. Paling tidak tujuan perusahaan (KAP) konsisten dengan standar

profesi akuntan, hal ini akan menghasilkan auditor idealistis yang ditunjukkan pada

tingkat komitmen organisasional yang tinggi. Dengan demikian, auditor idealistis

akan merasa mudah untuk melakukan tujuan dan pedoman dari komitmen KAP,

sehingga dapat menguntungkan pengguna laporan keuangan.

Hipotesis ketiga dan keempat memprediksikan hubungan untuk dua variabel

orientasi etika dengan komitmen organisasional, yaitu:

H3 : Idealisme dari orientasi etika auditor berpengaruh pada tingkat

komitmen organisasional

H4 : Relativisme dari orientasi etika auditor berpengauh pada tingkat

komitmen organisasional

Aranya et al., (1982) dalam penelitiannya menemukan bahwa tingginya

komitmen profesional oleh akuntan yang bekerja dalam organisasi profesional akan

mempunyai komitmen organisasional yang tinggi pula. Komitmen profesional mulai

8

muncul pada diri auditor yaitu pada saat mereka menempuh pendidikan di perguruan

tinggi, selama proses sosialisasi dalam profesi, dan pada awal kariernya. Hal ini

dibuktikan oleh Bline et al., (1991) bahwa komitmen profesional dan komitmen

organisasional merupakan konstruk yang terpisah. Oleh karena itu, komitmen

profesional dihipotesiskan lebih dalu daripada komitmen organisasional.

H5 : Komitmen profesional auditor berpengaruh pada komitmen

organisasional.

Seorang auditor yang absolutis (relativisme rendah, idealisme tinggi) akan

taat pada standar moral dan akan menunjukkan tingkat sensitivitas etika yang tinggi.

Relativisme rendah lebih sensitif terhadap situasi yang melanggar norma atau

peraturan. Bagaimanapun, auditor yang idealis akan cenderung untuk fokus pada

kesalahan auditor yang lain. Oleh karena itu, hipotesis keenam dan ketujuh

memprediksi pengaruh antara variabel orientasi etika dengan sensitivitas etika.

H6 : Idealisme dari orientasi etika auditor berhubungan positif dengan

tingkat sensitivitas etika

H7 : Relativisme dari orientasi etika auditor berhubungan positif dengan

tingkat sensitivitas etika

Secara intuisi, auditor diharapkan dalam menjalankan profesi akuntannya

lebih sensitiv untuk masalah etika profesi. Auditor harus melaksanakan standar etika

dan mendukung tujuan dan norma profesional yang merupakan salah satu aspek

komitmen profesional (Aranya et al., 1982; Lanchman dan Aranya, 1986), komitmen

yang tinggi tersebut direfleksikan dalam tingkat sensitivitas yang tinggi pula untuk

masalah yang berkaitan dengan etika profesional.

9

Peneliti-peneliti akuntansi seperti Aranya et al., 1982; Lanchman dan Aranya,

1986 memberikan bukti untuk mendukung hipoteisi ini, dan pernyataan singkat dari

Harrell et al., (1986,p:110):

Level komitmen seorang individual dapat didefinisikan sebagai: (1) Kepercayaan dan dukungan terhadap tujuan dan nilai organisasi dan/atau profesi, (2) Kemauan yang sungguh-sungguh untuk kepentingan organisasi dan/atau profesi; (3) Keinginan untuk memelihara keanggotaan dalam organisasi dan/ atau profesi (Aranya et al., 1981; Aranya dan Feris, 1984).

Seorang auditor yang mendukung tujuan dan nilai profesional secara implisit

akan lebih sensitiv untuk situasi etika dan berupaya untuk lebih mementingkan

kepentingan profesi daripada kepentingan pribadi, atau setidaknya melihat

kepentingan sendiri sebagai pengikat atas profesinya. Tentunya, auditor berkeinginan

untuk memelihara keanggotaan profesinya dan menghindari tindakan pelanggran

etika. Jadi, seorang auditor dengan komitmen profesional yang tinggi diharapkan

lebih sensitiv terhadap situasi etika. Dengan demikian hipotesis selanjutnya dalam

penelitian ini adalah:

H8 : Tingkat komitmen profesional auditor berpengaruh pada tingkat

sensitivitas etika.

Definisi yang dikemukan oleh Harrell et al., (1986) di atas sama

penerapannya untuk profesional atau profesi, hal ini juga untuk mendukung hipotesis

kesembilan, dimana komitmen organisasi auditor yang tinggi dapat dihipotesiskan

juga untuk sensitivitas etika yang tinggi.

Hipotesis kesembilan melihat pengaruh komitmen organisasi terhadap

sensitivitas etika. Walaupun kenyataan bahwa terdapat pengaruh positif dan negatif

yang dapat dihipotesiskan untuk kedua variabel tersebut. Penelitian sebelumnya

(Sorensen dan Sorensen, 1974) memprediksi keberadaan konflik (pengaruh negatif)

10

antara komitmen organisasi dan tingkat sensitivitas etika. Menurut Sorensen dan

Sorensen (1974) karwayan dengan tingkat komitmen organisasi yang tinggi akan

kurang sensitiv untuk situasi dimana tujuan organisasi berbeda dengan profesinya.

Sebaliknya, Aranya dan Feris (1984); Lanchman dan Aranya (1986) memberikan

bukti pengaruh positif antara kedua varaibel tersebut yaitu tidak adanya konflik

antara tujuan organisasi dan profesional dimana terdapat kesesuaian antara tujuan

KAP dan profesi akuntan.

Selanjutnya menunjukkan bahwa karyawan yang berkomitmen organisasi

lebih tinggi, lebih sensitiv untuk masalah etika. Dengan demikian, karyawan

mempunyai komitmen yang tinggi, sensitivitas etika yang tinggi akan lebih terlihat

pada perilaku etikanya (mengikuti standar etika profesi), sehingga dihipotesiskan

sebagai berikut:

H9 : Tingkat komitmen organisasi auditor berpengaruh pada tingkat

sensitivitas etika.

III. METODE PENELITIAN

3.1 Partisipan/Subjek

Subjek yang berpartisipasi dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja

pada kantor akuntan publik di Bengkulu dan Sumatera Selatan yang bersedia untuk

menjadi responden. Penelitian ini adalah penelitian eksperimen.

3.2 Prosedur Pengumpulan Data

Data dikumpulkan melalui kuesioner yang dibuat dalam bentuk skenario dan

disertai surat permohonan kepada pimpinan KAP agar dapat menunjuk stafnya untuk

menjadi responden. Pengisian kuesioner oleh responden di lingkungan kerja dan

pada saat jam kerja selama 30 - 45 menit. Untuk daerah Sumatera Selatan kuesioner

11

dikirim melalui kontak person, yang akan menyampaikan dan mengambil kembali

kuesioner.

3.3 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah variabel komitmen profesional

yaitu tingkat loyalitas individu pada profesi seperti yang dipersepsikan oleh

individu., komitmen organisasional yaitu kekuatan individu untuk tetap menjadi

anggota organisasi yang ditunjukkan dengan kerja kerasnya. Idealisme adalah

kepercayaan individual untuk tetap tidak melanggar etika moral (termasuk etika

profesional). Relativisme adalah kepercayaan individual untuk dapat menolak moral

dalam perilakunya. Sensitivitas etika adalah kemampuan untuk mengakui sifat dasar

etika pada situasi profesional auditor.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan kombinasi

beberapa pengukuran valid yang digunakan oleh penelitian sebelumnya yaitu

komitmen profesional diukur dengan menggunakan skala Aranya et al., (1981),

komitmen organisasi dengan skala Aranya dan Ferris (1984), idealisme dan

relativisme dengan skala Forsyth (1980), dan dengan menambah sensitivitas etika.

Variabel komitmen profesional, komitmen organisasi, idealisme dan relativisme

menggunakan skala 1-5 yang berarti nilai 1 sangat tidak setuju dan nilai 5 sangat

sejutu. Pengukuran selanjutnya pada skenario auditing, akan diketahui masalah

profesional seorang auditor yang ditunjukkan dalam suasana kerja. Kemudian

pengukuran sensitivitas etika sama cara yang digunakan oleh Bebeau et al., (1985)

yaitu dengan mengindikasikan dalam skenario apakah responden mempertimbangkan

penting atau relatif penting terhadap masalah etika.

12

3.4 Tehnik Analisis

Uji kualitas data terdiri dari pengujian validitas dan reliabilitas data.

Pengujian validitas menggunakan tehnik correlation matrix. Kriteria yang digunakan

valid atau tidak valid adalah korelasi antara masing-masing variabel menunjukkan

hasil yang signifikan (Ghozali, 2005). Indikator untuk uji reliabitas adalah Cronbach

Alpha, apabila nilai Cronbach Alpha 0,6 menunjukkan instrumen yang digunakan

reliabel (Nunnally, 1969 dalam Ghozali, 2005).

Pengujian hipotesis dengan analisis jalur didasarkan pada hasil pengolahan

dari model penelitian pada gambar 2.2. Path analysis dengan menggunakan AMOS

versi 5.0, dimana program tersebut akan memberikan estimasi koefisien path

standardize dan menghubungkan dengan standar error. Program ini juga

memberikan banyak ukuran untuk menentukan model fit untuk sampel data.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 DATA PENELITIAN

Jumlah kuesioner yang terkumpul yaitu sebanyak 32 eksemplar dari 11 KAP

yang ada di Bengkulu dan Sumatera Selatan. Semua kuesioner terkumpul, jadi

response rate responden dalam penelitian ini sebesar 100%.

Tabel 1 (lampiran) menunjukkan informasi mengenai umur, pengalaman

kerja, pelatihan mengenai etika yang pernah diikuti, jenis kelamin, dan status,

diketahui bahwa auditor yang menjadi responden dalam penelitian ini mayoritas

adalah laki-laki yakni 20 orang (62,5%) sedangkan sisanya sebesar 12 orang (37,5%)

adalah perempuan. Status responden moyoritas sudah menikah sebanyak 28 orang

(87,5%) dan sisanya belum menikah 4 orang (12,5 %). Responden yang

berpartisipasi dalam penelitian ini rata-rata berusia 26 –37 tahun, sedangkan

13

pengalaman bekerja di KAP di atas 3 tahun. Pelatihan akuntansi bertema etika yang

pernah diikuti rata-rata sebanyak 2 – 4 kali dan pelatihan secara rutin di KAP yang

bertema etika rata-rata responden menjawab tidak pernah.

Hasil pengujian validitas dengan menggunakan correlation matrix dari data

penelitian ini dapat dilihat pada tabel 2 (lampiran). Dari hasil correlation matrix

tersebut diterlihat bahwa masing-masing instrumen variabel menunjukkan hasil yang

signifikan, sehingga dapat dikatakan bahwa instrumen valid dan mempunyai

hubungan yang signifikan. Selanjutnya, dari hasil uji reliabilitas untuk semua

instrumen diperoleh nilai cronbach alpha lebih besar dari 0,6 yaitu variabel

idealisme sebesar 0,8982, relativisme sebesar 0,8111, komitmen profesional sebesar

0,7211, komitmen organisasional sebesar 0,893. Dengan demikian variabel-variabel

tersebut dapat dikatakan reliabel.

4.2 HASIL PENELITIAN

4.2.1 Statistik Deskriptif

Ada tiga taksiran yang digunakan untuk mengevaluasi responden untuk

mengakui atau tidak mengakui masalah-masalah etika (skenario sensitivitas etika),

yaitu:

1. Staf mengabaikan waktu yang berharga untuk menyelesaikan pekerjaan (seperti:

jam makan yang terlalu lama).

2. Menggunakan waktu klien atau KAP atau jam kerja untuk mengerjakan pekerja

diluar pekerjaan KAP atau Klien.

3. Auditor dalam memberikan opini dikaitkan dengan prinsip akuntansi berterima

umum.

14

Hasil statistik deskriptif dapat dilihat pada tabel 3 (lampiran). Berdasarkan

tabel tersebut, auditor komitmen pada organisasi nilai rata-ratanya sebesar 4.32, yang

ditunjukkan dari rata-rata jawaban responden “setuju” pada skenario, berarti

responden komitmen organisasi cukup tinggi. Variabel komitmen profesional dengan

rata-rata 3,89 berarti responden menjawab mendekati “setuju”, hal ini menunjukkan

bahwa rata-rata responden komitmen dengan profesinya. Variabel idealisme dan

relatisme rata-ratanya sebesar 4,62 dan 2,45, ini menunjukkan bahwa responden rata-

rata memiliki rasa idealisme yang tinggi. Evaluasi responden terhadap sensitivitas

etika yaitu: 73,45% auditor dengan tepat mengakui adanya masalah “jam makan”,

sedangkan 12,34% responden menggunakan waktu kerja pada klien atau perusahaan

(KAP) untuk urusan pribadi. Dan 45, 51% responden dalam memberikan pendapat

dihubungkan dengan prinsip akuntansi berterima umum.

4.2.2 Uji Goodness of Fit

Tahapan pertama melakukan path analysis dengan program AMOS versi 5.0

adalah menilai goodness of fit dari persamaan regresi untuk mengetahui seberapa

jauh model yang dihipotesiskan fit atau cocok dengan sampel data. Berdasarkan hasil

model fit pada gambar 3 (lampiran) diketahui besarnya nilai chi-squares sebesar

0,401 dengan probabilitas sebesar 0,527. Model yang dikatakan fit apabila chi-

squares diharapkan kecil dan probabilitas > 0,05. Begitu juga dengan nilai AGFI

sebesar 0,934 dan GFI sebesar 0,993 telah memenuhi standar yang

direkomendasikan (> 0,90). Nilai RMSEA sebesar 0,000 jauh di bawah kriteria yang

ditetapkan yaitu lebih kecil dari 0,08. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

model penelitian ini adalah fit.

15

4.3 PENGUJIAN HIPOTESIS DAN PEMBAHASAN

4.3.1 Pengujian Hipotesis

Model statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah dengan

menggunakan analisis jalur (path analysis). Hal ini didasarkan pada pertimbangan

bahwa path memiliki kemampuan untuk menganalisis secara simultan data yang ada.

Tabel 4 berikut ini menggambarkan hasil output statistik dengan program AMOS

versi 5.0 terhadap model path diagram untuk menjawab kesembilan hipotesis:

Berdasarkan tabel 4 (lampiran) diketahui nilai C.R untuk H1 sebesar 3,636.

Nilai C.R ini berada di atas nilai kritis ± 1,96, maka hipotesis pertama diterima dan

terdapat pengaruh langsung antara variabel idealisme dengan komitmen profesional

sebesar 0.172 dan signifikan. Hal ini dapat disimpulkan variabel idealisme

mempunyai pengaruh secara positif dan signifikan terhadap tingkat komitmen

profesional.

Dari tabel 4 nilai C.R untuk H2 sebesar 2,423. Nilai C.R ini berada di atas

nilai kritis ± 1,96, maka hipotesis kedua diterima dan terdapat pengaruh langsung

antara variabel relativisme dengan komitmen profesional secara signifikan sebesar -

0,115, namun merupakan hubungan negatif. Hal ini dapat disimpulkan bahwa

relativisme dari orientasi etika auditor berpengaruh negatif dengan tingkat komitmen

profesional.

Nilai C.R untuk H3 dan H4 sebesar 6,343 dan 2,234 (atas nilai kritis ± 1,96),

maka hipotesis ketiga dan keempat diterima serta terdapat pengaruh langsung antara

variabel idealisme dan relatisme dengan komitmen organisasional secara signifikan

sebesar 0.183 dan -0,240 . Hal ini menunjukkan auditor yang mempunyai orientasi

16

etika akan berkomitmen dengan organisasinya dan terdapat juga pengaruh tidak

langsung yaitu melalui komitmen profesional.

Nilai C.R untuk H5 sebesar 3,211 (atas nilai kritis ± 1,96), maka hipotesis

kelima diterima. Hasil ini dapat disimpulkan variabel komitmen profesional

mempunyai pengaruh dengan komitmen organisasional dan berpengaruh langsung

yang sangat kuat sebesar 0,144.

Nilai C.R untuk H6 dan H7 sebesar 3,056 dan 2,125 (atas nilai kritis ± 1,96),

maka hipotesis keenam dan ketujuh diterima, namun terdapat pengaruh langsung

yang negatif dengan variabel sensitivitas etika sebesar -0.243 dan -0,138. H8 dan H9

mempunyai nilai C.R sebesar 1,452 dan 0,621 (dibawah nilai kritis ± 1,96) , maka

hipotesis kedelapan dan kesembilan tidak dapat diterima. Hasil ini dapat dikatakan

bahwa komitmen profesional dan komitmen organisasional secara tidak signifikan

berpengaruh dengan sensitivitas etika. Variabel tersebut juga menunjukkan pengaruh

langsung yang tidak signifikan sebesar 0.054 dan 0,109.

4.3.2 Pembahasan

Dari hasil path analysis mengindikasikan bahwa orientasi etika dari seorang

auditor (responden) mempengaruhi tingkat komitmen profesionalnya. Idealisme

auditor tinggi mempunyai tingkat komitmen profesional yang tinggi pula.

Sebaliknya, relativisme auditor rendah mempunyai tingkat komitmen profesional

yang tinggi. Auditor yang idealistis selalu berusaha untuk menghindari kesalahan

kepada pengguna laporan keuangan. Dengan demikan, auditor yang mempunyai tipe

tersebut lebih menerima dan percaya akan tujuan dan nilai profesi akuntan, taat

(setia) pada standar profesi akuntan, memberikan opini secara moral serta berusaha

untuk tetap menjadi bagian dari profesi akuntan.

17

Hasil penelitian juga mengindikasikan bahwa terdapat pengaruh kuat antara

auditor yang berkomitmen pada profesinya dengan komitmen organisasional. Hal ini

menunjukkan pengaruh langsung orientasi etika pada komitmen organisasional dan

pengaruh tidak langsung melalui komitmen profesional. Relativitis auditor

menunjukkan tingkat komitmen organisasional yang rendah dan sebaliknya,

idealisme auditor menunjukkan tingkat komitmen organisasional yang tinggi.

Auditor berkomitmen dengan profesinya dan akan juga berkomitmen dengan

organisasionalnya, serta akan berusaha untuk menjaga nama baik dan tujuan KAP,

sehingga dapat menguntungkan pengguna laporan keuangan dan klien akan selalu

percaya pada auditor dengan tipe tersebut. Hasil penelitian ini mendukung hasil

penelitian Aranya et.al., (1982) dan Shaub et.al., (1993), yaitu tingginya komitmen

profesional oleh akuntan yang bekerja dalam organisasi profesional membawa ke

komitmen organisasional yang tinggi pula.

Orientasi etika auditor juga menunjukkan pengaruh dengan kemampuan

auditor untuk mengenal/mengakui masalah-masalah etika dalam konteks

profesional. Relatisme auditor mempunyai pengaruh negatif dengan sensitivitas

etika, relatisvisme yang tinggi kurang menemukan masalah-masalah etika dalam

skenario profesional (kurang sensitif terhadap masalah etika). Idealisme tinggi

sedikit sekali menemukan masalah etika dalam skenario. Auditor idealistis ini akan

cenderung menemukan kesalahan etika pada auditor lain tetapi merasa pihak lain

akan menyalahkannya atas temuan tersebut. Auditor ini tergolong kedalam idealisme

rendah yaitu penilaian didasarkan pada nilai personal dan perspektif daripada prinsip

moral secara keseluruhan, dan lebih sensitiv pada masalah etika profesional namun

tidak pada organisasional. Hal ini didukung juga dari data demografi responden yang

18

menyatakan rata-rata responden tidak pernah mengikuti pelatihan berkaitan dengan

etika yang diadakan di KAP tempat mereka bekerja. Hasil ini mendukung hasil

penelitian Shaub et.al., (1993).

Dari hasil path analysis komitmen profesional dan komitmen organisasional

tidak berpengaruh secara signifikan dengan sensitivitas etika, hal ini memberikan

bukti bahwa KAP dan organisasi profesi kurang membantu auditor dalam memahami

atau mengakui masalah-masalah etika (seperti: kurang sering memberikan pelatihan

pada auditor berkaitan dengan etika). Namun, pada hasil correlation matrix (tabel 2

pada lampiran) kedua variabel tersebut mempunyai hubungan signifikan dengan

sensitivitas etika. Hasil ini menunjukkan kemauan auditor menerima tujuan dan nilai

profesi dan perusahaan (KAP), mendukung penelitian Aranya dan Feris (1984);

Lachman dan Aranya (1986) memberikan bukti pengaruh positif antara kedua

variabel tersebut yaitu tidak adanya konflik antara tujuan organisasi dan profesional

dimana terdapat kesesuaian antara tujuan KAP dan profesi akuntan. Lingkungan

budaya dan pengalaman akan membentuk orientasi etika auditor dan akan lebih

mempengaruhi sensitivitas etika daripada lingkungan profesional atau

organisasional.

V . KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

1. Orientasi etika auditor berpengaruh pada komitmen (profesional dan

organisasional).

19

2. Terdapat pengaruh antara orientasi etika dengan sensitivitas etika. Auditor

relativisme cenderung mengabaikan masalah etika dan idealisme mampu

mengakuii masalah etika serta setia pada profesi dan KAPnya.

5.2 SARAN

Penelitian ini banyak sekali kekurangannya, oleh karena itu penelitian

selanjutnya memperluas jumlah sampel, menguji orientasi etika dan sensitivitas etika

pada profesi pajak dan auditor internal sehingga dapat diketahui bentuk perilaku

etika auditor.

20

DAFTAR PUSTAKA

Aderson, G., dan R. C. Ellyson. 1986. Restructuring Professional Standards: The Anderson Report. Journal of Accountancy. September. Pp. 92-104.

Aranya, N., dan K. R. Ferris. 1984. Reexamination of Accountants’ Organizational-Professional Confic. The Accouting Review.

Aranya, N., R. Lachman, dan J. Amernic. 1982. A Path Analysis of Accountants’ Job Satisfaction and Migration Tendencies. Accounting, Organization, and Society. Vol. 7. pp. 201-215.

Aranya, N., J. Pollock, dan J. Amernic. 1981. An Examination of Professional Commitmen in Publik Accounting. Accounting, Organization, and Society. Vol. 6. pp. 271-280.

Arens dan Loebbecke, 1996. Auditing. Diterjemahkan oleh Amir Abadi Jusuf. Jakarta: Salemba Empat.

Bebeau, M. J., J. R. Rest, dan C. M. Yamoor. 1985. Measuring Dental Students’ Ethical Sensitivity. Journal of Dental Education. Vol. 49. pp. 225-235.

Direktori Kantor Akuntan Publik. 2005. http://www Direktori KAP. or.id/

Forsyth, D. R., 1980. A Taxonomy of Ethical Ideologies. Journal of Personality and Social Psychology. Vol 39. pp. 175-184.

Forsyth, D. R., 1981. Moral Judgment: The Influence of Ethical Ideology. Personality and Social Psychology Bulletin. Vol. 7. pp. 218-223.

Ghozali, Imam. 2004. Model Persamaan Struktural –Konsep dan Aplikasi dengan Program Amos Ver 5,0. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi 3. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

Harrell, A., E. Chewning, dan M. Taylor. 1986. Organizational-Professional Conflict and the Job Satisfaction and Turnover Intentions of Internal Auditor. Auditing: A Journal of Practice & Theory. Vol. 5. pp. 109-121.

Hunt, S. D., dan S. J. Vitell. 1986. A General Theory of Marketing Ethics. Journal of Macromarketing. Spring. Pp. 5-16.

Kalbers, P., Lawrence dan Timothy J Forgarty. 1995. Profesionalism and Its Consequences: A Study of Internal Auditors. Auditing: A Journal of Practice. Vol. 14 no. 1. pp. 64-86.

21

Kell, W. G, Boynton, W. C., dan Ziegler, R. E. 1996. Modern Auditing. 4 th Edition, John Wiley & Sons: New York/Brisbane/Toronto/ Singapore.

Lachman, R., dan N. Aranya. 1986. Evaluation of Alternative Models of Commitmrnts and Job Attitudes of Professional. Journal of Accupational Behavior. Vol. 7. pp. 227-243.

Larkin, Joseph M.. 1990. Does Gender Affect Auditor KAPs’ Performance?. The Women CPA. Spring. Pp. 20-21.

Mauzt, R. K. dan H. A. Sharaf. 1961. The Philosopy of Auditing. Sarasota, FL: American Accounting Association.

Mowday, R. T., L. W Porter dan R. M. Steers. 1982. Employee-Organization Linkages. New York: Academic Press.

Schawrtz Felice. N. 1996. Women in the Profession. Journal of Accountancy. February. Pp. 39-42.

Shaub, M.K, Don W. Finn dan Paul Munter (1993). The Effects of Auditors’ Ethical Orientation on Commitment and Ethical Sensitivity. Behavioral Research in Accounting. Vol. 5

Stephen, Robbins. 2004. Perilaku Organisasi: Konsep, Kontroversi, Aplikasi. Edisi Bahasa Indonesia. PT. Prenhallindo. Jakarta.

Toruan, H. B. L. 1999. Urgensi Peer Review Bagi Akuntan Indonesia. Media Akuntansi. No. 2/Th. 1 Agustus.

Velasquez, M. G., dan C. Rostankowski 1985. Ethics: Theory and Practice. Englewood Cliffs. NJ: Prentice-Hall.

Volker, J. M., 1984. Couseling Experince, Moral Judgment, Awareness of Consequnces, and Moral Sensitivity in Counseling Practice. Unpublished Doctoral Disertation. Minneapolis, MN: University of Minnesota Press.

Wibowo, Purwoko. 1996. Analisis Pengaruh Pengalaman terhadap Profesionalisme Auditor Internal dan Pengaruh Profesionalieme terhadap Komitmen Organisasional, Dorongan Berpindah Kerja, Kepuasan Kerja dan Kinerja Auditor Internal, FE UGM.

22

LAMPIRAN

Gambar 1

Taxonomi Orientasi Etika

SituationistMenolak kaidah moral; menganjurkan analisis individual dari setiap tindakan dalam setiap situasi; relativistis.

AbsolutistAsumsi kemungkinan hasil terbaik akan selalu dicapai jika mengikuti kaidah moral secara keseluruhan

SubjectivistPenilaian didasarkan pada nilai personal dan perspektif daripada prinsip moral secara keseluruhan; relativistis.

ExceptionistMoral yang absolut mengarahkan pada judgment tetapi secara pragmatik pengecualian untuk standar; berfaedah (utilitarian).

Sumber: Forsyt (1981)

Gambar 2Model Sensitivitas Etika Akuntan

Tabel 1

23

Idealisme

Relativisme

Komitmen Profesional

Komitmen Organisasi

Sensitivitas Etika

Relativisme Tinggi Relativisme Rendah

Idealisme Tinggi

IdealismeRendah

DATA DEMOGRAFI RESPONDEN

Keterangan (n = 32) Proporsi Rata-rataJenis kelamin:

Laki-laki Perempuan

20 (62,5%)12 (37,5%)

Status: Menikah Belum menikah

28 (87,5%)4 (12,5 %)

Umur 26 – 37 tahunPengalaman di KAP > 3 tahunPelatihan akuntansi yang bertema etika 2 – 4 kaliPelatihan secara rutin di KAP yang bertema etika Tidak pernah

TABEL 2

HASIL PENGUJIAN CORRELATION MATRIX

Komitmen Profesional Idealisme Relativisme Komitmen

OrganisasionalIdealisme 0,168

(0,002)Relativisme 0, 234

(0,005)-0,320(0,024)

Komitmen Organisasional

0,560(0,001)

0,156(0,03)

-0,165 (0.031)

Sensitivitas Etika

0,142(0,03)

0,237 (0,012)

-0,211(0,043)

0,160(0,04)

TABEL 3

STATISTIK DESKRIPTIF

Rata-rata Standar DeviasiKomitmen Organisasi 4,32 0,64Komitmen Profesional 3,89 0,77Idealisme 4,62 0,89Relativisme 2,45 0,76Etika sensitivitas:

Jam Makan Menggunaan jam kerja untuk

urusan pribadi. Memberikan opini

73,45%12,34%

45,51%

0,24590,5380

0,4768Total etika sensitivitas 131,30% 0,9867

Gambar 3

GAMBAR DIAGRAM PATH

24

HASIL UJI GOODNESS OF FIT

.183 ,243

.172 .144 .054

-.115 -,240

-,138 .109

Uji hipotesis:Chi-squares = .401Probabilitas = .527AGFI =.934GFI = .993TLI = 1.021RMSEA = .000

TABEL 4

KOEFISIEN JALUR (PATH COEFFICIENTS)

Direct Effect

Indirect Effect C.R Keputusan

H1 Idealisme dengan Komitmen Profesional

0.172** 3,636 Signifikan

H2 Relativisme dengan Komitmen Profesional

-0,115** 2,423 Signifikan

H3 Idealisme dengan Komitmen Organisasional

0.183** 0,107 6,343 Signifikan

H4 Relativisme dengan Komitmen Organisasional

-0,240** -0,114 2,234 Signifikan

H5 Komitmen Profesional dengan Komitmen Organisasional

0,144*** 3,211 Signifikan

H6 Idealisme dengan Sensitivitas Etika

-0.243** 0,006 3,056 Signifikan

H7 Relativisme dengan Sensitivitas Etika

-0,138** -0,012 2,125 Signifikan

H8 Komitmen Profesional dengan Sensitivitas Etika

0.054 0,033 1,452 Tidak Signifikan

H9 Komitmen Organisasional dengan Sensitivitas Etika

0,109 0,621 Tidak Signifikan

**Signifikansi pada level p< 0,05*** Signifikansi pada level p< 0,001Sumber: Data primer diolah, 2007

25

Idealisme

Relativisme

Komitmen Profesional

Komitmen Organisasi

Sensitivitas Etika

26