Upload
vanbao
View
226
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH ORIENTASI ETIKA PADA KOMITMEN DAN SENSITIVITAS ETIKA AUDITOR
(Studi Empiris pada Auditor di Bengkulu dan Sumatera Selatan)
Oleh:Nurna Aziza, SE, MSi, Ak
H. Andi Agus Salim, SE, MSi, Ak
ABSTRACTFailure or deviation in audit that conducted by auditors have need an ability
of the auditors to considering ethics and behavior in auditing implementantion, by recognize the ethics problems that emerge in auditing implementation. AICPA have requirement the auditors to accustomed their professional sensitivities and moral consideration in their whole activities (Anderson and Ellyson, 1986). Therefore, an auditor who has sensitivity towards ethics problems will be more professional.
The study was referred to study of Shaub et al. (1993), used path analysis to examine the effects of ethics sensitivity of auditors (described as ability to confess ethics characteristic under professional situation of an auditor) at: (1) personal ethics orientation that formed by culture and personal experiences, (2) commitment of organization, and (3) professional commitement. It was also examining the effect of ethics orientation and professional commitment toward organizational commitment. Sample amount is 32 auditors who active in CPA of Bengkulu and South Sumatera.
Result has indicated that ethic orientation of auditors has affected their professional commitment level. High idealism of auditor has also high professional commitmeb than relativism. The Auditors who have such type will have more acceptable and believe in subjects and values of accountant profession, loyal to accountant profession. It is also indicated that there is high significant effect between auditors who have commitment to their profession and organizational commitment. Professional commitment and organizational commitment have not significant effect to ethics sensitivity, it is proofed that CPA and profession organization have less support the auditors in understanding and recognizing the ethics problems (such as: less frequently in tranining the auditor related to the ethics). But, result of correlation matrix of both variables have significant context to ethics sensitivities.
Keywords: Idealism, relativism, professional commitment, organizational commitment and ethics sensitivity.
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Berbicara mengenai banyaknya kegagalan atau penyimpangan audit yang
dilakukan oleh auditor membuat diperlukannya suatu kemampuan auditor untuk
mempertimbangkan etika dan perilaku dalam pelaksanaan audit, dengan cara
mengakui masalah etika yang timbul pada saat audit. AICPA (American Institute of
Certified Public Accountant) mengsyaratkan auditor untuk melatih sensitivitas
profesional dan pertimbangan moral dalam semua aktivitasnya (Anderson dan
Ellyson, 1986). Persyaratan ini konsisten dengan prinsip yang dikemukakan oleh
Mautz dan Sharaf (1961) auditor (CPA) tidak benar memutuskan apakah harus
sensitif atau tidak untuk situasi yang mengandung masalah etika. Oleh karena itu,
auditor yang sensitiv terhadap masalah etika akan lebih profesional.
Agar dapat melatih sensitivitasnya dalam hal pertimbangan etika, auditor
harus dapat mengakui ada masalah etika dalam pekerjaannya, dan sensitivitas
tersebut merupakan tahap awal dalam dalam proses pengambilan keputusan etika.
Terkait dengan penelitian ini, Volker (1984) dan Bebeau et al., (1985) menemukan
bahwa para profesional cenderung mengabaikan masalah etika ketika mereka
terfokus pada masalah etika. Oleh karena itu, penelitian ini menguji kembali
fenomena yang sama dari penelitian tersebut dalam profesi akuntan, dan model
dikembangkan untuk menjelaskan faktor personal dan lingkungan, yang mana
mempengaruhi sensitivitas auditor pada situsasi etika.
Penelitian ini mengaju pada penelitian Shaub et.al.,(1993), dengan
menggunakan path analysis untuk menguji hubungan struktural sensitivitas auditor
pada situasui etika. Hal tersebut dapat dihipotesiskan dari lingkungan auditor,
2
pengalaman personal, lingkungan organisasi dan lingkungan profesional (Hunt dan
Vitell, 1986). Secara khusus, menguji pengaruh sensitivitas etika auditor
(didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengakui sifat dasar etika pada situasi
profesional auditor) dari: (1) orientasi etika personal dibentuk oleh lingkungan
budaya dan pengalaman personal , (2) komitmen organisasi, dan (3) komitmen
profesional. Juga menguji pengaruh orientasi etika dan komitmen profesional pada
komitmen organisasional.
2 .TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Etika
Pengertian etika dalam kamus Echol dan Shadaly (1995) adalah bertindak
etis, layak, beradab dan bertata susila. Menurut Boynton dan Kell (1996) etika terdiri
dari prinsip-prinsip moral dan standar. Moralitas berfokus pada perilaku manusiawi
“benar” dan “salah”. Selanjutnya Arens – Loebbecke (1996) menyatakan bahwa
etika secara umum didefinisikan sebagai perangkat moral dan nilai. Dari definisi
tersebut dapat dikatakan bahwa etika berkaitan erat dengan moral dan nilai-nilai yang
berlaku. Termasuk para akuntan diharapkan oleh masyarakat untuk berlaku jujur,
adil dan tidak memihak serta mengungkapkan laporan keuangan sesuai dengan
kondisi sebenarnya.
2.2 Sensitivitas Etika (Ethical Sensitivity)
Penelitian dalam akuntansi difokuskan pada etika akuntan dalam hal
kemampuan pengambilan keputusan dan perilaku etis. Jika auditor tidak mengakui
sifat dasar etika dalam keputusan, skema moralnya tidak akan mengarah pada
masalah etika tersebut (Jones,1991). Jadi kemampuan untuk mengakui sifat dasar
etika dari sebuah keputusan merupakan sensitivitas etika (ethical sensitivity).
3
2.3 Komitmen Organisasi dan Profesional (Organizational and Professional
Commitment)
Komitmen organisasi dan profesional menggambarkan intensitas dari
identifikasi individual, tingkat keterlibatan dalam organisasi atau profesi (Mowday et
al., 1982). Identifikasi ini mengsyaratkan beberapa tingkat persetujuan dengan tujuan
dan nilai organisasi atau profesi, termasuk moral atau nilai etika.
Komitmen organisasi atau profesional dapat didefinisikan sebagai: (1) sebuah
kepercayaan dan dukungan terhadap tujuan dan nilai organisasi dan/atau profesi, (2)
sebuah keinginan untuk menggunakan usaha yang sungguh-sungguh guna
kepentingan organisasi dan/atau profesi; (3) keinginan untuk memelihara
keanggotaan dalam organisasi dan/atau profesi (Aranya et al., 1981; Aranya dan
Feris, 1984). Kalbers dan Fogarty (1995) menggunakan dua pandangan tentang
komitmen organisasi yaitu affective dan continuance. Hasil penelitiannya
mengungkapkan bahwa komitmen organisasi affective berhubungan dengan satu
pandangan profesionalisme yaitu pengabdian pada profesi, sedangkan komitmen
organisasi continuance berhubungan secara positif dengan pengalaman dan secara
negatif dengan pandangan profesionalisme kewajiban sosial.
Komitmen profesional adalah tingkat loyalitas individu pada profesinya
seperti yang dipersepsikan oleh individu tersebut (Larkin, 1990), Wibowo (1996),
mengungkapkan bahwa tidak ada hubungan antara pengalaman internal auditor
dengan komitmen profesionalisme, lama bekerja hanya mempengaruhi pandangan
profesionalisme, hubungan dengan sesama profesi, keyakinan terhadap peraturan
profesi dan pengabdian pada profesi. Hal ini disebabkan bahwa semenjak awal
tenaga profesional telah dididik untuk menjalankan tugas-tugas yang kompleks
4
secara independen dan memecahkan permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan
tugas-tugas dengan menggunakan keahlian dan dedikasi mereka secara profesional
(Scwartz, 1996).
2.4 Orientasi Etika (Ethical Orientation)
Forsyth (1980) berpendapat bahwa orientasi etika digerakkan oleh dua
karakteristik yaitu idealisme dan relativisme. Idealisme berhubungan dengan tingkat
dimana individual percaya bahwa konsekuensi yang diinginkan (konsekuensi positif)
tanpa melanggar kaidah moral. Sikap idealis juga diartikan sebagai sikap tidak
memihak dan terhindar dari berbagai kepentingan. Seorang akuntan yang tidak
bersikap idealis hanya mementingkan dirinya sendiri agar mendapat fee yang tinggi
dengan meninggalkan sikap independensi. Di sisi lain, sikap relativisme secara
implisit menolak moral absolut pada perilakunya.
Konsep idealisme dan relativisme tidak berlawanan, namun menunjukkan dua
skala yang terpisah oleh Forsyth (1981) memberikan kategori orientasi etika ke
dalam empat klasifikasi menggunakan matrik 2 x 2 pada gambar 1(lampiran).
2.5 Model Sensitivitas Etika (Ethical Sensitivity Model)
Hunt dan Vitell (1986) mengembangkan sebuah model untuk menjelaskan
proses pengambilan keputusan etika, dimana langkah awal individual menerima
masalah etika, sampai pada pertimbangan etika (ethical judgment), berkembang pada
niat, dan akhirnya terbawa pada perilaku. Faktor-faktor dimana Hunt dan Vitell
memprediksi pengaruh kemampuan seseorang untuk mempersiapkan masalah etika
meliputi lingkungan budaya, lingkungan industri, lingkungan organisasi, dan
pengalaman personal.
5
Teori dalam penelitian ini untuk menjelaskan faktor-faktor yang
mempengaruhi sensitivitas etika akuntan berdasarkan teori Hunt dan Vitell (gambar
2 pada lampiran). Secara khusus, lingkungan budaya akuntan (CPA), pengalaman
personal, lingkungan industri, dan lingkungan organisasional dihipotesiskan untuk
mempengaruhi kemampuan mereka dalam mengenal situasi yang memuat etika.
Lingkungan budaya dan pengalaman personal adalah diasumsikan bentuk orientasi
etika akuntan dimana dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan skala Forsyth
(1980) yaitu idealisme (idealism) dan relativisme (relativism). Lingkungan industri
atau pengaruh dari profesi akuntan (industri) seorang akuntan diukur dengan
menggunakakan skala Aranya et al., (1981) yaitu komitmen profesional. Terakhir,
lingkungan organisasi atau pengaruh perusahaan pada akuntan dievaluasi dengan
menggunakan skala komitmen organisasi oleh Aranya dan Feris (1984).
2.6 Perumusan Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini diuji berdasarkan model sensitivitas etika
akuntan dalam gambar 2 (lampiran). Pertama, dua hipotesis didesain untuk menguji
pengaruh antara idealisme dari orientasi etika auditor dengan komitmen profesional,
dan pengaruh antara relativisme dari orientasi etika dengan komitmen profesional.
Pengujian tersebut di atas diharapkan auditor mau untuk mempertahankan
standar idealistis profesi yangmana akan memcerminkan level yang tinggi dari
komitmen profesional.Tujuan utama dari profesi auditing adalah untuk menghindari
kesalahan bagi penguna laporan keuangan atas opini auditor, sekalipun memperoleh
keuntungan dalam jangka pendek. Oleh karena itu, idealisme ditemukan di profesi
auditing mudah dilakukan untuk tujuan dan pedoman profesi.
6
Seorang auditor yang relativistis cenderung untuk menolak prinsip moral
secara universal termasuk peran organisasi profesional sebagai pedoman untuk
bertindak. Skala komitmen profesional (Aranya dan Feris, 1984) memfokuskan pada
kemauan auditor untuk mengambil tindakan keuntungan profesi dan pada kesamaan
nilai auditor. Sebagai contoh, seorang auditor yang nonrelativistis akan terlihat pada
opini yang diberikannya yaitu unqualified atas laporan keuangan salah saji secara
material. Auditor mempunyai konsekuensi yang baik dan sesuai dengan kaidah moral
atas tindakannya (yaitu investor tidak hilang kepercayaan pada perusahaan).
Auditor yang absolutis (nonrelativistis, idealistis) dihipotesiskan secara kuat
untuk pengaruh positif dengan tingkat komitmen profesional. Karena sesuai dengan
Forsyth (1980) yang menggambarkan orientasi etika dengan menggunakan
pengukuran terpisah dari tingkat idealisme dan relativisme, maka dua hipotesis
dalam penelitian ini diperlukan untuk mengevaluasi pengaruh dari masing-masing
(Idealisme dan relativisme) dengan komitmen profesional.
H1 : Idealisme dari orientasi etika auditor berpengaruh pada tingkat
komitmen profesional
H2 : Relativisme dari orientasi etika auditor berpengaruh pada tingkat
komitmen profesional
Jika hipotesis di atas didukung, pengaruh dari etika personal seorang
individual akan memperlihatkan hubungan perspektif personal dan komitmen profesi
akuntansi.
Walaupun sebelumnya orientasi etika auditor ditentukan oleh lingkungan
budaya dan pengalaman personal, dapat dimodifikasi secra luas oleh organisasi.
Kemampuan dari organisasi untuk mengubah orientasi etika seorang auditor sesuai
7
dengan organisasinya sendiri, atau memberikan lingkungan sesuai dengan norma,
kemampuan tersebut akan berpengaruh untuk mendapatkan tingkat komitmen
organisasional yang tinggi dari karyawan. Bila KAP (Kantor Akuntan Publik)
mempunyai tujuan yang sama bagi profesinya, valensi dari pengaruh yang
dihipotesiskan disini adalah sama dengan hipotesisi H1 dan H2 yaitu mengenai
pengaruh antara masing-masing variabel orientasi etika (idealisme dan relativisme)
dengan komitmen profesional.
Sebagai akibatnya, seorang auditor yang reletivisme diharapkan kurang
mempunyai komitmen terhadap organisasi. Namun, seorang auditor yang idealistis
mencoba untuk menghindari kesalahan kepada pengguna laporan keuangan dan setia
pada standar profesi. Paling tidak tujuan perusahaan (KAP) konsisten dengan standar
profesi akuntan, hal ini akan menghasilkan auditor idealistis yang ditunjukkan pada
tingkat komitmen organisasional yang tinggi. Dengan demikian, auditor idealistis
akan merasa mudah untuk melakukan tujuan dan pedoman dari komitmen KAP,
sehingga dapat menguntungkan pengguna laporan keuangan.
Hipotesis ketiga dan keempat memprediksikan hubungan untuk dua variabel
orientasi etika dengan komitmen organisasional, yaitu:
H3 : Idealisme dari orientasi etika auditor berpengaruh pada tingkat
komitmen organisasional
H4 : Relativisme dari orientasi etika auditor berpengauh pada tingkat
komitmen organisasional
Aranya et al., (1982) dalam penelitiannya menemukan bahwa tingginya
komitmen profesional oleh akuntan yang bekerja dalam organisasi profesional akan
mempunyai komitmen organisasional yang tinggi pula. Komitmen profesional mulai
8
muncul pada diri auditor yaitu pada saat mereka menempuh pendidikan di perguruan
tinggi, selama proses sosialisasi dalam profesi, dan pada awal kariernya. Hal ini
dibuktikan oleh Bline et al., (1991) bahwa komitmen profesional dan komitmen
organisasional merupakan konstruk yang terpisah. Oleh karena itu, komitmen
profesional dihipotesiskan lebih dalu daripada komitmen organisasional.
H5 : Komitmen profesional auditor berpengaruh pada komitmen
organisasional.
Seorang auditor yang absolutis (relativisme rendah, idealisme tinggi) akan
taat pada standar moral dan akan menunjukkan tingkat sensitivitas etika yang tinggi.
Relativisme rendah lebih sensitif terhadap situasi yang melanggar norma atau
peraturan. Bagaimanapun, auditor yang idealis akan cenderung untuk fokus pada
kesalahan auditor yang lain. Oleh karena itu, hipotesis keenam dan ketujuh
memprediksi pengaruh antara variabel orientasi etika dengan sensitivitas etika.
H6 : Idealisme dari orientasi etika auditor berhubungan positif dengan
tingkat sensitivitas etika
H7 : Relativisme dari orientasi etika auditor berhubungan positif dengan
tingkat sensitivitas etika
Secara intuisi, auditor diharapkan dalam menjalankan profesi akuntannya
lebih sensitiv untuk masalah etika profesi. Auditor harus melaksanakan standar etika
dan mendukung tujuan dan norma profesional yang merupakan salah satu aspek
komitmen profesional (Aranya et al., 1982; Lanchman dan Aranya, 1986), komitmen
yang tinggi tersebut direfleksikan dalam tingkat sensitivitas yang tinggi pula untuk
masalah yang berkaitan dengan etika profesional.
9
Peneliti-peneliti akuntansi seperti Aranya et al., 1982; Lanchman dan Aranya,
1986 memberikan bukti untuk mendukung hipoteisi ini, dan pernyataan singkat dari
Harrell et al., (1986,p:110):
Level komitmen seorang individual dapat didefinisikan sebagai: (1) Kepercayaan dan dukungan terhadap tujuan dan nilai organisasi dan/atau profesi, (2) Kemauan yang sungguh-sungguh untuk kepentingan organisasi dan/atau profesi; (3) Keinginan untuk memelihara keanggotaan dalam organisasi dan/ atau profesi (Aranya et al., 1981; Aranya dan Feris, 1984).
Seorang auditor yang mendukung tujuan dan nilai profesional secara implisit
akan lebih sensitiv untuk situasi etika dan berupaya untuk lebih mementingkan
kepentingan profesi daripada kepentingan pribadi, atau setidaknya melihat
kepentingan sendiri sebagai pengikat atas profesinya. Tentunya, auditor berkeinginan
untuk memelihara keanggotaan profesinya dan menghindari tindakan pelanggran
etika. Jadi, seorang auditor dengan komitmen profesional yang tinggi diharapkan
lebih sensitiv terhadap situasi etika. Dengan demikian hipotesis selanjutnya dalam
penelitian ini adalah:
H8 : Tingkat komitmen profesional auditor berpengaruh pada tingkat
sensitivitas etika.
Definisi yang dikemukan oleh Harrell et al., (1986) di atas sama
penerapannya untuk profesional atau profesi, hal ini juga untuk mendukung hipotesis
kesembilan, dimana komitmen organisasi auditor yang tinggi dapat dihipotesiskan
juga untuk sensitivitas etika yang tinggi.
Hipotesis kesembilan melihat pengaruh komitmen organisasi terhadap
sensitivitas etika. Walaupun kenyataan bahwa terdapat pengaruh positif dan negatif
yang dapat dihipotesiskan untuk kedua variabel tersebut. Penelitian sebelumnya
(Sorensen dan Sorensen, 1974) memprediksi keberadaan konflik (pengaruh negatif)
10
antara komitmen organisasi dan tingkat sensitivitas etika. Menurut Sorensen dan
Sorensen (1974) karwayan dengan tingkat komitmen organisasi yang tinggi akan
kurang sensitiv untuk situasi dimana tujuan organisasi berbeda dengan profesinya.
Sebaliknya, Aranya dan Feris (1984); Lanchman dan Aranya (1986) memberikan
bukti pengaruh positif antara kedua varaibel tersebut yaitu tidak adanya konflik
antara tujuan organisasi dan profesional dimana terdapat kesesuaian antara tujuan
KAP dan profesi akuntan.
Selanjutnya menunjukkan bahwa karyawan yang berkomitmen organisasi
lebih tinggi, lebih sensitiv untuk masalah etika. Dengan demikian, karyawan
mempunyai komitmen yang tinggi, sensitivitas etika yang tinggi akan lebih terlihat
pada perilaku etikanya (mengikuti standar etika profesi), sehingga dihipotesiskan
sebagai berikut:
H9 : Tingkat komitmen organisasi auditor berpengaruh pada tingkat
sensitivitas etika.
III. METODE PENELITIAN
3.1 Partisipan/Subjek
Subjek yang berpartisipasi dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja
pada kantor akuntan publik di Bengkulu dan Sumatera Selatan yang bersedia untuk
menjadi responden. Penelitian ini adalah penelitian eksperimen.
3.2 Prosedur Pengumpulan Data
Data dikumpulkan melalui kuesioner yang dibuat dalam bentuk skenario dan
disertai surat permohonan kepada pimpinan KAP agar dapat menunjuk stafnya untuk
menjadi responden. Pengisian kuesioner oleh responden di lingkungan kerja dan
pada saat jam kerja selama 30 - 45 menit. Untuk daerah Sumatera Selatan kuesioner
11
dikirim melalui kontak person, yang akan menyampaikan dan mengambil kembali
kuesioner.
3.3 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah variabel komitmen profesional
yaitu tingkat loyalitas individu pada profesi seperti yang dipersepsikan oleh
individu., komitmen organisasional yaitu kekuatan individu untuk tetap menjadi
anggota organisasi yang ditunjukkan dengan kerja kerasnya. Idealisme adalah
kepercayaan individual untuk tetap tidak melanggar etika moral (termasuk etika
profesional). Relativisme adalah kepercayaan individual untuk dapat menolak moral
dalam perilakunya. Sensitivitas etika adalah kemampuan untuk mengakui sifat dasar
etika pada situasi profesional auditor.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan kombinasi
beberapa pengukuran valid yang digunakan oleh penelitian sebelumnya yaitu
komitmen profesional diukur dengan menggunakan skala Aranya et al., (1981),
komitmen organisasi dengan skala Aranya dan Ferris (1984), idealisme dan
relativisme dengan skala Forsyth (1980), dan dengan menambah sensitivitas etika.
Variabel komitmen profesional, komitmen organisasi, idealisme dan relativisme
menggunakan skala 1-5 yang berarti nilai 1 sangat tidak setuju dan nilai 5 sangat
sejutu. Pengukuran selanjutnya pada skenario auditing, akan diketahui masalah
profesional seorang auditor yang ditunjukkan dalam suasana kerja. Kemudian
pengukuran sensitivitas etika sama cara yang digunakan oleh Bebeau et al., (1985)
yaitu dengan mengindikasikan dalam skenario apakah responden mempertimbangkan
penting atau relatif penting terhadap masalah etika.
12
3.4 Tehnik Analisis
Uji kualitas data terdiri dari pengujian validitas dan reliabilitas data.
Pengujian validitas menggunakan tehnik correlation matrix. Kriteria yang digunakan
valid atau tidak valid adalah korelasi antara masing-masing variabel menunjukkan
hasil yang signifikan (Ghozali, 2005). Indikator untuk uji reliabitas adalah Cronbach
Alpha, apabila nilai Cronbach Alpha 0,6 menunjukkan instrumen yang digunakan
reliabel (Nunnally, 1969 dalam Ghozali, 2005).
Pengujian hipotesis dengan analisis jalur didasarkan pada hasil pengolahan
dari model penelitian pada gambar 2.2. Path analysis dengan menggunakan AMOS
versi 5.0, dimana program tersebut akan memberikan estimasi koefisien path
standardize dan menghubungkan dengan standar error. Program ini juga
memberikan banyak ukuran untuk menentukan model fit untuk sampel data.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 DATA PENELITIAN
Jumlah kuesioner yang terkumpul yaitu sebanyak 32 eksemplar dari 11 KAP
yang ada di Bengkulu dan Sumatera Selatan. Semua kuesioner terkumpul, jadi
response rate responden dalam penelitian ini sebesar 100%.
Tabel 1 (lampiran) menunjukkan informasi mengenai umur, pengalaman
kerja, pelatihan mengenai etika yang pernah diikuti, jenis kelamin, dan status,
diketahui bahwa auditor yang menjadi responden dalam penelitian ini mayoritas
adalah laki-laki yakni 20 orang (62,5%) sedangkan sisanya sebesar 12 orang (37,5%)
adalah perempuan. Status responden moyoritas sudah menikah sebanyak 28 orang
(87,5%) dan sisanya belum menikah 4 orang (12,5 %). Responden yang
berpartisipasi dalam penelitian ini rata-rata berusia 26 –37 tahun, sedangkan
13
pengalaman bekerja di KAP di atas 3 tahun. Pelatihan akuntansi bertema etika yang
pernah diikuti rata-rata sebanyak 2 – 4 kali dan pelatihan secara rutin di KAP yang
bertema etika rata-rata responden menjawab tidak pernah.
Hasil pengujian validitas dengan menggunakan correlation matrix dari data
penelitian ini dapat dilihat pada tabel 2 (lampiran). Dari hasil correlation matrix
tersebut diterlihat bahwa masing-masing instrumen variabel menunjukkan hasil yang
signifikan, sehingga dapat dikatakan bahwa instrumen valid dan mempunyai
hubungan yang signifikan. Selanjutnya, dari hasil uji reliabilitas untuk semua
instrumen diperoleh nilai cronbach alpha lebih besar dari 0,6 yaitu variabel
idealisme sebesar 0,8982, relativisme sebesar 0,8111, komitmen profesional sebesar
0,7211, komitmen organisasional sebesar 0,893. Dengan demikian variabel-variabel
tersebut dapat dikatakan reliabel.
4.2 HASIL PENELITIAN
4.2.1 Statistik Deskriptif
Ada tiga taksiran yang digunakan untuk mengevaluasi responden untuk
mengakui atau tidak mengakui masalah-masalah etika (skenario sensitivitas etika),
yaitu:
1. Staf mengabaikan waktu yang berharga untuk menyelesaikan pekerjaan (seperti:
jam makan yang terlalu lama).
2. Menggunakan waktu klien atau KAP atau jam kerja untuk mengerjakan pekerja
diluar pekerjaan KAP atau Klien.
3. Auditor dalam memberikan opini dikaitkan dengan prinsip akuntansi berterima
umum.
14
Hasil statistik deskriptif dapat dilihat pada tabel 3 (lampiran). Berdasarkan
tabel tersebut, auditor komitmen pada organisasi nilai rata-ratanya sebesar 4.32, yang
ditunjukkan dari rata-rata jawaban responden “setuju” pada skenario, berarti
responden komitmen organisasi cukup tinggi. Variabel komitmen profesional dengan
rata-rata 3,89 berarti responden menjawab mendekati “setuju”, hal ini menunjukkan
bahwa rata-rata responden komitmen dengan profesinya. Variabel idealisme dan
relatisme rata-ratanya sebesar 4,62 dan 2,45, ini menunjukkan bahwa responden rata-
rata memiliki rasa idealisme yang tinggi. Evaluasi responden terhadap sensitivitas
etika yaitu: 73,45% auditor dengan tepat mengakui adanya masalah “jam makan”,
sedangkan 12,34% responden menggunakan waktu kerja pada klien atau perusahaan
(KAP) untuk urusan pribadi. Dan 45, 51% responden dalam memberikan pendapat
dihubungkan dengan prinsip akuntansi berterima umum.
4.2.2 Uji Goodness of Fit
Tahapan pertama melakukan path analysis dengan program AMOS versi 5.0
adalah menilai goodness of fit dari persamaan regresi untuk mengetahui seberapa
jauh model yang dihipotesiskan fit atau cocok dengan sampel data. Berdasarkan hasil
model fit pada gambar 3 (lampiran) diketahui besarnya nilai chi-squares sebesar
0,401 dengan probabilitas sebesar 0,527. Model yang dikatakan fit apabila chi-
squares diharapkan kecil dan probabilitas > 0,05. Begitu juga dengan nilai AGFI
sebesar 0,934 dan GFI sebesar 0,993 telah memenuhi standar yang
direkomendasikan (> 0,90). Nilai RMSEA sebesar 0,000 jauh di bawah kriteria yang
ditetapkan yaitu lebih kecil dari 0,08. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
model penelitian ini adalah fit.
15
4.3 PENGUJIAN HIPOTESIS DAN PEMBAHASAN
4.3.1 Pengujian Hipotesis
Model statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah dengan
menggunakan analisis jalur (path analysis). Hal ini didasarkan pada pertimbangan
bahwa path memiliki kemampuan untuk menganalisis secara simultan data yang ada.
Tabel 4 berikut ini menggambarkan hasil output statistik dengan program AMOS
versi 5.0 terhadap model path diagram untuk menjawab kesembilan hipotesis:
Berdasarkan tabel 4 (lampiran) diketahui nilai C.R untuk H1 sebesar 3,636.
Nilai C.R ini berada di atas nilai kritis ± 1,96, maka hipotesis pertama diterima dan
terdapat pengaruh langsung antara variabel idealisme dengan komitmen profesional
sebesar 0.172 dan signifikan. Hal ini dapat disimpulkan variabel idealisme
mempunyai pengaruh secara positif dan signifikan terhadap tingkat komitmen
profesional.
Dari tabel 4 nilai C.R untuk H2 sebesar 2,423. Nilai C.R ini berada di atas
nilai kritis ± 1,96, maka hipotesis kedua diterima dan terdapat pengaruh langsung
antara variabel relativisme dengan komitmen profesional secara signifikan sebesar -
0,115, namun merupakan hubungan negatif. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
relativisme dari orientasi etika auditor berpengaruh negatif dengan tingkat komitmen
profesional.
Nilai C.R untuk H3 dan H4 sebesar 6,343 dan 2,234 (atas nilai kritis ± 1,96),
maka hipotesis ketiga dan keempat diterima serta terdapat pengaruh langsung antara
variabel idealisme dan relatisme dengan komitmen organisasional secara signifikan
sebesar 0.183 dan -0,240 . Hal ini menunjukkan auditor yang mempunyai orientasi
16
etika akan berkomitmen dengan organisasinya dan terdapat juga pengaruh tidak
langsung yaitu melalui komitmen profesional.
Nilai C.R untuk H5 sebesar 3,211 (atas nilai kritis ± 1,96), maka hipotesis
kelima diterima. Hasil ini dapat disimpulkan variabel komitmen profesional
mempunyai pengaruh dengan komitmen organisasional dan berpengaruh langsung
yang sangat kuat sebesar 0,144.
Nilai C.R untuk H6 dan H7 sebesar 3,056 dan 2,125 (atas nilai kritis ± 1,96),
maka hipotesis keenam dan ketujuh diterima, namun terdapat pengaruh langsung
yang negatif dengan variabel sensitivitas etika sebesar -0.243 dan -0,138. H8 dan H9
mempunyai nilai C.R sebesar 1,452 dan 0,621 (dibawah nilai kritis ± 1,96) , maka
hipotesis kedelapan dan kesembilan tidak dapat diterima. Hasil ini dapat dikatakan
bahwa komitmen profesional dan komitmen organisasional secara tidak signifikan
berpengaruh dengan sensitivitas etika. Variabel tersebut juga menunjukkan pengaruh
langsung yang tidak signifikan sebesar 0.054 dan 0,109.
4.3.2 Pembahasan
Dari hasil path analysis mengindikasikan bahwa orientasi etika dari seorang
auditor (responden) mempengaruhi tingkat komitmen profesionalnya. Idealisme
auditor tinggi mempunyai tingkat komitmen profesional yang tinggi pula.
Sebaliknya, relativisme auditor rendah mempunyai tingkat komitmen profesional
yang tinggi. Auditor yang idealistis selalu berusaha untuk menghindari kesalahan
kepada pengguna laporan keuangan. Dengan demikan, auditor yang mempunyai tipe
tersebut lebih menerima dan percaya akan tujuan dan nilai profesi akuntan, taat
(setia) pada standar profesi akuntan, memberikan opini secara moral serta berusaha
untuk tetap menjadi bagian dari profesi akuntan.
17
Hasil penelitian juga mengindikasikan bahwa terdapat pengaruh kuat antara
auditor yang berkomitmen pada profesinya dengan komitmen organisasional. Hal ini
menunjukkan pengaruh langsung orientasi etika pada komitmen organisasional dan
pengaruh tidak langsung melalui komitmen profesional. Relativitis auditor
menunjukkan tingkat komitmen organisasional yang rendah dan sebaliknya,
idealisme auditor menunjukkan tingkat komitmen organisasional yang tinggi.
Auditor berkomitmen dengan profesinya dan akan juga berkomitmen dengan
organisasionalnya, serta akan berusaha untuk menjaga nama baik dan tujuan KAP,
sehingga dapat menguntungkan pengguna laporan keuangan dan klien akan selalu
percaya pada auditor dengan tipe tersebut. Hasil penelitian ini mendukung hasil
penelitian Aranya et.al., (1982) dan Shaub et.al., (1993), yaitu tingginya komitmen
profesional oleh akuntan yang bekerja dalam organisasi profesional membawa ke
komitmen organisasional yang tinggi pula.
Orientasi etika auditor juga menunjukkan pengaruh dengan kemampuan
auditor untuk mengenal/mengakui masalah-masalah etika dalam konteks
profesional. Relatisme auditor mempunyai pengaruh negatif dengan sensitivitas
etika, relatisvisme yang tinggi kurang menemukan masalah-masalah etika dalam
skenario profesional (kurang sensitif terhadap masalah etika). Idealisme tinggi
sedikit sekali menemukan masalah etika dalam skenario. Auditor idealistis ini akan
cenderung menemukan kesalahan etika pada auditor lain tetapi merasa pihak lain
akan menyalahkannya atas temuan tersebut. Auditor ini tergolong kedalam idealisme
rendah yaitu penilaian didasarkan pada nilai personal dan perspektif daripada prinsip
moral secara keseluruhan, dan lebih sensitiv pada masalah etika profesional namun
tidak pada organisasional. Hal ini didukung juga dari data demografi responden yang
18
menyatakan rata-rata responden tidak pernah mengikuti pelatihan berkaitan dengan
etika yang diadakan di KAP tempat mereka bekerja. Hasil ini mendukung hasil
penelitian Shaub et.al., (1993).
Dari hasil path analysis komitmen profesional dan komitmen organisasional
tidak berpengaruh secara signifikan dengan sensitivitas etika, hal ini memberikan
bukti bahwa KAP dan organisasi profesi kurang membantu auditor dalam memahami
atau mengakui masalah-masalah etika (seperti: kurang sering memberikan pelatihan
pada auditor berkaitan dengan etika). Namun, pada hasil correlation matrix (tabel 2
pada lampiran) kedua variabel tersebut mempunyai hubungan signifikan dengan
sensitivitas etika. Hasil ini menunjukkan kemauan auditor menerima tujuan dan nilai
profesi dan perusahaan (KAP), mendukung penelitian Aranya dan Feris (1984);
Lachman dan Aranya (1986) memberikan bukti pengaruh positif antara kedua
variabel tersebut yaitu tidak adanya konflik antara tujuan organisasi dan profesional
dimana terdapat kesesuaian antara tujuan KAP dan profesi akuntan. Lingkungan
budaya dan pengalaman akan membentuk orientasi etika auditor dan akan lebih
mempengaruhi sensitivitas etika daripada lingkungan profesional atau
organisasional.
V . KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
1. Orientasi etika auditor berpengaruh pada komitmen (profesional dan
organisasional).
19
2. Terdapat pengaruh antara orientasi etika dengan sensitivitas etika. Auditor
relativisme cenderung mengabaikan masalah etika dan idealisme mampu
mengakuii masalah etika serta setia pada profesi dan KAPnya.
5.2 SARAN
Penelitian ini banyak sekali kekurangannya, oleh karena itu penelitian
selanjutnya memperluas jumlah sampel, menguji orientasi etika dan sensitivitas etika
pada profesi pajak dan auditor internal sehingga dapat diketahui bentuk perilaku
etika auditor.
20
DAFTAR PUSTAKA
Aderson, G., dan R. C. Ellyson. 1986. Restructuring Professional Standards: The Anderson Report. Journal of Accountancy. September. Pp. 92-104.
Aranya, N., dan K. R. Ferris. 1984. Reexamination of Accountants’ Organizational-Professional Confic. The Accouting Review.
Aranya, N., R. Lachman, dan J. Amernic. 1982. A Path Analysis of Accountants’ Job Satisfaction and Migration Tendencies. Accounting, Organization, and Society. Vol. 7. pp. 201-215.
Aranya, N., J. Pollock, dan J. Amernic. 1981. An Examination of Professional Commitmen in Publik Accounting. Accounting, Organization, and Society. Vol. 6. pp. 271-280.
Arens dan Loebbecke, 1996. Auditing. Diterjemahkan oleh Amir Abadi Jusuf. Jakarta: Salemba Empat.
Bebeau, M. J., J. R. Rest, dan C. M. Yamoor. 1985. Measuring Dental Students’ Ethical Sensitivity. Journal of Dental Education. Vol. 49. pp. 225-235.
Direktori Kantor Akuntan Publik. 2005. http://www Direktori KAP. or.id/
Forsyth, D. R., 1980. A Taxonomy of Ethical Ideologies. Journal of Personality and Social Psychology. Vol 39. pp. 175-184.
Forsyth, D. R., 1981. Moral Judgment: The Influence of Ethical Ideology. Personality and Social Psychology Bulletin. Vol. 7. pp. 218-223.
Ghozali, Imam. 2004. Model Persamaan Struktural –Konsep dan Aplikasi dengan Program Amos Ver 5,0. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi 3. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.
Harrell, A., E. Chewning, dan M. Taylor. 1986. Organizational-Professional Conflict and the Job Satisfaction and Turnover Intentions of Internal Auditor. Auditing: A Journal of Practice & Theory. Vol. 5. pp. 109-121.
Hunt, S. D., dan S. J. Vitell. 1986. A General Theory of Marketing Ethics. Journal of Macromarketing. Spring. Pp. 5-16.
Kalbers, P., Lawrence dan Timothy J Forgarty. 1995. Profesionalism and Its Consequences: A Study of Internal Auditors. Auditing: A Journal of Practice. Vol. 14 no. 1. pp. 64-86.
21
Kell, W. G, Boynton, W. C., dan Ziegler, R. E. 1996. Modern Auditing. 4 th Edition, John Wiley & Sons: New York/Brisbane/Toronto/ Singapore.
Lachman, R., dan N. Aranya. 1986. Evaluation of Alternative Models of Commitmrnts and Job Attitudes of Professional. Journal of Accupational Behavior. Vol. 7. pp. 227-243.
Larkin, Joseph M.. 1990. Does Gender Affect Auditor KAPs’ Performance?. The Women CPA. Spring. Pp. 20-21.
Mauzt, R. K. dan H. A. Sharaf. 1961. The Philosopy of Auditing. Sarasota, FL: American Accounting Association.
Mowday, R. T., L. W Porter dan R. M. Steers. 1982. Employee-Organization Linkages. New York: Academic Press.
Schawrtz Felice. N. 1996. Women in the Profession. Journal of Accountancy. February. Pp. 39-42.
Shaub, M.K, Don W. Finn dan Paul Munter (1993). The Effects of Auditors’ Ethical Orientation on Commitment and Ethical Sensitivity. Behavioral Research in Accounting. Vol. 5
Stephen, Robbins. 2004. Perilaku Organisasi: Konsep, Kontroversi, Aplikasi. Edisi Bahasa Indonesia. PT. Prenhallindo. Jakarta.
Toruan, H. B. L. 1999. Urgensi Peer Review Bagi Akuntan Indonesia. Media Akuntansi. No. 2/Th. 1 Agustus.
Velasquez, M. G., dan C. Rostankowski 1985. Ethics: Theory and Practice. Englewood Cliffs. NJ: Prentice-Hall.
Volker, J. M., 1984. Couseling Experince, Moral Judgment, Awareness of Consequnces, and Moral Sensitivity in Counseling Practice. Unpublished Doctoral Disertation. Minneapolis, MN: University of Minnesota Press.
Wibowo, Purwoko. 1996. Analisis Pengaruh Pengalaman terhadap Profesionalisme Auditor Internal dan Pengaruh Profesionalieme terhadap Komitmen Organisasional, Dorongan Berpindah Kerja, Kepuasan Kerja dan Kinerja Auditor Internal, FE UGM.
22
LAMPIRAN
Gambar 1
Taxonomi Orientasi Etika
SituationistMenolak kaidah moral; menganjurkan analisis individual dari setiap tindakan dalam setiap situasi; relativistis.
AbsolutistAsumsi kemungkinan hasil terbaik akan selalu dicapai jika mengikuti kaidah moral secara keseluruhan
SubjectivistPenilaian didasarkan pada nilai personal dan perspektif daripada prinsip moral secara keseluruhan; relativistis.
ExceptionistMoral yang absolut mengarahkan pada judgment tetapi secara pragmatik pengecualian untuk standar; berfaedah (utilitarian).
Sumber: Forsyt (1981)
Gambar 2Model Sensitivitas Etika Akuntan
Tabel 1
23
Idealisme
Relativisme
Komitmen Profesional
Komitmen Organisasi
Sensitivitas Etika
Relativisme Tinggi Relativisme Rendah
Idealisme Tinggi
IdealismeRendah
DATA DEMOGRAFI RESPONDEN
Keterangan (n = 32) Proporsi Rata-rataJenis kelamin:
Laki-laki Perempuan
20 (62,5%)12 (37,5%)
Status: Menikah Belum menikah
28 (87,5%)4 (12,5 %)
Umur 26 – 37 tahunPengalaman di KAP > 3 tahunPelatihan akuntansi yang bertema etika 2 – 4 kaliPelatihan secara rutin di KAP yang bertema etika Tidak pernah
TABEL 2
HASIL PENGUJIAN CORRELATION MATRIX
Komitmen Profesional Idealisme Relativisme Komitmen
OrganisasionalIdealisme 0,168
(0,002)Relativisme 0, 234
(0,005)-0,320(0,024)
Komitmen Organisasional
0,560(0,001)
0,156(0,03)
-0,165 (0.031)
Sensitivitas Etika
0,142(0,03)
0,237 (0,012)
-0,211(0,043)
0,160(0,04)
TABEL 3
STATISTIK DESKRIPTIF
Rata-rata Standar DeviasiKomitmen Organisasi 4,32 0,64Komitmen Profesional 3,89 0,77Idealisme 4,62 0,89Relativisme 2,45 0,76Etika sensitivitas:
Jam Makan Menggunaan jam kerja untuk
urusan pribadi. Memberikan opini
73,45%12,34%
45,51%
0,24590,5380
0,4768Total etika sensitivitas 131,30% 0,9867
Gambar 3
GAMBAR DIAGRAM PATH
24
HASIL UJI GOODNESS OF FIT
.183 ,243
.172 .144 .054
-.115 -,240
-,138 .109
Uji hipotesis:Chi-squares = .401Probabilitas = .527AGFI =.934GFI = .993TLI = 1.021RMSEA = .000
TABEL 4
KOEFISIEN JALUR (PATH COEFFICIENTS)
Direct Effect
Indirect Effect C.R Keputusan
H1 Idealisme dengan Komitmen Profesional
0.172** 3,636 Signifikan
H2 Relativisme dengan Komitmen Profesional
-0,115** 2,423 Signifikan
H3 Idealisme dengan Komitmen Organisasional
0.183** 0,107 6,343 Signifikan
H4 Relativisme dengan Komitmen Organisasional
-0,240** -0,114 2,234 Signifikan
H5 Komitmen Profesional dengan Komitmen Organisasional
0,144*** 3,211 Signifikan
H6 Idealisme dengan Sensitivitas Etika
-0.243** 0,006 3,056 Signifikan
H7 Relativisme dengan Sensitivitas Etika
-0,138** -0,012 2,125 Signifikan
H8 Komitmen Profesional dengan Sensitivitas Etika
0.054 0,033 1,452 Tidak Signifikan
H9 Komitmen Organisasional dengan Sensitivitas Etika
0,109 0,621 Tidak Signifikan
**Signifikansi pada level p< 0,05*** Signifikansi pada level p< 0,001Sumber: Data primer diolah, 2007
25
Idealisme
Relativisme
Komitmen Profesional
Komitmen Organisasi
Sensitivitas Etika