Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam aktivitas bisnis dapat dipastikan terjadi persaingan di antara
pelaku usaha. Pelaku usaha akan berusaha menciptakan, mengemas serta
memasarkan produk yang dimiliki baik barang dan jasa sebaik mungkin
agar diminati dan dibeli oleh konsumen. Dari sisi manfaat, persaingan
dalam dunia usaha adalah cara yang efektif untuk mencapai
pendayagunaan sumber daya secara optimal. Dengan adanya rivalitas akan
cendrung menekan ongkos-ongkos produksi sehingga harga menjadi lebih
rendah serta kualitas semakin meningkat.1
Dalam undang-undang
Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha tidak Sehat Pasal 1
point 5 dinyatakan Pelaku usaha adalah setiap orang perorangan atau
badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum yang didirikan dan
berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Negara
Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian
meyelenggarakan berbagai kegiatan usaha dalam bidang ekonomi.2
Undang-undang nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah menjelaskan Usaha Mikro adalah usaha produktif
milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan. Usaha Kecil
1 Mustafa Kamal Rokan, Hukum Persaingan Usaha, Penerbit PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta,
2012, h. 8. 2 Dr. Pande Radja Silalahi, Posisi Dominan dan Pemilikan Silang, Penerbit PT. Telaga Ilmu
Indonesia, Jakarta Selatan, 2009, h. 45.
2
adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh
orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha
Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil. Usaha
Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil
atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan
tahunan sebagaimana diatur dalam Undang- Undang.
Dalam Pasal 33 UUD’45 menetapkan bahwa perekonomian
Indonesia bertujuan pada pembangunan ekonomi berdasarkan
demokratis bersifat kerakyatan dengan keadilan social bagi rakyat
Indonesia melalui pendekatan kesejahtraan dan mekanisme pasar.
Tujuan perekonomian nasional dapat dicapai dengan memberikan
perasamaan kesempatan bagi setiap pelaku usaha besar maupun
kecil yang tidak lain adalah esensi daripada ekonomi pasar yang
ada sekarang.3
Hukum Persaingan usaha memiliki tujuan untuk menjamin
kebebasan ekonomi khususnya kebebasan untuk bersaing (freedom of
competition). Selain itu hukum persaingan usaha juga memiliki tujuan lain
diantaranya untuk mencegah penyalahgunaan kekuatan ekonomi
(prevention of abuse of economic power) yaitu dengan menjamin supaya
persaingan terjadi secara proporsional, dalam arti pihak yang kuat secara
3 Faculty of Law – Gajah Mada University, Hukum Persaingan Usaha di Indonesia dan
Perkembangannya, Penerbit CICODS FH-UGM, Yogyakarta, 2009, h. 23.
3
ekonomi tidak merugikan pelaku usaha yang lain dalam persaingan4
Peraturan tentang hukum persaingan dalam bentuk undang-undang,
diharapkan dapat memberikan aturan main kepada pelaku usaha atau
ekonomi dalam melaksanakan kegiatan bisnis, hendaklah diberi nama
larangan praktik monopoli. Di beberapa Negara, undang-undang semacam
ini lazim disebut Undang-Undang Antitrust atau Anti Monopoli.5
Undang-undang Persaingan Usaha juga mengatur pembentukan
Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) merupakan komisi negara
dan lembaga penegak hukum independen terhadap praktik persaingan
usaha dan member saran kebijakan persaingan. Bebas dari pengaruh dan
control pemerintah dan pihak manapun. Komisi Pengawas Persaingan
Usaha Tidak Sehat dibentuk dengan keputusan presiden No. 75 Tahun
1999. Pasal-Pasal yang member mandate atas keberadaan KKPU adalah :
Pasal 30
Untuk mengawasi pelakasanaan Undang-undang ini dibentuk
Komisi Pengawas Persaingan Usaha yang selanjutnya disebut komisi.
Pasal 34
1. Pembentukan Komisi serta susunan organisasi, tugas, dan
fungsinya ditetapkan dengan keputusan Presiden.
Komisi Pengawas Persaingan Usaha dibentuk dengan tugas antara
lain untuk melakukan pengawas terhadap pelaksanaan Undang-
4 Arie Siswanto, Hukum Persaingan Usaha, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta Selatan, 2002, h.
26. 5 Syud Margono, Hukum Anti Monopoli, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, h. 20.
4
undang No. 5 Tahun 1999, yang memuat ketentuan anatara lain
tentang :
a) Perjanjian yang dilarang
b) Kegiatan yang dilarang
c) Posisi dominan
d) KKPU dan
e) Penegakan hukum (ketentuan saksi)
Komisi Pengawas Persaingan Usaha juga berwenang member saran
dan pertimbangan kepada pemerintah berkaitan dengan kebijakan yang
mempengaruhi persaingan usaha dalam bentuk kajiann proses pembentukan
peraturan, evaluasi kebijakan, atau rekomendasi diberlakukanya kebijakan.
KKPU bertanggung jawab secara langsung kepada Presiden dan Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR).6
Secara ritel pertumbuhan toko-toko modern di Indonesia sangat
pesat. Perkembangan ini tidak terlepas dari tuntutan hidup yang praktis.
Namun tidak dapat dipungkiri bahwa kehadiran toko-toko modern dalam
sekala besar mengancam pedagang-pedagang kecil menengah karena tidak
mampu bersaing. Pada dasarnya sebuah perusahaan tidak dilang menguasai
pasar 50 persen atau lebih. Beberapa perusahaan juga tidak dilarang 75
persen atau lebih, yang dilarang ialah posisi dominan disalahgunakan untuk
mengeksploitasi konsumen atau pelaku usaha lain atau berusaha untuk
6 Drs. Suharsil, S.H., M.H., Hukum Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat Di Indonesia, Ghalia Indonesia, Ciawi-Bogor, 2002, h. 149-150.
5
menyingkirkan atau menghalangi pelaku usaha lain untuk masuk ke dalam
pasar.7
Toko modern adalah toko dengan sistem pelayanan mandiri yang
menjual berbagai jenis barang secara eceran. Toko modern dibedakan
menjadi minimarket, supermarket, hypermarket, department store dan
perkulakan. Pembedaan toko modern tersebut didasarkan atas luas lantai dan
variasi barang dagangan. Minimarket, supermarket dan hypermarket
menjual barang konsumsi terutama produk makanan dan produk
rumahtangga lainnya secara eceran. Department Store menjual barang
konsumsi utamanya produk sandang dan perlengkapannya secara eceran.
Pengertian toko modern menurut Pasal 1 angka 5 Perpres 112/2007 adalah
toko dengan sistem pelayanan mandiri, menjual berbagai jenis barang secara
eceran yang berbentuk Minimarket, Supermarket, Department Store,
Hypermarket ataupun grosir yang berbentuk Perkulakan. Setiap toko
modern wajib memperhitungkan kondisi sosial ekonomi mayarakat sekitar
serta jarak antara toko modern dengan pasar tradisional yang telah ada.
Minat masyarakat untuk berbelanja di minimarket juga meningkat
karena adanya pendapat bahwa pasar modern (termasuk minimarket) lebih
rapi, bersih dan praktis daripada pasar tradisional, meskipun tak sedikit pula
masyarakat yang memilih loyal terhadap pasar tradisional. Hal ini
merupakan pergeseran dari kebutuhan fungsional menjadi kebutuhan
psikologis kebutuhan fungsional (functional needs) adalah kebutuhan yang
berhubungan langsung dengan bentuk atau penampilan (performance) dari
7Syud Margono, Op.Cit., h. 125.
6
produk, sedangkan kebutuhan psikologis (psychological needs) adalah
kebutuhan yang diasosiasikan dengan kebutuhan yang bersifat mental dari
konsumen yang dapat terpenuhi dengan berbelanja ataupun membeli sebuah
produk. Terkait dengan kebutuhan masyarakat mengenai kebutuhan
minimarket modern, pemerintah menerbitkan peraturan mengenai toko
modern diatur dalam Perpres No. 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan
Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern.
Pedagang ritel tradisional yang barang dagangannya kurang lengkap
ditambah pelayanan serta kenyamanan yang di berikan tidak sebaik dan
sebagus pasar ritel modern, membuat persaingan ini sangat memberi
dampak negatif terhadap pasar ritel tradisional. Modal apa adanya, SDM
yang sebagian besar berpendidikan rendah membuat pasar ritel tradisional
tersebut semakin kalah saing dengan pasar ritel modern8.
Banyaknya minimarket tersebut akan membawa dampak buruk
terhadap toko-toko tradisional, warung kecil yang tadinya untuk mata
pencaharian mereka, dengan adanya Indomaret posisi dominan tersebut
turunnya omzet di beberapa toko-toko tradisional karena kalah untuk
bersaing dari segi kenyamanan tempat yang lebih bagus dan lebih mudah
memilih dan mengambil sendiri barang yang akan kita beli, karena beberapa
syarat fasilitas yang diberikan oleh perjanjian jaringan minimarket ini,
memberikan label harga pada barang untuk kemudahan pembelian
konsumen.9
8 Kristin Widya Utami, Manajemen Retail Edisi 2, Salemba Empat, Jakarta, 2010, h. 265. 9 Adrian Sutedi, SH., M.H., Hukum Waralaba, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2008, h. 34.
7
Melihat perkembangannya minimarket Indomaret berpotensi
melanggar UU Larangan Praktik Monopoli karena memiliki posisi dominan,
yaitu menguasai pangsa pasar karena kemampuan keuangan dan
kemampuan akses pasokan. Posisi Dominan Pasar dengan jumlah produsen
yang banyak tidak identik bahwa pasar tersebut bersaing sempurna, jumlah
persahaan tidak akan berarti apabila dalam pasar yang bersangkutan terdapat
dominan firm atau posisi dominan, pasar dengan dominan firm adalah pasar
dimana satu perusahaan menguasai sebagian besar pangsa pasar sisanya
dikuasai oleh perusahaan-perusahaan berskala kecil tetapi dengan jumlah
yang sangat besar dengan strukutur pasar seperti ini, dapat mempengaruhi
pembentukan harga dipasar melalui pengaturan tingkat produksinya
sehingga ia mempunyai kekuatan monopoli yang cukup berarti, dominan
firm selain dapat hanya terdiri dari satu perusahaan juga terdapat terdiri atas
beberapa perusahaan yang secara kolektif menyatukan pengambilan
keputusan dalam bentuk kartel, dominan firm akan bertindak sebagai
pengatur harga, didalam pasar yang dikuasai oleh dominan firm kekuatan
pasar akan ditentukan oleh jumlah perusahaan yang memasuki pasar, dan
biaya produksinya10
Posisi dominan adalah keadaan dimana pelaku tidak memiliki
pesaing yang berarti dipasar yang bersangkutan dalam kaitan dengan
pangsa pasar yang dikuasai, atau pelaku usaha yang mempunyai posisi
tertinggi di antara pesaingnya di pasar bersangkutan dalam kaitan dengan
kemampuan keuangan, kemampuan akses pada pasokan atau penjualan,
10
Suhasril dan Mohammad Taufik Makarao, Hukum Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat di Indonesia, Ciawi Bogor, Ghalia Indonesia, 2010. H. 55.
8
serta kemampuan untuk menyesuaikan pasokan atau permintaan barang
atau jasa tertentu.
PT Indomarco Prismatama berencana terus ekspansi gerai. Anak
usaha PT Indoritel Makmur Internasional Tbk (DNET) itu bakal
membangun gerai baru untuk mendukung perluasan pasar. Hingga kuartal
III tahun lalu, perusahaan sudah memiliki 14.846 gerai Indomaret yang
tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Jumlah tersebut akan terus
ditambah. Salah satu wilayah ekspansi yang menarik adalah wilayah timur
seiring dengan pembangunan infrastruktur. Yang jelas, perusahaan akan
membangun gerai yang terdapat titik distribusi milik. Oleh karena itu
penambahan akan dilakukan secara bertahap sesuai dengan infrastruktur
pendukung di lokasi-lokasi yang dituju.
Putusan KPPU No. 03/KPPU-L/I/2000 PT indomarco Prismatama
di gugat oleh lemabaga swadaya masyarakat menyatakan bahawa sebagian
besar pengusaha kecil/pemilik warung menyatakan memiliki dampak
negatif dari berdirinya swalayan indomaret terhadap usaha mereka, yaitu
berupa :
1. Penghasilan atau omset penjualan menjadi turun drastis;
2. Banyak usaha kecil yang tutup atau tidak berjualan lagi karena
kalah bersaing dalam harga dan pelayanan dengan Toko Swalayan
Indomaret;
9
3. Biaya kehidupan rumah tangga mereka terancam, karena
sebelumnya warung tersebut merupakan mata pencarian untuk
biaya kehidupan sehari hari.
Keberadaan Indomaret tersebut mempunyai dampak merugikan
pengusaha kecil yang ada disekitarnya, di setiap satu Toko Swalayan
Indomaret. Padahal di sekitarnya diperkirakan ada 10 usaha kecil,
maka apabila ada 290 Toko Swalayan Indomaret akibatnya 2900 usaha
kecil terancam mati, karena kalah bersaing dengan harga dan
kenyamanan yang disediakan oleh Indomaret.
Swalayan Indomaret tersebut telah atau diduga oleh Saksi Pelapor
melanggar Undang-Undang Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat pada Pasal 1 Ayat 4. Maksud dari posisi dominan yaitu:
menguasai pangsa pasar karena kemampuan keuangan, kemampuan akses
pada pasokan. Pasal 1 Ayat 8 persekongkolan menguasai pasar untuk
kepentingan pelaku usaha yang bersekongkol, sehingga dilarang sesuai
Pasal 22 tentang persekongkolan dan pasal 25 tentang posisi dominan,
kemudian Pasal 15 tentang larangan membuat persyaratan pemasokan dari
pelaku usaha tertentu.
Bahwa setelah melakukan monitoring, komisi menemukan adanya
keresahan sosial yang disebabkan oleh praktek usaha Terlapor disamping
dugaan pelanggaran sebagaimana yang dilaporkan atas Pasal 15, Pasal
22, dan Pasal 25 Undang-undang No.5 Tahun 1999 tentang Larangan
Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Keresahan sosial
10
yang dimaksud adalah persaingan yang terjadi antara pelaku usaha besar
dengan pelaku usaha kecil yang menimbulkan gangguan keseimbangan
yang berpotensi menurunkan kesejahteraan pelaku usaha kecil. Disamping
itu juga disebabkan oleh hal-hal berkaitan dengan perizinan usaha, lokasi
usaha, jam pelayanan, dan tata ruang yang berasaskan kepentingan secara
terpadu guna mewujudkan keseimbangan kepentinga.
Majelis Komisi menemukan fakta sejumlah warung kecil di sekitar
Toko Swalayan Indomaret di wilayah Jakarta, Bekasi dan Tangerang,
sebagai berikut:
1. Seluruh warung menyatakan merasakan terpengaruh dengan
berdirinya Toko Swalayan Indomaret yaitu terjadi penurunan
omset penjualan;
2. Terdapat harga-harga yang lebih murah untuk produk tertentu
khususnya yang berasal dari PT. Indomarco Adi Prima yang dijual
di Toko Swalayan Indomaret;
3. Sebagian besar warung kecil yang berada di sekitar Toko Swalayan
Indomaret, memiliki kemampuan bersaing yang rendah karena
keterbatasan manajemen, permodalan, dan keterbatasan akses
terhadap pasokan barang.
11
Putusan terhadap gugatan tersebut menyatakan :
Memerintahkan kepada Terlapor untuk menghentikan ekspansinya
di pasar-pasar tradisional yang berhadapan langsung dengan pengecer
kecil dalam rangka mewujudkan keseimbangan persaingan antar pelaku
usaha besar, pelaku usaha menengah dan pelaku usaha kecil;
Merekomendasikan kepada Pemerintah untuk segera
menyempurnakan dan mengefektifkan pelaksanaan peraturan dan langkah-
langkah kebijakan yang meliputi antara lain dan tidak terbatas pada
kebijakan lokasi dan tata ruang, perizinan, jam buka, dan lingkungan
sosial;
Merekomendasikan kepada Pemerintah segera melakukan
pembinaan dan pemberdayaan usaha kecil menengah atau pengecer kecil
agar memiliki daya saing lebih tinggi dan dapat berusaha secara
berdampingan dengan usaha-usaha menengah atau besar;
Namun pada pelakasananya belum ada penyepurnaan dan
pengektifan pelaksanaan peraturan-peraturan tentang perizinan, ekspansi
indomaret terhadap pegadang kecil/warung eceran oleh pemerintah daerah
maupun pemerintah pusat. Peraturan Mentri Perdagangan nomor 70 tahun
2013 pada pasal 3 menjelasankan jumlah pasar tradisional, pusat
perbelanjaan, dan toko modern dengan pasar tradisional atau toko eceran
tradisional ditetapkan oleh pemerintah daerah setempat. pemerintah daerah
setempat dalam menetapkan jumlah serta jarak sebagaimana dimaksud
harus mempertimbangkan kepadatan dan pertumbuhan penduduk, potensi
12
ekonomi daerah pola kehidupan masyarakat setempat serta jam kerja toko
modern yang sinergi yang tidak mematikan usaha toko eceran tradisonal
disekeitarnya.
Berdasarkan dari permasalahan tersebut tentang perkembangan
Toko Modern khsusnya Indomaret di Indonesia dilakukan penelitian
tentang pengaturan Penataan dan Pembinaan pasar Tradisional, Pusat
Perbelanjaan dan Toko Modern pasar tradisional pada Perpres Nomor 112
Tahun 2007 dengan Undang-Undang nomor 5 tahun 1999 tentang
Larangan Praktek Monopoli Persaingan dan Usaha Tidak Sehat. Dengan
ini penulis member judul “KONSTRUKSI HUKUM PENATAAN
PASAR MODERN BERDASARKAN UNDANG UNDANG
LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI ‘’
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana konstruksi hukum penataan pasar modern agar tidak
melanggar kaidah-kaidah hukum yang terdapat pada undang-undang
nomor 5 tahun 1999 tentang larangan praktik monopoli?
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini ialah:
1. Mengetahui konstruksi hukum penataan pasar modern agar sesuai
dengan undang-undang larangan praktik monopoli persaingan.
13
D. MANFAAT PENELITIAN
Dalam penulisan proposal skripsi ini dikemukakan beberapa manfaat
yaitu:
1. Untuk mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama menempuh
pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Kristen Satya Wacana.
2. Hasil penulisan memberikan gambaran kepada Pemerintah dalam
merekonstruksi undang-undang serta peraturan-peraturan yang terkait
penataan pasar tradisional dan pasar modern.
E. METODE PENELITIAN
Metode penilitian menurut Peter Mahmud Marzuki, bahwa
penelitian hukum sebagai suatu proses yang menemukan aturan hukum,
prinsip-prinsip hukum maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu-
isu hukum yang dihadapi.11
Oleh karena itu, dalam penelitian ini, penulis
menggunakan penelitian yuridis normatif. Adapun metode pendekatan
yang dipakai dalam penelitian ini adalah beberapa metode yang terdapat
dalam penelitian hukum normatif, antara lain: pendekatan analisis konsep
hukum (analytical and cenceptual approach), pendekatan sejarah
(historical approach), dan pendekatan filsafat (philosophy approach).12
11
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum. Cet 2, Kencana, Jakarta, 2008, h. 35. 12
Ibid., h. 95.
14
F. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan berupa uraian tentang penelitan. Secara
sitematis penulis membagi skripsi menjadi 3 bab, dan tiap babnya terbagi
menjadi beberapa sub bab, antara lain sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan
Pada Bab ini berisi latar belakang masalah, pokok permasalahan,
tujuan penelitian, metode penelitian sistematika penulisan sebagai
kerangka penelitian ini
Bab II Pembahasan
Pada Bab ini menguraikan tentang menganalisis masalah yang
terjadi dengan peraturan perundang-undangan, asas-asas yang berlaku
serta hal-hal yang berkaitan dengan hukum persaingan usaha. Bab ini akan
menjawab setiap rumusan masalah dalam penelitian ini.
Bab III Kesimpulan
Bab ini merupakan bab penutup yang memberikan kesimpulan dan
saran dari penulis. Pada bab ini, penulis akan menjawab pokok
permasalahan yang telah dikemukakan pada Bab Pendahuluan.