Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB 1. PENDAHULUAN
Definisi Drainasi
Ilmu pengetahuan yang mempelajari usaha untuk membuang air yang berlebih dalam suatu kegiatan
tertentu
Mengapa perlu dibuang?
Kondisi debit pada saluran/sungai atau genangan yang melebihi kondisi normal yang umumnya terjadi.
Luapan air dari sungai/saluran ke lahan yang biasanya kering dan terjadi
kerugian
Aliran normal
Tipikal penampang saluran drainase kota ideal
Lebar dasar
Kebutuhan lebar penampang
Kebutuhan lebar total
Batas
sempadan Batas
sempadan
Jalan
Inspeksi
Parapet
1V : 2H 1V : 2H
Jalan
Inspeksi
Parapet
Tipikal penampang saluran drainase kota ideal
Banjir Bengawan Solo di Cepu, 2007
Bencana banjir Jakarta 2002
Bencana UU Nomor 24 Tahun 2007 tentang “Penanggulangan Bencana”
1) Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
2) Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah langsor.
DAERAH PENGUASAAN SUNGAI
DATARAN BANJIR (“FLOOD PLAIN”) DATARAN BANJIR
SUNGAI
GS GS
GS GS
DATARAN BANJIR DATARAN BANJIR
BANTARAN BANTARAN
TANGGUL
M.A.N
M.A.B M.A.B
BANJIR YANG LAYAK DIKENDALIKAN BANJIR > DARI YANG DIKENDALIKAN
PALUNG SUNGAI
DEBIT/ALIRAN NORMAL
M.A.N
M.A.B
TANGGUL
BANTARAN BANTARAN
KOMBINASI REKAYASA DAN PENYESUAIAN THD.FENOMENA ALAM
RUMAH PANGGUNG
LIVING WITH FLOODS
Pengaruh Urbanisasi
Interaksi aktivitas manusia dengan siklus hidrologi alamiah
Pengaruh Urbanisasi
Siklus Hidrologi pada Sistem DAS
Sumber: Luknanto, D. (2011)
Jenis Drainase
1) Drainasi Alamiah
2) Drainasi Buatan
3) Drainasi Permukaan
4) Drainasi Bawah PermukaanTanah
5) Single Purpose
6) Multi Purpose
Jenis Jenis Kegiatan yang dilindungi Sistem Drainasi
1. Drainasi Perkotaan (Jalan, Kampus, Perumahan, dsb)
2. Drainasi Daerah Pertanian
3. Drainasi Lapangan Terbang
4. Drainasi Lapangan Sepak Bola (Stadion)
5. Dll
Sistem Drainase Perkotaan
Beberapa istilah penting 1. Saluran drainase merupakan prasarana yang berfungsi mengalirkan air permukaan ke badan
air atau ke bangunan resapan buatan
2. Drainase berwawasan lingkungan adalah pengelolaan drainase yang tidak menimbulkan dampak yang merugikan bagi lingkungan
3. Drainase perkotaan adalah sistem drainase dalam wilayah administrasi kota dan daerah perkotaan (urban) yang berfungsi untuk mengendalikan atau mengeringkan kelebihan air permukaan di daerah permukiman yang berasal dari hujan lokal, sehingga tidak mengganggu masyarakat dan dapat memberikan manfaat bagi kehidupan manusia.
4. Pengendali banjir adalah bangunan untuk mengendalikan tinggi muka air agar tidak terjadi limpasan atau genangan yang menimbulkan kerugian.
5. Badan penerima air adalah sungai, danau, atau laut yang menerima aliran dari sistem drainase perkotaan.
Fungsi Drainase
1. Mengeringkan bagian wilayah kota dari genangan sehingga tidak menimbulkan dampak negatif.
2. Mengalirkan air permukaan ke badan air penerima terdekat secepatnya.
3. Mengendalikan kelebihan air permukaan yang dapat dimanfaatkan untuk persediaan air dan kehidupan akuatik.
4. Meresapkan air pemukaan untuk menjaga kelestarian air tanah (konservasi air).
5. Melindungi prasarana dan sarana yang sudah terbangun.
Berdasarkan Fungsi Layanan:
1. Sistem drainase lokal adalah saluran awal yang melayani suatu kawasan kota tertentu seperti komplek permukiman, areal pasar, perkantoran, areal industri dan komersial. Sistem ini melayani areal kurang dari 10 ha.
2. Sistem drainase utama adalah saluran drainase primer, sekunder, tersier beserta bangunan pelengkapnya yang melayani kepentingan sebagian besar warga masyarakat.
3. Sungai yang melalui wilayah kota yang berfungsi mengendalikan air sungai, sehingga tidak mengganggu dan dapat memberi manfaat bagi kehidupan masyarakat.
Berdasarkan Fisiknya: 1. Sistem saluran primer adalah saluran utama yang menerima
masukan aliran dari saluran sekunder
2. Sistem saluran sekunder adalah saluran terbuka atau tertutup yang berfungsi menerima aliran air dari saluran tersier dan limpasan air dari permukaan sekitarnya, dan meneruskan air ke saluran primer.
3. Sistem saluran tersier adalah saluran drainase yang menerima air dari saluran drainase lokal.
Arah Kebijakan Penyelenggaran/penanganan terpadu dengan sektor terkait terutama pengendalian banjir, air limbah dan sampah).
Mengoptimalkan sistem yang ada, disamping pembangunan baru.
Melakukan koordinasi dengan instansi terkait, dunia usaha dan masyarakat.
Mendorong Pemkab/Pemkot dalam pembangunan S&P drainase untuk melancarkan perekonomian regional dan nasional serta meningkatkan tenaga kerja.
(Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor /PRT/M/2006)
Prinsip 1: Keterpaduan
Peningkatan aliran permukaan akibat
perubahan tata guna lahan harus
dikendalikan secara terpadu oleh instansi
terkait (Kehutanan, Pertanian, Tata Ruang)
Penyiapan Rencana Induk Sistem
Drainase yang terpadu
Mengembangkan sistem drainase
yang berwawasan lingkungan
Prinsip 2: Optimalisasi
Optimalisasi prasarana dan sarana sistem
drainase yang ada perlu mendapat
prioritas dan dukungan dari seluruh
pemangku kepentingan
Pengembangan kapasitas operasi & pemeliharan sarana & prasarana terbangun
Menyiapkan prioritas optimalisasi system prioritas tertinggi
Mengembangkan kampanye peningkatan peran masyarakat
Prinsip 3: Peningkatan Kelembagaan
Kapasitas kelembagaan meliputi:
-bidang perencanaan dan koordinasi;
operasi dan pemeliharaan, pelaksanaan
dan pengendalian.
Peningkatan koordinasi antar instansi terkait
Peningkatan SDM yang menangani sistem drainase perkotaan.
Prinsip 4: Pelayanan Publik
Meningkatkan pelayanan publik, sosialisasi,
kampanye publik dan pemberdayaan
masyarakat
Menyiapkan peraturan perundang Undangan
Perkuatan institusi
Mengembangkan sumber pendanaan
Mendorong swasta/masyarakat ikut berpartisipasi dalam pengelolaan drainase
1. Membuat diagram skematik air kawasan
2. Mendukung penggunaan air alternatif secara mandiri
3. Mengurangi beban drainase lingkungan dengan sistem manajemen air hujan secara terpadu
4. Menjaga pelestarian badan air dan lahan basah dari dampak pembangunan kawasan
5. Manajemen pengelolaan air limbah
GREENSHIP Manajemen dan Konservasi Air
Pembangunan Drainase Perkotaan Beberapa prinsip dasar pembangunan
Kapasitas sistem harus mencukupi, baik untuk melayani pengaliran air ke badan penerima air, maupun ntuk meresapkan air ke dalam tanah.
Sedapat mungkin menggunakan sistem gravitasi, hanya dalam hal sistem gravitasi tidak memungkinkan baru digunakan sistem pompa.
Meminimalkan pembebasan lahan dan aliran permukaan serta memaksimalkan resapan
Letak sistem memenuhi kriteria perkotaan dan memiliki kesempatan untuk perluasan sistem.
Dalam pelaksanaannya harus mempehatikan segi hidraulik dan tata letak dalam kaitannya dengan prasarana lainnya (jalan, dan utilitas kota).
Stabilitas sistem harus terjamin, baik dari segi struktural, keawetan sistem dan kemudahan dalam operasi dan pemeliharaan.
Tingkat Resiko Banjir
Penentuan prioritas penanganan meliputi hal sebagai berikut: • Parameter genangan, meliputi tinggi
genangan, luas genangan, dan lamanya genangan terjadi.
• Parameter frekuensi terjadinya genangan setiap tahunnya.
Faktor Medan dan Lingkungan
Topografi:
Pembangunan drainase pada daerah datar harus memperhatikan sistem pengaliran dan ketersediaan air penggelontor.
Kestabilan tanah:
Pembangunan di daerah lereng pegunungan harus memperhatikan masalah longsor yang disebabkan oleh kandungan air tanah.
Perubahan Paradigma Sampai saat ini masih banyak Kota menangani drainase dengan
paradigma lama yaitu mengalirkan air hujan yang berupa limpasan (run-off) secepat-cepatnya ke penerima air/badan air terdekat.
Penanganan masih bersifat teknis belum pempertimbangkan faktor lingkungan, sosial-ekonomi dan budaya, serta kesehatan lingkungan.
Paradigma baru: mengendalikan kelebihan air permukaan yang dapat dimanfaatkan untuk persediaan air baku dan kehidupan aquatik dengan meresapkan air permukaan sebanyak-banyaknya ke dalam tanah (untuk konservasi air).
Perubahan Paradigma Contoh penerapan paradigma baru: sumur resapan, taman resapan,
biopori, kolam retensi, perlambatan aliran, dll.
Tipe dan jenis konstruksi bangunan drainase untuk tujuan konservasi tanah perlu disesuaikan dengan kondisi lahan dan sifat fisik lapisan tanah.
Contoh: untuk tanah berkapur tidak disarankan menggunakan sumur resapan karena mudah terjadi penurunan permukaan tanah yang tidak merata
38
Con-Water Mashab ini adalah teknik menyelesaikan genangan dengan membuang air secepatnya secara gravitasi kedaerah lebih rendah atau dengan pompa bila topografi tak memungkinkan.
Con-Water Mashab
39
Pro-Water Mazhab ini adalah teknik menyelesaikan genangan dengan meresapkan air hujan kedalam tanah disekitar permukiman secara individual maupun komunal yang baru dikembangkan mulai tahun 1980an
Pro-Water Mazhab
40
Water Harvesting Water Harvesting
Water in the Air
Fog Harvesting
Overland Flow
Rain Water Harvesting
Rooftop Harvesting
Runoff Harvesting
Microcatchment Systems
Medium size Catchment
Flood Water Harvesting
Spate Irrigation
Groundwater
Groundwater Harvesting
Qanat System
Groundwater Dams
Sumber: Water and Environment Center (WEC) Sana’a University, Yemen
41
Fog Harvesting Rooftop Harvesting Runoff Harvesting
Floodwater Harvesting Groundwater Dam Qanat System
Water Harvesting
42
Pro-Water Mazhab
Porous Blocks Permeable Pavement
Rain Garden Chamber Soakaway
43
Pro-Water Mazhab
Bio Swale
Kolam Retensi
Bio retention
Kesimpulan
1. Seiring dengan pesatnya pertumbuhan perkotaan dan permasalahan banjir yang makin meningkat pula maka pengelolaan drainase perkotaan harus dilaksanakan secara menyeluruh dimulai dari tahap perencanaan, konstruksi, operasi dan pemeliharaan yang ditunjang peningkatan kelembagaan dan partisipasi masyarakat.
2. Pembangunan Sistem Drainase Perkotaan harus memperhatikan fungsi drainase perkotaan sebagai prasarana kota yang didasarkan pada konsep berwawasan lingkungan.
3. Konsep ini berkaitan dengan upaya konservasi sumber daya air yang pada prinsipnya adalah pengendalian air hujan dengan memaksimalkan peresapan ke dalam tanah dan meminimalkan aliran permukaan (limpasan)
KOTA
YOGYAKARTA
Pertumbuhan Penduduk 5 Tahun Terakhir 3.555.462 3.594.854 3.637.116 3.679.276 3.720.912 Kepadatan penduduk:106,25 jiwa/ ha.
Guna lahan: 81% area terbangun sebagai kawasan perkantoran baik swasta maupun pemerintah, jasa, area komersial, berupa hotel dan mall dan permukiman padat penduduk.
Ardhianie (2016) mengungkapkan bahwa Kecamatan Gondokusuman, Mergangsan, Mantrirejon, Jetis dan Umbulharjo adalah lima kecamatan di Kota Yogyakarta yang diprediksi mengalami krisis air
51,83% kebutuhan air penduduk di Kota Yogyakarta disokong oleh airtanah. Sementara itu, PDAM hanya mampu melayani 32,22% (RPJMD Kota Yogyakarta, 2017).
Paripurno (2016) mengungkapkan bahwa eksploitasi airtanah akibat maraknya pembangunan kawasan komersial di Kota Yogyakarta berdampak pada penurunan muka airtanah mencapai 20 hingga 35 cm per tahun
Pertambahan jumlah penduduk berdampak pada peningkatan kuantitas
ruang terbangun yang akhirnya berimplikasi pada kebutuhan air
BPBD DIY (2017) menyebutkan tergenangnya sejumlah titik pemukiman warga setiap kali terjadi hujan deras
Keterbatasan ruang resapan air berdampak pada penurunan cadangan
air tanah di wilayah perkotaan dan permukiman padat (Purwantara, 2015)
SLHD Kota Yogyakarta (2015) menemukan bahwa pada tahun 2015
sebanyak 80% air tanah di Kota Yogyakarta tidak memenuhi baku mutu
kualitas air tanah
Solusi yang Anda Tawarkan? Mari kita berbagi cerita/ide/gagasan untuk memberikan solusi yang tepat guna bagi masyarakat
Kota Yogyakarta dalam mewujudkan mimpi sebagai Kota Ramah Air (Water Resilient City):
1. Menabung Air Hujan, Memanen Manfaat
2. Mewujudkan Kota Yogyakarta sebagai Kota Ramah Air
3. Inovasi Sistem Konservasi Air untuk Mengatasi Krisis Air dan Banjir di Kota Yogyakarta
4. Peran CSR Perusahaan dalam Pelestarian Sungai di Kota Yogyakarta
5. Program Edukasi bagi Masyarakat secara Berkelanjutan
Ketentuan Pengerjaan: 1. Tugas dikerjakan individu/berkelompok (maksimal 2 orang)
2. Tugas dalam bentuk essay/feature/opini 5 halaman (kertas A4)
3. Hardcopy dikumpulkan tanggal 8 Oktober 2019 dan softfile dikirimkan ke email [email protected] dalam bentuk word maksimal tanggal 7 Oktober 2019 pukul 23.59 WIB
4. Ada hadiah menarik bagi artikel terpilih.