26
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Dunia perbankan selalu berkembang dan terus mengalami kemajuan dari jaman ke jaman. Perbankan tidak dapat lepas dari aktifitas kehidupan manusia sehari-harinya. Hampir semua elemen masyarakat di dunia selalu menggunakan jasa perbankan. Begitu pentingnya perbankan hingga menjadikannya suatu elemen yang vital dalam hidup manusia. Dalam dunia modern sekarang ini, peranan perbankan dalam memajukan perekonomian suatu negara sangatlah besar. Hampir semua sektor yang berhubungan dengan berbagai kegiatan keuangan selalu membutuhkan jasa bank. Oleh karena itu, saat ini dan di masa yang akan datang peran perbankan sangatlah dibutuhkan jika hendak menjalankan aktivitas keuangan, baik perorangan maupun lembaga, baik sosial maupun perusahaan (Kasmir, 2002 : 2).

Bab 1 fix harga saham

Embed Size (px)

DESCRIPTION

man KEu

Citation preview

17

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah PenelitianDunia perbankan selalu berkembang dan terus mengalami kemajuan dari jaman ke jaman. Perbankan tidak dapat lepas dari aktifitas kehidupan manusia sehari-harinya. Hampir semua elemen masyarakat di dunia selalu menggunakan jasa perbankan. Begitu pentingnya perbankan hingga menjadikannya suatu elemen yang vital dalam hidup manusia.Dalam dunia modern sekarang ini, peranan perbankan dalam memajukan perekonomian suatu negara sangatlah besar. Hampir semua sektor yang berhubungan dengan berbagai kegiatan keuangan selalu membutuhkan jasa bank. Oleh karena itu, saat ini dan di masa yang akan datang peran perbankan sangatlah dibutuhkan jika hendak menjalankan aktivitas keuangan, baik perorangan maupun lembaga, baik sosial maupun perusahaan (Kasmir, 2002 : 2).Bank merupakan lembaga keuangan yang terlibat dalam suatu pembiayaan ekonomi sedangkan yang lain adalah lembaga keuangan bukan bank (LKBB). Bank menurut Undang-Undang Perbankan dibedakan menjadi dua jenis, yaitu Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat sedangkan lembaga keuangan bukan bank merupakan lembaga pembiayaan yang dalam kegiatan usahanya tidak melakukan penghimpunan dana dan memberikan jasa seperti halnya bank. Contoh lembaga keuangan bukan bank antara lain perusahaan sekuritas, perusahaan asuransi, yayasan dana pensiun.Begitu pentingnya dunia perbankan, sehingga ada anggapan bahwa bank merupakan nyawa untuk menggerakkan roda perekonomian suatu negara. Anggapan ini tentunya tidak salah, karena fungsi bank sebagai lembaga keuangan sangatlah vital, misalnya dalam menciptakan uang, mengedarkan uang, menyediakan uang, untuk menunjang kegiatan usaha, tempat mengamankan uang, tempat melakukan investasi dan jasa keuangan lainnya (Kasmir, 2002 : 2).Bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat dalam bentuk kredit serta memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas peredaran uang. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan tiga fungsi utama bank dalam pembangunan ekonomi, yaitu :1. bank sebagai lembaga yang menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan,2. bank sebagai lembaga yang menyalurkan dana ke masyarakat dalam bentuk kredit,3. bank sebagai lembaga yang melancarkan transaksi perdagangan dan peredaran uang.Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit) dengan pihak-pihak yang memerlukan dana (deficit unit) serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar aliran lalu lintas pembayaran. Di samping itu, bank juga sebagai salah satu industri yang dalam kegiatan usahanya mengandalkan kepercayaan masyarakat sehingga mestinya tingkat kesehatan bank perlu dipelihara.Periode 1982-1988 sistem finansial di Indonesia didominasi perbankan, terutama bank komersial milik pemerintah. Peran penting bank swasta nasional melonjak pada putaran kedua reformasi keuangan (1988-1991) yang memfokuskan pada upaya penurunan hambatan pasar dan berbagai fasilitas yang dinikmati bank pemerintah. Akibatnya, 40 bank swasta baru dan 15 bank patungan telah dibentuk; sementara tidak ada satu pun tambahan bank pemerintah (sumber : www.bekasijakarta.blogspot.com, diakses tanggal 22 Agustus 2013).Kemampuan bank untuk melaksanakan kegiatan operasionalnya dipengaruhi oleh besar kecilnya modal. Mengingat pentingnya modal pada bank, pada tahun 1988 Bank for International Settlements (BIS) mengeluarkan suatu konsep kerangka permodalan yang lebih dikenal dengan The 1988 Accord (Basel I). Sistem ini dibuat sebagai penerapan kerangka pengukuran bagi risiko kredit, dengan mensyaratkan standar modal minimum adalah 8%.Pada tahun 1997/1998 jumlah kantor cabang perusahaan perbankan di Indonesia melonjak drastis menjadi 6.345 tetapi jumlah kantor cabang pada Januari 1998 berkurang akibat krisis menjadi 6.295. Hal ini yang oleh banyak pengamat disebut fenomena overbanking, yang tentunya mempersulit pengawasan Bank Indonesia (BI). Seiring dengan krisis multi dimensi yang menimpa Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 yang dimulai dengan merosotnya nilai rupiah terhadap dollar Amerika Serikat telah menghancurkan sendi-sendi ekonomi termasuk pada sektor perbankan.Krisis moneter yang terus-menerus mengakibatkan krisis kepercayaan, sehingga banyak bank dilanda penyakit yang sama. Hal ini menyebabkan banyak bank yang lumpuh karena dihantam kredit macet. Pada Seminar Restrukturisasi Perbankan di Jakarta pada tahun 1998 (Etty M. Naser dan Titik Aryati, 2000) disimpulkan beberapa penyebab menurunnya kinerja bank, antara lain:1.semakin meningkatnya kredit bermasalah perbankan,2.dampak likuidasi bank-bank 1 November 1997 yang mengakibatkan turunnya kepercayaan masyarakat terhadap perbankan dan pemerintah, sehingga memicu penarikan dana secara besar-besaran,3.semakin turunnya permodalan bank-bank,4.banyak bank-bank tidak mampu memenuhi kewajibannya karena menurunnya nilai tukar rupiah,5.manajemen tidak profesional.Faktor-faktor tersebut menyebabkan kepercayaan investor menurun terhadap kinerja perbankan. Hasilnya harga saham pada industri perbankan menurun drastis dan investor menarik dana investasinya dari bank tersebut sehingga kinerja operasi perbankan juga menurun.Sejalan dengan semakin berkembangnya produk-produk yang ada di dunia perbankan, Bank for International Settlements (BIS) kembali menyempurnakan kerangka permodalan yang ada pada The 1988 Accord dengan mengeluarkan konsep permodalan baru yaitu The New Basel Capital Accord Agreement yang lebih dikenal dengan Basel II. Basel II di Indonesia merupakan bagian dari tahapan Arsitektur Perbankan Indonesia yang dijalankan untuk periode tahun 2004-2013 (Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan, 2006).Pada tahun 2004, kinerja sektor perbankan di Indonesia menunjukkan tren yang membaik, tercermin dari meningkatnya loan to deposite ratio (LDR) dan menurunnya non-performing loan (NPL). Kedua hal ini merupakan faktor penting dimana para investor tertarik untuk menanamkan modal dalam sektor perbankan dengan menganalisis kinerja saham melalui harga pasar saham bank-bank tersebut.Pasar modal memiliki peranan penting bagi perekonomian suatu negara (Nainggolan, 2008). Pasar modal dapat menjadi sumber dan alternatif bagi perusahaan untuk mendapatkan modal serta merupakan tempat untuk investasi jangka panjang dan jangka pendek. Namun, di dunia usaha pasar modal lebih dilihat sebagai sumber pembiayaan jangka panjang, sedangkan sumber pembiayaan jangka pendek ada pada sektor perbankan atau lembaga keuangan lain.Pesatnya perkembangan pasar modal membuat investor lebih leluasa dalam melakukan aktivitas investasinya, bukan hanya investasi pada surat berharga tetapi juga pada tanah, emas, maupun perbankan. Namun, para investor perlu memiliki sejumlah informasi yang berkaitan dengan fluktuasi harga saham yang akan digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan pilihan untuk membeli saham-saham yang menguntungkan pada perusahaan yang layak. Tinggi rendahnya harga suatu saham dicerminkan dari kinerja keuangan perusahaan, semakin baik kinerja perusahaan maka akan semakin banyak calon investor yang tertarik untuk membeli saham, sehingga harga saham akan meningkat, begitu juga sebaliknya apabila kinerja perusahaan buruk maka calon investor tidak banyak yang tertarik untuk membeli saham, sehingga mengakibatkan harga saham menurun.Untuk mengetahui kinerja perusahaan, para investor dapat melihat pada laporan keuangan perusahaan tersebut. Sehingga akan memudahkan investor untuk menganalisis dan menentukan pilihan untuk berinvestasi pada saham perusahaan yang memiliki prospek yang baik.Ada dua aspek atau pendekatan yang sering digunakan oleh investor dalam melakukan analisis dan menilai saham, yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal. Analisis teknikal didasarkan pada pergerakan saham baik dalam skala harian, mingguan, maupun bulanan serta informasi lain yang relevan, sedangkan analisis fundamental menjadikan informasi keuangan perusahaan sebagai dasar analisis.Pertengahan tahun 2008, Indonesia kembali mengalami krisis ekonomi yang berasal dari permasalahan kegagalan pembayaran kredit perumahan (subprime morgage default) di Amerika Serikat (AS), krisis kemudian menggelembung merusak sistem perbankan bukan hanya di AS namun meluas hingga ke Eropa lalu ke Asia. Secara beruntun menyebabkan efek domino terhadap solvabilitas dan likuiditas lembaga-lembaga keuangan di negara-negara tersebut, yang antara lain menyebabkan kebangkrutan ratusan bank, perusahaan sekuritas, reksadana, dana pensiun, dan asuransi. Krisis kemudian merambat ke belahan Asia terutama negara-negara Asia seperti Jepang, Korea, China, Singapura, Hongkong, Malaysia, Thailand, dan termasuk Indonesia yang kebetulan sudah lama memiliki surat-surat berharga perusahaan-perusahaan tersebut (sumber: www.bekasijakarta.blogspot.com, diakses tanggal 22 Agustus 2013).Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 2008 berdampak terhadap jatuhnya harga saham sektor perbankan sehingga harga rata-rata saham sektor perbankan mengalami penurunan dan masih berfluktuasi hingga saat ini. Hal tersebut dapat dilihat pada perkembangan harga saham sektor perbankan yang tersaji pada tabel berikut.Tabel 1.Rata-rata harga saham sektor perbankan di Indonesia Tahun 2005-2012 (dalam Rupiah)Tahun20052006200720082009201020112012

Harga Saham868,751127,621392,36928,261232,411831,931820,412037,74

Sumber data : Bursa Efek IndonesiaBerdasarkan dari tabel 1 dapat dilihat bahwa rata-rata nilai harga saham sektor perbankan menunjukkan nilai yang berfluktuasi. Pada tahun 2005, kinerja sektor perbankan yang baik dapat dilihat dari harga rata-rata saham sektor perbankan di Bursa Efek Indonesia (BEI) dimana harga rata-rata saham sektor perbankan berada di level Rp 868,75. Lalu pada tahun 2006 terjadi peningkatan sehingga berada di level Rp 1127,62. Peningkatan kembali terjadi pada tahun 2007 sehingga berada di level Rp 1392,36.Namun krisis ekonomi global yang terjadi pada pertengahan tahun 2008 menyebabkan harga rata-rata saham sektor perbankan di Indonesia mengalami penurunan yang sangat drastis yaitu berada di level Rp 928,26. Hal ini menunjukkan bahwa saham sektor perbankan sangat rentan terhadap gejolak krisis ekonomi global. Namun pada tahun 2009, harga rata-rata saham sektor perbankan di Indonesia kembali mengalami peningkatan yaitu berada di level Rp 1232,41 yang dilanjutkan dengan peningkatan kembali pada tahun 2010 di level Rp 1831,93. Pada tahun 2011, harga rata-rata saham sektor perbankan mengalami sedikit penurunan yaitu berada di level Rp 1820,41. Tetapi pada tahun 2012, terjadi kembali peningkatan sehingga berada di level Rp 2037,74.Dalam rangka merespon krisis keuangan global 2008/2009, Leaders Summit pada tahun 2008 di Washington D.C. telah menyepakati 50 langkah penyelamatan ekonomi dunia atau dikenal dengan sebutan Washington Action Plans (WAP). Menindaklanjuti hal tersebut, G-20 memberikan amanat kepada Basel Committee on Banking Supervision (BCBS) untuk menyusun paket reformasi keuangan global, yang bertujuan (1) meningkatkan kemampuan sektor perbankan dalam menyerap krisis keuangan dan ekonomi; (2) meningkatkan praktek manajemen risiko dan governance serta memperkuat praktek transparansi dan pengungkapan pada sektor perbankan; dan (3) memperkuat resolusi bagi bank yang sistemik dan beroperasi secara lintas batas (Booklet Perbankan, 2012).Pada umumnya, tujuan investor melakukan investasi saham yaitu:1. capital gain, adalah keuntungan yang diperoleh dari selisih pergerakan harga saham pada saat membeli dan menjual,2. keuntungan yang diperoleh dari pembagian deviden.Dividen adalah laba yang diberikan emiten kepada para pemegang saham. Dari laba bersih perusahaan, sebagian dibagikan kepada para pemegang saham dalam bentuk dividen, sebagian lagi disisihkan menjadi laba ditahan (retained earning). Laba ditahan merupakan salah satu sumber dana yang terpenting untuk membiayai pertumbuhan perusahaan. Namun, dividen membentuk arus uang yang semakin banyak mengalir ke tangan para pemegang saham. Para pemegang saham tentu berharap mendapatkan dividen dalam jumlah besar. Oleh karena itu, perusahaan harus dapat mengalokasikan laba bersihnya dengan bijaksana.Perusahaan yang mampu memberikan dividen yang besar, harga saham juga akan meningkat. Sebaliknya, perusahaan yang terus-menerus tidak membagikan dividennya maka harga saham juga akan menurun. Jika laba bersih perusahaan meningkat, maka harga saham juga akan naik. Jadi, dividend per share merupakan salah satu indikator yang dapat menunjukkan kinerja perusahaan, karena besar kecilnya dividend per share akan ditentukan oleh laba perusahaan.Adapun faktor-faktor yang digunakan untuk menilai kinerja operasi perbankan umumnya meliputi lima aspek, yaitu: 1) capital; 2) assets; 3) management; 4) earnings; 5) liquidity yang biasa disebut CAMEL. Setiap aspek diwakili oleh rasio-rasio keuangan yang dapat memberikan gambaran mengenai tingkat kesehatan perbankan. Belajar dari pengalaman krisis perbankan akhirnya investor harus jeli dalam menganalisis dan memperhatikan aspek fundamental untuk menilai ekspektasi imbal hasil (return) yang akan diperoleh. Faktor-faktor fundamental perusahaan secara umum dapat diartikan sebagai faktor internal perusahaan yang digambarkan sebagai kinerja keuangan perusahaan yang dituangkan dalam bentuk laporan keuangan. Faktor-faktor fundamental mampu menggambarkan struktur keuangan perusahaan dan mengidentifikasi prospek perusahaan untuk dapat memperkirakan return saham pada masa yang akan datang.Penelitian yang dilakukan Fariz Abdullah dan L. Suryanto (2004), membahas variabel CAR, ALR, NPM, ROA, dan LDR yang berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan perbankan. Penelitian yang dilakukan Prasetyo (2006), membahas variabel CAR, NPL, BOPO, dan LDR terhadap kinerja keuangan pada bank menunjukkan bahwa adanya pengaruh variabel-variabel tersebut yang dilihat dari pertumbuhan laba. Lalu penelitian yang dilakukan oleh Yohanes Yuni Eko Nugroho (2010), membahas ROA, CAR, LDR, Dummy 1, dan Dummy 2 secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap suku bunga deposito. Penelitian yang dilakukan Syahru positif signifikan terhadap harga saham, sedangkan CAR, NPM, LDR tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.Objek penelitian penulis adalah perusahaan-perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI, khususnya bank umum nasional devisa. Penelitian ini adalah bentuk replikasi dari beberapa penelitian terdahulu dimana penulis menggunakan analisis terhadap pengaruh variabel Rasio CAMEL sebagai rasio keuangan perbankan, yaitu Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Net Profit Margin (NPM), Return on Assets (ROA), dan Loan to Deposite Ratio (LDR), terhadap variabel dependen harga saham.Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai analisis rasio CAMEL yaitu capital, assets, managements, earnings, dan liquidity yang berpengaruh terhadap harga saham perusahaan perbankan, sehingga mendasari peneliti untuk melaksanakan penelitian dengan judul Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Perbankan (CAMEL) terhadap Harga Saham pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2012.

B. Perumusan Masalah PenelitianDalam penelitian ini kinerja bank diproksikan dengan rasio CAMEL disesuaikan dengan data yang tersedia, yang terdiri atas penelitian terhadap capital, asset, management, earning, dan liquidity. Penilaian aspek kinerja ini tidak sepenuhnya mengikuti tata cara penilaian kesehatan bank sebagaimana diatur Bank Indonesia. Namun masing-masing rasio keuangan yang mewakili setiap aspek kinerja perbankan (CAMEL) tersebut dapat diukur dengan kriteria tersendiri sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia.Berdasarkan uraian latar belakang masalah sebelumnya, maka peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut :1. Apakah Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh terhadap harga saham?2. Apakah Non Performing Loan (NPL) berpengaruh terhadap harga saham?3. Apakah Net Profit Margin (NPM) berpengaruh terhadap harga saham?4. Apakah Return on Assets (ROA) berpengaruh terhadap harga saham?5. Apakah Loan to Deposite Ratio (LDR) berpengaruh terhadap harga saham?

C. Tujuan Penelitian1. Tujuan UmumMengembangkan penelitian tentang penilaian harga saham perusahaan perbankan dengan menggunakan Rasio Keuangan Perbankan (CAMEL).2. Tujuan KhususBerdasarkan rumusan masalah yang dibuat, maka tujuan khusus yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut :1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap harga saham.2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Non Performing Loan (NPL) terhadap harga saham.3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Net Profit Margin (NPM) terhadap harga saham.4. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Return on Assets (ROA) terhadap harga saham.5. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Loan to Deposite Ratio (LDR) terhadap harga saham.

D. Batasan Masalah PenelitianBatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :1. Objek penelitian ini adalah seluruh bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode tahun 2008 sampai dengan 2012.2. Penilaian aspek kinerja ini tidak sepenuhnya mengikuti tata cara penilaian kesehatan bank sebagaimana diatur Bank Indonesia. Namun masing-masing rasio keuangan yang mewakili setiap aspek kinerja perbankan (CAMEL) tersebut dapat diukur dengan kriteria tersendiri sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. Penelitian ini membahas penilaian harga saham perusahaan perbankan dengan menggunakan Rasio Keuangan Perbankan (CAMEL). Rasio yang digunakan adalah Capital diproksikan dengan Capital Adequacy Ratio (CAR), Kualitas Aktiva Produktif (KAP) diproksikan dengan Non Performing Loan (NPL), Management diproksikan dengan Net Profit Margin (NPM), Earning diproksikan dengan Return on Assets (ROA), dan Liquidity diproksikan dengan Loan to Deposite Ratio (LDR).3. Bank yang diteliti merupakan bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2012.4. Laporan keuangan yang diteliti adalah laporan keuangan yang dipublikasi.

E. Manfaat Penelitian1. Manfaat TeoritisSecara teoritis, hasil penelitian ini bermanfaat dalam mengembangkan teori atau konsep-konsep tentang pengaruh rasio keuangan perbankan (CAMEL) terhadap harga saham pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI serta sebagai bahan masukkan bagi peneliti berikutnya yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut. Penelitian ini juga diharapkan sebagai sumber informasi dan referensi untuk memungkinkan penelitian selanjutnya mengenai topik-topik yang berkaitan, baik yang bersifat melanjutkan maupun melengkapi.2. Manfaat PraktisSecara praktis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peneliti, bagi investor, bagi manajemen bank, bagi masyarakat luas, dan bagi penelitian selanjutnya.1.Untuk menambah dan mengembangkan wawasan pengetahuan penulis khususnya mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Net Profit Margin (NPM), Return on Assets (ROA), dan Loan to Deposite Ratio (LDR) terhadap harga saham.2.Diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pihak-pihak yang berkepentingan atau investor dalam kebijakan pendanaan perusahaan khususnya hubungan Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Net Profit Margin (NPM), Return on Assets (ROA), dan Loan to Deposite Ratio (LDR) terhadap harga saham.3.Bagi manajemen bank, sebagai saran dalam faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham khususnya mengenai Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Net Profit Margin (NPM), Return on Assets (ROA), dan Loan to Deposite Ratio (LDR).4.Bagi masyarakat luas, sebagai alat penilaian kemampuan pada kondisi bank yang bersangkutan dan dasar pertimbangan keputusan untuk menjadi nasabah serta jaminan terhadap sejumlah dana yang disimpannya.5.Sebagai bahan referensi penelitian lanjutan, khususnya penelitian yang berkaitan dengan masalah Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Net Profit Margin (NPM), Return on Assets (ROA), dan Loan to Deposite Ratio (LDR) terhadap harga saham sehingga nantinya hasil yang diperoleh lebih baik dan dapat diterapkan.