9
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era yang semakin canggih ini, segalanya semakin mudah, persaingan antar negarapun semakin ketat dan keras. Hal ini yang dijelaskan oleh Mirón(dalam Rachael 2008), bahwa persaingan antar kota itu ibaratnya mengayuh roda sepeda, yang jika kita tidak kayuh, maka kita akan jatuh, mau tidak mau kita harus mengikuti persaingan global ini, jika kita ingin tetap bertahan, oleh sebab itu slaah satu caranya adalah dengan mempromosikan apa yang menjadi ciri khas kita, dan membedakan dengan yang lain. “Competition among cities is like riding a bicycle: if you don’t pedal, you’ll fall off. However, globalization is making us increasingly uniform, so we must construct and promote our difference in order to continue existing” Mirón, Urban Land Institute Bukan hanya persaingan antar negara, persaingan antar kota-kota dalam negeri pun semakin ketat. Semenjak beberapa waktu belakangan ini, setelah diberlakukannya UU No 21 tahun 1999, dan telah direvisi dengan UU No 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, atau yang lebih dikenal dengan otonomi daerah, dimana setiap daerah diberi kewenangan secara otonom untuk mengelolah daerahnya dalam beberapa bidang pemerintahan. Hal ini yang kemudian memicu tiap-tiap pemerintah daerah untuk mengupayakan pembangunan dan peningkatan pendapatan daerahnya masing-masing. Salah satu usahanya yaitu dengan melihat dan menggali kembali potensi daerah masing-masing, dan kemudian menawarkan ke masyarakat umum, agar mampu bersain dengan daerah lain. Hal ini kemudian yang mau tidak mau bergelut dengan proses pemasaran daerah masing-masing yang kemudian dikenal dengan istilah branding. Makassar merupakan salah satu kota besar di Indonesia, dan merupakan gerbang indonesia timur, yang baru-baru ini masuk dalam daftar 7 kota di Indonesia yang paling nyaman untuk ditinggali menurut Ikatan Ahli Perancangan Indonesia(IAP)(kompas.com 16/8/14). Sejak dahulu telah

BAB 1 PENDAHULUANetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/75174/potongan/S2-2014... · Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota ... Semarang dan mengidentifikasikan unsur-unsur pembentuk

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB 1 PENDAHULUANetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/75174/potongan/S2-2014... · Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota ... Semarang dan mengidentifikasikan unsur-unsur pembentuk

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada era yang semakin canggih ini, segalanya semakin mudah,

persaingan antar negarapun semakin ketat dan keras. Hal ini yang

dijelaskan oleh Mirón( dalam Rachael 2008) , bahwa persaingan antar kota

itu ibaratnya mengayuh roda sepeda, yang jika kita tidak kayuh, maka kita

akan jatuh, mau tidak mau kita harus mengikuti persaingan global ini, jika

kita ingin tetap bertahan, oleh sebab itu slaah satu caranya adalah dengan

mempromosikan apa yang menjadi ciri khas kita, dan membedakan dengan

yang lain.

“Competition among cities is like riding a bicycle: if you don’t pedal, you’ll fall off. However, globalization is making us increasingly uniform, so we

must construct and promote our difference in order to continue existing” Mirón, Urban Land Institute

Bukan hanya persaingan antar negara, persaingan antar kota-kota

dalam negeri pun semakin ketat. Semenjak beberapa waktu belakangan ini,

setelah diberlakukannya UU No 21 tahun 1999, dan telah direvisi dengan UU

No 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, atau yang lebih dikenal

dengan otonomi daerah, dimana setiap daerah diberi kewenangan secara

otonom untuk mengelolah daerahnya dalam beberapa bidang pemerintahan.

Hal ini yang kemudian memicu tiap-tiap pemerintah daerah untuk

mengupayakan pembangunan dan peningkatan pendapatan daerahnya

masing-masing. Salah satu usahanya yaitu dengan melihat dan menggali

kembali potensi daerah masing-masing, dan kemudian menawarkan ke

masyarakat umum, agar mampu bersain dengan daerah lain. Hal ini

kemudian yang mau tidak mau bergelut dengan proses pemasaran daerah

masing-masing yang kemudian dikenal dengan istilah branding.

Makassar merupakan salah satu kota besar di Indonesia, dan

merupakan gerbang indonesia timur, yang baru-baru ini masuk dalam daftar

7 kota di Indonesia yang paling nyaman untuk ditinggali menurut Ikatan Ahli

Perancangan Indonesia(IAP)(kompas.com 16/8/14). Sejak dahulu telah

Page 2: BAB 1 PENDAHULUANetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/75174/potongan/S2-2014... · Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota ... Semarang dan mengidentifikasikan unsur-unsur pembentuk

2

sadar akan pentingnya mempromosikan dirinya namun belum menyadari

bahwa itu merupakan salah satu langkah branding kota tersebut. Salah satu

contohnya pada masa pemerintahan gubernur Iham Arief Sirajuddin tahun

2008, menyebutkan kota Makassar sebagai kota dunia, yaitu Makassar Kota

Dunia Yang Berlandaskan Kearifan Lokal. Selanjutnya pada tahun 2009

ditrbitkan lagi slogan, atau tagline “Maccassart the Great Expectation”, yang

diharapkan mampu membangun image kota Makassar ke arah yang lebih

baik. Selain tagline tersebut ada beberapa pula slogan-slogan dalam

berbagai bidang, misalnya Makassar Hijau, Makassar Bersih, Makassar

Gemar Membaca. Terkahir tahun 2014 setelah pemerintah wali kota terpilih

Ir Ramdhan Pomanto, meluncurkan kembali sebuah tagline berupa

Makassar Sombere’(ramah) City, atau Makassar Great Hospitality, dengan

salah satu slogan berupa Makassarta’ Tidak Rantasa’. Dalam kurun waktu 7

tahun kota Makassar telah menerbitkan 3 tagline kota, yang mana hal ini

memeberikan kesan ketidak matangan proses branding kota Makassar yang

tidak tetap, sebagaimana salah satu prinsip proses branding yaitu “Make It

Consistent” yaitu harus konsisten dan membutuhkan waktu.

Meskipun city brand atau proses branding ini masih terbilang baru di

indonesia, namun pemasaran tempat ini cukup lama dan telah dipraktekkan

sejak abad ke-19 (Ward , 1998) utamanya di negara Eropa, karena terdesak

oleh perubahan zaman dan kesadaran pentingnya city brand itu sendiri.

Salah satu tokoh peneliti city brand yang paling terkenal yaitu Kavaratzis (

2004) menyatakan tentang city brand bahwa awal terletak pada kesadaran

bahwa semua pertemuan dengan kota terjadi melalui persepsi dan gambar(

image perseption) . ( Simoes dan Dibb , 2001) dan tujuannya adalah fisik

dan sosio – psikologis untuk mempengaruhi gambar-gambar dan persepsi

yang disebutkan oleh Kavaratzis, jadi ada dua aspek yang berperan penting

yaitu gambar(image) fisik dan persepsi. Kemudian Anholt(2006) lebih

memperjelas dan merincikan komponen city brand yaitu the presence(

popularitas), the place(aspek fisik), the potential(potensial), the pulse(gaya

hidup), the people(keramahan warga), dan prerequisites( fasilitas kota).

Dari catatan sejarah, menurut catatan beberapa penulis dan peneliti

Eropa, menjelaskan prestasi gemilang kota Makassar yang tiada

tandingannya dengan kota di Indonesia, utamanya dalam hal perdagangan

Page 3: BAB 1 PENDAHULUANetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/75174/potongan/S2-2014... · Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota ... Semarang dan mengidentifikasikan unsur-unsur pembentuk

3

dan sebagai kota bandar dunia. Sejarah pula telah mencatat kota Makassar

menjadi salah satu 4 kota besar di dunia, dan menjadi kota yang indah kala

itu, dengan kelebihan dan potensi bahari, laut, dan pelautnya. Hal ini tidak

lain karena didukung juga lingkungan dan keadaan topografi kota Makassar

yang terletak didaerah pesisir pantai, yang menjadikan kota Makassar

sebagai kota pesisir, dengan sejarah dan budaya baharinya. Oleh sebab itu,

teluk Makassar merupakan daerah atau bagian kota Makassar yang sangat

berperan penting an, dalam RTRW kota Makassar, inti kota dan pusat

kegiatan kota sebagian besar terletak pada daerah pesisir atau teluk

Makassar. Selanjutnya dalam proses branding kota Makassar, teluk

Makassar sangat memberikan peran yang penting sebagai komponen

pembentuk city brand kota Makassar, utamanya dalam hal nilai

keruangannya itu sendiri, yaitu dari aspek fisik dan persepsi, sebagai mana

yang diungkapkan oleh Kavaratzis sebelumnya.

Dari beberapa latar belakang yang telah dipaparkan di atas, rumusan

permasalahan dari penelitian ini yaitu, pentingnya pengkajian city brand kota

Makassar sebagai kota yang terletak di area pesisir dengan sejarah bahari

secara terstruktur dan terarah serta dengan menggali komponen pembentuk

city brand kota Makassar pada teluk Makassar yang bertujuan untuk

menggali apa yang menjadi city brand kota Makassar itu sendiri.

1.2. Pertanyaan Penelitian

Adapun pertanyaan dari penelitian KOMPONEN PEMBENTUK CITY

BRAND KOTA MAKASSAR Yang Ditinjau Pada Nilai Keruangan Teluk

Makassar adalah:

1. Seperti apa konsep city brand kota Makassar, berdasarkan para

stakeholder(pelaku kepentingan dan pemegang kebijakan, atau

pemerintah)?

2. Seperti apa komponen pembentuk city brand kota makassar yang ditinjau

berdasarkan 6 komponen city brand Anholt pada Teluk Makassar yang

berada di tiga wilayah amatan yaitu Pantai Losari, Tanjung Bunga, dan

Kawasan Pelabuhan Paotere?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian KOMPONEN PEMBENTUK CITY BRAND KOTA

MAKASSAR Yang Ditinjau Pada Nilai Keruangan Teluk Makassar adalah:

Page 4: BAB 1 PENDAHULUANetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/75174/potongan/S2-2014... · Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota ... Semarang dan mengidentifikasikan unsur-unsur pembentuk

4

1. Untuk menggali dan menjelaskan konsep city brand kota Makassar,

berdasarkan para stakeholder(pelaku kepentingan dan pemegang

kebijakan, atau pemerintah).

2. Untuk menggali dan menjelaskan komponen pembentuk city brand kota

Makassar yang ditinjau berdasarkan 6 komponen city brand Anholt pada

Teluk Makassar yang berada di tiga wilayah amatan yaitu Pantai Losari,

Tanjung Bunga, dan Kawasan Pelabuhan Paotere.

1.4. Fokus Penelitian

Fokus penelitian NILAI KERUANGAN TELUK MAKASSAR Sebagai

Komponen Pembentuk City Brand Kota Makassar, yaitu:

a. konsep city brand kota Makassar, berdasarkan para stakeholder(pelaku

kepentingan dan pemegang kebijakan, atau pemerintah).

b. Komponen pembentuk city brand kota makassar pada Teluk Makassar

yang berada di tiga wilayah amatan yaitu Pantai Losari, Tanjung Bunga,

dan Kawasan Pelabuhan Paotere yang selanjutnya ditinjau berdasarkan 6

komponen city brand Anholt 2006(, yaitu the presence( popularitas), the

place(aspek fisik), the potential(potensial), the pulse(gaya hidup), the

people(keramahan warga), dan prerequisites( fasilitas kota) dan melalui

kuesioner dan berdasarkan amatan visual fisik arsitektural

Skema1 . Fokus Penelitian

(Sumber: Peneliti 2014)

Page 5: BAB 1 PENDAHULUANetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/75174/potongan/S2-2014... · Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota ... Semarang dan mengidentifikasikan unsur-unsur pembentuk

5

1.5. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian KOMPONEN PEMBENTUK CITY BRAND KOTA

MAKASSAR Yang Ditinjau Pada Nilai Keruangan Teluk Makassar, akan

dibagi menjadi dua lokasi, yaitu:

1. Lokasi Amatan

Yang akan menjadi lokasi amatan adalah, teluk makassar secara umum,

yang terbentang teluk makassar sebelah utara sampai selatan. Lokasi

amatan merupakan lokasi pengamatan penelitian secara umum, dan

dilakukan dengan metode analisa amatan visual spatial arsitektural, dan

analisis data.

2. Lokasi Penelitian

Untuk mempermudah penelitian, dengan lokasi pengamatan yang cukup

luas, maka dibutuhkan penentuan lokasi penelitian yang dianggap

mampu mewakili wilayah amatan. Secara umum teluk Makassar terdiri

dari 3 kawasan utama yaitu:

a. Pantai Losari sebagai kawasan pariwisata dan perdagangan.

Kawasan ini merupakan kawasan pusat kota dengan perpaduan

antara kawasan perdagangan, dan kawasan wisata yang berbentuk

open space, ruang terbuka tempat rekreasi dan kegiatan sosial

masyarakat kota makassar.

b. Tanjung Bunga, merupakan kawasan wisata bahari dan permukiman

serta perdagangan.

c. Kawasan Pelabuhan Paotere sebagai kawasan pelabuhan dan

maritim terpadu. Kawasan ini merupakan pusat kegiatan pelabuhan,

maritim, pembuatan kapal, dan lokasi kapal phinisi.

Page 6: BAB 1 PENDAHULUANetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/75174/potongan/S2-2014... · Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota ... Semarang dan mengidentifikasikan unsur-unsur pembentuk

6

Gambar 1 . Lokasi Penelitian (Sumber: Peneliti 2014)

1.6. Keaslian Penelitian

NO NAMA JUDUL FOKUS PENELITIAN

1 Susanna Järvisalo(2012)

How to build successful city brands? -case munich, berlin & hamburg

fokus pada mencari faktor keberhasilan merek kota yaitu pengaturan organisasi dan proses manajemen pemasaran

2 Müge Riza 2011

City branding anda identity konsep Kota Identity dan Branding dengan penekanan pada citra kota , yang terbatas pada kontribusi bangunan ikonik melalui maknanya dalam hal citra kota untuk kualitas hidup

3 Dr. Ian Vandewalle

Critical points in City Branding

membahas penggunaan model membangun merek , berdasarkan Liverpool , Ibukota Budaya Eropa 2008, dalam upaya untuk mengidentifikasi titik-titik kritis dalam mengembangkan brand kota

4 Anna Raubo City Branding and its memverifikasi validitas hipotesis yang

Page 7: BAB 1 PENDAHULUANetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/75174/potongan/S2-2014... · Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota ... Semarang dan mengidentifikasikan unsur-unsur pembentuk

7

(2010) Impact on City’s Attractiveness for External Audiences

menyatakan bahwa merek yang kuat kota membuat kota lebih menarik bagi kelompok sasaran eksternal , seperti turis dan investor luar

5 CEOs for Cities, prhopet 2006

Branding Your City

Pentingnya branding sebuah kota, dan bagaimana untuk memulai branding kota dengan proses delapan langkah yang ideal.

6 Masyhar Wahyu Pramono, S. T ,2011

Dampak Perubahan City Branding Dari Segi Persepsi Masyarakat Dan Wisatawan

menguji reaksi publik terhadap city branding Wisata Kota Batu yang dibangun oleh Pemerintah Kota serta Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Batu untuk mengetahui nilai loyalitas terhadap city branding Wisata Kota Batu

7 Asmarani Februandari, 2012

Persepsi Pelaku Pasar Pariwisata Terhadap Unsur-Unsur Pembentuk Citra Destinasi (City Branding Kota Semarang)

bagaimanakah persepsi pelaku pasar pariwisata terhadap citra destinasi kota Semarang dan mengidentifikasikan unsur-unsur pembentuk brand yang sesuai untuk menyusun city branding kota Semarang

8 Angela Yerina Mandarika, 2013

City Branding: Towards The Understanding Of Differentstakeholders Case Study : “Solo, The Spirit Of Java”, Central Java – Indonesia.

perbedaan dan kesamaan pengertian tentang city branding antara pemerintah kota dan komunitas bisnis dan untuk mencari tahu efek dari pengertian itu terhadap implementasi city branding di Kota Solo.

9 Stevina Fortunata, 2014

Kajian Pencitraan Kota (City Branding) Yogyakarta Kesesuaian Antara Konseptual Dan Faktual Berdasarkan Media Internet

1)mendapatkan identifikasi konsep pencitraan kota (city branding) Yogyakarta pada saat ini; 2)gambaran citra Yogyakarta yang muncul di media Internet, terutama yang berhubungan dengan pencitraan kota (city branding); dan 3)mengevaluasi kesesuaian penerapan konsep pencitraan kota (city branding), dengan usaha pembentukan citra kota Yogyakarta pada media internet saat ini.

10 Alfian Ardhiyana Putra, skripsi 2014

Efektifitas City Branding Sebagai Strategi Dalam Pengembangan Pariwisata Dan Implikasinya Terhadap Pendapatan Asli Daerah Sektor Pariwisata Kasus Kota Surakarta

melihat sejauh mana pembentukan branding wilayah mampu berdampak pada meningkatnya gairah sektor pariwisata daerah, khususnya di Kota Surakarta

Tabel 1 . Keaslian Penelitian (Sumber: Peneliti 2014)

Page 8: BAB 1 PENDAHULUANetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/75174/potongan/S2-2014... · Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota ... Semarang dan mengidentifikasikan unsur-unsur pembentuk

8

Dari beberapa penelitian yang ada, yang menjadi keaslian penelitian ini

adalah belum adanya penelitian city brand yang meneliti pada komponen city

brandnya, khususnya dari segi nilai keruangan, dan untuk penelitian yang

ada dalam negeri, masih sebatas penelitian dengan kasus tempat atau kota

yang telah memiliki brand. Pada penelitian ini mencoba mengkaji aset atau

image yang menjadi potensi kota Makassar yang cocok atau bisa diangkat

menjadi brand dari kota Makassar, serta lebih dalam lagi menggali nilai

keruangan teluk makassar di tiga wilayah penelitian yaitu pantai Losari,

Tanjung Bunga, kawasan pelabuhan Paotere sebagai komponen pembentuk

konsep city brand kota Makassar, berdasarkan enam komponen city brand

Anholt .

1.7. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan pada penelitian penelitian KOMPONEN

PEMBENTUK CITY BRAND KOTA MAKASSAR Yang Ditinjau Pada Nilai

Keruangan Teluk Makassar adalah yaitu penulisan akan di bagi menjadi 5

bab, dengan penjelasan sebagai berikut:

Bab 1 Pendahuluan

Pada bab pendahuluan akan dibahas pendahuluan berupa: latar belakang

penelitian, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, fokus

penelitian, lokasi penelitian, serta keaslian penelitian.

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Pada bab 2 ini, akan dibahas mengenai tinjauan pustaka dan kajian literatur.

Bab 3 Metode Penelitian

Pada bab ini, akan dijelaskan metode yang digunakan dalam penelitian, cara

serta alat dan bahan penelitian, selanjutnya proses penelitian, yaitu

persiapan, pelaksanaan, analisa data dan pengolahan data, selanjutnya yaitu

jadwal penelitian.

Bab 4 Pembahasan

Pada bab ini, akan dibahas hasil dari penelitian KOMPONEN PEMBENTUK

CITY BRAND KOTA MAKASSAR Yang Ditinjau Pada Nilai Keruangan Teluk

Makassar

Page 9: BAB 1 PENDAHULUANetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/75174/potongan/S2-2014... · Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota ... Semarang dan mengidentifikasikan unsur-unsur pembentuk

9

Bab 5 Kesimpulan Dan Saran

Bab 5 merupakan bab terakhir penulisan yang akan membahas tentang

kesimpulan dan saran dari penelitian penelitian KOMPONEN PEMBENTUK

CITY BRAND KOTA MAKASSAR Yang Ditinjau Pada Nilai Keruangan Teluk

Makassar.

Skema 2 . Diagram Alur Pembahasan (Sumber: Peneliti 2014)