Upload
ahmad-bukhari
View
576
Download
109
Embed Size (px)
1
Laporan kerja praktek
PT. Bahtera Karang Raya unit Asphalt Mixing Plant
Jurusan Teknik Indistri
Fakultas Teknik Universitas Samudra Langsa
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
AMP (Asphalt Mixing Plant)/Unit Produksi Campuran Beraspal adalah
seperangkat peralatan mekanik dan elektronik dimana agregat dipanaskan,
dikeringkan dan dicampur dengan aspal untuk menghasilkan campuran beraspal
panas yang memenuhi persyaratan tertentu
AMP (Asphalt Mixing Plant) dapat terletak di lokasi yang permanen atau
berpindah dari satu tempat ke tempat lain. AMP (Asphalt Mixing Plant) yang
digunakan pada PT.Bahtera Karang Raya adalah jenis permanen atau tetap dan
mempunyai kapasitas yang lebih besar dari 800 kg/batch. Apabila ditinjau dari
jenis cara memproduksi campuran beraspal dan kelengkapannya, ada beberapai
jenis AMP (Asphalt Mixing Plant) yaitu:
a) AMP (Asphalt Mixing Plant) jenis takaran (batch plant)
b) AMP (Asphalt Mixing Plant) jenis drum pencampur (drum mix)
Namun secara umum kebanyakan AMP (Asphalt Mixing Plant)
dikategorikan atas jenis takaran (timbangan) atau jenis drum pencampur.
Pada PT. Bahtera Karang Raya yang digunakan ialah AMP (Asphalt Mixing
Plant) jenis takaran. Perbedaan utama dari AMP (Asphalt Mixing Plant) jenis
timbangan dan jenis drum adalah dalam hal kelengkapan dan proses bekerjanya.
2
Laporan kerja praktek
PT. Bahtera Karang Raya unit Asphalt Mixing Plant
Jurusan Teknik Indistri
Fakultas Teknik Universitas Samudra Langsa
Pada AMP (Asphalt Mixing Plant) jenis timbangan komposisi bahan dalam
campuran beraspal ditentukan berdasarkan berat masing-masing bahan. Proses
pencampuran campuran beraspal pada AMP (Asphalt Mixing Plant) jenis takaran
dimulai dengan penimbangan agregat, bahan pengisi (filler) bila diperlukan dan
aspal sesuai komposisi yang telah ditentukan berdasarkan Rencana Campuran
Kerja (RCK) dan dicampur pada pencampur (mixer/pugmill) dalam waktu
tertentu. Pengaturan besarnya bukaan pintu bin dingin dilakukan untuk
menyesuaikan gradasi agregat dengan rencana komposisi campuran, sehingga
aliran material ke masing-masing bin pada bin panas menjadi lancar dan
berimbang.
Sedangkan pada AMP (Asphalt Mixing Plant) jenis pencampur drum
komposisi bahan dalam campuran ditentukan berdasarkan berat masing-masing
bahan yang diubah ke dalam satuan volume atau dalam aliran berat per satuan
waktu. Cara kerjanya pada AMP (Asphalt Mixing Plant) jenis pencampur drum,
agregat panas langsung dicampur dengan aspal panas di dalam drum pemanas atau
di dalam silo pencampur di luar drum pemanas. Penggabungan agregat dilakukan
dengan cara mengatur bukaan pintu pada bin dingin dan pemberian aspal
ditentukan berdasarkan kecepatan pengaliran dari pompa aspal.
Perbedaan dalam hal kelengkapan dari kedua jenis AMP (Asphalt Mixing
Plant) tersebut adalah; AMP (Asphalt Mixing Plant) jenis takaran dilengkapi
saringan panas (Hot Screen), Bin panas (Hot Bin), timbangan (weight hopper) dan
pencampur (pugmill/mixer) sedangkan pada AMP (Asphalt Mixing Plant) jenis
3
Laporan kerja praktek
PT. Bahtera Karang Raya unit Asphalt Mixing Plant
Jurusan Teknik Indistri
Fakultas Teknik Universitas Samudra Langsa
pencampur drum kelengkapan tersebut tidak tersedia. Tentunya kedua jenis AMP
(Asphalt Mixing Plant) tersebut juga mempunyai persamaan yaitu sama-sama
dilengkapi bin dingin, pengontrol dan pengumpul debu serta pencampur.
Terlepas dari perbedaan jenis dari AMP (Asphalt Mixing Plant), tujuan
dasarnya adalah sama yaitu untuk menghasilkan campuran beraspal panas yang
mengandung bahan pengikat dan agregat yang memenuhi semua persyaratan
spesifikasi.
Bagian-bagian AMP (Asphalt Mixing Plant) jenis timbangan adalah:
1. Bin dingin (Cold Bin)
2. Pintu pengatur pengeluaran agregat dari bin dingin (Cold Feed Gate)
3. Sistem pemasok agregat dingin (Cold Elevator)
4. Pengering (Dryer)
5. Pengumpul debu (Dust Collector)
6. Cerobong pembuangan (Exhaust Stack)
7. Sistem pemasok agregat panas (Hot Elevator)
8. Unit ayakan panas (Hot Screening Unit)
9. Bin panas (Hot Bins)
10. Timbangan Agregat (Weigh Box)
11. Pencampur (Mixer/Pugmill)
12. Penyimpanan bahan pengisi (Mineral Filler Storage)
13. Tangki aspal (Hot Asphalt Storage)
14. Sistem penimbangan aspal (Aspal Weigh Bucket)
4
Laporan kerja praktek
PT. Bahtera Karang Raya unit Asphalt Mixing Plant
Jurusan Teknik Indistri
Fakultas Teknik Universitas Samudra Langsa
1.2 Maksud Dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari penulisan laporan ini adalah :
1. Dengan adanya kerja praktek yang dilakukan oleh mahasiswa akan
menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman yang nyata sehingga
apa yang didapatkan di bangku perkuliahan dapat diaplikasikan di
lapangan.
2. Untuk mengenal langsung proses produksi dalam suatu perusahaan,
PT. Bahtera Karang Raya
3. Agar terjalin hubungan timbal balik antara dunia pendidikan dan
instansi/ lapangan usaha.
4. Membiasakan mahasiswa untuk menulis karya ilmiah dan melakukan
penelitian.
5. Sebagai perbandingan antara apa yang telah didapatkan di bangku
kuliah dengan kenyataan di lapangan (melihat implementasi di
lapangan).
1.3 Pembatasan Masalah
Ruang lingkup kegiatan kerja praktek yang dilakukan pada perusahaan
AMP (Aspal Mixing Plant) ini adalah untuk mengetahui kegiatan operasi proses
produksi yang berhubungan dengan produksi aspal sebagai bahan perkerjaan
konstruksi, maka dalam hal ini perlu diadakan pembatasan masalah sebagai
berikut:
5
Laporan kerja praktek
PT. Bahtera Karang Raya unit Asphalt Mixing Plant
Jurusan Teknik Indistri
Fakultas Teknik Universitas Samudra Langsa
1. Bahan baku aspal yang digunakan adalah bahan yang diperoleh dari
pertamina dan sumbersumber lainya yang komposisinya telah ditetapkan
oleh perusahaan yang mengeluarkan produk tersebut (pembatasan masalah
penulis tidak membahas proses produksi aspal, penulis hanya
menggunakan, dan memodifikasi, kalaupun ada hanya sebatas tinjauan
umum saja untuk kelengkapan laporan ini).
2. Studi yang dilakukan adalah di mulai dari alatalat, tempat penyimpanan
bahan mentah sampai dengan proses produksi (pembatasan dilakukan
hanya dari segi tempat penampungan bahan mentah sampai proses
produksi).
3. Kerja praktek dimulai dari (mempelajari) proses penghasil agergat pada
unit Ston Crusher, selanjutnya menuju tempat penyimpanan dan
pemprosesan bahan setengah jadi menjadi bahan jadi pada AMP (Asphalt
Mixing Plant).
4. Faktor-faktor sosial ekonomi serta aspek manajemen dianggap tidak ada
karena diluar jangkauan pembahasan, kalaupun ada hanya bersifat tinjauan
umum untuk kelengkapan laporan ini.
6
Laporan kerja praktek
PT. Bahtera Karang Raya unit Asphalt Mixing Plant
Jurusan Teknik Indistri
Fakultas Teknik Universitas Samudra Langsa
BAB 2
TINJAUAN TENTANG PERUSAHAAN
2.1 Sejarah Singkat Perusahaan
Ditengah kemajuan teknologi pembangunan, usaha yang tak pernah
diabaikan untuk mendukung dan mutlak diperlukan adalah usaha jasa konstruksi.
Melihat kondisi tersebut merupakan peluang untuk memberikan peran keahlian
yang diwujudkan dengan mendirikan perusahaan Jasa Konstruksi yang bernama
PT. Bahtera Karang Raya, yang diharapkan mampu berpartisipasi untuk
mengembangkan potensi daerah dalam rangka mewujukan pembangunan.
PT. Bahtera Karang Raya yang berdiri pada tahun 1996 ini memulai usaha
dengan menggabungkan berbagai tenaga ahli yang berkecimpung dalam jasa
konstruksi, menyajikan pelayanan yang mampu memberikan kepuasan tersendiri
bagi setiap yang dilayani baik Badan Usaha Swasta, Pribadi, Investor Asing,
APBN (Angaran Pendapatan dan Belanja Negara) maupun APBD (Angaran
Pendapatan Belanja Daerah). Wahana profesional yang dilayani adalah bidang
Infrastruktur dan Building Construction yang didukung dengan peralatan yang
lengkap serta tenagatenaga ahli yang dimiliki, berharap bisa memberikan
pelayanan maksimal dalam hal mutu dan waktu pelaksanaan dengan biaya yang
terkendali dan wajar.
7
Laporan kerja praktek
PT. Bahtera Karang Raya unit Asphalt Mixing Plant
Jurusan Teknik Indistri
Fakultas Teknik Universitas Samudra Langsa
PT. Bahtera Karang Raya adalah suatu perusahaan yang didirikan oleh
pengusaha bernama Tuan Haji Ibnu Zakwan pada tahun 1996. PT. Bahtera Karang
Raya berlokasi di Desa Tanjung Karang, Kecamatan Karang Baru Kabupaten
Aceh Tamiang dengan luas lahan 2 Hektar.
Kegiatan usaha perseroan :
a. Menjalankan usahausaha pemborong (kontraktor) bangunan, jalan,
jembatan, irigasi, parit, pembangunan, pemasangan instalasi, jaringan,
distribusi, baik air minum, listrik, gas, dan telekomunikasi meliputi
baik pekerjaan sipil, elektrikal, maupun mekanikal
b. Menjalankan usaha Real Estate, berupa pembangunan perumahan,
apartemen, kapling-kapling, siap bangun dan gedung-gedung berikut
pemasaranya
c. Mengusahakan perkebunan, pertanian, peternakan, perikanan atau
pertambakan.
d. Menjalankan usahausaha dalam bidang industri antara lain industri
pengolahan hasilhasil bumi dan hasil laut
e. Mengusahakan percetakan Offset penjilitan dan penerbitan
f. Menjalankan usaha dibindang konstruksi dan bertindak sebagai biro
jasa arsitek, jasa konsultan bagunan, jasa perencanaan, Interior dan
Eksterior Desainer (tidak termasuk jasa dibidang hukum dan pajak)
g. Menjalankan perdagangan umum termasuk Impor dan Ekspor, dengan
Interinsuler dan lokal, baik untuk perhitungan sendiri maupun untuk
8
Laporan kerja praktek
PT. Bahtera Karang Raya unit Asphalt Mixing Plant
Jurusan Teknik Indistri
Fakultas Teknik Universitas Samudra Langsa
perhitungan orang atau badan lainya atas dasar komisi atau secara
amanat dan juga bertindak sebagai Inverensi/Supplier, grosir dan distri
butor.
h. Berusaha sebagai perwakilan atau peragenan dari perusahaan
perusahaan atau badan hukum lain, baik dari dalam maupun dari luar
negeri baik untuk perhitungan sendiri maupun untuk perhitungan pihak
lain secara komisi.
proyek yang telah ditangani:
1. Pembangunan Jalan Lintas Timur, Batas Kota Langsa, Batas Sumut.
2. Rehabilitasi dan Rekonstruksi Jalan Tanjung MinjeiMeunasah Asan
3. Prasarana Dasar Pemukiman Kawasan Siap Huni Desa Lhok Seuntang
4. Pembangunan dan Relokasi Puskesmas Tamiang Hulu Aceh Tamiang
5. Pembangunan Jalan Kota Langsa (Pelebaran 2 Jalur)
6. Pembangunan Jalan Kuala Simpangbatas Sumut
Perusahana ini masih berjalan sampai pada saat ini yang masa sekarang
masih dipimpin oleh dirut utama yaitu bapak Haji Ibnu Zakwan dan dirutnya di
pegang oleh anandanya yaitu M. Ichsan, perusahaan ini kini telah memiliki
cabang dibeberapa tempat di Aceh khususnya.
9
Laporan kerja praktek
PT. Bahtera Karang Raya unit Asphalt Mixing Plant
Jurusan Teknik Indistri
Fakultas Teknik Universitas Samudra Langsa
2.2 Lokasi dan Area Kerja
Secara geografis lokasi PT. Bahtera Karang Raya terletak di daerah Aceh
Tamiang yaitu di Desa Tanjung Karang Kecamatan Karang Baru, lokasi ini
terletak bersebelahan dengan pinggiran aliran Sungai Tamiang.
Area produksi penghasil bahan dasar berupa batubatu alam yang
diperoleh dari Exploitasi dan Eksplorasi barang tambang yang diperoleh dari
beberapa daerah diantaranya, Sungai Pulau Tiga dan Sungai Aceh Tamiang.
2.3 Organisasi Dan Manajemen Perusahaan
Struktur organisasi bertujuan untuk mengatasi tugas, pemberian tanggung
jawab dan penetapan hubungan antara unsur-unsur organisasi untuk mencapai
tujuan. Strukrur organisasi di PT. Bahtera Karang Raya berupa struktur garis.
dimana sebagi pemimpin tertinggi adalah direktur utama bertanggung jawab
langsung dengan bidang proyek maupun peroses produksi perusahaan dalam
pelaksanaannya direktur utama dibantu oleh seorang manager didalamya.
10
Laporan kerja praktek
PT. Bahtera Karang Raya unit Asphalt Mixing Plant
Jurusan Teknik Indistri
Fakultas Teknik Universitas Samudra Langsa
BAB 3
URAIAN PROSES PRODUKSI AMP (ASPHALT MIXING PLANT)
Pada bab ini penulis akan membahas uraian proses produksi aspal sebagai
bahan perkerasan konstruksi pada unit asphatl mixing plant secara ringkas dan
keseluruhan dari mulai kelengkapan bahan baku, proses produksi sampai bahan
jadi selama melakukan kerja praktek di PT.Bahtera Karang Raya Aceh Tamiang.
3.1 Uraian Proses Pembuatan Aspal Beton Pada Asphalt Mixing Plant
Bagan alur proses produksi aspal beton dapat dilihat pada Gambar 3.1
Gambar 3.1 Bagan Alur Proses Produksi Aspal Beton.
11
Laporan kerja praktek
PT. Bahtera Karang Raya unit Asphalt Mixing Plant
Jurusan Teknik Indistri
Fakultas Teknik Universitas Samudra Langsa
3.2 Persiapan Bahan Baku
3.2.1 Bahan Baku Batu Pecah/Agregat.
Agregat adalah bahan utama yang digunakan untuk lapisan permukaan
perkerasan jalan atau beton, agregat ini diperoleh dari hasil penambangan batu-
batuan pada sungai-sungai yang ada di Aceh Tamiang dan daerah lainya,
kemudian batubatuan tersebut diproses melalui mesin perengkahan Stone
Crusher yang menghasilkan beberap jenis agregat sesuai dengan yang di inginkan.
dalam perkerjaan kosntruksi menurut standar SNI (Satandar Nasional Indonesia)
tentang penggunaan agregat yang diproduksi adalah agregat dengan ukuran 1, 1/2,
inch, dan abu batu pada umumnya, yang selanjunya disimpan di gudang untuk
dijadikan stock dan sebagian di simpan pada bin-bin penampung bahan baku
untuk pembuatan aspal beton pada unit AMP (Aspal Mixing Plant).
Bahan baku batu pecah/agregat dapat dilihat pada Gambar 3.2
Gambar 3.2 Agregat
12
Laporan kerja praktek
PT. Bahtera Karang Raya unit Asphalt Mixing Plant
Jurusan Teknik Indistri
Fakultas Teknik Universitas Samudra Langsa
3.2.2 Bahan Baku Aspal
Aspal ialah bahan baku yang digunakan untuk mengikat antara agregat
yang satu dengan yang lainya atau juga sebagai katalis agar agregat dapat menjadi
satu padu, kuat, keras dan tahan terhadap perubahan cuaca. Jenis aspal yang
digunakan ialah aspal emulsi yang diperoleh dari hasil penyulingan minyak bumi.
diimpor dari berbagai produsen yang ada di dalam maupun luar negeri. Aspal
emulsi dapat dilihat pada Gambar 3.3.
Gambar 3.3 Aspal Emulsi
3.2.3 Filler.
Filler adalah bahan penambah pada proses pencampuran atara agregat
dengan aspal yang berfungsi untuk menutup pori-pori yang ada pada permukaan
aspal beton yang disebabkan karena kurangnya campuran dari gradasi agregat
pada unit timbangan. Bahan pengisi yang ditambahkan terdiri atas debu batu
kapur (limestone dust), kapur padam (hydrated lime), semen atau abu terbang
yang sumbernya disetujui oleh Direksi Pekerjaaan. Bahan pengisi yang
13
Laporan kerja praktek
PT. Bahtera Karang Raya unit Asphalt Mixing Plant
Jurusan Teknik Indistri
Fakultas Teknik Universitas Samudra Langsa
ditambahkan harus kering dan bebas dari gumpalan-gumpalan dan bila diuji
dengan pengayakan sesuai SNI (Standar Nasional Indonesia) 03-1968-1990 harus
mengandung bahan yang lolos ayakan No.200 (75 micron) tidak kurang dari 75 %
terhadap beratnya.
Batu kapur (limestone dust) sebagai filler bahan pengisi pori-pori pada
aspal dapat dilihat pada Gambar 3.4.
Gambar 3.4 Filler
3.3 Bin dingin
Bin dingin (coold bin) adalah bak tempat menampung material agregat dari
tiap-tiap fraksi mulai dari agregat halus sampai agregat kasar yang diperlukan dalam
memproduksi campuran aspal panas (hot mix). Bagian pertama dari AMP (Aspal
Mixing Plant) adalah bin dingin, yaitu tempat penyimpanan fraksi agregat kasar,
agregat sedang, agregat halus dan pasir. Bin dingin harus terdiri dari minimum 3
sampai 5 bak penampung (bin). Masing-masing bin berisi agregat dengan gradasi
tertentu. Agregat-agregat tersebut harus terpisah satu sama lain, untuk menjaga
14
Laporan kerja praktek
PT. Bahtera Karang Raya unit Asphalt Mixing Plant
Jurusan Teknik Indistri
Fakultas Teknik Universitas Samudra Langsa
keaslian gradasi dari masing masing bin sesuai dengan rencana campuran kerja
(RCK). Untuk memisahkannya, dapat dipasang pelat baja pemisah antara bin. Dengan
demikian maka loader (alat pengangkut) yang digunakan mengisi masing-masing bin
harus mempunyai bak (bucket) yang lebih kecil dari mulut pemisah masing-masing
bin. Jika pemisah tidak ada maka pengisian masing-masing bin tidak boleh berlebih
yang dapat berakibat tercampurnya agregat.
Bin dingin (cool bin) yang digunakan pada PT. Bahtera karang raya dapat
dilihat pada Gambar 3.5.
Gambar 3.5 Bin Dingin (cool bin)
3.4 Proses Pengeringan Agregat Pada Unit Dryer
Agregat yang diperoleh dari hasil penambangan dan telah diproses di unit
stone crusher yang kemudian disimpan pada bin-bin dingin (Cool bin) yang
sesuai dengan ukuran masing-masing selanjutnya disuplai atau diangkut menuju
dryer dengan menggunakan belkonveyor untuk dikeringkan dengan unit dryer
tujuannya untuk menghilangkan kadar air, kadar air harus seminim mungkin
15
Laporan kerja praktek
PT. Bahtera Karang Raya unit Asphalt Mixing Plant
Jurusan Teknik Indistri
Fakultas Teknik Universitas Samudra Langsa
karena kalau tidak akan berpengaruh pada pencampuran aspal nantinya. Proses
pengeringan pada dryer adalah dengan cara membakar agregat di dalam kilen
yang berputar dengan suhu 1500
C proses pembakaran dengan menggunakan
bahan bakar solar lama pembakaran ini belangsung selama 45 detik dengan
kapasitas 80 ton/jam.
Pada unit pengering (dryer) perlu diperhatikan beberapa faktor agar
diperoleh campuran beraspal yang memenuhi syarat, yaitu antara lain:
a. Kalibrasi alat pengukur temperatur dan pemeriksaan temperatur pemanasan.
Perubahan kuantitas agregat yang masuk ke unit pengering akibat dari
pengaturan bukaan bin dingin dapat menyebabkan pemanasan berlebih
(jumlah agregat yang masuk berkurang sementara panas pembakar tetap).
b. Pembakaran harus sempurna, hal ini dapat diindikasikan dari warna asap
yang keluar dari cerobong asap adalah putih dan nyala api pembakaran
berwarna biru. Warna asap yang hitam menandakan pembakaran tidak
sempurna. Contoh dari akibat pembakaran yang tidak sempurna adalah,
pada saat pengambilan agregat dari hot bin, agregat terlihat berwarna hitam
terselimuti jelaga. Akibat dari hal tersebut aspal tidak dapat masuk ke pori-
pori agregat dan juga tidak dapat melekat dengan baik ke agregat.
c. Kadar air pada agregat harus seminimum mungkin, oleh karena itu
dilakukan pemeriksaan kadar air secara cepat; diambil contoh secukupnya,
kemudian dilewatkan pada cermin yang kering, atau spatula diatas agregat
tersebut. Diamati jumlah kadar air yang mengembun pada permukaan
16
Laporan kerja praktek
PT. Bahtera Karang Raya unit Asphalt Mixing Plant
Jurusan Teknik Indistri
Fakultas Teknik Universitas Samudra Langsa
cermin atau spatula. Agregat yang masih mengandung kadar air akan
menghalangi melekatnya aspal ke agregat, sehingga campuran beraspal
berprilaku seolah-olah kelebihan aspal. Unit dryer yang ada pada PT.
Bahtera Karang Raya dapat dilihat pada Gambar 3.6
Gambar 3.6 Unit Dryer
3.5 Pengumpul Debu (dust collector)
Alat pengumpul debu (dust collector) harus berfungsi sebagai alat
pengontrol polusi udara di lingkungan lokasi AMP (aspal mixing plant). Gas
buang yang keluar dari sistem pengering ditambah dengan dorongan kipas
pengeluar (exhaust fan) akan dialirkan ke pengumpul debu. Alat pengumpul debu
yang tidak berfungsi dengan baik akan menyebabkan terjadinya polusi udara, dan
ini terlihat jelas dari adanya kotoran atau debu di pohon-pohon atau atap rumah di
sekitar lokasi AMP (Aspal Mixing Plant). Pada PT. Bahtera Karang Raya yang
digunakan adalah sistem pengumpul debu jenis basah (wet scrubber dust
collector), debu yang terbawa gas buangan disemprot dengan air, sehingga
partikel berat akan terjatuh ke bawah dan gas yang telah bersih keluar dari
17
Laporan kerja praktek
PT. Bahtera Karang Raya unit Asphalt Mixing Plant
Jurusan Teknik Indistri
Fakultas Teknik Universitas Samudra Langsa
cerobong asap. Partikel berat tersebut kemudian dialirkan ke bak penampung (bak
air). Jika pada bak air penampung terlihat jelaga yang mengambang dengan
jumlah yang cukup banyak, maka hal ini menunjukkan terjadi pembakaran yang
tidak sempurna pada pengering (dryer). Untuk mencegah hal yang tidak
diinginkan maka dilakukan koreksi atau perbaikan pada pengering (dryer).
Gamabr Pengumpul debu (dust collector) dapat dilihat pada Gambar 3.7.
Gambar 3.7 Pengumpul Debu (dust collector)
3.6 Proses Pemisahan Agregat Pada Hot Screen
Agregat yang panas yang telah melalui proses pembakaran dari dryer
selanjutnnya di bawa oleh hot elevator menuju ke atas tower untuk di lakukan
pemisahan pada hot screen, peroses pemisahan agregat ini adalah dengan cara
gravitasi agregat dijatuhkan pada ayakan/screen yang dirancang sedikit miring
agar dapat mengayak atau memisahkan agregat sesuai dengan ukurannya
masing-masing. Pada screen dilengkapi alat bantu yaitu vibrator yang berfungsi
18
Laporan kerja praktek
PT. Bahtera Karang Raya unit Asphalt Mixing Plant
Jurusan Teknik Indistri
Fakultas Teknik Universitas Samudra Langsa
untuk menggetarkan ayakan agar terjadi ayakan yang optimal. Agregat yang telah
disaring/dipisahkan berdasarkan ukurannya kemudian masuk pada unit hot bin
guna untuk menampung sementara agregat yang akan masuk pada timbangan.
Pemasangan saringan pada unit ayakan panas harus tidak pada ukuran
yang berdekatan. Contoh susunan ayakan untuk campuran beraspal dengan ukuran
butir agregat maksimum 19 mm adalah :
1. Saringan pertama/teratas berukuran 19 mm, butir agregat yang ukurannya
lebih besar (oversize) dibuang ke saluran pembuang.
2. Saringan kedua berukuran 12,5 mm (1/2 inchi). Ukuran butir agregat
antara 19 mm sampai 12,5 mm masuk ke bin 1.
3. Saringan ketiga berukuran 4,75 mm (No. 4). Ukuran butir agregat antara
9,5 sampai dengan 4,75 mm masuk ke bin 2.
4. Saringan keempat berukuran 2,36 mm (No. 8). Ukuran butir agregat antara
4,75 sampai dengan 2,36 mm masuk ke bin 3. Sementara agregat yang
lolos saringan 2,36 mm masuk ke bin 4.
Alat hot screen dapat dilihat pada gambar 3.8.
Gambar 3.8 Hot Screen
19
Laporan kerja praktek
PT. Bahtera Karang Raya unit Asphalt Mixing Plant
Jurusan Teknik Indistri
Fakultas Teknik Universitas Samudra Langsa
3.7 Bin panas (hot bin)
Bin panas (hot bin) dipasang pada AMP (aspal mixing plant) jenis takaran
(batch). Pada AMP (aspal mixing plant) jenis takaran umumnya akan terdapat 4
bin yang dilengkapi dengan pembatas yang rapat dan kuat dan tidak boleh
berlubang serta mempunyai tinggi yang tepat sehingga mampu menampung
agregat panas dalam berbagai ukuran fraksi yang telah dipisah-pisahkan melalui
unit ayakan panas. Pada bagian bawah dari tiap bin panas harus dipasang saluran
pipa untuk membuang agregat yang berlebih dari tiap bin panas yang dapat
dioperasikan secara manual atau otomatis. Jika agregat halus masih menyisakan
kadar air (pengering kurang baik) setelah pemanasan, maka agregat yang sangat
halus (debu) akan menempel dan menggumpal pada dinding bin panas dan akan
jatuh setelah cukup berat. Hal tersebut dapat menyebabkan perubahan gradasi
agregat, yaitu penambahan material yang lolos saringan No. 200.
3.8 Timbangan
Timbangan adalah alat yang digunakan untuk menakar/menimbang jumlah
masing-masing agregat sesuai dengan komposisi yang telah ditentukan, proses
penimbanga dilakukan dengan sistem komputerisasi/otomatis. sebelum timbangan
digunakan timbangan telebih dahulu dikalibrasi agar hasil timbangan dapat akurat
biasanya timbangan dikalibrasi dengan bobot teringanya 10 kg, ini dikarenakan
berat jenis dari agregat yang terlalu tinggi sehingga timbangan tidak akan akurat/
tidak dapat membaca apabila agregat yang ditimbang di bawah 10 kg.
20
Laporan kerja praktek
PT. Bahtera Karang Raya unit Asphalt Mixing Plant
Jurusan Teknik Indistri
Fakultas Teknik Universitas Samudra Langsa
Faktor-faktor penting pada unit timbangan agregat yang perlu mendapat
perhatian antara lain sebagai berikut :
1. Kalibrasi timbangan.
2. Weigh box tergantung bebas.
3. Kontrol harian terhadap kinerja operator AMP (aspal mixing plant).
Timbangan agregat dapat dilihat pada Gambar 3.9
Gambar 3.9 Timbangan
3.9 Proses Pemanasan Aspal Padat Pada Boiler Fire Tube.
Dalam proses pencampuran aspal ini penulis menjelaskannya secara
terperinci pada BAB 4 sebagai tugas khusus yang berkaitan dengan proses
pemanasan aspal dan pencampurannya pada mixer
3.10 Proses Akhir Mixer
Mixer adalah alat untuk proses pencampuran dimana agregat yang telah
dipanaskan dan telah melalui timbangan ditakar sesuai dengan komposisi yang
diinginkan selanjutnya dituangkan kedalam mixer dengan membuka pintu bin
panas menggunakan sistem hidrolik yang dikendalikan secara otomatis/manual.
21
Laporan kerja praktek
PT. Bahtera Karang Raya unit Asphalt Mixing Plant
Jurusan Teknik Indistri
Fakultas Teknik Universitas Samudra Langsa
Proses pencampuran pada mixer adalah proses pencampuran antara
agregat panas, aspal, dan filler dengan suhu 1500C cara pengadukan dilakukan
dengan memutar poros pengaduk dengan menggunakan motor listrik lama
pengadukan antara 30-40 detik pengadukan dengan kapasitas 800 kg/ 30-40 detik
setelah itu agregat yang telah sehomogen mungkin dicampurkan maka akan
dituang langsung ke dalam truk pengankut dengan cara membuka pintu bukaan
yang ada pada bagian bawah mixer dengan control hidrolik. Campuran aspal
beton yang telah keluar dari mixer ini bersuhu 1500C dan setiap jamnya
suhunya akan berkurang 2.5 - 50C.
Alat mixer dapat dililat pada Gambar 3.10
Gambar 3.10 Mixer
22
Laporan kerja praktek
PT. Bahtera Karang Raya unit Asphalt Mixing Plant
Jurusan Teknik Indistri
Fakultas Teknik Universitas Samudra Langsa
3.11 Tenaga penggerak (genset)
Untuk menjalankan semua bagian-bagian atau komponen-
komponen AMP sumber tenaga utamanya adalah generator set atau genset.
Pada umumnya genset ini diputar oleh mesin diesel. Kekuatan atau
kapasitas genset ini berkapasitas 250 KVA (Kilo Volt Ampere) cukup
untuk melayani kebutuhan motor-motor listrik yang dipakai serta
peralatan-peralatan lain yang memakai tenaga listrik dan untuk
penerangan. Semua sambungan-sambungan aliran listrik harus tertutup
untuk mencegah arus pendek serta untuk keamanan lingkungan.
Genset yang dipergunakan pada unit aspal mixing plant dapat
dilihat pada Gambar 3.11
Gambar 3.11 Tenaga Penggerak (genset)
23
Laporan kerja praktek
PT. Bahtera Karang Raya unit Asphalt Mixing Plant
Jurusan Teknik Indistri
Fakultas Teknik Universitas Samudra Langsa
BAB 4
TUGAS KHUSUS
Dalam melaksanakan kerja praktek di PT. Bahtra Karang Raya praktikan
diberi tugas khusus yaitu ; Proses Pemanasan Aspal Padat Dengan Boiler Fire
Tube. Tujuan tugas khusus ini adalah untuk mengetahui proses, sistem kerja, dan
alat-alat instrument pada AMP (Asphalt Mixing Plant) untuk memproduksi aspal
sebagai bahan konstruksi perkerasan jalan. Pada tugas ini, praktikan mengambil
objek pada sistem pemanasan aspal padat dengan boiler pada AMP (Asphalt
Mixing Plant).
4.1 Metodologi Tugas Khusus
Metode yang diterapkan dalam melaksanakan kerja praktek adalah :
1. Masa orientasi, yaitu pengarahan dan penjelasan secara umum tentang
proses produksi.
2. Meninjau ke unit-unit produksi AMP (Aspal Mixing Plant) dan unit stone
crusher plan
3. Wawancara dengan kepala jasa staf, operator, dan pekerja serta
pengumpulan data-data dan literatur yang berkenaan dengan tugas khusus.
4. Penyelesaian tugas khusus sesuai dengan bimbingan dan arahan dari dosen
pembimbing.
24
Laporan kerja praktek
PT. Bahtera Karang Raya unit Asphalt Mixing Plant
Jurusan Teknik Indistri
Fakultas Teknik Universitas Samudra Langsa
4.2 Aspal
4.2.1 Pengertian Aspal
Aspal adalah material berwarna hitam atau coklat tua Pada temperatur
ruang berbentuk padat sampai agak padat, jika dipanaskan sampai temperatur
tertentu dapat menjadi lunak/cair sehingga dapat membungkus partikel agregat
pada waktu pembuatan campuran aspal beton atau dapat masuk ke dalam pori-pori
yang ada pada penyemprotan/penyiraman pada perkerasan macam dan atau
pelaburan. Jika temperatur mulai turun, aspal akan mengeras dan mengikat
agregat pada tempatnya (sifat termoplastis). Hidrocarbon adalah bahan dasar
utama dari aspal yang umumnya disebut bitumen, sehingga aspal sering juga
disebut bitumen. Aspal merupakan salah satu material konstruksi perkerasan
lentur, (Sukirman, 2003). Aspal merupakan komponen kecil, umumnya 4 10 %
dari berat campuran atau 10 15% berdasarkan volume campuran, tetapi
merupakan komponen yang relatif mahal. Aspal umumnya berasal dari salah satu
hasil destilasi minyak bumi (Aspal Minyak) dan bahan alami (Aspal Alam). Aspal
minyak (Aspal cemen) bersifat mengikat agregat pada campuran aspal beton dan
memberikan lapisan kedap air serta tahan terhadap pengaruh asam, basa dan
garam, sifat aspal akan berubah akibat panas dan umur aspal akan menjadi kaku
dan rapuh dan akhirnya daya adhesinya terhadap partikal agregat akan berkurang
25
Laporan kerja praktek
PT. Bahtera Karang Raya unit Asphalt Mixing Plant
Jurusan Teknik Indistri
Fakultas Teknik Universitas Samudra Langsa
4.2.2 Jenis Aspal Berdasarkan Cara Mendapatkannya
1. Aspal Alam :
a. Aspal Gunung (Rock Asphalt)
contoh : Aspal P. Buton
b. Aspal Danau (Lake Asphalt)
contoh: Aspal Bermudez, Trinidad
2. Aspal Buatan :
a. Aspal Minyah
Merupakan hasil destilasi minyak bumi
b. Tar
Merupakan hasil penyulingan batu bara dan kayu (tidak umum
dugunakan, peka terhadap perubahan temperatur dan beracun)
26
Laporan kerja praktek
PT. Bahtera Karang Raya unit Asphalt Mixing Plant
Jurusan Teknik Indistri
Fakultas Teknik Universitas Samudra Langsa
4.2.3 Klasifikasi Aspal Minyak
Klasifikalsi aspal minyak dapat dilihat pada Gambar 4.1
Gambar 4.1 Klasifikasi Aspal Minyak
Aspal
Minyak
Berdasarkan
bentuknya
Berdasarkan jenis
bahan dasarnya
- Aspal dingin / Cair
(Cut Back Asphalt)
Aspal yang digunakan dalam
keadaan dingin dan cair, pada
suhu ruang berbentuk cair
- Aspal keras/panas (Asphalt cemen)
Aspal yang digunakan dalam
keadaan panas dan cair, pada
suhu ruang berbentuk padat
- Mixed base crude oil
Bahan dasar campuran
asphaltic dan parafin
- Parafin base crude oil Bahan dasar dominan parafin
- Asphaltic base crude
oil
Bahan dasar dominan aspaltic
- Aspal emulsi (emulsion
asphalt)
Aspal yang disediakan dalam
bentuk emulsi dan digunakan
dalam kondisi dingin dan cair
27
Laporan kerja praktek
PT. Bahtera Karang Raya unit Asphalt Mixing Plant
Jurusan Teknik Indistri
Fakultas Teknik Universitas Samudra Langsa
4.2.4 Komposisi Aspal
1. Aspal merupakan unsur hydrocarbon yang sangat komplek sangat
sukar memisahkan molekul-molekul yang membentuk aspal tersebut
2. Secara umum komposisi dari aspal terdiri dari asphaltenes dan
maltenes
3. Asphaltenes merupakan material berwarna hitam atau coklat tua yang
tidak larut dalam heptane.
4. Maltenes merupakan cairan kental yang terdiri dari resin dan oils, dan
larut dalam heptanes
5. Resins adalah cairan berwarna kuning atau coklat tua yang
memberikan sifat adhesi dari aspal, merupakan bagian yang mudah
hilang atau berkurang selama masa pelayanan jalan. Oils adalah media
dari asphaltenes dan resin, berwarna lebih muda
6. Proporsi dari asphaltenes, resin, oils berbeda tergantung dari banyak
faktor seperti kemungkinan beroksidasi, proses pembuatan dan
ketebalan aspal dalam campuran.
7. Aspal secara kimia terdiri dari
a. Aromat.
b. Parafin.
28
Laporan kerja praktek
PT. Bahtera Karang Raya unit Asphalt Mixing Plant
Jurusan Teknik Indistri
Fakultas Teknik Universitas Samudra Langsa
c. Alefine
a) Parafine merupakan rangkaian hidrocarbon yang
jenuh bercabang
CH3 CH2 CH CH2 CH2
|
CH3
b) Olefine merupakan rangkaian hidrocarbon yang tak
jenuh
CH3 CH = CH2
4.2.5 Sifat Kimia Dan Sifat Fisik Aspal Saling Berhubungan
Sifatsifat kimia dan sifat fisik aspal dapat dilihat pada table 4.1
Tabel 4.1 sifat-sifat kimia dan fisik
Sifat Kimia Sifat Fisik
Kelekatan Base on Aromat Base on Resin
Durabulity (daya tahan) Base on Parafin Base on Ikatan Maltene
Kepekaan terhadap suhu Base on Parafin Base on Maltene
1. Sifat aspal minyak juga dipengaruhi minyak mentah penyusunnya
29
Laporan kerja praktek
PT. Bahtera Karang Raya unit Asphalt Mixing Plant
Jurusan Teknik Indistri
Fakultas Teknik Universitas Samudra Langsa
2. Sifat Parafinic base crude oil :
a. Mudah teroksidasi
b. Pada suhu panas, leleh dan pada suhu rendah mengeras dan rapuh
c. Adhesi kecil
d. Dactilitas kecil
3. Sifat sifat seperti parafin base crude oil tidak diingini pada konstruksi
jalan
4. Sifat asphaltene base crude oil bertolak belakang dengan sifat parafinic
crude oil, dan hal ini menguntungkan untuk dipakai pada konstruksi jalan.
4.2.6 Fungsi Aspal Dalam Konstruksi Perkerasan Jalan
Fungsi aspal dalam pekerjaan perkerasan jalan adalah sebagai berikut:
1. Sebagai Bahan Pengikat:
Memeberikan ikatan yang kuat antara aspal dengan agregat dan antara
aspal itu sendiri
2. Bahan Pengisi.
Mengisi rongga antara butir-butir agregat dan pori-pori yang ada antara
agregat itu sendiri.
4.2.7 Sifat Sifat Aspal
Sifat sifat aspal pada dasarnya adalah sebagai berikut:
30
Laporan kerja praktek
PT. Bahtera Karang Raya unit Asphalt Mixing Plant
Jurusan Teknik Indistri
Fakultas Teknik Universitas Samudra Langsa
1. Sifat aspal adalah coloidal antara asphaltens dengan maltene.
2. Daya tahan (durabilitas)
Daya tahan aspal adalah kemampuan aspal mempertahankan sifat
asalnya akibat pengaruh cuaca selama masa pelayanan jalan.
3. Sifat Adhesi dan Kohesi.
Adhesi adalah kemampuan aspal untuk mengikat agregat sehingga
dihasilkan ikatan yang baik antara agregat dengan aspal, Kohesi
adalah kemampuan aspal untuk tetap mempertahankan agregat tetap
pada tempatnya setelah terjadi pengikatan..
4. Kepekaan terhadap temperatur.
Aspal merupakan bahan yang termoplastis, artinya akan menjadi keras
dan kental jika temperatur rendah dan menjadi cair (lunak) jika
temperatur tinggi. Akibat perubahan temperatur ini viscositas aspal
akan berubah seiring dengan perubahan elastisitas aspal tersebut. oleh
sebab itu aspal juga disebut bahan yang bersifat viskoelastis,
Kepekaan terhadap suhu perlu diketahui untuk dapat ditentukan suhu
yang baik campuran aspal di campur dan dipadatkan.
31
Laporan kerja praktek
PT. Bahtera Karang Raya unit Asphalt Mixing Plant
Jurusan Teknik Indistri
Fakultas Teknik Universitas Samudra Langsa
5. Kekerasan Aspal.
Kekerasan aspal tergantung dari viscositasnya (kekentalannya). Aspal
pada proses pencampuran dipanaskan dan dicampur dengan agregat
sehingga agregat dilapisi aspal. Pada proses pelaksanaan terjadi
oksidasi yang mengakibatkan aspal menjadi getas (Viskositas
bertambah tinggi). Peristiwa tersebut berlansung setelah masa
pelaksaan selasai. Pada masa pelayanan aspal mengalami oksidasi dan
polimerisasi yang besarnya dipengaruhi ketebalan aspal menyelimuti
agregat. Semakin tipis lapisan aspal yang menyelimuti agregat,
semakin tinggi tingkat kerapuhan yang terjadi.
4.2.8 Pengertian Boiler.
Pada dasarnya dan kebanyakan boiler adalah bejana tertutup dimana panas
pembakaran dialirkan ke air sampai terbentuk air panas atau steam. Air panas atau
steam pada tekanan tertentu kemudian digunakan untuk mengalirkan panas ke
suatu proses. Dan pembakaran/proses pemanasan pada boiler bisa dari gas,
minyak bumi, atau bahan alam lainya (UNEP, (2006). Pada AMP (Asphalt Mixing
Plant) PT. Bahtera Karang Raya boiler yang digunakan ialah bukan untuk
menghasilkan uap/steam, tetapi boiler dimanfaatkan untuk pemanasan aspal padat
yang telah beku pada temperatur ruang untuk dicairkan kembali guna untuk
diproses dalam pembuatan aspal beton yang digunakan sebagi bahan
32
Laporan kerja praktek
PT. Bahtera Karang Raya unit Asphalt Mixing Plant
Jurusan Teknik Indistri
Fakultas Teknik Universitas Samudra Langsa
perekat/pengikat agregat, jenis boiler yang digunakan adalah Boiler jenis Fire
Tube.
4.3 Pembahasan
4.3.1 Boiler
Boiler Fire Tube adalah salah satu boiler yang digunakan dalam
perindustrian, Cara kerjanya boiler fire tube adalah proses pengapian terjadi di
dalam pipa, kemudian panas yang dihasilkan dihantarkan langsung ke dalam
boiler yang berisi aspal. Besar dan konstruksi boiler mempengaruhi cepat rambat
panas yang dihasilkan boiler tersebut untuk memanaskan aspal. Boiler tipe Fire
Tube dapat dilihat pada Gambar 4.2.
Gambar 4.2 Boiler Tipe Fire Tube
33
Laporan kerja praktek
PT. Bahtera Karang Raya unit Asphalt Mixing Plant
Jurusan Teknik Indistri
Fakultas Teknik Universitas Samudra Langsa
Spesifikasi:
a) BOILER
Tipe boiler : Fire tube
Dimension body : 260 x 170 x 240 cm
Volume : 10.6 m3
Diameter pipa luar : 10
Diameter pipa dalam : 9.5
Panjang pipa : 6 m
Jenis besi : Carbon steel ST-32
b) BLOWER BURNER.
Nama : Blower burner
Kegunaan : Penyuplai panas
Merek : Tenco
Jenis motor : Dua phasa motor induksi
Kekuatan motor : 7 Hp (horse power) Tenaga kuda
Rpm : 3000 Rpm
Berdasarkan bahan bakar yang digunakan tipe boiler oil fuel bahan bakar
cair memiliki karakteristik yaitu harga bahan baku pembakaran paling mahal
dibandingkan dengan semua tipe. Nilai effisiensi dari tipe ini lebih baik jika
dbandingkan dengan boiler bahan bakar padat dan listrik. Cara kerja boiler oil
fuel: pemanasan yang terjadi akibat pembakaran antara percampuran bahan bakar
cair (solar) dengan oksigen dan sumber panas.
34
Laporan kerja praktek
PT. Bahtera Karang Raya unit Asphalt Mixing Plant
Jurusan Teknik Indistri
Fakultas Teknik Universitas Samudra Langsa
Di sini pembakaran pencampuran bahan bakar dengan solar adalah dengan
menggunakan blower burner yang menginjeksikan udara dan bahan bakar minyak
dengan perbandingan 1:12 ke dalam pipa boiler. Kemudian panas yag diterima
boiler ditransfer pada aspal padat yang beku sehingga mencair, proses pemanasan
aspal dengan boiler ini memerlukan waktu 5 jam pemanasan sampai dengan
mencapai suhu 150oC. tujuan utama dipanaskan pada suhu ini adalah mengubah
fasa padat aspal menjadi fasa cair, memisahkan kandungan kotoran yang terlarut
dalam aspal dengan cara pengendapan dan penguapan, mengetahui kadar residu
pada destilasi, mengetahui kadar minyak hasil penyulingan.
Aliran proses pencampuran aspal dari boiler dapat di lihat pada
gambar 4.3
Gambar 4.3 Aliran Proses Pencampuran Aspal
Timbangan
mixer
switch Pompa
sirkula
si
Boiler
1
Boiler
2
35
Laporan kerja praktek
PT. Bahtera Karang Raya unit Asphalt Mixing Plant
Jurusan Teknik Indistri
Fakultas Teknik Universitas Samudra Langsa
Hal-hal yang perlu diperhatikan selama pengoprasian boiler antara lain:
1. Suhu dari boiler harus selalu dikontrol agar tetap konstan
2. Pengaturan/penyetelan blower burner agar terjadi proses pencampuran
bahan bakar dengan udara yang sehomogen, sehingga terjadi
pembakaran yang sempurna dan menghasilkan energi panas/ calor
yang efisien.
3. Keadaan ruang boiler selama proses pembakaran tidak boleh
kosong/kekurangan bahan baku, karena akan mengakibatkan pecahnya
pipa boiler yang disebabkan oleh panas yang tinggi.
4. Aspal panas yang ada didalam boiler harus tetap terjaga agar jangan
sampai kemasukan air didalamnya karena akan mengakibatkan aspal
akan memuai dan tumpah keluar secara tiba-tiba.
5. Pemasangan pipa pompa aspal tidak boleh terlalau kandas kedasar
bawah permukaan boiler, minimal setengah dari diameter pipa boiler.
6. Kotoran-kotoran atau endapan harus segera dikelurkan dari dasar
boiler agar tidak terjadi penyumbatan pada pompa sirkulasi.
Setelah aspal benarbenar mencair aspal tersebut siap untuk di gunakan
sebagai bahan pencampuran pembuatan aspal sebagai pengikat atara
36
Laporan kerja praktek
PT. Bahtera Karang Raya unit Asphalt Mixing Plant
Jurusan Teknik Indistri
Fakultas Teknik Universitas Samudra Langsa
agregat/bahan dasar aspal. Dengan perbandingan pencampuran aspal 4 10% dari
campuran atau 10 15% pada volume campuran.
4.3.2 Tangki Aspal (Asphalt Storage)
Tangki aspal pada AMP harus cukup besar sehingga dapat menampung
aspal yang memenuhi kebutuhan aspal saat AMP dioperasikan, dan aspal yang
terdapat di dalamnya dapat dengan mudah terlihat. Pada AMP terdapat beberapa
tangki aspal yang saling berhubungan satu dengan lainnya. Tangki pertama
mempunyai fungsi menampung aspal yang baru datang dari pemasok, dan tangki
lainnya mempunyai fungsi untuk menampung aspal yang telah dipanaskan dan
siap untuk ditimbang dan dimasukkan ke dalam pencampur (mixer/pugmill).
Setiap tangki harus dilengkapi dengan sebuah alat sensor thermometric yang telah
dikalibrasi sehingga temperatur aspal dari tiap tangki akan terkontrol. Aspal harus
cukup cair untuk dapat dialirkan dengan baik, oleh karena itu diperlukan pemanas
aspal (boiler). Aspal yang digunakan adalah aspal dengan pen 60-70, atau aspal
pen 80-100, yaitu aspal keras dengan penetrasi antara 80 100 yang sesui dengan
standar SNI (Standar Nasional Indonesia).
Persyaratan aspal yang digunakan sesuai dengan SNI ( Standar Nasional
Indonesia ) dapat dilihat pada table 4.2
37
Laporan kerja praktek
PT. Bahtera Karang Raya unit Asphalt Mixing Plant
Jurusan Teknik Indistri
Fakultas Teknik Universitas Samudra Langsa
Table 4.2 Persyaratan Aspal Emulsi Modifikasi untuk Tack Coat
No Sifat Metode Satuan Batasan
Pengujian pada Aspal Emulsi
1 Viskositas Saybolt Furol pada 50oC SNI 03-6721-2002 Detik 20 100
2 Pengendapan dalam 5 hari ASTM 244 % berat Maks. 5
3 Stabilitas Penyimpanan dalam 24
jam
ASTM 244 % berat Maks. 1
4 Tertahan saringan No. 20 SNI 03-3643-1994 % berat Maks. 0,1
5 Muatan ion SNI 03-3644-1994 - Positf
6 Kemampuan mengemulsi kembali ASTM D244 % berat Min. 30
7 Kadar residu dengan destilasi SNI 03-3642-1994 % berat Min. 60
8 Minyak hasil penyulingan SNI 06-2440-1991 % volume Maks. 3
Pengujian pada Residu Hasil Penguapan
9 Titik lembek Cincin & Bola SNI 06-2434-1991 oC Min. 45
10 Penetrasi SNI 06-2456-1991 0,1 mm 100 200
11 Daktilitas SNI 06-2432-1991 cm Min. 50
12 Kelarutan dalam Tricloroethylene AASHTO T44-90 % berat Min. 97.5
Persyaratan aspal yang digunakan sesuai dengan SNI (Standar Nasional
Indonesia) untuk aspal keras penetrasi 60/70 dapat dilihat pada tabel 4.3
Table 4.3 Persyaratan Aspal Keras Penetrasi 60/70
Jenis pemeriksaan Penetrasi 60/70
Satuan
min max
Penetrasi (25oC, 100gr, 5 det) 60 79 0,1 mm
38
Laporan kerja praktek
PT. Bahtera Karang Raya unit Asphalt Mixing Plant
Jurusan Teknik Indistri
Fakultas Teknik Universitas Samudra Langsa
Titik Lembek (ring ball) 48 58 0C
Titik nyala Cleaveland >200
>225
oC
Daktilitas (25OC, 5 cm/menit >100 >100 cm
Kelarutan dalam CC14 14 14 %
Kehilangan Berat, 160oC, 5 jam - 0,8 %
penetrasi setelah kehilangan berat 54 - % semula
Berat jenis(25oC) 1 - gr/cc
4.3.3 Timbangan Aspal (Asphalt Weight Hopper)
Setelah aspal dipanaskan dalam tangki aspal pada temperatur yang
ditentukan berdasarkan tingkat keencerannya, maka aspal panas dialirkan melalui
pipa pemasok untuk ditimbang beratnya sesuai dengan yang dibutuhkan sebelum
dimasukkan ke dalam pencampur (mixer/pugmill). Tipikal aliran aspal dan
pengukuran aspal dapat dilihat pada Gambar 4.4. Kuantitas aspal yang dialirkan
ke dalam pencampur (mixer) harus selalu diamati dan secara berkala
timbangannya dikalibrasi, sehingga diperoleh jumlah aspal yang tepat dengan
toleransi sesuai dengan spesifikasi.
39
Laporan kerja praktek
PT. Bahtera Karang Raya unit Asphalt Mixing Plant
Jurusan Teknik Indistri
Fakultas Teknik Universitas Samudra Langsa
Gambar 4.4 Tipikal Penimbangan Dan Aliran Aspal
Selanjutnya Proses pencampuran aspal pada mixer plan aspal dipompa melalui
pompa sirkulasi aspal menuju timbangan tujuannya adalah untuk menenukan
campuran aspal yang sesuai dengan yang diinginkan apabila aspal tidak sesuai
dengan komposisi yang di tentukan maka akan mendapatkan hasil akhir berupa
aspal yang cepat rusak karena kekurangan campran aspal pada agregat atau aspal
terlalu banyak dari agerga dan sulit membeku malah sungkar mencair sehingga
dapat mempersingkat usia kontruksi yang dikerjakan.
40
Laporan kerja praktek
PT. Bahtera Karang Raya unit Asphalt Mixing Plant
Jurusan Teknik Indistri
Fakultas Teknik Universitas Samudra Langsa
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan AMP (Aspal mixing plant) unit proses pemanasan
aspal padat pada boiler fire tube, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
a. Aspal pada AMP (Aspal mixing plant) ini adalah aspal yang
diperoleh dari produsen aspal dan hanya menggunakan dan
memodifikasi sesuai dengan kebutuhan.
b. Berdasarkan analisa pratikan kerja praktek dapat disimpulkan
bahwa AMP (Aspal mixing plant) ialah unit proses produksi
memcampurkan aspal dengan batubatuan sebagai bahan untuk
perkerasan konstruksi jalan dan lainya dengan komposisi-
komposisi tertentu dengan cara penimbangan material.
c. Bahan dasar batu batu pembuatan aspal jalan disortir dahulu, bagi
batu yang besar disostir direngkah (dipecahkan) terlebih dahulu
dipisahkan menjadi beberapa jenis yaitu AC-BASE (asphalt
concrete - Base), AC-BC (asphalt concrete Binder course) dan
AC-WC (asphalt concrete - Wearing Course).
d. Unit AMP (Aspal Mixing Plant) terdiri dari unit AMP (Aspal
Mixing Plant) yaitu unit untuk pencampuran aspal dengan bahan
dasar agergat dan unit stone crusher yaitu suatu unit yang berfungsi
41
Laporan kerja praktek
PT. Bahtera Karang Raya unit Asphalt Mixing Plant
Jurusan Teknik Indistri
Fakultas Teknik Universitas Samudra Langsa
penyedia bahan baku/agergat batu pecah sebagai bahan campuran
aspal.
e. Bahan dasar agregat diperoleh dari hasil penambangan bebatuan
yang berasal dari aliran Sungai Tanjung Karang, Sungai Pulau Tiga
dan beberapa daerah di sungai di Aceh Tamiang.
f. Sebelum aspal dicampur kan dengan agregat aspal terlebih dahulu
dipanaskan agar mencair dan dapat menyerap merekat pada
agregat.
g. Tenaga penggerak untuk unit AMP (Aspal Mixing Plant) adalah
tenaga listrik dari genset dengan kapasitar 250 KVA (Kilo Volt
Ampere)
5.2 Saran
Saran yang dapat penulis di berikan setelah melakukan KP (Kerja Praktek)
adalah :
a. Kedepannya agar menyediakan mess/ruang istirahat untuk para
mahasiswa yang melakukan KP ( Kerja Peraktek)/ PKL (Praktek
Kerja Lapangan) di PT. Bahtera Karang Raya .
b. Diharapkan kepada pimpinan agar menyediakan suatu tenaga ahli
sebagai supervisor dan sebagai pemandu jika ada mahasiswa yang
KP pada PT. Bahtera Karang Raya
c. Membuat daftar pustaka menyediaka buku-buku, referensi data-
data peralatan mekanik di laboratorium.
42
Laporan kerja praktek
PT. Bahtera Karang Raya unit Asphalt Mixing Plant
Jurusan Teknik Indistri
Fakultas Teknik Universitas Samudra Langsa
DAFATAR PUSTAKA
Turabian Citation and Format Style Guide. Bucknell Information Services &
Resources. Available from http://www.pusair-
pu.go.id/index.php/direktori?stts=internet acces 10 juni 2012.
Sukirman, Silvia. Beton aspal campuran panas; edisi 1. Jakarta:garanit 2003 Xviii.
Universitas Sumatra Utara. Manual Pemeriksaan Peralatan Unit Pencampur
Aspal Panas Buku- I :Fungsi dan Cara Kerja. 2001.
Republik Indonesia Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina
Marga. Spesifikasu Umum 2010
WWW.HERMANFITRIS.BLOGSPOT.COM