42
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Praktek Kerja Lapangan Perguruan Tinggi merupakan salah satu lembaga Akademik yang memproduksi Sumber Daya Manusia, disamping sebagai pusat ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Dengan demikian peran Akademik bukan hanya sebagai masyarakat ilmiah yang bergerak dalam bidang pendidikan belajar mengajar, akan tetapi harus mampu menjawab tantangan – tantangan masa depan dengan mencetak Sumber Daya Manusia yang professional. Bidang pengeboran merupakan salah satu bidang padat dengan teknologi, dan membutuhkan safety yang tinggi sehingga meminimkan resiko kecelakaan kerja di tempat pengeboran (RIG) maupun di workshop. IPTEK yang dipakai di PT. Pertamina Drilling Services Indonesia tidak terlepas dari dunia Akademik sebagai Produsen Sumber Daya Manusia (SDM) dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Untuk itu perlunya terus dijembatani antara PT.Pertamina Drilling Services Indonesia dengan 1

BaB 1-5

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BaB 1-5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Praktek Kerja Lapangan

Perguruan Tinggi merupakan salah satu lembaga Akademik yang

memproduksi Sumber Daya Manusia, disamping sebagai pusat ilmu Pengetahuan

dan Teknologi. Dengan demikian peran Akademik bukan hanya sebagai

masyarakat ilmiah yang bergerak dalam bidang pendidikan belajar mengajar, akan

tetapi harus mampu menjawab tantangan – tantangan masa depan dengan

mencetak Sumber Daya Manusia yang professional.

Bidang pengeboran merupakan salah satu bidang padat dengan teknologi,

dan membutuhkan safety yang tinggi sehingga meminimkan resiko kecelakaan

kerja di tempat pengeboran (RIG) maupun di workshop. IPTEK yang dipakai di

PT. Pertamina Drilling Services Indonesia tidak terlepas dari dunia Akademik

sebagai Produsen Sumber Daya Manusia (SDM) dan Ilmu Pengetahuan dan

Teknologi (IPTEK). Untuk itu perlunya terus dijembatani antara PT.Pertamina

Drilling Services Indonesia dengan dunia akademik (Universitas), baik kegiatan

Praktek Kerja Lapangan ( PKL ), Magang, maupun Kontrak kerja. Dengan

demikian, dalam hal ini Praktek Kerja Lapangan sangatlah penting dilaksanakan

bagi seluruh Mahasiswa Politeknik yang orientasinya dibidang teknologi

professionaL.

1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapangan

Sasaran dan tujuan yang ingin dicapai dalam melaksanakan Praktek

Kerja Lapangan ini antara lain adalah sebagai berikut:

1

Page 2: BaB 1-5

a. Menyelesaikan salah satu tugas pada kurikulum yang ada pada Politeknik

Negeri Lhokseumawe.

b. Mengetahui serta memahami peralatan yang digunakan dan permasalahan

yang dihadapi dilapangan.

c. Menerapkan dan membandingkan ilmu-ilmu teorities yang didapat di

perguruaan tinggi kedalam pekerjaan nyata.

d. Merupakan bekal pengalaman kelak bila telah menyelesaikan studi.

1.3 Pola/Kerangka Praktek Kerja Lapangan

Adapun metode yang diterapkan dalam Praktek Kerja Lapangan ini

meliputi beberapa tahap, antara lain:

1.3.1 Materi Kegiatan

a. Masa orientasi, yaitu pengenalan dengan karyawan-karyawan dan

pengarahan secara umum dari PJS manejer tentang keselamatan

kerja, serta pengambilan safety.

b. Penyampaian program kerja dan safety setiap pagi.

c. Pengenalan tentang mesin-mesin yang ada di PT.Pertamina Drilling

Services Indonesia serta fungsinya.

d. Penyelesaian tugas khusus, materi dan judul tugas khusus ini

dilakukan dengan pengambilan data dari PT.Pertamina Drilling

Services Indonesia dan kunjungan ke perpustakaan yang bertujuan

untuk mendapatkan literature yang diperlukan..

1.3.2 Waktu Pelaksanaan

Praktek Kerja Lapangan di PT. Pertamina Drilling Services Indonesia ini

dilaksanakan selama satu bulan. Terhitung mulai tanggal 02 juli s/d 02Agustus

2012 dengan pembagian jadwal setiap kegiatan ditentukan oleh pembimbing

selama Praktek Kerja Lapangan berlangsung.

2

Page 3: BaB 1-5

1.3.3 Jam Praktek Kerja Lapangan

Jam Praktek Kerja Lapangan disesuaikan dengan jam kerja karyawan

regular PDSI sebagai berikut:

Tabel 1.1 Jam Praktek Kerja Lapangan

No Hari Jam kerja praktek Istirahat

1 Senin s/d Kamis 07.00 s/d 16.00 12.00 s/d 13.00

2 Jum’at 07.00 s/d 16.00 11.45 s/d 14.00

3

Page 4: BaB 1-5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Singkat PT.Pertamina

Usaha pencarian minyak bumi pertama kali di Indonesia dilakukan dengan

melakukan eksplorasi di kaki gunung Ceremai di Cirebon pada tahun 1871 namun

tidak berhasil. Usaha-usaha yang dilakukan selanjutnya mulai membawa hasil.

Hal ini terbukti dengan adanya mulai adanya eksploitasi minyak bumi. Eksploitasi

pertama dilakukan pada tanggal 15 Juni 1885 di Telaga Tunggal daerah Pangkalan

Brandan oleh Aelko Jan Zooen Zijkler dengan pengeboran di kedalaman 120

meter. Sumur tersebut merupakan sumur minyak pertama di Hindia Belanda yang

bertaraf produksi komersial.

Penemuan-penemuan sumber minyak di daerah lain di Indonesia mulai

dilakukan, seperti di telaga Sahid daerah pantai Sumatera Utara tahun 1885, di

daerah Kruka sebelah selatan Surabaya tahun 1888, di desa Minyak Hitam daerah

Muara Enim-Sumatera Selatan tahun 1898, di daerah Riam Kiwa dekat Sanga-

Kalimantan Timur tahun 1897, dan di desa Ledok-Jawa Timur tahun 1901.

Dengan adanya penemuan sumber minyak bumi di Indonesia tersebut

mengakibatkan tumbuhnya perusahaan-perusahaan minyak asing baik besar

maupun kecil pada abad ke 19, seperti:

KNPC (Klininklijke Nederlandsche Petroleum Company), pada tahun

1890

AS (Andrian Stoop), pada tahun 1887

STTC (Shell Transport and Trading Company), pada tahun 1890

TKSG (The Kloninklijke Shell Group), pada tahun 1894

BPM (Bataafsche Petroleum Company), pada tahun 1894

DPC (Dortsche Petroleum Company), pada tahun 1894

4

Page 5: BaB 1-5

NKPM (Nederlandsche Koloniale Petroleum Maatschappij), pada tahun

1894

NPPM (Nederlandsche Pacific Petroleum Maatschappij), pada tahun 1894

Awal didirikannya kilang minyak di Plaju oleh Shell pada tahun 1907

Kilang Sungai Gerong didirikan oler Stanvac pada tahun 1933

Setelah Indonesia merdeka, maka usaha-usaha untuk mengambil alih

kekuasaan di bidang industri minyak dan gas bumi mulai dilaksanakan. Pada

tanggal 10 Desember 1957, berdasarkan perintah dari Kolonel Ibnu Sutowo,

PT.EMTSU diambil alih oleh Indonesia dan diubah namanya menjadi PN

Permina. Tanggal ini lalu ditetapkan sebagai hari lahirnya Pertamina. Ekspor

pertama PN Permina dilakukan pada tanggal 24 Mei 1958.

Berdasarkan UU tahun 1960, dibentuklah tiga perusahaan negara di sektor

minyak dan gas bumi. Ketiga perusahaan negara itu adalah :

1. PN Pertamin didirikan berdasarkan PP No.3/1961.

2. PN Permina didirikan berdasarkan PP No.199/1961.

3. PN Permigan didirikan berdasarkan PP No.199/1961.

Pada tahun 1965 PN Permigan dibubarkan dengan menggunakan SK

Menteri Urusan Minyak dan Gas Bumi No.6/M/MIGAS/66 tanggal 4 Juni 1966.

Semua kekayaan PN Permigan, yaitu sumur minyak dan penyulingan di Cepu,

diserahkan kepada Lemigas. Sedangkan fasilitas produksinya diserahkan kepada

PN Permina dan fasilitas pemasarannya diserahkan kepada PN Pertamin.

Berdasarkan PP No.27/1968 dibentuklah Perusahaan Negara Pertambangan

5

Page 6: BaB 1-5

Minyak dan Gas Bumi Nasional (PN Pertamina) yang merupakan penggabungan

dari PN Pertamin dan PN Permina. Pembentukan ini dilakukan pada tanggal 20

Agustus 1968. Sebagai landasan kerja bagi PN Pertamina dibuatlah UU No.8

tahun 1971 yang menyatakan bahwa Pertamina sebagai pengelola tunggal

dibidang pengusahaan minyak dan gas bumi di Indonesia.

Untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar minyak dalam negeri, Pertamina

hingga saat ini telah mengoperasikan tujuh Unit Pengolahan (UP) yang tersebar di

Indonesia. Ketujuh Unit Pengolahan itu adalah :

1. UP-I Pangkalan Brandan, Sumatera Utara

2. UP-II Dumai, Riau

3. UP-III Plaju-Sungai Gerong, Sumatera Selatan

4. UP-IV Cilacap, Jawa Tengah

5. UP-V Balikpapan, Kalimantan Timur

6. UP-VI Balongan, Jawa Barat

7. UP-VII Kasim, Papua

2.2 Sejarah Singkat PT. Pertamina Drilling Services Indonesia

Dengan berubahnya status PERTAMINA sebagai suatu perseroan BUMN,

maka kini selain mengemban peran PSO (Public Service Obligation),

PERTAMINA dituntut untuk meraih laba dan menciptakan nilai bagi negara dan

para pemangku kepentingan. Oleh karena itu PERTAMINA kini harus mampu

mengelola keseluruhan spektrum usahanya dengan efektif dan efisien. Salah satu

6

Page 7: BaB 1-5

kebijakan yang ditempuh adalah dengan melakukan pemilahan segmen usaha dan

pengelolaannya agar dapat fokus dan tanggap terhadap persaingan usaha.

Pada awalnya Drilling Services merupakan fungsi bor di dalam organisasi

PERTAMINA Direktorat Eksplorasi & Produksi. Upaya menjadikan Drilling

Services sebagai anak perusahaan sudah lama dilakukan, tetapi belum berhasil

karena munculnya beberapa kendala pada saat pelaksanaannya.

Menyikapi kondisi tersebut, pada tahun 1993 ada upaya untuk mengubah

fungsi bor menjadi bor mandiri. Upaya ini gagal karena ditolak oleh DKPP. Pada

tahun 1996 pernah dicoba untuk dialih kelola oleh YKPP (SK.160/C00000/96-S0,

tanggal 16 September 1996), tetapi upaya inipun gagal karena tidak tercapainya

kesepakatan pembebanan.

Lalu pada tahun 1999 mulai lagi dirintis pengelolaan fungsi bor menjadi Unit

Usaha Bor EP (Ref. SK Direktur Utama No. Kpts-104/C0000/1999-S0 tanggal 29

Mei 1999). Ternyata langkah ini membawa hasil yang positif (komparasi sebelum

dan sesudah menjadi unit .

Selanjutnya pada tahun 2001, dibentuk organisasi sementara dengan nama

PERTAMINA Drilling Services Indonesia (PT. PDSI) (SK-Kpts.

91/D00000/2001-S0, tanggal 18 Juli 2001). Lalu pada tahun 2002 berganti nama

lagi menjadi Drilling Services Dit. Hulu (Ref. SK Dirut No.

Kpts-113/C00000/2001-S0, tanggal 23 Oktober 2001 dan SK Direktur Hulu No.

Kpts-011/D00000/2002-S0, tanggal 26 Februari 2002).

7

Page 8: BaB 1-5

Dalam perkembangannya, Drilling Services menjadi unit usaha Direktorat

Hulu sampai dengan bulan September 2005 dan kemudian beralih menjadi bagian

dari Direktorat Pengembangan Usaha PT. PERTAMINA EP. Akhirnya pada

tanggal 17 Juli 2006, berdasarkan SK Dirut No. Kpts-081/C00000/2006-S0,

struktur organisasi Drilling Services Dit Hulu dikembalikan menjadi unit usaha di

bawah Direktorat Hulu sebagai persiapan membentuk Anak Perusahaan di tahun

2007.

2.2.1 Wilayah Kerja

PT Pertamina Drilling Services Indonesia atau anak dari perusahaan PT

pertamina EP Field Rantau Region Sumatera Daerah Operasi Hulu NAD –

Sumbagut, sebelum diberlakukannya SK Direktur Utama PT Pertamina EP No.

Kpts-04/EP0000/2006-S0 tanggal 20 Januari 2006 tentang Pedoman Administrasi

PT Pertamina EP dan berkantor pusat di Rantau, Aceh Tamiang.

Semasa Masih bernama PT Pertamina (Persero) Daerah Operasi Hulu NAD

– Sumbagut luas areal operasinya sekitar 18.360.003 Km2 mulai dari Aceh,

Sumatera Utara, Sumatera Barat sampai ke sebagian Provinsi Riu Daratan

termasuk Kepulauan Natuna.

8

Page 9: BaB 1-5

Gambar 2.1 Wilayah Kerja

Gambar 2.2 Peta Lokasi Areal PT.Pertamina Drilling Services Indonesia

9

Page 10: BaB 1-5

2.2.2 Lingkup Tugas

Tugas dan tanggung jawab PT Pertamina drilling services indonesia

Rantau Region Sumatera adalah meningkatkan atau paling tidak mempertahankan

produksi minyak dan gas bumi melalui pelaksanaan pemboran sumur baru, kerja

ulang, reparasi, stimulasi dan perawatan sumur.

2.2.3 Struktur

Sebagai Pjs Manager PT. Pertamina Drilling Services Idonesia , Area

NAD-SUMBAGUT posisi Pjs Manager berada di bawah Vice President Drilling

Operation PT. Pertamina Drilling Services Indonesia(pusat). Sedangkan Pjs

Manajer Area NAD-SUMBAGUT membawahi Support Ass Manager,Rig

Superintendent,Onshore Maintenance SR Supervisor(pjs),SCM Ass

Manager(pjs),Finance Ass Manager,Security Ass Manager,HSE Onshore

Ast.Manager.

2.2.4 Kebijakan Health and Safety Executive (HSE)

Walaupun telah berubah statusnya menjadi perusahaan perseroan, adanya

komitmen manajemen PT Pertamina Drilling Services Indonesia Area

NAD_SUMBAGUT terhadap aspek HSE adalah bukti kepedulian pimpinan

perusahaan dan diperkuat lagi untuk mengimplementasikan kebijakan baru

tentang HSE yang dikeluarkan oleh Direktur Hulu pada tanggal 25 april 2005.

Materi kebijakan itu adalah :

10

Page 11: BaB 1-5

1. Menerapkan prinsip pembangunan yang berwawasan lingkungan dan

berkelanjutan serta mematuhi peraturan perundangan dan standar K3LL

yang berlaku.

2. Mencegah dan menanggulangi terjadinya kecelakaan kerja, kabakaran,

ledakan, kebocoran pipa, penyakit akibat kerja dan pencemaran

lingkungan, melalui upaya pembinaan serta pengintegrasian aspek

K3LL dalam teknologi dan kesisteman sejak rancang bangun,

konstruksi, operasi sampai tahap pasca operasi secara berkelanjutan.

3. Menerapkan system manajemen K3LL dan pengelolaan aspek K3LL di

seluruh kegiatan operasi, secara konsisten dan konsekuen guna

mendukung kondisi operasi yang aman, nyaman handal dan efisien.

4. Menjadikan aspek K3LL sebagai bagian yang tak terpisahkan dari

ukuran kinerja individu, pembinaan SDM dan budaya perusahaan.

5. Bersikap tanggap dalam mengantisipasi apabila timbul masalah yang

berkaitan dengan dampak yang diakibatkan oleh kegiatan operasi hulu.

6. Menggalang kemampuan untuk melaksanakan penanggulangan

keadaan darurat dalam rangka pengamanan asset, pencegahan korban

jiwa serta peningkatan citra perusahaan.

Menciptakan, membina dan memelihara hubungan yang harmonis dengan

intansi pemerintah, lembaga/institusi terkait dan lingkungan masyarakat disekitar

kegiatan operasi untuk membangun kemitraan yang saling menguntungkan

Kebijakan ini menjadi tanggung jawab seluruh jajaran manajemen, pekerja dan

11

Page 12: BaB 1-5

mitra kerja PT Pertamina Drilling Services Indonesia Area NAD-SUMBAGUT

serta menjadi kewajiban manajemen untuk memantau pelaksanaannya secara

konsisten.

2.2.5 Visi dan Misi Perusahaan

VISI :

Perusaan penyedia jasa pemboran dengan reputasi internasional.

MISI : Menyediakan jasa solusi terpadu yang berkualitas tinggi di bidang

pemboran, kerja ulang dan reparasi sumur kepada pelanggan, untuk

memberi nilai tambah yang optimal bagi pemegang saham dan

pekerja, serta berkontribusi secara proporsional kepada pemangku

kepentingan lainnya.

12

Page 13: BaB 1-5

BAB III

TUGAS KHUSUS

“PERAWATAN CENTRIFUGAL MUD PUMPS JENIS VERTIKAL”

(P-78-BA-8)

3.1 Alasan Pemilihan Judul

Dikarenakan pada saat Praktek Kerja Lapangan banyak mencakup tentang

pompa, Engine genset,generator dan alat-alat pengeboran lain, maka penulis

bertekat dan memilih antara ketiga komponen tersebut yaitu tentang Pompa.

Secara garis besar pompa dapat didefinisikan adalah sebagai suatu alat yang

digunakan untuk memindahkan suatu fluida Incromfressible dari tekanan rendah

ketekanan tinggi atau dalam keadaan yang rendah ke keadaan yang lebih tinggi.

Pada kesempatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini, penulis ingin

mengkaji lebih rinci bagaimana cara atau upaya untuk menjaga pompa agar

bekerja dengan stabil dan optimal dalam jangka waktu yang sangat lama. Adapun

pompa yang dipilih adalah pompa yang berfungsi sebagai pemindah lumpur dari

tangki satu ke tangki yang lain, yaitu pompa sentrifugal dengan item P-78-BA-8 .

Pompa ini adalah pompa dengan diameter keluar yang sangat besar karena debit

yang dialirkan sangat besar. Pompa item P-78-BA-8 merupakan pompa jenis

vertikal yang digerakkan oleh elektromotor.

3.2 Teori Dasar Pompa

3.2.1 Pengertian pompa

Pompa adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan fluida

Incompressible dari tekanan rendah ke tekanan tinggi atau posisi yang rendah ke

posisi yang tinggi. Pompa vertikal mempunyai sebuah impeller untuk

mengangkat zat cair dari tempat yang lebih rendah ke tempat yang lebih tinggi.

Daya dari luar diberikan kepada poros pompa untuk memutar impeller oleh

dorongan sudu-sudu ikut berputar.

Pompa beroperasi dengan prinsip membuat perbedaan tekanan antara

bagian masuk (suction) dengan bagian keluar (discharge). Dengan kata lain,

13

Page 14: BaB 1-5

Kinetis Peripheral

Reciprocating

Positive Displacement(Statis)

PUMP

Rotary

Vane

Screw

Gear

Centrifugal

Radial flow

Mixed flow

Axial flowDiapragma

Piston/Torak

pompa berfungsi mengubah tenaga mekanis dari suatu sumber tenaga (penggerak)

menjadi tenaga kinetis (kecepatan), dimana tenaga ini berguna untuk mengalirkan

cairan dan mengatasi hambatan yang ada sepanjang pengaliran. Salah satu jenis

pompa pemindah non positip adalah pompa sentrifugal atau pompa vertikal yang

prinsip kerjanya mengubah energi kinetis (kecepatan) cairan menjadi energi

potensial (dinamis) melalui suatu impeller yang berputar dalam casing.

Pompa aliran aksial berbeda dari aliran radial dalam cairan masuk dan

keluar sepanjang arah yang sama sejajar dengan poros berputar. Cairan tersebut

tidak dipercepat tapi malah "mengangkat" oleh aksi impeller. Mereka mungkin

disamakan dengan baling-baling berputar dalam panjang tabung. Pompa aliran

aksial beroperasi pada tekanan yang lebih rendah dan tingkat aliran lebih tinggi

dari pompa aliran radial.

3.2.2 Klasifikasi pompa secara umum

Gambar 3.1 Klasifikasi Pompa

Klasifikasi pompa vertikal menurut bentuk casing :

a. Pompa volute

b. Pompa disfuser

14

Page 15: BaB 1-5

c. Pompa aliran campur jenis volute

Klasifikasi menurut jumlah tingkat :

a. Pompa satu tingkat

b. Pompa tingkat banyak

Klasifikasi menurut sisi masuk impeller :

a. Pompa isapan tunggal

b. Pompa isapan ganda

Pompa vertikal diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria antara lain:

1.Bentuk arah aliran yang terjadi di impeller. Aliran fluida dalam impeller

dapat berupa :

axial flow,

mixed flow, atau

radial flow.

2. Bentuk konstruksi dari impeller. Impeller yang digunakan dalam pompa

vertikal dapat berupa:

open impeller,

semi-open impeller, atau

close impeller.

3.Banyaknya jumlah suction inlet. Beberapa pompa vertikal memiliki suction

inlet lebih dari dua buah. Pompa yang memiliki satu suction inlet disebut

single-suction pump sedangkan untuk pompa yang memiliki dua suction inlet

disebut double-suction pump.

4.Banyaknya impeller. Pompa vertikal khusus memiliki beberapa impeller

bersusun. Pompa yang memiliki satu impeller disebut single-stage pump,

sedangkan pompa yang memiliki lebih dari satu impeller disebut multi-stage

pump.

15

Page 16: BaB 1-5

3.2.3 Prinsip kerja pompa vertikal .

Aliran fluida yang radial akan menimbulkan efek vertikal dari impeler

diberikan kepada fluida. Jenis pompa vertikal atau kompresor aliran radial

akan mempunyai head yang tinggi tetapi kapasitas alirannya rendah. Pada

mesin aliran radial ini, fluida masuk melalui bagian tengah impeler dalam arah

yang pada dasarnya aksial. Fluida keluar melalui celah-celah antara sudut dan

piringan dan meninggalkan bagian luar impeler pada tekanan yang tinggi dan

kecepatan agak tinggi ketika memasuki casing atau volute.

Volute akan mengubah head kinetik yang berupa kecepatan buang tinggi

menjadi head tekanan sebelum fluida meninggalkan pipa keluaran pompa. Jika

casing dilengkapi dengan sirip pemandu (guide vane), pompa tersebut disebut

diffuser atau pompa turbin.

Impeller: Bagian dari pompa yang berputar yang mengubah tenaga mesin ke

tenaga kinetik.

Volute: Bagian dari pompa yang diam yang mengubah tenaga kinetik ke

bentuk tekanan.

3.2.4 Motor listrik dan motor torak

Dalam merancang instilasi pompa, sering kali dipertanyakan apakah akan

digunakan motor listrik atau motor torak sebagai penggerak mula. Untuk

menentukan mana yang tepat bagi setiap kasus, harus dilihat kondisi kerja dan

tempatnya, karena kedua jenis penggerak tersebut mempunyai kekurangan dan

kelebihan masing-masing. Disamping motor listrik dan motor torak, untuk pabrik-

pabrik yang menggunakan tenaga uap, juga sering menggunakan turbine uap

sebagai penggerak pompa.

1. Motor Listrik

16

Page 17: BaB 1-5

a). Keuntungan:

- Jika tegangan listrik dari PLN atau sumber lain tersedia dengan

tegangan yang sesuai disekitar tempat tersebut, maka penggunaan

motor listrik dapat menggunakan ongkos yang murah.

- Pengoprasian yang lebih efektif (mudah).

- Ringan dan hampir tidak menimbulkan getaran.

- Pemeliharaan dan pengaturan mudah.

b). Kerugian:

- Jika listrik padam, pompa tidak dapat bekerja sama sekali.

- Jika pompa jarang dipakai, biaya oprasinya akan tinggi karena biaya

beban tetap harus dibayar.

- Jika lokasi pompa jauh dari jaringan distribusi listrik yang ada, maka

biaya penyambungan listrik akan sangat mahal.

2. Motor torak

a). Keuntungan:

- Operasi tidak tergantung kepada tenaga listrik

- Biaya fasilitas tambahan dapat lebih rendah dari motor listrk.

b). Kerugian:

- Motor torak lebih berat dari motor listrik.

- Memerlukan air pendinginan yang jumlahnya cukup besar.

- Getaran dan suara mesin sangat besar.

3.3 Spesifikasi Pompa vertikal ( P-78-BA-8 )

Merk : HOUSTON TEXAS

Model : SB 5x6-12 (178 ped)

Jenis : vertikal

Tingkat/Stage : Single stage

Jenis Impeler : Terbuka

17

Page 18: BaB 1-5

Efesiensi : 56 %

Liquid yang

Dipompakan : lumpur

Kapasitas Normal : 50 hp

Flow : 160 (m3/h)

MOTOR

Speed : 1775 rpm

Rotation : CW (Clock Wise )

Phase : 3

Cycles : 60

3.4 Bagian-bagian Pompa Vertikal

Bagian-bagian pompa vertikal ini sama dengan bagian-bagian yang

terdapat pada pompa sentrifugal.

Gambar 3.2 Bagian-bagian Pompa Vertikal

Bagian pompa vertikal dibagi dua yaitu :

A. Bagian yang bergerak (Dinamis)

Bagian yang bergerak di antaranya :

Shaft (poros)

18

Page 19: BaB 1-5

Poros berfungsi untuk meneruskan momen puntir dari penggerak selama

beroperasi dan tempat kedudukan impeller dan bagian-bagian berputar

lainnya.

Gambar 3.3 Shaft (poros)

Impeller

Bagian sisi masuk pada arah isap impeller.

Gambar 3.4 Impeller

Impeller berfungsi untuk mengubah energi mekanis dari pompa menjadi

energi kecepatan pada cairan yang dipompakan secara kontinyu, sehingga cairan

pada sisi isap secara terus menerus akan masuk mengisi kekosongan akibat

perpindahan dari cairan yang masuk sebelumnya.

Bearing

Bearing (bantalan) berfungsi untuk menumpu dan menahan beban dari

poros agar dapat berputar, baik berupa beban radial maupun beban axial.

19

Page 20: BaB 1-5

Bearing juga memungkinkan poros untuk dapat berputar dengan lancar dan

tetap pada tempatnya, sehingga kerugian gesek menjadi kecil.

Gambar 3.5 Bearing.

Gambar 3.6 Trust Bearing dan Journal Bearing

B. Bagian yang diam (Statis)

20

Page 21: BaB 1-5

Gasket

Digunakan untuk mencegah dan mengurangi bocoran cairan dari casing

pompa melalui poros. Biasanya terbuat dari asbes atau teflon.

Gambar 3.7 Gasket

Mechanical Seal

Fungsi utama dari seal adalah untuk mencegah kebocoran yang mungkin

terjadi pada sambungan-sambungan pada elemen mesin.

Gambar 3.8 Mechanical Seal

Shaft Sleeve

Shaft sleeve berfungsi untuk melindungi poros dari erosi, korosi dan

keausan pada stuffing box. Pada pompa multi stage dapat sebagai leakage

joint, internal bearing dan interstage atau distance sleever.

21

Page 22: BaB 1-5

Gambar 3.9 Shaft Sleve

Wearing Ring

Wearing ring berfungsi untuk memperkecil kebocoran cairan yang

melewati bagian depan impeller maupun bagian belakang impeller, dengan

cara memperkecil celah antara casing  dengan impeller.

Casing.

Merupakan bagian paling luar dari pompa yang telah di sambung dengan

motor berfungsi sebagai pelindung elemen yang berputar, tempat kedudukan

diffusor (guide vane), inlet dan outlet nozel serta tempat memberikan arah

aliran dari impeller dan mengkonversikan energi kecepatan cairan menjadi

energi dinamis.

Gambar 3.10 Casing

BAB IV

22

Page 23: BaB 1-5

PEMBAHASAN

Permasalahan yang Sering Terjadi pada Pompa centrifugal jenis Vertikal

(P-78-BA-8):

4.1 Mechanical Seal

Kerusakan mechanical seal banyak disebabkan oleh gesekan pada saat

poros bekerja menyuplai lumpur dari satu tangki ke tangki lain,dan penyebab lain

dari kerusakan seal faktor umur mechanical seal yang telah mencapai titik lelah.

Salah satu upaya untuk memperpanjang umur pakai adalah memasang dengan

benar serta memilih spesifikasi yang cocok untuk pemakaian media tertentu.

Mechanical seal > gland packing

Ø Pompa dengan mechanical seal : Zero drop per menit

Ø Pompa dengan gland packing : 10 s/d 15 drop per menit

4.2 Bearing

Kerusakan Bearing Akibat Kelonggaran

Ada dua kasus yang sering terjadi adalah Inner bearing longgar terhadap

poros (inner-race mudah dimasukan keporos (interference fits longgar )), dan

Outer bearing longgar terhadap rumah bearing. keduanya mengakibatkan hal

yang  buruk sekali. Adapun akibatnya yang terjadi ialah:

a. Inner bisa berputar relative terhadap shaft, timbul karat/Korosi diarea

antara  shaft dan inner race.

b. Korosi bersifat abrasive mengakibatkan memperbesar gap, sehingga

memperbesar kelonggaran secara terus-menerus.

c. Jika longgar sudah besar mengakibatkan: inner berputar di shaft, posisi

bearing sudah berubah, timbul aus, panas noise dan vibrasi. Sama akibat

jika outer longgar.

Adapun cara mengatasi agar hal tersebut dapat diatasi yaitu dengan cara

Shaft harus diganti atau direkondisi sehingga antara bearing dan shaft sligtly fit.

23

Page 24: BaB 1-5

Lihatlah clearence yang tepat pada tabel interference fits/clearence bearing,

karena besar bearing menentukan harga tersebut rumah/temapt bearing harus

direkondisi agar cukup persisi sebagai tempat dudukan bearing. Misal : bore inner

sama dengan diameter shaft, maka cara memasangnya harus memanaskan bearing.

Kerusakan Bearing Akibat Misalignment

Tanda-tanda kerusakan bearing dari misalignment  dapat dilihat sebagai

berikut:

a. Lintasan ball pada raceway outer-ring terlihat tidak sejajar 

b. Juga lintasan terlalu melebar di inner race, bila misalignment melebihi

0.10 mm mengakibatkan temperature di ball/race melebihi normal dan

mengakibatkan keausan berlebihan.

Tandanya, keausan dan warnanya merah/coklat.

Perbaikan : Mesin harus distop dan diadakan pemeriksaan dan

kemudian direalignment.

Kerjakan pemeriksaan.

c. Kelurusan dan run out shaft, 

d. Run out bearing housing dan dudukan bearing.

e. Akurasi peralatan harus baik.

f. Skill pelaksana sudah terlatih.

g. Lakukan alignment menurut prosedur yang benar pakailah locknut 

bearing  yang presisi agar bearing duduk pada posisi yang benar.

Dalam melakukan alignment, perhatikan kondisi temperature operasi. Jika

temp.operasi sangat tinggi atau sangat dingin, harus diperhitungkan thermal

growth/pemuaian atau penyusutan akibat beda panas atau dingin. Ketelitian

melakukan alignment sangat menentukan.

Kerusakan Bearing Akibat Korosi :

Salah satu masalah cukup besar kerusakan bearing ialah masalah karatan

atau korosi. Banyak bearing tidak dapat mencapai umur pakai yang seharusnya.

24

Page 25: BaB 1-5

Kerugian besar tentu diderita, bahkan kerusakan yang lebih besar bisa terjadi jika

kerusakan bearing tidak cepat diketahui. Indikasi dari kerusakan ini, jika ball,

race-way dan cage berwarna merah/coklat. sebab bearing dalam kondisi pengaruh

cairan yang corrosive, misal cairan yang mengandung atau udara corrosive. Cara

mengatasi, cegah pengaruh atau percikan cairan corrosive. Pastikan breather

masih dalam kondisi baik. Jika memakai grease. pasang sealed bearing, jika

mungkin gantilah pelumas secara berkala.

Kerusakan Bearing Akibat Pelumas Rusak

Kerusakan ini dapat disebabkan oleh beberapa sebab, yaitu: Lubrikan

adalah bahan dan bagian paling pokok dari proses kerja bearing, lapisan tipis

lubrikan (oil film) harus selalu ada diantara ball, cage, inner race dan outer race,

yang berfungsi menghilangkan gesekan dan pendinginan. Kerusakan lubrikan

berakibat hilangnya atau rusaknya oil film berakibat kerusakan bearing.

Sebab Kerusakan  lubrikan :

a. Kontaminasi dengan kotoran/debu/partikel.

b. Kontaminasi dengan air, kondesasi udara, cairan-cairan lain.

c. Tercampur dengan lubrikan lain yang tidak kompatibel.

d. Panas berlebih (overheating) saat dioperasikan, kemudian temperature

lubrikan berlebihan, sehingga sifat lubrikasinya hilang, akhirnya panas

naik terus.

Beberapa cara untuk mencegah kerusakan lubrikasi antara lain :

a) Jika menyimpan pelumas, jangan biarkan drum penyimpan pelumas

terbuka, meskipun dalam ruang tertutup. Jika drum dilapangan terbuka,

jangan letakan drum menghadap keatas, atau harus ditutup dengan penutup

yang tahan sobek.

b) Pada mesin, harus selalu dipastikan “breather” masih berfungsi dengan

baik. untuk mencegah masuknya kelembaban dan kontaminan lain.

25

Page 26: BaB 1-5

c) Harus selalu diadakan pemeriksaan/test kondisi lubrikan (untuk reservoir

dengan isi besar). untuk reservoir kecil perlu diganti secara reguler.

d) Jangan menambah/mencapur lubrikan yang berbeda merk.

e) Pilihlah viscositas yang sesuai pada pemakaian tertentu.

4.3 Flexible Coupling

Flexible Coupling yaitu jenis mekanis yang memerlukan perawatan penuh,

untuk mendapatkan fleksibelitas yang optimal. Kopling jenis ini mampu dipakai

untuk mesin-mesin dengan kapasitas kecil sampai dengan sangat besar dengan

putaran rendah sampai dengan putaran tinggi. Penyebab terjadinya Masalah

kerusakan pada kopling gear ialah kurangnya pelumasan. Apabila kurangnya

pelumasan pada kopling gear maka permukaannya akan cepat haus atau rusak.

Apabila hal itu terjadi kopling gear harus diganti dengan kopling gear yang sama.

Cara mengatasi kerusakannya yaitu dengan cara 6 bulan sekali melakukan

pengecekan grease (pelumasan) supaya tidak terjadinya kehausan atau kerusakan

yang sangat cepat pada permukaan kopling gear. Apabila pengecekan ini

dilakukan maka umur kopling gear makin bertambah.

4.4 Shaft

Shaft adalah gabungan antara shaft dengan impeller. Cara perawatannya

yaitu, Shaft biasa diperiksa diwaktu overhaul. Kerusakan yang sering terjadi pada

Shaft adalah tergores, aus, shaft bengkok (bending). Untuk perbaikan Shaft

biasanya dilakukan oleh workshop khusus. Untuk mencegah kerusakan pada shaft

pada saat pemasangan bearing harus di aligment dahulu dan dilakukan perawatan

secara berkala.

4.5 Kavitasi

26

Page 27: BaB 1-5

Kavitasi adalah fenomena perubahan fase uap dari zat cair yang mengalir

karena tekanannya berkurang hingga di bawah tekanan uap jenuh,yang

menyebabkan kavitasi karena peletakkan pompa yang jauh dari

permukaan.Beberapa cara untuk mengatasi kavitasi adalah tekanan sisi isap tidak

boleh terlalu rendah,pompa tidak boleh diletakkan jauh diatas permukaan,

kecepatan aliran pada pipa isap tidak boleh terlalu terlalu besar dan pipa isap

dibuat sependek mungkin untuk mengurangi gesekan.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

27

Page 28: BaB 1-5

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pengamatan di lapangan dan studi pustaka yang dilakukan

dalam Kerja Praktek di PT. PERTAMINA DRILLING SERVICE INDONESIA

maka didapat kesimpulan sebagai berikut:

1. Pompa centriugal jenis vertikal item (P-78-BA-8) digerakkan oleh motor

dan berfungsi untuk memompakan lumpur..

2. Kerusakan yang sering terjadi pada pompa centrifugal jenis vertikal item

(P-78-BA-8) antara lain terjadi pada komponen seperti Gland Packing,

Bearing, dan Kopling Gear.

3. Untuk mencegah terjadinya kerusakan-kerusakan tersebut maka pada

Pompa centrifugal jenis vertikal item (P-78-BA-8) harus dilakukan

pengecekan rutin dan perawatan berkala agar performance pompa (P-78-

BA-8) tetap pada kondisi normal operasi, misalnya:

Pada gland packing, pada saat pemasangan harus mengikuti prosedur

pemasangan yang benar, memilih spesifikasi yang cocok untuk

memperpanjang umur gland packing itu sendiri.

Pada bearing dan kopling gear harus dipastikan sistem pelumasan

bekerja dengan baik dan hindari misalignment pada saat pemasangan.

5.2 Saran

Untuk menjaga agar alat dapat beroperasi sesuai dengan desain saran yang

ingin penulis sampaikan antara lain:

1. Mengganti komponen – komponen dari alat yang telah rusak sewaktu

pompa atau pabrik tidak beroperasi.

2. Perbaikan sistem pengontrolan pada alat yang tidak berfungsi atau yang

telah rusak.

3. Untuk menjaga keamanan pompa, jangan dioperasikan diatas kondisi

desain dan utamakan keselamatan kerja.

DAFTAR PUSTAKA

28

Page 29: BaB 1-5

Church, Austin H. 1993. Pompa dan Blower Sentrifugal. Penerbit Erlangga.

Jakarta.

Dietzel, Fritz. 1996. Turbin, Pompa dan Kompresor. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Hicks, Tyler, G. Edwards, T. W. 1996. Teknologi Pemakaian Pompa. Penerbit

Erlangga. Jakarta.

http://awan05.blogspot.com/2009/12/pompa-sentrifugal.html 18 juli 2012

http://www.agussuwasono.com/artikel/mechanical/259-sistem-penyekat-pada-

pompa.html 20 juli 201 2

http://mechanicalseal.wordpress.com/mechanical-seal/glandpacking/ 19 juli 2012

http://rico-ariyanto.blogspot.com/2011/03/kopling.html

Sularso. Haruo Tahara. 1996. Pompa dan Kompresor. PT. Pradnya Paramita.

Jakarta.

29