ayumuliadewi.docx

Embed Size (px)

Citation preview

ayumuliadewi

This WordPress.com site is the bee's kneesMenuSkip to content Home About meASKEP DISLOKASIMarch 20, 2013 By ayu mulia dewi

gambar 21. Konsep TeoritisA. PengertianDislokasi sendi atau luksasio adalah tergesernya permukaan tulang yang membentuk persendian terhadap tulang lain. (Sjamsuhidajat,2011. Buku Ajar lImu Bedah, edisi 3,Halaman 1046)Dislokasi sendi adalah suatu keadaan dimana permukaan sendi tulang yang membentuk sendi tak lagi dalam hubungan anatomis. (Brunner & Suddart, 2002, KMB, edisi 8, vol 3,Halaman 2355)Dislokasi sendi adalah menggambarkan individu yang mengalami atau beresiko tinggi untuk mengalami perubahan posisi tulang dari posisinya pada sendi. (Carpenito, 2000, edisi 6, Halaman 1118)Dislokasi sendi adalah fragmen frakrtur saling terpisah dan menimbulkan deformitas. (Kowalak, 2011, Buku Ajar Patofisiologi, Halaman 404).Dislokasi adalah deviasi hubungan normal antara rawan yang satu dengan rawan yang lainnya sudah tidak menyinggung satu dengan lainnya. (Price & Wilson, 2006, edisi 6, vol 2, Halaman1368 ).Kesimpulan:Dislokasi adalah tergesernya sendi dari mangkuk sendi yang kemudian dapat menimbulkan deformitas.B.KlasifikasiKlasifikasi dislokasi menurut penyababnya (Brunner & Suddart, 2002, KMB, edisi 8, vol 3,Halaman 2356) adalah:1. Dislokasi congenital, terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan, paling sering terlihat pada pinggul.2. Dislokasi spontan atau patologik, akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi. misalnya tumor, infeksi, atau osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan tulang yang berkurang3. Dislokasi traumatic, kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan mengalami stress berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat oedema (karena mengalami pengerasan). Terjadi karena trauma yang kuat sehingga dapat mengeluarkan tulang dari jaringan disekeilingnya dan mungkin juga merusak struktur sendi, ligamen, syaraf, dan system vaskular. Kebanyakan terjadi pada orang dewasa.Dislokasi berdarsarkan tipe kliniknya dapat dibagi menjadi :(Brunner & Suddart, 2002, KMB, edisi 8, vol 3,Halaman 2356)1. Dislokasi AkutUmumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip. Disertai nyeri akut dan pembengkakan di sekitar sendi1. Dislokasi Berulang.Jika suatu trauma Dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi dislokasi yang berlanjut dengan trauma yang minimal, maka disebut dislokasi berulang. Umumnya terjadi pada shoulder joint dan patello femoral joint.Dislokasi biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang / fraktur yang disebabkan oleh berpindahnya ujung tulang yang patah oleh karena kuatnya trauma, tonus atau kontraksi otot dan tarikan.C.Etiologi

gambar 11. Cedera olah ragaOlah raga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola dan hoki, serta olah raga yang beresiko jatuh misalnya : terperosok akibat bermain ski, senam, volley. Pemain basket dan pemain sepak bola paling sering mengalami dislokasi pada tangan dan jari-jari karena secara tidak sengaja menangkap bola dari pemain lain.2. Trauma kecelakaanBenturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan dislokasiD.PatofisiologiCedera akibat olahraga dikarenakan beberapa hal seperti tidak melakukan exercise sebelum olahraga memungkinkan terjadinya dislokasi, dimana cedera olahraga menyebabkan terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi sehingga dapat merusak struktur sendi dan ligamen. Keadaan selanjutnya terjadinya kompresi jaringan tulang yang terdorong ke depan sehingga merobek kapsul/menyebabkan tepi glenoid teravulsi akibatnya tulang berpindah dari posisi normal. Keadaan tersebut dikatakan sebagai dislokasi.Begitu pula dengan trauma kecelakaan karena kurang kehati-hatian dalam melakukan suatu tindakan atau saat berkendara tidak menggunakan helm dan sabuk pengaman memungkinkan terjadi dislokasi. Trauma kecelakaan dapat kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi sehingga dapat merusak struktur sendi dan ligamen. Keadaan selanjutnya terjadinya kompres jaringan tulang yang terdorong ke depan sehingga merobek kapsul/menyebabkan tepi glenoid teravulsi akibatnya tulang berpindah dari posisi normal yang menyebabkan dislokasi.E. Manifestasi Klinis1. Nyeri akut2. Perubahan kontur sendi3. Perubahan panjang ekstremitas4. Kehilangan mobilitas normal5. Perubahan sumbu tulang yang mengalami dislokasiF. Komplikasia. Komplikasi dini1. Cedera saraf : saraf aksila dapat cedera, pasien tidak dapat mengkerutkan otot deltoid dan mungkin terdapat daerah kecil yang mati rasa pada otot tesebut2. Cedera pembuluh darah : Arteri aksilla dapat rusak3. Fraktur disloksib. Komplikasi lanjut.1. Kekakuan sendi bahu:Immobilisasi yang lama dapat mengakibatkan kekakuan sendi bahu, terutama pada pasien yang berumur 40 tahun.Terjadinya kehilangan rotasi lateral, yang secara otomatis membatasi abduksi2. Dislokasi yang berulang: terjadi kalau labrum glenoid robek atau3. Kapsul terlepas dari bagian depan leher glenoid4. Kelemahan ototG.Pemeriksaan penunjang1.Sinar-X (Rontgen)Pemeriksaan rontgen merupakan pemeriksaan diagnostik noninvasif untuk membantu menegakkan diagnosa medis. Pada pasien dislokasi sendi ditemukan adanya pergeseran sendi dari mangkuk sendi dimana tulang dan sendi berwarna putih.2. CT scanCT-Scan yaitu pemeriksaan sinar-X yang lebih canggih dengan bantuan komputer, sehingga memperoleh gambar yang lebih detail dan dapat dibuat gambaran secara 3 dimensi. Pada psien dislokasi ditemukan gambar 3 dimensi dimana sendi tidak berada pada tempatnya.3. MRIMRI merupakan pemeriksaan yang menggunakan gelombang magnet dan frekuensi radio tanpa menggunakan sinar-X atau bahan radio aktif, sehingga dapat diperoleh gambaran tubuh (terutama jaringan lunak) dengan lebih detail. Seperti halnya CT-Scan, pada pemeriksaan MRI ditemukan adanya pergeseran sendi dari mangkuk sendi.H. Penatalaksanaan1. Medisa. Farmakologi (ISO Indonesia 2011-2012)1) Pemberian obat-obatan : analgesik non narkotika) Analsik yang berfungsi untuk mengatasi nyeri otot, sendi, sakit kepala, nyeri pinggang. Efek samping dari obat ini adalah agranulositosis. Dosis: sesudah makan, dewasa: sehari 31 kapsul, anak: sehari 31/2 kapsul.b) Bimastan yang berfungsi untuk menghilangkan nyeri ringan atau sedang, kondisi akut atau kronik termasuk nyeri persendian, nyeri otot, nyeri setelah melahirkan. Efek samping dari obat ini adalah mual, muntah, agranulositosis, aeukopenia. Dosis: dewasa; dosis awal 500mg lalu 250mg tiap 6 jam.2. Pembedahana. Operasi ortopediOperasi ortopedi merupakan spesialisasi medis yang mengkhususkan pada pengendalian medis dan bedah para pasien yang memiliki kondisi-kondisi arthritis yang mempengaruhi persendian utama, pinggul, lutut dan bahu melalui bedah invasif minimal dan bedah penggantian sendi. Prosedur pembedahan yang sering dilakukan meliputi Reduksi Terbuka dengan Fiksasi Interna atau disingkat ORIF (Open Reduction and Fixation).Berikut dibawah ini jenis-jenis pembedahan ortopedi dan indikasinya yang lazim dilakukan :1) Reduksi terbuka : melakukan reduksi dan membuat kesejajaran tulang yang patah setelah terlebih dahulu dilakukan diseksi dan pemajanan tulang yang patah.2) Fiksasi interna : stabilisasi tulang patah yang telah direduksi dengan skrup, plat,paku dan pin logam.3) Graft tulang : penggantian jaringan tulang (graft autolog maupun heterolog) untukmemperbaiki penyembuhan, untuk menstabilisasi atau mengganti tulang yangberpenyakit.4) Amputasi : penghilangan bagian tubuh.5) Artroplasti: memperbaiki masalah sendi dengan artroskop(suatu alat yang memungkinkan ahli bedah mengoperasi dalamnya sendi tanpa irisan yang besar) atau melalui pembedahan sendi terbuka.6) Menisektomi : eksisi fibrokartilago sendi yang telah rusak.7) Penggantian sendi: penggantian permukaan sendi dengan bahan logam atau sintetis.8) Penggantian sendi total: penggantian kedua permukaan artikuler dalam sendidengan logam atau sintetis.2. Non medisa. Dislokasi reduksi: dikembalikan ketempat semula dengan menggunakan anastesi jika dislokasi berat.RICE1) R : Rest (istirahat)2) I : Ice (kompres dengan es)3) C : Compression (kompresi/ pemasangan pembalut tekan)4) E : Elevasi (meninggikan bagian dislokasi)b. Pencegahan1) Cedera akibat olahraga1. Gunakan peralatan yang diperlukan seperti sepatu untuk lari2. Latihan atau exercise3. Conditioning2) Trauma kecelakaan1. Kurangi kecepatan2. Memakai alat pelindung diri seperti helm, sabuk pengaman3. Patuhi peraturan lalu lintas2. Askep Teoritis DislokasiA. PengkajianPengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan untuk mengumpulkan data pasien dengan menggunakan tehnik wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang tetapi pada pasien dislokasi difokuskan pada :1) Keluhan UtamaKeluhan utama pada pasien dislokasi adalah psien mengeluhkan adanya nyeri. Kaji penyebab, kualitas, skala nyeri dan saat kapan nyeri meningkat dan saat kapan nyeri dirasakan menurun.2) Riwayat Penyakit SekarangPasien biasanya mengeluhkan nyeri pada bagian yang terjadi dislokasi, pergerakan terbatas, pasien melaporkan penyebab terjadinya cedera.3) Riwayat Penyakit DahuluPada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab dislokasi, serta penyakit yang pernah diderita klien sebelumnya yang dapat memperparah keadaan klien dan menghambat proses penyembuhan.4) Pemeriksaan Fisik1. Tampak adanya perubahan kontur sendi pada ekstremitas yang mengalami dislokasi2. Tampak perubahan panjang ekstremitas pada daerah yang mengalami dislokasi3. Adanya nyeri tekan pada daerah dislokasi4. Tampak adanya lebam pada dislokasi sendi5) Kaji 14 kebutuhan dasar Henderson. Untuk dislokasi dapat difokuskan kebutuhan dasar manusia yang terganggu adalah:b) Rasa nyaman (nyeri) : pasien dengan dislokasi biasanya mengeluhkan nyeri pada bagian dislokasi yang dapat mengganggu kenyamanan klien.c) Gerak dan aktivitas: pasien dengan dislokasi dimana sendi tidak berada pada tempatnya semula harus diimobilisasi. Klien dengan dislokasi pada ekstremitas dapat mengganggu gerak dan aktivitas klien.d) Makan minum: pasien yang mengalami dislokasi terutama pada rahang sehingga klien mengalami kesulitan mengunyah dan menelan. Efeknya bagi tubuh yaitu ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.e) Rasa aman(ansietas): klien dengan dislokasi tentunya mengalami gangguan rasa aman atau cemas(ansietas) dengan kondisinya.6) Pemeriksaan diagnostika) Pemeriksaan rontgen untuk melihat lokasi dari dislokasi.b) Pemeriksaan CT-Scan digunakan untuk melihat ukuran dan lokasi tumor dengan gambar 3 dimensi.c) Pemeriksaan MRI untuk pemeriksaan persendian dengan menggunakan gelombang magnet dan gelombang frekuensi radio sehingga didapatkan gambar yang lebih detail.B. Diagnosa Keperawatan1) Nyeri akut berhubungan dengan agen penyebab cedera (fisik)2) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskletal3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan mengunyah atau menelan.C. Intervensi KeperawatanNursing Care Plan Pasien DislokasiDx.1 Nyeri Akut (Nanda NIC NOC hal:530)NoDiagnosa KeperawatanTujuan dan Kriteria HasilRencana TindakanRasional

1Nyeri akut berhubungan dengan agen penyebab cedera- Fisik(trauma kecelakaan dan cedera olahraga)- DS: klien melaporkan adanya nyeri.- DO: klien tampak berperilaku distraksi (mondar mandir, aktivitas berulang, memegang daerah nyeri), perilaku ekspresif(gelisah, meringis, menangis, menghela napas panjang)Setelah diberikan asuhan keperawatan selama x24 jam, diharapkan dengan kriteria hasil :1. Memperlihatkan pengendalian nyeri.2. Melaporkan tidak adanya nyeri3. Tidak menunjukan adanya nyeri meningkat.(tidak ada ekspresi nyeri pada wajah,tidak gelisah atau ketegangan otot,tidak merintih atau menangis.)1. Observasi keadaan umum pasien(tingkat nyeri dan TTV)2. Beri posisi nyaman(semi fowler)3. Berikan kompres hangat pada lokasi dislokasi4. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi5. Beri HE tentang penyebab nyeri, dan antisipasi ketidaknyamanan6. Kolaborasi dalam pemberian analgetik 1. Mengetahui keadaan umum pasien dan tingkat nyeri pasien2. Posisi semi fowler dapat meminimalkan nyeri pada dislokasi3. Kompres hangat berperan dalam vasodilatasi pembuluh darah.4. Teknik distraksi dan relaksasi berfungsi dalam mengalihkan fokus nyeri pasien5. Penanaman HE pada pasien berfungsi untuk mengurangi kecemasan pasien terhadap kondisinya6. Analgetik dapat mengurangi rasa nyeri pada dislokasi.

Dx 2: Hambatan mobilitas fisik (Nanda NIC NOC hal:472)NoDiagnosa KeperawatanTujuan dan Kriteria HasilRencana TindakanRasional

2Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskletal- DS: pasien mengeluh sulit dalam bergerak- DO: tidak dapat melakukan aktivitas secara mandiri, gerakan tidak teratur atau tidak terkoordinasiSetelah diberikan asuhan keperawatan selama x24 jam, diharapkan klien dapat melakukan mobilisasi dengan teratur dengan kriteria hasil :1. Klien mengatakan dapat melakukan pergerakan dengan bebas2. Gerakan pasien terkoordinir3. Pasien dapat melakukan aktivitas secara mandiri1) Observasi keadaan umum(tingkat mobilitas dan kekuatan otot)2) Ajarkan ROM3) Pengaturan posisi4) Berikan bantuan perawatan diri: berpindah5) Berikan HE tentang latihan fisik6) Kolaborasi dengan ahli fisioterapi dalam memberikan terapi yang tepat1) Menunjukkan tingkat mobilisasi pasien dan menentukan intervensi selanjutnya2) Mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot3) Meningkatkan kesejahteraan fisiologis dan psikologis4) Membantu individu mengubah posisi tubuhnya5) Mengubah persepsi pasien terhadap latihan fisik6) Mengembalikan posisi tubuh autonom dan volunter selama pengobatan dan pemulihan dari posisi sakit atau cedera

Dx 3: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (Nanda NIC NOC Hal: 503)NoDiagnosa KeperawatanTujuan dan Kriteria HasilRencana TindakanRasional

3Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan mengunyah atau menelan.- DS: pasien mengeluh susah mengunyah, pasien mengatakan nafsu makan menurun- DO: pasien tampak lemas, mukosa bibir kering, tampak kurang berminat terhadap makananSetelah diberikan asuhan keperawatan selama x24 jam, diharapkan kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi secara adekuat dengan kriteria hasil:1) Pasien tidak melaporkan kesulitan mengunyah2) Nafsu makan pasien kembali baik3) Keadaan umum pasien kembali normal1. Kaji faktor penyabab kesulitan mengunyah2. Letakkan makanan pada bagian mulut yang tidak mengalami masalah3. Atur posisi pasien(semi fowler)4. Kolaborasi dalam pemasangan alat invasif(NGT)5. Mengetahui faktor penyebab kesulitan mengunyah dan menentukan intervensi selanjutnya6. Mengurangi aktivitas pada rahang yang sakit7. Posisi semi fowler dapat mencegah aspirasi8. Mempertahankan asupan nutrisi pasien

D. Implementasi KeperawatanDilaksanakan sesuai dengan intervensi.E. Evaluasi1. Nyeri dapat teratasi2. Pasien dapat melkukan mobilitas secara normal3. Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi secara adekuat

Askep Dislokasi Sendi

BAB IPENDAHULUAN1.1Latar BelakangDislokasi atau luksasio adalah kehilangan hubungan yang normal antara kedua permukaan sendi secara komplet / lengkap ( jeffrey m.spivak et al ,1999) terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi, Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Seseorang yang tidak dapat mengatupkan mulutnya kembali sehabis membuka mulutnya adalah karena sendi rahangnya terlepas dari tempatnya. Dengan kata lain: sendi rahangnya telah mengalami dislokasi.Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi bahu dan sendi pinggul (paha). Karena terpeleset dari tempatnya, maka sendi itupun menjadi macet. Selain macet, juga terasa nyeri. Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor. Akibatnya, sendi itu akan gampang dislokasi lagi.Skelet atau kerangka adalah rangkaian tulang yang mendukung dan me lindunginbeberapa organ lunak, terutama dalam tengkorak dan panggul. Kerangka jugaberfungsi sebagai alat ungkit pada gerakan dan menye diakan permukaan untukkaitan otot-otot kerangka. Oleh karena fungsi tulang yang sangat penting bagi tubuhkita, maka telah semestinya tulang harus di jaga agar terhindar dari trauma ataubenturan yang dapat mengakibatkan terjadinya patah tulang atau dislokasi tulang.Dislokasi terjadi saat ligarnen rnamberikan jalan sedemikian rupa sehinggaTulangberpindah dari posisinya yang normal di dalam sendi. Dislokasi dapat disebabkanoleh faktor penyakit atau trauma karena dapatan (acquired) atau karena sejak lahir(kongenital).

1.2Tujuan1.2.1Tujuan UmumUntuk mendapatkan gambaran dan mengetahui tentang bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa dislokasi 1.2.2Tujuan KhususDiharapkan mahasiswa mampu memberikan gambaran asuhan keperawatan meliputi :1)Mampu memberikan gambaran tentang pengkajian kepada klien dengan dislokasi2) Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan dislokasi3) Mampu membuat rencana keperawatan pada klien dengan dislokasi4)Mampu menyebutkan faktor pendukung dan penghambat dalam asuhan keperawatan pada dislokasi1.3Manfaat 1.3.1Manfaat Bagi mahasiswaAgar mahsiswa mengetahui dan memahami cara asuhan keperawatan muskluskletal dengan diagnosa dislokasi dengan cepat dan tanggap dan meningkatkan potensi diri sehubungan dengan penanggulangannya1.3.2Manfaat bagi masyarakatAgar masyarakat dapat mengethui tindakan atau intervensi tentang dislokasi dengan cepat dan tanggap1.3.3Manfaat bagi institusi pendidikanSebagai bahan bacaan bagi mahasiswa keperawatan dan menambah wawasan dalam hal pemahaman perkembangan dan upaya pencegahan yang berhubungan dengan gangguan muskluskletal pada penderita dislokasi yang sebaiknya dimulai sedini mungkin.

BAB IIPEMBAHASAN2.1PengertianDislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Seseorang yang tidak dapat mengatupkan mulutnya kembali sehabis membuka mulutnya adalah karena sendi rahangnya terlepas dari tempatnya. Dengan kata lain: sendi rahangnya telah mengalami dislokasi.Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi bahu dan sendi pinggul (paha). Karena terpeleset dari tempatnya, maka sendi itupun menjadi macet. Selain macet, juga terasa nyeri. Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor. Akibatnya, sendi itu akan gampang dislokasi lagi.Keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi berhubungan,secara anatomis (tulang lepas dari sendi)(Brunner & Suddarth)Keluarnya (bercerainya) kepala sendi dari mangkuknya, dislokasi merupakan suatu kedaruratan yang membutuhkan pertolongan segera.(Arif Mansyur, dkk. 2000)Patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi dapat menyebabkan patah tulang disertai luksasi sendi yang disebut fraktur dis lokasi.( Buku Ajar Ilmu Bedah, hal 1138)Berpindahnya ujung tulang patah, karena tonus otot, kontraksi cedera dan tarikanDislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi sering di temukan pada orang dewasas dan jarang di temukan pada anak anak, biasanya klien jatuh dengan ekerasa dalam keadaan tangan out streched . bagian distal humerus terdorong ke depan melalui kapsul anterior .misalkan oada radius dan ulna mengalami dislokasi pada posterior oleh karna itu brakhialis yang mengalmi robekan pada proseus karanoid .

2.2KlasifikasiDislokasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :2.2.1Dislokasi kongenital. Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan.2.2.2Dislokasi patologik. Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi. misalnya tumor, infeksi, atau osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan tulang yang berkurang.2.2.3Dislokasi traumatik. Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan mengalami stress berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat edema (karena mengalami pengerasan). Terjadi karena trauma yang kuat sehingga dapat mengeluarkan tulang dari jaringan disekeilingnya dan mungkin juga merusak struktur sendi, ligamen, syaraf, dan system vaskular. Kebanyakan terjadi pada orang dewasa. Berdasarkan tipe kliniknya dibagi :a.Dislokasi AkutUmumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip. Disertai nyeri akut dan pembengkakan di sekitar sendib.Dislokasi Berulang.Jika suatu trauma Dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi dislokasi yang berlanjut dengan trauma yang minimal, maka disebut dislokasi berulang. Umumnya terjadi pada shoulder joint dan patello femoral joint. Dislokasi biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang/fraktur yang disebabkan oleh berpindahnya ujung tulang yang patah oleh karena kuatnya trauma, tonus atau kontraksi otot dan tarikan.Berdasarkan tempat terjadinya :1. Dislokasi Sendi RahangDislokasi sendi rahang dapat terjadi karena :a.Menguap atau terlalu lebar.b.Terkena pukulan keras ketika rahang sedang terbuka, akibatnya penderita tidak dapat menutup mulutnya kembali.2.Dislokasi Sendi BahuPergeseran kaput humerus dari sendi glenohumeral, berada di anterior dan medial glenoid (dislokasi anterior), di posterior (dislokasi posterior), dan di bawah glenoid (dislokasi inferior).3.Dislokasi Sendi SikuMerupakan mekanisme cederanya biasanya jatuh pada tangan yang dapat menimbulkan dislokasi sendi siku ke arah posterior dengan siku jelas berubah bentuk dengan kerusakan sambungan tonjolan-tonjolan tulang siku.4.Dislokasi Sendi JariSendi jari mudah mengalami dislokasi dan bila tidak ditolong dengan segera sendi tersebut akan menjadi kaku kelak. Sendi jari dapat mengalami dislokasi ke arah telapak tangan atau punggung tangan.5. Dislokasi Sendi Metacarpophalangeal dan InterphalangealMerupakan dislokasi yang disebabkan oleh hiperekstensi-ekstensi persendian.6.Dislokasi PanggulBergesernya caput femur dari sendi panggul, berada di posterior dan atas acetabulum (dislokasi posterior), di anterior acetabulum (dislokasi anterior), dan caput femur menembus acetabulum (dislokasi sentra).7.Dislokasi Patellaa.Paling sering terjadi ke arah lateral. b.Reduksi dicapai dengan memberikan tekanan ke arah medial pada sisi lateral patella sambil mengekstensikan lutut perlahan-lahan.c.Apabila dislokasi dilakukan berulang-ulang diperlukan stabilisasi secara bedah.Dislokasi biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang / fraktur yang disebabkan oleh berpindahnya ujung tulang yang patah oleh karena kuatnya trauma, tonus atau kontraksi otot dan tarikan.2.3EtiologiDislokasi disebabkan oleh :2.3.1Cedera olahraga. Olahraga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola dan hoki, serta olahraga yang beresiko jatuh misalnya : terperosok akibat bermain ski, senam, volley. Pemain basket dan keeper pemain sepak bola paling sering mengalami dislokasi pada tangan dan jari-jari karena secara tidak sengaja menangkap bola dari pemain lain.2.3.2Trauma yang tidak berhubungan dengan olahraga. Benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan dislokasi.2.3.3Terjatuh. Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang licin.2.3.4Patologis. Terjadinya tear ligament dan kapsul articuler yang merupakan komponen vital penghubung tulang.2.3PatofisiologiPenyebab terjadinya dislokasi sendi ada tiga hal yaitu karena kelainan congenital yang mengakibatkan kekenduran pada ligamen sehingga terjadi penurunan stabilitas sendi. Dari adanya traumatic akibat dari gerakan yang berlebih pada sendi dan dari patologik karena adanya penyakit yang akhirnya terjadi perubahan struktur sendi. Dari 3 hal tersebut, menyebabkan dislokasi sendi. Dislokasi mengakibatkan timbulnya trauma jaringan dan tulang, penyempitan pembuluh darah, perubahan panjang ekstremitas sehingga terjadi perubahan struktur. Dan yang terakhir terjadi kekakuan pada sendi. Dari dislokasi sendi, perlu dilakukan adanya reposisi

2.6Manifestasi KlinisNyeri terasa hebat .Pasien menyokong lengan itu dengan tangan sebelahnya dan segan menerima pemeriksaan apa saja .Garis gambar lateral bahu dapat rata dan ,kalau pasien tak terlalu berotot suatu tonjolan dapat diraba tepat di bawah klavikula.2.6.1Nyeri2.6.2Perubahan kontur sendi2.6.3Perubahan panjang ekstremitas2.6.4Kehilangan mobilitas normal2.6.5Perubahan sumbu tulang yang mengalami dislokasi2.6.6Deformitas2.6.7Kekakuan2.7Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan laboratorium dasar, pemeriksaan kimia darah, hitung sel darah lengkap, penentuan golongan darah dan uji silang, hitung trombosit, urinalisasi,dan penentuan gula darAh, BUM dan elektrolit2.8Penatalaksanaan2.8.1Dislokasi reduksi: dikembalikan ketempat semula dengan menggunakan anastesi jika dislokasi berat.2.8.2Kaput tulang yang mengalami dislokasi dimanipulasi dan dikembalikan ke rongga sendi.2.8.3Sendi kemudian dimobilisasi dengan pembalut, bidai, gips atau traksi dan dijaga agar tetap dalam posisi stabil.2.8.4Beberapa hari sampai minggu setelah reduksi dilakukan mobilisasi halus 3-4X sehari yang berguna untuk mengembalikan kisaran sendi2.8.5Memberikan kenyamanan dan melindungi sendi selama masa penyembuhan.

BAB IIIKONSEP ASKEP1. Pengkajian 1.1Identitas klien meliputi nama ,jenis kelamin ,usia ,alamt ,agama ,bahasa yang digunakan ,stattus perkawinan ,pendidikan, pekerjaan,asuransi golongan darah ,nomor registrasi , tanggal dan jam masuk rumah sakit, (MRS) , dan diagnosis medis. Dengan fokus ,meliputi :1.1.1Umur , pada pasien lansia terjadi pengerasan tendon tulang sehingga menyebabkan fungsi tubuh bekerja secara kurang normal dan dislokasi cenderung terjadi pada orang dewasa dari pada anak-anak , biasanya klien jatuh dengan keras dalam keadaan strecth out1.1.2PekerjaanPada pasien dislokasi biasanya di akibatkan oleh kecelkaan yang mengakibatkan trauma atau ruda paksa, biasaya terjadi pada klien yang mempunyai pekrjaan buruh bangunan. Seperti terjatuh , atupun kecelakaan di tempat kerja , kecelakaan industri dan atlit olahraga, seperti pemain basket , sepak bola dll1.1.3Jenis kelaminDislokasi lebih sering di temukan pada anak laki laki dari pada permpuan karna cenderung dari segi aktivitas yang berbeda .1.2Keluhan utamaKeluhan utama yang sering menjadi alasan klien meminta pertolongan kesehatan adalah nyeri , kelemahan dan kelumpuhan ,ekstermitas , nyeri tekan otot , dan deformitas pada daerah trauma ,untuk mendapatkan pengkajian yang lengkap mengenai nyeri klien dapat menggunakan metode PQRS.

1.3Riwayat penyakit sekarangKaji adanya riwayat trauma akibat kecelakaan pada lalu lintas ,kecelekaan industri , dan kecelakaan lain ,seperti jatuh dari pohon atau bangunan , pengkajian yang di dapat meliputi nyeri , paralisis extermitras bawah , syok .1.4Riwayat penyakit dahuluPenyakit yang perlu ditanyakan meliputi adanya riwayat penyakit ,seperti osteoporosis, dan osteoaritis yang memungkinkan terjadinya kelainan ,penyakit alinnya seeperti hypertensi ,riwayat cedera, diabetes milittus, penyakit jantung , anemia , obat-obat tertentu yang sering di guanakan klien , perlu ditanyakan pada keluarga klien .1.5Pengkajian Psikososial dan SpiritualKaji bagaimana pola interaksi klien terhadap orang orang disekitarnya seperti hubungannya dengan keluarga, teman dekat, dokter, maupun dengan perawat.Pemeriksaan fisik Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan klien pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung pengkajian anamnesis sebaiknya dilakukan persistem B1-B6 dengan fokus pemeriksaan B3( brain ) dan B6 (bone)1.6Keadaan umumKlien yang yang mengalami cedera pada umumnya tidak mengalami penurunan kesadaran ,periksa adanya perubahan tanda-tanda vital ,yang meliputi brikardia ,hipotensi dan tanda-tanda neurogenik syok.1.7B3 ( brain)1.7.1Tingkat kesedaran pada pasien yang mengalami dislokasi adalah kompos mentis1.7.2Pemeriksaan fungsi selebralStatus mental :observasi penampilan ,tingkah laku gaya bicara ,ekspresi wajah aktivitas motorik klien .1.7.3Pemeriksaan saraf kranial1.7.4Pemeriksaan refleks .pada pemeriksaan refleks dalam ,reflecs achiles menghilang dan refleks patela biasanya meleamh karna otot hamstring melemah1.8B6 (Bone)1.8.1Paralisis motorik ekstermitas terjadi apabila trauma juga mengompresi sekrum gejala gangguan motorik juga sesuai dengan distribusi segmental dan saraf yang terkena1.8.2Look ,pada insfeksi parienum biasanya di dapatkan adanya pendarahan ,pembengkakakn dan deformitas1.8.3Fell , kaji adanya derajat ketidakstabilan daerah trauma dengan palpasi pada ramus dan simfisi fubis1.8.4Move , disfungsi motorik yang paling umum adalah kelemahan dan kelumpuhan pada daerah ekstermitas.Klasifikasi Data1.9Data subjektif1.9.1Klien mengatakan nyeri apabila beraktivitas1.9.2Klien mengatakan nyeri seperti ditekan benda berat1.9.3Klien mengatakan terjadi kekauan pada sendi1.9.4Klien mengatakan adanya nyeri pada sendi1.9.5Klien mengatakan sangat lemas1.9.6Klien bertanya-tanya tentang keadaannya1.9.7Klien mengatakan susah bergerak1.10Data objektif1.10.1Klien nampak lemas1.10.2Wajah nampak meringis1.10.3Keterbatasan mobilitas1.10.4Skala nyeri 6 (0-10)1.10.5Klien nampak cemas Analisa DataSymptomEtiologiProblem

DS : Klien mengatakan nyeri apabila beraktivitas Klien mengatakan nyeri seperti ditekan benda berat Klien mengatakan adanya nyeri pada sendiDO : Wajah Nampak meringis Skala nyeri 5 (0-10) Pembengkakan local

Diskontuinitas tulang

Pergeseran frakmen tulang

NyeriNyeri

DS : Klien mengatakan sangat lemas Klien mengatakan susah bergerak Klien mengatakan terjadi kekauan pada sendiDO : Klien nampak lemas Keterbatasan mobilitasAdanya trauma

Deformitas tulang

Gangguan Fungsi Gerak

Kerusakan mobilitas fisikGangguan mobilitas fisik

DS : Klien bertanya-tanya tentang penyakitnyaDO : Klien nampak cemasTindakan pengobatan

Kurangnya InformasiKurang pengetahuan

Konflik Interpersonal

AnsietasAnsietas

Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas tulang2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan terputusnya kontinuitas tulang3. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit

C. INTERVENSI KEPERAWATAN DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN NIC DAN NOCNODIAGNOSAINTERVENSI

NICNOC

1.NYERI AKUT Definisi : Sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang muncul secara aktual atau potensial, kerusakan jaringan atau menggambarkan adanya kerusakan..

Batasan karakteristik : - Laporan secara verbal atau non verbal - Fakta dan observasi - Gerakan melindungi - Tingkah laku berhati-hati - Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, sulit atau gerakan kacau, menyeringai)- Tingkah laku distraksi (jalan-jalan, menemui orang lain, aktivitas berulang-ulang) - Respon autonom (diaphoresis, perubahan tekanan darah, perubahan pola nafas, nadi dan dilatasi pupil) - Tingkah laku ekspresif (gelisah, marah, menangis, merintih, waspada, napas panjang, iritabel)- Berfokus pada diri sendiri - Fokus menyempit (penurunan persepsi pada waktu, kerusakan proses berfikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan) - Perubahan nafsu makan dan Minum

Faktor yang berhubungan : - Agen injury (fisik, biologis, psikologis).

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam pasien dapat mengontrol nyeri dengan indicator : - Mengenali faktor penyebab - Mengenali onset (lamanya sakit) - Menggunakan metode pencegahan - Menggunakan metode nonanalgetik untuk mengurangi nyeri - Menggunakan analgetik sesuai kebutuhan - Mencari bantuan tenaga kesehatan - Melaporkan gejala pada tenaga kesehatan - Menggunakan sumber-sumber yang tersedia - Mengenali gejala-gejala nyeri - Mencatat pengalaman nyeri sebelumnya - Melaporkan nyeri sudah terkontrol Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam pasien dapat mengetahui tingkatan nyeri dengan indicator : - Melaporkan adanya nyeri - Luas bagian tubuh yang terpengaruh - Frekuensi nyeri - Panjangnya episode nyeri - Pernyataan nyeri - Ekspresi nyeri pada wajah - Posisi tubuh protektif - Kurangnya istirahat - Ketegangan otot - Perubahan pada frekuensi pernafasan - Perubahan nadi - Perubahan tekanan darah - Perubahan ukuran pupil - Keringat berlebih - Kehilangan selera makan

MANAJEMEN NYERI Definisi : mengurangi nyeri dan menurunkan tingkat nyeri yang dirasakan pasien. Intervensi : - Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi - Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan - Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien - Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri - Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau - Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau - Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan - Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan - Kurangi faktor presipitasi - Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter personal) - Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi - Ajarkan tentang teknik non farmakologi - Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri - Evaluasi keefektifan kontrol nyeri - Tingkatkan istirahat - Kolaborasikan dengan dokter jika keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil

ANALGETIC ADMINISTRATION Definisi : penggunaan agen farmakologi untuk menghentikan atau mengurangi nyeri.Intervensi : - Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat - Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis dan frekuensi - Cek riwayat alergi - Pilih analgetik yang diperlukan atau kombinasi dari analgetik ketika pemberian lebih dari satu - Tentukan pilihan analgetik tergantung tipe dan beratnya nyeri - Tentukan analgetik pilihan, rute pemberian dan dosis optimal - Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur - Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgetik pertama kali - Berikan analgetik tepat waktu terutama saat nyeri hebat - Evaluasi efektifitas analgetik, tanda dan gejala (efek samping)

2.GANGGUAN MOBILITAS FISIK Definisi : keterbatasan dalam kebebasan untuk pergerakan fisik tertentu pada bagian tubuh atau satu atau lebih ekstremitas.

Batasan karakteristik : - Postur tubuh yang tidak stabil - Keterbatasan kemampuan untuk melakukan ketrampilan motorik kasar - Keterbatasan kemampuan untuk melakukan ketrampilan motorik halus Tidak ada koordinasi gerakan - Keterbatasan ROM - Kesulitan berbalik - Perubahn gaya berjalan (penurunan kecepatan berjalan, kesulitan memulai berjalan, langkah sempit,kaki diseret, goyangan yang berlebihan pada posisi lateral) - Penurunan waktu reaksi - Bergerak menyebabkan nafas menjadi pendek - Usaha yang kuat untuk perubahan gerak (peningkatan perhatian untuk aktivitas lain, mengontrol perilaku, fokus dalam anggapan ketidakmampuan aktivitas) - Pergerakan yang lambat- Bergerak menyebabkan tremor

Faktor yang berhubungan :- Pengobatan - pembatasan gerak - pembatasan gerak - Kurang pengetahuan tentang bersama dengan indikator klien - pembatasan gerak - Kurang pengetahuan tentang bersama dengan indikator klien - Kerusakan persepsi sensori - Tidak nyaman, nyeri - Kerusakan muskuloskeletal dan neuromuskular - Intoleransi aktivitas - Depresi mood/cemas - Kerusakan kognitif - Penurunan kekuatan otot - Keengganan untuk memulai gerak - Gaya hidup yang menetap, tidak digunakan - Malnutrisi umum atau selektif - Kehilangan integritas struktur tulang

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam pasien dapat melakukan ambulasi berjalan dengan indikator : - Mempertahankan berat badan - Melangkah - Berjalan lambat - Berjalan dengan kecepatan sedang - Berjalan dengan kecepatan lebih cepat - Berjalan naik tangga - Berjalan menuruni tangga - Berjalan mendaki - Berjalan dengan jarak yang dekat (keliling kamar) - Berjalan dengan jarak yang sedang (keluar kamar) - Berjalan dengan jarak yang lebih jauh (mengitari bangsal) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam tingkat mobilitas pasien meningkat dengan indikator: - Keseimbangan tubuh - Posisi tubuh - Gerakan otot - Gerakan sendi - Kemampuan berpindah - Ambulasi: berjalan - Ambulasi: kursi roda Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam pasien dapat melakukan gerakan/pergerakakkan fisik dengan indicator : menggerakakkan jari kaki, tangan, leher, bahu, lutut, pinggang, siku dan pergelangan tangan, menggerakan jari kaki, tangan, leher, bahu.TERAPI AKTIVITAS : AMBULASI Definisi : membantu pasien memulai aktivitas fisik untuk memperkuat fungsi tubuh selama perawatan dan melindungi dari sakit atau cedera.Intervensi : - Monitoring vital sign sebelum dan sesudah latihan dan lihat respon pasien saat latihan - Konsultasikan dengan fisioterapis tentang rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan - Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah terhadap cedera - Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain tentang teknik ambulasi - Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi - Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADL secara mandiri sesuai kemampuan - Dampingi dan bantu pasien saat mobilisasi dan bantu pemenuhan kabutuhan ADL - Berikan alat bantu bila pasien memerlukan - Ajarkan bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan EXERCISE THERAPY: JOINT MOVEMENT- Tentukan batasan gerakan - Kolaborasi dengan fisioterapis dalam mengembangkan dan menentukan program latihan - Tentukan level gerakan pasien - Jelaskan pada keluarga/pasien tujuan dan rencana latihan - Monitor lokasi ketidaknyamanan atau nyeri selama gerakan atau aktivitas lindungi pasien dari trauma selama latihan - Bantu pasien untuk mengoptimalkan posisi tubuh untuk gerakan pasif atau aktif - Dorong ROM aktif - Instruksikan pada pasien atau keluarga tentang ROM pasif dan aktif - Bantu pasien untuk mengembangkan rencana latihan ROM aktif - Dorong klien untuk menunjukan gerakan tubuh sebelum latihan

3.KECEMASAN/ANSIETASDefinisi : perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respon autonom ( sumber sering sekali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu,perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat keawaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya bahaya dan memampukan individu untuk bertindak menghadapi ancaman.Batasan karakteristik : a. perilaku- Penurunan produktivitas- Gerakan yang irelevan- Melihat sepintas- Insomnia- Kontak mata yang buruk- Mengekspresikan kekhawatiran karena perubahan dalam peristiwa hidup- tampak waspada- b. afektif- gelisah, ketakutan- ketakutan- rasa nyeri yang meningkatkan ketidakberdayaan- khawatir- peningkatan rasa yang ketidakberdayaan yang persistenc. fisiologis- wajah tegang- gemetar- jantung berdebar-debar- peningkatan tekanan darahfactor yang berhubungan- kurangnya informasi yang di dapat- kurangnya pengetahuan tentang penyakit

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam status kekebalan pasien meningkat dengan indilaktor: - Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas- Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik untuk mengontrol cemas- Ekspresi wajah, bahasa, dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya cemas

Anciety reduction ( penurunan kecemasan )Intervensi : - Gunakan poendekatan yang menenangkan- Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien- Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur pengobatan- Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi rasa takut- Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan takut dan persepisnya terhadapa penyakit yang dia alami - Identifikasi tingkat kecemasan pasien- Dorong keluarga untuk selalu menemani pasien selama perawatan

BAB IVPENUTUP4.1KesimpulanDislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Seseorang yang tidak dapat mengatupkan mulutnya kembali sehabis membuka mulutnya adalah karena sendi rahangnya terlepas dari tempatnya. Dengan kata lain: sendi rahangnya telah mengalami dislokasi.Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi bahu dan sendi pinggul (paha). Karena terpeleset dari tempatnya, maka sendi itupun menjadi macet. Selain macet, juga terasa nyeri. Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor. Akibatnya, sendi itu akan gampang dislokasi lagi.Skelet atau kerangka adalah rangkaian tulang yang mendukung dan me lindunginbeberapa organ lunak, terutama dalam tengkorak dan panggul. Kerangka jugaberfungsi sebagai alat ungkit pada gerakan dan menye diakan permukaan untukkaitan otot-otot kerangka. Oleh karena fungsi tulang yang sangat penting bagi tubuhkita, maka telah semestinya tulang harus di jaga agar terhindar dari trauma ataubenturan yang dapat mengakibatkan terjadinya patah tulang atau dislokasi tulang.Dislokasi terjadi saat ligarnen rnamberikan jalan sedemikian rupa sehinggaTulangberpindah dari posisinya yang normal di dalam sendi. Dislokasi dapat disebabkanoleh faktor penyakit atau trauma karena dapatan (acquired) atau karena sejak lahir(kongenital).4.2SaranPenulis menyadari masih banyakterdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi makalah ini, agar penulis dapat berbuat lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Mariliynn E. (1999).Rencana Asuhan Keperawatan,Jakarta : EGCBrunner, Suddarth, (2001) Buku Ajar Keperawatan-Medikal Bedah, Edisi 8 Volume 3, EGC : JakartaDoenges, Marilynn E, dkk, (2000), Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa Keperawatan, EGC : Jakarta.Pamela L.swearingen , (2000) Keperawatan Medikal Bedah .E/2, jakarta : egcMuttaqin.A , (2008) , Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskletal,Jakarta :EGChttp://www.slideshare.net/ardiartana/savedfiles?s_title=askep-dislokasi&user_login=septianrahahttp://ardiartana.wordpress.com/2013/10/31/askep-dislokasi/http://keperawatanblog.wordpress.com/2013/06/03/7/http://ayumuliadewi13.wordpress.com/2013/03/20/askep-dislokasi