64

autobiography (cetakan I)

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: autobiography (cetakan I)
Page 2: autobiography (cetakan I)

i | A u t o b i o g r a f i

Page 3: autobiography (cetakan I)

ii | A u t o b i o g r a f i

LEMBAR PENGESAHAN

Tugas ini telah disetujui dan disahkan untuk memenuhi tugas akhir semester 2 mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia tahun ajaran 2009/2010.

Mengetahui Kepala SMAN 2 Kota Tangerang Selatan Guru Bahasa dan Sastra Indonesia Drs. H. P. A. Sopandy, M.Pd NIP. 131275032 NIP. 197912012006942011

Sri Widiastuti, S.Pd

Page 4: autobiography (cetakan I)

iii | A u t o b i o g r a f i

Autobiografi ini kupersembahkan kepada seluruh orang yang telah mengisi dan mewarnai hidupku serta

kepada seluruh pembaca autobiografi ini

Page 5: autobiography (cetakan I)

iv | A u t o b i o g r a f i

“Jadikanlah masa lalu sebagai pelajaran dan motivasi untuk melangkah lebih jauh dan lebih baik di masa depan”

“Lakukan yang terbaik; di mana saja dan kapan saja”

“Pikiran manusia seperti mesin waktu; bisa pergi ke kenangan masa lalu dan bisa mengkhayal tentang masa depan”

“Hidup manusia seperti grafik keuntungan sebuah perusahaan; kadang-kadang naik, kadang-kadang turun”

“Fa inna ma’al usri yusra” (Q.S. Al-Insyirah : 5)

Page 6: autobiography (cetakan I)

v | A u t o b i o g r a f i

Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas izin dan kuasa-Nya aku dapat menyelesaikan autobiografi ini.

Di dalam hidup manusia, banyak sekali peristiwa-peristiwa yang terjadi. Tidak mungkin hidup manusia berlangsung begitu saja tanpa terjadi apapun. Sekecil apapun peristiwa yang terjadi di dalam hidup seorang manusia pasti mewarnai hidup manusia yang mengalaminya.

Begitu juga dengan hidup penulis. Hidup penulis, walaupun baru beberapa belas tahun saja, sudah banyak peristiwa yang mewarnainya. Tidak ingin kehilangan kenangan-kenangan yang indah tersebut, penulis pun menuliskannya di dalam autobiografi ini.

Selain dengan maksud dan tujuan tersebut, penulis juga membuat autobiografi ini dengan maksud memenuhi tugas akhir semester 2 mata pelajaran Bahasa Indonesia. Semoga dengan autobiografi ini penulis dapat mendapatkan hasil yang semaksimal mungkin.

Terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu penyelesaian autobiografi ini, terutama Allah SWT, keluargaku, teman-temanku, dan seluruh orang yang telah mendukungku sampai saat ini. Akhir kata, semoga autobiografi ini dapat berguna tidak hanya bagi penulis, tetapi juga bagi orang banyak.

Selamat membaca!

Pamulang, April 2010

Penulis

Page 7: autobiography (cetakan I)

vi | A u t o b i o g r a f i

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................... ii

LEMBAR PERSEMBAHAN .................................................................................... iii

MOTTO HIDUPKU ............................................................................................... iv

KATA PENGANTAR .............................................................................................. v

DAFTAR ISI ......................................................................................................... vi

BAB I Katakan Halo pada Dunia! ....................................................................... 1

Si Kecil dalam Gambar............................................................................. 5

BAB II Merah Putih Mulai Berjalan ................................................................... 7

BAB III Merah Putih Teruslah Berjalan .............................................................. 14

Merah Putih dalam Gambar .................................................................. 24

BAB III Putih Biru Di Mana-Mana ...................................................................... 25

Putih Biru dalam Gambar ...................................................................... 47

BAB IV Saatnya Putih Abu-Abu ......................................................................... 50

Putih Abu-Abu dalam Gambar .............................................................. 56

Page 8: autobiography (cetakan I)

1 | A u t o b i o g r a f i

BAB I Katakan Halo pada Dunia!

Setiap kisah pasti mempunyai awal dan akhir. Sebenarnya aku agak bingung untuk menentukan dari mana kisah ini bermula. Mungkin dari tanggal 6 Juni 1993. Pada hari itu, di sebuah gedung yang terletak di kota di daerah Jawa Barat, resmi menikahlah pasangan Arman Ruswan dan Heni Trisniati. Tapi pada saat itu, mereka masih belum tahu bahwa 1 tahun 4 hari kemudian lahirlah seorang anak yang 15,8 tahun kemudian akan menuliskan kisah hidupnya di autobiografi ini.

Hari Jum’at, 10 Juni 1994, pukul 12.24, di Rumah Sakit Sunter Agung yang terletak di daerah Jakarta Utara, seorang wanita berumur 29 tahun berjuang mempertaruhkan nyawanya untuk melahirkan anak pertamanya. Beliau dibantu oleh dr. Chaerulsyah, bidan Melvi, dan suster Erika. Setelah berjuang beberapa menit, keluarlah aku dengan berat badan 2,85 kg dan panjang 50 cm. Orangtuaku pun memberikan sebuah nama kepadaku, yaitu Kharishar Kahfi.

Tentu saja orangtuaku menamakanku dengan penuh harapan dan doa. Kharishar adalah harapan mereka agar aku memiliki kharisma seperti orangtuaku, sedangkan Kahfi adalah doa orangtuaku agar aku dilindungi dan diselamatkan dari segala hal buruk yang akan menggangguku.

Oh ya, aku lupa menceritakan lebih detail tentang kedua orang yang sangat dan paling berjasa, paling menyayangiku, dan paling berharga dalam hidupku, yaitu kedua orangtuaku.

Ayahku bernama Arman Ruswan. Beliau lahir di Bandung pada 15 Mei 1959. Saat tulisan ini ditulis, beliau bekerja sebagai konsultan (yang sebenarnya aku tidak mengerti konsultan apa), sedangkan saat aku lahir, beliau bekerja di PT. Hero Supermarket di bagian HRD.

Ibuku bernama Heni Trisniati. Beliau lahir di Bandung pada 18 April 1965. Terakhir kali beliau bekerja di Bank Jabar dan mengundurkan diri pada tahun 1993. Setelah mengundurkan diri, beliau menjadi seorang ibu rumah tangga.

Page 9: autobiography (cetakan I)

2 | A u t o b i o g r a f i

Aku hanya “menginap” selama 2 hari di rumah sakit. Pada tanggal 12 Juni 1994, aku pulang ke rumah pertamaku, dengan alamat Jalan Nusantara blok H no. 39 Komplek Sacna, Jakarta Utara.

Ibuku, yang telah menjadi ibu rumah tangga, mengurus bayi Kharishar Kahfi. Setiap hari aku disusuinya, dimandikan olehnya, dan diganti popoknya. Ketika malam, aku tidur bertiga bersama orangtuaku.

Banyak tingkah-tingkah lucu yang kulakukan selama aku kecil. Beberapa di antaranya adalah pada saat aku masih belum lancar berbicara. Aku sering salah menyebutkan nama benda-benda yang kumaksud. Misalnya yang kumaksud adalah “baso” tetapi yang kuucapkan adalah “abo”.

Aku pernah berlibur ke banyak tempat ketika aku kecil. Aku pernah pergi ke Bali dan juga ke Singapura. Tetapi sayangnya, aku masih kecil sekali ketika aku bepergian ke tempat-tempat tersebut, sehingga aku tidak begitu ingat tentang kenangan bepergian ke tempat-tempat indah tersebut.

Orangtuaku sering mengatakan bahwa ketika aku kecil, badanku sangat kurus karena aku susah sekali makan. Tetapi, ketika adikku lahir dalam keadaan sangat besar pada tahun 1997, aku langsung sangat semangat untuk makan dan badanku bertambah besar.

Umur tiga tahun, aku dimasukkan ke dalam Kelompok Bermain Al-Amanah yang terletak di Sunter Agung, Jakarta Utara. Orangtuaku sering bercerita bahwa aku sudah bisa mandiri sejak aku dimasukkan ke Kelompok Bermain. Murid-murid lain biasanya ditunggui oleh orangtuanya, sedangkan aku malah “mengusir” orangtuaku untuk tidak mengawasi dan menungguiku.

Di Kelompok Bermain, aku termasuk murid yang polos dan lugu. Aku hampir tidak tahu apa-apa saat itu. Aku pernah diberikan tugas untuk menjiplak oleh guruku. Tetapi, bukannya kujiplak gambarnya, aku malah mewarnainya.

Ketika Kelompok Bermain, aku belum terlalu lancar berbicara. Ketika pulang sekolah, aku diantar oleh antar jemput sekolahku. Karena aku murid baru, supir antar jemput yang bernama Pak Imam belum mengetahui letak rumahku secara pasti. Ketika Pak Imam bertanya padaku di mana rumahku, aku menjawab dengan polos dan lugu, “Tiga Iyan!”. Padahal yang kumaksud adalah rumah bernomor tiga sembilan. Pak Imam pun bingung akan jawabanku.

Page 10: autobiography (cetakan I)

3 | A u t o b i o g r a f i

Setelah beberapa saat berdebat tentang rumahku, akhirnya aku sampai di rumah.

Menurut cerita orangtuaku, aku berlatih membaca dan mengenal huruf atas bantuan komputer. Saat itu ayahku sudah memiliki komputer. Kadang-kadang aku diajaknya untuk mengenal lebih dekat dengan komponen dasar komputer dan juga diajarkan mengetik dan mengenal huruf. Aku juga sering memainkan beberapa permainan yang berada di dalam komputer.

Masa-masa Kelompok Bermain kulalui selama satu tahun. Berikutnya adalah masa Taman Kanak-Kanak. Masa Taman Kanak-Kanak terbagi menjadi dua, yaitu TK-A dan TK-B.

Aku sudah agak lupa cerita ketika aku berada pada masa TK-A. Yang kuingat hanya aku belajar sambil bermain. Guruku saat itu adalah Ibu Budi.

TK-B adalah kelanjutan dari TK-A. Guruku di TK-B adalah Ibu Milub dan kadang-kadang dibantu oleh ibu kepala sekolah, Ibu Nunung.

Di TK-B, aku bertemu dengan dua temanku yang sangat dekat denganku. Mereka bernama Alfi dan Galih. Kami sering sekali main bersama. Saat itu, aku seperti tidak dapat dipisahkan dari mereka berdua. Selain Alfi dan Galih, aku juga mendapatkan banyak teman baru di TK, seperti Iman, Tomi, Adip, dan masih banyak lagi yang tidak bisa kuingat semuanya.

Supir antar jemput ketika TK-B adalah supir yang paling dekat denganku. Namanya Pak Edi. Ia menjadi teman aku dan teman-temanku karena ia suka ngobrol dan bercanda dengan kami. Aku sering mengajaknya ngobrol tentang iptek (topik yang kugemari pada saat itu) dan ia menanggapi obrolanku (entah menanggapi karena serius menanggapi atau hanya bercanda saja). Tetapi ia sangat bersahabat denganku dan teman-temanku.

TK-B adalah pertama kalinya aku mendapatkan piala. Saat itu, diadakan lomba dalam rangka HUT Departemen Agama. Aku mengikuti dua lomba, lomba MTQ perorangan dan lomba menyusun huruf hijaiyah berpasangan. Aku mendapat juara 1 untuk lomba MTQ dan juara 3 untuk lomba menyusun huruf hijaiyah berpasangan dengan temanku, Rani. Saat itu, aku lebih mementingkan ukuran piala daripada posisinya, sehingga aku agak kecewa karena ukuran piala lomba MTQ lebih kecil daripada piala lomba menyusun huruf hijaiyah.

Page 11: autobiography (cetakan I)

4 | A u t o b i o g r a f i

TK-B juga pertama kalinya aku menyukai lawan jenis. Saat itu, anak perempuan yang kusukai bernama Ardila, biasa dipanggil Dila. Entah kenapa aku menyukainya dan menganggapnya sebagai pacarku. Ia juga menanggapi rasa sukaku itu, tetapi tidak terlalu berlebihan sepertiku.

Rasa sukaku kepada Ardila hilang entah bagaimana. Kemudian aku menyukai orang lain, yaitu Putri Rezqita, biasa dipanggil Irez. Banyak orang mengatakan bahwa Irez juga suka padaku. Tetapi karena masih kecil dan masih belum mengerti tentang hal-hal seperti ini, tidak ada hubungan yang begitu istimewa di antara aku dengan Irez.

TK-B adalah saat-saat terakhirku pada masa Taman Kanak-Kanak. Sudah tiba saatku untuk mengenyam pendidikan dasar. Aku pun mengikuti tes masuk SDIT Al-Amanah yang terletak satu komplek dengan TK.

Karena aku masih kecil, aku masih sangat polos dan lugu. Tidak seperti sekarang apabila mengikuti sebuah tes, aku merasa biasa-biasa saja ketika aku mengikuti tes masuk SD. Bahkan aku sempat mengalami kecelakaan kecil di lapangan sekolah di sela-sela istirahat tes. Tetapi tidak kurasakan tegang atau grogi, bahkan ketika tes wawancara yang langsung diadakan sesudah tes tertulis.

Beberapa minggu setelah mengikuti tes masuk SD, Pak Edi memberikanku daftar peringkat tes tersebut. Tertulis di atas kertas yang ditunjukkan oleh Pak Edi, aku berada di peringkat kedua dalam tes masuk SD. Di atasku ada seseorang yang bernama Nisa yang pertama kali kukira Nisa teman sekelasku ketika TK. Ternyata Nisa tersebut tidak mengikuti tes masuk SD. Sekarang, aku mempunyai dugaan bahwa Nisa tersebut adalah Nisa yang sama dengan Nisa teman sekelasku ketika SD nanti. Ternyata, aku memang menjadi saingannya.

Tes masuk SD tersebut mengakhiri masa-masa kecilku yang masih bebas untuk mengenal dunia lebih jauh dan lebih dekat.

Page 12: autobiography (cetakan I)

5 | A u t o b i o g r a f i

Page 13: autobiography (cetakan I)

6 | A u t o b i o g r a f i

Page 14: autobiography (cetakan I)

7 | A u t o b i o g r a f i

BAB II Merah Putih Mulai Berjalan

Kisah hidupku sama seperti air; tidak pernah berhenti mengalir walau dalam bentuk yang berbeda. Kali ini aku telah duduk di bangku SD atau Sekolah Dasar. Masa SDku dimulai ketika aku berumur 6 tahun, lebih tepatnya pada tahun 2000.

Aku memulai perjalanan wajib belajar 9 tahunku di sebuah sekolah Islam yang terletak di Sunter Agung, Jakarta Utara. Sekolah itu bernama SDIT Al-Amanah. Menurut buku rapor SDku, aku mulai diterima di SDIT Al-Amanah pada tanggal 17 Juli 2000. Pertama kali aku masuk sekolah yaitu pada hari Sabtu (mungkin tanggal 15 Juli 2000). Pada hari itu aku memakai seragam dan sepatu hitam bermerk Tomomimi yang dibeli di IFA Pamulang. Aku bertemu dengan seorang anak laki-laki yang menjadi teman bermainku pada hari itu. (sayangnya aku lupa siapa teman bermainku itu)

Karena aku masih kecil, aku masih belum mengerti tentang hal-hal mengenai sekolah baru, termasuk kelasnya. Maka dari itu, pada hari pertama masuk sekolah tersebut, aku salah masuk kelas. Walaupun salah kelas, aku cuek dan tetap duduk di kelas yang salah tersebut. Setelah diingatkan oleh guru, akhirnya aku masuk ke kelasku yang sebenarnya, yaitu kelas 1A. Mulai saat itu lah anggota kelas 1A akan menjadi temanku selama 4 1/3 tahun kedepan.

Di kelas 1A, aku ditunjuk untuk menjadi ketua kelas. Sebenarnya aku juga tidak mengerti kenapa aku yang dipilih, tapi aku hanya menjalankan tugas saja. Sedangkan jabatan wakil ketua kelas dipegang oleh Alfi, temanku sejak TK.

Wali kelasku (serta guru untuk sebagian besar mata pelajaran) adalah Ibu Tari. Nama lengkapnya adalah Ibu E. Lestari. Beliau adalah seorang guru yang baik dan perhatian kepada murid-muridnya.

Aku dekat dengan hampir semua anggota kelas 1A. Tapi aku paling dekat dengan Alfi, teman sebangkuku Muchsin, dan “musuh lama”, Adli. Tapi namanya juga anak kecil, aku sering menyatakan bahwa aku berhenti berteman dengan Adli, dengan alasan yang tidak jelas. Tapi setelah “putus pertemanan”

Page 15: autobiography (cetakan I)

8 | A u t o b i o g r a f i

tersebut, aku berteman lagi dengannya. Lucunya, hal itu terjadi berulang kali sampai kita kelas 3 SD.

Aku sering berkhayal dengan teman-temanku. Kita bisa menjadi apa saja yang kita mau. Pada saat itu, film kartun yang sedang kita sukai berjudul Beetle Borgs. Pada sore harinya di rumah, aku sering menontonnya di televisi. Setelah menonton film tersebut, pagi harinya di sekolah, aku bisa bermain dengan teman-temanku berdasarkan film yang pernah kutonton sebelumnya.

Hal lucu lainnya adalah jika aku mengerjakan soal matematika. Ketika aku sampai di bagian soal uraian, perintah mengerjakannya berbunyi “Kerjakanlah soal berikut dengan cara jalan.” Aku berpikir bahwa soal itu harus dikerjakan setelah aku berjalan kepada guru. Maka setiap mengerjakan soal uraian matematika, aku berjalan ke guru dan bertanya, “Bu, ini dikerjakannya dengan cara yang seperti ini kan bu?” Untungnya, “tradisi” seperti itu hanya berlangsung di kelas 1 SD.

Kelas 1 SD adalah pertama kalinya aku mengenal komik. Komik pertama yang kumiliki adalah komik Detektif Conan jilid 9 dan 23. Sejak saat itu lah aku gemar membaca komik dan mengubah cita-citaku menjadi detektif.

Tentang “kisah cintaku” di kelas 1 SD ini, sebenarnya tidak ada yang istimewa atau aneh. Aku masih menyukai seorang teman yang sejak TK kusukai, Irez. Ia sempat pindah ke daerah Pondok Gede, tetapi kembali lagi ke Sunter Agung. Ketika ia pindah kembali ke Al-Amanah, aku sering bermain dengannya. Tapi, sama seperti sebelum-sebelumnya, aku hanya suka kepadanya, walaupun banyak kudengar bahwa ia juga menyukaiku. Tapi karena aku masih seorang anak kecil yang baru masuk SD, aku belum mengerti tentang hal seperti itu dan tidak terlalu mementingkannya.

Ada satu peristiwa di kelas 1 SD yang sangat menyedihkan. Di suatu pagi, aku dibangunkan dari tidurku oleh ayahku dan mendapati tempat tidur orangtuaku sudah kosong dalam keadaan berantakan. Ayahku segera mengajakku pergi seketika itu pula. Dalam hitungan menit, aku, adikku, dan tanteku sudah berada di mobil yang segera dipacu menuju rumah sakit.

Ternyata ibuku masuk rumah sakit. Banyak orang (termasuk ibuku) mengatakan bahwa ibuku masuk rumah sakit karena sebuah penyakit yang

Page 16: autobiography (cetakan I)

9 | A u t o b i o g r a f i

mempengaruhi keseimbangan otak bernama Vertigo kambuh. Karena penyakit tersebut kambuh, ibuku harus dirawat di rumah sakit selama beberapa hari.

Hari itu, aku tidak masuk sekolah dengan alasan sudah terlambat. Maka aku menghabiskan waktuku di rumah. Keesokan harinya, aku menceritakan kejadian tersebut kepada teman-temanku dan guruku. Mereka pun mendoakan ibuku agar ibuku lekas sembuh. Malam harinya, aku menengok ibuku di rumah sakit dan bertemu dengan teman kerja ayahku yang biasa kupanggil Tante Yayan yang juga menengok ibuku.

Tapi keadaan tersebut tidak berlangsung lama. Keesokan harinya, ketika aku turun dari mobil antar-jemputku, aku mencium bau obat-obatan atau bau rumah sakit. Ketika aku masuk, aku disambut oleh ibuku yang masih terlihat lemas yang duduk di kursi di ruang keluarga. Dengan begitu, berakhirlah masa-masa perawatan ibuku di rumah sakit. Ibuku pun pulih seperti biasa dalam waktu yang tidak begitu lama.

Kelas 1 SD masih memakai system caturwulan atau cawu. Untuk Cawu 1, aku mendapatkan peringkat 1 di kelas. Tentu saja aku sangat bangga dengan hasil tersebut. Sialnya, untuk Cawu 2, peringkatku jatuh menjadi peringkat 4. Ibuku bilang hal itu terjadi karena ibuku tidak sepenuhnya memperhatikanku ketika Cawu 2.

Untuk Cawu 3, bisalah aku menyebutkan Alhamdulillah karena peringkatku kembali naik menjadi peringkat 1. Pembagian rapor di kelas 1 cawu 3 tersebut pun mengakhiri petualanganku di kelas 1 SD.

Setelah liburan sekolah yang berlangsung selama 2 minggu, aku pun masuk ke sekolah kembali. Namun kali ini aku masuk ke kelas yang lain dari 2 minggu sebelumnya karena aku telah naik kelas ke kelas 2 SD.

Naik kelas berarti wali kelas yang baru. Bukan Ibu Tari lagi tetapi Ibu Nia. Beliau adalah seorang guru yang (dapat dikatakan) cantik dan sangat baik kepada muridnya. Ketika aku mendapatkan nilai yang bagus, ia pernah memberiku sebuah pensil mekanik. Karena pensil tersebut merupakan hadiah dari guruku, aku memakainya setiap hari sampai pensil tersebut tidak bisa dipakai lagi.

Page 17: autobiography (cetakan I)

10 | A u t o b i o g r a f i

Kebanyakan guru-guru di kelas 2 SD masih sama dengan guru-guru di kelas 1 SD. Hal itu dikarenakan guru SDIT Al-Amanah tergolong sedikit dibandingkan dengan sekolah-sekolah lainnya. Namun hal itu membuat aku menjadi lebih akrab dan dekat dengan guru sehingga guru-guruku dapat lebih mengenalku.

Masa-masaku di kelas 2 SD kebanyakan diisi dengan air mata. Bukan berarti bahwa masa-masaku di kelas 2 SD adalah masa yang penuh duka, tetapi karena aku sangat cengeng. Entah kenapa aku selalu berselisih dengan temanku yang bernama Iman dan karena badannya sangat besar dan gayanya lebih dewasa dari umurnya, ia sering memakai kekerasan.

Pernah sekali tanganku terjepit meja yang didorongnya karena kami berselisih. Tanganku terluka dan aku hanya menangis sampai aku dibawa ke ruang guru yang merangkap sebagai UKS untuk diobati oleh Bu Nia.

Tetapi tidak hanya masa-masa yang penuh dengan air mata, kelas 2 SD juga masa yang penuh dengan teman dan “kasus”. Banyak hal-hal biasa yang aku dan teman-temanku ubah menjadi hal-hal yang luar biasa, seperti sebuah “kasus” hantu yang terjadi di sekolahku. Walaupun aku tahu bahwa hal tersebut hanyalah hal-hal biasa saja, tetapi bagiku waktu itu hal tersebut adalah hal-hal yang menarik untuk diselidiki.

Kelas 2 SD berarti tahun 2001. Tahun 2001 adalah tahun yang penuh dengan air karena Jakarta direndam banjir saat itu. Keluargaku pun mengungsi ke tingkat atas dari rumah kami karena tingkat bawah sudah direndam air setinggi mata kaki. Karena kondisi di Jakarta sudah tidak memungkinkan, kami pun mengungsi ke Bandung selama beberapa hari menunggu air di Jakarta surut.

Tentang “kisah cinta”, aku tidak terlalu ingat tentang hal ini karena mungkin memang tidak ada yang begitu istimewa yang terjadi pada masa-masa ini. Aku hanya menghabiskan masa kelas 2 SD ini bersama teman-temanku yang kebanyakan adalah teman kelas 1 SD.

Alhamdulillah, pada cawu 1, aku kembali mendapatkan peringkat 1 di kelas. Tetapi aku tidak bisa mempertahankan peringkat tersebut di cawu 2, bahkan cawu 3. Di cawu 2, peringkatku turun menjadi peringkat 2, sedangkan di cawu 3, peringkatku kembali turun menjadi peringkat 3.

Page 18: autobiography (cetakan I)

11 | A u t o b i o g r a f i

Pembagian rapor di kelas 2 SD cawu 3 menutup petualanganku di kelas 2 SD. Setelah pembagian rapor, seperti biasa, ada liburan kenaikan kelas sekitar 2-3 minggu. Setelah liburan, aku pun siap menjalani bagian baru dari petualanganku di SD sebagai seorang siswa kelas 3 SD.

Sistem baru diterapkan mulai kelas 3 SD. Kami yang biasanya pulang jam 1 atau sesudah Shalat Dzuhur tidak bisa seperti itu lagi di kelas 3. Kami harus pulang jam 4 atau sesudah Shalat Ashar karena pelajaran yang cukup banyak.

Kelas 3 SD pun untuk pertama kalinya aku mengenal sistem semester. Jadi pembagian rapor dilakukan 6 bulan sekali, bukan 4 bulan sekali seperti pada sistem caturwulan. Begitu juga dengan ulangan akhir, tidak dilakukan 4 bulan sekali melainkan 6 bulan sekali seperti sekarang.

Seperti biasa, naik kelas berarti wali kelas yang baru. Wali kelasku kali ini bukan guru perempuan lagi, melainkan seorang guru laki-laki yang namanya sudah terkenal di SDIT Al-Amanah sebagai seorang guru yang galak. Namanya Pak Khodri Lahaban.

Pak Khodri terkenal suka marah-marah di depan muridnya. Beliau pernah memarahi murid-muridnya yang mengobrol di tengah acara tausyiah rutin sampai kami menangis. Tapi setelah di kelas, beliau berusaha untuk minta maaf kepada kami dan pada akhirnya kami berhenti menangis dan mulai melupakan kejadian tersebut.

Di kelas 3 SD ini, aku dekat kembali dengan teman lamaku, Adli. Ia menjadi teman sebangkuku selama beberapa bulan di kelas 3 SD. Ibunya mempunyai usaha catering untuk anak kelas 3A dan sebagai teman, aku merupakan salah satu pelanggannya. Ibuku juga pernah membuka les privat selama beberapa bulan yang muridnya hanya aku dan Adli. Adli adalah teman terdekatku selama kelas 3.

Aku juga dekat dengan seorang murid kelas 3A yang pikirannya agak-agak kotor dan ngomongnya agak sembarangan, Imad. Entah kenapa aku jadi dekat dengannya dan sering bermain dengannya. Ibunya mempunyai usaha les sempoa dan Bahasa Inggris dan aku adalah salah satu dari muridnya. Sayangnya, di pertengahan kelas 3, ia harus pindah sekolah karena suatu alasan.

Page 19: autobiography (cetakan I)

12 | A u t o b i o g r a f i

Kelas 3 bagiku adalah saat-saat bermain. Di sekolah ketika jam istirahat, aku dan teman-temanku memainkan banyak macam permainan. Mulai dari catur, gasing modern bernama Beyblade (yang sedang terkenal pada zaman itu), sampai permainan sederhana seperti tos kartu. Tetapi, walaupun kami banyak bermain, pelajaran kami tidak terganggu dan tetap bisa konsentrasi untuk belajar pada waktunya.

Kelas 3 adalah masa yang berbunga-bunga bagiku. Bukan karena aku menanam bunga atau berjualan bunga, tapi karena aku suka kepada salah satu siswi kelas 3A. Namanya Cita Resti. Awalnya kami dekat karena aku sering bermain tos kartu dengannya. Setelah beberapa lama kita bermain, akhirnya kita jadi semakin dekat dan menjadi teman dekat.

Cita adalah seorang siswi yang lebih tinggi dariku. Kulitnya tidak cerah seperti kebanyakan anak perempuan. Hal itu disebabkan oleh olahraga yang sering dilakukannya. Ia biasa berbicara dengan logat Jawa yang kental. Rumahnya lumayan dekat dengan sekolah, sehingga aku biasa melihatnya berjalan pulang dari sekolah dengan mbaknya (pembantunya).

Tapi aku dan Cita hanya sebatas teman dekat saja, tidak ada hubungan yang lebih khusus di antara kita. Hubungan teman dekat itu pun terus terjalin sampai 2 tahun kemudian saat kami kelas 5 SD.

Di kelas 3 ini lah aku baru benar-benar menemukan seorang yang menjadi rivalku selama SD. Namanya Nisa. Dia siswi yang lumayan cantik bagiku, tapi senjatanya bukanlah itu, melainkan otaknya. Aku memang masih belum merasa bersaing dengannya di kelas 3 ini, tetapi ibuku sering menyebut-nyebut namanya setelah pembagian rapor. Nantinya, kami akan bersaing dan menjadi rival yang bersaing secara sehat.

Di kelas 3 juga lah kami mendapatkan sebuah mata pelajaran yang baru (aku lupa nama resmi mata pelajaran tersebut). Pada mata pelajaran tersebut, kami diharuskan untuk menghapal beberapa surat di Al-Qur’an. Karena kami masih kelas 3, maka untuk kami tidak yang terlalu berat beban menghapalnya, hanya beberapa surat di juz 30. Tapi karena ini merupakan hal yang baru bagiku, pada awalnya ini terasa sangat berat. Aku sering membutuhkan waktu yang lama untuk menghapalkan sebuah surat. Namun setelah bisa beradaptasi

Page 20: autobiography (cetakan I)

13 | A u t o b i o g r a f i

dengan pelajarannya, aku pun terbiasa menghapal surat dan membutuhkan waktu yang lebih cepat dari sebelumnya.

Kelas 3 SD pun masa-masa aku sedikit bentrok dengan antar-jemput sekolahku. Aku yang sering ketiduran di mobil antar-jemput karena terlalu capek di sekolah sering dimarahi oleh supirnya. Karena perselisihan tersebut, aku pernah pulang dengan nekat berjalan kaki dengan Imad. Kelas 3 juga masa-masa terakhir aku menggunakan jasa antar-jemput sekolahku, karena setelahnya aku biasa dijemput oleh ibuku.

Untuk prestasiku di kelas 3 SD sepertinya biasa-biasa saja. Peringkatku di kelas stabil, selalu mendapatkan peringkat 2. Peringkat 1 diraih oleh Nisa. Mulai saat itulah aku dan Nisa bersaing mendapatkan peringkat 1.

Satu hal di luar kegiatan sekolah dimulai di kelas 3 SD. Aku memulai les biolaku di kelas 3 SD ini. Awalnya aku hanya ikut-ikutan adikku yang les biola, tetapi ternyata biola menempel di kehidupanku sampai sekarang.

Awalnya aku les biola di Sekolah Musik Sincere Yamaha yang terletak di daerah Bungur, Jakarta. Guruku saat itu adalah Pak Yatna, seorang guru biola yang sudah cukup berumur namun teknik yang diajarkannya adalah teknik tua yang lebih asyik untuk didengarkan.

12 bulan berlalu di kelas 3, berakhirlah sudah fase kelas 3 SD. Seperti tahun-tahun sebelumnya, aku mendapatkan libur kenaikan kelas selama 2 minggu. 2 minggu di rumah mempersiapkan diri untuk fase terbaik selama sekolah di Al-Amanah, fase kelas 4 SD.

Page 21: autobiography (cetakan I)

14 | A u t o b i o g r a f i

BAB III Merah Putih Terus Berjalan

Liburan kenaikan kelas berakhir. Aku pun kembali masuk sekolah seperti biasa. Sebenarnya tidak 100% seperti biasa, aku sekarang telah naik kelas ke kelas 4 SD.

Kelas baru, wali kelas baru. Kali ini, wali kelasku adalah seorang guru yang “ajaib”. Beliau bernama Wahyudin, S.Pd yang biasa kami panggil Pak Wahyu. Pak Wahyu adalah seorang guru yang kreatif. Beliau memakai banyak cara agar kami dapat merasa nyaman dan senang belajar di kelas. Salah satu proyeknya adalah proyek Coin-Poin. Apabila siswa melakukan satu hal baik, maka ia mendapatkan Coin. Sebaliknya, kalo ia melakukan hal yang tidak baik, maka ia mendapatkan Poin.

Selain itu, beliau juga membuat proyek Koran Mading. Mading kelas diisi oleh berbagai macam artikel menarik berdasarkan rubriknya. Kebetulan aku dipercaya oleh Pak Wahyu sebagai redaktur (pemimpin redaksi) berita Koran Mading IV-A.

Hubunganku dengan Pak Wahyu sangat akrab. Ketika aku mendapatkan tugas untuk mengumandangkan adzan di masjid yang terdapat di sebelah sekolah, aku melakukannya dengan kurang baik. Selesai shalat, aku dipanggil oleh Pak Wahyu. Setelah menghampirinya, aku sambil sedikit menangis karena tidak melakukan tugas mengumandangkan adzan dengan baik dinasehatinya dan disemangati olehnya.

Beliau berkata, “Orang yang datang ke masjid pertama kali untuk mengumandangkan adzan akan melintasi jembatan di akhirat nanti secepat kedipan mata.” Mendengar kata-kata tersebut, aku menjadi lebih tenang dan aku pun bisa berhenti menangis.

Aku sering mengikuti lomba pada masa kelas 4 SD. Untuk lomba-lomba seperti itu, aku mendapatkan pelatihan khusus dari ayahku yang kuanggap jago dalam bidang sastra. Berkat pelatihan-pelatihan tersebut, aku bisa meraih juara di beberapa perlombaan baca puisi.

Page 22: autobiography (cetakan I)

15 | A u t o b i o g r a f i

Kelas 4 SD juga pertama kalinya aku mempunyai hubungan yang lumayan dekat dengan komputer. Aku sering menggunakan komputer di rumah untuk menulis cerita-cerita. Karena terbiasa mengetik di komputer, aku jadi terbiasa untuk mengetik cepat. Oleh karena itu, guru komputerku menunjukku untuk mengikuti lomba komputer. Walaupun sudah berlatih lumayan keras bersama teman-teman timku, kami masih belum bisa mendapatkan posisi teratas, walaupun Alhamdulillah kuucapkan karena aku memenangkan posisi kedua.

Hal menarik lainnya yang kulakukan pada masa kelas 4 SD adalah menerbitkan sebuah buku cerita karanganku sendiri. Buku cerita tersebut bertema detektif. Aku menjualnya di “pasar” yang dibuat atas prakarsa Pak Wahyu. Alhamdulillah, buku tersebut dapat dikatakan laris. Aku pun meneruskan hobiku menulis cerita.

Hubunganku dengan teman-temanku makin erat. Aku, Alfi, dan Denny (kami bertiga merupakan teman sekelas sejak kelas 1 SD) merupakan “rangkaian” yang hampir tidak bisa dipisahkan. Aku sering menyebut rangkaian kami dengan sebutan “3 bersaudara”.

Tidak hanya dengan Alfi dan Denny, aku juga makin dekat dengan Iman, Cita, dan Nisa. Sebenarnya tidak hanya dengan beberapa orang itu, aku juga dekat dengan banyak temanku di IV-A. Aku juga ikut bermain bola dengan mereka dalam pertandingan internal yang biasa kami sebut “Pata-pata”.

Aku juga dekat dengan seorang murid pindahan yang bernama Restu. Tapi entah kenapa, cara ia bicara sangat sembarangan, sehingga ia pernah dihukum oleh Pak Wahyu karena mengatakan hal yang tidak pantas untuk dikatakan.

Prestasiku di kelas IV sama seperti biasanya. Semester 1 aku mendapatkan peringkat 2. Sedangkan semester 2 peringkat kelasku naik menjadi peringkat 1 dan hal itu berarti aku mengalahkan Nisa. Itu adalah kemenanganku yang pertama sekaligus yang terakhir.

Aku tidak melewati hari-hari terakhir di kelas IV-A, karena menjelang pembagian rapor, aku mengikuti Jambore Anak Bianglala yang diselenggarakan Kompas di Taman Safari Indonesia, Puncak. Sebagai catatan, jambore tersebut adalah pengalaman pertamaku berkemah di gunung.

Page 23: autobiography (cetakan I)

16 | A u t o b i o g r a f i

Pengalaman pertama berarti banyak hal-hal seru yang pada kesempatan sebelumnya belum pernah kudapatkan. Beberapa pengalaman tersebut adalah memasuki kandang macan dan bertemu hewan-hewan lainnya, kegiatan luar ruangan yang biasa disebut outbound, pengalaman naik gunung memakai jas hujan yang robek, menanam pohon, dan lain sebagainya.

Tidak hanya kegiatan di luar saja, “kegiatan di dalam” juga seru. Kegiatan di dalam yang kumaksudkan adalah ketika aku berada di dalam tenda. Ketika aku terbangun dari tidurku, di sekitarku masih sangat gelap, belum ada tanda-tanda matahari telah bersinar. Saat itulah aku merasa sangat kedinginan, seakan-akan dinginnya langsung menembus kulit dan dagingku. Tapi untunglah dingin tersebut tidak bertahan lama karena aku segera keluar tenda untuk Shalat Subuh.

Sayangnya, kegiatan jambore tersebut hanya berlangsung selama 3 hari 2 malam. Padahal menurutku waktu tersebut sangatlah kurang untuk menikmati alam Puncak. Tapi karena aku sudah kangen keluargaku di Jakarta, aku tidak terlalu merasa sedih berpisah dengan teman-teman jambore.

Sejak hari itu, aku selalu merasa bahwa diriku cocok untuk berada di sekitar alam. Aku jadi menyukai kegiatan seperti hiking di tengah gunung. Maka dari itu, pada liburan kenaikan kelas, aku sekeluarga pergi ke Cibodas untuk sekedar hiking dan saat itu aku merasa senang dengan kegiatan tersebut.

Keluargaku mempunyai rencana untuk menghabiskan liburan kenaikan kelas tersebut, yaitu wisata keliling Jawa Tengah. Kami memulai wisata tersebut ketika Pemilu Presiden tahun 2004 dilaksanakan. Kami memulai perjalanan kami dari Jakarta menuju Solo, tempat uaku tinggal untuk singgah di sana untuk beberapa hari.

Selama wisata, kami mengunjungi banyak tempat. Mulai dari Candi Borobudur, Keraton Surakarta, Baturaden, Pantai Parangtritis, Linggarjati, Pantai Pangandaran, Dieng, dan masih banyak tempat lainnya. Perjalanan kami berakhir di Bandung, tempat kami menghabiskan beberapa hari sampai kami kembali lagi ke Jakarta.

Sepanjang perjalanan, aku sering bercanda dengan keluargaku mengenai rumah kami di Jakarta. Aku sering mengatakan bahwa aku kangen dengan bunyi

Page 24: autobiography (cetakan I)

17 | A u t o b i o g r a f i

decit pintu kamar mandi ketika dibuka dan lain sebagainya. Namun, perjalanan tersebut sangat mengesankan dan tidak terlupakan.

2 minggu liburan kenaikan kelas habis, tibalah saat aku masuk sekolah. Pada saat itu, aku tidak menyadari bahwa 3 bulan kemudian akan menjadi saat-saat tersulit bagiku.

Hari pertamaku di kelas 5 dihabiskan di rumah karena aku menderita sakit. Dokter mendiagnosis penyakitku adalah penyakit maag, yang disebabkan ketidakteraturanku makan pada saat liburan. Akhirnya aku hanya bisa terbaring di tempat tidur ketika teman-temanku menikmati hari pertama mereka di kelas 5.

Aku memulai perjalananku di kelas 5 pada hari kedua di kelas 5. Pada hari itu aku mengenal (kembali) teman-temanku dan wali kelasku yang baru, Bu Muji. Beliau adalah guru yang terkenal galak dan tegas di sekolah. Ternyata setelah aku mengenalnya, beliau adalah seorang guru yang baik kepada murid-muridnya. Beliau sering bercerita kepada kami tentang kisah keluarganya pada zaman penjajahan ketika pelajaran IPS. Aku lumayan dekat dengannya ketika itu.

Kelas 5 SD merupakan pertama kalinya dalam hidupku aku kenal lebih dekat dengan sejarah. Beberapa minggu pertama sekolah, aku membawa buku IPS ke sekolah setiap hari untuk membaca bagian sejarahnya, terutama zaman kolonial Eropa. Ketika aku selesai membaca bagian tersebut, aku berhenti membawanya ke sekolah. Aku tidak tahu bahwa beberapa bulan kemudian, aku mempunyai sebuah tekad untuk menjadi seorang sejarawan di masa depan nanti.

Sekitar 2 bulan menjadi bagian dari kelas V-A, aku mendapatkan sebuah kabar buruk. Karena suatu hal yang lumayan rumit untuk diceritakan, keluargaku diharuskan pindah rumah. Pertama kali mendengar kabar ini, aku sangat tidak percaya dan berharap kabar itu hanya gurauan belaka. Namun, ayahku meyakinkanku bahwa kabar itu bukanlah gurauan, tetapi kenyataan dan mau tidak mau, aku harus menerima kenyataan tersebut.

Page 25: autobiography (cetakan I)

18 | A u t o b i o g r a f i

Akhirnya aku hanya menyerah pada nasib dan secara terpaksa menerima kenyataan tersebut. Padahal aku sangat tidak ingin pindah rumah dan berpisah dengan teman-teman yang sudah dekat denganku selama 4,25 tahun.

Orangtuaku memilih Pamulang sebagai tempat tinggal baru kami karena orangtuaku mempunyai rumah di Pamulang tetapi sedang dikontrakkan. Sambil menunggu kontrak rumah tersebut selesai, kami tinggal di Pamulang.

Setelah mencari-cari, kami menemukan sebuah rumah yang bisa dibilang lumayan dengan alamat Pamulang Permai I blok A55 no. 5. Sekolah baruku juga sangat dekat dengan rumah, hanya berjarak sekitar 50 meter.

5 Oktober 2004, hari terakhirku di rumah di Jakarta. Aku dan keluarga pindah ke rumah di Pamulang. Beberapa hari sebelumnya, aku telah mengucapkan selamat tinggal kepada guru dan teman-teman di Al-Amanah. Tentu sangat sulit dan sangat sedih untuk melupakan mereka.

Keesokan harinya, aku masuk ke sekolah baruku, SDN Pamulang Permai. Pertama kali masuk, aku sangat kaget dan tidak terbiasa dengan suasana yang baru tersebut. Kelasku yang dulu hanya diisi oleh sekitar 25 murid, sedangkan di sekolah yang baru ini isinya lebih dari 50 orang. Suasananya sangat berisik dan tidak kondusif untuk belajar.

Karena aku siswa baru yang masuk sekolah setelah bulan-bulan pertama tahun ajaran baru dimulai, aku belum mendapatkan seragam SDN Pamulang Permai. Oleh karena itu, aku bersekolah setiap hari dengan seragam seadanya, yang tentunya berbeda dengan teman-temanku yang lain. Hal itu juga membuatku tidak begitu betah bersekolah di SDN Pamulang Permai.

Namun, aku hanya membutuhkan waktu beberapa bulan untuk menyesuaikan diri dengan mengenal teman-temanku lebih dekat. Hasilnya, aku mendapatkan banyak teman baru. Beberapa di antaranya adalah Satria (sekarang bersekolah di SMAN 1 Tangerang Selatan) dan Ajie (sekarang sekelas denganku di X-9). Ada juga Ai yang sangat pintar di kelas dan selalu mendapat peringkat 1. Tapi ia pindah sekolah ketika kenaikan kelas.

Kelas baru berarti wali kelas yang baru. Wali kelasku di kelas V-B SDN Pamulang Permai saat itu adalah Pak Nurdin. Beliau adalah seorang guru yang terlalu bebas, sehingga beliau suka mengatakan hal-hal yang aneh kepada kami.

Page 26: autobiography (cetakan I)

19 | A u t o b i o g r a f i

Selain sekolah, waktuku diisi dengan mengaji di sebuah TPA yang terletak di mushola di dekat rumahku. Guru yang mengajariku adalah Bu Nur. Selain itu ada juga seorang guru lagi bernama Bu Nafsirin (sampai sekarang beliau adalah teman sepengajian ibuku). Aku mengaji di sana sampai akhirnya aku pindah rumah untuk yang kedua kalinya.

Karena aku masih berminat dengan les biola, aku masuk ke Sekolah Musik Petrof di Pamulang. Guruku di sana adalah Pak Hengky. Awalnya aku merasa bahwa beliau adalah guru yang cocok denganku. Tetapi setelah beberapa lama, beliau adalah guru yang kurang cocok denganku, baik dari pribadinya maupun metode pengajarannya. Hal itu membuat aku menjadi agak tidak mood untuk latihan.

Prestasiku agak jatuh ketika semester 1, yang menurutku disebabkan oleh belum terbiasa dengan suasana baru. Aku mendapat peringkat 5 ketika semester 1, namun berhasil kuperbaiki sehingga naik menjadi peringkat 3 di semester 2.

Oh ya, aku sempat berpacaran di kelas 5 namun tidak begitu kuanggap serius. Pasanganku adalah adik kelas bernama Cynthia. Aku tidak ingat aku “jadian” dengannya berapa bulan. Mungkin itu adalah pacaranku yang pertama kalinya, walaupun sering kuanggap tidak serius.

Setelah putus dari Cynthia, aku menyukai seorang siswi dari kelas sebelah yang berinisial HPK. Karena dekat dengannya pada suatu lomba, aku jadi menyukai dia. Tapi hubungan suka tersebut tidak pernah berlanjut ke tingkat yang lebih tinggi sampai kelas 8 SMP.

Awal tahun 2005, aku sekeluarga diajak oleh uaku berlibur ke luar negeri, tepatnya ke Singapura. Liburan ke Singapura tersebut berlangsung selama 3 hari 2 malam. Banyak tempat yang kukunjungi selama di Singapura, seperti Taman Sentosa, pusat perbelanjaan di Jalan Orchard, dan ikon khas Singapura, Patung Merlion. Singapura merupakan kota yang jauh berbeda dari Jakarta dilihat dari ketertiban dan kebersihannya. Ketika aku kembali ke Jakarta, yang aku rindukan dari Singapura bukanlah permainannya atau makanannya, melainkan suasananya.

Page 27: autobiography (cetakan I)

20 | A u t o b i o g r a f i

Liburan kenaikan kelas kuisi dengan beberapa kegiatan. Kegiatan yang paling kuingat adalah mengikuti kegiatan Wartawan Cilik yang diselenggarakan oleh Junior Explorer, salah satu perusahaan yang bergerak di bidang outbound untuk anak-anak. Pada kegiatan tersebut, kami diajarkan teknik-teknik mewawancara, teknik menulis berita, cara kerja redaksi majalah, dan masih banyak lagi.

Aku mendapatkan teman baru di kegiatan tersebut. Mereka adalah Banu, Dipta (ia adalah adik dari Banu), dan Ezi. Aku adalah peserta yang paling tua di antara mereka, tetapi Alhamdulillah aku bisa mengakrabkan diri dengan teman-temanku.

Berkat kegiatan ini, aku sempat masuk majalah. Yang pertama adalah Majalah Parent’s Guide (redaksinya adalah redaksi majalah yag kami datangi ketika kegiatan wartawan cilik), sedangkan yang kedua adalah Majalah Children. Pak Wahyu di Sunter menghubungiku berhubungan dengan masuknya aku di Majalah Children tersebut. Awalnya aku tidak percaya, sampai akhirnya aku menerima edisi Majalah Children yang dibicarakan oleh Pak Wahyu. Tetapi sayang sekali, aku tidak tahu di mana Majalah Children tersebut terletak sekarang (atau dengan kata lain hilang).

Liburan kenaikan kelas kali ini tidak lagi 2 minggu, melainkan 3 minggu. 3 minggu setelah pembagian rapor kelas 5, aku kembali masuk ke sekolah, kali ini sebagai siswa kelas VI-B SDN Pamulang Permai.

Kelas baru, wali kelas baru. Kali ini wali kelasku lebih asyik daripada sebelumnya. Beliau bernama Pak Samsudin, biasa kami panggil Pak Sam. Beliau terkenal sebagai guru yang tegas dan galak. Tapi setelah kenal lebih dekat dengannya, dia sangat baik, bahkan terlewat baik kepadaku. Aku sering mengobrol dengannya dan sering melakukan hal-hal yang iseng dengannya.

Aku ditunjuk menjadi Ketua Kelas VI-B. Dalam “masa jabatanku”, aku mencetuskan program mading. Program mading tersebut dibagi menjadi dua, Malam (Mading Dalam) dan Mamum (Mading Umum). Awalnya aku semangat dalam mengurus mading tersebut. Tetapi, lama kelamaan, aku lelah dan tidak bersemangat mengurus mading. Akhirnya mading tersebut terlantarkan.

Page 28: autobiography (cetakan I)

21 | A u t o b i o g r a f i

Tugas lain sebagai ketua kelas adalah mengamankan dan mentertibkan kelas. Karena kelasku sangat berisik, aku sering berpatroli keliling kelas untuk menegur yang kurang tertib di kelas. Akibat tugasku ini, timbul 2 korban, yaitu sapu kelas dan penggaris kelas. Benda tersebut tidak sengaja kupatahkan karena aku sering memukulkannya ke meja.

Kelas 6 SD adalah pertama kalinya aku melakukan presentasi di depan kelas dengan menggunakan media sebagai alat bantu. Saat itu, media alat bantu yang kugunakan adalah OHP atau Over Head Projector. Dengan memakai transparan, aku menjelaskan tentang PBB. Pengalaman pertamaku dengan OHP merupakan pengalaman yang menarik.

Kelas 6 merupakan penghujung dari masa wajib belajar fase pertama. Oleh karena itu, diadakan ujian sekolah untuk menentukan kelulusan dari SD. Ujian diadakan dua kali; yang pertama disebut Pra-UAS sedangkan yang kedua disebut UAS.

Sebelum ujian-ujian dimulai, aku pernah mengikuti Try Out yang dilaksanakan oleh sekolah lain. Hasilnya? Alhamdulillah, aku mendapatkan peringkat yang cukup baik dalam Try Out tersebut. Tetapi hasil tersebut tidak membuatku terlena. Aku tetap belajar mengikuti metode orangtuaku, mengerjakan soal-soal dari buku latihan yang dibelikan oleh orangtuaku.

Untuk Pra-UAS, karenapersiapanku belum cukup matang, hasilnya juga belum begitu memuaskan. Tetapi Alhamdulillah, aku merupakan peraih nilai tertinggi untuk Pra-UAS mata pelajaran matematika, walaupun nilaiku saat itu sekitar 70.

Melihat pengalaman Pra-UAS, aku berusaha lebih keras untuk UAS. Hasilnya Alhamdulillah, aku mendapatkan peringkat 1 nilai UAS di sekolahku. Yang lebih membanggakan lagi, untuk pelajaran IPS yang merupakan pelajaran favoritku, aku mendapatkan nilai sempurna alias 10. Pada awalnya aku tidak percaya dengan hal tersebut. Tetapi setelah melihat hasil yang sesungguhnya, aku percaya dan bersyukur kepada Allah SWT atas hasil tersebut.

Selesai UAS, perjuanganku masih berlanjut. Akhir Juni 2006 merupakan perjuanganku untuk mendapatkan SMP yang kuidam-idamkan, SMP Negeri 1

Page 29: autobiography (cetakan I)

22 | A u t o b i o g r a f i

Pamulang. Aku dan beberapa temanku (termasuk teman baikku, Ajie) mengikuti tes masuk SMP Negeri 1 Pamulang.

Pada saat tes, aku agak tegang karena saat itu adalah pertama kalinya aku tes memakai Lembar Jawaban Komputer yang sebenarnya. Aku takut coretanku salah sehingga tidak bisa dibaca oleh komputer.

Satu minggu aku menunggu hasil tes tersebut. Agar tidak was-was, ibuku mengajakku untuk berlibur ke Bandung, menemui saudara-saudaraku dan bermain dengannya agar aku bisa mengurangi rasa tegang akibat menunggu hasil tes masuk SMP.

Satu minggu pun habis. Aku dan teman-temanku pergi ke SMPN 1 Pamulang dengan sepeda untuk melihat hasil tes yang sudah diumumkan. Sampai di sana, aku langsung melihat papan pengumuman dan menemukan berlembar-lembar kertas yang ditempel bertuliskan nama-nama peserta tes.

Setelah kumencari-cari dari kertas ke kertas, aku tidak bisa menemukan namaku di sana. Sedikit kecewa, aku pergi ke sekolah (SD) untuk mendengarkan pengarahan dari guruku tentang tes masuk SMP.

Setelah kami dikumpulkan di suatu ruangan di SD, nama kami dipanggil satu per satu sambil diberikan kertas yang menyatakan bahwa kami diterima di SMP pilhan kami. Satu per satu nama temanku dipanggil, sampai akhirnya, guruku mengatakan “Kharishar Kahfi!”

Aku maju ke depan dan mengambil kertas yang membuatku bahagia tersebut. Aku membawanya keluar ruangan. Sesampainya di luar ruangan, aku berteriak sekencang-kencangnya karena aku sangat senang. Setelah berteriak, aku mengajak Ajie yang ada di sampingku untuk sujud syukur, bersyukur atas hal yang membahagiakan ini kepada Allah SWT.

Setelah puas di sekolah, aku memacu sepedaku ke rumah. Sesampainya di rumah, aku langsung memberitahukan kabar gembira ini ke keluargaku. Aku pun memeluk ibuku sambil menangis karena aku terlalu bahagia. Ibuku pun memaklumi hal tersebut dan balas memelukku juga.

Beberapa hari sesudah pengumuman SMP, beberapa orangtua di sekolahku yang termasuk aktif mengadakan suatu acara perpisahan untuk siswa kelas 6.

Page 30: autobiography (cetakan I)

23 | A u t o b i o g r a f i

Acaranya diisi oleh beberapa penampilan siswa, sedikit sambutan, dan makan malam bersama.

Ibuku yang sebelumnya telah mendengar kabar akan diadakannya acara perpisahan langsung meminta nomer telepon ketua panitia kepadaku. Ibuku mempunyai ide untuk menampilkan permainan biolaku pada malam perpisahan. Awalnya aku tidak mau, tapi setelah dibujuk oleh ibuku dan bahkan seluruh keluargaku, akhirnya aku setuju untuk tampil di malam perpisahan.

Pada malam perpisahan, aku maju ke depan dengan biola kecilku membawa sebuah stand untuk buku (karena aku kurang bisa menghapal lagunya dalam waktu singkat) serta buku lagunya. Dengan sedikit tegang, aku memainkan lagu Hymne Guru di depan teman-temanku dan guru-guru.

Aku sedikit mengintip untuk melihat barisan penonton dan terlihat olehku beberapa teman-temanku berdiri dan mengambil gambarku dengan kamera. Hal itu membuatku senang tetapi tetap membuatku tegang. Tetapi aku berhasil memainkan lagu Hymne Guru dari awal sampai akhir.

Setelah aku selesai bermain, aku mendapatkan tepuk tangan yang meriah dari penonton dan aku berterimakasih kepada mereka semua. Aku sangat senang karena itu adalah kedua kalinya aku memainkan biolaku di depan orang banyak dan pertama kalinya aku memainkan biolaku di depan teman-temanku.

Penerimaan siswa baru berarti hari sibuk yang baru. Aku dan ibuku (sebenarnya sih lebih dominan ibuku) sibuk mengurus hal-hal yang dibutuhkan oleh seorang siswa baru, seperti memenuhi persyaratan administrasinya dan hal-hal untuk sekolah nanti seperti seragam dan buku pelajaran. Mulai dari sekolah (SMP), toko seragam, sampai toko buku kami datangi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhanku saat SMP nanti.

Persiapan masuk SMP adalah akhir dari petualanganku selama kurang lebih 6 tahun di tingkat Sekolah Dasar.

Page 31: autobiography (cetakan I)

24 | A u t o b i o g r a f i

Page 32: autobiography (cetakan I)

25 | A u t o b i o g r a f i

BAB III Putih Biru Di Mana-Mana

Kisah hidupku terus berlanjut. Kali ini aku telah duduk di bangku SMP atau Sekolah Menengah Pertama. Masa SMPku dimulai ketika aku berumur 12 tahun, lebih tepatnya pada bulan Juli 2006.

Ketika diadakan rapat antara orangtua dan guru SMPN 1 Pamulang untuk membahas masalah siswa baru, diumumkan bahwa beberapa hari sebelum masuk sekolah, diadakan suatu kegiatan yang diperuntukkan bagi siswa baru. Kegiatan tersebut disebut Masa Bimbingan Siswa (MABIS) atau dahulu biasa disebut Masa Orientasi Siswa (MOS).

MABIS adalah kegiatan yang diselenggarakan oleh OSIS SMPN 1 Pamulang yang bertujuan untuk membuat siswa terbiasa dengan lingkungan sekolah barunya. Siswa biasanya dikelompokkan menjadi beberapa kelompok yang pada nantinya akan menjadi kelas mereka masing-masing.

Waktu MABIS SMP, aku berada di kelas 7.2. Aku lupa pembimbingku ketika MABIS siapa, tetapi seingatku mereka adalah 2 orang kakak kelas perempuan. Mereka berdua adalah orang yang penggembira dan sangat menyenangkan bagiku.

MABIS saat itu seru, apalagi bagian di mana kami, para junior harus mencari tanda tangan senior. Saat itu aku hanya mendapatkan sekitar 28 tanda tangan. Tapi karena kegiatan mengumpulkan tanda tangan tersebut, aku bisa lebih mengenal kakak-kakak senior.

Kegiatan MABIS juga membuatku mengenal lebih dekat teman-teman sekelasku. Ada Riko yang selama 11 bulan ke depan akan menjadi teman sebangkuku. Lalu ada Rifan yang sering menjadi teman diskusi matematika. Ada juga Tesa, Cahya, Nordhani (yang ketika kelas 10 SMA akan menjadi teman sekelas kembali), dan masih banyak lagi.

Aku mendapatkan seorang teman baru yang akan menjadi sangat dekat denganku. Ia bernama Iqna. Ia berwawasan luas karena ia suka membaca. Ia juga sangat religious, apalagi setelah masuk ROHIS SMPN 1 Pamulang. Aku

Page 33: autobiography (cetakan I)

26 | A u t o b i o g r a f i

sering bermain dengannya dan kita mengerjakan tugas karyawisata bersama-sama. Namun, sebagai konsekuensinya, ia mendapatkan hasil yang lebih baik daripada aku.

Di kelas 7.2, aku juga bertemu dengan Naufal Fadhil. Sebenarnya aku sudah sering bertemu dengannya di tempat les musik. Tapi karena kita belum saling mengenal, kita hanya saling diam. Sampai ketika apel pagi di SMPN 1 Pamulang, ia menegurku dan mengatakan bahwa ia adalah yang sering bertemu denganku di les musik. Sejak saat itu, aku mulai sering mengobrol dengannya, sampai ia pindah ke kelas Bilingual.

Selain teman-teman sekelas, aku juga mengenal banyak teman dari kelas lain. Ada Reffy (sekarang satu sekolah denganku di SMAN 2 Tangerang Selatan), Adib (teman sekelasku ketika kelas 8 dan 9 SMP), Hafiz (teman baikku dan sangat dekat denganku sejak kelas 9 SMP), dan masih banyak lagi. Aku mengenal sebagian besar temanku dari OSIS. Tugas-tugas OSIS mengharuskanku datang ke setiap kelas, sehingga aku bisa mengenal banyak orang.

DI kelas 7.2, aku mendapatkan sebuah jabatan pengurus kelas, yaitu Bendahara. Aku selalu meminta uang kas kepada seluruh murid. Aku juga pernah dipercaya untuk memegang uang yang akan digunakan untuk membeli buku pelajaran. Tetapi, entah kenapa, uang itu kurang. Karena hal itu, aku agak trauma menjadi bendahara dan selalu menolak apabila ditawari posisi sebagai bendahara.

Karena aku terbiasa diajarkan sebagian besar mata pelajaran oleh wali kelas, ketika aku masuk SMP, aku agak bingung karena wali kelas 7.2 adalah guru matematika yang tidak bertemu dengan kelas kami setiap saat. Beliau bernama Pak Ali Munir. Walaupun begitu, jika terdapat masalah di kelas 7.2, beliau akan membantu kami dengan masalah tersebut. Apabila diperlukan suatu tindakan yang keras, maka beliau tidak segan-segan mengambil tindakan yang keras.

Aku mempunyai beberapa guru yang sangat kusukai. Beberapa di antaranya adalah Ibu Nurlaelah (IPS), Bu Lily (Bahasa Indonesia), Pak Ali Munir (Matematika), dan Bu Nunung (PKN). Tetapi aku paling dekat dengan Ibu Nur

Page 34: autobiography (cetakan I)

27 | A u t o b i o g r a f i

karena aku menyukai pelajaran IPS dan bagiku dia sangat lucu, sehingga aku bisa sangat dekat dengannya.

SMP adalah pertama kalinya aku mengikuti organisasi siswa yang dinamakan OSIS. Setelah menjalani 3 tahap seleksi, aku diterima menjadi pengurus OSIS SMPN 1 Pamulang periode 2006-2007. Saat itu aku menjadi koordinator seksi bidang 5 yang biasa kusebut koordinator seksi humas. OSIS SMPN 1 Pamulang periode 2006/2007 diketuai oleh Kak Annisa, yang biasa dipanggil Kak Icis. Ia adalah seorang perempuan yang jiwa kepemimpinannya tinggi, berwawasan luas, dan cekatan. Aku sangat senang menjadi pengurus OSIS yang diketuai olehnya.

Aku juga mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolahku. Saat itu, karena tidak ada pilihan lain, aku memilih PMR sebagai ekstrakurikulerku. Pembina PMR saat itu adalah Kak Kresna. Aku juga mengikuti pelantikan PMR. Pelantikan PMR diadakan untuk melantik anggota PMR yang baru. Kegiatan tersebut diadakan di sekolah selama 2 hari 1 malam. Di kegiatan tersebut kami diberikan materi mengenai PMR dan beberapa latihan mengenai kepalangmerahan. Aku pun diangkat sebagai anggota PMR SMPN 1 Pamulang pada pelantikan tersebut.

Sekitar 1 bulan setelah masuk SMP, aku pindah rumah untuk yang kedua kalinya. Kali ini, kami pindah rumah tidak terlalu jauh dari Pamulang Permai karena hanya pindah ke Gria Jakarta, perumahan yang terletak di Pamulang. Kami bisa pindah karena orang yang mengontrak rumah di Gria Jakarta sudah habis masa kontraknya, sehingga kami bisa pindah ke Gria Jakarta.

Untuk pindah yang kedua kalinya ini, kami tidak terlalu lelah untuk memindahkan barang-barang karena kami sudah tahu semacam trik, yaitu dengan cara memindahkan beberapa barang terlebih dahulu. Tetapi, bagiku, pindah rumah tetap saja membuat lelah.

Aku juga sudah terbiasa dengan rumah di Pamulang Permai, jadi rasanya agak berat untuk meninggalkan rumah tersebut. Tetapi dalam waktu yang tergolong sebentar, aku bisa menyesuaikan diri dengan rumah dan suasana baru di Gria Jakarta.

Semester 1 kelas 7 SMP berjalan dengan biasa-biasa saja. Prestasiku di permulaan SMP ini lumayan baik karena aku mendapatkan peringkat 2 di kelas.

Page 35: autobiography (cetakan I)

28 | A u t o b i o g r a f i

Semester 2 berarti semester penuh perjuangan karena semester 2 adalah semester yang menentukan kami naik kelas atau tidak. Di semester 2, aku lebih serius memperhatikan pelajaran agar aku bisa naik kelas dan tetap bertahan di sekolah ini.

Di pertengahan semester 2, aku mengalami sedikit konflik dengan teman sekelasku, Nugroho. Entah kenapa, aku menganggapnya sangat menyebalkan. Ia juga sering meledekku dan mendiskriminasiku.

Karena “konflik diam-diam” sudah memuncak, akhirnya konflik di antara kami berubah wujud menjadi hal lain, konflik fisik. Walaupun tidak berkelahi sampai saling memukul seperti tawuran, ia menendangku. Tendangan tersebut adalah tendangan pertama yang kurasakan yang tepat menuju tubuhku. Rasanya sakit sekali, sampai-sampai aku menangis secara diam-diam di kamar mandi sekoalh ketika mengganti pakaianku.

Tetapi konflik antara aku dan Nugroho tidak berlangsung lama. Kami berdua kebetulan berada di satu kelompok kerja yang sama dan kami bekerja seperti biasa, seperti tidak ada konflik sebelumnya.

Kelas 7 SMP semester 2 adalah masa-masa pertama aku ikut terlibat di dalam beberapa kegiatan yang diikuti OSIS. Kegiatan pertama adalah wisuda kelas 9. Sebelum Hari-H, aku diberi tugas di bagian tempat duduk, sedangkan untuk Hari-H, aku diberi tugas sebagai pengantar medali yang akan dikalungkan kepada kelas 9.

Event OSIS lainnya setelah wisuda kelas 9 adalah pertunjukkan band dan bazaar kelas yang diadakan ketika pembagian rapor semester 2. Waktu itu, aku mendapatkan tugas sebagai MC bersama temanku Adib. Acara tersebut memang tidak begitu besar dan megah tetapi sudah lumayan bagi kami.

Di bazaar kelas, aku menitipkan “dagangan” di stand kelasku, yaitu buku bekas. Saat itu adalah pertama kalinya aku menjual buku bekas. Sebagian besar buku bekas yang kujual adalah buku komik. Walaupun hanya laku sedikit, tetapi pengalaman pertama berjualan tersebut sangat berharga.

Prestasiku di kelas 7 semester 2 meningkat. Aku mendapat peringkat 1 di kelas 7.2. Itu adalah kemenanganku atas seorang rival selama kurang lebih 2 tahun.

Page 36: autobiography (cetakan I)

29 | A u t o b i o g r a f i

Liburan kenaikan kelas tidak kuisi dengan kegiatan-kegiatan yang khusus. Hanya saja, ada perbedaan antara liburan kenaikan SD dan SMP. Di SMP, beberapa minggu sebelum masuk sekolah kembali, kami diharuskan daftar ulang. Dengan daftar ulang kami juga mengetahui di kelas berapa kami akan ditempatkan.

Waktu daftar ulang kelas 8, aku ke sekolah tidak memakai seragam. Ketika sampai di sekolah dan tahu bahwa tidak akan dilayani apabila tidak memakai seragam, aku langsung memacu sepedaku kembali ke rumah dan mengganti pakaianku dengan seragam putih biru. Setelah berganti pakaian, aku kembali ke sekolah dan melakukan proses daftar ulang yang lumayan panjang dan penuh sesak dengan banyak orang. Setelah daftar ulang, aku diberitahu bahwa aku masuk ke kelas 8.3.

Karena aku merupakan salah satu dari banyak pengurus OSIS, kami mepunyai tugas untuk membimbing adik kelas yang baru masuk sekolah sebagai siswa kelas 7 dalam kegiatan MABIS. MABIS tersebut adalah tugas MABIS pertamaku.

Waktu itu aku ditugaskan menjadi pembimbing kelas 7.1 bersama Ruth Nelta (yang menjadi teman sekelasku saat kelas 10 SMA). Banyak yang mengejek kami karena kami begitu dekat. Tetapi sebenarnya kami dekat bukan karena ada hubungan apa-apa, hanya hubungan tugas saja.

Saat MABIS tersebutlah aku merasakan lelahnya dikejar-kejar untuk dimintai tanda tangan. Rasanya sangat lelah dan pengap karena aku dikelilingi oleh banyak orang untuk dimintai tanda tangan. Tetapi itu merupakan pengalaman yang tidak dapat kulupakan.

Karena aku bertugas di MABIS, aku tidak mengikuti kegiatan belajar mengajar pada hari-hari pertama. Sebenarnya aku sangat iri kepada teman-temanku karena teman-temanku mengikuti pelajaran IPS yang gurunya menarik dan menggunakan berbagai macam media dalam menyampaikan pelajaran.

MABIS selesai, berarti tibalah saatnya aku kembali ke kelas. Aku langsung menyesuaikan diriku dengan kelas baru dan teman-teman baru. Aku sekelas dengan Iqna lagi. Seorang teman sekelasku ketika di 7.2, Rafli Perdana juga

Page 37: autobiography (cetakan I)

30 | A u t o b i o g r a f i

menjadi teman sekelasku lagi di 8.3. Lalu masih banyak teman-teman yang baru lainnya yang nama-namanya tidak begitu kuingat karena sudah lama sekali.

Beberapa minggu di 8.3, timbullah niat dari dalam hati serta dorongan dari orangtua untuk pindah ke kelas Bilingual. Beberapa siswa kelas Bilingual yang sudah dekat denganku membantuku dalam proses pindahnya aku ke kelas Bilingual. Aku pun dibawa oleh mereka ke Bu Siti, koordinator kelas Bilingual.

Proses yang kujalani tidak begitu rumit dan tidak begitu memakan waktu yang lama. Satu hari, aku dipanggil untuk menghadap Bu Siti. Lalu aku pergi ke kelas tempat Bu Siti sedang mengajar. Ketika bertemu Bu Siti, ia mengucapkan sesuatu dalam Bahasa Inggris.

“Tomorrow, you can start study at Bilingual class. Congratulations!” Kira-kira terjemahannya, “Besok, kamu bisa mulai belajar di kelas Bilingual. Selamat!”. Beberapa kakak kelas yang kenal denganku dan ada pada saat itu (Bu Siti sedang mengajar di kelas 9 saat itu) langsung bersorak gembira dan menyelamatiku. Aku pun kembali ke kelas 8.3 dengan dua perasaan: senang dan bingung.

Sebenarnya aku masih bingung soal perpindahan ini karena aku sudah mulai dekat dengan kelas 8.3. Tetapi setelah merenung dalam waktu yang tidak lama, aku dapat menerima hal tersebut dan memutuskan untuk berjuang di kelas yang baru.

Keesokan harinya, aku mulai belajar di kelas 8.11. Adib membantuku beradaptasi dengan kelas baru tersebut. Aku sangat dekat dengannya pada hari-hari pertamaku di kelas 8.11. Aku masih melihat kanan kiri untuk lebih mengenal teman-temanku.

Sebagai murid baru, aku merupakan incaran utama beberapa guru. Setelah diincar, aku disuruh maju ke depan untuk memperkenalkan diri. Ketika ditanya motivasiku masuk kelas Bilingual, aku hanya menjawab dengan jawaban standar, “Karena saya ingin membuat Bahasa Inggris saya lebih baik.” Sebenarnya aku agak malu mengeluarkan jawaban tersebut, tetapi itu adalah hasil pemikiran yang mendadak.

Aku mendapatkan banyak teman baru di 8.11. Ada Prabudi dan Syahdan yang dekat denganku di hari-hari pertamaku di kelas 8.11. Ada Bobby, Retta,

Page 38: autobiography (cetakan I)

31 | A u t o b i o g r a f i

Ega, dan Kiky yang sering menjadi teman kelompok belajar. Ada Denis, Dheo, Angga, dan Fajar yang paling heboh di kelas. Ada juga Andi, Gusti atau Nintha, Vania, Hesti, Kiyah, Yudith, Nabila yang juga heboh di kelas. Ada juga Fatmala yang sama-sama murid baru di kelas 8.11. Ada juga Dinan, Yulia, Fahmi, dan Isfarina. Ada Adib dan Naufal yang sudah lama kukenal.

Kelas baru dengan sistem pembelajaran baru, itu berarti aku harus menyesuaikan diri kembali. Di kelas 8.11, ada pelajaran yang mengharuskan pemakaian Bahasa Inggris. Aku menyesuaikan diri dan mencoba memakai Bahasa Inggris pada beberapa pelajaran.

Kelas baru berarti guru baru. Ada beberapa guru yang baru yang tidak kutemui di kelas sebelumnya. Beberapa guru tersebut adalah Bu Wiwin dan Bu Sulan (Matematika), Pak Heru (Fisika dan wali kelas 8.11), Bu Tuti (Biologi), Bu Sakinah (IPS), dan Bu Siti (Bahasa Inggris). Beberapa dari mereka menarik sedangkan yang lainnya tidak begitu menarik bagiku.

Satu hal menarik yang kuingat selama kelas 8 SMP semester 1 adalah pelajaran English Conversation. Pak Agus memberikan tugas kepada kami untuk bernyanyi di depan kelas. Kami pun diberikan waktu satu minggu untuk mempersiapkan. Karena aku tergolong murid baru yang masih belum terlalu kenal dengan teman-temanku, aku tidak mendapatkan teman untuk bernyanyi. Aku agak iri melihat teman-temanku yang bernyanyi secara ramai-ramai. Mereka berlatih di kelas hampir setiap hari sedangkan aku hanya menonton mereka.

Sehari menjelang hari pertunjukkan, aku memutuskan untuk memilih lagu dari Muse yang berjudul Starlight untuk dinyanyikan keesokan harinya. Aku hanya berlatih satu kali dan menambahkan beberapa iringan agar ketika menyanyi tidak terlalu sepi.

Ketika hari pertunjukkan, kami dipanggil satu per satu. Aku melihat penampilan teman-temanku yang sangat cemerlang dan menarik. Ketika namaku dipanggil, dengan sangat grogi, aku maju ke depan kelas. Setelah mempresentasikan beberapa hal yang diperlukan, aku mulai menyanyi. Tepuk tanganku mengiringi nyanyianku. Karena lagu tersebut adalah lagu yang

Page 39: autobiography (cetakan I)

32 | A u t o b i o g r a f i

dinyanyikan grup band kesukaanku, aku terlalu menjiwai sampai aku menyanyi dengan menutup mataku.

Selesai menyanyi, tak kusangka dan tak kuduga, aku mendapatkan tepuk tangan yang sangat meriah dari seluruh kelas, bahkan dari Pak Agus. Ketika Pak Agus membuka jajak pendapat untuk memilih penampilan terbaik, aku terpilih. Aku pun di minta untuk maju ke depan kelas dan diberikan hadiah oleh Pak Agus sebesar lima puluh ribu rupiah. Tapi lucunya, Pak Agus minta kembalian sebesar dua pluh ribu rupiah. Jadi aku hanya mendapatkan tiga puluh ribu rupiah. Tetapi Alhamdulillah, hasil usahaku tidak berakhir dengan sia-sia.

Hal yang tidak kulupakan lainnya di semester 1 kelas 8 adalah pertama kalinya aku kehilangan orang yang lumayan dekat denganku. Tanggal 21 Agustus 2007, kakekku dipanggil oleh Yang Maha Kuasa. Ibuku mendapat kabar tersebut ketika aku mencuci piring setelah makan siang setelah pulang sekolah. Ibuku langsung menyuruhku untuk siap-siap pergi ke Bandung.

Sepanjang perjalanan, aku tidak dapat membayangkan bahwa aku kehilangan kakekku secepat ini. Aku hanya bisa membayangkan kejadian-kejadian yang telah berlalu dengan kakekku. Ibuku hanya menangis, walaupun tidak terlalu kelihatan karena ditahan. Aku tidak bsia membayangkan seandainya aku kehilangan orangtuaku. Semoga saja aku sudah kuat ketika hal itu terjadi.

Kami tidak lama-lama di Bandung. Rombongan yang mengantar jenazah kakekku langsung berangkat ke Solo. Karena salah satu uaku bekerja di Dinas Perhubungan, rombongan kami dikawal oleh banyak petugas Dishub dan Alhamdulillah perjalanan Bandung-Solo hanya memakan waktu 9 jam. Selama perjalanan, aku muntah dua kali karena mabuk darat. Mabuk darat tersebut disebabkan karena supir mobil yang kunaiki mengendarai mobil layaknya pembalap dan aku juga tidak kuat dengan jalan yang berkelok-kelok.

Selama di Solo, seperti biasa, aku menjadi seksi dokumentasi. Dengan kamera Kodak C633, aku berkeliling untuk mengambil gambar. Mulai dari saat jenazah kakekku datang ke Solo sampai pemakaman, aku dengan kameraku terus beraksi. Tetapi ketika jenazah masih berada di rumah uaku di Solo, aku sangat ngantuk karena mungkin aku kurang tidur semalam. Aku ketiduran di

Page 40: autobiography (cetakan I)

33 | A u t o b i o g r a f i

tempat tidur dan dibangunkan beberapa saat sebelum rombongan berangkat ke pemakaman.

Karena ayahku harus bekerja keesokan harinya, aku beserta ayahku dan adikku pulang ke Pamulang pada sore hari, sedangkan ibuku tinggal di Solo untuk mengurus beberapa hal. Kami pulang dengan naik busa. Harapanku kami sampai sebelum jam 6, sehingga aku bisa masuk sekolah pagi harinya. Tetapi harapan tersebut tidak tercapai, kami sampai di terminal Lebak Bulus jam 7. Sehingga aku tidak masuk sekolah hari itu.

Aku pindah ekskul dari PMR menjadi KIR. KIR dibimbing oleh guru elektro, Bu Khusnul. KIR adalah saat pertama aku mengenal lebih dekat dengan solder, kabel, dan lampu. Tetapi aku tidak begitu aktif di KIR karena aku merasa KIR bukan ekskul yang cocok denganku, jadi aku agak malas untuk mengikuti ekskul KIR.

Soal “kisah cintaku”, kelas 8.11 adalah masa-masa yang cemerlang bagiku. Untuk pertama kalinya, aku suka kepada tiga orang sekaligus. Tidak perlu kusebutkan namanya, tetapi mereka adalah tiga orang siswi kelas 8.11. Mereka tahu kalau aku suka kepada mereka, namun kami tetap berteman seperti biasa saja.

Prestasiku di kelas 8.11 lumayan cemerlang, walaupun tidak sama cemerlang seperti sebelumnya. Aku merasa terdapat banyak yang pintar atau bisa dikatakan banyak saingan di kelas 8.11. Hal yang menyebabkan prestasiku tidak secemerlang sebelumnya adalah karena aku masih belum terbiasa dengan suasana di kelas 8.11.

Tahun 2007, OSIS membuka pendaftaran bagi calon anggota OSIS. Karena aku sangat tertarik dengan OSIS, maka aku memutuskan untuk ikut kembali dalam OSIS. Alhamdulillah, untuk pengurus OSIS periode 2006-2007, kesempatan untuk menjadi pengurus OSIS kembali sangat besar karena dibutuhkannya orang yang memiliki pengalaman di OSIS untuk membimbing pengurus yang baru.

Karena aku mendapatkan nilai yang cukup tinggi dalam pemilihan tersebut, aku menjadi kandidat ketua OSIS SMPN 1 Pamulang periode 2007-2008. Teman-

Page 41: autobiography (cetakan I)

34 | A u t o b i o g r a f i

temanku menjadi lawanku saat itu. Aku harus izin di tengah-tengah KBM untuk berkampanye di antara kelas-kelas yang ada di SMPN 1 Pamulang.

Ketika pemilihan berlangsung, aku sangat deg-degan menunggu hasil pemilihannya. Setelah hasil pemilihannya diumumkan, ternyata aku tidak terpilih menjadi Ketua OSIS. Yang menjadi ketua OSIS terpilih saat itu adalah Ruth Nelta. Aku mendapatkan jabatan sebagai Sekretaris 1. Tetapi, banyak senior OSIS mengatakan bahwa tugas Sekretaris lebih besar dan lebih berat daripada Ketua OSIS. Aku pun berjanji kepada mereka untuk melaksanakan tugasku denga sangat baik demi kemajuan OSIS SMPN 1 Pamulang.

Aku telah menyalahartikan kalimat “menjalankan tugas dengan baik”. Selama periode keduaku menjadi pengurus OSIS, aku selalu mengerjakan hampir semua tugas sendirian. Aku sering meminta bantuan dari beberapa temanku, Hafiz, Ajie, dan Reffy (walaupun dia bukan salah satu pengurus OSIS). Tetapi aku hanya meminta bantuan dari mereka, tidak dari semua pengurus OSIS.

Lama sesudah aku “pensiun” dari jabatanku, aku menyadari kesalahanku. Kesalahan menyalahartikan bahwa sebenarnya OSIS itu adalah salah satu bentuk kerjasama tim, bukan kerja sendiri. Aku terlambat menyadari hal tersebut, tetapi aku bertekad tidak akan mengulangi kesalahan tersebut apabila aku bergabung dengan organisasi lainnya.

Liburan semester 1 tidak kuisi dengan kegiatan yang khusus. Satu kegiatan yang kuingat ketika liburan adalah mencari informasi tentang tiga orang yang kusukai. Saat itu, aku senang sekali bisa mendapatkan info tentang mereka.

Masuk sekolah kembali di semester 2 menandakan perjuanganku dalam hal pelajaran harus lebih baik daripada sebelumnya. Aku belajar lebih serius, melakukan presentasi lebih baik, dan mengerjakan soal-soal ulangan lebih baik di semester 2.

Aku pernah mendapat seorang “penggemar”, yaitu seorang siswi kelas 7 berinisial A. Waktu itu, aku sedang suka beberapa orang, jadi ia tidak kutanggapi dengan serius. Bahkan karena aku merasa ia bukan tipeku, aku merasa sedikit terganggu dengannya. Tetapi sekarang, aku dan dia hanyalah teman yang kadang-kadang saling membantu.

Page 42: autobiography (cetakan I)

35 | A u t o b i o g r a f i

Di semester 2, aku ganti ekskul untuk yang kedua kali dan terakhir kalinya. Kali ini ekskulku tidak berkaitan dengan perban atau solder, tetapi berkaitan dengan Adobe Photoshop dan keyboard. Ekskul tersebut dinamakan KOMIT. KOMIT adalah singkatan dari Komunitas IT. Teman-temanku yang ikut ekskul KOMIT adalah Retta, Bobby, dan Hafiz. Ajie dan Reffy sudah mengikuti ekskul KOMIT lebih dahulu daripada kami.

Pembina KOMIT saat itu (bahkan sampai sekarang) adalah Pak Minarrohman. Meskipun beliau juga guru TIK di SMPN 1 Pamulang, beliau berbeda dengan kebanyakan guru. Beliau sangat dekat dengan muridnya (dalam hal ini, dengan anggota KOMIT) dan suka melucu dengan kami. Beliau juga sangat religius, sehingga kami tidak pernah lupa untuk melaksanakan shalat.

Aku merasa ekskul KOMIT merupakan ekskul yang sangat cocok denganku, sehingga aku merasa betah dengan ekskul KOMIT. Bahkan sampai aku dan teman-temanku membuat “plesetan” dari KOMIT. Bukannya Komunitas IT, tetapi Komunitas Mitra (Mitra adalah nama warnet yang sering kami datangi untuk menunggu ekskul KOMIT dimulai).

Tiga bulan mengikuti ekskul KOMIT, aku dan teman-temanku dipercaya untuk mengikuti Lomba Netquiz. Sebenarnya lomba tersebut lomba yang mirip dengan olimpiade mata pelaaran dan bukanlah lomba komputer, hanya saja Bu Yanti (guru matematika; guru yang meminta kami untuk ikut Lomba Netquiz) lebih dekat dengan Pak Minar, sehingga Pak Minar meminta kami untuk mengikuti lomba tersebut.

Tim Netquiz SMPN 1 Pamulang beranggotakan aku, Retta, Bobby, Faldi Rianda (akan menjadi teman sekelasku saat kelas 9 SMP), Cindy Reyna, Pradikta Ryantama, Fariza Nur Shabrina, Lutfi Jamil, dan M. Taufik Adianto sebagai tim inti. Tim tersebut ditambah dua orang, Ajie dan Reffy sebagai tim cadangan. Tim SMPN 1 Pamulang dibimbing oleh Pak Minarrohman. Sedangkan supir angkot yang akan mengantar kami saat lomba bernama Bang Iip.

Tiga bulan kami mengerjakan soal-soal dari website database soal netquiz. Kami mengerjakan soal-soal tersebut di sekolah dan di mana pun kami menemukan internet. Kadang-kadang kami membandingkan nilai kami. Nilaiku kadang-kadang tertinggal dari yang lain. Walaupun begitu, aku tetap semangat

Page 43: autobiography (cetakan I)

36 | A u t o b i o g r a f i

dalam mengerjakan soal-soal tersebut, apalagi ketika internet sudah dipasang di rumah.

Lomba tersebut diselenggarakan pada tanggal 31 Mei 2008 di Istora Senayan, Jakarta Pusat. Rombongan SMPN 1 Pamulang berangkat ke Istora Senayan dengan menggunakan angkot sewaan (hal ini berujung dengan ditilangnya Bang Iip) dan sepertinya kami adalah satu-satunya rombongan yang memakai angkot untuk pergi ke tempat lomba.

Kami mengadakan beberapa persiapan terakhir sampai nama kami dipanggil oleh panitia lomba untuk bersiap-siap mengikuti lomba. Setelah giliran tim SMA selesai, tibalah giliran kami untuk maju ke tempat lomba. Ketika mengerjakan soal-soal tersebut, aku merasakan tanganku dingin dan aku tahu hal itu terjadi karena aku terlalu tegang dalam mengerjakan soal.

Selesai mengerjakan soal, bukannya merasa lega karena sudah selesai mengerjakan soal, aku malah merasa tegang kembali karena takut jawaban yang kupilih dalam lomba tersebut salah semua, sehingga aku menyebabkan tim SMPN 1 Pamulang kalah dalam Lomba Netquiz.

Untuk melepas ketegangan, yang kami lakukan sambil menunggu pengumuman hasil lomba adalah tertawa. Kami tertawa sepuasnya bahkan bisa dibilang kami tidak peduli dengan lingkungan sekitar (setelah Lomba Netquiz, aku berkenalan dengan seorang siswi SMP lain dan dia mengatakan bahwa tim SMPN 1 Pamulang adalah tim yang paling berisik).

Ketika pengumuman hasil lomba, kami tidak mendapatkan juara 2 maupun 3, tetapi kami mendapatkan juara 1. Wow, kami sangat gembira atas hasil tersebut. Tanpa perintah dari siapapun, aku langsung berlari menuju panggung begitu perwakilan dari tim yang juara dipanggil untuk maju ke panggung. Di atas panggung, aku disalami oleh seorang siswi dari sekolah lain sebagai tanda selamat. Kami pun pulang ke Pamulang dengan hati bahagia dan membawa kemenangan.

Setelah Netquiz, aku kembali sibuk sebagai pengurus OSIS dalam event wisuda kelas 9. Aku mengurus banyak hal, termasuk dokumentasi. Untuk wisuda tahun ini, aku tidak begitu sibuk seperti tahun lalu, walaupun aku menjadi seksi dokumentasi yang tetapi berkeliling untuk mengambil gambar.

Page 44: autobiography (cetakan I)

37 | A u t o b i o g r a f i

Netquiz dan wisuda kelas 9 adalah event terakhir yang kuikuti . Setelah wisuda, aku langsung mengikuti ujian akhir semester. Aku pun segera memfokuskan pikiran untuk ulangan akhir semester.

Hasil perjuanganku selama semester 2 cukup lumayan, walaupun aku lupa aku mendapatkan peringkat berapa.

Sesudah ujian akhir semester, aku kembali sibuk dengan satu event yang berhubungan dengan sekolah, yaitu Lomba Sekolah Sehat. Siswa yang telah mengikuti Lomba Netquiz ditunjuk oleh Pak Nana (Wakil Kepala Sekolah SMPN 1 Pamulang bidang Kesiswaan) untuk menjadi tim khusus untuk mengantar tim juri LSS yang akan berkeliling sekolah untuk menilai. Tim tersebut dinamakan Tim 20 karena beranggotakan dua puluh orang.

Aku dan temanku, Cindy mendapatkan tugas yang lebih spesial di samping tugas menyambut tamu yaitu menjadi pembawa acara penyambutan tim juri. Selain tim juri, Rano Karno sebagai wakil bupati Tangerang juga hadir dalam acara tersebut. Aku pun jadi sedikit grogi. Apalagi orangtuaku datang hanya untuk melihat penampilanku sebagai pembawa acara. Tetapi aku tetap melaksanakan tugasku sebaik-baiknya, walaupun masih terdapat banyak kekurangan.

Setelah menjadi pembawa acara, aku langsung bergabung dengan teman-temanku untuk membimbing tim juri. Aku sedikit grogi karena takut apa yang telah kupelajari untuk LSS ini lupa. Tetapi ketakutanku itu tidak menjadi kenyataan.

Sesudah LSS tiba saat yang diharapkan oleh hampir seluruh siswa, liburan kenaikan kelas. Tetapi aku memikirkan hal lain ketika liburan ini. Hal itu adalah fakta bahwa ketika masuk sekolah nanti, aku adalah siswa kelas 9 yang ketika bulan April tahun 2009 akan menghadapi Ujian Nasional. Aku takut kalau aku tidak bisa mengerjakan soal-soal Ujian Nasional. Walaupun ternyata nasib yang akan terjadi sangatlah lain dengan khayalanku itu.

Seperti tahun sebelumnya, di tengah-tengah liburan kenaikan kelas, siswa harus mendaftar ulang untuk mendapatkan informasi tentang kelas yang akan mereka tempati di kelas 9. Ketika aku daftar ulang, aku tidak perlu menebak

Page 45: autobiography (cetakan I)

38 | A u t o b i o g r a f i

atau berharap mendapat kelas berapa karena susunan kelas Bilingual akan tetap sampai kami lulus SMP.

Perbedaannya, ada dua orang murid kelas 8.11 yang tidak melanjutkan ke kelas 9.11 karena pindah ke kelas lain. Mereka adalah Isfarina (pindah ke kelas 9.6) dan Yulia (pindah ke kelas 9.9). Tetapi kami juga mendapatkan anggota baru kelas 9.11, yaitu Faldi Rianda (pindahan dari kelas 9.2).

Karena aku masih menjadi pengurus OSIS, hari-hari pertamaku di semester 1 kelas 9 SMP diisi dengan MABIS untuk siswa kelas 7 SMP yang baru saja masuk. Ini adalah MABIS kedua di mana aku menjadi panitia. Kali ini, karena jabatanku sebagai Sekretaris, bersama Ruth yang memegang jabatan sebagai Ketua, kami berdua hanya mengawasi jalannya MABIS dan membantu teman-teman kami dalam pelaksanaan MABIS.

MABIS tersebut adalah MABIS termanis yang pernah kualami (sampai saat aku menulis autobiografi ini). Jika ditanya alasan mengapa MABIS tersebut adalah MABIS termanis, pasti teman-temanku bisa menjawabnya. Aku bertemu dengan seseorang yang mengisi hidupku selama kurang lebih 1,25 tahun.

Namanya adalah Pritamara Wahyuningtyas, namun nama panggilannya adalah Tara. Ulang tahunnya adalah setiap tanggal 18 Oktober. Walaupun dia merupakan siswa kelas 7, dia dilahirkan pada tahun 1995. Jadi jarak umur antara aku dengannya tidak terlalu jauh, hanya sekitar 1,5 tahun.

Saat itu, aku sedang berkumpul dengan teman-teman OSIS yang sedang beristirahat di kelas 7.8. Saat itulah aku pertama kali melihatnya. Begitu melihatnya, bisa dikatakan aku langsung suka padanya. Setelah MABIS, aku selalu mencuri kesematan untuk melihatnya. Bahkan bisa dikatakan ia membuatku lupa bahwa aku telah suka kepada tiga orang.

Tanggal 2 Agustus 2008, aku mengemukakan ideku kepada teman=teman dekatku (Hafiz, Ajie, dan Reffy) bahwa aku akan “menembaknya” pada ulang tahunnya, 18 Oktober 2008. Tetapi banyak yang menyanggah pendapat tersebut dengan alasan terlalu lama. Banyak yang memaksaku untuk “menembaknya” pada hari itu juga. Akhirnya aku mengirimkan sms yang isinya, “Aku suka kamu, mau gak kamu nerima aku jadi pacarmu?”

Page 46: autobiography (cetakan I)

39 | A u t o b i o g r a f i

Kami semua menunggu jawaban sampai sore di rumah Ajie. Tetapi karena sudah terlalu sore, akhirnya aku, Hafiz, dan Reffy pulang dari rumah Ajie. Di perjalanan pulang, aku menerima sms darinya yang isinya, “Sebenarnya aku juga suka sama kakak, tapi bingung mau ngasih jawaban apa.”

Seketika aku senang membaca sms itu. Aku lompat-lompat dan berteriak tanda aku sangat senang. Walaupun pertanyaanku belum dijawab olehnya, tetapi sudah ada hal menggembirakan yang datang terlebih dahulu.

Keesokan harinya, kebetulan ada latihan untuk Lomba Tata Upacara Bendera, maka aku pergi ke sekolah. Di sekolah, setelah latihan LTUB, aku menghampirinya dan meminta jawaban yang sebenarnya. Di depan sebuah warung makan yang terletak di depan sekolah, dia memberikan jawaban yang positif.

Aku sangat senang mendengar jawaban positif darinya. Aku langsung berterimakasih kepadanya dan menyalami tangannya. Aku pun menceritakan yang terjadi kepada tiga orang teman dekatku yang mengikuti perkembangan dari awal. Mulai saat itu pun aku menjadi pacar dari Tara.

Selain mengenal Tara, aku juga mengenal teman-temannya. Ada Andin (teman curhatku), Nadya (setahuku berotak jahil), Rusyda (aku tidak dapat berkomentar untuk yang satu ini). Ada juga teman-teman laki-lakinya, seperti Ipan (sama cadel sepertiku), Gema (tipe pengurus OSIS kesukaanku), dan Nana (nantinya akan menjadi orang yang mempunyai peran dalam hidupku).

Sebagian besar guru-guru yang mengajar di kelas 9.11 adalah guru yang dulu mengajar di kelas 8.11, seperti Pak Heru, Bu Sakinah, dan Bu Siti. Tetapi untuk pelajaran Biologi, kelas 9.11 mendapatkan seorang guru baru yang tidak kalah seru cara mengajarnya dari guru sebelumnya. Namanya Bu Dyah. Beliau juga sering dekat dengan muridnya, terutama murid perempuan. Dengan logat Jawanya yang kental, beliau mengajarkan kami pelajaran Biologi dengan metode yang lain daripada yang lain.

Karena kami sudah kelas 9 SMP sekarang, yang menjadi topik pembicaraan ketika kami berkumpul selain kehidupan sehari-hari adalah tentang tujuan kami setelah lulus SMP. Kadang kami membicarakan tentang khayalan kami tentang

Page 47: autobiography (cetakan I)

40 | A u t o b i o g r a f i

kehidupan di SMA nanti, kadang kami membicarakan apa yang akan terjadi bila kami mengadakan reuni, dan lain sebagainya.

Kelas 9 SMP merupakan masa yang paling indah di SMP. Tidak hanya karena aku mempunyai pacar, tetapi karena aku dapat melihat beberapa keajaiban dari kelas 9.11 dan dapat lebih mengenal kelasku. Sepanjang tahun selalu ada tawa ceria akibat tingkah dan ulah siswa 9.11. Aku sangat bersyukur bisa bergabung dengan kelas 9.11.

Tetapi di kelas 9 pula aku merasakan kelasku yang sebenarnya. Sesungguhnya aku sudah merasakannya sejak kelas 8. Ternyata kekompakan kelasku sangatlah kurang. Untuk masalah-masalah kecil kami sering sekali berselisih. Ketidakkompakan kami pun terus berlanjut sampai SMA nanti.

Pasca hari raya Idul Fitri 2008, nenekku yang tinggal bersama uaku di Bandung dipindahkan ke Jakarta. Perpindahan tersebut disertai alasan agar nenekku bisa lebih dekat dengan ibuku yang biasanya mengurusnya. Karena nenekku dipindahkan, ibuku sering pergi ke tempat uaku di Pondok Indah untuk mengurus nenekku. Ibuku sering sekali pergi bersama ayahku dan pulang dengan ayahku lagi.

Selama kelas 9 SMP semester 1 dan semester 2, kami mendapatkan banyak sekali tugas menyanyi berkelompok untuk mata pelajaran Seni Budaya. Teman-teman kelompokku adalah Retta, Kiky, Bobby, Faldi, Fatmala, dan Ega. Bobby dan Faldi adalah gitaris tetap kelompok kami, sedangkan aku kadang-kadang memakai biolaku untuk mengiringi kelompokku. Tugas tersebut merupakan tugas yang paling asik untuk dikerjakan s

1 Desember 2008 adalah hari yang selalu kuingat karena pada hari tersebut satu kelompok terbentuk. Aku dan teman-temanku sering menamakannya “Tim Inti”. Tim Inti beranggotakan aku, Retta, Bobby, Kiky, dan Faldi. Kelompok tersebut terbentuk saat kami jalan-jalan ke Pondok Indah Mall. Sejak saat itu, kami berlima sering jalan-jalan dengan tujuan yang sama, Pondok Indah Mall. Tetapi tidak hanya kami berlima, sering teman kami yang lain ikut bersama kami. Acara jalan-jalan Tim Inti terus berlanjut ketika kami SMA nanti.

Setelah jalan-jalan pertama Tim Inti, kami melaksanakan ulangan akhir semester. Waktu ulangan akhir semester 1, aku duduk di sebelah Retta. Karena

Page 48: autobiography (cetakan I)

41 | A u t o b i o g r a f i

kami cukup dekat, kami pun sering mengobrol ketika ulangan berlangsung. Bahkan kami sempat mengomentari soal beberapa mata pelajaran sampai kami tertawa perlahan-lahan. Akibatnya kami ditegur oleh guru pengawas. Akhirnya kami pun diam.

Desember akhir, aku mengikuti training ESQ di Gedung 165, Jakarta. Training tersebut berlangsung selama dua hari, walaupun tidak sampai menginap. Tak kusangka, di pelatihan ESQ ini, aku bertemu dengan teman sekelasku, Dheo. Melalui pelatihan ini, kami jadi lebih akrab daripada sebelumnya. Ibuku dan ibu dari Dheo juga saling mengenal karena bertemu di ESQ.

Beberapa hari setelah pelatihan ESQ, tiba saat pembagian rapor. Nilai-nilaiku lumayan bagus, namun aku mendapatkan peringkat yang lumayan bawah (walaupun masih masuk 10 besar) karena nilai teman-temanku jauh lebih besar daripada nilaiku.

Liburan semester 1 berarti liburan satu tahun. Bukan libur satu tahun secara harfiah, tetapi secara kiasan karena libur tersebut melewati tahun baru 2009. Tahun baru 2009 kulewatkan di rumah uaku di Pondok Indah. Kami mengadakan semacam perayaan yang tidak terlalu besar di sana. Walaupun begitu, aku kadang-kadang hanya berada di dalam kamar bersama nenekku sambil menonton televisi.

Beberapa hari setelah tahun baru 2009, kegiatan belajar mengajar di semester 2 dimulai. Mulai saat ini, kelas 9 mulai difokuskan untuk ujian-ujian yang akan datang. Maka dari itu, diadakanlah kelas pemantapan untuk Ujian Nasional. Untuk kelas pemantapan, sebelumnya telah diadakan tes seleksi untuk membagi-bagi siswa di beberapa kelas.

Untuk tes seleksi pertama, aku berada di Kelas A. Banyak yang mengatakan bahwa Kelas A adalah untuk siswa yang kepintarannya di atas rata-rata. Tapi bagiku, semua kelas biasa saja, tidak ada yang untuk siswa pintar dan tidak ada juga kelas untuk siswa yang kurang pintar.

Selain pemantapan, untuk kelas 9 juga diadakan Try Out. Try Out diadakan tiga kali. Alhamdulillah, untuk Try Out tersebut, nilaiku selalu memuaskan,

Page 49: autobiography (cetakan I)

42 | A u t o b i o g r a f i

walaupun pada Try Out ketiga nilaiku lumayan hancur yang disebabkan oleh kesalahan teknis pada soal Try Out.

Tetapi kami tidak belajar secara terus menerus. Kami tetap bermain dan jalan-jalan seperti biasa. Kami berpendapat bahwa sebaiknya otak jangan terlalu dibebani oleh belajar, ada baiknya melakukan beberapa penyegaran agar ketika ujian, kita tidak tegang dan malah membuat kita gagal ketika ujian.

Beberapa hari sebelum Ujian Nasional, beberapa guru menyemangati kami dengan memberi kami beberapa nasihat dan semangat. Selain semangat, mereka juga memberikan kami tips dan trik selama ujian berlangsung. Tiga hari sebelum Ujian Nasional, sekolahku mengadakan acara doa bersama demi kelancaran kelas 9 dalam mengerjakan soal-soal ujian. Setelah berdoa, para murid memohon maaf kepada guru agar lancar saat mengerjakan soal-soal ujian.

Dua hari sebelum Ujian Nasional, keluargaku mengajakku menonton film di bioskop. Ibuku bilang hal itu dilakukan untuk meredakan ketegangan sebelum melaksanakan ujian, agar ketika ujian aku tidak tegang dan salah mengerjakan soal. Satu hari sebelum Ujian Nasional, aku jarang sekali belajar. Hal yang paling banyak kulakukan hari itu adalah memainkan permainan Minesweeper di komputer. Akibatnya, aku tidak terlalu tegang lagi jika teringat soal Ujian Nasional.

27 April 2009 (bertepatan dengan hari ulang tahun temanku, Ajie), Ujian Nasional dimulai. Ujian Nasional berlangsung selama empat hari. Saat mengerjakan soal, yang selalu ada di pikiranku adalah hal yang akan terjadi seandainya semua jawaban yang kupilih saat ujian ini salah semua. Selain itu, aku juga berpikir hal-hal menyenangkan apa yang akan kulakukan bersama Tara apabila semua ujian telah selesai.

Empat hari penuh perjuangan pun berlalu dengan cepat. Setelah Ujian Nasional, tibalah saat kami untuk mengerjakan Ujian Sekolah. Ujian Sekolah berisi mata pelajaran yang tidak masuk ke dalam Ujian Nasional. Perjuanganku pun terus berlanjut. Kali ini, aku berjuang dengan lumayan susah payah untuk mengerjakan soal-soal ujian sekolah.

Page 50: autobiography (cetakan I)

43 | A u t o b i o g r a f i

Tiga hari penuh perjuangan menghadapi Ujian Sekolah pun berakhir. Kami diberikan waktu satu hari untuk melepas lelah dan beristirahat sehingga kami berada dalam kondisi terbaik kami dalam menghadapi Ujian Praktek. Waktu istirahat tersebut dipakai oleh anggota Tim Inti untuk berjalan-jalan ke Pondok Indah Mall. Hal tersebut merupakan penyegaran yang paling menyegarkan bagiku.

Sehari setelah penyegaran yang menyegarkan tersebut, berlanjutlah perjuanganku dan teman-teman dalam Ujian Praktek. Sejujurnya, aku agak tidak percaya diri dengan hasilku di Ujian Praktek karena aku tidak begitu menguasai praktek di setiap mata pelajaran. Tetapi aku hanya berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan hasil yang maksimal pula.

Karena usaha maksimal tersebut, aku sedikit memaksakan diriku pada mata pelajaran olahraga. Tetapi karena aku tidak biasa olahraga, olahraga kali itu membuatku sesak nafas dan hampir tidak bisa bernafas. Tetapi aku kembali pulih dengan sedikit istirahat dan siap untuk melaksanakan ujian praktek berikutnya.

Rangkaian Ujian Praktek ini merupakan hal-hal yang menarik dalam masa-masa terakhirku di SMP. Bagian yang paling menarik adalah pada saat Ujian Praktek mata pelajaran seni budaya.

Kelompok menyanyi untuk Ujian Praktek mata pelajaran Seni Budaya beranggotakan aku, Retta, Bobby, Kiky, Faldi, Fatmala dan Ega, yang ibunya adalah guru seni budaya. Untuk mata pelajaran tersebut, kami mendapatkan banyak bantuan. Mulai dari pemilihan lagu, gerakan, sampai kostum. Kami juga mulai berlatih sebelum Ujian Nasional dimulai.

Tibalah saat penilaian di Ujian Praktek seni budaya. Kelompok kami mendapatkan giliran terakhir untuk tampil. Sambil menunggu, kami melihat-lihat penampilan teman-teman kami. Penampilan mereka sangat cemerlang, membuatku berpikir bahwa penampilan kami tidak bisa sama cemerlangnya dengan mereka.

Ketika tiba giliran kami untuk tampil, kami masuk ke dalam ruangan. Kami pun menampilkan apa yang telah kami persiapkan sebelumnya pada latihan-latihan terdahulu. Kami juga tidak lupa untuk melakukan yang terbaik.

Page 51: autobiography (cetakan I)

44 | A u t o b i o g r a f i

Selesai menyanyi, aku berkeringat lumayan banyak karena dua faktor, kepanasan dan tegang. Tak diduga, penilai yang terdiri atas guru seni budaya kelas 8 dan kelas 9 memberikan tepuk tangan kepada kami serta pujian terhadap penampilan kami. Aku pun merasa sangat senang, begitu juga dengan teman-temanku. Rasa terima kasih patut dihaturkan kepada ibunda dari Ega yang telah membantu kami sebelumnya.

Ketika Ujian Praktek telah selesai, perjuangan kami masih belum berakhir. Sebelum Ujian Nasional, kami telah melakukan pendaftaran ke beberapa sekolah. Aku mendaftar ke SMAN 2 Tangerang Selatan kelas RSBI dan MAN Insan Cendekia.

Tes yang lebih dahulu kujalani adalah tes masuk MAN Insan Cendekia yang diselenggarakan pada tanggal 16 Mei 2009. Sebelumnya, aku telah meminjam buku Bahasa Arab dari Naufal, walaupun hanya kubaca sedikit karena aku tidak begitu mengerti.

Ketika aku mengerjakan soal tes, aku sangat kesulitan, terutama untuk mata pelajaran Bahasa Arab. Sehingga saat aku keluar dari Insan Cendekia, aku hanya bisa pasrah dan berdoa akan nasib tesku.

Tes berikutnya adalah tes masuk SMAN 2 Tangerang Selatan yang diselenggarakan pada tanggal 23 Mei 2009 sampai dengan tanggal 27 Mei 2009. Untuk tes kali ini, aku telah mempersiapkannya dengan cukup matang bersama dengan teman-temanku, kecuali untuk tes ketahanan fisik, aku tidak begitu mempersiapkan diriku dan hanya berusaha semaksimalnya pada hari tes.

Selesai semua tes masuk SMA, berakhirlah perjuangan kami di penghujung kelas 9 SMP. Tetapi aku tetap datang ke sekolah dengan maksud agar bisa bertemu dengan Tara setiap hari. Kadang-kadang ada juga teman yang datang ke sekolah sehingga aku tidak selalu kesepian selama menunggu Tara selesai sekolah.

Bulan Juni pun tiba. Bulan tersebut adalah bulan-bulan yang sangat sibuk, sibuk dengan SMA. Pengumuman hasil tes Insan Cendekia keluar, tetapi aku tidak dapat menemukan namaku dalam daftar yang lulus tes. Aku pun hanya bisa bersabar menerima kabar tersebut.

Page 52: autobiography (cetakan I)

45 | A u t o b i o g r a f i

Nasibku lain untuk pengumuman hasil tes SMAN 2 Tangerang Selatan. Aku bisa menemukan namaku dalam daftar pengumuman hasil tes. Aku pun segera memberitahukan ibuku mengenai hal ini dan kami langsung melesat menuju Moonzher untuk mengurus pendaftaran lebih lanjut. Setelah mengurus beberapa hal, aku pun memenuhi persyaratan pendaftaran dan diterima menjadi murid SMAN 2 Tangerang Selatan.

Tanggal 10 Juni 2009, bertepatan dengan ulang tahunku ke 15, sekolahku mengadakan acara perpisahan yang berlokasi di Gedung SMPN 1 Pamulang. Wisuda tahun ini aku tidak menjadi panitia lagi, tetapi sudah menjadi peserta acara. Bukannya mengantarkan medali lagi tetapi menerima kenang-kenangan.

Acara perpisahan diisi dengan banyak acara. Mulai dari siswa berprestasi, penyerahan kenang-kenangan, sampai pertunjukkan seni oleh siswa. Aku dan beberapa temanku (termasuk di dalamnya Faldi, Bobby, dan Naufal) membuat grup band yang bernama Gradient. Kami tampil pada acara perpisahan. Aku sebagai vokalis pendukung dan violis, walaupun penampilan biolaku sangat sebentar. Sejak saat itu, aku dikenal sebagai seorang violis oleh teman-teman SMP.

Keesokan harinya, beberapa siswa 9.11 sepakat untuk mengadakan wisata ke Dufan, Ancol, Jakarta Utara. Wisata ke Dufan tersebut adalah pertama kalinya bagiku pergi ke Dufan bersama teman-teman. Banyak hal yang lucu dan mengasyikkan terjadi di Dufan. Sepulang dari Dufan, kami mampir di restoran McDonald yang terletak di Gaplek, Cireundeu. Karena aku ulang tahun, aku mentraktir teman-temanku masing-masing 1 es krim.

Tanggal 20 Juni 2009 adalah hari pengumuman hasil Ujian Nasional di SMPN 1 Pamulang. Aku datang terlambat karena uaku datang ke rumah, sehingga aku harus berada di rumah sampai orangtuaku pulang. Ketika orangtuaku pulang, aku langsung bersiap-siap dan berangkat ke sekolah dengan ibuku.

Ketika aku sampai di sekolah, pengumuman peringkat peraih nilai Ujian Nasional tertinggi sedang diumumkan. Ketika aku menghampiri teman-temanku di kelas, namaku dipanggil sebagai peringkat 2 peraih nilai Ujian Nasional tertinggi. Aku langsung berlari menuju podium. Di sana aku diberikan sertifikat

Page 53: autobiography (cetakan I)

46 | A u t o b i o g r a f i

penghargaan oleh sekolah. Sayangnya, aku masih kalah oleh Retta karena ia merupakan peraih nilai Ujian Nasional tertinggi di SMPN 1 Pamulang saat itu. Tetapi ia tidak dapat hadir saat itu karena sedang berlibur dengan keluarganya.

Sepulangnya dari sekolah, aku langsung bersiap-siap untuk menghadiri pesta perpisahan yang diadakan oleh teman-teman kelasku di rumah Vania. Dengan membawa kerupuk atas saran ibuku, aku pergi ke lokasi acara bersama teman-temanku.

Acaranya sangat meriah. Kami memanggang makanan kami dengan penuh perjuangan karena apinya susah untuk dinyalakan. Tetapi setelah bisa dinyalakan, kami mulai memanggang dengan penuh bercanda. Pukul 9 malam, aku, Naufal, Faldi, dan Adib pamit pulang, sedangkan teman-temanku menginap di rumah Vania.

Perpisahan kelas tersebut adalah kegiatan terakhir yang kulakukan pada masa SMP. Sisa liburan kuhabiskan dengan bermain di rumah dan melakukan aktifitas biasa lainnya.

Persiapan menuju sekolah baru adalah akhir kisah petualanganku selama kurang lebih 3 tahun di SMP.

Page 54: autobiography (cetakan I)

47 | A u t o b i o g r a f i

Page 55: autobiography (cetakan I)

48 | A u t o b i o g r a f i

Page 56: autobiography (cetakan I)

49 | A u t o b i o g r a f i

Page 57: autobiography (cetakan I)

50 | A u t o b i o g r a f i

BAB IV Saatnya Putih Abu-Abu

Kisah hidupku terus berlanjut. Kali ini aku telah duduk di bangku SMA atau Sekolah Menengah Atas. Masa SMAku dimulai ketika aku berumur 15 tahun, lebih tepatnya pada bulan Juli 2009.

Tanggal 13 Juli 2009, aku dan teman-teman datang ke SMAN 2 Tangerang Selatan untuk mendapatkan arahan seputar MABIS yang akan berlangsung selama empat hari ke depan. Pada hari itulah untuk pertama kalinya aku mengenali sistem MABIS yang dianut di SMA. Penuh bentakan, penuh omelan, penuh marah, dan penuh rasa dendam adalah kata-kata yang bisa menjelaskan MABIS SMA yang pertama kali kuikuti.

Barang khusus MABIS adalah hal yang membuatku kesal saat itu. Kami diminta untuk memecahkan kode untuk mengetahui barang khusus yang harus dibawa pada MABIS keesokan harinya. Untungnya, selama MABIS, aku selalu bekerja sama dengan teman-temanku untuk memecahkan kode barang khusus dan membelinya.

MABIS adalah saat-saat aku mengenal lebih banyak tentang sekolahku, teman-temanku, dan kakak kelasku. Kakak kelas yang pertama kali kukenal ketika MABIS adalah koordinator kelas (korlas) Tim Manado atau kelas X-9, A’ Harith dan Teh Anbil (Teh Anbil adalah kakak kelasku ketika SMP). Kakak kelas lainnya yang kutahu ketika MABIS adalah Teh Izza, yang dikenal karena galaknya ia kepada para peserta MABIS.

Teman-teman sekelas yang kukenal selama MABIS hampir semuanya. Tetapi jika mengkaitkan namaku dengan MABIS, maka akan muncul satu nama yang hampir semua orang tahu. Nama tersebut adalah Isa. Isa adalah teman sebangkuku ketika MABIS. Bagiku ia seperti Dustin Hoffman dalam film Rain Man, orang yang autis tetapi menyimpan potensi kecerdasan yang sangat besar di dalam dirinya. Tetapi kadang-kadang tingkahnya bisa sangat menyebalkan bagiku. Sampai sekarang, aku hanya menganggapnya sebagai saingan dalam pelajaran.

Page 58: autobiography (cetakan I)

51 | A u t o b i o g r a f i

MABIS tersebut walaupun bagiku agak keras dan banyak hukuman dan bentakan, lebih seru daripada MABIS di SMP.

Selesai MABIS, mulailah kami untuk mengenal kegiatan belajar mengajar di SMAN 2 Tangerang Selatan. Aku sangat tidak terbiasa dengan satu mata pelajaran yang benar-benar baru kudapatkan ketika SMA. Mata pelajaran tersebut adalah Bahasa Jepang. Aku sama sekali tidak tahu apa-apa soal Bahasa Jepang. Akibatnya nilaiku selama semester 1 sangat jatuh.

Beberapa pelajaran lain yang sama sekali baru bagiku adalah pelajaran English for Academic Purposes (EAP) dan Native Speaker. EAP hampir sama dengan pelajaran English Conversation yang pernah kudapatkan di SMP.

Sedangkan Native Speakers adalah pelajaran yang benar-benar baru bagiku. Aku sangat senang dengan pelajaran ini karena aku dapat bertemu dengan orang asing dan bahkan berkomunikasi dengannya.

Aku mengikuti kegiatan ekstrakurikuler Buletin Harmonia di Moonzher. Aku mengikuti ekskul tersebut karena aku tertarik dengan dunia jurnalistik. Saat tes bergabung dengan Harmonia, aku mengambil posisi sebagai Creative Editor karena aku sangat suka dengan bidang desain grafis.

Ketika kelompokku mengumpulkan majalah buatan kami sendiri, terdapat sebuah kecelakaan. Karena aku terlalu lelah pasca sakit akbat Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa, aku tidak bisa mencetak majalah kelompok kami di percetakan. Akhirnya aku mencetak majalah tersebut dengan printer seadanya. Hasilnya tidak terlalu memuaskan. Tetapi kami tetap mengumpulkannya walaupun kami tidak percaya majalah kami akan diterima dalam bentuk yang sedemikian rupa.

Sebelum masuk SMA, aku selalu berpikir bahwa aku akan menjadi jauh dengan teman-teman SMP. Ternyata, setelah masuk SMA, hal tersebut tidak terbukti. Aku masih tetap dekat dengan teman-teman SMP. Bahkan aku menjadi lebih dekat dengan teman-teman sekelasku. Kami pun masih suka kumpul bersama atau sekedar pulang sekolah bersama.

Sejak SMP, aku berniat untuk melanjutkan menjadi pengurus OSIS di SMA. Pintu menuju harapan tersebut telah terbuka lebar melalui Latihan Dasar

Page 59: autobiography (cetakan I)

52 | A u t o b i o g r a f i

Kepemimpinan Siswa (LDKS). Walaupun banyak orang mengatakan bahwa LDKS akan lebih kejam daripada MABIS, aku tidak peduli dan tetap mengikuti LDKS.

Ternyata apa yang dikatakan orang-orang tentang LDKS menjadi kenyataan. LDKS betul-betul seperti pelatihan militer. Lebih banyak marah, bentakan, dan hukuman. Apalagi Teh Izza sewaktu LDKS ini terlihat lebih “buas” daripada sebelumnya.

Karena LDKS, aku tidak masuk sekolah selama tiga hari karena sakit. Ketika sakit, ibuku berkata bahwa aku tidur selama 24 jam karena aku terlalu lelah dan membutuhkan banyak sekali istirahat. Karena sakit tersebut, aku sudah berniat tidak mengikuti LDKS hari terakhir karena LDKS membuatku sangat lelah sampai sakit.

Satu minggu kemudian, pengumuman hasil LDKS diumumkan. Aku menemukan namaku tertulis di kertas pengumuman tersebut. Aku pun mengingkari di mana aku berkata tidak akan mengikuti LDKS lagi. Karena pintu menuju pengurus OSIS terbuka makin lebar, aku kembali semangat untuk melakukan LDKS.

Sejak saat itu, aku adalah calon pengurus OSIS SMAN 2 Tangerang Selatan periode 2009-2010 atau OSIS Moonzher 23. Ketika diadakan seleksi untuk menentukan jabatan yang akan diterima ketika dilantik menjadi pengurus OSIS, aku mendapatkan jabatan sebagai anggota Seksi Bidang 10.

Event-event OSIS yang kuikuti sampai sekarang adalah Buka Puasa Bersama OSIS-MPK, Sidang Majelis Umum MPK, Diskusi Panel Kandidat Ketua OSIS, Pemilihan Ketua OSIS, dan Class Meeting Rubiccs. Untuk membuktikan diriku di OSIS, aku melakukan semua tugasku semaksimal mungkin.

Tanggal 20 November 2009 adalah hari yang tidak pernah kulupakan. Pada hari itu, aku putus dengan Tara di Kencana Loka, BSD. Dia memutuskanku dengan alasan sifatku yang tidak dia suka, yaitu pemarah. Aku sangat sedih dan sangat tidak percaya bahwa aku kehilangan dirinya.

Kesedihanku memuncak ketika mendengar Tara “jadian” kembali dengan teman sekelasnya, Nana (karena hal ini lah ia berpengaruh dalam hidupku). Padahal aku masih sangat berharap untuk “balikan” dengan Tara. Lama sekali

Page 60: autobiography (cetakan I)

53 | A u t o b i o g r a f i

aku bisa menerima kenyataan ini. Sampai akhirnya aku menemukan pencerahan dan bisa bangkit kembali dari kesedihanku.

Selepas Tara, aku belum berpacaran lagi sampai tulisan ini ditulis. Aku hanya fokus untuk mengejar cita-citaku di masa depan nanti. Walaupun begitu, aku tetap menyukai perempuan. Ketika tulisan ini ditulis, aku sedang menyukai teman perempuanku yang sudah lama kukenal. Selain dia, aku juga menyukai seorang teman perempuanku yang merupakan kakak kelasku. Tetapi aku belum berpikiran untuk berpacaran kembali.

Selama semester 1, hasil belajarku lumayan bagus. Aku masih dapat memusatkan pikiranku terhadap pelajaran di kelas. Tetapi, karena tubuhku masih belum terbiasa dengan aktifitas di SMA, aku sering ketiduran di malam hari sehingga sering sekali tidak mengerjakan tugas di malam hari.

Walaupun begitu, aku masih bisa mengejar ketinggalanku di dalam pelajaran. Hasil belajarku selama kelas 10 semester 1 lumayan bagus dan aku mendapatkan peringkat 2 di kelas. Hasil tersebut merupakan hasil yang lumayan cemerlang pada hari-hari pertamaku di SMA.

Liburan semester 1 lebih banyak kuhabiskan di rumah. Yang paling berkesan dari liburan tersebut adalah pada tanggal 31 Desember 2009, aku dan teman-teman KOMIT merayakan ulang tahun Pak Minar. Karena sebelumnya aku sudah janji akan mentraktir mereka, aku mentraktir mereka makan di Pizza Hut Pamulang dengan dibantu oleh Pak Minar.

Setelah makan, kami langsung menuju masjid terdekat untuk menunaikan shalat. Dari masjid kami langsung menuju rumahku untuk sekedar berkumpul. Sayangnya teman-temanku beserta Pak Minar tidak sampai malam untuk memperingati pergantian tahun bersama keluargaku.

Malam harinya, aku merayakan pergantian tahun bersama keluargaku. Tak disangka, Ajie dan Reffy datang ke rumah untuk ikut perayaan tersebut. Hal tersebut adalah pertama kalinya aku merayakan pergantian tahun bersama teman-temanku.

Tanggal 4 Januari 2010, kegiatan belajar mengajar di semester 2 dimulai. Anehnya, semangatku di semester 2 mulai luntur, baik semangat untuk kegiatan OSIS maupun semangat untuk belajar. Tidak heran, banyak nilai-nilaiku di

Page 61: autobiography (cetakan I)

54 | A u t o b i o g r a f i

semester 2 yang turun. Aku pun terus berusaha lebih keras daripada sebelumnya untuk memperbaiki nilaiku tersebut.

Di semester 2 ini aku pindah tempat les biola. Dari Sekolah Musik Petrof, aku pindah ke sebuah tempat les biola rumahan. Guruku adalah Pak Anton. Beliau memang sudah tua, tetapi beliau tidak kalah dengan Pak Hengky, guruku di Sekolah Musik Petrof. Teknik bermain biolanya sangat handal. Aku terkagum-kagum dengan permainan biolanya.

Selain biola, beliau juga bisa bermain mandolin dan piano. Koleksi biolanya membuatku kagum karena beliau mempunyai biola yang sudah berumur ratusan tahun.

Di semester 2, aku mengenal dan mengikuti beberapa kegiatan ekstrakurikuler yang ada di SMAN 2 Tangerang Selatan. Bulan Januari 2010, aku mengikuti ekstrakurikuler Sinematografi. Aku tidak begitu lama mengikuti kegiatan tersebut karena bagiku aku tidak cocok dalam kegiatan sinematografi tersebut.

Sejak bulan Februari 2010, aku mengikuti kegiatan ekstrakurikuler Pasukan Pengibar Bendera atau yang biasa disebut Paskibra. Pertama kali aku mengikuti kegiatan Paskibra ketika OSIS mewajibkan setiap anggotanya untuk mendapatkan latihan baris-berbaris dari OSIS. Setelah mengikuti latihan tersebut, Bobby dan Naufal yang merupakan anggota Paskibra mengajakku untuk ikut Paskibra karena Paskibra Moonzher akan menghadapi Festival Baris Berbaris Galaksi. Akhirnya aku ikut ajakan mereka untuk ikut Paskibra.

Setela mengikuti latihan sekali, aku diminta oleh abang dan mbak senior Paskibra untuk mengikuti seleksi Paskibraka Propinsi. Aku pun ikut dalam seleksi tersebut. Ternyata seleksi tersebut sangat berat bagiku karena terdapat tes fisik dan ketahanan tubuh yang sangat menguji fisikku. Tetapi demi membawa nama baik sekolah dan diri sendiri, aku mengikuti seleksi tersebut dengan semangat, apalagi aku bertemu dengan salah satu teman baikku, Hafiz di seleksi tersebut.

Tetapi ternyata nasib baik belum datang padaku. Setelah menjalani seleksi setiap hari Minggu selama tiga minggu, aku tidak terpilih ke dalam lima pasang calon paskibra yang lanjut ke tingkat propinsi. Tetapi, kabar baiknya, Naufal termasuk ke dalam lima pasang tersebut. AKu pun mendukungnya agar ia terus

Page 62: autobiography (cetakan I)

55 | A u t o b i o g r a f i

lolos seleksi-seleksi dan menjadi Paskibraka di Istana Merdeka pada tanggal 17 Agustus nanti.

Sekitar dua bulan aku menjalani kegiatan Paskibra, sudah kurasakan banyak suka duka kegiatan Paskibra. Mulai dari bertemu dan mengenal para senior yang unik sampai dimarahi dan diberi hukuman oleh senior. Banyak sekali pengalaman baru yang kudapatkan di Paskibra.

Selain Paskibra, aku juga memfokuskan diriku kepada satu kegiatan selain kegiatan belajar di sekolah. Kegiatan tersebut adalah pertukaran pelajar yang diselenggarakan oleh Bina Antar Budaya atau yang biasa dikenal dengan nama AFS. AFS adalah program pertukaran pelajar yang diperuntukkan kepada siswa kelas 10 SMA.

Pertama kali aku mengikuti program ini, aku tidak terlalu mengungkapkannya kepada orang lain karena sejujurnya, aku tidak mau mendapatkan lebih banyak saingan dalam program yang sudah kuharapkan sejak SMP ini. Tetapi, ternyata banyak sekali teman-temanku yang ikut mendaftar dalam program ini. Aku hanya bisa berusaha lebih keras dan terus lolos dalam seleksi yang akan kuhadapi nanti.

Program AFS menutup sebagian petualanganku pada masa SMA. Sesungguhnya petualanganku belum benar-benar berakhir di sini. Hanya saja, autobiografi ini membatasi petualanganku sampai di sini. Jika Allah memberikanku kesempatan, aku akan menuliskan petualanganku di masa depan nanti di dalam autobiografi yang lain.

Page 63: autobiography (cetakan I)

56 | A u t o b i o g r a f i

Page 64: autobiography (cetakan I)

57 | A u t o b i o g r a f i