68
1 LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul ”UPAYA PEMECAHAN PROBLEMATIKA REMAJA DENGAN AKHLAK ISLAMI” diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqosyah pada tanggal 22 Juni 2007 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd.I) dalam bidang Pendidikan Agama. Jakarta, 22 Juni 2007 Panitia Ujian Munaqosyah Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi) Drs. H. Abdul Fattah Wibisono, M.A NIP: 150236009 Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Prodi) Drs. Sapiuddin Shiddiq, M.Ag NIP: 150299477 Penguji I Drs. H. Abdul Fattah Wibisono, M.A NIP: 150236009 Penguji II Drs. Sapiuddin Shiddiq, M.Ag NIP: 15029977 Tanda Tangan (………………..) (...……………...) (………………..) (………………..) Mengetahui : Dekan, Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A NIP: 150231356

”UPAYA PEMECAHAN PROBLEMATIKA REMAJA DENGAN AKHLAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16649... · 2019. 8. 30. · 1 LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul ”UPAYA

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 1

    LEMBAR PENGESAHAN

    Skripsi yang berjudul ”UPAYA PEMECAHAN PROBLEMATIKAREMAJA DENGAN AKHLAK ISLAMI” diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyahdan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta,dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqosyah pada tanggal 22 Juni 2007 dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1(S.Pd.I) dalam bidang Pendidikan Agama.

    Jakarta, 22 Juni 2007

    Panitia Ujian Munaqosyah

    Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi)

    Drs. H. Abdul Fattah Wibisono, M.ANIP: 150236009

    Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Prodi)Drs. Sapiuddin Shiddiq, M.AgNIP: 150299477

    Penguji IDrs. H. Abdul Fattah Wibisono, M.ANIP: 150236009

    Penguji IIDrs. Sapiuddin Shiddiq, M.AgNIP: 15029977

    Tanda Tangan

    (………………..)

    (...……………...)

    (………………..)

    (………………..)

    Mengetahui :Dekan,

    Prof. Dr. Dede Rosyada, M.ANIP: 150231356

  • 2

    SURAT PERNYATAAN

    Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

    Nama : Dede Nurdiansyah

    Tempat/Tgl Lahir : Tangerang 07 Oktober 1983

    NIM : 102011023493

    Jurusan/Prodi : Pendidikan Agama Islam (PAI)

    Judul Skripsi : Upaya Pemecahan Problematika Remaja Dengan Akhlak

    Islami

    Pembimbing : Dr. H. Abdul Majid Khon M.Ag

    Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri

    dan saya bertanggungjawab secara akademis atas apa yang saya tulis.

    Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat keabsahan skripsi.

    Tangerang, 17 April 2008

    Mahasiswa Ybs.

    Dede Nurdiansyah

  • 3

    ABSTRAK

    Skripsi ini membahas tentang permasalahan Upaya Pemecahan Problematika Remajadengan Akhglak Islami.Akhlak dari sudut kebahasaan mempunyai arti perangai, tabi’at, kelakuan, watakdasar, kebiasaan sopan dan santun agama. Sedangkan akhlak menurut istilah adalahsikap yang tertanam dalam jiwa yang mendorong untuk melakukan perbuatan tanpamemerlukan pemikiran dan pertimbangan lagi. Atau sifat yang tetap dalam jiwa, yangdari padanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak membutuhkankepada pemikiran.Akhlak Islami adalah tata nilai yang bersifat samawi dan azali, yang mewarnai caraberpikir, bersikap dan bertindak seorang muslim terhadap dirinya, terhadap Allah danPasul-Nya, terhadap sesama dan terhadap lingkungannya. Akhlak Islami juga dapatdiartikan sistem moral atau akhlak yang berdsarkan ajaran Islam atau akhlak yangbersifat Islami. Atau perbuatan yang dilakukan dengan mudah, disengaja, mendarahdaging yang didasarkan pada ajaran Islam, maka akhlak Islami bersifat universal.Selanjutnya akhlak Islami dapat diartikan sebagai akhlak yang mengunakan tolakukur ketantuan Allah SWT.Remaja adalah suatu tingkat berasal dari kata latin “adolescere” yang berarti“tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”. Masa remaja adalah periode peralihan darimasa anak-anak kepada masa dewasa atau masa transisi antara masa anak-anak danorang dewasa.Problematika Remaja adalah masalah-masalah yang dihadapi para remajasehubungan dengan adanya kebutuhan-kebutuhan mereka dalam rangkamenyesuaikan terhadap lingkungan di mana remaja itu hidup dan berkembang.Kenakalan remaja terjadi karena dua faktor, yaitu: Faktor internal, yaitu hal-hal yangberasal dari dalam diri remaja itu sendiri. Faktor eksternal, yaitu faktor yangbersumber dari luar diri pribadi remaja yang bersangkutan.Pemecahan adalah suatu keputusan atau jawaban dalam memecahkan suatupermasalahan baik dalam kehidupan, lingkungan dan sebagainya.Upaya pemecahan problematika remaja dengan akhlak Islami, diantaranya denganmelakukan tindakan-tindakan, sebagai berikut: Tindakan preventif, yakni segalatindakan yang bertujuan mencegah timbulnya kenakalan-kenakalan. Tindakanrepresif, yakni tindakan untuk menindak dan menahan kenakalan remaja seringanmungkin atau atau menghalangi timbulnya kenakalan yang lebih hebat. Tindakankuratif dan rehabilitas, yakni memperbaiki akibat perbuatan nakal, terutama individuyang telah melakukan perbuatan nakal.Fungsi agama terhadap pemecahan problematika remaja, berfungsi sebagai:penyelamat, pembimbing dalam hidup, penolong dalam kesukaran, menenteramkanbatin, pendidik, dan pengawas.

  • 4

    KATA PENGANTAR

    Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan pencipta dan pemelihara semesta alam.

    Shalawat salam semoga senantiasa Allah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW,

    keluarganya, sahabat-sahabatnya dan para pengikutnya yang setia hingga Hari

    Pembalasan

    Salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Strata Satu (S1) di semua

    perguruan tinggi termasuk di universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta

    adalah membuat karya ilmiah dalam bentuk skripsi. Dalam rangka itulah penulis

    membuat skripsi ini dengan judul "UPAYA PEMECAHAN PROBLEMATIKA

    REMAJA DENGAN AKHLAK ISLAMI"

    Selama pembuatan skripsi ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang

    dialami oleh penulis, baik yang menyangkut pengaturan waktu, pengumpulan bahan-

    bahan (data) maupun biaya dan sebagainya. Namun, dengan Hidayah dan Inayah

    Allah SWT dan berkat kerja keras penulis disertai dorongan dan bantuan dari

    berbagai pihak, maka dari segala kesulitan dan hambatan itu dapat diatasi dengan

    sebaik-baiknya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan pada waktunya. Oleh karena

    itu, seyognyalah penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tiada terhingga dan

    penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah memberikan

    bantuan atas terselesaikannya skripsi ini; terutama kepada Bapak Dr. H. Abdul Majid

    Khon M.Ag selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan nasihat,

  • 5

    masukan dan bimbingan yang sangat berharga bagi penulis. Terima kasih ini juga

    penulis sampaikan pada:

    1. Dekan, Pembantu Dekan dan seluruh Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

    Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mendidik dan

    memberikan berbagai ilmu pengetahuan yang sangat berharga kepada

    penulis.

    2. Ketua dan Sekertaris serta staf jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas

    Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    3. Bapak Drs. Bahrissalim M.Ag. Dosen penasihat akademaik jurusan

    Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan UIN

    Syarif Hidayatullah Jakarta.

    4. Bapak dan Ibu tercinta yang telah merawat, mendidik dan mencurahkan

    segala kasih sayangnya kepada penulis selama hayat. Semoga Allah SWT

    mengampuni segala dosa-dosanya dan melimpahkan rahmat, karunia dan

    ridho-Nya kepada beliau berdua.

    5. Adik-adik, kakak-kakak serta semua keluarga yang penulis cintai, atas

    semangat dan dorongan yang diberikan kepada penulis.

    6. Rekan-rekan seperjuangan di PAI angkatan 2002 khususnya kelas"B"

    terutama teman-teman tercintaku; Ochit, Fadli, Idris, Salman, Umi dan

    orang yang saya cintai Nurhayati (manizzzz) serta segenap pihak yang

    tidak dapat disebutkan satu persatu namanya di sini. Terima kasih atas

  • 6

    segala bantuan dan dorongan semangat kepada penulis dalam penyusunan

    skripsi ini.

    Mudah-mudahan amal dan jasa baik mereka diterima oleh Allah SWT dan di

    balas-Nya dengan pahala yang berlipat ganda. Amiin.

    Mudah-mudahan pula skripsi ini bermanfaat, khususnya bagi penulis dan bagi

    para pembaca yang budiman pada umumnya.

    Jakarta, Maret 2008

    Penulis

  • 7

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR..............................................................................................iv

    DAFTAR ISI.............................................................................................................vii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah.....................................................................1

    B. Permasalahan......................................................................................4

    1. Identifikasi Masalah .....................................................................4

    2. Pembatasan Masalah ....................................................................4

    3. Perumusan Masalah .....................................................................5

    C. Tujuan Dan Manfaat Masalah............................................................5

    1. Tujuan Penelitian .........................................................................5

    2. Manfaat Penelitian .......................................................................6

    D. Metode Penulisan ..............................................................................6

    E. Sistematika Penulisan ........................................................................7

    BAB II MASALAH AKHLAK ISLAMI

    B. Pengertian Akhlak Islami...................................................................8

    C. Ruang Lingkup Akhlak Islami ...........................................................10

    1. Akhlak Manusia Kepada Allah ....................................................10

    2. Akhlak Manusia Kepada Sesama Manusia ..................................11

    3. Akhlak Manusia Kepada Diri Sendiri ..........................................12

  • 8

    4. Akhlak Manusia Kepada Lingkungan..........................................12

    D. Sumber dan Ciri-ciri Akhlak Islami...................................................13

    1. Akhlak Rabbani............................................................................13

    2. Akhlak Manusiawi .......................................................................14

    3. Akhlak Universal .........................................................................14

    4. Akhlak Keseimbangan .................................................................14

    E. Arti Pembentukan Akhlak..................................................................15

    F. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Akhkak................17

    BAB III REMAJA DAN PROLEMATIKANYA

    A. Pengertian Remaja .............................................................................20

    B. Ciri-ciri Remaja..................................................................................21

    1. Perkembangan Biologis (Fisik)....................................................22

    2. Perkembangan Psikis (Rohani) ....................................................23

    C. Kenakalan Remaja .............................................................................26

    D. Faktor-faktor yang Menyebabkan Kenakalan Remaja.......................27

    BAB IV UPAYA PEMECAHAN PROLEMATIKA REMAJA DENGAN

    AKHLAK ISLAMI

    A. Akhlak Islami Tiang Utama Pemecahan Problematika remaja..........33

    B. Upaya Pemecahan dan Penanggulangan Kenakalan Remaja.............34

    1. Tindakan Preventif .......................................................................37

    2. Tindakan Represif ........................................................................39

    3. Tindakan Kuratif ..........................................................................41

  • 9

    C. Bimbingan dan Fungsi Agama Terhadap Pemecahan Problematika

    Remaja................................................................................................44

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan ........................................................................................53

    B. Saran-saran .........................................................................................55

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • 10

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Masalah remaja memang bukan masalah yang ringan dan merupakan hal yang

    menarik untuk diperbincangkan. Masa remaja adalah periode peralihan yaitu

    peralihan dari masa anak-anak kepada masa dewasa.1 Di samping itu remaja juga

    harus mempelajari sikap dan prilaku yang baru sebagai pengganti dari sikap dan

    prilaku yang ditinggalkan. Akibat dari peralihan ini remaja bersifat ambivalen disatu

    pihak ia ingin diperlakukan bagai orang dewasa di lain sisi segala kebutuhannya

    masih ingin dipenuhi oleh orang tuanya seperti halnya anak-anak, sehingga kemudian

    remaja dianggap sebagai anak yang masih ingusan.

    Masa remaja merupakan masa yang penuh sensasi dan penuh masalah, walaupun

    pada usia sebelumnya juga mempunyai masalah sendiri-sendiri. Namun masa remaja

    ini sering menjadi masalah yang sangat sulit diatasi oleh remaja itu sendiri. Karena

    masa yang sulit adalah masa remaja, oleh karena itu masalah remaja kini merupakan

    salah satu masalah yang dipersoalkan pemerintah, masyarakat bahkan oleh agama.

    Terutama oleh orang tua remaja itu sendiri.

    Masa remaja adalah masa transisi antara masa anak-anak dan orang dewasa. Pada

    masa transisi ini, para remaja berada pada masa indepedency dan dependency

    1Sahilun A. Nasir, Peran Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problema Remaja,(Jakarta: Kalam Mulia, 2002) h. 6

  • 11

    sehingga jiwanya masih labil, sehingga pada masa ini pula, remaja sering mengalami

    berbagai problema baik problema fisik, psikis maupun sosial.2

    Sebagaimana yang dikatakan oleh Dr. Zakiah Daradjat: “masalah remaja adalah

    suatu masalah yang sebenarnya menarik untuk dibicarakan lebih-lebih pada akhir-

    akhir ini di mana telah timbul akibat negatif yang sangat mencemaskan yang akan

    membawa kehancuran bagi remaja itu sendiri dan masyarakat pada umumnya”.3

    Menurut Robert D. Wirt dan Feter F. Briggs dalam makalahnya The Maening of

    Delinguency mengatakan: There is evidence that juvenile delingcuency is increasing

    both rate of delinguency behaviour.4 Maksudnya pada saat ini delinguensi remaja,

    tidak saja meningkat jenis jumlahnya, tetapi juga meningkat jenis perbuatannya. Baik

    yang berupa sosial delinguencinya maupun individual delinguency.

    Kenakalan yang dilakukan oleh remaja tersebut adalah menjurus kearah perbuatan

    yang bersifat negatif dan destruktif, bahkan juga bersifat keriminal. Sehingga

    membawa dampak negatif yang sangat merugikan masyarakat, nusa dan bangsa.

    Islam sebagai agama yang universal yang meliputi semua aspek kehidupan

    mempuanyai system nilai yang mengatur baik dan buruk suatu perbuatan yang

    dinamakan dengan akhlak Islami. Sebagai tolok ukur perbuatan baik dan buruk

    mestilah merujuk kepada ketentuan Allah SWT.5

    2 Sahilun A. Nasir, Peran Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problema Remaja h.63 Zakiah Daradjat, Pembinaan Remaja, (Jakarta: Bulan Bintang, 1982), h.9.4 Kartini Kartono, Bimbingan Bagi Anak dan Remaja Yang Bermasalah, (Jakarta: CV

    Rajawali, 1985), h.114-115.5 M. Quraisy Shihab, Tafsir Al-Maghribi, (Semarang: Toha Putra, 1989), h.275.

  • 12

    Dalam Al-Qur`an banyak terdapat ayat-ayat yang menerangkan tentang akhlak

    diantaranya:

    خلق عظيمىوإ نك لعلArtinya: Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang

    agung. (QS. Al-qalam, 68:4).

    Al-Maraghi dalam menafsirkan ayat ini lebih menekankan pada mencontoh

    Rasulullah dalam segala tindakan dan perbuatan.

    Pada diri Rasulullah terdapat sifat-sifat baik yang mesti di contoh oleh umatnya.

    Beliau adalah seorang yang kuat imannya, berani, sabar, dan tabah dalam

    menghadapi segala cobaan.” Beliau mempunyai akhlak yang mulia, oleh karenanya

    beliau patut untuk ditiru dalam segala perbuatan”.6 Hal ini dapat dipahami karena

    sesungguhnya Nabi sendiri diutus untuk menyempurnakan akhlak sebagaimana

    Hadits Rasulullah SAW:

    بعثت" صلى اهللا عليه وسلم قال أنه قد بلغه أن رسول اهللا: ن مالك عتصل من هو حديث مدىن صحيح م: قال ابن عبدالرب (حسن األخالق ألمتم

    )وجوه صحاح عن أىب هريرة وغريهArtinya: “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak” (HR. Malik).7

    Alasan-alasan yang mendorong penulis untuk menggarap skripsi ini antara lain:

    1. Pontensi penduduk yang berusia muda harus diperhatikan sejak dini agar

    menjadi sumber daya manusia yang dapat dihandalkan.

    6 UII Al-Qur’an dan Tafsirnya, (Tim Depag RI: Yogyakarta 1995), h.743.7 Imam Malik, Al-Muattha,(Dar al-Hadist) Juz. I h. 690

  • 13

    2. Melihat penomena yang terjadi sekarang ini adalah merosotnya nilai-nilai

    agama yang tercermin dari tingkah laku remaja.

    3. Masalah akhlak adalah masalah yang menjadi perhatian orang di mana saja.

    Kerusakan akhlak seseorang dapat mengganggu ketentraman orang lain.

    4. Menanaman akhlak Islami semenjak dini harus di lakukan, agar remaja dapat

    terhindar dari perbuatan negatif dan tidak sesuai dengan ajaran Islam.

    B. Permasalahan

    1. Identifikasi Masalah

    Untuk lebih memudahkan penulis agar pembahasan ini tidak melebar kemana-

    mana maka penulis mengidentifikasi masalah di antaranya:

    a. Mengapa terjadi problematika remaja?

    b. Apa penyebab terjadinya kenakalan pada usia remaja?

    c. Faktor apa saja yang menyebabkan kenakalan remaja?

    d.Bagaimana peranan akhlak Islami dalam penanggulangan kenakalan

    remaja?

    e. Bagaimana cara pembentukan akhlak Islami?

    f. Apa yang dimaksud dengan kenakalan remaja?

    g. Permasalahan apa saja yang ada pada remaja?

    2. Pembatasan Masalah

    Untuk memperjelas permasalahan dan agar penelitian ini lebih terarah dan

    terfokus, maka penulis membuat batasan masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini

  • 14

    adalah seputar upaya pemecahan problematika remaja dengan akhlak Islami. Yang

    berkisar pada:

    a. Problematika Remaja adalah masalah-masalah yang dihadapi para remaja

    sehubungan dengan adanya kebutuhan-kebutuhan mereka dalam rangka

    menyesuaikan terhadap lingkungan di mana remaja itu hidup dan berkembang.

    Adapun rentang usia remaja yang penulis angkat dalam penulisan skripsi ini

    berkisar antara 13-21 tahun.

    b. Pemecahan adalah suatu keputusan atau jawaban dalam memecahkan suatu

    permasalahan baik dalam kehidupan, lingkungan dan sebagainya.

    c. Akhlak Islami adalah tata nilai yang bersifat samawi dan azali, yang mewarnai

    cara berpikir, bersikap dan bertindak seorang muslim terhadap dirinya, terhadap

    Allah dan Rasul-Nya, terhadap sesama dan terhadap alam lingkungan. Akhlak

    Islami juga bisa diartikan sistem moral atau akhlak yang berdasarkan Islam.

    3. Perumusan Masalah

    Mengacu pada batasan di atas, maka penulis merumuskan masalah tersebut

    yang berkisar pada:

    a. Mengapa terjadi kenakalan remaja?

    b. Bagaimana upaya pemecahan problematika remaja dengan akhlak Islami?

    C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

    1. Tujuan Penelitian

    Penulisan skripsi ini bertujuan untuk:

    a. Mengetahui sebab-sebab kenakalan remaja

  • 15

    b. Mengetahui lebih jauh tentang upaya pemecahan problematika remaja dengan

    akhlak Islami.

    2. Manfaat Penelitian

    a. Memberikan sumbangsi pemikiran untuk para remaja dalam menegakkan

    moralitas bangsa, khususnya dalam agama Islam.

    b. Menambah wawasan serta khazanah akhlak Islami, khususnya tentang strategi

    Pendidikan Agama Islam.

    c. Skripsi ini merupakan tugas akhir agar penulis merperoleh gelar S 1 pada

    Program Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

    Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

    D. Metode Penulisan

    Dalam menyusun skripsi yang berjudul “UPAYA PEMECAHAN

    PROBLEMATIKA REMAJA DENGAN AKHLAK ISLAMI” ini, penulis

    menggunakan metode penulisan yang bersifat deskriptif analisis. Maksudnya adalah

    melukiskan atau menggambarkan suatu variabel ke variabel yang lainnya atau dari

    satu ke yang lainnya.8

    Sebagai konsekwensi dan realisasi dari metode tersebut, ditempuh metode

    penelitian kepustakaan (Library Reseach) yaitu pengumpulan bahan-bahan yang

    berkaitan dengan masalah yang dibahas melalui studi buku, majalah, surat kabar dan

    rujukkan lainnya yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas.

    8 Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya2005), h.24.

  • 16

    E. Sistematika Penulisan

    Agar penulisan skripsi ini sistematis, maka skripsi ini akan dibagi menjadi lima

    bab, dengan sistematika penulisan sebagai berikut:

    BAB I: Pendahuluan yang terdiri dari, Latar Belakang Masalah, Permasalahan

    yang meliputi: Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah dan

    Perumusan Masalah. Tujuan dan Manfaat Penulisan, Metode penulisan

    dan Sistematika Penulisan.

    BAB II: Berisi Masalah Akhlak Islami yang meliputi: Pengertian Akhlak Islami,

    Ruang Lingkup Akhlak Islami, Sumber dan Ciri-Ciri Akhlak Islami,

    Arti Pembentukan Akhlak dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

    Pembentukan Akhlak.

    BAB III: Berisi Tentang Remaja dan Problematikanya yang meliputi: Pengertian

    Remaja, Ciri-Ciri Remaja, Kenakalan Remaja dan Faktor-Faktor yang

    Menyebabkan Kenakalan Remaja.

    BAB IV: Berisi Tentang, Upaya Pemecahan Problematika Remaja Dengan Akhlak

    Islami yang Terdiri Dari Akhlak Islami Tiang Utama Pemecahan

    Problematika Remaja. Upaya Pemecahan dan Penaggulangan Kenakalan

    Remaja yang Meliputi: Tindakan Preventif, Tindakan Represif dan

    Tindakan Kuratif. Bimbingan dan Fungsi Agama Terhadap Pemecahan

    Problematika Remaja.

    BAB V: Penutup yang berupa Kesimpulan dan Saran-Saran.

  • 17

    BAB II

    AKHLAK ISLAMI

    A. Pengertian Akhlak Islami

    Pengertian akhlak dari sudut kebahasaan mempunyai arti perangai, tabi'at,

    kelakuan, watak dasar, kebiasaan, sopan dan santun agama.9 Perkataan akhlak ini

    berasal dari baha Arab jama' dari ,(خلق) kalimat ini menurut H. A. Mustofa

    mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan ( قخل ) yang berarti "kejadian"

    serta erat hubungannya dengan kata (خالق) yang berarti pencipta dan kata (خملوق)

    yang berarti yang diciptakan.10

    Selanjutnya dalam menjelaskan akhlak secara istilah, penulis merujuk dari

    beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para pakar dalam bidang akhlak, seperti:

    Ibnu Miskawaih yang menjelaskan pengertian akhlak sebagai berikut:

    ة حال للنفس داعية هلا اىل افعا هلا من غري فكر وروي

    Artinya: "Sikap yang tertanam dalam jiwa yang mendorong untuk melakukanperbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan (lagi)".11

    9Moh. Ardani, Nilai-nilai Akhlak / Budi Pekerti Dalam Ibadat, CV. Karya Mulia, 2001), h.25.

    10A. Mustofa, Akhlak/Tasawuf, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1997), Cet. I. h. 1111Ibn. Miskawaih. Menuju Kesempurnaan Akhlak. (Bandung: Mizan, 1995), Cet. Ke-3, h. 14-

    15

  • 18

    Sedangkan menurut Al-Ghazali dalam bukunya Ihya Ulumuddin yang dikutip

    oleh Prof. Dr. H. Rachmat Djatnika memberikan pengertian akhlak sebagai berikut:

    عن هيئة ىف النفس راسخة عنها تصدر االفعال بسهولة ويسر من غري فاخللق عبارة حاجة اىل فكر وروية

    Artinya: "Khuluq, Perangai ialah suatu sifat yang tetap pada jiwa, yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidakmembutuhkan kepada pikiran".12

    Secara sederhana akhlak Islami dapat diartikan sebagai akhlak yang berdasarkan

    ajaran Islam atau akhlak yang bersifat Islami. Kata Islam yang berada di belakang

    kata akhlak dalam hal menempati posisi sebagai sifat.

    Dengan demikian akhlak Islami adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah,

    disengaja, mendarah daging, dan sebenarnya yang didasarkan pada ajaran Islam,

    maka akhlak Islami juga bersifat universal. Namun dalam rangka menjabarkan akhlak

    Islam yang universal ini diperlukan bantuan pemikiran akal manusia dan kesempatan

    sosial yang terkandung dalam ajaran etika dan moral.

    Dengan kata lain akhlak Islami adalah akhlak yang disamping mengakui adanya

    nilai-nilai universal sebagai dasar bentuk akhlak, juga mengakui nilai-nilai yang

    bersifat lokal dan temporal sebagai penjabaran atas nilai-nilai yang universal itu.

    Menghormati kedua orang tua misalnya adalah akhlak yang bersifat mutlak dan

    universal. Sedangkan bagaimana bentuk dan cara menghormati kedua orang tua itu

    12Rachmat Djatnika, Sistem Ethika Islami (Akhlak Mulia), (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1992),Cetakan Oktober. h. 27

  • 19

    dapat dimanifestasikan oleh hasil pemikiran manusia yang dipengaruhi oleh kondisi

    dan situasi dimana orang yang menjabarkan nilai universal itu berada.13

    Selanjutnya akhlak Islami dapat diartikan sebagai akhlak yang menggunakan

    tolak ukur ketentuan Allah. Quraish Shihab dalam hubungan ini mengatakan, bahwa

    tolak ukur kelakuan baik mestilah merujuk kepada ketentuan Allah. Rumusan akhlak

    Islami yang demikian itu menurut Quraish Shihab adalah rumusan yang yang

    diberikan oleh kebanyakan ulama. .14

    B. Ruang Lingkup Akhlak Islami

    Ruang lingkup akhlak Islami adalah sama dengan ruang lingkup ajaran Islam itu

    sendiri, khususnya yang berkaitan dengan pola hubungan. Akhlak diniah

    (agama/Islami) mencakup berbagai aspek,15 antara lain:

    Sangat menganjurkan umat untuk memperbaiki akhlak demi tercapainya

    keharmonisan, melindungi hak dan kewajiban masing-masing individu dan

    masyarakat. Oleh karena itu kebutuhan akan norma-norma, tata tertib, tata kesopanan,

    dan tata moral. Dalam berbicara ruang lingkup akhlak Islami, sebenarnya pada

    dasarnya membicarakan ajaran Islam itu sendiri. Terutama yang berkaitan dengan

    pola hubungan. Akhlak Islami ini bercampur berbagai aspek, antara lain:

    2. Akhlak Manusia Kepada Allah

    Akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap perbuaatan seorang muslim

    kepada Khaliq Al- Ma'bud bi-haq, adalah sebagai pancaran jiwa umat yang taat dan

    13Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1996), h.145-14614M. Quraish Shihab, wawasan Al-Qur'an, (Bandung: Mizan, 1996), cet III, hlm. 205.15Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, h. 147.

  • 20

    patuh, taqwa dan pasrah karena kesadaran yang utuh, bahwa segala yang dimiliki,

    mulai dari kehidupan pribadinya dan apa yang diperolehnya, seperti hibah dan

    warisan, sampai kepada yang diusahakannya dengan bekal keahlian, ketrampilan dan

    ketekunan sehingga dapat mencapai kedudukannya yang mulia, semua yang

    diterimanya adalah semata-mata karena "munnah dan fadl" (pemberian dan

    penghargaan) dari Allah.16 Banyak cara yang dilakkukan oleh manusia yang

    menunjukkan sikap atau perbuatan akhlak kepada Allah. Diantaranya seperti yang

    dikemukakan oleh S. Anshory Al-Mansor yaitu dengan cara: mengingat Allah,

    menjalankan perintahnya sebagai rasa taat ataupun rasa kesabaran, lewat bentuk dan

    cara berpikir.17

    3. Akhlak Manusia Kepada Sesama Manusia

    Akhlak atau sikap seseorang terhadap orang lain sesama manusia harus

    diperhatikan, seperti: menghormati perasaan manusia lain, memberi salam dan

    menjawab salam, pandai berterima kasih, memenuhi janji, tidak boleh mengejek,

    jangan suka mencari-cari kesalahan orang lain dan jangan menawar sesuatu yang

    sedang ditawar orang lain.18 Manusia dalam hidupnya tidak bisa hidup sendirian.

    Aristoteles mengatakan bahwa manusia adalah makluk yang bermasyarakat (Zoon

    Politicon) keberadaanya tidak mungkin bisa hidup bila terkurung ditempat yang

    tertutup dan tidak berinteraksi dengan yang lainnya.

    16Abdullah Salam, Akhlak Islam Membina Rumah Tangga dan Masyarakat, (Jakarta: MediaDa'wah, 1998), h. 20.

    17S. Ansory Al-Mansor, Jalan Kebahagian Yang Diridhoi, (Jakarta : PT. Raja GrafindoPersada, 1997), h. 40-41.

    18Abullah Salam, Akhlaq Islam Membina Rumah Tangga dan Masyarakata, h. 155-159.

  • 21

    4. Akhlak Manusia Kepada Diri Sendiri.

    Manusia disamping harus berakhlak kepada dunia luar manusia juga dianjurkan

    untuk berakhlak kepada dirinya sendiri. Kewajiban kepada diri sendiri didahulukan

    bukan berarti ini lebih penting dari pada kepada Tuhan Yang Maha Esa; justru

    kewajiban kepada Allah ini yang harus diutamakan dari pada kepada yang lainnya.

    Akan tetapi dalam pembicaraan ini didahulukan mengingat bahwa sesungguhnya

    dalam Islam kewajiban terhadap yang satu tidak dapat dipisahkan atas kewajiban

    terhadap yang lainnya, bahwa menurut syariat Islam kewajiban pada diri sendiri juga

    menyangkut keharusan melaksanakan kewajiban yang utama terhadap Allah Yang

    Maha Pencipta.19 Berakhlak kepada diri sendiri ini lebih bersifat inropeksi diri dan

    mengevaluasi diri. Menjaga diri sendiri tidak kalah pentingnya dengan berakhlak

    kepada yang lainnya. Allah berfirman:

    …نارامقوا أنفسكم وأهليكياأيها الذين أمنوا Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan kelurgamu dari api

    neraka…” (At -Tahrim, 66:6)

    5. Akhlak Manusia Kepada Lingkungan

    Yang dimaksud dengan lingkungan adalah segala sesuatu yang di sekitar

    manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun benda-benda tak bernyawa. Pada

    dasarnya akhlak yang diajarkan Al-Qur'an terhadap lingkungan bersumber dari fungsi

    manusia sebagai khalifah. Kekhalifahan menuntut adanya interaksi antara manusia

    dengan sesamanya dan manusia terhadap alam. Kekhalifahan mengandung arti

    19Rachmat Djatmika, Sistem Etika Islam, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1992), h. 126

  • 22

    pengayoman, pemeliharaan, serta bimbingan, agar setiap makhluk mencapai tujuan

    penciptaannya.20 Allah berfirman:

    ولقد مكناكم يف األرض وجعلنا لكم فيها معايش قليال ماتشكرونArtinya: ”Sesungguhnya telah kami tempatkan kamu sekalian dimuka bumi ini dan

    kami jadikan bagai kalian dimuka bumi itu (sumber) penghidupan, amatsedikitlah kamu bersyukur. (QS. Al-A’raf, 7:10)

    C. Sumber dan Ciri-ciri Akhlak Islami

    Yang dimaksud sumber akhlak Islami adalah yang menjadi ukuran baik dan

    buruk atau mulia dan tercela. Sebagaimana keseluruhan ajaran Islam, sumber akhlak

    adalah Al-Qur'an dan Sunnah, bukan akal pikiran atau pandangan masyarakat

    sebagaimana pada konsep etika dan moral.21

    Adapun yang dimaksud dengan ciri-ciri akhlak Islami, sebagai berikut:

    1. Akhlak Rabbani

    Ajaran akhlak dalam Islam bersumber dari wahyu Ilahi yang termaktub dalam Al-

    Qur'an dan Sunnah. Sifat rabbani dari akhlak juga menyangkut tujuannya, yaitu

    untuk memperoleh kebahagiaan di dunia kini, dan di akhirat nanti. Ciri rabbani juga

    menegaskan bahwa akhlak dalam Islam bukanlah moral yang kondisional dan

    situasional, tetapi akhlak yang benar-benar memiliki nilai yang mutlak. Akhlak

    20Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, h. 150.21Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq, (Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam

    (LPPI), 1999), h.4

  • 23

    rabbani lah yang mampu menghindari kekacauan nilai moralitas dalam hidup

    manusia.22

    2. Akhlak Manusiawi

    Ajaran akhlak dalam Islam sejalan dan memenuhi tuntunan fitrah manusia.

    Kerinduan jiwa manusia kepada kebaikan akan terpenuhi dengan mengikuti ajaran

    akhlak dalam Islam. Ajaran akhlak dalam Islam diperuntukan bagi manusia yang

    merindukan kebahagiaan dalam arti hakiki, bukan kebahagiaan semu. Akhlak Islam

    adalah akhlak yang benar-benar memelihara eksistensi manusia sebagai makhluk

    terhormat, sesuai dengan fitrahnya.

    3. Akhlak Universal

    Ajaran akhlak dalam Islam sesuai dengan kemanusiaan yang universal dan

    mencakup segala aspek hidup manusia, baik yang dimensinya vertikal maupun

    horizontal. Sebagai contoh Al-Qur'an menyebutkan sepuluh macam keburukan yang

    wajib dijahui oleh setiap orang, yaitu menyekutukan Allah, durhaka kepada kedua

    orang tua, membunuh anak karena takut miskin, berbuat keji baik secara terbuka

    maupun secara sembunyi, membunuh orang tanpa alasan yang sah, makan harta anak

    yatim, mengurangi takaran dan timbangan, membebani orang lain kewajiban

    melampaui kekuatannya, persaksian tidak adil, dan mengkhianati janji dengan Allah.

    4. Akhlak Keseimbangan

    Ajaran akhlak dalam Islam berada di tengah antara yang mengkhayalkan manusia

    sebagai Malaikat yang menitik beratkan bagi kebaikannya dan yang mengkhayalkan

    22Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq, h.12

  • 24

    manusia seperti hewan yang menitikberatkan sifat keburukannya saja. Manusia

    menurut pandangan Islam memiliki dua kekuatan dalam dirinya, kekuatan baik pada

    hati nurani dan akalnya dan kekuatan buruk pada hawa nafsunya. Manusia memiliki

    naluriah hewani dan juga ruhaniah Malaikat. Manusia memiliki unsur rohani dan

    jasmani yang memerlukan pelayanan masing-masing secara imbang. Manusia hidup

    tidak hanya di dunia kini, tetapi dilanjutkan dengan kehidupan di akhirat nanti. Hidup

    di dunia merupakan ladang bagi akhirat. Akhlak Islam memenuhi tuntutan kebutuhan

    manusia, jasmani dan ruhani secara seimbang, memenuhi tuntutan hidup bahagia di

    dunia dan akhirat secara seimbang pula. Bahkan memenuhi kebutuhan pribadi harus

    seimbang dengan memenuhi kewajiban terhadap masyarakat.23

    D. Arti Pembentukan Akhlak.

    Berbicara masalah pembentukan akhlak sama dengan berbicara tentang tujuan

    pendidikan, karena banyak sekali dijumpai pendapat para ahli yang mengatakan

    bahwa tujuan pendidikan adalah pembentukan akhlak. Merupakan suatu perbuatan

    yang sudah mendarah daging dalam diri seseorang tentunya harus dibentuk semenjak

    dini. Namun persoalannya adalah apakah kemudian akhlak dapat di bentuk? Dalam

    menjawab persoalan seperti ini, penulis mengutip beberapa pendapat ahli akhlak,

    karena diantara masih terdapat perbedaan dalam menentukan jawaban. Sebagian ahli

    diantaranya adalah Mansur Ali Rajab yang pendapatnya dikutip oleh Abudin Nata

    mengatakan bahwa, “…akhlak tidak perlu dibentuk karena akhlak adalah instinct

    23Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq, h. 13

  • 25

    (garizah) yang dibawa manusia sejak lahir”.24 dengan kata lain golongan ini

    menekankan kepada pembawaan manusia yaitu kecenderungan kepada kebaikan atau

    fitrah, karena pada dasarnya fitrah manusia itu selalu condong kepada kebenaran.

    Sementara itu sebagian ahli ada yang berpendapat sebaliknya. Mereka

    berpendapat bahwa akhlak dapat berubah dan dapat dibentuk dengan pendidikan,

    latihan, pembinaan dan nasehat yang mulia. Diantara pelopor gagasan ini adalah Ibn

    Miskawaih dan Al-Ghazali. Lebih lanjut Al-Ghazali mengatakan bahwa:

    ظ والتأديباتخالق ال تقبل التغري لبطلت املواعألالوكانت Artinya: ”Jika seandainya akhlak itu tidak dapat menerima perubahan maka batallah

    fungsi Tausiah dan pendidiakan.” 25

    Pada kenyataan di lapangan, usaha-usaha pembinaan akhlak melalui berbagai

    lembaga pendidikan dan melalui berbagai macam metode terus dikembangkan. Ini

    menunjukan bahwa akhlak memang perlu dibina, dan pembinaan ini ternyata

    membawa hasil berupa terbentuknya pribadi-pribadi Muslim yang berakhlak mulia,

    taat kepada Allah dan Rasul-Nya, hormat kepada ibu-bapak, sayang kepada sesama

    makhluk Tuhan dan seterusnya. Keadaan sebaiknya juga menunjukkan bahwa anak-

    anak yang tidak dibina akhlaknya, atau dibiarkan tanpa bimbingan, arahan dan

    pendidikan, ternyata menjadi anak-anak yang nakal, mengganggu masyarakat,

    melakukan berbagai perbuatan tercela dan seterusnya. Ini menunjukkan bahwa akhlak

    memang perlu dibina.

    24Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, h.154.25Muhammad Al-Ghazali, Ihya' Ulum al-Din, h. 54.

  • 26

    Dengan uraian tersebut di atas kita dapat mengatakan bahwa akhlak merupakan

    hasil usaha dalam mendidik dan melatih dengan sungguh-sungguh terhadap berbagai

    potensi rohaniah yang terdapat dalam diri manusia. Dengan demikian pembentukan

    akhlak dapat diartikansebagai usaha sungguh-sungguh dalam rangka membentuk

    anak, dengan menggunakan sarana pendidikan dan pembinaan yang terprogram

    dengan baik dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan konsisten. Pembentukan

    akhlak ini dilakukan berdasarkan asumsi bahwa akhlak adalah hasil usaha pembinaan,

    bukan terjadi dengan sendirinya. Potensi rohaniah yang ada dalam diri manusia,

    termasuk di dalam akal, nafsu amarah, nafsu syahwat, fitrah, kata hati, hati nurani dan

    intuisi dibina secara optimal dengan cara dan pendekatan yang tepat.26

    E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak.

    Untuk menjelaskan tentang faktor-faktor apa yang mempengaruhi dalam

    pembentukan akhlak, kebanyakan para ahli berpendapat dengan mengemukakan tiga

    aliran besar yang sudah sangat populer di kalangan ahli psikologi. Tiga aliran itu

    ialah: aliran Nativisme, aliran Empirisme dan aliran Konfergensi.

    Aliran Nativisme berpendapat bahwa pengaruh yang paling besar dalam

    pembentukan diri seseorang adalah faktor pembawaan dari dalam yang bentuknya

    bisa berupa bakat, kecendrungan, akal dan lain-lain. Jadi semuanya tergantung dari

    kecakapan yang dibawa sejak lahir. Jika seorang itu mempunyai bakat yang baik,

    26Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, h.155-156.

  • 27

    maka dengan sendirinya ia menjadi baik. Dengan demikian pedidikan tidak berkuasa

    sedikitpun pada pembentukan seseorang. Mereka berpendapat “kita tidak akan bisa

    merubah perak menjadi emas yang diberikan tidak akan mampu merubah dan

    memperbaiki seseorang. Potensi batinlah yang akan menentukan semuanya”.

    Aliran Empirisme berpendapat sebaliknya. Aliran ini berpendapat bahwa pada

    dasarnya anak waktu lahir jiwanya masih kosong, bersih bagaikan kertas yang putih

    dan belum ditulis. Semuanya tergantung kepada apa yang ditulis. Demikian pula

    dalam pembentukan diri seseorang yang paling berpengaruh adalah faktor luar,

    seperti lingkungan, pembinaan dan pendidikan. Jika pendidikan dan pembinaan yang

    diberika baik, maka baiklah anak itu. Begitupun sebaliknya.27

    Aliran Konfergensi berpendapat pembentukan akhlak dipengaruhi oleh faktor

    internal, yaitu pembawaan si anak, dan faktor dari luar yaitu pendidikan dan

    pembinaan yang di buat secara khusus, atau melalui interaksi dalam lingkungan

    sosial. Fitrah dan kecendrungan kearah yang baik yang ada di dalam diri manusia

    dibina secara intensif melalui berbagai metode.28

    27Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, h.165-16728 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), cet. I, h. 113

  • 28

    Aliran yang ketiga, yakni aliran konvergensi itu tampak sesuai dengan ajaran

    Islam. Hal ini dapat dipahami dari ayat dan hadis di bawah ini:

    ألبصار الكم السمع ومهاتكم ال تعلمون شيئا وجعل ن بطون أخرجكم مأواهللا فئدة لعلكم تشكرون ألاو

    Artinya: "Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidakmengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, pengelihatandan hati, agar kamu bersyukur.” (QS. al-Nahl, 16:78)

    ل مولود يولد على الفطرة فأبواه يهودانه أو ينصرانه أو ميجسانهك

    )البخارى رواه(Artinya: “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan (membawa) fitrah (rasa ketuhanan

    dan kecenderungan kepada kebenaran), maka kedua orang Tuanyalah yangakan membentuk anak menjadi Yahudi, Nasrani ataupun Madjusi.”(HR.Abu Ya`la, Thabrani dan Baihaqi).29

    Dengan demikian faktor yang mempengaruhi dalam pembentukan akhlak pada

    diri anak ada dua hal. Pertama : Faktor dari dalam yaitu potensi fisik, intelektual dan

    hati (rohaniah) yang dibawa si anak dari sejak lahir, dan faktor dari luar yang dalam

    hal ini adalah kedua orang tua di rumah, guru di sekolah, dan tokoh-tokoh serta

    pemimpin di masyarakat. Melalui kerja sama yang baik antara tiga lembaga

    pendidikan tersebut, maka aspek kognitif (pengetahuan), afektif (pengalaman) dan

    psikomotorik (pengalaman) ajaran yang diajarkan akan terbentuk pada diri anak. Dan

    inilah yang selanjutnya dikenal dengan manusia seutuhnya.

    29Jalaluddin Abdurrahman Bin Abu Bakar Suyuthi, Jami’ Ussaghir (Beirut : Daarul Fikr,1981), Jilid II, h. 127.

  • 29

    BAB III

    REMAJA DAN PROBLEMATIKANYA

    A. Pengertian Remaja

    Remaja adalah suatu tingkat berasal dari kata latin “adolescere” yang berarti

    “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”. Dalam bahasa Inggris kata “adolescent”

    diartikan sebagai suatu periode perkembangan manusia yang dimulai dengan masa

    cukup umur (puber) dan berakhir dengan tercapainya kematangan sebagai orang

    dewasa.30

    Dalam buku-buku Angelsaksis (Hill/Monks 1977) maka istilah "pemuda" (youth)

    memperoleh arti yang baru yaitu suatu masa peralihan antara masa remaja dan masa

    dewasa.31

    Remaja adalah anak dalam usia 13 tahun sampai 21 tahun, bila kita meninjau dari

    segi usia, tapi bila ditinjau dari segi tingkah laku, banyak yang di atas 21 tahun

    bertingkah laku seperti remaja. Remaja juga merupakan pribadi yang sedang tumbuh

    dan berkembang menuju kedewasaan. Dalam perkembangannya tidak sedikit

    perubahan-perubahan yang dialami, perubahan fisik seringkali diikuti oleh adanya

    perubahan emosional, yang kemudian menjelma menjadi remaja yang sensitive,

    mudah sekali terpancing oleh suasana sekitarnya, dan cepat sekali mengikuti

    perubahan yang terjadi pada lingkungannya, suka sekali mengikuti mode-mode

    30Danuyansa Asih Wardji, (ed), Enslikopedi Psikologi, (Jakarta: Arcam, 1996), cet ke-1, h.6.31F.J. Monks- A.M.P. Knoers (Siti Rahayu Haditono), Psikologi perkembangan, (Yogyakarta:

    Gajah Mada University Press, 2002), h.262.

  • 30

    yang sedang berlaku tanpa berpikir lagi, apakah sesuai atau tidak pokoknya ikut

    perkembangan masa, dan remaja tersebut bersifat labil.32

    Sebenarnya masa remaja adalah masa peralihan, yang ditempuh oleh seseorang

    dari kanak-kanak menuju dewasa. Atau dapat dikatakan bahwa masa remaja adalah

    perpanjangan masa kanak-kanak sebelum mencapai masa dewasa. Anak-anak jelas

    kedudukkannya, yaitu yang belum dapat hidup sediri, belum matang dari segala segi,

    hidup masih bergantung pada orang dewasa dan belum dapat diberi tanggung jawab

    atas segala hal. Masa dewasa juga jelas. Pertubuhan jasmani telah sempurna,

    kecerdasan dan emosi telah cukup berkembang.33

    Definisi-definisi di atas dengan jelas memberikan pengertian bahwa remaja

    adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir. Masa ini

    merupakan masa peralihan di mana ia bukan lagi anak-anak tetapi belum juga

    sepenuhnya menjadi orang dewasa.

    B. Ciri-ciri Remaja

    Masa remaja adalah masa peralihan di antara masa anak-anak dan masa dewasa,

    bukan hanya dalam artian psikologis tetapi juga pisik. Bahkan perubahan-perubahan

    fisik yang terjadi itulah yang merupakan gejala primer dalam pertumbuhan remaja,

    sedangkan perubahan-perubahan psikologis yang muncul akibat dari perubahan-

    32 Ny. Mahdiah, Remaja, Da'wah Islam Dan Perjuangan, (Jakarta: Kalam Mulia, 1993), h.5-6.

    33 Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1970), 69-70.

  • 31

    perubaha fisik itu.34 Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dari sudut

    keperibadiannya maka remaja mempunyai berbagai ciri tertentu, baik yang bersifat

    badaniah (biologis) maupun spritual (psikologis). Untuk lebih spesifiknya penulis

    akan menguraikanya.

    1. Perkembangan Biologis ( Fisik )

    Perkembangan fisik dan seks anak yang berusia 12-19 tahun sedang berada dalam

    pertumbuhan yang sangat pesat sekali. Suara yang tadinya nyaring kekanak-kanakan

    menjadi berubah, badanpun ikut berubah menjadi tinggi dan besar, berubah menjadi

    seorang remaja. Produksi hormon seks meningkat sehingga timbul ciri-ciri seks

    sekunder, seperti timbulnya bulu-bulu pada tempat tertentu, pada ketiak, sekitar alat

    kelamin, kumis, jenggot, jambang dan lain-lain. Perubahan biologis yang terjadi pada

    anak laki-laki yaitu bahu makin bidang, otot-ototnya makin berkembang sehingga

    nampak gagah. Sedangkan perubahan biologis pada anak wanita adalah mengalami

    masa menstruasi (haid), kemudian pinggul semakin lebar sebagai penyangga yang

    kokoh bagi bayi yang akan dikandungnya kelak.35

    Pada masa ini pertumbuhan badan remaja dapat menyebabkan tanggapan

    masyarakat yang beda pula. Mereka dapat diharapkan dapat memenuhi tanggung

    jawab orang dewasa, tetapi berhubung antara pertumbuhan fisik dan pematangan

    psikisnya masih ada jarak yang cukup lebar, maka kegagalan yang sering dialami

    34 Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi remaja, ( Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1989),h.51.

    35 Syafari soma dan hajaruddin, Menanggulangi Remaja Kriminal Islam Sebagai Alternatif,(Bogor, CV. Bintang Tsurayya, 1995), h. 6.

  • 32

    remaja dalam memenuhi tuntutan sosial ini menyebabkan frustasi dan konflik-konflik

    batin pada remaja terutama bila tidak ada pengertian pada pihak orang dewasa.

    Hal ini merupakan salah satu sebab mengapa para remaja lebih dekat dengan teman-

    temannya sebaya daripada orang dewasa. Pertumbuhan anggota-anggota badan lebih

    cepat daripada badannya, hal ini membuat remaja untuk sementara waktu mempunyai

    proposi tubuh yang tidak seimbang.36

    2. Perkembangan Psikis ( Rohani )

    a. Perkembangan Moral dan Religi

    Moral dan religi merupakan bagian yang cukup penting dalam jiwa remaja.

    Sebagian orang berpendapat bahwa moral dan religi bisa mengendalikan tingkah laku

    anak yang beranjak dewasa ini sehingga ia tidak melakukan hal-hal yang merugikan

    atau bertentangan dengan kehendak atau pandangan masyarakat. Disisi lain tiadanya

    moral dan religi ini sering kali dituding sebagai faktor penyebab meningkatnya

    kenakalan remaja. Untuk remaja, "mores" atau moral merupakan suatu kebutuhan

    tersendiri oleh karena mereka sedang dalam keadaan membutuhkan pedoman atau

    petunjuk dalam rangka mencari jalannya sendiri.37

    Agama atau religi merupakan bagian yang cukup penting dalam jiwa remaja.

    Yang dimaksud dengan keagamaam atau religi adalah kepercayaan terhadap suatu zat

    yang mengatur dalam semesta ini adalah sebagian dari moral, sebab sebenarnya

    dalam keagamaan dan moral juga diatur nilai-nilai perbuatan yang baik dan yang

    36F.J. Monks-A.M.P. Knoers (Siti Rahayu haditono), Psikologi perkembangan, h.268.37Sarlito Wirawan sarwono, Psikologi Remaja, h.91-93.

  • 33

    buruk. Agama oleh karena juga memuat dan pedoman bagi remaja untuk bertingkah

    laku dalam kehidupan peribadi dan bermasyarakat, harus benar-benar tertanam dalam

    jiwa kaum remaja.38

    b. Perkembangan perasaan (sikap dan minat)

    Perasaan seseorang telah ada dan berkembang pada masa remaja. Perasaan

    sosial, ethis dan estetis mendorong remaja untuk menghayati prikehidupan yang

    terbiasa dalam lingkungan kehidupan agamis akan cenderung mendorong dirinya

    untuk lebih dekat ke arah hidup agamis. Sebaliknya bagi remaja yang kurang

    mendapat pendidikan dan siraman ajaran agama akan lebih mudah didominasi

    dorongan seksuil. Masa remaja merupakan masa kematangan seksuil. Didorong oleh

    perasaan ingin tahu dan perasaan super, remaja lebih mudah terperosok kearah

    tindakan seksuil yang negatif.39

    Perasaan seseorang telah berkembang semenjak ia bergaul dengan lingkungannya.

    Timbulnya sikap atau perasaan ini merupakan hasil dari pengamatan dan pengalaman

    individu dengan benda-benda fisik dilingkungannya. Sebagai suatu hasil dari

    lingkungan (lingkungan internal dan eksternal) yang juga berkembang, maka sudah

    tentu sikap dan perasaan ini juga berkembang.

    Sikap bagi remaja yang sedang berkembang terutama yang menonjol adalah sikap

    sosial, lebih-lebih sikap yang berhubungan dengan teman-teman sebayanya. Sikap

    positif remaja terhadap teman sebaya berkembang dengan pesat setelah mereka

    38Panut Panuju, Ida Umami, Psikologi Remaja, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1999), h.112.

    39Jalaluddin dan Ramayulis, Pengantar Ilmu jiwa Agama, (Jakarta: Kalam Mulia, 1998), h.40.

  • 34

    mengenal adanya kepentingan dan kebutuhan yang sama. Sikap solider atau senasib

    seperjuangan dirasakan dalam kehidupan kelompok. Simpati dan merasakan perasaan

    orang lain telah mulai berkembang. Remaja telah mulai bersikap sesuai denagan

    norma-norma kelompoknya. Sikap penyesuaian diri dengan teman-teman sebaya

    selalu dipertahankan remaja, walaupun hal itu dapat menimbulkan pertentangan

    antara remaja dengan orang tuanya, akibat perbedaan nilai.

    c. Perkembangan sosial

    Pada usia remaja, wawasan sosial putra dan Putri bertambah luas melampaui

    batas-batas keluarga dan jenisnya, Dalam masa ini remaja mengalami beberapa

    perubahan. Pada dirinya terbentuk sikap-sikap baru baik terhadap dirinya maupun

    kepada orang lain. Dalam pandangan masyarakat, remaja adalah masih anak-anak,

    bahkan diharapkan ia mampu memainkan peranan yang berbeda. Remaja dalam dunia

    sosialnya ini berusaha untuk mencapai kedewasaan, ia ingin tenggelam dalam

    berbagai kegiatan dan berusaha dengan kuat tenaga untuk mendapatkan kesayangan

    orang di sekitarnya.

    Remaja sebagaimana manusia lain adalah merupakan makhluk monodualis yaitu

    di samping sebagai pribadi atau individu sekaligus sebagai makhluk sosial, tidak ada

    satu pun orang yang dapat hidup tanpa tergantung pada masyarakat di sekitarnya.

    Manusia hidup mulai dari alam kandungan, kemudian dilahirkan dan melalui

  • 35

    tahapan-tahapan mulai dari masa kanak-kanak hingga remaja selalu membutuhkan

    atau bergantung dengan lingkungan sosial.40

    C. Kenakalan Remaja

    Istilah kenakalan remaja merupakan terjemahan dari kata "Juvenile Delinquency"

    yang dipakai di dunia Barat. Istilah ini menagandung pengertian tentang kehidupan

    remaja yang menyimpang dari berbagai pranata dan norma yang berlaku umum. Baik

    yang menyangkut kehidupan masyarakat, agama, serta hukum yang berlaku.41

    Juvenile delinquency ialah prilaku jahat (dursila), atau kejahatan/kenakalan anak-

    anak muda; merupakan gejala sakit (patalogis) secara sosial pada anak-anak dan

    remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabdian sosial, sehingga mereka itu

    mengembangkan bentuk tingkah-laku yang menyimpang. Anak-anak muda yang

    delinkuen atau jahat itu disebut juga sebagai anak cacat secara sosial. Mereka

    menderita cacat mental disebabkan oleh pengaruh sosial yang ada di tengah

    masyarakat.42

    Untuk lebih jelasnya mengenai kenakalan remaja M. Arifin mengemukakan

    secara panjang lebar dengan memberikan cirri pokok sebagai berikut:

    1. Tingkah laku yang mengandung kelainan-kelainan berupa prilaku atau tindakan

    yang bersifat a-normal, a-sosial, atau anti sosial. Dalam prilaku atau tindakan

    40Panut Panuju, Ida Umami, Psikologi Remaja, h. 122-123.41M.Arifin, Pedoman Pelaksanaan bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: Golden

    Terayon Press, cek ke-1, 1982), h. 89.42Kartini Kartono, Kenakalan Remaja, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,1985), h. 6.

  • 36

    tersebut terdapat pelanggaran terhadap norma-norma sosial, hukum, dan norma

    agama yang berlaku dalam masyarakat.

    2. Tingkah/Prilaku, perbuatan serta tindakan-tindakan yang bertentangan dengan

    nilai-nilai hukum atau undang-undang yang berlaku yang jika dilakukan oleh

    orang dewasa hal tersebut jelas merupakan pelanggaran atau tindak kejahatan

    (criminal) yang diancam dengan hukuman menurut ketentuan yang berlaku.

    3. Prilaku, tindakan dan perbuatan tersebut dilakukan oleh kelompok usia remaja.

    Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa, kenakalan remaja adalah perbuatan

    yang dilakukan oleh remaja yang bertentangan dengan norma-norma, baik norma

    agama, susila atau norma yang berlaku di masyarakat yang dapat merugikan dirinya

    dan orang lain, jika perbuatan melanggar hukum itu dilakukan oleh orang dewasa,

    maka dinamakan tindakan kriminal. 43

    D. Faktor-faktor yang Menyebabkan Kenakalan Remaja

    Pada dasarnya kenakalan remaja dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal

    dan faktor eksternal.

    1. Faktor internal adalah hal-hal yang bersifat intern yang berasal dalam diri remaja

    itu sendiri, baik sebagai akibat dari perkembangan atau pertumbuhan maupun akibat

    dari sesuatu jenis penyakit mental atau penyakit kejiwaan yang ada dalam diri remaja

    43Kartini Kartono, Kenakalan Remaja, h. 8o

  • 37

    itu sendiri. Dalam pendekatan agama, sering dikatakan lantaran disebabkan makin

    goyahnya iman seseorang.44

    Faktor- faktor internal meliputi:

    a. Cacat jasmani atau rohani akibat dari faktor keturunan, seperti penyakit jiwa

    (psychopath) yang tidak mendapatkan perawatan baik atau yang tidak

    mendapatkan penyaluran khusus yang ditangani secara psycheatris (kedokteran

    jiwa).

    b. Pembawaan yang negatif dan sukar untuk dikendalikan serta mengarah pada

    perbuatan nakal.

    c. Pemenuhan kebutuhan pokok yang tidak seimbang dengan keinginan remaja

    sehingga menimbulkan konflik pada dirinya yang penyalurannya atau jalan

    keluarnya kearah perbuatan nakal.

    d. Lemahnya kemampuan penguasaan diri sendiri serta sikap menilai terhadap

    keadaan sekitarnya yang negatif.

    e. Kurang mampu mengadakan penyesuaian diri dengan lingkungan-lingkungan

    yang baik, sehingga mencari pelarian, dan lepuasan dalam kelompok-kelompok

    remaja nakal (gang-gang)

    f. Tidak mempunyai kegemaran (hobby) yang sehat, sehingga canggung dalam

    tingkah laku kehidupan sehari-hari yang akibatnya dapat mencari pelarian atau

    mudah dipengaruhi oleh perbuatan nakal.

    44Larasati Pujidewanti, Tinjauan Pada Kalangan "Orang Dewasa", (Jakarta: Golden TerayonPress, 1994), cek.ke-1. h.52.

  • 38

    g. Perasaan rendah diri dan rasa tertekan yang tak teratasi.45

    2. Faktor eksternal adalah hal-hal yang mendorong timbulnya kenakalan seseorang

    yang bersumber dari luar diri pribadi orang yang bersangkutan. Terjelma dari kondisi

    lingkungan sekitar, atau keadaan masyarakat di sekelilingnya.46 Faktor yang

    bersumber dari luar diri pribadi remaja yang bersangkutan, antra lain:

    a. Faktor Keluarga

    Kiranya tidak dapat diingkari lagi bahwa keluarga merupakan lingkungan primer

    hampir setiap individu, sejak ia lahir sampai datang masanya ia meninggalkan rumah

    untuk membentuk keluarga sendiri. Sebagai lingkungan primer, hubungan antar-

    manusia yang paling insentif dan paling awal terjadi dalam keluarga. Sebelum

    seorang anak mengenal lingkungan yang lebih luas, ia terlebih dahulu mengenal

    lingkungan keluarganya. Karena itu sebelum ia mengenal norma-norma dan nilai-

    nilai dari masyarakat umum, pertama kali ia menyerap norma-norma dan nilai-nilai

    yang berlaku dalam keluarganya untuk dijadikan bagian dari kepribadiannya.47

    Dalam pandangan para pakar ilmu kesehatan jiwa, rumah yang baik ialah rumah

    yang memperkenalkan kebutuhan si remaja berikut tantangan-tantangannya untuk

    bisa bebas, kemudian membantu dan mensupportnya secara maksimal, dan memberi

    kesempatan serta sarana-sarana yang mengarah pada kebebesan. Tetapi selain itu, si

    45M.Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bmbingan dan Penyuluhan Agama, h. 81-82.46Larasati Pujidewanti, Tinjauan Kenakalan Pada Kalangan "Orang Dewasa",cet. Ke-1. h.

    52.47Sarlito Wirawan sarwono, Psikologi Remaja, h.111-112.

  • 39

    remaja yang juga perlu diberi support agar mau memikul tanggung jawab, mengambil

    keputusan dan merencanakan masa depannya.48

    Sebagaimana pendapat Agus Sujanto, bahwa:

    “Keluarga yang baik akan berpengaruh positif bagi perkembangan anak,sedangkan keluarga yang buruk akan berpengaruh negatif, oleh karena itu sejakkecil dibesarkan dalam keluarga dan untuk seterusnya sebagian waktunya adalahdidalam keluarga, maka sepantasnya kalau kemungkinan timbulnya kenakalanitu sebagian besar juga berasal dari keluarga. Seperti keluarga yang brokenhome, di antaranya karena orang tua yang bercerai, adanya kebudayaan bisudalam keluarga (keluarga yang tidak harmonis maka cendrung untuk selalubersifat individual dan pendidikan yang kurang baik, seperti memanjakananak”.49

    b. Faktor Sekolah

    Sekolah adalah lingkungan pendidikan sekunder. Bagi anak yang sudah

    bersekolah, maka lingkungan yang setiap hari dimasukinya selain lingkungan rumah

    adalah sekolahnya. Anak remaja yang sudah duduk di bangku SLTP atau SLTA

    umumnya menghabiskan waktu sekitar 7 jam sehari di sekolahnya. Ini berarti bahwa

    hampir sepertiga hari waktunya setiap hari dilewatkan remaja di sekolah. Tidak

    mengherankan kalau pengaruh sekolah terhadap perkembangan jiwa remaja cukup

    besar.50 Dalam rangka pembinaan anak ke arah kedewasaan, kadang-kadang sekolah

    dapat menjadi sebab timbulnya kenakalan remaja, hal ini terjadi, karena dalam

    sekolah itu terdiri dari:

    ` 48 M. Jamaluddin Ali Mahfuzh, Psikologi Anak dan Remaja Muslim, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2001), h.76.

    49Agus Sujanto, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Aksara Baru: 1981), cet, ke-1, h. 226.50 Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, h. 121.

  • 40

    1) Latar belakang remaja yang berbeda, tetapi dengan sistem persekolahan yang

    memiliki pengaturan yang sama, mereka dituntut untuk dapat berbaur

    dengan satu sama lain.

    2). Menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat pengaruh negatif yang menangani

    langsung proses antara lain kesulitan ekonomi yang dialami pendidik dapat

    mengurangi perhatiannya terhadap anak didik. Pendidik sering tidak masuk,

    akibatnya anak didik terlantar, bahkan sering terjadi pendidik marah kepada

    muridnya, selain itu juga disebabkan karena terjadinya perlakuan guru yang

    tidak adil, hukuman (sangsi-sangsi) yang kurang menunjang tercapainya

    tujuan pendidikan, ancaman yang tidak putus-putus disertai disiplin yang

    terlalu ketat dan kurangnya kesibukan belajar di rumah.51

    c. Faktor Masyarakat

    Masyarakat sebagai lingkungan tertier (ketiga) adalah lingkungan yang terluas

    bagi remaja dan sekaligus paling banyak menawarkan pilihan. Terutama dengan maju

    pesatnya teknologi, teknologi massa maka hampIr-hampir tidak ada batas-batas

    geografis, etnis, politis, maupun sosial antara satu masyarakat dengan masyarakat

    lainnya.52

    Menurut Prof. Dadang Hawari, bahwa faktor kondisi lingkungan sosial yang tidak

    sehat atau rawan merupakan faktor kondusif bagi anak atau remaja untuk berprilaku

    51 Zakiah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), h. 97.52 Sarlito wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, h. 128.

  • 41

    menyimpang. Faktor ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu: Pertama, faktor

    kerawanan masyarakat. Kedua, faktor daerah rawan.

    Kriteria dari kedua faktor tersebut antara lain : Faktor kerawanan masyarakat

    (lingkungan) antara lain : Tempat hiburan yang buka hingga larut malam bahkan

    sampai dinihari, peredaran alkohol, narkotika dan obat-obatan terlarang,

    pengangguran, anak-anak sekolah atau anak jalanan dan lain-lain.

    Daerah rawan (gangguan kamtibnas) antara lain :

    “Penyalahgunaan alkohol, narkotika dan zat adiktif lainnya, tawuran, kebut-

    kebutan, pencurian, perampokan, pembunuhan, pemerkosaan pengerusakan dan lain-

    lain.” 53

    Menurut analisis penulis, dari semua faktor yang telah tertulis di atas perlu

    mendapatkan perhatian dari berbagai segi disiplin, karena semuanya mempunyai

    peranan yang sangat besar dalam membentuk kepribadian anak didik, terutama bagi

    remaja yang sedang mengalami masa perubahan dan pergolakan emosi yang belum

    setabil dan senantiasa ingin meniru pada hal-hal yang mereka anggap baru, walau itu

    belum tentu baik bagi mereka.

    53Dadang Hawari,Al-Qur'an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Mental,(Jakarta: PT DanaBakti Prima Yasa, 1997), cet, ke-3, h.198-199.

  • 42

    BAB IV

    UPAYA PEMECAHAN PROBLEMATIKA REMAJA

    DENGAN AKHLAK ISLAMI

    A. Akhlak Islami Tiang Utama Pemecahan Problematika Remaja

    Menurut ajaran Islam berdasarkan praktek Rasulullah akhlak mulia adalah faktor

    yang sangat penting dalam membina suatu umat atau membangun suatu bangsa.

    Suatu pembangunan tidaklah ditentukan semuanya dengan faktor kredit dan investasi

    materil. Betapapun besarnya kredit dan investasi, kalau manusia sebagai

    pelaksananya tidak memiliki akhlak, niscaya segalanya akan berantakan akibat

    penyelewengan dan korupsi. Demikian juga suatu pembangunan tidak akan berjalan

    dengan melontarkan fitnah kepada lawan politik atau hanya mencari-cari kesalahan

    orang lain. Bukan pula dengan jalan memasang slogan kosong atau hanya dengan

    bertopang dagu. "Yang diperlukan oleh pembangunan adalah keikhlasan, kejujuran,

    jiwa kemanusiaan yang tinggi, sesuainya kata dan perbuatan, prestasi kerja,

    kedisiplinan, jiwa dedikasi dan selalu berorientasi kepada hari depan dan

    pembaharuan".54

    Masalah akhlak merupakan masalah yang menjadi perhatian orang di mana saja,

    baik dalam masyarakat yang maju maupun dalam masyarakat yang sedang

    berkembang. Kerusakan akhlak seseorang dapat mengganggu ketentraman orang lain.

    54 M. Amin, Sepuluh Induk Akhlak Terpuji, (Jakarta: Kalam Mulia, 1997) h. 8.

  • 43

    Jika dalam masyarakat banyak yang rusak akhlaknya¸ maka akan goncanglah

    keadaan masyarakat tersebut.

    Pemecahan problematika remaja dengan akhlak Islami bertujuan untuk

    mengarahkan mereka agar pada dirinya tumbuh akhlak yang mulia, sopan dalam

    berbicara dan berbuat, mulia dalam tingkah laku, bijaksana dalam mengambil segala

    keputusan, beradab, ikhlas, jujur dan suci. Apabila dalam diri remaja sudah tertanam

    akhlak Islami, maka prilaku atau tindakan akan sesuai dengan ketentuan-ketentuan

    agama, bangsa dan masyarakat. Dengan demikian diharapkan mereka dapat

    menghayati dan mengamalkan akhlak yang mulia ini, dengan penghayatan yang

    mendalam dan berarti akhlak ini menjadi bagian dari pribadi (remaja) dan tidak dapat

    dipisahkan lagi.

    B. Upaya Pemecahan dan Penanggulangan Kenakalan Remaja

    Masalah yang muncul dewasa ini adalah berkurangnya nilai-nilai moral di mata

    generasi muda. Mereka dihadapkan pada kontradiksi dan pengalaman moral, yang

    menyebabkan mereka bingung untuk memilih mana yang baik untuk mereka. Hal ini

    nampak jelas pada mereka yang hidup di kota-kota besar, yang mencoba

    mengembangkan diri ke arah kehidupan yang di sangka maju dan modern dimana

    berkecamuk aneka ragam kebudayaan yang masuk seolah tanpa adanya filternisasi di

    dalamnya.

    Sikap orang dewasa yang mengejar kemajuan lahiriyah tanpa mengindahkan

    nilai-nilai moral yang bersumber pada agama (akhlak Islami) yang dianutnya akan

    menyebabkan generasi muda yang kebingungan bergaul. Mereka akan

  • 44

    mempertanyakan konsep nilai-nilai moral yang diajarkan baik di sekolah maupun di

    pengajian. Mereka akan melihat betapa berbedanya apa yang ada di masyarakat

    dengan apa yang dipelajarinya dipelajarinya.

    Pemecahan adalah suatu keputusan atau jawaban dalam memecahkan sesuatu

    permasalahan baik dalam kehidupan, lingkungan dan sebagainya. Untuk

    mendekatkan masalah remaja atau kenakalan remaja pada suatu pemecahan yang

    tepat, maka hendaknya ditinjau terlebih dahulu dari subyeknya, kemudian baru pada

    bentuk dan sifat perbuatannya. Oleh karena itu remaja itu harus dipandang:

    1. Sebagai individu yang masih dalam masa transisi meningkat dewasa.

    2. Sebagai individu yang memerlukan dan berhak mendapatkan bantuan dalam masa

    perkembangannya.

    3. Sebagai individu yang menderita atau setidak-tidaknya mengalami kelainan

    perkembangan.

    4. Sebagai individu yang mengalami kesulitan dan kegagalan dalam proses

    pendidikan dalam pembinaan.

    5. Sebagai individu yang menjadi korban daripada perubahan-perubahan sosial,

    terutama akibat perkembangan teknologi yang kurang tepat penggunaannya.55

    Adapun sifat-sifat yang melekat pada diri remaja umumnya adalah dengan ciri-

    ciri sebagai berikut:

    55 Sahilun A. Nasir, Peranan Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problematika Remaja,(Jakarta: Kalam Mulia, 2002), cet, ke-2, h. 89.

  • 45

    "Memiliki energi dan fisik yang lengkap dan kuat, kurang pengalaman, memilikiidentifikasi khayal yang kuat, mengalami masa rekonstruksi, suka memberikanreaksi terhadap suatu tantangan, suka memberikan reaksi terhadap suatu keadaan,kecenderungan melawan otoritas, memiliki potensi yang hebat, mudah mengalamifrustasi, punya keinginan perhatian dan penghargaan serta peranan dalammasyarakat dan memiliki berbagai macam bentuk dorongan".56

    Setelah diketahui tentang keadaan remaja dan sifat-sifatnya serta beberapa faktor

    dan penyebab timbulnya problema remaja dan khususnya kenakalan remaja, maka

    perlu diadakan penanggulangan, pemecahan masalah atau jalan keluarnya.

    Untuk menghindari membengkaknya problema yang dihadapi oleh remaja, maka

    perlu sekali diadakan pencegahan yang terarah. Demikian juga dalam menghadapi

    kenakalan remaja perlu adanya tindakan-tindakan, yaitu:

    1. Tindakan preventif, yakni segala tindakan yang bertujuan mencegah timbulnya

    kenakalan-kenakalan.

    2. Tindakan represif, yakni tindakan untuk menindas dan menahan kenakalan remaja

    seringan mungkin atau menghalangi timbulnya peristiwa kenakalan yang lebih

    hebat.

    3. Tindakan kuratif, dan rehabilitas, yakni memperbaiki akibat perbuatan nakal,

    terutama individu yang telah melakukan perbuatan tersebut.57

    56 Sahilun A. Nasir, Peranan Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problematika Remaja,h. 90.

    57Ny. Y. Singgih D. Gunarsa dan Dr. Singgih D. Gunarsa, Psikologi Remaja, ( Jakarta: BPKGunung Mulia, 1983), h. 161

  • 46

    1. Tindakan Preventif

    a. Usaha yang sifatnya preventif dapat dilakukan melalui pencegahan timbulnya

    kenakalan remaja secara umum.

    1). Usaha mengenal dan mengetahui ciri umum dan khas remaja.

    2). Mengetahui kesulitan-kesulitan yang secara umum dialami oleh para remaja.

    Kesulitan-kesulitan manakah yang biasanya menjadi sebab timbulnya

    penyaluran dalam bentuk kenakalan.

    3). Usaha pembinaan remaja, meliputi:

    a) Menguatkan sikap mental remaja supaya mampu menyelesaikan persoalan

    yang dihadapinya.

    b) Memberikan pendidikan bukan hanya dalam penambahan pengetahuan

    dan keterampilan, melainkan pendidikan mental dan pribadi melalui

    pengajaran agama, budi pekerti dan etika.

    c) Menyediakan sarana-sarana dan menciptakan suasana yang optimal demi

    perkembangan pribadi yang wajar.

    d) Usaha memperbaiki keadaan lingkungan sekitar, keadaan sosial keluarga

    maupum masyarakat di mana terjadi banyak kenakalan remaja.

    Dengan usaha pembinaan yang terarah para remaja mengembangkan diri dengan

    baik sehingga keseimbangan diri akak dicapai di mana tercipta hubungan yang

    serasiantara aspek rasio dan aspek emosi. Pikiran yang sehat akan mengarahkan

    mereka ke perbuatan yang pantas, sopan dan bertanggung jawab yang diperlukan

    dalam menyelesaikan kesulitan atau persoalan masing-masing.

  • 47

    b. Usaha pencegahan kenakalan remaja secara khusus yang dilakukan oleh para

    pendidik terhadap kelainan tingkah laku para remaja. Pendidikan mental di

    rumah tentunya merupakan tanggung jawab orang tua dan anggota keluarga

    lainnya yang sudah dewasa. Di sekolah pendidikan mental ini khususnya

    dilakukan oleh guru, guru pembimbing atau psikolog sekolah bersama para

    pendidik lainnya. Juga terlihat sarana pendidikan lainnya yang mengambil

    peranan penting dalam pembentukan pribadi yang wajar dengan mental yang

    sehat dan kuat.

    Sebagai langkah selanjutnya "Pemberian bimbingan terhadap para remaja dengan

    tujuan menambah pengertian para remaja mengenai:

    1) Pengenalan diri sendiri: menilai diri sendiri dan dalam hubungan dengan

    orang lain.

    2) Penyesuaian diri mengenal dan menerima tuntunan dan menyesuaikan diri

    dengan tuntunan tersebut.

    3) Orientasi diri: mengarahkan pribadi remaja kearah pembatasan antara diri

    pribadi dan sikap sosial dengan penekanan pada penyadaran nilai-nilai sosial,

    moral dan etik.58

    58H. Panut Panuju, Ida Umami, Psikologi Remaja (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1999),h. 163

  • 48

    Adapun bimbingan yang diberikan dapat dilakukan dengan dua pendekatan.

    a) Pendekatan langsung, yakni bimbingan yang diberikan secara pribadi pada

    si remaja itu sendiri. Melalui percakapan mengungkapkan kesulitan si

    remaja dan membantu mengatasinya.

    b) Pendekatan melalui kelompok di mana ia sudah merupakan anggota

    kumpulan atau kelompok kecil tersebut:

    (1). Memberikan wejangan secara umum dengan harapan dapat

    bermanfaat.

    (2). Memperkuat motivasi atau dorongan untuk bertingkah laku baik dan

    merangsang hubungan sosial yang baik.

    (3). Mengadakan perkumpulan/kelompok diskusi dengan memberikan

    kesempatan mengemukakan pendapat/pandangan dan para remaja

    memberikan pengarahan yang positif.

    (4). Dengan melakukan permainan bersama dan bekerja dalam kelompok

    di pupuk solidaritas dan persekutuan dengan Pembimbing.59

    2. Tindakan Represif

    Selanjutnya ialah usaha-usaha atau tindakan represif. Tindakan ini diartikan,

    semua tindakan secara hukum yang ditujukan kepada remaja yang melakukan

    kenakalan yang melanggar hukum, atau orang yang secara langsung membantunya,

    atau menjadi penyebab sehingga remaja itu melanggar hukum.

    59H. Panut Panuju, Ida Umami, Psikologi Remaja h. 164

  • 49

    Adapun ruang lingkup tindakan represif meliputi:

    a. Razia terhadap tempat-tempat atau barang-barang yang dapat dijadikan

    tempat atau alat berbuat nakal oleh para remaja.

    b. Penyidikan atau pengutusan dan pemeriksaan terhadap remaja yang berbuat

    nakal.

    c. Penahanan sementara untuk kepentingan pemerisaan dan perlindungan bagi

    remaja.

    d. Penuntunan dan peradilan terhadap perkara yang melanggar hukum. Setiap

    tindakan oleh yang berwenang secara hukum supaya bersifat mendidik dan

    menolong remaja agar mereka menyadari akan perbuatannya yang keliru itu.

    Selanjutnya mereka kembali memperoleh harga diri, sehingga mereka bukan saja

    menolong dirinya sendiri, tetapi juga menolong para petugas untuk mencari jalan dan

    cara-cara pemecahan problema remaja. Disini selalu digunakan pendekatan yang

    bersifat psychologis dan peadagogis.

    Prinsip utama dalam semua proses penindakan secara hukum, supaya

    diperhatikan:

    1) Perlakuan terhadap remaja harus bersifat khusus, artinya berbeda dengan

    perlakuan terhadap orang-orang dewasa atau juga terhadap anak-anak.

    2) Setiap tindakan tidak bersifat menghukum, tidak merupakan balas

    dendam, tetapi hendaklah bertujuan untuk menolong, mendidik dan

    melindungi atas dasar rasa kasih sayang dan bersifat kekeluargaan seperti

    ayah terhadap anaknya sendiri.

  • 50

    3) Hak-hak remaja sebagai individu yang sedang tumbuh dan berkembang

    meningkat dewasa harus diperhatikan dengan sungguh-sungguh.60

    Kalau di sekolah atau di lingkungan sekolah, maka kepala sekolahlah yang

    berwenang dalam pelaksanaan hukuman terhadap pelanggaran tata tertib sekolah.

    Dalam beberapa hal gurupun berhak bertindak, misalnya dalam pelanggaran tata

    tertib kelas, ulangan atau waktu ujian, akan tetapi hukuman yang berat seperti

    skorsing atau pengeluaran dari sekolah merupakan wewenang Kepala Sekolah. Guru

    dan para pembimbing hanya bertugas menyampaikan data-data mengenai

    pelanggaran maupun akibat-akibatnya.

    Pada umumnya tindakan represif diberikan dalam membentuk memberikan

    peringatan secara lisan maupun secara tertulis kepada pelajar dan orang tua\ walinya.

    Juga melakukan pengawasan khusus oleh Kepala Sekolah dan team guru atau

    pembimbing dan melarang sekolah untuk sementara waktu atau seterusnya,

    tergantung kepada pelanggaran tata tertib sekolah yang telah ditentukan.

    3. Tindakan Kuratif

    Selajutnya ialah usaha atau tindakan secara kuratif dan rehabilitasi, yaitu setelah

    usaha dan tindakan yang lain dilaksanakan. Tindakan ini merupakan pembinaan

    khusus untuk memecahkan dan menaggulangi problema kenakalan remaja.

    Pembinaan khusus memberikan kesan yang baik, bahwa seorang remaja itu diperbaiki

    60 Sahilun A. Nasir, Peranan Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problematika Remaja,h. 94-96.

  • 51

    dan diberikan dorongan, kesempatan dan fasilitas untuk menjadi baik kembali

    sesudah melakukan sesuatu yang dianggap tidak wajar atau tercela.

    Pembinaan khusus diartikan sebagai kelanjutan usaha atau daya upaya untuk

    memperbaiki kembali sikap dan tingkah laku remaja yang melakukan kenakalan

    dengan tujuan agar remaja tersebut dapat kembali memperoleh kedudukan yang layak

    ditengah-tengah pergaulan sosial dan berfungsi secara wajar.

    Prinsip dan pembinaan khusus ini adalah:

    a. Sedapat mungkin dilakukan ditempat orang tua\ walinya.

    b. Kalau dilakukan oleh orang lain, maka hendaklah orang lain berfungsi

    sebagai orang tua atua walinya.

    c. Kalau di sekolah atau di asrama, hendaknya diusahakan agar tempat itu

    berfungsi sebagai rumahnya sendiri.

    d. Dimanapun remaja iti ditempatkan, namun hubungan kasih sayang dengan

    orang tua atau familinya tidak boleh diputuskan.

    e. Remaja itu harus dipisahkan dari sumber pengaruh buruk.

    Allah berfirman :

    ما بطنفواحش ما ظهر منها وتقربوا الال

    Artinya: "Dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan keji, baik yangnampak diantaranya maupun yang tersembunyi". (QS. Al-An’am: 6: 51)

    f. Pembinaan khusus harus memperhatikan kegemaran, kepentingan, perhatian

    dan kebutuhan atau kemampuan remaja.

  • 52

    g. Ditempat pembinaan khusus, mereka harus tetep memperoleh hak-hak

    pendidikan agama dan harus diajar melayani diri sendiri, mencukupi

    kebutuhannya sendiri dengan usaha swasembada ditempat pembinaan itu.

    Adapun proses pembinaan khusus adalah:

    1) Tahap pertama sebagai persiapan ialah dengan menanamkan pengertian,

    pemberian bimbingan dan nasihat psychologis paedagogis.

    2) Tahap pengendalian kesadaran yaitu dengan menanamkan secara terus

    menerus pendidikan agama atau pendidikan mental dan budi pekrti yang

    baik dan bermanfaat.

    3) Tahap penambahan pengetahuan yaitu dengan pemberian kecakapan dan

    keterampilan yang serba guna.

    4) Tahap penyaluran dan pengarahan yaitu untuk dikembalikan kepada

    lingkungan semula dan kepada pergaulan sosial yang baik.

    5) Tahap pengawasan yaitu setelah remaja dikembalikan kedalam lingkungan

    pergaulan sosial yang lebih luas, perlu adanya pengawasa-pengawasan.61

    Dari uraian di atas dapatlah diketahui bahwa problema remaja maupun

    kenakalan remaja dapat ditanggulangi, baik secara preventif, represif, maupun kuratif

    dan rehabilitasi.

    61 Sahilun A. Nasir, Peranan Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problematika Remaja,h.97- 99

  • 53

    Pada setiap tindakan preventif, represif, maupun kuratif, pendidikan agama

    selalu dibutuhkan dan dipergunakan, karena pendidikan agama adalah suatu amal

    kebajikan, sedangkan kebajikan bias menghapuskan kejelekan.

    Sebagaimana Firman Allah :

    ن احلسنات يذهنب السيئات ذلك ذكرى للذاكرينإ

    Artinya: “Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskanperbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orangyang ingat”. (QS. Hud: 11:114)

    Pendidikan agama adalah obat yang paling ampuh untuk mengatasi segala

    problema remaja, karena memang setiap penyakit ada obatnya. Maka obat dari setiap

    penyakit mental adalah agama. Oleh karena itu, mengenai pemecahan problema

    remaja perlu ditinjau dari sudut pendidikan agama dan juga ditinjau dari ilmu yang

    berhubungan dengannya, misalnya psikologi agama.62

    C. Bimbingan dan Fungsi Agama Terhadap Pemecahan Problematika Remaja

    Bimbingan secara harfiyah adalah “menunjukkan, memberi jalan, atau

    menuntun” orang lain kearah tujuan yang bermanfaat bagi hidupnya di masa kini dan

    masa mendatang. Sedangkan secara istilah “Bimbingan” merupakan terjemahan dari

    62Sahilun A. Nasir, Peranan Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problematika Remaja,h. 99.

  • 54

    kata bahasa inggris GUIDANCE yang berasal dari kata kerja “to guide” yang berarti

    “menunjukkan”.63

    Telah dimaklumi bahwa agama itu berfungsi sebagai penyelamat,

    pembimbing, pendidik (edukatif), pengawas, pemersatu dan pengubah (trasformatif).

    Sehingga agama itu dapat mengatasi segala macam problema remaja dan kenakalan

    remaja.

    Prof. Dr. Zakiah Daradjat dalam bukunya yang berjudul Peranan Agama

    dalam Kesehatan Mental, membagi fungsi agama dalam kehidupan menjadi tiga

    bagian, di antaranya:

    1. Agama memberikan bimbingan dalam hidup

    Pengendali utama kehidupan manusia adalah kepribadian yang mencangkup segala

    unsur-unsur pengalaman, pendidikan dan keyakinan yang didapatnya sejak kecil.

    Agama yang ditanamkan sejak kecil kepada anak-anak sehingga merupakan bagian

    dari unsur-unsur kepribadian, akan cepat bertindak menjadi pengendali dalam

    menghadapi segala keinginan-keinginan dan dorongan-dorongan yang timbul

    karena keyakinan terhadap agama yang menjadi bagian dari kepribadian itu, akan

    mengatur sikap dan tingkah laku seseorang secara otomatis dari dalam.

    2. Agama adalah penolong dalam kesukaran

    Kesukaran yang paling sering dihadapi orang adalah adalah kekecewaan. Apabila

    kekecewaan terlalu sering dihadapi dalam hidup ini, pesimis akan apatis dalam

    63M. Arifin. M.Ed, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: PT.Golden Terayon Press), h.1

  • 55

    hidupnya, kekecewaan-kekecewaan yang dialaminya itu akan sangat mengelisahkan

    batinnya.

    Lain halnya dengan orang yang benar-benar menjalankan agamanya. Setiap

    kekecewaan yang menimpanya tidak akan memukul jiwanya. Ia tidak akan putus

    asa, tapi ia akan menghadapinya dengan tenang. Dengan cepat ia akan ingat dengan

    Tuhan dan menerima kekecewaan itu dengan sabar dan tenang.

    3. Agama menentramkan batin

    Belakangan ini banyak persoalan anak-anak yang sedang dalam usia remaja banyak

    tumbuh dengan segala persoalan dan kesukarannya. Bagi jiwa yang sedang gelisah,

    agama akan memberi jalan dan siraman penenang hati. Tidak sedikit kita

    mendengar orang yang kebingungan dalam hidupnya selama ia belum beragama,

    tetapi setelah mengenal dan menjalankan agama, ketenangan jiwa akan datang.64

    Dengan ringkas dapat dikatakan, bahwa agama sangat perlu dalam kehidupan

    manusia, baik bagi orang tua, maupun bagi anak-anak (remaja). Khusus bagi remaja,

    agama merupakan bibit terbaik yang diperlukan dalam pembinaan kepribadiannya.

    Anak yang tidak pernah pernah mendapatkan pendidikan agama di waktu kecilnya,

    tidak akan merasakan kebutuhan terhadap agama di kala dewasa nanti.65

    Demikian pula problem yang terdapat pada remaja, dapat diketahui melalui

    prilakunya. Kalau problem itu bersumber pada kejiwaan seseorang, maka dengan

    mudah untuk mengatasinya yaitu melalui kejiwaan pula. Begitu pula mengenai

    64Zakiah Daradjat, Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, (Jakarta: PT. Toko GunungAgung Tbk, 2001), h.50-54

    65Zakiah Daradjat, Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, h.55

  • 56

    kesadaran beragama bagi remaja dapat diteliti dan diatasi melalui Ilmu Jiwa Agama.

    Mengenai problema yang terjadi pada remaja, sebenarnya bersangkutpaut dengan

    pengaruh lingkungan dimana remaja itu hidup. Maka, dalam hal ini faktor yang

    sangat penting bagi remaja adalah agama, karena agama memegang peranan yang

    sangat menentukan bagi kehidupan remaja terutama dalam mengatasi berbagi

    persoalan hidup yang dialaminya, karena sudah terbukti bahwa agama mempunyai

    peranan penting dalam perawatan jiwa.

    Sudah dapat dimaklumi bahwa pengobatan jiwa itu sudah akan dapat

    dijalankan sebaik-baiknya, bila ia tidak disandarkan pada agama terutama bila

    kesusahan kejiwaan itu agak sulit adanya. Begitulah di antara peryataan dokter ahli

    jiwa. Peryataan lain yang juga menegaskan tentang berapa besar faedah agama

    dilapangan kedokteran ialah dari Dr. Hadfield yang sudah bertahun-tahun melakukan

    pengobatan kejiwaan sampai pada kesimpulan bahwa:

    “Saya telah mencoba menyembuhkan penderita kerusakan keseimbangan syaraf

    dengan jalan mengisyaratkan (suggestions) ketenangan dan kepercayaan, tetapi

    usaha ini baru berhasil baik sesudah ia dihubungkan dengan keyakinan akan

    kekuasaan Tuhan”. 66

    Demikianlah betapa pentingnya agama dalam mengatasi problema remaja,

    karena agama sangat berpengaruh, dalam mengobati penyakit jasmani dan rohani.

    Diantara obat-obatan yang sebaik-baiknya untuk penyakit ialah berbuat amal

    66Aulia, Agama dan Kesehatan Badan, (Jakarta: Bulan Bintang, 1980) h.15

  • 57

    kebaikan, berzikir, berdo’a, serta memohon dan mendekatkan diri kepa Allah serta

    bertaubat. Seperti firman Allah :

    وهدى ورمحه يا أيها الناس قد جاءكم موعظكم من ربكم وشفاء ملا ىف الصدور للمؤمنني

    Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya telah dating kepadamu pelajaran dariTuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit yang berada dalam dadadan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman”. (Q.S Yunus:10: 57)

    Perlu diketahui bahwa manusia adalah salah satu makhluk ciptaan Allah, yang

    membutuhkan pendidikan termasuk juga pendidikan agama. Sebab dalam diri

    manusia sudah terdapat fitrah atau kemampuan dasar (prepoten feflexes) rohani dan

    jasmani yang tidak dapat dikembangkan dengan baik tanpa adanya bimbingan dari

    pendidik. Pada hakekatnya pendidikan itu suatu ikhtiar manusia untuk membantu dan

    mengarahkan fitrah manusia itu supaya sampai kepada titik maksimal yang dapat

    dicapai sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan. Untuk itulah maka pendidikan,

    khususnya pendidikan agama berlangsung terus menerus atau seumur hidup (long life

    education).

    Oleh karena itu, pendidikan agama sangat penting, terutama dalam

    memecahkan problema remaja, akhlak, seks dan perkembangan pribadi dan sosial

    remaja. Problema-problema tersebut secara prinsipil harus approach secara

    paedagogis, bukan secara kriminologis, karena penyelesain problema itu harus bisa

    membawa keuntungan bagi pribadi remaja sebagai anggota masyarakat dan warga

    Negara yang baik.

  • 58

    Pendidikan agama pada sekolah akan dapat berhasil dengan baik sesuai

    dengan tujuan yang akan dicapai, atau bisa mengatasi dan memecahkan problema

    remaja dengan cepat apabila:

    a. Pendidik agama memberikan materi pendidikan agama sesuai dengan

    kebutuhan perkembangan anak.

    b. Pendidik agama bisa memberi contoh tauladan yang baik sesuai dengan misi

    yang dibawanya.

    c. Pendidik agama perlu memilih dan menerapkan berbagai metode dan sarana

    serta prasarana yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak didik.

    d. Pendidik agama bisa bekerjasama dengan orang tua atau pendidik agama yang

    betul-betul memegang amanat orang tua murid, karena guru adalah pembantu

    dan pengganti orang tua dalam pendidikan.67

    Dengan pendidikan agama, maka jiwa remaja akan menjadi tenang dan akan

    mudah mengatasi setiap problema yang terjadi pada dirinya. Peranan agama akan

    sangat besar terhadap remaja terutama mereka yang mengalami kegoncanggan dan

    ketidaktenangan dalam keluarga. Apabila remaja tidak menyakini suatu agama atau

    tidak mendapatkan pendidikan dan pengalaman keagamaan sejak kecil, maka pada

    waktu remaja ia akan langsung menghadapi kesukaran pribadinya.

    Demikian juga bagi remaja yang kurang mendapatkan pendidikan agama sejak

    sampai masa remaja, maka mereka akan gelisah dalam menghadapi problema remaja

    67Sahilun A. Nasir, Peran Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problema Remaja, h. 6

  • 59

    dan akan mudah untuk melakukan pelanggaran agama dan norma susila. Dr. Zakiah

    Daradjat menjelaskan bahwa:

    “Suatu kenyataan yang mencemaskan belakangan ini ialah keberanian sementararemaja melakukan pelanggaran susila, baik wanita maupun pria. Bahkan diantaramereka ada berpendapat bahwa hubungan antara wanita dan pria tidak perludibatasi dan tidak usah dikontrol oleh orang tua. Biasanya kenakalan seperti inidisertai dengan tindakan mengganggu ketenteraman masyarakat. Pada umumnyaanak remaja yang dengan mudah melakukan pelanggaran susila itu adalah merekayang kurang mendapatkan pendidikan agama”.68

    Tetapi bagi remaja yang telah banyak mendapatkan materi pendidikan agama, lalu

    diamalkannya, maka mereka akan selamat dari pelanggaran susila, akan terhindar dari

    perbuatan keji dan munkar serta dapat menguasai nafsunya dalam arti dapat

    mencegah timbulnya problema pada dirinya. Suatu contoh ialah remaja yang

    berpuasa dengan sungguh-sungguh, shalat dengan tekun dan membaca Al-Qur’an

    dengan dihayati artinya, maka remaja itu secara preventif dan kuratif akan dapat

    memecahkan problema yang dialaminya.

    Seperti Allah berfirman:

    ن للناس وهدى وموعظة للمتقنيبياھذا

    Artinya: "(Al- Qur'an) ini adalah penerang bagi seluruh manusia dan petunjuk sertapelajaran bagi orang-orang yang bertaqwa" (Q.S Ali Imran:3: 138)

    Karena itu, peranan agama sangat penting dan menentukan bagi remaja yang

    sedang mengalami masa pancaroba dalam hidupnya. Sebagaimana yang telah

    dijelaskan oleh Dr. Zakiah Daradjat bahwa:

    68 Zakiah Daradjat, Peranan Jiwa Untuk Anak-Anak, (Jakarta: Bulan Bintang, 1982), h. 481.

  • 60

    "Dalam hal itu, suatu faktor penting yang memegang peranan yang menentukandalam kehidupan remaja adalah agama. Tapi sayang sekali, dunia modern kurangmenyadari betapa penting dan hebatnya pengaruh agama dalam kehidupanmanusia, terutama pada orang-orang yang sedang mengalami gangguan jiwa,dimana umur remaja terkenal dengan umur goncangan, karena pertumbuhan yangdilaluinya dari segala bidang dan sgi kehidupan".69

    Dapat kita tegaskan bahwa pendidikan agama merupakan kebutuhan bagi para

    remaja, karena dengan agama jiwa remaja bisa stabil dalam mengahadapi persoalan

    hidupnya.

    Karena itu agama a