18
1. Epidemiologi Atelektasis lebih sering didapati pada anak dengan usia kurang dari 10 tahun karena saluran udara yang lebih sempit dan lebih mudah terobstruksi oleh sekret, serta peradangan saluran napas. Selain itu, saluran udara yang lebih kecil lebih mudah dikompresi dan pada anak-anak cenderung tidak ada ventilasi kolateral (Bye, 2013) Atelektasis pasca operasi dan lobar atelektasis umum terjadi di Amerika, namun insiden dan prevalensi gangguan ini tidak terdokumentasi dengan baik. Kematian pasien tergantung pada penyebab yang mendasari atelektasis. Pada atelektasis pasca operasi, kondisi umumnya membaik. Prognosis lobar atelektasis sekunder, obstruksi endobronkial, tergantung pada pengobatan keganasan (Madappa, 2014). 2. Definisi Berasal dari bahasa Yunani, atelek dan ektasis yang berarti ekspansi yang tidak lengkap. Atelektasis diartikan sebagai volume yang berkurang mempengaruhi seluruh atau sebagian dari paru (Madappa, 2014). Atelektasis merupakan keadaan ketika sebagian/sekuruh paru mengempis dan tidak mengandung udara (Djojodibroto, 2009). 3. Etiopatogenesis 1

Atelektasis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Atelektasis

Citation preview

1.EpidemiologiAtelektasis lebih sering didapati pada anak dengan usia kurang dari 10 tahun karena saluran udara yang lebih sempit dan lebih mudah terobstruksi oleh sekret, serta peradangan saluran napas. Selain itu, saluran udara yang lebih kecil lebih mudah dikompresi dan pada anak-anak cenderung tidak ada ventilasi kolateral (Bye, 2013)Atelektasis pasca operasi dan lobar atelektasis umum terjadi di Amerika, namun insiden dan prevalensi gangguan ini tidak terdokumentasi dengan baik. Kematian pasien tergantung pada penyebab yang mendasari atelektasis. Pada atelektasis pasca operasi, kondisi umumnya membaik. Prognosis lobar atelektasis sekunder, obstruksi endobronkial, tergantung pada pengobatan keganasan (Madappa, 2014).2.DefinisiBerasal dari bahasa Yunani, atelek dan ektasis yang berarti ekspansi yang tidak lengkap. Atelektasis diartikan sebagai volume yang berkurang mempengaruhi seluruh atau sebagian dari paru (Madappa, 2014). Atelektasis merupakan keadaan ketika sebagian/sekuruh paru mengempis dan tidak mengandung udara (Djojodibroto, 2009).3.EtiopatogenesisAtelektasis dapat disebebakan oleh obstruksi saluran pernapasan, kompresi jaringan parenkim paru pada bagian ekstratoraks, intratoraks, maupun proses pada dinding dada, penyerapan udara dalam alveoli, dan gangguan fungsi dan defisiensi surfaktan (Bye, 2013).1. Atelektasis ResorpsiTerjadi akibat adanya udara di dalam alveolus. Apabila aliran masuk udara ke dalam alveolus dihambat, udara yang sedang berada di dalam alveolus akhirnya berdifusi keluar dan alveolus akan kolaps. Penyumbatan aliran udara biasanya akibat penimbunan mukus dan obstruksi aliran udara bronkus yang mengaliri suatu kelompok alveolus tertentu. Setiap keadaan yang menyebabkan akumulasi mukus, seperti: fibrosis kistik, pneumonia, atau bronkitis kronik yang meningkatkan resiko atelektasis resorpsi. Obstruksi saluran napas menghambat masuknya udara ke dalam alveolus yang terletak distal terhadap sumbatan. Udara yang sudah terdapat dalam alveolus tersebut diabsorpsi sedikit demi sedikit ke dalam aliran darah dan alveolus menjadi kolaps. Atelektasis absorpsi dapat disebabkan oleh obstruksi bronkus intrinsikatau ekstrinsik. Obstruksi bronkus intrinsik paling sering disebabkan oleh sekret atau eksudat yang tertahan. Tekanan ekstrinsik pada bronkus biasanya disebabkan oleh neoplasma, pembesaran kelenjar getah bening, aneurisma atau jaringan parut. Pembedahan merupakan faktor resiko terjadinya atelektasis resorpsi karena efek anastesia yang menyebabkan terbentuknya mukus serta keengganan membatukkan mukus yang terkumpul setelah pembedahan. Hal ini terutama terjadi pada pembedahan di daerah abdomen atau toraks karena batuk akan menimbulkan nyeri yang hebat. Tirah baring yang lama setelah pembedahan meningkatkan resiko terbentuknya atelektasis resorpsi karena berbaring menyebabkan pengumpulan sekret mukus di daerah dependen paru sehingga ventilasi di daerah tersebut berkurang. Akumulasi mukus meningkatkan resiko pneumonia karena mukus dapat berfungsi sebagai media perkembangbiakan mikroorganisme.Atelektasis resorpsi juga dapat disebabkan oleh segala sesuatu yang menurunkan pembentukan atau konsentrasi surfaktan. Tanpa surfaktan tegangan permukaan alveolus sangat tinggi, meningkatkan kemungkinan kolapsnya alveolus. Bayi prematur dikaitan dengan penurunan produksi surfaktan dan tingginya insiden atelektasis resorpsi. Kerusakan sel alveolus tipe II yang menghasilkan surfaktan juga dapat menyebabkan atelektasis resorpsi. Sel-sel ini dihancurkan oleh dinding alveolus yang rusak, hal ini terjadi selama proses beberapa jenis penyakit pernapasan. Demikian juga dengan terapi tinggi oksigen dalam periode lebih dari 24 jam. Akibat tidak adanya sel-sel ini produksi surfaktan mengalami penurunan.2. Atelektasis KompresiTerjadi bila rongga pleura sebagian atau seluruhnya terisi dengan eksudat, darah, tumor, atau udara, bersifat reversibel jika udara dan cairan dihilangkan. Kondisi ini ditemukan pada pneumotoraks, efusi pleura, atau tumor dalam toraks. Keadaan ini terjadi ketika sumber dari luar alveolus menimpakan gaya yang cukup besar pada alveolus sehingga alveolus menjadi kolaps.Atelektasis kompresi terjadi jika dinding dada tertusuk atau terbuka, karena tekanan atmosfir lebih besar daripada tekanan yang menahan paru mengembang (tekanan pleura), dan dengan pajanan tekanan atmosfir paru akan kolaps. Atelektasis kompresi juga dapat terjadi jika terdapat tekanan yang bekerja pada paru atau alveoli akibat pertumbuhan tumor, distensi abdomen yang mendorong diafragma ke atas, atau edema dan penimbunan ruang interstisial yang mengelilingi alveolus. Tekanan ini yang mendorong udara ke luar dan mengakibatkan kolaps. Atelektasis tekanan lebih jarang terjadi dibandingkan dengan atelektasis absorpsi. Bentuk atelektasis kompresi biasanya dijumpai pada penyakit payah jantung, penyakit peritonitis atau abses diafragma yang dapat menyebabkan diafragma terangkat keatas dan mencetuskan terjadinya atelektasis. Pada atelektasis kompresi diafragma bergerak menjauhi atelektasis.3. Atelektasis KontraksiTerjadi akibat perubahan perubahan fibrotik jaringan parenkim paru lokal atau menyeluruh, atau pada pleura yang menghambat ekspansi paru secara sempura. Atelektasis kontraksi bersifat irreversible.4. MikroatelektasisMikroatelektasis (atelektasis adhesive) adalah berkurangnya ekspansi paru-paru yang disebabkan oleh rangkaian peristiwa kompleks yang paling penting yaitu hilangnya surfaktan. Surfaktan memilki phospholipid dipalmitoyl phosphatidylcholine yang mencegah kolaps paru dengan mengurangi tegangan permukaan alveolus. Berkurangnya produksi atauinaktivasi surfaktan, keadaan ini biasanya ditemukan pada NRDS (Neonatal Respiratory Distress Syndrome), ARDS (Adult Respiratory Distress Syndrome), dan proses fibrosis kronik.NRDS atau dikenal sebagai hyaline membrane disease merupakan keadaan akut yang terutama ditemukan pada bayi prematur, lebih sering pada bayi dengan usia gestasi dibawah 32 minggu yang mempunyai berat dibawah1500 gram. Bayi prematur lahir sebelum produksi surfaktan memadai. Surfaktan, suatu senyawa lipoprotein yang mengisi alveoli, mencegah alveoli kolaps dan menurunkan kerja respirasi dengan menurunkan tegangan permukaan. Pada defisiensi surfaktan, tegangan permukaan meningkat, menyebabkan kolapsnya alveolar dan menurunnya komplians paru, yang akan mempengaruhi ventilasi alveolar sehingga terjadi hipoksemia dan hiperkapnia dengan asidosis respiratorik.ARDS merupakan sindrom yang ditandai oleh peningkatan permeabilitas membran alveolar kapiler terhadap air, larutan,dan protein plasma, disertai kerusakan alveolar difus dan akumulasi cairan dalam parenkim paru yang mengandung protein. Cairan dan protein tersebut merusak integritas surfaktan di alveolus dan terjadi kerusakan yang lebih parah. Penyebab langsung ARDS adalah injuri pada epitel alveolus, seperti aspirasi isi gaster, infeksi paru difus, contusion paru, tenggelam, inhalasi toksik, sedangkan penyebab tidak langsung ialah sepsis, trauma non toraks, pankreatitis, dan transfuse darah yang masif.4.PatofisiologiMekanisme atelektasis obstruktif dan non-obstruktif sangat berbeda dan ditentukan oleh beberapa faktor (Madappa, 2014).1. Atelektasis ObstruktifBerhubungan dengan obstruksi bronkus, kapiler darah akan mengabsorbsi udara di sekitar alveolus, dan menyebabkan retraksi paru dan akan terjadi kolaps dalam beberapa jam. Pada stadium awal, darah melakukan perfusi paru tanpa udara, hal ini mengakibatkan ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi sehingga arterial mengalami hipoksemia. Jaringan hipoksia hasil dari transudasi cairan ke dalam alveoli menyebabkan edema paru, yang mencegah atelektasis komplit. Ketika paru-paru kehilangan udara, bentuknya akan menjadi kaku dan mengakibatkan dispnea, jika obstruksi berlanjut dapat mengakibatkan fibrosis dan bronkiektasis.2. Atelektasis Non-ObstruktifPenyebab utama yaitu oleh karena tidak adanya hubungan antara pleura viseralis dan pleura parietalis. Efusi pleura maupun pneumothorax menyebabkan atelektasis pasif. Efusi pleura yang mengenai lobus bawah lebih sering dibanding dengan pneumothorax yang sering menyebabkan kolaps pada lobus atas. Atelektasis adesif lebih sering dihubungkan dengan kurangnya surfaktan. Surfaktan mengandungphispolipid dipalmitoy phosphatidyicholine, yang mencegah kolaps paru dengan mengurangi tegangan permukaan alveoli. Kurangnya produksi atau inaktivasi surfaktan biasanya terjadi pada ARDS, pneumonitis radiasi, atau trauma tumpul ke paru yang menyebabkan alveoli tidak stabil dan kolaps. Kerusakan parenkim paru juga dapat menyebabkan atelektasis sikatrik yang membuat tarikan-tarikan yang bila terlalu banyak membuat paru kolaps, sedangkanreplacementatelektasis dapat disebabkan oleh tumor seperti bronchialveolar carcinoma.3. Platlike atelektasis (Focal atelectasis)Disebut jugadiscoidatau subsegmental atelektasis, tipe ini sering ditemukan pada penderita obstruksi bronkus dan didapatkan pada keadaan hipoventilasi, emboli paru, infeksi saluran pernafasan bagian bawah dengan horizontal atau platlike. Atelektasis minimal dapat terjadi karena ventilasi regional yang tidak adekuat dan abnormalitas formasi surfaktan akibat hipoksia, iskemia, hiperoxia, dan ekspos berbagai toksin.4. Postoperative atelektasisAtelektasis merupakan komplikasi yang umum terjadi pada pasien yang melakukan anastesi ataupun bedah, hal ini dapat disebabkan oleh disfungsi diafragma dan berkurangnya aktivitas surfaktan. Atelektasis ini biasanya pada bagian basal (bawah) paru ataupun segmen tertentu.5.Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Atelektasis1. ObesitasDijelaskan bahwa selama anestesi umum, pasien yang mengalami obesitas memiliki resiko lebih besar terbentuk atelektasis dibandingkan pada pasien non-obesitas. 2. Tipe AnastesiAtelektasis terbentuk akibat anastesi inhalasi dan intravena, terlepas dari apakah pasien bernapas spontan atau lumpuh dan menggunakan ventilasi mekanis. Ketamine adalah satu-satunya anastesi yang tidak mencetuskan terjadinya atelektasis ketika digunakan secara tunggal, meskipun terdapat hubungan dengan blokade neuromuskular, keadaan ini dapat mengakibatkan atelektasis. Efek ventilasi dari anestesi regional bergantung pada jenis dan luasnya blockade motorik. Blokade neuroaxial dapat megurangi kapasitas inspirasi hingga 20% dan volume cadangan ekspirasi yang mendekati nol, efek blokade yang kurang luas dapat mempengaruhi pertukaran gas paru yang hanya minimal, oksigenasi arteri dan eliminasi karbondioksida yang baik. Keadaan ini dipertahankan selama anestesi spinal dan epidural.3. Pengaruh PosisiPenurunan volume sisa fungsional paru merupakan faktor predisposisi terjadinya atelektasis, yaitu penutupan bronkus bagian bawah, sehingga dapat menciptakan pola khas atelektasis basis. Pada orang dewasa, terjadi perubahan FRC (Functional Respiratory Capacity) dari posisi tegak ke posisi terlentang, yaitu terjadi penurunan FRC dari 0,5 liter ke 1,0 liter, ketika pasien terjaga. Setelah anestesi, FRC berkurang dari 0,5 ke 0,7. Posisi trendelenburg memungkinkan isi perut mendorong diafragma sehingga terjadi penurunan FRC. Posisi terlentang pada pasien pasca bedah yang terbaring dalam waktu yang lama dapat menyebabkan pengurangan FRC dan dapat mencetuskan terjadinya atelektsis.4. Fraksi Oksigen TerinspirasiFraksi oksigen terinspirasi (FiO2) adalah jumlah oksigen yang dihantarkan atau diberikan ke pasien melalui ventilator. Konsentrasi berkisar 21-100%, Rekomendasi untuk pengaturan FiO2 pada awal pemasangan ventilator adalah 100%. Namun pemberian 100% tidak boleh terlalu lama sebab resiko keracunan oksigen akan meningkat. Keracunan O2 menyebabkan perubahan struktur pada membran alveolar kapiler, dan keadaan ini dapat menyebabkan edema paru, atelektasis, dan penurunan PaO2 yg refrakter (ARDS).Ketika gradien konsentrasi kapiler alveoli meningkat, kapiler akan menyerap oksigen secara berulang dan terjadilah atelektasis. Walaupun terdapat perbedaan pengguanaan konsentrasi oksigen, lebih baik jika FiO2 diberikan lebih dari 0,8.6.Manifestasi KlinisGejala yang paling umum didapatkan pada atelektasis adalah sesak napas, pengembangan dada yang tidak normal selama inspirasi, dan batuk. Gejala-gejala lainnya adalah demam, takikardi, adanya ronki, berkurangnya bunyi pernapasan, pernapasan bronkial, dan sianosis. Jika kolaps paru terjadi secara tiba-tiba, maka gejala yang paling penting didapatkan pada atelektasis adalah sianosis. Jika obstruksi melibatkan bronkus utama, mengi dapat didengar, dapat terjadi sianosis dan asfiksia, dapat terjadi penurunan mendadak pada tekanan darah yang mengakibatkan syok. Jika terdapat sekret yang meningkat pada alveolus dan disertai infeksi, maka gejala atelektasis yang didapatkan berupa demam dan denyut nadi yang meningkat (takikardi). Pada pemeriksaan klinis inspeksi didapatkan berkurangnya gerakan pada sisi yang sakit, bunyi nafas yang berkurang, pada palpasi ditemukan vokal fremitus berkurang, trakea bergeser ke arah sisi yang sakit, pada perkusi didapatkan pekak dan auskultasi didapatkan penurunan suara pernapasan pada satu sisi (Harrison, 2009).7.DiagnostikDiagnosis atelektasis ditegakkan berdasarkan gejala dan tanda yang didapatkan, serta pemeriksaan radiografi. Foto radiografi dada digunakan untuk konfirmasi diagnosis. CT scan digunakan untuk memperlihatkan lokasi obstruksi. Foto radiografi dada dilakukan dengan menggunakan proyeksi anterior-posterior dan lateral untuk mengetahui lokasi dan distribusi atelektasis. Sebagai dasar gambaran radiologi pada atelektasis adalah pengurangan volume paru baik lobaris, segmental, atau seluruh paru, yang akibat berkurangnya aerasi sehingga memberi bayangan yang lebih suram (densitas tinggi) dan pergeseran fissura interlobaris. Tanda-tanda tidak langsung dari atelektasis adalah sebagian besar dari upaya kompensasi pengurangan volume paru, yaitu: penarikan mediastinum ke arah atelektasis, elevasi hemidiafragma, sela iga menyempit, pergeseran hilus (Madappa, 2014; Bye, 2013; Sjahriar, 2009).

Gambar 1. Atelektasis pada lobus kiri bawah. Panah biru menunjukkan tepi daerah segitiga menunjukkan kepadatan yang meningkat pada sulkus cardiophrenikus kiri. Panah merah pada CT Scan aksial menunjukkan atelektasis pada lobus kiri bawah dibatasi oleh celah besar pengungsi.8.TerapiTujuan utama dari pengobatan adalah untuk mengeluarkan dahak dan kembali mengembangkan jaringan paru yang kolaps. Terapi bisa dimulai dengan fisioterapi thoraks agresif, tetapi mungkin memerlukan bronkoskopi untuk melepaskan sumbatan pada paru dan reekspansi segmen paru yang kolaps. Jika penyebab atelektasis adalah obstruksi parsial, maka langkah pertama adalah menghilangkan obstruksinya. Sebuah benda asing dapat dihilangkan dengan cara membuat pasien batuk, dengan suction, dan bronkoskopi (Hadjiliadis, 2014; Madappa, 2014).Sumbatan lendir dapat dilakukan dengan cara drainase postural, yaitu cara klasik untuk mengeluarkan sekret dari paru dengan mempergunakan gaya berat dan sekret itu sendiri. Drainase postural dapat dilakukan untuk mencegah terkumpulnya sekret dalam saluran nafas dan mempercepat pengeluaran sekret sehingga tidak terjadi ateletaksis. Selain itu, pasien juga dianjurkan untuk berbaring pada sisi normal sehingga paru yang kolaps mendapat kesempatan untuk kembali berkembang. Pasien dapat melakukan pernapasan yang dalam dengan tujuan agar paru dapat mengembang. Dalam kasus atelektasis yang dikarenakan oleh pengumpulan cairan di rongga pleura dilakukan drainase interkostalis (Hadjiliadis, 2014).Jika alveoli mengalami kompresi karena beberapa tumor di rongga dada, maka pengangkatan tumor dengan operasi harus dilakukan. Tetapi jika jaringan paru-paru yang rusak diperbaiki dan tidak dapat dikembalikan secara normal maka satu-satunya jalan untuk jenis atelektasis adalah lobektomi (Hadjiliadis, 2014; Madappa, 2014; Bye, 2013).Terapi medikamentosa yang dapat diberikan seperti bronkodilator, antibiotik, dan agen mukolitik. Bronkodilator (albuterol) dapat digunakan untuk mendorong dahak sputum dan meningkatkan ventilasi. Antibiotik spektrum luas (cefaclor) untuk mengobati infeksi yang mendasari, yang mungkin terjadi karena obstruksi bronkus. N-acetylcysteine aerosol tidak rutin dianjurkan karena risiko bronkokonstriksi dan kurangnya efikasi yang didokumentasikan (Madappa, 2014).9.PrognosisPrognosis sangat bergantung pada penyebab yang mendasari, dan luasnya paru-paru yang kolaps. Jika hanya sebagian kecil daerah paru-paru yang kolaps, prognosis sering sangat baik. Di sisi lain, atelektasis bisa menjadi kondisi yang mengancam hidup jika sebagian besar paru-paru terlibat, atau gejala-gejala muncul dengan cepat (Hadjiliadis, 2014).

10.Komplikasi (Madappa, 2014)1. Pnemonia. Keadaan ini diakibatkan oleh berkurangnya oksigen dan kemampuan paru untuk mengembang sehingga sekret mudah tertinggal dalam alveolus dan mempermudah menempelnya kuman dan mengakibatkan terjadinya peradangan pada paru.2. Hypoxemia dan gagal napas. Bila keadaan atelektasis dimana paru tidak mengembang dalam waktu yang cukup lama dan tidak terjadi perfusi ke jaringan sekitar yang cukup maka dapat terjadi hypoxemia hingga gagal napas. Bila paru yang masih sehat tidak dapat melakukan kompensasi dan keadaan hipoksia mudah terjadi pada obstruksi bronkus.3. Sepsis. Hal ini dapat terjadi bila penyebab atelektasis itu sendiri adalah suatu proses infeksi, dan bila keadaan terus berlanjut tanpa diobati maka mudahterjadi sepsis karena banyak pembuluh darah di paru, namun bila keadaan segera ditangani keadaan sepsis jarang terjadi.4. Bronkiektasis. Ketika paru paru kehilangan udara, bentuknya akan menjadi kaku dan mengakibatkan dyspnea, jika obstruksi berlanjut dapat mengakibatkan fibrosis dan bronkiektasis.11.Daftar PustakaBye, Michael R. 2013. Pulmonary Atelectasis. http://emedicine.medscape.com/article /1001160-overview#showall Diunduh pada 12 Mei 2015.Djojodibroto, Darmanto. 2009. Respirologi (Respiratory Medicine). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.Hadjiliadis, Denis. 2014. Atelectasis. http://www.nlm.nih.gov/medlineplus /ency/article/ 000065.htm Diunduh pada 12 Mei 2015.Harrison. 2009. Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Yogyakarta: Penerbut Buku Kedokteran EGC.Madappa, Tarun. 2014. Atelectasis. http://www.emedicine.medscape.com/ article/296468 Diunduh pada 12 Mei 2015Sjahriar, Rasad. 2009. Radiologi Diagnostik. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.9