Asuhan Keperawatan Tetanus

Embed Size (px)

Citation preview

ASUHAN KEPERAWATANTetanus

3.1 KasusTN A usia 13 tahun pelajar dari smp 15 surabaya dilarikan ke rumah sakit soewandi dengan Keluhan kesulitan bernapas . pasien terlihat keadaan kejang dan ototnya kaku dan mengeluh nyeri. Kesulitan untuk berbicara dan menelan. Pasien kesulitan untuk makan. Pasien tidak bisa beraktifitas dan hanya bisa terbaring karena spasmeDalam pemeriksaan ditemukan pasien terlihat sesak dengan RR 33x/menit. Suhu badan 36.7oC, BB: 45 KG, TB: 150 cm, TD: 120/80 mmHg, HR: 80x/menit, Skala nyeri 7/10.2 hari yang lalu telapak kaki tn A tertusuk paku berkarat saat bermain bola di lapangan tanpa alas kaki dan dibiarkan saja. Pasien tidak pernah mengalami penyakit kronis. Keluarga pasien juga mengatakan pasien tidak mempunyai epilepsi. Pasien tidak pernah mendapat Vaksin DPT.Pemeriksaan diagnostik menunjukkan: culture anaerob ditemukan C tetani, leukosit 9500 m/L Pasien mendapatkan tetanus immune globulin (TIG, penisilin IV, toksoid tetanus dan Pz 500 cc.3.2 Pengkajian1. Identitasa. Nama: TN Ab. Umur: 13 tahunc. Jenis kelamin: Priad. Diagnosa medis: tetanuse. Keluhan Utama: Sesak napas 2. Riwayat kesehatan sekarang: 2 hari yang lalu tertusuk paku karat mengeluh sesak kejang dan kaku.3. Riwayat kesehatan masa lalu: tidak memiliki penyakit Kronis, Tidak pernah epilepsi, tidak pernah mendapatkan Vaksin DPT4. Pemeriksaan fisikTTV: RR 33x/menit, Suhu badan 36.7oC, HR: 80x/menit, TD: 120/80 mmHgB1: terlihat sesak, RR 33x/menit.B2: HR: 80x/menit, TD: 120/80 mmHgB3: Pasien mengeluh nyeri dengan skala 7/10 saat ototnya kakuB4: NormalB5: kesulitan menelan, kesultan makanB6: kejang, ada spasme, ada luka bekas tusukan di telapak kaki kiri, ROM terbatas

Luka tusuk3.3 WOC

Port de entry kumanBakteri C.tetani masukBakteri bereplikasi

Menghasilkan neurotoxin tetanospasmin

Melalui sistem vaskuler

Toksisk di absorpsi oleh susunan limfatik

Aktivasi tetanospasmin oleh retrograde axonal transport ke spinal cord and batang otak

Masuk sirkulasi darah

merusak upper motor neurons dan tidak dapat mengontrol reflek responses ke afferent sensory stimuli menghasilkan kekakuan dan spasme ototmemblock neurotransmission

MK. Resiko cederakejangSulit menelanKaku otot leherKaku otot masseter

Kaku otot

Kaku otot intercostal, otot diafragmaKeterbatasan pergerakan rongga dadaMK: pola nafas tidak efektifVentilasi terganggu TakipneaKaku Otot ekstremitas

Rangsangan nosireseptor

Rangsangan Mediator nyeriRentang gerak menurunKaku otot menelanTrismus

MK. Hambatan mobilitas fisikIntake nutrisi tidak adekuat

MK: nutrisi kurang dari kebutuhan tubuhMK nyeri

3.4 Analisis DataDATAEtiologiMasalah

DO: RR 33x/menitDS. Pasien mengeluh sesak dan sulit bernapasC. tetaniNeurotoxin tetanospaminBlock neurotransmitterGagguan upper motor neuronKaku otot pernapasanPola napas tidak efektif

DO: Pasien kejangDs:-C. tetaniNeurotoxin tetanospaminBlock neurotransmitterGagguan upper motor neuronKejangResiko Cedera

DS: Pasien mengeluh nyeri saat ototnya spasmeSkala nyeri 7/10DO: pasien mengalami spasmeC. tetaniNeurotoxin tetanospaminBlock neurotransmitterGagguan upper motor neuronSpasme ototekstremitasNosireseptorMediator nyeri

Nyeri

DO:BB 45 KG/ TB 150DS: pasien mengeluh sulit menelan dan makanC. tetaniNeurotoxin tetanospaminBlock neurotransmitterGagguan upper motor neuronTrismus dan DysphagiaNutrisi Kurang dari kebutuhan tubuh

DO: pasien kaku, trentang gerak terbatasC. tetaniNeurotoxin tetanospaminBlock neurotransmitterGagguan upper motor neuronKaku eksteremitasPenurunan ROMHambatan mobilitas fisik

3.5 Diagnosa dan Intervensi1. Pola Napas tidak efektif b.d. Spasme Otot pernapasanTujuan: dalam 1 x 24 jam pola napas kembali normalKriteria hasil: RR:16-20x/menit, tidak ada sesak, tidak ada sianosis, tidak ada spasme otot pernapasanNoIntervensiRasional

1Naikkan posisi kepala 15-30o dan pastikan posisi pasien nyamanMemaksimalkan inspirasi dan mengurangi beban upaya untuk bernapas

2Berikan Oksigen masker atau non rebreathingMemberikan Oksigen yang dibutuhkan.Non rebreathing bila pasien sangat kesulitan untuk bernapas

3Kolaborasi medikasi anti spasmodikMenghilangkan spasme otot pernapasan

4Monitor RR, adanya sianosis, peningkatan HR, pergerakan dinding dadaMemperhatikan tanda tanda adanya distress respiratory

2. Resiko cedera B.d Kejang pada pasienTujuan: tidak terjadi cederaKriteria hasil: tidak ada cedera, pasien dan keluarga secara verbal paham cara menghindarkan cederaNoIntervensiRasional

1Hindarkan barang barang berbahaya di sekitar klien (Razor, gunting, benda tajam, gelas)Pasien saat kejang sulit mengontrol gerakan, sehingga menjauhkan benda benda berbahaya adalah upaya agar benda benda tersebuttidak mengenai pasien

2Berikan pengaman di sekitar tempat tidurMencegah jatuh

3Berikan tong spatel pada saat kejangMenghindarkan lidah tergigit

4Observasi tanda tanda kejangUpaya deteksi dini untuk menghindarkan cedera

5Lakukan restrain pada ekstremitas bila diperlukanMencegah ekstremitas menghantam area sekitar

6Ajarkan keluarga cara melakukan perlindungan pada pasienMeningkatkn kemandirian keluarga dalam upaya menghindari cedera pada pasien

3. Nyeri bd aktifitas nosireceptor akibat spasme ototTujuan: dalam 1x24 jam nyeri berkurangKriteria hasil: skala nyeri berkurang, pasien mengatakan nyeri berkurang. RR 16-20x/menit, TD=120/80 mmHgNoIntervensiRasional

1Kolaborasi pemberian antispasmodik dan medikasi tetanusMenghilangkan spasme pada otot

2Kolaborasi analgesikMengurangi nyeri

3 Lakukan kompress hangatKompress hangat akan melebarkan pembuluh darah dan membuat rileks otot

4Tingkatkan kenyamanan pasien (menggunakan aroma terapi, musik)Membuat pasien rileks

4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d dysphagia dan trismusTujuan dalam 2x24 jam terjadi perbaikan nutrisiKriteria hasil: Nafsu makn meningkat: BB tidak turunNoIntervensiRasinal

1Pertimbangkan pemberian makan parenteralMenghindarkan aspirasi dan memasukkan nutrisi tanpa melalui mulut

2 Bila kekakuan berkurang dan bisa mengunyah dan menelan berikan diet lunakMeringankan beban rahang untung mengunyah

3Pantau status nutrisi (bilirubin, antropometri)Memantau tingkat kebutuhan dan kecukupan nutrisi klien

4Berikan jenis makanan yang disuki pasienMeningkatkan nafsu makan pasien

5. Hambatan Mobilitas fisik berhubungan penurunan rentang gerak dan kekakuan ototTujuan dalam 3x 24 jam peningkatan mobilitas fisikKriteria hasil: ROM bebas, tidak ada spasme otot

NoIntervensiRasional

1Kolaborasi pemberian antispasmodik dan pengobatan tetanusMenghilangkan penyebab kekakuan rom

2lakuakan rom pada pasien sesuai kemampuan pasienMencegah kekakuan lebih lanjut

3Motivasi klien untuk bergerakMeningkatkan aktifitas klien

4Pantau rentang gerak pasien dan tingkat keparahanMenetukan tingkat perkembangan mobilitas klien

Daftar pustakaDOENGES, M.E., MOORHOUSE, M.F. & MURR, A.C., 2005. NURSING DIAGNOSIS MANUAL:Planning, Individualizing,and Documenting Client Care. Philadelphia: F.A. DAVIS COMPANY.