Upload
imamezy
View
13
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
............
Citation preview
. Asuhan Keperawatan Teoritis Tumor Otak
1. Pemeriksaan fisik
a. BI (Breathing)
Inspeksi : pada keadaan lanjut yang disebabkan adanya kompresi pada medula
oblongata didapatkan adanya kegagalan pernapasan.
Pada klien tanpa kompresi medula oblongata pada pengkajian inspeksi pernapasan
tidak ada kelainan. Palpasi toraks didapatkan taktil premitus seimbang kanan dan kiri.
Auskultasi tidak di dapatkan bunyi napas tambahan.
b. B2 (Blood)
Pada keadaan lanjut yang disebabkan adanya kompresi pada medula oblongata
didapatkan adanya kegagalan sirkulasi. Pada klien tanpa kompresi medula oblongata
pada pengkajian tidak ada kelainan. Tekanan darah biasanya normal, dan tidak ada
peningkatan heart rate.
c. B3 (Brain)
Tumor intrakranial sering menyebabkan berbagai defisit neurologis, bergantung pada
gangguan fokal dan adanya peningkatan intrakranial . pengkajian B3 (Brain)
merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap di bandingkan pengkajian pada
sistem lainnya. Trias Klasik tumor otak adalan nyeri kepala, muntah, dan papiledema.
Pengkajian tingkat kesadaran. Kualitas kesadaran klien merupakan parameter yang
paling mendasar dan parameter yang paling penting yang membutuhkan pengkajian.
Tingkat keterjagaan klien dan respon terhadap lingkungan adalah indikator paling
sensitif untuk disfungsi sistem persarafan. Beberapa sistem digunakan untuk
membuat peringkat perubahan dalam kewaspadaan dan keterjagaan.
Pada keadaan lanjut tingkat kesadarn klien tmor intrakranial biasanya berkisar pada
tingkat letargi, stupor, dann semikomatosa. Jika klien sudah mengalami koma,
penilaian GCS sangat penting untuk menilai tingkat kesadaran klien dan bahan
evaluasi untuk pemantauan pemberian asuhan.
Pengkajian fungsi serebral. Pengkajian ini meliputi status mental, fungsi intelektual,
dan lobus frontal.
• Status mental. Observasi penampilan, tingkah laku, nilai gaya bicara, ekspresi
wajah, dan aktivitas motorik klien. Pada klien tumor intarkranial tahap lanjut
biasanya status mental klien menglami perubahan.
• Fungsi intelektual. Didapatkan penurunan dalam ingatan dan memori, baik jangka
pendek maupun jangka panjang. Penurunan kemampuan berhitung dan kalkulasi.
Pada beberapa kasus klien mengalami ‘brain damage’ yaitu kesulitan untuk mengenal
persamaan dan perbedaan yang tidak begitu nyata.
• Lobus Frontal. Tumor lobus frontalis memberi gejala perubahan menta,
hemiparesis, ataksia, dan gangguan bicara.
Perubahan mental bermanifestasi sebagai perubahan ringan daam kepribadian.
Beberapa klien mengalami periode depresi, bingung, atau periode ketika tingkah laku
klien menjadi aneh.
Perubahan yang paling sering adalah perubahan dalam memberi argumentasi yang
sulit dari perubahan dalam memberi penilaian tentang benar dan salah. Hemiparesis
disebabkan oleh tekanan pada area dan lintasan motorik di dekat tumor.
Jika area motorik terlibat, akan terjadi epilepsi Jackson dan kelemahan motorik yang
jelas. Tumor yang menyerang ujung bawah korteks prasentalis menyebabka
kelemahan pada wajah, lidah, dan ibu jari, sedangkan tumor pada lobulus
parasentralis menyebabkan kelemahan pada kaki dan ekstermitas bawah.
Tumor pada lobus frontalis dapat mengakibatkan gaya berjalan yang tidak mantap,
sering menyerupai ataksia serebelum. Jika lobus frontalis kiri atau yang dominan
terkena, akan terihat adanya afasia dan aparaksia.
Pengkajian saraf kranial. Pengkajian ini meliputi pengkajian saraf kranial I-XII.
• Saraf I. Pada klien dengan tumor intrakranial yang tidak mengalami kompresi
saraf ini tidak memiliki kelainan pada fungsi penciuman.
• Saraf II. Gangguan lapang pandang disebabkan lesi pada bagian tertentu dari
lintasan visual. Papiledema disebabkan oleh stasis vena yang menimbulkan
pembengkakan papila saraf optikus.
• Saraf III, IV, dan VI. Adanya kelumpuhan unilateral atau b V. Pada ilateral dari
saraf VI memberikan manifestasi pada suatu tanda adanya glioblastoma multiformis.
• Saraf V. Pada keadaan tumor intrakranial yang tidak menekan saraf trigeminus,
tidak ada kelainan pada fungsi saraf ini. Pada neorolema yang menekan saraf ini akan
di dapatkan adanya paralisis wajah ulilateral.
• Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah asimetris, dan otot
wajah tertarik ke bagian sisi sehat.
• Saraf VIII. Pada neorolema di dapatkan adanya tuli persepsi. Tumor lobus
temporalis menyebabkan tinitus dan halusinasi pendengaran yang mungkiin
diakibatkan iritasi korteks pendengaran temporalis atau korteks yang berbatasan.
• Saraf XI dan X. Kemampuan menelan kurang baik, dan terdapat kesulitan
membuka mulut.
• Saraf XI. Tidk ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapesiuz.
• Saraf XII. Lidah simetris, terdapat deviasi pada suatu sisi dan fasikulasi. Indra
pengecap normal.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko tinggi peningkatan intra kranial b.d desak ruang oleh rasa tumor
intrakranial.
Tujuan
Tidak terjadi peningkatan tekanan intrakarnial pada klien dalam waktu 3x24 jam
Kriteria Hasil
Klien tidak gelisah, klien tidak mengeluh nyeri kepala, mual-mual dan muntah, GCS :
4,5,6, tidak terdapat papiledema, TTV dalam batas normal.
Intervensi :
1. Kaji faktor penyebab situasi atau keadaan individu atau penyebeb koma, atau
penurunan perkusi jaringan dan kemungkinan penyebab peningkatan tekanan
intrakarnial.
2. Memonitor TTV tiap 4 jam.
3. Berikan periode istirahat antara tindakan perawatan dan batasi lamanya prosedur.
Rasional :
1. Deteksi dini untuk memprioritaskan intervensi, mengkaji status neurologi atau
tanda-tanda kegagalan untuk munentukan perawatan kegawatan atau tindakan
pembedahan.
2. Suatu keadaan normal bila sirkulasi serebral terpelihara dengan baik atau
fluktuasi di tandai dengan tekanan darah sistemik penururnan dan autolegulator
kebanyakan tanda penurun difusilokal paskularisasi darah serebral.
3. Tindakan yang terus menerus dapat meningkatkan tekana intrakarnial oleh efek
rangsangan kumulatif.
b. Nyeri akut b.d traksi dan pegeseran sruktur peka nyeri dalam rongga intrakranial.
Tujuan
Nyeri berkurang atau hilang atau beradaptasi
Kriteria Hasil
Cara subjektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat beradatasi. Dapat
mengidetifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri. Klien tidak
gelisah.
Intervensi :
1. Jelaskan dan bantu klien dengan tindakan peredah nyeri non farmakologi dan non
infasif.
2. Ajarkan relaksasi, teknik-teknik untuk mnurunkan ketengan untuk otot rangka,
yang dapat menurunkan intesitas nyri dan juga tingkatkan relaksasi masase.
3. Kolaborasi dengan dokter, pemberian analgetik
Rasional :
1. Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan nonfarmakologi lainnya telah
menunjukan keefektifan mengurangi nyeri.
2. Akan menghasilkan peredaran darah sehingga kebutuhan oksigen oleh jaringan
akan terpenuhi sehingga akan mengurangi nyeri.
3. Analgetik memblok lintasan nyeri sehingga nyeri akan berkurang
(Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan, Muttaqin Ariff,
2008, Jakarta: Salemba Medika).
C. PATHWAY Tumor Intrakranial (Tumor Otak)
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Tumor otak bisa mengenai segala usia. Tapi umumnya pada usia dewasa muda atau
pertengahan, jarang di bawah usia 10 tahun atau di alas 70 tahun. Sebagian ahli
menyatakan insidens pada laki-laki lebih banyak dibanding wanita, tapi sebagian lagi
menyatakan tak ada perbedaan insidens antara pria dan wanita.
Tumor otak atau tumor intrakranial adalah neoplasma atau proses desak ruang (space
occupying lesion) yang timbul di dalam rongga tengkorak baik di dalam
kompartemen supratentorial maupun infratentorial, mencakup tumor-tumor primer
pada korteks, meningen, vaskuler, kelenjar hipofise, epifise, saraf otak, jaringan
penyangga, serta tumor metastasis dari bagian tubuh lainnya.
Tumor otak menunjukkan manifestasi klinik yang tersebar. Tumor ini dapat
menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial (TIK) serta tanda dan gejala lokal
sebagai akibat dari tumor yang menggangu bagian spesifik dari otak. Gejala yang
biasanya banyak terjadi akibat tekanan ini adalah sakit kepala, muntah, papiledema
(edema saraf optik), perubahan kepribadian dan adanya variasi penurunan fokal
motorik, sensori dan disfiungsi saraf kranial.
2. Saran
Diharapkan perawat dapat menerapkan pengetahuan mereka tentang penyakit tumot
otak ini untuk diterapkan di tempat mereka bekerja. Dan juga diharapkan pula
perawat dapat menerapkan konsep asuhan keperawatan pada pasien tumor otak
dengan semaksimal mungkin. Dengan tujuan agar pasien – pasien pengidap penyakit
tumor otak ini dapat segera sembuh dan dapat menjalankan aktivitasnya kembali
seperti saat sebelum sakit.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
dr. H. Mohamad Isa. Perawatan Penyakit Dalam & Bedah. Pusat Pendidikan
Pegawai Departemen Kesehatan R.I. : Jakarta.
Muttaqin Ariff. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Persarafan Jakarta: Salemba Medika.
Oswari E. 1989. Bedah dan Perawatannya. Jakarta : Gramedia.