9
. Asuhan Keperawatan Teoritis Tumor Otak 1. Pemeriksaan fisik a. BI (Breathing) Inspeksi : pada keadaan lanjut yang disebabkan adanya kompresi pada medula oblongata didapatkan adanya kegagalan pernapasan. Pada klien tanpa kompresi medula oblongata pada pengkajian inspeksi pernapasan tidak ada kelainan. Palpasi toraks didapatkan taktil premitus seimbang kanan dan kiri. Auskultasi tidak di dapatkan bunyi napas tambahan. b. B2 (Blood) Pada keadaan lanjut yang disebabkan adanya kompresi pada medula oblongata didapatkan adanya kegagalan sirkulasi. Pada klien tanpa kompresi medula oblongata pada pengkajian tidak ada kelainan. Tekanan darah biasanya normal, dan tidak ada peningkatan heart rate. c. B3 (Brain) Tumor intrakranial sering menyebabkan berbagai defisit neurologis, bergantung pada gangguan fokal dan adanya

Asuhan Keperawatan Teoritis Tumor Otak No

  • Upload
    imamezy

  • View
    13

  • Download
    2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

............

Citation preview

Page 1: Asuhan Keperawatan Teoritis Tumor Otak No

.    Asuhan Keperawatan Teoritis Tumor Otak

1.    Pemeriksaan fisik

a.    BI (Breathing)

Inspeksi : pada keadaan lanjut yang disebabkan adanya kompresi pada medula

oblongata didapatkan adanya kegagalan pernapasan.

Pada klien tanpa kompresi medula oblongata pada pengkajian inspeksi pernapasan

tidak ada kelainan. Palpasi toraks didapatkan taktil premitus seimbang kanan dan kiri.

Auskultasi tidak di dapatkan bunyi napas tambahan.

b.    B2 (Blood)

Pada keadaan lanjut yang disebabkan adanya kompresi pada medula oblongata

didapatkan adanya kegagalan sirkulasi. Pada klien tanpa kompresi medula oblongata

pada pengkajian tidak ada kelainan. Tekanan darah biasanya normal, dan tidak ada

peningkatan heart rate.

c.    B3 (Brain)

Tumor intrakranial sering menyebabkan berbagai defisit neurologis, bergantung pada

gangguan fokal dan adanya peningkatan intrakranial . pengkajian B3 (Brain)

merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap di bandingkan pengkajian pada

sistem lainnya. Trias Klasik tumor otak adalan nyeri kepala, muntah, dan papiledema.

Pengkajian tingkat kesadaran. Kualitas kesadaran klien merupakan parameter yang

paling mendasar dan parameter yang paling penting yang membutuhkan pengkajian.

Tingkat keterjagaan klien dan respon terhadap lingkungan adalah indikator paling

sensitif untuk disfungsi sistem persarafan. Beberapa sistem digunakan untuk

membuat peringkat perubahan dalam kewaspadaan dan keterjagaan.

Pada keadaan lanjut tingkat kesadarn klien tmor intrakranial biasanya berkisar pada

tingkat letargi, stupor, dann semikomatosa. Jika klien sudah mengalami koma,

Page 2: Asuhan Keperawatan Teoritis Tumor Otak No

penilaian GCS sangat penting untuk menilai tingkat kesadaran klien dan bahan

evaluasi untuk pemantauan pemberian asuhan.

Pengkajian fungsi serebral. Pengkajian ini meliputi status mental, fungsi intelektual,

dan lobus frontal.

•    Status mental. Observasi penampilan, tingkah laku, nilai gaya bicara, ekspresi

wajah, dan aktivitas motorik klien. Pada klien tumor intarkranial tahap lanjut

biasanya status mental klien menglami perubahan.

•    Fungsi intelektual. Didapatkan penurunan dalam ingatan dan memori, baik jangka

pendek maupun jangka panjang. Penurunan kemampuan berhitung dan kalkulasi.

Pada beberapa kasus klien mengalami ‘brain damage’ yaitu kesulitan untuk mengenal

persamaan dan perbedaan yang tidak begitu nyata.

•    Lobus Frontal. Tumor lobus frontalis memberi gejala perubahan menta,

hemiparesis, ataksia, dan gangguan bicara.

Perubahan mental bermanifestasi sebagai perubahan ringan daam kepribadian.

Beberapa klien mengalami periode depresi, bingung, atau periode ketika tingkah laku

klien menjadi aneh.

Perubahan yang paling sering  adalah perubahan dalam memberi argumentasi yang

sulit  dari perubahan dalam memberi penilaian tentang benar dan salah. Hemiparesis

disebabkan oleh tekanan pada area dan lintasan motorik di dekat tumor.

Jika area motorik terlibat, akan terjadi epilepsi Jackson dan kelemahan motorik yang

jelas. Tumor yang menyerang ujung bawah korteks prasentalis menyebabka

kelemahan pada wajah, lidah, dan ibu jari, sedangkan tumor pada lobulus

parasentralis menyebabkan kelemahan pada kaki dan ekstermitas bawah.

Tumor pada lobus frontalis dapat mengakibatkan gaya berjalan yang tidak mantap,

sering menyerupai  ataksia serebelum. Jika lobus frontalis kiri atau yang dominan

terkena, akan terihat adanya afasia dan aparaksia.

Pengkajian saraf kranial. Pengkajian ini meliputi pengkajian saraf kranial I-XII.

•    Saraf I. Pada klien dengan tumor intrakranial yang tidak mengalami kompresi

saraf ini tidak memiliki kelainan pada fungsi penciuman.

•    Saraf II. Gangguan lapang pandang disebabkan lesi pada bagian tertentu dari

Page 3: Asuhan Keperawatan Teoritis Tumor Otak No

lintasan visual. Papiledema disebabkan oleh stasis vena yang menimbulkan

pembengkakan papila saraf optikus.

•    Saraf III, IV, dan VI. Adanya kelumpuhan unilateral atau b V. Pada ilateral  dari

saraf VI memberikan manifestasi pada suatu tanda adanya glioblastoma multiformis.

•    Saraf V. Pada keadaan tumor intrakranial yang tidak menekan saraf trigeminus,

tidak ada kelainan pada fungsi saraf ini. Pada neorolema yang menekan saraf ini akan

di dapatkan adanya paralisis wajah ulilateral.

•    Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah asimetris, dan otot

wajah tertarik ke bagian sisi sehat.

•    Saraf VIII. Pada neorolema di dapatkan adanya tuli persepsi. Tumor lobus

temporalis menyebabkan tinitus dan halusinasi pendengaran yang mungkiin

diakibatkan iritasi korteks pendengaran temporalis atau korteks yang berbatasan.

•    Saraf XI dan X. Kemampuan menelan kurang baik, dan terdapat kesulitan

membuka mulut.

•    Saraf XI. Tidk ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapesiuz.

•    Saraf XII. Lidah simetris, terdapat deviasi pada suatu sisi dan fasikulasi. Indra

pengecap normal.

2.    Diagnosa Keperawatan

a.    Resiko tinggi peningkatan intra kranial b.d desak ruang oleh rasa tumor

intrakranial.

    Tujuan

Tidak terjadi peningkatan tekanan intrakarnial pada klien dalam waktu 3x24 jam

    Kriteria Hasil

Klien tidak gelisah, klien tidak mengeluh nyeri kepala, mual-mual dan muntah, GCS :

4,5,6, tidak terdapat papiledema, TTV dalam batas normal.

    Intervensi :

1.    Kaji faktor penyebab situasi atau keadaan individu atau penyebeb koma, atau

penurunan perkusi jaringan dan kemungkinan penyebab peningkatan tekanan

intrakarnial.

2.    Memonitor TTV tiap 4 jam.

Page 4: Asuhan Keperawatan Teoritis Tumor Otak No

3.    Berikan periode istirahat antara tindakan perawatan dan batasi lamanya prosedur.

    Rasional :

1.    Deteksi dini untuk memprioritaskan intervensi, mengkaji status neurologi atau

tanda-tanda kegagalan untuk munentukan perawatan kegawatan atau tindakan

pembedahan.

2.    Suatu keadaan normal bila sirkulasi serebral terpelihara dengan baik atau

fluktuasi di tandai dengan tekanan darah sistemik penururnan dan autolegulator

kebanyakan tanda penurun difusilokal paskularisasi darah serebral.

3.    Tindakan yang terus menerus dapat meningkatkan tekana intrakarnial oleh efek

rangsangan kumulatif.

b.    Nyeri akut b.d traksi dan pegeseran sruktur peka nyeri dalam rongga intrakranial.

    Tujuan

Nyeri berkurang atau hilang atau beradaptasi

    Kriteria Hasil

Cara subjektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat beradatasi. Dapat

mengidetifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri. Klien tidak

gelisah.

    Intervensi :

1.    Jelaskan dan bantu klien dengan tindakan peredah nyeri non farmakologi dan non

infasif.

2.    Ajarkan relaksasi, teknik-teknik untuk mnurunkan ketengan untuk otot rangka,

yang dapat menurunkan intesitas nyri dan juga tingkatkan relaksasi masase.

3.    Kolaborasi dengan dokter, pemberian analgetik

    Rasional :

1.    Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan nonfarmakologi lainnya telah

menunjukan keefektifan mengurangi nyeri.

2.    Akan menghasilkan peredaran darah sehingga kebutuhan oksigen oleh jaringan

akan terpenuhi sehingga akan mengurangi nyeri.

3.    Analgetik memblok lintasan nyeri sehingga nyeri akan berkurang

(Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan, Muttaqin Ariff,

Page 5: Asuhan Keperawatan Teoritis Tumor Otak No

2008, Jakarta: Salemba Medika).

C.    PATHWAY Tumor Intrakranial (Tumor Otak)

BAB III

PENUTUP

1.    Kesimpulan

Tumor otak bisa mengenai segala usia. Tapi umumnya pada usia dewasa muda atau

pertengahan, jarang di bawah usia 10 tahun atau di alas 70 tahun. Sebagian ahli

menyatakan insidens pada laki-laki lebih banyak dibanding wanita, tapi sebagian lagi

menyatakan tak ada perbedaan insidens antara pria dan wanita.

Tumor otak atau tumor intrakranial adalah neoplasma atau proses desak ruang (space

occupying lesion) yang timbul di dalam rongga tengkorak baik di dalam

kompartemen supratentorial maupun infratentorial, mencakup tumor-tumor primer

pada korteks, meningen, vaskuler, kelenjar hipofise, epifise, saraf otak, jaringan

penyangga, serta tumor metastasis dari bagian tubuh lainnya.

Tumor otak menunjukkan manifestasi klinik yang tersebar. Tumor ini dapat

menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial (TIK) serta tanda dan gejala lokal

sebagai akibat dari tumor yang menggangu bagian spesifik dari otak. Gejala yang

biasanya banyak terjadi akibat tekanan ini adalah sakit kepala, muntah, papiledema

(edema saraf optik), perubahan kepribadian dan adanya variasi penurunan fokal

motorik, sensori dan disfiungsi saraf kranial.

2.    Saran

Diharapkan perawat dapat menerapkan pengetahuan mereka tentang penyakit tumot

otak ini untuk diterapkan di tempat mereka bekerja. Dan juga diharapkan pula

perawat dapat menerapkan konsep asuhan keperawatan pada pasien tumor otak

dengan semaksimal mungkin. Dengan tujuan agar pasien – pasien pengidap penyakit

tumor otak ini dapat segera sembuh dan dapat menjalankan aktivitasnya kembali

Page 6: Asuhan Keperawatan Teoritis Tumor Otak No

seperti saat sebelum sakit.

DAFTAR PUSTAKA

    Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

    dr. H. Mohamad Isa. Perawatan Penyakit Dalam & Bedah. Pusat Pendidikan

Pegawai Departemen Kesehatan R.I. : Jakarta.

    Muttaqin Ariff. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem

Persarafan Jakarta: Salemba Medika.

    Oswari E. 1989. Bedah dan Perawatannya. Jakarta : Gramedia.