82
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR TERBUKA EKSTREMITAS BAWAH DENGAN GANGGUAN CITRA TUBUH DI RUANG TRAUMA CENTER RSUP DR. M. DJAMIL PADANG KARYA TULIS ILMIAH DWIRA MAYORIN 153110205 PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG JURUSAN KEPERAWATAN TAHUN 2018

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR TERBUKApustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/KTI.compressed.pdf · 2018. 12. 6. · terbuka ekstremitas bawah akan mengalami gangguan konsep

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR TERBUKApustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/KTI.compressed.pdf · 2018. 12. 6. · terbuka ekstremitas bawah akan mengalami gangguan konsep

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR TERBUKA

EKSTREMITAS BAWAH DENGAN GANGGUAN CITRA TUBUH

DI RUANG TRAUMA CENTER RSUP DR. M. DJAMIL

PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

DWIRA MAYORIN

153110205

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG

JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN 2018

Page 2: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR TERBUKApustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/KTI.compressed.pdf · 2018. 12. 6. · terbuka ekstremitas bawah akan mengalami gangguan konsep

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR TERBUKA

EKSTREMITAS BAWAH DENGAN GANGGUAN CITRA TUBUH

DI RUANG TRAUMA CENTER RSUP DR. M. DJAMIL

PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk

mendapatkan gelar ahli madya

DWIRA MAYORIN

153110205

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG

JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN 2018

Page 3: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR TERBUKApustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/KTI.compressed.pdf · 2018. 12. 6. · terbuka ekstremitas bawah akan mengalami gangguan konsep
Page 4: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR TERBUKApustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/KTI.compressed.pdf · 2018. 12. 6. · terbuka ekstremitas bawah akan mengalami gangguan konsep

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Dwira Mayorin

NIM : 153110205

Tempat Tanggal Lahir : Bukittinggi, 19 Agustus 1997

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah

Suku : Minang

Alamat : Jl. Setia Budi no. 9 Bukittinggi

Nama Ayah : Yunaldi

Nama Ibu : Mahdaleni

Riwayat Pendidikan

No Jenis Pendidikan Tempat Pendidikan Tahun

1 TK TK Negeri Pertiwi Bukittinggi 2002-2003

2 SD SD Negeri 01 Benteng Bukittinggi 2003-2006

SD Negeri 02 Percontohan Bukittinggi 2006-2009

3 SMP SMP Negeri 4 Bukittinggi 2009-2012

4 SMA SMA Negeri 3 Teladan Bukittinggi 2012-2015

5 DIII Keperawatan Poltekkes Kemenkes RI Padang 2015-2018

Page 5: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR TERBUKApustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/KTI.compressed.pdf · 2018. 12. 6. · terbuka ekstremitas bawah akan mengalami gangguan konsep

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan

rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan

Keperawatan Pada Pasien Fraktur Terbuka Ekstremitas Bawah dengan

Gangguan Citra Tubuh di Ruang Trauma Center RSUP Dr. M. Djamil Padang

Tahun 2018”. Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dilakukan dalam rangka memenuhi

salah satu syarat untuk mencapai gelar ahli madya pada Program Studi D III

Keperawatan Padang Poltekkes Kemenkes Padang. Saya menyadari bahwa tanpa

bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada

penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan

Karya Tulis Ilmiah ini.

Selama proses penyusunan proposal ini, penulis tidak terlepas dari dukungan berbagai

pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak

yang telah membantu dan membimbing dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Renidayati, S.Kp, M.Kep, Sp.Jiwa selaku pembimbing satu dan Bapak N.

Rachmadanur, S.Kp, MKM selaku pembimbing dua yang telah menyediakan

waktu, tenaga dan masukan untuk mengarahkan saya dalam penyusunan Karya

Tulis Ilmiah ini.

2. Bapak H. Sunardi, SKM., M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Padang

3. Bapak Dr. H. Yusyirwan Yusuf, Sp. BA. MARS selaku Direktur Utama RSUP

Dr. M. Djamil Padang

4. Ibu Hj. Murniati Muchtar, SKM. M.Biomed selaku Ketua Jurusan

Keperawatan Poltekkes Kemenkes Padang

5. Ibu Ns. Idrawati Bahar, S.Kep., M.Kep selaku Ketua Prodi D III Keperawatan

Padang Poltekkes Kemenkes Padang

6. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Keperawatan Poltekkes Kemenkes Padang

yang telah memberikan bekal ilmu untuk bekal penulis

Page 6: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR TERBUKApustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/KTI.compressed.pdf · 2018. 12. 6. · terbuka ekstremitas bawah akan mengalami gangguan konsep

7. Orangtua dan keluarga penulis yang telah memberikan bantuan dukungan

material dan moral; dan

8. Teman-teman yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan

Karya Tulis Ilmiah ini.

Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala

kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini

membawa manfaat bagi pengembangan ilmu keperawatan.

Padang, Juni 2018

Penulis

Page 7: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR TERBUKApustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/KTI.compressed.pdf · 2018. 12. 6. · terbuka ekstremitas bawah akan mengalami gangguan konsep
Page 8: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR TERBUKApustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/KTI.compressed.pdf · 2018. 12. 6. · terbuka ekstremitas bawah akan mengalami gangguan konsep
Page 9: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR TERBUKApustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/KTI.compressed.pdf · 2018. 12. 6. · terbuka ekstremitas bawah akan mengalami gangguan konsep

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN PADANG

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2018

Dwira Mayorin

“Asuhan Keperawatan Pada Pasien Fraktur Terbuka Ekstremitas Bawah dengan

Gangguan Citra Tubuh di Ruang Trauma Center RSUP Dr. M.Djamil Padang”

Isi : xi + 73 Halaman, 2 Gambar, 1 Tabel, 13 Lampiran

ABSTRAK

Fraktur yaitu terputusnya kontinuitas tulang yang menimbulkan perubahan fisik

maupun psikologis yang menyebabkan perubahan pada aspek psikososial. Penyebab

terjadinya masalah psikososial gangguan citra tubuh salah satunya akibat seperti

fraktur ekstremitas bawah. Hasil penelitian Hamdani terdapat 24 orang (57%) dari 42

orang pasien fraktur ekstremitas bawah mengalami gangguan citra tubuh. Tujuan

penelitian untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien fraktur ekstremitas

bawah dengan gangguan citra tubuh di ruang Trauma Center RSUP Dr. M. Djamil

Padang. Desain penelitian deskriptif berupa studi kasus. Penelitian dilakukan dari

Oktober 2017 sampai Juni 2018. Pengambilan sampel penelitian menggunakan metode

purposive sampling. Pengambilan sampel dilakukan dengan melakukan screening

terhadap 7 pasien lalu mengambil 2 pasien sesuai dengan kriteria. Pengumpulan data

menggunakan teknik wawancara, pemeriksaan fisik dan dokumentasi. Hasil penelitian

pada kedua pasien didapatkan diagnosa gangguan citra tubuh, risiko harga diri rendah

situasional, ketidakefektifan peforma peran dan ansietas. Intervensi dan implementasi

pada kedua pasien pada diagnosa gangguan citra tubuh dan risiko harga diri rendah

situasional sama, sedangkan pada pasien 1 dengan diagnosa ketidakefektifan peforma

peran dan diagnosa ansietas pada pasien 2 dilakukan implementasi sesuai dengan

rencana. Evaluasi keperawatan yaitu pasien sudah dapat menerima keadaan dan

kondisi tubuhnya saat ini, memahami perannya pada saat sakit, tidak cemas dan

mengalami peningkatan harga diri. Melalui direktur RSUP Dr.M.Djamil Padang

diharapkan perawat pelaksana dapat memberikan asuhan keperawatan masalah

psikososial gangguan citra tubuh pasien fraktur dengan pendekatan keperawatan jiwa

secara komprehensif. Dan bagi institusi pendidikan diharapkan agar dijadikan

kepustakaan dan pada peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian tentang

gangguan citra tubuh pada pasien fraktur.

Kata Kunci : Gangguan Citra Tubuh, Konsep Diri, Fraktur Ekstremitas Bawah

Daftar Pustaka : 36 (2007 – 2017)

Page 10: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR TERBUKApustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/KTI.compressed.pdf · 2018. 12. 6. · terbuka ekstremitas bawah akan mengalami gangguan konsep

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ iv

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. v

ABSTRAK ...................................................................................................... vi

DAFTAR ISI .................................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ............................................................................................ x

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................ 7

C. Tujuan .................................................................................................. 7

D. Manfaat ................................................................................................ 8

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Fraktur .................................................................................................. 9

1. Definisi Fraktur ............................................................................. 9

2. Etiologi Fraktur ............................................................................. 9

3. Tipe Fraktur ................................................................................... 9

4. Tanda dan Gejala Klinis Fraktur .................................................... 10

5. Penatalaksanaan Fraktur ................................................................ 11

6. Dampak Psikososial Fraktur .......................................................... 12

B. Gangguan Citra Tubuh ......................................................................... 13

1. Konsep Diri .................................................................................... 13

2. Konsep Gangguan Citra Tubuh ..................................................... 15

3. Etiologi Gangguan Citra Tubuh .................................................... 16

4. Tanda dan Gejala Gangguan Citra Tubuh .................................... 17

5. Psikodinamika Gangguan Citra Tubuh ......................................... 19

Page 11: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR TERBUKApustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/KTI.compressed.pdf · 2018. 12. 6. · terbuka ekstremitas bawah akan mengalami gangguan konsep

C. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Fraktur dengan Gangguan

Citra Tubuh .......................................................................................... 20

1. Pengkajian Keperawatan ................................................................ 20

2. Diagnosa Keperawatan .................................................................. 28

3. Intervensi Keperawatan ................................................................. 29

4. Implementasi Keperawatan ............................................................ 34

5. Evaluasi Keperawatan .................................................................... 34

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 35

A. Desain Penelitian ................................................................................. 35

B. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 35

C. Populasi dan Sampel ............................................................................ 35

D. Alat dan Instrumen Pengumpulan Data ............................................... 37

E. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data .......................................... 37

F. Prosedur Penelitian .............................................................................. 39

G. Analisis Data ....................................................................................... 40

BAB IV PEMBAHASAN

A. Deskripsi Kasus

1. Pengkajian Keperawatan ............................................................... 41

2. Diagnosa Keperawatan ................................................................. 49

3. Intervensi Keperawatan ................................................................ 51

4. Implementasi Keperawatan ........................................................... 53

5. Evaluasi Keperawatan ................................................................... 54

B. Pembahasan

1. Pengkajian Keperawatan .............................................................. 56

2. Diagnosa Keperawatan ................................................................ 62

3. Intervensi Keperawatan ................................................................ 65

4. Implementasi Keperawatan .......................................................... 67

5. Evaluasi Keperawatan .................................................................. 69

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ......................................................................................... 72

B. Saran ................................................................................................... 73

DAFTAR PUSTAKA

Page 12: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR TERBUKApustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/KTI.compressed.pdf · 2018. 12. 6. · terbuka ekstremitas bawah akan mengalami gangguan konsep

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Psikodinamika Gangguan Citra Tubuh ..................................... 19

Gambar 2.2 Pohon Masalah Gangguan Citra Tubuh .................................... 28

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan Berdasarkan NOC dan NIC ...................... 30

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Ganchart Penelitian

Lampiran 2. Inform Consent

Lampiran 3. Format Screening Gangguan Citra Tubuh

Lampiran 4. Format Pengkajian Keperawatan Partisipan 1

Lampiran 5. Format Pengkajian Keperawatan Partisipan 2

Lampiran 6. Surat Izin Pengambilan Data

Lampiran 7. Surat Izin Penelitian

Lampiran 8. Surat Keterangan Selesai Melakukan Penelitian

Lampiran 9. Lembar Konsultasi Proposal KTI Pembimbing I

Lampiran 10. Lembar Konsultasi Proposal KTI Pembimbing II

Lampiran 11. Lembar Konsultasi KTI Pembimbing I

Lampiran 12. Lembar Konsultasi KTI Pembimbing II

Lampiran 13. Daftar Hadir Penelitian

Page 13: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR TERBUKApustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/KTI.compressed.pdf · 2018. 12. 6. · terbuka ekstremitas bawah akan mengalami gangguan konsep

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Undang Undang No.18 tahun 2014 kesehatan jiwa adalah kondisi dimana

seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial

sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi

tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk

komunitasnya. Kesehatan jiwa yang baik bagi individu merupakan kondisi

individu tersebut terbebas dari segala jenis gangguan jiwa, dan kondisi individu

dapat berfungsi secara normal dalam menjalankan hidupnya khususnya dalam

menyesuaikan diri untuk menghadapi masalah-masalah yang mungkin ditemui

sepanjang hidupnya.

Kesehatan jiwa masih menjadi salah satu permasalahan kesehatan yang signifikan

di dunia, termasuk di Indonesia. Menurut data WHO tahun 2017, terdapat sekitar

300 juta orang terkena depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 21 juta orang terkena

skizofrenia, serta 47,5 juta orang terkena demensia. Menurut data Riskesdas

(2013), prevalensi gangguan jiwa berat di Indonesia yaitu 1,7 per mil dan

prevalensi ganggunan mental emosional dengan gejala depresi dan kecemasan

untuk usia 15 tahun ke atas mencapai sekitar 14 juta orang atau 6% dari jumlah

penduduk Indonesia.

Masalah kesehatan jiwa dapat diakibatkan oleh berbagai hal, misalnya karena

masalah fisik seperti karena kecelakaan, fraktur, amputasi, kerusakan penampilan

wajah, ulkus, serta kehilangan fungsi bagian tubuh (Keliat,2013). Hasil penelitian

Putri (2012) diketahui bahwa adanya hubungan antara kesehatan jiwa dan fisik,

dimana pada individu yang sakit secara fisik menunjukkan adanya masalah psikis

hingga gangguan jiwa. Sebaliknya, individu dengan gangguan jiwa juga

menunjukkan adanya gangguan fungsi fisiknya.

Page 14: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR TERBUKApustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/KTI.compressed.pdf · 2018. 12. 6. · terbuka ekstremitas bawah akan mengalami gangguan konsep

Masalah kesehatan jiwa salah satunya yaitu masalah psikososial. Masalah

psikososial merupakan masalah yang bersifat psikologis atau sosial yang timbul

karena adanya tekanan, masalah dan perubahan dalam diri individu yang

memberikan pengaruh timbal balik dan dianggap berpotensi sebagai faktor

penyebab gangguan jiwa (Kemenkes, 2012).

Penyebab terjadinya masalah psikososial salah satunya akibat masalah fisik seperti

fraktur ekstremitas bawah. WHO (2011), mencatat kejadian fraktur ekstremitas

akibat kecelakaan lalu lintas tahun 2011 sebanyak 1,3 juta jiwa. Sebanyak 67%

merupakan penduduk usia produktif. Estimasi kecelakaan lalu lintas di Indonesia

per 100.000 populasi mencapai 17,7%. Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013,

tercatat sebanyak 4.888 jiwa (5,8%) mengalami fraktur. Hal ini dapat disimpulkan

bahwa masalah kesehatan akibat fraktur masih cukup besar.

Menurut Kemenkes RI (2011), dari sekian banyak kasus fraktur di Indonesia,

fraktur pada ekstremitas bawah memiliki prevalensi yang paling tinggi

diantaranya sekitar 46,2%. Dari 45.987 orang dengan fraktur ekstremitas bawah

akibat kecelakaan, 16.629 orang mengalami fraktur femur, 14.027 orang

mengalami fraktur cruris, 3.775 orang mengalami fraktur tibia, 970 orang

mengalami fraktur pada tulang-tulang kecil dikaki dan 336 orang mengalami

fraktur fibula.

Tanda dan gejala pada pasien yang mengalami fraktur terbuka ekstremitas bawah

yaitu adanya nyeri, deformitas, hematoma yang jelas, edema berat, terganggunya

integritas integumen yang akan berisiko terjadinya infeksi dan waktu

penyembuhannya lebih lama daripada fraktur tertutup. Pada pasien fraktur terbuka

atau kominutif dapat ditangani dengan pemasangan traksi (fiksator) internal atau

eksternal. Dengan adanya pemasangan alat, adanya keterbatasan gerak pada pasien

fraktur, perawatan yang mengharuskan pasien tirah baring dalam waktu lama,

kelemahan fisik, adanya luka akan dapat menimbulkan terjadinya perubahan pada

konsep diri pasien salah satunya citra tubuh, walaupun tidak semua pasien fraktur

Page 15: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR TERBUKApustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/KTI.compressed.pdf · 2018. 12. 6. · terbuka ekstremitas bawah akan mengalami gangguan konsep

terbuka ekstremitas bawah akan mengalami gangguan konsep diri (Brunner,

2017).

Konsep diri terdiri dari harga diri, ideal diri, peran diri, identitas diri dan citra

tubuh. Citra tubuh merupakan sekumpulan dari sikap individu yang disadari dan

tidak disadari terhadap tubuhnya, termasuk persepsi masa lalu dan sekarang, serta

perasaan tentang struktur, bentuk dan fungsi tubuh (Suhron, 2017).

Gangguan citra tubuh merupakan suatu perubahan persepsi tentang tubuh yang

diakibatkan oleh perubahan ukuran, bentuk, struktur, fungsi, makna, objek yang

sering kontak dengan tubuh. Gangguan tersebut diakibatkan kegagalan dalam

penerimaan diri akibat adanya persepsi yang negatif terhadap tubuhnya secara

fisik (Muhith, 2015).

Tanda dan gejala gangguan citra tubuh seperti adanya perubahan dan kehilangan

anggota tubuh, baik struktur, bentuk, maupun fungsi tubuh, pasien

mengungkapkan penolakan terhadap perubahan anggota tubuh saat ini, tidak ingin

melihat perubahan pada tubuh, merasa syok, marah, kehilangan, ketakutan, tidak

berdaya, tidak berharga, keputusasaan, dan aktivitas sosial berkurang. Dan jika

gangguan citra tubuh tersebut tidak segera diatasi, maka masalah ini dapat

menimbulkan masalah psikososial yang lebih berat seperti harga diri rendah,

isolasi sosial dan resiko bunuh diri bahkan gangguan jiwa berat (Keliat,2013).

Hasil penelitian Hariana, Sugi dan Yessi Ariani (2007), tentang respon adaptasi

klien dengan fraktur ekstremitas bawah selama masa rawatan di RSUP H. Adam

Malik Medan dan RSU Dr. Pirngadi Medan dari 12 orang responden, terdapat

50% responden merasa kurang percaya diri bila berhadapan dengan orang lain,

33,4% responden merasa sesuatu yang buruk akan terjadi pada kakinya yang

patah, dan 41,7% responden mudah tersinggung dan murah marah.

Hasil penelitian Hamdani (2014), tentang gambaran citra tubuh pasien paska

operasi fraktur ekstremitas bawah di Rumah Sakit TK II Putri Hijau Medan

menunjukkan bahwa dari 42 orang responden terdapat 24 orang (57%) yang

Page 16: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR TERBUKApustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/KTI.compressed.pdf · 2018. 12. 6. · terbuka ekstremitas bawah akan mengalami gangguan konsep

mengalami gangguan citra tubuh dan 18 orang (43%) yang tidak mengalami

gangguan citra tubuh.

Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka dibutuhkan peran perawat dengan

melakukan pengkajian secara psikologis (respon emosi) pasien selain melakukan

pengkajian kondisi fisik pasien dengan kemungkinan adanya perasaan cemas dan

malu melalui penilaian pasien terhadap kondisi tubuhnya. Perawat melakukan

pengkajian pada gambaran diri pasien dengan memperhatikan tingkat persepsi

pasien terhadap dirinya, menilai gambaran citra tubuh dan ideal diri pasien, serta

adanya gangguan penampilan peran dan gangguan identitas dengan meninjau

persepsi pasien terhadap perilaku pasien (Nurhalimah, 2016).

Menurut Keliat (2013) tindakan keperawatan yang sesuai dengan standar asuhan

keperawatan jiwa mencakup tindakan psikoterapeutik yang dilakukan kepada

pasien dengan menggunakan teknik komunikasi terapeutik dalam membina

hubungan dengan pasien dan keluarga agar pasien tidak lagi mempunyai gangguan

citra tubuh. Standar pelaksanaan yang diberikan untuk pasien yaitu membina

hubungan saling percaya, mendiskusikan tentang citra tubuh, dan cara

meningkatkan citra tubuh serta melatih interaksi secara bertahap. Sedangkan

strategi pelaksanaan untuk keluarga yaitu mendiskusikan tentang gangguan citra

tubuh, melatih keluarga cara merawat pasien dan menyusun rencana tindakan

untuk pasien.

RSUP Dr.M. Djamil Padang merupakan Rumah Sakit paripurna yang lulus

akreditasi dari Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) dan telah memenuhi

syarat menjadi Rumah Sakit negri tipe A milik Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia. RSUP Dr.M.Djamil Padang merupakan rumah sakit rujukan untuk

wilayah Sumatera Barat dan juga merupakan salah satu rumah sakit pendidikan di

Kota Padang.

Page 17: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR TERBUKApustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/KTI.compressed.pdf · 2018. 12. 6. · terbuka ekstremitas bawah akan mengalami gangguan konsep

Data Rekam Medis RSUP Dr.M.Djamil Padang pada tahun 2015 didapatkan

jumlah fraktur tibia fibula 55 pasien dan jumlah fraktur femur 44 pasien. Pada

tahun 2016 didapatkan jumlah fraktur tibia fibula 211 pasien dan fraktur femur

245 pasien. Jadi terjadi peningkatan angka kejadian fraktur tahun 2015 dan 2016

di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Angka kejadian gangguan citra tubuh di RSUP

Dr. M. Djamil Padang tahun 2017 tidak diketahui karena gangguan citra tubuh

tidak masuk dalam catatan rekam medis.

RSUP Dr. M. Djamil Padang memiliki Instalasi Rawat Inap Non Bedah dan

Instalasi Rawat Inap Bedah. Salah satu bagian dari Instalasi Rawat Inap Bedah di

RSUP Dr. M. Djamil Padang yaitu ruang Trauma Center. Ruang Trauma Center

merupakan ruangan bedah dengan jumlah rawatan pasien fraktur tertinggi di

RSUP Dr. M. Djamil Padang.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan penulis pada tanggal 29 November

2017 pukul 15.00 WIB, data di ruang Trauma Center RSUP Dr. M. Djamil

Padang pada pasien fraktur ekstremitas bawah selama 3 bulan terakhir sebanyak

52 pasien, pada bulan September sebanyak 23 pasien, pada bulan Oktober

sebanyak 13 pasien sedangkan pada bulan November sebanyak 16 pasien.

Sedangkan data mengenai pasien fraktur ekstremitas bawah yang mengalami

gangguan citra tubuh belum terdata di ruang Trauma Center RSUP Dr. M. Djamil

Padang.

Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 1 Desember 2017 pukul 11.00 WIB

dengan 2 orang pasien post ORIF femur, 1 pasien mengatakan ia malu dengan

kondisinya saat ini dan malu jika teman dan orang lain berkunjung, serta ia tidak

mau orang lain melihat kondisi kakinya. Sedangkan 1 pasien lainnya mengatakan

ia merasa cemas dengan keadaan kakinya saat ini dan takut kakinya tidak bisa

berfungsi seperti dulu lagi. Hasil wawancara dengan 1 orang pasien fraktur femur

sinistra + fraktur digiti 2 distal tarsalia sinistra + fraktur humerus sinistra + fraktur

digiti 4,5 distal carpalia sinistra mengatakan ia takut melihat kondisi kaki dan

tangannya. Wawancara dengan keluarga pasien, ada keluarga pasien yang

Page 18: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR TERBUKApustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/KTI.compressed.pdf · 2018. 12. 6. · terbuka ekstremitas bawah akan mengalami gangguan konsep

memotivasi agar pasien tidak merasa malu dan bersabar dengan keadaan pasien

saat ini serta keluarga mengatakan perawat hanya memberikan perawatan fisik

seperti memberikan terapi obat. Dan hasil wawancara dengan 2 orang perawat,

perawat mengatakan pengkajian dan tindakan keperawatan masalah psikologis

yang dilakukan belum optimal.

Hasil observasi pendokumentasian asuhan keperawatan di ruangan, sudah ada

format pengkajian mengenai masalah psikologis, tetapi pengkajian dan

pendokumentasian mengenai masalah psikologis belum dilakukan perawat secara

optimal. Berdasarkan observasi dan wawancara di ruangan Trauma Center RSUP

Dr. M. Djamil Padang, gangguan citra tubuh lebih banyak terjadi dari pada

gangguan jiwa lainnya pada pasien fraktur.

Berdasarkan pengalaman penulis pada saat praktek lapangan di ruang Trauma

Center RSUP Dr. M. Djamil Padang pada bulan Agustus 2016, perawat di ruangan

kurang memberikan perhatian terhadap masalah psikososial pasien fraktur karena

perawat lebih mengutamakan memberikan perawatan fisik pasien dan terapi medis

pada pasien fraktur. Jika masalah psikososial seperti gangguan citra tubuh pada

pasien fraktur tidak teratasi dengan baik, maka hal tersebut dapat menimbulkan

masalah psikologis lain seperti harga diri rendah, ansietas, dan depresi serta juga

dapat menyebabkan timbulnya gangguan jiwa seperti isolasi sosial, halusinasi dan

risiko perilaku kekerasan.

Berdasarkan pemaparan yang telah dijelaskan diatas, maka penulis telah

melakukan penelitian tentang asuhan keperawatan pada pasien fraktur dengan

gangguan citra tubuh di ruang Trauma Center RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun

2018.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian adalah “Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien

fraktur terbuka ekstremitas bawah dengan gangguan citra tubuh di ruang Trauma

Center RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2018?

Page 19: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR TERBUKApustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/KTI.compressed.pdf · 2018. 12. 6. · terbuka ekstremitas bawah akan mengalami gangguan konsep

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mendeskripsikan asuhan keperawatan pada pasien fraktur terbuka ekstremitas

bawah dengan gangguan citra tubuh di ruang Trauma Center RSUP Dr. M.

Djamil Padang tahun 2018.

2. Tujuan Khusus

a. Mendeskripsikan pengkajian keperawatan pada pasien fraktur terbuka

ekstremitas bawah dengan gangguan citra tubuh di ruang Trauma Center

RSUP Dr. M.Djamil Padang.

b. Mendeskripsikan diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan pada

pasien fraktur terbuka ekstremitas bawah dengan gangguan citra tubuh di

ruang Trauma Center RSUP Dr. M.Djamil Padang.

c. Mendeskripsikan intervensi keperawatan pada pasien fraktur terbuka

ekstremitas bawah dengan gangguan citra tubuh di ruang Trauma Center

RSUP Dr. M.Djamil Padang.

d. Mendeskripsikan implementasi keperawatan pada pasien fraktur terbuka

ekstremitas bawah dengan gangguan citra tubuh di ruang Trauma Center

RSUP Dr. M.Djamil Padang.

e. Mendeskripsikan evaluasi keperawatan pada pasien fraktur terbuka

ekstremitas bawah dengan gangguan citra tubuh di ruang Trauma Center

RSUP Dr. M.Djamil Padang

f. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada pasien fraktur terbuka

ekstremitas bawah dengan gangguan citra tubuh di ruang Trauma Center

RSUP Dr. M.Djamil Padang

Page 20: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR TERBUKApustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/KTI.compressed.pdf · 2018. 12. 6. · terbuka ekstremitas bawah akan mengalami gangguan konsep

D. Manfaat

1. Bagi Peneliti

Karya Tulis Ilmiah ini dapat menambah wawasan, ilmu pengetahuan dan

pengalaman serta mengetahui asuhan keperawatan pada pasien fraktur terbuka

ekstremitas bawah dengan gangguan citra tubuh.

2. Bagi Rumah Sakit

Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan masukan

bagi perawat dalam meningkatkan asuhan keperawatan pada pasien fraktur

terbuka ekstremitas bawah dengan gangguan citra tubuh pada pasien fraktur.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan untuk

pembaharuan praktik keperawatan dan pemecahan masalah keperawatan pada

pasien fraktur terbuka ekstremitas bawah dengan gangguan citra tubuh.

Page 21: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR TERBUKApustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/KTI.compressed.pdf · 2018. 12. 6. · terbuka ekstremitas bawah akan mengalami gangguan konsep

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Fraktur

1. Definisi Fraktur

Fraktur adalah gangguan komplet atau tak komplet kontinuitas struktur tulang

sesuai dengan jenis dan keluasannya. Fraktur terjadi ketika tulang menjadi

subjek tekanan yang lebih besar dari yang dapat ditahannya (Brunner dan

Suddart, 2017). Menurut Bararah dan Jauhar, 2013 fraktur adalah patahnya

kontinuitas tulang yang terjadi ketika tulang tidak mampu lagi menahan

tekanan yang diberikan kepadanya.

2. Etiologi Fraktur

Penyebab terjadinya fraktur yaitu adanya hantaman langsung, kekuatan yang

meremukkan, gerakan memuntir, gerakan memuntir mendadak, atau karena

kontraksi otot yang ekstrem. Ketika tulang patah, struktur disekitarnya akan

terganggu yang menyebabkan edema jaringan lunak, hemoragi ke otot dan

sendi, dislokasi sendi, ruptur tendon, gangguan saraf dan kerusakan pembuluh

darah. Organ tubuh dapat terluka akibat gaya yang disebabkan fraktur atau

fragmen fraktur (Brunner dan Suddart, 2017).

3. Tipe Fraktur

Tipe – tipe fraktur menurut Brunner dan Suddart, 2017 yaitu sebagai berikut :

a. Fraktur komplet : patah diseluruh penampang lintang tulang yang sering kali

tergeser.

b. Fraktur inkomplet atau disebut juga fraktur greenstick : patah hanya terjadi

pada sebagian penampang lintang tulang.

c. Fraktur remuk (comminuted) : patah dengan beberapa fragmen tulang.

d. Fraktur tertutup atau fraktur sederhana : patah yang tidak menyebabkan

robekan di kulit.

e. Fraktur terbuka atau fraktur campuran atau kompleks : patah dengan luka

pada kulit atau pada membran mukosa meluas ke tulang yang fraktur.

Page 22: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR TERBUKApustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/KTI.compressed.pdf · 2018. 12. 6. · terbuka ekstremitas bawah akan mengalami gangguan konsep

Derajat luka fraktur terbuka yaitu :

1) Derajat I : luka bersih sepanjang kurang dari 1cm

2) Derajat II : luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang luas

3) Derajat III : luka sangat terkontaminasi dan menyebabkan kerusakan

jaringan lunak yang luas.

f. Fraktur intra-artikular : patah tulang yang meluas ke permukaan sendi

tulang.

4. Tanda dan Gejala Klinis Fraktur

Manisfestasi klinis fraktur menurut Lukman, 2012 yaitu :

a. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang

dimobilisasi.

b. Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena

kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur.

c. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian yang tak dapat digunakan dan

cenderung bergerak secara tidak alamiah (gerakan luar biasa) bukannya

tetap rigid seperti normal. Pergeseran fragmen pada fraktur lengan atau

tungkai menyebabkan deformitas (terlihat maupun teraba) ekstremitas yang

bisa diketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas yang normal.

d. Saat ekstremitas bagian yang fraktur diperiksa dengan tangan, teraba adanya

derik tulang dinamakan krepitasi yang teraba akibat gesekan antara fregmen

satu dengan lainnya

e. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat

trauma dan pendarahan yang mengikuti fraktur

5. Penatalaksanaan Medis Fraktur

a. Segera setelah cedera, imobilisasi bagian tubuh sebelum pasien

dipindahkan.

b. Bebat fraktur termasuk sendi yang berada dekat fraktur untuk mencegah

pergerakan fragmen fraktur.

Page 23: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR TERBUKApustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/KTI.compressed.pdf · 2018. 12. 6. · terbuka ekstremitas bawah akan mengalami gangguan konsep

c. Imobilisasi tulang panjang ekstremitas bawah dapat dilakukan dengan

membebat kedua tungkai bersama ekstremitas yang tidak cedera

berguna untuk membebat ekstremitas yang fraktur.

d. Pada cedera ektremitas atas, lengan dapat dibebat ke dada atau lengan

bawah dan yang cedera dapat digendong dengan mitela.

e. Kaji status neurovaskular di sisi distal area cedera sebelum dan setelah

pembebatan untuk menentukan keadekuatan perfusi jaringan perfusi.

Prinsip penanganan fraktur meliputi reduksi, imobilisasi dan

pengembalian fungsi serta kekuatan normal dengan rehabilitasi. Prinsip

penanganan fraktur dengan 4 R menurut Price dalam Wijaya dan Yessi,

2013 yaitu :

a. Rekognisi adalah menyangkut diagnosis fraktur pada tempat

kejadian dan kemudian di rumah sakit.

b. Reduksi adalah tindakan memanipulasi fragmen-fragmen tulang

yang patah agar dapat kembali seperti letak asalnya.

c. Retensi adalah aturan umum dalam pemasangan gips. Gips dipasang

untuk mempertahankan reduksi harus melewati sendi diatas fraktur

dan dibawah fraktur.

d. Rehabilitasi adalah pengobatan dan penyembuhan fraktur.

Penatalaksanaan keperawatan fraktur menurut Brunner dan Suddart

(2017), yaitu sebagai berikut :

a. Penatalaksanaan Fraktur Tertutup

1) Informasikan pasien mengenai metode pengontrolan edema dan

nyeri yang tepat misalnya meninggikan ekstremitas setinggi

jantung, memberikan analgesik sesuai resep dokter.

2) Ajarkan latihan untuk mempertahankan kekuatan otot pada

ekstremitas yang tidak terganggu dan memperkuat otot yang

digunakan untuk berpindah tempat dan menggunakan alat bantu

misalnya tongkat, walker.

3) Ajarkan pasien menggunakan alat bantu dengan benar.

Page 24: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR TERBUKApustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/KTI.compressed.pdf · 2018. 12. 6. · terbuka ekstremitas bawah akan mengalami gangguan konsep

4) Berikan pendidikan kesehatan pada pasien mengenai perawatan

diri, informasi, medikasi, pemantauan kemungkinan komplikasi

dan perlu supervisi layanan kesehatan yang berkelanjutan.

b. Penatalaksanaan Fraktur Terbuka

1) Sasaran penatalaksanaan ialah untuk mencegah infeksi luka,

jaringan lunak dan tulang serta untuk meningkatkan pemulihan.

Pada kasus fraktur terbuka, terdapat resiko osteomielitis, tetanus

dan gangren.

2) Berikan antibiotik IV dan tetanus toksoid jika diperlukan.

3) Lakukan irigasi luka dan debridement.

4) Tinggikan ekstremitas untuk meminimalkan edema.

5) Kaji status neurovaskular.

6) Ukur suhu tubuh pasien dalam interval teratur dan pantau tanda-

tanda infeksi.

6. Dampak Psikososial Fraktur

Pada pasien fraktur, periode penyembuhan fraktur serta bekas luka setelah

pelepasan dan pemasangan alat dapat menimbulkan dampak psikologis,

sosial, dan spiritual. Sejumlah masalah psikologis yang ditemui pada

pasien fraktur yaitu depresi, gangguan emosional, gangguan konsep diri

seperti harga diri rendah, perubahan peran, dan citra tubuh

(Prasetyo,2014).

Pada pasien fraktur terbuka atau kominutif dapat ditangani dengan

pemasangan traksi (fiksator) internal atau eksternal. Dengan adanya

pemasangan alat, adanya keterbatasan gerak pada pasien fraktur,

perawatan yang mengharuskan pasien tirah baring dalam waktu lama,

kelemahan fisik, adanya luka akan dapat menimbulkan terjadinya

perubahan pada konsep diri pasien salah satunya citra tubuh, walaupun

tidak semua pasien fraktur terbuka ekstremitas bawah akan mengalami

gangguan konsep diri (Brunner dan Suddart, 2017).

Page 25: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR TERBUKApustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/KTI.compressed.pdf · 2018. 12. 6. · terbuka ekstremitas bawah akan mengalami gangguan konsep

Oleh karena itu perawat perlu mengkaji masalah psikososial seperti konsep

diri gangguan citra tubuh yang timbul karena penyakit atau karena adanya

fraktur atau trauma (Brunner dan Suddart, 2017).

B. Gangguan Citra Tubuh

1. Konsep Diri

Konsep diri adalah pengetahuan individu tentang dirinya sendiri, merupakan

gambaran tentang diri dan gabungan kompleks dari perasaan,sikap dan persepsi

baik yang disadari maupun yang tidak disadari. Konse diri merupakan

representasi psikis individu yang dikelilingi dengan semua persepsi dan

pengalaman yang terorganisir (Potter dan Perry, 2005 dalam Dermawan dan

Deden, 2013).

Menurut Suhron (2017), menyebutkan bahwa konsep diri adalah keseluruhan

gambaran diri, yang meliputi persepsi seseorang tentang diri, perasaan,

keyakinan, dan nilai-nilai yang berhubungan dengan dirinya.

Konsep diri terbagi menjadi 5 yaitu :

a. Identitas diri

Merupakan kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari observasi dan

penilaian yang merupakan sintesis dari semua aspek konsep diri sebagai

suatu kesatuan yang utuh.

b. Harga diri

Merupakan penilaian terhadap hasil yang dicapai dengan analisis, sejauh

mana perilaku memenuhi ideal diri.

c. Ideal diri

Merupakan persepsi individu tentang bagaimana ia harus berprilaku sesuai

dengan standar perilaku.

d. Peran diri

Merupakan serangkaian perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial

yang berhubungan dengan fungsi individu di berbagai kelompok sosial.

Page 26: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR TERBUKApustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/KTI.compressed.pdf · 2018. 12. 6. · terbuka ekstremitas bawah akan mengalami gangguan konsep

e. Citra tubuh

Merupakan sekumpulan dari sikap individu yang disadari dan tidak disadari

terhadap tubuhnya, termasuk persepsi masa lalu dan sekarang, serta perasaan

tentang struktur, bentuk dan fungsi tubuh.

Citra tubuh adalah jumlah dari sikap sadar dan bawah sadar seseorang terhadap

tubuh sendiri. Hal ini termasuk persepsi sekarang dan masa lalu serta perasaan

tentang ukuran, fungsi, bentuk/penampilan, dan potensi. Citra tubuh terus

berubah saat persepsi dan pengalaman baru terjadi dalam kehidupan. Eksistensi

tubuh menjadi penting dalam mengembangkan citra tubuh seseorang.

(Stuart,2013).

Individu yang stabil, realistis, dan konsisten terhadap gambaran dirinya akan

memperlihatkan kemampuan yang baik terhadap realisasi yang akan memacu

sukses dalam kehidupan. Pandangan individu yang realistis terhadap dirinya

dengan menerima segala hal dari dirinya akan membuat individu tersebut

terhindar dari rasa cemas sehingga dapat meningkatkan harga dirinya. Sikap

individu terhadap tubuhnya mencerminkan aspek penting dalam dirinya

misalnya perasaan menarik atau tidak, gemuk atau tidak, dan sebagainya

(Yusuf, dkk, 2015).

Citra tubuh terbagi menjadi dua macam yaitu :

a. Citra tubuh positif

Citra tubuh yang positif merupakan suatu persepsi individu yang benar

mengenai bentuk tubuh individu tersebut. Individu tersebut melihat dirinya

sendiri sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dan menghargai tubuhnya

apa adanya. Dan individu tersebut memahami bahwa tubuh atau penampilan

fisik seseorang itu hanya berperan kecil, sehingga ia menerima bentuk

tubuhnya yang memiliki keunikan tersendiri dan tidak membuang waktu

untuk memikirkan bentuk tubuhnya dan merasa nyaman dengan bentuk

tubuhnya walaupun individu tersebut mempunyai kekurangan dalam segi

fisik (Dewi, 2009).

Page 27: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR TERBUKApustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/KTI.compressed.pdf · 2018. 12. 6. · terbuka ekstremitas bawah akan mengalami gangguan konsep

b. Citra tubuh negatif

Citra tubuh yang negatif yaitu persepsi individu terhadap diri sendiri dan

merasa tidak mampu untuk mencapai sesuatu yang berharga, sehingga

menuntun diri kearah kelemahan dan emosional yang dapat menimbulkan

keegoisan yang menciptakan suatu penghancuran diri Contohnya, pada

pasien yang mengalami fraktur terbuka akan tampak jelas bentuk luka

tersebut sehingga dapat menyebabkan pasien tersebut merasa malu dan

cemas yang menandakan citra tubuh pasien negatif (Suhron, 2017).

2. Konsep Gangguan Citra Tubuh

Gangguan citra tubuh adalah perubahan persepsi tentang tubuh yang

diakibatkan oleh perubahan ukuran, bentuk, struktur, fungsi, makna, objek yang

sering kontak dengan tubuh. Gangguan tersebut diakibatkan kegagalan dalam

penerimaan diri akibat adanya persepsi yang negatif terhadap tubuhnya secara

fisik (Muhith, 2015).

Pada pasien yang mengalami ganggguan citra tubuh, ia akan mempersepsikan

tubuhnya tersebut memiliki kekurangan dan ia tidak dapat menjaga integritas

tubuhnya sehingga ketika berhubungan dengan lingkungan sosial ia akan

merasa rendah diri. Misalnya pada pasien yang dirawat dirumah sakit umum,

perubahan citra tubuh sangat mungkin terjadi karena terjadinya perubahan

struktur tubuh karena tindakan invasif, penyuntikan, pemasangan alat kesehatan

dan lainnya (Muhith 2015).

3. Etiologi Gangguan Citra Tubuh

a. Faktor Predisposisi

1) Biologi

Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai

karena dirawat atau sakit. Stresor fisik atau jasmani yang lain seperti suhu

dingin atau panas, rasa nyeri atau sakit, kelelahan fisik, lingkungan yang

tidak memadai.

Page 28: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR TERBUKApustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/KTI.compressed.pdf · 2018. 12. 6. · terbuka ekstremitas bawah akan mengalami gangguan konsep

2) Psikologi

Penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan

yang berulang, kurang mempunyai tanggung jawab personal,

ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak realistis. Stressor

lainnya adalah konflik, tekanan, krisis dan kegagalan.

3) Sosio kultural

Faktor sosio kultural yang mempengaruhi seperti peran, gender, tuntutan

peran kerja, harapan peran budaya, tekanan dari kelompok sebaya dan

perubahan struktur sosial.

4) Perubahan ukuran, bentuk dan penampilan tubuh.

5) Proses patologik penyakit dan dampaknya terhadap struktur maupun

fungsi tubuh.

6) Prosedur pengobatan seperi radiasi, transplantasi, kemoterapi

7) Faktor predisposisi gangguan harga diri

8) Penolakan dari orang lain.

9) Kurang penghargaan.

10) Pola asuh yang salah

11) Kesalahan dan kegagalan yang berulang.

12) Tidak mampu mencapai standar yang ditentukan (Stuart,2013).

b. Faktor Presipitasi

Faktor presipitasi dapat disebabkan oleh faktor dari dalam atau faktor dari

luar individu terdiri dari :

1) Operasi seperti mastektomi, amputasi, luka operasi

2) Ketegangan peran adalah perasaan frustasi ketika individu merasa tidak

adekuat melakukan peran atau melakukan peran yang bertentangan

dengan hatinya atau tidak merasa cocok dalam melakukan perannya.

3) Perubahan ukuran dan bentuk, penampilan atau fungsi tubuh.

4) Perubahan fisik yang berkaitan dengan tumbuh kembang normal.

5) Prosedur medis dan perawatan (Stuart,2013).

Page 29: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR TERBUKApustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/KTI.compressed.pdf · 2018. 12. 6. · terbuka ekstremitas bawah akan mengalami gangguan konsep

4. Tanda dan Gejala Gangguan Citra Tubuh

Berikut tanda dan gejala gangguan citra tubuh menurut Keliat, 2013 yaitu :

a. Data Objektif

Data objektif yang dapat diobservasi dari pasien gangguan citra tubuh yaitu :

1) Perubahan dan kehilangan anggota tubuh, baik struktur, bentuk, maupun

fungsi

2) Pasien menyembunyikan bagian tubuh yang terganggu.

3) Pasien menolak melihat bagian tubuh.

4) Pasien menolak menyentuh bagian tubuh.

5) Aktivitas sosial pasien berkurang.

b. Data Subjektif

Data subjektif didapatkan dari hasil wawancara, pasien dengan gangguan

citra tubuh biasanya mengungkapkan :

1) Pasien mengungkapkan penolakan terhadap perubahan anggota tubuh

saat ini, misalnya tidak puas dengan hasil operasi, ada anggota tubuh

yang tidak berfungsi, dan menolak berinteraksi dengan orang lain.

2) Pasien mengungkapkan perasaan tidak berdaya,malu, tidak berharga,

dan keputusasaan.

3) Pasien mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi terhadap bagian

tubuh yang terganggu.

4) Pasien sering mengungkapkan kehilangan.

5) Pasien merasa asing terhadap bagian tubuh yang hilang.

Beberapa gangguan pada citra tubuh tersebut dapat menunjukkan tanda dan

gejala sebagai berikut (Muhith, 2015) yaitu :

a. Respon pasien adaptif

1) Syok psikologis

Merupakan reaksi emosional terhadap dampak perubahan dan dapat

terjadi pada saat pertama tindakan. Informasi yang banyak dan

kenyataan perubahan tubuh membuat pasien menggunakan mekasnisme

pertahanan diri seperti mengingkari, menolak dan proyeksi untuk

mempertahankan keseimbangan diri.

Page 30: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR TERBUKApustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/KTI.compressed.pdf · 2018. 12. 6. · terbuka ekstremitas bawah akan mengalami gangguan konsep

2) Menarik diri

Pasien menjadi sadar pada kenyataan, tetapi karena ingin lari dari

kenyataan maka pasien akan menghindar secara emosional. Hal tersebut

menyebabkan pasien menjadi pasif, tergantung pada orang lain, tidak

ada motivasi dalam perawatan dirinya sendiri.

3) Penerimaan atau pengakuan secara bertahap

Setelah pasien sadar akan kenyataan, maka respon kehilangan atau

berduka akan muncul. Dan setelah fase ini pasien akan mulai

melakukan reintegrasi terhadap gambaran dirinya yang baru.

b. Respon pasien maladaptif

1) Menolak untuk melihat dan menyentuh bagian yang berubah.

2) Tidak dapat menerima perubahan struktur dan fungsi tubuh.

3) Mengurangi kontak sosial sehingga bisa terjadi isolasi sosial.

4) Perasaan atau pandangan negatif terhadap tubuhnya

5) Mengungkapkan keputusasaan

6) Mengungkapkan ketakutan akan ditolak

7) Menolak penjelasan mengenai perubahan citra tubuhnya

5. Psikodinamika Gangguan Citra Tubuh

Cenderung mengikuti

halusinasi Sering menghayal Melakukan ancaman,

menghardik, memukul

Pengalaman sensori

berlanjut Halusinasi Risiko Perilaku

Kekerasan

Aktivitas sosial Tidak mau

berkomunikasi

Mengungkapkan

perasaan tidak berdaya,

tidak berharga

Harga Diri

Rendah

Acuh tak acuh,

mengurung diri

Isolasi Sosial

Perubahan ukuran, bentuk,

dan fungsi tubuh

Koping Maladaptif

Penyakit Prosedur medis

Gangguan

Citra Tubuh

Cenderung berpikiran

negatif terhadap

tubuhnya

Page 31: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR TERBUKApustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/KTI.compressed.pdf · 2018. 12. 6. · terbuka ekstremitas bawah akan mengalami gangguan konsep

C. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Fraktur dengan Gangguan Citra Tubuh

Standar asuhan keperawatan atau standar praktik keperawatan mengacu pada

standar praktik profesional dan standar kerja profesional. Standar praktik

profesional tersebut juga mengacu pada proses keperawatan jiwa yang terdiri dari

lima tahap standar, yaitu pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan

evaluasi (NANDA, 2016).

1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan

dan merupakan proses yang sistematis dalam pengumpulan data (Muhith,

2015). Menurut Stuart dan Laraia dalam Prabowo (2014), data yang

dikumpulkan pada tahap pengkajian meliputi data biologis, psikologis,

sosial dan spiritual. Cara pengkajian lain berfokus pada lima dimensi yaitu

fisik, emosional, intelektual, sosial dan spiritual.

Isi dari pengkajian meliputi :

a. Identitas Pasien

Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang

dipakai, pendidikan, status perkawinan, tanggal masuk RS, asuransi,

nomor rekam medis, tanggal pengkajian dan diagnosa medis.

b. Identitas Penanggung Jawab

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamat dan

hubungan dengan pasien.

c. Alasan Masuk

Yang menyebabkan pasien masuk Rumah Sakit dan dirawat Biasanya

pasien masuk karena kecelakaan, fraktur, luka bakar, mengalami

penganiayaan fisik.

d. Riwayat Penyakit Sekarang dan Faktor Presipitasi

Biasanya pasien mengalami perubahan kondisi fisik, seperti adanya

fraktur, amputasi, luka bakar yang dapat menimbulkan masalah

psikologis pada pasien.

e. Faktor Predisposisi

Biasanya pasien mempunyai riwayat gangguan jiwa, pernah melakukan

atau mengalami penganiayaan fisik atau seksual, kekerasan dalam

keluarga.

Page 32: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR TERBUKApustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/KTI.compressed.pdf · 2018. 12. 6. · terbuka ekstremitas bawah akan mengalami gangguan konsep

f. Pemeriksaan Fisik

Meliputi pemeriksaan tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan dan

keluhan fisik yang dirasakan pasien seperti adanya fraktur.

g. Pengkajian Psikososial

1) Genogram

Genogram menggambarkan mengenai silsilah dan riwayat penyakit

pasien dan keluarga.

2) Konsep Diri

a) Citra tubuh

Kaji mengenai persepsi pasien terhadap tubuhnya, bagian tubuh

yang disukai dan bagian tubuh yang tidak disukai. Persepsi pasien

terhadap citra tubuhnya dapat positif maupun negatif. Biasanya

pasien yang mengalami gangguan citra tubuh akan memiliki citra

tubuh yang negatif.

b) Identitas diri

Kaji mengenai status dan posisi pasien sebelum dirawat, kepuasan

pasien terhadap status dan posisinya serta keunikan yang

dimilikinya sesuai dengan jenis kelamin dan posisinya.

c) Harga diri

Kaji mengenai hubungan pasien dengan orang lain sesuai dengan

kondisi, dampak pada pasien dalam berhubungan dengan orang

lain, ideal diri tidak sesuai harapan, dan penilaian pasien terhadap

pandangan atau penghargaan orang lain terhadap dirinya.

d) Ideal diri

Kaji mengenai harapan pasien terhadap keadaan tubuh yang ideal,

tugas, pekerjaan, lingkungan serta peran pasien dalam keluarga.

Dan harapan pasien terhadap penyakitnya serta adanya kesesuaian

antara harapan dan kenyataan.

e) Peran diri

Kaji mengenai tugas atau peran pasien dalam keluarga, pekerjaan,

kelompok masyarakat, kemampuan pasien dalam melaksanakan

Page 33: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR TERBUKApustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/KTI.compressed.pdf · 2018. 12. 6. · terbuka ekstremitas bawah akan mengalami gangguan konsep

fungsi dan perannya, perubahan yang terjadi saat pasien dirawat

serta perasaan pasien terhadap perubahan tersebut.

3) Hubungan Sosial

Kaji mengenai orang penting bagi pasien, upaya yang dilakukan

pasien dalam menghadapi masalah, adanya hambatan dalam

berhubungan dengan orang lain, keterlibatan pasien mengikuti dalam

kegiatan kelompok atau masyarakat.

4) Spiritual

Kaji mengenai nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah serta kepuasan

pasien dalam menjalankan ibadah.

h. Status Mental

1) Penampilan

Melihat penampilan pasien dan cara pasien menggunakan pakaian

yang sesuai dan seperti biasanya, nilai ketidakmampuan pasien

dalam berpenampilan terhadap status psikologis pasien.

2) Pembicaraan

Amati cara pasien dalam berbicara apakah cepat, keras, gagap,

sering terhenti, lambat, membisu, menghindar, tidak mampu

memulai pembicaraaan.

3) Aktivitas motorik

Amati aktivitas motorik pasien apakah lesu, tegang, gelisah, agitasi

atau pun tremor.

4) Afek dan Emosi

a) Afek

Kaji afek pasien meliputi :

1) Adekuat merupakan perubahan roman muka yang sesuai

dengan stimulus eksternal.

2) Datar merupakan tidak adanya perubahan roman muka saat

ada stimulus yang menyenangkan maupun menyedihkan.

3) Tumpul merupakan reaksi yang timbul ketika ada stimulus

emosi yang sangat kuat

4) Labil merupakan emosi pasien yang cepat berubah-rubah.

Page 34: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR TERBUKApustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/KTI.compressed.pdf · 2018. 12. 6. · terbuka ekstremitas bawah akan mengalami gangguan konsep

5) Tidak sesuai merupakan emosi yang bertentangan atau

berlawanan dengan stimulus.

b) Emosi

Kaji mengenai perasaan kesepian, apatis, marah, anhedonia,

eforia, depresi, sedih dan cemas yang dirasakan oleh pasien.

5) Interaksi selama wawancara

a) Kooperatif : pasien berespon dengan baik terhadap

pewawancara

b) Tidak kooperatif : pasien tidak dapat menjawab pertanyaan

pewawancara dengan spontan

c) Mudah tersinggung

d) Bermusuhan : pasien berkata atau berpandangan yang tidak

baik, tidak bersahabat atau tidak ramah.

e) Kontak kurang : pasien tidak mau menatap lawan bicara.

f) Curiga : pasien menunjukkan sikap atau peran tidak percaya

kepada pewawancara atau orang lain.

6) Persepsi sensori

a) Halusinasi

Kaji apakah pasien mengalami gangguan persepsi halusinasi

pendengaran, penglihatan, perabaan, pengecapan, dan

penciuman.

b) Ilusi

c) Depersonalisasi

d) Derealisasi

7) Proses pikir

a) Bentuk pikir

1) Otistik : pasien hidup dalam dirinya sendiri dan cenderung

tidak memperdulikan lingkungannya.

2) Dereistik : proses mental pasien tidak diikuti dengan

kenyataan, logika dan pengalaman.

3) Non realistik : pikiran pasien tidak sesuai kenyataan.

Page 35: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR TERBUKApustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/KTI.compressed.pdf · 2018. 12. 6. · terbuka ekstremitas bawah akan mengalami gangguan konsep

b) Arus pikir

1) Sirkumstansial : pasien berbicara berbelit-belit tapi sampai

pada tujuan

2) Tangensial : pasien berbicara berbelit-belit tapi tidak sampai

pada tujuan

3) Kehilangan dan asosiasi : tidak ada hubungan antara satu

kalimat dengan kalimat lainnya dalam pembicaraan pasien.

4) Flight of ideas : cara bicara pasien meloncat dari satu topik

ke topik lainnya.

5) Bloking : cara bicara pasien terhenti tiba-tiba tanpa ada

gangguan dari luar kemudian dilanjutkan kembali

6) Perseferasi : dalam berbicara pasien menggunakan kata-kata

yang diulang berkali-kali

7) Perbigerasi : dalam berbicara pasien menggunakan kalimat

yang diulang berkali-kali.

c) Isi pikir

1) Obsesi merupakan pikiran yang selalu muncul walaupun

pasien berusaha menghilangkannya.

2) Phobia merupakan ketakutan yang patologis atau tidak logis

terhadap objek atau situasi tertentu.

3) Hipokondria merupakan keyakinan terhadap gangguan

organ tubuh yang sebenarnya tidak ada

4) Depersonalisasi merupakan perasaan pasien yang asing

terhadap diri sendiri, orang lain dan lingkungan

5) Ide yang terkait merupakan keyakinan pasien terhadap

kejadian yang terjadi dilingkungan yang bermakna dan

terkait dengan diri pasien

6) Pikiran magis merupakan keyakinan pasien tentang

kemampuannya dalam melakukan hal yang mustahil atau

diluar kemampuannya.

7) Waham

Page 36: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR TERBUKApustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/KTI.compressed.pdf · 2018. 12. 6. · terbuka ekstremitas bawah akan mengalami gangguan konsep

(a) Agama, keyakinan pasien terhadap suatu agama yang

berlebihan dan diucapkan berulang-ulang tetapi tidak

sesuai dengan kenyataan

(b) Somatik merupakan keyakinan pasien terhadap

tubuhnya dan diucapkan berulang-ulang tetapi tidak

sesuai dengan keyakinan.

(c) Kebesaran merupakan keyakinan pasien yang berlebihan

terhadap kemampuannya dan diucapkan secara

berulang-ulang tapi tidak sesuai kenyataan

(d) Curiga merupakan keyakinan pasien bahwa ada orang

yang berusaha merugikan, mencederai dirinya yang

diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan

kenyataan.

8) Tingkat kesadaran

a) Bingung : pasien tampak bingung dan kacau atau perilaku

pasien tidak mengarah pada tujuan

b) Sedasi : pasien mengatakan merasa melayang-layang antara

sadar dan tidak sadar

c) Stupor : terjadinya gangguan motorik seperti ketakutan, ada

gerakan yang diulang-ulang tetapi pasien mengerti semua hal

yang terjadi diligkungannya.

9) Orientasi

Meliputi orientasi terhadap waktu, tempat dan orang.

10) Memori

a) Gangguan mengingat jangka panjang yaitu tidak dapat

mengingat kejadian lebih dari satu bulan.

b) Gangguan mengingat jangka pendek yaitu tidak dapat

mengingat kejadian dalam minggu terakhir.

c) Gangguan mengingat saat ini yaitu tidak dapat mengingat

kejadian yang baru saja terjadi.

Page 37: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR TERBUKApustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/KTI.compressed.pdf · 2018. 12. 6. · terbuka ekstremitas bawah akan mengalami gangguan konsep

d) Konfabulasi yaitu hal yang dibicarakan pasien tidak sesuai

dengan kenyataan dengan memasukkan cerita yang tidak benar

untuk menutupi gangguan daya ingatnya.

11) Tingkat konsentrasi

a) Mudah beralih : perhatian pasien mudah berganti dari satu

objek ke objek lainnya

b) Tidak mampu berkonsentrasi : pasien selalu meminta agar

pertanyaan yang diajukan diulang karena tidak dapat

menangkap apa yang ditanyakan.

c) Tidak mampu berhitung : pasien tidak dapat melakukan

penambahan atau pengurangan pada benda yang nyata.

12) Kemampuan penilaian

Kaji mengenai kemampuan pasien dalam menilai situasi, kemudian

bandingkan dengan yang seharusnya

13) Daya tilik diri

a) Pasien mengingkari penyakit yang dideritanya, yaitu pasien

tidak menyadari gejala penyakit serta perubahan fisik dan emosi

pada dirinya dan merasa tidak butuh bantuan orang lain.

b) Pasien menyalahkan hal-hal diluar dirinya dengan menyalahkan

orang lain atau lingkungan yang menyebabkan timbulnya

penyakit atau masalah.

i. Kebutuhan Persiapan Pulang

Kaji mengenai pola makan, pola eliminasi, mandi, berpakaian, istirahat

dan tidur, penggunaan obat, pemeliharaan kesehatan, aktivitas di dalam

rumah serta aktivitas di luar rumah.

j. Mekanisme Koping

Data didapatkan melalui wawancara dengan pasien dan keluarganya.

Mekanisme koping terbagi dua yaitu :

1) Mekanisme koping jangka pendek

a) Memberikan pelarian sementara dari krisis identitas

b) Memberikan identitas pengganti sementara

Page 38: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR TERBUKApustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/KTI.compressed.pdf · 2018. 12. 6. · terbuka ekstremitas bawah akan mengalami gangguan konsep

c) Sementara memperkuat atau meningkatkan rasa membaur

dengan diri (Stuart, 2013).

2) Mekanisme koping jangka panjang

a) Menutup identitas

b) Identitas negatif, yaitu asumsi yang bertentangan dengan nilai

dan harapan masyarakat.

k. Masalah Psikososial dan Lingkungan

Kaji mengenai masalah yang berhubungan dengan pendidikan,

pekerjaan, ekonomi, pelayanan kesehatan dan lingkungan.

l. Tingkat Pengetahuan

Kaji mengenai masalah yang berkaitan dengan tingkat pendidikan

pasien misalnya tentang penyakit fisik, gangguan jiwa, faktor

predisposisi dan faktor presipitasi, mekanisme koping serta obat-obatan.

m. Aspek Medis

Merupakan diagnosa medis yang menyangkut masalah psikososial,

obat-obatan pasien saat ini baik obat fisik, psikofarmaka dan terapi

lainnya.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu cara mengidentifikasi, memfokuskan

dan mengatasi kebutuhan spesifik pasien serta respon terhadap masalah

aktual maupun risiko (Prabowo, 2014).

Diagnosa keperawatan gangguan citra tubuh dapat ditegakkan karena

terjadinya penurunan atau perubahan bentuk, fungsi, penampilan tubuh

serta kehilangan struktur tubuh tertentu pada pasien. Jika masalah

psikososial gangguan citra tubuh tidak diatasi dengan benar, maka akan

mengakibatkan pasien mengalami harga diri rendah.

Berikut pohon masalah dari gangguan citra tubuh yaitu sebagai berikut:

Pohon Masalah

Harga Diri Rendah

Gangguan Citra Tubuh

Kehilangan atau penurunan

bentuk dan fungsi tubuh

Akibat

Core Problem

Etiologi

Page 39: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR TERBUKApustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/KTI.compressed.pdf · 2018. 12. 6. · terbuka ekstremitas bawah akan mengalami gangguan konsep

Gambar 2.2

Pohon Masalah Gangguan Citra Tubuh (Nurhalimah, 2016)

Berdasarkan pohon masalah gangguan citra tubuh diatas, dapat ditegakkan

diagnosa keperawatan sebagai berikut :

a. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan cedera

b. Risiko harga diri rendah situasional berhubungan dengan gangguan

citra tubuh

c. Isolasi sosial berhubungan dengan perubahan penampilan fisik

(NANDA, 2016).

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan disesuaikan dengan standar asuhan keperawatan

masalah psikososial yang mencakup tindakan psikoterapeutik yaitu

penggunaan berbagai teknik komunikasi terapeutik dalam membina

hubungan dengan pasien dan keluarga.

Intervensi keperawatan pada pasien fraktur dengan gangguan citra tubuh

menggunakan dua acuan yaitu berdasarkan strategi pelaksanaan pasien dan

keluarga serta intervensi keperawatan berdasarkan standar NOC (Nursing

Outcomes Classification) dan NIC (Nursing Interventions Classification).

Menurut Keliat (2013), Strategi Pelaksanaan (SP) pasien dan Strategi

Pelaksanaan (SP) keluarga pada pasien dengan gangguan citra tubuh yaitu

sebagai berikut :

a. Strategi Pelaksanaan Pasien

1) SP 1

a) Membina hubungan saling percaya antara perawat dan pasien

b) Mendiskusikan tentang gangguan citra tubuh

c) Mendiskusikan penerimaan terhadap gangguan citra tubuh

d) Mendiskusikan tentang aspek positif pada diri pasien

e) Mendiskusikan cara meningkatkan citra tubuh

Page 40: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR TERBUKApustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/KTI.compressed.pdf · 2018. 12. 6. · terbuka ekstremitas bawah akan mengalami gangguan konsep

2) SP 2

a) Mengevaluasi kegiatan yang sudah dilakukan

b) Mengidentifikasi dan melakukan cara meningkatkan citra tubuh

c) Melatih pasien berinteraksi secara bertahap

b. Strategi Pelaksanaan Keluarga

1) SP 1

a) Mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga

b) Menjelaskan mengenai gangguan citra tubuh

c) Menjelaskan cara mengatasi gangguan citra tubuh

2) SP 2

a) Mengevaluasi mengenai kegiatan sebelumnya

b) Menyusun rencana keperawatan bersama keluarga pasien yang

mengalami gangguan citra tubuh

c) Melatih keluarga cara merawat pasien gangguan citra tubuh

Tabel 2.1

Intervensi keperawatan berdasarkan standar NOC (Nursing Outcomes Classification)

dan NIC (Nursing Interventions Classification)

No Diagnosa NOC NIC

1. Gangguan citra

tubuh berhubungan

dengan cedera

Citra Tubuh

Indikator :

a. Kesesuaian antara

realitas tubuh dan

ideal tubuh dengan

penampilan tubuh

b. Deskripsi bagian

tubuh yang terkena

dampak

c. Sikap terhadap

menyentuh bagian

tubuh yang terkena

dampak

d. Kepuasan dengan

penampilan tubuh.

e. Penyesuaian

terhadap perubahan

tampilan fisik

f. Penyesuaian

terhadap perubahan

Peningkatan Citra Tubuh

Aktivitas :

a. Tentukan jika terdapat perasaan

tidak suka terhadap karakteristik

fisik khusus yang menciptakan

fungsi paralisis sosial untuk

remaja dan kelompok dengan

risiko tinggi lain

b. Tentukan perubahan fisik saat

ini apakah berkontribusi pada

citra tubuh pasien

c. Bantu pasien memisahkan

penampilan fisik dari perasaan

berharga secara pribadi, dengan

cara yang tepat

d. Bantu pasien mendiskusikan

stressor yang mempengaruhi

citra tubuh terkait dengan

kondisi kongenital, cedera,

penyakit atau pembedahan

Page 41: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR TERBUKApustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/KTI.compressed.pdf · 2018. 12. 6. · terbuka ekstremitas bawah akan mengalami gangguan konsep

fungsi tubuh

g. Penyesuaian

terhadap perubahan

status kesehatan

h. Penyesuaian

terhadap perubahan

tubuh akibat cedera

i. Penyesuaian

terhadap perubahan

tubuh akibat

pembedahan

e. Identifikasi dampak dari budaya

pasien, agama, ras, jenis

kelamin terkait dengan citra

tubuh

f. Monitor frekuensi dari

pernyataan mengkritis diri

g. Monitor apakah pasien bisa

melihat bagian tubuh mana yang

berubah

h. Tentukan persepsi pasien dan

keluarga terkait dengan

perubahan citra tubuh

i. Tentukan apakah perubahan

citra tubuh berkontribusi pada

peningkatan isolasi sosial

j. Bantu pasien untuk

mengidentifikasi bagian

tubuhnya yang memiliki

persepsi positif terkait dengan

tubuhnya

k. Bantu pasien untuk

mengidentifikasi tindakan yang

akan meningkatkan penampilan

2. Risiko harga diri

rendah situasional

berhubungan

dengan gangguan

citra tubuh

Harga Diri

Indikator :

a. Verbalisasi

penerimaan diri

b. Mempertahankan

kontak mata

c. Gambaran diri

d. Komunikasi terbuka

e. Tingkat kepercayaan

diri

f. Penerimaan

terhadap pujian dari

orang lain

g. Penerimaan

terhadap kritik yang

membangun

h. Gambaran tentang

bangga pada diri

sendiri

i. Perasaan tentang

nilai diri

Peningkatan Harga Diri

Aktivitas :

a. Monitor pernyataan pasien

mengenai harga diri

b. Tentukan kepercayaan diri

pasien dalam hal penilaian diri

c. Bantu pasien untuk menemukan

penerimaan diri

d. Dukung pasien melakukan

kontak mata pada saat

berkomunikasi dengan orang

lain

e. Dukung pasien untuk terlibat

dalam memberikan afirmasi

positif melalui pembicaraan

pada diri sendiri dan secara

verbal terhadap diri setiap hari

f. Bantu pasien untuk

mengidentifikasi respon positif

dari orang lain

g. Jangan mengkritisi pasien

secara negatif

h. Bantu untuk mengatur tujuan

yang realistik dalam rangka

mencapai harga diri yang lebih

Page 42: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR TERBUKApustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/KTI.compressed.pdf · 2018. 12. 6. · terbuka ekstremitas bawah akan mengalami gangguan konsep

tinggi

i. Eksplorasi keberhasilan

sebelumnya

j. Berikan hadiah atau pujian

terkait dengan kemajuan pasien

dalam mencapai tujuan

k. Bantu pasien untuk

mengidentifikasi dampak

budaya, agama, ras, jenis

kelamin, dan usia terhadap

harga diri

l. Instruksikan orangtua mengenai

pentingnya minat dan dukungan

mereka dalam pengembangan

konsep diri positif anak-anak

m. Monitor tingkat harga diri dari

waktu ke waktu dengan tepat

n. Buat pernyataan positif

mengenai pasien

3. Isolasi sosial

berhubungan

dengan perubahan

penampilan fisik

Dukungan Sosial

Indikator :

a. Kemauan untuk

menghubungi orang

lain untuk meminta

bantuan

b. Dukungan emosi

yang disediakan

oleh orang lain

c. Hubungan teman

karib

d. Koneksi dukungan

sosial

e. Jaringan sosial yang

stabil

Peningkatan Sosialisasi

Aktivitas :

a. Anjurkan kesabaran dalam

pengembangan hubungan

b. Berikan umpan balik mengenai

perbaikan dalam perawatan

penampilan pribadi atau

kegiatan lainnya

c. Anjurkan kejujuran dalam

mempresentasikan diri sendiri

ke orang lain

d. Tingkatkan berbagai masalah

umum dengan orang lain

e. Fasilitasi masukan pasien dan

perencanaan kegiatan di masa

depan

f. Anjurkan perencanaan

kelompok kecil untuk kegiatan

khusus

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan disesuaikan dengan intervensi keperawatan.

Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan, perawat perlu

memvalidasi kembali apakah rencana tindakan masih sesuai dan

dibutuhkan pasien saat ini (Prabowo, 2014)

Page 43: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR TERBUKApustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/KTI.compressed.pdf · 2018. 12. 6. · terbuka ekstremitas bawah akan mengalami gangguan konsep

5. Evaluasi Keperawatan

Menurut Prabowo (2014), evaluasi keperawatan mengharuskan perawat

melakukan pemeriksaan secara kritikal dan menyatakan respon pasien

terhadap intervensi yang telah diberikan. Evaluasi dapat dilakukan dengan

menggunakan pendekatan SOAP yaitu sebagai berikut :

a. S : Respon subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah

dilaksanakan dan dapat diukur misalnya dengan menanyakan “bagaimana

perasaan ibu setelah kita mendiskusikan aspek positif dalam diri ibu?”

b. O : respon objektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah

dilaksanakan dan dapat diukur dengan mengobservasi perilaku pasien pada

saat komunikasi dan tindakan dilakukan.

c. A : Analisis ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan

masalah tersebut masih muncul atau muncul masalah baru atau ada data

yang kontradiksi dengan masalah yang ada.

d. P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisis pada respons

pasien yang terdiri dari tindakan lanjut pasien dan tindakan lanjut oleh

perawat.

Pasien dan keluarga perlu dilibatkan dalam evaluasi agar perawat dapat melihat

perubahan yang terjadi pada pasien. Pada tahap evaluasi sangat diperlukan

adanya reinforcement untuk menguatkan perubahan yang positif. Pasien dan

keluarga juga harus diberikan motivasi untuk melakukan self reinforcement

(Prabowo, 2014).

Page 44: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR TERBUKApustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/KTI.compressed.pdf · 2018. 12. 6. · terbuka ekstremitas bawah akan mengalami gangguan konsep

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang

dilakukan dengan tujuan untuk membuat gambaran atau mendeskripsikan

tentang suatu keadaan secara objektif dengan pendekatan studi kasus Nursalam,

2013). Hasil yang diharapkan oleh peneliti adalah mengetahui asuhan

keperawatan pada pasien fraktur terbuka ekstremitas bawah dengan gangguan

citra tubuh di ruang Trauma Center RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2018.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di Ruang Trauma Center RSUP Dr. M. Djamil

Padang dari bulan Oktober 2017 sampai bulan Juni 2018. Waktu pelaksanaan

asuhan keperawatan dilakukan selama 6 hari dimulai tanggal 17 Maret sampai

dengan 22 Maret 2018.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari objek yang dapat diteliti atau subjek yang

diteliti (Notoadmodjo, 2012). Populasi dari penelitian ini adalah

keseluruhan pasien fraktur terbuka ekstremitas bawah di Ruang Trauma

Center RSUP Dr. M. Djamil Padang. Jumlah pasien fraktur terbuka

ekstremitas bawah di Ruang Trauma Center RSUP Dr. M. Djamil Padang

selama sebulan terakhir pada bulan Maret 2018 yaitu 7 pasien.

2. Sampel

Sampel terdiri dari bagian populasi yang dapat digunakan sebagai subjek

penelitian melalui sampling. Teknik sampling merupakan cara yang

digunakan dalam pengambilan sampel, dan agar memperoleh sampel yang

sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian (Nursalam, 2013).

Page 45: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR TERBUKApustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/KTI.compressed.pdf · 2018. 12. 6. · terbuka ekstremitas bawah akan mengalami gangguan konsep

Sampel dalam penelitian ini diambil dari 7 pasien fraktur terbuka

ekstremitas bawah di ruang Trauma Center RSUP Dr. M. Djamil Padang.

Guna untuk menjaring pasien fraktur terbuka ekstremitas bawah yang

mengalami gangguan citra tubuh, maka dilakukan screening terhadap

seluruh pasien fraktur terbuka ekstremitas bawah dengan format screening

gangguan citra tubuh terlampir. Setelah dilakukan screening pada pasien

fraktur terbuka ekstremitas bawah maka terjaring 3 orang pasien yang

mengalami gangguan citra tubuh. Oleh karena itu untuk memilih 2 orang

responden maka penulis memilih responden dengan teknik purposive

sampling dengan kriteria yang telah ditetapkan sebagai berikut :

1. Kriteria Inklusi

a. Pasien bersedia menjadi responden dalam penelitian

b. Pasien bersedia diberikan asuhan keperawatan

c. Pasien fraktur terbuka ekstremitas bawah yang mengalami masalah

gangguan citra tubuh

d. Pasien kooperatif dan mampu berkomunikasi verbal dengan baik

dan benar

e. Keluarga pasien bersedia pasien menjadi responden dan

berpartisipasi dalam penelitian

2. Kriteria Eklusi

a. Pasien yang pindah ruang rawatan

b. Pasien yang mengalami penyakit lain seperti cedera kepala berat

Berdasarkan kriteria diatas, maka terdapat sebayak 3 orang responden yang

sesuai dengan kriteria. Dan untuk memilih 2 orang responden, maka penulis

menggunakan teknik simple random sampling. Setelah dilakukan teknik

simple random sampling maka didapatkan 2 orang responden.

D. Alat dan Instrumen Pengumpulan Data

Alat yang digunakan untuk pemeriksaan fisik seperti tensi meter, stetoskop,

termometer dan instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah format

screening gangguan citra tubuh yang terdiri dari 10 pertanyaan ya dan tidak.

Jika pasien menjawab pertanyaan ya selain pada pertanyaan no 1 maka pasien

Page 46: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR TERBUKApustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/KTI.compressed.pdf · 2018. 12. 6. · terbuka ekstremitas bawah akan mengalami gangguan konsep

tersebut mengalami gangguan citra tubuh. Pengumpulan data dilakukan dengan

cara anamnesa, pemeriksaan fisik, observasi dan studi dokumentasi.

1) Format pengkajian masalah psikososial terdiri dari : identitas pasien, faktor

predisposisi, pemeriksaan fisik, psikososial, genogram, lingkungan,

pengetahuan, konsep diri, dan program pengobatan.

2) Format analisa data terdiri dari : nama pasien, data, masalah, dan etiologi

(pohon masalah).

3) Format diagnosa keperawatan terdiri dari : nama, diagnosa keperawatan,

tanggal dan paraf ditemukannya masalah, serta tanggal dan paraf teratasinya

masalah.

4) Format rencana asuhan keperawatan terdiri dari : nama, diagnosa

keperawatan dan intervensi keperawatan.

5) Format implementasi keperawatan terdiri dari : nama, hari dan tanggal,

diagnosa keperawatan, implementasi keperawatan dan paraf yang

melakukan implementasi keperawatan.

6) Format evaluasi keperawatan terdiri dari : nama, hari dan tanggal, diagnosa

keperawatan, evaluasi keperawatan dan paraf yang melakukan evaluasi

keperawatan.

E. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data

1) Data Primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti langsung dari

sumber data atau responden (Saryono dan Anggraeni, 2013). Data tersebut

berdasarkan format pengkajian asuhan keperawatan masalah psikososial,

meliputi: identitas pasien, riwayat kesehatan pasien, pola aktifitas sehari-

hari dirumah, dan pemeriksaan fisik terhadap pasien.

2) Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang telah tersedia dari hasil pengumpulan data

untuk keperluan tertentu yang dapat digunakan sebagian atau seluruhnya

sebagai sumber data penelitian (Saryono dan Anggraeni, 2013). Data

sekunder merupakan data pasien fraktur ekstremitas bawah dari rekam

Page 47: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR TERBUKApustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/KTI.compressed.pdf · 2018. 12. 6. · terbuka ekstremitas bawah akan mengalami gangguan konsep

medis RSUP Dr. M. Djamil Padang, dan data ruangan Trauma Center

RSUP Dr. M. Djamil Padang.

Teknik pengumpulan data menggunakan multi sumber bukti yang artinya

teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik

data dan sumber data yang telah ada. Dalam teknik ini, berarti peneliti

menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda. Peneliti akan

menggunakan observasi, pengukuran, wawancara mendalam, dan dokumentasi

untuk sumber data yang sama secara serempak (Sugiyono, 2014).

Teknik pengumpulan data yaitu sebagai berikut :

a. Wawancara

Peneliti melakukan wawancara dengan kedua responden menggunakan

format pengkajian yang telah disediakan mulai dari identitas, aspek

psikologis, dan aspek medis.

b. Pemeriksaan fisik

Dalam melakukan pemeriksaan fisik peneliti mengobservasi atau melihat

kondisi dari pasien seperti keadaan umum pasien, ekspresi pasien saat

berkomunikasi. tanda-tanda vital, berat badan, tinggi badan pasien.

c. Dokumentasi

Peneliti mendokumentasikan asuhan keperawatan yang telah dilakukan

oleh peneliti.

F. Prosedur Penelitian

Pengumpulan data dalam penelitian ini dengan cara screening, wawancara,

observasi, pemeriksaan fisik dan anamnesa. Pengambilan data menggunakan

format screening gangguan citra tubuh dan format pengkajian masalah

psikososial.

Adapun langkah-langkah pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti

adalah :

a. Peneliti meminta surat rekomendasi pengambilan data dan surat izin

penelitian dari institusi pendidikan Poltekkes Kemenkes RI Padang

Page 48: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR TERBUKApustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/KTI.compressed.pdf · 2018. 12. 6. · terbuka ekstremitas bawah akan mengalami gangguan konsep

b. Peneliti meminta izin ke RSUP Dr M Djamil Padang dan menyerahkan surat

penelitian dari institusi untuk mendapatkan surat rekomendasi ke RSUP Dr

M Djamil Padang

c. Peneliti meminta data Rekam Medis pasien fraktur selama 2 tahun terakhir

d. Peneliti meminta data pasien fraktur di ruang Trauma Center RSUP Dr M

Djamil Padang selama 3 bulan terakhir

e. Peneliti memilih responden dengan menggunakan format screening

gangguan citra tubuh

f. Responden diberi penjelasan mengenai tujuan penelitian

g. Responden diberi kesempatan untuk bertanya

h. Responden menandatangani inform consent

i. Peneliti melakukan pengkajian menggunakan format pengkajian masalah

psikososial

j. Peneliti melakukan pemeriksaan fisik

k. Peneliti melakukan asuhan keperawatan pada responden dan selanjutnya

melakukan terminasi.

G. Analisis Data

Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini adalah menganalisis semua

temuan pada tahapan proses keperawatan dengan menggunakan konsep dan

teori keperawatan pada pasien fraktur ekstremitas bawah dengan gangguan

citra tubuh. Data yang telah didapat dari hasil melakukan asuhan keperawatan

mulai dari pengkajian, penegakan diagnosa, merencanakan tindakan,

melakukan tindakan sampai mengevaluasi hasil tindakan akan dinarasikan dan

dibandingkan dengan teori asuhan keperawatan masalah psikososial dengan

gangguan citra tubuh. Analisa yang dilakukan adalah untuk membandingkan

antara teori yang ada dengan kondisi pasien.

Page 49: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR TERBUKApustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/KTI.compressed.pdf · 2018. 12. 6. · terbuka ekstremitas bawah akan mengalami gangguan konsep

BAB IV

DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN KASUS

A. Deskripsi Kasus

Penulisan asuhan keperawatan pada pasien fraktur terbuka ekstremitas bawah

yang mengalami gangguan citra tubuh telah dilakukan selama 6 hari dari tanggal

17 Maret 2018 sampai dengan 22 Maret 2018 dengan proses keperawatan yang

dimulai dari pengkajian, analisa data, menegakkan diagnosa keperawatan,

intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan.

1. Pengkajian Keperawatan

a. Identitas Pasien

Hasil dari pengkajian identitas pada kedua pasien yaitu pasien 1 berjenis

kelamin laki-laki berusia 61 tahun, status menikah dengan lima orang

anak, agama islam, pendidikan terakhir SMA, pekerjaan petani. Pasien

masuk RS pada tanggal 14 Maret 2018, no MR 01.00.99.84 dan sumber

informasi dari pasien dan keluarga. Sedangkan pasien 2 berjenis kelamin

perempuan berusia 19 tahun, status belum menikah, agama islam,

pendidikan terakhir SMA, pekerjaan mahasiswa. Pasien masuk RS pada

tanggal 18 Maret 2018, no MR 01.01.04.13 dan sumber informasi dari

pasien dan keluarga.

b. Keluhan Utama

Keluhan utama pada pasien 1 yaitu keadaan umum pasien sedang dan

pasien mengalami fraktur terbuka distal femur dan proksimal tibia fibula

sinistra dengan terpasang fiksator eksternal, pasien mengatakan ia merasa

asing, malu, takut, ia ingin menutupi bagian kakinya yang fraktur,

menolak melihat kakinya yang fraktur, pasien juga mengatakan ia merasa

kurang percaya diri, merasa tidak berguna, tidak bisa menjalankan

perannya sebagai orangtua. Pada saat diobservasi, pasien tampak ingin

menutupi bagian kakinya yang fraktur, menolak melihat kakinya yang

Page 50: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR TERBUKApustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/KTI.compressed.pdf · 2018. 12. 6. · terbuka ekstremitas bawah akan mengalami gangguan konsep

fraktur kontak mata kurang, tampak sedih, sering melamun dan aktivitas

sosial pasien berkurang.

Saat dilakukan pengkajian, keluhan utama pada pasien 2 yaitu pasien

tampak mengalami fraktur terbuka tibia fibula pada kaki kirinya yang

tertutup dengan perban dan terpasang fiksator eksternal (OREF) dan pada

kaki kanan pasien terdapat luka lecet yang tertutup perban. Pasien

mengatakan ia merasa asing, malu, sedih, takut, cemas, tidak mau

menyentuh kakinya, merasa tidak percaya diri, dan merasa tidak berguna.

Dan pada saat diobservasi pasien tampak banyak menunduk, menolak

menyentuh kakinya, tampak cemas, sedih, lesu, sering menunduk, kontak

mata pasien kurang saat berkomunikasi dan aktivitas sosial pasien

berkurang.

c. Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi pada pasien 1 tidak ada anggota keluarga pasien yang

mengalami gangguan jiwa, pasien tidak ada mengalami trauma pada

kepala, harapan pasien terhadap tubuhnya tidak tercapai karena

mengalami fraktur dan tuntutan peran kerja pasien. Sedangkan faktor

predisposisi pada pasien 2 yaitu tidak ada anggota keluarga pasien yang

mengalami gangguan jiwa, pasien tidak ada mengalami trauma pada

kepala, kaki ayah pasien diamputasi karena kecelakaan kerja yang

menyebabkan pasien takut jika kaki nya juga akan diamputasi.

d. Faktor Presipitasi

Faktor presipitasi pada pasien 1 adanya transisi peran sehat-sakit

disebabkan karena adanya perubahan pada fisik pasien yaitu fraktur

terbuka pada ekstremitas kiri bawah pasien. Dan juga terjadi perubahan

fungsi pada kaki pasien yang mengalami fraktur yang mengakibatkan

kaki kiri pasien tidak berfungsi seperti saat sehat dulu.

Page 51: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR TERBUKApustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/KTI.compressed.pdf · 2018. 12. 6. · terbuka ekstremitas bawah akan mengalami gangguan konsep

Faktor presipitasi pada pasien 2 karena adanya transisi peran sehat-sakit

disebabkan karena terjadinya perubahan bentuk tubuh pasien seperti

mengalami fraktur terbuka pada kaki kirinya, luka pada kaki kanan, pipi

dan dagu pasien serta terjadinya penurunan fungsi pada kaki kiri pasien

yang mengalami fraktur.

e. Pemeriksaan Fisik

Hasil pemeriksaan fisik pada pasien 1 didapatkan tanda-tanda vital yaitu

tekanan darah 90/70 mmHg, nadi 80x/menit, frekuensi pernapasan

24x/menit, suhu 36,30C, berat badan 55 kg, dan tinggi badan 158 cm.

Pasien mengalami fraktur terbuka proksimal tibia fibula dan tampak jari

jempol kaki kiri pasien sedikit menghitam dan berbau. Pada kaki kiri

pasien terbalut dengan perban dan terpasang fiksator eksternal (OREF).

Dan pasien tampak pucat dan kaki tidak bisa digerakkan.

Hasil pemeriksaan fisik pada pasien 2 didapatkan tanda-tanda vital yaitu

tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 106x/menit, frekuensi pernapasan

20x/menit, suhu 36,50C, berat badan 60 kg, tinggi badan 160 cm. Pasien

mengalami fraktur terbuka grade III c tibia fibula sinistra yang terpasang

fiksator eksternal (OREF) dengan luas luka kira-kira 20cm x 10cm

disertai dengan ruptur otot dan tendon, akral teraba dingin, CRT pada

kaki yang fraktur >2 detik. Terdapat luka pada kaki kanan pasien yang

tertutup dengan perban, luka lecet pada bagian pipi dan dagu pasien dan

kaki tidak bisa digerakkan.

f. Psikososial : Identitas diri

Pasien 1 merupakan seorang laki-laki berumur 61 tahun, pasien

merupakan anak pertama dari sembilan bersaudara. Saat ini pasien

memiliki seorang istri dan 5 orang anak. Pasien merupakan kepala

keluarga dan sehari-harinya bekerja sebagai petani. Pasien mengatakan

bisa menerima kodratnya sebagai laki-laki.

Page 52: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR TERBUKApustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/KTI.compressed.pdf · 2018. 12. 6. · terbuka ekstremitas bawah akan mengalami gangguan konsep

Pasien 2 merupakan seorang perempuan berumur 19 tahun, pasien

merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Saat ini pasien merupakan

seorang mahasiswa di salah satu universitas di Kota Padang. Pasien

mengatakan bisa menerima kodratnya sebagai perempuan.

g. Psikososial : Citra Tubuh

Hasil pengkajian citra tubuh pada pasien 1 mengatakan ada perubahan

pada tubuhnya yaitu kaki kirinya mengalami fraktur dan fungsi kaki

kirinya yang belum bisa digerakkan. Pasien mengatakan ia merasa malu,

takut dan cemas terhadap keadaan kakinya saat ini, menolak untuk

melihat kakinya dan ingin menutupi kakinya yang fraktur.. Pasien tampak

sering menunduk, kontak mata kurang, ingin menutupi kakinya yang

fraktur.

Hasil pengkajian citra tubuh pada pasien 2 mengatakan ada perubahan

pada tubuhnya yaitu kaki kirinya mengalami fraktur dan fungsi kaki

kirinya yang belum bisa digerakkan dan pasien hanya bisa menggerakkan

pada bagian jari kakinya. Sedangkan pada kaki kanan pasien juga

tampak lecet dan ditutupi dengan perban dan juga terdapat luka lecet

pada bagian pipi pasien. Oleh karena itu pasien mengatakan ia merasa

malu, kurang percaya diri, tidak berguna dan cemas terhadap keadaan

kakinya saat ini, menolak melihat dan menyentuh kakinya yang fraktur.

Pasien saat berkomunikasi kontak mata tidak ada dan pasien sering

menunduk.

h. Psikososial : Ideal Diri

Hasil pengkajian ideal diri pada kedua pasien yaitu pasien 1 berharap

agar keadaan kakinya bisa cepat sembuh dan bisa cepat pulang. Pasien

berharap agar bisa kembali bekerja sehari-hari serta dapat menafkahi

keluarganya kembali. Sedangkan pasien 2 berharap agar keadaan kakinya

bisa cepat sembuh dan bisa cepat pulang. Pasien berharap agar kakinya

tidak diamputasi karena ia cemas dan takut kalau kakinya akan

Page 53: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR TERBUKApustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/KTI.compressed.pdf · 2018. 12. 6. · terbuka ekstremitas bawah akan mengalami gangguan konsep

diamputasi seperti yang dialami ayahnya yang kaki kanannya diamputasi

karena kecelakaan saat bekerja. Dan pasien juga berharap agar bisa

kembali menjalani aktivitas sehari-harinya sebagai mahasiswa.

i. Psikososial : Harga Diri

Hasil pengkajian harga diri pada kedua pasien yaitu pasien 1 mengatakan

ia merasa kurang percaya diri dengan keadaan kakinya yang patah dan

jarinya yang tidak bisa digerakkan. Pasien tampak sering menunduk,

melamun dan lebih sering tidur. Dan pasien 2 mengatakan ia merasa

kurang percaya diri dengan keadaan kakinya yang patah dan jarinya yang

terpasang alat (OREF) dan merasa tidak berguna. Pasien tampak sering

menunduk, melamun, kontak mata tidak ada dan lebih sering tidur.

j. Psikososial : Peran Diri

Hasil pengkajian peran diri pada kedua pasien yaitu pasien 1 mengatakan

sebelum ia sakit, sehari-harinya ia bekerja sebagai petani bersama dengan

anak pertamanya. Pasien mengatakan saat ia sakit tidak bisa melakukan

perannya sebagai orang tua apalagi ia memiliki anak sedangkan anaknya

paling kecil yang masih berusia 11 bulan. Dan pasien juga tidak bisa

menjalankan perannya sebagai pencari nafkah utuk keluarganya.

Pasien 2 mengatakan sebelum ia sakit, ia dapat melakukan aktivitas

sehari-harinya sebagai mahasiswa dengan belajar, pergi kuliah dan

mengikuti kegiatan organisasi di kampus. Sedangkan saat ia sakit ia tidak

bisa menjalankan perannya sebagai mahasiswa.

k. Hubungan Sosial

Hasil pengkajian hubungan sosial pada kedua pasien yaitu pasien 1

mengatakan orang yang berarti baginya adalah keluarga yaitu istri dan

anaknya. Pasien mengatakan dalam kelompok taninya ia merupakan

ketua kelompok. Pasien mengatakan ia tidak bisa ikut serta dalam

pekerjaan dan kegiatan dari kelompok taninya karena sakit.

Page 54: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR TERBUKApustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/KTI.compressed.pdf · 2018. 12. 6. · terbuka ekstremitas bawah akan mengalami gangguan konsep

Pasien mengatakan hambatan yang dirasakannya dalam berhubungan

dengan orang lain karena keterbatasan fisik yang dialaminya sekarang.

Dan hal tersebut menyebabkan pasien tidak dapat beraktivitas seperti

dulu lagi.

Orang yang berarti bagi pasien 2 merupakan keluarga yaitu ayah, ibu dan

adiknya. Peran serta pasien dalam kegiatan kelompok atau masyarakat

yaitu di universitasnya ia mengikuti sebuah organisasi seni dan ia suka

dan sering berlatih menari bersama temannya dan terkadang juga

mengajarkan adik kelasnya untuk menari. Tetapi semenjak sakit, ia tidak

bisa lagi melakukan kegiatan organisasinya seperti dulu lagi. Dan

hambatan yang dirasakan oleh pasien dalam berhubungan dengan orang

lain karena keterbatasan fisik yang dialaminya sekarang. Dan hal tersebut

menyebabkan pasien tidak dapat beraktivitas seperti dulu lagi.

l. Spiritual

Hasil pengkajian spiritual pada pasien 1 beragama islam, dan pasien

berdoa dan berharap kepada Allah agar ia dapat diberikan kesembuhan.

Pasien mengatakan pada saat sebelum sakit pasien ada melaksananakan

ibadah tetapi pada saat sakit pasien tidak ada melaksanakan ibadah sholat

lima waktu.

Hasil pengkajian spiritual pada pasien 2 beragama islam, dan pasien

berdoa dan berharap kepada Allah agar ia dapat diberikan kesembuhan.

Pada saat sebelum sakit pasien ada melaksananakan ibadah 5 waktu

tetapi pada saat sakit pasien tidak ada melaksanakan ibadah.

m. Status Mental

Hasil pengkajian status mental pasien 1 yaitu penampilan pasien 1

tampak tidak menggunakan pakaian, pasien hanya menggunakan kain

sebagai selimut. Dari hasil observasi selama pengkajian, pasien berbicara

cepat namun kata-kata yang diucapkan pasien kurang jelas dan biasanya

Page 55: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR TERBUKApustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/KTI.compressed.pdf · 2018. 12. 6. · terbuka ekstremitas bawah akan mengalami gangguan konsep

pasien tidak mau untuk memulai pembicaraan dan hanya akan menjawab

pertanyaan yang diajukan saja. Pengkajian aktivitas motorik, pasien

tampak lesu dan tidak bersemangat serta aktivitas motorik pada

ekstremitas bawah yang mengalami fraktur tidak ada. Pengkajian alam

perasaan didapatkan pasien mengatakan ia merasa sedih, takut dan juga

khawatir dengan kondisi kakinya saat ini. Afek pasien pada saat interaksi,

ekspresi wajah pasien saat sedih maupun senang tetap sama dan tidak

terlalu jelas perubahan ekspresi dengan kondisi emosi pasien saat ini.

Pada saat interaksi dengan pasien kontak mata pasien ada, tetapi kontak

mata kurang dan pasien banyak menunduk. Pasien tidak ada mengalami

gangguan persepsi sensori.

Pengkajian proses pikir pasien 1 menjawab pertayaan dengan cara

berbelit belit tapi sampai ke tujuan. Pada pengkajian isi pikir pasien

depersonalisasi yaitu pasien merasa asing terhadao tubuhnya. Tingkat

kesadaran pasien compos mentis cooperatif. Pada saat dilakukan

pengkajian kemampuan dalam penilaian, pasien selalu meminta agar

pertanyaan yang diajukan diulang karena pasien kurang memahaminya

dan daya ingat, pasien sulit untuk mengingat tentang silsilah keluarga

dari istrinya. Pada penilaian daya tilik diri, pasien mengatakan awalnya ia

merasa marah dengan orang yang menabraknya dan kondisinya sekarang.

Hasil pengkajian status mental pasien 2 yaitu penampilan pasien tidak

menggunakan pakaian, pasien hanya menggunakan kain sebagai selimut.

Dari hasil observasi selama pengkajian pada saat wawancara dengan

pasien pasien berbicara lambat dan kadang yang dibicarakan pasien

kurang jelas. Pengkajian aktivitas motorik, pasien tampak lesu, lemah

dan sering mengantuk. Pengkajian alam perasaan didapatkan pasien

mengatakan ia merasa sedih, cemas dan khawatir dengan kondisi kakinya

saat ini. Afek pasien pada saat interaksi, ekspresi wajah pasien saat sedih

maupun senang berbeda, terlihat perubahan ekspresi dengan kondisi

emosi pasien saat ini. Pada saat interaksi kontak mata pasien tidak ada.

Page 56: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR TERBUKApustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/KTI.compressed.pdf · 2018. 12. 6. · terbuka ekstremitas bawah akan mengalami gangguan konsep

Pasien tidak ada mengalami gangguan persepsi sensori. Pada pengkajian

proses pikir dan isi pikir pasien depersonalisasi dimana pasien merasa

asing dengan kondisi tubuhnya. Tingkat kesadaran pasien compos mentis

cooperatif. Pada saat dilakukan pengkajian kemampuan dalam penilaian,

tingkat konsentrasi, daya tilik, dan daya ingat pasien tidak ada masalah.

n. Masalah Psikososial dan Lingkungan

Hasil pengkajian masalah psikosial dan lingkungan pada pasien 1, pasien

mengatakan masalah dalam pekerjaannya yaitu kadang ia sulit

menyelesaikan pekerjaan sesuai waktu yang ditentukan. Dan masalah

pada ekonomi yaitu pasien memiliki lima orang anak sedangkan anak

yang terakhir masih berumur 11 bulan dan memerlukan biaya yang lebih.

Hasil pengkajian masalah psikosial dan lingkungan pada pasien 2, pasien

mengatakan ia tidak ada masalah dalam pendidikan, tetapi karena

sewaktu ia sakit merupakan jadwal untuk ujian tengah semester, pasien

tidak bisa mengikuti ujian tersebut. Dan pasien mengatakan tidak ada

masalah tentang ekonomi dan dengan kelompok.

o. Terapi Medis

Terapi Medis yang diberikan kepada pasien 1 yaitu IVFD RL 20

tetes/menit, drip heparin 3 cc + 50 cc NaCl 0,9% 2,08 tetes/ menit,

ceftriaxon 2x19 g (IV), Ranitidin 2x50 mg (IV), Ketorolac 3x30mg (IV),

Kalnex 3x1 amp (IV),Vit K 3x1 amp (IV), dan Vit C 3x1 tab (PO).

Terapi medis yang diberikan pada pasien 2 yaitu IVFD RL 20

tetes/menit, Ceftriaxone 2x1 g (IV), Ranitidine 2x50 g (IV), Ketorolac

3x30 g (IV), Drip Heparin 3cc dalam 47 cc NaCl 0,9%, dan

Metilprednisolon 3x10 mg.

Page 57: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR TERBUKApustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/KTI.compressed.pdf · 2018. 12. 6. · terbuka ekstremitas bawah akan mengalami gangguan konsep

2. Diagnosa Keperawatan

Hasil pengkajian didapatkan diagnosa keperawatan yang sama pada kedua

pasien yaitu gangguan citra tubuh dan risiko harga diri rendah. Sedangkan

diagnosa keperawatan lainnya pada pasien 1 yaitu ketidakefektifan peforma

peran dan pada pasien 2 yaitu ansietas.

Diagnosa keperawatan 1 pada pasien 1 yaitu gangguan citra tubuh yang

ditandai dengan pasien mengatakan merasa asing dengan keadaan kakinya

saat ini, merasa malu dengan kondisi kakinya saat ini, ingin menutupi bagian

kakinya yang mengalami fraktur, tidak mau menyentuh bagian kakinya yang

fraktur karena ia takut dan pasien mengatakan ia sedikit marah dengan

keadaannya saat ini. Dan pada saat observasi, pasien tampak ingin menutupi

bagian kakinya yang mengalami fraktur serta kontak mata pasien saat

interaksi kurang.

Diagnosa keperawatan 1 pada pasien 2 yaitu gangguan citra tubuh, ansietas

dan risiko harga diri rendah. Pada diagnosa 1 gangguan citra tubuh ditandai

dengan pasien mengatakan ia merasa asing dengan keadaan tubuhnya saat

ini, ia merasa malu dengan kondisi kakinya saat ini, ia takut jika kakinya

tidak bisa sembuh, ia malu jika ada teman yang berkunjung serta tidak mau

menyentuh bagian kakinya yang fraktur. Dan pada saat observasi, pasien

tampak menunduk pada saat wawancara, kontak mata tidak ada serta tampak

pasien tidak banyak berbicara.

Diagnosa keperawatan ke 2 pada pasien 1 yaitu ketidakefektifan peforma

peran yang ditandai dengan pasien mengatakan selama ia dirawat ia tidak

bisa memenuhi kebutuhan istri dan anaknya, ia takut jika anak pertamanya

saja yang harus bekerja, pasien mengatakan selama dirawat ia tidak bisa

menjalankan perannya sebagai orang tua dan pencari nafkah didalam

keluarga karena sakit. Dan pada observasi, pasien tampak sedih karena tidak

bisa menjalankan perannya di dalam keluarga dan tampak sering melamun.

Page 58: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR TERBUKApustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/KTI.compressed.pdf · 2018. 12. 6. · terbuka ekstremitas bawah akan mengalami gangguan konsep

Diagnosa ke 2 pada pasien 2 yaitu ansietas ditandai dengan pasien

mengatakan ia sangat cemas dengan kondisi kakinya saat ini, ia sangat takut

dengan kondisi kakinya saat ini, ia sangat sedih dengan kondisi kakinya saat

ini dan keluarga mengatakan sangat cemas melihat kondisi pasien saat ini.

Pada saat observasi, pasien tampak cemas dengan keadaannya saat ini,

tampak sedih dan lesu dan tampak berkeringat.

Diagnosa ke 3 pada kedua pasien yaitu risiko harga diri rendah situasional

ditandai dengan pasien mengatakan ia merasa kurang percaya diri dengan

kondisinya saat ini, ia merasa kurang berguna bagi keluarganya. Pada saat

observasi, pasien kadang tampak jarang menatap lawan bicaranya saat

interaksi, tampak sering diam dan tampak jarang berkomunikasi dengan

keluarganya.

Pada diagnosa ke 3 risiko harga diri rendah situasional ditandai dengan

pasien mengatakan ia merasa tidak percaya diri dengan keadaannya saat ini

dan ia merasa tidak berguna karena kondisi kakinya saat ini yang

menyebabkan ia tidak bisa lagi menari karena kakinya yang fraktur. Dan

pada observasi, pasien tampak sering menunduk, kontak mata tidak ada serta

tampak jarang berkomunikasi dengan orang lain.

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan yang akan dilakukan pada kedua pasien dengan

diagnosa keperawatan gangguan citra tubuh berdasarkan NIC (Nursing

Intervention Classification) yaitu sebagai berikut tentukan jika terdapat

perasaan tidak suka terhadap karakteristik fisik khusus yang menciptakan

fungsi paralisis sosial untuk remaja dan kelompok dengan risiko tinggi lain,

tentukan perubahan fisik saat ini apakah berkontribusi pada citra tubuh

pasien, bantu pasien memisahkan penampilan fisik dari perasaan berharga

secara pribadi, dengan cara yang tepat, bantu pasien mendiskusikan stressor

yang mempengaruhi citra tubuh terkait dengan kondisi kongenital, cedera,

penyakit atau pembedahan, identifikasi dampak dari budaya pasien, agama,

Page 59: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR TERBUKApustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/KTI.compressed.pdf · 2018. 12. 6. · terbuka ekstremitas bawah akan mengalami gangguan konsep

ras, jenis kelamin terkait dengan citra tubuh, monitor frekuensi dari

pernyataan mengkritis diri, monitor apakah pasien bisa melihat bagian tubuh

mana yang berubah, tentukan persepsi pasien dan keluarga terkait dengan

perubahan citra tubuh, tentukan apakah perubahan citra tubuh berkontribusi

pada peningkatan isolasi sosial, bantu pasien untuk mengidentifikasi bagian

tubuhnya yang memiliki persepsi positif terkait dengan tubuhnya dan bantu

pasien untuk mengidentifikasi tindakan yang akan meningkatkan

penampilan.

Intervensi keperawatan yang akan dilakukan pada pasien 1 dengan diagnosa

keperawatan ketidakefektifan peforma peran berdasarkan NIC (Nursing

Intervention Classification) yaitu bantu pasien untuk mengidentifikasi

berbagai macam peran dalam siklus kehidupan, bantu pasien untuk

mengidentifikasi peran yang biasanya dalam keluarga, dukung pasien untuk

mengidentifikasi gambaran realistik dari adanya perubahan peran, bantu

pasien untuk mengidentifikasi strategi positif untuk memanajemen perubahan

peran, bantu pasien untuk membayangkan bagaimana situasi khusus mungkin

terjadi dan bagaimana peran yang akan berkembang, fasilitasi diskusi

mengenai harapan diantara pasien dan orang yang penting bagi pasien dalam

hal peran yang bergantung satu sama lain, ajarkan perilaku-perilaku baru

yang diperlukan pasien untuk dapat memenuhi perannya.

Intervensi keperawatan yang akan dilakukan pada pasien 2 dengan diagnosa

keperawatan ansietas berdasarkan NIC (Nursing Intervention Classification)

yaitu dengan teknik relaksasi yang diantaranya pertimbangkan keinginan

individu untuk berpartisipasi, kemampuan berpartisipasi, pilihan dan

pengalaman masa lalu, berikan deskripsi detail terkait intervensi relaksasi

yang dipilih, ciptakan lingkungan yang tenang dan tanpa distraksi dengan

lampu dan suhu yang nyaman, dorong klien untuk mengambil posisi yang

nyaman, dapatkan perilaku yang menunjukkan terjadinya relaksasi, misalnya

teknik napas dalam, menguap, penapasan perut, tunjukkan dan praktikkan

teknik relaksasi pada klien, dorong klien untuk mengulang praktik teknik

Page 60: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR TERBUKApustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/KTI.compressed.pdf · 2018. 12. 6. · terbuka ekstremitas bawah akan mengalami gangguan konsep

relaksasi, jika memungkinkan, antisipasi kebutuhan teknik relaksasi, dorong

pengulangan teknik praktik tertentu secara berkala, gunakan relaksasi sebagai

strategi tambahan dengan (penggunaan) obat-obatan nyeri atau sejalan

dengan terapi lainnya dengan tepat.

Dan intervensi keperawatan yang akan dilakukan pada kedua pasien dengan

diagnosa keperawatan risiko harga diri rendah situasional berdasarkan NIC

(Nursing Intervention Classification) yaitu sebagai berikut monitor

pernyataan pasien mengenai harga diri, tentukan kepercayaan diri pasien

dalam hal penilaian diri, bantu pasien untuk menemukan penerimaan diri,

dukung pasien melakukan kontak mata pada saat berkomunikasi dengan

orang lain. dukung pasien untuk terlibat dalam memberikan afirmasi positif

melalui pembicaraan pada diri sendiri dan secara verbal terhadap diri setiap

hari, bantu pasien untuk mengidentifikasi respon positif dari orang lain,

jangan mengkritisi pasien secara negatif, bantu untuk mengatur tujuan yang

realistik dalam rangka mencapai harga diri yang lebih tinggi, eksplorasi

keberhasilan sebelumnya, berikan hadiah atau pujian terkait dengan

kemajuan pasien dalam mencapai tujuan, bantu pasien untuk

mengidentifikasi dampak budaya, agama, ras, jenis kelamin, dan usia

terhadap harga diri. instruksikan orangtua mengenai pentingnya minat dan

dukungan mereka dalam pengembangan konsep diri positif anak-anak,

monitor tingkat harga diri dari waktu ke waktu dengan tepat dna buat

pernyataan positif mengenai pasien.

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan yang dilakukan pada kedua pasien dengan

diagnosa gangguan citra tubuh yaitu dilakukan dengan membina hubungan

saling percaya, mengidentifikasi perubahan yang terjadi pada tubuh pasien,

mendiskusikan tentang fraktur yang dapat memengaruhi gangguan citra

tubuh, mendiskusikan persepsi pasien terkait perubahan citra tubuh,

mendiskusikan tindakan yang bisa meningkatkan citra tubuh dan

menjelaskan aspek positif yang masih dimiliki pada bagian tubuh pasien.

Page 61: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR TERBUKApustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/KTI.compressed.pdf · 2018. 12. 6. · terbuka ekstremitas bawah akan mengalami gangguan konsep

Implementasi keperawatan yang dilakukan pada pasien 1 dengan diagnosa

ketidakefektifan peforma peran yaitu mendiskusikan mengenai perasaan

yang dirasakan oleh pasien mendukung pasien untuk bisa mengungkapkan

dan menjelaskan perasaannya, mengidentifikasi peran yang biasanya dalam

keluarga, melibatkan keluarga untuk memberikan dukungan dan

mendukung pasien untuk mengidentifikasi gambaran realistik dari adanya

perubahan peran.

Implementasi keperawatan yang dilakukan pada pasien 2 dengan diagnosa

ansietas yaitu dengan membina hubungan saling percaya dengan pasien dan

keluarga, mengidentifikasi persepsi pasien, mempertimbangkan keinginan

individu untuk berpartisipasi, mendiskusikan dengan pasien tentang teknik

relaksasi dan menjelaskan cara teknik relaksasi napas dalam.

Dan implementasi keperawatan yang dilakukan pada kedua pasien dengan

diagnosa risiko harga diri rendah situasional yaitu membina hubungan saling

percaya dengan pasien dan keluarga, mengidentifikasi persepsi pasien

terhadap harga dirinya, memonitor pernyataan pasien mengenai harga diri,

mendiskusikan tentang harga diri rendah dan mendiskusikan aspek positif

pada diri pasien.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan setelah diberikan asuhan keperawatan yang diberikan

pada pasien 1 selama 6 hari yaitu pada diagnosa gangguan citra tubuh,

pasien mengatakan sudah tidak malu dan sudah menerima kondisinya saat

ini, pasien mengatakan ia sudah mengetahui aspek positif yang masih ia

miliki mengenai tubuhnya, pasien mengatakan ia akan berpikiran positif dan

selalu berdoa kepada Allah SWT, pasien mengatakan ia sudah menerima jika

ibu jari kaki kirinya yang akan di amputasi dan keluarga pasien mengatakan

sudah memotivasi pasien untuk tidak cemas. Dan pada saat diobservasi,

pasien tampak sudah tidak ada mengeluh mengenai kondisinya saat ini,

Page 62: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR TERBUKApustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/KTI.compressed.pdf · 2018. 12. 6. · terbuka ekstremitas bawah akan mengalami gangguan konsep

pasien tampak cemas dan takut karena jari kakinya akan di amputasi dan

pasien tampak lebih sering berdoa.

Hasil evaluasi pada diagnosa ketidakefektifan peforma peran yaitu pasien

mengatakan sudah mengetahui peran yang masih bisa dilakukannya dalam

keluarga, dan pasien mengatakan akan tetap berpikiran positif dan selalu

berdoa, dan pada saat observasi pasien tampak tidak ada melamun dan

mengeluh lagi. Dan hasil evaluasi pada diagnosa harga diri rendah situasional

yaitu pasien mengatakan ia sudah mulai percaya diri dengan kondisinya saat

ini, pasien mengatakan ia masih berguna bagi keluarganya, pasien

mengatakan ia mengetahui aspek positif dalam dirinya, pasien mengatakan

ia sudah bisa menerima kondisinya saat ini, dan keluarga mengatakan akan

selalu memotivasi pasien. Dan pada saat observasi tampak ada kontak mata

saat interaksi dan pasien tampak sudah bisa tersenyum.

Sedangkan evaluasi keperawatan setelah diberikan asuhan keperawatan yang

diberikan pada pasien 2 pada diagnosa 1, pasien mengatakan ia sudah tidak

malu lagi dengan kondisinya saat ini, pasien mengatakan masih ada anggota

tubuhnya yang masih baik dan berfungsi, pasien mengatakan ia bersyukur

karena anggota tubuhnya yang lain masih sehat dan berfungsi dengan baik,

pasien mengatakan sudah tidak takut lagi jika menyentuh bagian kakinya

yang fraktur dan jari kakinya sudah mulai bisa digerakkan. Dan pada saat

diobservasi, pasien tampak sudah tidak sering mengeluh mengenai

kondisinya saat ini, pasien tampak sudah menerima keadaannya, kontak mata

ada saat interaksi, pasien sudah mau dan tidak takut jika menyentuh bagian

kakinya yang fraktur.

Hasil evaluasi pada diagnosa 2 yaitu pasien mengatakan sudah tidak cemas,

pasien mengatakan bisa mempraktikkan teknik relaksasi napas dalam dan

keluarga mengatakan sudah tidak terlalu cemas melihat kondisi pasien saat

ini, dan pasien tampak sudah tidak cemas. Dan hasil evaluasi pada diagnosa

ke 3 yaitu pasien mengatakan ia masih merasa kurang percaya diri dengan

Page 63: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR TERBUKApustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/KTI.compressed.pdf · 2018. 12. 6. · terbuka ekstremitas bawah akan mengalami gangguan konsep

kondisinya saat ini, pasien mengatakan ia masih berguna bagi keluarganya,

pasien mengatakan ia sudah mengetahui aspek positif dalam dirinya. Dan

pada saat observasi tampak ada kontak mata saat interaksi, pasien sudah

mengetahui aspek positif dalam dirinya dan tampak pasien sudah dapat

berinteraksi dengan keluarga dan orang lain.

B. Pembahasan Kasus

Pembahasan pada kasus ini penulis akan membahas hubungan antara teori

dengan laporan kasus asuhan keperawatan gangguan citra tubuh pada pasien 1

dan pasien 2 dengan fraktur terbuka ekstremitas bawah yang telah dilakukan

sejak tanggal 17 Maret 2018 – 22 Maret 2018 di Ruang Trauma Center RSUP

Dr. M. Djamil Padang. kegiatan yang dilakukan meliputi pengkajian,

menegakkan diagnosa keperawatan, membuat intervensi keperawatan,

melakukan implementasi keperawatan, dan melakukan evaluasi keperawatan.

1. Pengkajian Keperawatan

a. Identitas Pasien

Berdasarkan data hasil pengkajian didapatkan data pasien 1 Tn. N

berjenis kelamin laki-laki berusia 61 tahun, status menikah dengan lima

orang anak, agama islam, pendidikan terakhir SMA, pekerjaan petani,

pasien masuk RS pada tanggal 14 Maret 2018, no MR 01.00.99.84 dan

sumber informasi dari pasien dan keluarga. Dan pasien 2 Nn. A berjenis

kelamin perempuan berusia 19 tahun, status belum menikah, agama

islam, pendidikan terakhir SMA, pekerjaan mahasiswa, pasien masuk RS

pada tanggal 18 Maret 2018, no MR 01.01.04.13 dan sumber informasi

dari pasien dan keluarga.

Hasil pengkajian tersebut sesuai dengan penelitian Nugraheni dkk (2009)

bahwa perempuan memiliki nilai dibawah rata-rata daripada laki-laki

pada domain akibat dari masalah fisik, masalah emosi dan kesehatan

mental. Oleh karena itu perempuan akan lebih mudah terganggu citra

tubuh yang diakibatkan oleh masalah fisik dibandingkan laki-laki.

Page 64: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR TERBUKApustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/KTI.compressed.pdf · 2018. 12. 6. · terbuka ekstremitas bawah akan mengalami gangguan konsep

b. Keluhan Utama

Pasien 1 mengatakan ia merasa asing, malu, takut, ia ingin menutupi

bagian kakinya yang fraktur, menolak melihat kakinya yang fraktur,

merasa kurang percaya diri, merasa tidak berguna, tidak bisa

menjalankan perannya sebagai orangtua. Pada saat diobservasi, pasien

tampak ingin menutupi bagian kakinya yang fraktur, kontak mata kurang,

tampak sedih dan sering melamun.

Keluhan utama pada pasien 2 mengatakan ia merasa asing, malu, sedih,

takut, cemas, tidak mau menyentuh kakinya, merasa tidak percaya diri,

dan merasa tidak berguna. Dan pada saat diobservasi pasien tampak

banyak menunduk, tampak cemas, sedih, lesu, sering menunduk, dan

kontak mata pasien kurang saat berkomunikasi.

Berdasarkan keluhan dan observasi pada pasien 1 dan 2, sesuai menurut

teori oleh Muhith (2015), gangguan citra tubuh merupakan perubahan

persepsi tentang tubuh yang diakibatkan oleh perubahan ukuran, bentuk,

struktur, fungsi, makna, objek yang sering kontak dengan tubuh.

Gangguan tersebut diakibatkan kegagalan dalam penerimaan diri akibat

adanya persepsi yang negatif terhadap tubuhnya secara fisik.

Berdasarkan analisa penulis, perubahan bentuk dan fungsi tubuh sangat

mempengaruhi citra tubuh individu. Terlihat pada kasus diatas, pasien 1

dan 2 sangat rentan mengalami gangguan citra tubuh yang diakibatkan

karena perubahan bentuk tubuh dan fungsi tubuh diantaranya fraktur

terbuka pada ekstremitas bawah, adanya luka lecet pada wajah,

ekstremitas tidak bisa digerakkan. Perubahan bentuk dan fungsi tubuh

merupakan salah satu akibat dari fraktur yang dialami oleh kedua pasien,

sehingga untuk menghindari masalah psikososial dan kejiwaan, maka

diperlukan penguatan positif dari lingkungan dan pemberian pengetahuan

tentang aspek positif yang masih bisa dilakukan pasien dengan

keadaannya saat ini.

Page 65: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR TERBUKApustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/KTI.compressed.pdf · 2018. 12. 6. · terbuka ekstremitas bawah akan mengalami gangguan konsep

c. Faktor Predisposisi

Pada kasus pasien 1 tidak ada anggota keluarga pasien yang mengalami

gangguan jiwa, pasien tidak ada mengalami trauma kepala, harapan

pasien terhadap tubuhnya tidak tercapai karena mengalami fraktur dan

tuntutan peran kerja pasien. Sedangkan pada pasien 2 tidak ada anggota

keluarga pasien yang mengalami gangguan jiwa, pasien tidak ada

mengalami trauma pada kepala, dan kaki ayah pasien pernah diamputasi

karena kecelakaan kerja yang menyebabkan pasien takut jika kakinya

juga akan diamputasi.

Faktor predisposisi pada kedua pasien sesuai menurut Irman, dkk (2016)

faktor yang mempengaruhi citra tubuh yaitu pertumbuhan kognitif dan

perkembangan fisik. Selain itu, sikap dan nilai kultural dan sosial juga

mempengaruhi citra tubuh. Pandangan pribadi tentang karakteristik,

kemampuan fisik dan oleh persepsi dan pandangan orang lain.

Berdasarkan analisa penulis faktor predisposisi pada ke dua pasien

berbeda, pada pasien 2 disebabkan karena adanya persepsi dari

pengalaman masa lalu orang lain yang membuat pasien menjadi takut dan

berpikiran negatif terhadap perkembangan kesehatannya saat ini.

d. Faktor Presipitasi

Faktor presipitasi pada pasien 1 dan 2, yaitu pasien mengalami gangguan

citra tubuh karena fraktur disebabkan oleh sebuah kecelakaan saat

mengendarai sepeda motor yang menyebabkan pasien terjatuh dari

sepeda motor. Menurut WHO (2011), mencatat kejadian fraktur

ekstremitas akibat kecelakaan lalu lintas tahun 2011 sebanyak 1,3 juta

jiwa. Sebanyak 67% merupakan penduduk usia produktif. Estimasi

kecelakaan lalu lintas di Indonesia per 100.000 populasi mencapai

17,7%.

Page 66: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR TERBUKApustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/KTI.compressed.pdf · 2018. 12. 6. · terbuka ekstremitas bawah akan mengalami gangguan konsep

Berdasarkan analisa penulis faktor presipitasi pada ke dua pasien sama

yaitu disebabkan karena kecelakaan. Dan tingginya angka kejadian

kecelakaan juga menyebabkan tingginya angka kejadian fraktur. Oleh

karena itu, pasien fraktur sangat rentan untuk mengalami gangguan citra

tubuh walaupun semua pasien fraktur belum tentu akan mengalami

gangguan citra tubuh.

e. Konsep Diri

Hasil pengkajian konsep diri yang salah satu citra tubuh pada kasus

pasien 1 yaitu pasien mengatakan ada perubahan pada bentuk dan fungsi

kakinya yang mengakibatkan pasien merasa asing, malu dan takut, ia

ingin menutupi bagian kakinya yang fraktur. Sedangkan pada pasien 2

terjadi perubahan pada bentuk dan fungsi kakinya yang mengakibatkan

pasien merasa asing, malu, cemas, takut dengan kondisi kakinya yang

fraktur dan menolak menyentuh bagian yang fraktur. Hal tersebut sesuai

dengan penulisan Hamdani (2014), tentang gambaran citra tubuh pasien

paska operasi fraktur ekstremitas bawah di Rumah Sakit TK II Putri

Hijau Medan menunjukkan bahwa dari 42 orang responden terdapat 24

orang (57%) yang mengalami gangguan citra tubuh dan 18 orang (43%)

yang tidak mengalami gangguan citra tubuh. Dan masalah tersebut juga

sesuai menurut Kozier (2010), yaitu citra diri dapat terganggu karena

fraktur dimana cacat fisik merupakan keadaan tubuh yang kurang atau

tidak normal.

Berdasarkan analisa penulis, gangguan citra tubuh yang dirasakan oleh

pasien 1 dan pasien 2 terjadi karena fraktur yang menyebabkan

perubahan bentuk dan penurunan fungsi pada kaki pasien. Keadaan yang

dialami oleh pasien 1 dan pasien 2 dapat mengakibatkan kedua pasien

tersebut memiliki citra tubuh negatif. Jadi menurut penulis, gangguan

citra tubuh yang dialami oleh pasien sama dengan teori yang ada.

Page 67: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR TERBUKApustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/KTI.compressed.pdf · 2018. 12. 6. · terbuka ekstremitas bawah akan mengalami gangguan konsep

Hasil pengkajian konsep diri harga diri pada pasien 1 mengatakan ia

merasa kurang percaya diri dengan keadaan kakinya yang patah dan

jarinya yang tidak bisa digerakkan. Pasien tampak sering menunduk,

melamun dan lebih sering tidur. Sedangkan pada pasien 2 mengatakan ia

merasa kurang percaya diri dengan keadaan kakinya yang patah dan

jarinya yang terpasang alat (OREF) dan merasa tidak berguna. Pasien

tampak sering menunduk, melamun, kontak mata tidak ada.

Menurut Wilianto (2017), seorang individu yang memilki pemahaman

terkait sikap, harapan dan penilaian tentang dirinya dengan positif maka

akan memunculkan harga diri atau penilaian tentang diri yang tinggi.

Semakin positif konsep diri yang dimiliki oleh seseorang seperti mampu

menerima kekurangan dan kelebihan yang ada pada dirinya cenderung

memiliki harga diri yang tinggi. Sedangkan menurut peneliltian terhadap

efek berpikir positif oleh Herabadi (2007) juga membuktikan adanya

hubungan kebiasaan berpikir secara negatif dengan rendahnya harga diri.

Berdasarkan analisa penulis, persepsi negatif terhadap diri yang dirasakan

oleh kedua pasien disebabkan karena perubahan bentuk serta fungsi

tubuh. Oleh karena itu pasien akan berpersepsi negatif dan penilaian

terhadap tubuh pasien juga negatif. Jadi menurut penulis persepsi negatif

pada kedua pasien sesuai dengan teori.

f. Status Mental

Status mental pada pasien 1 yaitu pasien berbicara cepat namun kata-kata

yang diucapkan pasien kurang jelas dan biasanya pasien tidak mau untuk

memulai pembicaraan, afek datar, proses pikir sirkumstansial, isi pikir

depersonalisasi, memiliki gangguan daya ingat jangka panjang, sulit

berkonsentrasi. Sedangkan pada pasien 2 berbicara lambat, dan isi pikir

depersonalisasi.

Page 68: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR TERBUKApustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/KTI.compressed.pdf · 2018. 12. 6. · terbuka ekstremitas bawah akan mengalami gangguan konsep

Menurut Stuart (2013), perilaku yang berhubungan dengan personalisasi

ialah perasaan asing dengan diri, gangguan citra tubuh, bingung,

gangguan berpikir, gangguan penilaian, afek tumpul dan komunikasi

tidak sesuai. Berdasarkan analisa penulis, perasaan asing terhadap diri,

adanya gangguan pada proses pikir, isi pikir dan gangguan ingatan jangka

panjang yang dialami pasien sesuai dengan teori.

g. Diagnosa Medis

Pasien 1 memiliki diagnosa medis fraktur terbuka proksimal tibia fibula

dan pada pasien 2 dengan diagnosa medis fraktur terbuka grade III c tibia

fibula sinistra. Pada penderita fraktur yang mengalami perubahan yang

tiba-tiba dari sehat menjadi sakit menyebabkan terjadinya perubahan,

baik perubahan fisik maupun perubahan psikologis. Hal tersebut sesuai

menurut Daniel,dkk, (2016)yaitu perubahan fisik dalam tubuh

menyebabkan perubahan citra diri, identitas personal, ideal diri, harga

diri dan performa peran.

Menurut Kozier (2010), citra diri (body image) adalah bagaimana

seseorang memandang ukuran, penampilan serta fungsi tubuh dan

bagian-bagiannya. Citra diri dapat terganggu karena fraktur dimana cacat

fisik merupakan keadaan tubuh yang kurang atau tidak normal. Peran

merupakan sekumpulan harapan mengenai bagaimana individu yang

menempati suatu tertentu berperilaku.

2. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan hasil yang didapatkan penulis pada pengkajian didapatkan

diagnosa keperawatan pada kedua pasien gangguan citra tubuh,

ketidakefektifan peforma peran, ansietas dan risiko harga diri rendah

situasional. Pada kasus pasien 1 dan 2 didapatkan diagnosa gangguan citra

tubuh, hal ini sejalan dengan penelitian Daniel, dkk (2016), tentang

gambaran konsep diri pasien post op fraktur ekstremitas di ruang inap RSUD

Ulin Banjarmasin tahun 2015 pada penderita fraktur yang mengalami

Page 69: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR TERBUKApustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/KTI.compressed.pdf · 2018. 12. 6. · terbuka ekstremitas bawah akan mengalami gangguan konsep

perubahan yang tiba-tiba dari sehat menjadi sakit mengakibatkan terjadinya

perubahan, baik perubahan fisik maupun perubahan psikologis. Perubahan

fisik dalam tubuh menyebabkan perubahan citra tubuh, identitas personal,

ideal diri, harga diri dan performa peran.

Menurut Brunner (2017), pada pasien fraktur terbuka atau kominutif dapat

ditangani dengan pemasangan traksi (fiksator) internal atau eksternal.

Dengan adanya pemasangan alat, adanya keterbatasan gerak pada pasien

fraktur, perawatan yang mengharuskan pasien tirah baring dalam waktu

lama, kelemahan fisik, adanya luka akan dapat menimbulkan terjadin ya

perubahan pada konsep diri pasien salah satunya citra tubuh, walaupun tidak

semua pasien fraktur terbuka ekstremitas bawah akan mengalami gangguan

konsep diri.

Diagnosa keperawatan kedua pada pasien 1 yaitu ketidakefektifan peforma

peran. Kasus yang terjadi pada pasien tersebut sesuai menurut Nugraheni,

dkk (2009) berdasarkan kelompok umur lebih dari 60 tahun memiliki nilai

dibawah rata-rata pada domain fungsi fisik, domain keterbatasan peran akibat

masalah fisik, domain persepsi kesehatan umum, domain keterbatasan peran

akibat masalah emosi dan domain kesehatan mental. Hal ini menunjukkam

ahwa responden memilki keterbatasan yang banyak dalam melakukan

aktivitas fisik, masalah dalam bekerja atau aktivitas keseharian lainnya

sebagai akibat kesehatan fisik, percaya bahwa kesehatannya akan memburuk,

memilki masalah dalam bekerja atau aktivitas keseharian.

Diagnosa keperawatan ke dua pada pasien 2 yang dapat ditegakkan yaitu

ansietas. Kasus yang terjadi pada pasien tersebut sesuai dengan survey

Depkes RI (2013), 15% penderita fraktur mengalami stres psikologis dalam

bentuk cemas. Dan Thomas dan D’Silva (2012) mencatat 87% dari 60 orang

yang mengalami fraktur ekstremitas bawah dan menjalani operasi terbuka

mengalami kecemasan setelah operasi. Dan hal tersebut juga sesuai dengan

data rekam medik RSUD dr. Soebandi tahun 2007 didapatkan 947 pasien

Page 70: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR TERBUKApustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/KTI.compressed.pdf · 2018. 12. 6. · terbuka ekstremitas bawah akan mengalami gangguan konsep

fraktur yang rawat inap selama tahun 2007 sekitar 79% mengalami

kecemasan dan 30% mengalami gangguan konsep diri. Selain itu, Depkes RI

(2008) juga menjelaskan pada kelompok usia di bawah 30 tahun cenderung

menunjukan respon cemas yang lebih berat dibandingkan kelompok usia di

atasnya karena biasanya pada kelompok usia lebih dari 30 tahun telah

terbentuk mekanisme koping yang baik.

Masalah tersebut juga sesuai menurut Muttaqin (2008), yaitu individu yang

mengalami kecelakaan dan menderita patah tulang atau fraktur, dapat timbul

rasa cemas dan tidak berdaya akibat penyakit tersebut. Selain masalah fisik,

pasien yang telah menjalani pembedahan umumnya akan mengalami masalah

psikologis yaitu kecemasan. Kecemasan yang dialami dapat disebabkan oleh

gejala-gejala yang muncul setelah dilakukan pembedahan, diantaranya yaitu

rasa nyeri dan gangguan mobilisasi.

Berdasarkan analisa penulis, diagnosa keperawatan kedua yang didapatkan

pada kedua pasien berbeda. Pada pasien 1 mengalami ketidakefektifan

peforma peran bisa disebabkan karena faktor usia. Sedangkan pada pasien 2

mengalami ansietas dimana menurut teori pasien yang berusia kurang dari 30

tahun lebih cendrung untuk merasa cemas.

Diagnosa keperawatan risiko harga diri rendah situasional pada kedua pasien

sesuai dengan teori menurut Wilkinson (2009) harga diri rendah situasional

suatu perkembangan persepsi negatif terhadap harga diri individu sebagai

respon terhadap situasi tertentu misalnya akibat menderita suatu penyakit,

kondisi ini dapat disebabkan karena adanya gangguan citra tubuh, kegagalan

dan penolakan, perasaab kurang penghargaan, proses kehilangan, dan

perubahan pada peran sosial yang dimiliki.

Menurut Potter dan Perry (2010) perasaan dasar tentang diri cenderung

bersifat konstan meskipun terkadang situasi krisis mempengaruhi harga diri.

Kemampuan untuk menyeimbangkan tekanan yang ada berkaitan dengan

Page 71: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR TERBUKApustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/KTI.compressed.pdf · 2018. 12. 6. · terbuka ekstremitas bawah akan mengalami gangguan konsep

beberapa faktor yaitu jumlah tekanan, lamanya tekanan dan status kesehatan.

Dapat beradaptasi terhadap tekanan akan menimbulkan harga diri yang

positif. Berdasarkan analisa penulis, diagnosa keperawatan yang muncul

pada pasien 1 dan 2 sesuai dengan teori yang ada.

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan yang akan dilakukan pada diagnosa keperawatan

gangguan citra tubuh untuk kedua pasien, diantaranya menjalin hubungan

saling percaya, meningkatkan keterbukaan, mengidentifikasi dan

mendiskusikan perubahan yang terjadi pada pasien, mengidentifikasi

persepsi pasien terhadap tubuhya, mendiskusikan persepsi keluarga terkait

citra tubuh, dan membuat pernyataan positif mengenai pasien.

Menurut Wagner, dkk (2013), intervensi yang dilakukan untuk diagnosa

gangguan citra tubuh yaitu bantu pasien untuk mendiskusikan perubahan

yang disebabkan karena penyakit dengan cara yang tepat, bantu pasien

menentukan keberlanjutan dari perubahan aktual dari tubuh atau tingkat

fungsinya, bantu pasien mendiskusikan stressor yang mempengaruhi citra

diri terkait dengan kondisi penyakit, tentukan persepsi pasien dan keluarga

terkait dengan perubahan citra diri dan realita, bantu pasien untuk

mengidentifikasi tindakan yang akan meningkatkan penampilan, bantu

pasien memeiksa persepsi negatif terhadap diri, eksplorasi pencapaian

keberhasilan sebelumnya, memotivasi keluarga untuk memberikan dukungan

pada pasien, dan buat pernyataan positif mengenai pasien.

Intervensi keperawatan pada diagnosa keperawatan ketidakefektifan peforma

peran pada pasien 1 menurut Wagner, dkk (2013), intervensi memiliki tujuan

yaitu menyatakan penerimaan situasional diri, membuat tujuan yang realistis,

berencana untuk masa depan, bersikap realistik dalam pengobatan, dapat

menjalankan peran kembali, dan dapat menerima terjadinya perubahan peran

secara positif.

Page 72: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR TERBUKApustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/KTI.compressed.pdf · 2018. 12. 6. · terbuka ekstremitas bawah akan mengalami gangguan konsep

Intervensi keperawatan pada diagnosa keperawatan ansietas pada pasien 2

yang akan dilakukan menurut Donsu (2017) tujuannya secara umum yaitu

diharapkan pasien akan menunjukkan mekanisme koping yang adaptif dalam

mengatasi stres. Adapun tujuan rencana keperawatan, yaitu membantu

pasien mengenali ansietas dan mampu menangani melalui teknik relaksasi.

Diharapkan, pasien mampu memperagakan dan menggunakan teknik

relaksasi untuk mengatasi ansietas.

Intervensi keperawatan yang akan dilakukan pada diagnosa keperawatan

risiko harga diri rendah situasional untuk kedua pasien berdasarkan NOC dan

NIC (2015) diantaranya monitor pernyataan pasien mengenai harga diri,

bantu pasien untuk menemukan penerimaan diri, dukung pasien melakukan

kontak mata pada saat berkomunikasi dengan orang lain, memberi pujian

terkait dengan kemajuan pasien dalam mencapai tujuan, instruksikan

orangtua dan keluarga mengenai pentingnya minat dan dukungan mereka

dalam pengembangan konsep diri positif.

Menurut Stuart (2013) intervensi keperawatan perlu dilakukan untuk

mengatasi masalah harga diri rendah situasional dengan menggunakan

pendekatan khusus. Dan intervensi keperawatan yang dilakukan bertujuan

untuk meningkatkan kembali harga diri pasien, sehingga pasien dapat

mencapai aktualisasi diri yang maksimal dan menyadari potensi diri yang

dimiliki.

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan yang dilakukan pada pasien 1 dan 2 dengan

diagnosa keperawatan gangguan citra tubuh yaitu penulis telah membina

hubungan saling percaya dengan pasien dengan cara salam dan memberikan

sentuhan terapeutik, bersikap empati dengan pasien, mendengarkan

pembicaraan pasien, bercakap-cakap dengan pasien, memberi kesempatan

pada pasien untuk mengungkapkan perasaannya terhadap kondisi tubuhnya,

mengidentifikasi penyebab terjadinya perubahan pada tubuh pasien,

Page 73: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR TERBUKApustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/KTI.compressed.pdf · 2018. 12. 6. · terbuka ekstremitas bawah akan mengalami gangguan konsep

mendiskusikan tentang fraktur yang dapat memengaruhi gangguan citra

tubuh, mendiskusikan tindakan yang bisa meningkatkan citra tubuh dan

memberikan informasi tentang kondisi penyakit yang diderita pasien saat ini.

Tindakan yang dilakukan penulis sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh

Tarwoto dan Wartonah (2015) yaitu membina hubungan saling percaya,

melakukan pendekatan terapeutik, mengkaji penyebab gangguan citra tubuh,

diskusikan hal-hal positif dan beri respon yang positif. Salah satu tindakan

yang dilakukan pada kedua pasien dengan memanfaatkan keluarga yaitu agar

keluarga memotivasi pasien.

Berdasarkan analisa penulis implementasi keperawatan yang dilakukan

penulis sesuai dengan rencana keperawatan yang telah direncanakan.

Implementasi keperawatan yang dilakukan pada pasien agar ada persepsi

pasien menjadi positif terhadap tubuhnya dan citra tubuh pasien positif.

Implementasi keperawatan yang dilakukan pada pasien 1 dengan diagnosa

keperawatan ketidakefektifan peforma peran yaitu mendiskusikan mengenai

perasaan yang dirasakan oleh pasien mendukung pasien untuk bisa

mengungkapkan dan menjelaskan perasaannya, mengidentifikasi peran yang

biasanya dalam keluarga, memberikan reinforcement positif, melibatkan

keluarga untuk memberikan dukungan dan mendukung pasien untuk

mengidentifikasi gambaran realistik dari adanya perubahan peran.

Implementasi keperawatan yang dilakukan sesuai dengan teori Stuart (2013)

ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan

dan individu yang mengalaminya sebagai frustasi.

Implementasi keperawatan yang dilakukan pada pasien 2 dengan diagnosa

keperawatan ansietas yaitu membina hubungan saling percaya dengan pasien

dan keluarga, mengidentifikasi persepsi pasien, mempertimbangkan

keinginan individu untuk berpartisipasi, mendiskusikan dengan pasien

tentang teknik relaksasi dan menjelaskan cara teknik relaksasi napas dalam.

Page 74: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR TERBUKApustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/KTI.compressed.pdf · 2018. 12. 6. · terbuka ekstremitas bawah akan mengalami gangguan konsep

Hal ini sesuai dengan teori menurut Donsu (2017), tindakan keperawatan

yang diberikan kepada pasien dengan ansietas yaitu dengan bina hubungan

saling percaya, bantu pasien dalam mengenal ansietas, bantu pasien untuk

menguraikan perasaannya, mengajak pasien melakukan teknik relaksasi

untuk meningkatkan kontrol dan rasa percaya diri pasien, dan memotivasi

pasien untuk melakukan teknik relaksasi setiap ansietas muncul.

Implementasi keperawatan yang dilakukan pada pasien 1 dan pasien 2

dengan diagnosa keperawatan risiko harga diri rendah situasional dilakukan

dengan membina hubungan saling percaya dengan pasien dan keluarga,

mengidentifikasi persepsi pasien terhadap harga dirinya, memonitor

pernyataan pasien mengenai harga diri, mendiskusikan aspek positif pada diri

pasien, mendiskusikan kegiatan yang bisa dilakukan pasien dan

menganjurkan keluarga untuk selalu memotivasi pasien.

5. Evaluasi Keperawatan

Hasil evaluasi untuk diagnosa keperawatan gangguan citra tubuh pada kedua

pasien yaitu pasien 2 lebih cepat mandiri dan meningkat citra tubuhnya

daripada pasien 1. Berdasarkan kemajuan pasien tersebut, citra tubuh pasien

2 lebih cepat meningkat disebabkan karena pada pasien 2 terdapat faktor

pendukung seperti teman, keluarga, kemampuan diri pasien. Sedangkan pada

pasien 1 faktor pendukung hanya keluarga saja dan tingkat stress pasien 2

lebih tinggi daripada pasien 2, dan pasien 2 mengalami masalah pada daya

ingat yang juga dapat disebabkan karena pengaruh usia pasien.

Hal tersebut sesuai menurut Henggaryadi dan Fakhrurrozin (2008) dalam

Desi (2010) menjelaskan bahwa penilaian seseorang terhadap citra tubuhnya

akan menentukan juga cara seseorang menilai dirinya positif atau negatif.

Apabila seseorang menilai dirinya positif, maka ia akan yakin akan

kemampuan dirinya. Menurut Muhith (2015) kriteria hasil yang diharapkan

pada pasien dengan gangguan citra tubuh diantaranya pasien dapat

meningkatkan keterbukaan dan hubungan saling percaya, dapat

Page 75: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR TERBUKApustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/KTI.compressed.pdf · 2018. 12. 6. · terbuka ekstremitas bawah akan mengalami gangguan konsep

mengidentifikasi perubahan yang terjadi pada tubuhnya, dapat menerima

realita, dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan, melakukan

tindakan yang sesuai dengan kondisi sakit dan dapat memanfaatkan sistem

pendukung yang ada.

Berdasarkan asumsi penulis, evaluasi yang didapatkan pada pasien tersebut

berpengaruh terhadap pemanfaatan sistem pendukung yang ada pada pasien.

Oleh karena itu evaluasi pada pasien sesuai dengan teori.

Hasil evaluasi untuk diagnosa keperawatan ketidakefektifan peforma peran

pada pasien 1 yaitu pasien mengatakan sudah mengetahui peran yang masih

bisa dilakukannya dalam keluarga, dan pasien mengatakan akan tetap

berpikiran positif dan selalu berdoa, dan pada saat observasi pasien tampak

tidak ada melamun dan mengeluh lagi.

Menurut Swanson, dkk (2013) kriteria hasil yang diharapkan pada pasien

dengan ketidakefektifan peforma peran yaitu penerimaan diri situasional diri,

membuat rencana untuk masa depan, memasukkan perubahan dalam konsep

diri tanpa peran negatif, pasien dapat bersikap realistis dalam pengobatan,

pasien dapat menjalankan perannya kembali, dapat menerima perubahan

peran secara positif. Sedangkan menurut Yusuf, dkk (2015) hal yang

mempengaruhi penyesuaaian individu terhadap peran antara lain ialah

kejelasan prilaku yang sesuai dengan peran dan pengetahuannya terhadap

peran yang diharapkan, respon yang konsisten dari orang yang berarti

terhadap perannya, kesesuaian norma, budaya serta perbedaan situasi yang

dapat menimbulkan peran yang tidak sesuai.

Berdasarkan asumsi penulis, evaluasi pada pasien 1 sesuai dengan teori

karena pasien mengetahui adanya perubahan peran pada pasien, memiliki

keinginan dan harapan untuk mampu melaksanakan perannya kembali. Dan

perubahan peran yang dirasakan oleh pasien disebabkan karena transisi

Page 76: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR TERBUKApustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/KTI.compressed.pdf · 2018. 12. 6. · terbuka ekstremitas bawah akan mengalami gangguan konsep

kondisi sehat sakit pada pasien sehingga pasien tidak dapat menjalankan

perannya.

Hasil evaluasi untuk diagnosa keperawatan ansietas pada pasien 2 yaitu tidak

cemas, tidak gelisah, pasien telah mampu mempraktikkan teknik relaksasi

napas dalam dan keluarga mengatakan sudah tidak terlalu cemas melihat

kondisi pasien saat ini dan selalu mendukung pasien. Hal tersebut sesuai

dengan kriteria hasil menurut NOC (Nursing Outcomes Classification) yaitu

pasien dapat beristirahat, tidak gelisah, tidak ada rasa takut yang disampaikan

secara lisan, tidak ada rasa cemas yang disampaikan secara lisan, tidak ada

berkeringat dingin, tidak ada perubahan pola makan, dan tidak menarik diri.

Hasil evaluasi untuk diagnosa keperawatan risiko harga diri rendah

situasional pada pasien 1 yaitu ia sudah mulai percaya diri dengan

kondisinya saat ini, pasien mengatakan ia masih berguna bagi keluarganya,

pasien mengatakan ia mengetahui aspek positif dalam dirinya, pasien

mengatakan ia sudah bisa menerima kondisinya saat ini, dan keluarga

mengatakan akan selalu memotivasi pasien. Dan pada saat observasi tampak

ada kontak mata saat interaksi dan pasien tampak sudah bisa tersenyum.

Sedangkan pada pasien 2 mengatakan ia masih merasa kurang percaya diri

dengan kondisinya saat ini, pasien mengatakan ia masih berguna bagi

keluarganya, pasien mengatakan ia sudah mengetahui aspek positif dalam

dirinya. Dan pada saat observasi tampak ada kontak mata saat interaksi,

pasien sudah mengetahui aspek positif dalam dirinya dan tampak pasien

sudah dapat berinteraksi dengan keluarga dan orang lain.

Evaluasi keperawatan yang didapatkan dari kedua pasien dengan dignosa

risiko harga diri rendah situasional yaitu pada pasien 2 lebih cepat

mengalami peningkatan harga diri daripada pasien 1. Berdasarkan kemajuan

pasien tersebut, pasien lebih cepat mengalami peningkatan harga diri karena

adanya dukungan dari orang tua, keluarga dan teman sebaya serta

kemampuan diri pasien. Hal tersebut sesuai menurut Davidson dan McCabe

Page 77: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR TERBUKApustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/KTI.compressed.pdf · 2018. 12. 6. · terbuka ekstremitas bawah akan mengalami gangguan konsep

dalam Desi (2010) yaitu hubungan antara remaja dengan teman sebaya dan

keluarga dapat membantu dalam memandang dirinya. Dan juga hal tersebut

sesuai menurut Brockner (2011) dalam Desi (2010) keyakinan kemampuan

diri adalah hal yang spesifik dari harga diri. Kepercayaan diri adalah salah

satu aspek kepribadian yang penting pada seseorang. Tanpa adanya

kepercayaan diri akan banyak menimbulkan masalah pada diri seseorang.

Dikarenakan dengan kepercayaan diri, seseorang mampu mengaktualisasikan

segala potensi dirinya.

Page 78: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR TERBUKApustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/KTI.compressed.pdf · 2018. 12. 6. · terbuka ekstremitas bawah akan mengalami gangguan konsep

BAB V

PENUTUP

Penulis sudah melakukan asuhan keperawatan pada pasien 1 dan pasien 2 dengan

gangguan citra tubuh. Berdasarkan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan yang

dilakukan pada kedua pasien dengan gangguan citra tubuh maka dapat disimpulkan.

A. Kesimpulan

1. Pengkajian Keperawatan

Pada pengkajian keperawatan pasien 1 dan 2 ditemukan terjadinya persepsi

negatif terhadap diri sendiri yang diakibatkan karena fraktur yang diantaranya

pasien 2 lebih terganggu citra tubuh dan harga dirinya daripada pasien 1.

Sedangkan pasien 1 lebih mengalami gangguan peran daripada pasien 2. Dan

pasien 2 lebih mengalami ansietas daripada pasien 1.

2. Diagnosa Keperawatan

Saat pengumpulan data dan menegakkan diagnosa keperawatan penulis

menemukan sedikit hambatan dalam berkomunikasi dengan pasien karena

kedua pasien kurang mau untuk berinteraksi dengan orang lain. Diagnosa yang

ditemukan pada kedua pasien ada perbedaan pada diagnosa kedua, yaitu pada

pasien 1 didapatkan diagnosa ketidakefektifan peforma peran sedangkan pada

pasien 2 didapatkan diagnosa ansietas. Dan pada diagnosa 1 dan 3 pada kedua

pasien sama, yaitu gangguan citra tubuh dan risiko harga diri rendah

situasional.

3. Intervensi Keperawatan

Pada perencanaan dapat disimpulkan tidak ada perbedaan yang ditemukan.

Penulis telah membuat perencaan sesuai teoritis. Pada perencanaan

keperawatan penulis menerapkan berdasarkan NOC dan NIC dan disesuaikan

dengan strategi pelaksanaan keperawatan.

Page 79: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR TERBUKApustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/KTI.compressed.pdf · 2018. 12. 6. · terbuka ekstremitas bawah akan mengalami gangguan konsep

4. Implementasi Keperawatan

Tindakan keperawatan yang dilakukan kepada kedua pasien telah sesuai

dengan perencanaan yang telah direncanakan. Tindakan keperawatan

dilaksanakan dan disesuaikan dengan keinginan dan partisipasi pasien.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan pada kedua pasien sudah teratasi. Dan faktor pendukung

bagi penulis dalam melakukan evaluasi pada pasien 1 dan pasien 2 yaitu kedua

pasien dan keluarga kooperatif dalam memberi informasi yang dibutuhkan

penulis untuk kelengkapan data. Dan dari evaluasi keperawatan masalah pada

pasien 2 lebih cepat teratasi daripada pasien 1.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis memberikan saran sebagai berikut :

1. Direktur RSUP Dr.M.Djamil Padang

Melalui direktur RSUP Dr.M.Djamil Padang diharapkan agar perawat

pelaksana juga fokus terhadap masalah psikososial yang dialami pasien

daripada masalah fisik pasien. Dan dapat melaksanakan asuhan keperawatan

masalah psikososial pada pasien fraktur terutama gangguan citra tubuh secara

komprehensif.

2. Institusi Pendidikan

Diharapkan bagi institusi pendidikan Karya Tulis Ilmiah ini dapat dijadikan

sebagai bahan bacaan dan jadi kepustakaan di institusi pendidikan.

3. Peneliti Selanjutnya

Diharapkan agar peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian tentang

masalah psikososial pada pasien fraktur.

Page 80: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR TERBUKApustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/KTI.compressed.pdf · 2018. 12. 6. · terbuka ekstremitas bawah akan mengalami gangguan konsep

DAFTAR PUSTAKA

Bararah dan Jauhar. 2013. Asuhan Keperawatan : Panduan Lengkap Menjadi Perawat

Profesional Jilid 2. Jakarta : Prestasi Pustaka Jakarta.

Brunner dan Suddart. 2017. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta : EGC.

Bulecheck, Gloria M, dkk. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC).

Singapore : Elsevier.

Dermawan, Deden dan Rusdi. 2013. Keperawatan Jiwa; Konsep dan Kerangka Kerja

Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Gosyen Publishing.

Direja, Ade Herman Surya. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta :

Nuha Medika.

Donsu, Jenitta Doli Tine. 2017. Psikologi Keperawatan. Yogyakarta : Pustaka Baru

Press.

Hamdani, Laura Sri. 2014. Gambaran Citra Tubuh Pasien Paska Operasi Fraktur

Ekstremitas Bawah di Rumah Sakit TK II Putri Hijau Medan. Universitas

Sumatera Utara.

Hariana, Sugi dan Yessi Ariani. 2007. Jurnal Keperawatan Vol.2 No.2 tentang

Respons Adaptasi Klien Dengan Fraktur Ekstremitas Bawah Selama Masa

Rawatan di RSUP H. Adam Malik Medan dan RSU Dr. Pirngadi Medan.

Medan : Universitas Sumatera Utara

http://www.scribd.com/document/210730603/Jurnal-Adaptasi-Pasien-Fraktur

diakses tanggal 27 Desember 2017 pukul 19.15

Herdman, T. Heather. 2016. Diangnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-

2017 Edisi 10. Jakarta : EGC.

Irman,Violina, dkk. 2016. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Jiwa 1. Padang : UNP Press.

Keliat, Budi Anna, dkk. 2013. Manajemen Keperawatan Psikososial dan Kader

Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC.

Kemenkes RI, 2013. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Jakarta: Kemenkes RI.

http://www.depkes.go.id/resources/download/general/HasilRiskesdas2013.pdf,

diakses tanggal 20 Oktober 2017 pukul 20.10

Kemenkes. 2015. Modul Pelatihan Keperawatan Kesehatan Jiwa Masyarakat.

Jakarta : Badan PPSDM Kesehatan.

Lukman dan Nurna Ningsih. 2012. Asuhan Pada Klien dengan Gangguan

Muskuloskeletal. Jakarta : Salemba Medika.

Page 81: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR TERBUKApustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/KTI.compressed.pdf · 2018. 12. 6. · terbuka ekstremitas bawah akan mengalami gangguan konsep

Maisyaroh, Seviya Gani, dkk. 2015. Jurnal tentang Tingkat Kecemasan Pasien Post

Operasi yang Mengalami Fraktur Ekstremitas : Universitas Padjajaran.

http://jkp.fkep.unpad.ac.id/index.php/jkp/article/view/103 diakses tanggal 29

Mei 2018 pada pukul 20.00 WIB.

Moorehead, Sue, dkk. 2016. Nursing Outcomes Interventions Classification (NOC).

Singapore : Elsevier.

Muhith, Abdul. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa Teori dan Aplikasi. Yogyakarta :

ANDI.

Mukhlis, Ahmad. 2013. Jurnal Psikologi tentang Berpikir Positif Pada Ketidakpuasan

Terhadap Citra Tubuh : Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik

Ibrahim Malang. http://psikologi.uin-malang.ac.id/wp-

content/uploads/2014/03/1-BERPIKIR-POSITIF-PADA-KETIDAKPUASAN-

TERHADAP-CITRA-TUBUH-Ahmad-Mukhlis.pdf diakses tanggal 19 Mei

2018 pada pukul 11.30 WIB.

Muttaqin, A., 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem

Muskuluskeletal. Jakarta: EGC.

Notoadmojo, Soekidjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka

Cipta.

Nugraheni, Diah Husna dkk. 2009. Jurnal tentang Kualitas Hidup Pasien Post Fraktur

Pasca Gempa di Kecamatan Jetis Bantul Yogyakarta : Universitas Gajah

Mada.

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=407842&val=5015&title=

Kualitas%20Hidup%20Pasien%20Post%20Fraktur%20Pasca%20Gempa%20D

i%20Kecamatan%20Jetis%20Bantul%20Yogyakarta diakses pada tanggal 19

Mei 2018 pada pukul 11.40 WIB.

Nurhalimah. 2016. Keperawatan Jiwa. Jakarta : PPSDM.

Nursalam, 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pendekatan Praktis, Edisi

3. Jakarta : Salemba Medika.

Prabowo, Eko. 2014. Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta :

Numed.

Prasetyo, Budi. 2014. Jurnal tentang Kesiapan Meningkatkan Koping Pasien Fraktur

dengan Perubahan Harga Diri dan Performa Peran di RSO.Prof. Dr R

Seoharso Surakarta. Politeknik Surakarta : Kesehatan Majapahit

http://ejurnalp2m.poltekkesmajapahit.ac.id/index.php/HM/article/download/15/

148+&cd=1&hl=en&ct=clnk&gl=id diakses tanggal 25 Oktober 2017.

Putri, dkk. 2012. Kesehatan Mental Masyarakat Indonesia (Pengetahuan dan

Keterbukaan Masyarakat Terhadap Kesehatan Mental). Universitas Padjajaran.

[diakses tanggal 13 November 2017 pukul 20.15]

Page 82: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR TERBUKApustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/KTI.compressed.pdf · 2018. 12. 6. · terbuka ekstremitas bawah akan mengalami gangguan konsep

Saryono dan Angraeni D.M. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif

dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika.

Stuart, G.W. 2013. Prinsip dan Praktek Keperawatan Kesehatan Jiwa Stuart. Ed 1. St

Louis, Missouri : Mosby Elsevier.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung :

Alfabeta.

Suhron. 2017. Asuhan Keperawatan Jiwa Konsep Self Esteem. Jakarta : Mitra Wacana

Media.

Undang Undang nomor 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa. Tambahan Lembaran

Negara RI Tahun 2014, No.5571. Sekretariat Negara. Jakarta diakses tanggal 8

September 2017 pukul 19.30

Wagner, Cheryl M, dkk. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC) Edisi

Bahasa Indonesia Edisi Kelima. Indonesia : CV. Mocomedia.

WHO. 2017. Mental Disorder http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs396/en/

diakses pada tanggal 20 Desember 2017

Wilkinson, J.M dan Ahern, N.R. 2009. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9.

Jakarta : EGC.

Willianto, Dian Anggraini. 2017. Hubungan Antara Konsep Diri dan Citra Tubuh

Pada Perempuan Dewasa Awal.

https://repository.usd.ac.id/10079/2/129114031_full.pdf diakses pada tanggal

6 Mei 2018 pada pukul 06.30 WIB

Yusuf, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika.