Upload
fitriani-nassyam
View
100
Download
14
Embed Size (px)
Citation preview
Tugas kelompok
Dosen pembimbing: Abdul Majid, S.Kep., Ns., M.Kep.
KEPERAWATAN DEWASA
“Otitis Media Akut dan Kronik”
Oleh:
KELOMPOK VIIII
Fitriani 023
A. Usmianti
Khumaerah
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2013
KATA PENGANTAR
Segala puji penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala inayah dan
kenikmatan yang senantiasa dicurahkan-Nya pada penulis berupa kesehatan,
kekuatan, serta kesempatan sehingga makalah ini dapat selesai dengan semestinya.
Tidak lupa penulis kirimkan shalawat dan salam beriringan dengan ucapan terima
kasih yang tiada terhingga kepada Baginda Rasulullah SAW karena atas segala
pengorbanan yang telah dilakukannya beserta para sahabat, sehingga kini kita mampu
mengkaji alam ini lebih tinggi dari gunung tertinggi, lebih dalam dari lautan terdalam,
serta lebih jauh dari batas pandangan mata.
Adapun tulisan ilmiah ini berisikan materi tentang “Otitis Media Akut dan
Kronik“ yang bertujuan sebagai bahan bacaan, semoga dapat bermanfaat bagi yang
membacanya. Dalam makalah ini, penulis menyadari masih terdapat kekurangan
dalam penulisannya. Oleh karena itu, mohon kiranya kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembimbing dan pembaca guna untuk kesempurnaan pada
pembuatan makalah penulis selanjutnya.
Makassar, September 2013
Penulis,
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
I. KONSEP MEDIS OTITIS MEDIA 1
A. Definisi 3
B. Etiologi 3
C. Manifestasi klinis 4
D. Patofisiologi 5
E. Pemeriksaan penunjang 8
II. KONSEP KEPERAWATAN OTITIS MEDIA 9
A. Pengkajian 9
B. Diagnosia 10
C. Intervensi 10
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks,
yaitu sebagai organ pendengaran sekaligus sebagai organ keseimbangan. Indera
pendengaran berperan penting pada partisipasi seseorang dalam aktivitas
kehidupan sehari-hari, misalnya untuk berkomunikasi dengan orang lain melalui
bicara tergantung pada kemampuan mendengar.
Telinga sebagai organ pendengaran tak jarang mengalami berbagai
gangguan, salah satunya adalah otitis media. Otitis media merupakan suatu
peradangan, baik akut ataupun kronik seluruh pericilium telinga tengah yang
mengakibatkan terjadinya gangguan pendengaran dan keseimbangan.
Deteksi awal dan diagnosis akurat gangguan otologik seperti otitis media
sangatlah penting. Di antara mereka yang dapat membantu diagnosis dan atau
menangani kelainan otologik adalah ahli otolaringologi, pediatrisian, internis,
ahli audiologi, ahli patologi wicara, dan yang tak kalah penting perannya di sini
adalah perawat.
Berdasarkan data yang diperoleh WHO pada tahun 2010, terdapat sekitar
1.045 per bulan orang yang memeriksakan diri pada THT untuk memeriksakan
peradangan pada telinga tengahnya, sedangkan di Indonesia didapat dari data
THT di seluruh Indonesia tercatat 65 orang per bulan dalam pemeriksaan dengan
keluhan peradangan pada telinga tengah. Dalam hal ini, bisa dikatakan bahwa
gangguan pada telingah tengah amatlah memerlukan perhatian yang intens dari
paramedis.
Dari uraian di atas, maka penulis mencoba mengangkat masalah gangguan
pada telinga tengah yang terkhusus pada penyakit “Otitis Media Akut dan
kronik” agar mahasiswa keperawatan dapat lebih memahami otitis media, baik
yang akut maupun kronik dari sisi konsep medis dan konsep keperawatannya
agar nantinya bisa menerapkan ilmu yang diperolehnya secara profesional sesuai
dengan kompetensinya sebagi seorang perawat.
B. Rumusan Masalah
Adapun masalah yang dibahas dalam makalah ini, yaitu:
1. Bagaimanakah konsep medis otitis media akut dan kronik ?
2. Bagaimanakah konsep keperawatan otitis media akut dan kronik ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini, yaitu sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui konsep medis otitis media akut dan kronik.
2. Untuk mengetahui konsep keperawatan otitis media akut dan kronik.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Defenisi
1. Otitis media akut
Otitis media akut adalah infeksi akut telinga tengah yang disebabkan
oleh masuknya bakteri patogenik ke dalam telinga tengah yang normalnya
steril yang bersifat akut atau tiba-tiba (Smeltzer & Bare, 2001). Otitis media
akut (OMA) adalah peradangan akut sebagian atau seluruh periosteum telinga
tengah (Mansjoer, 2000).
2. Otitis media kronik
Otits media kronik adalah kondisi yang berhubungan dengan patologi
jaringan irreversible dan biasanya disebabkan karena episode berulang otitis
media akut (Smeltzer & Bare, 2001).
B. Etiologi
1. Otitis media akut
Otitis media akut paling sering terjadi bila terdapat disfungsi tuba
eustachii seperti obstruksi yang diakibatkan oleh infeksi saluran pernapasan
atas, inflamasi jaringan di sekitarnya (misalnya sinusitis dan hipertrofi
adenoid) atau reaksi alergi (misalnya rinitis alergika). Bakteri yang umum
ditemukan sebagai organisme penyebab otitis media akut adalah
Streptococcus pneumoniae, Hemophylus influensae, dan Moraxella
catarhallis. Cara masuk bakteri pada kebanyakan pasien kemungkinan
melalui tuba eustachii akibat kontaminasi sekresi dalam nasofaring (Smeltzer
dan Bare, 2001).
2. Otitis media kronik
Penyebab terjadinya otitis media kronik adalah karena episode
berulang otitis media akut (Smeltzer dan Bare, 2001). Selain itu, terjadinya
otitis media kronik terjadi akibat adanya lubang pada gendang telinga
(perforasi). Perforasi gendang telinga bisa disebabkan oleh otitis media akut,
penyumbatan tuba eustakius, cedera akibat masuknya suatu benda ke dalam
telinga atau akibat perubahan tekanan udara yang terjadi secara tiba-tiba, luka
bakar karena panas atau zat kimia.
Beberapa faktor-faktor yang menyebabkan perforasi membran timpani
yang menetap pada OMK adalah:
a. Infeksi yang menetap pada telinga tengah mastoid yang mengakibatkan
produksi sekret telinga purulen berlanjut.
b. Berlanjutnya obstruksi tuba eustachius yang mengurangi penutupan
spontan pada perforasi.
c. Beberapa perforasi yang besar mengalami penutupan spontan melalui
mekanisme migrasi epitel.
d. Pada pinggir perforasi dari epitel skuamous dapat mengalami pertumbuhan
yang cepat diatas sisi medial dari membran timpani. Proses ini juga
mencegah penutupan spontan dari perforasi.
C. Manifestasi Klinik
1. Otitis media akut
Gejala otitis media akut dapat bervariasi menurut beratnya infeksi dan
bisa sangat ringan dan sementara atau sangat berat. Keadaan ini biasanya
unilateral pada orang dewasa dan mungkin terdapat otalgia. Gejala lain dapat
berupa keluarnya cairan dari telinga, demam, kehilangan pendengaran, dan
tinitus (Smeltzer dan Bare, 2001).
Menurut Cecily Lynn Betz & Linda A. Sowden (2009), manifestasi
klinis otitis media akut adalah sebagai berikut:
a. Membran timpani merah, sering menonjol tanpa terlihat tonjolan tulang,
tidak bergerak pada otoskopi pneumatik (pemberian tekanan positif atau
negatif pada telinga tengah dengan insuflator balon yang disambungkan ke
otoskop)
b. Keluhan nyeri telinga (otalgia), atau rewel dan menarik-narik telinga pada
anak yang belum dapat bicara
c. Demam, antara 37, 7 – 40 oC
d. Anoreksia (sering)
e. Limfadenopati servikal anterior
f. Tuli konduktif sementara yang berakhir minimal 2 – 4 minggu setelah
infeksi akut.
2. Otitis media kronik
Gejala otitis media kronik dapat minimal dengan berbagai derajat
kehilangan pendengaran dan terdapat otorea intermiten atau persisten yang
berbau busuk. Biasanya tidak ada nyeri kecuali pada kasus mastoiditis akut di
mana daerah post aurikuler menjadi nyeri tekan dan bahkan merah dan edema.
Kolesteatoma sendiri biasanya tidak menimbulkan nyeri. Evaluasi otostopik
membran timpani memperlihatkan adanya perforasi dan kolesteatoma dapat
terlihat sebagai masa putih di belakang membran timpani atau keluar ke
kanalis eksternus melalui luang perforasi. Kolesteatoma dapat juga tidak
terlihat pada pemeriksaan oleh ahli otoskopi. Hasil audiometri pada kasus
kolesteatoma sering memperlihatkan kehilangan pendengaran konduktif atau
campuran (Smeltzer dan Bare, 2001).
D. Patofisiologi
1. Otitis media akut
Terjadinya otits media akut akibat terganggunya faktor pertahanan
tubuh yang bertugas menjaga kesterilan telinga tengah. Faktor penyebab
utama adalah sumbatan tuba eustachius sehingga pencegahan invasi kuman
terganggu. Pencetusnya adalah infeksi saluran pernapasan atas. Penyakit ini
mudah terjadi pada bayi karena tuba eustachiusnya pendek, lebar, dan
letaknya agak horizontal (Mansjoer, 2000).
Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti
radang tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran
Eustachius. Saat bakteri melalui saluran Eustachius, mereka dapat
menyebabkan infeksi di saluran tersebut sehingga terjadi pembengkakan di
sekitar saluran, tersumbatnya saluran, dan datangnya sel- sel darah putih
untuk melawan bakteri. Sel- sel darah putih akan membunuh bakteri dengan
mengorbankan diri mereka sendiri. Sebagai hasilnya terbentuklah nanah
dalam telinga tengah. Selain itu pembengkakan jaringan sekitar saluran
Eustachius menyebabkan lendir yang dihasilkan sel - sel di telinga tengah
terkumpul di belakang gendang telinga. Jika lendir dan nanah bertambah
banyak, pendengaran dapat terganggu karena gendang telinga dan tulang-
tulang kecil penghubung gendang telinga dengan organ pendengaran di
telinga dalam tidak dapat bergerak bebas. Kehilangan pendengaran yang
dialami umumnya sekitar 24 desibel (bisikan halus). Namun, cairan yang
lebih banyak dapat menyebabkan gangguan pendengaran hingga 45db
(kisaran pembicaraan normal). Selain itu telinga juga akan terasa nyeri. Dan
yang paling berat, cairan yang terlalu banyak tersebut akhirnya dapat merobek
gendang telinga karena tekanannya (Mansjoer A, 2001).
Adapun stadium dari otitis media akut berdasarkan perubahan mukosa telinga
tengah :
a. Stadium oklusi tuba eustachius
Terdapat gambaran retraksi membrane timpani akibat tekanan negative didalam
telinga tengah. Kadang berwarna normal atau keru pucat, efusi tidak dapat
dideteksi dan sukar dibedakan dengan otitis media serosa akibat virus atau alergi.
b. Stadium hiperemis (presupurasi)
Tampak pembulu darah yang melebar di membran timpani atau seluruh membran
timpani tampak hiperemis serta udem. Secret yang telah terbentuk mungkin masih
bersifat eksudat serosa sehingga sukar terlihat.
c. Stadium supurasi
Membran timpani menonjol ke arah telinga luar akibat edema yang hebat pada
mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel superficial, serta terbentuknya
eksudat purulen di kavum timpani. Pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu
meningkat, serta nyeri di telinga tambah hebat. Apabila tekanan tidak berkurang,
akan terjadi eskemia, tromboflebitis, dan nekrosis mukosa serta sub mukosa.
Nekrosis ini terlihat sebagai daerah yang lebih lembek dan kekuningan pada
membrane timpani. Ditempat ini akan terjadi rupture.
d. Stadium perforasi
Karena pemberian anti biotik yang terlambat atau virulensi kuman yang tinggi,
dapat terjadi ruptur membrane timpani dan nanah keluar mengalir dari telinga
tengah ke telinga luar. Pasien yang semula gelisah menjadi tenang, suhu badan
turun, dan dapat tidur nyenyak.
e. Stadium resolusi
Bila membrane timpani tetap utuh, maka perlahan-lahan akan normal kembali.
Bila terjadi perforasi maka secret akan berkurang dan mengering. Bila daya tahan
tubuh baik dan virulensi kuman rendah, maka resolusi dapat terjadi tanpa
pengobatan. OMA berubah menjadi otitis media supuratif sub akut bila perforasi
menetap dengan secret yang keluar terus menerus-menerus atau hilang timbul
lebih dari 3 minggu. Disebut otitis media supuratif kronik (OMSK) bila lebih dari
1,5 atau 2 bulan. Dapat meninggalkan gejala sisa berupa otitis media serosa bila
secret menetap di kavum timpani tanpa perforasi.
2. Otitis media kronik
Patofisiologi OMK belum diketahui secara lengkap, tetapi dalam hal
ini merupakan stadium kronis dari otitis media akut (OMA) dengan perforasi
yang sudah terbentuk diikuti dengan keluarnya sekret yang terus menerus.
Terjadinya OMK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang. OMK
disebabkan oleh multifaktor antara lain infeksi virus atau bakteri, gangguan
fungsi tuba, alergi, kekebalan tubuh, lingkungan, dan social ekonomi. Fokus
infeksi biasanya terjadi pada nasofaring (adenoiditis, tonsillitis, rhinitis,
sinusitis), mencapai telinga tengah melalui tuba Eustachius. Kadang-kadang
infeksi berasal dari telinga luar masuk ke telinga tengah melalui perforasi
membran timpani, maka terjadi inflamasi. Bila terbentuk pus akan
terperangkap di dalam kantung mukosa di telinga tengah. Dengan pengobatan
yang cepat dan adekuat serta perbaikan fungsi telinga tengah, biasanya proses
patologis akan berhenti dan kelainan mukosa akan kembali normal. Walaupun
kadang-kadang terbentuk jaringan granulasi atau polip ataupun terbentuk
kantong abses di dalam lipatan mukosa yang masing-masing harus dibuang,
tetapi dengan penatalaksanaan yang baik perubahan menetap pada mukosa
telinga tengah jarang terjadi. Mukosa telinga tengah mempunyai kemampuan
besar untuk kembali normal. Bila terjadi perforasi membrane timpani yang
permanen, mukosa telinga tengah akan terpapar ke telinga luar sehingga
memungkinkan terjadinya infeksi berulang. Hanya pada beberapa kasus
keadaan telinga tengah tetap kering dan pasien tidak sadar akan penyakitnya.
Berenang, kemasukan benda yang tidak steril ke dalam liang telinga atau
karena adanya focus infeksi pada saluran napas bagian atas akan
menyebabkan infeksi eksaserbasi akut yang ditandai dengan secret yang
mukoid atau mukopurulen.
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Otoskop pneumatik untuk melihat membran timpani yang penuh, bengkak dan
tidak tembus cahaya dengan kerusakan mogilitas.
2. Kultur cairan melalui mambran timpani yang pecah untuk mengetahui
organisme penyebab.
3. Timpanogram untuk mengukur keseuaian dan kekakuan membrane timpani.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas
Otitis media akut dapat terjadi pada laki-laki maupun perempuan, dan
seringkali terjadi pada usia anak.
2. Keluhan
Klien dengan otitis media akut datang dengan keluhan nyeri pada telinga
bagian tengah.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Biasanya alasan klien otitis media akut datang memeriksakan diri kerumah
sakit yaitu adanya nyeri pada telinga tengah disertai terganggunya fungsi
pendengaran.
4. Riwayat penyakit dahulu
Kaji apakah klien pernah menderita penyakit yang sama sebelumnya.Tanyakan
tindakan apa yang telah dilakukan.
5. Pemeriksaan fisik
a) Nyeri telinga
b) Perasaan penuh dan penurunan pendengaran
c) Suhu Meningkat
d) Malaise
e) Nausea Vomiting
f) Vertigo
g) Ortore
6. Pemeriksaan Pendengaran
a. Otoskopi
1) Perhatikan adanya lesi pada telinga luar
2) Amati adanya oedema pada membran tympani Periksa adanya pus
danruptur pada membran tympani
3) Amati perubahan warna yang mungkin terjadi pada membran tympani
b. Tes bisik
Dengan menempatkan klien pada ruang yang sunyi, kemudian dilakukan
tes bisik, pada klien dengan otitis media akut dapat terjadi penurunan
pendengaranpada sisi telinga yang sakit.
c. Tes garpu tala
1) Tes Rinne
Pada uji rinne didapatkan hasil negatif.
2) Tes Weber
Pada tes weber didapatkan lateralisasi ke arah telinga yang sakit.
B. Diagnosa
1. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi.
2. Gangguan persepsi sensori pendengaran berhubungan dengan kerusakan pada
telinga tengah.
3. Ansietas berhubungan dengan nyeri yang semakin berat dan pendengaran
tidak adekuat.
4. Isolasi sosial berhubungan dengan nyeri dan otore yang berbau.
C. Intervensi
1. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi
Tujuan : Nyeri berkurang atau hilang
Kriteria hasil : Klien tampak tenang dan mengatakan nyerinya berkurang
Masalah keperawatan : Gangguan rasa nyaman (nyeri)
Kemungkinan disebabkan oleh : Proses inflamasi pada telinga tengah
Ditandai dengan : Adanya keluhan nyeri dan wajah
klien tampak meringis.
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat nyeri yang
dialami klien dan mekanisme
kopingnya.
2. Ajarkan teknik relaksasi pada
klien (misalnya bernafas
perlahan, teratur, atau nafas
dalam).
3. Berikan kompres di sekitar
area telinga.
4. Atur posisi klien
5. Tindakan kolaborasi: beri
analgesik sesuai instruksi
1. Memberikan informasi untuk
membantu dalam menetukan
pilihan atau keefektifan intervensi.
2. Teknik relaksasi yang benar dan
efektif dapat membantu mengurangi
nyeri yang dirasa.
3. Kompres bertujuan untuk
mengurangi nyeri karena rasa nyeri
teralihkan oleh rasa dingin di
sekitar area telinga.
4. Posisi yang sesuai akan membuat
klien merasa nyaman.
5. Untuk mengurangi sensasi nyeri.
2. Gangguan persepsi sensori pendengaran berhubungan dengan kerusakan pada
telinga tengah.
Tujuan : Persepsi sensori pendengaran baik.
Kriteria hasil : Klien akan mengalami peningkatan persepsi sensoris
pendengaran sampai pada tingkat fungsional.
Masalah keperawatan : Gangguan sensori persepsi
pendengaran
Kemungkinan disebabkan oleh : Kerusakan pada telinga tengah
Ditandai dengan : Kesalahan mempersepsikan bunyi
Intervensi Rasional
1. Ajarkan klien untuk merawat
alat pendengaran dengan
tepat.
2. Instruksikan klien untuk
menggunakan teknik-teknik
yang aman dalam perawatan
telinga sehingga dapat
mencegah bertambah
parahnya penyakit yang
dialaminya.
3. Observasi tanda-tanda awal
kehilangan pendengaran yang
lanjut.
1. Keefektifan alat pendengaran
tergantung pada tipe
gangguan/ketulian atau
perawatannya.
2. Apabila penyebab pokok ketulian
tidak progresif, maka
pendengaran yang tersisa sensitif
terhadap trauma dan infeksi
sehingga harus dilindungi.
3. Diagnosa dini terhadap keadaan
telinga atau terhadap masalah-
masalah pendengaran rusak
secara permanen.
3. Ansietas berhubungan dengan nyeri yang semakin berat dan pendengaran
tidak adekuat.
Tujuan : Ansietas klien berkurang bahkan hilang.
Kriteria hasil : Klien mampu mengungkapkan kecemasan dan
kekhawatirannya serta ia tampak tenang dan tidak
gelisah.
Masalah keperawatan : Ansietas
Kemungkinan disebabkan oleh : Nyeri semakin berat
Ditandai dengan : Klien tampak gelisah
Intervensi Rasional
1. Catat petunjuk perilaku gelisah
yang dialami klien.
2. Dorong klien meyatakan
perasaannya.
3. Berikan informasi yang akurat
dan nyata tentang apa yang
dilakukan.
4. Diskusikan dengan klien
mengenai kemungkinan
kemajuan dari fungsi
pendengarannya untuk
mempertahankan harapan
klien dalam berkomunikasi.
5. Berikan informasi mengenai
kelompok yang juga pernah
mengalami gangguan seperti
yang dialami klien untuk
memberikan dukungan
kepada klien.
1. Indikator derajat ansietas untuk
menentukan tindakan yang akan
dilakukan.
2. Membangun hubungan terapeutik.
3. Keterlibatan klien dalam perencanaan
perawatan memberikan rasa kontrol
dan membantu menurunkan ansietas.
4. Menunjukkan kepada klien bahwa
dia dapat berkomunikasi
denganefektif tanpa menggunakan
alat khusus, sehingga dapat
mengurangirasa cemasnya.
5. Dukungan dari bebarapa orang
yang memiliki pengalaman yang
sama akan sangat membantu klien.
4. Isolasi sosial berhubungan dengan nyeri dan otore yang berbau.
Tujuan : Klien tetap mengembangkan hubungan dengan orang lain.
Kriteria hasil : Klien dapat bersosialisasi dengan orang lain.
Masalah keperawatan : Isolasi sosial
Kemungkinan disebabkan oleh : Nyeri dan otore yang berbau
Ditandai dengan : Menarik diri dari pergaulan
Intervensi Rasional
1. Bina hubungan saling percaya
2. Yakinkan klien bahwa setelah
dilakukan pengobatan /
pembedahan cairan akan
keluar dan bau busuk akan
hilang.
1. Hubungan saling percaya dapat
menjadi dasar hubungan sosial.
2. Klien akan kooperatif /
berpartisipasi dalam persiapan
pembedahan (tympanoplasti)
jika diperlukan dan akan mulai
mengajak bicara dengan perawat
dan keluarga.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Otitis media akut (OMA) adalah peradangan akut sebagian atau seluruh
periosteum telinga tengah yang disebabkan oleh disfungsi tuba eustachii seperti
obstruksi yang diakibatkan oleh infeksi saluran pernapasan atas, dan reaksi alergi
serta bakteri seperti Streptococcus pneumoniae, Hemophylus influensae, dan
Moraxella catarhallis. Gejala OMA dapat bervariasi menurut beratnya infeksi
dan bisa sangat ringan dan sementara atau sangat berat seperti adanya otalgia,
keluarnya cairan dari telinga, demam, kehilangan pendengaran, dan tinitus.
Dengan terapi antibiotika spektrum luas yang tepat dan awal, otitis media dapat
hilang tanpa gejala sisa yang serius.
Otits media kronik (OMK) adalah kondisi yang berhubungan dengan
patologi jaringan irreversible dan biasanya disebabkan karena episode berulang
otits media akut. Gejala otitis media kronik dapat minimal dengan berbagai
derajat kehilangan pendengaran dan terdapat otorea intermiten atau persisten
yang berbau busuk. Biasanya tidak ada nyeri kecuali pada kasus mastoiditis akut
di mana daerah post aurikuler menjadi nyeri tekan dan bahkan merah dan edema.
Baik OMA maupun OMK, pemeriksaan penunjangnya adalh dengan otoskop
pneumatik untuk melihat membran timpani yang penuh, bengkak dan tidak
tembus cahaya dengan kerusakan mogilitas. Selain itu, juga dengan kultur cairan
melalui mambran timpani yang pecah untuk mengetahui organisme penyebab.
B. Saran
Adapun saran penulis terhadap pembaca yaitu agar semakin memperluas
wawasannya mengenai penyakit-penyakit sistem auditorius sehingga mampu
memberikan tindakan yang sebaik-baiknya pada klien nantinya dengan bekal
pemahaman tentang berbagai penyakit yang telah dipelajari di mata perkuliahan
ini, khususnya untuk penderita otitis media, baik yang akut maupun yang kronis.
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta: EGC.
. 2001. Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suzanne C dan Bare, Brenda G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta: EGC.
Betz, Cecily Lynn dan Sowden, Linda A. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri
Edisi 5. Jakarta: EGC.
Kerschner, Joseph E. 2007. Otitis Media. In: Kliegman, R.M., ed.
.
FORMAT PENILAIAN TUGAS
Mata ajar/Semester : Keperawatan Dewasa II/ V (lima)
Kelompok/Kasus :
Penyaji :
Penyanggah :
No Aspek Penilaian Bobot 1 2 3 4 Ket
Makalah 65
1 Latar belakang dituliskan secara
sistematis dan menjelaskan fenomena yang menjadi topik bahasan
10
2 Tinjauan teori diuraikan dengan jelas 10
3 Asuhan keperawatan diuraikan dengan
jelas dan memenuhi semua aspek sesuai dengan format
30
4 Tehnik penulisan menggunakan bahasa
Indonesia yang baik
5
5 Referensi yang digunakan terpercaya
dan up to date
10
Penyajian 35
1 Persiapan dan pengelolaan penyajian 5
2 Kejelasan pemaparan materi penyajian 5
3 Kemampuan menjawab pertanyaan 10
4 Kemampuan menggunakan AVA 5
5 Sikap selama penyajian 5
6 Penggunaan waktu 5
Total Nilai 100
Nama mahasiswa/NIM:
1. Fitriani / 70300111023
2. Andi Usmianti / 70300111009
3. Khumaerah / 70300111041