21
Tugas kelompok Dosen pembimbing: Abdul Majid, S.Kep., Ns., M.Kep. KEPERAWATAN DEWASA Otitis Media Akut dan KronikOleh: KELOMPOK VIIII Fitriani 023 A. Usmianti Khumaerah PROGRAM STUDI KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UIN ALAUDDIN MAKASSAR 2013

Asuhan Keperawatan Otitis Media

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Asuhan Keperawatan Otitis Media

Tugas kelompok

Dosen pembimbing: Abdul Majid, S.Kep., Ns., M.Kep.

KEPERAWATAN DEWASA

“Otitis Media Akut dan Kronik”

Oleh:

KELOMPOK VIIII

Fitriani 023

A. Usmianti

Khumaerah

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2013

Page 2: Asuhan Keperawatan Otitis Media

KATA PENGANTAR

Segala puji penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala inayah dan

kenikmatan yang senantiasa dicurahkan-Nya pada penulis berupa kesehatan,

kekuatan, serta kesempatan sehingga makalah ini dapat selesai dengan semestinya.

Tidak lupa penulis kirimkan shalawat dan salam beriringan dengan ucapan terima

kasih yang tiada terhingga kepada Baginda Rasulullah SAW karena atas segala

pengorbanan yang telah dilakukannya beserta para sahabat, sehingga kini kita mampu

mengkaji alam ini lebih tinggi dari gunung tertinggi, lebih dalam dari lautan terdalam,

serta lebih jauh dari batas pandangan mata.

Adapun tulisan ilmiah ini berisikan materi tentang “Otitis Media Akut dan

Kronik“ yang bertujuan sebagai bahan bacaan, semoga dapat bermanfaat bagi yang

membacanya. Dalam makalah ini, penulis menyadari masih terdapat kekurangan

dalam penulisannya. Oleh karena itu, mohon kiranya kritik dan saran yang bersifat

membangun dari pembimbing dan pembaca guna untuk kesempurnaan pada

pembuatan makalah penulis selanjutnya.

Makassar, September 2013

Penulis,

Page 3: Asuhan Keperawatan Otitis Media

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

I. KONSEP MEDIS OTITIS MEDIA 1

A. Definisi 3

B. Etiologi 3

C. Manifestasi klinis 4

D. Patofisiologi 5

E. Pemeriksaan penunjang 8

II. KONSEP KEPERAWATAN OTITIS MEDIA 9

A. Pengkajian 9

B. Diagnosia 10

C. Intervensi 10

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: Asuhan Keperawatan Otitis Media

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks,

yaitu sebagai organ pendengaran sekaligus sebagai organ keseimbangan. Indera

pendengaran berperan penting pada partisipasi seseorang dalam aktivitas

kehidupan sehari-hari, misalnya untuk berkomunikasi dengan orang lain melalui

bicara tergantung pada kemampuan mendengar.

Telinga sebagai organ pendengaran tak jarang mengalami berbagai

gangguan, salah satunya adalah otitis media. Otitis media merupakan suatu

peradangan, baik akut ataupun kronik seluruh pericilium telinga tengah yang

mengakibatkan terjadinya gangguan pendengaran dan keseimbangan.

Deteksi awal dan diagnosis akurat gangguan otologik seperti otitis media

sangatlah penting. Di antara mereka yang dapat membantu diagnosis dan atau

menangani kelainan otologik adalah ahli otolaringologi, pediatrisian, internis,

ahli audiologi, ahli patologi wicara, dan yang tak kalah penting perannya di sini

adalah perawat.

Berdasarkan data yang diperoleh WHO pada tahun 2010, terdapat sekitar

1.045 per bulan orang yang memeriksakan diri pada THT untuk memeriksakan

peradangan pada telinga tengahnya, sedangkan di Indonesia didapat dari data

THT di seluruh Indonesia tercatat 65 orang per bulan dalam pemeriksaan dengan

keluhan peradangan pada telinga tengah. Dalam hal ini, bisa dikatakan bahwa

gangguan pada telingah tengah amatlah memerlukan perhatian yang intens dari

paramedis.

Dari uraian di atas, maka penulis mencoba mengangkat masalah gangguan

pada telinga tengah yang terkhusus pada penyakit “Otitis Media Akut dan

Page 5: Asuhan Keperawatan Otitis Media

kronik” agar mahasiswa keperawatan dapat lebih memahami otitis media, baik

yang akut maupun kronik dari sisi konsep medis dan konsep keperawatannya

agar nantinya bisa menerapkan ilmu yang diperolehnya secara profesional sesuai

dengan kompetensinya sebagi seorang perawat.

B. Rumusan Masalah

Adapun masalah yang dibahas dalam makalah ini, yaitu:

1. Bagaimanakah konsep medis otitis media akut dan kronik ?

2. Bagaimanakah konsep keperawatan otitis media akut dan kronik ?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini, yaitu sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui konsep medis otitis media akut dan kronik.

2. Untuk mengetahui konsep keperawatan otitis media akut dan kronik.

Page 6: Asuhan Keperawatan Otitis Media

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Defenisi

1. Otitis media akut

Otitis media akut adalah infeksi akut telinga tengah yang disebabkan

oleh masuknya bakteri patogenik ke dalam telinga tengah yang normalnya

steril yang bersifat akut atau tiba-tiba (Smeltzer & Bare, 2001). Otitis media

akut (OMA) adalah peradangan akut sebagian atau seluruh periosteum telinga

tengah (Mansjoer, 2000).

2. Otitis media kronik

Otits media kronik adalah kondisi yang berhubungan dengan patologi

jaringan irreversible dan biasanya disebabkan karena episode berulang otitis

media akut (Smeltzer & Bare, 2001).

B. Etiologi

1. Otitis media akut

Otitis media akut paling sering terjadi bila terdapat disfungsi tuba

eustachii seperti obstruksi yang diakibatkan oleh infeksi saluran pernapasan

atas, inflamasi jaringan di sekitarnya (misalnya sinusitis dan hipertrofi

adenoid) atau reaksi alergi (misalnya rinitis alergika). Bakteri yang umum

ditemukan sebagai organisme penyebab otitis media akut adalah

Streptococcus pneumoniae, Hemophylus influensae, dan Moraxella

catarhallis. Cara masuk bakteri pada kebanyakan pasien kemungkinan

melalui tuba eustachii akibat kontaminasi sekresi dalam nasofaring (Smeltzer

dan Bare, 2001).

2. Otitis media kronik

Page 7: Asuhan Keperawatan Otitis Media

Penyebab terjadinya otitis media kronik adalah karena episode

berulang otitis media akut (Smeltzer dan Bare, 2001). Selain itu, terjadinya

otitis media kronik terjadi akibat adanya lubang pada gendang telinga

(perforasi). Perforasi gendang telinga bisa disebabkan oleh otitis media akut,

penyumbatan tuba eustakius, cedera akibat masuknya suatu benda ke dalam

telinga atau akibat perubahan tekanan udara yang terjadi secara tiba-tiba, luka

bakar karena panas atau zat kimia.

Beberapa faktor-faktor yang menyebabkan perforasi membran timpani

yang menetap pada OMK adalah:

a. Infeksi yang menetap pada telinga tengah mastoid yang mengakibatkan

produksi sekret telinga purulen berlanjut.

b. Berlanjutnya obstruksi tuba eustachius yang mengurangi penutupan

spontan pada perforasi.

c. Beberapa perforasi yang besar mengalami penutupan spontan melalui

mekanisme migrasi epitel.

d. Pada pinggir perforasi dari epitel skuamous dapat mengalami pertumbuhan

yang cepat diatas sisi medial dari membran timpani. Proses ini juga

mencegah penutupan spontan dari perforasi.

C. Manifestasi Klinik

1. Otitis media akut

Gejala otitis media akut dapat bervariasi menurut beratnya infeksi dan

bisa sangat ringan dan sementara atau sangat berat. Keadaan ini biasanya

unilateral pada orang dewasa dan mungkin terdapat otalgia. Gejala lain dapat

berupa keluarnya cairan dari telinga, demam, kehilangan pendengaran, dan

tinitus (Smeltzer dan Bare, 2001).

Menurut Cecily Lynn Betz & Linda A. Sowden (2009), manifestasi

klinis otitis media akut adalah sebagai berikut:

a. Membran timpani merah, sering menonjol tanpa terlihat tonjolan tulang,

tidak bergerak pada otoskopi pneumatik (pemberian tekanan positif atau

Page 8: Asuhan Keperawatan Otitis Media

negatif pada telinga tengah dengan insuflator balon yang disambungkan ke

otoskop)

b. Keluhan nyeri telinga (otalgia), atau rewel dan menarik-narik telinga pada

anak yang belum dapat bicara

c. Demam, antara 37, 7 – 40 oC

d. Anoreksia (sering)

e. Limfadenopati servikal anterior

f. Tuli konduktif sementara yang berakhir minimal 2 – 4 minggu setelah

infeksi akut.

2. Otitis media kronik

Gejala otitis media kronik dapat minimal dengan berbagai derajat

kehilangan pendengaran dan terdapat otorea intermiten atau persisten yang

berbau busuk. Biasanya tidak ada nyeri kecuali pada kasus mastoiditis akut di

mana daerah post aurikuler menjadi nyeri tekan dan bahkan merah dan edema.

Kolesteatoma sendiri biasanya tidak menimbulkan nyeri. Evaluasi otostopik

membran timpani memperlihatkan adanya perforasi dan kolesteatoma dapat

terlihat sebagai masa putih di belakang membran timpani atau keluar ke

kanalis eksternus melalui luang perforasi. Kolesteatoma dapat juga tidak

terlihat pada pemeriksaan oleh ahli otoskopi. Hasil audiometri pada kasus

kolesteatoma sering memperlihatkan kehilangan pendengaran konduktif atau

campuran (Smeltzer dan Bare, 2001).

D. Patofisiologi

1. Otitis media akut

Terjadinya otits media akut akibat terganggunya faktor pertahanan

tubuh yang bertugas menjaga kesterilan telinga tengah. Faktor penyebab

utama adalah sumbatan tuba eustachius sehingga pencegahan invasi kuman

terganggu. Pencetusnya adalah infeksi saluran pernapasan atas. Penyakit ini

mudah terjadi pada bayi karena tuba eustachiusnya pendek, lebar, dan

letaknya agak horizontal (Mansjoer, 2000).

Page 9: Asuhan Keperawatan Otitis Media

Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti

radang tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran

Eustachius. Saat bakteri melalui saluran Eustachius, mereka dapat

menyebabkan infeksi di saluran tersebut sehingga terjadi pembengkakan di

sekitar saluran, tersumbatnya saluran, dan datangnya sel- sel darah putih

untuk melawan bakteri. Sel- sel darah putih akan membunuh bakteri dengan

mengorbankan diri mereka sendiri. Sebagai hasilnya terbentuklah nanah

dalam telinga tengah. Selain itu pembengkakan jaringan sekitar saluran

Eustachius menyebabkan lendir yang dihasilkan sel - sel di telinga tengah

terkumpul di belakang gendang telinga. Jika lendir dan nanah bertambah

banyak, pendengaran dapat terganggu karena gendang telinga dan tulang-

tulang kecil penghubung gendang telinga dengan organ pendengaran di

telinga dalam tidak dapat bergerak bebas. Kehilangan pendengaran yang

dialami umumnya sekitar 24 desibel (bisikan halus). Namun, cairan yang

lebih banyak dapat menyebabkan gangguan pendengaran hingga 45db

(kisaran pembicaraan normal). Selain itu telinga juga akan terasa nyeri. Dan

yang paling berat, cairan yang terlalu banyak tersebut akhirnya dapat merobek

gendang telinga karena tekanannya (Mansjoer A, 2001).

Adapun stadium dari otitis media akut berdasarkan perubahan mukosa telinga

tengah :

a. Stadium oklusi tuba eustachius

Terdapat gambaran retraksi membrane timpani akibat tekanan negative didalam

telinga tengah. Kadang berwarna normal atau keru pucat, efusi tidak dapat

dideteksi dan sukar dibedakan dengan otitis media serosa akibat virus atau alergi.

b. Stadium hiperemis (presupurasi)

Tampak pembulu darah yang melebar di membran timpani atau seluruh membran

timpani tampak hiperemis serta udem. Secret yang telah terbentuk mungkin masih

bersifat eksudat serosa sehingga sukar terlihat.

c. Stadium supurasi

Page 10: Asuhan Keperawatan Otitis Media

Membran timpani menonjol ke arah telinga luar akibat edema yang hebat pada

mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel superficial, serta terbentuknya

eksudat purulen di kavum timpani. Pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu

meningkat, serta nyeri di telinga tambah hebat. Apabila tekanan tidak berkurang,

akan terjadi eskemia, tromboflebitis, dan nekrosis mukosa serta sub mukosa.

Nekrosis ini terlihat sebagai daerah yang lebih lembek dan kekuningan pada

membrane timpani. Ditempat ini akan terjadi rupture.

d. Stadium perforasi

Karena pemberian anti biotik yang terlambat atau virulensi kuman yang tinggi,

dapat terjadi ruptur membrane timpani dan nanah keluar mengalir dari telinga

tengah ke telinga luar. Pasien yang semula gelisah menjadi tenang, suhu badan

turun, dan dapat tidur nyenyak.

e. Stadium resolusi

Bila membrane timpani tetap utuh, maka perlahan-lahan akan normal kembali.

Bila terjadi perforasi maka secret akan berkurang dan mengering. Bila daya tahan

tubuh baik dan virulensi kuman rendah, maka resolusi dapat terjadi tanpa

pengobatan. OMA berubah menjadi otitis media supuratif sub akut bila perforasi

menetap dengan secret yang keluar terus menerus-menerus atau hilang timbul

lebih dari 3 minggu. Disebut otitis media supuratif kronik (OMSK) bila lebih dari

1,5 atau 2 bulan. Dapat meninggalkan gejala sisa berupa otitis media serosa bila

secret menetap di kavum timpani tanpa perforasi.

2. Otitis media kronik

Patofisiologi OMK belum diketahui secara lengkap, tetapi dalam hal

ini merupakan stadium kronis dari otitis media akut (OMA) dengan perforasi

yang sudah terbentuk diikuti dengan keluarnya sekret yang terus menerus.

Terjadinya OMK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang. OMK

disebabkan oleh multifaktor antara lain infeksi virus atau bakteri, gangguan

fungsi tuba, alergi, kekebalan tubuh, lingkungan, dan social ekonomi. Fokus

infeksi biasanya terjadi pada nasofaring (adenoiditis, tonsillitis, rhinitis,

sinusitis), mencapai telinga tengah melalui tuba Eustachius. Kadang-kadang

Page 11: Asuhan Keperawatan Otitis Media

infeksi berasal dari telinga luar masuk ke telinga tengah melalui perforasi

membran timpani, maka terjadi inflamasi. Bila terbentuk pus akan

terperangkap di dalam kantung mukosa di telinga tengah. Dengan pengobatan

yang cepat dan adekuat serta perbaikan fungsi telinga tengah, biasanya proses

patologis akan berhenti dan kelainan mukosa akan kembali normal. Walaupun

kadang-kadang terbentuk jaringan granulasi atau polip ataupun terbentuk

kantong abses di dalam lipatan mukosa yang masing-masing harus dibuang,

tetapi dengan penatalaksanaan yang baik perubahan menetap pada mukosa

telinga tengah jarang terjadi. Mukosa telinga tengah mempunyai kemampuan

besar untuk kembali normal. Bila terjadi perforasi membrane timpani yang

permanen, mukosa telinga tengah akan terpapar ke telinga luar sehingga

memungkinkan terjadinya infeksi berulang. Hanya pada beberapa kasus

keadaan telinga tengah tetap kering dan pasien tidak sadar akan penyakitnya.

Berenang, kemasukan benda yang tidak steril ke dalam liang telinga atau

karena adanya focus infeksi pada saluran napas bagian atas akan

menyebabkan infeksi eksaserbasi akut yang ditandai dengan secret yang

mukoid atau mukopurulen.

E. Pemeriksaan Penunjang

1. Otoskop pneumatik untuk melihat membran timpani yang penuh, bengkak dan

tidak tembus cahaya dengan kerusakan mogilitas.

2. Kultur cairan melalui mambran timpani yang pecah untuk mengetahui

organisme penyebab.

3. Timpanogram untuk mengukur keseuaian dan kekakuan membrane timpani.

Page 12: Asuhan Keperawatan Otitis Media

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Identitas

Otitis media akut dapat terjadi pada laki-laki maupun perempuan, dan

seringkali terjadi pada usia anak.

2. Keluhan

Klien dengan otitis media akut datang dengan keluhan nyeri pada telinga

bagian tengah.

3. Riwayat Penyakit Sekarang

Biasanya alasan klien otitis media akut datang memeriksakan diri kerumah

sakit yaitu adanya nyeri pada telinga tengah disertai terganggunya fungsi

pendengaran.

4. Riwayat penyakit dahulu

Kaji apakah klien pernah menderita penyakit yang sama sebelumnya.Tanyakan

tindakan apa yang telah dilakukan.

5. Pemeriksaan fisik

a) Nyeri telinga

b) Perasaan penuh dan penurunan pendengaran

c) Suhu Meningkat

d) Malaise

e) Nausea Vomiting

f) Vertigo

g) Ortore

6. Pemeriksaan Pendengaran

a. Otoskopi

Page 13: Asuhan Keperawatan Otitis Media

1) Perhatikan adanya lesi pada telinga luar

2) Amati adanya oedema pada membran tympani Periksa adanya pus

danruptur pada membran tympani

3) Amati perubahan warna yang mungkin terjadi pada membran tympani

b. Tes bisik

Dengan menempatkan klien pada ruang yang sunyi, kemudian dilakukan

tes bisik, pada klien dengan otitis media akut dapat terjadi penurunan

pendengaranpada sisi telinga yang sakit.

c. Tes garpu tala

1) Tes Rinne

Pada uji rinne didapatkan hasil negatif.

2) Tes Weber

Pada tes weber didapatkan lateralisasi ke arah telinga yang sakit.

B. Diagnosa

1. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi.

2. Gangguan persepsi sensori pendengaran berhubungan dengan kerusakan pada

telinga tengah.

3. Ansietas berhubungan dengan nyeri yang semakin berat dan pendengaran

tidak adekuat.

4. Isolasi sosial berhubungan dengan nyeri dan otore yang berbau.

C. Intervensi

1. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi

Tujuan : Nyeri berkurang atau hilang

Kriteria hasil : Klien tampak tenang dan mengatakan nyerinya berkurang

Masalah keperawatan : Gangguan rasa nyaman (nyeri)

Kemungkinan disebabkan oleh : Proses inflamasi pada telinga tengah

Ditandai dengan : Adanya keluhan nyeri dan wajah

klien tampak meringis.

Page 14: Asuhan Keperawatan Otitis Media

Intervensi Rasional

1. Kaji tingkat nyeri yang

dialami klien dan mekanisme

kopingnya.

2. Ajarkan teknik relaksasi pada

klien (misalnya bernafas

perlahan, teratur, atau nafas

dalam).

3. Berikan kompres di sekitar

area telinga.

4. Atur posisi klien

5. Tindakan kolaborasi: beri

analgesik sesuai instruksi

1. Memberikan informasi untuk

membantu dalam menetukan

pilihan atau keefektifan intervensi.

2. Teknik relaksasi yang benar dan

efektif dapat membantu mengurangi

nyeri yang dirasa.

3. Kompres bertujuan untuk

mengurangi nyeri karena rasa nyeri

teralihkan oleh rasa dingin di

sekitar area telinga.

4. Posisi yang sesuai akan membuat

klien merasa nyaman.

5. Untuk mengurangi sensasi nyeri.

2. Gangguan persepsi sensori pendengaran berhubungan dengan kerusakan pada

telinga tengah.

Tujuan : Persepsi sensori pendengaran baik.

Kriteria hasil : Klien akan mengalami peningkatan persepsi sensoris

pendengaran sampai pada tingkat fungsional.

Masalah keperawatan : Gangguan sensori persepsi

pendengaran

Kemungkinan disebabkan oleh : Kerusakan pada telinga tengah

Ditandai dengan : Kesalahan mempersepsikan bunyi

Intervensi Rasional

Page 15: Asuhan Keperawatan Otitis Media

1. Ajarkan klien untuk merawat

alat pendengaran dengan

tepat.

2. Instruksikan klien untuk

menggunakan teknik-teknik

yang aman dalam perawatan

telinga sehingga dapat

mencegah bertambah

parahnya penyakit yang

dialaminya.

3. Observasi tanda-tanda awal

kehilangan pendengaran yang

lanjut.

1. Keefektifan alat pendengaran

tergantung pada tipe

gangguan/ketulian atau

perawatannya.

2. Apabila penyebab pokok ketulian

tidak progresif, maka

pendengaran yang tersisa sensitif

terhadap trauma dan infeksi

sehingga harus dilindungi.

3. Diagnosa dini terhadap keadaan

telinga atau terhadap masalah-

masalah pendengaran rusak

secara permanen.

3. Ansietas berhubungan dengan nyeri yang semakin berat dan pendengaran

tidak adekuat.

Tujuan : Ansietas klien berkurang bahkan hilang.

Kriteria hasil : Klien mampu mengungkapkan kecemasan dan

kekhawatirannya serta ia tampak tenang dan tidak

gelisah.

Masalah keperawatan : Ansietas

Kemungkinan disebabkan oleh : Nyeri semakin berat

Ditandai dengan : Klien tampak gelisah

Intervensi Rasional

Page 16: Asuhan Keperawatan Otitis Media

1. Catat petunjuk perilaku gelisah

yang dialami klien.

2. Dorong klien meyatakan

perasaannya.

3. Berikan informasi yang akurat

dan nyata tentang apa yang

dilakukan.

4. Diskusikan dengan klien

mengenai kemungkinan

kemajuan dari fungsi

pendengarannya untuk

mempertahankan harapan

klien dalam berkomunikasi.

5. Berikan informasi mengenai

kelompok yang juga pernah

mengalami gangguan seperti

yang dialami klien untuk

memberikan dukungan

kepada klien.

1. Indikator derajat ansietas untuk

menentukan tindakan yang akan

dilakukan.

2. Membangun hubungan terapeutik.

3. Keterlibatan klien dalam perencanaan

perawatan memberikan rasa kontrol

dan membantu menurunkan ansietas.

4. Menunjukkan kepada klien bahwa

dia dapat berkomunikasi

denganefektif tanpa menggunakan

alat khusus, sehingga dapat

mengurangirasa cemasnya.

5. Dukungan dari bebarapa orang

yang memiliki pengalaman yang

sama akan sangat membantu klien.

4. Isolasi sosial berhubungan dengan nyeri dan otore yang berbau.

Tujuan : Klien tetap mengembangkan hubungan dengan orang lain.

Kriteria hasil : Klien dapat bersosialisasi dengan orang lain.

Masalah keperawatan : Isolasi sosial

Kemungkinan disebabkan oleh : Nyeri dan otore yang berbau

Ditandai dengan : Menarik diri dari pergaulan

Intervensi Rasional

Page 17: Asuhan Keperawatan Otitis Media

1. Bina hubungan saling percaya

2. Yakinkan klien bahwa setelah

dilakukan pengobatan /

pembedahan cairan akan

keluar dan bau busuk akan

hilang.

1. Hubungan saling percaya dapat

menjadi dasar hubungan sosial.

2. Klien akan kooperatif /

berpartisipasi dalam persiapan

pembedahan (tympanoplasti)

jika diperlukan dan akan mulai

mengajak bicara dengan perawat

dan keluarga.

Page 18: Asuhan Keperawatan Otitis Media

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Otitis media akut (OMA) adalah peradangan akut sebagian atau seluruh

periosteum telinga tengah yang disebabkan oleh disfungsi tuba eustachii seperti

obstruksi yang diakibatkan oleh infeksi saluran pernapasan atas, dan reaksi alergi

serta bakteri seperti Streptococcus pneumoniae, Hemophylus influensae, dan

Moraxella catarhallis. Gejala OMA dapat bervariasi menurut beratnya infeksi

dan bisa sangat ringan dan sementara atau sangat berat seperti adanya otalgia,

keluarnya cairan dari telinga, demam, kehilangan pendengaran, dan tinitus.

Dengan terapi antibiotika spektrum luas yang tepat dan awal, otitis media dapat

hilang tanpa gejala sisa yang serius.

Otits media kronik (OMK) adalah kondisi yang berhubungan dengan

patologi jaringan irreversible dan biasanya disebabkan karena episode berulang

otits media akut. Gejala otitis media kronik dapat minimal dengan berbagai

derajat kehilangan pendengaran dan terdapat otorea intermiten atau persisten

yang berbau busuk. Biasanya tidak ada nyeri kecuali pada kasus mastoiditis akut

di mana daerah post aurikuler menjadi nyeri tekan dan bahkan merah dan edema.

Baik OMA maupun OMK, pemeriksaan penunjangnya adalh dengan otoskop

pneumatik untuk melihat membran timpani yang penuh, bengkak dan tidak

tembus cahaya dengan kerusakan mogilitas. Selain itu, juga dengan kultur cairan

melalui mambran timpani yang pecah untuk mengetahui organisme penyebab.

B. Saran

Adapun saran penulis terhadap pembaca yaitu agar semakin memperluas

wawasannya mengenai penyakit-penyakit sistem auditorius sehingga mampu

memberikan tindakan yang sebaik-baiknya pada klien nantinya dengan bekal

Page 19: Asuhan Keperawatan Otitis Media

pemahaman tentang berbagai penyakit yang telah dipelajari di mata perkuliahan

ini, khususnya untuk penderita otitis media, baik yang akut maupun yang kronis.

Page 20: Asuhan Keperawatan Otitis Media

DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta: EGC.

. 2001. Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta: EGC.

Smeltzer, Suzanne C dan Bare, Brenda G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal

Bedah. Jakarta: EGC.

Betz, Cecily Lynn dan Sowden, Linda A. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri

Edisi 5. Jakarta: EGC.

Kerschner, Joseph E. 2007. Otitis Media. In: Kliegman, R.M., ed.

.

Page 21: Asuhan Keperawatan Otitis Media

FORMAT PENILAIAN TUGAS

Mata ajar/Semester : Keperawatan Dewasa II/ V (lima)

Kelompok/Kasus :

Penyaji :

Penyanggah :

No Aspek Penilaian Bobot 1 2 3 4 Ket

Makalah 65

1 Latar belakang dituliskan secara

sistematis dan menjelaskan fenomena yang menjadi topik bahasan

10

2 Tinjauan teori diuraikan dengan jelas 10

3 Asuhan keperawatan diuraikan dengan

jelas dan memenuhi semua aspek sesuai dengan format

30

4 Tehnik penulisan menggunakan bahasa

Indonesia yang baik

5

5 Referensi yang digunakan terpercaya

dan up to date

10

Penyajian 35

1 Persiapan dan pengelolaan penyajian 5

2 Kejelasan pemaparan materi penyajian 5

3 Kemampuan menjawab pertanyaan 10

4 Kemampuan menggunakan AVA 5

5 Sikap selama penyajian 5

6 Penggunaan waktu 5

Total Nilai 100

Nama mahasiswa/NIM:

1. Fitriani / 70300111023

2. Andi Usmianti / 70300111009

3. Khumaerah / 70300111041