Upload
ajuel-fudha
View
75
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
askep
Citation preview
ASUHAN KEPERAWATAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
Hepatitis adalah peradangan pada sel-sel hati, virus merupakan penyebab hepatitis yang paling sering terutama virus hepatitis A, B, C,
D dan E. Pada umumnya penderita menjadi kronis, virus hepatitis D hanya dapat menyerang penderita yang telah terinfeksi virus B
dan dapat memperparah keadaan penderita. (http://www.hepatitis/wiki).
Pertumbuhan kesehatan sedunia (WHO) menetapakan imunisasi hepatitis disetiap negara, karena penyebab terbanyak hepatitis virus,
hepatitis virus tersebar di seluruh Indonesia dan menyerang semua suku bangsa, sekitar 2 milyar orang di dunia diduga telah terinfeksi
dan 350 juta menderita menjadi masalah kesehatan global yang serius, menurut Prof. dr. Hj. Siti Nurdjanah, M.Kes, SpPd-KGEH,
Indonesia endemis hepatitis virus antara 2,5-20 % dan menempati urutan ke-3 di Asia yaitu berkisar 11,6 %.
(http://www.webugn.ac.id).
Di Jogyakarta data PMI menyebutkan 805 orang diskrining untuk pendonor darah, 2,2% hepatitis positif. Di Mataram sebanyak 3000
sampel darah yang diskrining di PMI ternyata sebanyak 6,7%. (sumber : http://www.webugn.ac.id).
Dampak dari penyakit hepatitis, penyebab/komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit hepatitis adalah kolesterol, pendarahan,
saluran cerna, gagal ginjal, gangguan elektrolit, gangguan pernafasan, hiperglikemia, demam, bakteri, gelisah, hipertensi,
kematian/hypotesis portal.
Sedangkan di Medan Sumatra-Utara di laporkan dalam kurun waktu 4 tahun dari 19.914 pasien yang di rawat di bagian penyakit
dalam di dapatkan 128 pasien penyakit hati (5%) dan pengamatan secara klinis di jumpai 819 (72.7%) adalah penyakit Hepatitis
Dalam ilmu keperawatan terdapat hal yang disebut promotif yaitu suatu tindakan keperawatan promosi kesehatan. Pada kasus
hepatitis, promosi kesehatan yang dapat dilakukan yaitu dengan melakukan tindakan penyuluhan kesehatan masyarakat umum
maupun klien hepatitis sendiri, serta dapat juga membagikan selebaran-selebaran yang berhubungan penyakit hepatitis kepada
masyarkat dengan tujuan agar masyarakat mengerti tentang pentingnya arti kesehatan.
Preventif adalah suatu tindakan keperawatan untuk mencegah terjadinya suatu penyakit atau menghilangkan gejala penyakit pada
kasus hepatitis virus tindakan pencegahan yang perlu dilakukan dengan memberikan vaksin hepatitis, meningkatkan gizi masyarakat
dan memelihara kesehatan lingkungan yang baik.
Kuratif adalah kelompok yang menderita penyakit atau masalah kesehatan melalui kegiatan-kegiatan seperti merawat orang sakit di
rumah (home nursing), merawat orang sakit sebagai tindakan lanjut perawat dari puskesmas dan di rumah.
Rehabilitasi adalah suatu tindakan rehabilitasi pada kasus hepatitis, disini perawat berfungsi sebagai yang merawat, memelihara
bahkan melayani klien serta memberi dukungan kepada klien agar klien cepat sembuh.
Dari uraian tersebut, maka penulis merasa tertarik untuk mengambil kasus berjudul “Asuhan Keperawatan Pada An. A Dengan
Hepatitis Di Ruang RB 4 Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang asuhan keperawatan An. A dengan hepatitis di Ruang RB 4 Rumah Sakit Umum
Pusat Haji Adam Malik Medan tahun 2010.
1.2.2 Tujuan Khusus
Mampu melakukan pengkajian asuhan keperawatan dengan hepatitis pada An. A di Ruang RB 4 Rumah Sakit Umum Pusat Haji
Adam Malik Medan Tahun 2010.
Mampu merumuskan diagnosa klien dengan hepatitis pada An. A di Ruang RB 4 Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan
Tahun 2010.
Mampu melakukan tindakan atau menyusun rencana asuhan keperawatan dengan hepatitis pada An. A di Ruang RB 4 Rumah Sakit
Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2010.
Dapat melakukan evaluasi asuhan keperawatan dengan hepatitis pada An. A di Ruang RB 4 Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam
Malik Medan Tahun 2010
1.3 Ruang Lingkup Penulisan
Penulis membatasi makalah ini pada satu kasus yaitu asuhan keperawatan dengan hepatitis pada An. A di Ruang RB 4 Rumah Sakit
Umum Pusat Haji Adam Malik Medan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.
1.4 Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam penyusunan Makalah ini, penulis menggunakan metode deskriptif yaitu metode yang
menggambarkan asuhan keperawatan yang nyata dan jelas dan dengan pendekatan studi kasus dengan cara :
1. Observasi : Melakukan pengamatan terhadap penatalaksanaan proses keperawatan dan pencatatan yang sistematis pada
An. A yang sedang dirawat
2. Wawancara : Dengan cara Tanya jawab langsung dengan Orang tua klien, klien, perawat, untuk mendapat informasi
tentang penyakit dan masalah yang dihadapi klien
3. Studi Kepustakaan : Yaitu dengan cara membaca dan mempelajari buku-buku tentang hepatitis dan mencari artikel dari internet
yang berhubungan dengan Makalah ini.
1.5 Manfaat Penulisan
Adapaun manfaat dari penulisan Makalah ini adalah :
1. Agar penulis mendapatkan gambaran dan menambah wawasan pengetahuan asuhan keperawatan pada An. A dengan hepatitis.
2. Untuk perawat, agar perawat dapat meningkatkan pengetahuan dan dapat menerapkan asuhan keperawatan pada An. A dengan
hepatitis.
3. Untuk pasien hepatitis, menambah pengetahuan pasien tentang pencegahan penatalaksanaan dan penanggulangan penyakit
Untuk Rumah Sakit, sebagai bahan masukan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan dan standard operasional prosedur pelaksanaan
penanggulangan penyakit hepatitis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Medis
2.1.1 Defenisi
Hepatitis adalah peradangan hati. Penyakit ini dapat disebabkan oleh infeksi atau toksin termasuk alkohol, dan dijumpai pada kanker
hati, gejala dan tanda masing-masing jenis hepatitis serupa. Cara penularan.apabila penyebabnya virus dan hasil akhirnya mungkin
berbeda.(. Corwin, 2001 )
Hepatitis adalah peradangan hati, patologi dapat disebabkan oleh infeksi atau kimia. Penyebab infeksi meliputi banyak agens yang
dapat menyebabkan kerusakan dan peradangan.kelompok virus yang diketahui sebagai virus hepatitis diberi nama secara alfabetik
dalam urutan kronologik penemuannya
Hepatitis adalah inflamasi akut hepar.Ini dapat disebabkan oleh bakteri atau cedera toksik , tetapi hepatitis virus yang penting sering
dilihat.
Hepatitis adalah peradangan pada sel hati. Virus merupakan penyebab hepatitis yang paling sering, terutama virus hepatitis
A,B,C,Ddan E. Pada umumnya penderita hepatitis A dan E dapat sembuh, sebaliknya hepatitis B dan C dapat menjadi kronik. Virus
hepatitis D hanya dapat menyerang penderita yang telah terinfeksi virus hepatitis B dan dapat memperoleh keadaan penderita.
2.12 Anatomi Fisiologi
a. Anatomi
Hati terletak dibelakang tulang-tulang iga (kosta) dalam rongga abdomen daerah kanan atas. Hati memiliki berat sekitar 1500 gr, dan
dibagi menjadi lobus. Setiap empat lobus hati terbungkus oleh lapisan tipis jaringan ikat yang membentang kedalam lobus itu
sendiri dan membagi massa hati menjadi unit-unit yang lebih kecil, yang disebut lobulus.
Sirkulasi darah kedalam dan keluar hati sangat penting dalam penyelenggaraan fungsi hati. Darah yang mengalir kedalam berasal dari
dua sumber. Kurang lebih 75% suplai darah yang kaya akan nutrien dari traktus gastrointestinal. Bagian suplai darah tersebut masuk
kedalam hati lewat arteri hepatika dan banyak mengandung oksigen. Cabang-cabang terminalis kedua pembuluh darah ini bersatu
untuk membentuk capillary beds bersama yang merupakan sinusoid hepatik. Dengan demikian, sel-sel hati ( hepatosid ) akan
terendam oleh campuran darah vena dan arterial. Sinusoid mengosongkan isinya kedalam vena kava inferior didekat diafragma. Jadi,
terdapat dua sumber yang mengalirkan darah masuk kedalam hati dan hanya satu lintasan keluarnya
Hati adalah organ yang paling besar didalam tubuh kita. Warnanya coklat dan beratnnya ½ kg. Letaknya : bagian atas dalam rongga
abdomen sebelah kanan bawah diafragma hati terbagi 2 lapisan utama :
1. Permukaan atas terbentuk cembung, terletak dibawah diafragma
2. Permukaan bawah tidak rata dan memperhatikan lekukan fisura transfersus.
Fisura longitudinal memisahkan belahan kanan dan kiri dibagian atas hati, selanjutnya hati dibagi 4 belahan : lobus kanan, lobus kiri,
lobus kaudata dan lobus guardatus.
b. Fisiologi
Fungsi hati terbagi atas :
1. Mengubah zat makanan yang diabsorbsi dari usus dan yang disuatu tempat dalam tubuh,dikeluarkan sesuai dengan pemakaianya
dalam jaringan
2. Mengubah zat buangan dan bahan racun untuk diekskresikan didalam empedu urin
3. Menghasilkan enzim glikogenik glukosa menjadi glukogen
4. Sekresi empedu,garam empedu dibuat dihati dibentuk dalam sistem retikulo endotelium dialirkan keempedu
5. Pembentukan ureum
6. Menyiapkan lemak untuk pemecahan terakhir asam basA
Hati yang merupakan organ terbesar tubuh dapat dianggap sebagai pabrik kimia yang membuat, menyimpan, mengubah dan
mengekskresikan sejumlah besar substansi yang terlibat dalam metabolisme. Lokasi hati sangat penting dalam pelaksanaaan fungsi ini
karena hati menerima darah yang kaya nutrien langsung dari traktus gastrointestinal, kemudian hati akan menyimpan atau
mentransformasikan semua nutrien ini menjadi zat-zat kimia yang digunakan dibagian lain dalam tubuh untuk keperluan metabolik.
Hati merupakan organ yang penting khususnya dalam pengaturan metabolisme glukosa dan protein. Hati membuat dan
mensekkresikan empedu yang memegang peran utama dalam proses pencernaan serta penyerapan lemak dalam traktus
gastrointestinal. Organ ini mengeluarkan limbah produk dari dalam aliran darah dan mensekresikannya kedalam empedu. Empedu
yang dihasilkan oleh hatiakan disimpan untuk sementara waktu dalam kandung empedu ( vesika felea ) sampai kemudian dibutuhkan
untuk proses pencernaan; pada saat ini kandung empedu akan mengosongkan isinya dan empedu memasuki intestinum ( usus ).
2.1.2 Web Of Caution (WOC)
2.1.3 Etiologi
Hepatitis biasanya terjadi karena virus, terutama salah satu dari kelima virus hepatitis yaitu A, B, C, D, dan E.
Hepatitis juga bisa terjadi karena infeksi virus lainnya, seperti monomukleosis infeksiosa, demam kuning dan infeksi sitomega lovirus,
penyebab hepatitis non virus yang utama adalah alkohol dan obat-obatan. ( http://www.google.co.ic )
2.1.4 Manifestasi Klinis
Gejala klinis dari hepatitis dapat bervariasi, mulai dari tingkat ringan sampai tingkat terberat, bahkan juga gambaran yang fatal. Untuk
lebih jelasnya sebagai berikut :
1. Stadium Praikteri berlangsung selama 4-7 hari. Pasien mengeluh sakit kepala, lemah, anoreksia dan muntah, nyeri otot dan nyeri
di perut kanan atas. Urin menjadi lebih coklat.
2. Stadium ikterik yang berlangsung selama 3-6 minggu. Ikterus mula-mula terlihat pada sklera, kemudian pada kulit seluruh tubuh.
Keluhan-keluhan berkurang. Tetapi pasien masi lemah, anoreksia dan muntah. Tinja mungkin berwarna kelabu atau kuning muda.
Hati membesar dan nyeri tekan.
3. Stadium pascainterik ( rekonvalensi ), ikterus mereda , warna urin dan tinja menjadi normal lagi. Penyembuhan pada anak. Anak
lebih cepat dari orang dewasa. Yaitu pada akhirnya bulan kedua. Karena biasanya berbeda.
4.
2.1.5 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit hepatitis adalah sebagai berikut :
a. Kolesterol
b. Perdarahan saluran cerna
c. Gagal ginjal
d. Gangguan Elektrolit
e. Gangguan Pernafasan
f. Hipoglikemia
g. Demam, bakteri
h. Gelisah
i. Hipertensi
j. Hipotensi
k. Kematian / hypotesis portal
Tanda-tanda edema selebral adalah kenaikan tekanan intra kranial antara lain : gejala dini transpirasi, hiperefleksi, opistotonus,
kejang-kejang,kelinan kedua pupil yang berakhir dengan refleks negatif terhadap cahaya dan hilangnya refleksi okulovestibuler
menunjukkan proknosis fatal. (Arif Mansjoer, 2001)
2.1.6 Terapi
Terdiri dari istirahat, diet, dan pengobatan Medika Mentosa.
1. Istirahat, pada periode akut dan keadaan lemah di haruskan cukup istirahat, agar dapat mempercepat penyembuhan
2. Diet, jika pasien mual, tidak nafsu makan, atau muntah-muntah sebaiknyan diberikan infus. Secara umum di anjurkan diet
sumbang tinggi karbohidarat. Dulu ada kecendrungan membatasi lemak karena disamakan dengan penyakit kandung empedu.
Makanan harus di berikan dalam porsi tangan dan diberikan empat sampai enam kali sehari. Makanan kesukaan harus dipertimbangan.
3. Medika mentosa
a. Kortikosteroid tidak diberikan bila untuk mempercepat penurunan bilirubin darah. Kortikosteroid dapat digunakan pada
kolestasis yang berkepanjangan dimana transaminase serum sudah kembali normal tetapi bilirubin masih tinggi.Pada keadaan ini
diberikan prednison 3 x 10 mg selama 7 hari kemudian dilakukan tapering off.
b. Berikan obat-obatan yang melindungi hati
c. Antibiotik tidak jelas kegunaannya
d. Jangan di berikan antiemetik jika perlu sekali dapat di berikan golongan fenotiazin.
e. Vitamin K diberikan pada kasus kecendrungan pendarahan. Bila pasien dalam keadaan prekoma atau koma penanganan seperti
pada koma hepatik. (Arief Mansjoer, dkk, 2001)
2.2 Tinjauan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari landasan proses keperawatan. Diperlukan pengkajian yang cermat untuk mengenal masalah
klien, agar dapat memberi arah kepada tindakan keperawatan.
Adapun pelaksanaan pengkajian kepada klien adalah sebagai berikut :
a. Aktivitas / istirahat
Gejala : Kelemahan,kelelahan,malaise umum
b. Sirkulasi
Gejala : Ikterus pada sklera,kulit dan dan membran mukosa.
c. Elimnasi
Gejala : Urine gelap, diare / konstipasi, feses berwarna hitam, adanya / berulangnya hemodialisis.
d. Makanan dan cairan
Gejala : Hilang napsu makan ( anoreksia ), penuruna berat badan atau atau meningkat odem, muntah.
e. Neurosensori
Gejala : Peka rangsang, cenderung tidur.
f. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Kram abdomen, nyeri tekan pada bagian kuadran kanan atas, sakit kepala.
g. Pernafasan
Gejala : Tidak minat / enggan merokok .
h. Keamanan
Gejala : Adanya tranfusi darah/produk darah
Tanda : Urtikuria, lesi makutopapular, eritema tak beraturan.
i . Seksualitas
Gejala : Pola hidup / perilaku meningkat resiko terpajan ( contoh : homo seksual aktif / biseksual pada wanita ).
Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : Riwayat diketahui atau mungkin terpajan pada virus bakteri atau toksin. Makanan terkontaminasi, air, jarum, alat bedah
dengan anastesi halotan : terpajan pada kimia toksik ( contoh : karbon tetraklorida, vinil klorida ) : obat resep ( contoh : surfanomit,
fenotizid ).
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang dapat muncul pada klien dengan hepatitis menurut Marilynn E.Doenges adalah sebagai berikut :
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum ditandai dengan penurunan kekuatan otot, ketidaknyamanan kerja
dan menolak untuk bergerak.
2. Perubahan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia muntah ditandai dengan kurang nafsu
makan / minat makan, nyeri abdomen, penurunan berat badan.
3. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan yang berlebihan melalui muntah dan
diare, gangguan proses pembekuan ditandai dengan adanya tanda-tanda dan gejala-gejala membuat diagnosa aktual.
4. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan akumulasi garam empoedu dalam jaringan diagnosa
adanya tanda-tanda dan gejala-gejala membuat diagnosa aktual.
5. Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan salah interpretasi informasi,
tidak mengenal sumber informasi ditandai dengan tidak akurat mengikuti instruksi meminta informasi
2.2.3 Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi
Pada tahap awal ini perawat mulai membuat rencana tindakan, pelaksanaan, dan penilaian hasil terhadap klien dengan hepatitis sesuai
dengan diagnosa keperawatan yang muncul yaitu :
Diagnosa keperawatan 1
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum ditandai dengan penurunan kekuatan otot, ketidak nyamanan kerja,
menolak untuk bergerak.
Tujuan : Aktivitas tidak terganggu dengan kriteria hasil peningkatan kekuatan otot, nyaman bekerja dan dapat bergerak.
Intervensi / Implementasi
Tingkatkan tirah baring /duduk, berikan lingkungan yang tenang.
Rasional : Meningkatkan istirahat dan ketenangan, menyediakan energi yang digunakan untuk penyembuhan.
Ubah posisi dengan sering dan berikan perawatan kulit yang baik.
Rasional : Meningkatkan fungsi pernafasan dan meminimalkan tekanan pada area tertentu untuk menurunkan resiko kerusakan
jaringan.
Lakukan tugas dengan cepat dan sesuai toleransi.
Rasional : Memungkinkan periode tambahan istirahat tanpa gangguan.
Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi, bantu melakukan latihan rentang gerak sendiri pasif / aktif.
Rasional : Tirah baring lama dapat menurunkan kemampuan, ini dapat terjadi karena ketebatasan aktivitas yang menganggu periode
istrahat.
Dorong penggunaan tehnik manajemen stres, contoh : relaksasi progresif visualisasi, bimbingan imajinasi.
Rasional : Meningkatkan relaksasi dan penghematan energi,memusatkan kembali perhatian,dan dapat meningkatkan koping.
Awasi terulangnya anoreksia dan nyeri tekan pembasaran hati.
Rasional : Menunjukkan kurangnya resolusi penyakit, memerlukan istirahat lanjut, mengganti program terapi.
Kolaborasi dengan dokter,berikan anti biotik atau bantu dalam prosedur sesuai indikasi tergantung pada pemajanan.
Rasional : Membuang agen penyebab pada hepatitis toksik dapat membatasi
kerusakan jaringan.
Implementasi :
Meningkatkan tirah baring / duduk, memberikan lingkungan yang tenang.
Mengubah posisi dengan sering dan memberikan perawatan kulit yang baik.
Melakukan tugas dengan cepat dan sesuai toleransi.
Meningkatkan aktivitas sesuai toleransi,membantu melakukan latihan rentang gerak sendiri pasif /aktif
Mendorong tehnik penggunaan manajemen stres.
Mengawasi terulangnya anoraksia daan nyeri tekan pembesaran hati.
Kolaborasi dengan dokter. Berikan antidot atau bantu dalam prosedur sesuai indiksi tergantung pada pemajanan.
Evaluasi :
Menyatakan pemahaman situasi / faktor resiko dan program pengobatan individu.
Menunjukkan tehnik / perilaku yang memampukan kembali melakukan aktivitas.
Melaporkan kemampuan melakukan peningkatan toleransi aktivitas.
Diagnosa keperawatan 2
Perubahan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah, ditandai dengan kurang
nafsu makan, nyeri abdomen, penurunan berat badan.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria hasil nafsu makan meningkat,tidak mual,muntah dan berat badan meningkat.
Intervensi :
Awasi pemasukan diet / jumlah kalori,berikan makan sedikit dalam frekuensi sering dan tawarkan makan pagi paling besar.
Rasional : Makan banyak sulit untuk mengatur bila pasien anoreksia. Anoreksia juga paling buruk selama siang hari, membuat
masukan makanan yang
sulit pada sore hari.
Berikan perawatan mulut sebelum makan.
Rasional : Menghilangkan rasa tak enak dapat meningkatkan nafsu makan.
Anjurkan makan pada posisi duduk tegak.
Rasional : Menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat meningkatkan pada pemasukan.
Dorong pemasukan sari jeruk, minuman karbonat dan permen berat sepanjang hari.
Rasional : Merupakan ekstra kalori dan dapat lebih mudah dicerna / toleran bila makanan lain tidak.
Kolaborasi dengan ahli giji dalam pemberian diet.
Rasional : Berguna dalam membuat program diet untuk memulai kebutuhan individu.
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi.
Rasional : Mempercepat proses penyembuhan.
Berikan tambahan makanan / nutrisi dukungan total bila di perlukan.
Mungkin perlu untuk memenuhi kebutuhan kalori, bila tanda kekurangan terjadi dan gejala memanjang
Implementasi :
Megawasi pemasukan diet / jumlah kalori, memberikan makanan sedikit dalam frekuensi sering dan tawarkan makan pagi paling
besar.
memberikan perawatan mulut sebelum makan.
Menganjurkan makan pada posisi dudk tegak.
Memberikan dorongan untuk mengkonsumsi sari jeruk, minuman karbonat dan permen berat sepanjang hari.
Mengkolaborasi dengan ahli giji dalam pemberian diet.
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat sesuai indikasi.
Memberikan tambahan makanan / nutrisi dukungan total bila dibutuhkan.
Evaluasi :
Menunjukkan perilaku perubahan pola hidup untuk meningkatkan / mempertahankan berat badan yang sesuai.
Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai tujuan dengan nilai laboratorium normal dan bebas tanda malnutrisi.
Diagnosa Keperawatan 3
Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan yang berlebihan melalui muntah dan
diare,gangguan proses pembekuan ditandai dengan adanya tanda-tanda dan gejala-gejala membuat diagnosa aktual.
Tujuan : Volume cairan meningkat dengan kriteria hasil mual,muntah dan diare tidak ada.
Intervensi :
Awasi masukan dan keluaran, bandingkan dengan berat badan harian.
Rasional : Memberakan informasi tentang kebutuhan penggantian / efek terapi.
Kaji tanda vital, nadi periver, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa.
Rasional : Indikator volume sirkulasi / perkusi.
Periksa asites atau pembentukan odem.
Rasional : Menurunkan kemungkinan pendarahan ke dalam jaringan.
Biarkan pasien menggunakan lap katun / spon dan pembersih mulutbuntuk sikat gigi.
Rasional : Menghindari trauma dan pendarahan gusi.
Observasi tanda perdarahan, contoh : hematuria / melena ekimosis, pendarahan terus menerus dari gusi.
Rasional : Menghindari trauma dan pendarahan gisi.
Kolaborasi dengan dokter, awasi nilai laboratorium, contoh : Hb / Ht,Na albumin dan waktu pembekuan..
Rasional : Menunjukkan hidrasi dan mengidentifikasi retensi natrium / kadar protein yang dapat menimbulkan pembentukan odem.
Kolaborasi dengan dokter. Berikan cairan IV ( biasanya glukosa ) ,elektrolit, protein hidrolisat.
Rasional : Memberikan cairan dan panggantian elektrolit.
Implementasi :
Mengawasi pemasukan dan pengeluaran, bandingkan dengan berat badan harian.
Mengkaji tanda-tanda vital, nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa.
Memeriksa adanya asietas atau pembentukan odem.
Membiarkan pasien menggunakan lap katunispon dan pembersih mulut untuk sikat gigi.
Mengobservasi tanda-tanda perdarahan, contoh : hematuria dan melena, ekimosis, pendarahan terus menerus.
kolaborasi dengan dokter.Mengawasi nilai laboratorium contoh : Hb / Ht,Na albumin dan waktu pembekuan.
Kolaborasi dengandokter. Memberikan cairan IV biasanya glucosa, elektrolit, protein hidrolisat.
Evaluasi :
a. Mempertahankan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, turgor kulit baik, pengisian kapiler.
b. Haluaran individu sesuai.
Diagnosa Keperawatan 4
Resiko tinggi terhadap kerusakan intergrits kulit berhubungan dengan akumulasi garam empedu dalam jaringan ditandai dengan
adanya tanda-tanda dan gejala membuat diagnosa aktual.
Tujuan : Tidak terdapat kerusakan integritas kulit dengan kriteria hasil tidak ada akumulasi.
Intervensi :
Gunakan air mandi dingin dan soda kue atau mandi kanji. Berikan minyak kalamin sesuai dengan indikasi.
Rasional : Mencegah kulit kering berlebihan dan menghilangkan gatal.
Anjurkan menggunakan kuku-kuku jari untuk menggaruk bila tidak terkontrol.
Rasional : Menirunkan potensial cidera kulit.
Berikan masase pada waktu tidur.
Rasional : Bermanfaat dalam meningkatkan tidur.
Hindari komentar tentang penampilan pasien.
Rasional : Meminimalkan stres psikologis sehubungan dengan perubahan kulit.
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat sesuai indikasi antihistamin : Metilavin, Difenhidramin.
Implementasi :
Menggunakan air mandi dingin dan soda kue atau mandi kanji. Memberikan minyak kalamin sesuai dengan indikasi.
Menganjurkan menggunakan kuku-kuku jari untuk menggaruk bila terkontrol.
Memberikan masase pada waktu tidur.
Menghindari komentar tentang penampilan pasien.
Kolaborasi dengan dokter dalam memberikan obat antihistamin sesuai indikasi : Metilavin, Difenhidramin.
Evaluasi :
Menunjukkan jaringan / kulit utuh.
Melaporkan tidak ada penurunan pruritus / lecet.
Diagnosa Keperawatan 5
Kurang pengetahuan tentang kondisi,prognosis dan pengobatan berhubungan dengan salah interpretasi informasi,tidak mengenal
sumber informasi ditandai dengan tidak akurat mengikutin instruksi.
Tujuan : Pengetahuan terhadap pengobatan meningkatndengan kriteria hasil dapat mengenal sumber informasi dan mengikuti
instruksi.
Intervensi :
Kaji tingkat pemahaman proses penyakit, harapan prognosis, kemungkinan pilihan pengobatan.
Rasional : Mengidentifikasi area kekurangan pengetahuan / salah informasi dan memberikan kesempatan untuk memberikan informasi
tambahan sesuai keperluan.
Berikan informasi khusus tentang pencegahan dan penularan penyakit.
Rasional : Kebutuhan rekomendasi akan bervariasi karena hepatits (agen penyebeb) dan situasi individu.
Rencanakan memulai aktivitas sesuai toleransi dengan periode istirahat adekuat.
Rasional : Ini tak perlu untuk menunggu sampai bilirubin serum kembali normal untuk melakukan aktivitas.
Bantu klien mengidentifikasi aktivitas pengalih.
Rasional : Aktivitas yang dapat dinikmati akan membantu pasien menhhindari pemusatan pada penyembuhan panjang.
Dorong keseimbangan diet seimbang.
Rasional : Meningkatkan kesehatan umum dan meningkatkan proses penyembuhan.
Kaji ulang perlunya menghindari alkohol selama 6-12 bulan, minuman atau lebih lama sesuai toleransi individu.
Rasional : Meningkatkan iritasi hepatik dan mempengaruhi pemulihan.
Implementasi :
Mengkaji tingkat pemahaman proses penyakit, harapan prognosis, kemungkinan pilahan pengobatan.
Memberi informasi khusus tentang pencegahan dan penularan penyakit.
Merencanakan memulai aktivitas sesuai tolerasnsi dengan periode istirahat adekuat.
Membantu klien mengidentivikasi aktivitas pengalih.
Mendorong keseimbangan diet seimbang.
Mengakji ulang perlunya menghindari alcohol selama 6-12 bulan, minutan atau lebih lama sesuai tolerasi individu.
Evaluasi :
Menyatakan pemahaman proses penyakit dan pengobatan.
Mengidentivikasi hubungan tanda / gejala penyakit dan hubungan gejala dengan faktor penyebab.
Melakukan perubahan perilaku dan berpartisipasi pada pengobatan.
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas klien
Nama : An. A
Tanggal lahir : 16 juli 2004
Jenis kelamin : Laki-laki
Klien ke : 2 dari 2 bersaudara
Umur : 6 tahun
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa-Indonesia
Tanggal masuk : 22 Nonvember 2010
No RM : 65.04.12
Alamat : Binjai
Ruang rawat : Ruang RB 4 kamar 3.7 RSUP HAM
Identitas Orang Tua
A. Ayah
Nama : Tn. J
Umur : 31 tahun
Pekerjaan : Tani
Suku bangsa : Jawa-Indonesia
Pendidikan : SMA
Alamat : Binjai
B. Ibu
Nama : Ny. S
Umur : 28 Tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Suku bangsa : Jawa-Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Alamat : Binjai
Kedudukan anak dalam keluarga dan keadaan saudara
No Kehamilan Ab Lahir
mati
Lahir
hidup
Jenis
kelamin
Umur Keadaan sekarang
Sakit Mat
i
Sehat
1 Pertama - - √ P 8 thn - - √
2 Kedua - - √ L 6 thn √ - -
3.1.3 Alasan dirawat
a. Keluhan utama
Demam panas perlahan-lahan mulai 7 hari yang lalu, sakit kepala mulai 7 hari yang lalu, nafsu makan mulai berkurang mulai 4 hari
yang lalu, muntah mulai 4 hari yang lalu frekuensi 3-6 kali sehari, timbul rasa nyeri diperut kanan ata mulai 4 hari yang lalu,
kulit/mukosa mulai kekuningan mulai 5 hari yang lalu.
b. Riwayat penyakit
Didalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit seperti yang diderita klien, kedua orang tua klien masih hidup dank lien
mempunyai 2 orang bersaudara, penyakit ini pertama muncul saat klien sering muntah kekuningan pada kulit yang dialami klien
dalam waktu kurang lebih satu mingggu ini, kemudian klien dibawa ke RSUP Haji Adam Malik dan setelah diperiksa ternyata klien
menderita hepatitis.
c. Eliminasi
sebelum masuk rumah sakit klien BAB 1-2 kali sehari dengan warna biasa, setelah masuk rumah sakit klien BAB dengan frekuensi 1-
2 dengan warna kuning kecoklatan, dirumah klien BAK sebanyak 3-4 kali dalam sehari warna kuning jernih, setelah masuk runmah
sakit BAK sebanyak 3-4 kali dalam sehari dengan warna kecoklatan.
d. Tidur
kebiasaan klien tidur siang pukul 11:00 s/d 13:00 dan tidur malam pukul 19:30 klien dapat tidur nyenyak tidak ada gangguan tidur,
setelah masuk rumah sakit klien mengalami sulit tidur dikarenkan klien sering mengeluh kesakitan paa perut kanannya.
e. Kebersihan diri
kebiasaan dirumah klien mampu mandi dan gosok gigi sendiri dang anti pakaian 1 kali sehari, keadaan sekarang klien madi ditolong
sepenuhnya oleh orang tua, mulut cukup bersih, kulit cukup bersih, kuku pendek, pakaian bersih tidak rapi.
f. Hubungan anak dengan ayah/ibu dan keluarga lain-lain.
Hubungan anak dengan ayah erat sekali, dengan ibu juga erat sekali, dengan saudaranya rukun, tingkah laku anak dirumah sukar
diatur, punya permainan dirumah dan jarang rekreasi bila pergi rekreasi ke tempat pemandian dengan orang tua.
g. Imunisasi
imunisasi yang diberikan kepada klien cukup lengkap dari BCG,DPT I, DPT II, DPT III, Polio, dan Campak.
h. Penyakit yang pernah diderita
Klien belum pernah masuk rumah sakit dan tidak pernah dirawat dirumah sakit
3.2 Analisa data
No. DATA ETIOLOGI MASALAH
1 Data subjektif Peningkatan asam Perubahan
- Ibu klien mengatakan
anaknya tidak selera
makan/tidak nafsu makan dan
mual
Data objektif
- Klien tampak lemah
- Diet hanya habis ¼ porsi
setiap kali makan
- Jenis makan diet M II
lambung, mual,
muntah
Perubahan
kebutuhan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh
kebutuhan ntrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh
2 Data subjektif
- Ibu klien mengatakan
anaknya susah tidur
Data objektif
- Muka klien kusam
- Klien tidur siang hanya 1 jam
Tidur malam hanya 7-8 jam dan
sering terbangun mata merah,
tampak resah dan selalu gelisah
Nyeri pada perut
bagian kanan
Gangguan
istirahat tidur.
3 Data subjektif
- Ibu klien mengatakan
anaknya badannya terasa lemas
dan letih
Data objektif
- Pada ekstreminitas atas
sebelah kanan terpasang infuse
- Aktivitas di Bantu Orang tua
dan keluarga dan perawat,
seperti klien ingin mandi, BAK
dan BAB
- Ekstremitas bawah 2
(gerakan otot penuh melawan
gravitasi dengan topangan)
- Skala nyeri 6 (sedang)
- HR : 88 x/i
Kelemahan fisik Intoleransi
aktivitas
4 Data subjektif
- Ibu klien mengatakan
anaknya lemas, mual, muntah,
dan sering ke kamar mandi
Data objektif
- Klien tampak pucat
- Klien tampak sering BAK
lebih kurang 3-4 kali /hari,
muntah dan diare
Muntah dan diare Resiko tinggi
terhadap
kekurangan
volume cairan
5 Data subjektif
- Ibu klien mengatakan sakit
anaknya tidak sembuh-sembuh
Data objektif
- Klien sering bertanya tentang
penyakitnya
- Klien tampak gelisah
Tidak mengenal
sumber informasi
Kurang informasi
3.3 Diagnosa keperawatan
Berdasarkan pengkajian dan analisa data masalah keperawatan yang timbul pada An. A berdasarkan prioritas masalah actual dan
potensial adalah sebagai berikut :
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia di tandai dengan ibu klien mengatakan anaknya
tidak selera makan, mual, klien tampak lemah, diet yang di sediakan habis ¼ porsi tiap kali makan
2. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan nyeri pada perut bagian kanan di tandai dengan mata klien tampak cekung, klien
tampak lemas dan pucat dan tampak resah dan selalu gelisah. Klien hanya bias tidur siang lebih kurang 1 jam dan tidur malam hanya
6-7 jam
TD : 100/80 mmHg Temp : 370 C
RR : 24 x/i Pols : 80 x/i
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik di tandai dengan ibu klien mengatakan badan anaknya terasa lemah,
mudah letih. Pada ekstremitas sebelah kanan terpasang infuse dan aktivitas selalu di bantu dengan keluarga dan perawat. Seperti
mandi, Buang Air Kecil (BAK) dan Buang Air Besar (BAB)
4. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan yang berlebihan melalui muntah dan
diare, gangguan proses pembekuan di tandai dengan adanya tanda-tanda dan gejala-gejala membuat diagnosa actual.
5. Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan salah interpretasi informasi,
tidak mengenal sumber informasi di tandai dengan tidak akurat mengikuti instruksi meminta informasi.
3.4 Intervensi, Implementasi dan Evaluasi
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Implementasi Evaluasi
1 Pemenuhan kebutuhan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan dengan
anoreksia di tandai dengan
ibu klien mengatakan
anaknya tidak selera
makan, mual, klien tampak
lemah, diet yang di
sediakan habis seperempat
porsi tiap kali makan.
- Kebutuhan
nutrisi terpenuhi
- Berat
badan mencapai tujuan
normal/ ideal
- Awasi pemasukan
diet klien
- Beri klien diet
dalam porsi sedikit tapi
sering
- Beri perawatan
mulut agar selera
makan
- Anjurkan makan
pada porsi duduk tegak
- Kolaborasi dengan
ahli gizi dalam
peningkatan nutrisi
- Pantau dan
dokumentasikan input
dan output setiap hari.
- Pertahankan
pembatasan cairan
- Mengatur posisi klien
- Memberi makanan pada
klien
- Memberikan perawatan
mulut sebelum makan
- Memberi diet ekstra pada
klien
- Memberikan obat antasida
sebelum makan
- Memberi diet M II pada
klien diet yang menarik dan
mengandung selera
S: Ibu klien mengatakan anaknya
sudah ada selera makan dan perut
tidak mual lagi
O: Porsi diet yang disediakan habis
setengah porsi
A: Masalah sebagian teratasi
P: Rencana tindakan dilanjutkan.
- Beri diet dalam porsi sedikit tapi
sering
- Beri obat antasida sebelum
makan
- Beri posisi yang nyaman saat
klien makan.
sesuai indikasi.
- Siapkan untuk
dialisis
- Kolaborasi dengan
dokter dalam
pemberian therapy obat
- Memberi minum air putih
hangat kepada klien
2 Gangguan rasa nyaman
nyeri berhubungan dengan
hepatomegali ditandai
dengan klien tampak
meringis memegang perut,
skala nyeri 5, TD : 100/80
mmHg, RR : 24 x/i, Pols :
86 x/i, temp : 37 0C
Gangguan nyeri teratasi - Pantau tanda-tanda
vital klien
- Kaji tingkat nyeri
dan karakteristik nyeri
yang dialami klien
- Beri posisi yang
nyaman
- Ajarkan teknik
relaksasi nfas dalam
dengan cara tarik nafas
dalam tahan 2 detik
kemudian keluarkan
secara perlahan-lahan
dari mulut
- Kurangi kebisingan
- Mengukur tanda vital
nyeri klien
- Mengkaji tingkat nyeri
dan karakteristik nyeri yang
dialami klien
- Memberi posisi nyaman
dengan meninggikan
ekstremitas yang sakit
- Menganjurkan klien
teknik relaksasi nafas dalam
tahan 2 detik kemudian
keluarkan secara perlahan-
lahan dari mulut
S : Ibu Klien mengatakan perut
kanan anaknya atas masih terasa
nyeri.
O : Wajah klien masih tampak
meringis jika nyeri timbul.
- Skala nyeri 4
A : Masalah sebagian teratasi
P : Rencana tindakan di lanjutkan
- Awasi pola tidur klien
- Atur posisi tidur klien
senyaman mungkin, seperti posisi
seni fowler
dan sinar yang terang
agar klien dapat
istirahat sampai nyeri
hilang
- Menciptakan lingkungan
yang nyaman dengan
membatasi jumlah pengunjung
dan menutup sebagian
gorden/tirai agar klien dapat
beristirahat
- Membatasi waktu untuk
keluarga yang datang
3 Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan
kelemahan fisik di tandai
dengan ibu klien
mengatakan badan anaknya
terasa lemah, mudah letih.
Pada ekstremitas sebelah
kanan terpasang infuse dan
aktivitas selalu di Bantu
dengan keluarga dan
perawat seperti mandi,
BAK dan BAB
Tujuan :
- Klien dapat
beraktivitas tanpa di
Bantu oleh keluarga
- Tingkatkan tirah
baring/duduk
- Berikan
lingkungan tenang dan
nyaman
- Ubah posisi
dengan baik dan sering
- Tingkatkan
aktivitas sesuai
toleransi, Bantu
melakukan rentang
gerak
- Berikan aktivitas
hiburan yang tepat
- Menganjurkan klien agar
mengubah posisi sesering
mungkin
- Membantu klien
menggerakkan sandi-sandi agar
tidak terkaku-kaku
- Menganjurkan klien tidur
atau istirahat di tempat tidur
- Memberikan diet pada
klien
- Membantu klien dalam
melakukan BAK dan BAB
S: Ibu klien mengatakan anaknya
tidak mampu melakukan personal
hygiene
O: Klien tampak kurang bersih dan
kurang rapih
A: Masalah belum teratasi
P: Rencana tindakan di lanjutkan
- Ubah posisi baik dan sering
- Tingkatkan aktivitas sesuai
toleransi, bantu melakukan latihan
rentang gerak
- Beri aktivitas hiburan, seperti
seperti nonton tv, radio
dan membaca
menonton TV, dengar radio, dan
membaca
4 Resiko tinggi terhadap
kekurangan volume cairan
berhubungan dengan
kehilangan cairan yang
berlebihan melalui muntah
dan diare, gangguan proses
pembekuan di tandai
dengan adanya tanda-tanda
dan gejala-gejala membuat
diagnosa akurat
Tujuan :
- Volume cairan
terpenuhi
- Turgor kulit baik
- Anjurkan pada
klien untuk banyak
minum
- Pantau masukan
dan halusan klien
- Kolaborasi dengan
tim dokter dalam
pemberian therapy
- Memberitahukan keluarga
klien dan menganjurkan pada
klien untuk banyak minum air
putih sedikit tapi sering.
- Memantau volume cairan
klien dengan mengukur
masukkan dan haluarannya.
Input : 1200-1600 cc, output :
1500 cc.
- Memberikan therapy
antasida 3x1, hepagard 3x1,
amoxcilin 3x1, infus dextrose
20 gtt/I, infuse RL : 20 gtt/I,
Regulop : 1 amp/8 jam,
ranitidine 1 amp/8 jam
S: Ibu klien mengatakan tubuh
anaknya masih lemas
O : -Turgor kulit baik
-Minum oral : 4 gelas/hari
-Infus RL 20 tts/i
A: Masalah tidak terjadi
P:Rencana tindakan di lanjutkan.
- Menganjurkan pada ibu agar
klien banyak minum air putih
- Memantau masukan dan
haluaran klien
- Kolaborasi dengan tim
dokter dalam pemberian therapy
5 Kurang pengetahuan
tentang kondisi prognosis
dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan salah
interpretasi informasi di
Tujuan :
- Tingkat
pengetahuan tentang
penyakit dan
pengobatan bertambah
- Ciptakan
hubungan saling
percaya antara klien
dan perawat
- Memperkenalkan diri
kepada klien dengan berdiri di
samping kanan
S : Ibu klien mengatakan sudah
mengerti tentang hepatitis
O : Ibu klien dapat menjelaskan
kembali tentang penyakit hepatitis.
Klien tidak bertanya-tanya lagi
tandai dengan tidak akurat
mengikuti instruksi
meminta informasi
- Kaji tingkat
pengetahuan klien
tentang hepatitis
- Jelaskan kepada
klien tentang penyakit
hepatitis.
- Mengkaji tingkat
pengetahuan klien tentang
hepatitis
- Menjelaskan kepada klien
tentang penyakit hepatitis.
A : Masalah teratasi dengan kriteria
hasil : klien mengungkapkan
pemahaman tentang penyakitnya
ekspresi wajah tidak bingung lagi
P : Rencana tindakan di hentikan
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah penulis melaksanakan dan menerapkan asuhan keperawatan pada An. A dengan penyakit hepatitis di ruang Rindu B4 Rumah
Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, maka dalam bab ini penulis akan membahas beberapa hal, baik yang mendukung
maupun yang menghambat kelancaran proses keperawatan.
Adapun tujuan pambahasan ini adalah : untuk menemukan antara tinjauan teoritis dengan tinjauan kasus yang sebenarnya dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan yang dimulai dari tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi.
4.1 Pengkajian
Pengkajian keperawatan yang penulis lakukan pada An. A selama tahap pengkajian penulis tidak mendapatkan kesulitan karena klien
dan keluarga bersedia memberikan informasi yang diperlukan penulis dan klien bersedia kooperatif kepada penulis.
Adapun pengkajian pengumpulan data yang penulis temukan kesenjangan antara teori dan pada kasus dari penyakit hepatitis.
1. Aktivitas / Istirahat
Pada teori ditemukan adanya kelemahan, kelelahan, malaise umum setiap hari. Sedangkan pada kasus klien hanya mengalami
keletihan / kelelahan.
2. Sirkulasi
Pada teori ini di temukan adanya bradikardia atau hiperbilirubin berat, ikterik. Sedangkan pada kasus klien hanya mengalami
bradikardia dan ikterik pada sklera tidak terlalu kelihatan.
3. Eliminasi
Antara teori dan kasus tidak di temukan adanya kesenjangan antara teoritis juga ditemukan pada kasus yaitu: Urin gelap, Diare /
Konstipasi, fases tanah liat.
4. Makanan atau Cairan
Antara teori dan kasus tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teoritis juga ditemukan pada kasus yaitu : Hilang nafsu makan
(anoraksial), penurunan berat badan atau meningkat, mual, muntah. dan mempunyai tanda asites.
5. Neurosensori
Pada teori di temukan adanya pekarangsangan, cenderung tidur, latergi, asteriksi, sedangkan pada kasus klien hanya mengalami lemas
dan terkadang sering tidur.
6. Nyeri / Kenyamanan
Pada teori di temukan adanya keram apdomen, nyeri tekan pada kuadran kanan atas, mialgia, artralgia, sakit kepala, gatal ( pruritas ).
Sedangkan pada kasus klien hanya mengalami nyeri tekan pada kuadran kanan atas, tapi klien tidak mengalami gatal ( pruritas )
7. Pernafasan
Pada teori ditemukan adanya :
Tidak minat/enggan merokok (perokok). Sedangkan pada kasus tidak ditemukan.
8. Keamanan
Antara teori dan kasus tidak ditemukan adanya kesenjangaan antara teoritis, tetapi tidak ditemukan pada kasus dengan gejala pada
teoritis: adanya transfusi darah/produk darah, dengan tanda urtikaria, lesi, makulopapuler, eritema tak beraturan.
Agioma jaring-jaring, eritema palmar, gineskomastia (kadang-kadang ada pada hepatitis alkohik)
Splenomegali : Pembesaran nodus servikal posterior.
9. Seksualitas
Gejala yang ada pada teori adalah : pola hidup/prilaku meningkatnya resiko terpajan (contoh : homo seksual, aktif / biseksual pada
wanita)
10. Pembelajaran
Pada teori gejala yang ada adalah : riwayat diketahui/mungkin terpajan pada virus, bakteri atau toksin ( makanan terkontaminasi, air
jamur, alat bedah atau darah) pembawa (simtomatik atau asimtomatik) adanya prosedur bedah dengan anastesi haloten, terpajan pada
kimia toksik (contoh : karbon tetra klorida, vinil klorida) obat resep (contoh : sulvonamid, fenotiazid, isoniazid)
4.2 Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang terdapat pada tinjauan teoritis adalah sebagai berikut :
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum ditandai dengan penurunan kekuatan otot, ketidak nyamanan kerja,
monolak untuk bergerak,.
2. Perubahan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual muntah ditandai dengan kurang
napsu / minat makan, nyeri abdomen, penurunan berat badan.
3. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dangan kehilangan cairan yang berlebihan melalui muntah dan
diare, gangguan proses pembekuan ditandai dengan adanya tanda-tanda dan gejala membuat diagnosa actual.
4. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan nyeri perut pada bagian atas ditandai dengan klien tampak lemah, lesu, mata klien
tampak cekung tidur siang 1 jam, tidur malam + 4 jam. TD : 100/80 mmHg, RR : 24 x/i, temp : 37 0C
5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan salah interpretasi informasi,
tedak mengenal sumber informasi, ditandai dengan tidak akurat mengikuti instruksi, meminta informasi.
Sedangkan diagnosa keperawatan yang terdapat pada tinjauan kasus, yaitu :
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubuhgah dengan anoreksia ditandai dengan klien mengatakan tidak selera
makan, mual, klien tampak lemah, diet yang dihabiskan hanya habis ¼ porsi tiap kali makan .
2. Gangguan istitahat tidur berhubungan dengan nyeri perut pada bagian kanan atas ditandai dengan klien tampak lemah, lesu, mata
klien tampak cekung, tidur siang 1 jam dan tidur malam ± 4 jam.
TD : 100 / 80 mmhg
RR : 24 x / i
Temp : 37°C
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik ditandai dengan klien mengatakan kondisi tubuhnya lemah dan mudah
letih, pada ekstremitas atas sebelah kanan terpasang infus, dan aktivitas selalu dibantu oleh keluarga dan perawat.
Diagnosa keperawatan yang terdapat pada tinjauan teori tapi tidak terdapat pada tinjauan kasus adalah :
1. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan proses pembekuan ditandai dengan adanya tanda-tanda
dan gejala membuat diagnosa aktual.
Karena pada saat penulis melakukan pengkajian penulis tidak menemukan data diare dan mual muntah yang berlebihan sehinga
menimbulkan kehilangan cairan yang berlebihan.Oleh karena itu penulis tidak memasukkan diagnosa di atas kedalam diagnosa
tinjauan kasus.
2. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan akumulasi garam empedu dalam jaringan ditandai dengan
adanya tanda-tanda dan gejala membuat diagnosa aktual.
Karena pada saat penulis melakukan pengkajian pada tinjauan kasus penulis tidak menjumpai data-data yang mendukung tentang
resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit seperti adanya pembengkakan, peradangan, kemerahan, nyeri, lecet dan luka pada
kulit. Oleh karena itu, penulis tidak memasukkan diagnasa diatas kedalam diagnosa tinjauan kasus.
3. Kurang pengetahuan terhadap tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dangan salah interpretasi
informasi, tidak mengenal sumber informasi ditandai dengan tidak akurat mengikuti instruksi, meminta informasi.
Karena pada saat melakukan pengkajian penulis mendapat respon dari klien,klien mengetahui penyakitnya dan tidak banyak
bertanya,dia menerima akan kondisinya.
Diagnosa keperawatan yang terdapat pada tinjauan kasus tetapi tidak terdapat di tinjauan teori :
1. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan nyeri pada perut bagian kanan atas ditandai dengan klien tampak lemah,lesu, mata
klien tampak cekung,tidur siang 1 jam dan tidur malam ± 4 jam.
TD : 100 / 80
RR : 24x /i
Temp : 37° C
Pada saat penulis melakukan pengkajian, penulis menemukan data mata klien tampak cekung, klien tampak lemas dan pucat dan
selalu gelisah.
Diagnosa keperawatan yang terdapat pada tinjauan kasus juga terdapat pada tinjauan teori adalah :
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia ditandai dengan klien mengatakan tidak selera
makan mual, klien tampak lemah, diet yang disediakan habis ¼ porsi setiap kali makanKarena data pada diagnosa di atas seperti
anoreksia atau tidak selera makan, mual, klien tampak lemah, terdapat juga pada diagnosa tinjauan kasus dan teori. Sehingga data
yang di dapat baik di tinjauan teori maupun di tinjauan kasus itu seimbang.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik, ditandai dengan klien mengatakan badannya terasa lemah, mudah
letih, pada ekstremitas sebelah kanan terpasang infusdan aktivitas selalu di Bantu dengan keluarga dan perawat.
Karena pada tinjauan teori pada gejala klinis di jumpai data adanya kelemahan fisik kondisi tubuh lemah dan mudah letih sedangkan
pada tinjauan kasus pada saat penulis menemukan data yang sama dengan diagnosa di atas terdapat tinjauan teori dan tinjauan kasus.
4.3 Perencanaan
Perencanaan merupakan kelanjutan dari diagnosa keperawatan dalam rangka mengatasi masalah yang timbul. Adapun intervensi pada
tinjauan kasus disesuaikan dengan fasilitas yang ada di Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan, secara umum intervensi yang diberikan
kepada An. A berupa penyuluhan dan anjuran
4.4 Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan realisasai dan rencana tindakan keperawatan dalam secara teoritis dan sesuai dengan keadaan dan kebutuhn
pasien, penetapan pelaksanaan tindakan keperawatan yang mencakup tindakan independent dan dependent
a. Independent
Tindakan secara mandiri (independent) adalah tindakan yang dilakukan untukmengatasi kesehtan dan memenuhi kebutuhan pasien
seperti :
- Memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga rentang kelanjutan pengobatan
- Kolaborasi dengan dokter rentang pemberian terapi
- Kolaborasi dengan team gizi
b. Dependent
Hal ini tidak dilakukan karena sarana dan prasarana serta fasilitas Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan sudah memadai untuk
menanggulangi masalah yang dihadapi
4.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam tahapan proses keperawatan evaluasi berguna untuk menilai apakah tujuan dalam rencana
keperawatan tercapai atau tidak dievaluasi, berorientasi sesaat dimana yang timbul dan dialami pasien serta berorientasi pada saat
pasien dirawat
Dari semua evaluasi masalah belum teratasi tetapi lanjutan pendidikan kesehatan :
1. Diet
- Makanlah aneka ragam makanan yang akan menjamin terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat membangun
- Makan untuk memenuhi kecukupan energi (capai dan pertahankan berat badan normal)
- Makan-makanan sumber karbohidrat
- Batasi konsumsi lemak, minyak dan santan sampai seperempat asupan energi
- Gunakan garam yang beryodium
- Lakukan latihan fisik dan olah raga secara teratur
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan asuhan keperawatan pada An. A dengan penyakit Hepatitis di Ruang Rindu B4 Rumah Sakit Umum Pusat Haji
Adam Malik Medan. Maka pada kesempatan ini penulis menarik beberapa saran sesuai dengan penerapan proses keperawatan yang
penulis lakukan pada klien sebagai berikut :
5.1.1 Pengkajian
Pada tahap pengkajian data yang ditemukan pada An. A dengan penyakit Hepatitis di Ruang Rindu B4 Rumah Sakit Umum Pusat Haji
Adam Malik Medan adalah : klien tampak letih dan lemas, klien mual muntah (anoreksia), TD : 100/80 mmHg, HR : 82 x/i, RR : 24
x/i, Temp : 37 , frekuensi tidur malam 3 jam, dan tidur siang ½ jam, klien mengatakan nyeri pada bagian perut.
5.1.2 Diagnosa Keperawatan
Pada tahap diagnosa keperawatan, penulis menemukan 4 masalah. Prioritas diagnosa keperawatan yang dijumpai pada An. A dengan
gangguan sistem Hepatologi;Hepatitis di Ruang Rindu B4 Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan ; Gangguan
pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, gangguan istirahat tidur berhubungan
dengan nyeri pada perut bagian kanan, intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
5.1.3 Intervensi Keperawatan
Setelah melakukan pengkajian pada An. A dengan hepatitis di Ruang Rindu B4 Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan,
penulis melakukan intervensi sesuai dengan masalah yang dihadapi klien.
Diagnosa Keperawatan I :
Awasi pemasukan diet klien, beri diet pada klien dalam porsi sedikit tapi sering, Beri perawatan mulut agar selera makan. Anjurkan
makan pada posisi duduk tegak. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam peningkatan nutrisi.
Adapun perencanaan yang dilakukan oleh penulis dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana tindakan, serta dibarengi dengan fasilitas
dan sarana yang ada di rumah sakit ; Awasi pemasukan diet klien, Beri klien diet dalam porsi sedikit tapi sering. Beri perawatan mulut
agar selera makan. Anjurkan makan pada posisi duduk tegak. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam peningkatan nutrisi.
Diagnosa Keperawatan II :
Awasi pola tidur klien, atur posisi tidur klien beri suasana yang nyaman di daerah sekitar klien untuk menghilangkan segala masalah
pada saat ingin tidur, dan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat tidur.
Adapun perencanaan yang dilakukan oleh penulis dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana tindakan, serta dibarengi dengan fesilitas
dan sarana yang ada pada rumah sakit : Awasi pola tidur klien. Atur posisi tidur klien. Beri suasana yang nyaman di daerah sakitar
klien, Anjurkan klien untuk menghilangkan segala masalah padasaat ingin tidur. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
tidur.
Diagnosa keperawatan III :
Tingkatkan tirah baring / duduk, berikan lingkungan yang tenang dan nyaman, ubah posisi dengan baik dan sering. tingkatkan
aktivitas sesuai toleransi, bantu melakukan latihan rentang gerak.
Adapun perencanaan yang dilakukan penulis dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana tindakan, serta dibarengi dengan fasilitas dan
sarana yang ada di rumah sakit : Tingkatkan tirah baring / duduk, Berikan lingkungan tenang dan nyaman, Ubah posisi dengan baik
dan sering. Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi, Bantu melakukan latihan rentang gerak. Berikan aktivitas hiburan yang tepat seperti
nonton TV.
5.1.4 Implementasi Keperawatan
Setelah penulis melakukan pengkajian dan manganalisa pada An. A di Ruang Rindu B4 Rumah Sakit Umum Puasat Haji Adam Malik
Medan, penulis tidak menemukan hambatan dalam melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan intervensi keperwatan karena
didukung klien yang kooperatif.
Adapun tindakan pelaksanaan dilakukan pada An. A adalah pada diagnosa keperawatan secara teoritis dan pada diagnosa kasus :
Pada diagnosa keperawatan I :perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
Implementasi dilakukan oleh penulis sesuai dengan rencana keperawatan yang telah disusun dan disesuaikan dengan sarana dan
fasilitas rumah sakit yaitu : Mengataur posisi klien, memberi makan pada klien, melakukan perawatan mulut sebelum makan, memberi
diet ekstra pada klien memberikan obat antasida sebelum makan, memberi diet MII pada klien diet yang menarik dan mengundang
selera, memberi minum air putih hangat kepada klien.
Pada diagnosa keperawatan II : Gangguan pemenuhan istirahat tidur berhubungan dengan nyeri perut bagian kanan.
Implementasi yang dilakukan penulis sesuai dengan rencana keperawatan yang telah disusun dan disesuaikan dengan sarana dan
fasilitas rumah sakit yaitu : Mengatur posisi senyaman mungkin.Mengatur jam tidur klien, Memberi suasana yang tenang, Membatasi
waktu untuk keluarga yang datang membesuk, memberi obat yang rendah dikolaborasi dengan dokter.
Pada diagnosa keperawatan III : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
Implementasi yang dilakukan oleh penulis sesuai dengan sarana dan fasilitas rumah sakit yaitu : Menganjurkan klien tidur atau
istirahat ditempat tidur, Menganjurkan klien agar mengubah posisi sesering mungkin, membantu klien menggerakkan sendi-sendi agar
tidak terlalu kaku, Memberi diet kepada klien, membantu klien dalam melakukan BAK dan BAB.
5.1.5 Evaluasi Keperawatan
Setelah penulis melakukan pengkajian dan menganalisa data pada An. Adengan hepatitis di ruang Rindu B4 Rumah Sakit Umum
Pusat Haji Adam Malik Medan. Dilakukan setiap hari melihat hasil perubahan-perubahan pada setiap masalah klien sesuai dengan
implementasi yang dibuat asuhan keperawatan, meskipun tidak ada masalah yang dapat teratasi namun asuhan keperawatan yang
diberikan telah banyak Bantu dalam mengatasi masalah klien, penilaian yang dilakukan dengan menggunakan SOAP (Subjek, Objek,
Analisa, dan Planning)
Asuhan keperawatan yang dilakukan tidak ada yang teratasi karena pada saat penulis melakukan pengkajian, klien baru mandapat
perawatan selama 3 hari.
Adapun evaluasi yang terdapat pada diagnosa keperawatan pada kasus adalah :
Diagnosa I :
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
S : Ibu klien mengatakan sudah ada selera makan, dan perut tidak mual lagi, O : Porsi diet yang disediakan habis ½ porsi, A : Masalah
teratasi sebagian, P : Rencana tindakan di lanjutkan : Beri diet dalam porsi sedikit tapi sering, Beri obat antasida sebelum makan, Beri
posisi yang nyaman saat klien makan.
Diagnosa Keperawatan II :
Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan nyeri pada perut bagian kanan
S : Ibu klien mengatakan tidurnya sudah cukup, O : Klien tampak tenang, Klien sudah tampak ceria, Klien sudah tidak tampak lesu
lagi, A : Masalah sebagian teratasi, P : Rencana tindakan dilanjutkan : Awasi pola tidur klien, Atur posisi tidur klien senyaman
mungkin, Seperti posisi semi fowler, Membatasi waktu untuk keluarga yang datang.
Diagnosa Keperawatan III :
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
S : Ibu klien mengatakan tidak mampu melaksanakan personal hygiene, O : Klien tampak kurang bersih dan kurang rapi, A : Masalah
belum teratasi, P : Rencana tindakan dilanjutkan yaitu : ubah posisi dengan baik dan sering, tingkatkan aktivitas sesuai toleransi, bantu
melakukan rentang gerak, beri aktivitas hiburan seprti : nonton TV.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi klien
Disarankan kepada klien agar meningkatkan pembinaan pola hidup sehat, dan memahami perlunya menjaga kesehatan mengenai
faktor-faktor resiko penyakit hepatitis.
5.2.2 Bagi perawat
Hendaknya berperan aktif dengan menanyakan apa yang dirasakan klien dan keluarga selama menderita penyakit hepatitis sehingga
perawat melakukan pengkajian keperawatan, menegakkan diagnosa keperawatan, membuat rencana keperawatan, melakukan tindakan
keperawatan dan mengevaluasi Asuhan Keperawatan Pada An. A Degan Gangguan Sistem pencernaan : Hepatitis Di Ruang Rindu B4
Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, sehingga terjalin kerjasama yang baik sesuai dengan prioritas masalah kesehatan
klien dan tercapailah hasil yang maksimal.
5.2.3 Bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan pedoman dalam perencanaan Asuhan Keperawatan Pada An. A Dengan Gangguan Sistem pencernaan : Hepatitis
Diruang Rindu B4 Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.
Diposkan oleh Ekopraz kk di 11.17
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest