Upload
others
View
12
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
117
ASSESMENT TES PADA HASIL BELAJAR
Agus Sriyanto
Dosen Tetap STIT Muhammadiyah Tempurrejo Ngawi
E-mail : [email protected]
Abstrak
The results of cognitive learning were assessed by test techniques through the items
as instruments. A good instrument should have a good level of difficulty, a good
differentiation of problems and have a well functioning distractor (when it comes to
multiple-choice objective items). (1) The analysis of difficulty level is an
opportunity to answer correctly a problem at a certain level of proficiency that is
usually expressed in the form of indexes. The difficulty level function is associated
with the test purpose. Difficulty level of problem can be done before or after test.
(2) The distinguishing power is the ability of a question to distinguish between a
capable student (mastering the material being asked) and an underprivileged
student (not yet mastered the material being asked). Differentiation power can be
found by looking at the large and small number of differentiator Power Index
(IDP). (3) The analysis of the Distractor function is an analysis that is performed
only on the objective of multiple choice models.
Keywords : Analyze the difficulty level problem, problem differentiator, and
analysis of distractors function.
Pendahuluan
Salah satu tugas penting yang seringkali dilupakan oleh staf pengajar adalah
tugas melakukan evaluasi terhadap alat pengukur yang telah digunakan untuk
mengukur keberhasilan belajar dari para peserta didiknya. Alat pengukur dimaksud
adalah tes hasil belajar, yang batang tubuhnya terdiri dari kumpulan butir-butir
soal.1
Identifikasi terhadap setiap butir soal tes hasil belajar itu dilakukan dengan
harapan akan menghasilkan berbagai informasi berharga, yang pada dasarnya akan
merupakan umpan balik guna melakukan perbaikan, pembenahan, dan
1 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 1996), hlm. 367-368
118
penyempurnaan kembali terhadap butir-butir item yang telah dikeluarkan dalam tes
hasil belajar, sehingga pada masa-masa yang akan datang tes hasil belajar yang
disusun atau dirancang oleh tester itu betul-betul dapat menjalankan fungsinya
sebagai alat pengukur hasil belajar yang memilki kualitas yang tinggi.2
Keberhasilan pendidikan sangat ditentukan oleh proses pembelajaran. Oleh
sebab itu, guru harus melaksanakan evaluasi dan proses analisis dari evaluasi
untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan pembelajaran dalam rangka
meningkatkan proses pembelajaran. Begitu pentingnya analisis soal dalam
meningkatkan proses pembelajaran, guru mengadakan analisis butir soal (tingkat
kesukaran, daya pembeda, distraktor).Menurut Thorndike dan Hagen (1977),
analisis terhadap soal- soal (item) tes yang telah dijawab oleh murid- murid ada dua
tujuan penting.
Pertama, Jawaban-jawaban soal itu merupakan informasi diagnostic untuk
meneliti pelajaran dari kelas dan kegagalan- kegagalan belajarnya, serta
melanjutkan unruk membimbing kearah cara belajar yang lebih baik.Kedua,
Jawaban-jawaban terhadap soal-soal yang etrpisah dan perbaikan (review) soal-soal
yang didasarkan atas jawaban-jawaban yang basis bagi penyiapan tes-tes yang
lebih baik untuk tahun berikutnya.3
Pada makalah ini kami akan membahas mengenai analisis soal berupa Indeks
Kesukaran, Daya Pembeda, Fungsi Distraktor, yang berguna sebagai pedoman bagi
pendidikan dalam melakukan analisis soal terutama untuk soal objektif.
Pembahasan
1. Analisis Tingkat Kesukaran Soal
Suatu tes tidakk boleh terlalu mudah, dan juga tidak boleh terlalu sukar.
Sebuah item yang terlalu mudah sehingga dapat dijawab dengan benar oleh
2Ibid, hal. 369-370 3Ngalim Purwanto. 1988. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.hal 153
119
semua siswa bukanlah merupakan item yang baik . begitu pula item yang terlalu
sukar sehingga tidak dapat dijawab oleh semua siswa juga bukan merupakan item
yang baik. Jadi item yang baik adalah item yang mempunyai derajat kesukaran
tertentu.4
Tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal
pada tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam bentuk indeks.
Indeks tingkat kesukaran ini pada umumnya dinyatakan dalam bentuk proporsi
yang besarnya sekitar 0,00 – 1,00. Semakin besar indeks tingkaat kesukaran yang
diperoleh dari hasil perhitungan, berarti semakin mudah soal. Perhitungan indeks
tingkat kesukaran ini dilakukan untuk setiap nomor butir soal. Pada prinsipnya,
skor rata-rata yang diperoleh testee pada butir soal yang bersangkutan dinamakan
tingkat kesukaran butir soal.5
Fungsi tingkat kesukaran butir soal biasanya dikaitkan dengan tujuan tes.
Misalnya untuk keperluan ujian semester dipergunakan butir soal yang memiliki
tingkat kesukaran sedang, untuk keperluan seleksi dipergunakan butir soal yang
memiliki tingkat kesukaran tinggi/sukar, dan untuk keperluan diagnosis biasanya
dipergunakan butir soal yang memiliki tingkat kesukaran rendah/mudah.6
Dalam konteks ini, soal yang dinyatakan baik adalah soal yang memiliki
tingkat kesukaran yang sesuai dengan tujuan tes. Disamping itu, dalam sebuah tes
juga perlu memperhatikan aspek keseimbangan. Keseimbangan yang dimaksud
adalah adanya soal-soal yang termasuk mudah, sedang, dan sukar secara
proporsional. Tingkat kesukaran soal dipandang dari kesanggupan atau
4 Wayan nurkancana, evaluasi hasil belajar, Surabaya: usana offset printing, 1990,
hal.155-156 5Sukiman, pengembangan sistem evaluasi PAI, ( Yogyakarta: Insan Madani, 2012)
hal.210
6Sukiman, pengembangan sistem evaluasi PAI, ( Yogyakarta: Insan Madani, 2012)
hal. 210
120
kemampuan siswa dalam menjawabnya, dan bukan dari sudut pandang guru
sebagai pembuat soal.
Untuk proporsionalitas tes sesuai tujuannya dapat dirancang,
misalnya tes untuk tujuan sumatif dengan proporsi 25% kategori mudah,
50% kategori sedang, dan 25% kategori sukar. Tes untuk tujuan selektif
proporsinya 25% kategori mudah, 25% kategori sedang dan 50% kategori
sukar. Tes untuk tujuan diagnostik proporsinya 60% kategori mudah, 30%
kategori sedang dan 10% kategori sukar.
Analisis tingkat kesukaran soal dapat dilakukan sebelum maupun
setelah soal diujicobakan/digunakan.
a. Analisis sebelum soal diujicobakan/dilakukan dengan menelaah butir-
butir soal dengan mempertimbangkan setidaknya tiga hal:
1) Tingkat kemampuan atau kompetensi yang diujikan dalam soal
tersebut. Semakin tinggi tingkat/jenjang kemampuan yang diujikan,
secara teoritis semakin sukar. Tinggi rendahnya kemampuan ini
dapat mengacu kepada teori Bloom, dkk. Misalnya, soal yang
memuat kemampuan analisis lebih sukar dibandingkan dengan soal
yang memuat kemampuan aplikasi. Soal yang memuat kemampuan
aplikasi tentu lebih sukar disbanding soal yang memuat kemampuan
pemahaman, dan seterusnya.
2) Karakteristik materi yang diujikan. Secara umum, karakteristik
materi pelajaran dapat dibedakan menjadi empat macam: fakta,
konsep, prinsip dan prosedur. Materi yang berupa prinsip lebih
rumit dibandingkan dengan materi yang berupa konsep. Materi yang
berupa konsep lebih rumit dibanding materi yang berupa fakta.
Dengan demikian, soal yang menanyakan materi yang berupa
prinsip lebih sukar dibandingkan soal yang menanyakan tentang
materi yang berupa konsep.
121
3) Bentuk soal yang digunakan. Masing-masing soal memiliki
karakteristik dan tingkat kesukaran yang berbeda-beda. Soal uraian,
secara umum, lebih sulit dibandingkan dengan soal bentuk objektif.
Soal bentuk pilihan ganda dengan lima opsi lebih rumit
dibandingkan dengan soal pilihan ganda dengan tiga opsi. Soal
pilihan ganda model analisis hubungan antarhal lebih rumit
disbanding dengan soal pilihan ganda model pilihan biasa, dan
seterusnya.
b. Analisis soal setelah soal diujicobakan (analisis empiris)
Analisis ini dilakukan dengan cara melihat hasil jawaban siswa
(testee), kemudian dihitung dengan menggunakan rumus. Rumus yang
dipergunakan menganalisis tingkat kesukaran soal objektif adalah
ITK = B/N
ITK : indeks tingkat kesukaran butir soal
B : bayaknya siswa yang menjawab benar butir soal
N : banyaknya siswa yang mengikuti tes
Contoh: misalnya suatu ujian diikuti oleh 10 orang peserta tes
(testee) dengan menggunakan butir soal sebanyak 10 butir. Skor hasil
ujian tersebut tertuang dalam tabel dibawah. Tentukan indeks
kesukaran butir soal nomor 1, 5, dan 10!
122
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1
B 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1
C 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0
D 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0
E 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1
F 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1
G 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0
H 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0
I 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1
J 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1
Jumlah 7 5 6 6 5 5 8 6 6 6
TESTEESkor untuk Butir Soal Nomor
Langkah-langkah analisisnya adalah sebagai berikut:
a) Menjumlahkan skor masing-masing butir soal yang dicapai oleh semua
testee
b) Menghitung indeks tingkat kesukaran butir soal dengan rumus
ITK = B/N
Soal no. 1 = 7/10 = 0,7
Soal no. 5 = 5/10 = 0,5
Soal no. 10= 6/(10 ) = 0,6
c) Memberikan interpretasi terhadap hasil perhitungan. Cara memberikan
interpretasi adalah dengan mengkonsultasikan hasil perhitungan indeks
tingkat kesukaran tersebut dengan suatu patokan/kriteria sebagai
berikut:
Indeks Tingkat kesukaran Kategori
0,00 – 0,30
0,31 – 0,70
0,71 – 1,00
Soal tergolong sukar
Soal tergolong sedang
Soal tergolong mudah
123
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa soal nomor 1 diatas
termasuk soal yang memiliki kategori mudah, soal nomor 5 sedang dan
nomor 10 juga sedang.7
c. Menghitung tingkat kesukaran soal (jenis soal pilihan ganda) dengan
aplikasi anates ver.4.0.9 Langkah-langkahnya sebagai berikut:
1) Instal aplikasi anates ver.4.0.9
Untuk aplikasi ini ada yang spesialis soal pilihan ganda dan spesialis
soal uraian.
2) Kemudian buka anates analisis soal pilihan ganda, kenapa kita pilih
yang spesialis pilihan ganda, karena yang mau kita cari tingkat
kesuakaran soal jenis pilihan ganda.
3) Lanjut, pada tampilan utama anates pilihan ganda, pilih buat file
baru.
7Sukiman, pengembangan sistem evaluasi PAI, ( Yogyakarta: Insan Madani, 2012)
hal..214
124
Setelah dipilih “buat file baru” akan muncul notifikasi jumlah soal,
jumlah testee, kemudian jumlah pilihan ganda. Tinggal disisi sesuai
kebutuhan atau sesuai ketentuan soal yang mau di analisis.
4) Kemudian akan muncul gampar sebagai berikut:
Silahkan masukkan kunci jawaban, nama testee, dan jawaban testee
pada kolom yang telah disediakan.
5) Setelah itu klik pilihan “kembali kemenu utama” ada di sebelah atas.
Kemudian akan tampil menu seperti waktu pertama kali membuka
aplikasi anates.
125
6) Pilih tingkat kesukaran soal, maka akan muncul hasilnya. Untuk
hasil dari analisis soal pilihan ganda yang ini adalah sebagai berikut:
TINGKAT KESUKARAN
=================
Jumlah Subyek= 10
Butir Soal= 10
Nama berkas: BELUM_ADA_NAMA.ANA
No Butir Baru No Butir Asli Jml Betul Tkt. Kesukaran(%) Tafsiran
1 1 7 70.00 Sedang
2 2 5 50.00 Sedang
3 3 6 60.00 Sedang
4 4 6 60.00 Sedang
5 5 5 50.00 Sedang
6 6 5 50.00 Sedang
7 7 8 80.00 Mudah
8 8 6 60.00 Sedang
9 9 6 60.00 Sedang
10 10 6 60.00 Sedang
126
Untuk anates pilihan ganda tidak hanya dipakai mencari
tingkat kesukaran soal saja, tapi ada banyak pilihan supaya lebih
jelas bisa dipraktekkan sendiri
d. Sedangkan untuk mengetahui tingkat kesukaran soal bentuk uraian
dipergunakan rumus berikut ini.
a) Mean =
b) TK =
Contoh: misalnya tes hasil belajar (THB) bentuk uraian dalam
mata pelajaran Al-Qur’an Hadis yang diikuti oleh 5 orang siswa MAN
dengan jumlah butir soal sebanyak 5 butir. Skor hasil tes tertuang dalam
tabel dibawah. Tentukan indeks tingkat kesukaran butir soal nomor 2 !
Skor untuk butir nomor
Nama testee 1 2 3 4 5
A 8 5 9 3 5
B 3 9 4 8 6
C 9 10 8 5 3
D 4 5 3 7 8
E 8 8 5 9 4
∑X1=
32
∑X2=
37
∑X3=
29
∑X4=
32
∑X5=
24
Penyelesaian :
Mean= 37
5= 7,4
ITK=7,4
10= 0,74
Jumlah skor siswa pada suatu soal
Banyak siswa yang mengikuti tes
Mean
Skor Maksimum bagi Setiap Butir Soak
127
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa soal nomor 2 diatas
termasuk soal yang memiliki kategori mudah.
e. Menganalisis dengan anates soal uraian adalah sebagai berikut :
1) Buka aplikasi anates uraian:
2) Pilih buat file baru, kemudian akan muncul pilihan jumlah testee
dan jumlah soal yang mau diujikan. Silahkan diisi.
3) Kemudian akan muncul isian, silahkan isi nilai ideal tiap butir soal,
isi nama testee, isi nilai yang diperoleh testee pada tiap butir soal.
Untuk soal yang kita bahas ini adalah jumlah testee 5 anak, jumlah
soal 5 butir, skor ideal tiap butir soal adalah 10.
128
4) Setelah semua diisi klik kembali ke menu utama, penyekoran
otomatis, kemudian pilih tingkat kesukaran soal.
TINGKAT KESUKARAN
=================
Jumlah Subyek= 5
Butir Soal= 5
Nama berkas: BELUM_ADA_NAMA.AUR
No Butir Baru No Butir Asli Tkt. Kesukaran(%) Tafsiran
1 1 65.00 Sedang
2 2 75.00 Mudah
3 3 55.00 Sedang
4 4 60.00 Sedang
5 5 55.00 Sedang
f. Tindak lanjut dari hasil analisis tingkat kesukaran butir soal ini adalah
sebagai berikut:
1) Mencatat butir soal yang sudah baik (memiliki TK=cukup) dalam
buku bank soal.
2) Bagi soal yang terlalu sukar ada dua kemungkinan, yaitu:
didrop/dibuang atau diteliti ulang dimana letak yang membuat soal
tersebut terlalu sukar, mungkin kalimatnya yang tidak baik atau
petunjuk mengerjakannya yang kurang jelas, dan sebagainya,
kemudian setelah diperbaiki dipakai kembali, atau disimpan untuk
kepentinganyang lain (seperti untuk tes seleksi).
129
3) Untuk butir yang terlalu mudah juga ada tiga kemungkinan seperti
yang dijelaskan pada poin (b) diatas.8
2. Daya Pembeda
Analisis Daya Pembeda suatu soal tes adalah bagaimana
kemampuan soal itu untuk membedakan siswa-siswa yang termasuk
kelompok pandai (upper group) dengan siswa-siswa yang termasuk
kelompok kurang (lower group).9Daya pembeda soal dapat diketahuai
dengan melihat besar kecilnya angka indeks daya pembeda (IDP). Indeks
daya pembeda biasanya juga ditanyakan dalam bentuk proporsi. Semakin
tinggi indeks daya pembeda soal bearti semakin mampu soal yang
bersangkutan membedakan siswa yang pandai dengan yang kurang pandai.
Mengetahui daya pembeda item soal sangat penting sekali
mengingat salah satu dasar yang di pegang untuk menyusun butir-butir tes
itu haruslah mampu memberikan hasil tes yang mencerminkan adanya
perbedaan-perbedaan kemampuan yang terdapat di kalangan testee.10
Indeks daya pembeda berkisar -1,00 sampai dengan 1,00. Semakin
tinggi daya pembeda suatu soal, maka semakin baik soal itu. Jika daya
penbeda negatif (<0) berarti lebih banyak kelompok bawah (siswa yang
kurang mampu) yang menjawab benar soal itu dibanding dengan kelompok
atas (siswa yang mampu). Indeks daya pembeda soal tersebut dapat
digambarkan dalam sebuah garis kontinum sebagi berikut :
-1,00 = tingkat daya pembeda negatif
0,00 = daya pembeda rendah
8Sukiman, pengembangan sistem evaluasi PAI, ( Yogyakarta: Insan Madani, 2012)
hal.215 9 M. Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Jakarta:
PT. Remaja Rosda Karya, 1984), hal. 120 10Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 1995), hlm.386
130
1,00= daya pembeda tinggi
Soal yang baik adalah soal yang dapat dijawab dengan benar oleh
siswa yang menguasai materi yang diteskandan tidak dapat dijawab secara
benar oleh orang yang tidak menguasai materi yang diteskan. Soal yang
tidak baik adalah soal yang ketika digunakan muncul tiga kemungkinan :
a. Siswa yang menguasai/ pandai dan yang tidak menguasai/ tidak pandai
sama-sama bisa menjawab dengan benar.
b. Siswa yang pandai dan yang tidak pandai sama-sama tidak menjawab
dengan benar.
c. Siswa yang pandai tidak dapat menjawab dengan benar, sebaliknya
siswa yang tidak pandai justru dapat menjawab dengan benar.
Untuk mengetahui indeks daya pembeda soal bentuk objektif adalah
dengan menggunakan rumus berikut ini :
DP : daya pembeda soal
BA : jumlah jawaban benar pada kelompok atas
BB : jumlah jawaban benar pada kelompok bawah
N : banyaknya siswa yang mengikuti tes
Contoh : suatu tes hail belajar (THB) dikuti oleh 10 siswa dengan menggunakan
butir soal sebanyak 10 butir. Skor hasil ter tersebut tertuang dalam tabel dibawah.
Analisis data pembeda soal nomor 4 dan 8 !
Siswa Skor Untuk Butir Soal Nomor
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1
B 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1
C 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0
131
D 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0
E 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1
F 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1
G 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0
H 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0
I 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1
J 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1
Langkah-langkah analisisnya sebagai berikut :
1. Dibuat table, jumlahkan total yang dicapai oleh masing-masing siswa dan
skor total setiap butir soal dan sekaligus membagi siswa menjadi dua
kelompok atas dan kelompok bawah.
Siswa Skor untuk butir soal nomor Skor
siswa
Kelompok
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 8 A
B 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 6 B
C 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 5 B
D 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 7 A
E 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 7 A
F 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 4 B
G 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 6 B
H 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 3 B
I 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 7 A
J 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 8 A
2. Membagi para siswa menjadi dua kelompok, yaitu kelompok atas
(kelompok siswa yang memperoleh skor tinggi) dan kelompok bawah
132
(kelompok siswa yang memperoleh skor rendah) dan selanjutnya
membubuhkan kode pada siswa yang masuk kelompok aas dengan kode A
dan siswa kelompok bawah denagn kode B ( lihat pada tabel di atas) cara
pembagian kelompok ini ada dua cara:
a) Untuk jumlah kecil yakni jumlah siswa kurang dari seratus, caranya
adalah seluruh siswa dibagi mejadi dua bagian sama besar(50%) untuk
kelompok atas dan 50 untuk kelompok bawah. Untuk mementukan
siapa saja siswa yang masuk kelopmpok atas dan yang masuk kelompok
bawah,terlebih dahulu para siswa tersebut diurutkan dari yang
memperoleh skor tertinggi hingga terrendah. Bila jumlah siswa ganjil,
maka siswa yang menduduki urutan tengah-tengah dapat diikutkan
kelompok atas sekaligus kelompok bawah. Contoh pembagian dri data
pada tabel diatas adalah sebagi berikut :
Kelompok Atas Kelompok Bawah
8 6
8 6
7 5
7 4
7 3
b) Apabila jumlah siswa lebih dari seratus (jumlah besar), maka kelompok
atas cukup di ambil 27%nya mulai dari siswa yang memperoleh skor
tertinggi dan ambil kel0mpok bawah 27% juga dan diambil mulai dari
siswa yang memperoleh skor terendah.
c) Menghitung indeks daya pembeda butir soal dengan rumus diatas dalam
hal ini kita akan menganalisis nomor 4 dan 8.
1) Daya beda soal no 4:
DP: 2 (BA-BB)
N
133
DP: 2 (3-4)
10
DP: 2 (-1)
10
DP: -2
10
DP: -0,2
2) Daya beda soal no 8:
DP: 2 (BA-BB)
N
DP: 2 (5-1)
10
DP: 2 (4)
10
DP: 8
10
DP: 0,8
d) Memberikan interpretasi terhadap hasil perhitungan. Cara memberikan
interpretasi adalah dengan mengkontasikan hasil perhitungan indeks
tingkat daya pembeda tersebudengan suatu patokan/kreteria sebagi
berikut :
Indeks Daya Pembeda Klasifikasi Interprestasi
134
Tanda negatif
<0,20
0,20-0,39
0,40-0,69
0,70-1,00
No Discrimination
Poor
Satisfactory
Good
excellent
Tidak Ada Daya Beda
Daya Beda Lemah
Daya Beda Cukup
Daya Beda Baik
Daya Beda Baik Sekali
Dengan demikian dapat dismpulkan bahwa soal nomor 4 diatas yang
memiliki IDP sebesar -,0,20 ternasuk soal yang tidak memiliki daya
pembeda dan soal nomor 8 dengan IDP sebesar 0,80 berarti memilki daya
pembeda yang baik sekali.
Untuk mengtahui daya pembeda soal bentuk uraian adalah dengan
menggunakan rumu berikut ini.
IDP = 𝑚𝑒𝑎𝑛 kelompok atas (MA)−Mean kelompok bawah (BB)
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑠𝑜𝑎𝑙
Contoh: misalkan tes hasil belajar bentuk uraian dalam mata
pelajaran Al-Qur’an Hadis yang dikuti oleh 5 orang siswa MAN dengan
jumlah butir soal sebanyak 5 butir. Skor hasil tes seperti tentang dalam table
di bawah. Tentukan daya pembeda butir soal nomor 3.
Nama siswa Skor untuk butir nomor
1 2 3 4 5
A 8 5 9 3 6
B 3 9 4 8 3
C 9 10 8 5 8
D 4 5 3 7 4
E 8 8 5 9 3
135
Langkah-langkah analisis sebagi berikut :
1. Membuat table perjitungan untuk menenukan kelompok atas dan kelompok
bawa. Untuk menentukan kelompok ini langsung melihat skor masing-
masing siswa pada butir soal yang dianalisis, jadi tidak perlu melihat skor
total yang di capai masing-masing siswa untuk setiap butir soal.
Nama
siswa
Skor untuk butir nomor kelompok
1 2 3 4 5
A 8 5 9 3 6 A
B 3 9 4 8 3 B
C 9 10 8 5 8 A
D 4 5 3 7 4 B
E 8 8 5 9 3 A dan B
2. Menghitung indeks daya pembeda dengan terlebih dahulu menghitung
mean kelompok atas dan mean kelompok bawah.
MA = 9+8+5
3 = 7,33
MB = 5+4+3
3 = 4
IDP = 7,33−4
10 = 0,33
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa soal nomor 3 diatas
dengan IDP sebesar 0.33 termasuk soal yang memiliki daya pembeda
cukup.11
A. Fungsi Distraktor
Analisis fungsi distraktor dilakukan khusus untuk soal bentuk model
pilihan ganda (multiple choice item). Soal model pilihan ganda, dilengkapi
11Sukiman, pengembangan sistem evaluasi PAI, ( Yogyakarta: Insan Madani, 2012)
hal.221
136
dengan alternatif jawaban yang disebut dengan option (opsi). Opsi biasanya
berkisar antara 3 sam api 5, dari 3, 4, dan 5 ada jawaban yang benar dan yang
disebut dengan kunci jawaban sedangkan sisanya jawaban yang salah. Jawaban
yang salah disebut dengan distraktor (pengecoh).12
Menganalisis fungsi distraktor sering dikenal dengan istilah lain, yaitu:
menganalisis pola penyebaran jawaban item. Adapun yang dimaksud pola
penyebaran item ialah suatu pola yang dapat menggambarkan bagaimana testee
menentukan pilihan jawabnya terhadap kemungkinan-kemungkinan jawab yang
telah dipasangkan pada setiap butir item.
Suatu kemungkinan dapat terjadi, yaitu bahwa dari keseluruhan
alternatif yang dipasang pada butir item tertentu, samasekali tidak dipilih oleh
testee. Dengan kata lain, testee menyatakan “blangko”. Pernyataan blangko ini
sering dikenal dengan istilah Oniet dfan biasa diberi lambang dengan huruf
O.13
Pola jawaban soal dapat ditentukan apakah pengecoh berfungsi sebagai
pengecoh dengan baik atau tidak. Pengecoh yang tidak dipilih sama sekali oleh
siswa berarti pengecoh itu jelek. Sebaliknya sebuah distraktor dapat dikatakan
berfungsi dengan baik apabila distraktor tersebut mempunyai daya tarik yang
besar bagi pengikut-pengikut tes yang kurang memahami konsep atau kurang
menguasai bahan. Dengan melihat pola jawaban soal, dapat diketahui :
1. Taraf kesukaran soal
2. Taraf pembeda soal
3. Baik tidaknya distraktor.
Suatu distraktor dapat diperlakukan dengan 3 cara yaitu :
1. Diterima karena sudah baik
12Sukiman, pengembangan sistem evaluasi PAI, ( Yogyakarta: Insan Madani, 2012)
hal.222 13 Prof. Drs. Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, …………, hal. 409-
411.
137
2. Ditolak karena tidak baik
3. Ditulis kembali karena kurang baik.
Kekurangannya mungkin hanya terletak pada rumusan kalimatnya
sehingga hanya perlu ditulis kembali, dengan perubahan seperlunya. Menulis
soal adalah suatu kesukaran yang sulit, sehingga apabila masih dapat distraktor
dapat dikatakan berfungsi baik jika paling sedikit dipilih oleh 5 % pengikut
tes.14
14 Suharsimi Arikunto. 2012. Dasar- Dasar Evaluasi Pendidikan. Edisi 2. hal 234
138
Contoh perhitungan 60 siswa, jumlah soal 40, soal no 3:
1. Analisis distraktor yang baik, pola diketahui sebagai berikut;
Pilihan Jawaban A B C* D Omit Jumlah
Kelompok Atas 5 7 15 3 0 30
Kelompok Bawah 8 8 6 5 3 30
Jumlah 13 15 21 8 3 60
C* adalah kunci jawaban.
Dari pola jawaban soal ini dapat dicari :
Rumus:
P :𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎 𝑡𝑒𝑠 ( 𝐴𝑇+𝐾𝐵)
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 x 100
1. Distraktor A = 13/60 x 100% = 21,67%
2. Distraktor B = 15/60 x 100% = 25%
3. Distraktor C = 21/60 x 100% = 35%
4. Distrakor D = 8/60 x 100% = 13,33
5. Omit = 3/60x100% = 5%
a. Distraktor : semua distraktornya sudah berfungsi dengan baik
karena sudah dipilih oleh lebih dari 5% pengikut tes.
b. Dilihat dari segi omit adalah baik. Sebuah item dikatakan baik jika
omitnya tidak lebih dari 10% pengikut tes.
( 5% dari pengikut tes = 5% x 60 orang = 3 orang).
2. Analisis distraktor yang kurang baik, polanya sebagai berikut:
Kelompok/ pilihan A* B C D Omit Jumlah
Kelompok Atas 2 1 9 2 1 15
139
Kelompok Bawah 1 4 5 4 1 15
Jawaban 3 5 14 6 2 30
A*) adalah kunci jawaban. Jumlah testee 30 anak.
a. Memilih a: Ada 3 orang , 2 orang kelompok atas (AT) dan 1 orang
kelompok bawah (KB). 3/30x100% = 10%
b. Memilih b: Ada 5 orang, 1 orang dari kelompok atas (AT) dan 4
orang dari kelompok bawah (KB). 5/30x100%= 16,67%
c. Memilih c: Ada 14 orang, 9 orang kelompok atas (AT) dan 5 orang
kelompok bawah (KB). 14/30x100%= 46,67
d. Memilih d ada 6 orang, 2 kelompok atas (AT) dan 4 orang
kelompok bawah (KB).6/30x100%= 20%
e. Yang memilih omit ada 2 orang, masing- masing 1 orang kelompok
atas dan kelompok bawah.15
Jika guru menjumpai hasil pemaparan pola jawaban seperti ini, dapat
mengambil kesimpulan bahwa ada dua kemungkinan penyebab:
a. Butir soal yang dibuat tidak baik, karena dapat menyesatkan hampir
separuh siswa memilih jawaban c. Pilihan c mempunyai daya tarik yang
besar, seolah- olah pilihan itu yang benar, mungkin rumusan kalimatnya,
atau mungkin isi soalnya menunjukkan itu benar.
b. Yang menarik bukan butir soalnya, tetapi materi yang dikuasi siswa
memang seperti pilihan c. Kalau guru memang maksud yang dikehendaki
ada dipilihan a, maka ketika guru mengajar, yang diterima siswa seperti
pilihan c. Jika seperti yang terjadi, guru harus mengulang mengajar agar
penguasaan materi yang dimiliki oleh siswa adalah seperti yang tertera
dalam option.16
15Suharsimi Arikunto. 2012. Dasar- Dasar Evaluasi Pendidikan. Edisi 2. hal 236 16Ibid, hal.237.
140
B. Kesimpulan
Tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu
soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam bentuk
indeks. Fungsi tingkat kesukaran butir soal biasanya dikaitkan dengan tujuan
tes. Misalnya untuk keperluan ujian semester dipergunakan butir soal yang
memiliki tingkat kesukaran sedang, untuk keperluan seleksi dipergunakan butir
soal yang memiliki tingkat kesukaran tinggi/sukar, dan untuk keperluan
diagnosis biasanya dipergunakan butir soal yang memiliki tingkat kesukaran
rendah/mudah.
Langkah-langkah analisisnya adalah sebagai berikut:
1. Menjumlahkan skor masing-masing butir soal yang dicapai oleh semua
testee.
2. Menghitung indeks tingkat kesukaran butir soal dengan rumus.
3. Memberikan interpretasi terhadap hasil perhitungan. Cara memberikan
interpretasi adalah dengan mengkonsultasikan hasil perhitungan indeks
tingkat kesukaran tersebut dengan suatu patokan/criteria.
Analisis fungsi distraktor dilakukan khusus untuk soal bentuk model
pilihan ganda (multiple choice item). Soal model pilihan ganda, dilengkapi
dengan alternatif jawaban yang disebut dengan option (opsi). Opsi biasanya
berkisar antara 3 sam api 5, dari 3, 4, dan 5 ada jawaban yang benar dan yang
disebut dengan kunci jawaban sedangkan sisanya jawaban yang salah. Jawaban
yang salah disebut dengan distraktor (pengecoh).
Sesuatu distraktor dapat diperlakukan dengan 3 cara yaitu :
1. Diterima karena sudah baik
2. Ditolak karena tidak baik
3. Ditulis kembali karena kurang baik.
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara siswa yang mampu (menguasai materi yang ditanyakan) dan siswa yang
141
kurang mampu (belum menguasai materi ayng ditanyakan). Daya pembeda soal
dapat diketahuai dengan melihat besar kecilnya angka indeks daya pembeda
(IDP). Indeks daya pembeda biasanya juga ditanyakan dalam bentuk proporsi.
Semakin tinggi indeks daya pembeda soal bearti semakin mampu soal yang
bersangkutan membedakan siswa yang pandai dengan yang kurang pandai.
Indeks daya pembeda berkisar -1,00 sampai dengan 1,00.
Indeks daya pembeda soal tersebut dapat digambarkan dalam sebuah
garis kontinum sebagi berikut :
-1,00 = tingkat daya pembeda negatif
0,00 = daya pembeda rendah
1,00= daya pembeda tinggi.
142
Daftar Pustaka
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
1996)
Wayan nurkancana, evaluasi hasil belajar, (Surabaya: usana offset printing, 1990)
Sukiman, pengembangan sistem evaluasi PAI, ( Yogyakarta: Insan Madani, 2012)
Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Jakarta: PT. Remaja
Rosda Karya, 1984)