21
NAMA : UMI FADILAH NIM : 110210103034 KELAS : A 1. Aspergilus flavus Aspergillus flavus pada sistem klasifikasi yang terdahulu merupakan spesies kapang yang termasuk dalam Divisi : Tallophyta Kelas : Kapang imperfecti, Ordo : Moniliales Family : Moniliaceae Genus : Aspergillus Spesies : Aspergillus flavus Klasifikasi yang lebih baru memasukkan genus Aspergillus dalam Ascomycetes berdasarkan evaluasi ultrastruktural, fisiologis, dan karakter biokimia mencakup analisis sekuen DNA. Kapang dari genus Aspergillus menyebar luas secara geografis dan bisa bersifat menguntungkan maupun merugikan bergantung pada spesies kapang tersebut dan substrat yang digunakan. Aspergillus memerlukan temperatur yang lebih tinggi, tetapi mampu beradaptasi pada aw (water activity) yang lebih rendah dan mampu berkembang lebih cepat bila dibandingkan dengan Penicillium. Genus ini, sekalipun memerlukan waktu yang lebih lama dan intensitas cahaya yang lebih untuk membentuk spora, tetapi mampu memproduksi spora yang lebih banyak sekaligus lebih

Aspergilus Flavus

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Aspergilus Flavus

NAMA : UMI FADILAH

NIM : 110210103034

KELAS : A

1. Aspergilus flavus

Aspergillus flavus pada sistem klasifikasi yang terdahulu merupakan

spesies kapang yang termasuk dalam

Divisi : Tallophyta

Kelas : Kapang imperfecti,

Ordo : Moniliales

Family : Moniliaceae

Genus : Aspergillus

Spesies : Aspergillus flavus

Klasifikasi yang lebih baru memasukkan genus Aspergillus dalam

Ascomycetes berdasarkan evaluasi ultrastruktural, fisiologis, dan karakter

biokimia mencakup analisis sekuen DNA. Kapang dari genus Aspergillus

menyebar luas secara geografis dan bisa bersifat menguntungkan maupun

merugikan bergantung pada spesies kapang tersebut dan substrat yang digunakan.

Aspergillus memerlukan temperatur yang lebih tinggi, tetapi mampu beradaptasi

pada aw (water activity) yang lebih rendah dan mampu berkembang lebih cepat

bila dibandingkan dengan Penicillium. Genus ini, sekalipun memerlukan waktu

yang lebih lama dan intensitas cahaya yang lebih untuk membentuk spora, tetapi

mampu memproduksi spora yang lebih banyak sekaligus lebih tahan terhadap

bahan-bahan kimia. Hampir semua anggota dari genus Aspergillus secara alami

dapat ditemukan di tanah dimana kapang dari genus tersebut berkontribusi dalam

degradasi substrat anorganik.

Spesies Aspergillus dalam industri secara umum digunakan dalam

produksi enzim dan asam organik, ekspresi protein asing serta fermentasi pangan.

Aspergillus flavus merupakan kapang saprofit di tanah yang umumnya

memainkan peranan penting sebagai pendaur ulang nutrisi yang terdapat dalam

sisa-sisa tumbuhan maupun binatang. Kapang tersebut juga ditemukan pada biji-

bijian yang mengalami deteriorasi mikrobiologis selain menyerang segala jenis

Page 2: Aspergilus Flavus

substrat organik dimana saja dan kapan saja jika kondisi untuk pertumbuhannya

terpenuhi. Kondisi ideal tersebut mencakup kelembaban udara yang tinggi dan

suhu yang tinggi. Sifat morfologis Aspergillus flavus yaitu bersepta, miselia

bercabang biasanya tidak berwarna, konidiofor muncul dari kaki sel, sterigmata

sederhana atau kompleks dan berwarna atau tidak berwarna, konidia berbentuk

rantai berwarna hijau, coklat atau hitam.

Tampilan mikroskopis dari Aspergillus flavus

Tampilan mikroskopis Aspergillus flavus memiliki konidiofor yang

panjang (400-800 μm) dan relatif kasar, bentuk kepala konidial bervariasi dari

bentuk kolom, radial, dan bentuk bola, hifa berseptum, dan koloni kompak.

Koloni dari Aspergillus flavus umumnya tumbuh dengan cepat dan mencapai

diameter 6-7 cm dalam 10-14 hari. Kapang ini memiliki warna permulaan kuning

yang akan berubah menjadi kuning kehijauan atau coklat dengan warna inversi

coklat keemasan atau tidak berwarna, sedangkan koloni yang sudah tua memiliki

warna hijau tua. Keberagaman ceruk ekologi yang dicakup oleh Aspergillus sub-

genus Aspergillus bagian Flavi (grup Aspergillus flavus) dipadukan dengan

kemampuan beberapa spesiesnya untuk memproduksi aflatoksin menjadikan grup

Aspergillus flavus sebagai grup yang paling banyak dipelajari hingga saat ini.

Aspergillus flavus tersebar luas di dunia. Hal ini disebabkan oleh produksi

konidia yang dapat tersebar melalui udara (airborne) dengan mudah maupun

melalui serangga. Komposisi atmosfir juga memiliki pengaruh yang besar

terhadap pertumbuhan kapang dengan kelembaban sebagai variabel yang paling

penting. Tingkat penyebaran Aspergillus flavus yang tinggi juga disebabkan oleh

Page 3: Aspergilus Flavus

kemampuannya untuk bertahan dalam kondisi yang keras sehingga kapang

tersebut dapat dengan mudah mengalahkan organisme lain dalam mengambil

substrat dalam tanah maupun tanaman. Aspergillus flavus dan Aspergillus

parasiticus merupakan bagian grup Aspergillus yang sudah sangat dikenal karena

peranannya sebagai patogen pada tanaman dan kemampuannya untuk

menghasilkan aflatoksin pada tanaman yang terinfeksi. Kedua spesies tersebut

merupakan produsen toksin paling penting dalam grup Aspergillus flavus yang

mengkontaminasi produk agrikultur.

Aspergillus flavus dan Aspergillus parasiticus mampu mengakumulasi

aflatoksin pada berbagai produk pangan meskipun tipe toksin yang dihasilkan

berbeda. Aspergillus sp. umumnya mampu tumbuh pada suhu 6-60°C dengan

suhu optimum berkisar 35-38°C. Aspergillus flavus dapat tumbuh pada Rh

minimum 80% (aw minimum=0.80) dengan Rh minimum untuk pembentukan

aflatoksin sebesar 83% (aw minimum pembentukan aflatoksin=0.83). Rh

minimum untuk pertumbuhan dan germinasi spora adalah 80% dan Rh mininum

untuk sporulasi adalah 85%. Kenaikan suhu, pH, dan persyaratan lingkungan

lainnya akan menyebabkan aw minimum bertambah tinggi.

Aspergillus flavus tidak akan tumbuh pada kelembaban udara relatif di

bawah 85% dan kadar air di bawah 16%. Aw minimum yang dibutuhkan

Aspergillus flavus untuk tumbuh adalah 0.80. Aspergillus flavus menyebabkan

penyakit dengan spektrum luas pada manusia, mulai dari reaksi hipersensitif

hingga infeksi invasif yang diasosiasikan dengan angioinvasion. Sindrom klinis

yang diasosiasikan dengan kapang tersebut meliputi granulomatous sinusitis

kronis, keratitis, cutaneous aspergillosis, infeksi luka, dan osteomyelitis yang

mengikuti trauma dan inokulasi. Semntara itu, Aspergillus flavus cenderung lebih

mematikan dan tahan terhadap antifungi dibandingkan hampir semua spesies

Aspergillus yang lainya .Selain itu, kapang tersebut juga mengkontaminasi

berbagai produk pertanian di lapangan, tempat penyimpanan, maupun pabrik

pengolahan sehingga meningkatkan potensi bahaya dari Aspergillus flavus.

Penyebaran Aspergillus flavus yang merata sangat dipengaruhi oleh iklim dan

faktor geografis Pertumbuhan Aspergillus flavus dipengaruhi oleh lingkungan

seperti kadar air, oksigen, unsur makro (karbon, nitrogen, fosfor, kalium dan

Page 4: Aspergilus Flavus

magnesium) dan unsur mikro (besi, seng, tembaga, mangan dan molibdenum).

Faktor lain yang juga berpengaruh antara lain cahaya, temperatur, kelembaban

dan keberadaan kapang lain. Temperatur yang optimal untuk pertumbuhan

Aspergillus flavus berkisar pada 30°C dengan Rh ≥ 95%. Secara umum kapang

adalah organisme aerobik sehingga gas O2 dan N2 akan menurunkan kemampuan

kapang untuk membentuk aflatoksin. Efek penghambatan oleh CO2 dipertinggi

dengan menaikkan suhu atau menurunkan Rh dengan kadar O2 minimum 1%

untuk pertumbuhan. Perlakuan dan analisis yang tepat sangat dibutuhkan untuk

mencegah penurunan produksi aflatoksin dalam lingkungan laboratorium

(Afiandi,2011).

2. Penicillium expansum

Thallus (miselium) biasanya terdiri dari sebuah jaringan yang bercabang

multinukleat, berseptate, hifa biasanya tidak berwarna. Banyak-bercabang

konidiofor tumbuh pada miselia tersebut, bantalan conidiospores individual

terbatas. Para conidiospores adalah rute penyebaran utama dari jamur, dan sering

hijau. Reproduksi seksual melibatkan produksi ascospores, dimulai dengan fusi

dari archegonium dan antheridium, dengan berbagi inti. Para ASCI teratur

didistribusikan mengandung delapan ascospores uniseluler masing-masing

(Penicillium expansum)

Page 5: Aspergilus Flavus

3. Fusarium oxysporum

Deskripsi

- Koloni pada media mencapai

diameter 3,5-5,0 cm.

- Miselium tampak jarang atau

banyak seperti kapas, kemudian

menjadi seperti beludru,

berwarna putih dan biasanya

agak keunguan yang tampak lebih kuat pada permukaan medium (Gandjar

dkk, 1999).

- Konidiofor bercabang cabang biasanya 1 sampai 3 sel cabang yang

membentuk lingkaran.

- Konidium hialin dan bersekat satu terbentuk pada cabang utama atau

cabang samping.

- Mikrokonidium hialin, lonjong atau tegak memanjang berukuran 5-7 x

2,5-3 µm.

- Makrokonidium hialin, berbentuk sabit, bertangkai kecil memiliki sekat 3

sampai 5 tetapi kebanyakan bersekat 4, berukuran 22-36 x 4-5 µm.

- Klamidospora bersel satu bulat atau menjorong terbentuk di tengah hifa

pada makrokonidium (Weber, 1973).

- Hifa dari jamur ini terdapat di bagian sel dan antar sel jaringan tanaman

inang. Jumlah hifa banyak pada seluruh pembuluh, kemudian menyebar

dengan sistem beragam dan akhirnya menginfeksi pada bagian pangkal

akar (Mehrotra, 1983).

Peranan

- mampu mengurai minyak mentah dan beberapa turunannya

seperti chrysene dan n-octadecane

- Pada manusia: bersifat patogen, antara lain menyebabkan infeksi jamur

pada kornea (fungal keratitis), kuku (onychomycosis), dan kulit

(hyalohyphomycosis).

Siklus Hidup

Page 6: Aspergilus Flavus

Konidium Fusarium oxysporum f .sp. cubense berkembang menjadi

klamidospora. Klamidospora biasanya berada pada jaringan yang membusuk atau

di dalam tanah dan akan terangsang berkecambah bila terdapat perakaran tanaman

pisang. Setelah berkecambah miselium akan menghasilkan konidia dalam waktu

6-8 jam, sedang klamidospor terbentuk dalam waktu 2-3 hari. Di dalam jaringan

pembuluh tanaman, jamur tumbuh dan masuk kejaringan parenkim yang

berdekatan dan menghasilkan sejumlah besar konidia dan klamidospora. Konidia

ini dapat berkembang menjadi klamidospora yang dapat kembali masuk ke dalam

tanah ketika jaringan yang terinfeksi mati dan membusuk. Klamidospora ini tetap

hidup dan bertahan dalam jangka waktu yang cukup lama di dalam tanah . siklus

penyakit akan berulang bila klamidospora ini berkecambah dan tumbuh kembali

baik sebagai saprofit atau menyerang tanaman inang (Lubis danPinem, 2004).

(Anonim, 2011)

4. Saccharomyces cerevisiae

Klasifikasi Saccharomyces cerevisiae

Domain : Eukaryota

Kingdom : Fungi

Subkingdom : Dikarya

Phylum : Ascomycota

Subphylum : Saccharomycotina

Class : Saccharomycetes

Order : Saccharomycetales

Family : Saccharomycetaceae

Genus : Saccharomyces

Scientific name : Saccharomyces cerevisiae

Page 7: Aspergilus Flavus

Saccharomyces cerevisiae adalah salah satu jenis fungi yang paling

dikenal dan sering digunakan oleh manusia. Karena kemampuannya

memetabolisme gula menjadi etanol dan gas karbondioksida, spesies ini sejak

dulu telah digunakan dalam proses pembuatan roti. Dalam biologi molekuler,

Saccharomyces cerevisiae adalah organisme contoh bagi eukariota, yang peta

genetiknya sudah dipahami dengan lengkap. Saccharomyces cerevisiae termasuk

dalam filum Ascomycota.

Khamir seringkali hampir tidak kelihatan karena tidak kontras dengan

medium dimana mereka hidup. Oleh karena itu, perlu dilakukan pewarnaan agar

khamir tampak jelas bila diamati dengan mikroskop. Pewarnaan ini ada yang

bersifat non-diferensial dan diferensial. Pewarnaan non-diferensial hanya

bertujuan agar khamir yang diamati tampak jelas atau kontras dengan latar

belakangnya. Pewarnaan differensial bertujuan agar dapat membedakan antara

jenis bakteri yang berbeda. Contoh pewarnaan differensial adalah pewarnaan

khamir dengan methylen blue sehingga sel mati dan sel hidup memiliki warna

yang berbeda, dan pewarnaan tahan asam sehingga sel yang tahan asam akan

berwarna merah, sedangkan sel lain tidak.

Pengamatan Morfologi dan PK Khamir

Saccharomyces cerevisiae adalah khamir bertunas yang paling umum

digunakan untuk pembuatan roti dan fermentasi bir. Saccharomyces cerevisiae

juga merupakan organisme model di laboratorium karena merupakan eukariota

uniseluler yang memiliki keunggulan mudah dikulturkan, tumbuh dengan cepat,

genomnya sudah dipetakan dan dapat dengan mudah menerima transfer gen.

Saccharomyces cerevisiae dilihat dengan mikroskop tanpa perwarnaan dan

akan terlihat sebagai bintik-bintik transparan. Dalam percobaan ini, pewarnaan

dengan methylen blue bukan bertujuan agar Saccharomyces cerevisiae terlihat,

tetapi memiliki tujuan differensial yaitu agar sel yang mati dan sel yang hidup

terlihat memiliki warna berbeda. Methylen blue merupakan indikator berbentuk

kristal yang bila larut dalam air akan membentuk cairan berwarna biru. Methylen

blue menjadi tidak berwarna dengan kehadiran enzim aktif, oleh karena itu, sel

khamir yang hidup akan tampak transparan. Sebaliknya, dengan ketiadaaan enzim

Page 8: Aspergilus Flavus

aktif, methylen blue akan tetap berwarna biru, oleh karena itu, sel yang mati akan

tampak berwarna biru.

Pengamatan Spora Khamir

Pengamatan spora khamir menggunakan metode pewarnaan tahan asam

atau Ziehl Neelsen (ZN). Pewarnaan ini menggunakan pewarna utama carbol

fuksin yang berwarna merah. Askus yang berisi spora khamir akan tampak

sebagai kumpulan yang sedikit berwarna kemerahan. Hal ini dikarenakan spora

Saccharomyces cerevisiae tersimpan dalam askus yang cukup kuat bertahan dari

berbagai cekaman lingkungan seperti kekeringan dan asam. Oleh karena sifat

askus ini, Saccharomyces cerevisiae dapat diawetkan dalam bentuk ragi.

Saccharomyces cerevisiae memiliki 2 cara perkembangbiakan, yaitu secara

seksual dan aseksual. Cara aseksual yaitu dengan bertunas. Cara seksual yaitu

dengan fusi (penggabungan) dua sel dengan mating type (tipe perkawinan) yang

berbeda. Saccharomyces cerevisiae memiliki mating type a dan α. Zigot hasil fusi

ini kemudian akan membentuk 4 spora dalam askus. Normalnya askus ini berisi

dari 2 spora a dan 2 spora α. Spora ini akan tumbuh menjadi sel kemudian

berkembang dengan cara bertunas hingga terjadi fusi kembali (Monruw,

2011[Online])

Cara Reproduksi

Saccharomyces cerevisiae dapat berkembang biak secara seksual dan

aseksual. Perkembangbiakan aseksual diawali dengan menonjolnya dinding sel ke

luar membentuk tunas kecil. Tonjolan membesar dan sitoplasma mengalir ke

dalamnya, sehingga sel menyempit pada bagian dasarnya. Selanjutnya nucleus

dalam sel induk membelah secara mitosis dan satu anak inti bergerak ke dalam

tunas tadi. Sel anak kemudian memisahkan diri dari induknya atau membentuk

tunas lagi hingga membentuk koloni. Dalam keadaan optimum satu sel dapat

membentuk koloni dengan 20 kuncup.

Perkembangbiakan seksual terjadi jika keadaan lingkungan tidak

menguntungkan. Pada prosesnya, sel Saccharomyces cerevisiae berfungsi

sebagai askus. Nukleus nya yang diploid (2n) membelah secara meiosis,

membentuk empat sel haploid (n). Inti-inti haploid tersebut akan dilindungi oleh

dinding sel sehingga mem-bentuk askospora haploid (n). Dengan perlindungan ini

Page 9: Aspergilus Flavus

askospora lebih tahan terhadap lingkungan buruk. Selanjutnya, empat askospora

akan tumbuh dan menekan dinding askus hingga pecah, akhirnya spora menyebar.

Jika spora jatuh pada tempat yang sesuai, sel-sel baru akan tumbuh membentuk

tunas, sebagaimana terjadi pada fase aseksual. Dengan demikian Saccharomyces

cerevisiae mengalami fase diploid (2n) dan fase haploid (n) dalam daur hidupnya

(Mayasari,2012 [Online]).

5. Mucor mucedo.

adalah genus fungi yang berasal dari ordo Mucorales. hidup sebagai

saprofit pada sisa tumbuhan dan hewan, misalnya, kotoran hewan dan roti busuk.

Dari miselium pada subtratnya muncul benang-benang tegak dengan sporangium

pada ujungnya.Sporangium ini berisi spora. Jika sporangium sudah matang, akan

pecah sehingga spora akan tersebar keluar. Spora akan tumbuh menjadi miselium

baru. Perkembangbiakan secara seksual dilakukan dengan gametangium.

Page 10: Aspergilus Flavus

Deskripsi

- Merupakan fungi tipikal saprotrop pada tanah dan serasah tumbuhan.

- Hifa vegetatifnya bercabang-cabang, bersifat coenositik dan tidak

bersepta.

- Mucor berkembangbiak secara aseksual dengan membentuk

sporangium yang ditunjang oleh batang yang disebur sporangiofor.

- Ciri khas pada Mucor adalah memiliki sporangium yang berkolom-

kolom atau kolumela

(Singleton dan Sainsbury, 2006).

6. Candida albican

Candida albican Di dalam tubuh, Candida akan dikontrol oleh bakteri

baik agar tetap berada dalam jumlah yang rendah dan seimbang. Bakteri baik

dalam tubuh akan bekerja dengan cara memakan Candida. Antibiotik, pil

pengontrol kehamilan, kortison, alkohol, sebagian besar makanan junk food, dan

kemoterapi akan membunuh bakteri menguntungkan dalam tubuh (probiotik)

sehingga menyebabkan jumlah Candida tidak terkendali. Saat pertumbuhannya

berlebihan, Candida akan mengkolonisasi saluran pencernaan, berubah menjadi

jamur, dan membentuk struktur seperti akar yang disebut rizoid. Struktur rizoid

dapat menembus mukosa atau dinding usus, membuat lubang berukuran

mikroskopik, dan menyebabkan racun, partikel makanan yang tidak tercerna, serta

bakteri dan khamir dapat masuk ke alam aliran darah. Kondisi tersebut disebut

sebagai sindrom kebocoran usus (leaky gut syndrome). Kebocoran pada dinding

usus akan menyebabkan khamir seperti Candida dapat menyebar ke berbagai

bagian tubuh, seperti mulut, sinus, tenggorokan, saluran reproduksi, jantung, dan

kulit

Page 11: Aspergilus Flavus

Candida albicans

7. Rhizopus stolonifer

Jamur Roti (Rhizopus Stolonifer)

Klasifikasi dari Rhizopus Stolonifer adalah sebagai berikut :

Kingdom : Fungi

Phylum : Zygomycota

Class : Zygomycetes

Ordo : Mucorales

Family : Mucoraceae

Genus : Rhizopus

Species : Rhizopus stolonifer

Rhizopus Stolonifer mempunyai beberapa karakteristik diantaranya : dapat

tumbuh pada suhu 5oC – 37oC, tetapi pertumbuhan optimumnya yaitu pada suhu

25oC. AW berkisar pada 0,93 tetapi di laboratorium telah terjadi pertumbuhan

pada MY50G agar mudah(0,89 aw) seperti beberapa lainnya mucorales,

Page 12: Aspergilus Flavus

R.stolonifer dapat tumbuh di bawah kondisi anaerobik.Miselium dari

R.stolonifera adalah yang terdiri atas tiga jenis haploid yang berbeda

hyphae.Bagian terbesar dari miselium terdiri dari dengan cepat bertumbuh hyphae

yang bersifat senositik (multinucleate) dan takbersekat (tidak yang dibagi oleh

dinding lintang ke dalam sel-sel atau kompartemen-kompartemen).Dari ini semua,

cincin busur hyphae “geragih-geragih” dibentuk.Geragih-geragih dari rizoid-

rizoid di mana saja ujung-ujung mereka berhubungan substrat.Sporangia

membentuk di ujung sporangiofor-sporangiofor, yang bersifat cabang lurus

membentuk secara langsung di atas rizoid-rizoid.Masing-masing sporangium

mulai sebagai suatu bengkak ke dalam dimana sejumlah nucleus mengalirkan, dan

itu adalah pada akhirnya dikerat dari sporangiofor-sporangiofor oleh pembentukan

suatu sekat.Protoplasma di dalam dibelah, dan suatu dinding sel dibentuk di

sekitar masing-masing spora.Sporangium menjadi hitam karena mendewasakan,

memberi warna karakteristik cetakan nya.Masing-masing spora, ketika

dibebaskan, dapat berkecambah untuk menghasilkan suatu miselium yang baru.

Reproduksi seksual terjadi hanya antara tegangan kawin yang berbeda, yang

biasanya berlabel + dan -..Ketika tegangan keduanya di dalam sudah dekat,

menghasilkan hormone-hormon yang menyebabkan ujung hyphal memasang

bersama-sama dan mengembangkan ke dalam gametangia, yang menjadi terpisah

dari sisa tubuh fungal oleh pembentukan septa. Tembok kota antara keduanya

menyentuh dan memecahkan gametangia, dan kedua protoplas-protoplas

multinucleate datang berkumpul. + dan – nucleus bergabung untuk membentuk

suatu zigospora yang muda dengan beberapa nucleus diploid. Zigospora lalu

mengembangkan suatu tebal, mantel hitam keras dan menjadi tidur, sering kali

untuk beberapa bulan-bulan.Meiosis terjadi pada waktu perkecambahan.Zigospora

membuka dan menghasilkan suatu sporangium yang serupa menghasilkan

sporangium dengan tidak berkelamin, dan daur hidup mulai kembali lagi.

Page 13: Aspergilus Flavus

Gambar 1.7 Siklus HidupRhizopus sp

Rhizopus sp dapat kalian temukan diroti dan buah-buahan. Jika roti yang lembab

disimpan ditempat yang hangat dan gelap, beberapa hari kemudian akan tampak

jamur tumbuh diatasnya. Pada roti akan tumbuh bulatan hitam, yang disebut

Sporangium yang dapat menghasilkan sekitar 50.000 spora.

Gambar1.8 Rhizopus sp. Pada roti

Page 14: Aspergilus Flavus

Gambar1.9 Rhizopus sp (pada strowberry)

Rhizopus sp., yang terdapat pada ragi tempe ini mempunyai daya untuk memecah

putih telur dan lemak. Oleh karena itu, ia berperan dalam pembuatan tempe dan

oncom putih. Jamur tempe mempunyai hifa yang berguna untuk menyerap

makanan dari kacang kedelai. Dalam waktu dua sampai tiga hari, kumpulan hifa

tersebut akan membungkus kedelai yang kemudian disebut tempe. Selain pada

tempe, jamur ini juga dapat tumbuh di tempat-tempat yang lembab.

Gambar 2 Rhizopus stolonifer

Page 15: Aspergilus Flavus

8. Aspergilus niger

Aspergillus niger untuk menjernihkan sari buah. Aspergillus bersifat

saprofit dan terdapat di mana-mana, baik di negara tropika maupun subtropika.

Aspergillus hidup pada makanan, sampah, kayu, dan pakaian. Hifa Aspergillus

bercabang-cabang. Pada hif tertentu muncul konidior (pembawa konidia) yang

memiliki konidiaspora yang tumbuh radial pada konidiofor. Coba perhatikan

jamur berwarna kekuningan atau kecokelatan pada roti dan periksalah dengan

mikroskop.

Gambar Aspergillus niger