Aspek Kelembagaan Dan Partisipasi Masyarakat

Embed Size (px)

DESCRIPTION

materi pembelajaran untuk fakultas ilmu sosial dan politik

Citation preview

  • 9BAB II

    KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI,

    DAN MODEL PENELITIAN

    Bab ini terdiri atas beberapa sub-bab yaitu tinjauan pustaka yang menge-

    mukakan tentang penelitian-penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian

    yang akan dilakukan. Kedua, merupakan konsep yang mengemukakan acuan-

    acuan yang dapat digunakan dalam memecahkan masalah. Ketiga, berupa tinjauan

    terhadap teori yang ada dan keempat adalah model penelitian yang menjabarkan

    pola pikir penelitian.

    2.1 Kajian Pustaka

    Dalam subbab ini akan dijabarkan beberapa penelitian yang berkaitan dengan

    penelitian ini. Serta akan dicari persamaan dan perbedaannya untuk menghindari

    adanya penduplikasian penelitian. Penelitian yang pertama berjudul Faktor-

    Faktor Yang Mempengaruhi Kunjungan Wisatawan Pada Area Wisata Gili

    Trawangan. Penelitian ini dilakukan oleh Zul Hakim1, yang bertujuan untuk

    mengetahui seberapa besar nilai sumber daya alam dan lingkungan di area wisata

    Gili Trawangan dengan menghitung faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah

    kunjungan individu di area wisata tersebut. Variabel-variabel yang di teliti beaya

    perjalanan, beaya waktu, persepsi pengunjung (responden), karakteristik

    1 Zul Hakim, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kunjungan Wisatawan Pada Area Wisata GiliTrawangan, (Universitas Mataram. 2007), hal. 53-59

  • 10

    substitusi, pendapatan individu, dan tingkat keamanan mempengaruhi jumlah

    kunjungan individu ke kawasan area wisata Gili Trawangan. Pada penelitian ini

    yang dapat diacu adalah persepsi pengunjung dan tingkat keamanan dalam

    mempengaruhi jumlah kunjungan individu. Persamaan usulan penelitian ini

    dengan Penelitian Zul Hakim adalah jumlah kunjungan individu di area wisata dan

    persepsi pengunjung sedangkan perbedaannya adalah penelitian Zul Hakim

    bertujuan untuk mengetahui seberapa besar nilai sumber daya alam dan

    lingkungan di area wisata Gili Trawangan, sedangkan usulan penelitian ini

    bertujuan untuk mengetahui pengelolaan Kawasan Wisata Senggigi dalam aspek

    kelembagaan dan partisipasi masyarakat.

    Penelitian ke-dua berjudul Kajian Pengembangan Pariwisata di Kecamatan

    Banawa Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah (aspek infrastruktur,

    peran pemerintah, pemasaran dan promosi) oleh Andi Ritna Lamakarate.2

    Penelitian ini mengkaji masalah pengembangan pariwisata di Kabupaten

    Donggala dari aspek infrastruktur, peran pemerintah, pemasaran, dan promosi.

    Persamaan penelitian oleh Andi Ritna Lamakarate dengan penelitian ini adalah

    melihat kenyataan pengembangan pariwisata di lapangan serta peran pemerintah

    dalam pengembangan tersebut. Perbedaannya adalah penelitian oleh Andi Ritna

    Lamakarate meneliti kegiatan pariwisata di Kecamatan Banawa Kabupaten

    Donggala dari aspek infrastruktur untuk penyediaan fasilitas bagi wisatawan.

    Namun penelitian ini melihat pengelolaan kawasan wisata dalam aspek

    kelembagaan dan pastisipasi masyarakat.

    2 http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jbptitbpp-gdl-herajenggu-30436,diakses tanggal 10 Desember 2009, pukul 10.00wita

  • 11

    Penelitian ke-tiga mempunyai judul Pengembangan Partisipasi Masyarakat

    Dalam Pengelolaan Kawasan Gunung Salak: Studi Kasus Masyarakat Sekitar

    Kawasan Gunung Salak Bogor, Jawa Barat oleh Harry Kartiwa (Tesis S2,

    Universitas Indonesia).3 Penelitian ini melihat pengelolaan kawasan konservasi di

    Gunung Salak, Bogor. Hal yang dapat diacu dalam penelitian ini adalah teori

    dalam mengelola suatu kawasan. Persamaan penelitian oleh Harry Kartiwa ini

    dengan penelitian ini adalah melihat suatu pengelolaan kawasan, yang bertujuan

    untuk kelestarian lingkungan dan sosial. Perbedaannya adalah penelitian ini juga

    melihat dari aspek kelembagaan dan berlokasi di daerah pesisir.

    Penelitian ke-empat berjudul Peranan Dinas Pariwisata Seni dan Budaya

    Kabupaten Lombok Barat dalam Penataan dan Pengembangan Objek yang

    Berbasis Alam pada Objek Wisata Pantai Senggigi oleh Suras Diani4. Penelitian

    ini membahas bagaimana peranan Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Kabupaten

    Lombok Barat dalam menata dan mengembangkan objek wisata Pantai Senggigi.

    Persamaan penelitian penulis dengan penelitian Suras Diani adalah bertempat di

    Pantai Senggigi, tapi cakupan penelitian penulis lebih luas, karena meneliti

    Kawasan Wisata Senggigi. Hal yang membedakan adalah penelitian ini

    membahas dari aspek kelembagaan dan partisipasi masyarakat, sedangkan Suras

    Diani meneliti peran dari Dinas Pariwisata Seni dan Budaya.

    3 http://www.digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=93299, diakses tanggal 27 April2010, pukul 13.00 wita4 Diani, Peranan Dinas Peranan Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Kabupaten Lombok Barat

    dalam Penataan dan Pengembangan Objek yang Berbasis Alam pada Objek Wisata PantaiSenggigi, (Universitas Mataram, 2004)

  • 12

    2.2 Konsep

    Dalam konsep akan dibahas mengenai pengertian dari judul penelitian, yaitu

    Aspek Kelembagaan dan Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Kawasan

    Wisata Senggigi Nusa Tenggara Barat

    2.2.1 Aspek Kelembagaan

    Pengertian dari kata kelembagaan adalah suatu sistem badan sosial atau

    organisasi yang melakukan suatu usaha untuk mencapai tujuan tertentu.5 Aspek

    kata kelembagaan memiliki inti kajian kepada prilaku dengan nilai, norma dan

    aturan yang mengikuti dibelakangnya.6

    Lembaga dapat dibedakan menjadi dua jenis7, yaitu lembaga formal dan

    lembaga non-formal. Kelembagaan lokal dan area aktivitasnya terbagi menjadi

    tiga kategori,8 yaitu kategori sektor publik (administrasi lokal dan pemerintah

    lokal); kategori sektor sukarela (organisasi keanggotaan dan koperasi); kategori

    sektor swasta (organisasi jasa dan bisnis swasta). Bentuk resmi suatu lembaga

    yaitu lembaga garis (line organization, military organization); lembaga garis dan

    staf (line and staff organization); lembaga fungsi (functional organization).

    Jadi pengertian dari kelembagaan adalah suatu sistem sosial yang melakukan

    usaha untuk mencapai tujuan tertentu yang memfokuskan pada perilaku dengan5 Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,1997),

    hal:979.6 Syahyuti, Tinjauan Sosiologis Terhadap Konsep Kelembagaan Dan Upaya MembangunRumusan Yang Lebih Operasional, (Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian,Bogor, 2009) dalam www.kelembagaandas.wordpress.com/pengertian-kelembagaan/syahyuti,diakses tanggal 23 Oktober 2010, pukul 13.00 wita.7http://organisasi.org/pengertian_definisi_dan_arti_organisasi_organisasi_formal_dan_informal_belajar_online_lewat_internet_ilmu_manajemen, diakses tanggal 17 Desember 2010.8 Bulkis, Manajemen Pembangunan, (Universitas Hasanudin, Makasar), hal: 16.

  • 13

    nilai, norma dan aturan yang mengikutinya, serta memiliki bentuk dan area

    aktivitas tempat berlangsungnya.

    2.2.2 Partisipasi Masyarakat

    Kata partisipasi berasal dari kata to participate9, yang dapat diartikan ikut

    serta. Menurut Tosun10 partisipasi dapat membuat masyarakat, penduduk

    melakukan berbagai kegiatan, baik itu berskala lokal maupun nasional. Partisipasi

    yang dilakukan masyarakat berbeda-beda tingkatannya, akibat dari perbedaan

    skala kegiatan.11 Partisipasi itu antara lain, partisipasi karena paksaan

    (manipulative participation), partisipasi dengan kekuasaan dan ancaman (coercive

    participation), partisipasi karena adanya dorongan (indiced participation),

    partisipasi yang bersifat pasif (passive participation) dan partisipasi secara

    spontan (spontaneous participation). Sedangkan dari segi bentuk, partisipasi

    memiliki dua bentuk, yaitu partisipasi horizontal dan partisipasi vertikal

    Terdapat kaitan yang erat antara partisipasi dan insentif, tanpa suatu insentif

    maka partisipasi tersebut berubah makna dari suatu keinginan manusia untuk ikut

    serta secara sukarela dalam suatu kegiatan yang dianggap dapat memperbaiki

    harkat hidup masyarakat menjadi suatu tindakan paksaan. Jadi pengertian

    partisipasi masyarakat adalah keikutsertaan masyarakat atau penduduk dalam

    berbagai kegiatan baik yang bersifat lokal maupun nasional, dapat terjadi secara

    9 Wojowasito dalam Madiun, Nusa Dua Model Pengembangan Kawasan Wisata Modern,

    (Udayana University Press, Denpasar, 2010), hal: 1710

    Tosun, Expected Nature Of Community Participation In Tourism Development, (School OfTourism and Hotel Management, Turkey, 2004), hal:49411 Tosun, Expected Nature Of Community Participation In Tourism Development, (School OfTourism and Hotel Management, Turkey, 2006), hal:494

  • 14

    sukarela, paksaan, spontan, adanya dorongan maupun pasif dengan bentuk secara

    vertikal atau horizontal.

    2.2.3 Pengelolaan

    Definisi dan pengertian pengelolaan menggunakan beberapa pemahaman,12

    yaitu: Proses mempertimbangkan hubungan timbal balik antara kegiatan

    pembangunan yang secara potensial terkena dampak kegiatan-kegiatan tersebut.

    Dapat juga diartikan sebagai suatu proses penyusunan dan pengambilan keputusan

    secara rasional tentang pemanfaatan segenap sumberdaya alam yang terkandung

    didalamnya secara berkelanjutan. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.

    26 tahun 2007, pengelolaan berarti suatu proses perencanaan, pemanfaatan dan

    pengendalian pemanfaatan.13 Tahapan yang akan dilakukan adalah mengkaji

    pengelolaan yang telah dilakukan oleh Pemerintah Lombok Barat, pihak swasta

    dan masyarakat di sekitar kawasan.

    Jadi pengelolaan dapat diartikan sebagai suatu proses perencanaan,

    pelaksanaan dan pengendalian keputusan tentang pemanfaatan sumber daya alam

    yang terkandung di dalamnya secara berkelanjutan.

    2.2.4 Kawasan Wisata Senggigi

    Pengertian kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau

    budidaya.14 Fungsi budidaya dilihat dari adanya fasilitas penunjang pariwisata,

    seperti hotel, restoran, dermaga dan lain sebagainya, sedangkan fungsi lindung

    terlihat dengan adanya wilayah yang dilindungi keberadaanya, seperti terumbu

    12 http://id.wikipedia.org/wiki/Pengelolaan, diakses tanggal 14 april 2010, pukul 13.00 wita.13

    Undang-Undang Republik Indonesia No. 26 tahun 2007, Tentang Penataan Ruang.14

    Undang-Undang Republik Indonesia nomor 26 tahun 2007, pasal 1

  • 15

    karang, rumput laut, dan lain sebagainya. Selain itu, kawasan juga berarti daerah

    yang memiliki ciri khas tertentu atau berdasarkan pengelompokan fungsional

    kegiatan tertentu, seperti kawasan industri, kawasan perdagangan, dan kawasan

    rekreasi.15 Sementara itu Bryant dan White16 dalam bukunya menyebutkan bahwa

    pembangunan harus memperhatikan masalah lingkungan. Banyak sumber daya

    alam yang tidak dapat diperbaharui dan harus dipikirkan kelangsungan

    kedepannya. Bagi negara berkembang yang sedang memasuki kemajuan modern

    dalam dunia industri, tetapi sudah diingatkan agar waspada terhadap kerusakan

    lingkungan.

    Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut

    dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan

    daya tarik wisata.17 Dalam pengertian wisata itu mengandung unsur yaitu:

    kegiatan perjalanan; dilakukan secara sukarela; bersifat sementara; perjalanan itu

    seluruhnya atau sebagian bertujuan untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata.

    Menurut Soetomo,18 berdasarkan pada ketentuan WATA (World Association of

    Travel Agent), wisata adalah perjalanan keliling selama lebih dari tiga hari, yang

    diselenggarakan oleh suatu kantor perjalanan di dalam kota dan acaranya melihat

    di berbagai tempat atau kota baik di dalam maupun di luar negeri. Jadi

    berdasarkan dari pendapat beberapa orang, wisata dapat diartikan sebagai kegiatan

    15 http://id.wikipedia.org/wiki/Kawasan, diakses tanggal 14 april 201016

    Bryant dan white, Manajemen Pembangunan untuk Negara Berkembang ( Westview Press Inc.,1982), hal.2517 Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan Bab I Pasal 118

    Soetomo dalam http://mangkutak.wordpress.com/2009/01/05/dasar-pengertian-pariwisata/,diakses tanggal 14 April 2010, pukul 10.00 wita.

  • 16

    perjalanan keliling yang bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik

    di berbagai tempat.

    Senggigi adalah salah satu kawasan wisata pantai yang terletak di Provinsi

    Nusa Tenggara Barat. Terletak di sebelah Utara dari ibukota Provinsi, yaitu Kota

    Mataram. Kawasan Wisata Senggigi merupakan pusat daerah wisata pantai

    dengan kemewahan hotel bintang, restoran, dan tempat-tempat hiburan yang

    menarik. Pantai senggigi dengan karang lautnya merupakan tempat tinggal

    beraneka ragam kehidupan laut dan karangnya yang indah sangat cocok untuk

    olah raga air.

    Dari keseluruhan kata yaitu Aspek Kelembagaan dan Partisipasi Masyarakat

    Dalam Pengelolaan Kawasan Wisata Senggigi, NTB dapat diartikan sistem

    kelembagaan dan keikutsertaan masyarakat pada proses perencanaan, pelaksanaan

    dan pengendalian keputusan secara kontinu dalam mengimplementasikan suatu

    rencana di wilayah Senggigi yang merupakan daerah tujuan wisata pantai dengan

    tujuan kegiatan perjalanan keliling dan sementara untuk menikmati objek dan

    daya tarik wilayah tersebut.

    2.3 Landasan Teori

    Dalam landasan teori akan dibahas mengenai teori-teori yang digunakan

    dalam menjawab rumusan masalah pada penelitian ini.

  • 17

    2.3.1 Teori Pengelolaan Kawasan

    Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 26 tahun 2007, pengelolaan

    berarti suatu proses perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan.19

    Kawasan adalah wilayah yang mempunyai fungsi utama lindung atau budidaya,

    kawasan lindung berarti wilayah yang ditetapkan untuk melindungi kelestarian

    lingkungan hidup sedangkan kawasan budidaya berarti wilayah yang ditetapkan

    untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, manusia

    dan buatan. Pengelolaan berkelanjutan adalah pengelolaan yang mampu

    memenuhi kebutuhan dan aspirasi masyarakat saat ini, tanpa mengorbankan

    potensi kebutuhan dan aspirasi masyarakat di masa mendatang. 20

    Pengelolaan kawasan21 dapat diartikan sebagai proses peran serta sumber

    daya manusia secara berkesinambungan dan sistematis dalam pengalokasian dan

    pemanfaatan sumber daya alam untuk membawa kawasan pada kondisi yang lebih

    baik pada masa yang akan datang dan memecahkan masalah kawasan pada saat

    ini. Dimensi pengelolaan kawasan yaitu partisipasi masyarakat, kelembagaan,

    infrastruktur, keterlibatan swasta, transportasi, sumber daya manusia, peraturan

    dan kebijakan, pengelolaan lahan, peluang pekerjaan, kemitraan masyarakat,

    pemerintah dan swasta, finansial/keuangan dan manajemen promosi. Dari

    keseluruhan dimensi tersebut, akan dibahas dua dimensi saja, yaitu kelembagaan

    dan partisipasi masyarakat, karena di awal penelitian terdapat indikasi lemahnya

    19 Undang-Undang Republik Indonesia No. 26 tahun 2007, Tentang Penataan Ruang.

    20 Peraturan Menteri Kebudayaan Dan Pariwisata Nomer: Km.67 / Um.001 /Mkp/ 2004 TentangPedoman Umum Pengembangan Pariwisata Di Pulau-Pulau Kecil

    21 Bobi, Definisi dan Cakupan Urban Planning dan Urban Management. (Magister PerencanaanKota dan Daerah, UGM: 2002), hal.3

  • 18

    penegakan aturan, dan pengelolaan kawasan menyangkut stakeholder yang

    terlibat.

    Pengelolaan terdiri atas dua elemen yang saling terkait, yaitu organisasi

    tugas-tugas untuk mencapai tujuan dan mengerahkan orang untuk melaksanakan

    tugas tersebut. Berdasarkan pada dua elemen tersebut, ada berbagai tugas

    pengelolaan22 sebagai berikut: a) mengidentifikasi proses pelatihan dan

    rekrutmen, dukungan lingkungan terhadap proyek, dan kesenjangan informasi; b)

    merundingkan tugas-tugas dan hubungan-hubungan para staf, hubungan antara

    pendukung di luar organisasi dengan staf, dan prosedur penyelesaian konflik; c)

    mengorganisasi pelaksanaan proyek, proses-proses komunikasi, dan proses-proses

    untuk menanggulangi kemacetan; d) melakukan penyeliaan prosedur pemantauan,

    jadwal dan anggaran; e) belajar dari evaluasi dan umpan balik.

    Berdasarkan beberapa teori pengelolaan tersebut, tahapan pengelolaan

    dimulai dari survey awal atau mengidentifikasi lokasi, hingga tahapan monitoring

    dan evaluasi. Teori pengelolaan ini akan digunakan dalam mengkaji tahapan-

    tahapan pengelolaan yang telah dilakukan oleh Pemerintah Daerah Lombok Barat

    pada Kawasan Wisata Senggigi.

    Daya dukung dan dampak pariwisata dapat dipengaruhi oleh karakteristik

    daerah tujuan wisata dan kondisi penduduk lokal. Hal itu meliputi daya tarik dan

    22 Bryant dan White, Manajemen Pembangunan Untuk Negara Berkembang, (LP3S, 1989),hal.167, diterjemahkan oleh Simatupang.

  • 19

    proses lingkungan alam, struktur dan pembangunan ekonomi, struktur dan

    organisasi sosial, organisasi politik dan tingkat pembangunan masyarakat. 23

    Suatu rencana kerja dapat berupa rencana zoning, seperti diterapkan pada

    perencanaan strategis pengelolaan wilayah pesisir dan kelautan, yang

    dikembangkan dalam proyek Marine Resource Evaluation and Planning (MREP)

    di Depdagri.24 Menurut Goeldner and Brent Ritchie25, perencanaan yang baik

    menggambarkan hasil yang ingin dicapai dan cara yang sistematis untuk

    mendapatkan hasil yang diinginkan.

    Pengelolaan wilayah pesisir adalah suatu pendekatan pengelolaan wilayah

    pesisir yang melibatkan dua ekosistem atau lebih, sumber daya dan kegiatan

    pemanfaatan pembangunan secara terpadu guna mencapai pembangunan wilayah

    pesisir secara berkelanjutan. Mengandung tiga dimensi yaitu sektoral, bidang ilmu

    dan keterkaitan ekologis.26 Mengingat bahwa suatu pengelolaan terdiri atas tiga

    tahap utama, yaitu perencanaan, implementasi, monitoring dan evaluasi, maka

    nuansa keterpaduan/ holistik perlu diterapkan mulai dari tahap awal, yaitu

    perencanaan hingga evaluasi.

    Menurut Undang-Undang No. 27 tahun 2007 tentang pengelolaan wilayah

    pesisir dan pulau-pulau kecil pasal 1, menyebutkan bahwa :

    Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil adalah suatu prosesperencanaan, pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian Sumber DayaPesisir dan Pulau-Pulau Kecil antarsektor, antara Pemerintah dan Pemerintah

    23 Mathieson dalam Madiun, Nusa Dua Model Pengembangan Kawasan Wisata Modern (UdayanaUniversity Press, Denpasar, 2010), hal. 5524 Djunaedi, Keragaman Pilihan Corak Perencanaan (Planning Styles) untuk Mendukung

    Kebijakan Otonomi Daerah, (Universitas Gadjah Mada. 2002).25 Goeldner dan Ritchie, Tourism Principles, Practices, Philosophies, (John Willey & Sons, Inc.

    2002), hal. 44226

    Op. Cit, hal. 12

  • 20

    Daerah, antara ekosistem darat dan laut, serta antara ilmu pengetahuan danmanajemen untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

    Dalam aturan ini dapat diketahui bahwa wilayah pesisir dikelola oleh

    Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, yang dilakukan untuk meningkatkan

    kesejahteraan masyarakat. Adapun pasal 1 juga membahas tentang daerah

    peralihan antara Ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di

    darat dan laut, sumber daya hayati, sumber daya non hayati; sumber daya buatan,

    dan jasa-jasa lingkungan; yang berupa keindahan alam, permukaan dasar laut

    tempat instalasi bawah air yang terkait dengan kelautan dan perikanan serta energi

    gelombang laut yang terdapat di Wilayah Pesisir.

    Pengelolaan wilayah pesisir berdasarkan Undang-Undang No.27 tahun 2007,

    pasal 3 berasaskan atas keberlanjutan, konsistensi, keterpaduan, kepastian hukum,

    kemitraan, pemerataan, peran serta masyarakat, keterbukaan, desentralisasi,

    akuntabilitas, dan keadilan. Sedangkan tujuannya pada pasal 4 adalah:

    Melindungi, mengkonservasi, merehabilitasi, memanfaatkan, danmemperkaya Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil serta sistemekologisnya secara berkelanjutan; Menciptakan keharmonisan dan sinergiantara Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam pengelolaan SumberDaya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil; Memperkuat peran serta masyarakatdan lembaga pemerintah serta mendorong inisiatif Masyarakat dalampengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil agar tercapaikeadilan, keseimbangan, dan keberkelanjutan; dan Meningkatkan nilaisosial, ekonomi, dan budaya Masyarakat melalui peran serta Masyarakatdalam pemanfaatan Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.

    Dalam mengelola suatu kawasan wisata yang terletak di daerah pesisir harus

    melihat beberapa prinsip dasar27, diantaranya yaitu; a) wilayah pesisir adalah

    27 Loc. Cit. hal. 157-172

  • 21

    suatu sistem sumber daya yang unik, yang memerlukan pendekatan khusus dalam

    merencanakan dan mengelola pembangunannya; b) tata ruang daratan dan lautan

    harus direncanakan serta dikelola secara terpadu; c) batas suatu wilayah pesisir

    harus ditetapkan berdasarkan pada isu dan permasalahan yang hendak dikelola

    serta bersifat adaptip; d) fokus utama dari pengelolaan wilayah pesisir adalah

    untuk mengkonservasi sumber daya milik bersama; e) semua tingkatan

    pemerintahan dalam suatu negara harus diikutsertakan dalam perencanaan dan

    pengelolaan wilayah pesisir; f) pendekatan pengelolaan yang disesuaikan dengan

    sifat dan dinamika alam adalah tepat dalam pembangunan wilayah pesisir; g)

    evaluasi manfaat ekonomi dan sosial dari ekosistem pesisir serta partisipasi

    masyarakat dalam program pengelolaan wilayah pesisir; h) pemanfaatan

    multiguna merupakan kunci keberhasilan dalam pembangunan wilayah pesisir

    secara berkelanjutan; i) pengelolaan sumber daya pesisir secara tradisional harus

    dihargai. j) analisis dampak lingkungan sangat penting bagi pengelolaan wilayah

    pesisir secara efektif. Beberapa prinsip pengelolaan wilayah pesisir ini dapat

    digunakan sebagai pedoman dalam mengkaji pengelolaan yang telah dilakukan di

    Kawasan Wisata Senggigi.

    Bagi masyarakat pesisir dan laut, sumber daya yang ada tidak hanya berfungsi

    sebagai pemenuhan kebutuhan ekonomi dan kehidupan sehari-hari, tetapi mereka

    sangat mengenal lingkungan disekitarnya dan tahu bagaimana mempertahankan

    kelangsungan hidup secara harmonis sekaligus dapat mempertahankan

  • 22

    keberlanjutan dan kestabilan lingkungan di sekitarnya.28 Hak dan kewajiban yang

    dimiliki masyarakat adat dalam mengelola wilayah laut dan pesisir juga

    mempunyai kekuatan eksternal yang mampu melindungi wilayah tersebut dari

    ancaman orang luar, termasuk negara.

    Untuk kepentingan pengelolaan,29 batas ke arah darat suatu wilayah pesisir

    ditetapkan dalam dua macam, yaitu wilayah perencanaan (planning zone) dan

    batas untuk wilayah pengaturan (regulation zone) atau pengelolaan keseharian

    (day-to-day management). Batas wilayah perencanaan sebaiknya meliputi seluruh

    daerah daratan dimana terdapat kegiatan manusia (pembangunan) yang dapat

    menimbulkan dampak secara nyata terhadap lingkungan dan sumberdaya di

    wilayah pesisir dan lautan, sehingga batas wilayah perencanaan lebih luas dari

    wilayah pengaturan. Dalam day-to-day management, pemerintah atau pihak

    pengelola memiliki kewenangan penuh untuk mengeluarkan atau menolak izin

    kegiatan pembangunan. Sementara itu, bila kewenangan semacam ini berada di

    luar batas wilayah pengaturan (regulation zone), maka akan menjadi tanggung

    jawab bersama antara instansi pengelola wilayah pesisir dalam regulation zone

    dengan instansi/ lembaga yang mengelola daerah hulu atau laut lepas.

    Ditinjau dari aspek biofisik wilayah, ruang pesisir dan laut serta sumberdaya

    yang terkandung di dalamnya bersifat khas sehingga adanya intervensi manusia

    pada wilayah tersebut dapat mengakibatkan perubahan yang signifikan, seperti

    28 Direktorat Jenderal Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Naskah Akademik Pengelolaan Wilayah

    Pesisir, (Departemen Kelautan dan Perikanan, 2001), hal. IV-1629 Ibid

  • 23

    bentang alam yang sulit diubah, proses pertemuan air tawar dan air laut yang

    menghasilkan beberapa ekosistem khas dan lain-lain. Ditinjau dari aspek

    kepemilikan, wilayah pesisir dan laut serta sumberdaya yang terkandung di

    dalamnya sering tidak mempunyai kepemilikan yang jelas (open access), kecuali

    pada beberapa wilayah di Indonesia, seperti Ambon dengan kelembagaan sasi,

    Bali dengan kelembagaan tradisional Awig-awig dan Sangihe Talaud dengan

    kelembagaan Maneeh.30 Karaktersitik yang khas dan open access tersebut, maka

    setiap pembangunan wilayah dan pemanfaatan sumberdaya timbul konflik

    kepentingan pemanfaatan ruang dan sumberdaya serta sangat mudah terjadinya

    degradasi lingkungan dan problem eksternalitas.

    Berdasarkan beberapa teori yang telah disebutkan dapat disimpulkan bahwa

    pengelolaan kawasan mempunyai dua elemen pendekatan, serta memiliki dimensi

    pengelolaan kawasan yaitu kelembagaan, partisipasi masyarakat, infrastruktur,

    keterlibatan swasta, transportasi, sumber daya manusia, paraturan dan kebijakan,

    pengelolaan lahan, peluang pekerjaan, kemitraan masyarakat, pemerintah dan

    swasta, finansial dan manajemen promosi. Dapat diketahui bahwa pengelolaan

    wilayah pesisir mencakup dua hal, yaitu wilayah perencanaan dan wilayah

    pengaturan. Karena wilayah perencanaan dilakukan aktivitas membangun,

    meyebabkan wilayah ini lebih luas dari wilayah pengaturan. Setiap wilayah pesisir

    mempunyai karakteristik tertentu sehingga perlu perlakuan yang berbeda di setiap

    tempat. Pengelolaan kawasan wisata pesisir menitik beratkan pada proses

    keberlangsungan sumber daya alam yang ada. Pengelolaan diharapkan mampu

    30 http://coastaleco.wordpress.com/2008/04/26/karakteristik-sosial-ekonomi-masyarakat-pesisir/,diakses tanggal 1 Maret 2009

  • 24

    melindungi lingkungan dari kerusakan tapi disisi lain tetap dapat mengembangkan

    daerah pesisir dari segi pariwisata. Pada penelitian ini akan dikhususkan pada

    aspek kelembagaan dan partisipasi masyarakat.

    2.3.2 Teori Kelembagaan

    Kelembagaan, atau institusi, pada umumnya lebih diarahkan kepada

    organisasi, wadah atau pranata. Organisasi berfungsi sebagai wadah atau tempat,

    sedangkan pengertian lembaga mencakup juga aturan main, etika, kode etik, sikap

    dan tingkah laku seseorang atau suatu organisasi atau suatu sistem.31

    Kelembagaan berasal dari kata lembaga, yang berarti aturan dalam organisasi

    atau kelompok masyarakat untuk membantu anggotanya agar dapat berinteraksi

    satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan yang diinginkan.32 Selain itu

    lembaga juga dapat diartikan sebagai aturan dalam sebuah kelompok sosial yang

    sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, politik dan ekonomi. 33

    Lembaga dapat dibedakan menjadi dua jenis34, yaitu lembaga formal dan

    lembaga non-formal. Lembaga formal adalah kumpulan dua orang atau lebih yang

    memiliki hubungan kerja rasional dan mempunyai tujuan bersama, biasanya

    mempunyai struktur organisasi yang jelas, contohnya perseroan terbatas, sekolah,

    partai politik, badan pemerintah, dan sebagainya. Lembaga non-formal adalah

    31 Tony, dkk., Kelembagaan dan Kebijakan Dalam Pengembangan Agroforestri, (World Forestry

    Center: 2003), hal: 12.32

    Ruttan dan Hayami, Toward a theory of induced institutional innovation, (Journal OfDevelopment Studies; 1984).33 North, North DC. Institutions, Institutional Change and Economic Performance. (CambridgeUniversity Press: 1990).34http://organisasi.org/pengertian_definisi_dan_arti_organisasi_organisasi_formal_dan_informal_belajar_online_lewat_internet_ilmu_manajemen, diakses tanggal 17 Desember 2010.

  • 25

    kumpulan dua orang atau lebih yang mempunyai tujuan bersama dan biasanya

    hanya memiliki ketua saja, contohnya arisan ibu-ibu RT, belajar bersama, dan

    sebagainya. Lembaga formal memiliki struktur yang menjelaskan hubungan-

    hubungan otoritas, kekuasaan, akuntabilitas dan tanggung jawab serta bagaimana

    bentuk saluran komunikasi berlangsung dengan tugas-tugas bagi masing-masing

    anggotanya. Lembaga formal bersifat terencana dan tahan lama, karena

    ditekankan pada aturan sehingga tidak fleksibel.35 Pada lembaga non-formal,

    biasanya sulit untuk menentukan waktu nyata seseorang menjadi anggota

    organisasi, bahkan tujuan dari organisasi tidak terspesifikasi dengan jelas,

    lembaga non-formal dapat dialihkan menjadi lembaga formal apabila kegiatan dan

    hubungan yang terjadi di dalamnya dilakukan secara terstruktur atau memiliki

    struktur organisasi yang lengkap dan terumuskan.

    Kelembagaan36 adalah suatu pola hubungan dan tatanan antara anggota

    masyarakat atau organisasi yang saling mengikat, diwadahi dalam suatu jaringan

    atau organisasi, yang dapat menentukan bentuk hubungan antar manusia atau

    antara organisasi dengan ditentukan oleh faktor-faktor pembatas dan pengikat

    berupa norma, kode etik aturan formal dan non-formal untuk bekerjasama demi

    mencapai tujuan yang diinginkan. Menurut Bulkis37, kelembagaan berarti

    seperangkat aturan yang mengatur tingkah laku masyarakat untuk mendapatkan

    35 Winardi, 2003, http://id.wikipedia.org/wiki/Organisasi_sosial, diakses tanggal 17 Desember

    2010, pukul 15.00 wita.36 North, North DC. Institutions, Institutional Change and Economic Performance. (CambridgeUniversity Press: 1990). hal: 14.37

    Bulkis, Manajemen Pembangunan, (Universitas Hasanudin, Makasar), hal: 9

  • 26

    tujuan hidup mereka. Kelembagaan38 berisi sekelompok orang yang bekerjasama

    dengan pembagian tugas tertentu untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan.

    Tujuan peserta kelompok dapat berbeda, tapi dalam organisasi menjadi suatu

    kesatuan. Kelembagaan lebih ditekankan pada aturan main (the rules) dan

    kegiatan kolektif (collective action) untuk mewujudkan kepentingan umum atau

    bersama.39 Kelembagaan menurut beberapa ahli, sebagian dilihat dari kode etik

    dan aturan main, sedangkan sebagian lagi dilihat pada organisasi dengan struktur,

    fungsi dan manajemennya. Saat ini kelembagaan biasanya dipadukan antara

    organisasi dan aturan main. Kelembagaan merupakan suatu unit sosial yang

    berusaha untuk mencapai tujuan tertentu dan menyebabkan lembaga tunduk pada

    kebutuhan tersebut.40

    Beberapa unsur41 penting dari kelembagaan adalah institusi, yang merupakan

    landasan untuk membangun tingkah laku sosial masyarakat; norma tingkah laku

    yang telah mengakar dalam kehidupan masyarakat dan telah diterima untuk

    mencapai tujuan tertentu; peraturan dan penegakan aturan; aturan dalam

    masyarakat yang memberikan wadah koordinasi dan kerjasama dengan dukungan

    hak dan kewajiban serta tingkah laku anggota; kode etik; kontrak; pasar; hak

    milik; organisasi; insentif. Kelembagaan lokal dan area aktivitasnya terbagi

    menjadi tiga kategori,42 yaitu kategori sektor publik (administrasi lokal dan

    38 Bobi, Modul latihan Pelatihan Pengelolaan Perkotaan Tingkat Dasar: Permasalahan Keuangan,

    kelembagaan dan Peraturan. (Magister Perencanaan Kota dan Daerah, UGM: 2002), hal.139

    Loc. Cit hal. 1240 Amitai Etzioni, Organisasi-organisasi Modern, (UI Press Pustaka Bradjaguna, Jakarta, 1982),hal: 7.41

    Op. cit hal 1542 Bulkis, Manajemen Pembangunan, (Universitas Hasanudin, Makasar), hal: 16.

  • 27

    pemerintah lokal); kategori sektor sukarela (organisasi keanggotaan dan koperasi);

    kategori sektor swasta (organisasi jasa dan bisnis swasta).

    Bentuk resmi suatu lembaga yaitu lembaga garis (line organization, military

    organization); lembaga garis dan staf (line and staff organization); lembaga

    fungsi (functional organization). Lembaga garis bertanggung jawab pada satu

    atasan dan bertanggung jawab penuh pada tugasnya. Lembaga garis dan staf wajib

    melaporkan laporan kegiatan pada satu atasan, pemberian nasehat dari beberapa

    atasan kepada satu atasan yang lebih tinggi, dan lembaga fungsi bertanggung

    jawab kepada lebih dari satu atasan yang sesuai dengan spesialisasi masing-

    masing.43

    Tiga jenis dasar44 dari lembaga yaitu: Lembaga Sistem Otoriter, terdapat dua

    tingkatan kedudukan, atasan dan bawahan. Atasan bertugas untuk membina dan

    menguasai yang lain, suka maupun tidak suka, biasanya ditentukan oleh

    keturunan, kekayaan, umur, pendidikan, kedudukan/kemampuan, hal ini

    menyebabkan atasan memutuskan segala sesuatu sendiri; Lembaga Sistem

    Demokrasi, semua anggota memiliki hak dan kewajiban yang sama dan seimbang,

    pemimpin berfungsi sebagai yang satu dari yang sama; Lembaga Sistem Biarkan

    Saja (claissez faire) semua anggota sama tingkat kedudukan dan fungsi sehingga

    menyebabkan pemimpin tidak memiliki arti dan tidak mempunyai fungsi.

    Berdasarkan beberapa teori diatas dapat diketahui pengertian kelembagaan

    adalah suatu pola hubungan antara anggota masyarakat yang saling mengikat,

    43 Phil A., Susanto, Komunikasi Dalam Teori dan Praktek, (Binacipta, Bandung, 1989), hal: 25.44 Wiryanto F., Membangun masyarakat, (Alumni, Bandung, 1986), hal: 101

  • 28

    diwadahi dalam suatu jaringan atau organisasi, yang dapat menentukan bentuk

    hubungan antar manusia atau antara organisasi dengan ditentukan oleh faktor-

    faktor pembatas dan pengikat berupa norma, kode etik aturan formal dan non-

    formal untuk bekerjasama demi mencapai tujuan yang diinginkan.

    2.3.3 Teori Partisipasi Masyarakat

    Partisipasi masyarakat45 yaitu melibatkan seluruh warga dalam pengelolaan,

    seperti adanya institusi partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan

    (forum dengar pendapat, survey masyarakat) dan adanya lembaga-lembaga

    masyarakat yang memiliki hak dan kemampuan untuk memberikan pendapat pada

    pemerintah (asosiasi, perkumpulan, lingkungan, RT/RW). Masyarakat harus aktif

    dalam institusi dan lembaga untuk mempengaruhi keputusan publik. Keuntungan

    dari pembangunan pariwisata berbasis masyarakat, yakni membantu menciptakan

    peluang baru bagi pengembangan kehidupan bermasyarakat, pengembangan

    regional untuk menpelajari masa lampau, dan mampu mempromosikan

    keseimbangan lingkungan alam, benda cagar budaya, tempat tinggal yang nyaman

    dan local genius. 46

    Partisipasi yang dilakukan masyarakat berbeda-beda tingkatannya, akibat dari

    perbedaan skala kegiatan.47 Partisipasi itu antara lain, partisipasi karena paksaan

    (manipulative participation), partisipasi dengan kekuasaan dan ancaman (coercive

    45 Bobi, Modul latihan Pelatihan Pengelolaan Perkotaan Tingkat Dasar: Permasalahan Keuangan,kelembagaan dan Peraturan. (Magister Perencanaan Kota dan Daerah, UGM: 2002), hal.5

    46Natori dalam Madiun, Nusa Dua Model Pengembangan Kawasan Wisata Modern, (UdayanaUniversity Press, Denpasar: 2010), hal. 5347 Tosun, Expected Nature Of Community Participation In Tourism Development, (School OfTourism and Hotel Management, Turkey, 2006), hal:494

  • 29

    participation), partisipasi karena adanya dorongan (indiced participation),

    partisipasi yang bersifat pasif (passive participation) dan partisipasi secara

    spontan (spontaneous participation).

    Definisi partisipasi menurut kalangan di lingkungan aparat perencana dan

    pelaksana pembangunan adalah kemauan rakyat untuk mendukung program-

    program pemerintah yang dirancang dan ditentukan tujuannya secara mutlak.

    Pengertian ini mengasumsikan adanya subordinasi subsistem oleh suprasistem dan

    subsistem adalah suatu bagian yang pasif dari sistem pembangunan nasional.

    Dalam melakukan pembangunan pada suatu kawasan, perencana dan pelaksana

    menggunakan konsep hierarkis dalam menyeleksi proyek pembangunan tersebut.

    Proyek pembangunan yang berasal dari pemerintah dianggap sebagai proyek

    pembangunan untuk rakyat dan menjadi prioritas utama sedangkan proyek

    pembangunan yang diusulkan oleh masyarakat diistilahkan sebagai suatu

    keinginan dan menjadi prioritas rendah.48

    Pengertian lain dari partisipasi adalah kerjasama antara rakyat dan pemerintah

    dalam merencanakan, melaksanakan, melestarikan dan mengembangkan hasil

    pembangunan. Karena partisipasi merupakan suatu kerjasama, maka dalam

    pengertian ini subsistem memiliki aspirasi nilai budaya yang perlu

    direkomendasikan dalam proses perencanaan dan pelaksanaan suatu program

    pembangunan.49

    Partisipasi masyarakat juga dapat diartikan sebagai kerjasama yang bersifat

    langsung dengan sedemikian rupa sehingga setiap kelompok masyarakat ataupun

    48 Loekman, S., Menuju Masayarakat Partisipatif (Kanisius, Yogyakarta, 1995) hal: 206-207.

    49 Op. Cit. hal 208

  • 30

    masyarakat sendiri dapat terlibat secara langsung dan nyata dalam proses

    pembangunan.50

    Dalam partisipasi terdapat beberapa hambatan yang harus disadari. Hambatan

    itu berasal dari rakyat dan dari pemerintah. Hambatan dari rakyat adalah adanya

    budaya diam atau enggan berpendapat, lemahnya kemauan untuk berpartisipasi

    karena ada banyak peraturan atau perundang-undangan yang meredam keinginan

    rakyat untuk berpartisipasi, contohnya UU No. 5 tahun 1979 mengenai kekuasaan

    Kepala Desa/Pemerintah yang sangat kuat, dan lebih patuh pada perintah atasan

    dari pada sebagai pengayom masyarakat.51

    Terdapat kaitan yang erat antara partisipasi dan insentif, tanpa suatu insentif

    maka partisipasi tersebut berubah makna dari suatu keinginan manusia untuk ikut

    serta secara sukarela dalam suatu kegiatan yang dianggap dapat memperbaiki

    harkat hidup masyarakat menjadi suatu tindakan paksaan, dan hal ini yang

    menyebabkan terjadinya mobilisasi. Usulan yang datang dari dinas (pemerintah)

    yang biasanya lolos dalam proses seleksi dan dianggap sebagai proyek

    pembangunan. Usul-usul dari masyarakat akan ditampung untuk memperkecil

    makna dari partisipasi dan kebiasaan aparat pemerintah untuk curiga terhadap

    setiap usul dari masyarakat karena merasa ada pihak lain yang menggerakan.52

    Partisipasi memiliki dua bentuk, yaitu partsipasi horizontal dan partisipasi

    vertikal. Dimaksud dengan partsipasi horizontal adalah masyarakat mempunyai

    kemampuan untuk berprakarsa, dimana setiap anggota masyarakat dapat

    50 Ndraha, T., Pembangunan Masyarakat Mempersiapkan Masyarakat Tinggal Landas, (BinaAksara, Jakarta, 1987), hal: 9451

    Op. Cit. hal 21252

    Op. Cit. hal 214-215

  • 31

    berpartisipasi secara sejajar satu dengan yang lain, baik dalam melakukan usaha

    bersama ataupun dalam rangka melakukan kegiatan dengan pihak lain. Sedangkan

    partisipasi vertikal adalah masyarakat terlibat atau mengambil suatu bagian dalam

    suatu program dari pihak lain, dimana masyarakat berada pada posisi sebagai

    bawahan, klien dan pengikut.53

    Beberapa tahapan dalam partisipasi yaitu: partisipasi dalam atau melalui

    kontak sebagai suatu awal perubahan dengan pihak lain; partisipasi dalam

    memperhatikan dan memberi tanggapan terhadap informasi baik dalam arti

    menerima maupun menolak; partisipasi dalam perencanaan pembangunan,

    termasuk pengambilan keputusan. Perasaan yang terlibat dalam perencanaan perlu

    ditumbuhkan sedini mungkin dalam masyarakat; partisipasi dalam pelaksanaan

    operasional pembangunan; Partisipasi dalam menerima, memelihara dan

    mengembangkan hasil pembangunan; dan partisipasi dalam menilai pembangunan

    yaitu keterlibatan masyarakat dalam menilai pelaksanaan pembangunan sesuai

    dengan perencanaan dan sejauh mana dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.54

    Beberapa cara dalam menggerakkan partisipasi masyarakat dalam

    pembangunan adalah disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat; dijadikan

    stimulus dalam masyarakat agar dapat mendorong timbulnya jawaban yang

    diinginkan; dijadikan motivasi terhadap masyarakat yang berfungsi

    membangkitkan tingkah laku yang diinginkan secara berlanjut. 55

    53 Taliziduhu N., Pembangunan Masyarakat, Mempersiapkan masyarakat tinggal landas, (Bina

    Aksara, Jakarta, 1987), hal: 102.54 Op. Cit. hal 10455

    Ibid

  • 32

    Menurut Goldsmith dan Blustain56 masyarakat akan tergerak untuk

    berpartisipasi jika: Partisipasi itu dilakukan melalui lembaga yang sudah diketahui

    secara umum atau yang sudah ada ditengah-tengah masyarakat; Partisipasi itu

    memberikan manfaat secara langsung; Manfaat yang diperoleh melalui partsipasi

    itu dapat memenuhi kebutuhan masyarakat; dan dalam proses partisipasi terdapat

    kontrol yang ditentukan oleh masyarakat.

    Dalam proses pembangunan, partisipasi berfungsi sebagai masukan dan

    keluaran. Sebagai masukan berfungsi dalam enam fase proses pembangunan, yaitu

    fase penerimaan informasi, pemberian tanggapan terhadap informasi, perencanaan

    pembangunan, pelaksanaan pembangunan, penerimaan kembali hasil

    pembangunan dan penilaian pembangunan. Berfungsi menumbuhkan kemampuan

    masyarakat untuk berkembang secara mandiri. Sebagai keluaran berfungsi sebagai

    keluaran proses stimulasi atau motivasi melalui berbagai upaya, seperti Inpres

    Bantuan Desa, Lomba Desa, LKMD, KUD, dan sebagainya. 57

    Dari beberapa teori yang telah dikemukakan dapat diartikan partisipasi

    masyarakat adalah kerjasama antara masyarakat dengan pemerintah dalam

    merencanakan, melaksanakan, melestarikan dan mengembangkan hasil

    pembangunan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. Partisipasi memiliki dua

    bentuk, yaitu partisipasi vertikal dan horizontal. Adanya budaya diam pada

    masyarakat dapat menimbulkan partisipasi pasif, sehingga perlu dilakukan cara-

    cara untuk menarik minat masyarakat, salah satunya dengan memberikan insentif

    dalam setiap kegiatan.

    56 Op. Cit. hal 10557 Op. Cit. hal 122

  • 33

    Diagram 2.1 Model Penelitian

    2.4 Model Penelitian

    Dalam sub bab ini akan dibahas mengenai proses penelitian dari pengumpulan datasampai menghasilkan kesimpulan.

    Perencanaan

    Pengelolaan

    Bagaimanakahkelembagaan danpartisipasi masyarakatdalam perencanaanKawasan WisataSenggigi ?

    Bagaimanakahkelembagaan danpartisipasi masyarakatdalam pelaksanaandari perencanaanKawasan WisataSenggigi?

    Bagaimanakahkelembagaan danpartisipasi masyarakatdalam pengendalianterhadap pelaksanaandari perencanaanKawasan WisataSenggigi?

    Pelaksanaan

    Pengelolaan Kawasan Wisata Senggigi yang berkelanjutan,-Perencanaan pengelolaan kawasan dilihat dari aspek kelembagaandan partisipasi masyarakat.-Pelaksanaan pengelolaan kawasan dilihat dari aspek kelembagaandan partisipasi masyarakat.-Pengendalian pelaksanaan pengelolaan kawasan dilihat dari aspekkelembagaan dan partisipasi masyarakat.

    Simpulan & RekomendasiUntuk Pemerintah Daerah LombokBarat, pihak swasta danmasyarakat Kawasan WisataSenggigi dalam PengelolaanKawasan Wisata Senggigi