84
2015 / 1 ikreatif 03 2015 03 TALENTA KREATIF INDONESIA MENDUNIA LIPUTAN KHUSUS: DIASPORA INDONESIA EXPERT: LAHIRKAN POP ART (ASLI) INDONESIA i kreatif Rp 45.000,00 itock soekarso H A RYA D I S U Y U T I WA L I KO TA YO GYA K A RTA FESTIVAL: SAVE THE EARTH WITH JAZZ LUMBUNG KREATIVITAS NUSANTARA i kreatif

(ASLI) INDONESIA wITH JAZZ kreatif - ikreatifonline.comikreatifonline.com/files/yogyakarta,_lumbung_kreativitas_nusantara.pdf · Pemimpin Umum/Perusahaan ... industri distro pada

Embed Size (px)

Citation preview

2015 / 1 ikreatif03

201503

talenta Kreatif indonesia MendUnia

L I P U TA N K H U S U S :

D I AS PO RAI N D O N ES I A

E X P E RT :

LAH I RKAN POP ART(ASLI) I N DON ESIAikreatif

rp 45.000,00

itock

soe

kars

oH A RYA D I S U Y U T I wA L I KO TA YO GYA K A RTA

F E S T I VA L :

SAVE TH E EARTHwITH JAZZ

LUMBUNG KREATIVITAS NUSANTARA

ikreatif

2 / 2015 ikreatif 03

2015 / 3 ikreatif03

Pemimpin Umum/Perusahaan Lukman Purnomosidi

Wakil Pemimpin Umum/PerusahaanImran Syamnir

Direktur KomersialJimmi Rachmat

Pengembangan Usaha Dimas Ario Shakti MDwiki Randiputra

Pemimpin RedaksiErfendi Eka Putra

Wakil Pemimpin RedaksiZal Hanif

Redaktur Pelaksana/EditorRusli M. Tang

RedakturMuhammad Agus SlametDjoko Hadi Winarso

Reporter Ade Riyan PurnamaDio Irsandi Mohamad (Kontributor Bandung)

Fotografer Choky Saktiawan

Biro Luar Negeri Adinda Mutiara Sabila (Koordinator)

Desain Grafis Sandi YusandiFitra Madjid

Sekretaris Redaksi Fat Juliati

MarketingIndah NurhayatiJaya PeranginanginSiti R. (Sintia)

Sirkulasi & Distribusi Wardoyo

Sumber Daya ManusiaIra Gita Safira

Narasumber Unggulan: Triawan MunafArief YahyaDr. Mari Elka Pengestu MS HidayatSuryo B. SulistoBudiyarto LinggowiyonoProf. Dr. Hermanto SiregarDr. Arissetyanto NugrohoDr. Imam Santosa M.SnDr. Umar JuoroDr. Marzan A. IskandarDr. Rinaldi FirmansyahDr. AvilianiDr. Marcia CodinachsIra Puspa DewiNyoman NuartaIkang FawziBondan WinarnoAhmad Dhani

Mitra Organisasi Unggulan: Kadin IndonesiaDiaspora Indonesia

Alamat PerusahaanJl. Cibitung I No.22Kebayoran Baru - Jakarta SelatanTelp : 021-8344 7049, 021-270 1873Fax : 021-290 35 116E-mail : [email protected]

PenerbitPT. Prima Indonesia Kreatif

d a r i r e d a ks i

ikreatif

Salam Kreatif Indonesia!

wikipedia mengatakan, ‘Kreativitas’ adalah sebuah fenomena dimana suatu hal baru dan bernilai dibuat’. Dari sini jelas Kreativitas itu men-cakup 2 hal pokok yaitu: tentang ‘hal baru’ dan sesuatu ‘yang bernilai.

Definisi ini jelas sangat relevan ketika ekonomi kita lagi di ambang krisis. Seperti yang dikatakan oleh Prof. Dr. Mari Elka Pangestu dalam pidato

pengukuhannya sebagai Guru Besar Ekonomi UI bulan Agustus 2015 lalu bahwa ‘Ekonomi kreatif adalah Solusi bagi Ekonomi Indonesia di Masa Depan’.

Oleh karena itu, sungguh relevan bila majalah iKreatif terus menerus menularkan virus kreativitas di masyarakat. Bahkan lebih dari itu, kami secara khusus menggotong misi yang fanatik membawa ‘Talenta Kreatif Indonesia mendunia’. Karena itulah menurut hemat saya, kita semua yang hidup dimuka bumi adalah ‘insan kreatif’. Mungkin tinggal porsinya saja yang berbeda-beda. Begitu pula dengan bisnis atau industri. Dalam industri kreatif bisa dipastikan memiliki persentase kreativitas yang lebih besar dibandingkan dengan “industri non kreatif”.

Kembali ke isi pidato Prof. Dr. Mari Elka Pangestu, jelas bahwa di masa krisis ini, industri kreatif berbasis ide dan kekhasan dengan skala ekonomi kecil sangat terbuka lebar untuk dikembangkan. Kenyataannya, kreativitas di Indonesia erat kaitannya dengan usaha kecil menengah. Ingat! Pasar industri kreatif di lingkup domestik masih luas, apalagi bila mampu menjangkau Pasar Global!

Belajar dari masa lalu, hampir semua industri kreatif merupakan usaha kecil dan semakin banyak tumbuh saat krisis. Mengambil contoh menjamurnya industri distro pada krisis 1997 di Bandung dan sejumlah kota lainnya. Awalnya mungkin hanya bermodal jutaan rupiah, namun dalam 10 tahun sudah beromset miliaran rupiah. Industri kreatif di Indonesia sangat mandiri, tinggal pemerintah mendorongnya.

Yogyakarta juga bisa dijadikan contoh. Kota itu bertumbuh berkat krea-tivitas warganya. Ekonomi kreatif di Yogyakarta jelas berpilar pada wisata, seni budaya, fasyen dan kuliner, sehingga infrastruktur dan manajemennya memusat kesitu. Warga Yogya membuktikan bahwa hidup di zaman yang serba digital, tidak harus meninggalkan budaya asli leluhur.

Karena itulah pada edisi ini, kami memutuskan mengupas aspek kreativitas wong Yogyakarta sebagai liputan utama. Di edisi kali ini Anda bisa membaca bagaimana kreativitas diciptakan dan menopang perekonomian masyarakat. Ada yang bergerak di bidang seni, budaya, kuliner, fesyen, kerajinan perak dan kulit.

Simak ulasan kami, bagaimana talenta-talenta kreatif di Yogya menja-dikan kuliner, fesyen tampil berkarakter sesuai kultur dan menjadi kekuatan ekonomi. Seperti dikutip dari pernyataan ketua Kadin Yogyakarta, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Pambayun “Jika Jepang punya Mochi maka Yogyakarta memiliki Bakpia”. Mudah-mudahan edisi ini dapat membangkitkan semangat Anda bergerak dalam bisnis kreastivitas. Ingat, tidak pernah ada kata ter-lambat untuk memulainya.

| dr. lukman Purnomosidi

INDUSTRI KREATIFADALAH SOLUSIEKONOMI INDONESIA

4 / 2015 ikreatif 03

d a f ta r i s i

03DARI REDAKSI

07lApoRAn utAmA

42pERAncAng BuSAnA

“putRA mAhKotA”

47WAJAh KREAtIF

InDonESIA

50gIlI AIR lomBoK:

mEnEngoK Family island nAn EKSotIS

54EKSluSIvItAS

DAlAm KREAtIvItAS

58Booming InDuStRI KREAtIF

mEnunggu pEmERIntAh

60JAgoAn KotAK

AlA Food Truck

62JoKo AnWAR:

Lahirkan FiLm-FiLm KuAlItAS IntERnASIonAl

70Sim (Surat izin memotret)

untuK FotogRAFER

72IpB, pIlAR KREAtIvItAS

WIRAuSAhA muDA

73KREASI SpESIAlIS

pERAcIK cockTail

80SEREmonI

75muSIK

ada deWi di BaliKKonser Bon JoVi

34lIputAn KhuSuS

diasPora indonesia: go gloBal, loVe loCal

66EXpERt

laHirKan PoP art(asli) indonesia

pEnEmuAn tEKnIK mEnggAmBAR Foto marak berkotak (Fmb) KARyA WEDhA ABDul RASyID

SEmpAt DIpEtIESKAn. KInI, tEKnIK mEnggAmBAR yAng DIKEnAl

DEngAn IStIlAh Wedha’s PoP arT PorTraiT (WPaP) ini dicintai

olEh SEKItAR 40.000 WpApERS.

2015 / 5 ikreatif03

PT. Senopati Aryani Prima

Developer : MEMBER OFPT EUREKA PRIMA JAKARTA, TBK

( LCGP )

PT. Senopati Aryani Prima

Developer : MEMBER OFPT EUREKA PRIMA JAKARTA, TBK

( LCGP )

6 / 2015 ikreatif 03

081315458835 (Erfendi Eka Putra)

Jl. Cibitung I No.22Kebayoran Baru - Jakarta SelatanTelp : 021-8344 70 49 021-270 18 73Fax : 021-290 35 116E-mail : [email protected]

D A R I A N D A

@ Majalah iKreatif

6 / 2015 ikreatif 03

YogyakartaIngin Berlangganan

Sekitar dua bulan lalu saya membaca iKreatif edisi perdana, yang saya dapatkan di salah satu toko buku di bilangan Matraman-Jakarta Timur. Ulasan-ulasan yang diturunkan menurut saya cukup berwarna, menarik, dan memberikan inspirasi. Namun pada bulan berikutnya, saya agak kesulitan untuk mendapatkan edisi selanjutnya. Yang ingin saya tanyakan kepada iKreatif, dimana Majalah ini bisa saya dapatkan? Dan bagaimana caranya kalau ingin berlangganan majalah iKreatif?

Terima kasihH. Joko WiryantoCibubur-Jakarta Timur

Bapak Joko Yth,Sebelumnya terima kasih kami ucapkan atas pujian dan kritikan dari bapak. Majalah iKreatif kami distribusikan melalui agen-agen besar di Jabodetabek, dan Toko-toko buku seperti Gunung Agung, Gramedia yang ada di seluruh kota-kota besar di Indonesia. Jadi untuk ke depannya kami berharap bapak dan pembaca lainnya tidak kesulitan lagi untuk mendapatkan iKretaif. Dan untuk berlangganan majalah iKreatif, bapak bisa menghubungi Bagian Distribusi majalah kami, Bpk Wardoyo atau Ibu Ghina, di nomor telepon 021-83447049 atau 021-2701873.

Minta Rubrik Arsitektur

Sebagai salah seorang pelaku industri kreatif, saya ikut senang dengan kehadiran Majalah iKreatif ini. Dengan adanya majalah ini saya berharap banyak agar iKreatif dapat lebih memperkenalkan talenta kreatif Indonesia di mata internasional.Meski demikian, saya punya sedikit saran. Dari edisi pertama hingga edisi dua lalu, saya melihat sangat sedikit dan bahkan tidak ada sama sekali Redaksi iKreatif mengangkat soal kreativitas para arsitek muda Indonesia. Sepanjang yang saya tahu, arsitektur adalah salah satu dari 15 sektor industri kreatif di Indonesia. Tapi mengapa rubrikasi soal arsitektur ini tidak ada? Bagaimana kalau para arsitek muda yang kreatif juga diberi space di sini. Mudah-mudahan saran saya ini bisa dipertimbangkan oleh tim iKraetif.

Terima kasih

Wahyu.S.Jati Asih-Jakarta Timur.

Bapak Wahyu, sebetulnya kami sudah menyiapkan space halaman khusus untuk pelaku industri kreatif di bidang arsitektur. Hanya saja memang porsinya masih sangat kecil. Dan usulan Bapak kami akan pertimbangkan untuk edisi-edisi selanjutnya. Terima kasih.

Tetap Eksis dan Tidak Setengah Hati

Salam sejahtera dan sukses selalu buat Tim iKreatif. Perkenalkan, saya Paramitha, seorang pembaca setia majalah iKreatif. Setelah melihat edisi 1 dan 2, saya semakin yakin iKreatif ke depannya akan menjadi salah satu majalah yang banyak dicari orang. Apalagi Redaksi iKreatif semakin banyak menurunkan liputan para talenta muda kreatif, yang bisa menjadi inspirasi bagi calon pelaku industri kreatif maupun yang sudah menjalani usaha di bidang kreatif. Karena itu saya berharap iKreatif tetap eksis dan tidak setengah hati untuk memajukan industri kreatif nasional. Dan kalaupun masih ada beberapa kekurangan, namun saya yakin seiring bertambahnya usia, Tim iKreatif akan terus berbenah dan menjadi media informasi industri kreatif yang diperhitungkan. Semoga tetap semagat, tetap eksis, dan penyebarannya semakin merata di Indonesia. Sukses!

ParamithaSerpongTangerang Selatan

Senin (5/10), menjadi hari bahagia bagi awak tim iKreatif. Pasalnya pada hari itu, salah satu pendiri iKreatif; Dimas Aryo Shakti (Ka.Divisi Pengembangan Usaha) merayakan Hari Ulang Tahun (HUT). Selamat Ultah Mas Rio, semoga panjang umur dan sukses selalu!!.

Selamat Ulang Tahun

2015 / 7 ikreatif03

lApoRAn utAmAYogyakarta

Jumlah hotel bintang dan non bintang di

Kota Yogyakarta adalah 419. Tingkat

Penghunian Kamar (TPK) hotel bintang

di D.I. Yogyakarta secara rata-rata pada

bulan Juli 2015 sebesar 52,11 persen.

TPK hotel non bintang/akomodasi lain rata-

rata sebesar 21,98 persen.

Rata-rata lama menginap tamu di hotel

bintang di D.I. Yogyakarta pada bulan Juli

2015 menunjuk besaran angka 1,72

malam.

Target kunjungan wisatawan lokal dan

mancanegara ke Yogyakarta pada 2015

sebanyak 2,8 juta orang

Tiga urutan terbesar lapangan usaha pemberi

kontribusi struktur ekonomi DIY pada

triwulan II-2015: Usaha Industri Pengolahan,

Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan, dan Lapangan Usaha Penyediaan

Akomodasi dan Makan Minum. Ketiga

lapangan usaha ini memberikan kontribusi

sebesar 34,9 persen.

Tiga negara utama tujuan ekspor barang bulan

Juli 2015 adalah Amerika Serikat, Jepang, dan

Jerman masing-masing sebesar 41,19 persen;

12,37 persen; dan 9,18 persen.

Tiga kelompok komoditas utama dengan nilai ekspor

tertinggi pada bulan Juli 2015 adalah: Pakaian jadi

bukan rajutan, Barang-barang rajutan, dan Barang-

barang dari kulit masing-masing sebesar 42,56 persen, 9,82 persen, dan 9,51 persen.

Sumber: Berbagai sumber, BPS.go.id

8 / 2015 ikreatif 03

8 / 2015 ikreatif 03

LAPORAN UTAMA

YOGYAKARTA

Yogyakarta patut berbangga. Bagaimana tidak, di tengah perlambatan perekonomian nasional dan global saat ini, daerah yang berjuluk Kota Pelajar, Kota Wisata dan Budaya ini seakan tak kehilangan gairah dalam mengembangkan potensi ekonomi kreatifnya.

Pertumbuhan sektor ekonomi kreatif Yogyakarta belakangan ini terus saja meningkat. Hal ini jelas tidak luput dari peran sektor pariwisata daerah Yogyakarta dan sekitarnya yang memang memiliki potensi serta kekayaan alam menjanjikan. Karenanya, wajar jika Yogyakarta menjadi kota paling banyak dikunjungi para wisatawan mancanegara dan lokal, setelah Bali.

Tengok saja. Dari data Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), jumlah kunjungan wisata ke Yogyakarta pada tahun 2014 lalu, sudah mencapai 2,6 juta jiwa. Jumlah ini jauh melampaui target Peme-rintah Daerah DIY yang hanya 2,3 juta wistawan. Dan untuk kunjungan wisatawan mancanegara, juga tidak kalah menggembirakan. Diperkirakan sekitar 240 ribuan wisatawan mancanegara mengunjungi DIY di sepanjang tahun 2014 lalu.

Ya, sejalan dengan maraknya kunjungan wisata dan budaya tersebut, sentra-sentra kreatif pun terus dikembangkan. Mulai dari sentra kerajinan perak, sentra kerajinan kulit, sentra kuliner, anyaman, batik dan lainnya, dengan mudah kita temui di kota seluas 30,50 km2 ini. Dan tak bisa dipungkiri, kondisi ini juga sangat berperan dalam melahirkan tokoh-tokoh muda kreatif berbagai bidang di Yogyakarta.

A.Noor Arief dan kawan-kawan (Dagadu), Sri Astuti (Bakpia 145), Rona Florentini (Flo Batik), adalah contoh diantara sekian banyak pelaku industri kreatif sukses di Yogyakarta. Melalui usaha dan produk yang mereka kembangkan, Yogyakarta menjadi semakin menarik dan semakin dikenal luas, baik di nusantara maupun luar negeri.

Hebatnya lagi, melalalui inovasi para pelaku industri kreatif ini, roda perekonomian Yogyakarta terus berputar dan bertumbuh. Alhasil, lapangan pekerjaan pun semakin terbuka dan mampu menampung ribuan tenaga kerja.

SEGUDANG POTENSI

EKONOMI KREATIF

DI YOGYAKARTAseJatinya, yogyaKarta BUKanlaH seKadar destinasi

Wisata. taPi JaUH dari itU, yogyaKarta MenyiMPan segUdang Potensi eKonoMi Kreatif yang MendUnia.

tengoK saJa BagiaMana ProdUK-ProdUK Kreatif yang seCara Bergantian dilaHirKan oleH talenta MUda

Kreatif di sana.

| teks: Zal Hanif

2015 / 9 ikreatif03

n LAPORAN UTAMALAPORAN UTAMA

YOGYAKARTATak heran juga, pihak Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta, sangat bergan-

tung dari potensi industri kreatif tersebut. Bayangkan, dari 4,59% -5,8% target pertumbuhan ekonomi Yogyakarta dalam RPJMD 2015, Pemkot mengharapkan sedikitnya 2%-3% berasal dari kontribusi sektor ekonomi kreatif.

Ada enam sektor industri kreatif yang menjadi keunggulan dan saat ini menjadi prioritas Pemkot Yogyakarta untuk digenjot pertumbuhannya, yakni seni budaya, kerajinan kulit dan perak, handicraft dan furtinure, industri tekno-logi informasi, kuliner, dan fesyen.

“Kami terus mendorong industri kreatif di Yogyakarta, karena orang Yogya itu hampir semua kreatif. Tidak ada yang meragukan bahwa Yogyakarta meru-pakan wilayah dengan segudang potensi ekonomi kreatif, yang terentang mulai dari sumber daya manusia hingga kultur tradisional yang melekat pada Yogyakarta. Sudah banyak produk kreatif Yogya yang sudah diekspor ke luar negeri,” ujar Haryadi Suyuti, Walikota Yogyakarta kepada iKreatif di Yogyakarta, awal September lalu.

Masih Banyak PRHampir mirip dengan kota-kota kreatif lainnya di Indonesia, pertumbuhan

industri kreatif di Yogyakarta sedikit banyaknya juga menghadapi beberapa hambatan, seperti persoalan permodalan, pembajakan hak cipta, dukungan pemerintah, dan kesiapan infrastruktur.

Sebagai daerah yang menjual pariwisata sebagai andalan utama, mau tidak mau Yogyakarta mesti siap dengan segala faktor pendukungnya, termasuk soal infrastruktur dan aturan tata ruang. Hal ini untuk menjaga bagaimana ke depannya industri pariwisata yang secara otomatis mendongkrak industri kreatif bisa berkelanjutan, dan terus berkembang.

“Pemkot sudah harus memaksa pengusaha khususnya pengembang hotel dan perumahan melalui aturan yang baku, untuk membangun tanpa meninggalkan kearifan lokal. Karena kearifan lokal inilah yang menjadi salah satu daya tarik Yogyakarta. Misalnya pengembang harus membangun hotel tanpa maninggalkan konten lokal, sehingga daya tarik Yogya tidak luntur,” ujar Nur Andi Wijayanto, Ketua DPD REI DIY.

Selain itu, pemerintah juga harus lebih banyak mengadakan event yang mendorong pertumbuhan ekonomi kreatif. “Seperti lebih sering mengadakan festival baik bersakala nasional maupun internasional, sehingga akan berdam-pak positif bagi pengembang dan pelaku industri kreatif lainnya. Jadi ada sinergi dari pelaku kreatif paling bawah, hingga atas,” imbuhnya.

Di tempat terpisah, Pengamat dan Pengajar Animasi, Hanitianto Joedo, mengungkapkan, pertumbuhan industri kreatif khususnya sektor seni animasi di Yogyakarta yang cukup pesat, jelas merupakan potensi yang harus digarap lebih maksimal. Hanya, saat ini masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan Pemkot agar terus berkembang.

“Kami melihat potensi industri kreatif sektor animasi cukup besar. Tapi mimpi membangun industri animasi dalam negeri, termasuk di Yogyakarta masih jauh dari ekspektasi,” katanya. Menurut Joedo, banyak animator yang bekerja secara mandiri melalui studio ruangan dan studio rumahan, tanpa dukungan serius dari pemerintah. Selain itu iklim dalam negeri juga tidak mendukung. “Lihat di luar negeri. Industri ini didukung pemerintah, asosiasi, pengusaha, dan penonton. Pendapatan sektor animasi memang hanya sekitar 20% saja, namun 80% lainnya mengandalkan industri merchandising dan hak cipta,” imbuhnya.

Potensi kreatif di Yogyakarta memang sangat besar sehingga diharapkan dapat memberikan efek yang luar biasa bagi ekonomi kerakyatan di seantero Yogyakarta. Menurut Prof. Ir. Wiendu Nuryanti M.Arch., Ph.D. (Guru Besar Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada,Yogyakarta adalah daerah yang dianugerahi talenta-talenta kreatif yang luar biasa. Tak heran jika ada bebe-rapa daerah di Indonesia yang membuat suvenir daerahnya di Yogyakarta. “Yogyakarta itu lumbung creativity yang adidaya,” ujarnya.

2015 / 9 ikreatif03

Foto: Rusli M. Tang

10 / 2015 ikreatif 03

LAPORAN UTAMA

YOGYAKARTA

10 / 2015 ikreatif 03

2015 / 11 ikreatif03

Kota yang ngangenin. Mungkin itu yang ada dibenak wisatawan yang pernah berkunjung ke Yogyakarta. Selain dikenal sebagai kota budaya dan kota pelajar, banyak hal lain yang menarik dari kota seluas 32,8 kilometer persegi ini. Diantara yang menonjol itu adalah keramahtamahan masyarakatnya, sesuai tradisi adat, seni dan budayanya. Itulah yang kemudian menjadi magnet dan daya pikat wisatawan untuk datang dan datang lagi.

Seperti siang itu, tampak seluruh pegawai negeri sipil di kantor Walikota Yogyakarta mengenakan busana tradisional. Pegawai laki-laki memakai surjan lurik dan jarik. Sedangkan pegawai perempuan memakai kebaya polos dan jarik. Aturan berbusana adat seperti itu ditetapkan oleh Walikota Yogyakarta, Drs. H. Haryadi Suyuti. Alumnus Universitas Gadjah Mada itu meminta seluruh PNS, setiap hari Kamis Pahing berbusana daerah.

Kepada redaksi majalah iKreatif (Erfendi Eka Putra, Zal Hanif, Rusli M. Tang, dan Ade Riyan Purnama), Walikota Yogyakarta ke-9 itu menjelaskan alasannya. Tidak lupa ia turut membanggakan warga kotanya yang memang memiliki kreativitas nomor wahid. Berikut petikan wawancaranya:

COVER STORY

Haryadi Suyuti (Walikota yogyakarta):

yogyaKarta diPerCaya seBagai lUMBUng KreatiVitas nUsantara. BaHKan sang WaliKota PUn MenyataKan Bangga terHadaP Warganya yang MeMiliKi KreatiVitas noMor WaHid.

| teks dan foto: ade riyan Purnama

“MEMBANGUN YOGYAKARTA, DARI KREATIVITAS WARGANYA”

2015 / 11 ikreatif03

LAPORAN UTAMA

YOGYAKARTA

12 / 2015 ikreatif 03

di sisi lain Kita JUga MenyiaPKan PelaKU UKM UntUK leBiH Kreatif MenJaJaKan ProdUKnya sePerti seCara online MaUPUn MenggUnaKan e-CoMMerCe.

“”

12 / 2015 ikreatif 03

Yogyakarta adalah kota istimewa dengan potensi industri kreatif yang katanya juga istimewa pula. Bisa Anda jelaskan soal tersebut?Dari definisinya, industri kreatif berasal dari pemanfaatan kreativitas dan keterampilan baik individu maupun kelompok yang kemudian menjadi sebuah lahan pekerjaan bagi pelakunya. Kaitannya

dengan keistimewaan Kota Yogyakarta adalah daya kreativitas tersebut ditopang oleh Pemkot dengan menerbitkan Keputusan Walikota (Kepwal) tentang produk unggulan daerah.

Dari sini, pemerintah memandang bahwa pembinaan yang terarah akan mendorong pertumbuhan industri tersebut.

Industri apa saja yang menjadi unggulan? Kami memiliki enam industri unggulan yaitu; produk kerajinan perak, produk kerajinan batik, produk cor logam, fesyen, produk kerajinan kulit dan kuliner bakpia. Sebenarnya sektor yang menunjang pertumbuhan industri kreatif di Yogyakarya itu sangat banyak. Tapi pemerintah di sini mencoba untuk memetakan sektor mana saja yang menonjol dan utama untuk dikembangkan. Enam sektor itulah yang lantas menjadi Kepwal.

Di Indonesia ada beberapa kota yang pertumbuhan industri kreatifnya tinggi selain Yogyakarta. Apa yang membedakan Yogyakarta dengan kota-kota tersebut? Yogyakarta adalah kota dengan segudang potensi ekonomi kreatif. Terentang dari mulai dari sumber daya manusia hingga kultur tradisional

yang masih melekat. Perbedaannya ada pada masyarakatnya. Kalau Yogyakarta itu masyarakatnya semua kreatif, kalau daerah lain misalnya

Bandung itu daerahnya yang kreatif. Seni dan budaya itu kuat di Yogyakarta. Dan bicara seniman nasional, produksinya ada di Yogyakarta. Kebudayaan

juga begitu, orang kalau datang ke Yogyakarta akan mendapati bahwa kebu-dayaannya masih sangat terjaga.

Sebagai kota dengan kebudayaan yang masih kuat, bagaimana pendapat Anda tentang Masyarakat Ekonomi Asia (MEA) yang sebentar lagi akan berlaku di Indonesia? Sebelum adanya pasar bebas datang, masyarakat Yogyakarta sudah mengekspor hasil produksi mereka ke luar negeri. Seperti kerajinan kulit dan perak misalnya, mereka sudah ekspor ke banyak negara. Bahkan orang Korea suka sekali dengan kerajinan kulit asal Yogyakarta. Begitu juga dengan industri tekhnologi informasi. Kampus-kampus di Yogyakarta menciptakan anak-anak muda yang karyanya dijual keluar negeri. Seperti perusahaan developer games asal Perancis ‘Gameloft’ yang memilih untuk berinvestasi di Yogyakarta. Kemudian ada Jogja Digital Valley

yang merupakan CSR dari Telkomsel dan melakukan inkubasi bisnis anak muda.

Apakah Pemkot Yogyakarta juga secara berkala mengadakan pameran atau promosi industri kreatifnya?

Salah satu fokus pembinaan UKM kita adalah market. Hampir setiap bulan kita wajibkan. Di sisi lain kita juga menyiapkan pelaku UKM untuk lebih kreatif menjajakan

produknya seperti secara online maupun menggunakan E-Commerce.

LAPORAN UTAMA

YOGYAKARTA

2015 / 13 ikreatif03

Berapa target pertumbuhan ekonomi Yogyakarta se-cara keseluruhan di tahun 2015? Kami menargetkan pertumbuhan ekonomi Yogyakarta da-lam RPDMJ 2015 adalah 4,59%-5,8%. Dan target terse-but masih on going.

Apa saja yang menjadi magnet Kota Yogyakarta ini berkaitan erat dengan industri kreatifnya? Banyak sekali. Enam sektor di atas sudah menjawab. Yog-yakarta adalah kota dengan banyak sekali magnet wisata. Misalnya kuliner, gudeg masih jadi nomor satu untuk kuliner. Tapi selain itu juga masih ada bakpia, banyak kampung-kampung di Yogyakarta yang rumah penduduknya memang menghasilkan bakpia. Itu merupakan salah satu sentra ekonomi kreatif yang terjaga di Yogyakarta.

Lalu dalam bidang pariwisata, Yogyakarta adalah kota yang lengkap destinasi pariwisatanya. Kami punya pariwisata budaya seperti keraton, Taman Sari, dan lainnya. Kami juga memiliki wisata edukasi seperti kebun binatang dan taman pintar, lalu wisata sejarah seperti candi dan benteng-benteng, juga wisata belanja Malioboro yang hingga kini masih menjadi ikon kota Yogyakarta. Kami itu membangun Yogyakarta itu dari kreativitas warganya.

Apakah ada yang menurut Anda masih dirasa kurang dan harus segera dibenahi? Ya, jelas ada. Saya melihatnya dari sisi wisatawan. Kenaikan prosentase wisatawan di Yogyakarta terus meningkat memang, tetapi lamanya kunjungan mereka masih di bawah standar.

Saya memberi standar untuk wisatawan menginap paling tidak tiga hari di Yogyakarta, tapi nilai rata-ratanya belum sampai ke situ. Karenanya, kami terus mencoba memberi suguhan event kebudayaan yang baik supaya para wisatawan makin betah tinggal di Yogyakarta. Dan yang jadi pekerjaan rumah terbesar saya adalah idiom bahwa Yogyakarta hanyalah kota bonus bagi wisatawan mancanegara setelah mereka berlibur ke Bali.

Kabarnya perkembangan ekonomi kreatif di Kota Yogyakarta mengalami kendala di permodalan dan pemasaran. Apa benar demikian? Hampir semua orang mengatakan bahwa kendala UKM adalah permodalan dan pemasaran, tetapi dari hasil survey kami hanya 20% UKM di Jogja yang terkendala permodalan. Salah satu kebijakan Pemkot Yogyakarta untuk menjembatani masalah permodalan ini adalah menggelontorkan tambahan modal kepada BPR Bank Jogja sebesar Rp20 miliar yang diharapkan 50%-nya kredit yang dikucurkan diperuntukkan bagi pelaku UKM Yogyakarta. Sedangkan untuk pelaku yang masih sangat mikro dibantu penguatan modal lewat program Penumbuhkembangan Ekonomi Berbasis Kewilayahan (PEW).

Apa saja yang menjadi kendala dalam memajukan potensi industri kreatif di Yogyakarta selama ini? Para pengusaha di Yogyakarta sebenarnya sudah sangat kreatif, sehingga saat mereka menemui hambatan akan dengan cepat dicari solusinya. Namun harus saya akui, bahwa UMKM di sini memang perlu penanganan khusus supaya bisa bersaing dengan pasar lokal dan internasional.

Mengenai hal tadi, apa yang Anda harapkan ke depan-nya sebagai solusi dari kendala tersebut? Saya sangat berharap ke depannya bisa dibentuk suatu wadah bersama yang lebih terintegrasi untuk komunitas kreatif tersebut. Ini akan memungkinkan kontribusi pemerin-tah yang lebih luas. Misalnya dalam pengurusan perizinan hingga hak atas kekayaan intelektual (HAKI). Dengan demi-kian setiap potensi yang muncul bisa terpantau. n

LAPORAN UTAMA

YOGYAKARTA

Foto: Ade Riyan Purnama

COVER STORY

KalaU yogyaKarta itU MasyaraKatnya seMUa Kreatif, KalaU BandUng daeraHnya yang Kreatif. seni dan BUdaya itU KUat di yogyaKarta. dan BiCara seniMan nasional, ProdUKsinya ada di yogyaKarta.

“”

14 / 2015 ikreatif 03

LAPORAN UTAMA

YOGYAKARTA

Potensi Kreatif indonesia sUnggUHlaH ProsPeKtif. ada KegeMasan JiKa Hal ini taK JUa MaMPU MengangKat eKonoMi MasyaraKat.

| teks dan foto: rusli M. tang

Indonesia yang tersusun dari pulau-pulau dan dilingkari jalur gempa paling aktif di dunia (ring of fire) memang rawan terhadap bencana. Namun di balik itu, Indonesia juga merupakan wilayah yang dikelilingi oleh potensi-potensi kreatif yang dahsyat (ring of creativity). Hal itu

diungkapkan oleh pengajar tetap Program Arsitektur dan Perencanaan, Universitas Gadjah Mada Prof. Ir. Wiendu Nuryanti, M.Arch., Ph.D.

Ketika dijumpai oleh iKreatif di kantornya (Yayasan Stupa Indonesia), di bilangan Lingkar Utara, Condongcatur, Yogyakarta, Wiendu mengungkapkan kegemasannya terhadap potensi kreatif Indonesia yang belum diberdayakan maksimal. Padahal katanya, Indonesia memiliki talenta-talenta kreatif yang luar biasa. Dari Sabang sampai Merauke memiliki potensi kreatif yang khas dan belum tentu dimiliki oleh negara lain. “Potensi kreatif kita itu ada dari hulu sampai hilir,” tukas Wiendu yang juga tercatat sebagai Ketua Umum Badan Pengembangan Industri Pariwisata (BPIPY) DI Yogyakarta.

Lalu bagaimana seharusnya potensi kreatif itu bisa dimaksimalkan? Menurutnya ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Misalnya tentang bagaimana menyediakan policy sebagai payung ekonomi kreatif, menciptakan masyarakat yang bersatu dalam pengem-bangan ekonomi kreatif, merumuskan secara bersama tentang blue print ekonomi kreatif, dan terakhir adalah Pemerintah harus hadir terkait SDM, regulasi, serta akses permodalan.

“Semua itu bisa dibuat dalam satu matriks yang mengacu sektor-sektor di dalam ekonomi kreatif,” ujar Wiendu yang mengangkat Sinergi Arsitektur dan Pariwisata dalam Membangun Indonesia Kreatif sebagai judul pidato pengukuhannya sebagai Guru Besar pada Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada.

Katanya, peran Pemerintah dalam mengangkat ekonomi kreatif Indonesia sangat diperlukan. Dan Pemeritahan Jokowi dianggapnya sudah bagus karena membentuk Badan Ekonomi Kreatif. “Peran pemerintah sangat diperlukan, karena Indonesia sebenarnya mampu meraih pasar. Hanya saja kita lemah di creativity entrepreneuship,” imbuhnya. Terkait dengan potensi kreatif di Yogyakarta, Wiendu juga begitu optimistis dengan talenta-talenta kreatif yang dimiliki oleh daerah yang istimewa tersebut. Dan jika Pemerintah ingin mendorong potensi ekonomi kreatif Indonesia, Yogyakarta bisa menjadi test case-nya.

Ia mencontohkan bahwa ekonomi kreatif bisa secara cepat dido-rong perannya di bidang perhotelan. Tak terbayangkan, Yogyakarta yang memiliki sekitar 4.000 rooms, jika di setiap hotel tersebut “diharuskan” menggunakan produk kreatif lokal mulai dari bar snack yang diisi dengan panganan khas daerah hingga interior hotel yang menggunakan produk-produk kreatif setempat. Pastinya akan banyak membantu lajunya roda bisnis para talenta kreatif.

Sungguh potensi yang luar biasa jika Pemerintah mampu menjembatani sinergi antara pelaku kreatif dan pengusaha perhotelan. “Policy untuk menerapkan local creativity di perhotelan dan ini sebenarnya bisa dicoba di Yogyakarta,” kata wanita kelahiran tahun 1959 ini. Yogyakarta di mata Wiendu adalah daerah yang memang diberikan anugerah atas talenta-talenta kreatif yang luar biasa. Tak heran jika ada beberapa daerah yang memercayakan suvenir daerahnya dibuat di Yogyakarta. “Yogyakarta itu lum-bung creativity yang adidaya,” ujarnya. n

Prof. ir. WiendU nUryanti, M.arCH., PH.d. (gUrU Besar faKUltas teKniK UniVersitas gadJaH Mada)

“YOGYAKARTA ITU LUMBUNG Creativity YANG ADIDAYA”

14 / 2015 ikreatif 03

Foto

: Ru

sli M

. Ta

ng

2015 / 15 ikreatif03

LAPORAN UTAMA

YOGYAKARTA

diBUtUHKan PrograM-PrograM riil dari Kadin, agar nantinya MeMBeriKan Manfaat yang sePenUHnya dirasaKan PelaKU indUstri Kreatif.

| teks: yulius Wa & Zal Hanif

Program Masyarakat Ekonomi Asean akan digulirkan pada akhir tahun 2015 ini. Keuntungannya adalah memungkinkan satu negara untuk menjual produk dan jasa dengan mudah ke seluruh negara di kawasan Asia

Tenggara. Bagi industri kreatif inilah saat yang tepat untuk memajukan diri secara ekonomi dan mengenalkan potensi daerah yang selama ini terhimpit.

Pasar global tidak selamanya menguntungkan bagi industri kreatif khususnya UKM. Kondisi perekonomian Indonesia yang terus berjuang

menghadapi krisis memiliki pengaruh yang cukup besar. Modal yang selama ini dikeluhkan oleh UKM hanya satu dari segelintir masalah yang dihadapi. Situasi ini yang kemudian membuat UKM sulit untuk maju. Desakan kebutuhan ekonomi yang kuat tidak sebanding dengan modal yang dimiliki agar usaha jalan terus. Masuknya pelaku pasar dengan modal yang besar turut menggempur pasar hingga menyisihkan ruang kecil bagi UKM untuk masuk. Tak pelak, UKM banyak yang gulung tikar.

GKR Pembayun, selaku Ketua Kadin DIY menyatakan pihaknya siap untuk mendukung industri kreatif berkembang. “Apalagi Yogyakarta gudangnya industri kreatif”, ujarnya. Selain itu, Kadin DIY juga akan berupaya untuk mengembangkan industri kreatif untuk go international. GKR Pembayun mengakui bahwa tidak semua UKM siap menghadapi pasar global. Diperlukan pendampingan secara rutin, dalam hal ini Pemerintah agar UKM juga kian maju. Pendampingan ini nantinya mencakup pemberian pelatihan dan standarisasi kualitas.

Produk yang beredar di pasaran kini juga semakin ketat. Ini pula yang menjadi pertimbangan Kadin DIY untuk membuat industri kreatif memiliki standar kualitas yang sama. “Kelemahan industri mikro itu pada pengemasan,” tegas GKR Pembayun. Padahal menurut Putri Sultan Hamenkubuwono X ini, standar kualitas dan pengemasan itu sudah menjadi satu bagian. Jepang menurut GKR Pembayun berhasil dalam hal pengemasan, sehingga produk mereka laku di pasaran. “Jepang punya mochi yang diminati, Yogyakarta punya bakpia, tinggal pengemasannya saja,” terang GKR Pembayun.

Kemajuan teknologi menjadi hal penting sebagai salah satu cara mengenalkan industri kreatif. Banyak pihak yang menggunakan media sosial seperti facebook atau instagram untuk berjualan. Cara ini belum sepenuhnya dikuasai oleh industri mikro. GKR Pembayun juga bertekad agar pelaku industri kreatif melek teknologi. “Saya sering melihat anak muda berjualan kaos dengan facebook,” imbuhnya.

Dalam budaya Jawa, ada istilah nrimo, atau menerima. Ungkapan ini sering muncul di kalangan UKM yang coba diajak maju oleh Kadin DIY. GKR Pembayun mengaku kerap menemukan perilaku nrimo, padahal pihaknya, dalam hal ini Kadin DIY berupaya memajukan mereka. “Saya kadang malah heran sendiri,” ungkapnya.

Tugas dan tanggungjawab Kadin DIY memang tidak mudah dalam mengembangkan industri kreatif. Perlu program-program riil yang nantinya memberikan manfaat yang sepenuhnya dirasakan pelaku industri kreatif. Perencanaan program Kadin DIY nantinya juga akan dipublikasikan sehingga masyarakat bisa mengetahui dan ikut mengontrol. “Target kita perencanaan program selesai sebelum Munas,” tutup GKR Pembayun.n

2015 / 15 ikreatif03

gKr PeMBayUn, (KetUa Kadin diy)

“JEPANG PUNYA MOcHI, YOGYAKARTA PUNYA BAKPIA”

Foto

: Yu

lius

WA

16 / 2015 ikreatif 03

| teks dan foto: ade riyan Purnama

Melayani permintaan perhiasan perak sejak zaman penjajahan Belanda, membuat Moeljodihardjo menjadi sebuah usaha besar di bidang kerajinan

perak. Moeljodihardjo atau kemudian lebih dikenal de-ngan sebutan MD adalah nama dari si pemilik perusahaan perhiasan perak itu sendiri. Berdiri di tahun 1936 hingga kini masih terus eksis.

Moeljopratono merupakan generasi kedua dari MD Perak. “Saya meneruskan MD sejak tahun 1963. Sebagai generasi kedua. Tapi sebenarnya generasi ketiga, karena eyang saya sudah mulai bisnis kerajinan kuningan tahun 1917, tapi belum membentuk MD,“ ujarnya membuka sejarah MD kepada iKreatif tentang perusahaan perak yang sudah berusia tua itu.

Pria berusia 74 tahun ini masih energik dan sigap dalam mengurus MD. Terlihat dengan masih bertahannya MD hingga saat ini. “Resepnya dari bapak (Moeljodihardjo),“ ujarnya mengawang-awang mengenang pesan Almarhum ayahnya, sang pendiri perusahaan tersebut. Dari ceritanya, sang ayah mewarisi kiat sukses berupa r e s e p alami seorang pengusaha. “Yang

pertama menjaga kualitas. Lalu service pada pembeli, bisa mewujudkan pesa-nan sesuai keinginan konsumen,“ ujarnya berapi-api. Dari situlah menurut Direktur MD Silver tersebut perusa-haannya dikenal. “Orang

tahu MD itu karena promosi getok tu-

lar (mulut ke

KREATIVITAS PERAK MD SILVER, RAJAI PASAR EROPAseni KeraJinan eMas dan PeraK di Kota gede, yogyaKarta, laHir dari lelUHUr dan dilestariKan seCara tUrUn-teMUrUn.

16 / 2015 ikreatif 03

LAPORAN UTAMA

YOGYAKARTA

16 / 2015 ikreatif 03

mulut) konsumen yang puas akan hasil pesanannya di kami,“ sambungnya semangat.

Menurut Pak Moeljo sendiri, meskipun MD sudah sangat tua dan senior di bidang perusahaan perak ia tetap mengalami beberapa kesulitan. “Salah satunya itu pemasaran,“ ujarnya sembari terkekeh. Ia sendiri sangat mengakui perbedaan ekonomi dunia saat ini dan dahulu itu bagai langit dan bumi. “Dulu di tahun 1976 kita pameran di Eropa itu jualan perhiasan perak kayak jualan pisang goreng.

Cepat dan sangat laris,“ kisahnya mengingat masa lalu tersebut. “Sekarang ini Eropa perekonomiannya goyang. Mau beli satu gelang saja datang ke pameran sampai tiga kali, karena berhitung

tentang harganya,” sahutnya santai. MD Silver ini sendiri menurut Moeljo

lebih mengutamakan kerja tangan (handmade). “Kita memang ketinggalan

di komputerisasi produksi dengan asing, tapi kalau saya berprinsip yang penting itu design,“ ujarnya mantap. Moeljo

sangat memperhatikan kecenderungan minat konsumen, sehingga bisa memenuhi harapan para konsumen yang berkunjung ke MD. “Misalnya dulu banyak turis yang berkunjung ke candi, saya buat desain candi jadi bisa dibawa pulang untuk oleh-oleh,“ jelasnya merinci konsep eksistensi penjualannya yang terjaga hingga kini.

MD juga pernah keliling dunia untuk mengadakan pameran, “Australia sudah empat kali, Jepang enam kali dan kalau ke Eropa sering,“ cerita Moeljo dengan sumringah. Saat ini, MD memang hanya memiliki enam pegawai saja dikarenakan sejak Juni 1992 MD sudah menjadi milik perseorangan. “Kami dulu ada 80 pegawai. Sekarang enam saja cukup,“ jawab Moeljo santai. Sebelumnya di tahun 1978 MD memang memperluas usahanya dengan mendirikan Sri Moeljo Silver. Dimana Pak Moeljo bekerja sama dengan Bapak Pramono untuk mengelolanya. ”Tapi di 1986 Pak Pramono meninggal lalu ibu saya di tahun 1992 meninggal. Jadi saya buat perseorangan setelah itu,” ujarnya menjelaskan. Meski hanya memiliki enam pegawai, namun produk MD masih tetap diminati para turis jika berkunjung ke Kota Gede. Dengan harga yang masih tinggi, MD tetap bisa menarik kunjungan para konsumen ke tokonya. “Kami punya produksi andalan seperti Teko Candi Borobudur. Tutupnya berbentuk stupa, lalu pegangannya adalah relief-relif di Borobudur. Ada juga tea service yang hingga kini harganya masih di nominal 99 juta,“ ujarnya tersenyum sembari menutup obrolan dengan iKreatif. n

2015 / 17 ikreatif03

n LAPORAN UTAMALAPORAN UTAMA

YOGYAKARTA

Bicara tentang perak dan kerajinannya, ingatan kita akan berlari ke sentra kerajinan perak di Kota Gede Yogyakarta. Ya, di kawasan inilah mereka para

perajin dan pengusaha perak yang hingga kini eksis se-cara turun-temurun. Seperti halnya dengan Jogjo Moeljo Art yang saat ini dinakhodai oleh Waskito Adi Nugroho atau lebih dikenal dengan nama Wasadnug. “Jogjo ini awalnya milik eyang saya. Lantas turun ke ibu saya, sempat berhenti karena moneter lalu saya buka lagi di tahun 1999,“ kata Wasadnug membuka ceritanya.

Sama seperti produksi kreatif di bidang lain, perajin handicraft yang berjuang berdua bersama adiknya ini mengakui bahwa proses kreatifnya terus berkembang. “Awalnya dulu saat zaman eyang saya itu kita lebih fokus pada perak model tradisional seperti teko atau ukiran-ukiran. Saat turun ke ibu saya menjadi fokus ke perhiasan, dan kini saya memiliki tiga item utama dalam produksi,” jelasnya sembari tersenyum.

Pria berusia 40 tahun ini mengakatan bahwa di Jogjo kini produksinya sudah ada sekitar 50 item produk. “Tapi ada tiga yang utama yaitu, total interior seperti wayang atau topeng. Lalu corporate seperti miniatur tower, dan aksesoris seperti perhiasan, gantungan kunci dan sebagainya,” katanya lugas.

Distribusi dari produksinya sudah tersebar di kota-kota besar Indonesia seperti Jakarta, Bali, Surabaya. “Kalau silver dan perak kami justru ekspor ke Malta. Sebuah negara kecil diselatan Italia. Malta itu seperti Singapura, negara pariwisata,“ ujar pria yang rela bolak-balik Semarang-Yogyakarta demi merintis bisnis handicraft-nya.

Wasadnug juga me-ngakui bahwa kesulitan dalam bisnis ini ada di inovasi. Karena Kota Gede basic usahanya dominasi logam maka menjamur usaha se-rupa di sekitarnya. “Ka-dang kita punya satu design baru dan laku, lalu banyak yang menjiplak. Berinovasi harus cepat, dengan harga yang tidak bisa tinggi sebab persaingan di tempat lain ketat,“ jelasnya ringkas.

Selain itu juga menurutnya sebuah inovasi belum tentu bisa diterima pasar. “Market itu musiman.

Kalau lagi booming jual barang harga mahal ya tetap cepat laku. Kalau musimnya udah lewat dijual murah juga sulit,“ sambungnya terkekeh.

Jogjo Moeljo Art ini sendiri berdiri dari se-buah pameran kecil di Ancol, Jakarta, yang lantas membawa Wasadnug ikut pameran di beberapa negara dunia seperti Jepang, Aljazair,

Tunisia dan negara-negara timur tengah. Wasadnug berharap ke depannya akan ada

bantuan dari Pemerintah berupa penyuluhan atau pendidikan tentang teknik pengecoran yang baik.

“Kita masih tradisional banget. Kalau di luar negeri buat sample sudah bisa lewat komputer. Kita masih manual,“ kata pria yang memiliki 10 orang ini. Katanya, sudah saatnya Pemerintah turun langsung ke arena demi ke-majuan para pelaku ekonomi kreatif di Indonesia.n

KREATIF MEMBUAT INOVASI DESAIN PERAKJogJo MoelJo art, MelestariKan KeraJinan PeraK Hingga MenJadi Bisnis yang MenJanJiKan.

| teks dan foto: ade riyan PurnamaWaskito, Pengrajin Perak.

18 / 2015 ikreatif 03

18 / 2015 ikreatif 03

LAPORAN UTAMA

YOGYAKARTA

usaha; Kabare Magazine, Kabare Production, dan Jogja Gallery.

Warung Musik KampayoDan kini, salah satu karya yang ia geluti adalah

panggung seni dengan nama Warung Musik Kampayo. Panggung seni yang dikenal dengan nama Warung Kampayo itu terletak di kawasan XT Square. Dan menjadi salah satu destinasi seni, kuliner, dan wisata Yogyakarta. Di panggung musik itu hampir semua pemusik, artis lokal dan nasional pernah tampil.

Di kiri kanan panggung berdiri konter-konter maka-nan dan minuman. “Konter-konter itu milik pemegang saham Warung Kampayo yaitu 25 orang seniman Yogya-karta yang tergabung dalam Keluarga Musik Penyanyi Artis Panggung Yogyakarta, “terangnya.

Awalnya Warung Kampayo dikelola secara sosial. Hidupnya dari sumbangan pengunjung. Untuk memba-yar artis yang tampil di panggung seni tersebut, pihak-nya mendapat pembiayaan dari donasi seadanya dan kotak sumbangan sukarela yang terpasang dan diedarkan ke pengunjung.

“Kotak sumbangan itu kini masih tetap ada sampai kini. Bahkan menjadi semacam trademark Warung Kampayo,” tambah pria berkaca mata itu, tertawa.

Keberadaan Warung Kampayo menurutnya selain untuk menginspirasi para pelaku seni berani tampil tanpa harus menunggu dukungan dari pemerintah juga memiliki beberapa tujuan lain. Di antaranya memecah keramaian objek wisata Malioboro, pusat layanan enter-tainment dan kuliner di kawasan Jogja bagian selatan, serta meningkatkan pendapataan pelaku bisnis usaha kecil dan menengah.

Dijelaskannya, pentas seni di panggung Warung Kampayo kini sudah bisa digelar sejak siang hari. Hanya saja, untuk siang hari, pihaknya menampilkan performance kelompok-kelompok musik akustik jalan-an. “Barulah malam harinya, kami menggelar pentas reguler,” pungkas Kimpling.n

Dunia event organizer (EO) sepertinya sudah menjadi bagian hidup dari Kanjeng Raden Mas Tumenggung (KRMT) Indro “Kimpling” Suseno (58 tahun). Pria

yang lebih senang dipanggil Kimpling—julukan sewak-tu kelas II SMAN III Padmanaba Yogyakarta— itu sudah mengenal bisnis EO semenjak di bangku sekolah me-nengah atas.

“Waktu itu tahun 1978, SMA saya, merupakan satu-satunya sekolah yang sudah menyelenggarakan pentas secara profesional. Saya menyusun acara, menggalang dana dan sebagainya layaknya EO bekerja,” kenang ketua dan pendiri Keluarga Musik Penyanyi Artis Panggung

Yogyakarta (Kampayo) ini.Keseriusannya pada bisnis EO dilanjut-

kan pada saat kuliah di Fakultas Hukum UGM (Universitas Gadjah Mada) tahun 1981 dan berlanjut hingga sekarang. Bahkan pekerjaan sebagai pegawai negeri sipil (PNS) Pemprov Yogyakarta

ia tinggalkan demi menggeluti bisnis EO. Berbagai kegiatan berhasil

ia selenggarakan mulai dari event berstandar lokal sampai

internasional. Beberapa kali ia ditunjuk sebagai ketua

penyelenggara hari jadi Kota Yogyakarta, pentas seni budaya, dan lain-lain.

Karena totalitasnya itulah kemudian nama Kimpling menjadi

trademark di bidang EO di kota kelahirannya,

Yogyakarta. Dari usahanya itu Kim-

pling kemudian mendi r ikan tiga badan

KRMT IndRo “KIMplIng” SuSeno

TOTALITAS PENYELENGGARA PENTAS SENI Pendiri KelUarga MUsiK Penyanyi artis PanggUng yogyaKarta (KaMPayo) ini MeMiliH total MenJalani HidUP seBagai Penyelenggara aCara. MengaPa?

| teks: erfendi eka PutraFoto: Ade Riyan Purnama

18 / 2015 03

2015 / 19 ikreatif03

n LAPORAN UTAMALAPORAN UTAMA

YOGYAKARTA

Produk kerajinan khas Yogyakarta tidak hanya dapat ditemui di pasar tradisional, tetapi sudah

merambah ke outlet khusus yang ber-ada di tengah kota. Namanya adalah Ragam Kriya. Terletak di Jalan KH. A. Dahlan 73 Yogyakarta. Outlet Ragam Kriya menawarkan berbagai kerajinan khas. Di antaranya batik, tas, hingga aksesoris, dan suvenir khas Yogyakarta.

Wawan Harmawan, Direktur Uta-ma Ragam Kriya, mengatakan tujuan pendirian Outlet Ragam Kriya adalah untuk membantu pengusaha kecil dan menengah dalam mengembangkan

usahanya. Kemudian atas inisiatif GKR. Pembayun, (Putri sulung Sri Sultan Hamengku Buwono X),

para pengrajin Yogyakarta yang tergabung dalam Asosiasi Eksportir dan Produsen

Handicraft Indonesia Yogyakarta diajak membuka counter di Ragam Kriya.

“Mereka memerlukan tempat pema-saran yang representatif. Ragam Kriya bukan hanya buat showroom penjualan tetapi juga tempat berbagi pengalaman dan wawasan sesama produsen. Sehingga bisa menghasilkan produk yang berkualitas dan dikenal oleh

masyarakat luas, wisatawan lokal, bahkan mancanegara,” terang Wakil Ketua Kadin Yogyakarta ini.

Wawan menjelaskan saat ini sudah ada ratusan koleksi kerajinan khas

yang unik yang dijual dalam satu lokasi.

Seperti batik tulis asli Imogiri yang menawarkan konsep pewarnaan alam dan model baju batik gaya anak muda. Di tempat itu, pengunjung dapat memilih batik sesuai motif yang diinginkan mulai harga Rp50.000 sampai jutaan rupiah.

Selain batik, ada pula kerajinan tas dari berbagai bahan, mulai dari rotan, kulit sapi, hingga kulit ular.

Tas kulit sapi ditawarkan mulai Rp150.000 hingga jutaan rupiah, sedangkan tas bahan kulit ular Rp1 juta.

“Kami mendapatkan barang langsung dari perajin di Yogyakarta,” jelas Chairman Harpa Group itu. Ada sekitar 200 lebih perajin, baik perajin yang berasal dari DIY maupun dari luar DIY (Solo, Pekalongan, Cirebon, dll.) yang menjual produknya di sana. Ragam Kriya buka setiap hari, termasuk

hari libur. Buka pukul 07.00-23.00 WIB.Untuk memudahkan pengunjung maka counter di

Ragam Kriya diatur berdasarkan ruangan dan golongan barang yaitu: counter khusus baju wanita dan hem pria batik, serta baju batik anak-anak, counter aksesoris dan perak, counter exclusive: blouse, dress wanita dan hem pria batik tulis, rancangan para desainer Yogyakarta, counter kaos, celana batik dan daster, counter batik halus (sarung selendang batik sutra tulis), counter tas, sandal, sepatu dan dompet dan counter handicraft, counter home decor, dan mainan anak-anak.

Selain itu, Ragam Kriya juga menjadi pusat pendidikan dan kursus membatik, baik untuk perorangan maupun rombongan. “Tenaga pengajarnya adalah perajin atau instruktur yang sudah terlatih. Banyak yang sudah memanfaatkannya,” terang pengusaha ekspor handicraft itu. n

2015 / 19 ikreatif03

ada seKitar 200 leBiH PeraJin, BaiK PeraJin yang Berasal dari diy MaUPUn dari lUar diy yang MenJUal ProdUKnya di sana.

“” Wawan Harmawan, Direktur Utama Ragam Kriya

RAGAM KRIYA, GALERI KERAJINAN KHAS YOGYAragaM Kriya adalaH PUsat PenJUalan BatiK dan KeraJinan tradisional yang MenaUngi 200 leBiH PengraJin UsaHa KeCil dan MenengaH asal yogyaKarta.

| teks: erfendi eka Putra

Foto

: Ad

e Riy

an P

urna

ma

20 / 2015 ikreatif 03

20 / 2015 ikreatif 03

LAPORAN UTAMA

YOGYAKARTA

Dalam dunia batik di Yogyakarta, nama besar Mirota jelas tak lekang oleh zaman. Bahkan dalam perjalanan bisnisnya,

Mirota Batik Yogyakarta sudah menjadi sa-lah satu ikon Yogyakarta. Namun terhitung sejak Juni 2015, nama Mirota telah berubah menjadi Hamzah Batik, sesuai dengan nama pemiliknya.

Tak hanya fashion batik, aksesoris dan hiasan-hiasan khas nan unik bertebaran di toko bertingkat dua yang terletak di Jalan Malio-

HamzaH (mirota Batik), DESTINASI BATIK

YOGYAKARTAPerUsaHaan BatiK raKsasa

ini telaH MenJadi salaH satU Magnet PariWisata yogyaKarta.

| teks dan foto: ade riyan Purnama

boro, Yogyakarta ini. “Produk yang bisa masuk ke Mirota adalah produk-produk yang kualitasnya bagus, unik, punya ciri khas, dan memiliki daya jual tinggi,“ ujar Budiyana, Direktur Utama Hamzah Batik. Awalnya Mirota Batik memproduksi semua produknya sendiri, namun karena beberapa alasan dan kendala akhirnya di tahun 1980-an Mirota memutuskan untuk mengambil produk dari luar dan hanya menjual atau memasarkan saja.

Jika kita melihat perbedaan antara Mirota zaman dulu dengan yang sekarang terletak pada konsep penjualannya. “Saat ini kami hanya menjual barang yang ada di display saja. Dulu kami menerima pesanan,” ungkap Budiyana dengan gamblang tentang perbedaan tersebut. Ia juga menjelaskan bahwa batik-batik yang masuk ke Mirota adalah seluruh batik nusantara. “Ada batik dari Yogyakarta, Solo yang motifnya klasik, Pekalongan dan Cirebon yang main warna, ada juga dari Bangkalan Madura, dan dari daerah lain. Ciri khasnya kan berbeda-beda. Kami lengkap ada semua,” terangnya berpromosi.

Mengenai konsep kerja sama, Budiyana mengatakan bahwa Mirota menerapkan tiga jenis kerja sama untuk para supplier. “Yang pertama itu beli putus, biasanya yang beli putus itu barang yang sudah pasti laku. Yang kedua tempo, dan yang ketiga konsinyasi,” jelasnya dengan luwes.

Saat ini Mirota batik memiliki area yang memadai untuk menampung semua produksi-produksi dari para supplier tersebut. “Kami memiliki luas areal tanah 500 meter persegi yang di bangun dua lantai,“ terang Budiyana yang memiliki 250 karyawan. Menurut Budiyana, Pak Hamzah (pemilik—red) pernah mengatakan bahwa produk Mirota memang batik. Budiyana mengakui bahwa tantangan terbesarnya dalam memajukan Mirota memang terletak di sumber daya manusianya. “Antara SDM yang tidak boleh stuck dengan waktu yang terus berjalan. Artinya mindset SDM itu harus terbuka,“ lanjutnya dengan gamblang.

“Tersesat di jalan yang benar,“ begitulah Budiyana mengatakan tentang paradigma belanja di Mirota. Tidak banyak tourist yang mampu menolak pesona produk-produk Mirota. “Makanya mereka yang tadinya cuma niat beli satu kemeja bisa jadi beli tiga kaos,” ujarnya sambil tersenyum. n

2015 / 21 ikreatif03

LAPORAN UTAMA

YOGYAKARTA

BeraWal dari Keisengan 25 MaHasisWa, dagadU JUstrU MeMBesar Hingga MenJadi iKon yogyaKarta

| teks dan foto: rusli M. tang

Menuturkan cerita segala hal tentang Yogyakarta. Itulah yang menjadi ruh kreativitas PT Aseli Dagadu Djokdja, yang dikenal menghasilkan produk bermerek Dagadu. Desain yang segar

nan jenaka serta balutan kata-kata menggelitik (khas Yogyakarta), menjadi selling point-nya. Itulah Dagadu, yang hingga kini tak per-nah kehabisan ide dalam berkreasi.

Masih terngiang di benak A. Noor Arief (Direktur PT Aseli Dagadu Djokdja) ketika tahun 1994, ia bersama 24 temannya yang berstatus mahasiswa (Arsitektur, Universitas Gadjah Mada) membuat desain produk untuk cinderamata khas Yogyakarta. Dengan bermodalkan Rp4 juta (dikumpulkan secara kolektif), Arief cs membuat 10 desain yang selanjutnya dijajakan di Malioboro Mall. “Awalnya iseng-iseng membuat desain. Dan itu pun dipicu dari tawaran Dosen Arsitektur UGM untuk mengisi konten di Malioboro Mall,” terang Arief.

Tak disangka-sangka, justru dari keisengan itulah bisnis Arief cs terus menggelembung. Lihat saja pencapaiannya saat ini. Asetnya sudah mencapai Rp20 miliar. Gedung megah di Jalan Gedong Kuning Selatan, Yogyakarta, jadi bukti pencapaian itu. Yogyatourium, demikian gerai itu dinamakan (Yogya-Tourism-Laboratorium). Tak terbayangkan, kreativitas yang bermodalkan Rp4 juta dulu itu sudah menggurita dan memiliki tiga gerai (Yogyakarta, Bali, dan Surabaya).

“Kami coba untuk terus memahami pasar dan terus melakukan inovasi,” ujar Arief (46) ketika ditanya soal resepnya menerbangkan bisnis Dagadu. Setidaknya tiga bulan sekali Arief selalu merilis desain baru untuk semua produknya (mulai dari clothes, aksesori, pernak-pernik, hingga stationery, hingga kartu ucapan). Katanya, sejauh ini pelanggan Dagadu 70%-nya adalah para tamu Kota Yogyakarta. Sementara konsumen Dagadu, kata Arief 80%-nya adalah konsumen berulang.

Dagadu memang berhasil merangkai cerita tentang Yogyakarta dan menuturkannya dalam penggalan-penggalan cerita. “Jogja di sini tidak secara eksplisit ada tulisan atau grafis Jogja, tapi bagaiamana cara berpikir orang Jogja dan kehidupan sehari-hari yang kami angkat dalam desain,” terang Arief yang memiliki 57 karyawan. Bahkan kata Arief, Dagadu juga coba mendokumentasikan kesan tamu terhadap Yogyakarta ke dalam bentuk desain.

Ke depan, Dagadu yang memiliki kapasitas produk sekitar 35.000 pcs kaos per bulan, aka terus berinovasi terhadap produk-produknya. Termasuk bekerja sama dengan komunitas-komunitas yang ada di Yogyakarta. “Kami akan terus menjajaki semua kemungkinan dalam pengembangan bisnis,” ungkap Arief yang juga mengembangkan empat sister brand lain (Dagadu Bocah, OMUS, Hiruk Pikuk, dan Daya Gagas Dunia). n

A. Noor Arief (Direktur Pt Aseli DAgADu DjokDjA)

‘MATAMU’,

2015 / 21 ikreatif03

GABUNGKAN KATA DAN DESAIN KREATIF

22 / 2015 ikreatif 03

LAPORAN UTAMA

YOGYAKARTA

Rona Florentini, perempuan asli Yogyakarta ini begitu mencintai kebudayaan leluhurnya sekaligus

mencintai alam dan lingkungan. Dari kecintaannya itu lahirlah karya kreatif yang berupa batik. “Saya punya batik pewarnaan alami. Yang tidak akan menghasilkan limbah dan merusak lingkungan,“ ujarnya membuka obrol-an dengan iKreatif.

Batik pewarnaan alami menjadi kekuatan Florentini. Selain mencintai batik, ia ternyata adalah pecinta tum-buhan. “Saya sejak kecil suka sekali dengan fashion. Tapi juga suka tanaman. Jadi matching,“ jelas pemilik galeri batik dengan nama Batik Flo.

Kecintaan Flo-rentini kepada bisnis batik sudah menggelora sejak masa kuliah. “Waktu kuliah, berdua dengan teman saya ambil batik dan jual ke toko-toko besar.” Bisnis kecilnya itu pun membesar dan mencoba membuat usaha fashion sendiri pada tahun 1997. Kegemilangan berlanjut, Flo memenangkan tender untuk menyediakan seragam perusahaan telekomunikasi di acara launching salah satu produknya. “Itu prestasi besar bagi kami. Setelah itu beberapa customer besar selalu menanyakan tentang kain yang beda dari pasar pada saya,“ ujarnya menjelaskan.

Tahun 2001-2002 adalah titik tolak keputusannya membuat batik dengan pewarnaan alami. “Saya tetap punya yang sintetis. Tapi yang alami adalah hal baru dan sebuah keputusan besar,“ ujarnya mantap. Bahkan Flo juga mengakui bahwa ketika mengenal batik pewarnaan alami ia bahkan harus kembali kursus membatik di Balai Batik Kusumanegara Yogyakarta. “Padahal saya ini keluarga pembatik, tapi saya kehilangan satu generasi. Jadi tetap

harus kursus lagi,“ timpalnya santai. Batik dengan pewarnaan alami

menjadi keunggulan produk Batik Flo. Ia mengakui berangkat dari hal tersebut akhirnya ia merasakan bahwa ada pasar yang baik di produk pewarnaan alaminya tersebut. “Ba-nyak keuntungannya. Yang jelas batik pewarnaan alami mengambil dari dua unsur alam; batu dan tumbuhan. Kalau sintetis kan ada bahannya dari pabrik,“ jelasnya Flo yang meresmikan nama

Batik Flo pada tahun 2010. Selain hasilnya beda, batik

pewarnaan alami ini terasa lembut dan adem. Sementara kalau

sintetis lebih mencolok dan terang. Flo juga sangat

bangga dengan karyanya ini dan ia akan terus menjaga

motif tradisional di setiap karyanya.

Karena itu ia menegaskan bahwa setiap motifnya adalah gabungan dari tradisional dan kreasi. “Zaman dulu, raja-raja kita harus semedi dulu untuk mendapatkan satu motif. Itu filosofinya dalam,“ jelasnya

ringan. Flo sendiri begitu berhasrat ingin memperkenalkan kebudayaan corak batik tulis asli pada masyarakat Indonesia.

Keunikan produknya juga ada pada salah satu terobosannya dalam memberi nama batik berupa sebuah judul. “Ada motif yang saya beri nama ‘Banyak Jalan Menuju...(titik-titik)‘ nanti customer yang isi titik-titiknya sendiri,“ jelas perempuan yang me-milih Banguntapan sebagai pabrik dari produk batiknya ini. Menurut Flo, perbedaan produknya adalah pada jenisnya yang 75% fashion, bukan kain.

Batik adalah salah satu warisan kebudayaan yang dikenal oleh dunia, terlebih bila proses pewarnaannya alami. Untuk itulah Flo berharap gene-rasi penerus Indonesia bisa mencintai batik dan melestarikannya. n

BAtik flo:

KARYA KREATIF PEWARNA ALAMI

22 / 2015 ikreatif 03

| teks dan foto: ade riyan Purnama

2015 / 23 ikreatif03

LAPORAN UTAMA

YOGYAKARTA

Batik Parijotho, sebagai ikon baru kerajinan batik di Sleman, Yogyakarta mulai mendapat tempat di hati pelanggan. Hal ini dibuktikan dengan mulai munculnya produsen batik rumahan. Satu diantaranya adalah M. Machrus pengusaha batik

dengan nama Abirupa, di Dusun Susukan III, Margokaton, Seyegan, Sleman, Yogya-karta. Memulai usaha sendiri sejak tahun 2012 dengan nama Abirupa (bahasa Sansakerta artinya cantik, indah), Machrus dibantu beberapa orang perajin, yang kebanyakan adalah tetangga ibu rumah tangga di desanya.

Kini, mantan penjaga kantin itu dalam sebulan bisa menjual 100-300 lembar kain batik. Untuk selembar kain batik cap berukuran 2,5 meter dihargai dengan nominal Rp150 ribu hingga Rp225 ribu. Sementara untuk batik tulis harganya dapat mencapai hingga Rp400 ribu per lembar. Abirupa Bathik lanjut Machrus hanya menyediakan batik tulis dan batik cap saja.

Machrus hanya membatik sesuai pesanan yang datang. Selain untuk menjaga kualitas hal itu dilakukan karena modal usaha yang terbatas. “Banyak yang mena-warkan bantuan modal sebetulnya. Tetapi saya juga harus realistis, mengukur diri sesuai kemampuan supaya batik yang saya hasilkan kualitasnya juga bagus. Maklum saya hanya pengusaha kecil yang penting modalnya berputar,” ujarnya.

Motif yang tersedia di Abirupa Bathik sebagian besar adalah motif batik Parijotho. Parijotho, adalah tanaman dedaunan yang banyak tumbuh di kawasan pegunungan Sleman. Kemudian motif batik lain yang dibuatnya adalah yang mengangkat elemen-elemen motif alami dari tanaman salak, gajah, atau ikon sumber daya alam lainnya di Kabupaten Sleman.

Modal KerjaSetahun terakhir ia mendapatkan kredit modal kerja dari BPR Bank Sleman

dengan bunga hanya 0,6 persen setahun. Bandingkan dengan tawaran pinjaman dari bank lain atau rentenir dengan bunga sampai 2 persen per bulan.

“Pinjaman Bank Sleman sangat membantu kami dalam mengembangkan usaha. Kami juga dibantu dalam promosi,” tambah pengusaha batik yang dulunya adalah penjaga kantin tersebut. Seringkali jika ada kegiatan pameran maka sebagai anak asuh Bank Sleman, Abirupa Bathik miliknya selalu diundang berpromosi. Bahkan jika ada debitur Bank Sleman yang butuh batik ia mengaku kerap mendapat orderan.

Untuk tahap pertama Machrus hanya mengambil pinjaman sebesar Rp5 juta sebagai modal membeli bahan kain dan pewarna. “Awalnya ditawarkan lebih besar

dari itu, tetapi sekarang belum. Mungkin saja kami tambah jika kebutuhannya meningkat,” tambahnya. Sedangkan

untuk peralatan membatik ia mendapat bantuan hibah peralatan dari dinas perindustrian dan perdagangan Sleman.n

M. MAcHRUS, OWNER ABIRUPA BATHIK

PeMiliK aBirUPa BatHiK ini adalaH salaH seorang PengUsaHa KeCil yang BerHasil MeMasarKan BatiK PariJotHo. BatiK KHas sleMan yang disenangi Pasar loKal dan ManCanegara.

| teks & foto: erfendi eka Putra

2015 / 23 ikreatif03

KREATIVITAS BATIK RUMAHAN

24 / 2015 ikreatif 03

24 / 2015 ikreatif 03

LAPORAN UTAMA

YOGYAKARTA

Bagi Anda yang kebetulan ber-kunjung ke Yogya-

karta, kurang pas rasanya jika tidak mencicipi atau membawa makanan khas Yogyakarta; bakpia pathok. Ya, meskipun makanan ini pada awalnya dibuat dan dipopulerkan oleh warga Yogyakarta keturunan Tionghoa, namun tak dipungkiri bahwa bakpia sudah sedari dulu lebih dikenal sebagai oleh-oleh khas Yogyakarta.

Dan untuk mendapatkan maka-nan yang banyak digandrungi para wisatawan lokal maupun manca-negara ini sebetulnya tidaklah sulit. Hampir setiap toko ataupun sentra penjualan oleh-oleh di Yogyakarta, menyajikan makanan ringan yang le-zat ini.

Salah satunya toko penjual bakpia pathok yang ramai diminati adalah Bakpia Pathok 145. Bakpia yang disajikan pada toko yang berlokasi di Gambiran UH V/15 Yogyakarta ini memang sedikit berbeda. Dari sisi rasanya saja, hasil olahan Sri Astuti dan keluarga ini terasa lebih lembut dan gurih.

“Kami memang lebih mengutamakan kualitas demi kepuasan konsumen. Ini sesuai dengan visi kami untuk menjadi icon oleh-oleh yang unggul dan berkualitas, sehingga orang tidak hanya datang sekali untuk berbelanja di toko kami,” ujar Sri Astuti, pemilik Toko Bakpia Phatok 145, Yogyakarta.

Perlahan namun pasti, keinginan Sri Astuti dan keluarga untuk mewujudkan visinya tersebut sudah semakin dekat. Lihat saja, meski membuka usaha dengan latar ekonomi pas-pasan, kini berkat semangat dan kerja kerasnya, setidaknya saat ini Toko Bakpia Pathok 145 selalu ramai dikunjungi pemburu buah tangan khas Jogyakarta. Bahkan dalam satu hari, mantan pegawai negeri sipil (PNS) ini bisa melakukan transaksi setidaknya Rp8 juta hingga Rp10 juta per hari.

“Kami memulai usaha ini tahun 1997, dengan modal uang pinjaman sebesar Rp500 ribu. Kami harus mencoba berulang kali membuat bakpia untuk menghasilkan bakpia

BUAH INOVASI DAN PENGALAMAN

sri astUti, (PeMiliK BaKPia PatHoK 145)

PengalaMan MenJadi sales toKo oleH-oleH MeMUnCUlKan ide UntUK MeMBUat BaKPia sendiri. rasa dan KUalitas terBaiK CoBa disUgUHKan.

| teks: Zal Hanif

berkualitas dengan cita rasa seperti sekarang ini. Seiring dengan itu, kami juga memproduksi jenis makanan khas lainnya, seperti wingko babat, yangko, ampyang jahe, dan gula kelapa muda,” kenang ibu dari 3 orang anak ini.

Lebih dari itu, Sri Astuti menu-turkan, saat ini konsumen semakin lebih mudah untuk mendapatkan Bakpia Pathok 145. Pasalnya, sejak

akhir 2013 lalu, Sri Astuti membuka gerai baru, dengan area toko serta

parkir yang lebih luas plus fasilitas yang relatif lebih lengkap di Jl. Kusumanegara No.151 Muja Muju Yogyakarta.

“Syukur alhamdulillah, kami semakin berkembang dan keper-cayaan konsumen semakin me-

ningkat. Usaha yang kami mulai de-ngan dua karyawan sekarang sudah memiliki lebih

dari 40 karyawan tetap. Bahkan untuk hari-hari libur, kami harus menambah tenaga bantuan 20-30 orang,” ungkap Sri Astuti yang diamini suami dan anak-anak tercinta.n

Sri Astuti dan keluarga.

Foto

: Ad

e Ri

yan

Purn

ama

2015 / 25 ikreatif03

n LAPORAN UTAMALAPORAN UTAMA

YOGYAKARTA

restoran BernUansa JaWa Modern ini MenyaJiKan MenU MasaKan nUsantara KHUsUsnya JaWa dengan MenU UtaManya Malon, yaitU ManUK londo alias BUrUng BUle.

| teks: erfendi eka Putra

Cupuwatu Resto berlokasi di daerah Kalasan, Jalan Yogyakarta-Solo ini adalah

satu-satunya restoran yang menyediakan manuk londo di Yogyakarta bahkan mungkin jadi yang pertama dan satu-satunya di Indonesia.

Manuk londo diambil dari bahasa jawa yaitu kata manuk dan londo. Manuk artinya burung, londo artinya orang bule. Manuk Londo jebule –bahasa jawanya ternyata kuliner berbahan baku unggas semacam puyuh yang berasal dari negeri mode Perancis.

Unggas ini memiliki nama asli French Quail. Yang memiliki ukuran lebih besar dari burung puyuh. Selain itu memiliki ke-lebihan kandungan protein yang lebih tinggi dari bebek dan kolesterol yang lebih rendah dari bebek.

Menu manuk londo ini diantara-nya ada malon BBQ, malon ala Peking, malon Bumbu Kuning, malon Bakar Klaten, malon Halilintar, gudeg malon dan lain-lain serta berbagai minuman khas yang semakin me-nambah kelezatan bersantap ria di resto ini. Menu terfavorit di resto ini yaitu malon BBQ, malon ala Peking

dan malon Bumbu Kuning. Ketiga menu tersebut

terang Rista Lara Rosanti, Direktur Operasional Cupu-watu Resto memang yang paling laris dipesan oleh para pengunjung yang sering disebut sebagai maloners. “Rasanya rempah dipadu dengan sambal yang pas dan nendang khas Cu-puwatu Resto ini tak akan ditemukan di resto lain,” pro-monya.

Dari sisi bentuk bangu-nan, Cupuwatu Resto diran-cang dengan balutan interior ruangan yang indah dan nyaman dengan ukiran-ukiran khas Jawa yang adilu-hung. Selain itu, Cupuwatu Resto dilengkapi dengan fasilitas meeting room de-

ngan kapasitas sampai 100 orang, menu buffet, dan free WiFi.

Di Cupuwatu Resto kami hadirkan simbol-simbol khas tradisional Jawa berupa hiasan-hiasan yang tersebar pada sudut-sudut bangunan, diantara-nya adalah andong & patung kuda yang terdapat pada halaman depan, gong pada area pintu masuk dan lain sebagainya. Hal tersebut lanjut Rista sengaja dihadirkan selain berfungsi sebagai penambah nilai estetika, juga sebagai penguat kesan tradisional Jawa. “Tetapi sekaligus simbol bahwa Cupuwatu Resto ini dapat dijangkau oleh berbagai kalangan, baik kalang-an atas maupun menengah,” pung-kasnya. n

2015 / 25 ikreatif03

Rista Lara RosantiDirektur Operasional

Cupuwatu Resto

CupuWatu reSto:

MALON, BURUNG BULE PENGGUGAH SELERA

Foto

: Cup

uwat

u Re

sto

26 / 2015 ikreatif 03

26 / 2015 ikreatif 03

LAPORAN UTAMA

YOGYAKARTA

26 / 2015 03ikreatif

gUdeg adalaH yogyaKarta. naMUn JiKa ingin MeniKMati gUdeg yang MantaP, ya... gUdeg yU dJUM PiliHannya.

| teks dan foto: rusli M. tang

Kalimat di atas bukan bermaksud promotif. Tapi memang begitu

adanya. Dari sejumlah penjaja gudeg yang ada di Kota Pelajar, yang satu ini memang beda. Bahkan Gudeg Yu Djum (Pusat) termasuk yang banyak d i r e komendas i kan orang Yogyakarta kepada para pelancong. Termasuk kepada saya.

Bagi Anda yang berkun-jung ke Yogyakarta, memang

kurang afdol rasanya kalau tidak mencicipi kuliner khas Yogyakarta yang terdiri dari ayam kampung, telur bebek, gori (nangka), dan sambel krecek. Dengan camapuran bumbu tradisional, rasa gudeg memang makyus dan ngangeni. Tak heran jika warung-waung gudeg yang ber-tebaran di Yogyakarta tetap ramai peminat.

Berdasarkan informasi, akhirnya saya memilih Gudeg Yu Djum sebagai wisata kuliner kali ini. Kami pun langsung datang ke Gudeg Yu Djum (Pusat) yang berlokasi di Jalan Kaliurang Km 4,5, tepatnya di Karangasem Mbarek CT III/22. Lokasinya agak ke dalam dari jalan raya. Meski tempatnya “tersembunyi”, kedai gudeg ini ternyata tetap diburu pecinta kuliner. “Kalau musim liburan, kita bisa antre makan di sini Pak,” ujar Mario, salah seorang pecinta gudeg Yogyakarta kepada tim iKreatif.

Adalah Djuwariah (yang selanjutnya dikenal dengan sebutan Yu Djum) pendiri gudeg yang legendaris ini. Kendati brand Gudeg Yu Djum sudah memasuki generasi kedua dan ketiga, namun soal resep dan cita rasa tetap terjaga hingga ke anak cucunya. “Saat ini ada empat tempat Gudeg Yu Djum (Pusat), yang dikelola oleh anak dan cucuk Ibu,” terang Ayik, pengelola sekaligus ponakan dari Djuwariah.

Lalu apa bedanya Gudeg Yu Djum dengan lainnya? Menurut Ayik, Gudeg Yu Djum, selain memiliki peng-

alaman panjang membuat gudeg, rasanya juga terasa pas di lidah. Tak heran jika, Gudeg Yu Djum begitu dige-mari masyarakat, termasuk oleh kalangan artis yang menyambangi Yogyakarta. Soal harga, per porsi dijajakan mulai dari Rp10.000 hingga Rp40.000. Sementara untuk yang ingin membawa pulang (oleh-oleh) harganya mulai dari Rp50.000 hingga Rp260.000.

Konon sebelum menjadi penjual gudeg, Ibu Djuwariah hanyalah seorang pencari rumput untuk makanan hewan

ternak. Justru dari hasil pen-jualan rumput itulah

yang dijadikan modal awal Djuwariah untuk masuk ke bisnis kuliner dengan menjual gudeg pada tahun

1950. Kini, Yu Djum

memang sudah tidak aktif lagi berdagang. Bisnis-

nya diserahkan ke anak-anaknya yang berjumlah empat orang yang terjun ke bisnis gudeg. Saat ini Gudeg Yu Djum mempekerjakan sekitar 100 karyawan yang tersebar di kedai-kedainya yang berada di Yogyakarta, Sleman, dan Gunungkidul.n

YU DJUM, SANG LEGENDA GUDEG

2015 / 27 ikreatif03

MaVindo BergeraK di Bidang Jasa Kreatif. PerUsaHaan eVent ManageMent itU telaH BerHasil Menangani leBiH dari 500 eVent PaMeran, BaiK BersKala nasional MaUPUn internasional.

| teks: erfendi eka Putra

Sebuah perusahaan besar seringkali lahir dari tempat yang tidak pernah disangka. Misalnya dari garasi rumah.

Demikian pula dengan PT Mavindo Prata-ma, yang terlahir dari garasi sebuah rumah kos-kosan di Jalan Krasak 32, Kotabaru, Yogyakarta. Modalnya saat itu hanyalah sebuah komputer, sebuah sofa, dan hanya satu orang karyawan. Tapi itu dulu. Kini perusahaan yang bergerak di jasa kreatif ini sudah jauh berkembang pesat.

Adalah Rahmat Hidayat yang menjadi pe-lopor sekaligus Managing Director PT Mavindo Pratama. Bermula dari pekerjaan paruh waktu pada perusahaan event organizer asal Jakarta yang sedang mengadakan pameran di Yogyakarta. Dari situ ia melihat peluang untuk

membuka usaha serupa di Kota Yogyakarta.Kini, perusahaan yang berdiri sejak tahun 1994 itu sudah berkembang tidak

hanya sebagai event management melainkan sudah meluas dengan memiliki beberapa divisi. Divisi Exhibition & Event misalnya, telah menghasilkan lebih dari 500 event, baik dari exhibition, event creative, dan event support. Kemudian divisi Advertising dan Divisi Phone Market. Kegiatan yang sering digarap diantaranya bidang budaya, pendidikan, properti, otomotif, entertainment, elektronik, perban-kan, teknologi, dan lain-lain.

Rahmat bercerita, dahulu dengan semakin berkembangnya dunia pameran di Yogyakarta dan daerah lainnya di Indonesia, maka terbuka peluang untuk masuk ke daerah lain. Ia pun mengaku tergoda melebarkan sayap bisnisnya.

Namun hasilnya tak seperti yang ia harapkan. Kantor cabang yang ada di Kota Semarang, Solo, Jakarta dan Bandung pun tutup, dan hanya menyisakan satu kota yaitu di Yogyakarta. Akhirnya ia kembali berkonsentrasi mengurus bisnisnya di Yogyakarta.

“Dari situ kemudian saya semakin paham fokus adalah hal yang utama. Akhirnya kami kembali ke visi awal menjadi yang terbaik bukan yang terbesar. Sekarang kami lebih banyak “bermain” di Yogyakarta. Dan pilih-pilih event,” cetusnya. Salah satu yang sedang digarapnya adalah Canon Photo Marathon Indonesia 2015.

Konsep dalam berbisnis bagi Mavindo adalah selalu memikirkan hal keter-baruan dan inovasi dalam setiap kegiatan. Dalam setiap event menurutnya berbeda itu penting. Karena itu Mavindo selalu mengemas setiap acara dengan konsep berbeda dari yang lain. “Bisnis EO itu roh-nya adalah kreativitas. Tanpa itu mati,” tambahnya.

Karena itu dalam perekrutan tenaga kerja ia lebih senang menggunakan anak-anak muda yang masih kuliah tingkat akhir atau fresh graduate. Ala-sannya sederhana. Mereka mudah berubah, kreatif dan cepat belajar.n

n LAPORAN UTAMALAPORAN UTAMA

YOGYAKARTA

raHMat Hidayat, Managing direCtor Pt MaVindo PrataMa

RANcANG KREATIVITAS UTAMAKAN KUALITAS

28 / 2015 ikreatif 03

LAPORAN UTAMA

YOGYAKARTA

ia ingin MeMBangUn aPresiasi MasyaraKat terHadaP Karya aniMasi. Karena MenUrUtnya aniMasi Bisa dilaKUKan oleH siaPa saJa, diMana saJa, dan KaPan saJa.

| teks: erfendi eka Putra

Berbicara animasi, Indonesia bisa dibilang jauh tertinggal oleh negara lain. Betapa tidak, negara lain sudah punya film animasi

yang menjadi keunggulannya. Sedangkan Indonesia? Masih belum terlihat. Namun dengan keberadaan Indonesia yang belum memiliki keunggulan dalam bidang animasi, banyak orang terus berjuang untuk hal itu.

Nah, salah satunya adalah Hanitianto Joedo, SH. Lulusan Universitas Gadjah Mada ini yang tampak bersemangat menceritakan pengalamannya memasuki dunia animasi. Lelaki yang menggeluti animasi sejak tahun 2000 silam nampak serius untuk itu. Padahal latar belakang pendidikannya adalah sarjana hukum.

Pada awalnya, ia diajak bergabung oleh salah satu studio animasi di Jakarta yang sedang membuat serial animasi religi 30 episode. Hingga pada akhirnya ia pernah membuat film animasi untuk luar negeri, yaitu untuk Australia dan Malaysia. Salah satu karyanya ber-sama teman-teman adalah iklan animasi, BRI Britama, dengan gambar angin puting beliung.

Keseriusannya di pentas animasi berlanjut. Joedo kemudian juga mendirikan Sekolah Animasi yang diberi nama ‘Padepokan Animasi’ di Yogyakarta. “Saat itu saya merasa menemukan sesuatu yang menggugah spirit dalam diri untuk mulai konsen di dunia animasi. Sejak

saat itu saya mulai mempelajari berbagai hal di dunia animasi, khususnya dalam hal

industri dan bisnisnya yang sampai saat ini belum tertangani dengan baik dan benar,” tambah pendukung acara kuis apa ini-apa itu, russian-roulette, pundi-pundi, warna-warni, dan lain-lain.

Menurutnya animasi di Indonesia kurang berkembang karena paradigma masyarakat mengenai animasi masih sebatas film konsumsi anak-anak.

Padahal animasi bisa masuk ke seluruh kalangan. Joedo

juga ingin membangun apresiasi masyarakat terhadap animasi. Karena menurutnya animasi bisa

dilakukan oleh siapa saja, dimana saja dan kapan saja.“Mengubah paradigma artinya mengubah padang-

an dengan mendidik pasar, seperti apa animasi, bagai-mana prospeknya dan sebagainya, itu baru satu hal yang mendasar. Karena perfilman Indonesia hanya mengikuti pasar, mereka tidak berani mencoba untuk membuka atau mendidik pasar. Coba saja lihat, begitu

film religi laris, semua bikin. Begitu film horor lari mereka ikut,” terang pengajar animasi

diberbagai kampus dan sekolah kejuruan ini.

Media televisi Indonesia menurutnya masih enggan menampilkan animasi buatan pelaku animasi di Tanah Air. Mereka lebih suka menampilkan animasi

Spongebob atau Upin Ipin dan animasi dari luar negeri lainnya daripada produk

animasi lokal.Karena itulah laki-laki yang murah senyum dan

sering bercanda itu tanpak kecewa. Menurutnya du-kungan pemerintah dan stakeholder lainnya masih minim. “Di Jogja ini ada puluhan studio animasi. Tapi apakah semuanya survive? Lalu apa dukungan pemangku kepentingan,“ tanyanya.

Ia mengaku miris melihat kondisi yang ada sekarang. Karena itu kepada anak didiknya ia sering mengingatkan bahwa animasi saat ini belum dapat dijadikan nafkah jika dilakukan setengah-setengah. “Iklimnya belum mendukung,” papar founder komuni-tas Jogjanimations ini.n

28 / 2015 ikreatif 03

MEMPERJUANGKAN KARYA ANIMASI ANAK NEGERI

HANitiANto joeDo, PrAktisi ANimAsi

di JogJa ini ada PUlUHan stUdio aniMasi. taPi aPaKaH seMUanya sUrViVe? lalU aPa dUKUngan PeMangKU KePentingan.

Foto

: Ad

e Riy

an P

urna

ma

2015 / 29 ikreatif03

n LAPORAN UTAMALAPORAN UTAMA

YOGYAKARTAjogjA DigitAl VAlleY (jDV)

MEMPERcEPAT SWASEMBADA IcTJdV MenJadi teMPat Para deVeloPer aPliKasi WeB, MoBile, dan Pegiat it UntUK sHaring ataU MenyelesaiKan ProyeKnya.

| teks: erfendi eka Putra

Jogja Digital Valley (JDV) merupakan inkubator bisnis bagi ekosistem kreatif digital di bidang teknologi informasi kedua yang berdiri tahun 2013. Sebelumnya ada Bandung Digital Valley (2011) dan

terakhir 2014 Jakarta Digital Valley (JakDiva). Keberadaan ketiga tempat bagi ekosistem kreatif digital itu dikembangkan oleh Divisi Digital Business, PT Telkom dan merupakan salah satu rangkaian program CSR TELKOM Indigo di bidang teknologi informasi.

Pranowo Putro, co-founder Tonjo-Community Manager JDV men-jelaskan bahwa JDV merupakan wadah bagi potential individual developer dan startup companies yang men-supply creative content untuk IT product dan service. Produk mereka kemudian ditawarkan secara aktif ke IT market yang sedang booming saat ini. Salah satunya melalui jaringan distribusi online dan offline yang dimiliki PT Telkom di seluruh Indonesia dan negara lain.

Sebagai pusat sumber daya, JDV didukung oleh berbagai kom-petensi yang dibangun dari komunitas-komunitas yang ada. Aspek pendanaan bagi perusahaan pemula (start-up companies) didukung melalui program inkubasi oleh Telkom.

JDV juga memberikan edukasi dan pendampingan bisnis bagi seluruh pengembang baik kompetensi teknis maupun kompetensi bisnis. Pendampingan teknis diberikan dalam bentuk pembelajaran maupun asistensi dalam melakukan pengembangan aplikasi, dan sosialisasi terhadap tren yang berkembang, melakukan pengujian aplikasi dan lain-lain. Sedangkan bimbingan bisnis diberikan dalam bentuk pembelajaran bisnis seperti analisa peluang pasar, pembuatan business model, asistensi cara menjual dan lain-lain.

Secara operasional JDV dikelola oleh MIKTI (Masyarakat Industri Kreatif Teknologi Informasi & Komunikasi Indonesia). MIKTI merupa-kan organisasi nirlaba dengan misi mendorong pertumbuhan industri kreatif digital di Indonesia.

Dengan kolaborasi antara TELKOM dan MIKTI yang beranggotakan para profesional dan wirausaha di bidang industri kreatif digital di Indonesia, diharapkan benefit yang diberikan kepada komunitas peng-embang menjadi lebih optimal.

Sedangkan untuk jangka panjang JDV mempunyai misi untuk mendorong dan mempercepat swasembada ICT khususnya aplikasi dan konten sehingga diharapkan ke depan seluruh kebutuhan aplikasi dan konten mayoritas akan terpenuhi oleh pengembang dalam negeri, selain itu juga mulai dapat tampil di regional dan internasional.

“Sampai saat ini member JDV sudah lebih dari dua ribuan dengan jumlah pengunjung setiap hari mencapai 50-60 orang,” tambah Pranowo. Bagi masyarakat penyuka IT yang ingin menggunakan fasilitas yang ada di JDV harus menjadi anggota. Proses menjadi anggota juga sederhana, hanya mengisi form keanggotaan dengan kartu identitas. Sementara untuk memasuki JDV hanya meninggalkan identitas diri atau member di front office.n

Pranowo Putro, co-founder Tonjo- Community Manager JDV.

Foto

: Ru

sli

30 / 2015 ikreatif 03

30 / 2015 ikreatif 03

LAPORAN UTAMA

YOGYAKARTA

dengan sentUHan KreatiVitas, de Mata MaMPU MengHiPnotis setiaP Pandangan PengUnJUng yang datang Ke sana.

| teks: rusli M. tang

Jika Anda berkunjung ke Yogyakarta, cobalah berkunjung ke XT Square yang terletak di Jalan Veteran, Umbulharjo, Yogyakarta. Di sana Anda bisa menikmati sebuah destinasi modern khas anak muda yang dikemas dalam

kreativitas yang fun. De Mata, begitulah namanya. Bagi yang suka berselfie ria, dijamin inilah tempat yang ideal.

“De Mata ini kami bangun untuk memfasilitasi orang-orang yang suka me-nampilkan fotonya di social media. Apalagi di sini kami memiliki banyak obyek foto lucu-lucuan,” terang Widihasto Wasana Putra, Direktur Operasional dan Pemasaran PD Jogjatama Vishesha. Katanya, De Mata yang merupakan museum tiga dimensi (3D) ini menyediakan 120 gambar obyek foto dengan beragam tema. Mulai dari destinasi wisata dalam negeri dan luar negeri, hingga obyek.

Berdiri sekitar dua tahun (tahun 2013), De Mata yang menempati lahan eks terminal itu kini menjadi sebuah destinasi wisata di Kota Yogyakarta. Konon pada musim liburan, tempat ini bisa dikunjungi 2.000 pengunjung per hari dengan tiket masuk per orang Rp50.000. Konsep De Mata ini sendiri muncul dari pengalaman ruang yang didapat oleh pengelola selama berada di luar negeri. “Pengelola sering ke luar negeri lalu melihat konsep tersebut diterapkan di mall tapi sifatnya temporer dan jumlah gambarnya terbatas. Di mall juga tidak leluasa, makanya di sini kami coba jadikan itu secara permanen,” jelas Widihasto.

Sesuai dengan tagline-nya: trick eye museum (museum ilusi mata), De Mata memang benar-benar mampu membuat orang terkecoh dengan ilusi gambar 3D-nya. Saat kita berfoto (capture) dengan latar belakang obyek foto di sana, seolah-olah kita benar-benar berada dalam obyek wisata tertentu. “Kita hanya butuh mengambil foto dengan angle yang pas,” kata Widihasto, yang mengaku unsur kreatif di De Mata hanya 10% dan selebihnya adalah industri.

Dengan keunikannya itu, De Mata telah berhasil memberikan tambah-an pilihan destinasi wisata bagi Kota Yogyakarta. Dan mungkin ini adalah museum 3D (yang dibuat secara permanen) pertama di Indonesia dan terbesar di dunia. Keunikan De Mata ini juga diapreasiasi oleh Sandi, pengunjung dari Jakarta, yang mengaku kagum dengan kreativitas pengelola De Mata yang mampu membaca tren masa kini. “Bagus dan salut dengan De Mata. Mungkin harusnya promosi tempat ini harus lebih gencar lagi,” katanya yang sengaja datang ke De Mata setelah mendapat info dari kerabatnya.

XT Square sendiri adalah lahan eks terminal bus yang berdiri di atas lahan sekitar 1,8 hektare. Di dalamnya tak hanya ada De Mata, tapi ada juga De Arca (wahana wisata museum patung karya anak bangsa), pasar kerajinan, sentra kuliner, warung musik, dan gedung pameran. Dalam mewujudkan ini, BUMD bekerja sama dengan pihak swasta dalam mengelolanya dengan sistem bagi hasil.n

WiDiHAsto WAsANA PutrA (Direktur oPerAsioNAl DAN PemAsArAN PD jogjAtAmA VisHesHA):

de mata: 10% KREATIVITAS, 90% INDUSTRI

30 / 2015 ikreatif 03

Foto

: Ad

e Riy

an P

urna

ma

2015 / 31 ikreatif03

n LAPORAN UTAMALAPORAN UTAMA

YOGYAKARTA

istim

ewa

32 / 2015 ikreatif 03

32 / 2015 ikreatif 03

LAPORAN UTAMA

YOGYAKARTA

MEMAHAMI WONG cILIKpd Bpr BaNk SlemaN:

MUHAMMAD SIGIT, DIREKTUR UTAMA PD BPR BANK SLEMAN

di BaliK PertUMBUHan eKonoMi Kreatif daeraH istiMeWa yogyaKarta dan seKitarnya, ada Peran PerBanKan yang iKUt Mendorongnya. Pd BPr BanK sleMan telaH MengaMBil Peran strategis itU.

| teks dan foto: rusli M. tang

2015 / 33 ikreatif03

n LAPORAN UTAMALAPORAN UTAMA

YOGYAKARTA

Yogyakarta memang istimewa. Tak hanya soal wila-yahnya, tapi juga potensi ekonomi kreatif dan pariwi-satanya. Di sana, sektor kreatif benar-benar menjadi andalan. Mulai dari pertunjukan seni, budaya, produk kerajinan, panganan, hingga produk kreatif berbasis

teknologi begitu tersaji apik. Namun jangan lupa, di balik performa para pelaku UMKM

(usaha mikro kecil dan menengah) itu, ada pihak perbankan yang cukup berkontribusi secara signifikan. Salah satunya adalah PD BPR Bank Sleman, yang sejak berdiri 34 tahun yang lalu telah bersama-sama pelaku UMKM mengembangkan perekonomian berbasis kerakyatan. “Potensi kreatif di sini (Yogyakarta dan sekitarnya—red) sungguh melimpah dan potensial sekali untuk dikembangkan,” ujar Muhammad Sigit, Direktur Utama PD BPR Bank Sleman membuka perbincangan dengan iKreatif di kantornya yang berada di Sleman, Yogyakarta.

Hingga kini, PD BPR Bank Sleman tetap menjadi mitra pembiayaan bagi pelaku UMKM di Yogyakarta dan sekitarnya. Bahkan dengan sistem pelayanan yang mudah, cepat, dan berkualitas, BPR Sleman terus menunjukkan tajinya sebagai “sahabat” orang-orang kreatif yang ingin memulai usaha namun terhambat dari sisi permodalan. Hebatnya, BPR ini sanggup membiayai nasabah yang tidak memiliki jaminan sekali pun.

“Kami hadir untuk menjembatani mereka (nasabah—red) sekalipun tidak memiliki jaminan. Jadi kami relaksasi aturan-aturan itu,” kata Sigit, ketika ditanya mengenai peran BPR dalam mendorong pelaku UMKM. Itu salah satu terobosan yang dilakukan BPR Sleman untuk mendobrak sistem yang menghambat pinjaman mikro kecil. “Kendala wong cilik itu banyak sekali dan kami coba untuk mengerti mereka,” tambahnya.

Tak hanya menjembatani pelaku UMKM melalui pem-biayaan, tapi BPR Sleman juga aktif membantu dalam mem-promosikan produk-produk kerajinan dari para nasabahnya itu. Misalnya dengan menyediakan tempat pameran serta ikut membantu memberikan pelatihan dan motivasi bisnis.

Menurut Sigit, memang banyak nasabah yang tidak bankable meski sebenarnya feasible untuk dibiayai. Untuk itulah BPR Sleman tetap mengedepankan prinsip prudent (kehati-hatian) dalam menggelontorkan kreditnya. “BPR Sleman bukan BPR biasa. Yang jelas kami berbeda karena berkualitas serta tahu risiko bank,” tandas pria lulusan Magister Ekonomi Pembangunan di Universitas Gajah Mada, ini.

Sejauh ini, langkah BPR Bank Sleman cukup mulus di sektor pembiayaan mikro, kecil dan menengah. Coverage area-nya tidak hanya sebatas Yogyakarta dan sekitarnya, tapi juga menjangkau Provinsi Jawa Tengah.

Rata-rata kredit yang disalurkan BPR Bank Sleman sekitar Rp20 miliar setiap bulannya. Ini berarti juga kredit BPR ini mencapai Rp250 miliar per tahun. Luar biasa, jika melihat bahwa BPR Bank Sleman yang notabene bukan bank umum, melainkan bank perkreditan rakyat (BPR).

Dari sisi nasabah, BPR Bank Sleman juga terus tumbuh dan saat ini sudah mencapai 40.000-an nasabah. “NPL kami di bawah satu persen, dengan kompetitor sekitar 65 BPR,” urai Sigit. Dengan 130-an orang karyawan dan 16 kantor kas, BPR Bank Sleman tetap komit untuk menjembatani para pelaku bisnis UMKM.

Namun di tengah euforia atas prestasi yang selalu ditorehkan BPR Bank Sleman (salah satunya adalah terpilih menjadi BPR terbaik), Sigit sedikit gusar dengan image

masyarakat tentang eksistensi BPR. “Yang sulit adalah mengubah image masyarakat bahwa BPR ini adalah bank. Karena banyak orang yang belum tahu kalau BPR itu sendiri adalah bank,” tukas lelaki kelahiran Boyolali tahun 1964 ini.

Melayani dengan secepat mungkin menjadi salah satu motto BPR Bank Sleman dalam upaya-nya membangun bank terpercaya. Dengan hadir-nya BPR Bank Sleman di tengah masayarakat, tentu saja akan memberikan alternatif pilihan perbankan. Terutama bagi mereka yang tidak bankable namun layak untuk dibiayai. Jadi tidak ada lagi alasan untuk tidak memproduksi barang kreatif karena permasalahan pembiayaan. Karena solusinya sudah ditemukan yaitu bermitra dengan BPR Bank Sleman.n

MEMAHAMI WONG cILIK

taK Hanya MenJeMBatani PelaKU UMKM MelalUi PeMBiayaan, taPi BPr sleMan JUga aKtif MeMBantU dalaM MeMProMosiKan ProdUK-ProdUK KeraJinan dari Para nasaBaH.

Layanan prima menjadi prioritas BPR Bank Sleman.

Selain memberikan kredit, BPR Bank Sleman juga melakukan fungsi pendampingan nasabah.

Foto

: BP

R B

ank

Slem

an

34 / 2015 ikreatif 03

LIPUTAN KHUSUSDIASPORA INDONESIA

tika mengikuti kursus di Belanda ternyata berasal dari sebuah desa terpencil di pedalaman Bali.

Konon, ada sekitar lima sampai delapan juta orang Indonesia atau keturunan Indonesia yang kini ber-domisili di luar Indonesia. Karena itu, sejak 2011 muncul ide Diaspora Indonesia. Menurut Dino Patti Djalal, mantan Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat yang sekarang menjadi Chaiman Diaspora Indonesia, Diaspora mencakup setiap orang Indonesia yang berada di luar negeri, baik yang berdarah maupun yang berjiwa Indonesia, apa pun status hukum, bidang pekerjaan, latar bela-kang, etnis dan kesukuannya, dan tidak membedakan antara pribumi

maupun non-pribumi.“Dengan pengertian ini, jangan-

kan mereka yang keturunan Indone-sia, seorang bule yang mencintai Indonesia pun bisa dimasukkan dalam kategori Diaspora Indonesia,” ungkapnya disela-sela pembukaan Kongres Diaspora Indonesia ke-3 di Jakarta.

Perantau dan pencinta Indonesia di berbagai negara menyambut ga-gasan Diaspora Indonesia ini dengan antusias. Minat ini bahkan sudah ditunjukkan dengan mengambil langkah-langkah kongkrit untuk membentuk jejaring Indonesian Diaspora Network (IDN) di berbagai negara. Saat ini jaringan Diaspora Indonesia telah berkembang menjadi organisasi yang anggotanya terdiri dari 60 chapter di 32 negara.

Edward Wanandi Chaiman Dias-pora Indonesia periode 2013-2015 mengatakan selama ini komunikasi para diaspora berjalan cukup baik.

Jika terbiasa berpergian lintas-negara, tidak sulit menjumpai orang dengan wajah dan penam-

pilan Jawa mengenalkan dirinya sebagai orang Jerman. Pierre Coffin, sutradara Despicable Me 2 misalnya, ternyata adalah putra dari NH. Dini, novelis ternama Indonesia. Serupa dengan itu, Russel Peters, komikus ternama dari Kanada, ternyata adalah keturunan India.

Kita boleh terperanjat karena kasir sebuah rumah makan di Ant-werpen, Belgia, ternyata orang Semarang. Atau profesor terkemuka sebuah perguruan tinggi di Amerika berasal dari Sumatera. Dan bersiap-siaplah menerima kenyataan kalau ternyata dosen favorit Anda ke-

DIASpoRA InDonESIA:

Go Global, love loCallUasnya JeJaring yang diMiliKi Para diasPora indonesia di lUar negeri Bisa MeMBaWa Potensi dan sUMBer daya dari indonesia UntUK MendUnia.

| teks : erfendi eka Putra

Foto: Istimewa

2015 / 35 ikreatif03

Berbagai gagasan muncul dan se-mangat untuk berbuat sesuatu bagi Diaspora Indonesia dan Indonesia.

Meski demikian, lanjut Edward harus diakui bahwa Diaspora Indone-sia ini belum sepenuhnya meyakinkan semua pihak sehingga masih ada pihak yang bersikap “menunggu dan melihat” sebelum memutuskan.

“Para perantau dan pencinta Indonesia yang ingin berbuat sesuatu untuk Indonesia pasti banyak sekali dan beragam modelnya. Pemerintah sebaiknya menyambut ini dengan memberi ruang yang lebih luas bagi IDN untuk berperan bagi Indonesia dan dimudahkan prosesnya tanpa melanggar ketentuan-ketentuan hu-kum,” harapnya.

Selain itu, dengan luasnya jejaring (networking) yang dimilikinya, para Diaspora Indonesia di perantauan bisa membawa potensi dan sumberdaya (resources) dari Indonesia untuk mendunia. Diaspora Indonesia bisa berperan untuk mendunia dengan tetap mencintai nilai-nilai lokal. Go global, love local.

Ditemui di sela-sela acara kongres Diaspora Indonesia ke-3 di Jakarta, beberapa waktu lalu, Frans Simarmata, Council Officer Randwick City Council New South Wales, Australia menyebutkan bahwa Australia termasuk salah satu negara

dengan jumlah “perantau” terbanyak. Maklum negara Kangguru tersebut merupakan tujuan utama orang Indonesia karena lokasi geografisnya yang tidak terlalu jauh dan harapan ekonomi yang dijanjikannya.

“Di Sydney mendengar Bahasa Indonesia diucapkan di tempat umum bukanlah hal aneh. Jika sekolah S3 di sebuah universitas ternama di Australia, maka jangan kaget kalau pembimbingnya adalah orang Surabaya,” tutur pria yang bekerja di kantor pemerintahan tersebut. Frans sendiri merupakan co-founder www.jempol.com.au, situs sosial bagi warga negara Indonesia yang berada di Australia dan sekitarnya.

Diaspora Indonesia di Australia lanjutnya memiliki potensi namun ia mengakui potensi besar itu be-lum tergarap maksimal karena konektivitas baik antara Diaspora sendiri maupun dengan pemangku kepentingan di Tanah Air.

Di tempat yang sama, Presiden IDN Global, Mohamad Al-Arief me-ngatakan ada lima fungsi Diaspora Indonesia. Pertama, pelaksanaan program filantropi seperti fund raising untuk membantu korban bencana alam. Kedua, pemanfaatkan keahlian teknis untuk mendukung pembangunan ekonomi. Ketiga,

advokasi program dan kebijakan pemerintah yang bisa mendukung potensi Diaspora tergali secara penuh. Keempat, menghubungkan pebisnis domestik dengan Diaspora yang telah paham struktur pasar, jaringan. Kelima, mempromosikan budaya asli Indonesia di luar negeri.

“Contoh, ada nasional chapters di USA dan 14 lokal chapters. Setiap lokal chapters melakukan kegiatan. Misalnya, untuk economic linked, kita sebagai kedubes yang tidak dibayar. Kami sampaikan agar negara memanfaatkan potensi ini seperti negara-negara lain. Kami terbiasa berkompetisi secara global, kita bisa menularkan ini ke Tanah Air. Expertise (keahlian) seperti yang ingin kami bawa, tak sekadar membawa uang,” ujarnya.

Selama ini, optimalisasi potensi Diaspora Indonesia baru sebatas sumbangan devisa yang jumlahnya puluhan triliun rupiah yang mengalir sampai ke pelosok desa. Namun, sesungguhnya mereka memiliki lebih dari itu, seperti keterampilan, pengetahuan, dan jejaring di sebe-rang sana. Jelas, diaspora bukan sekadar obyek karena selayaknya mereka menjadi subyek yang mela-kukan hal-hal besar ketimbang hanya remitansi (transfer uang yang dilaukan pekerja asing ke penerima di negara asalnya.n

LIPUTAN KHUSUSDIASPORA INDONESIA

Presiden IDN Global, Mohamad Al-Arief.

Dino Patti Djalal, mantan Duta Besar Indonesia.

Edward Wanandi Chaiman Diaspora Indonesia.

Foto

: Is

tim

ewa

Foto

: Is

tim

ewa

Foto

: Is

tim

ewa

36 / 2015 ikreatif 03

LIPUTAN KHUSUSDIASPORA INDONESIA

Tidak pernah terbayangkan sebe-lumnya di benak seorang Fify Manan, bahwa produk furnitur

karya perusahaan keluarga yang berlabel Formcase dapat tembus ke lima benua. Bahkan kini produk furniturnya sudah berada di Gedung Putih dan masuk Departemen Per-tahanan Amerika Serikat di Pentagon.

Semua dimulai saat dia sukses mengantongi kontrak khusus sebagai pemasok produk ke instansi peme-rintah di Negeri Paman Sam dari General Service Administration (GSA), 10 tahun silam. Hal itu diceritakan kembali oleh Fify ketika didapuk men-jadi salah seorang pembicara dalam

Kongres Diaspora Indonesia 3 di Ja-karta, belum lama ini.

“Hanya produsen pemilik kontrak GSA yang bisa mengirim produknya ke Pentagon dan Gedung Putih. Dan kami berhasil meraih kontrak itu. Untuk bisa lolos dan memperoleh kontrak itu tidak mudah, karena pihak pemerintah AS meninjau se-mua aspek, terutama soal kualitas,” kata Fify.

Kontrak GSA itu merupakan syarat mutlak apabila sebuah peru-sahaan ingin memasok ke instansi di AS. Setelah itu, dia bisa mengakses sebuah situs pembelian khusus yang telah didesain pemerintah.

“Di dalam situs tersebut tersedia dua informasi penting yakni kon-traktor yang mendistribusikan pro-duk ke perusahaan pemerintah dan instansi pemerintah mana yang sedang membutuhkan produk untuk didistribusikan,” ujar pemilik perusahaan yang berdomisili di negara bagian Atlanta ini.

Dari situ dia dapat melihat ins-tansi pemerintah mana saja yang sedang membuka kesempatan proyek. Kemudian dia mengajukan proposal ke departemen-departemen itu. “Saya senang berbisnis dengan Pemerintah AS, karena semuanya serba transparan. Selain itu mereka juga telah menetapkan standar untuk semua produk furnitur yang mereka butuhkan. Saya tinggal me-ngikuti saja,” katanya.

DARI WoRKSHoP KEcIlSebelum melebarkan sayap ke

AS, keluarganya telah mengelola perusahaan itu sejak tahun 1963.

fify Manan, Ceo Pt forMCase indUstries

DARI TANGERANG MENUJU GEDUNG PUTIH

ProdUK fUrnitUr BerMereK forMCase adalaH satU-satUnya ProdUK asal asia yang Bisa MasUK Ke deParteMen PertaHanan dan Kantor KePresidenan aMeriKa seriKat.

| teks : erfendi eka Putra

Foto: Formcase Industries

2015 / 37 ikreatif03

LIPUTAN KHUSUSDIASPORA INDONESIA

Dari yang awalnya hanya sebuah workshop kecil dan dirintis oleh ayah mertuanya, kini sudah semakin menggurita menjadi berbagai divisi perusahaan.

“Ya, sebagai titik mula kami mulai membesarkan perusahaan ini di Indonesia dulu dengan memiliki pabrik di Tangerang. Lalu membidik kawasan Asia, regional baru ke lintas benua,” papar istri Robert Manan itu.

Perempuan 49 tahun tersebut awalnya menjual produknya ke AS melalui distributor. Pasarnya lumayan besar. Tapi, dia tidak pernah tahu siapa pasar produknya itu. ”Karenanya, saya putuskan untuk berangkat ke sana sekaligus membuka kantor perwakilan. Dari situ saya jadi tahu siapa market kita. Selama ini yang berkuasa distributor. Kita jadi bawahan mereka,” ungkap Fify.

Dia mulai ekspansi ke AS pada tahun 2001 silam, berbekal dua koper pakaian. Fify ditemani putri sulungnya, Jessica, yang saat itu berusia sebelas tahun. Dia tinggal di sebuah apartemen di Georgia. Di AS, Fifi mulai menjalankan strategi bisnis dari nol. Meski tidak tahu peta bisnis di sana, Fifi yakin usahanya tidak sia-sia.

Dia lalu menyewa kantor dan gudang di Atlanta. Namun sayang, baru dua bulan usahanya berjalan, terjadilah peristiwa 11 September 2001. “Gedung kembar World Trade Center dan Pentagon diledakkan. Dampaknya, bisnis di Amerika ikut mati. Bahkan sampai lima tahun masih terasa,” kenangnya.

Fify meyakini, separah apa pun situasi bisnis di AS, pemerintah tetap punya uang untuk menjalankan roda pemerintahan. Itu sebabnya, dia kemudian berkonsentrasi ke pasar pemerintah. Maka, langkah pertama yang ditempuh Fify saat itu adalah mendapatkan kontrak GSA lebih dulu. Kalau sudah dapat kontrak GSA, semua permintaan yang dikeluarkan pemerintah kita bisa tahu. Sistemnya serba online dan hanya bisa login jika sudah dapat kontrak GSA.

Perputaran uang dari pemenuhan kebutuhan pemerintah negara bagian itu ternyata besar. Sampai akhirnya pada 2005 Fify sanggup membeli rumah di sana dan meninggalkan kehidupan di apartemen. Sambil terus meningkatkan penetrasi di pasar AS, Fify bekerja keras siang malam mengurus pasar yang sebelumnya dia tembus di kawasan Eropa, Timur Tengah, dan Afrika. ”Jadi, kalau siang saya kerja untuk pasar AS, malamnya saya komunikasi untuk pasar di negara lain. Kan jamnya berbeda,” terusnya.

Kontrak GSA setiap lima tahun diperpanjang. Perpanjangan kontrak berlaku otomatis sebagai cerminan birokrasi dan perizinan bisnis yang sederhana dan tidak njlimet. ”Kontrak itu tidak akan diperpanjang jika perusahaannya bermasalah. Tapi, sejauh lancar dan baik-baik saja, otomatis diperpanjang,” kata Fify yang tiga bulan sekali pulang ke Indonesia.

Fify tetap menjadi WNI yang berdomisili di AS sehingga menjadi bagian dari Diaspora Indonesia. Tinggal di AS bagi Fify bukan hal baru karena selulus SMA dia kuliah di sana mengambil jurusan electrical engineering di Oklahoma State University. ”Kuncinya, kami selalu mengikuti perkembangan. Rajin ikut pameran dan im-provisasi,” pungkasnya.n

2015 / 37 ikreatif03

38 / 2015 ikreatif 03

LIPUTAN KHUSUSDIASPORA INDONESIA

38 / 2015 ikreatif

Menjadi pegawai pemerintah alias pegawai negeri sipil di negeri orang tentu bukanlah sebuah rencana awal dari perjalanan hidup Frans, demikian dia biasa disapa.

Hikayatnya bekerja di kantor Walikota Ranwick News South Wales Australia sekarang adalah berawal dari tawaran setamat kuliah master di salah satu perguruan tinggi di Australia. Sebelumnya ia bekerja di North Sydney Council.

“Tidak ada rencana. Tetapi saya dapat tawaran dan kebetulan memang ada lowongan kebutuhan bekerja sebagai pegawai negeri di salah satu kantor pemerintahan. Karena menurut saya waktu itu cukup bagus saya ambil. Terbukti betah sampai sekarang,” terangnya. Di kantor walikota tersebut ia bergelut di bidang informasi teknologi.

Sebelum pindah ke Australia tahun 1999, co-founder www. jempol.com.au ini awalnya adalah marketing di salah satu perusahaan BUMN terkemuka di Jakarta. Ia memutuskan keluar begitu krisis ekonomi datang tahun 1998. Dan melanjutkan masternya di Sydney, Australia.

“Australia khususnya di sydney rasa Indonesianya cukup terasa. Banyak orang Indonesia yang kuliah dan bekerja di sana. Jadi kalo kita ke café atau ke mal, maka sering mendengar orang berkomunikasi dengan bahasa Indonesia atau Bahasa daerah.” ujar pria yang sudah mengantongi status permanent residence dan mendapatkan fasilitas pensiun.

Frans menceritakan sebelum bekerja di kantor pemerin-tahan, sembari kuliah, seperti kebanyakan warga Indonesia lain yang kuliah di Australia, ia pun pernah menjadi pelayan restoran, kasir sampai tukang cuci piring.

AKTIvIS DIASPoRASudah 16 tahun ia tinggal di negeri Kangguru itu. Namun

jauh tinggal dari kampung halaman itu tidaklah membuat nasionalismenya luntur. Karena itulah sejak terbentuknya Diaspora Indonesia, maka Frans kemudian untuk aktif di dalamnya. Frans merupakan Chairman Diaspora Indonesia Chapter Australia.

Perantau dan pencinta Indonesia di Australia katanya menyambut gagasan Diaspora Indonesia ini dengan antu-sias. Minat ini bahkan sudah ditunjukkan dengan mengambil langkah-langkah konkrit dengan terbentuknya jejaring Indonesian Diaspora Network of Australia (IDN Australia) pada tingkat negara bagian maupun federal. Komunikasi para Diaspora ini berjalan cukup baik.

Menurutnya potensi “perantau” Indonesia di Australia sangatlah besar karena itu ia tergerak untuk merekatkannya. Mereka umumnya sangat peduli tanah air namun sering bergerak sendiri-sendiri. Karena itulah lewat Diaspora Indo-nesia Chapter Australia ia aktif menggalang potensi perantau untuk mendarmabaktikan karyanya bagi Indonesia.

Diaspora Australia katanya memiliki banyak kegiatan. Salah satunya memfasilitasi pelaku seni dan budaya dari Indonesia yang ingin memperkenalkan karya dan keah-liannya. “Bulan lalu ada pentas stand up comedy, kita bantu mereka. dan perkenalkan kepada komunitas Indoensia di Sydney. Begitu juga dengan teman-teman dari daerah lain. Kami senang karena budaya kita diterima dengan baik di Australia,”pungkasnya.n

“MEREKATKAN DIASPORA DENGAN TALENTA LOKAL INDONESIA”

frans siMarMataCoUnCil offiCer randWiCK City CoUnCil. ranWiCK neWs soUtH Wales aUstralia

| teks : erfendi eka Putra

Foto

: Is

tim

ewa

03

2015 / 39 ikreatif03

LIPUTAN KHUSUSDIASPORA INDONESIA

2015 / 39 ikreatif

Ia dikenal sebagai walikota yang kreatif. Bahkan se-masa menjadi seorang arsitek profesional sudah teruji. Tak heran jika jasa rancangbangunnya banyak

digunakan pemilik modal. Termasuk dari luar negeri. Kini ketika menjadi Walikota Bandung, kreativitas Ridwan Kamil tak pernah berhenti. Termasuk merancang Little Bandung di Hongdae, Seoul, Korea Selatan.

Little Bandung sendiri merupakan pusat promosi Bandung berwujud restoran yang terintegrasi dengan sentra produk industri kreatif asal bumi Parahyangan. Konon, produk-produk terbaik dari Bandung akan diboyong ke sana dan itu dikumpulkan oleh tim dari ITB (Institut Teknologi Bandung) dan difasilitasi. Mi-nimal ada sekitar 20 brand.

Little Bandung menurut Ridwan Kamil merupakan proyek B to B (business to business) yang penger-jaannya diserahkan kepada pihak swasta. Pemkot Bandung hanya menjadi jembatan antara para pengusaha muda kreatif dan pihak ketiga atau in-vestor yang ingin memperkenalkan Bandung ke man-canegara.

“Tapi konten-kontennya dari Pemkot Bandung. Jadi ke Korea dulu karena dianggap paling siap. Sisanya nanti ke kota-kota dunia lain yang paling memungkinkan,” ungkap Ridwan Kamil disela acara Diaspora Indonesia di Jakarta, Agustus lalu.

Secara spesifik, Little Bandung akan diisi oleh fasilitas restoran di lantai dasar dan ada toko souvenir art and craft di lantai dua. “Jadi kalau orang datang ke sana bisa makan, bisa juga melihat produk-pro-duk Bandung. Sehingga lama-kelamaan akan ada diplomasi dalam bentuk produk itu. Tidak hanya diplomasi politik,” ujar Ridwan berstrategi. Ia berharap nantinya Little Bandung akan menjadi merek dimana produknya adalah kumpulan dari yang dibuat khusus Little Bandung.

Gedung Little Bandung di Seoul akan dibangun empat lantai. Lantai 1 dan 3 difungsikan sebagai resto dan kafe. Lantai 3 sebagai tempat memasarkan barang-barang industri kreatif, dan lantai 4 menjadi galeri pameran.

Kalau saat ini sang walikota membawa Bandung ke kancah internasional, bukan tidak mungkin ke de-pan ia akan membawa nama nasional. “Karena saya walikota Bandung, soal ke depan lihat saja nanti,” ujarnya seraya berlalu.n

ada saJa Cara ridWan KaMil MeMPresentasiKan BandUng di lUar negeri. aKHir 2015 aKan ada little BandUng di Korea selatan.

MENJUAL BANDUNG KE MANcANEGARA

| teks : rusli M. tang

Foto: Istimewa

Foto

: Fe

bri

03

40 / 2015 ikreatif 03

LIPUTAN KHUSUSDIASPORA INDONESIA

Namanya mulai berdengung sejak debut filmnya Brush with Danger masuk nominasi Academy Awards 2015 dan bersaing dengan

film-film box office seperti Hunger Games dan Interstellar. Di film itu, Livi menyutradarai, mem-produksi, dan juga membintangi film yang diputar di bioskop-bioskop Amerika Serikat, tahun lalu. Film itu berkisah tentang kakak-adik yang menggunakan kemampuannya untuk bertahan hidup di tanah yang asing. Kini namanya berkibar seiring pengakuannya sebagai seorang yang multitalenta.

Livi menceritakan awal mula meninggalkan Indonesia tahun 2004 untuk melanjutkan SMA di Beijing. Setelah itu pada 2007 ia pindah ke

Amerika Serikat, mengambil kuliah S1 jurusan Ekonomi di University of

Washington.Di negeri Paman Sam itu,

ai menekuni olahraga beladiri. Livi memiliki banyak prestasi di karate dan wushu. Ia su-dah mendapatkan 25 medali di berbagai turnamen negara bagian di AS. Dari prestasi itu, dara kelahiran Malang, Jawa Timur, 3 April 1989 itu

suka diminta jadi stunt (peran pengganti untuk adegan berba-haya). Nah, saat itulah ia

mulai jatuh cinta dengan dunia film. “Saya cinta dengan dua hal, film dan wushu,” kata Livi, disela-sela acara kongres Diaspora In-donesia, di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Langkah Livi menjadi sutradara dan produser film di Amerika tidaklah mudah. Butuh waktu tiga tahun menggarap film p e r t a m a n y a

itu. Saat itu Livi berusia 23 tahun. Skenario ceritanya bahkan ditolak sampai 30 kali. Dan ketika ingin menggarap, dia juga harus jungkir balik mencari kru film. Untuk kru film saja, Livi membutuhkan waktu 1 tahun.

“Di Hollywood, kalau mau jadi sutradara nggak bisa langsung. Pertama kali aku coba jadi asisten produksi. Itu tidak dibayar sama sekali. Cuma dapat makan saja. Aku coba jadi asisten sutradara, asisten produser, asisten lighting. Jam kerjanya juga panjang sampai 16 jam sehari, capek,” kenangnya. Tapi dari situ ia banyak belajar.

TALENTA KREATIF INDONESIATEMBUS HOLLYWOODliVi ZHeng, seorang diasPora indonesia di Bidang PerfilManyang sUKses MeneMBUs Pasar aMeriKa seriKat.

| teks: erfendi eka Putra

Sekarang, statusnya sebagai nominator Oscar memudahkannya ketika ingin membuat film Hollywood. “Dulu susah mencari crew, sekarang mereka yang approach saya,” ungkap peraih penghargaan “Diaspora Creative Awards 2015” itu.

Ketika ditanya niatnya untuk tinggal di Indonesia, ia mengatakan bisa saja. Tetapi mungkin separuhnya akan di luar negeri, kare-na ia mengaku masih memiliki KTP Indonesia. Apalagi ia melihat potensi industri film di Indo-nesia yang bisa terus bertumbuh.

Penduduk Indonesia berjumlah 240 juta jiwa, namun layar biskopnya baru ada 1.000 unit. Sedangkan di Korea Selatan, penduduknya hanya 50 juta tapi layar bioskopnya ada 20 ribu lebih. Penduduk Korea Selatan sedikit tapi presentasi penduduk yang menonton film bisa 30%. n

Foto: Istimewa

40 / 2015 ikreatif 03

2015 / 41 ikreatif03

n TOKOH

eKonoMi Kreatif MerUPaKan KeKUatan BarU eKonoMi indonesia. Warisan BUdaya, Kearifan loKal dan teKnologi daPat MenJadi Modal UtaMa MengHadaPi tantangan gloBalisasi.

| teks: erfendi eka Putra

Hal ini disampaikan oleh Prof. Dr. Mari Elka Pangestu dalam pengukuhannya sebagai Guru Besar bidang Ekonomi Internasional, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Indonesia di Balai Sidang UI, Depok, Sabtu (8/8/2015).

Dalam pidato ilmiahnya yang berjudul, “Globalisasi, Kekuatan Ekonomi Baru, dan Pembangunan Berkelan-jutan: Implikasi bagi Indonesia”, Prof. Mari Elka Pangestu, Ph.D. menyampaikan bahwa ekonomi kreatif adalah kekuatan baru ekonomi Indonesia untuk menjawab tanta-ngan globalisasi dan mencapai pembangunan berkelan-jutan. Mari menguraikan bahwa tantangan global yang dihadapi Indonesia adalah melambatnya pertumbuhan ekonomi global selama 3-5 tahun ke depan. Untuk itu, Indonesia perlu diversifikasi ekspor dan memupuk sumber daya saing dan pertumbuhan baru.

Indonesia memiliki keunggulan kompa-ratif yang berbasis sumber daya alam maupun yang padat karya. Namun, jika hanya mengandalkan hal ter-sebut, Indonesia akan dengan mudah tertinggal. Menurut Mari, dibutuhkan diversifikasi dan upaya membangun kekuatan ke depan, antara lain melalui pembangunan keterampilan sumber daya manu-sia, teknologi, dan kreativitas. Dengan membangun kapasitas seperti itu, Indonesia dapat masuk dalam mata rantai nilai tambah global.

Lebih lanjut diuraikan bahwa berdasarkan ilmu ekonomi baku, per-tumbuhan ekonomi disebabkan oleh dua proses. Pertama, karena akumulasi modal, tenaga kerja, dan sumber daya alam. Kedua, karena peningkatan pro-duktivitas yang disebakan oleh suatu ide kreatif untuk

meningkatkan produksi dengan menggunakan faktor produksi dan proses produksi yang sama. Dengan de-mikian, yang terpenting adalah bagaimana ide kreatif tersebut muncul dan bagaimana pencetus ide kreatif da-pat memperoleh nilai ekonomi sehingga kreativitas akan terus berlangsung.

Perpaduan antara model ekonomi, kreativitas yang bermodal SDM kreatif, kreativitas dari modal budaya dan kearifan lokal, serta pengetahuan maupun teknologi yang ada, ekonomi kreatif bukan saja dapat meningkatkan pertumbuhan, tetapi juga mewujudkan pem-bangunan yang berkelanjutan, Indonesia yang hijau, Indonesia yang berbudaya dan rakyat Indonesia dengan kualitas hidup yang lebih baik.

Tak hanya itu. Menteri Perdagangan periode 2004-2001, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 2011-2014 ini menyampaikan, warisan budaya dan kearifan lokal serta teknologi yang ada juga dapat menjadi modal utama menghadapi tantangan globalisasi. Sebagai con-toh bentuk ekonomi kreatif dalam e-commerce yaitu munculnya platform penyedia jasa seperti Go-Jek.

“Platform Go-Jek merupakan suatu keniscayaan da-lam meningkatkan produktivitas dengan menguntungkan pengojeknya. Sekarang yang dapat dilakukan adalah bagai-mana kita memberdayakan pengojek agar turut serta bergabung dalamplatform sejenis. Sementara itu, untuk me-ngatasi ojek konvensional, perlu penyesuaian pemain lama dengan pemain baru dengan baru dengan adil,” kata Mari.

Dari sisi pemerintah, Mari melihat perlu adanya ko-mitmen politis yang konsisten untuk menciptakan iklim yang kondusif. Mari memberikan contoh pemerintah

Korea dan Inggris yang telah berhasil membuat industri kreatifnya terkenal hingga mendunia.

“Pemerintah bisa berperan untuk me-ningkatkan apresiasi, pengarsipan ser-

ta jaminan hak intelektual (HAKI). Ruang publik yang penting seperti gedung kesenian, galeri dan ruang komunitas kreatif harus diciptakan,” ujar putri dari eko-nom kenamaan Dr. Pang Lay Kim ini. Mari mengatakan, dengan terjaminnya hak intelektual (HAKI) serta ide kreatif, ide dan inovasi dapat terus mengalir dari pencetus ide. Dengan begitu, pemilik ide kreatif bisa memperoleh manfaat ekonomi,

keuntungan yang layak dari kreativitas serta menjadi stimulus untuk ide baru. Sesungguhnya inilah esensi dari ekonomi kreatif.n

2015 / 41 ikreatif03

Prof. dr. Mari elKa PangestU, gUrU Besar UniVersitas indonesia

INDUSTRI KREATIF, SOLUSI EKONOMI INDONESIA

Foto: Istimewa

42 / 2015 ikreatif 03

n FASHION

Hanif Asyiah Nanjaya dan Doddy Nanjaya mendadak jadi perhatian publik menjelang pernikahan Gibran Rakabuming Raka dan Selvi Ananda yang digelar pada 11 Juni 2015 lalu di

Solo, Jawa Tengah. Pasalnya pasangan perancang busana inilah yang berada di balik tampilan elegan dari pasangan pengantin tersebut.

Hanif bukanlah desainer kondang yang biasa disorot kamera. Ia hanya perancang lokal, namun

karya-karyanya memang cukup dikenal Solo dan sekitarnya lewat beberapa kali peragaan busana karyanya. Menurut pengakuannya, ia tak pernah terpikir jika suatu saat akan merancang busana pengantin seorang anak Presiden. Namun kenyataan berkata lain. Hanif justru memperoleh kesempatan merancang busana pesta sang putra mahkota yang mengusung konsep sederhana bertemakan klasik.

Ceritanya pada 25 Februari 2015 lalu, rumah mode Chili Boutique Solo yang terletak di Jalan RM Said, Solo, Jawa Tengah, kedatangan Gibran Rakabuming Raka dan Selvi Ananda. Namun sayang, hari itu Hanif dan Doddy (pemilik rumah mode) tidak ada di tempat karena sedang merayakan ulang tahun anak mereka. Dari pembicaraan melalui telpon, Gibran dan Selvi pun berjanji akan datang lagi ke tempat mereka.

”Akhirnya janjian lagi. Datang ke sini bilang mau nikah. Orangnya kan gitu. Irit omong. Untuk menyampaikan itu saja susah. Selvi yang lebih banyak omong,” jelas Hanif saat ditemui di

butiknya, beberapa waktu lalu. Saat bertemu, kepada Hanif, Gibran

meminta agar dibuatkan busana dengan pakem Jawa namun berkesan

modern.

naManya seKetiKa PoPUler MenJelang resePsi PerniKaHan PUtra sUlUng Presiden JoKoWi giBran raKaBUMing raKa dengan PUtri solo 2009 selVi ananda.

PERANcANG BUSANA “PUTRA MAHKOTA”

| teks & foto: Choky saktiawan

2015 / 43 ikreatif03

Warna hitam pun disepakati sebagai warna yang akan digunakan seluruh keluarga. Baik keluarga laki-laki, maupun keluarga perem-puan.

Usai pertemuan itu Hanif pun langsung putar

otak untuk mewujudkan busana yang sederhana namun elegan dipandang mata. ”Untuk keluarga klasik. Tapi untuk pengantinnya ada sentuhan modern. Ibu Iriana (istri Jokowi) memang menginginkan konsep Kartini kalsik. Dan hitam mewawakili klasik,” terang Hanif.

Untuk pengantin wanita, Hanif memberikan sentuhan gold agar terkesan modern. Sedangkan Gibran hanya akan memakai beskap Jawa dengan warna hitam solid. Bludru pun dipakai sebagai bahannya. Karena itu adalah permintaan khusus dari Iriana Jokowi.

”Pas resepsi tidak ganti baju. Keluarga juga. Jadi satu tema aja. Paling

yang siraman. Pasti ganti,” papar desainer lulusan Aka-

demi Seni Desain Indonesia ini.Sementara, untuk siraman, Hanif menggunakan

kain jumputan. Setelah siraman, baru menggunakan kebaya kurubaru dengan motif kembang staman. Sedangkan untuk preweddingnya, Hanif dan Doddy membuatkan tiga buah baju.

”Mungkin sekitar 20 baju lebih totalnya yang kita buatkan dari sini. Acaranya ada 4. Keluarga inti yang cowok dari kita. Kalau yang cewek dipisah. Ada yang dari pihak lain, ada yang dari sini,” jelas Hanif.

n FASHION

Foto: Choky Saktiawan

Tak tanggung-tanggung, mereka juga diminta untuk membuatkan busana yang akan dikenakan seluruh keluarga. Baik itu keluarga laki-laki, maupun keluarga perempuan. ”Terpilih, ya kaget. Kok kami yang dipilih. Kan banyak perancang yang lebih senior. Ya ini suatu kehormatan,” ujar Hanif.

Perkenalan Hanif dan Doddy dengan pasangan Gibran dan Selvi ternyata sudah terjadi sejak lama. Ketika Selvi menyabet gelar sebagai Putri Solo di

Awalnya, Hanif dan Doddy merasa ragu dengan permintaan Gibran dan Selvi. Mereka takut jika Girban tak cocok dengan busana rancangannya. Namun di luar dugaan, semua konsep yang ditawarkannya langsung disetujui oleh Gibran dan keluarga besarnya.

KAgETTernyata tak hanya busana

resepsi saja, pasangan itu juga diminta untuk membuatkan beberapa busana untuk mereka gunakan dalam pemotretan pre-wedding dan siraman.

tahun 2009 silam, Hanif dan Doddy memang berada di sana.

Bahkan di tahun 2010, Selvi sempat meminta agar Hanif dan Doddy menjadi sponsor utama gelaran Putri Solo. Saat itu, mereka pun membuatkan seluruh busana yang dipakai para kontestan dan seluruh panitia.

Terkejut? Sudah pasti. Hanif dan Doddy tak percaya jika Gibran sangat menyukai baju-baju rancangan mereka. Apalagi Gibran langsung mengundang pasangan suami istri itu ke kediamannya. n

Hanif Asyiah Nanjaya dan Doddy Nanjaya.

44 / 2015 ikreatif 03

n FASHION

Setelah mencetuskan idenya kepada Iqbal, maka gayung pun bersambut. Selain Iqbal dan Malabby, juga ada Ilham Mustofa dan Achmad Maulana Safari yang bersama-sama membesut brand distro yang bermarkas di Jakarta dan Pelabuhan Ratu, Banten tersebut.

Pemilihan nama ini bukan tanpa alasan. Karena sama-sama berasal dari pesantren, mereka diajarkan untuk bangun malam dan shalat malam apabila memiliki hajat yang ingin dipenuhi. “Burung hantu juga merupakan hewan yang identik hidup di malam hari. Dan kita menganggap diri kita sebagai kesatria burung hantu yang hidup di malam hari untuk beribadah,” ungkapnya menceritakan makna filosofis dari brand yang dibentuknya.

Selain itu, melalui burung hantu, mereka mencoba mengajak masyarakat untuk peduli lingkungan. Burung hantu sendiri merupakan ikon fauna yang unik dan perlu dilestarikan. Menurut Iqbal, hal itu dicoba untuk diterjemahkan dalam produk kami melalui desain-desain yang

Ide untuk memulai sebuah usaha ataupun bisnis bisa datang dari mana saja, termasuk dari makhluk nokturnal seperti burung hantu. Seperti yang dialami oleh empat orang sahabat

yang sudah berkawan selama belasan tahun, tepatnya kala sama-sama belajar di Pondok Modern Assalam, Sukabumi, Jawa Barat.

“Awal mula ide untuk membuat brand distro bertemakan burung hantu datang dari Malabby, yang mencetuskan nama Owlknight sekaligus logonya,” ujar salah seorang pendiri Owlknight Iqbal Musyaffa.

INSPIRASI BISNIS DARI BURUNG HANTU

latar BelaKang PeKerJaan yang BerBeda dari eMPat Pendiri oWlKnigHt terseBUt JUstrU MeMBeriKan Warna dan PelUang Bagi PeMasaran ProdUK

| teks: Zal Hanif

44 / 2015 ikreatif 03

2015 / 45 ikreatif03

n FASHION

diluncurkan dan atribut peleng-kapnya.

Menariknya lagi, Iqbal dan rekan juga memberikan paper bag yang bisa didaur ulang untuk setiap pembelian kaos, sebagai pengganti kantong plastik.

Iqbal menuturkan, lazimnya pebisnis pemula, pada awalnya sempat ada kekhawatiran bahwa produk yang dibuatnya tidak dapat diterima pasar. Namun, Iqbal beserta Cs menepis keraguan tersebut dan memulai produksi awal sebanyak 60 pcs kaos dengan lima desain berbeda. “Modal awal berasal dari kantong kita dengan masing-masing memberikan uang sebesar Rp 1.500.000,” lanjut pria kelahiran 7 Desember 1989 ini.

Latar belakang pekerjaan yang berbeda dari empat pendiri Owlknight tersebut justru mem-berikan warna dan peluang bagi pemasaran produk yang baru berdiri pada bulan Maret yang lalu. “Dana patungan pertama kali tersebut sepenuhnya kita pergunakan untuk produksi kaos cetakan pertama, termasuk juga untuk eksplorasi bahan dan sabon yang bagus. Kita mulai pasarkan kepada kerabat dan teman-teman terdekat dulu. Selain di Jakarta, kita juga menjadikan Pelabuhan Ratu sebagai pusat

penjualan untuk kawasan sekitar karena Ilham berdomisili di sana.” paparnya.

Secara perlahan, keraguan pro-duknya tidak laku mulai terkikis. Iqbal mengatakan kaos cetakan pertama terserap dengan cukup baik. Terutama di Pelabuhan Ratu. Penerimaan masyarakat di sana sangat baik. Setiap desain yang diluncurkan laris manis dan terserap dengan baik di sana.

Sementara itu, Feri, panggilan dari Achmad Maulana Safari meng-atakan, saat ini produksi kaos per bulan sekitar 150 pcs dengan omset per bulannya sekitar Rp 10 juta-an. “Untuk menggenjot penjualan, kita memaksimalkan media sosial berupa instagram dan akun pribadi kami masing-masing seperti path dan facebook.” Imbuh Feri.

Agar mempermudah pembeli melihat koleksi desain yang tersedia, Feri mengatakan dapat dilihat di akun instagram @owlknight_house. “Selain lewat media sosial, kita juga mengikuti kegiatan berupa bazar seperti yang kami lakukan pada bulan Ramadhan lalu di Gandaria City.” Terangnya.

Ia pun menjelaskan, saat ini Owlknight telah bekerja sama dengan Why Phoebe Band yang dibesut oleh Danang ‘the comment’

sebagai salah satu personelnya. “Kita bekerja sama sebagai official t-shirt partner untuk setiap kegiatan panggung yang dilakukan Why Phoebe.” Ujarnya.

Saat ini, pemasaran produk Owlknight sudah mulai menyasar beberapa kota selain Jabodetabek dan Pelabuhan Ratu. Penjualan juga sudah mencapai wilayah luar Jawa seperti Lombok. “Kita juga sedang merencanakan pengembangan dan diversifikasi produk selain kaos. Kita akan menggarap topi dan jaket serta sweater dalam waktu dekat.” Tambah Feri.

Misi yang diusung oleh para pendiri Owlknight cukup sederhana, yakni dapat konsisten menjalankan bisnis selama satu tahun pertama. Dan pada tahun 2016 nanti, Iqbal dan kawaan kawan menargetkan dapat membuka beberapa gerai dibeberapa lokasi antara lain di Jakarta ataupun Pelabuhan Ratu.

“Kami percaya kalau bisnis bisa bertahan selama minimal satu tahun, maka insya Allah ke depannya akan lebih baik untuk berkembang. ”Pungkas Feri yang juga merupakan karyawan salah satu Bank Swasta di Bilangan Depok, Jawa Barat Ini. n

Foto: Produk Owlknight

2015 / 45 ikreatif03

46 / 2015 ikreatif 03

n FASHION

ia MUnCUl di antara seJUMlaH desainer senior. rePresentasi anaK MUda Kreatif dengan ide-ide yang fasHionaBle.

| teks: rusli M. tang

Dalam perhelatan Indonesia International Islamic Fashion and Products yang berlangsung di Jakarta Convention Center, September 2015 lalu, sejumlah desainer mengamini tentang

potensi Indonesia akan menjadi pusat busana muslim dunia. Hal ini tentu saja memacu semangat para perancang busana untuk lebih inovatif lagi dalam berkarya.

Inovasi-inovasi baru pun bermunculan. Sebut saja nama-nama desainer kondang macam Ida Royani, Zainal Songket, Itang Yunasz, dan lain-lain yang cukup aktif menggelar karyanya. Namun di antara sejumlah nama desainer ternama itu, muncul seorang Yoha Friska Mei Fanny. Anak muda yang siap menggoyang panggung fesyen Indonesia, khususnya busana muslim.

Usianya baru 27 tahun. Namun di balik usia belia itu, Yoha (nama panggilannya) telah menunjukkan kematangan dalam berkarya. Teranyar adalah dengan menjuarai lomba merancang busana muslim (LMBM), yang diselenggarakan majalah Noor, pada Juni 2015 lalu. Tak heran jika pada peragaan busana bertema Ethnic Urbanovation di Indonesia International Islamic Fashion and Products, Yoha disandingkan dengan sejumlah desainer ternama Indonesia.

“Alhamdulillah saya bisa bersanding dengan guru-guru senior, dimana saya muncul sebagai representasi anak muda. Saya excited sekali diajak bergabung di acara ini,” ungkap lulusan sekolah mode ESMOD Jakarta ini.

Dalam peragaan busananya ini, Yoha menampilkan delapan rancangan busana muslim yang menggunakan bahan tenun dari Lombok. “Kali ini saya mencoba tantangan membuat desain etnik. Saya memilih tenun Lombok karena memiliki daya tarik fesyen yang kuat,” jelas dara manis yang juga lulusan Fakultas Hukum, Universitas Andalas, Padang.

Yoha yang selama ini dikenal membuat desain casual berbahan urban ini mengaku bangga se-bagai orang Indonesia, yang me-mang kaya akan potensi tenun nusantara. “Nggak perlu beli brand luar karena brand kita nggak kalah bagus. Kain kita juga nggak kalah,” imbuh Yoha yang mengaku menggemari fesyen sejak usia empat tahun.

Ke depan, Yoha mengaku akan terus eksis dan lebih inovatif lagi dalam menelurkan karya-karyanya. n

46 / 2015 ikreatif 03

yoHa frisKa Mei fanny (fasHion designer)

INOVATOR BUSANA MUSLIM

Foto: Koleksi pribadi

2015 / 47 ikreatif03

n wISATA BUDAYA

TAMAN MINI WAJAH KREATIF INDONESIA

2015 / 47 ikreatif03

Foto

: Ade

Rya

n P

urn

ama

Mayoritas penduduk Indonesia, dari Sabang sampai Merauke, pasti sudah tidak asing lagi dengan nama Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Di kawasan

seluas 150 hektare ini, kita dapat melihat “wajah” In-donesia sesungguhnya. Mulai bangunan khas daerah, kebudayaannya, kekayaan alam, museum, flora, fauna, dan lain sebagainya.

“Tidak salah memang jika TMII ini dikatakan minia-tur Indonesia, dan ini sejalan dengan misi TMII yakni wahana pelestarian, pengenalan, dan pengembangan budaya bangsa,” ujar Ade F. Meyliala, Direktur Budaya TMII.

Sebagai cerminan Indonesia dalam ukuran kecil, kehadiran dan keberlangsungan TMII memang diharap-kan mampu mendorong bergeraknya ekonomi kreatif masyarakat yang berbasis produk seni, budaya, dan tek-nologi.

tMii terUs BertransforMasi MenJadi PUsat seni dan BUdaya serta ilMU PengetaHUan BerKaraKter indonesia.

| teks: Zal Hanif & erfendi eka Putra

48 / 2015 ikreatif 03

n wISATA BUDAYA

Keberadaan TMII tidak lepas dari keluarga Cendana. Digagas oleh ibu negara saat itu, Tien Soeharto, tahun 1975, selanjutnya TMII berada di bawah Yayasan Harapan Kita. Maka, ketika rezim Orde Baru alias era Presiden Soeharto berakhir tahun 1998, TMII pun turut meredup.

“Kami boleh dikatakan terpuruk karena pengunjung pun menghilang begitu saja,” tambah Ade. Ia meng-akui sejak saat itu pihaknya hanya bergantung ke yayasan. TMII kemudian melakukan metamorfosa dengan membentuk manajemen baru yang lebih solid dengan tetap berada di bawah Yayasan Harapan Kita.

Mengikuti Tren Masa Kini Meski begitu, menurut Ade, bukan pekerjaan mu-

dah untuk membuat TMII selalu menjadi magnet bagi wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Apalagi kebijakan pemerintah yang mengatur bahwa 80% TMII merupakan proyek idealis, dan 20%-nya disiapkan se-bagai kawasan wisata berbasis budaya.

“Kekhawatiran kami pengunjung akan jenuh jika manajemen TMII tidak kreatif, dan meng-update TMII

sesuai perkembangan zaman. Kita mau, orang mengunjungi

TMII berulang-ulang, bukan hanya sekali seumur hidup,” terang wanita cantik ini ketika ditemui di ruang kerjanya di TMII, Jakarta Timur.

Hanya saja, sebagai yaya-san yang bukan berorientasi pada profit, jelas menjadi

tantangan tersendiri bagi manajemen TMII. Mak-

lum, sampai saat ini, biaya pengelolaan

taman mini cu-

kup besar yakni mencapai Rp8-9 miliar per bulannya. “Untungnya, dana sebesar itu masih terbantu dengan masing-masing anjungan, yang dibiayai oleh Pemda atau instansi yang ada,” terang Ade.

Ade menjelaskan, salah satu upaya yang dilaku-kannya saat ini adalah dengan mengajak pihak swasta untuk bersama-sama mengembangkan kawasan TMII, untuk membangun fasilitas-fasilitas yang digemari generasi sekarang. Seperti pembangunan snow bay, sky world, dan lainnya.

“Kami juga ditantang untuk membangun sentra kuliner nusantara dan keinginan masyarakat agar TMII bisa dibuka sampai larut malam. Karena itu kami harus kreatif mengemas dan mengambil segmen menengah ke atas. Kebudayaan juga harusnya tidak terlihat jadul, tapi bagaimana agar kebudayaan bisa dilihat oleh generasi sekarang,” terang wanita penggemar fotografi itu.

Guna menghindari kesan lawas, TMII juga terus meningkatkan sarana rekreasi dan bermain anak-anak. Salah satunya kehadiran water park Snow Bay, hasil kerja sama dengan investor Korea. “Water park ini sangat diminati, dalam satu bulan bisa puluhan ribu orang masuk ke Snow Bay,” lanjut Ade. Selain itu ada wahana High Flight Balloon—balon besar yang bisa naik turun dan bisa ditumpangi sampai 30 orang.

Dengan sejumlah pembenahan yang dilakukan, TMII berharap jumlah pengunjung akan terus meningkat. Saat ini rata-rata pengunjung 7 jutaan orang/tahun.

“Ke depan, jumlah tersebut harus meningkat. Kami harus menciptakan sesuatu yang cultural tapi fun untuk bisa menarik pengunjung,” pungkasnya. Target-nya dalam beberapa tahun ke depan TMII memiliki berbagai wahana modern sesuai tren zaman dengan kekuatan pada nilai seni dan budaya nusantara, sesuai ciri khas TMII. n

48 / 2015 ikreatif 03

Ade F. Meyliala, Direktur Budaya TMII

Anjungan Sumatera Barat.

Keong Mas. Wahana Snow Bay.

48 / 2015 ikreatif 03

2015 / 49 ikreatif03

n wISATA BUDAYA

2015 / 49 ikreatif03

Mengikuti perkembangan zaman, TMII harus terus bertransfromasi dan beradaptasi untuk tetap menjadi destinasi wisata kebanggaan Indonesia bahkan dunia.

Untuk mencapai hal tersebut maka kemajuan teknologi tidak bisa dipungkiri harus terus dikejar.

Keberadaan sejumlah museum di TMII juga harus bisa menjadi turning point bahwa bangunan-bangunan tersebut tidak semata menyimpan barang antik tapi juga harus dapat menunjukkan produk konsep masa depan. Tentu banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan menejemen menghadapi tantangan global.

Kepada tim iKreatif, Dr. A.J. Bambang Sutanto, Direktur Utama TMII yang sudah 12 tahun mengelola TMII mence-ritakan pengalaman dan tantangan besar TMII ke depan. Berikut kutipannya?

Ada anggapan TMII adalah wahana lawas yang tidak lagi menjadi destinasi wisata utama. Bagaimana Anda menjawab anggapan tersebut?Itulah pekerjaan rumah kami. Tantangan utama TMII di era globalisasi ini adalah bagaimana wahana ini mampu bertransformasi menjadi pusat seni dan budaya serta ilmu pengetahuan khas Indonesia. Pengunjung yang datang ke sini tidak hanya sekali, tetapi berkali-kali. Ke depan TMII bukan hanya harus memikirkan ulang menarik pengunjung lokal tapi juga harus mampu memberikan peng-alaman dan pemahaman baru bagi pengunjung dari sekitar negara tetangga, seperti ASEAN.

caranya bagaimana?Kekuatan TMII ada di seni dan budaya. Nah, itu yang kami perkuat. Kemudian di TMII ada ratusan komunitas. Sebut saja komunitas apa saja ada di TMII. Itu potensi yang menarik jika dikelola dengan baik. Kita selenggaraka even bersama komunitas, hampir setiap minggu. Di TMII ini ada 200-an even lebih dalam setahun. Kami juga harus jeli membaca po-tensi apa saja yang sekiranya bisa dikembangkan. Karena itu dalam beberapa tahun terakhir kami bekerjasama dengan investor. Saya

berada di sini untuk memastikan bagaimana kerja sama itu tetap mendukung visi dan misi TMII dan dijalankan sesuai aturan.

TMII bisa dikatakan sebuah proyek idealis. Sementara investor swasta acuannya berbeda. Nah bagaimana menyatukan itu dan swasta tertarik masuk?Sesuai cita-cita pendiri TMII, Ibu Hj. Siti Fatimah Hartinah Soeharto. Beliau sudah berpikir jauh bagaimananya membangun jati diri bangsa dengan memperkenalkan khasanah budaya dalam satu wahana sehingga sejauh apapun perubahan zaman anak bangsa ini mengetahui budaya luhur bangsanya sendiri, Ingat, TMII memiliki lebih kurang 100 unit bangunan. Terdiri dari 33 anjungan daerah dan akan bertambah satu lagi. Ada 21 museum, serta unit rekreasi dan wisata yang mendukung kegiatan TMII. Itu adalah aset, sekaligus kekuatan TMII. Dan pasti banyak investor yang mau masuk. Namun kami tidak ingin keberadaan investor justru menghancurkan core budaya. Justru harus memperkuat.

Kalau semata memikirkan keuntungan maka jadikan mal saja cepat. Tempat strategis. Namun nomor satu adalah kebudayaan. Karena itu untuk wahana mainan anak-anak boleh. Kuliner nusantara ayo. TMII itu lokasi wisata sehat. Konser-konser band boleh, tetapi tidak boleh yang buka-buka baju. Investor yang kami ajak harus bisa mengembangkan area TMII. Anjungan yang tidak ramai harus ramai. Yang tidak disenangi masyarakat kemudian mereka (jadi) senang. Itu tujuan mendatangkan investor.

Tetap tidak mengubah core budaya di TMII.

Selanjutnya mau dibawa kemana TMII di usianya yang sudah masuk 40 ini?TMII harus melakukan langkah-langkah visio-ner namun tidak mengubah visi dan misinya. Di zaman kebebasan dan globalisasi ini TMII harus agresif untuk mengerahkan segala

upaya agar TMII kembali menjadi destinasi wajib dan utama bagi rakyat Indonesia dan

mancanegara. Pembenahan dari lingkungan dan bangunan akan terus kami lakukan. Pagelaran

dan festival yang lebih memberikan dampak pada ekonomi kerakyatan tentu akan sangat

bermanfaat ke depannya.n

LANGKAH VISIONER TMIITANPA MERUBAH VISI DAN MISINYA

dr. a.J. BaMBang sUtanto, direKtUr UtaMa tMii

50 / 2015 ikreatif 03

n DESTINASI

Gili Air lombok:

menenGok FAmily islAndnAn eksotis

Jika selama ini Lombok lebih sering menjadi tujuan wisata atau berlibur alternatif selain Bali, sekarang kondisinya tidak lagi demikian. Bahkan bisa dikatakan Lombok sudah menjadi pesaing utama Pulau Dewata dalam hal menawarkan tempat-tempat wisata nan elok

dan eksotis.Tengok saja, tiga pulau kecil di Lombok Utara; Gili

Air, Gili Meno, dan Gili Trawangan, yang belakangan ini kian populer dan menjadi primadona bagi para wisatawan. Terutama wisatawan mancanegara (wis-man). Selain lebih terjangkau, nuansa alam di tiga pulau tersebut juga masih sangat kental terasa.

Untuk mencapainya pun tidaklah sulit. Ke Gili Air misalnya, Anda hanya butuh waktu sekitar 10 menit perjalanan dari Pelabuhan Bangsal menggunakan motor boat, dengan harga tiket Rp12 ribu - Rp15 ribu per orang. Dan jika ingin lebih nyaman, Anda bisa menyewa motor boat seharga sekitar Rp150 ribu untuk sekali perjalanan.

Ya, meski ketiga pulau (Gili) saling berdekatan satu sama lainnya, namun masing-masing gili memiliki ciri khas dan keunikan tersendiri. Gili Air, yang merupakan pulau dengan lokasi paling dekat dengan Pelabuhan Bangsal (penyeberangan dari Lombok), memiliki pe-sona tersendiri dimana di pulau ini para wistawan dapat menghabiskan waktu sambil bersantai dengan nyaman di sepanjang pantai berpasir putih yang me-mukau serta masih sangat terjaga keasriannya.

Menariknya lagi di Gili Air ataupun di Gili Meno, dan Trawangan, Anda tidak akan pernah menemukan kendaraan bermotor yang membuat pekak telinga serta polusi udara, karena di sini masih menggunakan alat transportasi tradisional Cidomo (alat transportasi tradisional yang menggunakan kuda). Sementara bagi

tiga PUlaU di loMBoK Utara Kian MenJadi PriMadona Bagi Para WisataWan.

| teks: Zal Hanif

50 / 2015 ikreatif 03

2015 / 51 ikreatif03

yang gemar melihat pemandangan bawah laut nan memesona, Anda juga bisa melakukan snorkeling ataupun diving di laut sekitar Gili Air yang sangat jernih.

Gili Air memang belum sengetop saudaranya Gili Trawangan. Namun beberapa tahun terakhir ini, Gili Air semakin diperhitungkan para wisatawan maupun para investor. Alamnya nan indah, garis pantai nan memesona, suasana yang lebih nyaman dan tenang, menjadikan Gili Air lebih disukai wisatawan yang memboyong keluarga untuk berlibur. Dengan kata lain, Gili Air lebih banyak dikunjungi wisman yang mendambakan lokasi berlibur yang eksotis, nyaman, dan tidak bising.

Kendati demikian, Gili Air juga dilengkapi dengan fasilitas akomodasi, hotel, restoran, dan bar. Bahkan untuk resor dengan fasilitas hotel bintang empat pun ada di sini. Salah satunya adalah Gili Air Lagoon yang dikembangkan PT Trias Jaya Propertindo (TJP).

Dikembangkan di atas lahan seluas 2,3 hektare, resor ini didesain dengan menggabungkan unsur tra-disional dan modern. “Kami di sini menjual mood

untuk para wisman maupun lokal. Karena kalau kita lihat, ketiga pulau ini memiliki pasar yang sedikit berbeda. Seperti Trawangan, mereka lebih ramai. Karena itu, Trawangan juga dikenal dengan party island. Sedangkan Gili Meno lebih seperti honeymoon island. Nah, Gili Air itu kan family island. Jadi kami bangun resort yang membuat keluarga lebih nyaman,” ujar Djaja Roeslim, Direktur Utama PT Trias Jaya Pro-pertindo.n

KaMi di sini MenJUal Mood UntUK Para WisMan MaUPUn loKal. Karena KalaU Kita liHat, Ketiga PUlaU ini MeMiliKi Pasar yang sediKit BerBeda.

“”

Djaja Roeslim, Direktur Utama PT Trias Jaya Propertindo.

Photo-photo Istimewa

2015 / 51 ikreatif03

52 / 2015 ikreatif 03

n SENTRA KREATIF

c R E AT I V E c E N T R E

KaWasan taMan Mini indonesia indaH (tMii) seBagai iKon destinasi BUdaya tanaH air, telaH CUKUP laMa diKenal seCara lUas. BaHKan sUdaH MenJadi agenda ‘setengaH resMi’ seKolaH di BerBagai daeraH UntUK Bisa MengUnJUngi KaWasan taMan Mini.

| teks: Muhammad agus slamet

Sebagai komoditi unggulan, berbagai budaya dipelihara keberadaannya, dikembangkan pe-lestariannya sehingga bisa menjadi warisan

‘intangible’ bagi generasi Indonesia untuk mengenal kebudayaan tanah airnya.

Sejalan dengan budaya dan pelestariannya di kawasan Taman Mini, maka timbullah inspirasi untuk bisa menggandengkan budaya nasional yang bersifat ‘intangible’ dengan sesuatu yang bernilai ‘tangible’, bisa dilihat, dirasakan, dan pula diwujudkan dalam sebuah produk kreatif. Apa yang menjadi warisan semisal songket Su-matera Selatan, harusnya bisa diaplikasikan dalam produk fashion modern. Ukiran khas mer-bau asmat, haruslah bisa dikembangkan dengan motif kontemporer masa kini. Atau tarian Ke-cak Bali, haruslah dibungkus dalam sebuah sen-dratari kolosal semacam broadway.

Tentunya implementasi penyatuan sesuatu yang intangible dan tangible tersebut memerlu-kan konsep, wadah, dan juga produk yang saat ini sedang ramai dicanangkan, yakni indusri kreatif. Menyikapi hal tersebut, PT Eureka Prima Jakarta Tbk, melihat adanya kewajiban untuk menjaga keserasian penyatuan budaya yang intangible ke dalam sebuah produk yang tangible. Sehingga PT Eureka Prima Jakarta Tbk, yang berencana untuk mengembangkan ‘green property’, merasa bahwa memasukkan keserasian antara pengembangan industri kreatif dan produk propertinya di kawasan Taman Mini adalah sebuah keharusan.

Perhatian terhadap pengembangan industri kreatif yang berlandaskan pada kelestarian budaya nasional adalah sebuah sinergi yang bisa menjadi ikon properti baru, bahkan dapat disebutkan se-bagai ‘cultural property’ (produk properti berbasis budaya) yang akan bermuara pada ‘creative pro- perty’ (properti berbasis kreativitas).Batik, produk kreatif yang melegenda.

52 / 2015 ikreatif 03

Jakarta Creative HuB:BERBASIS BUDAYA DAN TEKNOLOGI

2015 / 53 ikreatif03

n SENTRA KREATIF

Saat ini, PT Eureka Prima Jakarta Tbk, sedang berdiskusi dengan Taman Mini terkait rencana pengembangan ini. Sehingga ke depannya, seluruh pengembangan yang direncanakan terintegrasi, bisa meningkatkan kawasan Taman Mini sebagai destinasi unggulan nasional & regional, sebagai kawasan sentra industri kreatif berbasis budaya, meliputi adanya pasar kreatif yang menjual produk kerajinan seluruh nusantara, pusat kuliner nusantara dengan berbagai macam makanan khas legendaris dari seluruh provinsi, juga pusat pertunjukan seni budaya, music dan perfilman kelas dunia, sentra promosi produk fashion modern hasil perpaduan artikulasi busana nusantara, dan juga produk industri kreatif lain yang selaras dengan konsep pengembangan nantinya.n

Link untuk video animasi Eureka Creative Center:

https://www.youtube.com/watch?v=zvsa_2mHCXQ

Pengembangan property yang memasukkan unsur budaya dalam detail pemanfaatannya (cultural property).

Tourist walks dengan implementasi dari artikulasi arsitektur nusantara dalam setiap detail fasad bangunan.

2015 / 53 ikreatif03

Untuk mewujudkan keserasian antara pengembangan industri kreatif dan produk propertinya tersebut, maka PT Eureka Prima Jakarta Tbk menunjuk Dr. Marcia Codinachs, Presiden Codinachs Architects sebagai konsultan arsitek pengembangan Eureka Creative Centre.

Dr Marcia Codinachs, adalah seorang arsitek ternama. Ia telah berhasil menggarap beberapa proyek prestisius diantaranya: Marina Hemingway (Kuba), Burj Tower dan Spanish Tower (Dubai), Petro Vietnam dan lain-lain. Dr. Marcia Codinachs adalah profesor di Fakultas Arsitektur Universitas Teknik Catalonia. Dia juga profesor penasehat Universitas Tongji, Shanghai dari tahun 1996.

Codinachs Architects berkantor pusat di Barcelona, Spanyol. Jasa Perusahaan tersebut meliputi bidang arsitektur, perencanaan kota, desain perkotaan, lansekap dan desain interior. Keahlian mereka sering dipakai oleh pengembang-pengembang ternama dari Amerika, Tiongkok, Uni Emirat Arab, Maroko, Kuba, dan berbagai negara Eropa. Codinachs Architects memiliki kantor cabang di empat kota besar dunia, diantaranya Dubai, Casablanca, Maroko, Shanghai dan Ho Chi Minh, Vietnam. n

DR. MARcIA cODINAcHS

KONSULTAN ARSITEKEUREKA cREATIVE cENTRE

Photo: Istimewa

54 / 2015 ikreatif 03

n KRIYA

Kreativitas tanpa batas. Itu dibuktikan oleh Revi Marcelina dalam menghasilkan kriya yang dibuat secara eksklusif. Karena menghasilkan produk

saja belum cukup untuk berkompetisi di ranah industri kreatif. Diperlukan juga kejelian dalam membaca peluang pasar. Makanya karya kriya juga harus mengedepankan keunikan, konsep, tema, fungsional, estetika, dan kua-litas. Itulah yang dilakoni Revi selaku produsen gelang kulit bergrafir dengan label Treeasure, asal Bandung, Jawa Barat.

“Selain detailing dan penggunahan bahan, kami juga unggul dalam hal desain. Kebetulan latar pendidikan saya di bidang desain dan mengerti tentang bagaimana eksplorasi bahannya,” ujar Revi yang jebolan Jurusan Kriya, Institut Teknologi Bandung.

Pemahaman Revi tentang bahan baku dan desain produk menjadi faktor pembeda antara dirinya dengan

produsen lainnya. Tak heran jika kriyanya itu juga dires-pons positif oleh sejumlah negara luar (Singapura, Jepang, Australia, Uni Emirate Arab, dan Italia—red). Di dalam negeri sendiri? Hampir seluruh Indonesia sudah dijajakinya melalui jalur distro (distribution outlet).

Treeasure yang dibangun Revi sejak tahun 2011 memang identik dengan kriya fungsional seperti gelang, dompet, sepatu, dan tas. Dan yang menarik adalah semua benda tersebut memiliki motif yang dibentuk melalui teknologi laser cutting berkualitas yang tidak meninggalkan noda bakar pada permukaan bahan (kulit).

Untuk motif desain produknya yang berbahan leather (kulit), Revi mengaku banyak mendapat inspirasi dari mana-mana. “Kalau dulu, motif unggulan di Treeasure adalah motif Dayak,” jelas wanita kelahiran Bandung tahun 1988 ini. Rupanya, Revi tak hanya menggunakan bahan kulit sapi dalam karyanya. Tapi juga kulit ular dan kulit ikan. Selain bahan kulit, Revi juga memproduksi kriya berbahan kertas, kayu, dan akrilik untuk mem-produksi kriya non gelang.

Mengapa memilih kulit? “Selain suka dengan material kulit, ternyata kulit itu durable banget (tahan lama—red) dan berkualitas. Dan dilihat dari sisi ekonominya, ternyata leather ini banyak penggemarnya dan kalangannya sangat luas,” ungkap gadis bertubuh mungil ini yang menjual varian produk berbandrol mulai dari Rp80.000 hingga Rp1,5 juta ini.

Menurut Ilham, Marketing Manager Treeasure, selain berkualitas produk Treeasure juga memiliki kekhususan karena bisa dipesan secara customize (sesuai pesanan). Misalnya gelang dengan tulisan khusus sebagai hadiah khusus kepada seseorang. “Dengan gelang bertuliskan khusus itu akan memberikan kepuasan tersendiri kepada pemesan dan kami tidak akan mengulang quotesnya,” terang Ilham berpromosi.

Anda tertarik memberikan gelang dengan kalimat spesial kepada orang yang spesial? n

treeasUre MengKlaiM seBagai ProdUsen gelang KUlit dengan teKniK laser CUtting PertaMa di indonesia. Motif dayaK Jadi UnggUlannya.

Ilham & Revi Marcelina (Founder Treeasure).Fo

to:

Chok

y

| teks: rusli M. tang

54 / 2015 ikreatif 03

EKSLUSIVITAS DALAM KREATIVITAS

2015 / 55 ikreatif03

Anda memiliki barang-barang tak terpakai? Jangan dibuang dulu. Sebab dengan ide-ide kreatif, barang usang tersebut justru mampu disulap menjadi produk bernilai jual. Tak percaya? Coba tengok apa yang dilakukan oleh Galih Pradipta dengan sejumlah barang “loakan”seperti piringan hitam dan kayu sisa. Lewat sentuhan kreatifnya, kini barang-barang tersebut justru

memiliki nilai tambah dan menghasilkan pundi-pundi ke dalam koceknya.Sejak awal 2015, Galih memutuskan untuk memproduksi sendiri produk kreatifnya yang

bernaung di bawah bendera Creavology (gabungan dari bahasa kreatif dan mitologi). Selain jam piringan hitam, Galih juga produktif menghasilkan produk home and decor seperti tempat lampu, meja, kursi, dan sebagainya. “Sejak dulu saya memang suka membuat benda-benda rakitan. Jadi sebenarnya membuat produk seperti saat ini sudah seperti hobi” jelas Galih, ketika ditemui di workshop-nya di bilangan Bintaro, Tangerang Selatan.

Berbeda dengan produsen lainnya yang mengejar profit, Galih mengaku masih idealis dan tidak ingin terjebak dalam hitung-hitungan bisnis. “Saya ingin membuat konsep yang benar-benar kreatif dan tak ingin terkesan menjadi online shop,” tegas lelaki kelahiran Jakarta, 6 Juni 1990 ini.

Terkait produk jam berbahan piringan hitam hasil rancangannya, Galih mengaku saat ini masih menjadi primadona di Creavology. Inspirasi desain jam buatannya tak lepas dari hobinya seperti bermusik, foto- grafi, film, dan otomotif. “Melihat perkembangan zaman akhirnya saya masukan desain grup band legendaris pada jam itu. Pasarnya juga lebih masuk apa- lagi banyak yang fanatik dengan band-band khusus,” ujar arsitek lulusan Uni- versitas Trisakti, Jakarta, ini.

S e c a ra teknis, jam piringan hitam yang dibanderol seharga Rp200.000-an ini meru- pakan hasil dari teknologi laser cut. Galih sendiri mengikuti s e m u a proses kreatifnya; mulai dari mencari vinyl (piringan hitam) di tempat- tempat penjualan barang bekas, mendesain m o d e l jam, hingga mengerjakan finishingnya.

“ Y a semua ini saya jalani karena dasarnya adalah hobi,” tandas Galih yang gemar mengoleksi televisi zaman dulu.

Sejauh ini produk jam vinyl karya Galih cukup diterima ma-syarakat. Buktinya sejumlah pe-langgan masih aktif memesan kepadanya. Selain produknya

unik dan tematik, jam dinding juga memiliki nilai fungsional. Belakangan Galih juga produktif

menghasil karya-karya home decor seperti meja kayu, kap lampu, rak sepeda, furnitur, dan sebagainya. Selain itu ia juga masih me-

ngerjakan sejumlah proyek idealis yang cukup merogoh koceknya dalam-dalam. “Untuk proyek idealis itu memang lumayan kalau dari segi cost produksinya,“ujar Galih yang juga tercatat sebagai tenaga freelance di bidang fotografi dan design and build ini.n

PIRINGAN HITAMYANG TAK LAGI BERSUARA

Foto

: RM

T

seMPat MeMProdUKsi seJUMlaH ProdUK Kreatif, galiH aKHirnya MeMastiKan JaM dinding BerBaHan Piringan HitaM MenJadi Ciri KHas Karyanya.

| teks: rusli M. tang

n KRIYA

56 / 2015 ikreatif 03

n KRIYA

Pernah duduk-duduk di bantaran sungai dan melihat onggokan kayu yang berlubang dimakan kapang? Apa yang terlintas di benak kita saat menemukan itu selain jijik dan beringsut menjauh? Tapi tidak demikian

dengan Firdaus, ia justru mengotimalkan bahan kayu tersebut menjadi la-dang bisnisnya.

“Sejak kecil saya melihat kayu-kayu tergeletak di pinggiran kali. Dan ketika ingin berkreasi itulah saya teringat,“ ujar pria yang memilih nama ‘Tangi’ sebagai nama brand handycarft-nya karena ingat nama daerah asalnya itu. ”Sebenarnya ada beberapa teman yang sudah mencoba dengan bahan kayu

kapang, tapi mereka kurang fokus,“ imbuhnya santai. “Produk pertama saya itu tempat pensil,“ kisah Firdaus mengenang.

Pria yang mendirikan bengkel handycraft yang berlokasi di Jalan Sahardjo, Jakarta ini mengatakan bahwa ia ingin memproduksi barang yang memiliki fungsi dan tidak melulu hiasan semata. “Gantungan kunci, tempat tissue, lampu, tempat buah, jam dan yang lainnya,“ ujarnya Firdaus, pemilik Kayu Tangi Art.

“Tekstur kayu kapang itu bagus,“ jawab Firdaus mantap ketika ditanya mengenai alasannya memilih kayu kapang sebagai bahan baku produksinya. Firdaus juga menjelaskan bahwa sifat kayu pada dasarnya akan makin keras jika terendam secara terus menerus. “Kalau kena air, kena panas, lalu kena air lagi, itu baru jadi lapuk,“ jelas pria yang mempercayakan sistem pemasaran pada istrinya. “ Saya fokus di bengkel saja,“ tegas Firdaus yang memulai usaha kreatifnya sejak tahun 1998 dengan memproduksi kirei dan tikar kayu.

Sampai saat ini jenis kayu yang digunakan masih sebatas kamper, meranti, ramin, kayu putih, bengkre dan beberapa kayu

lainnya. Firdaus juga mengakui bahwa inspirasinya datang dari mana-mana. “Idenya bisa dari siapa saja, bahkan terkadang dari

pembeli atau pengunjung pameran,“ kilah Firdaus. Mengubah limbah menjadi ‘emas’ adalah salah satu hal yang

bisa kita tiru dari produksi Firdaus ini. Dengan kreativitas ternyata kita memang mampu mengubah banyak hal yang sudah tidak berguna

menjadi bernilai jual tinggi. “Sampai sekarang sudah ada kira-kira 100 item produksi yang saya buat,“ ujarnya bangga. Ia juga menambahkan bahwa pigura dan tempat lilin masih jadi favorit di pasaran.

“Pembeli dari mancanegara lebih suka membeli barang yang kecil dan ringan,“ imbuh Firdaus menceritakan pengalamannya dikunjungi turis

asing. Tapi ia sama sekali tidak pernah mengirim produksinya keluar negeri. “Agak ribet dan saling tumpang tindih,“ ujarnya beralasan. Otomatis, sejauh ini produksi Firdaus sudah sampai ke berbagai negara dengan cara dibawa langsung oleh pembelinya. Di sinilah salah satu keistimewaan produksi Firdaus.

Selain mencintai kebudayaan di daerahnya dengan memberikan nama Tangi Art, Firdaus juga telah membersihkan limbah dengan cara yang sangat apik. Masyarakat Indonesia perlu belajar banyak dari konsep usaha Firdaus ini, bahwa sampah dan limbah bisa disulap jadi emas.

Mulai sekarang mari kita lihat disekitar kita dan temukan potensi limbah yang menjadi emas di dalamnya. n

MENGUBAH LIMBAH KAYU MENJADI ‘EMAS’MeManfaatKan liMBaH KayU yang terendaM di sUngai MenJadi ProdUK HandyCraft Bernilai eKonoMis.

| teks dan foto : ade riyan Purnama

56 / 2015 ikreatif 03

2015 / 57 ikreatif03

Hobi adalah sesuatu hal yang sangat menyenangkan jika sudah dikerjakan. Selain bisa menumbuhkan kebahagiaan, hobi juga salah satu cara untuk

merefresh kembali jiwa. Terlebih jika hobi tersebut mendatangkan uang. Rasanya pribahasa sekali da-yung dua-tiga pulau terlampaui akan tepat menjadi idiomnya.

Wifytha Gallery adalah sebuah showroom tenun dimana segala sejarahnya berangkat dari hobi. Cynthia Dayan Boru Hutagalung adalah perempuan berdarah Batak yang sangat mencintai tenun. “Saya suka sekali pakai tenun,“ kisahnya saat ditanya tentang usaha gallery-nya tersebut. “Karena suka, saya punya aneka ragam tenun. Dan banyak teman yang jadi tertarik,“ kisahnya melanjutkan. Cynthia akhirnya mendapatkan pesanan aneka tenun dari teman-temannya. Dari sinilah segalanya dimulai. Sebuah hobi yang kemudian berkembang menjadi bisnis potensial.

“Saya hunting ke daerah-daerah,“ jawabnya ketika ditanya tentang caranya menemukan kain-kain tersebut. Menemukan para pengrajinnya langsung membuat perempuan berusia 39 tahun ini mengerti benar tentang pembuatan tenun. “Saya merasa sangat sayang jika pengerjaan yang dilakukan berbulan-bulan akhirnya hanya digunakan untuk acara adat semata saja,” ujarnya sedih.

Ya, membuat tenun memang membutuhkan kesa-baran tinggi. Seperti di daerah Route, Nusa Tenggara Timur, misalnya. “Sebagian penenun adalah perempuan separuh baya,“ jelas Cynthia. Durasi waktu sekitar 3-6 bulan proses pengerjaan tenun akan membuahkan hasil jika langsung ada yang membelinya. Tapi jika dipasarkan di daerah setempat, dengan volume begitu banyak penenun maka harga jualnya akan turun dan belum tentu langsung terbeli. “Sementara modal yang mereka gunakan adalah simpanan hasil panen di musim selanjutnya,” kisah Cynthia gusar. “Saya ingin perputaran modal mereka bisa cepat dan mendapatkan harga yang tinggi pula,” sambutnya cepat.

Harga tenun yang dijual melalui tangan Cynthia memang menjadi melonjak drastis, yaitu berkisar di antara Rp500.000 hingga Rp1 juta, sedangkan tenun lama yang memiliki kelangkaan akan dipasarkan dengan harga Rp2 juta hingga Rp20 juta. “Semuanya itu sebenarnya tergantung kalangan. Ada kalangan yang lebih high class dan mengapresiasi tenun yang mahal, ada yang sebaliknya,“ ujar perempuan yang sudah menekuni bisnis ini sejak 8 tahun lalu.

Konsep awal membantu memasarkan produksi para penenun asli dari masing-masing daerah ternyata bisa menjadi lahan ekonomi kreatif yang potensial. Cynthia mengakui ada dua jenis tenun yaitu tenun dengan harga terjangkau seperti tenun Route dan tenun yang harganya sudah jutaan hingga puluhan juta karena kelangkaannya. “Yang mahal itu seperti tenun bunakefa, parungmolo, kayu topas benang pintal kapas, dan lain-lain,“ ujar Cynthia yang memiliki showroom di Sentul, Bogor, Jawa Barat. Yuk mari gunakan produk milik saudara sebangsa kita, mencintai produknya dengan menggunakannya.n

n IDE KREATIF

JADIKAN TENUN SEBAGAI LAHAN

EKONOMI KREATIFBerBeKal HoBi MengoleKsi

tenUn, CyntHia aKHirnya MeleBarKan sayaP Ke

Bisnis tenUn. Ke dePan ia PUn BeroBsesi MenJadi dUta tenUn indonesia.

| teks dan foto : ade riyan Purnama

2015 / 57 ikreatif03

58 / 2015 ikreatif 03

n PERSPEKTIF

Bicara mengenai perkembangan industri kreatif Indonesia adalah bicara tentang potensi 200 juta penduduk yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia dengan masing-masing kulturnya. Budi Rajab, dosen antropologi Universitas Padjajaran (UNPAD) pernah begitu cerdas membahas

dalam essainya di harian KOMPAS. Berangkat dari essai tersebut, iKreatif mengulas lebih dalam tentang pandangan-pandangannya dari segi masyarakat Indonesia.

Dalam opininya yang berjudul Persyaratan bagi Dinamika Ekonomi kreatif, Budi Rajab menjelaskan dengan detail tentang pola masyarakat Indonesia di radius terdekat industri kreatif

tersebut. Intinya, ada empat poin besar industri kreatif yang bisa dikembangkan menjadi potensi ekonomi kerakyatan

yaitu: heritage, karya-karya seni dan aksesori, media, dan kreasi fungsional. Dalam obrolan

dengan iKreatif Budi Rajab mengatakan bahwa dasar dari pengelompokan itu sudah ada

dalam sebuah badan dunia milik PBB yaitu; United Corporation and Development, dimana sentra industri kreatif dibagi

menjadi 14 macam. Indonesia sudah melakukan itu melalui departemen perindustrian di masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Budi juga mengatakan bahwa industri kreatif di Indonesia sa-ngat prospektif karena me-miliki sumber daya yang sangat potensial. Seperti keanekaragaman kultural yang membuat peluang per-kembangan industri kreatif di Indonesia sangat besar. Kerja

sama dengan Pemerintah adalah salah satu media yang

tepat dalam pengembangannya.

BUdi raJaB (PengaJar JUrUsan antroPolgi fisiP UniVersitas PadJaJaran)

indUstri Kreatif tidaK Bisa BerJalan sendiri. HarUs Bersinergi dengan PeMerintaH agar Potensial UntUK MaJU dan BerKeMBang. Jangan PUla lataH UntUK MengeMBangKan seMUa daeraH MenJadi sentra indUstri Kreatif.

| teks dan foto : ade riyan Purnama

boominG INDUSTRI KREATIF MENUNGGU PEMERINTAH

58 / 2015 ikreatif 03

2015 / 59 ikreatif03

Jangan lataH UntUK MengeMBangKan seMUa daeraH MenJadi sentra indUstri Kreatif. Karena tidaK seMUa daeraH MeMiliKi Pasar yang BaiK UntUK PenyeBarannya.

“”

n PERSPEKTIF

“Saat ini di Indonesia banyak sumber industri kreatif dari kebudayaan lokal yang sudah terolah tapi belum terwujud dengan baik,” ujarnya menjelaskan. Hal ter-sebut disebabkan kontribusi pemerintah baru di mulai akhir-akhir ini dan sangat terpusat.

Dari segi masyarakatnya, pria yang sudah menjadi dosen sejak tahun 1987 ini mengatakan bahwa in-dustri kreatif di Indonesia mengalami hambatan yang berbenturan dengan daya beli para konsumen. “Peran Pemerintah untuk bisa meningkatkan ekonomi masyarakat secara umum masih menjadi se-kadar wacana dan belum terwujud,” ujar Budi, yang tengah menyelesaikan studi doktoralnya ini. Menurutnya, dengan peningkatan ekonomi ma-syarakat, maka daya beli konsumen otomatis akan meningkat dan kemajuan industri kreatif bisa terlak-sana.

Katanya, sebaiknya perkembangan industri kreatif tidak dilakukan di semua daerah. Meskipun ia juga mengakui bahwa kekayaan cultural Indo-nesia adalah salah satu poin kuat dalam industri kreatif. “Jangan latah un-tuk mengembangkan semua daerah menjadi sentra industri kreatif. Karena tidak semua daerah memiliki pasar yang baik untuk penyebarannya,“ jelasnya. Pen-dapatnya ini mengukuhkan nilai kemasyarakatan yang dijelaskannya di awal bahwa pada dasarnya industri kreatif adalah percampuran beberapa culture.

“Yang paling jelas dan terdekat adalah ‘game on line’ yang dibuat oleh mahasiswa Intitute Tekhnologi Bandung (ITB) misalnya,” jelas Budi memberi contoh konkret. “Dalam game tentang perang tersebut, sen-jata yang digunakan adalah senjata khas daerah se-

perti bambu runcing atau rencong. Itu percampuran kebudayaan. Lebih faktual lagi dikemas dalam industri kreatif modern,” ulasnya dengan detail.

Menurut Budi, kota-kota di Indonesia yang sudah memiliki pasar dan potensi kuat dalam perkembangan industri kreatif adalah Bandung, Yogyakarta, dan Bali.

“Fashion dan aneka pernah-perniknya sudah cul-tural,“ imbuhnya luwes. Dia mengakui bahwa industri kreatif di Indonesia masih memerlukan pembangkitan dan pendorong untuk membangunkan dan menghidupkan lagi

kebudayaan. “Industri kreatif itu harus dimulai dengan merevitalisasi kebudayaan. Kita sudah ke arah sana. Tinggal Pemerintahnya bisa mengakomodir atau tidak, “imbuhnya.

Bantuan pemerintah dalam mengembangkan salah satu sentra pereko-nomian rakyat di Indonesia dirasa penting. “Industri kreatif di Indonesia bisa booming asal Pemerintahnya mendukung,” ujarnya penuh harapan. “Dan Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF) seharusnya menjadi pe-ngembang yang mendu-kung kemajuan industri kreatif di Indonesia,“ ujarnya menutup sesi

wawancara dengan ikreatif. Ya, kita memerlukan pandangan tajam dari antropolog

sekelas Budi Rajab. Dengan ilmunya perkembangan Industri kreatif di Indonesia akan lebih pesat dan cepat.n

60 / 2015 ikreatif 03

n FENOMENA

terasa happening baru sejak tahun lalu.“Awalnya saya bukan builder food truck tapi saya

pembuat boks pendingin untuk truk yang membawa makanan dan es krim,” terang pria kelahiran Jakarta tahun 1972 ini. Namun suatu ketika ada seorang teman yang minta dibuatkan food truck. Jadilah sejak tahun 2012 ia menjajal membuat food truck. Hasilnya? Cukup memuaskan hingga akhirnya datang pesanan-pesanan berikutnya. Dan kini hampir setiap bulan ada saja yang order food truck padanya.

Lalu apa yang membedakan produk Daniel yang memiliki brand Sentras Box ini? “Food truck saya kotak bentuknya, tidak menggunakan metal, bagian dalam pakai fiber glass yang food grade, tidak dicat melainkan

cutting sticker, serta higienis,” katanya.Yang pasti Daniel menggunakan sandwich

panel sebagai bahan baku utama dalam mem-buat boks food truck. Sandwich panel merupakan produk plat dinding dan atap yang memiliki struktur susunan yang ringan dan kuat.

“Jadi bahan yang saya pakai ini tidak menggunakan metal sama sekali. Selain ringan, kuat, tidak menyerap air, dan ada fungsi insulasi karena memang saya bikin

untuk menjaga suhu,” terang Daniel yang jebolan industrial design dan product

design, di Amerika Serikat.Tak hanya membuat “kotak”

untuk food truck, Daniel juga me-rancang desain interiornya. Mulai dari dapur, meja, rak, hingga lightingnya. Kata Daniel, jika tida ada perubahan desain, biasanya

daniel BUdiMan (BUilder food trUCK)

JAGOAN KOTAK ALA FOOD TRUcKtren food trUCK di indonesia ditangKaP BaiK oleH daniel BUdiMan seBagai PelUang Bisnisnya. dengan PengalaMan di lUar negeri, ia PUn MeMiliH MenJadi BUilder trUK MaKanan.

Bagi Anda yang suka berwisata kuliner, tentu tak asing lagi dengan istilah food truck. Ya, sejak setahun lalu, menjajakan makanan di atas truk

memang menjadi lifestyle kaum urban. Tengok saja di setiap perhelatan outdoor, food truck selalu ambil bagian. Pun di sentra-sentra kuliner.

Sejumlah pelaku usaha kuliner juga menikmati betul tren memasarkan produk keliling menggunakan mobil angkut ini. Selain tak butuh tempat permanen, pebisnis makanan juga bebas memilih lokasi menja-jakan produknya itu. Istilahnya jika sepi di satu lokasi, bisa pindah ke lokasi lain. Fleksibilitas inilah yang tak dimiliki jika memiliki (kontrak) rumah atau ruko untuk berjualan.

Persaingan di bisnis pop-up restoran ini bukan-nya tanpa kompetitor berarti. Setiap pelaku usaha dituntut kreatif. Tak hanya dari tampilan menunya saja yang harus dibuat menggiurkan, tapi yang tak kalah penting adalah bagaimana presentasi dari food truck tersebut agar mampu menarik minat pembeli.

Daniel Budiman, satu di antara sejumlah orang kreatif yang mampu membangun food truck dengan tampilan oke dan berkualitas. Kemampuannya sebagai seorang food truck builder tak perlu diragukan lagi. Selama hampir dua tahun ini, setidaknya Daniel telah membangun 18 food truck dengan berbagai macam model dan desain. Menurut Daniel, food truck di luar negeri sudah bukan barang baru. Se-mentara di Indonesia hal ini

| teks: rusli M. tang

Daniel Budiman (Builder Food Truck).

2015 / 61 ikreatif03

n FENOMENA

untuk proses membuat satu unit food truck bisa memakan waktu 6 minggu.

Setiap food truck yang dibangunnya itu, Daniel mematok harga sekitar Rp200 jutaan (belum termasuk truk enkel). “Harga segitu sudah termasuk mewah untuk food truck ukuran truk engkel empat roda,” ujar ayah dua anak ini.

Dan yang menarik dari tren food truck ini, kata Daniel, banyak anak-anak muda yang order food truck kepadanya. Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang baru memulai usaha kuliner. Tak heran jika banyak tampilan food truck yang ada saat ini cukup atraktif dan nyentrik dari sisi desainnya. “Ada yang datang ke saya sudah membawa desain dan ada pula yang kosong sama sekali,” urai pria penghobi golf ini.

Boleh jadi fenomena food truck ini telah

mendorong orang untuk berlaku kreatif. Tidak hanya dari sisi desainnya saja, tapi juga bagaimana menyajikan makanannya. Namun pastinya, dengan tampilan food truck yang menarik akan mengundang konsumen datang. Apalagi jika kuliner yang ditawarkan itu enak dan murah.

Daniel berharap demam food truck ini tidak akan senasib dengan booming kafe tenda di tahun 90-an yang cepat selesai trennya. “Saat ini anak muda kita sudah pintar dan banyak ide. Mereka bisa bikin event. Di setiap weekend ada saja acara yang dibuat dan pastinya ada yang berjualan lewat food truck,” imbuhnya. n

2015 / 61 ikreatif03

Foto

: Kol

eksi

Pribad

i

62 / 2015 ikreatif 03

n FILM

lAhirkAnFilm-Film kuAlitAs internAsionAl

Joko AnwAr:

| teks: ade riyan Purnama

Foto: Erikn Juragan

62 / 2015 ikreatif 03

2015 / 63 ikreatif03

n FILM

Dunia film di Indonesia memiliki puluhan sineas yang telah melahirkan film-film dengan kualitas internasional. Salah satunya adalah Joko Anwar. Pria kelahiran

Medan, Sumatera Utara ini telah menyutradarai begitu banyak film. Di antaranya yang begitu fenomenal adalah Janji Joni. Diperankan oleh Nicholas Saputra dan Mariana Renata dengan gaya penceritaan yang sangat baik dari Joko Anwar sendiri, membuat film ini meraih penghargaan sebagai The Best Film di MTV dan bahkan Saint Estetika Teknologi (SET) Film yang diketuai Garin Nugroho memberikan penghargaan khusus untuk Janji Joni dalam ‘cara ber-cerita yang inovatif.’

Debut awalnya adalah film Arisan!, dimana Joko Anwar dipercaya menjadi penulis skenarionya oleh Nia Dinata sang sutradara. Menariknya adalah karena Nia Dinata sendirilah yang mengajak Joko Anwar untuk bergabung dalam produksi filmnya tersebut. Nia begitu terkesan dengan Joko Anwar saat datang mewawancarainya untuk majalah The Jakarta Post tempatnya bekerja dulu. Dari situlah kariernya dimulai.

Menjadi penulis film, sutradara, kemudian pro-duser, adalah wujud dari pencapaian cita-cita dari pria yang mendapat julukan “sutradara tercerdas di Asia.“ Hobinya nonton film sejak kecil mengerucut di dunia yang sekarang ini ia geluti. Daftar panjang judul-judul film telah lahir dari buah pikirannya, bahkan kualitas film-film tersebut tak bisa dipungkiri menjadi prestasi yang besar bagi bangsa Indonesia sendiri. Sebut saja judul film “KALA“ yang dijuluki sebagai film Noir pertama Indonesia dan mendapatkan pujian dari para kritikus internasional, atau Quickie Express dan Jakarta Undercover yang dinilai sukses secara komersial kare-na memenangkan berbagai penghargaan.

Ditanya mengenai pendapatnya tentang pengaruh film di Indonesia, Joko Anwar mengakui bahwa hingga detik ini menurutnya film-film di Indonesia belum bisa

menjadi pengaruh bagi masyarakatnya. “Baru sekadar jadi tontonan aja,” ujarnya santai. Baginya masyarakat di Indonesia belum bisa terpengaruh untuk mengambil sisi positif sebuah film.

“Segala yang saya buat adalah semua respons saya terhadap hidup,” jelasnya ketika ditanya iKreatif

tentang inspirasinya dalam berkarya. Membuat film baginya adalah sebuah kepedulian terhadap kehidupan. Pria yang juga pernah membuat se-buah drama musikal Onrop ini memang banyak memasukkan unsur-unsur bersifat satir dalam karyanya. Seperti film fiksi yang menceritakan tentang kisah seorang perempuan pengidap psikopat, atau film thriller Pintu Terlarang yang didengungkan telah mendapat pujian

dari kritikus film internasional sebagai film thriller psikologis yang sangat kreatif. Disebut sebagai film yang “cerdas sekaligus sakit“ Pintu Terlarang bahkan menjadi film yang dinilai akan memperkaya khazanah dunia film di Hollywood.

Sutradara dari film Modus Anomali ini mengatakan bahwa mempertahankan visinya sebagai sutradara yang ideal menurut kemauannya adalah suatu tantang-an tersendiri. “Kita kadang terbentur ekonomi atau bahkan masyarakat yang menilai film kita. Itu membutuhkan daya juang yang kuat,“ jelasnya. Bagi Joko, menjadi seorang sutradara adalah sebuah skill. Semua orang bisa menceritakan sesuatu, tapi tidak semuanya mampu untuk mengubahnya menjadi sebuah tontonan yang komunikatif dan enak dilihat. Begitulah kira-kira Joko Anwar menafsirkan perannya sebagai sutradara.

“Film itu harus punya jalinan emosional dengan penonton, itu yang penting,“ tegasnya. Film komersil di Indonesia dibuat dengan sangat buruk, sehingga membuat penontonnya hanya akan sekali menonton tanpa keinginan mengulang lagi. Itulah yang membuat Joko Anwar terus terpacu untuk melahirkan film-film komersial yang berkualitas bagus. “Film yang art dan berjaya di festival internasional itu sudah banyak, tapi film-film komersil yang bagus di Indonesia belum ada,“ tandasnya gusar.

Joko sangat berharap film di Indonesia bisa semakin baik dan mampu meningkatkan kualitasnya secara continue. “Bisa menjadi kehidupan bagi para masyarakat film itu sendiri,“ paparnya. Dan ketika diminta untuk memberikan tips bagi para sineas muda, Joko Anwar hanya mengatakan, “Teruslah berlatih dan perbanyaklah menonton,“ tutupnya mengakhiri obrolan.n

“indonesia MeMerlUKan filM KoMersial yang BerKUalitas agar MasyaraKat Bisa MenCintai filM-filM dalaM negeri.”

Joko Anwar

2015 / 63 ikreatif03

filM itU HarUs PUnya Jalinan eMosional dengan Penonton, itU yang Penting.

“”

64 / 2015 ikreatif 03

n INOVASI

Tim JaMpang bersama Bapak Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama

di Gala Dinner New Cities Summit.

Jampang

KeMaMPUan MUltifUngsi yang diMiliKi JaMPang diPerCaya MaMPU MenyelesaiKan MasalaH lalU lintas JaKarta seCara BertaHaP.

| teks : erfendi eka Putra

Jakarta Urban Challenge, sebuah kompetisi yang bertujuan mengajak para kaum muda untuk turut berpartisipasi dalam memecahkan permasalahan mobilitas dan transportasi Kota Jakarta berhasil memilih beberapa karya terbaik. Diantaranya

adalah aplikasi JaMpang. JaMpang adalah sebuah aplikasi berbasis web

dan mobile yang membantu warga Jakarta dan sekitarnya beraktivitas setiap hari. Aplikasi ini menyediakan informasi yang lengkap untuk semua moda transportasi sehingga dapat membantu masyarakat Jakarta dalam membuat keputusan dalam menentukan moda transportasi pilihan.

Dengan JaMpang, warga yang melakukan aktivitas di kota Jakarta dan sekitarnya dapat merencanakan kebutuhan perjalanan sehari-hari dengan kondisi lalu lintas real time. Aplikasi ini mencakup informasi mengenai bus dan informasi kedatangan kereta api, berita lalu lintas secara real time, ketersediaan parkir, dll. Masyarakat dapat berpartisipasi untuk melaporkan masalah lalu lintas langsung ke Dinas Perhubungan. Pemda DKI atau Ditlantas Polda Metro Jaya.

Bagaimana cara kerjanya? Ratna Delia Octaviana, salah seorang dari 5 orang pencipta JaMpang mengatakan, jika orang ingin pergi ke satu tempat, pengguna aplikasi hanya perlu membuka satu aplikasi mobile, memasukkan tujuan.

“JaMpang akan memperlihatkan kondisi lalu lintas, dan pilihan moda transportasi untuk mencapai tujuan. JaMpang mengintegrasikan hampir semua aplikasi navigasi mobile, dan dengan mudah diakses oleh semua orang yang memegang OS,” terang wanita yang berprofesi sebagai arsitek di Singapura itu.

Commuter Line, Transjakarta, GoJek, Berbagi Mobil (Nebengers), dan informasi kendaraan umum terlihat

dalam satu aplikasi mobile sederhana. Pengguna katanya tidak perlu men-download banyak aplikasi. Tidak membuat memori telepon penuh. Pengguna masih dapat menggunakan memori teleponnya untuk pekerjaan, kehidupan sosial, dan keluarga.

Aplikasi ini bekerja tidak hanya bagi mereka yang menggunakan transportasi umum, tetapi bagi mereka yang menggunakan kendaraan pribadi. Aplikasi mengenai kondisi lalu lintas secara real time, informasi ERP, ketersediaan parkir, dan car sharing adalah opsi menu yang dapat digunakan oleh para pengguna kendaraan pribadi.

“Kami mendorong masyarakat menggunakan transportasi umum dengan memberikan informasi tentang cara mudah, cepat dan nyaman menggunakan transportasi umum di Jakarta. Opsi Most Fast dan opsi Most Eco Friendly adalah bentuk komitmen kami sebagai tim JaMpang dalam memberi informasi moda transportasi yang paling ramah lingkungan,” paparnya.

Hebatnya, JaMpang juga menginformasikan berapa banyak gas rumah kaca yang berkurang ketika orang menggunakan transportasi umum dan berapa banyak kalori yang bisa dibakar ketika pengguna memilih untuk berjalan kaki atau mengendarai sepeda.

Lalu dengan fitur Snap & Send, orang bisa terhubung melalui media sosial. Jadi, ketika memilih untuk menggunakan transportasi umum di Jakarta, masyarakat dapat dengan mudah melakukan perjalanan dan menyampaikannya kepada orang lain melalui media sosial.

“Cara ini dapat membuat orang lain yang melihat ikut mengetahui bagaimana pengalaman menggunakan moda transportasi kendaraan umum.

SEDERHANAKAN MOBILITAS WARGA JAKARTA

64 / 2015 ikreatif 03

2015 / 65 ikreatif03

n INOVASI

JaMpang aKan MeMPerliHatKan Kondisi lalU lintas, dan PiliHan Moda transPortasi UntUK MenCaPai tUJUan. JaMPang MengintegrasiKan HaMPir seMUa aPliKasi naVigasi MoBile, dan dengan MUdaH diaKses oleH seMUa orang yang MeMegang os.

Dan ketika orang lain dapat mengetahui pada pukul berapa dan naik apa dengan nomor kendaraan umum tersebut lengkap, maka pastinya fitur ini berguna untuk keselamatan pengguna Snap & Send, “ tambahnya.

Dalam jangka panjang, aplikasi JaMpang dapat membantu menurunkan kemacetan lalu lintas, mengurangi emisi gas rumah kaca dan polusi udara, dan pada akhirnya, menciptakan lingkungan yang lebih sehat untuk warga Jakarta. Orang yang sudah lelah dan pesimis dengan kondisi lalu lintas Jakarta, akan merasa seperti memiliki bimbingan from A to Z untuk memanfaatkan jalan Jakarta.

Bagi warga yang berasal dari luar Jakarta maupun bagi orang asing, aplikasi ini membantu untuk pergi ke mana pun, dan dapat mendapatkan informasi dengan baik untuk estimasi waktu seberapa jauh mereka pergi, jarak, dan tarif angkutan umum.

“Kami terinspirasi oleh aplikasi sejenis yang sudah ada seperti mytransport Singapura atau citymapper dari London. Karena ada banyak jenis transportasi di Jakarta, berbeda dari mytransport dan citymapper, JaMpang diperkaya dengan berbagai alternatif transportasi di Jakarta seperti berbagi ojeg atau mobil yang biasanya dikenal sebagai nebengers, “ terang perencana perkotaan di RSP Architects Planners and Engineers ini.

Ketika orang sudah merasa nyaman dengan angkutan umum maka polusi udara secara bertahap akan diselesaikan. Emisi gas rumah kaca otomatis akan berkurang seiring dengan menurunnya jumlah penggunaan kendaraan. JaMpang pada akhirnya bisa menjadi mode baru warga Jakarta dan wisatawan, karena memberikan cara mudah untuk berurusan dengan lalu lintas Jakarta.n All images credited to Team JaMpang, Semi finalist of Jakarta Urban Challenge

Layout Aplikasi JaMpang

2015 / 65 ikreatif03

66 / 2015 ikreatif 03

n EXPERT

Anda pernah melihat gambar siluet bergambar Lupus, tokoh fiksi remaja di era 1990-an? Atau sempat menikmati ilustrasi karakter visual dari fiksi Keluarga Cemara karya Arswendo

Atmowilto? Ya, kedua karya itu memang cukup fenomenal di masanya. Tapi tahukah Anda siapa orang di balik penciptaan karakter-karakter visual kedua fiksi tersebut?

Apresiasi tinggi juga selayaknya diberikan kepada sang ilustrastor yang telah ikut menjulangkan karya fiksi dari Hilman Hariwijaya dan Arswendo itu. Dialah Wedha Abdul Rasyid, seorang ilustrator kawakan Indonesia.

Tapi bukan dua karya ilustrasi itu (Keluarga Cemara dan Lupus) yang membuat nama Wedha berkibar di jagat seni desain grafis Indonesia. Melainkan karena penemuannya terhadap teknik menggambar foto marak berkotak (FMB) yang pernah ia dipopulerkannya di tahun 1990-an semasa masih bekerja sebagai ilustrator dan desain grafis di majalah remaja Hai.

Boleh dikata, dari sekian banyak karya seni rupanya, teknik menggambar FMB yang bergaya pop art itulah yang akhirnya menjadi the legendary masterpiece dari pria kelahiran Cirebon tahun 1951 ini.

Ceritanya sekitar tahun 1990-1992 Wedha mulai bereksperimen dengan teknik FMB. Menurutnya, karyanya ini dilandasi oleh seringnya musisi luar negeri yang menjadi tamu di kantor majalah Hai,

WedHa aBdUl rasyid (foUnder WPaP-WedHa’s PoP art Portrait)

lAhirkAn(Asli) indonesiA

PoP ArtPeneMUan teKniK MenggaMBar foto MaraK BerKotaK (fMB) Karya WedHa aBdUl rasyid seMPat diPetiesKan. Kini, teKniK MenggaMBar yang diKenal dengan istilaH WedHa’s PoP art Por-trait (WPaP) ini diCintai oleH seKitar 40.000 WPaPers.

| teks & foto : rusli M. tang

66 / 2015 ikreatif 03

2015 / 67 ikreatif03

n EXPERT

yang saat itu sudah menjadi majalah musik. Sebagai seorang desain grafis dan ilustrator, Wedha memang ingin memberikan sesuatu tampilan baru dan berbeda pada cover majalah dan editorial picture-nya. “Saya ingin membuat sesuatu yang beda, yang baru, yang lebih dinamis, bahkan kalau mungkin lebih striking (menyengat),” tandas Wedha dengan wajah serius.

Dengan tekad itu, jadilah Wedha mencari gaya berbeda dalam karya ilustrasi. Yaitu dengan teknik gambar kotak-kotak tanpa garis lengkung dsan penuh warna. Ini dilakukan Wedha sebagai strategi menutupi penurunan daya penglihatan (karena sudah berusia 40 tahun, saat itu) sehingga ia sulit menggambar wajah dalam bentuk yang realistis dan detail. Jadilah Wedha menjajal illustrasi bergaya kubisme untuk gambarnya.

“Jadi saya membuat wajah seseorang itu terdiri dari gabungan faset-faset atau bidang-bidang datar yang setiap faset dibentuk dengan garis lurus dan tidak boleh ada garis lengkung,” jelas Wedha, ketika dijumpai iKreatif di rumahnya, di bilangan Jakarta Barat.

Butuh waktu tiga bulan untuk Wedha menemukan pakem ilustrasi gaya barunya ini. Bahkan trial and error beberapa kali dilakukannya. Lalu apa istimewa dan bedanya ilustrasinya ini? “Karena dari awal saya ingin membuat more dynamic, more striking, sementara saya percaya gambar yang dibentuk oleh bidang garis lurus akan tampak lebih kuat dari pada bidang yang dibentuk dengan garis lengkung atau kurva,” tegas Wedha yang hobi bermusik dan membuat patung.

Lalu dalam hal pewarnaan Wedha tetap berpatokan pada pengelompokan warna yang sudah ditemui oleh para ahli

warna; yaitu warna depan, tengah, dan warna belakang. Atau kelompok warna panas, sejuk, dingin dan warna dingin sekali. Dari perbedaan itu, kata Wedha, warna apa pun yang dipilih asalkan dari kelompok yang tepat, jika digabungkan maka akan membentuk dimensi sehingga pengenalan

wajah tetap dikenal. “Jadi saya sengaja memilih warna yang kelihatannya tabrakan, tapi tetap warna apapun yang saya pilih bisa menimbulkan dimensi,” ungkap Wedha yang memunculkan wajah Ki Hajar Dewantara sebagai karya FMB pertamanya.

Pilihan Industri KreatifWedha mengaku

sempat galau ketika ilustrasi FMB-nya yang mulai populer itu dikritik oleh temannya sendiri. Karya Wedha dinilai sebagai kesenian yang “akal-akalan” karena dianggap gampang dan hanya jiplak saja. Apalagi menyangkut orisinalitas dari karyanya sendiri, Wedha masih ragu.

Karena kritik itu pula, akhirnya tahun 1998 style menggambar FMB milik Wedha dipetieskan. Praktis, sejak dibekukan itu, ilustrasi teknik FMB tak pernah lagi muncul. Dan ini

berlangsung selama periode 1998 hingga 2007.

Namun Sang Kuasa mempunyai grand design lain kepadanya. Akhir 2007, ia dipertemukan dengan praktisi dan akademisi desain seperti: Hanny Kardinata, Joko Hartanto, Risman Marah, Michael Gumelar, dan Meniek Surjosoetanto.

“Mereka

membicarakan karya yang dipetieskan itu. Intinya mereka kangen dengan karya Wedha,” kenang pria yang sempat kuliah Arsitektur di Fakultas Teknik Universitas Indonesia.

Singkat cerita pada saat menjelang pensiun dari majalah Hai tahun 2008, Wedha membuat pameran tunggal atas karya da penemuannya itu di Bentara Budaya Jakarta sekaligus launching nama baru dari FMB (foto marak berkotak) menjadi WPAP (Wedha’s Pop Art Potrait). “Rasanya setelah sembilan belas tahun, saya sudah berhak

memakaikan nama untuk karya saya,” ujar Wedha yang puas karena pamerannya dihadiri banyak penggemar.

Kreativitas Wedha tak berhenti dengan berpameran. Karena ia masih memiliki mimpi agar WPAP bisa memperkaya seni budaya asli Indonesia melalui WPAP. “Impian saya itu harus disebarkan dan jadi pilihan industri kreatif.

Kalau hanya melestarikan, kita malu pada nenek moyang,” terang Wedha yang kerap disebut sebagai Bapak Ilustrator Indonesia.

Kini, mimpi Wedha agar WPAP menjadi pilihan di industri kreatif sudah terlihat nyata. Buktinya teknik menggambar gaya WPAP telah berkembang pesat di hampir seluruh Tanah Air. Dan itu tak lepas eksistensi komunitas WPAP yang menyebarkan “virus” WPAP di Indonesia. Konon para WPAPers itu kini jumlahnya sudah mencapai 40.000 anggota. “Karya seni tidak boleh berhenti pada satu pencapaian,” tukas Wedha yang membebaskan royalti terhadap penggunaan gaya WPAP.n

KalaU Hanya MelestariKan, Kita MalU Pada neneK Moyang.

“”

2015 / 67 ikreatif03

68 / 2015 ikreatif 03

seni PoP art indonesia MendaPat sorotan Positif leWat WPaP (WedHa’s PoP art Potrait). WPaP BooMing dengan Hadirnya KoMUnitas PeCinta seni yang MendUKUngnya.

| teks & foto : rusli M. tang

Hadirnya komunitas dianggap menjadi lokomotif industri kreatif. Dalam berbagai hal, komunitas-komunitas itulah yang justru menghidupkan

suatu kesamaan hobi, seni, atau profesi. Tak terkecuali dengan Komunitas WPAP Chapter Jakarta yang berlokasi di kawasan Bintaro, Jakarta Selatan.

Adalah Itock Soekarso yang mempelopori bangkitnya seni pop art Indonesia yang sebelumnya sudah ditancapkan dalam-dalam oleh Wedha Abdul Rasyid (founder WPAP). Kegemaran Itock terhadap WPAP tak hanya dibuktikan dari kepiawaiannya membuat ilustrasi beraliran Wedhaism. Tapi juga membangun House of WPAP yang juga berfungsi sebagai kafe, pada Agustus 2013 lalu. Atas aksinya itu, oleh sang founder WPAP, Itock dicap sebagai “orang gila” WPAP.

“Mungkin kegilaan yang dimaksud adalah saya mempertahankan sesuatu dan saya pikir memang harus ada yang berkorban. Tapi ini bukan

pengorbanan yang tanpa perhitungan,” jelas arsitek berambut gondrong ini.

Secara potensi, Itock melihat banyak keunggulan yang dimiliki WPAP. Selain seni yang terbarukan, WPAP katanya memiliki tingkat daya tarik yang unik. “Saya melihat potensi ini sayang jika tidak dimanfaatkan untuk segala hal,” terang Itock yang juga menjadi Ketua Pengurus Komunitas WPAP Nasional.

Dulu saat jumpa Pak Wedha beberapa tahun lalu, Itock menyampaikan bahwa sayang kalau WPAP ini tidak dipublikasikan atau tidak dikenalkan. Katanya, selain memiliki potensi untuk membuat anak-anak muda berkreasi lebih dan menjadi alternatif menggambar selain gambar tradisional. “WPAP itu memiliki semacam kemungkinan untuk mempresentasikan suatu bentuk lain yang bisa dinikmati oleh anak-anak muda saat ini,” terangnya.

Banyak kegiatan yang sudah dilakukan oleh Komunitas WPAP ini. Di antaranya adalah membuat pameran, diskusi tentang WPAP, dan kompetisi WPAP. Seperti yang dilakukan baru-baru ini dengan menggelar kompetisi WPAP bertema 100 Tahun Basuki Abdullah.

Kini Itock dan komunitas WPAP se-Indonesia bahu-membahu memperkenalkan dan menyebarluaskan teknik menggambar ala WPAP dengan merangkul anak-anak muda. Bahkan di House of WPAP sendiri,

juga dibuka kelas kursus WPAP secara cuma-cuma di setiap hari sabtu dan minggu.

Selain memberikan edukasi, ada celah bisnis yang juga sudah dijajaki oleh Itock dan kawan-kawan dalam menggawangi seni WPAP ini. Selain menerima pembuatan gambar WPAP secara custom, Itock cs juga memproduksi kaos-kaos bergambar tokoh politik, tokoh musik, dan tokoh lainnya dengan style WPAP yang dijual bebas. Bentuk lainnya adalah gambar WPAP di media sepatu dan mug.

“Sebenarnya apa yang saya lakukan hanyalah memberi contoh. Dalam arti kalau ada desain, lalu bagaimana cara menjual desain itu. Nah itu saya mulai duluan,” ujar Itock yang mengaku memiliki anggota sekitar 40.000 WPAPers.n

n KOMUNITAS

WiJayanto/itoCK soeKarso (KetUa KoMUnitas WPaP):

AntArA komunitAs, edukAsi, dAn CAri duit

Komunitas WPAP Chapter Jakarta. 68 / 2015 ikreatif 03

Itock Soekarso

2015 / 69 ikreatif03

n KOMUNITAS

Kreativitas adalah mata uang yang tidak akan pernah kadaluarsa. Begitu banyak hal-hal luar biasa terwujud berbekal kreativitas, tentunya diimbuhi juga dengan

konsistensi dan ketekunan. Salah satu bukti konkretnya adalah ‘Komunitas Topi Bambu’. Mereka layak men-dapatkan impact yang besar dengan usaha yang memang tak pernah putus.

Topi bambu ini adalah tapak sejarah industri kreatif zaman kolonial. Usaha kecil dan me-nengah yang tumbuh alami di zaman pra-kemerdekaan ini sempat hancur karena ada provokasi anti Tionghoa akibat Pro-vokasi NICA (Netherlands-Indies Civil Administration) di masa revolusi fisik, dan industri topi bambu Tanggerang pun tinggal kenangan. Berangkat dari sini, ‘Komunitas Topi Bambu’ akhirnya membentuk dengan serius jalur yang akan mereka tempuh untuk memasyarakatkan kembali hasil kerajinan tangan ini.

Topi bambu merupakan kerajinan yang sudah ada sejak 1913. Pada zaman kolonial, topi bambu banyak diproduksi di Tanggerang. Pada saat itu topi bambu menjadi kerajinan yang sanggup menembus pasar ekspor hingga Eropa (terutama Perancis), Tiongkok, dan Amerika Utara.

Di Kabupaten Tanggerang sendiri, topi bambu menjadi logo resmi Kabupaten Tanggerang. Logo topi bambu yang berarti ‘hasil kerajinan dan industri’ telah menjadi identitas karya yang tak hanya melegenda namun men-jadi salah satu kekayaan budaya lokal yang harus terus dipertahankan.

“Dimulai dari blogger, web, kemudian terbentuklah komunitas ini,“ jelas Saepul Milah, perwakilan komunitas topi bambu pada iKreatif. Komunitas topi bambu ini sangat inovatif sehingga mereka akhirnya mampu membuat Ibu Menteri Pariwisata pada kabinet Indonesia Bersatu (Marie Pangestu) melirik melalui pencetusan Rekor MURI topi terbesar sedunia, yaitu dua meter.

“Tujuan awal kami adalah pelestarian budaya. Menjadi makin semangat karena akhirnya kami mengetahui bahwa topi pramuka itu telah mampu menghidupi para pengrajin topi bambu,“ kisahnya santai. “Kami akhirnya bertemu dengan para penganyam topi bambu dan berinisiatif untuk kembali membuat topi dari bambu yang lebih mempunyai

nilai seni dan fashion,” lanjut Saepul. Menurutnya, komunitas berinisiatif ingin mengembalikan

kembali topi bergaya klasik dengan bahan ramah lingkungan dari bambu. “Alasannya

sederhana, kami ingin karya bersejarah itu kembali hidup, dan kembali diminati tentunya dengan harga yang lebih ma-

nusiawi,” ujar Saepul mantap. Kini setelah empat tahun perjalanan

yang ‘Komunitas Topi Bambu’ ini lalui, mereka bertekad untuk berkontribusi lebih. Bertepatan de-

ngan kemerdekaan Indonesia yang ke-70, komunitas yang diketuai oleh Kang Agus, Gugus resmi mendirikan Topi Bambu Foundation sebagai wadah yang memiliki misi yang lebih fokus, bermanfaat, dan berkesinambungan. “Tentu saja bukan hanya topi bambu kebanggaan yang ingin kami lestarikan, atau material bambu yang ramah lingkungan. Lebih dari itu, kami bercita-cita memper-kenalkan tradisi, budaya, kearifan, dan kekayaan lokal yang lahir bersama hijaunya bambu,” ujar sang Managing Operations Director, Saepul.

“Komunitas Topi Bambu ini mampu mengajarkan pada kita semua para pelaku industri kreatif, bahwasannya berkreatifitas tidak melulu tentang masalah perekonomian, namun ada sisi lebih yang bisa kita ambil manfaatnya yaitu melestarikan kebudayaan,” tutup Saepul.n

KEKAYAAN LOKAL YANG LAHIR BERSAMA HIJAUNYA BAMBUKoMUnitas ini Berinisiatif MengeMBaliKan KeMBali toPi Bergaya KlasiK dengan BaHan raMaH lingKUngan dari BaMBU. alasannya, ingin Karya BerseJaraH itU HidUP KeMBali.

| teks dan foto : ade riyan Purnama

2015 / 69 ikreatif03

70 / 2015 ikreatif 03

Dunia fotografi dewasa ini bukan lagi sebatas profesi. Menenteng kamera digital single lens reflex (DSLR) dengan bandrol harga puluhan juta rupiah belum tentu fotografer. Gandrung motret kini telah mewabah di masyarakat dan lantas menjadi life

style. Di sinilah akhirnya muncul wacana sertifikasi kompetensi profesi di bidang fotografi. “Sertifikasi ini dimaksudkan untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi Asia (MEA). Namun, tidak cuma di bidang fotografi, tapi juga beberapa profesi bidang lain,” jelas Harry Rinaldi, membuka obrolan dengan iKreatif yang kemudian akan kita panggil Harsos.

Harsos begitu panggilannya, menjelaskan bahwa klasifikasi bidang profesi tersebut termaktub dalam Kualifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLUI). “Ada dua manfaat dalam sertifikasi ini. Yaitu manfaat ke dalam yang diperuntukkan kepada pengguna jasa fotografi dan manfaat keluar bagi si fotografernya sendiri,” imbuh Harsos. Dijelaskannya bahwa manfaat ke dalam dimaksudkan agar pengguna jasa fotografi bisa mendapatkan jasa dari fotografer yang sudah memiliki kompetensi sertifikasi tersebut, sehingga lebih yakin. Sedangkan bagi manfaat kepada fotografernya sendiri adalah sebagai pemacu semangat dalam

membuktikan diri. Dinaungi oleh Lembaga Sertifikasi Kompetensi

Fotografi Indonesia (LESKOFI) yang merupakan salah satu lembaga di bawah Asosiasi Profesi Fotografi Indo-nesia (APFI) dan merajuk pada peraturan negara dalam hal ini UU, PP, Permen, dan Perpres yang berisi kurang lebih sama yaitu: pengakuan terhadap kompetensi seseorang didapat dari uji kompetensi yang dilaksanakan oleh lembaga sertifikasi dan berada di bawah naungan organisasi profesi. Harsos yang menjabat sebagai ketua harian APFI menjelaskan bahwa sertifikat itu akan berlaku internasional. “Paling tidak di negara yang menjadi ang-gota MEA,“ ujarnya kalem.

FOTOGRAFI

MengHadaPi MasyaraKat eKonoMi asia (Mea) fotografer indonesia MenyiaPKan lisensi

Bagi Para JUrU Potret.

| teks: ade riyan Purnama

Foto

-fot

o: I

stim

ewa

Sim (Surat iziN memotret)

UNTUK FOTOGRAFER

70 / 2015 ikreatif 03

2015 / 71 ikreatif03

Pria yang juga dosen fotografi di Universitas Pa-sundan ini bahkan ikut andil dalam penyusunan draft Permen tentang sertifikasi fotografi tersebut. Menurutnya sertifikasi ini sudah ditunggu oleh para pengguna profesi fotografi di Indonesia. “Mereka sering tidak mendapatkan kontrak kerja fotografi jika yang menggunakan jasa mereka adalah instansi plat merah atau beberapa lembaga resmi, jika tidak menyertakan sertifikat fotografi,“ terang Harsos mengutarakan salah satu tujuan dari sertifikasi tersebut.

Mekanisme dari sertifikasi ini adalah peserta uji kompetensi harus menjadi anggota APFI terlebih dahulu. “Setelah terdaftar di APFI, baru nanti memasukkan namanya ke LESKOFI, setelah itu akan diberi kisi-kisi materi uji dari LESKOFI,“ ujar pria berusia 40 tahun ini bernas. Pihak LESKOFI yang nanti akan mengeluarkan jadwal untuk uji kompetensi tersebut. “Pengujinya dari pelaku fotografi, praktisi, akademisi atau ketiga-tiganya,“ imbuh Harsos dengan detail.

LESKOFI sendiri telah memiliki 30 penguji dengan 2 master penguji dan sudah tersebar jaringannya di 24 provinsi. “Termasuk kemajuan yang cepat mengingat usianya yang baru setahun,“ ujar Harsos senang.

Harapan terbesar Harsos dari adanya sertifikasi ini adalah pelaku profesi fotografi ini bisa menjadi tuan rumah di negerinya sendiri. “Fotografer kita harus bisa menjawab tantangan MEA yang bersifat positif. Jangan sampai nanti pekerjaan fotografi kita dikerjakan oleh fotografer luar negeri,” kata pria yang sudah sejak 2004 ini menjadi dosen.

Menurut Harsos sertifikasi juga berfungsi mendo-rong dan meningkatkan kinerja fotografer kita. “Supa-ya mereka bisa bersaing di level tertentu. Akan bisa mengukur kemampuan diri,“ jelas Harsos bangga. Peningkatan kemampuan ini menurut Harsos, harus dari segala bidang. “ Teknis, pengetahuan, sikap dan tanggung jawab,“ jelasnya.

Harsos menjelaskan bahwa di Indonesia sudah ada tujuh universitas dengan fakul-tas fotografi yang sudah berkumpul dan membentuk Asosiasi Program Studi Foto-grafi (SOFIA). “Di sini bahkan mereka itu berkumpul merumuskan draft sertifikasi,“ lanjut Harsos.

Terakhir Harsos mengatakan bah-wa telah ada Kerangka Kualifikasi Na-

sional Indonesia (KKNI) yang terdiri dari 9 Level. “Agar kesetaraan terwujud di berbagai bidang. Baik pendidikan forman atau nonformal,“ kata Harsos me-nambahkan. Perhatian dari Pemerintah juga terlihat pada akan berlangsungnya pertemuan antara Kemen-terian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) dan Kementerian Tenaga Kerja (Kemnaker) untuk mem-bicarakan masalah KKNI. “Agar meminimalisir standar ganda untuk kompentensi profesi di berbagai bidang kerja di Indonesia,“ terang Harsos.

Adapun standart dari strata yang dimaksud adalah level 3 yang disebut setara dengan Diploma 1 (D1) dan level 5 yang akan disetarakan dengan Diploma 3 (D3). “KKNI untuk fotografi ini sudak di-SK-kan oleh Menaker,“ kata Harsos lega.

Dunia fotografi adalah dunia penting dalam sejarah bangsa, sebagai pelaku yang menyimpan perjalanan hidup dengan konkret, fotografi haruslah menjadi salah satu sentra kuat dalam perkembangan Industri kreatif Indonesia. Ayo fotografer Indonesia, kita unjuk gigi di MEA yang akan datang!n

Pendaftaran bisa dilakukan melalui on line via website aPfi

(under construction) dan pelaksanaan Uji Kompetensi akan dimulai akhir

september 2015

FOTOGRAFI

2015 / 71 ikreatif03

72 / 2015 ikreatif 03

lingKUP eKonoMi Kreatif yang diHasilKan iPB MenCaKUP PengeMBangan ProdUK, KeMaM-PUan Mendesain KeMasan, PengeMBangan alat/Mesin tePat gUna, agroWisata, dan lain-lain, sesUai dengan Potensi BUdaya dan sUMBer daya loKal.

| teks: erfendi eka Putra

Jabatan akademis Prof. Ir. Hermanto Siregar, MEc, PhD saat ini adalah Guru Besar Ilmu Ekonomi Institut Pertanian Bogor (IPB) di Departmen Ekonomi, Fakul-

tas Ekonomi dan Manajemen IPB. Sebagai tenaga peng-ajar, dia juga aktif sebagai peneliti dan narasumber yang pendapatnya sering dikutip media.

Minat utama pengagum Bung Hatta itu adalah Econometrics, Macroeconomics dan Advance Macroe-conomics. Dia juga aktif dalam berbagai organisasi profesi seperti ISEI, Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia dan pernah menjabat Sekretaris Jenderal di Asia Pacific Agriculture Policy Forum.

Karirnya yang cepat di bidang akademik turut memperkuat positioning-nya dalam berbagai jabatan publik. Di antaranya anggota Komite Ekonomi Nasional, Komisaris PT Bank Rakyat Indonesia Tbk, dan komisaris utama PT Permodalan Nasional Madani (Persero).

Ditemui di kantor Brighten Institute, Bogor, disela-sela kesibukaanya mengajar dan menjadi narasumber, Wakil Rektor IPB bidang Sumberdaya dan Kajian Strategis Institut Pertanian Bogor, itu dengan bersemangat ber-bicara tentang perkembangan ekonomi kreatif dan dunia kewirausahaan di sektor pertanian.

Menurut dosen Pascasarjana IPB tersebut, pergu-ruan tinggi seperti IPB adalah salah satu kampus yang sudah mengintensifkan informasi dan kreativitas dengan mengandalkan ide dan stock of knowledge dari sumber daya manusianya sebagai faktor produksi utama dalam kegiatan ekonominya.

Lingkup ekonomi kreatif yang dihasilkan IPB dianta-ranya mencakup kemampuan untuk mendesain produk dan kemasan, pengembangan produk, pemanfaatan hasil samping dan limbah pertanian, kerajinan dari hasil pertanian, pengembangan alat/mesin tepat guna, agrowisata, dan lain-lain, sesuai dengan potensi budaya dan sumber daya lokal.

Salah satu aktualisasinya adalah membina UKM (Usaha Kecil Menengah) agar menghasilkan produk-produk yang bermanfaat dan memiliki standar mutu tinggi. Produksi dari UKM tersebut kemudian dibantu pengemasan dan pemasaran secara komersil.

Salah satu contohnya adalah keberadaan gerai “Serambi Botani” di mal-mal terkemuka di Jabodetabek. Gerai Serambi Botani bertujuan mempermudah masya-rakat dalam menikmati produk-produk alami hasil riset IPB yang dijalankan dengan pola kemitraan.

“Serambi Botani merupakan contoh wujud nyata dalam memberikan sumbangsih dan menciptakan wira-usaha-wirausaha baru civitas akademika IPB, para pe-milik dan karyawan UKM, petani dan masyarakat luas, “ lanjutnya.

Lebih jauh Hermanto menjelaskan bahwa di IPB, kewirausahaan adalah salah satu pilar pendidikan yang terus dikembangkan. Mahasiswa dibekali pengetahuan praktek kewirausahaan, baik melalui perkuliahan mau-pun kegiatan ekstrakurikuler dan magang di industri. Agar setelah lulus nanti, tidak berpikir untuk mencari kerja. Tetapi mampu menciptakan kerja melalui usaha yang telah dirintisnya

Hermanto melihat sebetulnya minat berwirausaha dikalangan mahasiswa, cukup tinggi. Bahkan tenaga pengajar IPB juga sudah banyak yang terjun berwirausaha. Ide usahanya menurut Hermanto berasal dari pengembangan hasil-ha-sil penelitian yang bisa di-baca dan tersedia di per-pustakaan IPB.n

IPB, PILAR KREATIVITASWIRAUSAHA MUDA

n TOKOH

72 / 2015 ikreatif 03

IPB, PILAR KREATIVITASWIRAUSAHA MUDA

Prof. ir. HerManto siregar, MeC., PHdWaKil reKtor Bidang sUMBerdaya dan KaJian strategis iPB

2015 / 73 ikreatif03

dengan PengalaMan selaMa leBiH dari 10 taHUn seBagai Bartender, fidel selalU MenggaBUngKan teKniK Modern dalaM MenCiPtaKan CoCKtailnya.

| teks: Zal Hanif

Belum lama ini tepatnya awal September 2015 lalu, MO Bar, yang merupakan salah satu tempat hiburan malam paling trendi di Jakarta,

mengungkapkan suka cita mereka. Pasalnya, tempat hiburan yang berlokasi di Hotel Mandarin Jakarta ini

memiliki koleksi cocktail racikan tangan khas terbaru, bar snacks, dan hiburan live dari dua band berbeda.

Dipimpin oleh duo mixologist dinamis Heru dan Fidel, MO Bar meluncurkan tiga koleksi cocktail menarik; MO Signature,

Twisted Classics dan The Curious Bartender, masing-masing terdiri dari enam cocktail yang berbeda.

Mengenyam pengalaman dari Hakkasan Dubai, Heru adalah ahli dalam menciptakan suasana yang semarak. Dengan spesialisasi

cocktail klasik dengan sedikit twist, Heru selalu memperhatikan sejarah di balik setiap minuman. “Dari menu baru kami, saya rerekomendasikan

MO Negroni. Negroni adalah cocktail klasik yang sangat dicintai banyak orang, dan kebetulan favorit pribadi saya,” katanya.

Ia juga menambahkan, di MO Bar, pihaknya mengganti bahan dasar gin dengan tequila dan menambahkan Choya plum liquor buatan sendiri.

Dengan gairah Heru untuk cocktail yang klasik dan kecintaan Fidel untuk cocktail modern, terciptalah perbedaan yang saling melengkapi di MO Bar.

Dengan pengalaman selama lebih dari 10 tahun sebagai bartender, Fidel selalu menggabungkan teknik modern dalam menciptakan cocktailnya.

“Saya menyarankan anda untuk mencoba Clover Club yang sangat menyegarkan. Minuman ini merupakan campuran dari gin, raspberry segar dan tambahan egg white

foam di atasnya.” Terang Fidel ketika ditanya tetang favorit dan rekomendasinya. Guna menciptakan pengalaman yang lebih menyenangkan, MO Bar juga menam-

bahkan menu makanan ringan baru baru dengan sentuhan Asia. Dalam rangka mem-perkenalkan menu dan hiburan yang baru, tersedia promosi khusus untuk para tamu.

Terinspirasi dari kebijakan lalu lintas afterhour Jakarta yang terkenal, dibuatlah ‘3-in-1’; penawaran yang atraktif dengan harga yang

kompetitif. Dengan promosi ini, para tamu akan mendapatkan kombinasi dua gelas minuman dan

satu porsi makanan ringan bar. Director Food & Beverage Mandarin Oriental, Jakarta

Sebastian Gassen menambahkan, “Saya sangat antusias untuk memperkenalkan cocktail racikan tangan terbaru

kami. Saya juga yakin bahwa penambahan hiburan live band akan menciptakan suasana baru yang lebih dinamis, ”

kata Sebastian Gassen, Director Food & Beverage Mandarin Oriental, Jakarta. n

n KULINER

KREASI SPESIALIS PERAcIK

cOcKTAIL Heru & Fidel, spesialisasi cocktail klasik.

Foto-foto: Istimewa

2015 / 73 ikreatif03

74 / 2015 ikreatif 03 74 / 2015 ikreatif 03

dUnia Penyair saat ini tengaH raMai oleH KeHadiran antologi PUisi tentang PolitiK. Penyair yang JUga BUdayaWan sosiaWan leaK adalaH naMa di BaliK BanyaKnya antologi-antologi terseBUt.

| teks & foto: ade riyan Purnama

Dunia politik yang gonjang-ganjing, secara kreatif dan penuh inovasi telah menumbuhkan semangat pria lulusan Fisip (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik)

ini untuk membangun benteng terbaik bagi kritikan-kritikan positifnya. Dialah Sosiawan Leak, pria berambut gondrong dengan mobilitas yang tinggi ini dan cukup familiar di pentas seni.

Cita-cita sejak kecil yang menurutnya amat normatif linear jelas membuat kita merasa dia sama halnya dengan orang lain. “Cita-cita saya sejak kecil berubah-ubah kok,“ ujarnya kocak. Dia menceritakan pengalaman masa kecil hingga dewasa yang menjadikannya memilih jalur menjadi seniman. “Seniman itu wilayah yang paling merdeka. Tidak ada institusi yang bisa mengikat,” jelasnya mulai serius. “Saya tidak ingin ada dalam jajaran, karena semua kebrengsekan yang terjadi di negeri kita itu muncul dari dalam sistem,“ sambungnya.

Dimulai dari menjadi fasilitator lebih dari seratus penyair nasional dalam setiap antologi yang dikura-torinya, membuat pria bernama lengkap Sosiawan Budi Sulistyo harus rela menghabiskan waktunya keliling Indonesia demi mengadakan road show. Dimulai dari Antologi Puisi Menolak Korupsi (PMK) edisi 1-5, Memo Untuk Presiden (MUP) dan yang terakhir sedang dalam proses adalah Memo Untuk Wakil Rakyat (MUWR). “Saya itu cuma fasilitator saja kok. Ide originalnya dari penyair Semarang, Mas Heru Mugiarso,“ jelasnya santai.

Menurut pria yang sempat disebut sebagai penjaga Taman Budaya Surakarta (TBS) ini, alasannya menye-diakan arena menulis bagi penyair yang berkaitan de-

ngan politik adalah karena kegelisahan teman-teman penyair tentang keadaan politik Indonesia. “Pasti semua orang berharap bisa membantu pikirannya sedikit, untuk memperbaiki keadaan,” katanya. Selain itu juga karena menurutnya menerbitkan buku puisi sendiri melalui pe-nerbit mayor tidak akan pernah laku dipasaran. “Lah buat apa dibuat kalau tidak sampai apa yang kita pikirkan?,“ katanya tegas.

Leak juga mengatakan bahwa ideologi menerbitkan banyak antologi puisi untuk pemerintah adalah ‘keman-dirian’. “Sudah berkali-kali ditawari anggaran oleh instansi yang terkait (KPK) tapi kami tolak,“ ujarnya tertawa. Leak ingin, antologi ini murni atas dana kumpulan dari teman-teman penyair. “Saya ini juga cuma mengumpulkan karya, membantu memilihkan yang terbaik supaya layak baca, mengantar ke penerbit, dan kemudian mengurus pendistribusian,“ jelasnya detail.

Semua biaya tersebut ditanggung oleh penyair yang tergabung secara kolektif. Begitu juga dengan road show-nya. “Semuanya adalah hasil kerja sama kolektif seluruh penyair yang tergabung. Kita sama-sama demi memberi sedikit pemikiran,“ katanya mantap.

Bicara tentang kemajuan dan perkembangan industri kreatif di bidang kepenulisan, Leak mengatakan bahwa dunia cyber memberikan ruang yang sangat luas bagi para penulis. “Tapi jadi ada lubangnya yaitu redaksi yang menyeleksi karya dan persaingan,“ jelas Leak lagi. Dunia cyber memang membuat penulis langsung bisa menghadapkan karya-karyanya pada pembaca tanpa perlu seleksi redaksi dan persaingan ketat dari penulis lainnya. “Web, blog, dan semua sosial media itu lahan yang sangat bebas,“ sambung Leak.

Di akhir wawancara Leak juga menyayangkan adanya dua hal tersebut di atas membuat produksi sastra menjadi kekurangan kritikus. “Padahal dalam sebuah zaman, yang namanya perkembangan karya sastra tidak lepas dari perkembangan akademisi dan kritikusnya,“ ujarnya menutup obrolan. n

n SENI

sosiaWan leaK

MEMBANGUN NEGERI DENGAN KREATIVITAS MENULIS Sosiawan Leak.

2015 / 75 ikreatif03

n MUSIK

2015 / 75 ikreatif03

| teks: ade riyan Purnama

Bagi penggemar Bon Jovi (grup band asal New Jersey, Amerika Serikat), lirik lagu di atas tentu sudah di luar kepala. Saking tenarnya, mungkin

anak muda zaman sekarang akan mengatakan “lagu ini gue banget”. Sama halnya dengan para remaja tempo dulu akan sepakat bahwa it’s my life adalah lagu yang mewakili perasaan mereka. Bagaimana kharisma seorang rocker yang sayang istri ini merasuk di hati setiap orang. Kharisma itu pula yang akhirnya membuat Gelora Bung Karno (GBK) pada 11 September lalu dibanjiri ribuan penonton dan secara kompak menyaikan setiap lagu yang dibawakan oleh sang superstar itu.

Tapi tahukah Anda di balik gemerlap dan kegemilangan acara tersebut sesungguhnya tak lepas dari kerja keras seorang wanita yang bernama lengkap Dewi Ghonta yang duduk sebagai Direktur Java Festival Production (JFP). Mungkin tak berlebihan jika 40.000-

an penonton yang menikmati konser Bon Jovi layak berterima kasih atas usaha hebatnya.

Karena memang tak mudah mendatangkan band pemilik hits Bad Medicine ini.

“Mereka itu salah satu band terpenting dalam sejarah musik rock dunia,“ jawab Dewi ketika ditanya alasannya mengundang Bon Jovi datang kembali

ke Jakarta. Kenyataan bahwa Bon Jovi memang sudah 30 tahun lebih berkarya di blantika musik rock dunia jelas tak terbantahkan. “Dan meskipun sudah selama itu, mereka masih tetap eksis sampai sekarang. Itu istimewa,“ lanjut Dewi menambahkan.

Berangkat dari kenyataan tersebut, Dewi lantas

mempersiapkan segala

sesuatunya dengan kematangan yang sempurna. “Kami sudah prepare mulai dari bulan Juni,“ ujarnya bercerita. Management artis merupakan jalur yang tak pernah putus dihubungi Dewi demi kelancaran teknis konser. “Ya kami harus terus koordinasi dengan mereka untuk produksi panggung, tata lampu, tata suara dan lainya,“ kata wanita berusia 41 tahun yang energik ini. Dewi juga mendapat supported dari Signaturemoment sebagai presenting sponsor.

Konser besar ini menurut Dewi membutuhkan konsentrasi penuh untuk mempersiapkannya. “Skala produksi yang besar bisa menjadi kendala kalau kita kurang fokus menanganinya,” ujar Dewi menjawab pertanyaan tentang kesulitan yang dihadapi menjelang konser besar dari band yang berdiri tahun 1983 ini. “Tapi untuk menanggulanginya kami sudah menunjuk pihak-pihak yang telah berpengalaman di bidangnya untuk memperkecil kendala teknis saat konser berlangsung,“ urai Dewi menjelaskan lebih lanjut.

“Keamanan menjadi salah satu hal penting yang menjadi perhatian kami selama persiapan. Kami punya internal secure dan kami juga bekerja sama dengan aparat selama konser berlangsung,“ ujarnya ketika ditanya tentang banyaknya kerusuhan di konser-konser besar Indonesia. “

Ya, malam itu, David Bryan (keyboardist), Matt O’ree (guitar), Pill X (guitar), Tico Torres (drum) dan tentu saja Jon Bon Jovi (vocalis) mampu membius penonton dengan memboyong lagu that’s the water made me yang kompak diikuti oleh penonton. Sebelumnya konser dibuka oleh Sam Tsui yang terkenal melalui Youtube dan Judika yang menyanyikan lagu Indonesia Raya. n

AdA dewi di bAlikkonser bon JoVi

Dewi Ghonta, Direktur Java Festival Production (JFP)

it’s My life/ it’s noW or neVer / i ain’t gonna liVe foreVer /i JUst Want to liVe WHile i’M aliVe

76 / 2015 ikreatif 03

Tangsel Jazz Festival (TJF) memanjakan para pecinta musik jazz dengan kemasan acara yang inovatif. Yaitu dua hari penuh musik jazz. Dan bagaimana caranya agar penonton tidak ketinggalan menyaksikan idolanya naik panggung? “Jazz Tenda, itulah jawabannya. Untuk itu Panitia TJF telah memikirkan hal tersebut

sehingga menyiapkan 50 tenda di area South City, Pondok Cabe, bagi para peserta TJF,” ujar Dini Deniasti Atik, pimpinan Promotor TJF membuka obrolan bersama iKreatif.

Acara yang diadakan 15-16 Agustus 2015 lalu itu menampilkan para musisi-musisi Jazz lintas generasi. Dimulai dari Mus Mujiono, Ermy Kulit, Iga Mawarni, Maliq & D’Essesntial sampai Tulus, dan Kunto Aji. Bertebaran bintang tamu dalam acara tersebut membuat pihak promotor memiliki target besar yaitu pengunjung sebanyak 3.000 setiap harinya.

Dalam TJF ke-2 ini, Dini selaku promotor berbendera D’Lyrick ini telah berupaya maksimal untuk menyukseskan

n FESTIVAL

sAVe the eArth with JAzz| teks dan foto : ade riyan Purnama

Sedikitnya 50 tenda disediakan panitia untuk penonto TJF.

Tiga panggung Rigging disediakan panitia untuk perfome.

Konsep bambu ditampilkan mulai dari pintu gerbang, hingga panggung.

76 / 2015 ikreatif 03

2015 / 77 ikreatif03

n FESTIVAL

acara musik ini. Konsep Jazz Tenda yang menjadi ide original dari TJF tentunya memiliki aturan-aturan baku. Peraturan lainnya adalah penonton biasa (dalam hal ini bukan penonton yang menginap) akan diatur supaya tidak mengganggu pandangan penonton Jazz Tenda. “Jadi penonton Jazz Tenda tetap bisa menikmati TJF tanpa perlu keluar tenda,“ jelasnya.

Ditanya mengenai alasan mengadakan konsep Jazz Tenda, Dini menjelaskan ide itu berangkat dari sebagian panitia yang ternyata adalah anak-anak pecinta alam. “Kami tawarkan pada komunitas pecinta alam juga, dan mendapat sambutan yang cukup meriah,“ ujarnya menambahkan.

Selain itu, konsep Jazz Tenda merupakan solusi menonton jazz full dua hari dua malam yang ekonomis dan bebas macet. “Coba kalau harus pulang dulu, biaya perjalanan dan harga tiket masuknya pasti akan membengkak. Belum macet di jalannya,“ tegas Dini simpel. Selain itu Dini juga ingin mengajak para pecinta jazz di luar Jakarta untuk ikut hadir dan menikmati kemeriahan Jazz di Tangsel dengan konsep yang baru. “Jazz bukan hanya di ibu kota kan? Dan menginap itu pasti lebih seru karena kumpul dengan teman-teman,“ ujarnya tersenyum.

Memadukan festival jazz yang menginternasional dengan elemen-elemen bambu yang khas Indonesia mungkin hanya ada di TJF 2015. Tentu hal itu dilakukan dengan suatu misi. “Melalui acara ini, kami ingin mengkampanyekan ‘Save Earth’ dan mengajak penonton untuk semakin cinta alam,” kata Dini dari D’Lyrick. Dia berharap, setelah acara ini selesai diselenggarakan seluruh penonton se-makin memunculkan kecintaannya terhadap bumi dan semakin peduli lingkungan.

TJF adalah jawaban dari keinginan pecinta musik Jazz untuk berkumpul dan melestarikan musik jazz melalui persahabatan dan kelestarian lingkungan. Mari kita sela-matkan bumi sembari nge-Jazz! n

Sebanyak 70 orang panitia diterjunkan dalam acara TJF yang diadakan selama 2 hari.

Dini Dentasti A. (35)Promotor D’Lyrick

2015 / 77 ikreatif03

78 / 2015 ikreatif 03

n FESTIVAL

Lucu, unik, santai, dan swing mungkin adalah empat kata pertama yang bisa menggambarkan seorang Kunto Aji Wibisono atau yang kemudian lebih akrab dipanggil

Kunto Aji. Pria kelahiran Yogjakarta ini sedang merintis karier di industri musik Indonesia sebagai penyanyi Pop Solo. Namun jika kita seksama mendengarkan setiap penampilannya, ia lebih condong ke genre jazz.

Seperti obrolan ringannya dengan iKreatif di acara Tangerang Jazz Festival, ia mengakui bahwa jazz sama seperti kandungan susu dalam makanan. “Secara tidak sadar sebenarnya kita akan lebih sering mendengarkan musik jazz. Meskipun kemudian seorang musisi akan mengatakan alirannya adalah pop progresif atau apapun,“ ungkapnya membuka sesi wawancara sore itu.

Menyukai Eric Clapton sejak masih kecil jelas membawa Kunto Aji ke arah jazz. Jebolan Indonesian Idol musim ke-5 ini mengakui bahwa karya-karya Eric Clapton sudah memberikan influence padanya sejak diperkenalkan oleh sang ibu. “Ibu saya itu suka musik,“ ujarnya bercerita. Kecintaannya pada musik membuatnya menjadi pribadi yang santai namun fokus. “Saya itu nggak terlalu idealis kalau soal musik. Tapi saya tetap punya musik ideal menurut saya sendiri,” tegasnya. Benar bahwa prinsip itulah yang kemudian mengantar lelaki berambut keriting ini menjadi pemenang nominasi Breakthrough Artist of the Year dalam ajang Indonesian Choice Awards 2015 NET.

Ketika ditanya mengapa memilih melalui jalur indie, pria berusia 29 tahun ini mengakui bahwa sisi idealisnya yang mengarahkan ke sana. “Ada beberapa benturan yang tidak bisa mengakomodir karya-karya saya, misalnya

beberapa kepentingan yang jelas tidak mungkin diterima oleh saya beserta karya saya.“ Namun menurut Kunto Aji, idealisme itu tentunya perlu disertai dengan bekal referensi yang banyak. “Biar idealisme nggak hilang, coba ikuti kata hati. Kalau ada yang nggak cocok dengan zaman sekarang, lihat dari sisi lain idealisme itu. Cari saja dari sisi lainnya,“ begitu cara Kunto Aji menggenapi konsistensinya di dunia musik Indonesia.

Disini pada akhirnya Kunto Aji enggan di sebut sebagai musisi Jazz, sebab beban berat yang harus disandangnya dengan julukan tersebut belum mampu ia penuhi. “Musisi jazz itu harus melestarikan dan konsisten di genre tersebut. Saya belum,” ujarnya santai.

Pria yang juga memulai debut sebagai pemain film Senggol Bacok di tahun 2010 ini mengatakan bahwa masa digital sudah memenuhi semua industri kreatif di Indonesia. Untuk itulah menurutnya membicarakan tentang pembajakan sudah tidak relevan lagi saat ini. “Dunia digital itu punya dua sisi mata uang. Bagaimana pun, musisi tetap terbantu secara marketing oleh para pembajak itu,“ ujar peraih Nominasi Male Singer Of The Year 2015 ini. “Meskipun pada hukumnya, pembajakan sudah jelas kesalahan,“ lanjut Kunto Aji tegas.

“Saya berharap ke depannya musik Indonesia semakin sehat,“ doanya ketika ditanya tentang harapan akan perkembangan musik di Indonesia di masa yang akan datang. “Tidak ada monopoli dan semua pihak bisa saling mensejahterakan,“ ujarnya menutup sesi obrolan ringan sore hari tersebut.n

tembus PAsAr mAyor lewAt JAlur indie

kunto AJi:

“KUnto aJi, naMa MUsisi MUda ini KelaK aKan diingat seBagai MUsisi yang PeMBaWaannya santai dan UniK.”

| teks dan foto : ade riyan Purnama

78 / 2015 ikreatif 03

2015 / 79 ikreatif03

n FESTIVAL

Keroncong adalah Sundari Soekotjo. Begitulah batas pengetahuan kita sebagai masyarakat Indonesia modern yang nyaris lupa akan kebudayaan bangsa

sendiri. Demam K-Pop dan musik western seolah mendapatkan perlawanan setimpal dari seorang perem-puan cantik putri dari ikon keroncong, Sundari Soekotjo. Dialah Intan Soekotjo sang penerus ikon tersebut.

“Keroncong di Indonesia sudah mulai berkembang. Sudah mulai tumbuh komunitas keroncong muda dengan musisi yang usianya di bawah 30 tahun,“ jawab Intan ketika ditanya iKreatif tentang musik keroncong di Indonesia. “Meskipun sampai sekarang, peminatnya masih sangat segmented. Tapi tetap membahagiakan,“ lanjut wanita berusia 23 tahun ini menambahkan.

Mengangkat musik keroncong Indonesia sudah menjadi tekadnya. Konsistensi di jalur keroncong juga ia tunjukkan di berbagai perhelatan musik, termasuk di Tangerang Jazz Festival, Agustus lalu, dimana ia juga sempat berduet dengan sang Ibu. “Saya mengangkat musik keroncong pelan-pelan. Selangkah demi selangkah, agar bisa digemari,“ ungkap Intan yang berlatih vokal dengan Zwesti Wirabhuana dan mendalami teknik keroncong dengan Rieka Roslan.

Intan yang sejak kecil sudah “dicekoki” musik keroncong oleh eyangnya ini memang banyak ber-kreasi dalam bermusik. Katanya, saat ini keroncong sudah jadi mainstream. Karena itu wanita yang juga mengelola usaha money changer ini mencoba berdiri

di tengah. “Aku eksperimental sih. Jadi packaging-nya lebih bisa diterima masyarakat. Kan tujuannya melestarikan kebudayaan, kalau nggak bisa diterima percuma,“ imbuh intan menjelaskan kenapa ia lebih sering menggunakan bahasa China atau Prancis dalam menyanyikan lagu-lagu keroncong. Bahkan ada juga keroncong versi Mandarin ala Intan.

Dalam menyanyikan lagu keroncong, tentu saja tidak semudah menyanyikan lagu pop. “Lebih sulit karena teknik vocal dan cengkoknya punya karakter yang berbeda. Dan penjiwaannya harus pas. Itu yang sulit,“ ungkap alumnus Public Relation London School ini. Intan mengakui bahwa kecintaannya pada musik keroncong sudah dimulai sejak kecil, di samping me-miliki Ibu yang musisi keroncong tulen, ia juga sudah terbiasa diperkenalkan dengan kebudayaan Jawa. “Aku sering nonton sinden bernyanyi,“ imbuh peraih ‘best perfomence’ di Korea Utara dalam acara Spring Frienship art festival ke-29 ini.

“Saya jadi terus ingin mencoba hal baru di dunia keroncong,“ kisah Intan dengan gembira. “Saya harus tetap stabil ada di tradisional di tengah masyarakat yang modern ini,“ tegasnya. Intan berharap bahwa masyarakat Indonesia dan generasi muda dapat ikut melestarikan budaya keroncong ini. “Nggak harus bisa nyanyi keron-cong. Yang penting tahu kalau ada musik keroncong se-bagai salah satu karakteristik bangsa,“ ujar Intan yang ingin terus mencoba hal baru di dunia keroncong. n

ikon keronConG mAsA dePAn

intAn soekotJo:

“KeronCong adalaH MUsiK tradisional indonesia

yang sUdaH MasUK JaJaran MainstreaM dan disUKai oleH

Warga internasional.”

| teks dan foto : ade riyan Purnama

2015 / 79 ikreatif03

80 / 2015 ikreatif 03

n SEREMONI

Sebuah becak kayuh bertenaga listrik dipamerkan di Jogja National

Museum (JNM) selama dua hari, 14-17 September 2015. Becak ramah lingkungan yang ada dalam pameran bertajuk Transformaking 2015 itu merupakan garapan sebuah grup otomotif di Yogyakarta. Wakil Ketua Pameran, Aan Fikriyan, mengatakan, sebelum membuat becak listrik tersebut, pembuat lebih dulu melakukan riset. Waktu riset yang dibutuhkan sekitar enam bulan. “Untuk eksekusinya cukup singkat kira-kira dua bulan,” kata Aan.Aan menambahkan, listrik yang dipasang pada becak tersebut bersumber dari baterai yang menggerakkan dinamo. Listrik yang

dihasilkan bisa berkekuatan hingga 500 volt dengan kekuatan laju 30 kilometer per jam. Meski berkekuatan listrik, perancang tetap menyertakan tempat kayuh agar tak menghilangkan nilai dari kendaraan becak. “Esensi dari kendaraan becak itu mengayuh. Jadi, meski ada tenaga listrik, tetap tak menghilangkan nilai dari becak itu sendiri,” tutupnya.n

Becak Listrik aLa JogJa

PeLUNcUraN roBot YuMi®

Masa depan robotik dan otomatisasi kini telah hadir di Indonesia. Robot YuMi®, robot industri pertama

di dunia yang mampu berkolaborasi dengan manusia hadir di pameran Electric, Power and Renewable Energy

Indonesia 2015 pada 16–19 September 2015 di JIEXpo Kemayoran. YuMi® merupakan komitmen ABB dalam memberikan solusi inovatif di bidang energi dan teknologi otomatisasi yang aman bagi manusia dan lingkungan. Sebuah visi yang menjadi kenyataan.

“YuMi akan mengubah cara berpikir kita terhadap otomatisasi perakitan dan akan memberikan

sudut pandang baru terhadap masyarakat modern dimana manusia dan robot dapat bekerja berdampingan,” ujar Manpalagupta

Sitorus, Country Communications Manager ABB di Indonesia.Oleh karena itu, peluncuran YuMi diharapkan dapat

membuka peluang baru pada perakitan komponen industri berukuran kecil sehingga mendorong perkembangan berbagai industri, terlebih lagi aplikasi robot kini tengah menarik perhatian masyarakat dan komunitas robotik di Indonesia.n

80 / 2015 ikreatif 03

2015 / 81 ikreatif03

n SEREMONI

PaMeraN BUsaNa MUsLiM Jcc

Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta Pusat kembali menghadirkan pameran International

Islamic Fashion (IIIF) & Product 2015 dengan tema; Ethnic Urbanovative di Jakarta Convention Center, selama lima hari, 9-13 September 2015.

Kegiatan IIIF & Product ini diisi dengan pameran dagang busana muslim dan produk serta peragaan busana. Ibu Sinta Nuriyah Wahid mengatakan busana muslim perlu ditampilkan dalam konteks kekinian, inovasi, kreasi baru dalam penampilan yang chic dan elegan yang menimbulkan decak kekaguman. “Ini jadi momentum budaya Islami di tengah peradaban modern,” kata Sinta.

Beberapa perancang busana muslimah ternama juga bisa ditemukan di IIF, antara lain Itang Yunasz, Ria Baraba, Ida Royani, serta Stephanus Hamy. Adapun gerai desainer internasional yang datang dari Integrity (Australia), Neng Geulis (Malaysia), serta Hikmat (Timur Tengah).n

Memperingati Hari Pelanggan Nasional (harpelnas) yang diperingati setiap tanggal 4 September, Direksi PT

Metropolitan Land Tbk (Metland) turut berperan aktif dengan turun langsung menyambut pelanggan. Momen Harpelnas

tahun ini Metland melalui unit komersialnya Grand Metropolitan menggandeng perusahaan jasa transportasi PT Blue Bird Tbk untuk memberikan penyambutan dengan kejutan flashmob kepada pelanggan pertama yang turun di lobby Grand Metropolitan yang berlokasi di kawasan Bekasi.

Penyambutan dilakukan dengan membukakan pintu taksi, pemberian bunga mawar dan cinderamata. “Karena momen ini adalah momen untuk pelanggan dari manajemen, flashmob pun dilakukan sebagai inisiatif dari karyawan internal unit komersial Metland,” ujar Wahyu Sulistio VD Corporate Communications PT Metropolitan Land Tbk.

Sementara itu, Bambang Djojosoemitro, Senior Manager Outlet and Hotels PT Blue Bird Tbk mengatakan, 100 buah cinderamata menarik di siapkan dalam kegiatan simpatik ini khusus bagi para pengunjung Grand Metropolitan yang tiba dan akan pergi menggunakan taksi Blue Bird khusus di tanggal 4 September 2015.n

graNd MetroPoLitaN daN BLUe Bird MaNJakaN PeLaNggaN

82 / 2015 ikreatif 03

Elita Yunanda Business Development Associate Seekmi Global Service.

Bagi para dokter, steteskop adalah benda wajib. Nah, bagi pelaku industri kreatif, apa benda wajibnya? Jawabnya mudah: kreativitas tanpa batas. “Rumus” seperti itulah muasal meluncurnya

Seekmi.com di Indonesia. Kreativitas di benak pendiri-nya, membuat lahirnya Seekmi yang merupakan situs perantara penyedia jasa seputar rumah, dengan kon-sumennya.

“Kami saat ini sedang mematangkan sistem. Diren-canakan, launching-nya di November 2015 ini,” kata Elita Yunanda Business Development Associate Seekmi Global Service.

Layanan Seekmi memang lain ketimbang yang lain. Betapa tidak, selama ini, pemilik rumah hanya bisa mencari jasa seperti reparasi AC, arsitek, pemborong, dan lain-lain sejenis, melalui iklan baris di surat kabar ataupun brosur. Atau kalau melalui internet, ya terserak di sana-sini.

Melalui Seekmi, tidak ada lagi keterserakan itu. Pa-salnya, cukup berkunjung ke sebuah situs, pemilik rumah mendapatkan berbagai penawaran. Komunikasi pun dilakukan langsung dengan penyedia jasa, melalui internet.

“Seekmi merupakan marketplace untuk jasa profesional, dengan kata lain Seekmi sebagai penghubung antara klien dan vendor. Jadi mereka bisa berinteraksi bisnis dengan lebih mudah me-lalui layanan ini,” ungkap Chief Executive Officer (CEO) Seekmi, Nayoko Wicaksono.

Pihaknya pun berniat mendorong kiprah UKM

(usaha kecil dan menengah) di Indonesia melalui Seekmi. Betapa tidak, Seekmi bisa menjadi peranti strategi digital marketing untuk pelaku UKM. Cukup mendaftarkan jenis usaha plus mencantumkan informasi alamat (surat elektronik dan telepon), pelaku UKM bisa mendeskripsikan jenis layanan dengan komplit. “Penyedia jasa tidak perlu terlalu lama mencari pelanggan, namun Seekmi yang mempertemukan mereka dengan pelanggan serta membantu meningkatkan pendapatan mereka dengan mudah,” kata Nayoko lagi.

Elita menjelaskan, respons dari publik terbilang bagus. Di Facebook Group milik Seekmi, interaksi intensif antara penyedia jasa dengan konsumen, terlihat dengan gamblang. “Kami akan terus menambah jenis layanan yang tersedia, seiring permintaan dari konsumen,” kata dia. n

n IDE KREATIF

MENOPANG UKM, MEMUDAHKAN PENGHUNI RUMAH

BerBasis KreatiVitas, MUnCUllaH seeKMi. sitUs internet ini MeMUdaHKan UKM ataUPUn KonsUMen layanan seKitarn rUMaH

| teks: Zal Hanif & adhito

2015 / 83 ikreatif03

VISIT OUR NEW OUTLOOKSarinah Department StoreJakarta - Semarang - Yogyakarta - Malang SARINAHINDONESIA

84 / 2015 ikreatif 03

@ majalah ikreatif majalah ikreatif [email protected]

magazine