36
KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, atas segala kebesarannya dan limpahan nikmat yang diberikan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah berjudul “Pielonefritis “. Dalam penulisan percobaan ini, berbagai hambatan telah penulis alami. Oleh karena itu, terselesaikannya makalah ini tentu saja bukan karena kemampuannya penulis semata-mata. Namun karena adanya dukungan dan bantuan dari pihak - pihak yang terkait. Dalam menyusun makalah ini penulis banyak mendapat bimbingan serta motivasi dari beberapa pihak, oleh karenanya kami mengucapkan Alhamdulillah dan terima kasih kepada: 1. Bapak Budi Utomo,Amd,Kep,M,Kes, selaku ketua Stikes Muhammadiyah Lamongan. 2. Arifal Aris S.Kep,Ns M.Kes, selaku ketua prodi S1 KEPERAWATAN STIKES Muhammadiyah Lamongan. 3. Sri Hananto Ponco, S.Kep,Ns. sebagai dosen pembimbing. 4. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis membuka diri untuk menerima berbagai masukan dan kritikan dari semua pihak.Penulis berharap

askep pye

Embed Size (px)

DESCRIPTION

oh

Citation preview

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, atas segala kebesarannya dan limpahan nikmat yang diberikan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah berjudul Pielonefritis .

Dalam penulisan percobaan ini, berbagai hambatan telah penulis alami. Oleh karena itu, terselesaikannya makalah ini tentu saja bukan karena kemampuannya penulis semata-mata. Namun karena adanya dukungan dan bantuan dari pihak - pihak yang terkait.

Dalam menyusun makalah ini penulis banyak mendapat bimbingan serta motivasi dari beberapa pihak, oleh karenanya kami mengucapkan Alhamdulillah dan terima kasih kepada:

1. Bapak Budi Utomo,Amd,Kep,M,Kes, selaku ketua Stikes Muhammadiyah Lamongan.

2. Arifal Aris S.Kep,Ns M.Kes, selaku ketua prodi S1 KEPERAWATAN STIKES Muhammadiyah Lamongan.

3. Sri Hananto Ponco, S.Kep,Ns. sebagai dosen pembimbing.

4. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis membuka diri untuk menerima berbagai masukan dan kritikan dari semua pihak.Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan bagi pembaca khususnya.

Lamongan, Oktober 2014Penulis,DAFTAR ISIKata Pengantar

Daftar isi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

1.2 Rumusan masalah

1.3 Tujuan

BAB II PEMBAHASAN2.1 Definisi

2.2 Klasifikasi

2.3 Etiologi

2.4 Manifestasi klinis

2.5 Patofisiologi

2.6 Pathway

2.7 Pencegahan .........................................................................

2.8 Penatalaksanaan

2.9 Komplikasi

BAB III Asuhan Keperawatan

BAB IV PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran-saran

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN1.1 . Latar Belakang

Infeksi Traktus Urinarius (UTI) sering terjadi dan menyerang manusia tanpa memandang usia, terutama perempuan. UTI bertanggung jawab atas sekitar tujuh juta kunjungan pasien kepada dokter setiap tahunnya di Amerika Serikat (Stamm,1998). Secara mikro biologi UTI dinyatakan ada jika terdapat bakteriuria bermakna (ditemukan mikroorganisme patogen 105 ml pada urin pancaran tengah yang dikumpulkan pada cara yang benar). Abnormalitas dapat hanya berkolonisasi bakteri dari urine (bakteriuria asimtomatik) atau bakteriuria dapat disertai infeksi simtomatikndari struktur-struktur traktus urinarius/ UTI umumnya dibagi dalam dua sub kategori besar: UTI bagian bawah (uretritis,sistitis, prostatitis) dan UTI bagian atas (pielonefritis akut). Sistitis akut (infeksi vesika urinaria) dan pielonefritis akut ( infeksi pelvis dan interstisium ginjal) adalah infeksi yang paling berperan dalam menimbulkan morbilitas tetapi jarang berakhir sebagai gagal ginjal progresif.Pielonefritis merupakan infeksi piala pada ginjal, tubulus dan jaringan interstisial dari salah satu atau kedua ginjal. Bakteri mencapai kandung kemih melalui uretra dan naik ke ginjal. Meskipun ginjal menerima 20% sampai 25% curah jantung, bakteri jarang yang mencapai ginjal melalui aliran darah; kasus penyebaran secara hematogen kurang dari 3%.

Pielonefritis sering sebagai akibat dari refluks ureterivesikal, dimana katup uretevesikal yang tidak kompeten meynyebabkan urine mengalir balik (refluks) ke dalam ureter. Obstruksi traktus urinarius ( yang meningkatkan kerentanan ginjal terhadap infeksi), tumor kandung kemih, striktur, hiperplasia prostatik benigna, dan batu urinarius merupakan penyebab yang lain. Pielonefritis dapat akut dan kronis.1.2. Rumusan masalahBerdasarkan latar belakang diatas, maka penulisan mengambil rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apa definisi dari Pielonefritis ?

2. Apa saja klasifikasi dari Pielonefritis ?

3. Apa etiologi dari Pielonefritis?

4. Apa saja manifestasi klinis Pielonefritis?

5. Bagaimana patofisiologi Pielonefritis ?

6. Bagaimana pathway Pielonefritis ?

7. Bagaimana pencegahan Pielonefritis ?

8. Bagaimana penatalaksanaan Pielonefritis ?

9. Apa saja komplikasi dari Pielonefritis ?

10. Bagaimana proses keperawatan pada pasien Pielonefritis?

1.3. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui definisi dari Pielonefritis

2. Untuk mengetahui klasifikasi dari Pielonefritis

3. Untuk mengetahui etiologi dari Pielonefritis

4. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Pielonefritis

5. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi Pielonefritis6. Untuk mengetahui bagaimana pathway Pielonefritis7. Untuk mengetahui bagaimana pencegahan Pielonefritis8. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan Pielonefritis9. Untuk mengetahui apa saja komplikasi Pielonefritis

10. Untuk mengetahui bagaimana Asuhan Keperawatan Pielonefritis

BAB II

KONSEP TEORI2.1 Definisi

Pielonefritis merupakan infeksi bakteri yang menyerang ginjal, yang sifatnya akut maupun kronis. Pielonefritis akut biasanya akan berlangsung selama 1 sampai 2 minggu. Bila pengobatan pada pielonefritis akut tidak sukses maka dapat menimbulkan gejala lanjut yang disebut dengan pielonefritis kronis.

Pielonefritis merupakan infeksi bakteri pada piala ginjal, tunulus, dan jaringan interstinal dari salah satu atau kedua gunjal (Brunner & Suddarth, 2002).

Pielonefritis merupakan suatu infeksi dalam ginjal yang dapat timbul secara hematogen atau retrograd aliran ureterik (J. C. E. Underwood, 2002).

Pielonefritis adalah suatu proses infeksi dan peradangan yang biasanya mulai didalam pelvis ginjal tetapi meluas secara progresif ke dalam parenkim ginjal. Infeksi tersebut dapat disebabkan oleh berbagai jenis bakteri, tetapi terutama dari basil colon yang berasal dari kontaminasi traktus urinarius dengan feses. Penyerangan ginjal oleh bakteri ini menyebabkan kerusakan progesif tubulus ginjal, glomerulus, dan struktur lain apapun di dalam lintasan penyerbuan organism tersebut. Sebagai akibatnya, sebagian besar jaringan fungsional ginjal hilang. Kerusakan intersisil ginjal yang di sebabkan oleh infeksi bakteri di sebut pielonefritis. Infeksi ini dapat di sebabkan oleh berbagai jenis bakteri tetapi terutama dari Esche-richia coli yang berasal dari kontaminasi tinja pada traktus urinarius. Bakteri ini mencapai ginjal melalui aliran darah atau , yang lebih sering, secara asenden dari traktus urinarius bagian bawah melewati ureter ke ginjal .

Ginjal yang berfungsi memproduksi maupun menyalurkan air kemih (urine) ke luar tubuh. Berbagai penyakit dapat menyerang komponen-komponen ginjal, antara lain yaitu infeksi ginjal.2.2 Klasifikasi

Pielonefritis dibagi menjadi dua yaitu:1. Pielonefritis Akut

Pyelonefritis akut biasanya singkat dan sering terjadi infeksi berulang karena terapi tidak sempurna atau infeksi baru. 20% dari infeksi yang berulang terjadi setelah dua minggu setelah terapi selesai.Infeksi bakteri dari saluran kemih bagian bawah ke arah ginjal, hal ini akan mempengaruhi fungsi ginjal. Infeksi saluran urinarius atas dikaitkan dengan selimut antibodi bakteri dalam urin. Ginjal biasanya membesar disertai infiltrasi interstisial sel-sel inflamasi. Abses dapat dijumpai pada kapsul ginjal dan pada taut kortikomedularis. Pada akhirnya, atrofi dan kerusakan tubulus serta glomerulus terjadi. Pyelonefritis akut merupakan salah satu penyakit ginjal yang sering ditemui. Gangguan ini tidak dapat dilepaskan dari infeksi saluran kemih. Infeksi ginjal lebih sering terjadi pada wanita, hal ini karena saluran kemih bagian bawahnya (uretra) lebih pendek dibandingkan laki-laki, dan saluran kemihnya terletak berdekatan dengan vagina dan anus, sehingga lebih cepat mencapai kandung kemih dan menyebar ke ginjal. Insiden penyakit ini juga akan bertambah pada wanita hamil dan pada usia di atas 40 tahun. Demikian pula, penderita kencing manis/diabetes mellitus dan penyakit 2. Pielonefritis Kronis

Pyelonefritis kronis juga berasal dari adanya bakteri, tetapi dapat juga karena faktor lain seperti obstruksi saluran kemih dan refluk urin. Pyelonefritis kronis dapat merusak jaringan ginjal secara permanen akibat inflamasi yang berulangkali dan timbulnya parut dan dapat menyebabkan terjadinya renal failure (gagal ginjal) yang kronis. Ginjal pun membentuk jaringan parut progresif, berkontraksi dan tidak berfungsi. Proses perkembangan kegagalan ginjal kronis dari infeksi ginjal yang berulang-ulang berlangsung beberapa tahun atau setelah infeksi yang gawat.Pembagian PielonefritisPielonefritis akutSering ditemukan pada wanita hamil, biasanya diawali dengan hidro ureter dan hidronefrosis akibat obstruksi ureter karena uterus yang membesar.

2.3 Etiologi

1. Bakteri (Escherichia coli, Klebsielle pneumoniac, Streptococus fecalis, dll). Escherichia coli merupakan penyebab 85% dari infeksi.

2. Obstruksi urinari track. Misal batu ginjal atau pembesaran prostat.

3. Refluks, yang mana merupakan arus balik air kemih dari kandung kemih kembali ke dalam ureter.

4. Kehamilan

5. Kencing Manis

6. Keadaan-keadaan menurunnya imunitas untuk melawan infeksi.Pada saluran kemih yang sehat, naiknya infeksi ini biasanya bisa dicegah oleh aliran air kemih yang akan membersihkan organisme dan oleh penutupan ureter di tempat masuknya ke kandung kemih. Berbagai penyumbatan fisik pada aliran air kemih (misalnya batu ginjal atau pembesaran prostat) atau arus balik air kemih dari kandung kemih ke dalam ureter, akan meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi ginjal. 2.4 Manifestasi KlinisGejala yang paling umum dapat berupa demam tiba-tiba. Kemudian dapat disertai menggigil, nyeri punggung bagian bawah, mual, dan muntah. Pada beberapa kasus juga menunjukkan gejala ISK bagian bawah yang dapat berupa nyeri berkemih dan frekuensi berkemih yang meningkat.

Dapat terjadi kolik renalis, di mana penderita merasakan nyeri hebat yang desebabkan oleh kejang ureter. Kejang dapat terjadi karena adanya iritasi akibat infeksi atau karena lewatnya batu ginjal. Bisa terjadi pembesaran pada salah satu atau kedua ginjal. Kadang juga disertai otot perut berkontraksi kuat.

Pada anak-anak, gejala infeksi ginjal seringkali sangat ringan dan lebih sulit untuk dikenali.a. Pyelonefritis akut ditandai dengan :

(a) pembengkakan ginjal atau pelebaran penampang ginjal

(b) Pada pengkajian didapatkan adanya demam yang tinggi, menggigil, nausea,

(c) nyeri pada pinggang, sakit kepala, nyeri otot dan adanya kelemahan fisik.

(d) Pada perkusi di daerah CVA ditandai adanya tenderness.

(e) Klien biasanya disertai disuria, frequency, urgency dalam beberapa hari.

(f) Pada pemeriksaan urin didapat urin berwarna keruh atau hematuria dengan bau yang tajam, selain itu juga adanya peningkatan sel darah putih.

b. Pielonefritis kronis

Pielonefritis kronis Terjadi akibat infeksi yang berulang-ulang, sehingga kedua ginjal perlahan-lahan menjadi rusak. Tanda dan gejala:

(a) Adanya serangan pielonefritis akut yang berulang-ulang biasanya tidak mempunyai gejala yang spesifik.

(b) Adanya keletihan.

(c) Sakit kepala, nafsu makan rendah dan BB menurun.

(d) Adanya poliuria, haus yang berlebihan, azotemia, anemia, asidosis, proteinuria, pyuria dan kepekatan urin menurun.

(e) Kesehatan pasien semakin menurun, pada akhirnya pasien mengalami gagal ginjal.

(f) Ketidaknormalan kalik dan adanya luka pada daerah korteks.

(g) Ginjal mengecil dan kemampuan nefron menurun dikarenakan luka pada jaringan.

(h) Tiba-tiba ketika ditemukan adanya hipertensi.

2.5 Patofisiologi

Umumnya bakteri seperti Eschericia coli, Streptococus fecalis, Pseudomonas aeruginosa, dan Staphilococus aureus yang menginfeksi ginjal berasal dari luar tubuh yang masuk melalui saluran kemih bagian bawah (uretra), merambat ke kandung kemih, lalu ke ureter (saluran kemih bagian atas yang menghubungkan kandung kemih dan ginjal) dan tibalah ke ginjal, yang kemudian menyebar dan dapat membentuk koloni infeksi dalam waktu 24-48 jam. Infeksi bakteri pada ginjal juga dapat disebarkan melalui alat-alat seperti kateter dan bedah urologis. Bakteri lebih mudah menyerang ginjal bila terdapat hambatan atau obstruksi saluran kemih yang mempersulit pengeluaran urin, seperti adanya batu atau tumor.

Pada pielonefritis akut, inflamasi menyebabkan pembesaran ginjal yang tidak lazim. Korteks dan medula mengembang dan multipel abses. Kalik dan pelvis ginjal juga akan berinvolusi. Resolusi dari inflamasi menghsilkan fibrosis dan scarring. Pielonefritis kronis muncul stelah periode berulang dari pielonefritis akut. Ginjal mengalami perubahan degeneratif dan menjadi kecil serta atrophic. Jika destruksi nefron meluas, dapat berkembang menjadi gagal ginjal.2.6 Pathway2.7 PencegahanUntuk membantu perawatan infeksi ginjal, berikut beberapa hal yang harus dilakukan:a. Minumlah banyak air (sekitar 2,5 liter ) untuk membantu pengosongan kandung kemih serta kontaminasi urin.b.Perhatikan makanan (diet) supaya tidak terbentuk batu ginjalc.banyak istirahat di tempat tidurd.Terapi antibiotika2.8 Penatalaksanaan

Infeksi ginjal akut setelah diobati beberapa minggu biasanya akan sembuh tuntas. Namun residu infeksi bakteri dapat menyebabkan penyakit kambuh kembali terutama pada penderita yang kekebalan tubuhnya lemah seperti penderita diabetes atau adanya sumbatan/hambatan aliran urin misalnya oleh batu, tumor dan sebagainya.

A. Penatalaksanaan medis menurut Barbara K. Timby dan Nancy E. Smith tahun 2007:

Mengurangi demam dan nyeri dan menentukan obat-obat antimikrobial seperti trimethroprim-sulfamethoxazole (TMF-SMZ, Septra), gentamycin dengan atau tanpa ampicilin, cephelosporin, atau ciprofloksasin (cipro) selama 14 hari

Merilekskan otot halus pada ureter dan kandung kemih, meningkatkan rasa nyaman, dan meningkatkan kapasitas kandung kemih menggunakan obat farmakologi tambahan antispasmodic dan anticholinergic seperti oxybutinin (Ditropan) dan propantheline (Pro-Banthine)

Pada kasus kronis, pengobatan difokuskan pada pencegahan kerusakan ginjal secara progresif.

B. Penatalaksanaan keperawatan menurut Barbara K. Timby dan Nancy E. Smith tahun 2007:

Mengkaji riwayat medis, obat-obatan, dan alergi.

Monitor Vital Sign

Melakukan pemeriksaan fisik

Mengobservasi dan mendokumentasi karakteristik urine klien.

Mengumpulkan spesimen urin segar untuk urinalisis.

Memantau input dan output cairan.

Mengevaluasi hasil tes laboratorium (BUN, creatinin, serum electrolytes)

Memberikan dorongan semangat pada klien untuk mengikuti prosedur pengobatan.

Karena pada kasus kronis, pengobatan bertambah lama dan memakan banyak biaya yang dapat membuat pasien berkecil hati.2.9 Komplikasi

Ada tiga komplikasi penting dapat ditemukan pada pielonefritis akut (Patologi Umum & Sistematik J. C. E. Underwood, 2002: 669)

1. Nekrosis papila ginjal. Sebagai hasil dari proses radang, pasokan darah pada area medula akan terganggu dan akan diikuti nekrosis papila guinjal, terutama pada penderita diabetes melitus atau pada tempat terjadinya obstruksi.

2. Fionefrosis. Terjadi apabila ditemukan obstruksi total pada ureter yang dekat sekali dengan ginjal. Cairan yang terlindung dalam pelvis dan sistem kaliks mengalami supurasi, sehingga ginjal mengalami peregangan akibat adanya pus.

3. Abses perinefrik. Pada waktu infeksi mencapai kapsula ginjal, dan meluas ke dalam jaringan perirenal, terjadi abses perinefrik.

Komplikasi pielonefritis kronis mencakup penyakit ginjal stadium akhir (mulai dari hilangnya progresifitas nefron akibat inflamasi kronik dan jaringan parut), hipertensi, dan pembentukan batu ginjal (akibat infeksi kronik disertai organisme pengurai urea, yang mangakibatkan terbentuknya batu) (Brunner&Suddarth, 2002: 1437).

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

Data Biografi

Nama : Usia : (biasanya terjadi pada semua umur, tetapi anak kecil 0-5 tahun lebih sering terserang tergantung dengan bagaimana menjaga kebersihan organ genetalia dan karena perubahan anatomi dan status hormonal) Jenis kelamin : (sering terjadi pada perempuan karena organ perkemihan wanita lebih pendek daripada laki-laki) Agama : Alamat: Penanggung jawab

Tanggal masuk RS

Tanggal pengkajian

Riwayat Kesehatan

Keluhan utama

Klien biasanya mengatakan nyeri pada punggung bagian bawah

Keluhan penyakit sekarang

Biasanya klien datang ke rumah sakit atau ke ptugas kesehatan karena nyeri pada punggung bagian bawah dan nyeri pada saat kencing, demam, menggigil.

Riwayat penyakit dahulu

Apakah klien pernah mengalami penyakit ini sebelumnya,apakah klien menderita penyakit DM Riwayat penyakit keluarga

Biasanya keluarga tidak pernah mengalami penyakit seprti ini, karena ISK bukan penyakit keturunan.

3.2 Pemeriksaan fisikA. Pemeriksaan Head To Toe1. Keadaan umum : klien nampak pucat, keasadaran composmentis.

2. Tanda vital :

TD : > 120/70

Nadi : > 100x/menit

Suhu : > 37,5 oC

RR : > 20x/menit

3. Kepala: mesosepal, rambut hitam, tipis, bersih4. Mata: anemis (-), sclera ikterik (-), pupil terhadap cahaya (+)

5. Hidung: cuping hidung (-), secret (-), epistaksis (-), tidak terpasan NGT6. Telinga: serumen (-), bentuk simetris

7. Leher: tidak ada kelainan8. Dada:bentuk normal, pengembangan dada simetris, (-) retraksi dinding dada9. Jantung :

Inspeksi: tidak ada pembesaran

Palpasi: tidak teraba adanya pembesaran

Perkusi: bunyi jantung pekak

Auskultasi: BJ1 dan BJ2 tunggal

10. Paru-paru :

Inspeksi: pengembangan paru kanan kiri simetris

Palpasi: biasanya tidak ada nyeri tekan

Perkusi: sonor seluruh lapang pandang

Auskultasi: pernafasan vesikuler

11. Abdomen :

Inspeksi: biasanya abdomen tampak rata tidak ada pembesaran

Palpasi: biasanya tidak ada pengerasan abdomen

Perkusi: timpani

Auskultasi: bising usus normal 12x/menit

12. Genetalia

: nampak kotor, nyeri tekan, adanya infeksi pada SK

13. Ekstremitas: tonus otot 4 4 4 4B. Fungsional Gordon1. Persepsi dan pemeliharaan kesehatanPasien mengatakan kesehatan merupakan hal yang penting, jika ada keluarga yang sakit maka akan segera dibawa ke pelayanan kesehatan terdekat.2. Pola nutrisi dan metabolic: nutrisi tidak ada gangguan tetapi metabolic adanya gangguan pada fungsi urogenital

3. Pola eliminasi : adanya disuria dan poliuria

4. Pola aktivitas dan latihan : aktivitas sedikit terganggu karena nyeri pada punggung dan frekuensi BAK yang sering

5. Pola istirahat tidur : tidur tidak seperti biasanya, sering terbangun malam karena kencing (nokturia), dan nyeri pada punggung

6. Pola persepsi sensori dan kognitif : tidak ada gangguan pada pola persepsi sensori dan kognitif, penglihatan masih jelas.

7. Pola hubungan dengan orang lain : interaksi dengan orang lain masih cukup baik dalam menjalani keseharian dalam berkomunikasi.

8. Pola reproduksi / seksual: terjadi perubahan seksualitas karena adanya penyakit yang di derita

9. Pola persepsi diri dan konsep diri :terjadi perubahan pada rasa gairah seksual dalam hubungan.

10. Pola mekanisme koping : klien apabila merasakan tidak nyaman selalu memegangi punggungnya

11. Pola nilai kepercayaan / keyakinan : individu ingin penyakitnya sembuh dan percaya bahwa petugas kesehatan akan memberikan yang terbaik dalam perawatan

3.3 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan yang dilakukan untuk memperkuat diagnosis pielonefritis adalah:1. Whole blood2. Urinalisis : penampilan : kabur/keruh, bau : ammonia, berat jenis : 8mg/dL atau >80mg/24jam, SDM : >2 per lapang daya rendah, serpihan.

3. USG dan Radiologi:USG dan rontgen bisa membantu menemukan adanya batu ginjal, kelainan struktural atau penyebab penyumbatan air kemih lainnya

4. BUN

5. Creatinin : dewasa, serum : 0,5-1,5 mg/dL; 45-132,5 mmol/L (unitSI)

6. SerumElectrolytes

7. Biopsi ginjal

8. Pemeriksaan IVP : Pielogram intravena (IVP) mengidentifikasi perubahan atau abnormalitas struktur saluran perkemihan. Bahan radiopaque disuntikan, dan sinar x dilakukan pada waktu tertentu. IVP berguna untuk mengetahui lokasi batu dan tumor dan mendiagnosa pnyakit ginjal.

3.4 . Analisa DataNo. DxDataEtiologiMasalah

1.Ds : klien mengatakan nyeri pada daerah punggung bagian bawah

Do : - wajah meringis

Klien terlihat memegangi punggungnya

Berusaha menahan sakit

P : nyeri pada saat beraktivitas

Q : nyeri seperti terkena benda tumpul

R : punggung bagian bawah

S :7-8

T : hilang timbul

Leukosit meningkat > 12000Penumpukan bakteri pada kandung kemih

Vesikoureter ke ginjal

Bakteri sampai di pelvis dan medullaPielonefritis

Pembengkakan ginjal

Nyeri

2.Ds : pasien mengatakan badannya demam

Do :

klien terlihat menggigil

Badan lemas

TTV :

TD : > 120/70 mmHg

Suhu : > 36,5 37,5 0C

RR : > 20x/ menit

Nadi : > 100x/menitInfeksi medulla Reaksi peradanganFagositosis bakteriRilis pyrogenMeningkatnya suhu tubuh

Hipertermi

3.Ds : pasien mengatakan sering kencing

Do : - urin encer

Pasien terlihat sering BAK

Frekuensi urine banyak > biasanya

Bau menyengat

Gangguan pada tubulus ginjal

Fungsi pemekatan menurunUrin encerpoliuriaGangguan pola eliminasi urin : poliuria

A. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan dengan infeksi ginjal2. Hipertermi berhubungan dengan respon imunologi terhadap infeksi.3. Gangguan pola eliminasi urine berhubungan dengan fungsi pemekatan urin yang menurun

B. Rencana Keperawatan

NODIAGNOSETUJUAN & KHINTERVENSIRASIONAL

1Nyeri b.d infeksi ginjalSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam nyeri klien berkurang dan hilang

KH :

K : klien mengetahui penyebab terjadinya nyeri

A : klien mengetahui cara untuk menghilangkan nyeri

P : klien mampu melakukan cara untuk menghilangkan nyeri dengan relaksasi dan distraksi

P : klien terlihat rileks.

Klien mengatakan

nyeri berkurang

Skala nyeri 0-3

1. Observasi TTV2. Kaji intensitas, lokasi, dan factor yang memperberat atau meringankan nyeri3. Berikan waktu istirahat yang cukup dan tingkat aktivitas yang dapat di toleran.4. Anjurkan minum banyak 2-3 liter jika tidak ada kontra indikasi5. Catat lokasi, lamanya intensitas skala (1-10) penyebaran nyeri6. Berikan tindakan nyaman, lingkungan istirahat.7. Kolaborasi: Konsul dokter bila sebelumnya kuning gading-urine kuning, jingga gelap, berkabut atau keruh. Pola berkemih berubah, sring berkemih dengan jumlah sedikit, perasaan ingin kencing, menetes setelah berkemih. Nyeri menetap atau bertambah sakit1. Untuk mengetahui keadaan umum klien

2. Rasa sakit yang hebat menandakan adanya infeksi

3. Klien dapat istirahat dengan tenang dan dapat merilekskan otot - ototnya4. Untuk membantu klien dalam berkemih.5. membantu mengevaluasi tempat obstruksi dan penyebab nyeri6. meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot.7. Temuan- temuan ini dapat memeberi tanda kerusakan jaringan lanjut dan perlu pemeriksaan luas

2Hipertermi berhubungan dengan respon imunologi terhadap infeksi.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan suhu tubuh menurun

KH :

K : klien mengetahui penyebab suhu tubuh meningkat

A : klien mengetahui cara mengatasi hipertermi

P : klien mampu melakukan cara mengatasi hipertermi

P : klien tampak rileks

TTV normal

TD : normal 120/70mmHg

Suhu : 36,5 37,5 oC

RR : 20x/menit

Nadi : 100x/menit

1. Pantau suhutubuh klien2. Pantau suhu lingkungan3. Berikan kompres mandi hangat, hindari penggunaan alcohol4. Kolaborasi: Berikan antipiretik misalnya aspirin, asetaminofen (Tylenol)1. Tanda vital dapat menandakan adanya perubahan di dalam tubuh.2. Suhu ruangan dan jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan suhu mendekati normal3. Dapat membantu mengurangi demam. Catatan : penggunaan air es / alcohol mungkin menyebabkan kedinginan, peningkatan suhu secara actual. Selain itu alcohol dapat mengeringkan kulit4. Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipotelamus

3gangguan pola eliminasi urine (disuria, frekuensi) b.d fungsi pemekatan urin terganggu

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan pola eliminasi urine klien kembali normal

KH :

K : klien mengetahui penyebab gangguan pola eliminasi urin

A : klien mengetahui cara untuk mengatasi gangguan pola eliminasi urin

P : klien mampu melakukan cara mengatasi gangguan pola eliminasi urin

P :

BAK normal, 3-6x/hari dengan frekuensi cc

Urin tidak terlalu encer

Tidak ada distensi kandung kemih

1. Ukur dan catat urine setiap kali berkemih.

2. Anjurkan untuk berkemih setiap 2 3 jam.3. Palpasi kandung kemih tiap 4 jam4. Bantu klien mendapatkan posisi berkemih yang nyaman5. Observasi perubahan status mental:, perilaku atau tingkat kesadaran6. Kolaborasi: Awasi- pemeriksaan laboratorium; elektrolit, BUN, kreatininRasional: pengawasan terhadap disfungsi ginjal Lakukan tindakan untuk memelihara asam urin:- tingkatkan masukan sari buah berri dan berikan obat-obat untuk meningkatkan asam urin1. Untuk mengetahui adanya perubahan warna dan untuk mengetahui input/out put2. Untuk mencegah terjadinya penumpukan urine dalam vesika urinaria.3. Untuk mengetahui adanya distensi kandung kemih4. Supaya klien tidak sukar berkemih.5. akumulasi sisa uremik dan ketidakseimbangan elektrolit dapat menjadi toksik pada susunan saraf pusat6. Asam urin menghalangi tumbuhnya kuman. Peningkatan masukan sari buah dapt berpengaruh dalm pengobatan infeksi saluran kemih

C. ImplementasiTanggal /Jam No. DxImplementasi Respon Pasien

21/10/2012

08.00

08.15

09.00

10.00

10.15

10.30

11.001,2&3

1

1&3

1

1&3

2

1,2&3Observasi TTV

Mengkaji intesitas dan lokasi serta yang memperberat nyeri

Memonitor intake dan output

Mengajarkan klien tindakan relaksasi dan distraksi untuk mengurangi nyeri

Menganjurkan klien untuk minum yang banyak dan berkemih setiap 2-3 jam

Memberikan kompres hangat

Menganjurkan klien untuk tirah baring dan beristirahatDs : -

Do : TTV :

Td : 110/70mmHg

RR : 20x/menit

N : 60-100x/menit S : > 37,50C

Ds : klien mengatakan nyeri berkurang

Do :

skala nyeri 2-3

wajah nampak rileks

Ds:-

Do : klien terlihat minum 3-4 L/hari

Ds : klien mengikuti apa yang d ajarkan perawat

Do : kooperatif

Ds : klien mengatakan minum banyak sehari

Do :

minum air 3-4 liter/hari.

Klien berkemih setiap 2-3 jam

Ds : -

Do : suhu > 37,50C

Ds : -

Do : kien bedrest

D. EvaluasiTanggal No DxEvaluasi

22/10/20121S : klien mengatakan nyerinya berkurang

O :- Klien masih tampak memegangi punggungnya

TTV :

Nadi : 100x/menit

Suhu : >37,50C

TD : 120/80mmHg

RR : 20x/menit

Skala nyeri 3

A : masalah teratasi sebagian

P : intervensi no 2,3,4 di lanjutkan

2S : klien mengatakan badannya masih panas

O : - klien nampak lemas

Suhu : > 37,50C

A : masalah belum teratasi

P : intervensi dilanjutkan

3S : klien mengatakan kencingnya sudah tidak sering tapi masih encer

O : urin encer

Klien tampak lemas

Turgor kulit kembali