19
askep aritmia 1. Definisi Gangguan irama jantung atau aritmia merupakan komplikasi yang sering terjadi pada infark miokardium. Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada frekuensi dan irama jantung yang disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau otomatis (Doenges, 1999). Aritmia timbul akibat perubahan elektrofisiologi sel-sel miokardium. Perubahan elektrofisiologi ini bermanifestasi sebagai perubahan bentuk potensial aksi yaitu rekaman grafik aktivitas listrik sel (Price, 1994). Gangguan irama jantung tidak hanya terbatas pada iregularitas denyut jantung tapi juga termasuk gangguan kecepatan denyut dan konduksi (Hanafi, 1996). 2. Etiologi Etiologi aritmia jantung dalam garis besarnya dapat disebabkan oleh : 1. Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, peradangan miokard (miokarditis karena infeksi) 2. Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner atau spasme arteri koroner), misalnya iskemia miokard, infark miokard. 3. Karena obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin dan obat-obat anti aritmia lainnya 4. Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia) 5. Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom yang mempengaruhi kerja dan irama jantung 6. Ganggguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat. 7. Gangguan metabolik (asidosis, alkalosis) 8. Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme) 9. Gangguan irama jantung karena kardiomiopati atau tumor jantung 10. Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis sistem konduksi jantung) 2. Pathofisiologi Terlampir Manifestasi klinis 1. Perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin tidak teratur; defisit nadi; bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun; kulit pucat, sianosis, berkeringat; edema; haluaran urin menurun bila curah jantung menurun berat. 2. Sinkop, pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi,

askep aritmia 2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: askep aritmia 2

askep aritmia

1. DefinisiGangguan irama jantung atau aritmia merupakan komplikasi yang sering terjadi pada infark miokardium. Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada frekuensi dan irama jantung yang disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau otomatis (Doenges, 1999). Aritmia timbul akibat perubahan elektrofisiologi sel-sel miokardium. Perubahan elektrofisiologi ini bermanifestasi sebagai perubahan bentuk potensial aksi yaitu rekaman grafik aktivitas listrik sel (Price, 1994). Gangguan irama jantung tidak hanya terbatas pada iregularitas denyut jantung tapi juga termasuk gangguan kecepatan denyut dan konduksi (Hanafi, 1996).2. EtiologiEtiologi aritmia jantung dalam garis besarnya dapat disebabkan oleh :1. Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, peradangan miokard (miokarditis karena infeksi)2. Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner atau spasme arteri koroner), misalnya iskemia miokard, infark miokard.3. Karena obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin dan obat-obat anti aritmia lainnya4. Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia)5. Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom yang mempengaruhi kerja dan irama jantung6. Ganggguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat.7. Gangguan metabolik (asidosis, alkalosis)8. Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme)9. Gangguan irama jantung karena kardiomiopati atau tumor jantung10. Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis sistem konduksi jantung)2. PathofisiologiTerlampirManifestasi klinis1. Perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin tidak teratur; defisit nadi; bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun; kulit pucat, sianosis, berkeringat; edema; haluaran urin menurun bila curah jantung menurun berat.2. Sinkop, pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi, perubahan pupil.3. Nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat antiangina, gelisah4. Nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi nafas tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan komplikasi pernafasan seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau fenomena tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.5. demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema, edema (trombosis siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatanPemeriksaan Penunjang2. EKG : menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi. Menyatakan tipe/sumber disritmia dan efek ketidakseimbangan elektrolit dan obat jantung.3. Monitor Holter : Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk menentukan dimana disritmia disebabkan oleh gejala khusus bila pasien aktif (di rumah/kerja). Juga dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi pacu jantung/efek obat antidisritmia.4. Foto dada : Dapat menunjukkanpembesaran bayangan jantung sehubungan dengan disfungsi ventrikel atau katup

Page 2: askep aritmia 2

5. Skan pencitraan miokardia : dapat menunjukkan aea iskemik/kerusakan miokard yang dapat mempengaruhi konduksi normal atau mengganggu gerakan dinding dan kemampuan pompa.6. Tes stres latihan : dapat dilakukan utnnuk mendemonstrasikan latihan yang menyebabkan disritmia.7. Elektrolit : Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan magnesium dapat mnenyebabkan disritmia.8. Pemeriksaan obat : Dapat menyatakan toksisitas obat jantung, adanya obat jalanan atau dugaan interaksi obat contoh digitalis, quinidin.9. Pemeriksaan tiroid : peningkatan atau penururnan kadar tiroid serum dapat menyebabkan.meningkatkan disritmia.10. Laju sedimentasi : Penignggian dapat menunukkan proses inflamasi akut contoh endokarditis sebagai faktor pencetus disritmia.11. GDA/nadi oksimetri : Hipoksemia dapat menyebabkan/mengeksaserbasi disritmia.Penatalaksanaan Medis12. Terapi medisObat-obat antiaritmia dibagi 4 kelas yaitu :1. Anti aritmia Kelas 1 : sodium channel blocker• Kelas 1 AQuinidine adalah obat yang digunakan dalam terapi pemeliharaan untuk mencegah berulangnya atrial fibrilasi atau flutter.Procainamide untuk ventrikel ekstra sistol atrial fibrilasi dan aritmi yang menyertai anestesi.Dysopiramide untuk SVT akut dan berulang• Kelas 1 BLignocain untuk aritmia ventrikel akibat iskemia miokard, ventrikel takikardia.Mexiletine untuk aritmia entrikel dan VT• Kelas 1 CFlecainide untuk ventrikel ektopik dan takikardi2. Anti aritmia Kelas 2 (Beta adrenergik blokade)Atenolol, Metoprolol, Propanolol : indikasi aritmi jantung, angina pektoris dan hipertensi3. Anti aritmia kelas 3 (Prolong repolarisation)Amiodarone, indikasi VT, SVT berulang4. Anti aritmia kelas 4 (calcium channel blocker)Verapamil, indikasi supraventrikular aritmia13. Terapi mekanis1. Kardioversi : mencakup pemakaian arus listrik untuk menghentikan disritmia yang memiliki kompleks GRS, biasanya merupakan prosedur elektif.2. Defibrilasi : kardioversi asinkronis yang digunakan pada keadaan gawat darurat.3. Defibrilator kardioverter implantabel : suatu alat untuk mendeteksi dan mengakhiri episode takikardi ventrikel yang mengancam jiwa atau pada pasien yang resiko mengalami fibrilasi ventrikel.4. Terapi pacemaker : alat listrik yang mampu menghasilkan stimulus listrik berulang ke otot jantung untuk mengontrol frekuensi jantung.Pengkajian1. Riwayat penyakit• Faktor resiko keluarga contoh penyakit jantung, stroke, hipertensi• Riwayat IM sebelumnya (disritmia), kardiomiopati, GJK, penyakit katup jantung, hipertensi

Page 3: askep aritmia 2

• Penggunaan obat digitalis, quinidin dan obat anti aritmia lainnya kemungkinan untuk terjadinya intoksikasi• Kondisi psikososial15. Pengkajian fisik1. Aktivitas : kelelahan umum2. Sirkulasi : perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin tidak teratur; defisit nadi; bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun; kulit warna dan kelembaban berubah misal pucat, sianosis, berkeringat; edema; haluaran urin menruun bila curah jantung menurun berat.3. Integritas ego : perasaan gugup, perasaan terancam, cemas, takut, menolak,marah, gelisah, menangis.4. Makanan/cairan : hilang nafsu makan, anoreksia, tidak toleran terhadap makanan, mual muntah, peryubahan berat badan, perubahan kelembaban kulit5. Neurosensori : pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi, perubahan pupil.6. Nyeri/ketidaknyamanan : nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat antiangina, gelisah7. Pernafasan : penyakit paru kronis, nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi nafas tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan komplikasi pernafasan seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau fenomena tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.8. Keamanan : demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema, edema (trombosis siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatanDiagnosa keperawatan dan IntervensiResiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan konduksi elektrikal, penurunan kontraktilitas miokardia.Kriteria hasil :1. Mempertahankan/meningkatkan curah jantung adekuat yang dibuktikan oleh TD/nadi dalam rentang normal, haluaran urin adekuat, nadi teraba sama, status mental biasa2. Menunjukkan penurunan frekuensi/tak adanya disritmia3. Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan kerja miokardia.Intervensi :4. Raba nadi (radial, femoral, dorsalis pedis) catat frekuensi, keteraturan, amplitudo dan simetris.5. Auskultasi bunyi jantung, catat frekuensi, irama. Catat adanya denyut jantung ekstra, penurunan nadi.6. Pantau tanda vital dan kaji keadekuatan curah jantung/perfusi jaringan.7. Tentukan tipe disritmia dan catat irama : takikardi; bradikardi; disritmia atrial; disritmia ventrikel; blok jantung8. Berikan lingkungan tenang. Kaji alasan untuk membatasi aktivitas selama fase akut.9. Demonstrasikan/dorong penggunaan perilaku pengaturan stres misal relaksasi nafas dalam, bimbingan imajinasi10. Selidiki laporan nyeri, catat lokasi, lamanya, intensitas dan faktor penghilang/pemberat. Catat petunjuk nyeri non-verbal contoh wajah mengkerut, menangis, perubahan TD11. Siapkan/lakukan resusitasi jantung paru sesuai indikasi12. Kolaborasi :13. Pantau pemeriksaan laboratorium, contoh elektrolit14. Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi

Page 4: askep aritmia 2

15. Berikan obat sesuai indikasi : kalium, antidisritmi16. Siapkan untuk bantu kardioversi elektif17. Bantu pemasangan/mempertahankan fungsi pacu jantung18. Masukkan/pertahankan masukan IV19. Siapkan untuk prosedur diagnostik invasif20. Siapkan untuk pemasangan otomatik kardioverter atau defibrilatorKurang pengetahuan tentang penyebab atau kondisi pengobatan berhubungan dengan kurang informasi/salah pengertian kondisi medis/kebutuhan terapi.Kriteria hasil :1. menyatakan pemahaman tentang kondisi, program pengobatan2. Menyatakan tindakan yang diperlukan dan kemungkinan efek samping obatIntervensi :3. Kaji ulang fungsi jantung normal/konduksi elektrikal4. Jelakan/tekankan masalah aritmia khusus dan tindakan terapeutik pada pasien/keluarga5. Identifikasi efek merugikan/komplikasiaritmia khusus contoh kelemahan, perubahan mental, vertigo.6. Anjurkan/catat pendidikan tentang obat. Termasuk mengapa obat diperlukan; bagaimana dan kapan minum obat; apa yang dilakukan bila dosis terlupakan7. Dorong pengembangan latihan rutin, menghindari latihan berlebihan8. Kaji ulang kebutuhan diet contoh kalium dan kafein9. Memberikan informasi dalam bentuk tulisan bagi pasien untuk dibawa pulang10. Anjurkan psien melakukan pengukuran nadi dengan tepat11. Kaji ulang kewaspadaan keamanan, teknik mengevaluasi pacu jantung dan gejala yang memerlukan intervensi medis12. Kaji ulang prosedur untuk menghilangkan PAT contoh pijatan karotis/sinus, manuver Valsava bila perluDAFTAR PUSTAKA1. Price, Sylvia Anderson. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit. Alih bahasa Peter Anugrah. Editor Caroline Wijaya. Ed. 4. Jakarta : EGC ; 1994.2. Santoso Karo karo. Buku Ajar Kardiologi. Jakarta : Balai Penerbit FKUI ; 19963. Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC; 2001.4. Doenges, Marilynn E. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih bahasa I Made Kariasa. Ed. 3. Jakarta : EGC;19995. Hanafi B. Trisnohadi. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Ed. 3. Jakarta : Balai Penerbit FKUI ; 2001Diposkan oleh Ners Semarang di 19:41 0 komentar Link ke posting iniLabel: KARDIOVASKULERPENYAKIT JANTUNG BAWAANASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGANPENYAKIT JANTUNG BAWAAN :PATENT DUCTUS ARTERIOSUS (PDA)Penyakit jantung kongenital atau penyakit jantung bawaan adalah sekumpulan malformasi struktur jantung atau pembuluh darah besar yang telah ada sejak lahir. Penyakit jantung bawaan yang kompleks terutama ditemukan pada bayi dan anak. Apabila tidak dioperasi, kebanyakan akan meninggal waktu bayi. Apabila penyakit jantung bawaan ditemukan pada orang dewasa, hal

Page 5: askep aritmia 2

ini menunjukkan bahwa pasien tersebut mampu melalui seleksi alam, atau telah mengalami tindakan operasi dini pada usia muda.(IPD FKUI,1996 ;1134)1. PengertianDuktus Arteriosus adalah saluran yang berasal dari arkus aorta ke VI pada janin yang menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta desendens. Pada bayi normal duktus tersebut menutup secara fungsional 10 – 15 jam setelah lahir dan secara anatomis menjadi ligamentum arteriosum pada usia 2 – 3 minggu. Bila tidak menutup disebut Duktus Arteriosus Persisten (Persistent Ductus Arteriosus : PDA). (Buku ajar kardiologi FKUI, 2001 ; 227)Patent Duktus Arteriosus adalah kegagalan menutupnya ductus arteriosus (arteri yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonal) pada minggu pertama kehidupan, yang menyebabkan mengalirnya darah dari aorta tang bertekanan tinggi ke arteri pulmonal yang bertekanan rendah. (Suriadi, Rita Yuliani, 2001; 235)Patent Duktus Arteriosus (PDA) adalah tetap terbukanya duktus arteriosus setelah lahir, yang menyebabkan dialirkannya darah secara langsung dari aorta (tekanan lebih tinggi) ke dalam arteri pulmoner (tekanan lebih rendah). (Betz & Sowden, 2002 ; 375)2. EtiologiPenyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian penyakit jantung bawaan :1. Faktor Prenatal :• Ibu menderita penyakit infeksi : Rubella.• Ibu alkoholisme.• Umur ibu lebih dari 40 tahun.• Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan insulin.• Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu.2. Faktor Genetik :• Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan.• Ayah / Ibu menderita penyakit jantung bawaan.• Kelainan kromosom seperti Sindrom Down.• Lahir dengan kelainan bawaan yang lain.(Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler, Pusat Kesehatan Jantung dan Pembuluh Darah Nasional Harapan Kita, 2001 ; 109)3. Manifestasi KlinisManifestasi klinis PDA pada bayi prematur sering disamarkan oleh masalah-masalah lain yang berhubungan dengan prematur (misalnya sindrom gawat nafas). Tanda-tanda kelebihan beban ventrikel tidak terlihat selama 4 – 6 jam sesudah lahir. Bayi dengan PDA kecil mungkin asimptomatik, bayi dengan PDA lebih besar dapat menunjukkan tanda-tanda gagal jantung kongestif (CHF)• Kadang-kadang terdapat tanda-tanda gagal jantung• Machinery mur-mur persisten (sistolik, kemudian menetap, paling nyata terdengar di tepi sternum kiri atas)• Tekanan nadi besar (water hammer pulses) / Nadi menonjol dan meloncat-loncat, Tekanan nadi yang lebar (lebih dari 25 mm Hg)• Takhikardia (denyut apeks lebih dari 170), ujung jari hiperemik• Resiko endokarditis dan obstruksi pembuluh darah pulmonal.

Page 6: askep aritmia 2

• Infeksi saluran nafas berulang, mudah lelah• Apnea• Tachypnea• Nasal flaring• Retraksi dada• Hipoksemia• Peningkatan kebutuhan ventilator (sehubungan dengan masalah paru)(Suriadi, Rita Yuliani, 2001 ; 236, Betz & Sowden, 2002 ; 376)4. PathwaysTerlampir5. Komplikasi• Endokarditis• Obstruksi pembuluh darah pulmonal• CHF• Hepatomegali (jarang terjadi pada bayi prematur)• Enterokolitis nekrosis• Gangguan paru yang terjadi bersamaan (misalnya sindrom gawat nafas atau displasia bronkkopulmoner)• Perdarahan gastrointestinal (GI), penurunan jumlah trombosit• Hiperkalemia (penurunan keluaran urin.• Aritmia• Gagal tumbuh(Betz & Sowden, 2002 ; 376-377, Suriadi, Rita Yuliani, 2001 ; 236)6. Penatalaksanaan Medis• Penatalaksanaan Konservatif : Restriksi cairan dan bemberian obat-obatan : Furosemid (lasix) diberikan bersama restriksi cairan untuk meningkatkan diuresis dan mengurangi efek kelebihan beban kardiovaskular, Pemberian indomethacin (inhibitor prostaglandin) untuk mempermudah penutupan duktus, pemberian antibiotik profilaktik untuk mencegah endokarditis bakterial.• Pembedahan : Pemotongan atau pengikatan duktus.• Non pembedahan : Penutupan dengan alat penutup dilakukan pada waktu kateterisasi jantung.(Betz & Sowden, 2002 ; 377-378, Suriadi, Rita Yuliani, 2001 ; 236)7. Pemeriksaan Diagnostik1. Foto Thorak : Atrium dan ventrikel kiri membesar secara signifikan (kardiomegali), gambaran vaskuler paru meningkat2. Ekhokardiografi : Rasio atrium kiri tehadap pangkal aorta lebih dari 1,3:1 pada bayi cukup bulan atau lebih dari 1,0 pada bayi praterm (disebabkan oleh peningkatan volume atrium kiri sebagai akibat dari pirau kiri ke kanan)3. Pemeriksaan dengan Doppler berwarna : digunakan untuk mengevaluasi aliran darah dan arahnya.4. Elektrokardiografi (EKG) : bervariasi sesuai tingkat keparahan, pada PDA kecil tidak ada abnormalitas, hipertrofi ventrikel kiri pada PDA yang lebih besar.5. Kateterisasi jantung : hanya dilakukan untuk mengevaluasi lebih jauh hasil ECHO atau Doppler yang meragukan atau bila ada kecurigaan defek tambahan lainnya.(Betz & Sowden, 2002 ;377)8. Pengkajian• Riwayat keperawatan : respon fisiologis terhadap defek (sianosis, aktivitas terbatas)

Page 7: askep aritmia 2

• Kaji adanya tanda-tanda gagal jantung, nafas cepat, sesak nafas, retraksi, bunyi jantung tambahan (machinery mur-mur), edera tungkai, hepatomegali.• Kaji adanya hipoksia kronis : Clubbing finger• Kaji adanya hiperemia pada ujung jari• Kaji pola makan, pola pertambahan berat badan• Pengkajian psikososial meliputi : usia anak, tugas perkembangan anak, koping yang digunakan, kebiasaan anak, respon keluarga terhadap penyakit anak, koping keluarga dan penyesuaian keluarga terhadap stress.9. Diagnosa Keperawatan1. Penurunan Curah jantung b.d malformasi jantung.2. Gangguan pertukaran gas b.d kongesti pulmonal.3. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara pemakaian oksigen oleh tubuh dan suplai oksigen ke sel.4. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan b.d tidak adekuatnya suplai oksigen dan zat nutrisi ke jaringan.5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kelelahan pada saat makan dan meningkatnya kebutuhan kalori.6. Resiko infeksi b.d menurunnya status kesehatan.7. Perubahan peran orang tua b.d hospitalisasi anak, kekhawatiran terhadap penyakit anak.10. Intervensi1. Mempertahankan curah jantung yang adekuat :• Observasi kualitas dan kekuatan denyut jantung, nadi perifer, warna dan kehangatan kulit• Tegakkan derajat sianosis (sirkumoral, membran mukosa, clubbing)• Monitor tanda-tanda CHF (gelisah, takikardi, tachypnea, sesak, mudah lelah, periorbital edema, oliguria, dan hepatomegali)• Kolaborasi pemberian digoxin sesuai order, dengan menggunakan teknik pencegahan bahaya toksisitas.• Berikan pengobatan untuk menurunkan afterload• Berikan diuretik sesuai indikasi.1. Mengurangi adanya peningkatan resistensi pembuluh paru:• Monitor kualitas dan irama pernafasan• Atur posisi anak dengan posisi fowler• Hindari anak dari orang yang terinfeksi• Berikan istirahat yang cukup• Berikan nutrisi yang optimal• Berikan oksigen jika ada indikasi1. Mempertahankan tingkat aktivitas yang adekuat :• Ijinkan anak untuk sering beristirahat, dan hindarkan gangguan pada saat tidur• Anjurkan untuk melakukan permainan dan aktivitas ringan• Bantu anak untuk memilih aktivitas yang sesuai dengan usia, kondisi dan kemampuan anak.• Hindarkan suhu lingkungan yang terlalu panas atau terlalu dingin• Hindarkan hal-hal yang menyebabkan ketakutan / kecemasan pada anak1. Memberikan support untuk tumbuh kembang• Kaji tingkat tumbuh kembang anak• Berikan stimulasi tumbuh kembang, kativitas bermain, game, nonton TV, puzzle, nmenggambar, dan lain-lain sesuai kondisi dan usia anak.

Page 8: askep aritmia 2

• Libatkan keluarga agar tetap memberikan stimulasi selama dirawat1. Mempertahankan pertumbuhan berat badan dan tinggi badan yang sesuai• Sediakan diit yang seimbang, tinggi zat-zat nutrisi untuk mencapai pertumbuhan yang adekuat• Monitor tinggi badan dan berat badan, dokumentasikan dalam bentuk grafik untuk mengetahui kecenderungan pertumbuhan anak• Timbang berat badan setiap hari dengan timbangan yang sama dan waktu yang sama• Catat intake dan output secara benar• Berikan makanan dengan porsi kecil tapi sering untuk menghindari kelelahan pada saat makan• Anak-anak yang mendapatkan diuretik biasanya sangat haus, oleh karena itu cairan tidak dibatasi.1. Anak tidak akan menunjukkan tanda-tanda infeksi• Hindari kontak dengan individu yang terinfeksi• Berikan istirahat yang adekuat• Berikan kebutuhan nutrisi yang optimal1. Memberikan support pada orang tua• Ajarkan keluarga / orang tua untuk mengekspresikan perasaannya karena memiliki anak dengan kelainan jantung, mendiskudikan rencana pengobatan, dan memiliki peranan penting dalam keberhasilan pengobatan• Ekplorasi perasaan orang tua mengenai perasaan ketakutan, rasa bersalah, berduka, dan perasaan tidak mampu• Mengurangi ketakutan dan kecemasan orang tua dengan memberikan informasi yang jelas• Libatkan orang tua dalam perawatan anak selama di rumah sakit• Memberikan dorongan kepada keluarga untuk melibatkan anggota keluarga lain dalama perawatan anak.11. Hasil Yang Diharapkan1. Anak akan menunjukkan tanda-tanda membaiknya curah jantung2. Anak akan menunjukkan tanda-tanda tidak adanya peningkatan resistensi pembuluh paru3. Anaka akan mempertahankan tingkat aktivitas yang adekuat4. Anak akan tumbuh sesuai dengan kurva pertumbuhan berat dan tinggi badan5. Anaka akan mempertahankan intake makanan dan minuman untuk mempertahankan berat badan dan menopang pertumbuhan6. Anak tidak akan menunjukkan tanda-tanda infeksi7. Orang tua akan mengekspresikan perasaannya akibat memiliki anak dengan kelainan jantung, mendiskusikan rencana pengobatan, dan memiliki keyakinan bahwa orang tua memiliki peranan penting dalam keberhasilan pengobatan.12. Perencanaan Pemulangan• Kontrol sesuai waktu yang ditentukan• Jelaskan kebutuhan aktiviotas yang dapat dilakukan anak sesuai dengan usia dan kondisi penyakit• Mengajarkan ketrampilan yang diperlukan di rumah, yaitu :o Teknik pemberian obato Teknik pemberian makanano Tindakan untuk mengatasi jika terjadi hal-hal yang mencemaskan tanda-tanda komplikasi, siapa yang akan dihubungi jika membutuhkan pertolongan.DAFTAR PUSTAKA

Page 9: askep aritmia 2

Masalah Nutrisi pada Area Keperawatan Kritis”

            Status nutrisi merupakan fenomena multidimensional yang melakukan beberapa metode

penilaian, termasuk indikator-indikator yang berhubungan dengan nutrisi, asupan nutrisi dan

pemakaian energi, seperti Body Mass Index (BMI), serum albumin, hemoglobin, magnesium dan

fosfor. Pengukuran antropometrik termasuk pemeriksaan berat badan dan panjang badan.

Ketebalan lapisan kulit (skin fold), permukaan daerah trisep (trisepa skin fold) dan pengukuran

lingkar otot lengan atas (midarm muscle circumference, MAMC) tidak berguna banyak pada

pasien sakit kritis karena ukuran berat badan cenderung berubah. Jenis protein yang paling sering

diukur, adalah albumin serum. Level albumin yang rendah merefleksikan status nutrisi penderita

yang dihubungkan dengan proses penyakit dan atau proses pemulihan (Wiryana, 2007).

            Malnutrisi adalah keadaan patologis akibat kekuranga atau kelebihan secara relatif

maupun absolut satu atau lebih zat gizi (Supariasa, 2001). Malnutrisi sering terjadi pada bayi

sakit kritis yang dirawat di Neonatus Intensif Care Unit, dan dapat memperburuk keadaan.

Tunjangan nutrisi sangat penting pada pengelolaan anak sakit kritis dan dapat diberikan secara

enteral, parenteral atau bersama-sama enteral dan parenteral. Apabila usus berfungsi baik,

gunakanlah untuk nutrisi enteral dengan memakai konsep nutrisi enteral dini. Pada keadaan 3

dimana usus tidak berfungsi, segera diberikan nutrisi parenteral atau nutrisi enteral dan

parenteral bersama-sama sehingga kebutuhan akan kalori, cairan, mineral, trase elemen dapat

dipenuhi (Setiati, 2000).

            Pada hampir semua pasien sedikit kritis juga mengalami anoreksia atau tidak mampu

makan karena penurunan kesadaran, pemberian sedasi atau terintubasi melalui saluran nafas

bagian atas. Jika diberikan secara tepat, bantuan nutrisi memberikan energi, protein dan nutrisi-

nutrisi yang diperlukan untuk mengoptimalkan sistem imun, meningkatkan penyembuhan luka,

mencegah pemecahan masa lemak tubuh (Soenarjo, 2000)

            Pasien yang kritis beresiko mendapatkan penanganan yang berkombinasi dan mengalami

stres akibat cedera, trauma, pembedahan, dan sepsis. Sehingga beresiko menimbulkan masalah

nutrisi  Alasannya: hal itu dapat menyeabakan peningkatan metabolisme dalam tubuh yang butuh

energi lebih untuk pemuliahan

Page 10: askep aritmia 2

Pasien pasien yang berisiko malnutrisi :

  Kehilangan BB lebih dari 10% dalam 6 bulan,lebih dari 5% dalam 1 bulan

  BB 20% lebih atau kurang dari BB ideal atau IMT < 18,5 atau >25

  Penyakit kronis

  Diet kronis

  Peningkatan kebutuhan metabolic

  Intake nutrisi adekuat > 7 hari

  Mendapat 3 atau lebih jenis pengobatan secara regular

  Kemiskinan

Manifestasi yang mengindikasikan kekurangan protein dan kalori :

  Rambut rontok,kering,pigment rambut berkurang

  Kehilangan jaringan subcutan, otot atropi

  Pengobatan luka buruk, ulkus dukubitus

  Hepatomegali

  Edema

Manifestasi defisiensi Vitamin :

  Kekirangan konjungtiva dan kornea ( vitamin A )

  Kulit kering bersisik

  Perawatan luka buruk

  Edema gagal jantung

Manifestasi defisiensi mineral :

-          Sklera biru,mukus membran pucat

-          Hipogeusia, indra peraba buruk, perawatan luka buruk (zinc)

Page 11: askep aritmia 2

  Gangguan Nutrisi pada pasien gangguan paru :

-          BB dibawah ideal

-          Edema,dispnea, kurang cairan

-          Intake nutrisi in adekuat

-          Mendapat inkubasi endotracheal untuk mencegah intake oral.

-          Overfeeding

Gangguan Nutrisi pada neurologi :

-          Hiperglikemi (penggunaan corticostemin )

-          Atropi otot dan lemak subcutan b.d intake nutrisi in adekuat

-          Disfagia

-          Penggunaan fenobarbital

-          Hiper metabolisme akibat cedera kepala

-          Ulkus dekubitus

Gangguan Nutrisi pada ginjal :

-          BB turun (edema)

-          Ketidakseimbangan elektrolit

-          Hipo albuminaria – kehilangan asam amino

-          Anemia b.d reproduksi eritroprotein in adekuat dan kehilangan darah dalam hemodialisis

-          Atropi otot dan jaringan subkutan

-          Diet buruk b.d kekurangan protein dan elektrolit

Gangguan nutrisi pada penyakit gastrointestinal :

-          BB dibawah BB ideal b.d malabsorpsi,anorekia.

-          Hipo albumineria ( akibat kerusakan hati, bukan malnutrisi )

-          Hipokalsemia

-          Hipomagnesemia b.d pemakaian alkohol

-          Anemia b.d kehilangan darah

-          Atropi otot dan lemak subkutan

-          Konfusi, konfabulasi,neoropati periferal b.d defisiensi tiamin

Page 12: askep aritmia 2

Gangguan nutrisi pada penyakit endokrin :

-          Hiperglikemi b.d kontrol diabetes buruk,infeksi, trauma, penggunaan gluko kortikoid

-          Hipoglikemi b.d muntah atau intake nutrisi in adekuat

                     Tujuan pemberian dukungan nutrisi pada kondisi sakit kritis dan sepsis adalah :

1. Meminimalkan imbang negatif kalori dan protein dan kehilangan protein dengan cara

menghindari kondisi starvasi.

2. Mempertahankan fungsi jaringan, khususnya hati, sistem imun, sistem otot, dan otot-otot

pernafasan.

3. Memodifikasi perubahan-perubahan metabolik dan fungsi metabolik dengan menggunakan

substrat khusus.

                     Support Nutrisi terdiri dari :

1.      Nutrisi Enteral 

            Nutrisi enteral adalah nutrisi yang diberikan pada pasien yang tidak dapat memenuhi

kebutuhan nutrisinya melalui rute oral, formula nutrisi diberikan melalui tube ke dalam lambung

(gastric tube), nasogastrik tube (NGT), atau jejunum dapat secara manual maupun dengan

bantuan pompa mesin (At Tock, 2007). Menurut Wiryana (2007), Nutrisi enteraladalah faktor

resiko independent pnemoni 13 nosokomial yang berhubungan dengan ventilasi mekanik. Cara

pemberian sedini mungkin dan benar nutrisi enteral akan menurunkan kejadian pneumonia,

sebab bila nutrisi enteral yang diberikan secara dini akan membantu memelihara epitel

pencernaan, mencegah translokasi kuman, mencegah peningkatan distensi gaster, kolonisasi

kuman, dan regurgitasi. Posisi pasien setengah duduk dapat mengurangi resiko regurgitasi

aspirasi. Diare sering terjadi pada pasien di Intensif Care Unit yang mendapat nutrisi enteral,

penyebabnya multifaktorial, termasuk therapy antibiotic, infeksi clostridium difficile, impaksi

feses, dan efek tidak spesifik akibat penyakit kritis. Komplikasi metabolik yang paling sering

berupa abnormalitas elektrolit dan hiperglikemi (Wiryana, 2007).

Page 13: askep aritmia 2

2. Nutrisi Prenteral

Nutrisi parenteral adalah suatu bentuk pemberian nutrisi yang diberikan langsung melalui

pembuluh darah tanpa melalui saluran pencernakan (Wiryana, 2007). Nutrisi parenteral diberikan

apabila usus tidak dipakai karena suatu hal misalnya: malformasi kongenital intestinal,

enterokolitis nekrotikans, dan distress respirasi berat. Nutrisi parsial parenteral diberikan apabila

usus dapat dipakai, tetapi tidak dapat mencukupi kebutuhan nutrisi untuk pemeliharaan dan

pertumbuhan ( Setiati, 2000). Tunjangan nutrisi parenteral diindikasikan bila asupan enteral tidak

dapat dipenuhi dengan baik. Terdapat kecenderungan untuk 14 memberikan nutrisi enteral

walaupun parsial dan tidak adekuat dengan suplemen nutrisi parenteral. Pemberian nutrisi

parenteral pada setiap pasien dilakukan dengan tujuan untuk dapat beralih ke nutrisi enteral

secepat mungkin. Pada pasien IRIN, kebutuhan dalam sehari diberikan lewat infuse secara

kontinyu dalam 24 jam. Monitoring terhadap faktor biokimia dan klinis harus dilakukan secara

ketat. Hal yang paling ditakutkan pada pemberian nutrisi parenteral total (TPN) melalui vena

sentral adalah infeksi (Ery Leksana, 2000)

DAFTAR PUSTAKA

ASPEN Nutrition Support Practice Manual, 2nd ed. 2005.

Urden Linda D, dkk. 2008. Priorities in Critical care Nursing. Canada:Mosby Elsevier