Upload
tranhanh
View
221
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
Asfriyati: Prilaku Seksual Remaja Santri di Pesantren Purba Baru Tapanuli Selatan serta Faktor2 yg Mempengaruhinya, 2002 USU Repository©2006
Asfriyati: Prilaku Seksual Remaja Santri di Pesantren Purba Baru Tapanuli Selatan serta Faktor2 yg Mempengaruhinya, 2002 USU Repository©2006
PERILAKU SEKSUAL REMAJA SANTRI DI PESANTREN PURBA BARU
TAPANULI SELATAN SERTA FAKTOR FAKTOR YANG
MEMPENGARUHINYA
(*Asfriyati, *Sri Rahayu Sanusi, **Fazidah A Siregar )
ABSTRAK
Remaja adalah masa peralihan antara tahap anak dan dewasa yang jangka waktunya
berbeda-beda tergantung faktor sosial dan budaya Dengan terbukanya arus komunikasi dan
informasi serta munculnya dorongan seksual maka remaja juga dihadapkan pada hal-hal yang
mendorong keingintahuannya akan pengalaman seksual. Perubahan - perubahan kondisi sosial
yang diperkirakan berdampak pada perilaku seksual dikalangan remaja meliputi adanya
percepatan arus urbanisasi, masa awal pubertas yang lebih cepat dan melintasi batas-batas
budaya. Perubahan sosial tersebut menyebabkan semakin banyaknya remaja yang melakukan
hubungan seks pranikah pada usia dini. Masalah seksual di kalangan remaja semakin
meningkat dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prilaku seksual adalah diri remaja itu
sendiri, keluarga maupun lingkungan. O1eh sebab itu perlu diketahui sejauhmana prilaku
remaja santri di pesantren khususnya pesantren Purba Baru serta apakah faktor karakteristik
remaja santri, keluarga, lingkungan mempengaruhi prilaku seksual remaja santri.
Jenis dan rancangan penelitian yaitu survei dengan cara cross sectional. Populasi
adalah santri yang telah berumur 17 tahun ke atas yang duduk di kelas VII pesantren Purba
Baru sebanyak 451 orang, sample diperoleh sebanyak 80 orang. Data yang dikumpul diolah
dan dianalisis menggunakan Chi Square.
i
Asfriyati: Prilaku Seksual Remaja Santri di Pesantren Purba Baru Tapanuli Selatan serta Faktor2 yg Mempengaruhinya, 2002 USU Repository©2006
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor karakteristik yang mempengaruhi prilaku
santri adalah faktor jenis kelanrin dan sikap santri sedangkan pengetahuan dan urutan
keluarga tidak ada pengaruh terhadap prilaku seksual santri. Faktor keluarga pendidikan ibu,
pendidikan ayah, hubungan dengan orangtua ) tidak ada pengaruh terhadap prilaku seksual
santri sedangkan informasi tentang seksual tidak dapat diuji karera semua santri tidak pernah
mendapatkan informasi seksual dari orang tua. Faktor lingkungan ( hubungan dengan guru,
sumber informasi ) tidak ada pengaruh terhadap prilaku seksual santri.
Diharapkan perlunya diberikan pengetahuan reproduksi dan pendidikan seksual untuk
menambah pengetahuan santri yang dimasukkan dalam kurikulum pendidikan pesantren.
Peranan orangtua dan guru serta tokoh masyarakat dan agama sangat berperan dalam
memberikan informasi mengenai prilaku seksual dan pergaulan kepada remaja khususnya
pada santri.
*Staf Pengajar FKM Bagian Kependudukan Dan Biostatistik
*Staf Pengajar FKM Bagian Epidemiologi
ii
Asfriyati: Prilaku Seksual Remaja Santri di Pesantren Purba Baru Tapanuli Selatan serta Faktor2 yg Mempengaruhinya, 2002 USU Repository©2006
Daftar Isi
Halaman Abstrak ....................................................................................................................i KataPengantar .........................................................................................................iii Daftar Isi…………………………………………………………………………..iv Daftar Tabel………………………………………………………………………..v BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………1 1.1. Latar Belakang………………………………………………………………...1 1.2. Rumusan Masalah . ... ..... ..... ........ ... .. . . ... ... ....... ............... .......... ...........3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...... .......... .. ........................................................4 2.1. Pengertian Remaja ................... ... .....… ... . ... . . ... . ....... . .. .... . ......... ...4 2.2. Perilaku Seksual Remaja ..............................................................................5 2.3. FaKtor-faktor yang Menyebabkan hubungan seksual pranikah . . . . . ….....9 2.4. Konsep prilaku ……………………………………………………………12 2.4.1 Bentuk Prilaku …………………………………………………………….13 2.4.2 Pengetahuan ....... ... ... .. .... ... .. .... ... ... ... ... ...... ... ... ... ... ... ... ... .......14 2.4.3 Sikap ......... ........... ............................................................... ............... .....14 BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 3.1. Tujuan Penelitian . . .......... . ... .. . . ... .. .. . ..... ... .. ...... .. .. .. .. .... ..... .15 3.2. Manfaat Penelitian …………………………………………………………15 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN . .... ....... ........... ... . ...... ....... ... ... ....16 4.1. Jenis Penelitian .............................................................................. ......... ...16 4.2. Lokasi Penelitian .... ... . . . . .... ....... . . . . .......... .. .. ....... . .. . . . . ... ....... ....16 4.3 Jadwal penelitian .......................... ......................... ...... .............................16 4.4. Kerangka konsep …………………………. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 16 4.5. Definisi Operasional ……………............................................................. 17 4.6. Aspek Pengukuran . . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. ... . ... .. . .. . .. . .. . .. . ..18 4.7. Populasi dan Sampel ................................................................................ 19 4.8. Pengumpulan Data . ... . .. ... .... .. ... ... . .. ... .... ... .. . .. ... ... . .. ... .... .....20 4.9. Penggolahan dan Analisis Data .. ... ... ...... .. ... . .....................................20 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian . . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . ..21 5.2. Analisa Univariat . . . . . .. . .. . .. . . . . .. . .. . . . . .. . .. . .. . .. . .. . .. . . . . . . . .21 5.3. Analisa Bivariat .. .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. ... . .. . ... .. . .. . .. . .. . .25 5.4 Pengaruh Faktor Karakteristik Terhadap Prilaku seksual Remaja Santri…..30 5.5. Pengaruh Faktor Keluarga Terhadap Prilaku seksual Remaja Santri………31 5.6. Pengaruh Faktor Lingkungan Terhadap Prilaku seksual Remaja Santri…...32 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN …………………... . .. . .. . .. . .. . .. . .33 6.1. Kesimpulan. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . ….... . .. . .. . .. . .. .33 6.2. Saran.............................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA ........... ... ... ... ...... ... .................. :........ .........................34 LAMPIRAN
iv
Asfriyati: Prilaku Seksual Remaja Santri di Pesantren Purba Baru Tapanuli Selatan serta Faktor2 yg Mempengaruhinya, 2002 USU Repository©2006
Daftar Tabel
Halaman
5.1. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin ...................................... 21
5.2. Distribusi responden berdasarkan pengetahuan .. .... ............... .. . ......... 22
5.3. Distribusi responden berdasarkan sikap . . .. .. .. . ...... . ...... .... ... ... ... .... 22
5.4. Distribusi responden berdasarkan urutan keluarga . ... ........ ... . . . ......... 22
5.5. Distribusi responden berdasarkan pendidikan ibu . .... ....... .... ... ...... ..... 23
5.6. Distribusi responden berdasarkan pendidikan ayah ……………. . . . . . . 23
5.7. Distribusi responden berdasarkan hubungan dengan orang tua …………23
5.8. Distribusi responden berdasarkan informasi tentang seksual …………... 24
5.9. Distribusi responden berdasarkan hubungan dengan guru . . . .…………24
5.10. Distribusi responden berdasarkan sumber informasi ......... .... ................24
5.11. Distribusi responden berdasarkan prilaku seksual . .. ....... ... . ...............25
5.12. Pengaruh jenis kelamin terhadap prilaku seksual .. ……………………25
5.13. Pengaruh pengetahuan terhadap prilaku seksual ……………………….26
5.14. Pengaruh sikap terhadap prilaku seksual………………………………..26
5.15. Pengaruh urutan keluarga terhadap prilaku seksual …………………….27
5.16. Pengaruh pendidikan ibu terhadap prilaku seksual . . . . . . . . …………..27
5.17. Pengaruh pendidikan ayah terhadap prilaku seksual .................... ....…28
5.18. Pengaruh hubungan dengan orangtua terhadap prilaku seksual ……. . .. 28
5.19. Pengaruh hubungan dengan guru terhadap prilaku seksual …………….29
5.20. Pengaruh sumber informasi terhadap prilaku seksual .......... .... ........ ....29
v
Asfriyati: Prilaku Seksual Remaja Santri di Pesantren Purba Baru Tapanuli Selatan serta Faktor2 yg Mempengaruhinya, 2002 USU Repository©2006
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Remaja adalah masa peralihan antara tahap anak dan dewasa yang jangka waktunya
berbeda-beda tergantung faktor sosial dan budaya. Cirinya adalah alat reproduksi mulai
berfungsi, libido mulai muncul, intelegensi mencapai puncak perkembangannya, emosi
sangat labil, kesetiakawanan yang kuat terhadap teman sebaya dan belum menikah. Kondisi
yang belum menikah menyebabkan remaja secara sosial budaya termasuk agama dianggap
belum berhak atas informasi dan edukasi apalagi pelayanan medis untuk kesehatan
reproduksi ( Sarlito, 1998 ). Dengan masuknya remaja ke dalam dunia hubungan sosial yang
luas maka mereka tidak saja harus mulai adaptasi dengan norma perilaku sosial tetapi juga
sekaligus dihadapkan dengan munculnya perasaan dan keinginan seksual ( Djoko Hartono,
1998 ).
Dengan terbukanya arus komunikasi dan informasi serta munculnya dorongan seksual
maka remaja juga dihadapkan pada hal-hal yang mendorong keingintahuannya akan
pengalaman seksual. Perubahan - perubahan kondisi sosial yang diperkirakan berdampak
pada prilaku seksual dikalangan remaja meliputi adanya percepatan arus urbanisasi, masa
awal pubertas yang lebih cepat dan melintasi batas-batas budaya. Perubahan sosial tersebut
menyebabkan semakin banyaknya remaja yang melakukan hubungan seks pranikah pada usia
dini ( WHO, 1993 )
Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 27 SMU yang berada di Kotamadya
Medan pada tahun 1997 ditemui 85,2 % tidak mempunyai pengetahuan yang cukup tentang
kesehatan seksual ( Yusniwarti & Henry Waluyo,1997 ).
1
Asfriyati: Prilaku Seksual Remaja Santri di Pesantren Purba Baru Tapanuli Selatan serta Faktor2 yg Mempengaruhinya, 2002 USU Repository©2006
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Jakarta terdapat 30 - 60 % remaja yang
pernah melakukan seksual tidak mempunyai pengetahuan tentang AIDS ( Kelana & Irwan E.
Siregar, 1998 ). Padahal hubungan seksual merupakan salah satu media penularan AIDS
yang paling besar. Dari Data di Direktorat Jenderal Pencegahan Penyakit Menular Dan
Penyehatan Lingkungan Pemukiman (PPM & PLP) Departemen Kesehatan Republik
Indonesia menyatakan bahwa 65 % penderita AIDS yang ada di Indonesia tergolong usia
remaja ( 15 - 19 tahun ).
Berdasarkan pcngalaman Mukhotib MD , 1998 di santri Kabupaten Magelang Jawa
Tengah menyatakan bahwa kehidupan santri merupakan kehidupan yang penuh dengan
ajaran moral, tetapi kering dengan ajaran tentang seksualitas secara spesifik. Bahkan
seksualitas sering dianggap tabu. Dilapangan menunjukkan remaja santri justru kaya dengan
pengalaman seks , tapi tidak dengan dasar - dasar pengetahuan yang benar. Hal ini
mempunyai pengaruh pada prilaku seksual mereka. Pengetahuan santri mengenai seksual
diperoleh dari obrolan di antara santri, bacaan, gambar dan film. Di sisi lain remaja santri
tidak memahami berbagai resiko yang mungkin terjadi dari prilaku seksual tanpa disertai
pengetahuan yang benar. Prilaku seksual seperti onani, sering kali menjadikan rasa bersalah
berkepanjangan dalam diri santri.
Dari uraian di atas peneliti ingin lebih mendalami keadaan prilaku seksual pada
remaja santri di pesantren Purba baru yang memiliki siswa sebanyak 6500 orang dan siswi
sebanyak 2400 orang serta faktor- faktor yang mempengaruhi perilaku seksual remaja santri
pesantren tersebut.
2
Asfriyati: Prilaku Seksual Remaja Santri di Pesantren Purba Baru Tapanuli Selatan serta Faktor2 yg Mempengaruhinya, 2002 USU Repository©2006
1.2. Perumusan Masalah
Masalah seksual di kalangan remaja semakin meningkat dan faktor-faktor yang dapat
memparuhi perilaku seksual adalah diri remaja itu sendiri, keluarga maupun lingkungan. Oleh
sebab itu perlu diketahui sejauhmana prilaku remaja santri di pesantren khususnya pesantren
Purba Baru serta apakah faktor karakteristik remaja santri, keluarga , lingkungan
rnempengamhi prilaku seksual remaja santri.
3
Asfriyati: Prilaku Seksual Remaja Santri di Pesantren Purba Baru Tapanuli Selatan serta Faktor2 yg Mempengaruhinya, 2002 USU Repository©2006
BAB II
TINJAUAN PUSTAIKA
2.1. Pengertian remaja
Defenisi sebagai remaja menurut WHO adalah suatu masa dimana :
1. Individu berkembang dari saat pertama ia menunjukkan tanda - tanda seksual
sekunder sampai saat mencapai kematangangan seksual.
2. Individu mengalami perkembangan psikologi dan pola identifikasi dari kanak-
kanak menjadi dewasa.
3. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh dengan keadaan
yang relatif lebih mandiri
Umur pada masa remaja ditetapkan pada usia 10 - 20 tahun. Dengan membagi menjadi
2 bagian dimana remaja awal pada usia 10 - 14 tahun dan remaja akhir 15 -20 tahun .
Mendefinisikan remaja untuk masyarakat Indonesia sama sulitnya dengan menetapkan
defenisi remaja secara umum. Masalahnya adalah karena Indonesia terdiri dari berbagai
macam suku, adat dan tingkat sosial ekonomi maupun pendidikan. secara umum batasan
utusan remaja di Indonesia adalah 11 - 24 tahun dan belum menikah dengan pertimbangan -
pertimbangan sebagai berikut : ( Sarlito, 2001 ),
a. Usia 11 tahun adalah usia dimana pada umumnya tanda - tanda seksual
sekunder mulai nampak ( Kriteria fisik )
4
Asfriyati: Prilaku Seksual Remaja Santri di Pesantren Purba Baru Tapanuli Selatan serta Faktor2 yg Mempengaruhinya, 2002 USU Repository©2006
b. Di banyak masyarakat Indonesia usia 11 tahun sudah dianggap akil baligh
baik menunit adat maupun agama sehingga masyarakat tidak lagi
memperlakukan mereka sebagai anak-anak ( Kriteria Sosial ).
c. Pada usia 21 tahun mulai ada tanda- tanda penyempumaan perkembangan
jiwa seperti tercapainya identitas diri, tercapainya fase genital dari
perkembangan psikoseksual dan tercapainya puncak perkembangan kognitif
maupun moral ( Kriteria Psikologik )
d. Batas usia 24 tahun merupakan batas maksimum yaitu untuk memberikan
peluang bagi mereka yang sampai batas usia tersebut masih menggantungkan
diri pada orang tua, belum mempunyai hak - hak penuh sebagai orang
dewasa ( Secara adat./ tradisi )
e. Status perkawinan sangat menentukan karena arti perkawinan masih sangat
penting di masyarakat secara menyeluruh. Seseorang yang sudah menikah
pada usia berapapum dianggap dan diperlakukan sebagai orang dewasa
penuh baik secara hukum, maupun dalam kehidupan masyarakat dan
keluarga. Karena itu remaja dibatasi khusus untuk yang belum menikah .
2.2. PRILAKU SEKSUAL REMAJA
2.2.1 Pengertian prilaku seksual remaja dan permasalahannya
Yang dimaksud dengan prilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong
oleh hasrat seksual , baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis. Bentuk - bentuk
tingkah laku bermacam- macam mulai dari perasaan tertarik sampai dengan tingkah laku
berkencan, bercumbu dan bersenggama. Objek seksual bisa berupa orang lain orang dalam
hayalan atau diri sendiri . Sebagian tingkah laku itu
5
Asfriyati: Prilaku Seksual Remaja Santri di Pesantren Purba Baru Tapanuli Selatan serta Faktor2 yg Mempengaruhinya, 2002 USU Repository©2006
memang tidak berdampak apa-apa terutama jika ada akibat fisik atau sosial yang dapat
ditimbulkannya. Tetapi pada sebagian perilaku seksual yang lain dampak bisa cukup serius
seperti perasaan bersalah, depresi , marah dan lain- lain. (Sarlito ,2001)
Usia remaja akan mengalami permasalahan baik yang berhubungan dengan dirinya,
keluarga , lingkungan sosial maupun yang berhubungan dengan pendidikan yang sedang
dijalaninya. Permasalahan di atas dialami oleh para remaja, namun ternyata remaja itu ada
yang berhasil menyelesaikan permasalahannya dan ada juga yang gagal. Mereka yang
berhasil melewati masa ini adalah mereka yang siap memasuki masa dewasa dan beruntung
serta bahagia. Tetapi remaja yang gagal akan merasa merugi pada saat memasuki masa
dewasa dan menyesali waktu yang tidak akan terulang.
Ketertarikan akan lawan jems merupakan salah satu problem yang dihadapi oleh
kebanyakan remaja karena pada saat itu akan bersamaan dengan matangnya alat reproduksi.
Dapat pula dipastikan munculnya dorongan - dorongan seksual yang biasanya ditandai
dengan mulainya menyukai atau ketertarikan kepada lawan jenisnya. Ini merupakan keadaan
yang normal yang dialami oleh remaja. Dan pada saat inilah remaja mengenal pergaulan
dengan lawan jenisnya.
Menurut Elizabeth Hurlock seorang pakar psikologis yang mengatakan bahwa sesuatu
yang mendorong seorang remaja untuk berpacaran adalah :
1. Proses sosialisasi
2. Status
3. Bersenang - senang / berkreasi
4. Tempat curahan hati
5. Memilih pasangan hidup
6
Asfriyati: Prilaku Seksual Remaja Santri di Pesantren Purba Baru Tapanuli Selatan serta Faktor2 yg Mempengaruhinya, 2002 USU Repository©2006
Masalah - masalah yang paling banyak terjadi pada saat ini adalah masalah seksual
pra nikah pada remaja. Yang pada akhirnya membuat remaja kehilangan masa remajanya.
Kasus prilaku seksual yang muncul yang berkaitan dengan naluri seks pada remaja adalah :
1. Melakukan hubungan seks di luar nikah
2. Mengandung di luar nikah
3. Mengidap penyakit kelamin
4. Melakukan hubungan seks dengan banyak pasangan.
Sebagian tingkah laku itu memang tidak berdampak apa-apa terutama jika ada akibat
fisik atau sosial yang dapat ditimbulkannya. Tetapi pada sebagian perilaku seksual yang lain
dampak bisa cukup serius seperti perasaan bersalah, depresi , marah dan lain- lain.
Penelitian Arswendo Atmowiloto mengenai pengetahuan , kelakuan dan perasaan
remaja tentang masturbasi terlihat bahwa remaja laki-laki lebih banyak tahu dan lebih banyak
melakukan masturbasi ( 96 % ) tetapi perasaan takut dan berdosa lebih rendah dari remaja.
Walaupun demikian remaja pria yang lebih takut dan berdosa masih lebih dari separoh (
54%). Penelitian yang dilakukan Pusat Penelitian kependudukan UGM (1991 ) pada remaja
14 - 24 tahum di Manado mengungkapkan laki laki 151 orang dar, 146 wanita terbukti
26,6°,% melakukan prilaku seks pranikah.
Prilaku seksual dapat dibarengi dengan adanya tindakan kekerasan seks, pelecehan
seksual sehingga kasus aborsi ilegal dikalangan remaja. Remaja akan kehilangan masa depan
yang hanya karena cinta remaja yang salah. Oleh karena itu perlu disadari oleh para remaja
bahwa cinta remaja itu mesti dilandasi dengan tanggung jawab agar para remaja selamat
melalui masa remajanya.
7
Asfriyati: Prilaku Seksual Remaja Santri di Pesantren Purba Baru Tapanuli Selatan serta Faktor2 yg Mempengaruhinya, 2002 USU Repository©2006
2.2.2. Hubungan dengan orang tua
Ciri khas dan karakteristik remaja yang cenderung keras kepala dan berani menentang
pengarahan orang tua dan gurunya. Dengan mengatas namakan kebebasan mereka berani
berdebat dan membantah, sehingga masa remaja dianggap sebagai masa yang sulit.
Permasalahan yang dihadapi oleh orang tua yang berkaitan dengan prilaku anak-anak
dan remaja bersumber dari hubungan yang keliru. Untuk itu penyelesaiannya masalah
dikalangan remaja sepenuhnya tergantung dari hubungan antara orang tua dan remajanya.
Sikap saling menghormati dan mempercayai merupakan dasar bagi hubungan yang
berdasarkan atas persamaan. Ciri-ciri khas hubungan yang didasari dengan persamaan
menurut Dinkmeyer dan McKay yang dikutip Balson,1996 adalah sebagai berikut :
1. Salingmeperhatikan dan mempedulikan
2. Saling memberi empati
3. Saling mendengarkan satu sama lain
4. Adanya rasa keterikatan untuk ikut bekerjasama, memanfaatkan hak dan kewajiban
dalam memecahkan dan menyelesaikan konflik.
5. Lebih menekankan pada asset daripada melihat kesalahan - kesalahan
6. Sama-sama satu pemikiran dan perasaan dan tidak menyembunyikannya atau
menanggung beban sendiri
7. Saling membantu dan menerima satu sama lain karena tidak ada orang yang sempurna.
2.2.3. Informasi tentang seksualitas
Kurangnya informasi tentang seks menyebabkan para remaja memasuki usia remaja
tanpa pengetahuan yang memadai tentang seks dan selama hubungan pacaran
8
Asfriyati: Prilaku Seksual Remaja Santri di Pesantren Purba Baru Tapanuli Selatan serta Faktor2 yg Mempengaruhinya, 2002 USU Repository©2006
berlangsung pengetahuan tersebut bukan saja tidak bertambah, akan tetapi malah bertambah
dengan informasi yang salah. Penyebaran informasi dan rangsangan seksual melaui media
massa dengan tekhnologi canggih ( video cassette , satelit palapa dan lain-lain ) tidak dapat
dibendung lagi. Remaja sedang dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba akan meniru apa
yang dilihat atau didengarnya dari media massa, khususnya karena pada umumnya mereka
belum pernah mengetahui masalah seks secara lengkap dari orang tuanya. Hal ini disebabkan
orang tua masih tabu membicarakan seks dengan anaknya dan hubungan orang tua dan anak
sudah terlanjur jauh sehingga anak berpaling ke sumber-sumber lain yang tidak akurat
khususnya teman.
2.3.FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN HUBUNGAN SEKSUAL
PRANIKAH
Dalam sebuah artikel yang berkjudul Adolecent sexually and fertility in Kenya ,Ajayi,
Ayo, Cs ,mengemukakan bahwa sikap dan prilaku remaja adalah hal reproduksi dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu faktor sosial, demografi serta faktor lingkungan( Ajayi, Ayo, Cs,
1991 ).
Salah satu anggapan yang sering dikemukakan adalah faktor agama. Dikatakan
prilaku seksual yang bertentangan dengau norma agama pada remaja disebabkan oleh
merosotnya kepercayaan kepada agama. Penelitian yang telah dilakukan terhadap sejumlah
remaja 15 - 20 tahun di beberapa kota Jakarta, Purwokerto, Banjarnegara, Pontianak
berdasarkan pengalaman tentang prilaku seksual dibagi 4 kelompok yaitu :
A. Yang tidak pernah melakukan sesuatu
B. Yang sudah berciuman dan atau bermasturbasi
9
Asfriyati: Prilaku Seksual Remaja Santri di Pesantren Purba Baru Tapanuli Selatan serta Faktor2 yg Mempengaruhinya, 2002 USU Repository©2006
C. Yang sudah bercumbuan sampai menempelkan alat kelamin tetapi belum
bersenggama
D. Yang sudah bersenggama
Ternyata kelompok D tidak kurang ketaatannya beragama ( Sarlito 2001 ).
Faktor yang lebih nyata pengaruhnya daripada agama adanya norma ganda yang,
berlaku dalam suatu masyarakat menunjukkan kepada faktor-faktor sosial ekonomi seperti
rendahnya pendapatan dan taraf pendidikan, besarnya jumlah keluarga dan rendahnya nilai
agama di masyarakat yang bersangkutan ( Sandrerowitz dan Paxman ,1935 )
Ada beberapa faktor penyebab sehingga remaja melakukan hubungan seksual
pranikah menurut Sarlito :
1. Meningkatnya libido seksualitas
Perubahan - perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual remaja.
Peningkatan hasrat seksual ini membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku
seksual tertentu.
2. Penundaan Usia Perkawinan
Penyaluran tidak dapat dilakukan karena adanya penundaan perkawinan baik secara
hukum oleh karena adanya undang - undang perkawinan maupun karena norma sosial
yang makin lama makin menuntut persyaratan yang makin tinggi untuk perkawinan
(pendidikan , pekerjaan , persiapan mental, dan lain- lain )
3. Tabu - larangan
Norma-norma agama tetap berlaku dimana seorang dilarang untuk melakukan
hubungan seksual sebelum menikah. Bahkan larangan berkembang lebih jauh
kepada tingkah laku yang lain seperti berciuman dan masturbasi.
10
Asfriyati: Prilaku Seksual Remaja Santri di Pesantren Purba Baru Tapanuli Selatan serta Faktor2 yg Mempengaruhinya, 2002 USU Repository©2006
6. Kurangnya Informasi tentang Seks.
Kecenderungan pelanggaran makin meningkat oleh karena adanya penyebaran
informasi dan rangsangan seksual melalui media massa yang dengan adanya
tekhnologi canggih ( video, casete, foto dan lain - lain) menjadi tidak terbendung lagi.
Remaja yang sedang dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba akan meniru apa
yang dilihat atau didengar dari media massa karena masalah seksual secara lengkap
tidak diketahui dari orang tua. Orang tua sendiri karena ketidaktahuannya maupun
karena sikapnya yang masih menabukan pembicaraan mengenai seks dengan anak
tidak terbuka terhadap anak malah cenderung membuat jarak dengan anak dalam
masalah seksual.
Menurut Kartono ( 1998 ) kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan
masalah yang berghubungan dengan seksualitas masih dianggap hal yang tabu untuk
dibicarakan oleh para orangtua maupun guru - guru sekolah atau pengajian. Padahal orangtua
merupakan sumber informasi penting tentang masalah seksual.
7. Pergaulan Makin Bebas
Wimpie Pangkalihe ( 1999) menyatakan bahwa penyebab terjadinya perubahan
pandangan dan prilaku seksual adalah disebabkan oleh :
a. pengawasan dan perhatian orang tua dan keluarga yang semakin longgar akibat
kesibukan
b. Pola pergaulan yang semakin bebas dan lepas sementara orangtuanya
mengizinkannya.
c. Lingkungan
d. Semakin banyaknya hal uang memberikan rangsangan seksual dan sangat mudah
dijumpai.
11
Asfriyati: Prilaku Seksual Remaja Santri di Pesantren Purba Baru Tapanuli Selatan serta Faktor2 yg Mempengaruhinya, 2002 USU Repository©2006
e. Fasilitas yang sering kali diberikan oleh keluarga sendiri tanpa disadari.
Melihat kenyataan , pendidikan seks secara intensif sejak dini hingga masa remaja
tidak bisa ditawar-tawar lagi. Mengingat sebagian besar penularan AIDS terjadi melalui
hubungan seksual. Jika tidak, mereka yang kini remaja tidak bisa berbuat banyak saat
memasuki usia produktif di abad 21 mendatang.
Menurut survei WHO tentang pendidikan seks membuktikan, pendidikan seks bisa
mengurangi atau mencegah prilaku hubungan seks sembarangan yang berarti mengurangi
tertularnya penyakit-penyakit akibat akibat hubungan seks bebas. Dan pendidikan seks yang
benar harus memasukkan unsur-unsur hak azasi manusia . Juga nilai - nilai kultur dan agama
diikutsertakan di dalamnya sehingga akan merupakan pendidikan akhlak dan moral juga.
Dengan itu diharapkan angka perceraian yang berdampak kurang baik terhadap anak-anak
akan dikurangi.
Sekalipun untuk tujuan pendidikan seks anggapan tabu untuk membicarakannya masih
menancap dalam pikiran masyarakat. Akibatnya anak-anak yang menuju masa remaja jarang
mendapatkan bekal pengetahuan seks yang cukup dari orang tuanya padahal tidak jarang para
remaja sendiri yang berinisiatif bertanya tapi sering disambut dengan kemarahan orang tua.
Bahkan anak-anak yang kedua orang tuanya bekerja rata -rata kehilangan panutan dimana
orang tua yang mestinya menjadikan tokoh panutan utama justru kurang berperan karena
kesibukan mereka sendiri.
2.4.Konsep prilaku
Secara umum dikatakan bahwa faktor genetik lingkungan merupakan penentu
daripada prilaku makhluk hidup termasuk manusia. Hereditas atau faktor keturunan
12
Asfriyati: Prilaku Seksual Remaja Santri di Pesantren Purba Baru Tapanuli Selatan serta Faktor2 yg Mempengaruhinya, 2002 USU Repository©2006
merupakan konsepsi dasar untuk perkembangan perilaku makhluk itu untuk selanjutnya.
Sedangkan lingkungan merupakan kondisi atau merupakan lahan untuk perkembangan
prilaku tersebut ( Notoatmodjo ,1993 ).
Menurut ensiklopedi Amerika yang dikutip oleh Notoatmodjo , perilaku diartikan
sebagai suatu aksi rekasi organisme terhadap lingkungannya, Perilaku baru terjadi apabila
ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi yang disebut rangsangan dengan
demikian maka suatu rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu.
Proses pembentukan atau perubahan perilaku dipengaruhi beberapa faktor yang.
berasal dari dalam diri dan luar. Faktor internal mencakup pengetahuan , kecerdasan, emosi,
motivasi dan sebagainya yang berfungsi untuk mengolah rangsangan dari luar. Sedangkan
faktor eksternal meliputi lingkungan sekitar baik fisik maupun non fisik seperti iklim,
manusia, sosial, ekonomi, keluarga , budaya dan lain-lain.
2.4.1 Bentuk perilaku
Secara lebih operasional perilaku dapat diartikan suatu respon organisme atau sesorang
terhadap rangsangan dari luar subjek tersebut. Respon tersebut ada 2 macam (Notoadmodjo,
1993)
1. Bentuk Pasif
Yaitu respon internal yang terjadi di dalam diri manusia dan tidak secara langsung
dapat terlihat oleh orang lain misalnya berpikir, tanggapan atau sikap batin dan
pengetahuan. Oleh karena itu prilaku mereka masih terselubung.
2. Bentuk Aktif
13
Asfriyati: Prilaku Seksual Remaja Santri di Pesantren Purba Baru Tapanuli Selatan serta Faktor2 yg Mempengaruhinya, 2002 USU Repository©2006
Yaitu apabila perilaku itu jelas dan diobservasi secara langsang. Oleh karena
perilaku-perilaku mereka ini sudah tampak dalam bentuk tindakan nyata
2.4.1. Pengetahuan
Menurut Notoadmodjo , pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
panca indra manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.
Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang didasari oleh pengetahuan.
Penelitian rogers mengungkapkan sebelum orang berperilaku baru di dalam diri orang
tersebut terjadi proses yang berurutan :
1. Kesadaran, menyadari dalam anti pengetahuan terlebih dahulu terhadap stimulus.
2. Merasa tertarik, dimana orang mulai tertarik kepada stimulus.
3. Menimbang-nimbang, terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya
4. Mencoba, dimana orang telah mulai mencoba prilaku baru
5. Mengadopsi dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan ,
kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
2.4.3. Sikap
Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap
suatu stimulus atau objek . Pengertian sikap menurut New Comb , salah satu ahli psikologi
mengatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan
merupakan pelaksanaan motif tertentu.
Sikap belum merupakan tindakan atau aktivitas akan tetapi adalah merupakan
predisposisi tindakan suatu prilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan
merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk
beraksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek
Menurut Allport menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga komponen pokok yaitu :
kepercayaan, evaluasi terhadap suatu objek dan kecenderungan untuk bertindak membentuk
sikap yang utuh.
14
Asfriyati: Prilaku Seksual Remaja Santri di Pesantren Purba Baru Tapanuli Selatan serta Faktor2 yg Mempengaruhinya, 2002 USU Repository©2006
BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
3.1. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan bertujuan :
1. mengetahui perilaku seksual remaja santri pesantren Purba baru
2. mengetahui pengaruh fakor karakteristik remaja santri terhadap perilaku seksual remaja
santri pesantren Purba baru
3. mengetahui faktor keluarga terhadap perilaku seksual remaja santri pesantren Purba
baru
4. mengetahui faktor lingkungan terhadap remaja santri pesantren Purba baru.
3.2. MANFAAT PENELITIAN
Dari penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Dengan mengetahui perilaku seksual dan faktor-faktor yang mempengaruhi pada
remaja santri pesantren diharapkan dapat menjadi informasi kepada pelaksanaan
pesantren sebagai pemberi pendidikan yang lansung.
2. Dapat memberikan informasi juga kepada instansi yang terkait di daerah Tapanuli
Selatan seperti Dinas kesehatan dam pendidikan untuk mencegah masalah-masalah
seksual pada remaja.
3. Sebagai bahan masukan bagi ilmuwan terutama yang bergerak dalam bidang kesehatan
reproduksi khususnya pada remaja.
15
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1.Jenis dan rancangan penelitian
Jenis penelitian ini yaitu survei dengan cara cross sectional yang bertujuan mengetahui
perilaku seksual dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada remaja santri pesantren
Purba baru
4.1.Lokasi Penelitian
Pelaksanaan penelitian dilakukan di pesantren Purba Lama
4.3.Jadwal Penelitian
Penelitian dilakukan selama 8 bulan.
4.4.Kerangka Konseptual
16
Asfriyati: Prilaku Seksual Remaja Santri di Pesantren Purba Baru Tapanuli Selatan serta Faktor2 yg Mempengaruhinya, 2002 USU Repository©2006
Asfriyati: Prilaku Seksual Remaja Santri di Pesantren Purba Baru Tapanuli Selatan serta Faktor2 yg Mempengaruhinya, 2002 USU Repository©2006
4.5.Definisi operasional
a. Jenis kelamin : pria dan wanita
b. Pengetahuan : segala sesuatu yang diketahui remaja santri mengenai
perilaku seksual
c. Sikap : Tanggapan perilaku remaja santri terhadap perilaku
seksual
d. Urutan dalam keluarga : Urutan remaja santri dengan saudara-saudaranya
e. Pendidikan ibu : pendidikan formal ibu remaja santri yang diperoleh
dengan mendapatkan ijazah yang terakhir
f. Pendidikan ayah :pendidikan formal ayah santri yang diperoleh dengan
mendapatkan ijazah yang terakhir
g. Hubungan dengan orang tua : kedekatan santri denga kedua orangtunya dikategorikan
baik atau tidak baik
h. Sumber informasi : pernah atau tidaknya santri mendapatkan informasi
tentang seksual dari orang tua sendiri
i. Hubungan dengan guru : kedekatan remaja santri dengan guru di pesantren
sebagai pengganti orang tua dikategorikan baik atau
tidak baik
j. Sumber informasi : ada atau tidaknya sumber informasi yang diperoleh
santri di luar dari orang tua seperti buku porno, CD,
majalah, internet dan lain - lain.
k. Perilaku seksual : segala sesuatu yang dirasakan sampai dengan bentuk
perbuatan mengenai seksual.
17
Asfriyati: Prilaku Seksual Remaja Santri di Pesantren Purba Baru Tapanuli Selatan serta Faktor2 yg Mempengaruhinya, 2002 USU Repository©2006
4.6.Aspek Pengukuran
a. Pengetahuan
Untuk memberikan penilaian kepada pengetahuan santri terdapat 9 pertanyaan dengan
masing-masing pertanyaan diberikan nilai 1 untuk satu - dua jawaban yang benar ,
nilai 2 untuk 3 jawaban atau lebih yang benar. Sehingga nilai untuk pengetahuan siswa
maksimal 18 dan minimal 9.
Pengetahuan santri baik jika nilai 14 - 18
Pengetahuan santri tidak baik nilai 9 - 13
b. Sikap
Penilaian sikap diberikan 12 pertanyaan dan diberi nilai 1 untuk jawaban setuju dan
nilai 2 untuk jawaban tidak setuju sehingga nilai maksimal sikap remaja adalah 24 dan
minimal 12.
Sikap santri baik jika nilai 18 - 24
Sikap santri tidak baik jika nilai 12 - 17
c. Pendidikan ibu
Pendidikan ibu dikategorikan :
1. Rendah jika ijazah terakhir SLTP ke bawah
2. Tinggi jika ijazah terakhir SLTA ke atas
d. Pendidikan ayah Pendidikan ayah dikategorikan :
1. Rendah jika ijazah terakhir SLTP ke bawah
2. Tinggi jika ijazah terakhir SLTA ke atas
18
Asfriyati: Prilaku Seksual Remaja Santri di Pesantren Purba Baru Tapanuli Selatan serta Faktor2 yg Mempengaruhinya, 2002 USU Repository©2006
e. Prilaku seksual
Untuk penilaian terhadap perilaku seksual terdapat 7 pertanyaan, kategori :
Baik jika menjawab nomor 1 ( ya maupun tidak ) dan tidak melakukan tindakan pada
pertanyaan dari nomor 2- 7.
Tidak Baik jika menjawab nomor 1 ( ya maupun tidak ) dan melakukan tindakan pada
pertanyaan dari nomor 2- 7.
4.7.Poplasi dan sample
Populasi adalah santri yang telah berumur 17 tahun ke atas yang duduk di kelas VII
pesantren purba baru sebanyak 451 orang.
Sampel adalah sebagian dari santri yang mewakili dari santri kelas VII dengan rumus :
NZ2αpq
n ≥ —————
d2(N-1)+ Zαpq
Keterangan :
n= Jumlah sample yang diinginkan
N = jumlah populasi
Z = derajat kepercayaan yaitu 95 %
P = 0.4
q = 1-p = 0,6
d = 0,2 sehingga n diperoleh <= 50 santri
jumlah santri yang akan diambil sebanyak 80 orang
19
Asfriyati: Prilaku Seksual Remaja Santri di Pesantren Purba Baru Tapanuli Selatan serta Faktor2 yg Mempengaruhinya, 2002 USU Repository©2006
4.8.Pengumpulan data
Pengmnpulan data dilakukan dengan cara :
a. Primer yaitu dengan menggunakan kuesioner terhadap remaja santri
b. Sekunder diperoleh dari pengurus pesantren purba baru
4.9.Pengolahan dan Analisa data
Data yang dikumpulkan diolah dan dianalisis dengan menggunakan program komputer.
Untuk melihat pengaruh variable dengan menggunakan Chi Square. Untuk analisis
univariate menggunakan distribusi frekwensi yang digambarkan dalam table distribusi
frekwensi.
20
Asfriyati: Prilaku Seksual Remaja Santri di Pesantren Purba Baru Tapanuli Selatan serta Faktor2 yg Mempengaruhinya, 2002 USU Repository©2006
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PERMASALAHAN
5.1. Cambaran umum Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada pesantren purba baru yang terletak di Kecamatan
Sorik Marapi Kabupaten Mandailing Natal didirikan pada tahun 1912 oleh syeikh Mustafa
Husein. Santri di pesantren disebut sebagai fatayat untuk yang putri dan pokir untuk yang
pria. Jumlah kelas terdiri dari kelas I - VII dan terdiri dari 4530 putra dan 3080 untuk putri (
data tahun 2004 ). Guru- guru ada yang dari dalam dan luar negeri ( Syiria, Lybia dan Mesir )
dengan jumlah 163 orang.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari guru di pesantren belum ada pengajaran
tentang khusus masalah seksual remaja hanya pada pelajaran fiqih mengenai dosa misalnya
melakukan onani atau masturbasi serta melakukan hubungan kelamin sebelum menikah.
Untuk mengawasi santri dilakukan penjagaan ( ronda ) dimulai 20.30 - 22.30 kecuali malam
minggu.
5.2.Analisa Univariat
5.2.1. Jenis kelamin responden
Tabel 5.1. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin
No Jenis kelamin frekwensi %
1 Laki-laki 48 60
2 Pereinpuan 32 40
Jumlah 80 100
Pada table diatas terlihat bahwa santri laki-laki berjumlah 48 orang (60 %) dan santri
perempuan berjumlah 32 orang ( 40 % ).
21
Asfriyati: Prilaku Seksual Remaja Santri di Pesantren Purba Baru Tapanuli Selatan serta Faktor2 yg Mempengaruhinya, 2002 USU Repository©2006
5.2.2 Pengetahuan responden
Tabel 5.2 Distribusi responden berdasarkan pengetahuan
No Pengetahuan frekwensi 1 Baik 32 40 2 Tidak Baik 48 60 Jumlah 80 100
Pada table di atas menunjukkan bahwa pengetahuan santri yang baik sebanyak
40% dan pengetahuan yang tidak baik sebanyak 60%.
5.2.3.Sikap Responden
Tabel 5.3. Distribusi responden berdasarkan sikap
No Sikap frekuensi % 1 Baik 59 74 2 Tidak Baik 21 26 Jumlah 80 100
Pada table di atas terlihat bahwa sikap santri yang baik adalah berjumlah 59%
dan sikap santri yang tidak baik berjumlah 26%.
5.2.4. Urutan dalam keluarga
Tabel 5.4. Distribusi responden berdasarkan urutan dalam keluarga
No Urutan Frekuensi 1 <=3 53 66 2 >3 27 34 Jumlah 80 100
Pada table di atas terlihat bahwa urutan santri yang kecil atau sama dengan tiga ada
sebanyak 66% dan yang urutan tiga ke atas berjumlah 34%.
22
Asfriyati: Prilaku Seksual Remaja Santri di Pesantren Purba Baru Tapanuli Selatan serta Faktor2 yg Mempengaruhinya, 2002 USU Repository©2006
5.2.5. Pendidikan Ibu
Tabel 5.5. Distribusi responden berdasarkan Pendidikan ibu
No Pendidikan ibu frekwensi % 1 Rendah 57 71 2 Tinggi 23 29 Jumlah 80 100
Pada table di atas terlihat bahwa pendidkan ibu santri terbanyak pada pendidkan yang
rendah yaitu 71 % dibandingkan dengan pendidikan ibu santri yang tinggi sebanyak 29 %.
5.2.6. Pendidikan ayah
Tabel 5.6. Distribusi responden berdasarkan pendidkan ayah
No Pendidkan ayah frekwensi % 1 Rendah 58 73 2 Tinggi 22 27 Jumlah 80 100
Pada table di atas terlihat bahwa pendidikan ayah santri yang rendah sebanyak
58 % dan pendidikan ayah santri yang tinggi sebanyak 27 %.
5.2.7. Hubungan dengan orang tua
Tabel 5.7. Distribusi responden berdasarkan hubungan dengan orang tua
No Hubungan dengan orang tua Frekwensi % 1 Baik 58 73 2 Tidak baik 22 27 Jumlah 80 100
Pada table di atas terlihat bahwa santri yang mempunyai hubungan yang baik dengan
orang tua sebanyak 58 orang (73%) sedangkan yang hubungan dengan orang tua yang tidak
baik sebanyak 22 orang (27%).
23
Asfriyati: Prilaku Seksual Remaja Santri di Pesantren Purba Baru Tapanuli Selatan serta Faktor2 yg Mempengaruhinya, 2002 USU Repository©2006
5. 2. 8. Informasi tentang seksual
Tabel 5.8. Distribusi responden berdasarkan Informasi tentang seksual
No Informasi seksual frekuensi 1 Pernah 0 0 2 Tidak pemah 80 100 Jumlah 80 100
Dari table di atas bahwa santri ternyata seluruh santri (100%) tidak pernah diberikan
informasi mengenai seksual dari orang tuanya
5.2.9. Hubungan dengan guru
Tabel 5.9. Distribusi responden berdasarkan hubungan dengan guru
No Hubungan dengan guru frekwensi % 1 Baik 41 51 2 Tidak Baik 39 49 Jumlah 80 100
Pada table di atas terlihat bahwa santri yang mempunyai hubungan yang baik dengan
guru sebanyak 41 orang (51%) sedangkan santri yang tidak mempunyai hubungan
baik dengan guru sejumlah 39 orang (49%)
5.2.10. Sumber infonnasi
Tabel 5.10. Distribusi responden berdasarkan sumber informasi No Sumber informasi frekwensi % 1 Ada 56 70 2 Tidak ada 24 30 Jumlah 80 100
24
Asfriyati: Prilaku Seksual Remaja Santri di Pesantren Purba Baru Tapanuli Selatan serta Faktor2 yg Mempengaruhinya, 2002 USU Repository©2006
Pada table di atas terlihat bahwa santri yang ada, yang mempunyai sumber informasi
yang berhubungan dengan seksual sebanyak 70 % dan yang tidak ada sumber informasi
adalah 30 %.
5.2.11. Perilaku seksual
Tabel 5.11. Distribusi responden berdasarkan perilaku seksual
No Perilaku seksual frekwensi % 1 Baik 66 82 2 Tidak baik 14 18 Jumlah 80 100
Pada table di atas terlihat bahwa perilaku seksual santri yang baik sebanyak 66 orang
(82 % ) sedangkan perilaku seksual santri yang tidak baik sebanyak 14 orang (18%).
5.3. Analisa Bivariat
5.3.1. Pengaruh Jenis kelamin terhadap perilaku seksual
Tabel 5.12 menunjukkan bahwa laki-laki yang mempunyai perilaku seksual yang baik
sebanyak 73% dan perempuan yang perilaku seksual yang baik sebanyak 97 %. Ternyata
menunjukkan bahwa ada pengaruh jenis kelamin terhadap perilaku seksualnya Dapat
ditunjukkan dengan hasil statistik dengan chi square dimana hasil perhitungan probabilitasnya
0,006 <0,05 berarti Ho ditolak
Tabel 5.12 pengaruh jenis kelamin terhadap perilaku seksual
Jenis Perilaku seksual kelamin Baik % Tidak Baik % Laki-Laki 35 53 13 93 Perempuan 31 47 1 7 Total 66 100 14 100
Chi Square = 7,633 df =1 p = 0.006
25
Asfriyati: Prilaku Seksual Remaja Santri di Pesantren Purba Baru Tapanuli Selatan serta Faktor2 yg Mempengaruhinya, 2002 USU Repository©2006
5.3.2 Pengaruh Pengetahuan terhadap perilaku seksual
Pengetahuan tidak ada pengaruh terhadap perilaku seksual Hal ini didukung oleh hasil
uji statistik dimana probabilitas adalah 0,337 (p > 0,05) berarti Ho diterima
Tabel 5.13 Pengaruh pengetahuan terhadap perilaku seksual
Pengetahuan Perilaku seksual Baik % Tidak Baik Baik 28 42 4 29 Tidak baik 38 58 10 71 Total 66 100 14 100
Chi Square = 0,924 df = 1 p = 0.337
5.3.3.Pengaruh sikap terhadap prilaku seksual
Tabel 5.14 Pengaruh sikap terhadap perilaku seksual
Sikap Perilaku seksual Baik % Tidak Baik % Baik 55 83 4 29 Tidak baik 11 17 10 71 Total 66 100 14 100
Chi Square = 15,175 ff = 1 p = 0,000
Berdasarkan hasil uji Chi square antara sikap terhadap prilaku seksual santri diperoleh
nilai probabilitas 0.000 ( p < 0,005 ) sehingga Ho ditolak Artinya ada pengaruh sikap dengan
perilaku seksual santri.
26
Asfriyati: Prilaku Seksual Remaja Santri di Pesantren Purba Baru Tapanuli Selatan serta Faktor2 yg Mempengaruhinya, 2002 USU Repository©2006
5.3.4. Pengaruh urutan keluarga terhadap perilaku seksual
Tabel 5.15 Pengaruh urutan keluarga terhadap perilaku seksual
Urutan Perilaku seksual keluarga Baik % Tidak Baik <=3 44 67 9 64 >3 22 33 5 36 Total 66 100 14 100 Chi Square = 0,000 dt=1 p= 1,000
Berdasarkan hasil uji Chi square antara urutan keluarga terhadap perilaku seksual
santri diperoleh nilai probabilitas 1,001 sehingga Ho diterima Artinya tidak ada pengaruh
urutan keluarga terhadap perilaku seksual santri
5.3.5. Flagaruh petrlidikan ibu terhadap Ex ilalm seisual
'label 5.16 Pengaruh pendidilan rbu terhadap prilalli seksual
Pendidikan Perilaku seksual
ibu Baik % Tidak Baik %
Rendah 46 70 11 79
Targgi 20 30 3 21
Total 66 100 14 100
Chi square= 0,116 df'= 1 p = 0,733
Berdasarkan hasil uji Chi square antara pendidikan ibu terhadap perilaku seksual
santri diperoleh nilai probabilitas 0,733 ( p>0,05 ) sehingga Ho diterima.Artinya tidak ada
pengaruh pendidikan ibu terhadap perilaku seksual santri
27
Asfriyati: Prilaku Seksual Remaja Santri di Pesantren Purba Baru Tapanuli Selatan serta Faktor2 yg Mempengaruhinya, 2002 USU Repository©2006
5.3.6. Pengaruh Pendidikan ayah terhadap perilaku seksual
Tabel 5.17 Pengaruh pendidikan ayah terhadap perilaku seksual
Pendidikan Perilaku seksual ayah Baik % Tidak Baik Rendah 47 71 11 79 Tinggi 19 29 3 21 Total 66 100 14 100
Chi square = 0,053 df = i p= 0,818
Berdasarkan hasil uji Chi square antara pendidikan ayah terhadap perilaku seksual santri
diperoleh nilai probabilitas 0,818 ( p>0,05 ) sehingga Ho diterima . Artinya tidak ada
pengaruh pendidikan ayah terhadap perilaku seksual santri.
5.3.7. Pengaruh hubungan dengan orang tua terhadap perilaku seksual
Tabel 5.18 Pengaruh hubungan dengan orang tua terhadap perilaku seksual
Hubungan Perilaku seksual
dengan orang tua Baik % Tidak Baik %
Baik 50 76 8 57
Tidak baik 16 24 6 43
Total 66 100 14 100
Chi square = 1,182 df=1 p= 0,277
Berdasarkan hasil uji Chi square antara hubungan dengan orangtua terhadap perilaku
seksual santri diperoleh nilai probabilitas 0,277 ( p > 0,05 ) sehingga Ho diterima.
Artinya tidak ada pengaruh hubungan orang tua terhadap perilaku seksual santri.
28
Asfriyati: Prilaku Seksual Remaja Santri di Pesantren Purba Baru Tapanuli Selatan serta Faktor2 yg Mempengaruhinya, 2002 USU Repository©2006
5.3.8. Pengaruh informasi tentang seksual terhadap perilaku seksual
Pengaruh informasi tentang seksual terhadap perilaku seksual tidak dapat dilakukan
pengujian karena semua santri tidak pernah mendapatkan informasi seksual dari orang tua
5.3.9. Pengaruh hubuangan dengan guru terhadap perilaku seksual
Tabel 5.19 Pengaruh hubungan dengan guru terhadap perilaku seksual
Hubungan Perilaku seksual
dengan guru Baik % Tidak Baik %
Baik 33 50 8 57
Tidak bait 33 50 6 43
Total 66 100 14 100
Chi squaw = 0,236 df =1 p = 0,627
Berdasarkan hasil uji Chi square pengaruh hubungan dengan guru terhadap perilaku
seksual santri diperoleh nilai probabilitas 0,627 ( p > 0,05 ) sehingga Ho diterima Artinya
tidak ada pengaruh hubungan dengan guru terhadap perilaku seksual santri
5.3.10 Pengaruh sumber informasi terhadap perilaku seksual
Tabel 5.20 Pengaruh sumber informasi terhadap perilaku seksual
Sumber Perilaku seksual
informasi Baik % Tidak Baik %
Ada 48 73 8 57
Tidak 18 27 6 43
ada
Total 66 100 14 100
Chi square = 0,697 df= i p = 0,404
29
Asfriyati: Prilaku Seksual Remaja Santri di Pesantren Purba Baru Tapanuli Selatan serta Faktor2 yg Mempengaruhinya, 2002 USU Repository©2006
Berdasarkan hasil uji Chi square antara sumber informasi terhadap perilaku seksual
santri diperoleh nilai probabilitas 0,404 ( p > 0,05 ) sehingga Ho diterima. Artinya tidak ada
pengaruh sumber informasi terhadap perilaku seksual santri.
5.4. Pengaruh faktor karakteristik terhadap perilaku seksual
Dari faktor karakteristik ternyata dari hasil analisa yang berpengaruh kepada perilaku
seksual santri adalah jenis kelamin dan sikap santri sedangkan pengetahuan dan urutan
keluarga tidak mempunyai pengaruh.
Jenis kelamin dan sikap yang mempengaruhi perilaku seksual , hal ini sesuai dengan
hasil penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan bahwa 70 - 90 % dari anak laki-laki dan
remaja melakukan onani yang dianggap sebagai peristiwa perkembangan yang normal pada
usia pubertas. Sedangkan kebutuhan seksual pada perempuan lebih banyak disalurkan secara
psikis yaitu dalam bentuk fantasi. Jadi perkembangan seksual dari laki-laki dan perempuan
mengambil pola yang berlainan , yang tidak sama ( Kartono 1992 ).
Sikap adalah suatu bentuk kecenderungan untuk bertingkah laku yang dapat pula
diartikan sebagai bentuk respon evaluatif yaitu respon yang sudah dipertimbangkan oleh
individu yang bersangkutan dan masih bersifat tertutup ( Notoatmodjo , 1993 ) Para santri
yang berada di pesantren mempunyai dasar agama yang kuat jadi walaupun pengetahuan
tentang seksual kurang tetapi karena dasar agama yang kuat menyebabkan ada pengaruh
sikap terhadap perilaku seksual santri.
Pengetahuan dan urutan keluarga tidak mempunyai pengaruh terhadap perilaku
seksual remaja . Penelitian ini tidak berbeda dengan yang dinyatakan Sarlito WS bahwa
seksualitas remaja dipengaruhi oleh informasi yang didapatkan remaja tersebut. Dari
pengetahuan santri banyak yang tidak mengetahui tentang seksualitas tetapi tindakan mereka
yang baik karena mereka merasa tabu dengan perilaku seksual .
30
Asfriyati: Prilaku Seksual Remaja Santri di Pesantren Purba Baru Tapanuli Selatan serta Faktor2 yg Mempengaruhinya, 2002 USU Repository©2006
Hal ini disebabkan karena agama yang kuat dan lingkungan pesantren yang memberikan
dasar agama yang kuat pula.
5.5. Pengaruh faktor keluarga terhadap perilaku seksual
Faktor keluarga ( pendidikan ibu, pendidian ayah, hubungan orang tua) tidak ada
pengaruh terhadap perilaku seksual . Hal ini disebabkan lingkungan pesantren yang kuat
dengan keagamaannya sehingga tingkat pendidikan ibu dan ayah yang masih rendahpun
perilaku seksual santri sudah baik. Walaupun pendidikan ibu dan ayah yang rendah memang
dapat meyebabkan pengetahuan dan informasi yang akan disampaikan khususnya tentang
seksualitas juga menjadi terbatas dan dapat mempengaruhi perilaku seksual santri. Penelitian
berbeda dengan pendapat Notoatmojo bahwa semakin tinggi pendidian ibu atau ayah maka
akan semakin baik pula prilaku anaknya. Karena dengan semakin tinggi tingkat pendidikan
orangtua maka akan semakin dewasa secara berfikir dan pemahaman terhadap suatu
informasi akan lebih baik sehingga sangat berpengaruh terhadap cara mendidik dan
pendekatan terhadap anak tetutama remaja yang mempunyai sifat keras kepala.
Hubungan dengan orang tua pada santri memang baik tetapi tidak satupun dari
hubungan yang baik dari santri dimana informasi seksual berasal dari orang tua. Hal ini
disebabkan kaena orangtua masih mengganggap tabu untuk membicarakan masalah seksual
pada anak sehingga komunikasi orangtua dengan anak hanya bersifat umum seperti makan
bersama, nonton bersama, membicarakan masalah tetapi untuk masalah seksual santri lebih
banyak bertanya kepada langkungan seperti teman yang dianggap lebih leluasa tanpa dibatasi
oleh aturan yang bersifat formal Namun demikian karena adat dan agama yang masih kuat
dikalangan masyarakat sehingga mempengaruhi pola pengasuhan anak di lingkungan
keluarga untuk membentuk akhlak dan perilaku anak yang berlandaskan keimanan dan
ketaqwaan . Secara teori
31
Asfriyati: Prilaku Seksual Remaja Santri di Pesantren Purba Baru Tapanuli Selatan serta Faktor2 yg Mempengaruhinya, 2002 USU Repository©2006
peran orang tua baik fisik, biologis maupun ;psikologis memegang peranan yang penting
bagi pengetahuan , sikap dan tindakan terhadap seksualitas ( Sigit,1996 ).
5.6. Pengaruh faktor lingkungan terhadap perilaku seksual
Hubungan guru dan sumber informasi tidak ada pengaruh terhadap perilaku seksual,
hal ini kemungkinan dengan lingkungan keagamaan yang sudah tertanam di santri sehingga
dengan adanya sumber informasi pun tapi perilaku seksual santri adalah tetap baik
Penyebaran informasi dan rangsangan seksual melalui media massa yang karena adanya
tekhnologi canggih ( video cassette, satelit, radio dll ) menjadi tidak terbendung lagi
menyebabkan kecenderungan penyimpangm perilaku seksual remaja semakin meningkat.
Hubungan guru sebaiknya ditingkatkan tidak sekedar mengajar tetapi memberikan
jalan keluar terhadap permasalahan santri dan permasalahan-permasalahan seksual
khususnya. Sekolah merupakan lingkungan kedua setelah keluarga dimana anak mendapat
kasih sayang, pendidikan dan perlindungan
32
Asfriyati: Prilaku Seksual Remaja Santri di Pesantren Purba Baru Tapanuli Selatan serta Faktor2 yg Mempengaruhinya, 2002 USU Repository©2006
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Faktor karakteristik yang mempengaruhi perilaku santri adalah faktor jenis kelamin
dan sikap santri sedangkan pengetahuan dan urutan keluarga tidak ada pengaruh
terhadap perilaku seksual santri.
2. Faktor keluarga (pendidikan ibu, pendidikan ayah,. hubungan dengan orang tua ) tidak
ada pengaruh terhadap perilaku seksual santri , sedangkan informasi tentang seksual
tidak ada diperoleh santri dari orangtua
3. Faktor lingkungan ( hubungan dengan guru, sumber informasi tidak ada pengaruh
terhadap perilaku santri.
6.2. Saran-saran
Dari hasil penelitian ini disarankan :
1. Perlunya diberikan pengetahuan reproduksi dan seksual untuk menambah
pengetahuan santri yang dimasukkan dalam kurikulum pendidikan pesantren.
2.Perlunya peranan orang tua dalam memberikan informasi mengenai seksual kepada
remaja khususnya pada santri.
3. Tenaga pendidik dan guru lebih dapat memberikan perhatian yang lebih kepada santri
terhadap pergaulan dan perilaku seksual santri.
4. Tokoh masyarakat dan tokoh agama sangat perlu memberikan perhatian terhadap
perilaku dan pergaulan remaja untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan.
33
Asfriyati: Prilaku Seksual Remaja Santri di Pesantren Purba Baru Tapanuli Selatan serta Faktor2 yg Mempengaruhinya, 2002 USU Repository©2006
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman Wahid dkk, 1996, Kesehatan Reproduksi Dan Ketimpangan Gender, PT
Penebar Swadaya , Jakarta
Dadang Sulaeman Dr, 1995; Psikologi Remaja Dimensi - dimensi Perkembangan, Mandar
Maju, Bandung.
Djoko Hartono, 1998, Perilaku Seksual Remaja dan Persepsi Mereka tentang pendidikan
Seksualitas di Sekolah, Buku Program dan Kumpulan Abstrak
jaringan epidemiologi Nasional VIII, Denpasar.
Graeff Judith A; dkk, 1996 ; Komunikasi Untuk Kesehaatan dan Perubahan Perilaku,
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
J. Supranto, MA, 1998, Teknik Sampling untuk Survei dan Eksperimen, Rineka Cipta,
Jakarta.
Kartono Muhammad Dr,1998 Kontradiksi Dalam Kesehatan Reproduksi, PT Sinar Agape
Press. Jakarta.
MD Mukhotib ; 1998, Perilaku Seksual Remaja Santri; Buku Program dan Kumpulan
Abstrak Jaringan Epidemiologi Nasional , Denpasar
Purnawan Junadi, dr PhD, 1995, Pengantar analisis Data, Rineka Cipta, Jakarta.
Rosalia Sciortino l999, Menuju Kesehatan Madani, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Sarlito Wirawan Sarwono, 1998, Kesehatan reproduksi remaja, Buku program dan
Kumpulan abstrak Jaringan Epidemiologi Nasional Denpasar
Sarlito Wirawan Sarwono, 2001, Psikologi Remaja, PT, Raja Grafindo Persada, jakarta.
Soekidjo Notopatmodjo. Dr, 2002, Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka cipta, Jakarta
Yusniwarti Yusad & Henry Waluyo, 1998, Sikap dan Pendapat Kepala Sekolah Menengah
Umum terhadap Pendidikan seksualitas bagi pelajar SMU di
Kodya Medan, Buku program dan kumpulan abstrak jaringan
epidemiologi nasional, Denpasar
34