28
ABSTRAK Petani (kelompok tani dan koperasi tani) sayur-mayur, sebagai contoh petani di lereng Gunung Lawu Kabupaten Karanganyar dan Gunung Merapi Kabupaten Boyolali, sering mengalami masalah asimetri informasi pasar sehingga terpaksa menjual komoditas pada harga yang rendah. Padahal, komoditas dari daerah tersebut sangat berkualitas sehingga dapat dipasarkan melalui perusahaan ritel modern di daerah Surakarta dan sekitarnya agar harga jual lebih tinggi. Ditinjau dari kajian supply chain management (SCM), rendahnya harga jual tersebut disebabkan sistem distribusi yang tidak efisien sehingga komoditas diterima oleh konsumen pada waktu, jumlah dan lokasi yang tidak tepat. Salah satu alternatif solusinya adalah memperpendek mata rantai distribusi dengan cara petani memasok secara langsung ke ritel modern. Akan tetapi, petani mempunyai masalah internal berupa rendahnya kemampuan manajemen bisnis dan masalah eksternal berupa persaingan bebas sehingga mereka kesulitan membangun hubungan pemasok-pembeli dengan ritel modern. Berdasarkan studi awal tentang penelitian agri-food supply chain (ASC), model-model hubungan pemasok-pembeli telah banyak dihasilkan untuk membantu proses pengambilan kebijakan terkait dengan kontrak harga, jumlah pasokan, waktu pengiriman dan komitmen pembayaran. Akan tetapi, model-model ASC tersebut belum dapat digunakan untuk memecahkan fenomena masalah diatas karena tidak dapat meredam masalah internal dan eksternal petani secara integral. Disisi lain, suatu perusahaan ritel modern mempunyai tanggung jawab sosial perusahaan (TJSP) kepada lingkungan usahanya termasuk kepada petani. Implementasi TJSP dapat diintegrasikan dengan pengembangan model hubungan bisnis pemasok-pembeli yang melibatkan petani secara adil. Untuk itu, akar masalah penelitian ini adalah model ASC seperti apa yang dapat digunakan petani dan perusahaan ritel modern membangun hubungan bisnis pemasok-pembeli secara efisien dan adil?. Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan model dan perangkat Sistem Pendukung Keputusan Kebijakan Pemasok-pembeli (SPK2P2) yang mempertimbangkan masalah petani dan TJSP. Pendekatan influance diagram akan digunakan untuk mengidentifikasi hubungan seluruh pemangku kepentingan pada sistem distribusi. Sistem distribusi komoditas akan dibangun dengan pendekatan SCM agar model dapat mendukung daya saing bisnis seluruh pelaku usaha. Pendekatan optimisasi dipilih untuk memformulasikan model matematis agar dapat digambarkan variabel keputusan, fungsi tujuan dan pembatas sistem secara analitik. Penelitian ini direncanakan berlangsung selama

asc

Embed Size (px)

DESCRIPTION

YEA

Citation preview

Page 1: asc

ABSTRAK

Petani (kelompok tani dan koperasi tani) sayur-mayur, sebagai contoh petani di lereng Gunung Lawu Kabupaten Karanganyar dan Gunung Merapi Kabupaten Boyolali, sering mengalami masalah asimetri informasi pasar sehingga terpaksa menjual komoditas pada harga yang rendah. Padahal, komoditas dari daerah tersebut sangat berkualitas sehingga dapat dipasarkan melalui perusahaan ritel modern di daerah Surakarta dan sekitarnya agar harga jual lebih tinggi. Ditinjau dari kajian supply chain management (SCM), rendahnya harga jual tersebut disebabkan sistem distribusi yang tidak efisien sehingga komoditas diterima oleh konsumen pada waktu, jumlah dan lokasi yang tidak tepat. Salah satu alternatif solusinya adalah memperpendek mata rantai distribusi dengan cara petani memasok secara langsung ke ritel modern. Akan tetapi, petani mempunyai masalah internal berupa rendahnya kemampuan manajemen bisnis dan masalah eksternal berupa persaingan bebas sehingga mereka kesulitan membangun hubungan pemasok-pembeli dengan ritel modern.

Berdasarkan studi awal tentang penelitian agri-food supply chain (ASC), model-model hubungan pemasok-pembeli telah banyak dihasilkan untuk membantu proses pengambilan kebijakan terkait dengan kontrak harga, jumlah pasokan, waktu pengiriman dan komitmen pembayaran. Akan tetapi, model-model ASC tersebut belum dapat digunakan untuk memecahkan fenomena masalah diatas karena tidak dapat meredam masalah internal dan eksternal petani secara integral. Disisi lain, suatu perusahaan ritel modern mempunyai tanggung jawab sosial perusahaan (TJSP) kepada lingkungan usahanya termasuk kepada petani. Implementasi TJSP dapat diintegrasikan dengan pengembangan model hubungan bisnis pemasok-pembeli yang melibatkan petani secara adil. Untuk itu, akar masalah penelitian ini adalah model ASC seperti apa yang dapat digunakan petani dan perusahaan ritel modern membangun hubungan bisnis pemasok-pembeli secara efisien dan adil?.

Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan model dan perangkat Sistem Pendukung Keputusan Kebijakan Pemasok-pembeli (SPK2P2) yang mempertimbangkan masalah petani dan TJSP. Pendekatan influance diagram akan digunakan untuk mengidentifikasi hubungan seluruh pemangku kepentingan pada sistem distribusi. Sistem distribusi komoditas akan dibangun dengan pendekatan SCM agar model dapat mendukung daya saing bisnis seluruh pelaku usaha. Pendekatan optimisasi dipilih untuk memformulasikan model matematis agar dapat digambarkan variabel keputusan, fungsi tujuan dan pembatas sistem secara analitik. Penelitian ini direncanakan berlangsung selama tiga tahun. Pada tahun pertama, penelitian telah dilakukan untuk mengembangkan model matematis terkait dengan kebijakan hubungan pemasok-pembeli yang mempertimbangkan adanya kelemahan internal Petani. Pada tahun kedua, hasil tahap pertama akan dikembangkan dengan memasukkan faktor persaingan bebas yang harus dihadapi petani. Pada tahap ketiga, penelitan ditujukan untuk menyusun SPK2P2 agar proses pengambilan kebijakan terkait dengan kontrak harga, jumlah pasokan, waktu pengiriman dan komitmen pembayaran dapat dilakukan secara praktis dan cepat. Dengan demikian, hasil penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi teoritis pada pengembangan model ASC berbasis TJSP dan kontribusi praktis pada peningkatan kesejahteraan petani komoditas sayur-mayur.

Kata-kunci: agri-food supply chain, model hubungan pemasok-pembeli, tanggung jawab sosial perusahaan.

Page 2: asc

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Petani (kelompok tani dan koperasi tani) sayur-mayur, sebagai contoh petani di lereng Gunung Lawu Kabupaten Karanganyar dan Gunung Merapi Kabupaten Boyolali, sering mengalami masalah asimetri informasi pasar sehingga terpaksa menjual komoditas pada harga yang rendah. Jika masalah asimetri informasi tidak diatasi maka petani tidak dapat hidup sejahtera dari kegiatan pertanian. Padahal, komoditas dari daerah tersebut sangat berkualitas sehingga dapat dipasarkan melalui perusahaan ritel modern di daerah Surakarta dan sekitarnya agar harga jual lebih tinggi (Pandin, 2009). Pada umumnya masalah asimetri informasi pasar disebabkan oleh sistem rantai pasokan masih belum tertata dengan baik sehingga mengakibatkan jumlah pasokan tidak kontinyu, biaya distribusi relatif tinggi, disparitas harga tinggi dan kualitas menurun secara cepat (Limbongan & Maskar, 2003; Adiyoga dkk. 2007; Sutopo & Nur Bahagia, 2008).

Jika permasalahan diatas dapat direvitalisasi maka kegiatan bisnis sektor ini dapat digunakan sebagai sarana untuk meningkatkan produktivitas ekonomi pedesaan, membuka kesempatan kerja baru dan menambah penghasilan bagi masyarakat di pedesaan (Iksan, 2001; Sudaryanto & Rusastra, 2006; Tambunan, 2006; Rosario- Malonzo, 2007). Ditinjau dari kajian supply chain management (SCM), rendahnya harga jual komoditas sayur-mayur dapat dipecahkan dengan meningkatkan efisiensi sistem distribusi sehingga komoditas diterima oleh konsumen pada waktu, jumlah dan lokasi yang tepat. Salah satu alternatif solusinya adalah memperpendek mata rantai distribusi dengan cara petani memasok secara langsung ke ritel modern (Ross, 2003, Guilléna dkk., 2005; Cachon & Terwiesch, 2006; Shapiro, 2007). Akan tetapi, petani mempunyai masalah internal berupa rendahnya kemampuan manajemen bisnis dan masalah eksternal berupa persaingan bebas sehingga mereka kesulitan membangun hubungan pemasok- pembeli dengan ritel modern (Austin, 2007; Sutopo dkk., 2009).

Berdasarkan studi awal tentang penelitian agri-food supply chain (ASC), model-model hubungan pemasok-pembeli telah banyak dihasilkan untuk membantu proses pengambilan kebijakan antara lain Barbarosolu (2000), Pittaway dan Morrisse, (2005), Austin (2007), Lee dkk. (2007), Narrod (2008), Talluri dkk. (2008), Bassett dan Gardner (2009), Esmaeili dan Zeephongsekul (2009). Model-model tersebut dapat digunakan untuk membantu pengambilan keputusan terkait dengan kontrak harga, jumlah pasokan, waktu pengiriman dan komitmen pembayaran. Akan tetapi, model-model ASC terdahulu belum dapat digunakan untuk memecahakan fenomena masalah diatas karena tidak dapat meredam masalah internal dan eksternal petani secara integral. Disisi lain, suatu perusahaan ritel modern mempunyai tanggung jawab sosial perusahaan (TJSP) kepada lingkungan usahanya termasuk kepada petani (Heslin & Ochoa, 2008). Implementasi TJSP dapat diintegrasikan dengan pengembangan model hubungan bisnis pemasok- pembeli yang melibatkan petani secara adil. Untuk itu, akar masalah penelitian ini adalah model ASC seperti apa yang dapat digunakan petani dan perusahaan ritel mordern membangun hubungan bisnis pemasok-pembeli secara efisien dan adil?.

Page 3: asc

1.2. Tujuan Penelitian

Tujuan umum yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:- tersedianya model matematis alat bantu perumusan kebijakan hubungan pemasok–

pembeli terkait dengan kebijakan kontrak harga, jumlah pasokan, waktu pengiriman dan komitmen pembayaran secara efisien dan adil

- tersusunnya Perangkat Sistem Pendukung Keputusan Kebijakan Pemasok-Pembeli

(SPK2P2) untuk membantu petani dan perusahaan ritel modern mengimplementasikanmodel hubungan bisnis pemasok-pembeli secara praktis dan cepat

1.3. Luaran penelitian

Hasil yang ditargetkan dari penelitian ini adalah (Gambar 1.1): (i) model matematis sebagai alat bantu perumusan kebijakan hubungan pemasok–pembeli terkait dengan kontrak harga, jumlah pasokan, waktu pengiriman dan komitmen pembayaran secara efisien dan adil dan (ii) aplikasi Perangkat Sistem Pendukung Keputusan Kebijakan Pemasok-Pembeli (SPK2P2) untuk membantu petani dan perusahaan ritel modern mengimplementasikan model hubungan bisnis pemasok-pembeli secara praktis dan cepat.

Page 4: asc

Gambar 1.1. Gambaran luaran penelitian

Page 5: asc

Luaran penelitian ini dirancang agar menjadi suatu teknologi tepat guna untuk peningkatan kesejahteraan petani sayur-mayur. Aplikasi SPK2P2 akan dirancang agar mudah diakses oleh para petani di pedesaan dengan menggunakan telepon seluler. Model transfer teknologi dilakukan dalam 3 tahap yaitu:

- Tahap validasi model bisnis, pada tahap ini akan dilakukan evaluasi kelayakan model bisnis melalui focus group discussion (FGD) dengan melibatkan wakil kelompok tani dan wakil perusahaan ritel modern. Para pemangku kepentingan lain juga dapat memberikan masukan terkait dengan model bisnis dan spesifikasi kebutuhan aplikasi agar proses bisnis dapat lebih mudah diimplementasikan.

- Tahap pelatihan dan pendampingan untuk desiminasi hasil penelitian. Pelatihan dan pendampingan akan diberikan kepada para petani yang terpilih sebagai kelompok pilot project agar dapat menggunakan aplikasi SPK2P2 dengan baik.

- Tahap monitoring dan evaluasi, pada tahap ini implementasi SPK2P2 diharapkan dapat digunakan untuk membantu mengatasi masalah petani khususnya dalam rangka peningkatan daya saing petani sebagai pemasok ritel modern.

1.4. Manfaat penelitian

Berdasarkan keutamaan tersebut, penelitian ini perlu dilakukan agar dapat bermanfaat bagi peneliti dan pelaku bisnis yang dirinci sebagai berikut:

1. bagi peneliti, dapat berkontribusi dalam pengembangan keilmuan khususnya model ASC sebagai berikut:

- mengintegrasikan model suppler-buyer dengan model corporate social responsibility.

- mengembangkan model sistem pendukung keputusan hubungan pemasok- pembeli bagi petani dengan berbasis teknologi seluler.

2. bagi pelaku bisnis (petani dan perusahaan ritel modern), tersedianya alat bantu implementasi program kebijakan hubungan pemasok–pembeli terkait dengan kontrak harga, jumlah pasokan, waktu pengiriman dan komitmen pembayaran secara efisien dan adil.

Page 6: asc

BAB II. STUDI PUSTAKA

2.1. State of the art penelitian

Supply Chain Management (SCM) adalah pengintegrasian proses-proses bisnis kunci dari pemasok sampai dengan konsumen dengan memberikan nilai tambah bagi entitas yang terlibat (Guilléna dkk., 2005; Cachon & Terwiesch, 2006; Shapiro, 2007). Penataan sistem rantai pasok yang efisien akan menimbulkan konsekuensi pada tercapainya misi logistik yaitu untuk mendistribusikan barang dalam jumlah yang tepat, dikirim pada lokasi yang tepat, dan sampai di konsumen pada waktu yang tepat (Simchi-Levi dkk., 2000). Jika obyek yang dikaji pada pengintegrasian proses-proses bisnis kunci adalah produk makanan hasil agri industri maka kajian tersebut dikenal dengan Agri-food Supply Chain/ASC (Ahumada dan Villalobos, 2009). Kajian ASC menjadi sangat menarik karena dapat berdampak pada terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari ketersediaan pangan yang cukup, baik jumlah, maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau (Anonim, 2002). Dampak dari buruknya penataan ASC adalah jumlah pasokan tidak kontinyu, biaya distribusi relatif tinggi, disparitas harga tinggi dan kualitas menurun secara cepat (Limbongan & Maskar, 2003; Adiyoga dkk. 2007; Sutopo & Nur Bahagia, 2008). Pada penelitian ini akan dibahas penelitian tentang ASC karena ditujukan untuk memecahkan masalah asimetri informasi pasar yang disebabkan oleh sistem rantai pasokan masih belum tertata dengan baik.

Berdasarkan studi awal tentang penelitian agri-food supply chain (ASC), model-model hubungan pemasok-pembeli telah banyak dihasilkan untuk membantu proses pengambilan kebijakan antara lain Barbarosolu (2000), Pittaway dan Morrisse, (2005), Austin (2007), Lee dkk. (2007), Narrod (2008), Talluri dkk. (2008), Bassett dan Gardner (2009), Esmaeili dan Zeephongsekul (2009). Model-model tersebut dapat digunakan untuk membantu pengambilan keputusan terkait dengan kontrak harga, jumlah pasokan, waktu pengiriman dan komitmen pembayaran. Pada penelitian ini, petani mempunyai masalah internal berupa rendahnya kemampuan manajemen bisnis dan masalah eksternal berupa persaingan bebas sehingga mereka kesulitan membangun hubungan pemasok-pembeli dengan ritel modern (Austin, 2007; Sutopo dkk., 2009). Model-model ASC terdahulu belum dapat digunakan untuk memecahkan fenomena masalah diatas karena tidak dapat meredam masalah internal dan eksternal petani secara integral.

Disisi lain, suatu perusahaan ritel modern mempunyai tanggung jawab sosial perusahaan (TJSP) kepada lingkungan usahanya termasuk kepada petani (Heslin & Ochoa, 2008). Implementasi TJSP dapat diintegrasikan dengan pengembangan model hubungan bisnis pemasok-pembeli yang melibatkan petani secara adil. Integrasi antara kajian Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dan ASC telah dilakukan oleh Van der Vorst dkk. (2002), Ming dkk. (2008) dan Zang & Zhang (2008). Ketersediaan sistem informasi dapat dimanfaatkan pelaku bisnis untuk mendorong rangkaian SC mewujudkan‘leveraging benefits to achieve common goals’ secara efisien (Matopoulos dkk., 2007).Berdasarkan kajian literatur tersebut, celah penelitian yang akan diangkat adalah mengintegrasikan model suppler-buyer dengan model corporate social responsibility dan mengembangkan model sistem pendukung keputusan hubungan pemasok-pembeli bagi petani dengan berbasis teknologi seluler.

Page 7: asc

2.2. Hasil dan road map penelitian

Berikut ini akan diuraikan beberapa hasil penelitian terdahulu yang dapat digunakan untuk mendukung rencana penelitian tentang pengembangan model Agri-food supply chain berbasis TJSP untuk meningkatkan daya saing petani sebagai pemasok ritel modern.

1). Identifikasi masalah awal dari sistem distribusi dan pengukuran kinerja

Sutopo dkk. (2006) telah melakukan perancangan perbaikan sistem pengadaan dan persediaan makanan segar. Urutan langkah-langkah yang dilakukan dalam pengembangan model tersebut terdiri dari 3 tahapan utama, yaitu: pengembangan model acuan pengukuran kinerja; pengumpulan data dan pengolahan data; dan analisis dan perancangan sistem supply chain. Model yang diusulkan adalah analytical model untuk memecahkan kasus tertentu dimana indikator akan dipilih dari penelitian terdahulu yang relevan (Gambar 2.1.).

Gambar 2.1. Contoh model acuan yang pengukuran kinerja sistem

Tahapan pengukuran kinerja yang diacu adalah sebagai berikut: mengetahui tujuan yang ingin dicapai, menentukan perspektif pengukuran, menentukan key performance indicators (KPIs), mengumpulkan data, dan mengukur performansi. Perancangan yang dilakukan yaitu merancang sistem pemilihan pemasok. Untuk menilai kinerja para pemasok maka peneliti menggunakan metode Standardized Unitless Rating (SUR), dengan metode ini bisa menilai kinerja para pemasok, sehingga bisa memilih pemasok mana yang bisa diandalkan dan memenuhi kriteria, kemudian menentukan jumlah fresh food yang dipesan ke setiap pemasok. Hasil penelitian Sutopo dkk. (2006) dapat digunakan sebagai dasar untuk mengetahui tingkat performansi aktual sistem distribusi obyek kajian.

Page 8: asc

Deteriorated

2). kebijakan inventori komoditas terdeteriorasi

Sutopo & Nur Bahagai (2008) melakukan penelitian tentang pengembangan sebuah model EOQ (economic order quantity) dari persediaan suatu komoditi yang mengalami deteriorasi. Suatu Grosir dapat dihadapkan pada kondisi pasar yang potensial dengan lingkungan yang serba tidak pasti terkait dengan harga beli, waktu hidup (life time), dan jumlah permintaan (demand) atas komoditi hasil pertanian. Grosir sering dihadapkan pada kondisi yang sulit untuk mengambil keputusan kebijakan persediaan jika sisa persediaan tidak memiliki nilai ekonomis lagi. Pada paper ini dikembangkan suatu model persediaan stokastik dalam satu periode perencanaan untuk menangkap fenomena masalah suatu permintaan komoditi yang bergantung pada harga jual (Gambar 2.2.).

Q (unit)

Qs Q

s

I (t )

t1 Shortage

T

t2

Gambar 2.2 Model sistem persediaan deteriorasi

Harga jual ditetapkan oleh Grosir berdasarkan fungsi harga jual yang dipengaruhi oleh laju deteriorasi. Komoditi yang dipesan akan datang secara serentak dan untuk memesan tidak diperlukan waktu ancang-ancang. Secara model matematis, kekurangan persediaan diijinkan dan dianggap sebagai kerugian sebanding dengan jumlah barang yang tidak terlayani. Model ini dikembangkan untuk mencari ekspektasi total biaya yang minimal selama periode perencanaan berdasarkan suatu laju demand-deterioration yang mungkin terjadi. Model juga dimaksudkan untuk mencari ekspektasi pendapatan kotor selama satu periode berdasarkan kebijakan harga jual tertentu. Selanjutnya ditentukan suatu model EOQ untuk memaksimalkan ekspektasi laba pada pengadaan komoditi-deteriorasi selama periode perencanaan. Hasil penelitian Sutopo & Nur Bahagia (2008) dapat digunakan sebagai dasar untuk membangun hubungan bisnis pemasok-pembeli.

Page 9: asc

Da

tab

ase

MyS

QL

3). perancangan aplikasi web pada sistem distribusi padi

Sutopo dkk. (2010) telah mengembangkan aplikasi SCM berbasis web service untuk mendukung sistem pembelajaran SCM modul distribusi. Aplikasi dibangun menggunakan bahasa pemrograman PHP dan metode analisis desain berorientasi obyek. Luaran informasi tentang ketersediaan dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan agar distribusi komoditi paska panen dapat lebih efisien dan merata. Aplikasi telah diuji dan diakses dengan menggunakan platform aplikasi J2ME, Java, PHP dan JSP. Arsitektur layer aplikasi SCM disajikan pada Gambar 2.3. Model Sutopo dkk. (2010) digunakan sebagai acuan dasar dalam pengembangan Sistem Pendukung Keputusan. Sistem Pendukung Keputusan dapat digunakan sebagai perangkat bantu untuk pengambil keputusan dalam rangka mengoperasikan, mengatur, membina dan mengendalikan Sistem Bisnis Usulan yang telah dirancang/ditata.

Browser (Web Interface) SCM Mobile App (J2ME)

AppServ

Apache Web Server SOAP Server SMS Gateway

SCM Sistem

PHP DBMS

PHPMyAdmin

Sistem Operasi

Gambar 2.3. Layer Aplikasi SCM

Page 10: asc

Road Map penelitian dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan kajian penelitian terdahulu dan tahapan pencapaian penelitian lanjutan. Pada Gambar 2.4 disajikan road map penelitian dengan tema Pengembangan Model Agri-food Supply Chain berbasis Tanggung Jawab Sosial Perusahaan untuk Meningkatkan Daya Saing Petani sebagai Pemasok Ritel Modern.

Gambar 2.4. Road map penelitian

Page 11: asc

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1. Dasar Pemikiran dan Pendekatan

Akar masalah penelitian ini adalah model ASC seperti apa yang dapat digunakan petani dan perusahaan ritel mordern membangun hubungan bisnis pemasok-pembeli secara efisien dan adil?. Untuk itu, penelitian ini diharapkan menghasilkan dua luaran utama yaitu (i) model matematis sebagai alat bantu perumusan kebijakan hubungan pemasok- pembeli berbasis Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (TJSP) dan (ii) aplikasi Perangkat Sistem Pendukung Keputusan Kebijakan Pemasok-Pembeli (SPK2P2). Fenomena masalah tersebut dipecahkan dengan pendekatan sebagai berikut:

1). pendekatan influance diagram untuk identifikasi masalah sistem

Menurut Daellenbach (2005) sebuah sistem adalah sebuah kumpulan benda, entitas, atau orang yang terkait satu sama lain dengan cara yang spesifik, seperti mengikuti aturan interaksi tertentu, dan memiliki suatu tujuan. Sebuah sistem dapat dilihat dengan menggunakan dua buah pendekatan, yaitu out there view dan inside us view. Influence diagram disusun sebagai alat untuk membantu dalam mendiskripsikan masalah sistem distribusi sehingga mempermudah dalam penyusunan model matematis. Pada Tabel 3.1 disajikan keterangan dari simbol- simbol yang digunakan pada influence diagram.

Tabel 3.1 Simbol influence diagram

Simbol Keteranganmenyatakan masukan (input) yang dapat dikendalikan

( c ont r ol l able inpu t ) menyatakan masukan yang tidak dapat dikendalikan (uncontrollable input)

menyatakan proses yang terjadi

menyatakan kriteria performansi

2). Sistem hubungan pemasok-pembeli dibangun dengan pendekatan SCM

Sistem manajemen rantai pasok digunakan mengingat kajian ini melibatkan sistem distribusi yang terdiri dari para petani, pedagang kecil, pedagang dan ritel modern. Kajian SCM dapat digunakan untuk mengevaluasi dan menata sistem distribusi agar tercipta model bisnis dengan yang efisien dan adil.

3). Pendekatan optimization system mengembangkan model

Pendekatan optimization system digunakan untuk pengembangan model matematis sistem distribusi komoditi pokok. Pendekatan ini dipilih karena dengan pendekatan optimasi dapat digambarkan variabel keputusan, fungsi tujuan dan pembatas sistem secara analitik. Sebuah model programa linier memiliki tiga komponen utama, yaitu:

- variabel keputusan (decision variable) yang merupakan aspek yang dapat dikendalikan dalam sebuah model. Nilai dari variabel-variabel keputusan

Page 12: asc

merupakan alternatif-alternatif pengambilan keputusan untuk memecahkan masalah;

- fungsi tujuan (objective function) yang merupakan fungsi dari variabel- variabel keputusan. Dalam sebuah model matematis, fungsi tujuan menyatakan ukuran atau kriteria performansi yang digunakan;

- pembatas (constraints) yang merupakan fungsi yang membatasi rentang nilai dari variabel keputusan

4). pemodelan dengan metode berorientasi objek untuk merancang sistem pendukung keputusan

Pemodelan dengan metode berorientasi objek dilakukan dalam enam langkah yaitu mengidentifikasi actor, membuat diagram use case, membuat activity diagram, membuat diagram interaksi, normalisasi dan membuat diagram kelas (Shaliq,2006). Pada kasus ini yang disebut actor adalah seluruh pelaku sistem distribusiASC kooditas sayur-mayur. Diagram use case digunakan untuk menunjukkan beberapa use case sistem, beberapa aktor dalam sistem, dan relasi antar mereka. activity diagram digunakan untuk menggambarkan aliran kejadian dalam use case system yang terdapat dalam rancangan sistem, bagaimana masing-masing aliran berawal, decision yang mungkin terjadi dan bagaimana mereka berakhir. Tahapan normalisasi ditujukan untuk mengidentifikasikan hubungan antar atribut, mengkombinasikan atribut untuk membentuk relasi dan mengkombinasikan relasi untuk membentuk database.

5). Teknologi open source digunakan untuk mengintegrasikan pendekatan SCM

dan TIK.

SPK2P2 akan dikembangkan dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) agar dapat digunakan untuk penyediaan informasi kebijakan hubungan pemasok-pembeli secara akurat, murah dan real time. Integrasi antara pendekatan SCM dan TIK diwujudkan dengan pengembangan aplikasi SPK2P2 berbasis mobile karena sebagain besar petani telah dapat mengakses teknologi telepon seluler. Aplikasi SPK2P2 dikembangkan dengan teknologi open source agar biaya pengembangan dan duplikasi aplikasi menjadi lebih murah.

3.2. Bagan Alir Penelitian

Sesuai dengan tujuan dan output yang diharapkan dan tahapan studi, secara skematis bagan alir penelitian ini disajikan pada Gambar 3.1. Penelitian dibagi dalam tiga tahap dimana luaran pada pada tahap I dan II adalah model matematis hubungan bisnis pemasok-pembeli berbasis TJSP dan luaran pada tahap III adalah aplikasi Perangkat Sistem Pendukung Keputusan Kebijakan Pemasok-Pembeli (SPK2P2).

Pada tahap I, pada dasarnya merupakan tahapan karakterisasi sistem, pemetaan hubungan sistem distribusi komoditas sayur-mayur, penyusunan influence diagram untuk memaksimalkan keuntungan para pelaku bisnis khususnya bagi petani. Influence diagram disusun sebagai alat untuk membantu dalam penyusunan model penataan hubungan bisnis pemasok-pembeli berbasis TJSP. Pada tahap III, pada dasarnya terdapat empat hal yang dibangun yaitu: sistem basis data, sistem pemrosesan model keterkaitan, sistem pemprosesan model bisnis dan sistem dialog.

Page 13: asc

Telah dilaksanakan pada tahun ke-1

Gambar 3.1. Bagan alir penelitian

Page 14: asc

Luaran akhir dari penelitian ini adalah suatu piranti lunak aplikasi yang terintegrasi yang disebut dengan SPK2P2. Luaran tersebut pada dasarnya merupakan sistem pendukung keputusan yang terdiri dari:

- Sistem basis data menyediakan fasilitas manajemen data bagi petani–perusahaan ritel modern.

- Sistem pemrosesan model keterkaitan pada dasarnya untuk membangkitkan koordinasi dan sinkronisasi dalam pelaksanaan SPK2P2.

- Sistem pemprosesan model bisnis merupakan model yang menghasilkan layanan bisnis.

- Sistem dialog menyediakan mekanisme interaktif yang menyediakan fasilitas what- if analysis bagi seluruh stakeholder yang tergabung dalam sistem bisnis.

Gambar 3.2. Arsitektur fisik SPK2P2

Pada Gambar 3.2 dapat dijelaskan arsitektur fisik yang akan digunakan pada SPK2P2. Bagian client akan dibangun dengan aplikasi mobile teknologi j2me yang berfungsi sebagai subsriber untuk Petani (pemasok) dan untuk perusahaan ritel modern (Pembeli). Bagian server akan dibangun dengan mobile application server dan web server yang berfungsi sebagai sistem yang menyimpan aplikasi mengatur dan mengintegrasikannya dalam rangka melayani permintaan dari client. MySql database akan digunakan untuk tempat penyimpanan database. Teknologi middleware web service digunakan untuk penghubung antara client dan server. Teknologi web service akan dijalakan pada protokol http dimana protokol ini dapat diakses melalui teknologi gprs pada jaringan GSM atau pdn di jaringan CDMA.

Page 15: asc

DAFTAR PUSTAKA

1. Adiyoga, W., Asandhi, A.A., Laksanawati, A., Nurhartuti dan Sulastrini, I., 2007.Rantai Pasokan Sayuran dan Persepsi Partisipan Rantai Terhadap PentingnyaKeamanan Pangan, Jurnal Hortikultura, 17(3), 1-16.

2. Ahumada, O., J. dan Villalobos, J.R, 2009. Application of planning models in theagri-food supply chain: A review, European Journal of Operational Research, 195,1–20.

3. Anonim, 2002. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 2002Tentang Ketahanan Pangan.

4. Anonim, 2004. Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2005-2009, DepartemenPertanian.

5. Anonim, 2006. Road Map Pasca Panen, Pengolahan dan Pemasaran Hasil Bawang Merah, Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Departemen Pertanian, Indonesia.

6. Anonim, 2007. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Dukungan AspekTeknologi Pascapanen, edisi kedua, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, Indonesia.

7. Austin, JE. 2007. Supporting Buyer-Supplier Relationships, Technical Brief No.1,U.S. Agency for International Development.

8. Barbarosolu, G. 2000. An integrated supplier-buyer model for improving supply chain coordination, Production Planning & Control, 11(8), 732-741.

9. Bassett, M., & Gardner, L., 2009. Optimizing the design of global supply chains atDow AgroSciences. Computers and Chemical Engineering,doi:10.1016/j.compchemeng.2009.08.002.

10. Blanco, A.M, Masini, G., Petracci, N., dan Bandoni, J.A., 2005. Operationsmanagement of a packaging plant in the fruit industry, Journal of FoodEngineering,70, 299–307.

11. Cachon, G. dan Terwiesch, C. 2006. Matching Supply with Demand: An Introduction to Opertions Management. The McGraw-Hill Companies, Inc., New York.

12. Chandra, A.D. dan Moeis, J.P., 2007. Analisis Permintaan Sayur-Sayuran dalamPemenuhan Sendiri di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung, Prosiding SeminarNasianal Agriculture & Rural Economy ( Jakarta, 13 Desember 2007).

13. Chauhany, S.S., Nagiz, R. dan Proth, J-M. 2004. Strategic capacity planning insupply chain design for a new market opportunity, Int. J. Prod. Res., 42(11), 2197–2206.

14. Chen, M-F., 2009. Trust in the Food Supply System Segmentations of Taiwanese, Proceedings of the 10th Asia Pacific Industrial Engineering and Management Systems Conference, 1724-1732. (Dec. 14-16, Kitakyushu, Japan).

15. Chopra, S. dan Meindl, P., 2004. Supply Chain Management : Strategy, Planning, and Operations, edisi kedua, Prentice Hall, New Jersey, USA.

16. Cook, M.L, Reardon, T., Barrett, C., dan Cacho, J., 2001. Agroindustrialization inEmerging Markets: Overview and Strategic Context, International Food andAgribusiness Management Review, 2(3/4): 277–288.

17. Daellenbach, Hans. G., 2005. System and Decision Making A Management ScienceApproach, John Wiley dan Son Ltd, USA.

Page 16: asc

18. Esmaeili, M, dan Zeephongsekul, P., 2009. Seller–buyer models of supply chain management with an asymmetric information structure, International Journal of Production Economics, doi:10.1016/j.ijpe.2009.07.016.

19. Heslin, P.A dan Ochoa, J.D. 2008. Understanding and developing strategic corporate social responsibility, Organizational Dynamics, 37(2), 125–144.

20. Ikhsan, M. 2001. Deregulasi Ekonomi, Kemiskinan dan Distribusi Pendapatan,Proceedings of A One Day Conference -Domestic Trade, Decentralization andGlobalization, The USAID- Incooperation with Departemen Perindustrian danPerdagangan Direktorat Jenderal perdagangan Dalam Negeri, pp. 1-23.

21. Juliard, C., Benjamin, C., Sassanpour, M., Ratovonomenjanahry, A. dan Ravohitrarivo, P., 2006. Madagascar Aromatic and Medicinal Plant Value Chain Analysis: Combining The Value Chain Approach and Nature, Health, Wealth and Power Frameworks, microREPORT #70, U.S. Agency for International Development.

22. Lee, A.H.I, Kang, H-Y., Liu, T-C., dan Wang, W-M. 2007. A Buyer-SupplierRelationship Evaluation Model with the Consideration of Benefits, Opportunities, Costs and Risks, Proceedings of the 13th Asia Pacific Management Conference, 753-759.

23. Maloni, M.J. dan Benton, W.C., 2004. Supply Chain Partnership: Opportunities forOperation Research. European Journa of Operational Research, 101, 419-429.

24. Matopoulos, A., Vlachopoulou, M., Manthou, V. and Manos, B. 2007. A conceptualframework for supply chain collaboration: empirical evidence from the agri-food industry. Supply Chain Management: An International Journal, 12(3), pp.177–186

25. Narrod, C., Roy, D., Okello, J., Avendaño, B., Rich, K, dan Thorat, A., 2008.Public–private partnerships and collective action in high value fruit and vegetablesupply chains, Food Policy, doi:10.1016/j.foodpol.2008.10.005.

26. Perdana, T., Gumbira-Sa’id, E., Ma’arif,S. dan Tasrif, M., 2008. Dampak PenerapanManajemen Rantai Pasokan Terhadap Kinerja Pelaku Industri Teh, Proceedings ofNational Seminar on Industrial System Planning 2008,291-301(Bandung, Indonesia,27-28 Maret 2008).

27. Pittaway, L. dan Morrisse, W.J, 2005. Buyer-Supplier Relationships in Small Firms:The Use of Social Factors to Manage Relationships, Discussion Paper No. 2005.03,Sheffield University Management School.

28. Rinaldi, H dan Siregar, A. 2008, Analisis Nilai Tambah Agroindustri Kelapa Studi Kasus: Agroindustri Kelapa Di Kabupaten Ciamis, Proceedings of National Seminar on Industrial System Planning 2008, 97-106 (Bandung, Indonesia, 27-28 Maret2008).

29. Rosario-Malonzo, J.d. 2007. Modul tentang Kedaulatan Pangan-Panduan Pelatihan untuk Kedaulatan Pangan, Pesticide Action Network Asia and the Pasific (PAN AP).

30. Ross, D., 2003. Introduction to e-Supply Chain Management: engaging technologyto build market-winning business partnership. ST. Lucie Press, USA.

31. Sholiq, 2006. Permodelan Sistem Informasi Berorientasi Objek Dengam UML,Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta.

32. Shapiro, J.F., 2007. Modelling The Supply Chain, edisi kedua, Duxbury AppliedSeries, USA.

33. Simchi-Levi, D, Kaminsky, P, dan Simchi-Levi, E., 2000. Designing and Managing the Supply Chain. McGraw-Hill, USA.

Page 17: asc

34. Stock, J.R. dan Lambert, D.M, 2001. Strategic Logistics Management, McGraw-Hill, Singapore.

35. Sutopo, W., Nur Bahagia, S., Cakravastia, A. and Arisamadhi, TMA., 2009. ADynamic Buffer Stocks Model for Stabilizing Price of Staple Food with VolatilityTarget, International Journal of Logistics and Transport, 3(2), 149-160.

36. Sutopo, W. dan Nur Bahagia, S., 2008. An Inventory Model for Deteriorating Commodity under Stock Dependent Selling Rate, Proceedings of the 9th Asia Pacific Industrial Engineering and Management Systems Conference, 1152-1159. (Dec. 3-5,2008, Bali, Indonesia).

37. Sutopo, W., Yuniaristanto dan Sukarno, S.M., 2006. Perbaikan Sistem Pengadaan dan Persediaan Makanan Segar untuk Meminimasi Kerugian Biaya di PT. XYZ, PERFORMA, 5(2),1-12.

38. Tambunan, T. 2006. Pola Restrukturisasi Usaha Pertanian dan Usaha Kecil Pedesaanserta Implementasinya terhadap Reposisi Kelembagaan Koperasi, Jurnal PengkajianKoperasi dan UKM, No. 2 (1), pp. 41-52.

39. Triyono, 2008. Teknik Penanganan Pasca Panen Bawang Merah Di KabupatenBantul, Prosiding Seminar Nasianal Teknik Pertanian, 1-10. (Yogyakarta, 18-19Nov. 2008).

40. Van der Vorst, JGAJ., Van Dongen, S., Nouguier, S. & Hilhorst, R. 2002. E-business Initiatives in Food Supply Chains; Definition and Typology of ElectronicBusiness Models. International Journal of Logistics: Research and Applications,5(2), 119-137.

41. Zang, M and Zhang, Z. 2008. Research on Mobile Supply Chain ManagementBased Ubiquitous Network, IEEE, 978-1-4244-2108.

Page 18: asc